Anda di halaman 1dari 22

Venous

Thromboembolism

Pendahuluan
Thromboemboli vena adalah suatu penyakit
yang jarang namun dapat berakibat fatal
Penyakit ini mencakup dua kondisi yakni
Deep Vein Thrombus dan Pulmonary
Embolism
Thromboemboli vena merupakan salah satu
komplikasi pasca tindakan bedah dan
anestesi.

Thromboemboli Vena
Terdiri dari dua kondisi yaitu Deep Vein
Thrombus dan Pulmonary Embolism
Insiden thromboemboli vena pertama
sekitar 1-3 per seribu orang per tahun
Dua pertiga bermanifestasi sebagai DVT
dan sepertiganya sebagai PE

Deep Vein Thrombus


Terbentuknya bekuan darah (thrombus)
pada sistem vena dalam biasanya terjadi di
tungkai bawah
Gejala-gejala

Nyeri
Kemerahan
Pembengkakan
Dilatasi vena superfisial
Pegal
Mudah kesemutan

Patogenesis terjadinya thrombus berdasarkan


triad Virchow
Stasis
Aliran darah melambatpeningkatan viskositas dan
terbentuk mikrothrombi tidak terbawa aliran darah
terbentuk thrombus
Endothelial injury
Endothelial injury akan merangsang pembentukan
bekuan darah
Kondisi hiperkoagulasi
Akibat imbalance dalam faktor pembekuan dalam
sirkulasi

Gejala-gejala penyakit ini tidak khas, karena


itu sulit untuk menentukan diagnosis
Gold standardnya adalah venography
kontras, namun sulit dan bersifat invasive
Oleh karena itu dibuatlah suatu diagnosis
probabilitas. Berdasarkan Wells score
Dapat juga ditambahkan dengan
pemeriksaan penunjang lainnya seperti Ddimer atau ultrasonography

Wells score
Karakteristik klinik

Skor

Kanker aktif

+1

Paralysis atau imobilisasi

+1

Bed rest >3 days atau bedah major <4 minggu

+1

Localised tenderness sepanjang distribusi vena dalam

+1

Bengkak pada seluruh kaki

+1

Pembengkakan >3 cm jika dibandingkan dengan kaki


yang tidak bergejala

+1

Pitting oedema

+1

Collateral vena superfisial (nonvaricose)

+1

Riwayat deep vein thrombosis sebelumnya

+1

Adanya kemungkinan diagnosis lain selain DVT

-2

Skor < 2: unlikely


Skor 2 : likely

Emboli Paru

Emboli paru biasa berasal dari lepasnya thrombus akibat


DVT yang mengikuti aliran darah dan sampai pada kapiler
paru
Emboli paru dapat menyebabkan terjadinya gagal jantung
kanan dan sering menyebabkan kematian
Gejala dan tanda

Dyspnea
Takikardia
Nyeri dada pleuritik
Batuk
Hemoptisis
Sinkop

Gejala ini tidak spesifik dan banyak pula ditemukan pada


penyakit lainnya

Gold standard adalah angiografi paru


Sama seperti DVT, dibuatlah suatu
diagnosis probabilitas
Ada beberapa sistem skoring yang
digunakan antara lain Wells score, revised
Geneva score, dan simplified revised
geneva score
Dapat juga dilakukan pemeriksaan
penunjang lainnya seperti EKG, rontgen
thorax, echocardiography, D-dimer dan CT
scan

Wells score
Karakteristik klinik

Skor

Haemoptysis

Cancer

Riwayat pulmonary embolism atau deep venous


thrombosis

1,5

Nadi >100/min

1,5

Tindakan bedah baru-baru ini atau immobilisation

1,5

Tanda klinik deep venous thrombosis

Kemungkinan diagnosis lain kurang mungkin bila


dibandingkan emboli paru

Low

Intermediate

2-6

High

Revised and Simplified Revised


Geneva Score
Karakteristik Klinik

Revised score

Simplified Score

Usia >65 tahun

Keganasan

Pembedahan atau riwayat fraktur


dalam 1 bulan terakhir

Haemoptysis

Riwayat deep vein thrombosis atau


pulmonary embolism

Nyeri tungkai bawah unilateral

Heart rate 7594/min

Nyeri pada palpasi vena dalam


tungkai bawah dan unilateral oedema

Heart rate >94/min

Low

0-3

0-1

Intermediate

4-10

2-4

High

>10

Thromboemboli Vena dalam


Anestesi
Thromboemboli vena merupakan salah satu
komplikasi tindakan operasi
Pasien post op mengalami perubahan
fisiologis yang menghasilkan keadaan pro
inflamasi dan pro trombotik yang disebut
perioperative thromboembolic syndrome

