Anda di halaman 1dari 18

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1.

Besi
Keberadaan besi pada kerak bumi menempati posisi keempat terbesar. Besi

ditemukan dalam bentuk kation ferro (Fe2+) dan ferri (Fe3+). Pada perairan alami
dengan pH sekitar 7 dan kadar oksigen terlarut yang cukup, ion ferro yang bersifat
mudah larut dioksidasi menjadi ion ferri. Pada oksidasi ini terjadi pelepasan elektron.
Sebaliknya. pada reduksi ferri menjadi ferro terjadi penangkapan elektron. Proses
oksidasi dan reduksi besi tidak melibatkan oksigen dan hidrogen (Eckenfelder, 1989;
Mackereth et al, 1989). Reaksi oksidasi ion ferro menjadi ion ferri ditunjukkan dalam
persamaan.
Fe++ Fe+++ + e-

Proses oksidasi dan reduksi besi biasanya melibatkan bakteri sebagai


mediator, Bakteri kemosintesis Thiobacillus dan Ferrobacillus memiliki sistem
enzim yang dapat mentransfer elektron dari ion ferro kepada oksigen. Transfer
elektron ini menghasilkan ion ferri, air dan energi bebas yang digunakan untuk
sintesis bahan organik dari karbondioksida. Bakteri kemosintetis bekerja secara
optimum pada pH rendah (sekitar 5). Metabolisme bakteri Desulfovibrio
menghasilkan H2SO4 yang dapat melarutkan besi (ferri) (Cole, 1988).

5
Universitas Sumatera Utara

Pada pH sekitar 7,5 - 7,7 ion ferri mengalami oksidasi dan berikatan dengan
hidroksida membentuk Fe(OH)3 yang bersifat tidak larut dan mengendap (presipitasi)
di dasar perairan, membentuk warna kemerahan pada substrat dasar. Oleh karena itu,
besi hanya ditemukan pada perairan yang berada dalam kondisi anaerob (anoksik)
dan suasana asam (Cole, 1988).
Fenomena serupa terjadi pada badan sungai yang menerima aliran air asam
dengan kandungan besi (ferro) cukup tinggi, yang berasal dari daerah pertambangan.
Sebagai petanda terjadinya pemulihan (recovery) kualitas air, pada bagian hilir sungai
dasar perairan berwarna kemerahan karena terbentuknya Fe(OH)3 sebagai
konsekuensi dari meningkatnya pH dan terjadinya proses oksidasi besi (ferro) (Cole,
1988).
Perairan alam, besi berikatan dengan anion membentuk senyawa FeCl2,
Fe(HCO3), dan Fe(SO4). Pada perairan yang diperuntukkan bagi keperluan domestik,
pengendapan ion ferri dapat mengakibatkan wama kemerahan pada porselin, bak
mandi, pipa air, dan pakaian. Kelarutan besi meningkat dengan menurunnya pH.
Sumber besi di alam adalah pyrite (FeS2), hematite (Fe2O3), magnetite
(Fe3O4), limonite [FeO(OH)], goethite (HFeO2), dan ochre [Fe(OH)3] (Cole, 1988
dan Moore, 1991). Senyawa besi pada umumnya bersifat sukar larut dan cukup
banyak terdapat di dalam tanah. Kadang-kadang besi juga terdapat sebagai senyawa
siderite (FeCO3) yang bersifat mudah larut dalam air (Cole, 1988).

Universitas Sumatera Utara

Air tanah dalam biasanya memiliki karbondioksida dengan jumlah yang


relatif banyak, dicirikan dengan rendahnya pH, dan biasanya disertai dengan kadar
oksigen terlarut yang rendah atau bahkan terbentuk suasana anaerob. Pada kondisi ini,
sejumlah ferri karbonat akan larut sehingga terjadi peningkatan kadar besi ferro (Fe2+)
di perairan. Pelarutan ferri karbonat ditunjukkan dalam persamaan reaksi.
FeCO3 + CO2 + H2O Fe2+ + 2 HCO3Reaksi di atas juga terjadi pada perairan anaerob. Dengan kata lain, besi (Fe2+)
hanya ditemukan pada perairan yang bersifat anaerob, akibat proses dekomposisi
bahan organik yang berlebihan. Jadi, di perairan kadar besi (Fe2+) yang tinggi
berkorelasi dengan kadar bahan organik yang tinggi, atau kadar besi yang tinggi
terdapat pada air yang berasal dari air tanah dalam yang bersuasana anaerob atau dari
lapisan dasar perairan yang sudah tidak mengandung oksigen.
Kadar besi pada perairan yang mendapat cukup aerasi (aerob) hampir tidak
pernah lebih dari 0,3 mg/1 (Rump dan Krist, 1992). Kadar besi pada perairan alami
berkisar antara 0,05 - 0,2 mg/1 (Boyd, 1988). Pada air tanah dalam dengan kadar
oksigen yang rendah, kadar besi dapat mencapai 10 - 100 mg/1, sedangkan pada
perairan laut sekitar 0,01 mg/liter. Air hujan mengandung besi sekitar 0,05 mg/liter
(McNeely et a/., 1979). Kadar besi > 1,0 mg/1 dianggap membahayakan kehidupan
organisme akuatik (Moore, 1991). Air yang diperuntukkan bagi air minum sebaiknya
memiliki kadar besi kurang dari 0,3 mg/1 (Moore, 1991; Sawyer dan McCarty, 1978)

