Anda di halaman 1dari 12

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Menghadapi seluruh kenyataan dalam hidupnya, manusia kagum atas apa yang dilihatnya, manusia ragu-ragu apakah ia tidak ditipu oleh panca-inderanya, dan mulai menyadari keterbatasannya. Dalam situasi itu banyak yang berpaling kepada agama: Manusia mengharapkan dari berbagai agama jawaban terhadap rahasia yang tersembunyi sekitar keadaan hidup manusia. Sama seperti dulu, sekarang pun rahasia tersebut menggelisahkan hati manusia secara mendalam: apa makna dan tujuan hidup kita, apa itu kebaikan apa itu dosa, apa asal mula dan apa tujuan derita, mana kiranya jalan untuk mencapai kebahagiaan sejati, apa itu kematian, apa pengadilan dan ganjaran sesudah maut, akhirnya apa itu misteri terakhir dan tak terungkapkan, yang menyelimuti keberadaan kita, dariNYA kita berasal dan kepadaNYA kita menuju. Tetapi sudah sejak awal sejarah ternyata sikap iman penuh taqwa itu tidak menahan manusia menggunakan akal budi dan fikirannya untuk mencari tahu apa sebenarnya yang ada dibalik segala kenyataan (realitas) itu. Proses itu mencari tahu itu menghasilkan kesadaran, yang disebut pengetahuan. Jika proses itu memiliki ciri-ciri metodis, sistematis dan koheren, dan cara mendapatkannya dapat dipertanggung-

jawabkan, maka lahirlah ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan adalah pengetahuan yang disusun metodis, sistematis dan koheren (bertalian) tentang suatu bidang tertentu dari kenyataan (realitas), dan yang dapat digunakan untuk menerangkan gejala-gejala

tertentu di bidang (pengetahuan) tersebut. Filsafat dan ilmu adalah dua kata yang sering terkait, baik secara substansial maupun hisfories karena kelahiran ilmu tidak lepas dari peranan filsafat, sebaliknya perkembangan ilmu memperkuat keberadapan filsafat. Kelahiran filsafat di Yunani menunjukkan pola pemikiran bangsa Yunnai dari pandangan mitologi akhirnya lenyap dan pada gilirannya rasiolah yang lebih domain. Dengan filsafat, pola pikir yang selalu tergantung pada rasio. Kejadian seperti gerhana tidak lagi di anggap sebagai kegiatan dewa yang tertidur, tetapi merupakan kejadian alam yang disebabkan oleh matahari,

Tugas

MK:

Filsafat

dan

Logika

[Sejarah

Perkembangan

Filsafat]

Page 1

bulan dan bumi berada pada garis yang sejajar. Sehingga bayang-bayang bulan menimpa sebagian permukaan bumi. Perubahan dari pola pikir mite-mite kerasio membawa implikasi yang tidak kecil. Perubahan yang mendasar adalah di temukannya hukum-hukum alam dan teori-teori ilmiah. Yang menjelaskan perubahan yang terjadi, baik alam semesta maupun manusia sendiri. Dari penelitian alam semesta dan manusia, munculkah ilmu-ilmu seperti astronomi, kosmologi, fisika, kimia, biologi, psikologi, sosiologi, dan lainnya. Ilmu-ilmu tersebut kemudian menjadi lebih terspesialisasi dalam bentuk yang lebih khusus lagi dan sekaligus semakin aplikatif dan terasa manfaatnya. Makin ilmu pengetahuan menggali dan menekuni hal-hal yang khusus dari kenyataan (realitas), makin nyatalah tuntutan untuk mencari tahu tentang seluruh kenyataan (realitas). Filsafat adalah pengetahuan metodis, sistematis dan koheren

tentang seluruh kenyataan (realitas). Filsafat merupakan refleksi rasional (fikir) atas keseluruhan realitas untuk mencapai hakikat (= kebenaran) dan memperoleh hikmat (= kebijaksanaan). Al-Kindi (801 - 873 M) : "Kegiatan manusia yang bertingkat tertinggi adalah filsafat yang merupakan pengetahuan benar mengenai hakikat segala yang ada sejauh mungkin bagi manusia Bagian filsafat yang paling mulia adalah filsafat pertama, yaitu pengetahuan kebenaran pertama yang merupakan sebab dari segala kebenaran". Unsur "rasional" (penggunaan akal budi) dalam kegiatan ini merupakan syarat mutlak, dalam upaya untuk mempelajari dan mengungkapkan "secara mendasar" pengembaraan manusia di dunianya menuju akhirat. Disebut "secara mendasar" karena upaya itu

