BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Daur materi pada suatu lingkungan adalah suatu gambaran yang penting
dalam ekosistem. Materi yang diambil dari lingkungan oleh tumbuh-tumbuhan dan
hewan-hewan akan dikembalikan ke lingkungan dan dipakai kembali secara terus
menerus organisme dalam proses biogeokimia. Tumbuh-tumbuhan hewan-hewan
melepaskan karbondioksida sebagai hasil pernafasan selulernya ke udara alam
lingkungannya yang kemudian dapat digunakan lagi oleh tumbuhan dalam proses
fotosintesis untuk membuat zat gula, yang kemudian dimakan oleh ewan-hewan dan
melepaskannya kembali. Decomposer menambah mineral-mineral kedalam tanah,
tumbuhan mengambil mineral itu untuk proses metabolismenya. Bila tumbuhan dan
hewan mati, decomposer akan memprosesnya lagi sebagai sumber mineral dalam
tanah.
Energi yang menjadi penggerak sistem kehidupan semua makhluk hidup
berasal dari tenaga matahari, sedangkan materi yang menysun organisme berasal dari
bumi. Oleh karena itu setiap organisme terdiri atas mayeri yang juga merupakan
bagian dari bumi itu sendiri.
Setiap bahan kimia yang dibutuhkan organisme sebagai bahan baku disebut nutrient.
Oleh karena suatu bentuk kehidupan tersusun oleh sebagian senyawa anorganik dan
sebagian organic, dan semua fungsi yang hidup itu ditujukan untuk pemeliharaan
pelestarian tubuhnya, maka suatu organisme haru memperoelh nutrient anorganik,
yang selanjutny dihimpun dalam bentuk hidup itu sendiri.
Hampir 30-40 unsur diperluakan untuk pertumbuhan dan perkembangan
organisme, diantara yang terpenting adalah C, H, O, N, S, P, K, Ca, Fe, Mg, B, Zn,
Cl, Mo, I, dan F. Kebanyakan dari unsur-unsur ini tidak dapat dipakai langsung oleh
organisme, tetapi diambil dalam bentuk persenyawaan-persenyawaan kimia. Sebagai
contoh hidrogen yang tersedia dalam molekul air yang mempunyai dua atom
hidrogen dan satu atom oksigen. Unsur-unsur ini dan persenyawaanya, disebut
nutrient (zat hara), berpindah-pindah di dalam rantai makanan makhluk hidup dan
lingkunga abiotis yang merupakan komponen ekosistem dalam suatu daur materi.
1
Secara khusus dikenal dengan nama daur biogeokimia karena unsur-unsur kimia
terdapat dalam air di dalam bumi, atmosfer, dan batu-batuan dan tanah di dalam
tanah. Dalam makalah ini akan dibahas lebih lanjut mengenai daur biogeokimia.
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut.
1. Bagaimanakah mekanisme daur oksigen?
2. Bagaimanakah mekanisme daur nitrogen?
3. Bagaimanakah mekanisme daur potasium?
4. Bagaimanakah mekanisme daur kalsium?
5. Bagaimanakah peranan unsur mikro dalam daur biogeokimia?
6. Bagaimanakah hubungan ekologi dengan biokimia?
1.3 Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut.
1. Untuk mengetahui mekanisme daur oksigen.
2. Untukmengetahui mekanisme daur nitrogen.
3. Untuk mengetahui mekanisme daur potassium.
4. Untuk mengetahui mekanisme daur kalsium.
5. Untuk mengetahui peranan unsur mikro dalam daur biogeokimia
6. Untuk mengetahui hubungan ekologi dengan biokimia
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Daur Oksigen
Oksigen molekuler (O2) merupakan 20% dari atmosfer bumi. Pul ini
memenuhi seluruh keperluan seluruh organisme darat yang berespirasi, dan karena
melarut dalam air, oksigen juga merupakan keperluan organisme air. Dalam proses
respirasi, oksigen berfungsi sebagai penerima terakhir untuk elektron yang dilepaskan
dari atom-atom karbon pada makanan. Produk itu adalah air. Daur ini dilengkapi
dalam fotosintesis karena energi cahaya digunakan untuk pelucutan elektron jauh dari
atom-atom oksigen yang ada pada molekul air. Elektron mereduksi atom-atom karbon
(dari karbondioksida) menjadi karbohidrat. Oksigen molekular tertinggal dan daur itu
menjadi lengkap (Kimball, 1983).
