PENDAHULUAN
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian
2.1.1 Ekonomi Lingkungan
Pada ilmu ekonomi konvensional, kegiatan ekonomi digambarkan sebagai suatu
proses produksi dan konsumsi tanpa memasukkan fungsi lingkungan ke dalam sistem
tersebut, dapat digambarkan sebagai berikut (Suhelmi, 2003):
Gambar. Sistem Ekonomi Sederhana Dengan Lingkungan Alam Sebagai Komponen Integral
(Kusumaatmaja Dalam Suhelmi, 2003).
2.1.2
Valuasi
keuntungan
atau
kerugian
serta
kelayakan
suatu
proyek.
Dalam
melakukan
pengklasifikasian
identifikasi
komponen-komponen
biaya
terlebih
seluruh
biaya
dahulu
dari
dilakukan
masing-masing
alternative. Semua komponen biaya harus teridentifikasi baik yang bersumber dari
anggaran proyek maupun dari anggaran lainnya.Namun di dalam jurnal VALUASI
EKONOMI PERTAMBANGAN SELARAS LINGKUNGAN LESTARI (Studi
Kasus : Pertambangan Emas Pongkor) penulis tidak mencantumkan secara rinci
komponen-komponen dari biaya produksi untuk penambangan emas dan pemurnian
emas dan perak.
c. Langkah 3 : Menghitung total biaya dari masing-masing alternatif atau
intervensi
Penulis jurnal melakukan perhitungan untuk total biaya setiap tahun dimulai
pada tahun 2000-2004. Berikut perhitungan yang telah dilakukan oleh penulis:
Total Biaya Produksi Emas Tahun 2000-2004
Tahun
2000
2001
2002
2003
2004
Discount rate dari emas adalah 0% karena emas berfungsi sebagai store of value atau alat
penyimpanan kekayaan, emas tidak memberikan hasil.
Langkah 6:Rasio Present Value Cost dan Benefit
PV = C1
(1+r)
Keterangan :
C1 : uang yang diterima tiap tahun
r : Discount rate
Berdasarkan data dari jurnal :
Present Value Cost
Tahun
2000
2001
2002
2003
2004
PV
58.034.690
60.750.030
63.887.250
64.511.100
78.029.400
Present Value Benefit
Tahun
2000
2001
2002
2003
2004
PV
26.395.310
30.291.020
25.741.490
35.377.050
45.956.300
C1
(1+r)
Keterangan :
C0
: jumlah uang yang diinvestasikan (karena ini adalah pengeluaran,
maka menggunakan bilangan negative)
C1
: uang yang diterima tiap tahun
r
: Discount rate
Namun dikarenakan di dalam jurnal tidak tercantum jumlah uang yang diinvestasikan,
maka NPV ini tidak dapat kami analisis.
Langkah 6: Rasio B/C
6
Keterangan :
Bt = Benefit pada tahun ke - t
Ct = Cost pada tahun ke - t
i = Inflasi atau tingkat bunga
a. Jika B/C Ratio lebih besar dari 1 (satu) maka benefit yang akan diperoleh selama umur
teknis ekonomis proyek yang bersangkutan lebih besar dari cost + investment, berarti
favourable sehingga pembangunan atau rehabilitasi atau perluasan proyek yang
bersangkutan dapat dilaksanakan.
b. Jika B/C ratio sama dengan 1 ( satu) maka benefit yang akan dieroleh selama unsur teknis
ekonomis proyek, yang bersangkutan hanya cukup untuk munutupi cost + investment,
sehingga dari segi aspek finansial dan ekonomis, pembangunan atau rehabilitasi atau
perluasan proyek yang bersangkutan tidak perlu dipertimbangkan untuk dilaksanakan,
sedangkan dari segi sosial dan pembangunan masyarakat, pembangunan atau rehabilitasi
atau perluasan proyek yang bersangkutan perlu dipertimbangkan untuk dilaksanakan.
c. Jika B/C ratio lebih kecil dari 1 (satu), maka benefit yang akan diperoleh selama unsur
teknis-ekonomis proyek yang bersangkutan tidak cukup untuk munutupi cost +
investment, berarti unfavourable sehingga pembangunan atau rehabilitasi atau perluasan
proyek yang bersangkutan tidk dapat dilaksanakan.