Universitas Sumatera Utara

dan perairan yang diperuntukkan bagi keperluan pertanian sebaiknya memiliki kadar
besi tidak lebih dari 20 mg/1 (McNeely et al, 1979).
Besi termasuk unsur yang esensial bagi makhluk hidup. Pada tumbuhan,
termasuk algae, besi berperan sebagai penyusun sitokrom dan klorofil. Kadar besi
yang berlebihan selain dapat mengakibatkan timbulnya warna merah juga dapat
mengakibatkan karat pada peralatan yang terbuat dari logam, serta dapat memudarkan
bahan celupan (dyes) dan tekstil. Pada tumbuhan, besi berperan dalam sistem enzim
dan transfer elektron pada proses fotosintesis. Namun, kadar besi yang berlebihan
dapat menghambat fiksasi unsur lainnya.
Toksisitas besi (LC50) terhadap Lemna minor adalah 3,7 mg/1 (Wang, 1986
dalam Moore, 1991), sedangkan terhadap avertebrata air Asellus aquaticus (Isopoda)
dan Crangonyx pseudogracilis (Amphipoda) berturut-turut 95 mg/1 dan 160 mg/1
(Martin dan Holdich, 1986 dalam Moore, 1991). Nilai LCso besi terhadap ikan
berkisar antara 0,3-10 mg/1. Toksisitas besi (LCso) terhadap Daphnia magna adalah
5,9 mg/1 (Biesinger dan Christensen, 1972 dalam Canadian Council of Resource and
Environment Ministers, 1987).

2.2.

Keberadaan Besi Dalam Air


Unsur besi (Fe) terdapat pada hampir semua air tanah. Air tanah umumnya

mempunyai konsentrasi karbon dioksida yang tinggi dan mempunyai konsentrasi


oksigen terlarut yang rendah, kondisi ini menyebabkan konsentrasi besi (Fe) yang

Universitas Sumatera Utara

tidak terlarut menjadi besi tereduksi (yang larut) dalam bentuk ion bervalensi dua
(Fe2+).
Meskipun besi pada umumnya terdapat dalam bentuk terlarut bersenyawa
dengan bikarbonat dan sulfat, besi (Fe) juga ditemukan bersenyawa dengan hidrogen
sulfida (H2S), Selain itu besi ditemukan pula pada air tanah yang mengandung asam
yang berasal dari humus yang mengalami penguraian dari tanaman atau tumbuhan
yang bereaksi dengan unsur besi untuk membentuk ikatan kompleks organik.
Konsentrasi besi pada air tanah bervariasi mulai dari 0,01 mg/1 sampai dengan 25
mg/1.
Penyediaan air bersih dari permukaan yang membutuhkan pengolahan
penghilangan kandungan besi, biasanya air tersebut berasal dari hypolimnion (lapisan
bagian bawah) dari danau yang dalam atau dari danau yang eutrop (kaya nutrien),
dimana kondisi reaksi reduksi berlangsung untuk selanjutnya deposit endapan besi
akan berubah kembali ke dalam bentuk larutan.
Besi pada air permukaan terdapat dalam beberapa bentuk, antara lain bentuk
suspensi dari lumpur, tanah liat dan partikel (dispersi) halus dari besi (III) hidroksida,
[Fe(OH)3] dalam bentuk koloid dan organik kompleks.

