Anda di halaman 1dari 21

PROPOSAL TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK

METODE TERAPI KOGNITIF


DI RSJ SURAKARTA

Tugas Ini Disusun Untuk Memenuhi


Tugas Stase Keperawatan Jiwa

Disusun oleh:
Agung Prihatin
J2301450
Arifia Purwanti
J230145051
Arta Winangsit
J2301450
Pipin Oktaviani
J230145056
Reni Ardita
J230145059
Dian Nasif zahrofi
J230145069
Hanifa Nur AfifahJ230145053
Friza Rahmi Artini
J230145057
Maulana Rian Krisandi J2301450
Dyah Isna Romadani
J230145052
Dian Puspitasari
J230145058

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2014

PROPOSAL
TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK (TAK)
METODE TERAPI KOGNITIF
A. LATAR BELAKANG
1 | stase keperawatan jiwa: prgram profesi ners angkatan XIII ums 2014

Kesehatan merupakan hal yang paling penting dalam kehidupan manusia


untuk bertahan hidup dalam kondisi tidak sakit. Kesehatan adalah tidak adanya
disabilitas yang disebabkan oleh penyakit atau cidera baik fisik maupun jiwa.
Kesehatan jiwa sendiri merupakan tidak adanya disabilitas yang disebabkan oleh pola
atau sindrom psikologis atau perilaku. Jika jiwa seseorang terganggu, maka akan
menyebabkan gangguan jiwa seperti depresi, delusi, dan yang paling sering muncul
adalah skizofrenia (Pickett & Hanlon, 2009).
Skizofrenia adalah sekumpulan sindroma klinik yang ditandai dengan
perubahan kognitif, emosi, persepsi, dan aspek lain dari perilaku. Salah satu macam
skizofrenia adalah skizofrenia paranoid (Kaplan & Saddock, 2007). Gejala negatif
dari skizofrenia paranoid meliputi sulit memulai pembicaraan, afek tumpul atau datar,
lemah, berkurangnya motivasi, berkurangnya atensi, pasif, apatis dan penarikan diri
secara sosial, dan rasa tidak nyaman atau cemas (Videbeck, 2008). Cara untuk
menanggulangi masalah skizofrenia ini perlu ada aktivitas yang memberi solusi
bagaimana menyelesaikan masalah tersebut secara konsisten kepada klien tentang
bagaimana mengatasi cemas, sehingga klien memiliki manajemen diri untuk
mengatasi masalah tersebut bila cemas muncul. Salah satu cara tersebut adalah
dengan menggunakan terapi kognitif (Stuart & Laraia, 2002).
Terapi kognitif adalah terapi kognitif yaitu psikoterapi individu yang
pelaksanaannya dengan melatih klien untuk mengubah cara klien menafsirkan dan
memandang segala sesuatu pada saat klien mengalami kekecewaan, sehingga klien
merasa lebih baik dan dapat bertindak lebih produktif.. Melalui terapi kognitif
individu diajarkan/ dilatih untuk mengontrol distorsi pikiran/gagasan/ide dengan
benar-benar mempertimbangkan faktor dalam berkembangnya dan menetapnya
gangguan mood (Townsend, 2005). Pemberian terapi kognitif pada pasien skizofrenia
kognitif dinilai mampu untuk menurunkan tanda dan gejala cemas pada skizofrenia.
Penelitian terkait dengan pemberian terapi kognitif pada pasien skizofrenia adalah
Penelitian Suerni, Anna Keliat, dan Helena (2013) bahwa setelah diberikan tindakan
keperawatan terapi kognitif 80% klien mampu mengidentifikasi pikiran otomatis
negatif, 80% mampu menggunakan tanggapan rasional terhadap pikiran otomatis
negatif, 86,67% klien mampu mengidentifikasi manfaat penggunaan tanggapan
rasional dan 80% klien mampu menggunakan support sistem.
B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
2 | stase keperawatan jiwa: prgram profesi ners angkatan XIII ums 2014

Klien mampu menyelesaikan masalah kecemasan dan halusinasi yang dihadapi


2. Tujuan Khusus, klien mampu :
a. Mengidentifikasi masalah yang menyebabkan kecemasan
b. Menyebutkan cara untuk mengurangi cemas dengan thought stopping.
c. Menyebutkan teknik relaksasi progresif untuk mengurangi kecemasan
C. MANFAAT
Setelah dilakukan tindakan keperawatan Terapi Aktifitas Kelompok Kognitif
diharapkan dapat memberikan manfaat bagi :
1. Bagi pasien/keluarga : Menambah informasi dan pengetahuan tentang cara
mengatasi kecemasan dan halusinasi
2. Bagi Pendidikan : Sebagai tambahan ilmu tentang terapi aktivitas kelompok
kognitif
3. Bagi Rumah Sakit : Sebagai peningkatan kualitas pelayanan keperawatan dengan
menyediakan fasilitas terapi aktivitas kelompok

BAB III
TINJAUAN TEORI

A. Skizofrenia
1. Pengertian
Skizofrenia adalah sekumpulan sindroma klinik yang ditandai dengan
perubahan kognitif, emosi, pikiranadanya perilaku menarik diri dari interaksi social serta
disorganisasi dan fragmentasi dalam hal persepsi, (Kaplan & Saddock, 2007)
Skizofrenia paranoid yaitu pada tipe ini adanya pikiran-pikiran yang absurd
(tidak ada pegangannya) tidak logis, dan delusi yang berganti-ganti. Sering diikuti
halusinasi dengan akibat kelemahan penilaian kritis (critical judgement)nya dan aneh
3 | stase keperawatan jiwa: prgram profesi ners angkatan XIII ums 2014

tidak menentu, tidak dapat diduga, dan kadang-kadang berperilaku yang berbahaya.
Orang-0rang dengan tipe ini memiliki halusinasi dan delusi yang sangat mencolok,yang
melibatkan tema-tema tentang penyiksaan dan kebesaran (toernry, 1995, Susan Nolen
Hoeksema, 2004).
2. Etiologi
a. Faktor biologis
1. Kontribusi gen terhadap skizofrenia
Studi terhadap keluarga, anak kembar dan anak adopsi melengkapi buktibukti bahwa gen terlibat dalam transmisi (penyebaran) skizofrenia (Liohtermann,
Karbe & Maier, 2000). Beberapa peneliti berpendapat bahwa banyak gen
(polygenic) model tambahan, yang membentuk jumlah dan konfigurasi gen
abnormal untuk membentuk skizofrenia
Erlenmyer-kimling,

2001). Adanya

(Gottensman, 1991, Gottansman &

lebih

banyak

gen

yang

terganggu

meningkatkan kemungkinan berkembangnya skizofrenia dan menungkatakan


kerumitan gangguan tersebut. Individu yang lahir dengan beberapa gen tetapi
tidak cukup untuk menunjukkan simtom-simtom bertaraf sedang atau ringan
skizofrenia, seperti keganjilan dalam pola bicara atau proses berpikir dan
keyakinan-keyakinan yang aneh.
Anak-anak yang memiliki kedua orang tuanya menderita skizofrenia dan
anak-anak kembar identik atau dari satu zigot (monozigot) dari orangtua dengan
skizofrenia, mendapat sejumlah besar gen skizofrenia, memiliki resiko sangat
besar mendapatkan skizofrenia. Sebaliknya penurunan kesamaan gen dengan
orang-orang skizofrenia, menurunkan resiko individu mengembangkan gangguan
ini.
Jika aman dari orang skizofrenia mengembangkan gangguan ini, tidak
berarti bahwa hal itu dikirimkan atau diwariskan secara genetic. Tumbuh bersama
orangtua skizofrenia dan secara khusus bersama dengan kedua orangtua dengan
gangguan tersebut, kemungkinan besar berarri tumbuh berkembang dalam
suasana yang penuh stress. Jika orangtua psikotik, anak dapa terbuka untuk
pemikiran-pemikiran yang tidak logis, perubahan suasana hati dan perilaku yang
kacau.
Bahkan jika orangtua bukanlah psikotik akut, sisa-sisa simtom negative
akut skizofrenia, kurangnya motivasi, dan disorganisasi mungkin mengganggu
4 | stase keperawatan jiwa: prgram profesi ners angkatan XIII ums 2014

