Chapter II 7
Chapter II 7
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.
Besi
Keberadaan besi pada kerak bumi menempati posisi keempat terbesar. Besi
ditemukan dalam bentuk kation ferro (Fe2+) dan ferri (Fe3+). Pada perairan alami
dengan pH sekitar 7 dan kadar oksigen terlarut yang cukup, ion ferro yang bersifat
mudah larut dioksidasi menjadi ion ferri. Pada oksidasi ini terjadi pelepasan elektron.
Sebaliknya. pada reduksi ferri menjadi ferro terjadi penangkapan elektron. Proses
oksidasi dan reduksi besi tidak melibatkan oksigen dan hidrogen (Eckenfelder, 1989;
Mackereth et al, 1989). Reaksi oksidasi ion ferro menjadi ion ferri ditunjukkan dalam
persamaan.
Fe++ Fe+++ + e-
5
Universitas Sumatera Utara
Pada pH sekitar 7,5 - 7,7 ion ferri mengalami oksidasi dan berikatan dengan
hidroksida membentuk Fe(OH)3 yang bersifat tidak larut dan mengendap (presipitasi)
di dasar perairan, membentuk warna kemerahan pada substrat dasar. Oleh karena itu,
besi hanya ditemukan pada perairan yang berada dalam kondisi anaerob (anoksik)
dan suasana asam (Cole, 1988).
Fenomena serupa terjadi pada badan sungai yang menerima aliran air asam
dengan kandungan besi (ferro) cukup tinggi, yang berasal dari daerah pertambangan.
Sebagai petanda terjadinya pemulihan (recovery) kualitas air, pada bagian hilir sungai
dasar perairan berwarna kemerahan karena terbentuknya Fe(OH)3 sebagai
konsekuensi dari meningkatnya pH dan terjadinya proses oksidasi besi (ferro) (Cole,
1988).
Perairan alam, besi berikatan dengan anion membentuk senyawa FeCl2,
Fe(HCO3), dan Fe(SO4). Pada perairan yang diperuntukkan bagi keperluan domestik,
pengendapan ion ferri dapat mengakibatkan wama kemerahan pada porselin, bak
mandi, pipa air, dan pakaian. Kelarutan besi meningkat dengan menurunnya pH.
Sumber besi di alam adalah pyrite (FeS2), hematite (Fe2O3), magnetite
(Fe3O4), limonite [FeO(OH)], goethite (HFeO2), dan ochre [Fe(OH)3] (Cole, 1988
dan Moore, 1991). Senyawa besi pada umumnya bersifat sukar larut dan cukup
banyak terdapat di dalam tanah. Kadang-kadang besi juga terdapat sebagai senyawa
siderite (FeCO3) yang bersifat mudah larut dalam air (Cole, 1988).
dan perairan yang diperuntukkan bagi keperluan pertanian sebaiknya memiliki kadar
besi tidak lebih dari 20 mg/1 (McNeely et al, 1979).
Besi termasuk unsur yang esensial bagi makhluk hidup. Pada tumbuhan,
termasuk algae, besi berperan sebagai penyusun sitokrom dan klorofil. Kadar besi
yang berlebihan selain dapat mengakibatkan timbulnya warna merah juga dapat
mengakibatkan karat pada peralatan yang terbuat dari logam, serta dapat memudarkan
bahan celupan (dyes) dan tekstil. Pada tumbuhan, besi berperan dalam sistem enzim
dan transfer elektron pada proses fotosintesis. Namun, kadar besi yang berlebihan
dapat menghambat fiksasi unsur lainnya.
Toksisitas besi (LC50) terhadap Lemna minor adalah 3,7 mg/1 (Wang, 1986
dalam Moore, 1991), sedangkan terhadap avertebrata air Asellus aquaticus (Isopoda)
dan Crangonyx pseudogracilis (Amphipoda) berturut-turut 95 mg/1 dan 160 mg/1
(Martin dan Holdich, 1986 dalam Moore, 1991). Nilai LCso besi terhadap ikan
berkisar antara 0,3-10 mg/1. Toksisitas besi (LCso) terhadap Daphnia magna adalah
5,9 mg/1 (Biesinger dan Christensen, 1972 dalam Canadian Council of Resource and
Environment Ministers, 1987).