Untuk setiap molekul oksigen yang digunakan dalam respirasi selulerdilepaskan satu molekul karbondioksida. Sebaliknya, untuk setiap karbondioksida
yang diambil fotosintesis, dilepaskan satu molekul oksigen. Penelitian tentang
mineral yang terbentuk sangat awal dalam sejarah bumi menunjukkan bahwa pada
satu saat tidak ada oksigen dalam atmosfer bumi. Dengan evolusi fotosintesis yang
menggunakan air, maka oksigen yang pertama kali muncul. Dengan menganggap
permulaan perkembangan biosfer matang tanpa produktiivtas bersih, yaitu dengan
keseimbangan respirasi dan fotosintesis, maka dapat dipertanyakan, apa yang dapat
menerangkan pul oksigen yang ada sekarang ini? Setiap molekul oksigen yang
terakumulasi di atmosfer harus merupakan atom karbon yang pernah direduksi dalam
fotosintesis tetapi sejak itu telah terlepas dari oksidasi. Itulah atom-atom karbon yang
tersompan dalam batu bara dan minyak dan endapan organik lainnya. Juga atom-atom
karbon yang menyusun tubuh biomassa hidup yang tersebar di seluruh dunia dan
bagian-bagian mati dari tumbuhan dan hewan yang sampai sekarang terlepas dari
pembusukan (Kimball, 1983).
Pada waktu membakar bahan bakar fosil, kita menggunakan sejumlah oksigen
yang terdapat di atmosfer ketika atom-atom karbon bahan bakar tersebut mula-mula
direduksi. Realisasi ini menimbulkan perkiraan bahwa karena kita membakar batu
3
bara, minyak dan gas alam dalam jumlah yang selalu meningkat, kita mungkin secara
serius menghabiskan konsentrasi oksigen dalam udara. Perkiraan-perkiraan tentang
cadangan bahan bakar ini di bumi dibuat dari waktu ke waktu. Bahkan jika kita
menerima perkiraan yang paling banyak dibuat, pembakaran bahan ini secara total
akan menghabiskan pul oksigen atmosferik sebanyak tidak lebih dari 2-8%.
Sebagian besar karbon yang tereduksi dari bumi ini disebarkan terlalu tipis dan atau
terlalu dalam dibenam agar berguna sebagai bahan bakar. Akan tetapi, kehadirannya
merupakan penyangga besar terhadap jatuhnya tingkat oksigen secara drastik. Bahkan
jika konsentrasi oksigen benar-benar jatu sampai 8%, efeknya terhadap manusia akan
kurang daripada konsentrasi oksigen yang bergerak dari kota New York ke Denver.
(Pada ketinggian 5000 kaki, konsentrasi oksigen di udara itu 18% lebih kecil daripada
konsentrasi oksigen dalam laut). Pembakaran seluruh bahan bakar fosil kita benarbenar akan menimbulkan masalah (misalnya, pencemaran udara) jauh lebih gawat
daripada efek pada pul oksigen (Kimball, 1983).
Sementara kegiatan manusia tidak memperlihatkan tanda-tanda mempunyai
efek yang berarti terhadap kandungan oksigen dalam udara, hal ini tidak benar bagi
lingkungan air. Banyak sungai kecil dan danau di Negara-negara industry yang padat
menderita kekurangan oksigen terlarut secara berkala. Hal ini seringkali demikian
hebatnya sehingga beberapa organisme air tertentu tidak lagi mampu bertahan hidup.
Faktor penyebab itu ialah pembuangan limbah organic dan limbah lainnya kedalam
air. Limbah-limbah ini dihancurkan oleh organisme pembusuk, yang menggunakan
oksigen terlarut dalam proses tersebut. sebenarnya, indikator paling banyak dipakai
dari pencemaran air ialah Biochemical Oxygen Demand, BOD. Inilah ukuran untuk
oksigen yang diperlukan untuk mengoksidasi secara lengkap bahan yang ada dalam
air. Makin besar BOD suatu sungai atau danau, makin sedikit oksigen yang tersedia
untuk organisme yang biasanya hidup di situ. Bagi yang persyaratan oksigennya
tinggi (umpamanya kebanyakan ikan), BOD yang meningkat mengancam
kemampuannya untuk bertahan hidup (Kimball, 1983).