kamampuan orangtua untuk peduli terhadap anak. Studi adopsi yang dilakukan
Leonard Heston di Amerika Serikat dan Kanada menunjukkan bahwa anak-anak
yang hidup bersama orangtua skizofrenia yang diadopsi jauh dari ibu, mempunyai
tingkat pengembangan skizofrenia yang lebih rendah.
b. Faktor Psikososial
1. Teori Psikodinamika
Menurut Kohut & Wolf, ahli-ahli teori psikodinamika berpendapat
bahwa skizofrenia merupakan hasil dari paksaan atau tekanan kekuetan
biologis yang mencegah atau menghalangi individu untuk mengembangkan
dan mengintegrasikan persaan atau pemahaman atas dirinya. Freud(1942)
berargumen bahwa jika ibu secara ekstrim atau berlebihan kasar dan terusmenerus mendominasi, anak akan mengalami taraf regresi dan kembali ke
taraf perkembangan bayi dalam hal pemfungsiannya, sehingga ego akan
kehilangan kemampuannya dalam membedakan realita.
Berdasarkan penelitian interaksi antar keluarga dan skizofrenia yang
berfokus pada stress keluarga, menunjukkan bahwa stress keluarga
menyebabkan atau mengurangi penderita skizofrenia. Dimana keluarga dapat
mendukung anggota keluarga dengan skizofrenia dan menolong mereka
berfungsi dalam masyarakat meskipun gangguan tersebut membuat gangguan
lebih buruk dengan terciptanya suasana yang merusak atau mengurangi
kemampuan anggota keluarga yang skizofrenia untuk menanganinya (Susan
Nolen Hoeksema, 2004).
2. Pola-Pola Komunikasi
Menurur Gregory Bateson & koleganya bahwa orangtua (khususnya
ibu) pada anak-anak sklizofrenia menempatkan anak mereka dalam situasi
ikatan ganda (double binds) yang secara terus menerus mengkomunikasikan
pesan-pesan yang bertentangan pada anak-anak. Yang dimaksud ikatan ganda
adalah pemberian pendidikan dan informasi yang nilainya saling bertentangan.
Dalam teori doble-bind tentang pola-pola komunikasi dalam keluarga orangorang dengan skizofrenia, menampakkan keganjilan. Keganjilan-keganjilan itu
membentuk lingkungan yang penuh ketegangan yang membuat lebih besar
kemungkinan seorang anak memiliki kerawanan secara biologis terhadap
skizofrenia akan mengembangkan

sindrom skizofrenia sepenuhnya atau

bahwa seseorang dengan skizofrenia akan memiliki frekuensi kekambuhan


psikotis yang lenih tinggi.
5 | stase keperawatan jiwa: prgram profesi ners angkatan XIII ums 2014