dimaksudkan menuju kepada rumusan dari sebab-musabab pertama, atau sebab-musabab terakhir, atau bahkan sebab-musabab terdalam dari obyek yang dipelajari ("obyek

material"), yaitu "manusia di dunia dalam mengembara menuju akhirat". Itulah scientia rerum per causas ultimas -- pengetahuan mengenai hal ikhwal berdasarkan sebabmusabab yang paling dalam. Karl Popper (1902) menulis "semua orang adalah filsuf, karena semua mempunyai salah satu sikap terhadap hidup dan kematian. Ada yang berpendapat bahwa

Tugas

MK:

Filsafat

dan

Logika

[Sejarah

Perkembangan

Filsafat]

Page 2

hidup itu tanpa harga, karena hidup itu akan berakhir. Mereka tidak menyadari bahwa argumen yang terbalik juga dapat dikemukakan, yaitu bahwa kalau hidup tidak akan berakhir, maka hidup adalah tanpa harga; bahwa bahaya yang selalu hadir yang membuat kita dapat kehilangan hidup sekurang-kurangnya ikut menolong kita untuk menyadari nilai dari hidup. pemikiran kita melewati 3 jenis abstraksi (abstrahere = menjauhkan diri dari, mengambil dari). Tiap jenis abstraksi melahirkan satu jenis ilmu pengetahuan dalam bangunan pengetahuan yang pada waktu itu disebut filsafat: Aras abstraksi pertama - fisika. Kita mulai berfikir kalau kita mengamati. Dalam berfikir, akal dan budi kita melepaskan diri dari pengamatan inderawi segi-segi tertentu, yaitu materi yang dapat dirasakan (hyle aistete). Dari hal-hal yang partikular dan nyata, ditarik daripadanya hal-hal yang bersifat umum: itulah proses abstraksi dari ciri-ciri individual. Akal budi manusia, bersama materi yang abstrak itu, menghasilan ilmu pengetahuan yang disebut fisika (physos = alam). Aras abstraksi kedua - matesis. Dalam proses abstraksi selanjutnya, kita dapat melepaskan diri dari materi yang kelihatan. Itu terjadi kalau akal budi melepaskan dari materi hanya segi yang dapat dimengerti (hyle noete). Ilmu pengetahuan yang dihasilkan oleh jenis abstraksi dari semua ciri material ini disebut matesis (matematika mathesis = pengetahuan, ilmu). Aras abstraksi ketiga - teologi atau filsafat pertama. Kita dapat meng-

"abstrahere" dari semua materi dan berfikir tentang seluruh kenyataan, tentang asal dan tujuannya, tentang asas pembentukannya, dsb. Aras fisika dan aras matematika jelas telah kita tinggalkan. Pemikiran pada aras ini menghasilkan ilmu pengetahuan yang oleh Aristoteles disebut teologi atau filsafat pertama. Akan tetapi karena ilmu pengetahuan ini datang sesudah fisika, maka dalam tradisi selanjutnya disebut metafisika. Secara singkat, filsafat mencakup segalanya. Filsafat datang sebelum dan sesudah ilmu pengetahuan; disebut sebelum karena semua ilmu pengetahuan khusus mulai sebagai bagian dari filsafat dan disebut sesudah karena ilmu pengetahuan khusus pasti menghadapi pertanyaan tentang batas-batas dari kekhususannya.

Tugas

MK:

Filsafat

dan

Logika

[Sejarah

Perkembangan

Filsafat]

Page 3

BAB II PEMBAHASAN
A. Filsafat Filsafat dalam bahasa Inggris, yaitu philosophy, adapun istilah filsafat berasal dari bahasa Yunani, philosophia, yang terdiri atas dua kata: philos (cinta) atau philia (persahabatan, tertarik kepada) dan shopia (hikmah, kebijaksanaan, pengetahuan, keterampilan, pengalaman praktis, inteligensi). Jadi secara etimologi, filsafat berarti cinta kebijaksanaan atau kebenaran. Plato menyebut Socrates sebagai philosophos (filosof) dalam pengertian pencinta kebijaksanaan. Kata falsafah merupakan arabisasi yang berarti pencarian yang dilakukan oleh para filosof. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata filsafat menunjukkan pengertian yang dimaksud, yaitu pengetahuan dan penyelidikan dengan akal budi mengenai hakikat segala yang ada, sebab asal dan hukumnya. Manusia filosofis adalah manusia yang memiliki kesadaran diri dan akal sebagaimana ia juga memiliki jiwa yang independen dan bersifat spiritual. Pada mulanya kata filsafat berarti segala ilmu pengetahuan yang dimiliki manusia. Mereka membagi filsafat kepada dua bagian yakni, filsafat teoretis dan filsafat praktis. Filsafat teoretis mencakup: 1) ilmu pengetahuan alam, seperti: fisika, biologi, ilmu pertambangan, dan astronomi; 2) ilmu eksakta dan matematika; 3) ilmu tentang ketuhanan dan metafisika. Filsafat praktis mencakup: 1) norma-norma (akhlak); 2) urusan rumah tangga; 3) sosial dan politik.

Tugas

MK:

Filsafat

dan

Logika

[Sejarah

Perkembangan

Filsafat]

Page 4

Secara umum filsafat berarti upaya manusia untuk memahami segala sesuatu secara sistematis, radikal, dan kritis. Berarti filsafat merupakan sebuah proses bukan sebuah produk. Maka proses yang dilakukan adalah berpikir kritis yaitu usaha secara aktif, sistematis, dan mengikuti pronsip-prinsip logika untuk mengerti dan mengevaluasi suatu informasi dengan tujuan menentukan apakah informasi itu diterima atau ditolak. Dengan demikian filsafat akan terus berubah hingga satu titik tertentu (Takwin, 2001). Defenisi kata filsafat bisa dikatakan merupakan sebuah masalah falsafi pula. Menurut para ahli logika ketika seseorang menanyakan pengertian (defenisi/hakikat) sesuatu, sesungguhnya ia sedang bertanya tentang macam-macam perkara. Tetapi paling tidak bisa dikatakan bahwa falsafah itu kira-kira merupakan studi yang didalami tidak dengan melakukan eksperimen-eksperimen dan percobaan-percobaan, tetapi dengan mengutarakan masalah secara persis, mencari solusi untuk ini, memberikan argumentasi dan alasan yang tepat untuk solusi tertentu dan akhirnya dari proses-proses sebelumnya ini dimasukkan ke dalam sebuah dialektika. Dialektika ini secara singkat bisa dikatakan merupakan sebuah bentuk daripada dialog. Adapun beberapa pengertian pokok tentang filsafat menurut kalangan filosof adalah: 1. Upaya spekulatif untuk menyajikan suatu pandangan sistematik serta lengkap tentang seluruh realitas. 2. Upaya untuk melukiskan hakikat realitas akhir dan dasar secara nyata. 3. Upaya untuk menentukan batas-batas dan jangkauan pengetahuan sumber daya, hakikatnya, keabsahannya, dan nilainya. 4. Penyelidikan kritis atas pengandaian-pengandaian dan pernyataan-

pernyataan yang diajukan oleh berbagai bidang pengetahuan. 5. Disiplin ilmu yang berupaya untuk membantu Anda melihat apa yang Anda katakan dan untuk menyatakan apa yang Anda lihat. Plato (427348 SM) menyatakan filsafat ialah pengetahuan yang bersifat untuk mencapai kebenaran yang asli. Sedangkan Aristoteles (382322 SM) mendefenisikan filsafat ialah ilmu pengetahuan yang meliputi kebenaran yang terkandung di dalamnya ilmu-ilmu metafisika, logika, retorika, etika, ekonomi, politik, dan estetika. Sedangkan filosof lainnya Cicero (106043 SM) menyatakan filsafat ialah ibu dari semua ilmu pengetahuan lainnya. Filsafat ialah ilmu pengetahuan terluhur dan keinginan untuk

Tugas

MK:

Filsafat

dan

Logika

[Sejarah

Perkembangan

Filsafat]

