Anda di halaman 1dari 12

BUDIDAYA TANAMAN CABAI (Capsicum annum L.

)
Makalah ini ditujukan untuk memenuhi tugas Teknologi Produksi Tanaman II

AGROTEKNOLOGI F
KELOMPOK 4

Gita Andrawina Cendekia

150510130240

Mayang Sunduz Arafah

150510130244

Marsya Nabillah Anindya

150510130245

Dewi Dahliani

150510130246

Rachmahadi Icsan Muharam

150510130247

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
JATINANGOR
2014
1

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
limpahan rahmat dan karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan tugas makalah kelompok kami
tepat pada waktunya dengan judul Budidaya Tanaman Cabai (Capsicum annum L.).
Makalah ini merupakan salah satu tugas mata kuliah Teknologi Produki Tanaman II
dari Progam Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Padjajaran. Selanjutnya,
penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing mata kuliah Teknologi Produki
Tanaman II dan segenap pihak yang telah memberikan bimbingan serta arahan selama
penulisan makalah ini.
Akhirnya penulis menyadari bahwa terdapat kekurangan dalam penulisan makalah ini.
Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang konstruktif dari para pembaca
demi kesempurnaan makalah ini.

Jatinangor, 30 September 2014

Penulis

BAB I
PENDAHULUAN
2

1.1 Latar Belakang


Tanaman cabai banyak diusahakan petani karena memiliki banyak kegunaan di
antaranya sebagai bahan bumbu dapur atau digunakan sebagai pelengkap sayuran. Oleh
karena itu produksi cabai harus mampu memenuhi berbagai kebutuhan tersebut. Tetapi
produksi cabai masih sangat fluktuatif, salah satu faktor adalah pertumbuhan tanaman
cabai yang tidak optimal. Cabai adalah tanaman anggota genus Capsicum. Buahnya dapat
dimanfaatkan sebagai sayuran, obat-obatan maupun bumbu dapur, bergantung pada
tujuan penggunaannya. Buah cabai yang pedas sangat populer di masyarakat sebagai
penguat rasa makanan. Dalam industri makanan, ekstrak bubuk cabai digunakan sebagai
pengganti lada untuk membangkitkan selera makan dan penyedap masakan, digunakan
juga dalam pembuatan ramuan obat-obatan (industri farmasi), industri pewarna makanan,
bahan campuran pada berbagai industri pengolahan makanan dan minuman serta
penghasil minyak atsiri (Cahyono, 2003).
Cabai merah (Capsicum annuum L.) merupakan komoditas sayuran yang memiliki
nilai ekonomis cukup tinggi. Kebutuhan cabai terus meningkat setiap tahun sejalan
dengan meningkatnya jumlah penduduk dan berkembangnya industri yang membutuhkan
bahan baku cabai. Dari sisi produsen, akhir-akhir ini usahatani cabai mengalami
permasalahan cukup serius dalam hal budidaya. Permasalahan tersebut mengakibatkan
menurunnya produktivitas cabai. Pasar komoditas cabai sulit diprediksi, mengingat
fluktuasi harga cabai yang berubah-ubah.
Usaha peningkatan produksi cabai sekaligus dapat meningkatkan pendapatan petani,
dapat dilakukan sejak budidaya sampai penanganan pasca panen yang baik dan benar.
Salah satu langkah terpenting dalam perbaikan teknik budidaya adalah pemilihan varietas
cabai yang akan dibudidayakan.
1.2 Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini agar pembaca mengetahui teknik budidaya dan
pemeliharaan tanaman cabai guna mendapatkan produktivitas yang optimal.

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Tanaman Cabai
2.1.1

Klasifikasi Tanaman Cabai


3

Regnum

: Plantae

Divisio

: Spermatophyta

Class

: Dicotyledoneae

Ordo

: Solanales

Familia
Genus
Species

: Solanaceae
: Capsicum
: Capsicum annum L.