Universitas Sumatera Utara

Bentuk besi di dalam air digambarkan dalam bagan seperti di bawah ini

Besi Total

Besi II (Fero)

Bebas

Endapan
- FeS2
- FeCO2
- Fe(OH)2

Besi III (Ferri)

Bebas Kompleks

Terlarut
- Fe2+
- FeOH+

Bebas

Kompleks
Organik
- asam
humus
Asam
fulfik

Komplek
s
Mineral
- silikat
- fosfat

Endapan
- Fe(OH)3
- Fe(OH)CO3

terlarut / terdipersi halus


( Lolos dari Saringan )
Besi endapan (tertahan pada saringan)
Gambar 1 Skema bentuk besi dalam air (BPPT, 2004)

2.3.

Efek Besi di Dalam Air


Berdasarkan

Peraturan

Menteri

Kesehatan

RI.

Nomor

416

/MENKES/PER/IX/90 tentang baku mutu air bersih, kadar besi (Fe) yang diizinkan
untuk air bersih adalah 1,0 mg/1.

Universitas Sumatera Utara

Jika konsentrasi besi di dalam air relatif besar, akan memberikan dampak sebagai
berikut:
1. Menimbulkan penyumbatan pada pipa disebabkan
a. Secara langsung oleh deposit (tubercule) yang disebabkan oleh endapan besi
b. Secara tidak langsung, disebabkan oleh kumpulan bakteri besi yang hidup di
dalam pipa, karena air yang mengandung besi, disukai oleh bakteri besi.
Selain itu kumpulan bakteri ini dapat meninggikan gaya gesek (losses) yang juga
berakibat meningkatnya kebutuhan energi. Selain itu pula apabila bakteri tersebut
mengalami degradasi dapat menyebabkan bau dan rasa tidak enak pada air.

2. Besi sendiri dalam konsentrasi yang lebih besar dan beberapa mg/1, akan
memberikan suatu rasa pada air yang menggambarkan rasa metalik, astringent,
atau obat.
3.

Keberadaan besi juga dapat memberikan penampakan keruh dan berwarna pada
air, oleh karena sangat tidak diharapkan pada industri kertas, pencelupan/textil
dan pabrik minuman.

4. Meninggalkan noda pada pakaian yang dicuci oleh air yang mengandung besi.
5. Meninggalkan noda pada bak-bak kamar mandi dan peralatan lainnya (noda
kecoklatan disebabkan oleh besi).

Universitas Sumatera Utara

6. Endapan logam ini juga yang dapat memberikan masalah pada sistem penyediaan
air secara individu (sumur).
7. Pada ion exchanger endapan besi yang terbentuk, seringkali mengakibatkan
penyumbatan

atau

menyelubungi

media

pertukaran

ion

(resin),

yang

mengakibatkan hilangnya kapasitas pertukaran ion.


8. Menyebabkan keluhan pada konsumen (seperti kasus "red water") bila endapan
besi yang terakumulasi di dalam pipa, tersuspensi kembali disebabkan oleh
adanya kenaikan debit atau kenaikan tekanan dan akan dibawa ke konsumen.

2.4.

Efek besi Terhadap Kesehatan.


Besi (Fe) adalah metal berwarna putih kecoklatan, liat dan dapat dibentuk, di

alam didapat sebagai hematite, di dalam air minum besi menimbulkan rasa, warna
kuning, pengendapan pada dinding pipa, pertumbuhan bakteri besi dan kekeruhan.
Besi dibutuhkan oleh tubuh manusia dalam pembentukan haemoglobin,
banyaknya besi di dalam tubuh dikendalikan pada fase absorbsi, tubuh manusia tidak
dapat mengekskresikan besi, karenanya bagi mereka yang sering mendapat transpusi
darah, warna kulitnya menjadi hitam karena akumulasi besi (Fe).
Sekalipun besi (Fe) diperlukan oleh tubuh manusia, tetapi dalam dosis besar
dapat merusak dinding usus, kematian sering kali disebabkan oleh rusaknya dinding
usus ini, debu besi juga dapat terakumulasi di dalam alveoli dan dapat menyebabkan
berkurangnya rungsi paru-paru (Soemirat; 2004)

Universitas Sumatera Utara

2.5.

Prinsip Penghilangan Besi


Proses penghilangan besi pada prinsipnya adalah proses oksidasi, yaitu

menaikan tingkat oksidasi oleh suatu oksidator dengan tujuan merubah bentuk besi
terlarut menjadi bentuk besi tidak larut (endapan). Endapan yang terbentuk
dihilangkan dengan proses sedimentasi dan atau filtrasi.