Faktor Resiko
Pembedahan
Usia lebih dari 50
tahun
Trauma

Imobilitas,
kelumpuhan
Keganasan
Kondisi
hiperkoagubilitas
Riwayat DVT
Hamil
Terapi estrogen

Riwayat infark miokard


Atrial fibrillation/ gagal
jantung
Diabetes

Gagal jantung atau


gagal napas
Inflamatory bowel disease
Sindrom nefrotik
Obesitas
Merokok
Varises
Central venous
catheterization

ACCP

Low Risk
Minor surgery, usia di bawah 40 tahun, tidak ada
factor resiko

Moderate Risk
Minor surgery dengan factor resiko, usia 40-60 tahun
tanpa factor resiko

High Risk
Usia lebih dari 60 tahun atau usia 40-60 tahun dengan
factor resiko

Highest Risk
Pasien dengan banyak factor resiko, arthroplasty
hip/knee, trauma besar

Caprini Score

Deep Vein Thrombosis (DVT)/Pulmonary


Emboli (PE) Risk Without Prophylaxis

DVT (%)
Calf

PE (%)
Proximal

Clinical

Low risk
2
Moderate risk 1020

0.4
24

0.2
12

High risk
Highest risk

48
1020

24
410

2040
4080

Fatal
< 0, 01
0.10.4
0.41.0
0.25

Profilaksis untuk thromboemboli vena dapat


dibagi menjadi mekanik dan farmakologik
Mekanik antara lain

Simple Early Post operative Ambulation


Grade Compression Stocking

Intermitten Pneumatic Compression Devices


Venous Foot pumps

Farmakologik adalah dengan pemberian


obat-obatan seperti heparin, LMWH, atau
fondaparinux

Prophylaksis Recommendation
ACCP
Low Risk

Early ambulation

Moderate Risk

LMWH, LDUH, or fondaparinux

High Risk

LMWH, LDUH, or fondaparinux

Highest Risk

LMWH, LDUH, or fondaparinux +


GCS and/or IPCD

GCS, graded compression stockings; IPCD, intermittent pneumatic


compression device; LMWH, low-molecular-weight heparin; LDUH,
low-dose unfractionated heparin

Prophylaksis Recommendation
Caprini
Total Score

Risk Level

Prophylaksis Regimen

Very Low

Early ambulation

1-2

Low

Sequential Compression Device

3-4

Moderate

Salah satu dari


- Heparin
- Enoxaparin
Dapat juga ditambahkan SCD

5 atau lebih

High

Salah satu dari


- Heparin
- Enoxaparin
Ditambah SCD

Penanganan Emboli Paru


Akut
Pada dasarnya bersifat suportif
Pemberian oksigen 100%, nasal atau
intubasi bila diperlukan
Pemberian cairan dalam jumlah yang tepat
Pemberian analgesia pada nyeri hebat
Pemberian obat antikoagulan
Pertimbangkan IVC filter pada emboli
berulang, jika obat antikoagulan gagal atau
merupakan kontraindikasi

Kesimpulan
Thromboemboli vena adalah kasus yang cukup
jarang ditemukan namun dapat berakibat fatal bila
tidak ditangani dengan baik.
Pada tindakan operasi dan anestesi insidensi
thromboemboli vena lebih tinggi bila dibandingkan
dengan pasien rawat inap atau rawat jalan.
Ada beberapa tingkat resiko terjadinya
thromboemboli vena pasca operasi baik oleh ACCP
maupun Caprini
Dokter perlu menilai tingkat resiko pada pasien
dan memberikan penanganan yang sesuai

Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai