Anda di halaman 1dari 18

1.

Tangani Sanitasi, Amankan Air Minum Untuk Mengatasi


Problem Kesehatan dan Kebersihan Masyarakat Indonesia
JAKARTA-Sanitasi dan Air Minum merupakan syarat mutlak bagi kehidupan bangsa. Saat ini ada
jutaan warga di berbagai daerah di Tanah Air masih kesulitan mengakses air bersih karena keterbatasan
infrastruktur yang ada. Untuk itu, pemerintah berkomitmen mengelola sanitasi dan kesehatan lingkungan
dengan menerapkan strategi nasional sanitasi total berbasis masyarakat atau STBM.
kemitraan jangka panjang diperlukan dalam mengelola program kebersihan dan sanitasi di
Indonesia.Sejumlah strategi nasional sanitasi total berbasis masyarakat itu adalah, program daerah bebas
dari buang air sembarangan, perilaku mencuci tangan dengan sabun untuk memutus mata rantai penularan
penyakit terkait sanitasi lingkungan, pengelolaan air dan makanan dalam rumah tangga, pengelolaan
limbah rumah tangga dan drainase, serta manajemen pengelolaan sampah rumah tangga.
Penerapan strategi ini dinilai positif dan relevan dengan pandangan Departemen Kesehatan yaitu
untuk membangun masyarakat yang mandiri untuk hidup sehat. Tangani Sanitasi, Amankan Air Minum
merupakan thema yang tepat untuk mengatasi problem kesehatan dan kebersihan masyarakat Indonesia.
Ketua Tim Pengarah Pembangunan Air Minum dan Sanitasi Dedi Supriadi Supriatna mengatakan
bahwa, Perlunya mengadvokasi pembangunan air minum dan sanitasi kepada para pengambil keputusan
dan pelaku pembangunan secara nasional, memperkuat komitmen pelaku pembangunan di bidang air
minum dan sanitasi di tingkat pusat dan daerah, memfasilitasi terbangunnya komitmen kerja sama antar
pemangku kepentingan, memperkuat dukungan penyelenggaraan pembangunan dari pelaku non
pemerintah, dan menyepakati langkah-langkah sinergis dalam pembangunan air minum dan sanitasi
nasional.
Pemerintah telah menetapkan target pada 2015 sesuai dengan target Millenium Development
Goals (MDGs). Yaitu sebanyak 68,87 persen total penduduk Indonesia harus memiliki akses terhadap
sumber air minum layak. Sementara sebanyak 62,41 persen harus memiliki akses terhadap fasilitas
sanitasi yang layak.
Pemerintah pun telah menaruh investasi untuk program infrastruktur sanitasi dari APBN sebesar Rp14
triliun, dalam kurun waktu empat tahun sejak tahun 2010.
Menurut Direktur Perumahan dan Pemukiman Bappenas, Nugroho Tri Utomo, hal tersebut
terkendala karena minimnya kesadaran dari berbagai pihak akan pentingnya sanitasi dan air minum yang
layak. Nugroho mengatakan sebesar 75 persen air sungai di perkotaan, telah tercemar bakteri e-koli
karena sanitasi yang buruk.
Sebanyak 14.000 ton tinja serta 17.600 meter kubik urine mencemari air sungai setiap harinya. Oleh
karena itu, Nugroho mengatakan juga pentingnya akan pemahaman perilaku hidup sehat dan bersih.
Jagalah kebersihan lingkungan kita masing-masing bagi kesehatan bersama.
Analisa:
Sanitasi dan air bersih adalah sebuah kebutuhan penting bagi masyarakat Indonesia. Kebutuhan
yang mutlak tersebut ternyata terkendala dengan minimnya infrastruktur yang memadai. Kondisi yang
memprihatinkan tersebut mendorong pemerintah untuk mengambil tindakan tegas untuk memperbaiki
kondisi tersebut dengan cara program daerah bebas dari buang air sembarangan, perilaku mencuci tangan
dengan sabun untuk memutus mata rantai penularan penyakit terkait sanitasi lingkungan, pengelolaan air
dan makanan dalam rumah tangga, pengelolaan limbah rumah tangga dan drainase, serta manajemen
pengelolaan sampah rumah tangga. Diharapkan kedepannya, pemerintah seharusnya lebih memperhatikan
masalah sanitasi dan air bersih tersebut sebagai sebuah penunjang terciptanya masyarakat yang sehat dan
berkualitas serta masyarakat menjadi semakin mengerti akan pentingnya perilaku hidup sehat dan bersih.

2.

Inovasi

Pengelolaan

Sampah

di

Kota

Curitiba

Brazil:

Mungkinkah Kita Adopsi?


Di Indonesia terjadi trend peningkatan volume sampah dalam 3 tahun terakhir seiring dengan
peningkatan jumlah penduduk. Namun sampah tersebut belum seluruhnya dikelola dengan metode yang

baik sehingga menimbulkan berbagai persoalan ekologis (Kementerian Lingkungan Hidup, 2012).
Pemerintah menyadari pentingnya pengelolaan sampah sehingga menetapkan UU No. 18 tahun 2008
tentang Pengelolaan Sampah. UU tersebut mengatur pengelolaan sampah antara lain melalui pengurangan
sampah dari sumbernya menggunakan pendekatan 3R (Reduce, Reuse, Recycle). Namun sayangnya
pendekatan tersebut belum dilaksanakan secara luas akibat kurangnya sosialisasi pada masyarakat (Antara
News, 2012).
Untuk mencari solusi bagi permasalahan sampah tersebut, kita mungkin perlu belajar dari
pengalaman bangsa lain yang telah berhasil mengatasi permasalahan sampah. Tidak ada salahnya kita
menimba pengalaman dari Kota Curitiba Brazil yang telah berhasil mengatasi permasalahan sampah
dengan inovasi yang ekonomis namun efisien, sehingga kita dapat melengkapi kekurangan dan
meningkatkan kualitas dan kuantitas layanan pengelolaan sampah di Indonesia.
INOVASI PENGELOLAAN SAMPAH DI KOTA CURITIBA
Sebagaimana kota-kota besar lain di seluruh dunia, Kota Curitiba juga mengalami berbagai
permasalahan urban, antara lain pertambahan populasi dan sampah. Jumlah penduduk Kota Curitiba yang
besar menghasilkan volume sampah yang besar pula. Namun demikian Kota Curitiba tidak terpuruk
dalam permasalahan sampah. Pada tahun 1989 Kota Curitiba memulai inovasi pengelolaan sampah yang
ekonomis dan berwawasan lingkungan yang diberi tajuk Garbage that is not Garbage (Sampah yang
Bukan Sampah). Inovasi pengelolaan sampah tersebut dapat mendaur ulang 70% sampah Kota Curitiba
dan 90% penduduknya berpartisipasi dalam program daur ulang sampah. Upaya tersebut diapresiasi oleh
United Nations Environment Programme (UNEP) yang pada tahun 1990 memberikan penghargaan
tertinggi bidang lingkungan hidup pada Kota Curitiba (Keuhn 2007, Fazzano & Weiss 2004). Adapun
empat inovasi tersebut adalah:
A. THE GARBAGE PURCHASE (PEMBELIAN SAMPAH)

Pada tahun 1989, Kota Curitiba membutuhkan pabrik daur


ulang sampah. Sayangnya pendirian pabrik tersebut membutuhkan dana 70 juta US dollar sementara itu
pemerintah Kota Curitiba tidak memiliki dana sebesar itu. Sebagai solusinya, pemerintah melakukan
kampanye pemilahan sampah berdasarkan kategori organic dan non organic. Pelaksanaan kampanye
program tersebut dibantu oleh Institute for Social Integration. Program ini selain bertujuan untuk
memelihara kebersihan kota juga dapat mengurangi pengangguran karena melibatkan 16.000 pengumpul
sampah independent yang dibayar setiap akhir pekan atau akhir bulan setelah mengumpulkan sampah dari
25 area tertentu yang sulit diakses truk pengangkut sampah. Setiap bulan ada 555 ton sampah yang dibeli
melalui program ini. Pengumpul sampah independent berfungsi untuk membantu 2.000 petugas
kebersihan resmi yang dipekerjakan oleh pemerintah Kota Curitiba. Di Curitiba pengumpul sampah
independent mendapat posisi terhormat karena bekerja keras menjaga kebersihan kota dan mereka
merupakan komponen ekonomi yang penting (Rabinovitch & Leitman, 1996; Keuhn, 2007).
B. THE GREEN EXCHANGE (PENUKARAN SAMPAH)

Program yang dimulai pada tahun


1991 ini ditujukan bagi masyarakat berpendapatan rendah. Kegiatannya adalah mengumpulkan, memilah
dan menukar sampah rumah tangga dengan barang kebutuhan sehari-hari seperti tiket bis, buku tulis bagi
anak sekolah, dan bahan makanan. Disediakan 97 lokasi penukaran sampah yang berpindah setiap dua
minggu sekali. Dalam perkembangannya pemerintah Kota Curitiba mengeluarkan kebijakan menukar
sampah dengan buah dan sayuran segar. Setiap empat kilogram sampah dihargai setara dengan satu
kilogram buah atau sayuran segar. Melalui program ini setiap bulan ada sekitar 60.000 kilogram buah dan
sayuran segar yang dibarter dengan sampah. Pemerintah Kota Curitiba membeli buah dan sayuran segar
dari petani lokal. Program ini selain dapat menstabilkan perekonomian petani, sekaligus juga
menyediakan bahan pangan bagi 35.000 keluarga miskin serta menjaga kebersihan lingkungan kota.
Melalui program ini setiap hari ada sekitar 9 ton sampah yang berhasil dikumpulkan masyarakat Kota
Curitiba (Martins 2007 dalam Keuhn, 2007; Fazzano & Weiss, 2004).
C. FREE OPEN UNIVERSITY FOR ENVIRONMENT (PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP/PLH)

