Anda di halaman 1dari 3

Ada 5 Pattern Bisnis OAP by Zainul Fikri:

1. Unbundling Business Models


Masalahnya perusahaan yang terkombinasi dari 3 business model yang
dikerjakan secara bersamaan. Perusahaan mengerjakan apa yang seharusnya
bukan menjadi fokusnya.
Biaya terlalu besar, 3 budaya organisasi yang digabung pada satu bisnis
sehingga tidak maksimal.
Dengan model ini bisnis dipisah menjadi 3 bagian namun saling melengkapi.
Perusahaan harus tahu dimana core businessnya, focus disana, sisanya bisa
di outsource. Do not work hard, but work smart!
Perusahaan harus memisahkan dan mengkoordinasi 3 model bisnis dengan
biaya yang lebih rendah dan menutup efek yang tidak diinginkan
(unfocused). Focus only on one thing!
Contohnya: Private Bank Swiss yang memisahkan core bisnis banking dan
SDM. Mobile Telco company yang akhirnya bersatu dalam jaringan dan
bersaing dalam bentuk pelayanan konsumen.
2. Long Tail
Masalahnya karena perusahaan hanya membidik profitable-clients saja,
berfokus pada jumlah produk yang sedikit namun volume penjualan yang
tinggi.
Tantangan terjadi ketika perusahaan menargetkan less-profitable, hal
tersebut akan memerlukan biaya yang besar.
Dengan model ini target perusahaan menjadi membidik less-profitable clients
dan segmen niche secara massive yang jika dijumlahkan akan profitable
banget, atau dengan kata lain perusaaan focus pada jumlah produk yang
besar namun volume penjualan yang rendah.
Perusahaan harus meng-improve pemberian value pada konsumen pada
jumlah besar dengan biaya seminim mungkin.
Contohnya: Perusahaan Penerbit Lulu.com yang mempersilahkan siapapun
menjadi penulis dan LEGO membiarkan konsumennya berkreasi dengan
menyediakan Lego digital designer yang secara.
3. Multi-Sided Platforms
Masalah perusahaan adalah tiap satu Value Proposition yang perusahaan
tawarkan hanya menargetkan 1 segmen konsumen saja.
Perusahaan gagal untuk mendapatkan konsumen yang potensial yang
sebenarnya bisa didapatkan.
Dengan model ini perusahaan memberikan akses bagi penggunanya untuk
turut mengembangkan platform yang diberikan oleh perusahaan.
Perusahaan harus bisa menjual sesuatu dari dagangan yang sudah ada.
Microsoft Windows ikut jualan Microsoft Office!

Contohnya: Google memiliki 3 side platform, menyediakan search engine,


menyediakan tempat beriklan bagi para advertiser, dan memberikan pemilik
website share dari iklan yang dideliver google dari para advertisers.
Sony/Microsoft game vs Nintendo. Sony/Microsoft menargetkan gamers yang
serius, mereka membuat higher level hardware dan sophicticated game yang
berbiaya tinggi, namun ternyata earningnya tidak terlalu bagus. Nintendo
menargetkan casual gamers yang less serious dibanding Sony/Microsoft,
dengan hardware dan game yang low cost namun fun. 3 kunci sukses
Nintendo: 1) Harga produksi murah; 2) Memasuki pasar baru yang tidak
terlalu memperhatikan teknologi; 3) Revenue dari double-sided platform yang
besar.
Apple bukan hanya jualan hardware namun Itunes & App Store yang menjual
music dan aplikasi, yang ternyata revenuenya lebih besar dibanding jualan
hardware.

4. Free as a Business Model


Didalamnya ada tiga pattern: 1) Free-Offered dengan multi-plaform based
contohnya segmen advertising; 2) Free-basic dengan jasa premium atau
freemium; 3) Bait&Hook (umpan dan kail) dengan menjual sesuatu dengan
harga murah berharap sering dibeli konsumen. Intinya biaya yang
dikeluarkan besar karena Free, tapi value buat konsumen juga tinggi.
Harganya yang free kadang tidak disukai konsumen.
Nilai free kepada konsumen, namun revenue dari sumber lain
(advertising,dsb..)
Pelanggan disubsidi oleh revenue yang didapat dari sumber lain sehingga
bisa free.
Contoh model 1: Metro koran gratis Stockholm, Swedia, ditawarkan gratis di
public transport yang isinya ringan untuk menghibur kalangan pemudapemudi di public transport. Revenue didapat dari Iklan.
Contoh model 2: Flickr (sharing foto), Red hat (open source software), Skype
(VOIP Call), menyediakan sebuah basic service yang free, namun premium
dengan membatasi kapasitas layanan, untuk layanan yang real premium
konsumen harus sedikit membayar lebih.
Contoh model 3: Gillete (Pisaunya), perusahaan ini menemukan pisau cukur
murah yang tidak dapat dipakai dalam waktu yang lama (disposable). Intinya
Gillete bukan jualan razor (alat cukur) namun lebih bertujuan untuk menjual
blades (mata pisau si alat cukur).
5. Open Business Model
Masalah muncul karena perusahaan hanya memanfaatkan sumber
internalnya saja.
Biaya R&D internal usuallnya high dan hal tersebut tidak produktif.

Model ini menawarkan perusahaan untuk mengeksplor sumber eksternal


dalam menghasilkan ide (outside-in) ataupun dengan menggunakan sumber
eksternal untuk menjalankan ide internal (inside-out).
Mendapatkan R&D dari sumber eksternal costnya lebih murah, time-tomarket lebih cepat. Inovasi yang belum digarap ke pasar memiliki potensi
untuk mendatangkan penghasilan yang besar.
Contohnya: P&G, strateginya (connect & develop) bukannya melakukan R&D
secara internal namun memanfaatkan R&D sumber eksternal secara
partnership. (Outside-In)
GlaxoSmithKline GSK, bekerja sama dengan perusahaan farmasi dalam
mengembangkan obat yang sudah dipatenkan oleh GSK karena tujuan utama
GSK untuk delivering dan menjadi wadah research, bukannya meresearch.
Jadi GSK membuat paten dan kemudian dijalankan oleh perusahaan farmasi
(Inside-Out).
Innocentive, perusahaan ini kerjanya menjadi makelar antara organisasi yang
memiliki permasalahan (seekers) dengan para researcher di seluruh dunia
yang suka banget menyelesaikan berbagai masalah (solvers). Seekers
memposting masalah yang dihadapi di Website Innocentive dan Solvers
berusaha menyelesaikannya, siapa yang dapat menemukan solusi akan
diberikan reward oleh Seekers.

Anda mungkin juga menyukai