Interaksi bersama dalam ekosistem adalah daur oksigen dan karbon dioksida.
Selama proses fotositesis, tumbuh-tumbuhan mengambil karbondioksida dan
mengeluarkan oksigen. Pada saat lain tumbuhan dan hewan juga mengeluarkan
karbondioksida dalam kegiatan respirasinya. Karbon dioksida ini selalu tersedia dan
dipakai dalam kegiatan makhluk hidup yang menggambarkan suatu sistem
ketergantungan untuk memanfaatkan seluruh materi seperti karbon dioksida secara
keseluruhan (Kimball, 1983).
Karbon merupakan bahan dasar pembentuk molekul organik untuk kehidupan.
Kebanyakan tumbuhan yang ditemukan di atas tanah mendapatkan karbon dioksida
Glukosa + Oksigen
C6H12O6 + 6O2
tumbuhan terjadi pada waktu penguapan yaitu pada siang hari. Daur itu dapat
digambarkan sebagai berikut:
dari seluruh fiksasi nitrogen yang terjadi sekarang dalam biosfer dicapai secara
industri. Hal ini benar-benar merupakan gangguan manusiawi yang luar biasa
terhadap fungsi biosfer. Secara pasti produktivitas pertanian kita bergantung pada laju
fiksasi nitrogen yang sekarang ini amat tinggi. Akan tetapi, efek sampingnya yang
merusak dapat terlihat pada danau dan sungai karena pupuk nitrogen merembes dari
tanah pertanian sekitarnya (dan lapangan rumput) dan menyuburkan kembang
algae. (Kimball, 1983).
Pengaruh kita terhadap laju fiksasi tidak terbatas pada kegiatan industry.
Budidaya polong-polongan secara meluas, khususnya alfalfa (Medigcago sativa) dan
kacang kedelai telah sangat meningkatkan laju fiksasi nitrogen secara meluas.
Legume adalah family tumbuhan polong (termasuk kacang polong, alfalfa, dan
semanggi) yang akar-akarnya dihuni oleh bakteri-bakteri gram-negatif dari genus
Rhizobium. Bakteri-bakteri itu mampu meningkat nitrogen atmosfer, baik bagi
inangnya maupun bagi dirinya sendiri (Kimball, 1983).
Mikroorganisme tertentu lainnya
Pembusukan. Protein yang dibuat oleh tumbuhan masuk dan melalui jaring-jaring
makanan seperti pada karbohidrat. Pada setiap tingkatan trofik, terdapat kehilangan
yang kembali ke sekitarnya, terutama dalam ekskresi. Yang terakhir mengambil
keuntungan dari senyawa nitrogen organik ialah mikroorganisme pembusuk. Melalui
kegiatan molekul-molekul yang mengandung nitrogen organik dalam ekskresi dan
bangkai itu dirombak menjadi ammonia (Kimball, 1983).
Nitrifikasi. Amonia dapat secara langsung diambil oleh tumbuhan melalui akar dan
sebagaimana diperagakan dalam beberapa spesies, melalui daun-daunnya. (Yang
terakhir ini bila dihadapkan pada gas ammonia yang berlabelkan isotope,
menggabungkan label tersebut dalam proten). Akan tetapi, sebagian besar ammonia
yang dihasilkan oleh pembusukan diubah menjadi nitrat. Hal ini terlaksana dalam dua
langkah. Bakteri genus Nitrosomonas mengoksdasi NH3 menjadi nitrit (NO2-). Nitrit
kemudian dioksidasikan menjadi nitrat (NO3-) oleh bakteri genus Nitrobacter. Kedua
kelompok bakteri hemoautotrofik ini disebut bakteri nitrifikasi. Melalui kegiatannya
(yang menyediakan baginya semua keperluan energinya), nitrogen dengan mudah
tersedia bagi akar tumbuhan (Kimball, 1983).