2.5.1. Proses Oksidasi dan Adsorpsi


Besi dapat diendapkan sebagai senyawanya dengan karbonat pada air yang
mengandung karbonat (alkalinitas), dengan penambahan kapur atau soda.
Pengendapan ini berlangsung pada kondisi anaerobik. Kelarutan Fe (II) ditentukan
oleh konsentrasi total karbonik (Cr), dimana
CT = H2CO3 + HCO3- + CO32- = 10-3 M
Pada kondisi tersebut, Fe (II) karbonat dapat diharapkan mengendap
seluruhnya pada pH > 8 dan 8,5. Pengendapan Fe (II) hidroksida pada pH 11.
Besi akan lebih baik bila diendapkan dengan jalan oksidasi oleh oksidator
seperti O2; O3; Klor / senyawa Klor; KMnO4, karena kelarutan dari bentuk Fe (III)
trihidroksida adalah lebih rendah dibandingkan dengan senyawa Fe (II) karbonat.
Kecepatan oksidasi Fe (II) oleh oksigen sangat rendah dalam kondisi nilai pH
rendah. Dalam hal ini pH perlu dinaikkan dengan mengurangi konsentrasi CO2 atau
dengan penambahan alkali (kapur).

Universitas Sumatera Utara

Sebaliknya kecepatan oksidasi dapat ditingkatkan dengan menggunakan


katalisator. Peranan akumulasi endapan besi, bakteria besi yang tumbuh pada media
penyaring seperti arang, koral atau butiran pasir, pada unit "Aerator kontak dan Filter
kontak" diduga berlaku sebagai katalis bagi reaksi oksidasi.
Agak sulit dalam mengukur kecepatan oksidasi besi (II) menjadi bentuk yang
dapat disaring, karena kehadiran zat pereduksi lainnya. Walaupun demikian
kecepatan pengendapan dan aglomerasi Fe (II) yang terkandung di dalam air alam,
lebih lambat dari perkiraan teoritis. Hal ini memberi gambaran bahwa ada rintangan
seperti reduksi besi (III) oleh zat organik dan zat pereduksi lainnya. Rintangan ini
tetap ada sampai seluruh zat organik teroksidasi dan endapan yang terbentuk akan
stabil.
Waktu oksidasi pada beberapa instalasi dapat dipersingkat akibat efek katalis
seperti :
1. Deposit yang ada
2. Keberadaan anion-anion tertentu (terutama silikat dan fosfat)
3. Katalis logam yang digunakan pada air yang diolah, sebagai contoh sedikit kupri
sulfat akan sangat berpengaruh terhadap oksidasi besi oleh oksigen atau oksidator
kimia lainnya
4. beberapa proses biologis
5. Keberadaan asam humus akan memperlambat oksidasi besi.
Penyerapan atas Fe (II) dilaporkan memegang peranan dalam penghilangan
besi dari air. Endapan Fe (III) hidroksida, mempunyai kapasitas adsorpsi

Universitas Sumatera Utara

(penyerapan) yang tinggi. Proses adsorpsi terjadi pada filter kontak (filter kering),
dimana pada filter ini media penyaring terlapisi oleh endapannya.
Suatu periode waktu dibutuhkan filter bagi pemasangan dan bagi
berlangsungnya pengendapan tersebut. Penambahan MgO pada air yang mempunyai
pH rendah dapat menaikkan kecepatan oksidasi Fe (II) tanpa menaikkan pH yang
berarti bagi air yang dihasilkan (hasil olahan).

2.5.2. Oksidator dan Reaksi Oksidasi Besi


Oksidator dan reaksi yang digunakan dalam mengoksidasi besi (II) dan antara
lain:
1. Oksigen :
4 Fe2+ + 8 H2O

4 Fe(OH)2 + 8 H++

4Fe2+ + O2 + 8 OH- + 2H2O

4Fe(OH)3

Pembentukan besi (III) dipengaruhi oleh pH, pada pH antara 6,9 - 7,2, reaksi
pembentukan Fe (III) dapat terjadi dengan cepat.
2. Klor dan Senyawa Klor:
2Fe2+ + C12

2 Fe3+ + 2 Cl-

2Fe2+ + HOCl + H-

2 Fe3+ + Cl- + H2O

Pada pH normal hidrolisa terjadi:


2Fe3+ + 6H2O

>

2 Fe (OH)3 + 6H+

Universitas Sumatera Utara

Penggunaan klor sebagai oksidator biasanya untuk mengolah air dengan


kandungan besi (II) kurang dari 2 mg/1. Pembentukan Fe (III) tergantung pada pH.
Pada pH 7,5, klor berbentuk 50% asam hipoklorit (HOCI) dan 50% ion hipoklorit
(OCl-).
3. KMnO4 :
5 Fe2+ + MnO4- + 8 H+

