Anda di halaman 1dari 11

Ketoconazolemayenhancetheanticoagulanteffectof

coumarinlikedrugs.Theuseofketoconazolewithrifampin,
isoniazid,phenytoinandhypoglycemicagentsisnot
recommended,
norshouldketoconazolebegiventopregnantor
nursingwomenwhohavetineaversicolor.

Dermatitis adalah suatu kondisi umum yang biasanya tidak mengancam jiwa atau menular.
Tapi kondisi ini dapat membuat seseorang merasa tidak nyaman dan percaya diri. Langkah
perawatan diri dan obat-obatan dapat membantu mengobati penyakit dermatitis.
Pengertian dermatitis adalah istilah umum yang menggambarkan suatu peradangan pada
kulit. Ada berbagai jenis dermatitis, termasuk dermatitis seboroik dan dermatitis atopik
(eksim). Meskipun gangguan tersebut dapat memiliki banyak penyebab dan terjadi dalam
berbagai bentuk, gambaran klinis yang ditimbulkan antara lain bengkak, memerah dan kulit
gatal.
Dermatitis adalah istilah yang luas yang mencakup berbagai gangguan yang
semua mengakibatkan ruam, merah gatal. Beberapa jenis dermatitis hanya mempengaruhi
bagian tertentu dari tubuh, sedangkan yang lain dapat terjadi di mana saja. Beberapa jenis
dermatitis memiliki penyebab yang diketahui, sedangkan yang lainnya tidak. Namun,
penyakit dermatitis selalu berhubungan dengan kulit yang bereaksi terhadap kekeringan
berat, menggaruk, zat iritasi, atau alergen. Biasanya, substansi yang datang dalam kontak
langsung dengan kulit, tetapi kadang-kadang substansi juga datang karena ditelan (seperti
alergi makanan). Dalam semua kasus, menggaruk terus menerus atau menggosok akhirnya
dapat menyebabkan penebalan dan pengerasan kulit.

Bagaimana Dermatitis Terjadi?


Dermatitis mungkin merupakan reaksi singkat untuk substansi. Dalam kasus seperti itu dapat
menghasilkan gejala-gejala, seperti gatal dan kemerahan, hanya beberapa jam atau hanya satu
atau dua hari. Dermatitis kronis bertahan selama jangka waktu tertentu. Tangan dan kaki
sangat rentan terhadap dermatitis kronis, karena tangan sering kontak dengan zat-zat asing
dan kaki berada di bagian bawah yang kondisinya hangat lembab sehingga penggunaan kaus
kaki dan sepatu dapat mendukung pertumbuhan jamur.
Dermatitis kronis dapat mewakili salah satu kontak, jamur, atau penyakit kulit lainnya yang
tidak cukup di diagnosis atau diobati, atau mungkin salah satu dari beberapa kelainan kulit
kronis yang tidak diketahui asalnya. Karena dermatitis kronis menghasilkan retak dan lecet di
kulit, semua jenis dermatitis kronis dapat menyebabkan infeksi bakteri. Terdapat berbagai
jenis penyakit dermatitis, namun dermatitis kontak dan dermatitis atopik merupakan jenis
yang paling sering ditemukan.
Deculin
Tablet

Komposisi:
DECULIN 15
Tiap tablet mengandung:
Pioglitazone HCl 16,53 mg setara dengan Pioglitazone 15 mg
DECULIN 30
Tiap tablet mengandung:
Pioglitazone HCl 33,06 mg setara dengan Pioglitazone 30 mg

Farmakologi:
Farmakodinamik
Pioglitazone adalah obat oral golongan thiazolidinedione penambah sensitivitas terhadap insulin yang
dikembangkan untuk terapi diabetes melitus tipe 2.
Prinsip kerja pioglitazone adalah meningkatkan sensitivitas insulin pada jaringan target, seperti juga menurunkan
glukoneogenesis di hati. Pioglitazone adalah suatu agonis peroxisome proliferator-activated receptor gamma
(PPAR). Reseptor PPAR dapat ditemukan pada jaringan-jaringan yang penting bagi insulin seperti jaringan
adiposa, otot skelet dan hati. Aktivasi reseptor inti PPAR mengatur transkripsi dari sejumlah gen responsif insulin
yang terlibat dalam kontrol metabolisme glukosa dan lemak.
Pada hewan percobaan untuk diabetes, pioglitazone mengurangi karakteristik hiperglikemia, hiperinsulinemia,
dan hipertrigliseridemia berupa keadaan resisten insulin seperti diabetes tipe 2. Perubahan metabolik yang
dihasilkan oleh pioglitazone, meningkatkan respon dari jaringan-jaringan tergantung insulin dan ini diamati pada
sejumlah hewan percobaan yang resisten insulin.

Farmakokinetik
Absorpsi
Pemberian oral, pada saat puasa, pioglitazone dapat diukur kadarnya dalam serum pada 30 menit pertama,
dengan konsentrasi puncak diamati dalam 2 jam. Makanan dapat sedikit menunda waktu puncak konsentrasi
dalam serum menjadi 3 sampai 4 jam, tapi tidak mengubah tingkat absorpsi.
Distribusi
Volume distribusi rata-rata pioglitazone setelah pemberian oral dosis tunggal adalah 0,63 + 0,41 (mean + SD)
l/kg berat badan. Pioglitazone sebagian besar terikat protein dalam serum manusia, terutama pada albumin
serum. Pioglitazone juga terikat dengan protein serum, tapi dengan afinitas yang lebih rendah. Metabolit M-III
dan M-IV juga sebagian besar
terikat dengan albumin serum (>98%).
Metabolisme

Pioglitazone dimetabolisme secara luas dengan cara hidroksilasi dan oksidasi; metabolit-metabolit juga sebagian
diubah menjadi glukuronida dan konjugat sulfat. Metabolit M-II dan M-IV (derivat hidroksi dari pioglitazone) dan
M-III (derivat keto pioglitazone) secara farmakologi aktif pada hewan percobaan dengan diabetes tipe 2. Dalam
hubungan dengan pioglitazone, M-III dan M-IV adalah bentuk utama yang berhubungan dengan obat yang
ditemukan dalam serum manusia setelah pemberian dosis berulang. Pada waktu tunak, baik pada relawan
maupun pasien dengan diabetes tipe 2, pioglitazone terdiri dari kira-kira 30-50% dari total konsentrasi serum
puncak dan 20-25% dari total AUC.
Pioglitazone diinkubasi dengan P450 manusia atau mikrosom hati manusia menghasilkan terbentuknya M-IV
serta pada tingkat yang lebih sedikit M-II. Sitokrom utama isoform P450 yang terlibat dalam metabolisme hepatik
pioglitazone adalah CYP2C8 dan CYP3A4 dengan kontribusi dari berbagai isoform lainnya termasuk sebagian
besar ekstrahepatik CYP1A1.
Ketokonazol menghambat sampai dengan 85% metabolisme hepatik pioglitazone secara in vitro pada
konsentrasi molaritas sebanding dengan pioglitazone. Pioglitazone tidak menghambat aktivitas P450 ketika
diinkubasi dengan mikrosom hati P450 manusia. Belum ada studi in vivo pada manusia untuk menyelidiki induksi
CYP3A4 oleh pioglitazone.
Ekskresi dan eliminasi
Setelah pemberian oral, rata-rata 15-30% dosis pioglitazone dikeluarkan dalam urin. Eliminasi pioglitazone
melalui ginjal dapat diabaikan, dan obat terutama diekskresikan sebagai metabolit dan konjugatnya. Diperkirakan
sebagian besar dosis oral diekskresikan pada empedu tanpa diubah maupun sebagai metabolit dan dieliminasi
dalam feses. Rata-rata waktu paruh pioglitazone berkisar 3-7 jam dan pioglitazone total 16-24 jam. Bersihan
pioglitazone, CL/F berkisar 5-7 l/jam.