2.2.
tidak terlarut menjadi besi tereduksi (yang larut) dalam bentuk ion bervalensi dua
(Fe2+).
Meskipun besi pada umumnya terdapat dalam bentuk terlarut bersenyawa
dengan bikarbonat dan sulfat, besi (Fe) juga ditemukan bersenyawa dengan hidrogen
sulfida (H2S), Selain itu besi ditemukan pula pada air tanah yang mengandung asam
yang berasal dari humus yang mengalami penguraian dari tanaman atau tumbuhan
yang bereaksi dengan unsur besi untuk membentuk ikatan kompleks organik.
Konsentrasi besi pada air tanah bervariasi mulai dari 0,01 mg/1 sampai dengan 25
mg/1.
Penyediaan air bersih dari permukaan yang membutuhkan pengolahan
penghilangan kandungan besi, biasanya air tersebut berasal dari hypolimnion (lapisan
bagian bawah) dari danau yang dalam atau dari danau yang eutrop (kaya nutrien),
dimana kondisi reaksi reduksi berlangsung untuk selanjutnya deposit endapan besi
akan berubah kembali ke dalam bentuk larutan.
Besi pada air permukaan terdapat dalam beberapa bentuk, antara lain bentuk
suspensi dari lumpur, tanah liat dan partikel (dispersi) halus dari besi (III) hidroksida,
[Fe(OH)3] dalam bentuk koloid dan organik kompleks.
Bentuk besi di dalam air digambarkan dalam bagan seperti di bawah ini
Besi Total
Besi II (Fero)
Bebas
Endapan
- FeS2
- FeCO2
- Fe(OH)2
Bebas Kompleks
Terlarut
- Fe2+
- FeOH+
Bebas
Kompleks
Organik
- asam
humus
Asam
fulfik
Komplek
s
Mineral
- silikat
- fosfat
Endapan
- Fe(OH)3
- Fe(OH)CO3
2.3.
Peraturan
Menteri
Kesehatan
RI.
Nomor
416
/MENKES/PER/IX/90 tentang baku mutu air bersih, kadar besi (Fe) yang diizinkan
untuk air bersih adalah 1,0 mg/1.
Jika konsentrasi besi di dalam air relatif besar, akan memberikan dampak sebagai
berikut:
1. Menimbulkan penyumbatan pada pipa disebabkan
a. Secara langsung oleh deposit (tubercule) yang disebabkan oleh endapan besi
b. Secara tidak langsung, disebabkan oleh kumpulan bakteri besi yang hidup di
dalam pipa, karena air yang mengandung besi, disukai oleh bakteri besi.
Selain itu kumpulan bakteri ini dapat meninggikan gaya gesek (losses) yang juga
berakibat meningkatnya kebutuhan energi. Selain itu pula apabila bakteri tersebut
mengalami degradasi dapat menyebabkan bau dan rasa tidak enak pada air.
2. Besi sendiri dalam konsentrasi yang lebih besar dan beberapa mg/1, akan
memberikan suatu rasa pada air yang menggambarkan rasa metalik, astringent,
atau obat.
3.
Keberadaan besi juga dapat memberikan penampakan keruh dan berwarna pada
air, oleh karena sangat tidak diharapkan pada industri kertas, pencelupan/textil
dan pabrik minuman.
4. Meninggalkan noda pada pakaian yang dicuci oleh air yang mengandung besi.
5. Meninggalkan noda pada bak-bak kamar mandi dan peralatan lainnya (noda
kecoklatan disebabkan oleh besi).
6. Endapan logam ini juga yang dapat memberikan masalah pada sistem penyediaan
air secara individu (sumur).
7. Pada ion exchanger endapan besi yang terbentuk, seringkali mengakibatkan
penyumbatan
atau
menyelubungi
media
pertukaran
ion
(resin),
yang
2.4.
alam didapat sebagai hematite, di dalam air minum besi menimbulkan rasa, warna
kuning, pengendapan pada dinding pipa, pertumbuhan bakteri besi dan kekeruhan.