The Free Open University for the


Environment yang didirikan pada tahun 1991 merupakan daya tarik ecotourist yang unik dan terkenal di
Kota Curitiba. Universitas tersebut memberikan program pendidikan pengelolaan dan perlindungan
lingkungan hidup (PLH) secara gratis pada masyarakat umum. Lokasi universitas yang terletak di tengah
hutan kota membedakannya dengan lembaga pendidikan pemerintah yang lain. Perusahaan pemerintah
maupun swasta di sektor industri tertentu seperti kimia, lingkungan, energi dan petrokimia bahkan
mensyaratkan pekerjanya untuk mengikuti program PLH di universitas tersebut. Banyak anggota
masyarakat seperti ibu rumah tangga, pengawas bangunan, pelayan toko, dan sebagainya yang mengikuti
PLH secara sukarela. Sedangkan bagi anak-anak sejak tahun 1989 diperkenalkan program SE-PA-RE
(separate). Program SE-PA-RE ini bertujuan untuk mendidik anak-anak mengenai pentingnya memilah
sampah. Sesuai dengan sasaran didiknya, program SE-PA-RE menggunakan media kartun (Rabinovitch &
Leitman, 1996; McCartney 2006; Fazzano & Weiss 2004; Keuhn 2007).
D. ALL CLEAN (SEMUA BERSIH)

Kota Curitiba mendanai program padat


karya yang dilakukan secara berkala untuk membersihkan wilayah tertentu di dalam kota yang banyak
terdapat timbulan sampah namun tidak dapat dijangkau oleh system layanan pengelolaan sampah

konvensional. Program ini dilakukan di 135 neighbourhoods (rukun tetangga). Selain membersihkan jalan
dan tempat-tempat lain, program ini juga membuat dan memelihara kebun sayur di bekas tempat
penampungan sampah. Program ini mempekerjakan para pensiunan, pengangguran, mantan pemabok dan
tuna wisma yang membutuhkan pendapatan. Program ini tidak berbasis pada mekanisme modal-insentif
tetapi pada partisipasi publik (Rabinovitch & Leitman, 1996; McCartney 2006).
USULAN UNTUK DIDISKUSIKAN:
Mungkinkah kita dapat mengadopsi inovasi pengelolaan sampah Kota Curitiba Brazil dengan
modifikasi sesuai kebijakan dan sistem pengelolaan sampah dan program-program terkait yang sudah ada
di Indonesia? Misalnya:
A. Inovasi The Garbage Purchase dan The Green Exchange dapat diintegrasikan dengan sistem
pengelolaan sampah non formal dan informal yang sudah ada seperti bank sampah dengan
penyesuaian mekanisme kerja.
B. Sedangkan inovasi Free Open University for Environment dapat dimodifikasi sesuai program
Pendidikan Lingkungan Hidup (PLH) yang sudah dimulai di jalur pendidikan formal sejak
tahun 1984 sesuai dengan program sekolah Adiwiyata. Program PLH ini dapat diperluas pada
jalur pendidikan non formal dan informal dengan melibatkan organisasi masyarakat seperti
LSM, PKK, PKBM, LPK dan sebagainya sehingga dapat menjangkau sasaran (peserta didik)
yang lebih banyak. Selain itu PLH juga dapat diwajibkan bagi pekerja di bidang tertentu
misalnya pekerja di industri yang terkait isu lingkungan seperti pengembang, kimia,
petrokimia, dan sebagainya sebagimana di Kota Curitiba Brazil.
C. Inovasi All Clean dapat diintegrasikan dengan program padat karya yang sudah ada yang
dikelola oleh Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi dengan penambahan frekuensi
untuk mengoptimalkan capaian.
Kendala-kendala yang muncul dalam proses adopsi dapat diatasi melalui kerjasama yang baik
antara pemerintah dan masyarakat sebagai wujud komitmen dari semua pihak terhadap isu pengelolaan
dan perlindungan lingkungan. Apabila keempat inovasi tersebut diadopsi dan diimplementasikan secara
simultan dan berkesinambungan maka membantu memelihara keberlanjutan lingkungan sebagai
pendukung perikehidupan generasi sekarang dan yang akan datang.
Analisa:
Permasalahan sampah adalah permasalahan serius yang tengah dihadapi oleh Indonesia.
Tingginya jumlah sampah tiap harinya, ditambah dengan perilaku masyarakat yang kurang peduli
kesehatan menambah jumlah sampah tiap harinya. Pemerintah sebenarnya sudah meluncurkan program
untuk mendaur ulang sampah atau pemanfaatan kembali sampah sejak tahun 2008, namun program
tersebut tidak berjalan baik karena kurangnya sosialisasi kepada masyarakat.
Pemerintah harusnya belajar dari beberapa Negara yang telah sukses mengolah sampah dan
tentunya menguntungkan pemerintah itu sendiri. Kalau boleh menjadi perhatian, Indonesia harusnya
belajar dari kota Curitiba di Brasil yang telah membuat sampah yang awalnya dianggap barang yang
sangat menjijikan dan tidak berguna, menjadi barang yang bernilai ekonomis dengan beberapa cara yang
sangat cerdas, dari penukaran sampah hingga edukasi tentang nilai ekonomis sampah yang selama ini
belum disadari oleh masyarakat Indonesia sepenuhnya.

3. Mengolah Limbah Kebun dan Industri Kelapa Sawit sebagai


Pakan Ternak
Luas areal lahan perkebunan kelapa sawit, potensial untuk pengembangan usaha budidaya
peternakan. Sebab, sebagai agen biologis penanggulangan gulma, hingga mampu menekan jumlah biaya
perawatan dan pengendalian gulma. Terlebih lagi, limbah sawit dapat diolah sebagai pakan ternak.
Pemenuhan tingginya permintaan kebutuhan pasar dalam mengkonsumsi sumber protein hewani
berupa daging dan susu pada upaya peningkatan taraf kehidupan masyarakat, peningkatan jumlah

populasi ternak selayaknya menjadi target pembangunan sub sector peternakan. Dan, pemeliharaan ternak
secara intensif menjadi solusinya.
Kabupaten Labuhanbatu memiliki potensi sumber daya alam (SDA) yangcukup besar dalam
beberapa decade terakhir. Terlebih setelah komoditi kelapa sawit menjadi tanaman primadona. Dengan
luasan areal perkebunan yang ada, baik milik perusahaan milik Negara, swasta nasional dan asing
ataupun milik perseorangan (rakyat), dinilai potensial jika dimanfaatkan untuk usaha pengembangan
ternak ruminansia. Seperti jenis ternak kerbau, lembu, sapi, domba dan kambing serta jenis rusa-an.
Budidaya ternak di areal perkebunan sawit sangat potensi. Karena, ketersediaan jumlah tanaman
hijauan sebagai pakan ternak yang efektif dalam pengendalian hama terpadu (PHT). Mampu menekan
biaya penggunaan pestisida dan efisien pada penggunaan tenaga kerja.
Pendekatan ekologis holistic itu mencipta hubungan harmonis antara ternak dengan tanaman.
Sehingga, gulma tumbuh dapat dikendalikan pada jenis rerumputan leguminosa yang cocok dan bermutu
pada ternak.
Akan tetapi, sebagai kendala, bila dimusim kemarau tiba mutu tanaman hijauan berkurang jumlahnya.
Disebabkan, hilangnya energi dan mineral serta protein dari tanaman akibat kekurangan air. Tentu
berdampak pada pertumbuhan hewan jadi terlambat dan menurunnya berat badan ternak dan persentase
karkas menjadi rendah. Namun, semakin luasnya areal perkebunan kelapa sawit yang juga menghasilkan
banyaknya pangkasan pelepah sawit dan dedaunan kelapa sawit, sebagai alternatifnya. Limbah/sampah
areal perkebunan itu menjadi pakan untuk ternak.
Tak hanya sisa perkebunan, limbah industri pabrik kelapa sawit (PKS) juga dapat dijadikan
sebagai pakan ternak. Sehingga, kelapa sawit mulai dari dedaunan, pelepah hingga perasan buah sawit,
bukil inti sawit dan Lumpur sawit, seoptimal mungkin dapat diolah sebagai tambahan pada pakan ternak.
Sebagai pakan pengganti rumput, pengolahan limbah perkebunan dan industri kelapa sawit dapat
dijadikan sebagai alterntif untuk penyediaan ransom, selain itu pengolahannya juga sangat sederhana.
Pelepah Segar
Kulit pelepah sawit dikupas secara manual. Bagian daging pelepah dicacah dengan ukuran diameter
cacahan sekitar antara 1-4 centimeter. Dapat pula digiling mencapai ukuran yang lebih halus, kemudian
diberikan kepada ternak sebagai pakan dasar. Sehingga, dapat menggantikan rumputan berkisar 50-100
persen. Untuk meningkatkan konsumsi pelepah dapat dicampur dengan bahan lainnya, seperti gula,
tetea/molase, dedak dan lainnya.
Pelepah silase
Kulit pelepah dikupas secara manual. Bagian daging dicacah dengan ukuran diameter 2-4 centimeter.
Cacahan pelepah segar (300-400 kilogram) dipercikkan air larutan urea (3-4 kg urea per 100 liter air)
secara merata pada cacahan. Lalu, dimasukkan kedalam drum dan ditutup rapat menghasilkan hampa
udara. Proses fermentasenya dilakukan selama 2-3 minggu. Kemudian dapat diberikan sebagai pakan
dasar dan untuk meningkatkan konsumsi peleph juga dapat dicampur dengan pakan lainnya. Seperti, gula,
tetea/molase, dedak dan lainnya.
Tujuan dari pengolahan pelepah sawit, selain mengatasi kekurangan hijauan sebagai pakan dimusim
kemarau juga dapat mempergunakan sisa hasil perkebunan atau hasil ikutan perkebunan.
Semen Jilat
Suplemen semen jilat salahsatu teknologi berbentuk balok untuk dijilat ternak ruminansia. Disamping
mudah memproduksinya dan lebih menguntungkan karena bahan yang dipergunakan dalam
pembuatannya juga sederhana dan mudah didapatkan di pasaran. Seperti garam beryodium, semen dan
ultra mineral, ember plastic sebagai cetakan serta potongan besi yang ujungnya dibengkokkan seperti
huruf C sebagai tempat gantungan.
Adapun cara pembuatannya juga relative mudah. Yaitu, semen sebanyak 2,5 kg ditambah garam yodium 7
kg diaduk hingga rata. Kemudian ditambah ultra mineral sebanyak 1 kg dan diaduk hingga rata, lalu
sedikit demi sedikit dicampur/tuang air hingga menjadi adonan semen.
Setelah adonan merata dengan kekentalan yang relative dapat disesuaikan, dibagi menjadi tiga
bagian. Satu bagian untuk satu cetakan (cetakan ember plastic ukuran 0,5 liter air). Pertama-tama
potongan besi dimasukkan dengan posisi tegak berdiri, lalu sedikit demi sedikit adonan dituang kedalam