Populasi khusus
Gangguan ginjal
Waktu paruh eliminasi serum dari pioglitazone, M-III dan M-IV tetap dalam bentuk tidak diubah pada pasien
dengan gangguan ginjal sedang (bersihan kreatinin 3060 ml/menit) sampai berat (bersihan kreatinin <30
ml/menit) bila dibandingkan dengan subyek normal. Tidak ada penyesuaian dosis pada pasien dengan disfungsi
ginjal.
Gangguan hati
Dibandingkan dengan kontrol normal, subyek dengan kerusakan fungsi hati (Child-Pugh Grade B/C) memiliki
sekitar 45% reduksi dari pioglitazone dan total konsentrasi puncak rata-rata pioglitazone tapi tidak ada
perubahan dalam nilai AUC rata-rata.
DECULIN tidak boleh diberikan pada pasien yang secara klinis menunjukkan
penyakit hati aktif atau kadar transaminase serum (ALT) melebihi 2,5 kali
batas atas normal.
Lanjut usia
Pada subyek lanjut usia yang sehat, konsentrasi serum puncak pioglitazone dan total pioglitazone tidak berbeda
secara signifikan, tapi nilai AUC sedikit lebih tinggi dan nilai waktu paruh terminal sedikit lebih panjang pada
subyek yang lebih muda. Perubahan ini tidak penting jika diperhatikan relevansinya secara klinik.
Anak-anak
Tidak ada data farmakokinetik pada populasi anak-anak.
Jenis kelamin

Rata-rata nilai Cmax dan AUC meningkat 20% sampai 60% pada wanita. Sebagai monoterapi dan dalam
kombinasi dengan sulfonilurea, metformin atau insulin, pioglitazone menunjukkan kontrol glukosa baik pada pria
dan wanita. Pada uji klinik terkontrol, hemoglobin A1c (HbA1c) menurun dari standar dimana umumnya pada
wanita lebih besar dari pria (perbedaan rata-rata dalam HbA1c 0,5%). Karena harus diindividualisasikan bagi
setiap pasien untuk mendapatkan kontrol gula darah, tidak ada penyesuaian dosis yang dianjurkan bila hanya
didasarkan pada jenis kelamin saja.
Etnis
Tidak ada data farmakokinetik untuk berbagai kelompok etnis yang bervariasi.

Indikasi:
DECULIN diindikasikan sebagai terapi kombinasi dengan sulfonilurea atau
metformin pada pasien diabetes melitus tipe 2 yang tidak terkontrol dengan
monoterapi sulfonilurea dan metformin.

Kontraindikasi:
Pioglitazone dikontraindikasikan pada:
- Pasien yang diketahui hipersensitif terhadap pioglitazone atau salah satu bahan yang terdapat dalam formula.
- Gagal jantung atau pada pasien yang mempunyai riwayat gagal jantung (NYHA I sampai VI).
- Gangguan hati. Pioglitazone dikontraindikasikan untuk dikombinasi dengan insulin.

Dosis dan cara pemberian:


Umum
Pemberian
Cara pemberian per oral: sehari satu tablet dengan atau tanpa makanan.

Dosis
* Untuk dewasa:
- Kombinasi dengan metformin. Kombinasi pioglitazone dengan metformin dapat dimulai dengan dosis
pioglitazone 1530 mg sekali sehari. Dosis metformin yang ada dapat dilanjutkan untuk terapi kombinasi
dengan pioglitazone.
- Kombinasi dengan sulfonilurea. Kombinasi pioglitazone dengan sulfonilurea dapat dimulai dengan dosis
pioglitazone 1530 mg sekali sehari. Dosis sulfonilurea yang ada dapat dilanjutkan untuk terapi kombinasi
dengan pioglitazone. Jika terjadi hipoglikemia kurangi dosis sulfonilurea.