Page 5

mendapatkannya. Menurut Descartes (15961650), filsafat ialah kumpulan segala pengetahuan di mana Tuhan, alam dan manusia menjadi pokok penyelidikannya. B. S e jarah Pe rke mbangan Pe mi ki ran Yunani Kuno: Dari Mi tos ke Logos Secara historis kelahiran dan p erkembangan p emikiran Yunani Kuno(sistem berp ikir) tidak dapat dilepaskan dari keberadaan kelahiran dan p erkembangan filsafat, dalam hal ini adalah sejarah filsafat. Dalam tradisi sejarah filsafat mengenal 3 (tiga) tradisi besar sejarah, y akni tradisi: (1) Sejarah Filsafat India (sekitar2000 SM dewasa ini), (2) Sejarah Filsafat Cina (sekitar 600 SM dewasa ini), (3) Sejarah Filsafat Barat (sekitar 600 SM dewasa ini). Dari ketiga tradisi sejarah tersebut di atas, tradisi Sejarah Filsafat Barat adalah basis kelahiran dan p erkembangan ilmu (scientiae/science/sain) sebagaimana y ang

kita kenal sekarang ini. Titik-tolak dan orientasi sejarah filsafat baik yang diperlihatkan dalam tradisi Sejarah Filsafat India maupun Cina disatu p ihak dan Sejarah Filsafat Barat dilain p ihak, y akni semenjak p eriodesasi awal sudah memp erlihatkan titik-tolak dan orientasi sejarah y ang berbeda. Pada tradisi Sejarah Fisafat India dan Cina, lebih memperlihatkan perhatian yang besar pada masalah-masalah keagamaan, moral/etika dan

cara-cara/kiat untuk mencapai keselamatan hidup manusia di dunia dan kelak keselamatan sesudah kematian. Sedangkan pada tradisi Sejarah Filsafat Barat semenjak periodesasi awalnya (Yunani Kuno/Klasik: 600 SM 400 SM ), p ara p emikir p ada masa itu sudah mulai memp ermasalahkan dan mencari unsur induk (arch) y ang dianggap sebagai asal mula segala sesuatu/semesta alam Sebagaimana yang dikemukakan oleh Thales (sekitar 600 SM ) bahwa air merupakan arch, sedangkan Anaximander (sekitar 610-540 SM ) berpendapat arch adalah sesuatu yang tak terbatas, Anaximenes (sekitar 585 525 SM berpendapat udara yang merupakan unsur induk dari segala sesuatu. Nama p enting lain p ada p eriode ini adalah Herakleitos ( 500 SM ) dan Parmenides (515 440 SM ), Herakleitos mengemukakan bahwa segala sesuatu itu mengalir (panta rhei) bahwa segala sesuatu itu berubah

Tugas

MK:

Filsafat

dan

Logika

[Sejarah

Perkembangan

Filsafat]

Page 6

terus- menerus/perubahan sedangkan Parmenides menyatakan bahwa segala sesuatu itu justru sebagai sesuatu y ang tetap (tidak berubah). Lain lagi Pythagoras (sekitar 500 SM ) berpendapat bahwa segala sesuatu itu terdiri dari bilangan-bilangan: struktur dasar keny ataan itu tidak lain adalah ritme, dan Py thagoraslah orang pertama y ang menyebut/memperkenalkan dirinya sebagai sorang filsuf, y akni seseorang y ang selalu bersedia/mencinta untuk menggapai kebenaran melalui berpikir/bermenung secara kritis dan radikal (radix) secara terus-menerus. Zaman keemasan/puncak dari filsafat Yunani Kuno/Klasik, dicapai p ada masa Sokrates (470400 SM ), Plato (428-348 SM ) dan Aristoteles (384-322 SM ). Sokrates sebagai guru dari Plato maupun tidak meninggalkan karya tulis satupun dari hasil pemikirannya, tetapi pemikiran-pemikirannya secara tidak langsung bany ak dikemukakan dalam tulisan-tulisan p ara p emikir Yunani lainny a tetap i terutama ditemukan dalam karya muridnya Plato. Filsafat Plato dikenal sebagai ideal (isme) dalam hal ajarannya bahwa keny ataan itu tidak lain adalah proyeksi atau bayang- bay ang/bayangan dari suatu dunia ide y ang abadi belaka dan oleh karena itu y ang ada nyata adalah ide itu sendiri. Filsafat Plato juga merupakan jalan tengah dari ajaran Herakleitos dan Parmenides. Dunia ide itulah y ang tetap tidak berubah/abadi sedangkan keny ataan y ang dap at diobservasi sebagai sesuatu y ang senantiasa

berubah. Karya-Karya lainnya dari Plato sangat dalam dan luas melip uti logika, ep istemologi, antropologi (metafisika), teologi, etika, estetika, p olitik, ontologi dan filsafat alam. Sedangkan Aristoteles sebagai murid Plato, dalam banyak hal sering

tidak setuju/berlawanan dengan apa yang diperoleh dari gurunya (Plato). Bagi Aristoteles ide bukanlah terletak dalam dunia abadi sebagaimana y ang dikemukakan oleh Plato, tetapi justru terletak pada kenyataan/benda-benda itu sendiri. Setiap benda mempunyai dua unsur y ang tidak dapat dipisahkan, y aitu materi ( hyl) dan bentuk (morf). Lebih jauh bahkan dikatakan bahwa ide bertindak tidak dapat dilepaskan atau

dikatakan tanpa materi, sedangkan p resentasi materi mestilah dengan bentuk. Dengan demikian maka bentuk-bentuk di dalam materi,
artinya

bentuk

memberikan kenyataan kepada materi dan sekaligus adalah tujuan (finalis) dari materi. Aristoteles menulis bany ak bidang, meliputi logika, etika, p olitik, metafisika, p

Tugas

MK:

Filsafat

dan

Logika

[Sejarah

Perkembangan

Filsafat]

Page 7

sikologi dan ilmu alam. Pemikiran-pemikirannya yang sistematis tersebut banyak meny umbang kepada perkembangan ilmu pengetahuan.

C. Fi l safat Dal am dan Untuk Agama Pada jaman ini dikenal sebagai Abad Pertengahan (400-1500 ). Filsafat p ada abad ini dikuasai dengan p emikiran keagamaan (Kristiani). Puncak filsafat Kristiani ini adalah Patristik dan Skolastik Patristik sendiri dibagi atas Patristik Yunani (atau

Patristik Timur) dan Patristik Latin (atau Patristik Barat). Tokoh-tokoh Patristik Yunani ini anatara lain Clemens dari Alexandria (150-215), Origenes (185-254), Gregorius dari Naziane (330-390), Basilius (330-379). Tokoh- tokoh dari Patristik Latin antara lain Hilarius (315-367), Ambrosius (339-397), Hierony mus (347-420) dan Augustinus (354-430). Ajaran-ajaran dari para Bapa Gereja ini adalah falsafi-

teologis, y ang p ada intinya ajaran ini ingin memperlihatkan bahwa iman sesuai dengan pikiran-pikiran paling dalam dari manusia. Ajaran-ajaran ini banyak pengaruh dari Plotinos. Pada masa ini dapat dikatakan era filsafat yang berlandaskan akal-budi diabdikan untuk dogma agama. Jaman Skolastik (sekitar tahun 1000), pengaruh Plotinus diambil alih oleh Aristoteles. Pemikiran-p emikiran Ariestoteles kembali dikenal dalam kary a

beberapa filsuf Yahudi maupun Islam, terutama melalui Avicena (Ibn. Sina, 9801037), Averroes (Ibn. Rushd, 1126-1198) dan Maimonides (1135-1204). Pengaruh Aristoteles demikian besar sehingga ia (Aristoteles) disebut sebagai Sang Filsuf sedangkan Averroes y ang bany ak membahas kary a Aristoteles dijuluki sebagai Sang Komentator. Pertemuan p emikiran Aristoteles dengan iman Kristiani menghasilkan filsuf p enting sebagian besar dari ordo baru y ang lahir p ada masa Abad Pertengahan, y aitu, dari ordo Dominikan dan Fransiskan.. Filsafatnya disebut Skolastik (Lt. scholasticus, guru), karena p ada p eriode ini filsafat diajarkan dalam sekolah- sekolah biara dan univesitas-universitas menurut suatu kurikulum y ang baku dan bersifat internasional. Inti ajaran ini bertema p okok bahwa ada hubungan antara iman dengan akal budi. Pada masa ini filsafat mulai ambil jarak dengan agama, dengan melihat sebagai suatu kesetaraan antara satu dengan y ang lain

Tugas

MK:

Filsafat

dan

Logika

[Sejarah

Perkembangan

Filsafat]

Page 8

(Agama

dengan Filsafat) bukan y ang satu mengabdi terhadap yang lain atau

sebaliknya. D. Jaman Mode rn Jembatan antara Abad pertengahan dan Jaman Modern adalah jaman Renesanse, p eriode sekitar 1400-1600. Filsuf-filsuf p enting dari jaman ini adalah N. M acchiavelli (1469-1527), Th. Hobbes (1588-1679), Th. M ore (1478-1535) dan Frc. Bacon (1561- 1626). Pembaharuan y ang sangat bermakna p ada jaman ini ((renesanse) adalah antrop osentrismenya. Artinya pusat perhatian pemikiran tidak lagi kosmos sep erti p ada jaman Yunani Kuno, atau Tuhan sebagaimana dalam Abad Pertengahan. Setelah Renesanse mulailah jaman Barok, pada jaman ini tradisi rasionalisme ditumbuhkembangkan oleh filsuf-filsuf antara lain; R. Descartes (1596-1650), B. Spinoza (16321677) dan G. Leibniz (1646-1710). Para Filsuf tersebut di atas menekankan pentingnya kemungkinan-kemungkinan akal-budi (ratio) didalam mengembangkan pengetahuan manusia. Pada abad kedelapan belas mulai memasuki perkembangan baru. Setelah reformasi, renesanse dan setelah rasionalisme jaman Barok, pemikiran manusia mulai dianggap telah dewasa. Periode sejarah perkembangan pemikiran filsafat disebut sebagai Jaman Pencerahan atau Fajar Budi (Ing. Enlightenment, Jrm. Aufklrung. Filsuf-filsuf pada jaman ini disebut sebagai para empirikus, yang ajarannya lebih menekankan bahwa suatu pengetahuan adalah mungkin karena adanya pengalaman indrawi manusia (Lt. empeira, pengalaman). Para empirikus besar Inggris antara lain J. Locke (1632-1704), G. Berkeley (1684-1753) dan D. Hume (17111776). Di Perancis JJ. Rousseau (1712-1778) dan di Jerman Immanuel Kant (1724-1804) Secara khusus ingin dikemukakan disini adalah peranan filsuf Jerman Immanuel Kant, yang dapat dianggap sebagai inspirator dan sekaligus sebagai peletak dasar fondasi ilmu, yakni dengan mendamaikan pertentangan epistemologik pengetahuan antara kaum rasionalisme versus kaum empirisme. Immanuel Kant dalam karyanya utamanya yang terkenal terbit tahun 1781 yang berjudul Kritik der reinen vernunft (Ing. Critique of Pure Reason), memberi arah baru mengenai filsafat pengetahuan.

Tugas

MK:

Filsafat

dan

Logika

[Sejarah

Perkembangan

Filsafat]

Page 9

E. Masa Kini: Suatu Peneguhan Ilmu Yang Otonom Pada abad ketujuh belas dan kedelapan belas perkembangan pemikiran filsafat pengetahuan memperlihatkan aliran-aliran besar: rasionalisme, empirisme dan idealisme dengan mempertahankan wilayah-wilayah yang luas. Dibandingkan dengan filsafat abad ketujuh belas dan abad kedelapan belas, filsafat abad kesembilan belas dan abad kedua puluh banyak bermunculan aliran-aliran baru dalam filsafat tetapi wilayah pengaruhnya lebih tertentu. Akan tetapi justru menemukan bentuknya (format) yang lebih bebas dari corak spekulasi filsafati dan otonom. Aliran-aliran tersebut antara laian:

positivisme,marxisme, eksistensialisme, pragmatisme, neokantianisme, neo-tomisme dan fenomenologi. Berkaitan dengan filosofi penelitian Ilmu Sosial, aliran yang tidak bisa dilewatkan adalah positivisme yang digagas oleh filsuf A. Comte (1798-1857). Menurut Comte pemikiran manusia dapat dibagi kedalam tiga tahap/fase, yaitu tahap: (1) teologis, (2) Metafisis, dan (3) Positif-ilmiah. Bagi era manusia dewasa (modern) ini pengetahuan hanya mungkin dengan menerapkan metode-metode positif ilmiah, artinya setiap pemikiran hanya benar secara ilmiah bilamana dapat diuji dan dibuktikan dengan pengukuran-pengukuran yang jelas dan pasti sebagaimana berat, luas dan isi suatu benda. Dengan demikian Comte menolak spekulasi metafisik, dan oleh karena itu ilmu sosial yang digagas olehnya ketika itu dinamakan Fisika Sosial sebelum dikenal sekarang sebagai Sosiologi. Bisa dipahami, karena pada masa itu ilmu-ilmu alam (Natural sciences) sudah lebih mantap dan mapan, sehingga banyak pendekatan dan metode-metode ilmu-ilmu alam yang diambil-oper oleh ilmu-ilmu sosial (Social sciences) yang berkembang sesudahnya. Pada periode terkini (kontemporer) setelah aliran-aliran sebagaimana disebut di atas munculah aliran-aliran filsafat, misalnya : Strukturalisme dan Postmodernisme. Strukturalisme dengan tokoh-tokohnya misalnya Cl. Lvi-Strauss, J. Lacan dan M. Faoucault. Tokoh-tokoh Postmodernisme antara lain. J. Habermas, J. Derida. Kini oleh para epistemolog (ataupun dari kalangan sosiologi pengetahuan) dalam

perkembangannya kemudian, struktur ilmu pengetahuan semakin lebih sistematik dan

Tugas

MK:

Filsafat

dan

Logika

[Sejarah

Perkembangan

Filsafat]

Page 10

lebih lengkap (dilengkapi dengan, teori, logika dan metode sain), sebagaimana yang dikemukakan oleh Walter L.Wallace dalam bukunya The Logic of Science in Sociology. Dari struktur ilmu tersebut tidak lain hendak dikatakan bahwa kegiatan keilmuan/ilmiah itu tidak lain adalah penelitian (search dan research). Demikian pula hal ada dan keberadaan (ontologi/metafisika) suatu ilmu /sain berkaitan dengan watak dan sifat-sifat dari obyek suatu ilmu /sain dan kegunaan/manfaat atau implikasi (aksiologi) ilmu /sain juga menjadi bahasan dalam filsafat ilmu. Setidaktidaknya hasil pembahasan kefilsafatan tentang ilmu (Filsafat Ilmu) dapat memberikan perspektif kritis bagi ilmu /sain dengan mempersoalkan kembali apa itu:pengetahuan?, kebenaran?, metode ilmiah/keilmuan?, pengujian/verifikasi? Dan sebaliknya hasil-hasil terkini dari ilmu /sain dan penerapannya dapat memberikan umpan-balik bagi Filsafat Ilmu sebagai bahan refleksi kritis dalam pokok bahasannya (survey of sciences) sebagaimana yang dikemukakan oleh Whitehead dalam bukunya Science and the Modern World (dalam Hamersma, 1981:48)

Tugas

MK:

Filsafat

dan

Logika

[Sejarah

Perkembangan

Filsafat]

Page 11

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan Dari pemaparan di atas, ilmu filsafat merupakan ilmu yang lahannya luas dan rumit. Untuk mereka yang berminat pada filsafat, mereka harus mempelajari pengantarpengantar ke bidang filsafat. Peminat Ilmu filsafat di Indonesia semakin berkembang. Hal ini terlihat berkembangnya peminat filsafat di perguruan tinggi/ sekolah tinggi filsafat baik yang dikelola pemerintah maupun swasta nasional. Manusia mulai dengan berfilsafat, bila ia berpikir dengan teliti dan teratur untuk memecahkan problem-problem dan memandang permasalahannya dari sudut yang hakiki. Maka dari itu pada hakekatnya. Filsafat mengemukakan pandangan-pandangan yang bersifat akar dari ilmu yang lain. Namun disamping itu antara ilmu filsafat dan ilmu-ilmu lain terdapat kesamaan-kesamaan sifat, yaitu bahwa semuanya tertarik pada pengetahuan dan masing-masing adalah lapangan yang mengadakan pemeriksaan dan penemuan, mempunyai objek, metode penelitian dan sistem. Dan pada akhirnya penulis hanya bisa berharap bahwa Semoga informasi ini bermanfaat bagi siapa saja yang mencintai kebijaksanaan.

Tugas

MK:

Filsafat

dan

Logika

[Sejarah

Perkembangan

Filsafat]

Page 12

Anda mungkin juga menyukai