3. Tampilan Emosi
Berdasarkan beberapa penelitian bahwa gaya interaksi penderita
skizofrenia dapat dilihat dari ekspresi emosinya. Keluarga-keluarga yang
pengekspresian emosinya kuat terlalu melibatkan diri dengan setiap anggota
keluarga lainnya, Overprotekif terhadap anggota keluarganya terganggu dan
bersikap mengorbankan diri bagi anggota keluarganya yang terganggu tetapi
juga suka mengkritik, bermusuhan dan memarahi anggota keluarga yang
terganggu.
4. Stres dan Kekambuhan
Keadaan sekitar atau lingkungan yang penuh stress (stresfull) mungkin
tidak menyebabkan seseorang terjangkit skizofrenia, tetapi keadaan tersebut
dapat memicu episode baru pada orang-orang yang mudah terkena serangan
atau rawan terhadap skizofrenia. Berdasarkan penelitian bahwa lebih dari 50
% orang yang mengalami kekambuhan skizofrenia adalah mereka yang dalam
kehidupannya telah mengalami kejadian-kejadian buruk sebelum mereka
kambuh. Banyak kejadian dalam hidup orang-orang skizofrenia alami dalam
beberapa miggu sebelum mereka kambuh mungkin secara actual disebabkan
oleh simtom-simtom prodormal yang muncul sebelum kambuh kedalam
psikotis. Sebagai contoh, satu dari simtom-simtom prodormal dari
kekambuhan skizofrenia adalah menarik diri dari lingkungan social yang pada
gilirannya kejadian-kejadian buruk dalam kehidupannya sebagian besar
mendahului sebuah kekambuhan, seperti pecah/hancurnya jalinan atau
hubungan (relation ship) atau hilangnya sebuah pekerjaan (Wiramiharja,
2005).
5. Faktor Kesalahan Belajar
Yang dimaksud kesalahan belajar adalah tidak tepatnya mempelajari
yang benar atau dengan tepat mempelajari yang tidak benar. Dalam hal ini
penderita mempelajari dengan baik perilaku orang-orang skizofrenia atau
perilaku yang baik dengan cara yang tidak baik ( Wiramaharja,2005)
3. Tanda dan gejala
Menurut Eugen Bleuler gejala-gejala skizofrenia Paranoid dapat dibagi menjadi
dua yaitu :
a.Gejala primer

6 | stase keperawatan jiwa: prgram profesi ners angkatan XIII ums 2014

Gangguan proses pikiran (bentuk,langkah dan isi pikiran) yang terganggu


terutama aspek asosiasi, kadang-kadang suatu ide belum selesai diutarakan,
sudah muncul ide uang lain. Sering ditandai oleh : menggunakan arti simbolik,
terdapat clang association, jalan pikirannya tidak dapat dimengerti / inkoherensi,
menyamakan hal-hal. Terjadi bloking beberapa detik sampai beberapa hari, ada
penderita yang mengatakan bahwa seperti ada yang laindidalam dirinya yang
berfikir dan tanda sejenis lainnya.
Gangguan afek dan emosi
Dapat berupa :
Kedangkalan afek dan emosi, klien menjadi acuh tak acuh pada hal-hal yang
penting dalam hidupnya.
Parathimi ; merasa sedih atau marah yang seharusnya timbul rasa tenang dan
gembira.
Paramimi ; klien menangis padahal merasa senang dan bahagia.
Emosi, afek dan ekspresinya tidak mengalami kesatuan.
Emosi yang berlebih.
Hilang kemampuan untuk mengandalkan hubungan emosi yang baik.
Ambivalensi pada afek : dua hal yang bertentangan berada pada satu objek
Gangguan kemauan
Ditandai antara lain :
Tidak dapat mengambil keputusan
Tidak dapat bertindak dalam suatu keadaan
Melamun dalam waktu tertentu yang lama.
Negativisme ; perbuatan yang berlawanan dengan perlawanan
Ambivalensi kemauan ; menghendaki dua hal yang berlawanan pada waktu
yang sama
7 | stase keperawatan jiwa: prgram profesi ners angkatan XIII ums 2014

Otomatisme ; merasa kemauannya dipengaruhi oleh orang lain atau tenaga dari
luar sehingga ia berbuat otomatis.
Gangguan psikomotor
Stupor : tidak bergerak dalam waktu yang lama.
Hiperkinesa; terus bergerak dan tampak gelisah
Stereotipi ; berulang melakukan gerakan atau sikap
Verbigerasi ; stereotipi pembicaraan
Manerisme ; stereotipi tertentu pada pada skizofrenia, grimes pada muka atau
keanehan berjalan dan gaya.
Katalepsi ; posisi badan dipertahankan dalam waktu yang lama.
Fleksibilitas cerea ; bila anggota badan dibengkokkan terasa suatu tahanan
seperti lilin.
Negativisme ; menentang atau justru melakukan berlawanan dengan apa yang
disuruh.
Otomatisme komando ; kebalikan daari negativisme.
Echolalia; meniru kata-kata yang diucapkan orang lain.
b. Gejala sekunder