Mn2+ + 5 Fe3+ + 4 H2O

5Fe3+ + 15 H2O

5 Fe(OH)2 + 15 H+

3 Fe2" t MnO4" + 8 H+

3 Fe3+ + Mn4+ + 4 H2

4. ClO2 (Klor Dioksida) :


Pertama kali diterapkan untuk menghilangkan bau dan rasa pada air bersih,
kemudian dipergunakan untuk menghilangkan warna (orgnik) dan terakhir
dipergunakan untuk mengurangi unsur besi, dimana untuk pembentukan besi (III)
terjadi pada pH lebih dan 7.
5. Ozon(O3):
2 Fe + 3 O3 + 5 H2O

2 Fe (OH)3 + 4 O2 + 4 H+

2.5.3. Dosis Pembubuhan Oksidator


Berdasarkan reaksi oksidasi di atas maka dapat di hitung secara stoikhiometri
kebutuhan teoritis setiap 1 mg/1 oksidator. Dosis secara teoritis dikonversikan
menjadi dosis (kebutuhan) secara teknis, yang dinyatakan dalam mg/1, seperti terlihat
pada tabel 2.1.

Universitas Sumatera Utara

Kebutuhan secara teknis ini dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti

1. pH
2. Keberadaan zat-zat pereduksi
3. Kandungan zat organik
4. Waktu kontak
5. Keberadaan deposit.
Tabel 2.1. Dosis Teoritis dan Teknis Oksidan

JENIS
OKSIDATOR

DOSIS TEORITIS
(mg/l / mg/l Oksidator)
untuk
Besi
Mangan

DOSIS TEKNIS*)
(mg/l / mg/l Oksidator)
untuk
Besi
Mangan

Oksigen (O2)

0,14

Gas klor
Senyawa klor **)

0,63
0,47

Klor dioksida (ClO2)


KMnO4 (MnO4-)
Ozon (O3)

0,57
1,87

1,29
0,48 1)
0,95 2)
2,5
1,92
9,87

1,5 10 x
16x
15x

Sumber: Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (2004)

*)
**)
1)

sebagai kelipatan dosis teoritis


dihitung sebagai HOCl
reaksi 1)

2)

reaksi 2)

Universitas Sumatera Utara

2.5.4. Penghilangan Yang Digabungkan Dengan Penghilangan Karbonat


Penghilangan karbonat dengan menggunakan kapur mengahasilkan pH yang
tinggi. Dimana kondisi mi sesuai untuk penghilangan besi. Pada pH 8.2 hampir
seluruh ferro karbonat terendapkan dan endapan ferro hidroksida [Fe(OH)2] terjadi
pada ph 10,5 (lihat gambar 2.2). Dengan adanya potensi redoks yang tinggi, maka
besi (II) dalam air akan terendapkan menjadi bentuk Fe(OH)3 seperti ditunjukkan
oleh reaksi di bawah ini:

+3H +

e-

10-1

10-2

10-3

10-4

10-5

10-6

10-7

10-8

FeCO3

Fe(OH)2

10

560
56
5,6
0,56
0,056

0,0056
0,00056

Fe2++

Fe

2+

5600

Besi Teralarut (mg/l)

Fe (OH)3

Fe(OH)2

Besi Teralarut

Fe2+ + 3 H2O

pH

Gambar 2. Solubilitas Besi Didalam Air


Sebagai Fungsi pH Pada Nilai Alkalinitas Rata-rata (Soemirat, 2004)

Universitas Sumatera Utara

Penghilangan

sebagian

karbonat

terjadi

pada

pH

8,

menghasilkan

penghilangan besi secara sempurna. Pada kasus yang sama seperti penghilangan
karbonat katalitik, dimana secara teoritis proses digabung dengan penghilangan
karbonat pada pH 9,5 - 10.

