Anda di halaman 1dari 4

Semalam di Desa Putih

Ustadz Hisyam, begitulah masyarakat kampung Sogo


memanggilnya. Beliau adalah tulang punggung dan satu-satunya orang
yang memiliki pengetahuan agama yang sangat baik dikampungnya,
kurang lebih seperti itu. Ya, study pesantrennya sudah melang-lang
buwana khususnya disekitar Jawa Timur. Sudah tidak ada yang meragukan
keilmuannya. Ibadahnya bisa disebut wali masakini. Malamnya tak pernah
lepas dari tahajjut dan bermunajat kepada Allah. Paginya bernduha dan
bertafakkur. Beliau juga memiliki madrasah diniyyah yang dipegang
sendiri, juga selalu mengisi tausiah setiap hari sabtu dan ahad pagi.
Jo, nek aku lihat sejak pertama kali ustadz hisyam datang, memang
secara sepiritual kampung kita meningkat jauh. Harapanku, gus Hisyam
selain pinter ilmu agama, beliau juga oerang yang berpendidikan,
seharusnya beliau ...
Harusnya beliau juga mempebaiki tatanan masyarakat dan
perekonomian desa kita, begitu maksudmu? belum selesai karso
ngomong, parjo sudah memotongnya. ya, begitu maksudku.
Ya begitulah, selama ini hasil pertanian desa kita cuma begitubegitu saja, tidak ada inovasi-inovasi untuk membuat sesuatu yang baru.
Bahkan akhir-akhir ini, untuk mendapatkan air bersihpun, kita mulai
kesulitan. Karena sungai yang kotor. Pak Karim selaku kepala desapun
tidak pernah peduli dengan lingkungan sekitar. Yang diurusi cuma urusan
yang berbau pemerintah Karso menjelaskan panjang lebar.
Lah, kamu tau sendiri, kades kita itu orangnya keras kepala, gak
bisa diomongi, apalagi dibantah dan disalahkan tindakannya, bisamati kita
!. sudah sepeti zaman pak Harto saja jawab Parjo sekenanya. Ia kembali
nyeruput kopi yang ada didepannya itu.
La kita harus bagaimana? Giman kalau kita bicarakan ini dengan
ustadz Hisyam? Karso menanggapi.
Hussss, ngawur. Kamu berani mendiskusikan ini dengan ustadz
Hisyam?, beliau sudah sangat disibukkan dengan ubudiyahnya, kasta kita
pun berbeda, beliau orang alim pasti pemikirannya berbedadengan kita.
Aku tidak yakin beliau mau menanggapi peraduan kita. Parjo menghisap
rokok yang baru dinyalahkannya itu. Seperti biasa, dia bersikap dingain.
Kalau dipikir-pikir, ya juga sih. Kamu ingat kejadian minggu lalu?
Waktu itu mas Rafi nyamberi ustadz Hisyam untuk meminta sumbangan
dana dan tenaganya untuk kerja bakti. Tapi ustadz Hisyam hanya
memberi sumbangan dana dan melanjutkan sholat duhurnya. Ya,
walaupun saat itu beliau menolaknya dengan sopan.
###

Malam berlalu seperti biasanya, setelah mengajar di madin, ustadz


Hisyam langsung menuju kamarnya untuk tidur. Tiba-tiba ustadz Hisyam
seolah terbangun mendengar suara gaduh seperti suara alat-alat berat.
Beliau keluar untuk melihat apa yang terjadi. Perlahan dibukanya pintu
dan dilihat ada secerah cahaya yang begitu terang, sehingga
membuatnya harus menyipitkan mata, mengilaukan. Ustadz Hisyam
mencari dari mana asal suara gaduh tersebut. Tapi apa yang beliau
dengar tak seperti apa yang dilihatnya. Tidak ada sama sekali alat berat
disana, yang ada hanyalah segerombolan orang berpakaian serba putih,
wora-wiri entah sedang mengerjakan apa.
Sugkhanallah, sebenarnya tempat apa ini? Ada dimana aku
sebenarnya? Tadi terdengar suara gaduh, tapi setelah aku tengok,
ternyata tidak ada apa-apa. Setelah aku keluar banyak sekali orang-orang
berpakaian serba putih entah sedang apa. Suasana pun begitu tentram,
langit begitu cerah, penuh cahaya seperti di surga. Ustadz Hisyam terus
berjalan melewati orang-orang berpakaian putih tersebut sambil
mengamati keadaan sekitar. Seperti pasar , kata dalam hati. Tapi kenapa
harus berpakaian serba putih?.
Langkahnya terhenti ketika ada seorang kakek tua menghampirinya,
seraya berkata sampeyan orang baru disini? Tak usah bingung. Pasti
sampeyan bertanya-tanya, mengapa mereka berpakaian serba putih. Yah,
walau putihnya tak seputih awan dan juga tak jarang baju yang dikenakan
lucek seperti yang saya pakai ini ustadz Hisyam hanya bisa diam sambil
tak henti-hentinya beliau mengamati suasana sekitar.
Kalau sampeyan ingin tau tentang desa ini, pergilah ke surau kyai
Soleh Sadud. Tapi beliau dikenal dengan nama pak Joko oleh masyarakat
sini. Hanya orang tertentu saja yang tau nama aslinya. Suraunya ada di
seberang sungai 250 m setelah jalan lurus dari pasr ini. Jika sampai sudah
melihat dua bringin kembar, setelah menyebrang sungai. Sampeyan akan
melihat surau kecil. Nak disitu lah biasnya pak Joko tinggal.
Singkat cerita, ustadz Hisyam pun sampai di depan beringin kembar.
Tetapi terlihat suasana surau begitu ramai, seperti ada sesuatu pengajian.
Ssetelah berpikir panjang, akhirnya ia pun memberanikan diri untuk
nimbrung ngaji kuping bersama bapak-bapak disitu. Sebagian yang
mengetahui keberadaannya, menoleh dan memberi senyum sumringah,
tanda mereka menerima kedatangannya. Terlihat dua puluhan orang
yang menghadiri pengajian itu.
Seperti yang difirmankan allah SWT , yang berbunyi :