Besi dibutuhkan oleh tubuh manusia dalam pembentukan haemoglobin,
banyaknya besi di dalam tubuh dikendalikan pada fase absorbsi, tubuh manusia tidak
dapat mengekskresikan besi, karenanya bagi mereka yang sering mendapat transpusi
darah, warna kulitnya menjadi hitam karena akumulasi besi (Fe).
Sekalipun besi (Fe) diperlukan oleh tubuh manusia, tetapi dalam dosis besar
dapat merusak dinding usus, kematian sering kali disebabkan oleh rusaknya dinding
usus ini, debu besi juga dapat terakumulasi di dalam alveoli dan dapat menyebabkan
berkurangnya rungsi paru-paru (Soemirat; 2004)
2.5.
menaikan tingkat oksidasi oleh suatu oksidator dengan tujuan merubah bentuk besi
terlarut menjadi bentuk besi tidak larut (endapan). Endapan yang terbentuk
dihilangkan dengan proses sedimentasi dan atau filtrasi.
(penyerapan) yang tinggi. Proses adsorpsi terjadi pada filter kontak (filter kering),
dimana pada filter ini media penyaring terlapisi oleh endapannya.
Suatu periode waktu dibutuhkan filter bagi pemasangan dan bagi
berlangsungnya pengendapan tersebut. Penambahan MgO pada air yang mempunyai
pH rendah dapat menaikkan kecepatan oksidasi Fe (II) tanpa menaikkan pH yang
berarti bagi air yang dihasilkan (hasil olahan).
4 Fe(OH)2 + 8 H++
4Fe(OH)3
Pembentukan besi (III) dipengaruhi oleh pH, pada pH antara 6,9 - 7,2, reaksi
pembentukan Fe (III) dapat terjadi dengan cepat.
2. Klor dan Senyawa Klor:
2Fe2+ + C12
2 Fe3+ + 2 Cl-
2Fe2+ + HOCl + H-
>
2 Fe (OH)3 + 6H+
5Fe3+ + 15 H2O
5 Fe(OH)2 + 15 H+
3 Fe2" t MnO4" + 8 H+
3 Fe3+ + Mn4+ + 4 H2
2 Fe (OH)3 + 4 O2 + 4 H+
1. pH
2. Keberadaan zat-zat pereduksi
3. Kandungan zat organik
4. Waktu kontak
5. Keberadaan deposit.
Tabel 2.1. Dosis Teoritis dan Teknis Oksidan
JENIS
OKSIDATOR
DOSIS TEORITIS
(mg/l / mg/l Oksidator)
untuk
Besi
Mangan
DOSIS TEKNIS*)
(mg/l / mg/l Oksidator)
untuk
Besi
Mangan
Oksigen (O2)
0,14
Gas klor
Senyawa klor **)
0,63
0,47
0,57
1,87
1,29
0,48 1)
0,95 2)
2,5
1,92
9,87
1,5 10 x
16x
15x
*)
**)
1)
2)
reaksi 2)
+3H +
e-
10-1
10-2
10-3
10-4
10-5
10-6
10-7
10-8
FeCO3
Fe(OH)2
10
560
56
5,6
0,56
0,056
0,0056
0,00056
Fe2++
Fe
2+
5600
Fe (OH)3
Fe(OH)2
Besi Teralarut
Fe2+ + 3 H2O
pH
Penghilangan
sebagian
karbonat
terjadi
pada
pH
8,
menghasilkan
penghilangan besi secara sempurna. Pada kasus yang sama seperti penghilangan
karbonat katalitik, dimana secara teoritis proses digabung dengan penghilangan
karbonat pada pH 9,5 - 10.
dilakukan
adalah
merubah
bentuk
besi
terlarut
menjadi
besi
Pada air tanah, dimana dijumpai unsur besi (II) dan warna yang berupa ikatan
kompleks dengan besi jika konsentrasinya antara 5-10 mg/1, maka air tersebut diolah
AERASI
BERTINGKAT
AIR SUMUR
AERATOR
Kadar Fe
OKSIDATOR
(KMnO4)