Anda di halaman 1dari 4

Syarat-syarat Mujtahid

Pintu ijtihad selalu terbuka pada setiap masa, dengan perkembangan, ijtihad
selalu diperlukan. Namun demikian tidak berarti setiap orang boleh melakukan
ijtihad. Akhir-akhir ini, sebagian cendekiawan Islam merasa berhak dan mau
berijtihad, tanpa melihat kesulitan proses ijtihad. Masalah ijtihad sebenarnya
bukan mau atau tidak mau, tetapi persoalan mampu atau tidak mampu.
Memaksa orang yang tidak mampu untuk berijtihad mengundang bahaya, sebab
untuk melakukan ijtihad seseorang harus memenuhi syarat-syarat tertentu yang
bisa membawa ke derajat mujtahid.
Ulama ahli Ushul berbeda pendapat dalam menetapkan syarat-syarat ijtihad atau
syarat-syarat yang harus dimiliki oleh seorang mujtahid (orang yang melakukan
ijtihad). Secara umum, pendapat mereka tentang persyaratan seorang mujtahid
dapat disimpulkan sebagai berikut:
1) Menguasai dan mengetahui arti ayat-ayat hukum yang terdapat dalam AlQuran, baik menurut bahasa maupun syariah. Akan tetapi, tidak disyaratkan
harus menghapalnya, melainkan cukup mengetahui letak-letaknya saja,
sehingga memudahkan baginya apabila ia membutuhkan. Imam Ghazali, Ibnu
Arabi, dan Ar-Razi membatasi ayat-ayat hukum tersebut sebanyak lima ratus
ayat.
2) Menguasai dan mengetahui hadis-hadis tentang hukum, baik menurut bahasa
maupun syariat. Akan tetapi, tidak disyaratkan harus menghapalnya, melainkan
cukup mengetahui letak-letaknya secara pasti, untuk memudahkannya jika ia
membutuhkannya. Ibnu Hanbal dasar ilmu yang berkaitan dengan hadis Nabi
berjumlah sekitar 1.200 hadis. Oleh karena itu, pembatasan tersebut dinilai tidak
tepat karena hadis-hadis hukum itu tersebar dalam berbagai kitab yang berbedabeda
Menurut Asy-Syaukani, seorang mujtahid harus mengetahui kitab-kitab yang
menghimpun hadis dan bisa membukanya dengan cepat, misalnya dengan
menggunakan kamus hadis. Selain itu, ia pun harus mengetahui persambungan
sanad dalam hadis (Asy-Syaukani : 22)
Sedangkan menurut At-Taftaji, sebaiknya mujtahid mengambil referensi dari
kitab-kitab yang sudah masyhur kesahihannya, seperti Bukhari Muslim, Baghawi,
dan lain-lain
3) Mengetahui nasakh dan mansukh dari Al-Quran dan sunnah, supaya tidak
salah dalam menetapkan hukum, namun tidak disyaratkan harus menghapalnya.
Di antara kitab-kitab yang bisa dijadikan rujukan dalam naskah dan mansukh
adalah kitab karangan Ibnu Khujaimah, Abi Jafar an Nuhas, Ibnu Jauzi, Ibnu Hajm
dan lain-lain
4) Mengetahui permasalahan yang sudah ditetapkan melalui ijma ulama,
sehingga ijtihad-nya tidak bertentangan dengan ijma. Kitab yang bisa dijadikan
rujukan diantaranya kitab maratiba al-ijma (ibn Hajm)
5) Mengetahui qiyas dan berbagai persyaratannya serta meng-instimbat-nya,
karena qiyas merupakan kaidah dalam berijtihad.
6) Menguasai bahasa Arab dan berbagai disiplin ilmu yang berkaitan dengan
bahasa, serta berbagai problematikanya. Hal ini antara lain karena Al-Quran dan
as sunnah ditulis dengan bahasa Arab. Namun, tidak disyaratkan untuk betul-

betul menguasainya atau menjadi ahlinya, melainkan sekurang-kurangnya


mengetahui maksud yang dikandung dari Al-Quran atau al-hadis
7) Menguasai ilmu ushul fiqih yang merupakan fondasi dari ijtihad. Bahkan,
menurut Fakhru ar-Razi, ilmu yang paling penting dalam berijtihad adalah ilmu
ushul fiqh
8) Mengetahui maqashidu asy-syariah (tujuan syariat) secara umum, karena
bagaimanapun juga syariat itu berkaitan dengan maqashidu asy-syariah sebagai
standarnya.
Maksud dari maqashidu al-syariah antara lain menjaga kemaslahatan manusia
dan menjatuhkan dari kemadharatan. Namun, standarnya adalah syara, bukan
kehendak manusia, karena manusia tidak jarang menganggap yang hak menjadi
tidak hak dan sebaliknya.
Muhammad Musa Towana dalam bukunya yang berjudul al-ijtihad
mengelompokkan syarat-syarat mujtahid ke dalam beberapa bagian berikut
rinciannya.
Pertama, persyaratan umum (al-syurut al-ammah), yang meliputi: (1) balig, (2)
berakal sehat, (3) kuat daya nalarnya, dan (4) beriman atau mukmin.
Kedua, persyaratan pokok (al-syurut al-asasiyah), yaitu syarat-syarat mendasar
yang menuntut mujtahid supaya memiliki kecakapan berikut: (1) mengetahui
QurAn (2) memahami Sunnah, (3) memahami maksud-maksud hukum syariat,
dan (4) mengetahui kaidah-kaidah umum (al-qawaid al-kulliyat) hukum Islam.
Ketiga, persyaratan penting (al-syurut al-hammah), yakni beberapa persyaratan
yang penting dipunyai mujtahid. Syarat-syarat ini mencakup: (1) menguasai
bahasa Arab, (2) mengetahui ilmu ushul al-fiqh, (3) mengetahui ilmu mantik atau
logika, dan (4) mengetahui hukum asal suatu perkara (al-baraah al-asliyah)
Keempat, persyaratan pelengkap (al-syurut al-takmiliyah) yang mencakup: (1)
tidak ada dalil qati bagi masalah yang diijtihadi, (2) mengetahui tempat-tempat
khilafiyah atau perbedaan pendapat, dan (3) memelihara kesalehan dan
ketaqwaan diri.