Waham atau delusi


kayakinan yang salah yang tidak dapat diubah dengan penalaran atau bujukan.
Sangat tidak logis dan kacau tetapi klien tidak menyadari hal tersebut dan
menganggap sebagai fakta dan tidak dapat diubah oleh siapapun.
Jenis-jenis waham mencakup :
1. kebesaran ; seseorang memiliki suatu perasaan berlebih dalam kepentingan
atau kekuasaan.
2. curiga ; seseorang merasa terancam dan yakin bahwa orang lain bermaksud
untuk membahayakan atau menncurigai dirinya.

8 | stase keperawatan jiwa: prgram profesi ners angkatan XIII ums 2014

3. Siar ; semua kejadian dalam, lingkungan sekitarnya diyakini merujuk / terkait


kepada dirinya.
4. kontrol ; seseorang percaya bahwa objek atau oang tertentu mengontrol
perilakunya.
Halusinasi ; istilah ini menggarbarkan persepsi sensori yang salah yang mungkin
meliputi salah satu dari kelima panca indra. Halusinasi pendengaran dan
penglihatan yang sering,halusinasi penciuman, perabaan, dan pengecapan juga
dapat terjadi
Tanda gangguan yang berlangsung secara terus menerus sedikitnya selama 6 bulan
( Stuard, 2006 ).
a.Kecurigaan yang ekstrim terhadap orang lain.
b.Halusinasi
Modalitas sensori yang tercakup dalam halusinasi :
1) Pendengaran / auditorius
Mendengar suara atau bunyi, biasanya suara orang. Suara dapat berkisar dari suara
yang sederhana sampai suara orang bicara mengenai pasien, untuk menyelesaikan
percakapan antara dua orang atau lebih tentang pasien yang berhalusinasi. Jenis lain
termasuk pikiran yang dapat didengar pasien yaitu pasien mendengar suara orang yang
sedang membicarakan apa yang sedang dipikirkan oleh pasien dan memerintahkan untuk
melakukan sesuatu, kadang-kadang hal yang berbahaya.
2) Penglihatan / visual
Stimulus penglihatan dalam bentuk pancaran cahaya, ganbar geometris, gambar
kartun, dan gambar atau panorama yang luas dan kopleks. Penglihatan dapat berupa
sesuatu yang menyenangkan atau yang menakutkan ( seperti melihat monster ).
c. Waham kejar atau kebesaran
1) Waham kejar (delusion of persecution) yaitu: keyakinan bahwa orang atau kelompok
tertentu sedang mengancam atau berencan membahayakan dirinya. Waham ini

9 | stase keperawatan jiwa: prgram profesi ners angkatan XIII ums 2014

menjadikan penderita paranoid selalu curiga akan segala hal dan berada dalam ketakutan
karena merasa diperhatikan, diikuti serta diawasi.
2) Waham atau kebesaran ( delusion of grandeur ) yaitu: keyakinan bahwa dirinya
memiliki suatu kelebihan dan kekuatan serta menjadi orang yang penting (Maramis,
2004).
B. Terapi Aktivitas Kelompok (TAK)
1. Pengertian
Menurut Stuart dan Laraia (2001), terapi aktivitas kelompok adalah kumpulan
individu yang mempunyai hubungan satu dengan yang lain, saling ketergantungan
serta mempunyai norma yang sama, yang bermaksud untuk berbagi rasa membantu
anggota kelompok dan merubah perilaku yang maladaptif.
2. Jenis TAK
a. TAK Sosialissi Sesi 1
b. TAK Sosialisasi Sesi 2
c. TAK Sosialisasi Sesi 3
d. TAK Sosialisasi Sesi 4
e. TAK Sosialisasi Sesi 5
f. TAK Sosialisasi Sesi 6
g. TAK Orientasi Realita sesi 1
h. TAK Orientasi Realita sesi 2
i. TAK Orientasi Realita sesi 3
j. Terapi Aktivitas Kelompok (TAK) Kognitif
3. Terapi Aktivitas Kelompok (TAK) Kognitif
Terapi kognitif adalah strategi memodifikasi

keyakinan

dan

sikap

yangmempengaruhi perasaan dan perilaku klien. Proses yang diterapkan adalah


membantu mempertimbangkan stressor dan kemudian dilanjutkan dengan
mengidentifikasi polaberfikir dan keyakinan yang tidak akurat tentang stressor
tersebut. Tujuan terapi kognitif adalah
-.Mengembangkan pola berfikir yang rasional.
- Mengubah pola berfikir tak rasional yang sering mengakibatkan gangguan
perilaku menjadi pola berfikir rasional berdasarkan fakta dan informasi yang
actual. Membiasakan diri selalu menggunakan pengetesan realita dalam
menanggapi setiap stimulus sehingga terhindar dari distorsi pikiran.
- Membentuk perilaku dengan pesan internal. Perilaku dimodifikasi dengan
terlebih dahulu mengubah pola berfikir.

10 | stase keperawatan jiwa: prgram profesi ners angkatan XIII ums 2014

BAB III
RENCANA PELAKSANAAN
A. PERSIAPAN
1. Klien
Berikut klasifikasi klien yang akan ikut serta dalam aktifitas kelompok :
No.

Nama

Tanda & gejala

Mariawati

Seperti anak-anak, lebih suka menyendiri,

Nur hayu

halusinasi
Halusinasi, kekanak-kanakan

Suratmi

Halusinasi, waham curiga, resiko perilaku


kekerasan

Suwanti

Resiko perilaku kekerasan, waham, halusinasi

Hartatik

Waham, menyendiri, halusinasi

2. Perawat
a. Pengorganisasian
Leader : Dyah Isna Romadani
Co Leader : Dian Nasif Zahrofi
Observer
: Arifia Purwanti
: Agung Prihatin
Fasilitator
: Dian Puspitasari
: Hanifa Nur Afifah
: Friza Rahmi Artini
: Reni Ardita
: Pipin Oktaviani
Operator
: Maulana Rian Krisandi
: Arta Winangsit
3. Tugas perawat
11 | stase keperawatan jiwa: prgram profesi ners angkatan XIII ums 2014

PERAN

Leader

TUGAS

Memimpin

jalannya

acara

terapi

aktivitas kelompok
Memperkealkan anggota-anggota terapi
aktifitas kelompok
Menjelaskan tujuan diskusi
Menetapkan jalannya tata tertib
Dapat mengambil keputusan
menyimpulkan

Co Leader

hasil

diskusi

dan
pada

kelompok terapi diskusi tersebut


Mengontrakkan waktu dengan pasien
Menyimpulkan hasil kegiatan
Menutup acara
Motivasi anggota aktif dalam kelompok
Mendampingi leader jika terjadi

blocking
Mengoreksi dan mengingatkan leader
jika terjadi kesalahan
Bersama
leader

memecahkan

penyelesaian masalah
Menyampaikan informasi / pesan dari
fasilitator co leader
Motivasi anggota untuk aktiv dalam
Fasilitator

kelompok
Membantu

klien

meluruska

dan

menjelaskan tugas yang harus dilakukan


Mendampingi peserta TAK untuk
berdiskusi
Memotivasi klien untuk aktif dalam
kelompok
Menjadi contoh bagi klien selama
Observer

kegiatan
Mengobserver

persiapan

dan

pelaksanaan TAK dari awal sampai akhir


Mencatat semua aktivitas dalam terapi
aktifitas kelompok
Mengobservasi perilaku klien
12 | stase keperawatan jiwa: prgram profesi ners angkatan XIII ums 2014

Operator

Memainkan musik

B. TEKNIK PELAKSANAAN
1. Pelaksanaan
Hari / tanggal

: 18 Desember 2014

Waktu

: 08.40 selesai

Tempat

: Ruang Larasati RSJD Surakarta

2. Perlengkapan
a. laptop/ Mp3
b. Pengeras suara/ Speaker aktif
c. Alat tulis
d. Bolpoint/ spidol
e. Kertas bergambar tanda stop
f. Sedotan
g. Karet gela
3. Setting Tempat
a. Sesi 1

b. Ruangan cukup luas, nyaman dan tenang.

