)
Makalah ini ditujukan untuk memenuhi tugas Teknologi Produksi Tanaman II
AGROTEKNOLOGI F
KELOMPOK 4
150510130240
150510130244
150510130245
Dewi Dahliani
150510130246
150510130247
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
limpahan rahmat dan karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan tugas makalah kelompok kami
tepat pada waktunya dengan judul Budidaya Tanaman Cabai (Capsicum annum L.).
Makalah ini merupakan salah satu tugas mata kuliah Teknologi Produki Tanaman II
dari Progam Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Padjajaran. Selanjutnya,
penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing mata kuliah Teknologi Produki
Tanaman II dan segenap pihak yang telah memberikan bimbingan serta arahan selama
penulisan makalah ini.
Akhirnya penulis menyadari bahwa terdapat kekurangan dalam penulisan makalah ini.
Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang konstruktif dari para pembaca
demi kesempurnaan makalah ini.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Tanaman Cabai
2.1.1
Regnum
: Plantae
Divisio
: Spermatophyta
Class
: Dicotyledoneae
Ordo
: Solanales
Familia
Genus
Species
: Solanaceae
: Capsicum
: Capsicum annum L.
Tanaman cabai (Capsicum annum L.) adalah salah satu komoditas tanaman sayuran
buah semusim dengan organ target buah. Tanaman cabai merupakan tanaman perdu
dengan rasa buah pedas yang disebabkan kandungan capsiacin dan umum digunakan
sebagai bahan pelengkap dan penyedap cita rasa makanan serta bahan penghangat. Secara
umum cabai memiliki kandungan gizi dan vitamin, diantaranya kalori, protein, lemak,
karbohidrat, kalsium, vitamin A, B1 dan vitamin C.
2.1.2
meter dpl. Cabai dapat beradaptasi dengan baik pada temperatur 16-32-C dengan
kelembaban yang tidak terlalu tinggi serta curah hujan 1500-2500 mm pertahun
dengan distribusi merata. Tanaman cabai baik ditanam pada tanah yang gembur,
subur, tidak terlalu liat dan cukup air. Permukaan tanah yang paling ideal adalah datar
dengan sudut kemiringan lahan 0-10o dan membutuhkan sinar matahari cukup (10-12
jam) dan tidak ternaungi serta pH tanah yang optimal antara 5,5-7. Tanaman cabai
membutuhkan pengairan yang cukup, tetapi apabila jumlah air berlebihan dapat
menyebabkan kelembaban yang tinggi dan merangsang tumbuhnya penyakit jamur
dan bakteri. Jika kekurangan air tanaman cabai dapat kurus, kerdil, layu dan mati.
Pengairan dapat menggunakan irigasi, air tanah dan air hujan.
2.1.3
(primer) dan akar lateral (sekunder). Dari akar lateral keluar serabut-serabut akar
(akar tersier). Panjang akar primer berkisar 35 50 cm. Akar lateral menyebar dengan
panjang berkisar 35 45 cm. Batang utama tanaman cabai tegak lurus dan kokoh,
tinggi sekitar 30 40 cm, dan diameter batang sekitar 1,5 3,0 cm. Batang utama
berkayu dan berwarna coklat kehijauan. Pada budidaya cabai intensif, pembentukan
kayu pada batang utama mulai terjadi pada umur 30 40 hari setelah tanam (HST).
4
Pada setiap ketiak daun akan tumbuh tunas baru yang dimulai pada umur 10 15
HST. Pada budidaya cabai secara intensif akan terbentuk sekitar 11 17 percabangan
pada satu periode pembungaan.
2.2 Varietas Tanaman Cabai
Varietas cabai dari hibrida maupun non hibrida telah banyak di Indonesia. Berikut
beberapa vareitas cabai hibrida dan non hibrida dengan ciri dan potensi yang dihasilkan.
a. Cabai Merah Keriting Varietas TM 999
Cabai ini merupakan cabai jenis hibrida. Potensi hasil mencapai 14 t/ha dan dapat
dipanen pertama umur 80 85 hari setelah tanam (HST). Tinggi tanaman 65 cm,
diameter buah 1,3 cm dan panjang buah 12 cm. Bentuk buah bulat panjang
ramping, kulit buah tidak rata, kadang-kadang melengkung. Ditanam di dataran
rendah maupun tinggi, rata-rata per batang menghasilkan 0,8 - 1,2 kg. Secara normal
panen dapat dilakukan 12 - 20 kali.
b. Cabai Merah Teropong Inko Hot
Cabai ini merupakan varietas hibrida yang mempunyai potensi hasil tinggi (15 18 t/ha), penampilan buah menarik, besar dan lurus dengan kulit buah agak tebal.
Varietas ini dapat dipanen pertama pada umur 85 hst. Diameter buah 2,1 cm dan
panjang buah 11 cm. Varietas ini mempunyai tinggi tanaman 55 cm, agak toleran
terhadap penyakit Antraknose dan dapat ditanam di dataran rendah maupun dataran
tinggi. Hasil panen enam kali petik, 75 batang mendapatkan 31, 85 kg, sehingga per
batang menghasilkan 0,91 kg. Secara normal panen dilakukan 12 20 kali.