syarat-syarat mujtahid
2.2.1

2.2.2

2.2.3

Orang-orang yang melakukan ijtihad, dinamakan mujtahid, dan harus memenuhi


beberapa syarat.
Mengarti bahasa Arab
Sebagaimana kita ketahui kedua dasar hukum islam menggunakan bahasa Arab.
Maka dari itu, seorang mujtahid wajib mengetahui bahasa Arab dalam rangka agar
penguasaannya pada objek kajian lebih mendalam.
Memahami tentang Al-Quran
Al-Quran adalah sumber hukum Islam primer di mana sebagai fondasi dasar hukum
Islam. Oleh karena itu, seorang mujtahid harus mengetahui Al-Quran secara
mendalam. Barangsiapa yang tidak mengerti Al-Quran sudah tentu ia tidak mengerti
syariat Islam secara utuh. Mengerti Al-Quran tidak cukup dengan piawai membaca,
tetapi juga bisa melihat bagaimana Al-Quran memberi cakupan terhadap ayat-ayat
hukum.
Mengetahui Asbab al-nuzul
Mengetahui sebab turunnya ayat termasuk dalam salah satu syarat mengatahui AlQuran secara komprehensif, bukan hanya pada tataran teks tetapi juga akan
mengetahui secara sosial-psikologis.
Mengetahui nasikh dan mansukh
Pada dasarnya hal ini bertujuan untuk menghindari agar jangan sampai berdalih
menguatkan suatu hukum dengan ayat yang sebenarnya telah dinasikhkan dan tidak
bisa dipergunakan untuk dalil.
Mengerti tentang sunah
As-Sunnah adalah ucapan, perbuatan atau ketentuan yang diriwayatkan dari Nabi
SAW.
Mengetahui ilmu Diroyah Hadist
Ilmu Diroyah menurut Al-Ghazali adalah mengetahui riwayat dan memisahkan
Hadist yang shahih dari yang rusak dan Hadist yang bisa diterima dari Hadist yang
ditolak.
Mengetahui Hadist yang nasikh dan mansukh
Mengetahui Hadist yang nasikh dan mansukh ini dimaksudkan agar seorang
mujtahid jangan sampai berpegang pada suatu Hadist yang sudah jelas dihapus
hukumnya dan tidak boleh dipergunakan. Seperti Hadist yang membolehkan nikah
mutah di mana Hadist tersebut sudah dinasakh secara pasti oleh Hadist-Hadist lain.
Mengetahui Asbab Al-Wurud Hadist

Syarat ini sama dengan seorang Mujtahid yang seharusnya menguasai Asbab AlNuzul, yakni mengetahui setiap kondisi, situasi, lokus, serta tempus Hadist tersebut
ada.
2.2.4 Mengetahui hal-hal yang di Ijma-kan dan yang di-Ikhtilaf-kan
Bagi seorang mujtahid, harus mengetahui hukum-hukum yang telah disepakati oleh
para ulama, sehingga tidak terjerumus memberi fatwa yang bertentangan dengan
hasil ijma. Sebagaimana ia harus mengetahui nash-nash dalil guna menghindari
fatwa yang berseberangan dengan nash tersebut.
2.2.5 Mengetahui Ushul Fiqh
Di antara ilmu yang harus dikuasai oleh Mujtahid adalah ilmu ushul fiqh, yaitu suatu
ilmu yang telah diciptakan oleh para fuqaha utuk meletakkan kaidah-kaidah dan cara
untuk mengambil istimbat hukum dari nash dan mencocokkan cara pengambilan
hukum yang tidak ada nash hukumnya. Dalam ushul fiqh, mujtahid juga dituntut
untuk memahami qiyas sebagai modal pengambilan ketetapan hukum.
2.2.6 Mengetahui maksud-maksud hukum
Seorang mujtahid harus mengerti tentang maksud dan tujuan syariat, yang mana
harus bersendikan pada kemaslahatan umat. Dalam arti lain, melindungi dan
memelihara kepentingan manusia.
2.2.7 Bersifat adil dan taqwa
Hal ini bertujuan agar produk hukum yang telah diformulasikan oleh Mujtahid benarbenar proporsional karena memiliki sifat adil, jauh dari kepentingan politik dalam
istimbat hukumnya.
2.2.8 Mengenal manusia dan kehidupan sekitarnya
Seorang Mujtahid harus mengetahui tentang keadaan zamannya, masyarakat,
problemnya, aliran ideologinya, politiknya, agamanya dan mengenal hubungan
masyarakatnya dengan masyarakat lain serta sejauh mana interaksi saling
mempengaruhi antara masyarakat tersebut.

Anda mungkin juga menyukai