Denitrifikasi, jika proses-proses yang dibahas di atas itu merupakan cerita lengkap
mengenai daur nitrogen, kita akan dihadapkan reduksi tetap dalam pul nitrogen
atmosfer yang bebas karena menjadi terikat dan mulai mendaur melalui berbagai
ekosistem. Proses lain, denitrifikasi, mereduksi nitrat menjadi nitrogen, dengan
demikian mengisi kembali atmosfir. Sekali lagi, bakteri adalah gen yang terlibat.
Bakteri-bakteri ini hidup jauh didalam tanah dan dalam sedimen cair yang jumlah
oksigennya sangat terbatas. Bakteri tersebut menggunakan nitrat sebagai suatu
alternatif terhadap oksigen untuk akseptor electron terakhir dalam respirasinya.
Dengan demikian mereka menutup daur nitrogen. Apakah aktivitas bakteri tersebut
sama cepatnya dengan efisensi yang terus menurus meningkat dalam memajukan
fiksasi nitrogen masih harus diselidiki (Kimball, 1983).
10
11
organisma
menggunakan
senyawa
kalsium
untuk
membangun kerangkanya, biasanya dalam bentuk rumah kerang yang dapat diuraikan
oleh saprovor, sehingga jika organisma ini mati, kerangkanya terhapus di dasar
lautan, danau atau kolam. Selama berjuta-juta tahun jerangka ini menjadi padat sekali
disebabkan proses-proses pembentukan dalam kulit bumi, sehinga terbentuklah
batuan-batuan. Kelak batu-batuan ini terangkat ke atas membentuk bukit-bukit atau
gunung-gunung, kemudian senyawa-senyawa dari batuan ini larut lagi dan masuk ke
12
dalam daur air, melalui parit-parit dan anak sungai terus menuju laut. Arus dari daur
ini kembali ke laut (Ramli, 1989).
13
Daur Mangan
Tersedia dalam bentuk ion, terdapat di dalam tanah alkalis yang mengandung bahanbahan organik yang tinggi. Dalam keadaan aerobik, mangan (Mn) dioksidasi:
rekasinya sebagai berikut:
MnO MnO2 jadi dari Mn2- ke MnKesamaan tanah dengan kandungan bahan organik yang rendah dan dalam keadaan
aerobic dapat mengakibatkan keracunan.
Silikon (Si)
Merupakan unsur yang penting pada lingkungan lautan, sebagai bahan dari dinding
penutup Diatome, Radiolaria, Flagellata dan dapat sebagai regulator dari pengaruh
pH di larutan.
Si terbentuk dari bahan yang terdapat dari peapukan batuan , dan akan mencapai laut
dalam keadaan terlarut yang merupakan particulat dari aliran air dalam bentuk
persenyawaan Si (OH)4 yang akan dipergunakan Diatomae untuk pertumbuhan dan
pembelahan selnya.
Dalam Si ditemukan dalam reaksi persenyawaan dibawah ini :
3A12SiO5(OH) + 4SiO2 + 2K + 2Ca++ 39H2O 2 KCaAL3Si5O16(H2O)6 + 6H+
Merkuri (Hg)
Merkuri terdapat dalam bentuk persenyawaan yang terdapat pada hati
vertebrata dan ginjal. Dalam bentuk persenyawaan methyl-mercury dapat
membahayakan organisme yaitu menurunkan kemampuan kerja dari fungsi system
saraf pusat. Keracunan dapat melalui ikan-ikan. Anak-anak dapat pula mengalami
keracunan karena mengkonsumsi hewan yang memakan biji tumbuhan yang
mengandung senyawa phenyl mercuric asetat (Ramli, 1989).
Merkuri memasuki atmosfera dalam bentuk gas dan partikulat yang terbentuk
dari proses alam seperti aktivitas gunung berapi; dan dapat pula dari aktivitas
manusia seperti pembakaran minyak/bantuan dan pemakaian fungisida yang
mengandung senyawa merkuri. Unsure ini kembali ke alam dibawa oleh hujan yang
akan membuat kontaminasi pada sungai-sungai dan mengalir sampai ke laut.
14
15
16
dan arus air sebagai keluaran tranpor dari geologis yang utama. Untuk mengenal
apakah ekosistem telah gain terbangun atau hilang dari zat haranya, ahli ekologi akan
mengukur sejumlah hujan yang incoming dan salju, dan perginya air yang mengalir
dan kemudian menganalisisnya konsentrasi-konsentrasi zat hara itu (Ramli, 1989).
2.6 Ekologi Biokimia
Kemajuan dan perkembangan pada geografi botani dan ekologi tumbuhtumbuhan menyebabkan pengertian-pengertian yang lebih baik di dalam memahami
pengaruh kimia pada lingkungan. Ahli geografi botani dan taksonomi telah banyak
mencatat spesifisitas dari flora-flora pada daerah-daerah timbunan kapur dan batu lem
lainnya. Yang sangat dikenal dengan istilah tumbuh-tumbuhan Halophylic, yang
dapat pula hidup pada kadar garam dalam tanah. Tumbuh-tumbuhan halophylic ini
adalah dari familia Chenopodiaceae, Frankeniaceae, dan Tamaricaceae, yang
keberadaannya pada tanah-tanah yang berkadar garam tinggi (Ramli, 1989).
Sifat-sifat umum dari vegetasi di daratan yang kaya dengan unsur-unsur
tambahan telah banyak diketahui. Flora-flora yang bervariasi seperti jenis Halmeine
yang biasanya terdapat pada tanah yang kaya dengan zinkum (Zn), ternyata
mengandung selenium, copper, nikel, chrom, cobalt, barium, berrilium, dan flora lain
yang sesuai dengan unsur yang paling menonjol yang terdapat dalam tanah. Tumbuhtumbuhan yang bersama-sama Halmeine juga ditemukan sebagai variasi/spesies baru
pada lokal itu dibawah pengaruh dari kondisi tanah yang ada disana. Contoh dari
tumbuh-tumbuhan itu adalah Viola calaminaria, Thlapsi alpestre spp., Minuartia
verna spp., Armenia calaminaria, Armenia halleri (Ramli, 1989).
Perhatian utama dari mempelajari flora yang mengandung serpenti yang
tumbuh pada batuan ultra basicperiodotie, olivinite, dan hasil-hasil metamorfosisnya
yaitu serpentin-serpentin itu. Tanah-tanah disitu mengandung magnesium, nikel,
chrom, dan kobalt; tetapi sedikit sekali mengandung Calsium. Seluruh bagian dari
daerah serpentin menunjukkan gambaran sebagai berikut:
1) Kesuburan tanah yang rendah.
2) Vegetasi sangat jarang dan tumbuhan bersifat xerofit.
17
3) Satu flora kaya dengan indigenous spesies yang menunjukkan vegetasi yang
sangat tajam sekali perbatasan dengan territorial sekitarnya.
Sebagai contoh, Cerestium alpinum varietas serpentinicola dan Visicaria
alpine var serpentinicola.
Zakharov dan Zakharova (1970) menemukan suatu area terbuka dengan
batuan dan timbunan batuan yang mengandung kobalt di Tuva, dimana terdapat
copper lebih banyak dibandingkan kobalt dan nikel. Pada area ini ditemukan spesies
Artemisia frigida dan spesies Actogeron hanya kadang-kadang saja ditemukan
(Ramli, 1989).
Vinogradov (1983) menemukan 2 macam daerah penyebaran biokimia ini.
Daerah pertama terdapat pada daerah yang kecil maupun area yang luas dan sering
pula ditemukan pada tanah dengan zona iklim yang khas. Karena itu dikenal dengan
nama daerah zonal biokimia. Memiliki tanah podsol dan tanah hutan turf-podsol,
yang memanjang dari USA sampai keseluruhan daratan Eropa, Belanda, Denmark,
Polandia, Baltic dan USSR, dan kemudian menyeberang sepanjang Siberia dan terus
ke timur sepanjang sungai Zea dan Burea. Area geokimia ini memiliki ciri khas
dengan adanya Calsium, Pospor, potanssium, cobalt, copoer, iodine, Boron,
Molybden, dan elemen lainnya (Ramli, 1989).
Tipe kedua dari daerah geokimia itu yaitu daerah yang distribusiya tidak
berhubungan dengan tanah zona iklim itu itu yang dikenal dengan istilah tipe azonal;
(interzonal). Ciri khas ini ditandai dengan adanya timbunan garam, sesuatu yang
dapat muncul karena gejala volkanik, adanya kepingan batuan dan timbunan terjadi
secara alamiah yang terjadi bersama-sama unsur-unsur kimia dalam lingkungan dan
organsme yang terdapat di dalamnya. Contoh daerah ini yaitu daerah yang
mengandung Boron yang terdapat pada timbunan boron di Lake Tinder; Flour yang
terdapat sekitar gunung yang aktif, dan molybden di Kaukasus (Ramli, 1989).
Selama 30 tahun yang lalu telah diketahui daerah geokimia yang dapat
menimbulkan akibat karena kelebihan atau defisiensi dari lebih 30 unsur-unsur kimia,
seperti kobalt, iodine, seng, molybden, tembaga, selenium, mangan, berilium dan
sebagainya. Informasi banyak ditemukan dalam berbagai publikasi seperti adanya
pengaruh pemakaian kobalt pada ternak. Pengobatan dengan tablet yang mengandung
kobalt selama 35 hari telah memperbaiki kondidi dari ternak it menjadi normal
18
kembali; Pemakaian konsentrasi yang tinggi dari Boron bisa mematikan tumbuhan;
Kelebihan Boron juga menyebabkan rontoknya rambut dari tubuh biri-biri (Ramli,
1989).
Kovalsky dan Petrunina (1964) menyimpulkan bahwa bentuk fisiologi terdiri
dari fase-fase evolusi penting dalam kemampuan megadaptasi dari tumbuh-tumbuhan
pada lingkungan geokimianya. Bentuk-bentuk itu dapat ditemukan sebagai bentuk
konsentrasi obligat maupun fakultatif untuk mencegah penyebaran sifat-sifat dan
perkembangan dari fisiologis varitas baru. Akhir dari fase seleksi itu adalah dalam
keadaan tidak mampu beradaptasi ataupun kematian dimana bentuk adaptasi itu
adalah perkembangan dari spesies formasi, sebagai berikut:
Gambar 2.6 Skema menggambarkan bentuk tanggapan (respon) dari tumbuhan pada
konsentrasi yang tinggi dari unsur-unsur kimia pada lingkungan
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Siklus oksigen adalah proses pertukaran oksigen di bumi ini yang berlangsung
secara terus menerus tidak ada habisnya. Dengan siklus, pertama Oksigen
yang bebas tadi diambil oleh makhluk hidup yaitu tumbuhan dan hewan.
Setelah oksigen ini memasuki tubuh makhluk hidup maka terjadi suatu
pertukaran zat yaitu pada waktu respirasi, meskipun oksigen yang dikeluarkan
itu tidak murni dalam pengertian sudah bercampur dengan gas-gas lain. Kalau
19
pada manusia dan hewan terjadinya respirasi tadi waktu bernafas maka pada
tumbuh-tumbuhan terjadi pada waktu penguapan yaitu pada siang hari.
2. Siklus Nitrogen dalam bentuk bebas diikat dalam bentuk amoniak dan juga
dalam bentuk nitrat.Siklus nitrogen dapat terjadi melalui rangkaian proses
yang saling berhubungan, yakni, fiksasi, pembusukan, nitrifikasi juga.
Denitrifikasi. Nitrogen memegang peranan kritis dalam siklus organic dalam
menghasilkan asam-asam amino yang membuat protein.
3. Daur potasium terdiri dari 3 unsur makro yaitu potasium, kalsium dan
magnesium
yang
kesemuanya
berperan
dalam
pertumbuhan
dan
20
DAFTAR RUJUKAN
Davidson, Daniel. 2014. The Calcium Cycle. (Online), (http://www.ecogem.com/calcium-cycle/), diakses 14 Maret 2015.
Kimball, John W. 1983. Biologi Jilid 3 Edisi ke 5. Jakarta: Erlangga.
Ramli, Dzaki. 1989. Ekologi. Jakarta: Depdikbud Direktoral Jenderal Pendidikan
Tinggi Proyek Pengembangan Lembaga Pendidikan Tenaga Pendidikan.
The State of Victoria. 2015. What Nutrients Do Plants Require. (Online),
(http://www.depi.vic.gov.au), diakses 14 Maret 2015.
University of Minnesota. 2014. Ntrogen Cycle. (Online), (www.swac.umn.edu),
www.britannica.com