Tidak lah aku (Allah) menciptakan jin dan manusia kecuali untuk
beribadah kepadaku

Ustadz Hisyam mulia mendengarkan dalil, yang sebenarnya tak


asing lagi baginya.
Kami sebagai manusia diciptakan hanyalah untuk beribadah
(menyembah) kepadanya. Ibadah niki dibagi dadi kaleh, pertama ibadah
mahdoh atau hablum minallah (sesuatu yang berhubungan dengan allah).
Kapeng kaleh niku ibadah ghoiru mahdoh atau hablum minannas (sesuatu
yang berhubungan dengan manusia). Seperti utang piutang, ridho
manusia, memaafkan, iklah dll. Hablum minannas ini adalah yang paling
sulit. Karena kita harus nyuwon iklase kepada manusia yang lain. Ada
sebuah dalil yang menjelaskan bahwa, jika saja dosa seluruh umat
manusia dipadang mahsar dikumpulkan jadi satu, kepada satu orang.
Niscaya allah akan mengampuninya. Karena allah maha pemurah dan
maha pengampun. Tapi, tanggunganmu bukan Cuma padaku (Allah).
Mintalah ridha pada manusia yang masih punya sangkut paut padamu.
Ustadz Hisyam semakin seksama mensengarkan tausyiah pak Joko
terlebih ketika masuk sesi akhir.
Dan sebenarnya ada satu lagi yang sering dilupakan oleh manusia
pak joko berbicara dengan nada serius membuat suasana menjadi hening.
Hablum minal alam, seringkali kita rajin memperbaiki hal ubudiyah
dengan terus menerus beribadah kepada allah. Sangat menghati-hati
dalam bertingkahlaku guna mempebaiki relasi kita dengan manusia. Tapi
kita seringkali luput untuk memperbaiki tempat dimana kita kinggal.
Sampah berserakan diman-mana sehingga membuat sungai kita kotor
dan bau. Tanah kita dipupuk dengan sampah-sampah plastik. Kerusakan
diman-mana dan kita diam saja melihat alam kita rusak? kata-kata pak
Joko tadi seolah-olah membuat ustadz Hisyam sadar bahwa apa yang ia
lakukan selama ini hanyalah urusan dengan tuhan. Tampa memperhatikan
relasinya kepada sesama manusia, apa lagi kepada alam. Ia terus
merenungi apa yang barusan ia dapatkan tadi. Hingga ia tak sadar
dihadapannya ada pak Joko sedang memperhatikannya.
Belum pulang? tanya pak Joko membuyarkan lamunannya. Mmm,
belum pak kyai jawab spontan. Jangan panggil aku dengan nama itu,
panggil saja Joko, pak Joko. Aku kok baru lihat kamu anak muda,
sampeyan baru ya disini? ustadz Hisyam bingung bagaimana
menjelaskan kejadian janggal yang membawa dirinya kemari.
Mmm, begini pak, selama perjalanan meniju kemari saya
dibingungkan dengan keadaan sekitar. Mengapa semua masyarakat disini
mengenakan pakaian serba putih?
Ooh itu beliau tersenyum. Berhenti sejenak menghela nafas.
Dulu desa ini adalah pusat pasar yang sangat besar. Setiap harinya
selalu saja ada pertikaian yang terjadi antara warga. Hingga suatu hari,

datanglah seorang alim yang memperbaiki tatanan masyarakat disini.


Singkat cerita belia berhasil membuat desa ini damai dan tentram, tidak
ada lagi pertikaian antar warga. Dan salah satu warga yangmengusulkan
bahwa setiap warga wajib memakai pakaian serba putih sebagai tanda
kebersiahan hati mereka, keterbukaan, kedamaian, serta kesucian. Yaaah,
desa ini memang terlihat begitu nyaman dan damai. Senyum tersebar
dimana-mana, kata-kata yang keluar dari setiap mulut pun halus,
menentramkan hati tutur pak Joko.
Memang siapa orang alim itu pak?
Liat itu pak Joko menunjukkan ke arab selatan surau.
Ketika ustadz Hisyam menoleh kembali kearah pak Joko. Tiba-tiba
beliau menghilang dan ustadz Hisyam pun tiba-tiba kejebur kedalam
sungai yang entah dimana datangnya.
Ustad Hisyam pun kaget dan langsung terbangun. Dilihat jam
menunjukkan pukul 04.30. kemudian beliau langsung menunaikan sholat
subuh. Ternyata semua yang ia alami itu hanyalah mimpi. Tapi setidaknya
cukup membuat ia tersadar akan kesalahannya selama ini.
Wallahu Alam

Anda mungkin juga menyukai