Tanaman cabai (Capsicum annum L.) adalah salah satu komoditas tanaman sayuran
buah semusim dengan organ target buah. Tanaman cabai merupakan tanaman perdu
dengan rasa buah pedas yang disebabkan kandungan capsiacin dan umum digunakan
sebagai bahan pelengkap dan penyedap cita rasa makanan serta bahan penghangat. Secara
umum cabai memiliki kandungan gizi dan vitamin, diantaranya kalori, protein, lemak,
karbohidrat, kalsium, vitamin A, B1 dan vitamin C.
2.1.2

Syarat Tumbuh Tanaman Cabai


Pada umumnya cabai dapat ditanam pada dataran rendah sampai ketinggian 2000

meter dpl. Cabai dapat beradaptasi dengan baik pada temperatur 16-32-C dengan
kelembaban yang tidak terlalu tinggi serta curah hujan 1500-2500 mm pertahun
dengan distribusi merata. Tanaman cabai baik ditanam pada tanah yang gembur,
subur, tidak terlalu liat dan cukup air. Permukaan tanah yang paling ideal adalah datar
dengan sudut kemiringan lahan 0-10o dan membutuhkan sinar matahari cukup (10-12
jam) dan tidak ternaungi serta pH tanah yang optimal antara 5,5-7. Tanaman cabai
membutuhkan pengairan yang cukup, tetapi apabila jumlah air berlebihan dapat
menyebabkan kelembaban yang tinggi dan merangsang tumbuhnya penyakit jamur
dan bakteri. Jika kekurangan air tanaman cabai dapat kurus, kerdil, layu dan mati.
Pengairan dapat menggunakan irigasi, air tanah dan air hujan.
2.1.3

Anantomi Tanaman Cabai


Akar tanaman cabai merupakan akar tunggang yang terdiri atas akar utama

(primer) dan akar lateral (sekunder). Dari akar lateral keluar serabut-serabut akar
(akar tersier). Panjang akar primer berkisar 35 50 cm. Akar lateral menyebar dengan
panjang berkisar 35 45 cm. Batang utama tanaman cabai tegak lurus dan kokoh,
tinggi sekitar 30 40 cm, dan diameter batang sekitar 1,5 3,0 cm. Batang utama
berkayu dan berwarna coklat kehijauan. Pada budidaya cabai intensif, pembentukan
kayu pada batang utama mulai terjadi pada umur 30 40 hari setelah tanam (HST).
4

Pada setiap ketiak daun akan tumbuh tunas baru yang dimulai pada umur 10 15
HST. Pada budidaya cabai secara intensif akan terbentuk sekitar 11 17 percabangan
pada satu periode pembungaan.
2.2 Varietas Tanaman Cabai
Varietas cabai dari hibrida maupun non hibrida telah banyak di Indonesia. Berikut
beberapa vareitas cabai hibrida dan non hibrida dengan ciri dan potensi yang dihasilkan.
a. Cabai Merah Keriting Varietas TM 999
Cabai ini merupakan cabai jenis hibrida. Potensi hasil mencapai 14 t/ha dan dapat
dipanen pertama umur 80 85 hari setelah tanam (HST). Tinggi tanaman 65 cm,
diameter buah 1,3 cm dan panjang buah 12 cm. Bentuk buah bulat panjang
ramping, kulit buah tidak rata, kadang-kadang melengkung. Ditanam di dataran
rendah maupun tinggi, rata-rata per batang menghasilkan 0,8 - 1,2 kg. Secara normal
panen dapat dilakukan 12 - 20 kali.
b. Cabai Merah Teropong Inko Hot
Cabai ini merupakan varietas hibrida yang mempunyai potensi hasil tinggi (15 18 t/ha), penampilan buah menarik, besar dan lurus dengan kulit buah agak tebal.
Varietas ini dapat dipanen pertama pada umur 85 hst. Diameter buah 2,1 cm dan
panjang buah 11 cm. Varietas ini mempunyai tinggi tanaman 55 cm, agak toleran
terhadap penyakit Antraknose dan dapat ditanam di dataran rendah maupun dataran
tinggi. Hasil panen enam kali petik, 75 batang mendapatkan 31, 85 kg, sehingga per
batang menghasilkan 0,91 kg. Secara normal panen dilakukan 12 20 kali.

c. Cabai Merah Keriting Varietas Tanjung-2


Cabai ini merupakan jenis non hibrida yang dilepas oleh Departemen Pertanian.
Potensi hasil 12 t/ha, toleran antraknose, dan cocok dataran rendah dan tinggi. Tinggi
tanaman 55 cm, umur berbunga 40 hst, umur panen 93 hst, berat buah 10 g/buah.
2.3 Teknik Budidaya Tanaman Cabai
2.3.1
Persiapan Lahan
Pengolahan tanah dilakukan secara sempurna dengan mencangkul untuk
membersihkan lahan dari kotoran akar bekas tanaman lama dan segala macam gulma
yang tumbuh. Selanjutnya, lahan dibajak dan digaru dengan hewan ternak ataupun
bajak traktor, hal ini dilakukan untuk menggemburkan, memperbaiki aerasi tanah dan
5

untuk menghilangkan organisme pengganggu tanaman (OPT) yang bersembunyi di


tanah. Diusahakan tanah memiliki pH 6-7, lalu dibuat bedengan dengan lebar 100-110
cm dan tinggi 40-60 cm, jarak antar bedeng 80 cm, panjang bedengan 10-12 m dan
lebar parit 50-60 cm. Lakukan pemupukan dengan pupuk kandang sebanyak 10-20
t/ha untuk 10 m panjang bendengan. Pemupukan dilakukan secara merata diatas
bendengan. Tutup bedengan dengan mulsa pasang diatas bendengan dan dibuat
lubang tanam, dengan jarak tanam 50x65 cm pada daerah rendah dan 60x70 cm pada
daerah tinggi yang dilakukan zigzag atau sejajar.

Gambar

1.
Penutupan
bendengan

dengan
Sumber:

mulsa
Sherly

(2010)
2.3.2

Pembibitan
Diperlukan benih yang berkualitas dan media tumbuh yang baik. Pembuatan

naungan dilakukan dengan melihat arah sinar matahari bergerak. Kebutuhan benih
setiap hektar pertanaman adalah 150 - 300 gram dengan daya tumbuh lebih dari 90 %.
Media semai berasal dari tanah, pasir dan pupuk kandang dengan perbandingan 1:1
yang dibuat bedengan setinggi 20 cm, lebar 1 m dan panjang 3-5 m serta diberi
naungan dari jerami atau alang-alang/daun kelapa. Benih disebar dengan merata atau
ditebar dengan jarak antar garitan 5 cm dan ditutup tanah tipis-tipis lalu disiram.
Tanah harus memiliki kelembaban yang baik agar biji dapat tumbuh. Lakukan
pengkokeran pada umur 10 hari untuk mempermudah penanaman. Koker dapat dibuat
dari daun pisang, daun kelapa, atau plastik. 5 hari sebelum ditanam, naungan dibuka
agar bibit beradaptasi terhadap cahaya matahari.

Gambar 2. Persemaian tanaman cabai


6

Sumber: Sherly (2010)


2.3.3

Penanaman
Penanaman dilakukan pada bedengan saat umur bibit 21-24 hari dengan jarak

tanam 50x60 cm pada dataran rendah dan 60x70cm pada dataran tinggi. Pindah tanam
dilakukan pada sore atau pagi hari agar tanaman tidak stress. Setelah itu lakukan
penyiraman dengan semprotan bertekanan rendah. Perlu diperhatikan bahwa
pertanaman sebaiknya serentak dalam 1 hari.
2.3.4

Pemeliharaan Tanaman
a. Pengairan
Kekurangan air dapat menyebabkan tanaman kerdil, buah cabai menjadi kecil
dan mudah gugur. Ada empat cara pemberian air pada tanaman cabai yaitu dengan
pemberiaan air permukaan dengan penggenangan, pemberian air bawah
permukaan dengan pipa yang dibenamkan didalam tanah, irigasi tetes, dan irigasi
tetes menggunakan emitter.

Gambar 3. Pengairan dengan irigasi tetes


Sumber: Sherly (2010)
b. Pemasangan ajir
Dilakukan pada umur 7 hst, tingginya 1-1,5m. Pengikatan tanaman pada ajir
dilakukan pada umur 3 minggu sampai 1 bulan dengan mengikat batang dibawah
cabang utama dengan tali plastik.

Gambar 3. Pemasangan ajir


Sumber: Sherly (2010)
c. Pewiwilan
7

Hilangkan tunas yang tumbuh di ketiak daun dengan alat yang bersih. Cara ini
dilakukan agar terbentuk cabang utama yang tandai dengan munculnya bunga
pertama sehingga pertumbuhan optimal.
d. Pemupukan
Siapkan ember atau tong besar ukuran 200 L, masukkan 10 kg kompos,
ditambah 5 kg NPK 16-16-16, (2 sendok makan untuk 10 l air). Campuran ini
diaduk merata untuk 2000 pohon (100 ml per pohon). Pemupukan dilakukan
dengan pengucuran setiap minggu, dimulai pada umur 14 hst sampai dengan
minimal 8 kali selama masa pemeliharaan tanaman. Kucuran pupuk diusahakan
tidak terkena tanaman secara langsung.
e. Penyiangan
Hilangkan gulma atau tanaman kompetitor untuk menghindari munculnya
hama dan penyakit pada tanaman cabai. Penyiangan dapat menggunakan garu atau
mencabut gulma secara hati-hati.
f. Organisme Pengganggu Tanaman Cabai

Hama Ulat Penggerek Buah (Helicoverpa armigera


Hubner)

Buah cabai merah yang terserang ulat penggerek buah menunjukkan gejala
berlubang dan tidak laku di pasaran. Jika buah dibelah, di dalamnya terdapat ulat.
Hama ulat buah menyerang buah cabai dengan cara mengebor dinding buah cabai
sambil memakannya. Umumnya instar pertama ulat penggerek buah menyerang
buah yang masih hijau. Pada musim hujan, serangan ulat penggerek buah ini akan
terkontaminasi oleh cendawan, sehingga buah yang terserang akan membusuk.
Hama ulat penggerek buah bersifat polifag, inang selain cabai yaitu tomat dan
kedelai. Hama ini tersebar luas di Indonesia dari dataran rendah sampai dataran
tinggi. Pada stadia ulat dewasa akan turun ke dalam tanah dan berubah menjadi
kepompong. Beberapa saat kemudian kepompong menjadi ngengat, ngengat betina
dapat bertelur sampai 1000 butir selama hidupnya.
Cara Pengendalian:
a.

Secara kultur teknik yaitu pengaturan pola tanam, dimana tidak menanam
cabai pada lahan bekas tanaman tomat dan kedelai

b.

Secara mekanik dilakukan dengan membersihkan buah-buah cabai yang


terserang kemudian dibakar
8

c.

Penggunaan musuh alami yang menyerang hama ulat buah, antara lain
parasitoid telur Trichogramma nana, parasitoid larva Diadegma
argenteopilosa, dan cendawan Metharrhizium;

d.

Penggunaan insektisida kimia. Insektisida yang dapat dipilihantara lain


yang berbahan aktif emamektin benzoat 5 % atau lamda sihalotrin 25 g/lt.
Penyemprotan sebaiknya dilakukan pada malam hari.

Patogen penyakit antrakosa cabai Coleototrichum capsici

Penyakit antraknose disebabkan oleh jamur yaitu Colletotrichum capsici.


Gejala pada biji berupa kegagalan berkecambah dan pada kecambah menyebabkan
layu semai. Pada tanaman yang sudah dewasa menyebabkan mati pucuk, pada
daun dan batang yang terserang menyebabkan busuk kering. Buah yang terserang
C. capsici menjadi busuk dengan warna seperti terekspos sinar matahari (terbakar)
yang diikuti busuk basah berwarna hitam, karena penuh dengan rambut hitam
(setae), jamur ini pada umumnya menyerang buah cabai menjelang masak (buah
berwarna kemerahan). Patogen ini dapat bertahan di biji dalam waktu yang cukup
lama dengan membentuk aservulus, sehingga merupakan penyakit tular biji.
Cara pengendalian :
a. Menanam benih yang sehat dan bebas patogen di lahan yang juga bebas
dari patogen
b. Melakukan perawatan benih (biji) dengan merendam dalam air hangat (55
0

C) selama 30 menit, atau perawatan benih dengan fungisida efektif yang

direkomendasikan
c. Melakukan sanitasi pada pertanaman dengan cara membakar bagian
tanaman yang terserang untuk menekan populasi patogen sejak awal
d. Menggunakan fungisida efektif yang

direkomendasikan menekan

perkembangan patogen secara bijaksana, terutama pada saat pematangan


buah
e. Melakukan processing (pascapanen) dengan cara mengeringkan buah
cabai dengan cepat atau disimpan pada suhu 0 oC dapat membebaskan
buah dari serangan patogen selama 30 hari.
Pengendalian Hama dan Penyakit
9

Produktivitas yang dicapai petani pada umumnya masih berada pada tingkat di
bawah potensi hasil. Salah satu penyebab masih belum dicapainya potensi hasil
tersebut adalah gangguan hama dan penyakit tanaman jika tidak mendapat
perhatian. Serangan hama dan penyakit dapat menyebabkan tanaman mengalami
kerusakan parah, dan berakibat gagal panen. Oleh karena itu diperlukan
pengendalian OPT secara terpadu dengan cara pemberian pestisisda, fungisida,
atau bahan kimia lainnya secara tepat dosis yang dianjurkan dengan frekuensi
penyemprotan menyesuaikan dengan intensitas serangan. Pengendalian secara
kimia dilakukan apabila tingkat kerusakan sudah mencapai 15%. Penyemprotan
sebaiknya dilakukan sore hari .
2.3.5

Pemanenan
Cabai besar dipanen setelah berumur 75 - 85 hst, dan dapat dipanen beberapa

kali. Umur panen cabai tergantung varietas yang digunakan, lokasi penanaman dan
kombinasi pemupukan yang digunakan serta kesehatan tanaman. Tanaman cabai dapat
dipanen setiap 2 - 5 hari sekali tergantung dari luas tanaman dan kondisi pasar.
Pemanenan dilakukan dengan cara memetik buah beserta tangkainya yang bertujuan
agar cabai dapat disimpan lebih lama. Buah cabai yang rusak akibat hama atau
penyakit harus tetap dipanen agar tidak menjadi sumber penyakit bagi tanaman cabai
lain yang sehat. Pisahkan buah cabai yang rusak dari buah cabai yang sehat. Waktu
panen sebaiknya dilakukan pada pagi hari karena bobot buah dalam keadaan optimal
akibat penimbunan zat pada malam hari dan belum terjadi penguapan antara 12 - 16
kali dengan selang waktu 3 hari. Buah yang dipetik setelah matang berwarna orange
sampai merah. Hasil panen variatif antara 10 - 14 ton dengan potensi hasil sampai
dengan 23 ton cabai segar.
2.3.6

Pasca panen
Cabai merah merupakan salah satu jenis sayuran yang mempunyai kadar air

yang cukup tinggi (55 - 85 %) pada saat panen. Selain masih mengalami proses
respirasi, cabai merah akan mengalami proses kelayuan. Sifat fisiologis ini
menyebabkan cabai merah memiliki tingkat kerusakan yang dapat mencapai 40 %.
Daya tahan cabai merah segar yang rendah ini menyebabkan harga cabai merah di
pasaran sangat berfluktuasi. Alternatif teknologi penanganan pascapanen yang tepat
dapat menyelamatkan serta meningkatkan nilai tambah produk cabai merah.

10

BAB III
PENUTUP
Usaha tani cabai yang berhasil memang menjanjikan keuntungan yang menarik, tetapi
untuk mengusahakan tanaman cabai diperlukan keterampilan dan modal cukup memadai.
Untuk mengantisipasi kemungkinan kegagalan diperlukan keterampilan dalam penerapan
pengetahuan dan teknik budidaya cabai sesuai dengan daya dukung.
Untuk dapat mengoptimalkan hasil panen tanaman cabai tersebut, diperlukan tahapantahapan dalam proses budidayanya. Tahapan-tahapan tersebut antara lain: (1) persiapan lahan.
Bertujuan untuk membersihkan dari kotoran akar bekas tanaman lama dan segala macam
gulma yang tumbuh. (2) Pembbibitan. Diperlukan benih yang berkualitas dan media tumbuh
yang baik. (3) Penanaman. Perlu diperhatikan bahwa pertanaman sebaiknya serentak dalam 1
hari. (4) Pemeliharaan. Dilakukan dengan pengairan, pemasangan ajir, pewiwilan,
pemupukan, dan penyiangan. (5) Pemanenan. Umur panen cabai tergantung varietas yang
digunakan, lokasi penanaman dan kombinasi pemupukan yang digunakan serta kesehatan
tanaman. (6) Pasca Panen. Alternatif teknologi penanganan pascapanen yang tepat dapat
menyelamatkan serta meningkatkan nilai tambah produk cabai merah.
Dalam pemeliharaan tanaman semusim, semua proses pembudidayaan ini tentu
dilakukan dalam rentang waktu yang relatif lebih cepat dibandingkan dengan proses
pembudidayaan tanaman tahunan yang memakan waktu lama. Jadi,tahapan-tahapan proses
budidaya tanaman cabai harus dilakukan dengan maksimal agar mendapatkan hasil yang
optimal.

11

DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 1999. Budidaya Tanaman Cabe. Jayapura : Loka Pengkajian Teknologi Pertanian
Koya

Barat.

Diakses

melalui

pustaka.litbang.deptan.go.id/agritek/ppua0110.pdf

(tanggal 29 September Oktober 2013, 19.00 WIB)


Cahyono, B. 2003. Cabai Rawit Teknik Budidaya dan Analisis Usaha Tani. Kanisius.
Yogyakarta.
Piay, Sherly Sisca, dkk. 2010. Budidaya Dan Pascapanen Cabai Merah (Capsicum annum L.).
Jawa Tengah : BPTP.
Romaito, Sri. 2011, Hama dan Penyakit Utama Pada Tanaman Cabai Serta Pengendaliannya.
Diakses melalui http://epetani.deptan.go.id/budidaya/hama-dan-penyakit-utama-padatanaman-cabai-serta-pengendaliannya-1782 (tanggal 01 Oktober 2013, 19.11 WIB)
Susila,

Anas.

2006.

Budidaya

Tanaman

Sayuran.

Diakses

pada;

(http://dkp3cirebonkota.yolasite.com/resources/Panduan%20Budidaya%20Tan.
%20Sayuran.pdf). 27 September 2014.
Edi, Syafri, Julistia Bobihoe. 2010. Buklet: Budidaya Tanaman Sayuran. Diakses pada:
(http://www.alamtani.com/wp-content/uploads/2014/04/budidaya-tanamansayuran.pdf). 27 September 2014.

12

Anda mungkin juga menyukai