* Orang tua: tidak diperlukan penyesuaian dosis bila diberikan usia lanjut.
* Pasien dengan gangguan ginjal: tidak diperlukan penyesuaian dosis bila diberikan pada pasien dengan gagal
ginjal (bersihan kreatinin > 4 ml/menit).
* Pasien dengan gangguan hati: pioglitazone tidak diberikan pada pasien yang menderita gangguan fungsi hati.
* Anak-anak dan remaja: belum ada data penggunaan pioglitazone pada pasien berumur < 18 tahun, oleh sebab
itu tidak direkomendasikan untuk pasien tersebut.

Peringatan dan perhatian:


Perhatian umum
* Efek ovulasi
Risiko pada kehamilan kecuali jika pertimbangan kontrasepsi telah dilakukan; wanita premenopause anovulatorik
dengan resistensi insulin dapat mengalami ovulasi selama terapi. Jika terjadi disfungsi menstruasi,
pertimbangkan risiko dan keuntungan dari dilanjutkannya pemberian pioglitazone.
* Efek pada keseimbangan cairan
Peningkatan volume plasma dan hipertrofi jantung yang diinduksi preload mungkin terjadi berdasarkan data pada
hewan. Hati-hati pada pasien dengan edema atau gagal jantung; penggunaan tidak direkomendasikan untuk
pasien dengan gagal jantung klasifikasi NYHA III atau IV kecuali keuntungan terapi melebihi potensi risiko.
* Efek hepatik
Tidak ada bukti hepatotoksisitas pada studi klinik saat ini. Akan tetapi, secara struktur dan farmakologi ada
kesamaan dengan troglitazone, dimana dihubungkan dengan potensi hepatotoksisitas fatal. Karenanya,
dianjurkan uji fungsi hati secara berkala (sebelum diterapi, setiap 2 bulan selama setahun, selanjutnya secara
berkala). Jika digunakan pada pasien dengan kerusakan hati sedang (ALT 1-2,5 kali batas atas normal) maka
monitoring harus lebih sering dilakukan.
Peningkatan gejala mengarah adanya disfungsi hati (misalnya mual tanpa sebab, muntah, sakit perut, fatigue,
anoreksia, urin berwarna gelap) harus segera diperiksa ulang fungsi hati. Jika ALT meningkat 3 kali batas atas
normal selama terapi dan tetap meningkat atau jika terjadi ikterus, hentikan pemakaian pioglitazone.
* Efek hematologik
Pengaruh dosis terhadap penurunan hemoglobin dan hematokrit biasanya terjadi 4-12 minggu setelah
pemberian dan kemudian tetap stabil. Efek ini mungkin berhubungan dengan peningkatan volume plasma dan
tidak dihubungkan dengan manifestasi hematologik yang penting secara klinik.
* Diabetes melitus tipe 1 atau ketoasidosis diabetik
Karena pioglitazone memerlukan insulin untuk aktivitasnya, maka pioglitazone tidak dianjurkan untuk diabetes
melitus tipe 1 atau ketoasidosis.
* Belum ada pengalaman klinis penggunaan pioglitazone dalam 3 kombinasi dengan oral lainnya.
* Pioglitazone tidak dapat digunakan secara monoterapi.
* Pada penelitian terapi dengan pioglitazone ditemukan peningkatan berat badan, oleh sebab itu pasien
dianjurkan untuk mengontrol dengan ketat asupan kalori ke dalam tubuh.

Populasi khusus
Kehamilan
Kategori C. Akan tetapi, adanya dugaan kuat bahwa abnormalitas glukosa selama kehamilan dihubungkan
dengan peningkatan insiden kelainan kongenital, morbiditas dan mortalitas neonatus, maka banyak dokter
menganjurkan penggunaan insulin untuk kontrol gula darah selama kehamilan.
Laktasi
Pioglitazone didistribusikan dalam air susu pada tikus; hentikan menyusui atau obat karena berpotensi risiko
pada bayi.
Anak-anak
Data keamanan dan efikasi tidak tersedia untuk anak-anak atau remaja; sebab itu, penggunaan pada kelompok
umur ini sekarang tidak dianjurkan oleh produsen obat.
Lanjut usia
Profil farmakokinetik, efikasi dan efek samping sama dengan dewasa muda.
Gangguan fungsi hati
Hati-hati penggunaan pada gangguan hati sedang; penggunaan tidak dianjurkan pada gangguan hati sedang
sampai berat (ALT melebihi 2,5 kali batas atas normal, atau penyakit hati aktif), atau pada pasien dengan ikterus
sehubungan dengan penggunaan troglitazone.

Efek samping:
* Efek samping kombinasi pioglitazone dengan metformin:
- Sel darah merah: anemia.
- Metabolisme dan nutrisi: meningkatnya berat badan.
- Susunan saraf pusat: sakit kepala.
- Gangguan penglihatan.
- Sistem pencernaan: kembung (jarang).
- Sistem muskuloskeletal: atralgia.
- Sistem urinaria: hematuria.
- Gangguan reproduksi: impotensi.
* Efek samping kombinasi pioglitazone dengan sulfonilurea:
- Metabolisme dan nutrisi: meningkatnya berat badan, hipoglikemia, meningkatnya lactate dehydrogenase,
meningkatnya nafsu makan.
- Sistem saraf pusat: pusing, sakit kepala, vertigo.
- Gangguan penglihatan, berkeringat, proteinurea, letih.

Interaksi obat:
- Obat yang mempengaruhi enzim mikrosom hati
Inhibitor atau induser dari sitokrom P-450 (CYP) isoenzim 3A4; potensial terjadi interaksi farmakokinetik.
Potensi interaksi farmakokinetik diinduksi dengan kombinasi kontrasepsi estrogen-progestin tidak diketahui;
pertimbangkan kemungkinan terjadinya kegagalan dalam kontrasepsi.
- Obat antidiabetes
Interaksi farmakokinetik dengan glipizide cenderung tidak terjadi.
Interaksi farmakokinetik dengan metformin cenderung tidak terjadi.
- Digoksin
Interaksi farmakokinetik cenderung tidak terjadi. Berpotensi efek samping terhadap jantung. (lihat perhatian
umum: efek pada keseimbangan cairan, dalam peringatan dan perhatian).
- Warfarin
Interaksi farmakokinetik cenderung tidak terjadi.

Overdosis:
Selama uji klinik terkontrol, dilaporkan terjadi satu kasus overdosis dengan pioglitazone. Pasien laki-laki
menggunakan 120 mg per hari selama 4 hari, kemudian 180 mg per hari selama 7 hari. Pasien menyangkal
mengalami gejala klinik selama periode tersebut.
Pada kasus overdosis, terapi suportif tambahan harus diberikan berdasarkan tanda dan gejala klinik pasien.

Kemasan dan nomor registrasi:


DECULIN 15; Kotak, 5 strip @ 6 tablet, DKL0505036810A1
DECULIN 30; Kotak, 5 strip @ 6 tablet, DKL0505036810B1

Dexa medica 2009

Skabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh infestasi dan sensitisasi terhadap
Sarcoptes scabiei varian hominis dan produknya. Beberapa sinonim penyakit ini yaitu: Kudis,
The Itch, Gudig, Budukan, Gatal Agogo.
Epidemiologi
Skabies merupakan penyakit epidemik pada banyak masyarakat. Ada dugaan bahwa setiap
siklus 30 tahun terjadi epidemik scabies. Penyakit ini banyak dijumpai pada anak dan orang

dewasa muda, tetapi dapat juga mengenai semua umur. Insidensi sama pada pria dan wanita.
Insidensi skabies di negara berkembang menunjukan siklus fluktasi yang sampai saat ini
belum dapat dijelaskan. Interval antara akhir dari suatu epidemic dan permulaan epidemik
berikutnya kurang lebih 10-15 tahun. Beberapa factor yang dapat membantu penyebarannya
adalah kemiskinan, hygiene yang jelek, seksual promiskuitas, diagnosis yang salah,
demografi, ekologi dan derajat sensitasi individual. Insidensinya di Indonesia masih cukup
tinggi, terendah di Sulawesi Utara dan tertinggi di Jawa Barat.
Etiologi
Sarcoptes scabiei termasuk filum Arthopoda, kelas Arachnida, ordo Ackarina, superfamili
Sarcoptes. Pada manusia disebut Sarcoptes scabiei var. hominis, sedangkan varietas pada
mamalia lain dapat menginfestasi manusia, tetapi tidak dapat hidup lama.
Secara morfologik merupakan tungau kecil, berbentuk oval, punggungnya cembung dan
bagian perutnya rata. Tungau ini transient, berwarna putih kotor, dan tidak bermata. Tungau
betina panjangnya 300-450 mikron, sedangkan tungau jantan lebih kecil, kurang lebih
setengahnya yakni 200 240 mikron x 150 200 mikron. Bentuk dewasa mempunyai 4
pasang kaki dan bergerak dengan kecepatan 2,5 cm permenit di permukaan kulit.
Sarcoptes scabiei betina setelah dibuahi mencari lokasi yang tepat di permukaan kulit untuk
kemudian membentuk terowongan, dengan kecepatan 0,5 mm 5 mm per hari. Terowongan
pada kulit dapat sampai ke perbatasan stratum korneum dan stratum granulosum. Di dalam
terowongan ini tungau betina akan tinggal selama hidupnya yaitu kurang lebih 30 hari dan
bertelur sebanyak 2-3 butir telur sehari.
Telur akan menetas setelah 3-4 hari menjadi larva yang akan keluar ke permukaan kulit untuk
kemudian masuk kulit lagi dengan menggali terowongan biasanya sekitar folikel rambut
untuk melindungi dirinya dan mendapat makanan. Setelah beberapa hari, menjadi bentuk
dewasa melalui bentuk nimfa. Waktu yang diperlukan dari telur hingga bentuk dewasa sekitar
10-14 hari. Tungau jantan mempunyai masa hidup yang lebih pendek dari pada tungau betina,
dan mempunyai peran yang kecil pada patogenesis penyakit. Biasanya hanya hidup
dipermukaan kulit dan akan mati setelah membuahi tungau betina.
Sarcoptes scabiei betina dapat hidup diluar pada suhu kamar selama lebih kurang 7 14 hari.
Yang diserang adalah bagian kulit yang tipis dan lembab, contohnya lipatan kulit pada orang
dewasa. Pada bayi, karena seluruh kulitnya masih tipis, maka seluruh badan dapat terserang.
Patogenesis
Kelainan kulit dapat disebabkan tidak hanya oleh tungau skabies, tetapi juga oleh penderita
sendiri akibat garukan. Dan karena bersalaman atau bergandengan sehingga terjadi kontak
kulit yang kuat, menyebabkan kulit timbul pada pergelangan tangan. Gatal yang terjadi
disebabkan oleh sensitisasi terhadap sekret dan ekskret tungau yang memerlukan waktu kirakira sebulan setelah infestasi. Pada saat itu kelainan kulit menyerupai dermatitis dengan
ditemukannya papul, vesikel, urtika dan lain-lain. Dengan garukan dapat timbul erosi,
ekskoriasi, krusta dan infeksi sekunder. Kelainan kulit dan gatal yang terjadi dapat lebih luas
dari lokasi tungau.

Cara Penularan
Penyakit skabies dapat ditularkan melalui kontak langsung maupun kontak tak langsung.
Skabies ditularkan oleh kutu betina yang telah dibuahi, melalui kontak fisik yang erat
penularan melalui pakaian dalam, tempat tidur, handuk, setelah itu kutu betina akan menggali
lobang kedalam epidermis kemudian membentu terowongan didalam stratum korneum. Dua
hari setelah fertilisasi, skabies betina mulai mengeluarkan telur yang kemudian berkembang
melalui stadium larva, nimpa dan kemungkinan menjadi kutu dewasa dalam 10-14 hari.
Lama hidup kutu betina kira-kira 30 hari, kemudian kutu mati di ujung terowongan.
Terowongan lebih banyak terdapat didaerah yang berkulit tipis dan tidak banyak mengandung
folikel pilosebasea.
Penyakit ini sangat mudah menular, karena itu bila salah satu anggota keluarga terkena, maka
biasanya anggota keluarga lain akan ikut tertular juga.
Penyakit ini sangat erat kaitannya dengan kebersihan perseorangan dan lingkungan. Apabila
tingkat kesadaran yang dimiliki oleh banyak kalangan masyarakat masih cukup rendah,
derajat keterlibatan penduduk dalam melayani kebutuhan akan kesehatan yang masih kurang,
kurangnya pemantauan kesehatan oleh pemerintah, faktor lingkungan terutama masalah
penyediaan air bersih, serta kegagalan pelaksanaan program kesehatan yang masih sering kita
jumpai, akan menambah panjang permasalahan kesehatan lingkungan yang telah ada.
Faktor Predisposisi
Kebersihan lingkungan sangat penting pada penularan penyakit ini. Scabies pada umumnya
terdapat pada komunitas yang berpenghasilan rendah (low income communities) yang kurang
memperhatikan kebersihan diri (personal hygiene). Skabies juga dapat terjangkit pada mereka
yang tinggal berdesakan seperti pengungsi, anggota tentara pada saat perang, asrama, panti,
sekolah, dll.
Gejala Klinis
Terdapat empat tanda kardinal skabies:
1. Pruritus nokturna, artinya gatal pada malam hari yang disebabkan karena aktivitas
tungau ini lebih tinggi pada suhu yang lebih lembab dan panas.
2. Penyakit ini menyerang manusia secara berkelompok, misalnya dalam sebuah
keluarga biasanya seluruh anggota keluarga terkena infeksi. Begitu pula dalam sebuah
perkampungan yang padat penduduknya, sebagian besar tetangga yang berdekatan
akan diserang oleh tungau tersebut. Dikenal keadaan hiposensitisasi, yang seluruh
anggota keluarganya terkena, walaupun mengalami infestasi tungau, tetapi tidak
memberikan gejala. Penderita ini bersifat sebagai pembawa (carrier).
3. Adanya terowongan (kunikulus) pada tempat-tempat predileksi yang berwarna putih
atau keabu-abuan, berbentuk garis lurus atau berkelok, rata-rata panjang 1 cm, pada
ujung terowongan ini ditemukan papul atau vesikel. Jika timbul infeksi sekunder ruam
kulitnya menjadi polimorf (pustule, ekskoriasi dan lain-lain). Tempat predileksinya
biasanya merupakan tempat dengan stratum korneum yang tipis, yaitu sela-sela jari
tangan, pergelangan tangan bagian volar, siku bagian luar, lipat ketiak bagian depan,

areola mammae (wanita), umbilicus, bokong, genitalia eksterna (pria) dan perut
bagian bawah. Pada bayi dapat menyerang telapak tangan dan telapak kaki.
4. Menemukan tungau, merupakan hal yang paling diagnostik. Dapat ditemukan satu
atau lebih stadium hidup tungau ini.
Diagnosis dapat dibuat dengan menemukan 2 dari 4 tanda kardinal tersebut.
Klasifikasi Skabies
Terdapat beberapa bentuk skabies apitik yang jarang ditemukan dan sulit dikenal, sehingga
dapat menimbulkan kesalahan diagnosis. Beberapa bentuk tersebut antara lain:
1. Skabies pada Orang Bersih
Terdapat pada orang yang tingkat kebersihannya cukup. Biasanya sangat sukar ditemukan
terowongan. Kutu biasanya hilang akibat mandi secara teratur. Bentuk ini ditandai dengan
lesi berupa papul dan terowongan yang sedikit jumlahnya sehingga sangat sukar ditemukan.
2. Skabies Inkognito
Obat steroid topikal atau sistemik dapat menyamarkan gejala dan tanda scabies, sementara
infestasi tetap ada. Sebaliknya pengobatan dengan steroid topical yang lama dapat pula
menyebabkan lesi bertambah hebat. Hal ini disebabkan mungkin oleh karena penurunan
respon imum seluler.
3. Skabies Nodular
Pada bentuk ini lesi berupa nodus coklat kemerahan yang agtal. Nodus biasanya terdapat di
daerah tertutup, terutama pada genitalia laki-laki, inguinal dan aksila. Nodus ini timbul
sebagai reaksi hipersensetivitas terhadap tungau scabies. Pada nodus yang berumur lebih dari
satu bulan tungau jarang ditemukan. Nodus mungkin dapat menetap selama beberapa bulan
sampai satu tahun meskipun telah diberi pengobatan anti skabies dan kortikosteroid.
4. Skabies yang ditularkan melalui hewan
Di Amerika, sumber utama skabies adalah anjing. Kelainan ini berbeda dengan skabies
manusia yaitu tidak terdapat terowongan, tidak menyerang sela jari dan genitalia eksterna.
Lesi biasanya terdapat pada daerah dimana orang sering kontak/memeluk binatang
kesayangannya yaitu paha, perut, dada dan lengan. Masa inkubasi lebih pendek dan transmisi
lebih mudah. Kelainan ini bersifat sementara (4 8 minggu) dan dapat sembuh sendiri karena
Sarcoptes scabiei pada binatang tidak dapat melanjutkan siklus hidupnya pada manusia.
5. Skabies Norwegia
Skabies Norwegia atau skabies krustosa ditandai oleh lesi yang luas dengan krusta, skuama
generalisata dan hyperkeratosis yang tebal. Tempat predileksi biasanya kulit kepala yang
berambut, telinga bokong, siku, lutut, telapak tangan dan kaki yang dapat disertai distrofi
kuku.
Berbeda dengan skabies biasa, rasa gatal pada penderita skabies Norwegia tidak menonjol
tetapi bentuk ini sangat menular karena jumlah tungau yang menginfestasi sangat banyak
(ribuan). Skabies Norwegia terjadi akibat defisiensi imunologik sehingga sistem imun tubuh
gagal membatasi proliferasi tungau dapat berkembangbiak dengan mudah.

6. Skabies pada bayi dan anak


Lesi skabies pada anak dapat mengenai seluruh tubuh, termasuk seluruh kepala, leher, telapak
tangan, telapak kaki dan sering terjadi infeksi sekunder berupa impetigo, ektima sehingga
terowongan jarang ditemukan. Pada bayi, lesi di muka.
7. Skabies terbaring ditempat tidur (bed ridden).
Penderita penyakit kronis dan orang tua yang terpaksa harus tinggal ditempat tidur dapat
menderita skabies yang lesinya terbatas.
8. Skabies yang disertai penyakit menular seksual yang lain
Skabies sering dijumpai bersama penyakit menular seksual yang lain seperti gonore, sifilis,
pedikulosis pubis, herpes genitalis dan lainnya.
Komplikasi
Bila skabies tidak diobati selama beberapa minggu atau bulan, dapat timbul dermatitis akibat
garukan. Erupsi dapat berbentuk impetigo, ektima, sellulitis, limfangitis, dan furunkel. Infeksi
bakteri pada bayi dan anak kecil yang diserang scabies dapat menimbulkan komplikasi pada
ginjal. Dermatitis iritan dapat timbul karena penggunaan preparat anti skabies yang
berlebihan, baik pada terapi awal ataupun pemakaian yang terlalu sering.
Pencegahan
Pencegahan skabies dapat dilakukan dengan berbagai cara:

Mencuci bersih, bahkan sebagian ahli menganjurkan dengan cara direbus, handuk,
seprai maupun baju penderita skabies, kemudian menjemurnya hingga kering.
Menghindari pemakaian baju, handuk, seprai secara bersama-sama.
Mengobati seluruh anggota keluarga, atau masyarakat yang terinfeksi untuk
memutuskan rantai penularan.

Anda mungkin juga menyukai