F
L

3
F

CLL
L

4
F
Keterangan :

1 s.d 6 : Peserta
13 | stase keperawatan jiwa: prgram profesi ners angkatan XIII ums 2014

: Leader
: Observer

: Fasilitator
F
4. Mekanisme kegiatan
a. Tahap persiapan
1) Memilih klien sesuai dengan indikasi, yaitu pasien menarik diri, memiliki
perasaan sama dengan pasien lain yaitu kehilangan, halusinasi, cemas.
2) Membuat kontrak waktu
3) Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan
b. Tahap Orientasi
1) Memberikan salam secara terapeutik kepada klien
2) Mengevaluasi/ validasi (menanyakan perasaan klien saat ini )
3) Kontrak :
- Menjelaskan tujuan kegiatan yaitu memperkenalkan diri
- Menjelaskan aturan main kepada klien yaitu jika ada klien yang akan
meningalkan kelompok harus minta ijin kepada terapis.
- Menjelaskan kepada klien bahwa lama kegiatan 45 menit
- Semua klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai.
c. Tahap Kerja
Sesi 1: perkenalan dan identifikasi masalah
1) Memberikan papan nama untuk pasien
2) Meminta masing-masing klien untuk menuliskan nama lengkap nama
panggilan dan asal
3) Menjelaskan langkah berikutnya, yaitu saat musik mulai dinyalakan klien
beserta fasilitator berputar seperti kereta yang melewati terowongan yang
diperankan oleh 2 orang perawat dan masing-masing peserta memegang
pundak peserta yang ada di depannya. Saat musik dihentikan maka kereta
juga berhenti dan ada salah satu klien atau fasilitator yang terperangkap
diterowongan setiap fasilitator atau klien yang tertangkap harus dapat
menyebutkan nama lengkap, nama pangilan, asal, dan hobi yang
dimilikinya
4) Mengulangi lagkah diatas sampai semua klien mendapat giliran
5) Memberikan reinforcement stiap keberhasilan klien.
Sesi 2: Thought stopping
1) Membagikan kertas bergambar tanda stop atau berhenti
2) Meminta masing-masing klien menyebutkan kertas tersebut bergambar apa
3) Meminta klien membayangkan masalah apa yang biasanya membuat klien
cemas sehingga menarik diri
14 | stase keperawatan jiwa: prgram profesi ners angkatan XIII ums 2014

4) Mengarahkan klien agar sikap pikiran muncul, klien harus melihat tanda
stop sebagai tanda klien harus berhenti membayangkan hal tersebut
5) Meminta skali lagi untuk membayangkan dan kemudian jika telah muncul
klien diminta bilang stop.
6) Mendiskusikan dengan semua klien tentang bagaimana cara penyelesaian
masalah yang teah dilakukan
7) Memberikan pujian untuk setiap keberhasilan dengan mengajak semua
klien bertepuk tangan.
Sesi 3: mengalihkan pikiran
1) Meminta klien untuk membayangkan hal-hal yang disukai
2) Membagikan kertas kosong dan bolpoin dan meminta masing-masing
klien untuk melakukan apapun dengan kertas tersebut yaitu menuliskan
penyebab kecemasan dan cara mengatasinya
3) Meminta klien untuk melakukan hal