Gambar
1.
Penutupan
bendengan
dengan
Sumber:
mulsa
Sherly
(2010)
2.3.2
Pembibitan
Diperlukan benih yang berkualitas dan media tumbuh yang baik. Pembuatan
naungan dilakukan dengan melihat arah sinar matahari bergerak. Kebutuhan benih
setiap hektar pertanaman adalah 150 - 300 gram dengan daya tumbuh lebih dari 90 %.
Media semai berasal dari tanah, pasir dan pupuk kandang dengan perbandingan 1:1
yang dibuat bedengan setinggi 20 cm, lebar 1 m dan panjang 3-5 m serta diberi
naungan dari jerami atau alang-alang/daun kelapa. Benih disebar dengan merata atau
ditebar dengan jarak antar garitan 5 cm dan ditutup tanah tipis-tipis lalu disiram.
Tanah harus memiliki kelembaban yang baik agar biji dapat tumbuh. Lakukan
pengkokeran pada umur 10 hari untuk mempermudah penanaman. Koker dapat dibuat
dari daun pisang, daun kelapa, atau plastik. 5 hari sebelum ditanam, naungan dibuka
agar bibit beradaptasi terhadap cahaya matahari.
Penanaman
Penanaman dilakukan pada bedengan saat umur bibit 21-24 hari dengan jarak
tanam 50x60 cm pada dataran rendah dan 60x70cm pada dataran tinggi. Pindah tanam
dilakukan pada sore atau pagi hari agar tanaman tidak stress. Setelah itu lakukan
penyiraman dengan semprotan bertekanan rendah. Perlu diperhatikan bahwa
pertanaman sebaiknya serentak dalam 1 hari.
2.3.4
Pemeliharaan Tanaman
a. Pengairan
Kekurangan air dapat menyebabkan tanaman kerdil, buah cabai menjadi kecil
dan mudah gugur. Ada empat cara pemberian air pada tanaman cabai yaitu dengan
pemberiaan air permukaan dengan penggenangan, pemberian air bawah
permukaan dengan pipa yang dibenamkan didalam tanah, irigasi tetes, dan irigasi
tetes menggunakan emitter.
Hilangkan tunas yang tumbuh di ketiak daun dengan alat yang bersih. Cara ini
dilakukan agar terbentuk cabang utama yang tandai dengan munculnya bunga
pertama sehingga pertumbuhan optimal.
d. Pemupukan
Siapkan ember atau tong besar ukuran 200 L, masukkan 10 kg kompos,
ditambah 5 kg NPK 16-16-16, (2 sendok makan untuk 10 l air). Campuran ini
diaduk merata untuk 2000 pohon (100 ml per pohon). Pemupukan dilakukan
dengan pengucuran setiap minggu, dimulai pada umur 14 hst sampai dengan
minimal 8 kali selama masa pemeliharaan tanaman. Kucuran pupuk diusahakan
tidak terkena tanaman secara langsung.
e. Penyiangan
Hilangkan gulma atau tanaman kompetitor untuk menghindari munculnya
hama dan penyakit pada tanaman cabai. Penyiangan dapat menggunakan garu atau
mencabut gulma secara hati-hati.
f. Organisme Pengganggu Tanaman Cabai
Buah cabai merah yang terserang ulat penggerek buah menunjukkan gejala
berlubang dan tidak laku di pasaran. Jika buah dibelah, di dalamnya terdapat ulat.
Hama ulat buah menyerang buah cabai dengan cara mengebor dinding buah cabai
sambil memakannya. Umumnya instar pertama ulat penggerek buah menyerang
buah yang masih hijau. Pada musim hujan, serangan ulat penggerek buah ini akan
terkontaminasi oleh cendawan, sehingga buah yang terserang akan membusuk.
Hama ulat penggerek buah bersifat polifag, inang selain cabai yaitu tomat dan
kedelai. Hama ini tersebar luas di Indonesia dari dataran rendah sampai dataran
tinggi. Pada stadia ulat dewasa akan turun ke dalam tanah dan berubah menjadi
kepompong. Beberapa saat kemudian kepompong menjadi ngengat, ngengat betina
dapat bertelur sampai 1000 butir selama hidupnya.
Cara Pengendalian:
a.
Secara kultur teknik yaitu pengaturan pola tanam, dimana tidak menanam
cabai pada lahan bekas tanaman tomat dan kedelai
b.
c.
Penggunaan musuh alami yang menyerang hama ulat buah, antara lain
parasitoid telur Trichogramma nana, parasitoid larva Diadegma
argenteopilosa, dan cendawan Metharrhizium;
d.
direkomendasikan
c. Melakukan sanitasi pada pertanaman dengan cara membakar bagian
tanaman yang terserang untuk menekan populasi patogen sejak awal
d. Menggunakan fungisida efektif yang
direkomendasikan menekan
Produktivitas yang dicapai petani pada umumnya masih berada pada tingkat di
bawah potensi hasil. Salah satu penyebab masih belum dicapainya potensi hasil
tersebut adalah gangguan hama dan penyakit tanaman jika tidak mendapat
perhatian. Serangan hama dan penyakit dapat menyebabkan tanaman mengalami
kerusakan parah, dan berakibat gagal panen. Oleh karena itu diperlukan
pengendalian OPT secara terpadu dengan cara pemberian pestisisda, fungisida,
atau bahan kimia lainnya secara tepat dosis yang dianjurkan dengan frekuensi
penyemprotan menyesuaikan dengan intensitas serangan. Pengendalian secara
kimia dilakukan apabila tingkat kerusakan sudah mencapai 15%. Penyemprotan
sebaiknya dilakukan sore hari .
2.3.5
Pemanenan
Cabai besar dipanen setelah berumur 75 - 85 hst, dan dapat dipanen beberapa
kali. Umur panen cabai tergantung varietas yang digunakan, lokasi penanaman dan
kombinasi pemupukan yang digunakan serta kesehatan tanaman. Tanaman cabai dapat
dipanen setiap 2 - 5 hari sekali tergantung dari luas tanaman dan kondisi pasar.
Pemanenan dilakukan dengan cara memetik buah beserta tangkainya yang bertujuan
agar cabai dapat disimpan lebih lama. Buah cabai yang rusak akibat hama atau
penyakit harus tetap dipanen agar tidak menjadi sumber penyakit bagi tanaman cabai
lain yang sehat. Pisahkan buah cabai yang rusak dari buah cabai yang sehat. Waktu
panen sebaiknya dilakukan pada pagi hari karena bobot buah dalam keadaan optimal
akibat penimbunan zat pada malam hari dan belum terjadi penguapan antara 12 - 16
kali dengan selang waktu 3 hari. Buah yang dipetik setelah matang berwarna orange
sampai merah. Hasil panen variatif antara 10 - 14 ton dengan potensi hasil sampai
dengan 23 ton cabai segar.
2.3.6
Pasca panen
Cabai merah merupakan salah satu jenis sayuran yang mempunyai kadar air
yang cukup tinggi (55 - 85 %) pada saat panen. Selain masih mengalami proses
respirasi, cabai merah akan mengalami proses kelayuan. Sifat fisiologis ini
menyebabkan cabai merah memiliki tingkat kerusakan yang dapat mencapai 40 %.
Daya tahan cabai merah segar yang rendah ini menyebabkan harga cabai merah di
pasaran sangat berfluktuasi. Alternatif teknologi penanganan pascapanen yang tepat
dapat menyelamatkan serta meningkatkan nilai tambah produk cabai merah.
10
BAB III
PENUTUP
Usaha tani cabai yang berhasil memang menjanjikan keuntungan yang menarik, tetapi
untuk mengusahakan tanaman cabai diperlukan keterampilan dan modal cukup memadai.
Untuk mengantisipasi kemungkinan kegagalan diperlukan keterampilan dalam penerapan
pengetahuan dan teknik budidaya cabai sesuai dengan daya dukung.
Untuk dapat mengoptimalkan hasil panen tanaman cabai tersebut, diperlukan tahapantahapan dalam proses budidayanya. Tahapan-tahapan tersebut antara lain: (1) persiapan lahan.
Bertujuan untuk membersihkan dari kotoran akar bekas tanaman lama dan segala macam
gulma yang tumbuh. (2) Pembbibitan. Diperlukan benih yang berkualitas dan media tumbuh
yang baik. (3) Penanaman. Perlu diperhatikan bahwa pertanaman sebaiknya serentak dalam 1
hari. (4) Pemeliharaan. Dilakukan dengan pengairan, pemasangan ajir, pewiwilan,
pemupukan, dan penyiangan. (5) Pemanenan. Umur panen cabai tergantung varietas yang
digunakan, lokasi penanaman dan kombinasi pemupukan yang digunakan serta kesehatan
tanaman. (6) Pasca Panen. Alternatif teknologi penanganan pascapanen yang tepat dapat
menyelamatkan serta meningkatkan nilai tambah produk cabai merah.
Dalam pemeliharaan tanaman semusim, semua proses pembudidayaan ini tentu
dilakukan dalam rentang waktu yang relatif lebih cepat dibandingkan dengan proses
pembudidayaan tanaman tahunan yang memakan waktu lama. Jadi,tahapan-tahapan proses
budidaya tanaman cabai harus dilakukan dengan maksimal agar mendapatkan hasil yang
optimal.
11
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 1999. Budidaya Tanaman Cabe. Jayapura : Loka Pengkajian Teknologi Pertanian
Koya
Barat.
Diakses
melalui
pustaka.litbang.deptan.go.id/agritek/ppua0110.pdf
Anas.
2006.
Budidaya
Tanaman
Sayuran.
Diakses
pada;
(http://dkp3cirebonkota.yolasite.com/resources/Panduan%20Budidaya%20Tan.
%20Sayuran.pdf). 27 September 2014.
Edi, Syafri, Julistia Bobihoe. 2010. Buklet: Budidaya Tanaman Sayuran. Diakses pada:
(http://www.alamtani.com/wp-content/uploads/2014/04/budidaya-tanamansayuran.pdf). 27 September 2014.
12