Anda di halaman 1dari 8

Pendahuluan

Berkembangnya teknologi di era globalisasi ini,


mau tidak mau akan berpengaruh besar terhadap
budaya suatu bangsa, tidak terkecuali sastra.
Sastra cyber sudah muncul sekitar tahun
2001.Kehadirannya ditengarai dengan terbitnya
bukuGraffiti Gratitudepada tanggal 9 Mei 2001.
Graffiti Gratitude merupakan buku antalogi puisi
cyber. Penerbitan antalogi tersebut dimotori oleh
Sutan Iwan Soekri Munaf, Nanang Suryadi, Nunuk
Suraja, Tulus Widjarnako, Cunong, dan Medy
Loekito. Mereka tergabung dalam satu yayasan
yaitu Yayasan Multimedia Sastra (YMS).

Kemudahanyang ditawarkan oleh kemajuan


teknologi informasi berbasis online dimanfaatkan
oleh masyarakat dengan berbagai kepentingan. Pun
dalam kepentingan produktivitas karya sastra.
Jika dahulu seseorang harus menunggu berbulanbulan apakah karya cipta yang dibuatnya dimuat
dalam sebuah media, majalah, koran dsb. Kini,
hanya dengan satu klik, karya yang dibuat bisa
langsung muncul dalam layar, dimuat di milis,
website, blog, media sosial, dan situs-situs berita
online.
Cybersastra itu merupakan gejala alami. Sebaiknya
dimanfaatkan demi kemajuan sastra itu sendiri.
Karya-karya saya saja sudah banyak yang diconvert dalam bentuk e-book dan audio-book.

Konsep Cybersastra
Cyber dapat diartikan maya, cybersastra merupakan
sastra yang lahir sebagai dampakperkembangan
teknologi.
Istilah cybersastra menandai adanya gejala baru dalam
dunia karya dan kepenulisan Indonesia. Sebuah istilah
yang merujuk pada pemanfaatan media online untuk
mencipta-menyebarkan karya sastra seseorang.
Jika sastra sebelumnya menggunakan buku, koran dan
majalah sebagai mediumnya, sastra cyber mediumnya
elektronik (internet).
Dalam sastra cyber, penulis mengalami kemudahan di
dalam pemunculan karyanya di hadapan pembaca
karena tidak ada seleksi yang ketat terhadap sastra
tersebut.

Sastra merupakanbagian dari kebudayaan


suatu bangsa. Kebudayaan suatu bangsa
tentu akanmudah berkembang,
seiringdengan berkembangnya teknologi.
Internet dengan sendirinya memberi ruang
baru bagi seseorang untuk berkarya.
Kecanggihan komputer dan ketinggian daya
kreatif memberikan hasil yang luar biasa,
tidak terkecuali sastra.
Sastra cyber memberikan kesempatan yang
luas, tidak saja bagi penulis untuk menulis
karya sastra, tetapi juga pada pembaca untuk
melakukan apresiasisastra secara leluasa.

Pro kontra cybersastra


Kemunculan cybersastra dalam kancah kesusasteraan
Indonesia ditanggapi dan diapresiasi secara berbeda-beda.
Hal ini sempat menimbulkan pro dan kontra dari berbagai
pihak.
Disambut secara positif karena kehadiran sastra cyber
dapat dengan mudah dan cepat diakses oleh kalangan
yang lebih luas, tidak hanya di Indonesia, tetapi juga di
seluruh dunia.
Kehadiran sastra cyber melalui media internet memberi
peluang bagi penulis yang bergiat di bidang sastra untuk
memberikan sumbangsihnya,baik berupa karya maupun
pemikiran-pemikiran, tanggapan-tanggapan terhadap
karya sastra.
Disambut negatif karena sastra cyber dianggap tidak lebih
dari sekadar upaya main-main saja. Sastra ini juga
dikatakan sebagai sastra yang kualitasnya sangat kurang.
dan tidak memberikan kemajuan yang berarti dalam
khasanah kesusasteraan Indonesia.

simplifikasi dan pragmatisisasi


sastra
Kondisi yang memudahkan siapapun bisa
mempublikasikan karyanya, bisa menjadikan
orang menggampangkan dunia sastra, dan
beranggapan bahwa menciptakan sastra
adalah pekerjaan yang mudah dan praktis.
Menciptakan karya sastra bukanlah
pekerjaan asal-asalan.
Seseorang yang menciptakan karya sastra
haruslah memiliki tanggung jawab sosial di
hadapan penikmat karya sastra

Merebaknya cybersastra ini tak hanya dimanfaatkan


oleh penulis pemula, namun juga oleh sastrawan dan
budayawan bangsa ini.
Sudjiwo Tedjo, Goenawan Mohammad serta Prie GS
yang aktif ngetwit di jejaring sosial twitter, twit mereka
pun tak jarang merupakan bentuk kritik sosial dengan
kalimat yang terstruktur dan menarik, serupa dengan
gaya mereka menulis dalam bentuk tulisan panjang.
Bersastra pun menjadi tali penghubung antara pencipta
dan penikmat karya sastra, sekaligus menjadi media
menyebarnya pesan-pesan moral yang termaktub
dalam karya-karya mereka

Anda mungkin juga menyukai