Anda di halaman 1dari 2

LEMBAR TUGAS MANDIRI

KOLABORASI KESEHATAN
Oleh : Fakhri Muhamad Rizaldi, 1406544406
REFLEKSI DIRI

Sebagai calon tenaga kesehatan di masa depan, tentu saya ingin tahu betapa
pentingnya suatu sistem kolaborasi dalam kesehatan, sebelumnya saya tidak tahu
atau belum mengertinya apa sebenarnya kolaborasi dalam kesehatan, ternyata
sangat penting bagi pelayanan kesehatan. Namun dalam pengalaman saya, saya
cukup kecewa dengan apa itu kolaborasi tenaga kesehatan, dulu waktu saya masih
Sekolah Menengah Atas kelas 2, saya pernah mendapati penyakit di ibu jari kaki
kanan saya, penyakit tersebut tumbuh dikulit dan menyebabkan ibu jari saya terasa
lebih besar, saya tidak tau penyakit apa itu, dan segera saya memeriksakan ke
dokter spesialis kulit terdekat di daerah saya. Lalu dokter tersebut mengoperasi
kaki saya di tempat kliniknya, dokter tersebut memberitahukan kepada saya harus
ada operasi selanjutnya yang dilakukan di Rumah Sakit di daerah saya, beberapa
minggu kemudian saya mendatangi rumah sakit dan ternyata saya harus
menunggu untuk medapat antrian, selagi saya menunggu, saya melihat beberapa
orang sangat sibuk berlarian membawa formulir asuransi kesehatan, lalu saya caricari di internet ternyata banyak pasien yang ditelantarkan apabila pasien tersebut
menggunakan asuransi tersebut, bahkan ada beberapa rumah sakit yang menolak
pasien apabila menggunakan asuransi tersebut, saya cari lagi di internet, ternyata
banyak juga pasien yang tidak mendapatkan pelayanan dengan baik dari rumah
sakit, dari dokter, perawat atau tenaga kesehatan yang lainnya. Lalu saya
mendapat antrian, namun bukannya pelayanan terbaik yang segera mereka
lakukan justru mereka berkata bahwa mereka hanya dapat memeriksa saya dengan
pelayanan seadanya, tetapi jika ingin dirawat dengan pelayanan yang baik saya
harus menyiapkan Rp 2.000.000,00 terlebih dahul, lalu orang tua saya tidak
menerima penawaran dari pihak rumah sakit tersebut, orang tua saya bilang
kepada dokter spesialis agar saya hanya dioperasi saja. Dari pengalaman yang
dialami oleh teman saya , dapat terlihat bahwa memang kondisi dunia kesehatan
saat ini masih dibumbui dengan sifat materialis. Sehingga setelah kasus ini
dianalisis mungkin ada beberapa alasan mengapa sifat materialis dan kurangnya
kualitas pelayanan terhadap masyarakat masih bersarang dalam dunia kesehatan.
Alasan yang pertama adalah karena sistem pendidikan kesehatan yang kebanyakan
hanya mengandalkan kemampuan akademis semata bagi para pelajarnya untuk
menyembuhkan pasien dibandingkan dengan memupuk akhlak baik mereka dalam
melayani pasiennya kelak. Yang kedua, sifat materialis itu dapat berkembang
karena kurangnya pengawasan dari lembaga yang berwenang dalam mengawasi
dan memiliki tujuan menciptakan layanan kesehatan yang terbaik dengan biaya
yang terjangkau sebut saja BPRS (Badan Pengawasan Rumah Sakit). Akibatnya
sikap semena-mena para dokter, perawat atau tenaga kesehatan lainnya dalam
memanipulasi biaya kesehatan para pasiennya semakin merajalela. Dan saya juga
sempat berdiskusi dengan saudara saya yang bekerja di rumah sakit, memang

menurutnya dirumah sakit tersebut masih harus ditegaskan pihak administrasi


rumah sakit tersebut, karena memang terkadang para tenaga kesehatan hanya
bertugas sesuai yang dibutuhkan tanpa memikirkan regulasi dan administrasi dari
rumah sakit. Dari pengalaman saya tersebut saya bias mengambil pelajaran bahwa
jika saya nanti dimasa depan menjadi seorang tenaga kesehatan, saya harus lebih
menjungjung tinggi keselamatan pasien, kenyamanan pasien dan saya akan
melayani pasien dengan sepenuh upaya terbaik saya. Dan jika saya menjadi
Perawat nanti, saya akan memberikan pelayanan terbaik yang membuat pasien
nyaman, dan tidak berorientasi pada uang.
Referensi :
www.google.com

Anda mungkin juga menyukai