ember cetakan keseluruhan. Sehingga, berat adonan lebih kurang 3 kg perbalok. Lalu dikeringkan hingga
mengeras.
Blok suplemen dapat diberikan kepada ternak selama 40 hari dengan jumlah ternak kambing atau domba
sejumlah 10 ekor.
Tujuan pemberian sumplemen semen jilat adalah untuk mengurangi ternak memakan pupuk,
plastic, kain dan lainnya yang sering dijumpai di lapangan pengembalaan. Kedua, menambah unsure
mineral yang dibutuhkan oleh tubuh ternak. Yaitu, unsure mineral makro dan mikro.
Analisa:
Luasnya wilayah perkebunan kelapa sawit dapat menghasilkan keuntungan financial yang besar
di Indonesia. Namun, dibalik keuntungan perkebunan kelapa sawit yang besar tersebut, ternyata memiliki
pesona lainnya yang sangat besar, namun belom banyak disadari oleh masyarakat Indonesia. Pesona
tersebut adalah pemanfaatan limbah hasil perkebunan kelapa sawit
Tak hanya sisa perkebunan, pemerintah seharusnya mendorong kreatifitas masyarakat untuk
menyadari bahwa limbah industri pabrik kelapa sawit (PKS) juga dapat dijadikan sebagai pakan ternak.
Sehingga, kelapa sawit mulai dari dedaunan, pelepah hingga perasan buah sawit, bukil inti sawit dan
Lumpur sawit, seoptimal mungkin dapat diolah sebagai tambahan pada pakan ternak.
Sebagai pakan pengganti rumput, pengolahan limbah perkebunan dan industri kelapa sawit dapat
dijadikan sebagai alterntif untuk penyediaan ransom, selain itu pengolahannya juga sangat sederhana.

4. Strategi Pengelolaan Pencemaran Lingkungan


Persoalan lingkungan hidup disebabkan berbagai hal, salah satunya pertumbuhan penduduk.
Pertumbuhan populasi manusia yang semakin tinggi menyebabkan aktifitas ekonomi juga meningkat
pesat. Kegiatan ekonomi/pembangunan yang semakin meningkat mengandung resiko pencemaran dan
perusakan lingkungan hidup sehingga struktur dan fungsi dasar ekosistem yang menjadi pendukung
kehidupan menjadi rusak. Hal tersebut merupakan beban sosial yang pada akhirnya manusia pula yang
akan menanggung biaya pemulihannya.
Dalam penjelasan atas Undang-Undang nomor 23 tahun 1997 tentang pengelolaan Lingkungan
Hidup disebutkan bahwa arah pembangunan jangka panjang Indonesia adalah pembangunan ekonomi
dengan bertumpukan pada pembangunan industri yang diantaranya menggunakan berbagai jenis bahan
kimia dan zat radioaktif.
Disamping menghasilkan produk yang bermanfaat bagi masyarakat, industrialisasi juga
menimbulkan ekses, antara lain dihasilkannya limbah yang apabila dibuang ke lingkungan akan dapat
mengancam lingkungan hidup itu sendiri, kelangsungan hidup manusia serta makhluk hidup lain.
Pencemaran Lingkungan : Definisi, Sumber dan Pengendalian
Pencemaran lingkungan hidup adalah masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup,zat,energi dan
ataukomponen lain ke dalam lingkungan hidup oleh kegiatan manusia sehingga kualitasnya turun sampai
tingkat tertentu yang menyebabkan lingkungan tidak dapat berfungsi sesuai peruntukkannya (UndangUndang Pengelolaan Lingkungan Hidup Ps 1 angka 12)
Pencemaran dapat dikategorikan menjadi :
- pencemaran tanah

1.

pencemaran air

pencemaran udara

Pencemaran Tanah
Definisi pencemaran tanah adalah : Masuknya limbah ke dalam tanah yang
mengakibatkan fungsi tanah turun (menjadi keras dan tidak subur) sehingga tidak
mampu lagi mendukung aktivitas manusia. Sumber-sumber pencemaran tanah dapat
berasal dari domestik, industri maupun pertanian.
-

limbah domestik misalnya buangan dapur yang mengandung minyak/lemak bila

secara terus-menerus
dibuang ke media tanah akan menyebabkan pori-pori tanah tertutup dan tanah menjadi
keras
-

limbah industri yang belum diolah bila dibuang ke media tanah juga akan merusak

tanah, misalnya
limbah pabrik tahu yang bersifat asam akan merusak tanah.
- Aktifitas pertanian berupa pemupukan dengan pupuk kimia buatan merupakan faktor
terbesar yang menyebabkan kerusakan struktur tanah pertanian.
Tercemarnya tanah pada akhirnya membawa dampak bagi manusia. Tanah pertanian yang telah
mengalami kerusakan (berubah struktur dan susunan kimiawinya) menjadi keras, produktifitas lahan pun
akan menurun (ditunjukkan dengan hasil panen yang semakin menurun dari tahun ke tahun)
2. Pencemaran air
Masuknya limbah ke dalam air yang mengakibatkan fungsi air turun sehingga tidak mampu lagi
mendukung aktifitas manusia dan menyebabkan timbulnya masalah penyediaan air bersih. Bagian
terbesar yang menyebabkan pencemaran air adalah limbah cair dari industri,di samping limbah padat
berupa sampah domestik.
Sumber-sumber Pencemaran Air
Pencemaran air akibat kegiatan manusia tidak hanya disebabkan oleh limbah rumah tangga, tetapi
juga olehlimbah pertanian dan limbah industri. Semakin meningkatnya perkembangan industri, dan
pertanian saat ini, ternyata semakin memperparah tingkat pencemaran air, udara, dan tanah. Pencemaran
itu disebabkan oleh hasil buangan dari kegiatan tersebut.
Pencemaran air pada dasarnya terjadi karena air limbah langsung dibuang ke badan air ataupun ke
anah tanpa mengalami proses pengolahan terlebih dulu, atau proses pengolahan yang dilakukan belum
memadai. Pengolahan limbah bertujuan memperkecil tingkat pencemaran yang ada agar tidak
membahayakan lingkungan hidup.
Sumber-sumber Pencemaran Air Meliputi:
a. Limbah Rumah Tangga
Limbah rumah tangga merupakan pencemar air terbesar selain limbah-limbah industri, pertanian dan
bahan
pencemar lainnya. Limbah rumah tangga akan mencemari selokan, sumur, sungai, dan lingkungan
sekitarnya.
Semakin besar populasi manusia, semakin tinggi tingkat pencemarannya.
Limbah rumah tangga dapat berupa padatan (kertas, plastik dll.) maupun cairan (air cucian,
minyak goring bekas, dll.). Di antara limbah tersebut ada yang mudah terurai yaitu sampah organik dan
ada pula yang tidak dapat terurai. Limbah rumah tangga ada juga yang memiliki daya racun tinggi,
misalnya sisa obat, baterai bekas, air aki. Limbah-limbah tersebut tergolong bahan berbahaya dan beracun
(B3). Tinja, air cucian, limbah kamar mandi dapat mengandung bibit-bibit penyakit atau pencemar
biologis (seperti bakteri, jamur, virus, dan sebagainya) yang akan mengikuti aliran air.

b. Limbah Lalu Lintas


Limbah lalu lintas berupa tumpahan oli, minyak tanah, tumpahan minyak dari kapal tangker. Tumpahan
minyak akibat kecelakaan mobil-mobil tangki minyak dapat mengotori air tanah. Selain terjadi di darat,
pencemaran lalu lintas juga sering terjadi di lautan. Semuanya sangat berbahaya bagi kehidupan.
c. Limbah Pertanian
Limbah pertanian berupa sisa, tumpahan ataupun penyemprotan yang berlebihan misalnya dari pestisida
dan
herbisida. Begitu juga pemupukan yang berlebihan. Limbah pestisida dan herbisida mempunyai sifat
kimia
yang stabil, yaitu tidak terurai di alam sehingga zat tersebut akan mengendap di dalam tanah, dasar
sungai, danau serta laut dan selanjutnya akan mempengaruhi organisme-organisme yang hidup di
dalamnya. Pada pemakaian pupuk buatan yang berlebihan akan menyebabkan eutrofikasi pada badan
air/perairan terbuka.
Penanggulangan Pencemaran Air
Penanggulangan pencemaran air dapat dilakukan melalui:

1.

Perubahan perilaku masyarakat

Pembuatan kolam/bak pengolahan limbah cair


Perubahan Perilaku Masyarakat

Secara alami, ekosistem air dapat melakukan rehabilitasi apabila terjadi pencemaran terhadap badan
air. Kemampuan ini ada batasnya. Oleh karena itu perlu diupayakan untuk mencegah dan menanggulangi
pencemaran air. Untuk mengatasi pencemaran air dapat dilakukan usaha preventif, misalnya dengan tidak
membuang sampah dan limbah industri ke sungai. Kebiasaan membuang sampah ke sungai dan
disembarang tempat hendaknya diberantas dengan memberlakukan peraturan-peraturan yang diterapkan
di lingkungan masing-masing secara konsekuen. Sampah-sampah hendaknya dibuang pada tempat yang
telah ditentukan.Masyarakat di sekitar sungai perlu merubah perilaku tentang pemanfaatan sungai agar
sungai tidak lagi dipergunakan sebagai tempat pembuangan sampah dan tempat mandi-cuci-kakus
(MCK).
Peraturan pembuangan limbah industri hendaknya dipantau pelaksanaannya dan pelanggarnya dijatuhi
hukuman. Limbah industri hendaknya diproses dahulu dengan teknik pengolahan limbah, dan setelah
memenuhi syarat baku mutu air buangan baru bisa dialirkan ke selokan-selokan atau sungai. Dengan
demikian akan tercipta sungai yang bersih dan memiliki fungsi ekologis.
Tindakan yang Perlu Dilakukan oleh Masyarakat:

a. Tidak membuang sampah atau limbah cair ke sungai, danau, laut dll.
b. Tidak menggunakan sungai atau danau untuk tempat mencuci truk, mobil dan
sepeda motor
c. Tidak menggunakan sungai atau danau untuk wahana memandikan ternak dan
sebagai tempat kakus
d. Tidak minum air dari sungai, danau atau sumur tanpa dimasak dahulu
2 Pembuatan Kolam Pengolah Limbah Cair
Saat ini mulai digalakkan pembuatan WC umum yang dilengkapi septic tank di daerah/lingkungan yang
rata-rata penduduknya tidak memiliki WC. Setiap sepuluh rumah disediakan satu WC umum. Upaya
demikian sangat bersahabat dengan lingkungan, murah dan sehat karena dapat menghindari pencemaran
air sumur / air tanah.
Selain itu, sudah saatnya diupayakan pembuatan kolam pengolahan air buangan (air cucian, air
kamar mandi, dan lain-lain) secara kolektif, agar limbah tersebut tidak langsung dialirkan ke selokan atau
sungai. Untuk limbah industri dilakukan dengan mengalirkan air yang tercemar ke dalam beberapa kolam
kemudian dibersihkan, baik secara mekanis (pengadukan), kimiawi (diberi zat kimia tertentu) maupun
biologis (diberi bakteri, ganggang atau tumbuhan air lainnya). Pada kolam terakhir dipelihara ikan untuk

menguji kebersihan air dari polutan yang berbahaya. Reaksi ikan terhadap kemungkinan pengaruh
polutan diteliti. Dengan demikian air yang boleh dialirkan keluar (selokan, sungai dll.) hanyalah air yang
tidak tercemar. Salah satu contoh tahap-tahap proses pengolahan air buangan adalah sebagai berikut:

a) Proses penanganan primer, yaitu memisahkan air buangan dari bahan-bahan padatan
yang mengendap atau mengapung.
b) Proses penanganan sekunder, yaitu proses dekomposisi bahan-bahan padatan secara biologis
c) Proses pengendapan tersier, yaitu menghilangkan komponen-komponen fosfor dan padatan
tersuspensi, terlarut atau berwarna dan bau. Untuk itu bisa menggunakan beberapa metode
3.

bergantung pada komponen yang ingin dihilangkan.


Pencemaran Udara

Pencemaran udara adalah masuknya limbah ke dalam udara yang mengakibatkan fungsi udara turun
sehingga tidak mampu lagi mendukung aktifitas manusia. Pencemaran udara disebabkan oleh partikel
debu,asap kendaraan dan dari cerobong asap industri dan gas kimia dari industri kimia.
Sumber pencemaran udara dapat dogolongkan menjadi 2, yaitu :
-

Sumber bergerak

- Sumber tidak bergerak


a. Pencemaran dari sumber bergerak, misalnya disebabkan oleh emisi dari kendaraan bermotor,
terutama bila pembakaran dalam mesin kendaraan tersebut sudah tidak efisien.
b.

Pencemaran dari sumber tidak bergerak, misalnya asap dari sisa pembakaran pabrik.

Pencemaran udara dapat menimbulkan berbagai dampak antara lain:


Gangguan kesehatan

Debu dari pabrik (mis : pabrik semen) dapat terhirup manusia dan menimbulkan penyakit. Penyakit-

penyakit mematikan dapat menghingapi manusia akibat kualitas lingkungan yang buruk dan pencemaran,
seperti kanker, ginjal, kerusakan otak, dan lainnya.
pneumokoniosis/ sesak napas.
Gas-gas emisi kendaraan bermotor maupun carobong pabrik (misalnya karbondioksida, metan,
klorofluorokarbon, oksida nitrogen, dsb) akan menimbulkan penipisan lapisan ozon/ozone depleting.
Gas-gas asam misalnya asam sulfat, asam klorida dan asam nitrat dapat menimbulkan terjadinya
hujan asam/acid rain.
Pengendalian Pencemaran Udara

Penggunaan bahan bakar yang lebih ramah lingkungan, serta mesin kendaraan yang efisien

Pengolahan limbah udara di pabrik, misalnya dengan menggunakan alat dust collector yang dapat
menangkap debu.
Menggalakkan penghijauan untuk menyerap/mengkonversi zat pencemar.
Beberapa fakta terjadinya penurunan kualitas lingkungan di Kabupaten Bondowoso
Meskipun merupakan kota kecil dan jumlah industri tidak terlalu banyak, Bondowoso tidak luput
dari masalah penurunan kualitas lingkungan antara lain:

Pencemaran koliform (bakteri tinja) di Hilir Sungai Sampean mencapai 500 MPN/100 ml (MPN: Most

Probable Number)
Tingginya kadar BOD,COD,TDS, Phospat, dll. di beberapa titik sungai Sampean . Sumber : sampling
dan analisa tahunan oleh Kantor Lingkungan Hidup Tahun 2007
Gangguan estetis berupa bau, busa maupun perubahan warna dan kekeruhan pada sepanjang kali
Kijing. Sumber : Laporan Observasi peserta susur sungai Hari LH sedunia Th 2003.
Staregi Pengendalian Pencemaran Berbagai upaya pengendalian pencemaran melalui berbagai
Program/Kegiatan, antara lain:
- Program pengembangan kinerja persampahan
- Program pengendalian pencemaran dan perusakan lingkungan
- Koordinasi penilaian kota sehat/adipura
- Pemantauan kualitas lingkungan
- Pengawasan pelaksanaan kebijakan bidang lingkungan hidup

Analisa:
Persoalan lingkungan hidup disebabkan berbagai hal, salah satunya adalah pertumbuhan
penduduk. Pertumbuhan populasi manusia yang semakin tinggi menyebabkan aktifitas ekonomi juga
meningkat pesat. Kegiatan ekonomi/pembangunan yang semakin meningkat mengandung resiko
pencemaran dan perusakan lingkungan hidup sehingga struktur dan fungsi dasar ekosistem yang menjadi
pendukung kehidupan menjadi rusak. Hal tersebut merupakan beban sosial yang pada akhirnya manusia
pula yang akan menanggung kerugiannya.
Pencemaran tersebut umumnya dikategorikan dalam beberapa aspek seperti pencemaran tanah,
udara dan air. Pencemaran tersebut tidak terjadi begitu saja, namun disebabkan oleh rendahnya kesadaran
warga akan pemeliharaan lingkungan serta pemahaman pentingnya lingkungan sehat sebbagai sebuah
investasi warga. Pemerintah dalam hal ini harusnya memberikan sebuah regulasi tegas penanggulangan
masalah lingkungan hidup ini tidak hanya sebatas AMDAL, tapi ada formula khusus yang membuat
warga lebih menghargai lingkungannya dan mengurangi pencemaran tersebut.

5. Sering Makan di Food Court? Check Yuk Ada Apa di Sana!

http://turcja.blog.com/2012/03/01/pest-control/
Mall, adalah sebuah tempat perbelanjaan yang selalu berusaha menunjukkan nilai estetika yang tinggi,
dari sisi kemewahan, kerapihan, hingga kebersihan. Kebanyakan kaum menengah ke atas lebih memilih
untuk berjalan jalan di mall daripada ke supermarket biasa. Mungkin karena di mall lebih banyak
pilihan dari pada pusat perbelanjaan yang lain. Termasuk untuk soal makanan. Masyarakat menengah ke
atas biasanya lebih memilih makan di dalam mall daripada di pinggir jalan. Alasannya tentu karena mall
dianggap menyediakan makanan yang jauh lebih bersih dan sehat dibandingkan dengan makanan yang di
jajakan di pinggir jalan.
Saya juga sempat berfikir tentang itu dahulu. sebelum saya benar benar memahami bagaimana
kondisi yang terjadi di dalam mall. Dan apa saja yang tidak dipahami pengunjung mall tentang kondisi
mall yang sebenarnya di balik keindahan serta kemewahannya.
Hampir di semua mall menyediakan fasilitas food court. Food court disediakan entah hanya
untuk sekedar duduk duduk sambil minum kopi, atau ditujukan untuk para pengunjung yang sengaja
ingin menyantap makanan yang dijual disana.
Dalam sebuah mall biasa, food court-nya mampu menampung minimal 20 restaurant. Dari
makanan tradisional, hingga makanan international. Dari juice, kue, hingga makanan berat semua bisa
kita temui disana.
Tahun 2005 2006 saya bekerja di sebuah mall terbesar di daerah Cikarang - Bekasi. Saya bertugas
sebagai receptionist management mall. Tugas saya selain menerima surat, sistem filling, handling
complain, sampai dengan mengurus job description department department lain termasuk tugas
bagian pest control.
Pest control adalah petugas yang mengurusi kebersihan dan kenyamanan mall dari hewan
hewan seperti ulat (pad a taman mall), tikus, kecoa, lalat, semut, sampai nyamuk. Walaupun itu hewan
kecil, tapi pengunjung sudah pasti akan merasa risih jika menemukan hewan hewan tersebut di dalam
mall.
Suatu hari saya memanggil bagian pest control untuk melakukan general cleaning pada bagian
food court. Karena saya mendapatkan complain dari salah satu pihak tenant (penyewa) food court yang
mengatakan bahwa pada bagian dapurnya banyak ditemukan kecoa, yang bisa mengakibatkan makanan
yang mereka jual menjadi tidak higienis. General cleaning dilakukan 2 3 kali dalam seminggu dan
biasanya pada malam hari setelah mall tutup atau pagi pagi sekali sebelum jam operasional mall

dimulai. Sebelum bagian pest control melakukan tugasnya, mereka diwajibkan melakukan pengecekan
pada lokasi lokasi yang akan dibersihkan. Salah satunya adalah food court. Setelah di check, mereka
harus membuat dokumentasi terlebih dahulu dengan memotret pest yang mereka temui di food court
(terutama) karena itu adalah lokasi yang menjual makanan minuman. Setelah lokasi pest ditemukan itu
di foto, maka general cleaning mereka mulai. Saat mereka menyerahkan hasil dokumentasi tersebut, saya
sangat terkejut, karena aduan dari pihak tenant mall ternyata benar. Sejumlah kecoa dan semut berhasil
terekam kamera. Saya berusaha memposisikan diri menjadi salah satu dari customer, jika melihat pastilah
akan merasa jijik. Dan kemungkinan akan kapok untuk menikmati makanan di food court mall ini.
Kejadian ini tidak terjadi sekali, tapi berkali kali. Mungkin karena di daerah Cikarang masih banyak
tanah kosong yang memudahkan hewan hewan penganggu seperti itu mudah saja masuk ke dalam mall.
Saya juga sempat membuka file file lama bagian pest control sebelum saya bekerja di mall ini,
saya lihat dokumentasi dokumentasinya yang membuat saya semakin merasa jauh lebih jijik. Pernah
ditemukan bangkai tikus di salah satu dapur tenant. Dan akhirnya tenant tersebut memilih untuk tidak lagi
meneruskan sewa tokonya di mall ini.
Kejadian ini sungguh sangat mengkhawatirkan. Untung saja pihak tenant jauh lebih sigap dengan
segera mengadukan kondisi ini kepada pihak manajemen mall. Jika tidak, pastinya makanan yang di
sajikan di dalam mall ini bukan lagi makanan bersih dan sehat seperti harapan pengunjung.
Saran saya untuk anda para pembaca yang mungkin menjadi tenan di salah satu mall, jika menemukan
kondisi ini segera laporkan kepada pihak manajemen mall. Karena fasilitas kebersihan dan kenyamanan
anda adalah kewajiban mereka. Uang sewa toko harusnya sudah meliputi kebersihan dan segala macam
kerusakan yang terjadi di dalam toko. Untuk para pengunjung, jika menemukan kondisi tidak
mengenakan seperti ini silahkan segera melaporkan pada pihak security atau bagian cleaning service.
Jangan ragu. Karena ini juga demi kebaikan bersama.
Dan untuk pihak pengelola mall, sebaiknya jangan hanya melakukan general cleaning beberapa
kali dalam seminggu. Usahakan lakukan setiap hari. Ini mencegah kemungkinan kemungkinan yang
bisa mengurangi omzet dan tingkat ketertarikan pengunjung untuk datang kembali ke mall anda. Jadi,
siapa bilang makanan di mall lebih higienis daripada makanan di pinggir jalan? Semahal dan seindah
apapun tampilan makanan yang disediakan di luar rumah, akan jauh lebih sehat jika kita memasak sendiri
di rumah.
Semoga bermanfaat.
Analisa:
Mall, adalah sebuah tempat perbelanjaan yang selalu berusaha menunjukkan nilai estetika yang
tinggi, dari sisi kemewahan, kerapihan, hingga kebersihan. Kebanyakan kaum menengah ke atas lebih
memilih untuk berjalan jalan di mall daripada ke supermarket biasa. Mungkin karena di mall lebih
banyak pilihan dari pada pusat perbelanjaan yang lain. Termasuk untuk soal makanan. Masyarakat
menengah ke atas biasanya lebih memilih makan di dalam mall daripada di pinggir jalan. Alasannya tentu
karena mall dianggap menyediakan makanan yang jauh lebih bersih dan sehat dibandingkan dengan
makanan yang di jajakan di pinggir jalan.
Namun, paradigma mall lebih higienis daripada makanan di pinggir jalan ternyata tidak selalu
benar. Bahkan, di beberapa tempat justru kondisi food court justru diluar perkiraan banyak orang. Kondisi
dalam dapur food court justru banyak terdapat kekotoran seperti dijumpai banyak semut, kecoa bahkan
tikus yang mati. Dalam hal ini, pengelola mall seharusnya lebih giat dalam melakukan pengawasan.
Pengawasan yang umumnya seminggu atau dua minggu sekali, bias lebih diintensifkan menjadi setiap
hari demi kenyamanan bersama.

6. KLB Keracunan Gorontalo dan Epidemiologi Kesehatan


Darurat
Puluhan peserta seminar guru yang diselenggarakan di Kecamatan Bongomeme, Kabupaten
Gorontalo, Provinsi Gorontalo keracunan usai mengkomsumsi makanan (catering) pada saat pelaksanaan
seminar Selasa (25/10/2011). Ada dua orang dilaporkan meninggal dunia dan 125 orang lainnya dirawat
di Rumah Sakit Dunda Limboto, Kabupaten Gorontalo. Korban yang meninggal adalah Delima Lippy,
seorang guru SMP, dan Mohamad Ismail, 14, siswa SD.
Bukan hanya peserta seminar guru yang mengalami keluhan sakit perut, muntah dan kejangkejang, tetapi juga anak-anak para guru yang membawa pulang makanan dari seminar. Saat seminar
berlangsung tidak semua peserta seminar makan ditempat, ada juga yang membawa pulang nasi kotak
yang dibagikan panitia seminar sehingga beberapa korban keracunan satu keluarga.
Banyak korban keracunan makanan mendorong pemerintah daerah setempat menetapkan kondisi
luar biasa (KLB) keracunan pangan. Biasanya penetapan status KLB karena jumlah warga yang terkena
banyak dan terjadi dalam waktu yang relatif singkat serta pemerintah menanggung seluruh biaya
pengobatan korban keracunan. Penyebab keracunan biasanya adalah virus Bacillus Cereus atau
Stapyllococcus Aureus. Polisi setempat masih fokus pada investigasi asal makanan dan pihak-pihak yang
menyiapkannya. Sementara pihak Dinas Kesehatan setempat belum terdengar melakukan langkahlangkah survelians epidemiologi keracunan makanan.
Langkah yang harus dilakukan Dinas Kesehatan setempat adalah melakukan surveilans
Epidemiologi Keracunan Pangan di tempat pelaksanaan seminar. Surveilans berguna untuk mengetahui
besar dan luasnya masalah serta gambaran epidemiologi peningkatan kasus keracunan pangan pada
tempat pelaksanaan seminar. Ada beberapa tujuan khusus surveilans dilakukan seperti mengetahui
distribusi kasus secara epidemiologi, mengetahui Attack Rate dan relative risk kasus keracunan pangan,
mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian tersebut dan memastikan KLB keracunan
pangan. Surveilans KLB keracunan pangan bisa menggunakan rancangan penelitian epidemiologi
deskriptif dengan menggunakan desain cross sectional. Data primer diperoleh dengan melakukan
investigasi langsung pada tempat pelaksanaan seminar.
KLB Keracunan Pangan
Kejadian keracunan makanan berhubungan dengan masalah keamanan pangan. Letusan penyakit
akibat pangan (foodborne disease) dan kejadian-kejadian pencemaran pangan telah menjadi masalah
global, bukan hanya terjadi di berbagai negara berkembang tetapi juga terjadi pada negara-negara maju.
Di negara-negara maju, diperkirakan satu dari tiga orang penduduk mengalami keracunan pangan setiap
tahunnya. Sebuah sumber menyebutkan, bahwa kasus keracunan pangan di Eropa merupakan penyebab
kematian kedua terbesar setelah Infeksi Saluran Pernafasan Atas atau ISPA.
Definisi yang dikembangkan Direktorat Surveilan dan Penyuluhan Keamanan Pangan, Badan
Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia (BPOM-RI) tentang KLB Keracunan Pangan adalah
suatu kejadian dimana terdapat dua orang atau lebih yang menderita sakit dengan gejala yang sama atau
hampir sama setelah mengonsumsi pangan, dan berdasarkan analisis epidemiologi, pangan tersebut
terbukti sebagai sumber penularan. Salah satu agent penyebab KLB Keracunan Pangan adalah keberadaan
bakteri pathogen yang berlebihan dalam pangan. Senyawa kimia, seperti logam berat, nitrit, toksin jamur
dan residu pestisida juga merupakan penyebab KLB Keracunan Pangan. Sedangkan World Health
Organization (WHO) mendefinisikan Kejadian Luar Biasa (KLB) keracunan pangan atau dikenal dengan
istilah foodborne disease outbreak sebagai suatu kejadian dimana terdapat dua orang atau lebih yang
menderita sakit setelah mengkonsumsi pangan yang secara epidemiologi terbukti sebagai sumber
penularan.

Kejadian Luar Biasa (KLB) merupakan suatu kejadian/kasus yang menunjukkan peningkatan
kejadian secara luar biasa didalam suatu kelompok. Kejadian Luar Biasa ini bisa di akibatkan dari
kontaminasi suatu bahan kimia dan atau disebabkan oleh mikroorganisme. Guna menghindari kejadian
luar biasa keracunan khususnya dari makanan, diperlukan suatu tindakan-tindakan baik pra kejadian, saat
kejadian keracunan makanan dan pasca kejadian keracunan. Diharapkan dengan melakukan tindakantindakan tersebut kasus atau kejadian keracunan makanan dapat ditiadakan dan diminimalisir jumlah
korban keracunan makanan.
Tanda-tanda klinik keracunan pangan dibagi atas enam kategori seperti : pertama, gejala pada
saluran gastrointestinal atas berupa mual dan muntah; kedua, gejala pada saluran gastrointestinal bawah
seperti kejang perut dan diare; ketiga, gejala infeksi umum seperti demam, menggigil, rasa tidak enak,
letih, dan pembengkakan kelenjar limfe; keempat, gejala alergik misalnya wajah memerah, dan gatalgatal; kelima, gejala neurologik misalnya gangguan penglihatan, perasaan melayang, dan paralisis; dan
keenam, gejala sakit tenggorokan dan pernafasan (Gentina, dkk., 2007).
Prosedur standar bila terjadi KLB keracunan pangan pada tingkat Puskesmas adalah: pertama,
Petugas Puskesmas setelah menerima laporan atau informasi dari masyarakat, RS, dll, segera melakukan
pengecekan ke lapangan tentang kebenaran berita kasus keracunan; Kedua, memberikan pertolongan
berupa pengobatan kepada penderita keracunan, dan bila diperlukan mengirim penderita ke unit
pelayanan kesehatan yang lebih tinggi untuk referal sistem (Rumah Sakit); ketiga, mengambil contoh
makanan/minuman

yang

diduga

sebagai

penyebab

keracunan;

keempat,

mengirim

contoh

makanan/minuman ke Dinas Kesehatan Kab/Kota; kelima, melaporkan adanya kejadian keracunan


makanan ke Dinas Kesehatan Kab/Kota segera (menggunakan telepon, fax, form W1, sms, dan e-mail);
keenam, bergabung dengan TIM KLB Keracunan Dinas Kesehatan Kab/Kota melakukan kajian
Penyelidikan Epidemiologi.
Pada tingkat Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, segera melakukan koordinasi dan pembahasan
tentang kasus yang terjadi serta meneruskan contoh makanan/minuman yang diduga sebagai penyebab
keracunan ke BBTKLPM/BLK/Laboratorium lain yang ditunjuk dengan menggunakan formulir
Pengiriman Sampel Keracunan Makanan/Minuman. Setelah itu melakukan pengecekan ke lokasi
keracunan

dan

memonitor

kejadian

keracunan

serta

melakukan

tindakan

investigasi/penyelidikan/surveilans epidemiologi untuk mengetahui attack rate, relative risk, dan


lokasi/waktu kejadian keracunan. Hasil Penyelidikan Epidemiologi Tim Surveilans inilah yang digunakan
Kepala Dinas Kesehatan Kab/Kota memberikan keterangan/ penjelasan kepada publik/ masyarakat
tentang kasus yang terjadi.
Pada tingkat Dinas Kesehatan Propinsi juga memiliki porsi tanggungjawab setelah mendapat
laporan/ informasi surveilans epidemiologi keracunan. Bahkan bila dianggap perlu, Dinas Kesehatan
Propinsi dapat membantu Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dalam penyelidikan/surveilans epidemiologi
kasus keracunan makanan di daerahnya dan koordinasi dengan laboratorium yang ada di Propinsi.
Tanggung jawab lainnya adalah memberi bimbingan teknis dalam menyusun rencana pencegahan,
penyelidikan dan penanggulangan keracunan.
Sementara pada tingkat Pemerintah Pusat yakni Kementrian Kesehatan, Ditjen PPM & PL cq.
Subdit HSMM dan Subdit Surveilans melakukan koordinasi setelah mendapat laporan/informasi. Bila
dianggap perlu, memberikan arahan dan bimbingan teknis dalam menyusun rencana pencegahan,
penyelidikan dan penanggulangan keracunan serta memantau perkembangan dan tindak lanjut dalam
kasus keracunan makanan di Daerah.
Sebagai antisipasi kasus keracunan pangan pada masa datang, maka pada sisi konsumen,
masyarakat perlu meningkatkan pemahaman tentang Hygiene Sanitasi Makanan dan Minuman secara
baik dan benar. Sedang pada sisi pemerintah, perlu meningkatkan supervisi pada Tempat Pengelolaan
Makanan agar prinsip-prinsip Hazard Analysis Critical Control Point (HACCP). Pemerintah juga
mengemban tanggungjawab melakukan penyuluhan tentang cara mengolah, dan menyimpan makanan
yang higienis.

Dari kasus KLB keracunan pangan di Gorontalo, Dinas Kesehatan setempat perlu melakukan Pelatihan
Asisten Epidemiologi Lapangan (PAEL) pada petugas dinas kesehatan, Pelatihan/Kursus Hygiene
Sanitasi Makanan dan Minuman serta Pelatihan Hazard Analisys Critical Control Point (HACCP).
Analisa:
Puluhan peserta seminar guru yang diselenggarakan di Kecamatan Bongomeme, Kabupaten
Gorontalo, Provinsi Gorontalo keracunan usai mengkomsumsi makanan (catering) pada saat pelaksanaan
seminar Selasa (25/10/2011). Ada dua orang dilaporkan meninggal dunia dan 125 orang lainnya dirawat
di Rumah Sakit Dunda Limboto, Kabupaten Gorontalo. Korban yang meninggal adalah Delima Lippy,
seorang guru SMP, dan Mohamad Ismail, 14, siswa SD.
Kejadian keracunan makanan berhubungan dengan masalah keamanan pangan. Letusan penyakit
akibat pangan (foodborne disease) dan kejadian-kejadian pencemaran pangan telah menjadi masalah
global, bukan hanya terjadi di berbagai negara berkembang tetapi juga terjadi pada negara-negara maju.
Di negara-negara maju, diperkirakan satu dari tiga orang penduduk mengalami keracunan pangan setiap
tahunnya. Sebuah sumber menyebutkan, bahwa kasus keracunan pangan di Eropa merupakan penyebab
kematian kedua terbesar setelah Infeksi Saluran Pernafasan Atas atau ISPA.
Melihat kondisi tersebut, pemerintah seharusnya melakukan pengawasan ketat serta survey ke
beberapa wilayah penyedia bahan makanan sehingga bisa mengecek secara berkelanjutan tentang ke
higienis bahan makanan sehingga kejadian serupa tidak terjadi di kemudian hari.

7. Mahasiswa Kesehatan Masyarakat: Mulai dari yang


Sederhana
Indonesia merupakan negara kepulauan yang besar, dengan jumlah penduduk yang besar. Dengan
banyaknya jumlah penduduk ini, maka pemerintah Indonesia juga mempunyai tanggung jawab yang besar
untuk menciptakan kesejahteraan masyarakat dalam berbagai aspek kehidupan. Untuk mewujudkan hal
tersebut, pemerintah tentunya membutuhkan bantuan dari berbagai komponen masyarakat, tidak
terkecuali mahasiswa.
Mahasiswa dalam masyarakat sangat penting. Dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan
Nasional (Sisdiknas) No.20 Tahun 2003, pasal 20 ayat 2 dikatakan : Perguruan tinggi berkewajiban
menyelenggarakan pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat. Tak bisa dipungkiri,

mahasiswa memberikan peran penting untuk pembangunan masyarakat dalam beberapa aspek kehidupan,
salah satu di antaranya, pendidikan. Mahasiswa mengambil andil yang krusial dalam terwujudnya kondisi
akademis yang dibawa ke wilayah kemasyarakatan. Sebagai agent of change, mahasiswa berperan
sebagai pihak perubahan, yang pada awalnya banyak yang tidak diketahui, banyak yang bernilai kurang,
mahasiswa memberi sesuatu yang bernilai lebih pada masyarakat.
Mahasiswa yang dianggap sebagai kaum intelektual, mempunyai kesempatan yang lebih besar
untuk diterima dalam berbaur ditengah masyarakat. Kondisi inilah yang menunjukkan pentingnya
kedudukan mahasiswa dalam proses pembangunan. Para mahasiswa dari berbagai jurusan berlombalomba untuk berkontribusi ditengah masyarakat, tidak terkecuali, mahasiswa kesehatan masyarakat.
Perubahan itu dimulai dari diri sendiri. Kita tentu sering mendengar kalimat tersebut. Tetapi, tidak
semua dari kita meresapi dan menerapkan kalimat tersebut. Jika berbicara mengenai peran mahasiswa di
tengah masyarakat, kebanyakan dari mahasiswa akan menjawab dengan hal yang umum dan ruang
lingkup yang besar. Tidak semua mahasiswa menyadari bahwa untuk memberikan kontribusi yang besar
di masyarakat, harus dimulai dari lingkungan yang kecil terlebih dahulu, yaitu diri sendiri. Sebagai
mahasiswa kesehatan masyarakat yang berperan untuk prevent, promote, dan protect, diharapkan dapat
membawa perubahan yang lebih baik dalam sisi kesehatan masyarakat. Dengan masyarakat yang sehat,
tentunya akan meningkatkan motivasi diri untuk bekerja dan belajar, yang akan berdampak baik pada
pembangunan negara, seperti kalimat, Men sana in corpore sano (di dalam tubuh yang sehat terdapat
jiwa yang kuat).
Langkah pertama yang harus kita lakukan adalah menciptakan lingkungan yang sehat, yang
dimulai dari diri sendiri dengan menjaga kebersihan rumah, menerapkan pola hidup sehat, membuang
sampah pada tempatnya, dan kegiatan lainnya yang dapat menginspirasi orang lain untuk turut menjaga
kebersihan lingkungan. Jika kita sendiri sudah menyadari pentingnya kesehatan, kita dapat mengajak
lingkungan sekitar untuk turut berperan menjaga kesehatan dengan cara memberikan pemahaman kepada
masyarakat sekitar kita tentang konsep sanitasi lingkungan. Sanitasi lingkungan adalah status kesehatan
suatu lingkungan yang mencakup perumahan, pembuangan kotoran, penyediaan air bersih dan sebagainya
(Notoadmojo, 2003). Jika konsep sanitasi lingkungan ini tercapai, dapat terciptalah lingkungan hidup
yang sehat.
Untuk menciptakan lingkungan yang sehat, ada beberapa indikator yang harus diperhatikan.
Menurut http://adimoxer.blogspot.com/p/indikator-lingkungan-sehat.html,

untuk

menilai

keadaan

lingkungan dan upaya yang dilakukan untuk menciptakan lingkungan sehat telah dipilih empat
indikator, yaitu persentase keluarga yang memiliki akses air bersih, presentase rumah sehat, keluarga
dengan kepemilikan sarana sanitasi dasar, Tempat Umum dan Pengolahan Makanan (TUPM).
Sebagai mahasiswa yang masih mempunyai banyak kekurangan, kita dapat memulai dengan
berpartisipasi aktif dalam kegiatan sosial di lingkungan tempat tinggal kita, dan memberikan penyuluhan
sederhana tentang pentingnya kebersihan lingkungan untuk meningkatkan mutu kesehatan. Jika kita telah
mampu mendorong masyarakat sekitar kita untuk menciptakan lingkungan yang bersih dan sehat,
diharapkan dapat menginspirasi lingkungan tempat tinggal sekitar kita dan tempat-tempat lainnya untuk
turut menjaga kebersihan lingkungan, sehingga pada akhirnya semua masyarakat dapat menyadari
pentingnya menciptakan lingkungan sehat, dan pada akhirnya akan meningkatkan mutu kesehatan di
Indonesia.
Analisa:
Indonesia sebagai sebuah Negara yang besar dengan luas wilayah dan penduduk yang besar pula,
harus disokong sepenuhnya oleh rakyatnya demi menciptakan sebuah kesejahteraan social bagi seluruh
rakyat Indonesia. Dalam mewujudkan cita-cita tersebut, mahasiswa menjadi lapisan terdepan yang
memiliki peran sangat vital. Mahasiswa selain sebagai civitas akademi, juga merupakan agen perubahan
dalam banyak aspek kehidupan secara holistic. Perubahan yang dilakukan mahasiswa tidak hanya melulu

pada permasalahan politik dan pemerintahan, tetapi juga bisa dilakukan dalam bentuk kesehatan dan
kebersihan melalui upaya untuk menciptakan lingkungan yang sehat, yang dimulai dari diri sendiri
dengan menjaga kebersihan rumah, menerapkan pola hidup sehat, membuang sampah pada tempatnya,
dan kegiatan lainnya yang dapat menginspirasi orang lain untuk turut menjaga kebersihan lingkungan

8. Pencemaran Sungai: Dari Ciliwung Hingga Sungai


Seine

Ada berapa jenis ikan yang hidup di Sungai Ciliwung? Mungkin ini pertanyaan konyol. Tapi,
pertanyaan ini patut dicarikan jawabannya. Kenapa? Karena air sungai besar yang membelah Jakarta itu
sudah tercemar berat. Menurut Kepala Badan Lingkungan Hidup (BLH) Kota Depok, Rahmat Subagio,
yang didampingi Kabid Pemantauan Lingkungan, Kania Parwanti, kepada wartawan, Rabu, 21
September 2011, hasil penelitian di laboratorium menunjukkan bahwa kualitas air Sungai Ciliwung sudah
tidak dapat lagi dimanfaatkan sebagai sumber bahan baku PDAM di Kota Depok.
Kandungan Chemical Oxygen Demand (COD) dan Biological Oxygen Demand(BOD) Sungai Ciliwung
dipastikan tinggi, sehingga tidak layak dimanfaatkan sebagai sumber bahan baku Perusahaan Daerah Air
Minum (PDAM), jelasnya, sebagaimana diberitakan postkotapontianak.com, Kamis, 22 September 2011
- 15:14:52 WIB, Air Sungai Ciliwung Tidak Layak Menjadi Bahan Baku PDAM.
Dengan tingkat pencemaran seperti itu, diperkirakan ada ikan-ikan tertentu yang sudah tidak
mampu hidup di sana. Saya tidak menemukan data, ada berapa jenis ikan yang hidup di Sungai Ciliwung
sebelum tercemar, dan berapa jenis ikan yang hingga kini masih bertahan. Sebagai perbandingan, mari
kita cermati apa yang terjadi di Sungai Seine, Perancis. Sungai ini membelah kota Paris menjadi dua
bagian yang dalam bahasa Perancis disebut dengan istilah la rive droite (tepi kanan) dan la rive
gauche (tepi kiri). Yang dimaksud dengan tepi kanan adalah Paris Utara dan tepi kiri adalah Paris Selatan.
Paris Utara lebih makmur daripada Paris Selatan.
Secara historis, hulu sungai Seine adalah tempat yang nyaman untuk bertelurnya ikan Salmon
Salar atau Atlantic Salmon. Tapi, peningkatan polusi air dan pembangunan dam setelah Perang Dunia I,

membuat populasi ikan tersebut terus berkurang. Sejak tahun 1995, salmon benar-benar menghilang dari
perairan Seine. Dan, tiap tahun, ratusan ton ikan mati di sana. Tapi, pemerintah setempat tak tinggal diam.
Hampir 15 tahun proyek bersih-bersih sungai secara besar-besaran digalakkan, termasuk pembangunan
sebuah pabrik pemurnian air sungai. Hasilnya, sebagaimana diberitakan BBC London, Rabu 12 Agustus,
2009:
Salmon Atlantik - terdaftar sebagai spesies terancam punah di seluruh Eropa - kembali, seperti
yang dibuktikan oleh pemancing. Dan, Salmon tidak sendirian. Ratusan ikan trout laut, shad, dan belut
lamprey telah terlihat berkilauan di bawah sinar matahari Paris. Jumlah spesies ikan di sungai Seine
menggelembung menjadi 32 spesies.
Bukan hanya itu. Kebersihan Sungai Seine telah menjadikannya pusat wisata air paling bergengsi dan
bertaraf internasional. Di tengah kota metropolis, air Seine yang meluap lebih liar dari Bengawan Solo
dapat dijinakkan melalui beberapa bendungan besar, dan diolah dengan sistem yang ramah lingkungan,
hingga akhirnya mampu menjadi tempat yang menyenangkan.
Selain airnya tetap dalam kondisi jernih, juga dapat mengantisipasi bahaya banjir yang
mengancam Paris. Kalau orang Perancis bisa, mengapa kita tidak? Masalahnya, ada tidak kemauan dari
semua pihak ke arah situ, kritik Pengamat sosial politik FISIP Universitas Sebelas Maret (UNS)
Surakarta, Prof. Dr. Andrik Purwasito, sebagaimana diberitakan harianjoglosemar.com, Minggu, 03
April 2011, 09:00 WIB, Akar Persoalan Pencemaran adalah Faktor Ekonomi.
Andrik Purwasito di atas, membandingkan Sungai Seine dengan Sungai Bengawan Solo yang
pencemarannya juga sudah tinggi. Pencemaran yang terjadi pada Ciliwung dan Bengawan Solo tersebut,
agaknya menjadi cermin betapa tak terjaganya sungai-sungai di tanah air. Padahal, keberadaan sungai
sangat vital. Baik sebagai jalur transportasi, sebagai bahan baku air minum, dan sebagai urat nadi
pertanian. Sayangnya, perilaku masyarakat dan perilaku kalangan industri yang membuang limbah ke
sungai, membuat kekayaan alam itu rusak.
Menurut Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kota Bogor,Hari
Sutjahyo, di sela-sela Lokakarya Tahap II Strategi Penguatan Kelembagaan Pengelolaan Air Limbah
Kota Bogor, yang digelar di IPB International Convention Center, Jl. Pajajaran, Kota Bogor, Senin, 27
Juni 2011:
Rumah tangga di Kota Bogor merupakan penyumbang terbanyak pencemaran sungai yang ada di Kota
Bogor. Akibatnya, kandungan bakteri E-coli pada dua sungai utama di Kota Bogor yakni Sungai
Ciliwung dan Sungai Cisadane sangat tinggi.
Dari hasil penelitian tahun 2009, kadar E-coli Ciliwung Hulu 50 ribu, di Ciliwung Tengah
sebesar 40 ribu, Ciliwung Hilir sebesar 120 ribu, di Cisadane Hulu sebesar 18 ribu, Cisadane Tengah
sebesar 60 ribu, dan Cisadane Hilir sebesar 90 ribu. Padahal, baku mutu yang diterapkan hanya 5.000.
Artinya, bila berada di atas 5.000, air sungai tercemar parah.
Ciliwung, Cisadane, dan Bengawan Solo adalah bagian dari potret rusaknya sungai-sungai di
negeri ini. Tentu saja diperlukan langkah besar dengan jangka waktu yang cukup panjang untuk
membenahinya agar kondisi air sungai-sungai tersebut layak sebagai bahan baku air minum. Jika kondisi
ini dibiarkan berlarut-larut dan pencemaran terus meningkat, maka bukan tidak mungkin ikan-ikan yang
hidup di sana akan mati seperti yang pernah terjadi di Seine. Itu otomatis juga membahayakan bagi
kesehatan masyarakat yang menggunakan air sungai untuk kebutuhan sehari-hari. Pembenahan secara
menyeluruh tentulah membutuhkan dana yang tidak sedikit. Gubernur Jawa Barat, Ahmad Heryawan,
sebagaimana diberitakan www.klik-galamedia.com, Selasa, 15 Maret 2011, Gubernur Minta Dana Rp 3
Triliun, meminta pemerintah pusat mengalokasikan anggaran tiga daerah aliran sungai (DAS) Citarum,
Ciliwung, dan Cisanggarung sekitar Rp 3 triliun per tahun. Untuk mengimplementasikan hal ini, kami
terus berkoordinasi dengan pemerintah pusat, karena yang berwenang mengurusi masalah sungai adalah
pusat, katanya.
Pernyataan Gubernur tersebut membuat saya menghela nafas panjang. Bukan pesimis tapi saya
pikir akan membutuhkan waktu yang lama untuk tersedianya dana sebanyak itu. Apalagi saat ini para
politisi sedang konsentrasi penuh ancang-ancang menyambut Pemilu 2014. Jadi, boro-boro mereka

memikirkan pencemaran sungai. Meski begitu, bukan berarti tak ada yang bisa dilakukan masyarakat
untuk mengurangi pencemaran sungai tersebut. Tanpa menunggu pemerintah, masyarakat sangat bisa
berperan besar mengurangi pencemaran sungai. Salah satu yang utama adalah tidak membuang sampah
ke sungai. Ini membutuhkan kesadaran dari semua elemen masyarakat untuk sama-sama menjaga
kebersihan sungai. Konsekuensinya, masyarakat harus mencari alternatif pengelolaan sampah yang
selama ini mereka buang ke sungai.
Dalam hal ini, agaknya dibutuhkan hadirnya tokoh-tokoh masyarakat sebagaimana halnya
seorang budayawan Y.B. Mangunwijaya menggerakkan masyarakat Yogya membenahi Kali Code.
Mangunwijaya adalah pastor kelahiran Ambarawa, Jawa Tengah, 6 Mei 1929, dan kini sudah tenang di
pembaringan Tuhan sejak 10 Februari 1999. Di tahun 1970-an, sungai yang membelah kota Yogya itu
penuh dengan sampah rumah tangga hingga airnya sama sekali tak bisa dimanfaatkan. Langkah pertama
yang dilakukan oleh Romo Mangun adalah mendekati, dan memahamkan warga yang menghuni bantaran
Kali Code, agar tidak membuang sampah sembarangan. Romo Mangun rela tinggal di bantaran kali untuk
memberi contoh kepada warga tentang bagiamana menjaga kali. Hasilnya adalah Kali Code menjadi
bersih, indah, dan menjadi lokasi wisata alam yang menyenangkan dan menghasilkan nilai budaya, serta
ekonomi warganya. Sejak saat itu, banyak turis lokal, nasional, dan internasional berkunjung menikmati
indahnya alam Kali Code.
Sebagai penutup catatan ini, saya kutipkan petikan tentang Romo Mangun dan Kali Code sebagaimana
diberitakan Koran Jakarta, 21 Januari 2010, Belajar dari Romo Mangun: Begitulah, Kampung Code
Utara yang pada 1984 dihuni 35 keluarga kini dihuni oleh 54 KK. Dengan 200-an jiwa, peninggalan
Romo Mangun secara kasat mata bisa kita lihat rumah-rumah susun yang terbuat dari bambu yang dicat
warna-warni, balai warga yang berarsitektur unik, tempat bermain, dan maket-maket Romo Mangun
yang tersimpan di Museum Romo Mangun.
Tapi, kita akan gagal mengerti, kalau hanya melihat kerapihan bangunan, jalanan kecil yang
rapi dan bersih, mengenai apa yang diupayakan Romo Mangun sepanjang hidupnya di Code. Kali Code,
dan bagaimana masyarakat bersama Romo Mangun dan aktivis-aktivis sosial lain di sana, memberi
inspirasi kepada kita semua mengenai bagaimana seharusnya bekerja melawan kemiskinan.
04-10-2011
isson khairul

Analisa:
Permasalahan pencemaran air, khususnya Sungai Ciliwung merupakan masalah yang sudah
sangat umum. Sungai yang membelah kota Jakarta yang melintas dari Bogor hingga utara Jakarta tersebut
sudah sangat tidak layak dianggap sebagai sebuah sungai. Bahkan, ikan pun sulit untuk hidup di sungai
dengan polusi yang sangat tinggi yang disebabkan oleh kurangnya kesadaran menjaga lingkungan
masyarakat Indonesia. Sampah menjadi hal yang sangat umum dijumpai di Jamban Raksasa tersebut
yang menyebabkan terjadinya banjir tiap tahunnya, yang diperparah ulah manusia yang membangun
pemukiman di bantaran kali yang mebuat lebar Ciliwung menjadi semakin kecil dan semakin dangkal
oleh sampah dan tercemar tentunya.
Melihat kondisi tersebut, seharusnya pemerintah melakukan tindakan terencana dalam waktu ke
depan guna memperbaiki kualitas sungai di ibukota Negara secara khusus dan sungai sungai besar di
Indonesia secara umum. Tekad tersebut seperti bukan hal yang mustahil, beberapa Negara di dunia
khususnya eropa mengalami kerusakan sungai yang parah akibat perang Dunia namun mereka bisa
bangkit dan memperbaiki semuanya.,

Anda mungkin juga menyukai