Anda di halaman 1dari 18

Klasifikasi

Sebagian besar (95%) tumor testis primer berasal dari sel


germinal sedangkan sisanya berasal dari non germinal. Tumor germinal
testis terdiri atas seminoma dan non seminoma.5
Tumor yang bukan berasal dari sel-sel germinal atau non germinal
diantaranya adalah tumor sel Leydig, sel sertoli, tumor kelenjar adrenal,
gonalobastoma dan tumor yang metastase ke testis.4,5

Pembagian tumor testis dapat dilihat pada gambar berikut ini.

Seminoma

Spermatositik
Anaplastik
Klasik

Germinal
Non Seminoma
Tumor Testis

Non Germinal

Karsinoma sel embrional


Koriokarsinama
Teratoma
Tumor yolk sac

Tumor sel leydig


Tumor sel sertoli
Gonadoblastoma

Seminoma berbeda sifat-sifatnya dengan dengan non seminoma,


antara lain sifat keganasannya, respon terhadap radioterapi, dan prognosis
tumor. Secara histologis, seminoma dibagi ke dalam tiga golongan yang
berbeda : klasik (85%), anaplastik (10%) dan spermatositik (5%).
Seminoma anaplastik pada umumnya lebih agresif dan sangat potensial
untuk metastase. Berbeda dengan tipe spermatositik yang lebih rendah

potensi untuk metastase, prognosis yang lebih baik dan sebagian besar
terjadi pada penderita dengan usia diatas 50 tahun.4
2.3

Gambaran klinis
Pasien biasanya mengeluh adanya pembesaran testis yang
seringkali tidak nyeri.3,5,8 Namun, 30% mengeluh nyeri dan terasa berat
pada kantung skrotum, sedang 10% mengeluh nyeri akut pada
skrotum.Oleh karena itu bila pasien dengan benjolan ditestis juga
mengeluhkan nyeri tidak serta merta menyingkirkan kemungkinan kanker
testis.3,5 Tidak jarang pasien mengeluh karena merasa ada massa di perut
sebelah atas (10%) karena pembesaran kelenjar para aorta, benjolan pada
kelenjar leher, dan 5% pasien mengeluh

adanya

ginekomestia.

Ginekomestia adalah manifestasi dari beredarnya kadar HCG di dalam


sirkulasi sistemik yang banyak terdapat pada korikorsinoma.5
Gejala dan tanda lain, seperti nyeri pinggang, perut kembung,
sesak nafas atau batuk menunjukkan pada metastase yang luas.8
Pada pemeriksaan fisis testis terdapat benjolan padat keras, tidak
nyeri pada palpasi, dan tidak menunjukkan tanda transiluminasi.
Diperhatikan adanya infiltrasi tumor pada funikulus dan epididimis. Perlu
dicari kemungkinan adanya massa di abdomen, benjolan kelenjar
supraklavikuler, ataupun ginekomasti.3,5,8
2.4

Penanda tumor
Karsinoma testis germinal biasanya memproduksi penanda tumor
yang relatif spesifik dan jumlahnya dapat diukur menggunakan teknik
radioimmunoassay.4 Penanda tumor pada karsinoma testis germinal

bermanfaat untuk membantu diagnosis, penentuan stadium tumor,


monitoring respons pengobatan, dan sebagai indikator prognosis tumor
testis.4,5
Penanda tumor yang paling sering diperiksa pada tumor testis adalah:
1.

FP (Alfa Feto Protein)3,4,5,6


Alfa Feto Protein dengan berat molekul 70.000 adalah suatu penanda
glikoprotein yang secara normal diproduksi oleh yolk sac. Peningkatan
jumlah AFP mungkin berhubungan dengan beberapa keganasan (testis,
pankreas, hepar, gaster, dan paru), kehamilan normal, penyakit hati dan
tyrosinemia. AFP dapat diproduksi oleh oleh karsinoma embrional
murni, teratokarsinoma, atau tumor yolk sac, tetapi tidak diproduksi
oleh koriokarsinoma murni dan seminoma murni.4,5) Penanda tumor ini
mempunyai masa paruh 5-7 hari sehingga hal ini dapat digunakan
untuk mengevaluasi hasil pengobatan.4

2.

HCG (Human Chorionic Gonadotropin) 3,4,5,6


HCG adalah suatu glikoprotein yang pada keadaan normal diproduksi
oleh jaringan trofoblas.5 Peningkatan kadar HCG dapat ditemukan
pada beberapa keganasan (testis,hepar, gaster, pancreas, payudara,
ginjal dan kandung kemih), dan orang yang menggunakan mariyuana. 4
Penanda tumor ini meningkat pada semua pasien koriokarsinoma, pada
40%-60% pasien karsinoma embrional, dan 5%-10% pasien seminoma
murni. HCG mempunyai waktu paruh 24-36 jam.4,5
Secara ringkas nilai penanda tumor pada berbagai macam jenis
tumor dapat dilihat pada tabel berikut. 5

Penanda Tumor

Seminoma

FP
HCG

7%

Non Seminoma
Non Chorio Ca
Chorio Ca
40-70%
25-60%
100%

Selain AFP dan HCG terdapat beberapa penanda tumor yang dapat
digunakan untuk kanker testis namun jarang digunakan yaitu laktat
dehidrogenase dan placental-like alkaline phospatase.6

2.5

Stadium tumor
Berdasarkan sistem klasifikasi TNM, penentuan T dilakukan
setelah orkidektomi berdasarkan atas pemeriksaan histopatologik.5

TNM
T
Tis
T1
T2
T4
N
N1
N2
N3
M

Terbatas batas testis


Intratubuler
Testis dan Rete Testis
Menembus tunika albuginea/epididimis
Skrotum
Penyebaran ke kelenjar limfe regional ( retroperitoneal)
Tunggal 2 cm
Tunggal 2 cm dan 5 cm
5 cm
Penyebaran di atas kelenjar retroperitoneal/metastase hematogen

Beberapa cara penentuan stadium klinis yang lebih sederhana


dikemukakan oleh Boden dan Gibb, yaitu stadim A atau I untuk tumor
testis yang masih terbatas pada testis, stadium B atau Iiuntuk tumor yang
telah mengadakan penyebaran ke kelenjar regional (para aorta) dan
stadium C atau III untuk tumor yang telah menyebar keluar dari kelenjar
retroperitoneum atau telah mengadakan metastasis supradiafragma.
Stadium II dibedakan menjadi stadium IIA untuk pembesaran limfonudi

para aorta yang belum teraba, stdium IIB untuk pembesaran limfonudi
yang telah teraba (>10 cm).5
2.6

Penyebaran
Tumor testis pada mulanya berupa lesi intratestikuler yang
akhirnya mengenai seluruh parenkim testis. Sel-sel tumor kemudian
menyebar ke rete testis, epididimis, funikulus spermatikulus, atau bahkan
ke kulit skrotum. Tunika albuginea merupakan barier yang sangat kuat
bagi penjalaran tumor testis ke organ sekitarnya, sehingga kerusakan
tunika albuginea oleh invasi tumor membuka peluang sel-sel tumor untuk
menyebar keluar testis.5
Metastase tumor testis dapat diprediksi melalui susunan limfatik
retroperitoneal sampai nodus perivaskuler pada level hilum ginjal. Tumor
yang berkembang pada testis kanan metastase utama kelenjar limfe antara
aorta dan vena cava dibawah vena renalis dekstra. Tumor testis sebelah
kiri, metastase ke kelenjar limfe preaorta dan para aorta di sebelah kiri.6
Kecuali korio karsinoma, tumor testis menyebar melalui pembuluh
limfe menuju ke kelenjar limfe retroperitoneal (para aorta) sebagai stasiun
pertama,

kemudian

menuju

ke

kelenjar

limfe

mediastinal

dan

supralavikula, sedangkan korio karsinoma menyebar secara hematogen ke


paru-paru,hepar dan otak.5
2.7

Penatalaksanaan
Pada dugaan tumor testis tidak diperbolehkan melakukan biopsi
testis, karena itu untuk penegakkan diagnosis patologi anatomi, bahan
jaringan harus diambil dari orkidektomi. Orkidektomi dilakukan melalui

pendekatan ingunial setelah mengangkat testis dan funikulus spermatikus


sampai anulus inguinalis internus.5
Dari hasil pemeriksaan patologi dapat dikategorikan antara
seminoma dan non seminoma. Jenis seminoma memberikan respon yang
cukup baik terhadap radiasi sedangkan jenis non seminoma tidak sensitif.
Oleh karena itu radaisi eksterna digunakan sebagai ajuvan terapi pada
seminoma testis. Pada non seminoma yang belum melewat stadium III
dilakukan pembersihan kelenjar retroperitoneal atau retroperitoneal
disection (RPLND). Tindakan diseksi kelenjar pada pembesaran aorta
yang sangat besar didahului dengan pemberian sitostatika terlebih dahulu
dengan harapan akan terjadi down staging dan ukuran tumor akan
mengecil. Sitostatiska yang diberikan di berbagai klinik tidak sama. Di
beberapa klinik diberikan kombinasi regimen PVB (Sisplatinum,
Vinblastin, dan Bleomisin). 5

BAB 3
LAPORAN KASUS
3.1 STATUS PASIEN

MRS

: Rabu,4 februari 2009.

Waktu Pemeriksaan

: Rabu,4 februari 2009.

Bangsal

: Cempaka

Identitas

Nama

: Sdr. Sugiono

Usia

: 27 tahun

Jenis Kelamin

Alamat

Pekerjaan

: Swasta

Pendidikan

: SMA

Agama

: Islam

Suku

: Jawa

: Laki-laki
: Jl. Awang Long Rt.01 Bontang Baru

3.2 HASIL ANAMNESA


1. Keluhan Utama
Benjolan pada buah zakar sebelah kanan.
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Keadaan ini dialami pasien sejak 3 bulan sebelum masuk rumah
sakit. Awalnya pasien merasakan buah zakar sebelah kanannya memiliki
ukuran sedikit lebih besar dibandingkan dengan buah zakar sebelah kiri.

Semakin lama pasien merasakan terdapat benjolan pada buah zakar sebelah
kanan semakin bertambah besar dan dirasakan agak berat pada kantung buah
zakar. Benjolan tidak dirasakan nyeri. Buang air kecil normal, tidak
nyeri,tidak ada darah.
3. Riwayat Penyakit Dahulu :
Pasien memiliki riwayat trauma pada buah zakar. Pasien pernah
terjatuh saat mengendarai sepeda sehingga buah zakarnya terbentur rangka
sepeda.
Tidak ada riwayat buah zakar terlambat masuk ke dalam kantung buah
zakar.
4. Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada keluarga yang menderita penyakit yang sama.
3.3 HASIL PEMERIKSAAN FISIK
1.

Status Generalisata

Keadaan Umum

BB = 70 Kg, TB = 170 cm

Tanda Vital

Tekanan Darah

: 120/80 mmHg

Nadi

: 88 x/menit

Pernafasan

: 20 x/menit

Suhu

: 36,50C

Kepala

: Sakit ringan

o Konjungtiva anemis (-/-)


o Bibir sianosis (-)

Leher

o Pembesaran KGB (-/-), massa (-/-)


o Trakea teraba di tengah

Thoraks

Paru
I

: Dada tampak simetris pada hemithoraks dextra dan sinistra,


tidak terlihat retraksi intercosta, ginekomastia (-)

Pa : Gerakan nafas teraba simetris pada hemithoraks dextra dan


sinistra, fremitus suara teraba simetris pada hemithoraks dextra
dan sinistra
Pe : Batas paru-hepar ICS VI dextra
A : Wheezing (-), Rhonki (-)

Jantung
I

: Ictus cordis tidak tampak

Pa : Ictus cordis teraba di ICS IV MCL sinistra


Pe : Batas jantung :
Batas jantung atas

: ICS II sinistra

Batas jantung kanan

: parasternal line dextra

Batas jantung kiri

: ICS IV 2 cm lateral MCL sinistra

Batas jantung bawah

: ICS V sinistra

A : S1/S2 normal, thrill (-), gallop (-), murmur (-)

Abdomen
o I:

Bentuk datar

Gerakan peristaltik tidak terlihat

Massa (-)

o Pa :

Soefel

Hepar tidak teraba

Lien tak teraba

o Pe

: Timpani di seluruh abdomen

o A

: Peristaltik usus normal

Ekstremitas atas dan bawah


o Edema (-)
o Sianosis (-)
o Hangat

Status Urologi

Flank Area

Massa (-)

Nyeri tekan (-)

Ginjal tidak teraba

Nyeri ketuk CVA (-)


Suprasimfisis

Massa (-)

Nyeri tekan (-)


Genitalia Eksterna

Circumsisi (+)

Meatus uretra eksterna normal

Nyeri tekan (-)

Skrotum
Asimetris,

Dekstra

lebih

besar

dibanding sinistra.

10

Testis dekstra

Massa (+)

Ukuran 10 x 5 x 3 cm.

Konsistensi padat.

Nyeri tekan (-).

Transluminasi (-)

Rectal Touche (tidak dilakukan).

3.4 PEMERIKSAAN PENUNJANG

Alfa Feto Protein (FP)

= 0,9 g/mL

Human Chorionic Gonadotropin

= 22,5 mIU/mL

3.5 DIAGNOSA

Diagnosa Kerja Sementara : Carcinoma Testis

3.6 PENATALAKSANAAN

Dilakukan Radikal Orchidektomi Dekstra

3.7 PEMERIKSAAN PATOLOGI ANATOMI

Makroskopik :

Diterima jaringan lunak ukuran 9 cm x 7 cm x 3 cm pada


irisan terdapat massa menyerupai pusaran air putih abu-abu,
padat dan rapuh, massa mencapai rete testis.

Mikroskopik :

Sediaan jaringan tampak proliferasi sel-sel bulat yang atipik


dengan kromatin inti kasar, nucleoli eosinofil prominent,
mitosis banyak membentuk pola sarang-sarang yang dibatasi

11

sekat jaringan ikat fibrous yang diinfiltrasi sel-sel radang


limfosit cukup padat.

Diagnosa :

Seminoma

3.8 DIAGNOSA AKHIR

Seminoma Testis

3.9 RENCANA
CT-Scan abdomen
Radioterapi.

BAB 4
PEMBAHASAN
Dari hasil anamnesa diketahui bahwa pasien seorang laki-laki berusia 27
tahun masuk RSUD AW. Sjahranie pada tanggal 4 Februari 2009 dengan keluhan
utama benjolan pada buah zakar sebelah kanan. Keadaan ini dialami pasien sejak
3 bulan sebelum masuk rumah sakit. Awalnya pasien merasakan buah zakar
sebelah kanannya memiliki ukuran sedikit lebih besar dibandingkan dengan buah
zakar sebelah kiri. Semakin lama pasien merasakan benjolan pada buah zakar
sebelah kanan semakin bertambah besar dan dirasakan agak berat pada kantung
buah zakar. Benjolan tidak dirasakan nyeri. Buang air kecil normal, tidak
nyeri,tidak ada darah.
Pasien memiliki riwayat trauma pada buah zakarnya. Pasien pernah
terjatuh saat mengendarai sepeda sehingga buah zakarnya terbentur rangka
sepeda. Pasien tidak memiliki riwayat buah zakarnya terlambat masuk ke dalam
kantung buah zakar. Tidak ada keluarga yang menderita penyakit yang sama
dengan pasien.

12

Dari pemeriksaan fisik pada status lokalis regio skrotalis pada inspeksi
didapatkan skrotum yang asimetris dimana skrotum sebelah kanan tampak lebih
besar dibandingkan yang sebelah kiri. Pada palpasi testis dekstra teraba massa
dengan konsistensi padat keras, ukuran 10 x 5 x 3 cm. Tidak ada nyeri tekan dan
pada pemeriksaan transluminasi (-).
Dari hasil anamnesa dan pemeriksaan fisik mendukung ditegakkan bahwa
pasien menderita tumor testis. Hal ini sudah sesuai dengan literatur yang
menyebutkan bahwa pasien biasanya mengeluh adanya pembesaran testis yang
seringkali tidak nyeri .3,5,8 Meskipun demikian dalam literatur juga disebutkan
bahwa tidak semua penderita tumor testis tidak merasakan nyeri sebab data
menunjukkan terdapat 30% pasien dengan tumor testis mengeluh nyeri dan terasa
berat pada kantung skrotum, sedang 10% mengeluh nyeri akut pada skrotum.Oleh
karena itu bila pasien dengan benjolan ditestis juga mengeluhkan nyeri tidak serta
merta menyingkirkan kemungkinan kanker testis.3,5
Dari anamnesa diketahui bahwa pasien memiliki riwayat trauma pada
testis, menurut literatur tidak ada hubungan yang jelas antara trauma testis dengan
timbulnya keganasan pada testis. Namun , trauma yang menyebabkan testis
membengkak biasanya membuat pasien pergi untuk mencari pengobatan yang
pada akhirnya terbukti sebagai kanker testis.4 Beberapa faktor resiko lain yang
erat kaitannya dengan peningkatan kejadian tumor testis adalah maldesensus
testis, atrofi atau infeksi testis, pengaruh hormon, genetik dan infertil. 3,4,5 Namun
pada pasien ini tidak ditemukan adanya faktor resiko selain trauma pada testisnya.
Hasil anamnesa ini diperkuat dengan hasil pemeriksaan fisik dimana
skrotum tampak asimetris, dekstra lebih besar dibandingkan sinistra. Kemudian

13

pada pemeriksaan testis dekstra teraba massa dengan ukuran 10 x 5 x 3 cm dengan


konsistensi padat, tidak ada nyeri tekan dan transluminasi (-). Hal ini sudah sesuai
dengan literatur dimana Pada pemeriksaan fisis testis terdapat benjolan padat
keras, tidak nyeri pada palpasi, dan tidak menunjukkan tanda transiluminasi.3,5,8
Menurut literatur bila didapatkan gejala dan tanda seperti sesak nafas,
batuk, perut kembung dan ginekomastia menunjukkan adanya metastase yang
luas.8 Namun pada pasien ini tidak ditemukan adanya gejala dan tanda-tanda
tersebut.
Untuk mendukung anamnesa dan pemeriksaan fisik maka dilakukan
pemeriksaan penunjang berupa pemeriksaan penanda tumor. Penanda tumor yang
diperiksa pada pasien ini adalah Alfa Feto Protein (FP) dan Human Chorio
Gonadotropin (HCG). Dari hasil pemeriksaan laboratorium didapatkan nilai FP
sebesar 0,9 g/mL dan HCG sebesar 22,5 mIU/mL. Menurut literatur, kadar
normal FP dan HCG pada laki-laki adalah <10 g/mL untuk FP dan < 5
mIU/mL untuk HCG.4 Dari data tersebut diketahui bahwa nilai FP pasien ini
masih dalam batas normal, namun dari hasil pemeriksaan HCG didapatkan hasil
meningkat dari normal.
Dari hasil anamnesa, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang maka
dapat ditegakkan diagnosa pada pasien ini adalah kanker testis. Setelah
penegakkan diagnosis, dilakukan terapi definitif berupa radikal orkidektomi.
Menurut literatur radikal orkidektomi merupakan indikasi pada setiap tumor testis
sebagai tindakan pertama meskipun terdapat metastase yang luas.6
Untuk mendapatkan diagnosa pasti jenis kanker testis, maka dilakukan
pemeriksaan patologi anatomi. Dari hasil pemeriksaan patologi anatomi

14

didapatkan sediaan jaringan tampak proliferasi sel-sel bulat yang atipik dengan
kromatin inti kasar, nucleoli eosinofil prominent, mitosis banyak membentuk pola
sarang-sarang yang dibatasi sekat jaringan ikat fibrous yang diinfiltrasi sel-sel
radang limfosit cukup padat. Menurut literatur gambaran patologi anatomi seperti
ini menunjukkan suatu keganasan testis jenis seminoma.4
Setelah ditegakkan diagnosa seminoma testis maka selanjutnya pasien
direncanakan untuk dilakukan radioterapi. Hal ini sesuai dengan literatur yang
mnyebutkan bahwa kanker testis jenis seminoma merupakan kanker testis yang
radiosensitif dan kemosensitif.5
Pasien juga direncanakan untuk dilakukan pemeriksaan CT-Scan abdomen
untuk mencari apakah terdapat penyebaran tumor ke retroperitonium. Menurut
literatur bila didapatkan metastase tumor ke kelenjar retroperitoneal maka dapat
dilakukan tindakan retroperitoneal lympnode disection (RPLND) yaitu suatu
tindakan untuk membersihkan kelenjar retroperitoneal.4,5,6

15

BAB 5
PENUTUP
5.1

Kesimpulan
Kanker testis merupakan salah satu bentuk keganasan yang relatif
jarang ditemukan. Keganasan ini banyak ditemukan pada laki-laki usia 1535 tahun. Sebagian besar (95%) keganasan testis primer berasal dari sel
germinal sedangkan sisanya berasal dari non germinal. Tumor germinal
testis terdiri atas seminoma dan non-seminoma. Kedua jenis tumor ini
berbeda sifat-sifatnya antara lain sifat keganasannya, respon terhadap
radioterapi dan prognosis tumor.

16

DAFTAR PUSTAKA
1.

Abdoljalal M, Mohammad JK. Testicular cancer incidence in South East of


Caspian Sea, Iran. Epidemiological report. Journal of Chinese Clinical
Medicine Volume 3, 2008.

2.

Andrea S, Wolfgang A, et al. Undescended testis and the risk of testicular


cancer : importance of source and classification of exposure information.
International Epidemiological Association. International Journal of
Epidemiology, 2001. 30 : 1050 - 1056.

3.

Timothy G, Testis cancer: Rare, but curable with promp referral.Cleveland


Clinic Journal of Medicine,2007. 74:11

4.

Daniel J, Cargrove, Josep DS. Testicular Tumors in : Daniel Nachneim,


Urological Oncology. Texas, Landes Bioscience,2005.

5.

Basuki BP. Dasar-dasar Urologi. Jakarta,CV Sagung Seto Jakarta,2007.

6.

Lippincot W & Wilkins. Handbook of urology : diagnosis and therapy.


Philadelphia,2004.

7.

Guyton & Hall. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran : Fungsi Reproduksi dan
Hormonal Pria (dan kelenjar pineal), Jakarta, EGC,1997.

8.

Wim de Jong & Sjamsuhidajat R. Buku Ajar Ilmu Bedah, edisi ke-2.
Jakarta, EGC,2004.

17

18

Anda mungkin juga menyukai