Rasio B/C
0,45
7
2001
2002
2003
2004
0,49
0,40
0,54
0,58
Maka berdasarkan perhitungan rasio B/C diperoleh bahwa PT.ANTAM pada tahun 2000-2004
benefit yang akan diperoleh selama unsur teknis-ekonomis proyek yang bersangkutan tidak
cukup untuk munutupi cost + investment, berarti unfavourable sehingga pembangunan atau
rehabilitasi atau perluasan proyek yang bersangkutan tidak dapat dilaksanakan.
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Kerugian dari Segi Kesehatan Masyarakat
Adanya perternakan babi di Kota Tomohon memiliki kemungkinan dampak bagi
kesehatan masyarakat sekitar. Berdasarkan jurnal yang berjudul Kajian Ekonomi dan
Lingkungan Agribisnis Peternakan Babi di Kota Tomohon (Studi Kasus), peternakan babi
dapat mengakibatkan pencemaran limbah baik di tanah, sungai dan udara. Limbah padat dan
8
cair dari peternakan babi mengandung bahan-bahan hayati (organik) yang sangat tinggi.
Bahan-bahan
organik
mengandung
bahan
yang
bersifat
menimbulkan
penyakit
(patogenesis). Masyarakat dapat terkontaminasi melalui dua cara yaitu pertama, bakteri atau
virus mengkontaminasi perairan yang langsung digunakan atau dikonsumsi oleh masyrakat.
Kedua adalah bila limbah cair yang di dalamnya selalu terdapat virus dan bakteri dibuang ke
perairan dan mengkontaminasi ikan-ikan dan biota lainnya yang dikonsumsi oleh
masyarakat. Beberapa penyakit yang dapat muncul akibat buangan limbah cair baik secara
langsung ataupun tidak adalah misalnya diare, tifus, kolera, gangguan pencernaan atau
penyakit kulit. Dampak lain yang dapat ditimbulkan oleh adanya peternakan babi bagi
masyarakat adalah meningkatnya populasi lalat dan sebagainya yang dapat menjadi vektor
penyakit menular bagi masyarakat di sekitar kawasan peternakan babi di Kota Tomohon.
Selain itu, bau yang ditimbulkan dari sisa kotoran dan air limbah cukup mengganggu
masyarakat sekitar dikarenakan bau berjarak relatif jauh hingga ke jalan raya. Bau kotoran
tersebut ditimbulkan oleh kurangnya penataan saluran air limbah kandang pada perusahaan
A dan B.
3.2 Kerugian dari Segi Lingkungan
Limbah kotoran ternak babi di lokasi perkandangan pada ketiga perusahaan
peternakan babi sampel disalurkan ke tempat penampungan limbah, kemudian sebagian
limbah kotoran ternak dari tempat penampungan dipindahkan ke karung-karung untuk
dipergunakan sebagai pupuk kandang. Penyaluran air limbah dari perkandangan ke tempat
penampungan limbah dan dibiarkan meresap ke dalam tanah, dan sebagian kecil mengalir ke
sungai.
Kerusakan lingkungan yang dapat ditimbulkan oleh peternakan babi adalah
pencemaran air. Pencemaran timbul akibat penyaluran air limbah ada yang dibiarkan
meresap ke dalam tanah dan sebagian lagi dialirkan ke sungai. Ketika musim hujan tiba,
maka sisa air limbah yang terdiri dari sisa kotoran, darah dan urine babi yang mengalir
dan terbawa air hujan. Senyawa organik tersebut akan meningatkan BOD air yang
menyebabkan turunnya kadar oksigen dalam air. Apabila kadar oksigen kurang dari
5mg/liter, maka kehidupan biota sungai dapat terancam. Air sungai yang telah tercemar
oleh sisa air limbah tadi tidak sehat untuk dipergunakan kebutuhan MCK. Sudah pasti
tentu air sungai tersebut tidak layak untuk dikonsumsi karena menyebabkan gatal-gatal.
BAB IV
PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA
10
11