yang

disukai

dengan

mengaplikasikan kertas tersebut atau menuliskan pengalaman yang tidak


disukai dengan kecemasan
4) Meminta klien untuk menceritakan apa yang biasa dilakukan jika klien
mengalami kecemasan hingga menarik diri.
5) Memberikan pujian untuk keberhasilan dengan mengajak semua klien
bertepuk tangan.
Sesi 4: teknik relaksasi progresif
1) Meminta klien untuk duduk kemudian terapis berdiri disamping klien
2) Menganjurkan klien untuk mengencangkan dahi selama 5-7 detik,
kemudian relaksasi 20-30 detik
3) Menganjurkan klien untuk mengencangkan bahu selama 5-7 detik,
kemudian relaksasi 20-30 detik
4) Menganjurkan klien untuk mengencangkan lengan atau otot bisep selama
5-7 detik, kemudian relaksasi 20-30 detik
5) Menganjurkan klien untuk mengencangkan betis selama 5-7 detik,
kemudian relaksasi 20-30 detik
d. Tahap Terminasi
1) Evaluasi
Menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK
Memberikan pujian atas keberhasilan peserta
2) Rencana tindak lanjut
Terapis meminta klien untuk menulis hal positif lain yang belum tertulis
3) Kontrak yang akan datang (menyepakati kegiatan, waktu dan tempatt)
DAFTAR PUSTAKA
Kaplan, H.I., Saddock, B.J., & Grebb, J.A.(2010). Sinopsis Psikiatri IlmuPengetahuan
Perilaku Psikiatri Klinis.Jilid I. (7th ed.). Jakarta : Bina RupaAksara. Jakarta
15 | stase keperawatan jiwa: prgram profesi ners angkatan XIII ums 2014

Tim keperawatan jiwa. (2012). Penuntun praktek laboratorium keperawatan jiwa:UMS

16 | stase keperawatan jiwa: prgram profesi ners angkatan XIII ums 2014

LEMBAR PENILAIAN
SESI I : PERKENALAN DAN IDENTIFIKASI MASALAH
Nama Peserta
No

Aspek yang dinilai

.
1

Klien mampu berkenalan

Klien

mampu

mengenal

mampu

mengenal

perawat

Klien

nama klien lain

Klien

mampu

membina

hubungan dengan baik

Klien

mampu

17 | stase keperawatan jiwa: prgram profesi ners angkatan XIII ums 2014

berkonsentrasi

Klien mampu menceritakan


masalahnya

Klien mampu mengikuti


dengan baik

SESI 2 : THROUGHT STOPPING


18 | stase keperawatan jiwa: prgram profesi ners angkatan XIII ums 2014

Nama Paserta
No.

Aspek yang dinilai

Klien dapat mengidentikasi


masalah

Klien dapat membayangkan


masalah

Klien dapat menghentikanm


pikiran dengan kata stop

Klien dapat menghentikan


pikiran

dengan

melihat

tanda stop

SESI 3 : MENGALIHKAN FIKIRAN


Nama Peserta TAK
19 | stase keperawatan jiwa: prgram profesi ners angkatan XIII ums 2014

No

Aspek yang dinilai

Klien mampu memgidentifikasi


masalah

Klien

mampu

mengalihkan

fikiran

Klien dapat mengatakan apa


yang ada di kartu

Klien

mampu

sesuatu

untuk

melakukan
mengalihkan

fikiran

SESI 4 : RELAKSASI PROGRESIF


No

Aspek yang dinilai

Klien dapat mengencangkan


dahi 5-7 detik kemudian
20 | stase keperawatan jiwa: prgram profesi ners angkatan XIII ums 2014

Nama Peserta TAK

relaksasi 20-30 detik


Klien dapat mengencangkan
bahu

selama

5-7

detik

kemudian relaksasi 20-30


3

detik
Klien dapat mengencangkan
lengan

atau

otot

bisep

selama 5-7 detik kemudian


4

relaksasi 20-30 detik


Klien dapat mengencangkan
betis

selama

5-7

detik

kemudian relaksasi 20-30


detik

21 | stase keperawatan jiwa: prgram profesi ners angkatan XIII ums 2014

Anda mungkin juga menyukai