2.6. Operasi Penghilangan Besi


2.6.1. Aplikasi Proses
Seperti diterangkan terdahulu bahwa prinsip penghilangan besi yang sudah
umum

dilakukan

adalah

merubah

bentuk

besi

terlarut

menjadi

besi

endapan/suspensi/dispersi halus, dengan cara mengoksidasi menggunakan oksidator


yang dapat dipilih seperti yang tersebut diatas. Kemudian proses dilanjutkan dengan
pemisahan endapan/suspensi/dispersi yang dihasilkan proses oksidasi. Umumnya
pemisahan ini dilakukan dengan penyaringan. Akan tetapi untuk meningkatkan
efisiensi penghilangan endapan ada beberapa cara antara lain:
1. Pengendapan (sedimentasi) dilanjutkan dengan penyaringan (filtrasi).
2. Pengendapan saja jika endapan yang terbentuk relatif besar untuk dapat
mengendap dengan sempurna dan tidak terdapat partikel-partikel halus serta
waktu pengolahan cukup lama.
3. Filtrasi saja jika proses oksidasi terjadi dengan sempurna dengan waktu yang
relatif pendek dan jenis oksidan serta kondisi operasi sangat mendukung
keberhasilan proses oksidasi.

Universitas Sumatera Utara

4. Koagulasi - Flokulasi Sedimentasi Filtrasi. Hal ini dilakukan jika


kandungan besi cukup tinggi dan bentuk besi teroksidasi merupakan dispersi
halus yang tidak efisien untuk diendapkan/disaring.
5. Menggunakan proses penyaringan dengan pasir aktif atau zeolite sebagai media
penyaring, dimana kedua media penyaring ini berfungsi ganda, dapat dijelaskan
sebagai berikut:
a. Pasir aktif disamping sebagai media penyaring, berfungsi pula sebagai
oksidator karena permukaannya dilapisi zat aktif (MnO2) sebagai oksidan.
b. Zeolite, disamping sebagai media penyaring juga berfungsi sebagai resin
kationik alami yang bisa menukar ion besi (II) penghilangan besi dengan
cara pertukaran ion (ion exchange) atau digabungkan dengan proses
"Pelunakan" (Softening).
Pada air permukaan, warna yang timbul dan zat organik biasanya bercampur
dengan air lunak yang mengandung sedikit alkalinitas, apabila dalam proses
pengolahan air bersih akan menggunakan koagulan maka dari hasil suatu percobaan
di dapat bahwa penurunan warna dapat dihasilkan lebih baik jika dalam air tersebut
kandungan unsur besinya meningkat. Jika air permukaan mengalami proses
pelunakan dengan proses kapur soda, sejumlah unsur besi (yang terlarut dan tidak
terlarut) akan hilang bersama dengan kesadahannya.

Pada air tanah, dimana dijumpai unsur besi (II) dan warna yang berupa ikatan
kompleks dengan besi jika konsentrasinya antara 5-10 mg/1, maka air tersebut diolah

Universitas Sumatera Utara

dengan menggunakan pengolahan pendahuluan (aerasi) untuk merubah bentuk besi


terlarut menjadi bentuk tersuspensi/terdispersi halus, kemudian dilanjutkan dengan
proses pengolahan lengkap (konvensional).
Pengolahan lainnya dapat dilakukan dengan menggunakan pengolahan
pendahuluan yaitu oksidasi dengan menggunakan klor/senyawa klor (Pra Klorinasi),
atau ozon atau koagulasi, flokulasi, pengendapan dengan penambahan besi (III) sulfat
sebagai koagulan, untuk pemisahan endapan, jika perlu digunakan "Sludge blanket
clarifier".
Khlorinasi banyak diguakan pada penyediaan air domestik yang memperoleh
air baku dari air permukaan atau air tanah, disamping itu sering pula digunakan pada
air bersih yang telah diolah. Zat khlor merupakan zat pengoksidasi, oleh karena itu
jumlah khlor yang dibutuhkan tergantung pada konsentrasi organic dan zat NH3-N
dalam air yang diolah. (BPPT,2004)
Pada umumnya zat Khlor dimasukan ke dalam air dalam bentuk gas Cl2,
Khlor dioksida (ClO2), sodium hipokhlorit (NaOCl) dan calsium hipokhlorit
Ca(OCl)2- Khlor bentuk calsium hipokhlorit lebih banyak digunakan dari pada bentuk
gas, karena penggunaannya lebih mudah (BPPT, 2004).

Universitas Sumatera Utara

2.7. Kerangka Konsep


Kerangka konsep dalam penelitian ini satu variabel dependen yaitu penurunan
kadar besi (Fe) dengan tiga faktor yang berperan didalam oksidasi yaitu Aerasi
Betingkat, Aerator dan Oksidator (KMnO4)

AERASI
BERTINGKAT

AIR SUMUR

AERATOR

Kadar Fe

OKSIDATOR
(KMnO4)

Gambar 3. Kerangka Konsep penelitian

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai