Anda di halaman 1dari 13

DEFINISI

Secara etimologi, Kromatografi berasal dari bahasa yunani yang


berarti warna dan tulis. Kromatografi gas (GC), merupakan jenis
kromatografi yang digunakan dalam kimia organik untuk pemisahan
dan analisis, Oleh karena itu, senyawa-senyawa kimia yang akan
dipisahkan haruslah dalam bentuk gas pula. GC dapat digunakan untuk
menguji kemurnian dari bahan tertentu, atau memisahkan berbagai
komponen dari campuran. Kromatologi gas memisahkan suatu
campuran berdasarkan kecepatan migrasinya di dalam fasa diam yang
dibawa oleh fasa gerak. Sedangkan perbedaan migrasi ini disebabkan
oleh adanya perbedaan interaksi diantara senyawa-senyawa kimia
tersebut (di dalam campuran) dengan fasa diam dan fasa geraknya.
Interaksi ini adalah adsorbsi, partisi, penukar ion dan jel permiasi.
Kromatografi gas termasuk dalam salah satu alat analisa (analisa
kualitatif dan analisa kuantitatif), kromatografi gas dijajarkan sebagai
cara analisa yang dapat digunakan untuk menganalisa senyawasenyawa organik. Kita telah mengetahui bahwa ada dua jenis
kromatografi gas, yatiu kromatografi gas padat (KGP), dan
kromatografi gas cair (KGC). Dalam kedua hal ini sebagai fasa bergerak
adalah gas (hingga keduanya disebut kromatografi gas), tetapi fasa
diamnya berbeda. Meskipun kedua cara tersebut mempunyai banya
persamaan. Perbedaan antara kedunya hanya tentang cara kerja. pada
kromatografi gas padat (KGP) terdapat adsorbsi dan pada kromatografi
gas cair (KGC) terdapat partisi (larutan). Kromatografi ga padat (KGP)
digunakan sebelum tahun 1800 untuk memurnikan gas. Metode ini
awalnya kurang berkembang. Penemuan jenis-jenis padatan baru
sebagi hasil riset memperluas penggunaan metode ini. Kelemahan
metode ini mirip dengan kromatografi cair padat. Sedangkan
kromatografi gas cair sering disebut oleh para pakar kimia organic
sebagai kromatografi fasa uap. Pertama kali dikenalkan oleh James dan
Martin pada tahun 1952. Metode ini paling banyak digunakan karena
efisien, serba guna, cepat dan peka. Cuplikan dengan ukuran beberapa
microgram sampel dengan ukuran 10 gram masih dapat dideteksi.
Sayangnya komponen cuplikan harus mempunyai tekanan beberapa
torr pada suhu kolom.
2. 2 KOMPONEN KOMPONEN PADA KROMATOGRAFI GAS
Pada dasarnya komponen penting pada yang harus ada pada setiap alat
kromatografi gas adalah :

Gambar 3. Skema Peralatan Kromatografi Gas

1. Tangki pembawa gas


Fungsi gas pembawa adalah mengangkut cuplikan dalam kolom ke
detektor. Bermacam-macam gas telah digunakan dalam KGC, misalnya,
hydrogen, helium, helium, memungkinkan difusi yang lebih longitudinal
dari solute, yang cenderung menurunkan efisiensi kolom, terutama
pada laju arus yang lebih rendah. Maka nitrogen mungkin merupkan
suatu pilihan yang lebih baik untuk gas-pembawa agar dapat dilakukan
suatu pemisahan yang benar-benar sukar. Pemilihan gas pembawa hars
disesuaikan dengan jenis detektor yang digunakan. Hubungan antara
gas pembawa dengan detektor dinyatakan dalam table di bawah ini :

2. Pengatur Aliran dan Pengatur Tekanan


Ini disebut pengatur atau pengurang Drager. Drager bekerja
baik pada 2,5 atm, dan mengalirkan massa aliran dengan tetap.
Tekanan lebih pada tempat masuk dari kolom diperlukan untuk
mengalirkan cuplikan masuk ke dalam kolom. Ini disebabkan,
kenyataan lubang akhir dari kolom biasanya mempunyai tekanan
atmosfir biasa. Juga oleh kenyataan bahwa suhu kolom adalah tetap,
yang diatur oleh thermostat, maka aliran gas tetap yang masuk kolom
akan tetap juga.
Demikian juga komponen-komponen akan dielusikan pada waktu
yang tetap yang disebut waktu penahanan (the retention time), t R.
Karena kecepatan gas tetap, maka komponen juga mempunyai volume
karakteristik terhadap gas pengangkut = volume penahanan (the
retention volume), v r. Kecepatan gas akan mempengaruhi effisiensi
kolom.
Harga-harga yang umum untuk kecepatan gas untuk kolom
yang memiliki diameter luar.
1/4" O.D : kecepatan gas 75 ml/min
1/8" O.D : kecepatan gas 25 ml/min.
3. Tempat Injeksi
Sejumlah kecil sampel yang akan dianalisis diinjeksikan pada
mesin menggunakan semprit kecil. Jarum semprit menembus
lempengan karet tebal (Lempengan karet ini disebut septum) yang
mana akan mengubah bentuknya kembali secara otomatis ketika
semprit ditarik keluar dari lempengan karet tersebut.
Injektor berada dalam oven yang mana temperaturnya dapat
dikontrol. Oven tersebut cukup panas sehingga sampel dapat mendidih
dan diangkut ke kolom oleh gas pembawa misalnya helium atau gas
lainnya.

4. Kolom
Jika suatu cuplikan dianalisis dengan GC maka pemisahan terjadi
pada kolom. Kolom di dalam GC sering disebut dengan jantung GC.
Hal ini disebabkan karena keberhasilan suatu analisis ditentukan oleh
tepat dan tidaknya kolom yang dipilih serta jenis cuplikan yang akan
dianalisis.
Kolom GC terdiri dari 3 bagian yaitu wadah luar yang terbuat dari
logam (tembaga, baja tahan karat, nikel),gelas atau plastik mislanya
teflon dan isi kolom yang terdiri dari padtan pendukung dan fasa
cairan.
Kolom isian
Fasa stasioner dalam kromatografi gas cair (KGC) adalah cairan,
tetapi cairan itu tidak boleh dibiarkan bergerak gerak di dalam
tabung. Cairan tersebut harus dimobilisasi, biasanya dalam bentuk satu
lapisan tipis dengan luas permukaan besar. Ini paling lazim dilakukan
dengan mengimpregnasi suatu bahan padat dengan fasa cair sebelum
kolom diisi. Padatan tersebut harus bersifat inert secara kimiawi
terhadap zat zat yang nantinya akan dikromatografikan, stabil pada
temperatur operasi, dan memilki luas permukaan yang besar persatuan
berat. Penurunan tekanan yang dibutuhkan untuk laju alir gas yamg
diinginkan harus tidak boleh berlebihan. Kekuatan mekanis lebih
diinginkan agar partikel partikelnya tidak pecah dan mengubah
distribusi ukuran partikel dengan penanganan. Kebanyakan padatan
yang digunakan sebagai penyangga pada KGC sangat berpori. Adsorben
aktif seperti karbon aktif dan silika gel adalah penyangga padat yang
buruk. Bahkan jika dilapisi dengan lapisan cairan tipis maka padatan ini
akan menyerap komponen komponen sampel yang menyebabkan
pengekoran (tailing). Bahan penyangga padat yang paling umum adalah
tanah diatom. Untuk dapat digunakan sebagai penyangga padatan
maka tanah diatom dijadikan seperti bata dan dipanaskan di dalam
tanur kemudian digerus halus sampai dan disaring dengan ukuran mesh
tertentu.
Pemilihan fasa cair
Fasa cair harus dipilih dengan mempertimbangkan
masalah pemisahan tertentu. Cairan tersebut harus memiliki tekanan
uap yang sangat rendah pad temperatur kolom; sebuah petunjuk
praktis mengusulkan suatu titik didih sekurang kurangnya 200 0C di
atas temperatur di mana cairan akan diberikan. Dua alasan penting
untuk menginginkan volatilitas yang rendah adalah pertama, hilangnya
cairan akan menghancurkan kolom itu, dan kedua, detektor akan
memberi respon pada uap fasa stasioner dengan hasil penyimpangan
pada garis dasar perekam dan menurunkan kepekaan terhadap
komponen komponen sampel yang dianalisis.
Jelas, fasa cair harus stabil secara termal pada temperatur kolom,
dan kecuali dalam kasus kasus khusus, cairan itu tidak bereaksi
secara kimia dengan komponen komponen sampel. Cairan tersebut
harus memiliki daya pelarut yang cukup untuk sampel. Mengingat
aturan lama bahwa sejenis melarutkan sejenis , bisa dinyatakan

bahwa secara umum seharusnya ada sedikit kesamaan kimiawi antara


zat cair dan zat terlarut yang dipisahkan.
Jumlah cairan yang diberikan pada penyangga padatan adalah penting.
Jika terlalu banyak cairan, zat terlarut akan menghabiskan terlalu
banyak waktu berdifusi ke fasa cair, dan efisiensi pemisahan menjadi
berkurang. Terlalu sedikit cairan menyebabkan zat terlarut berinteraksi
dengan padatan itu sendiri., adsorpsi dapat menyebabkan pengekoran
dan tumpang tindihnya pita pita elusi. Pemuatan cairan berbeda
beda dengan sifat penyangga padatan, ukuran sampel yang
diantisispasi dan faktor faktor lain, tetapi umumnya dalam rentang 2
atau 3 sampai sekitar 20% berat cairan. Biasanya padatan diolah
dengan suatu larutan dari cairan yang diinginkan dalam suatu pelaut
yang volatil, dimana pelarut dipindahkan dengan pemanasan dan
selanjutnya dibuang dengan gas pembawa.

1.

Gambar 6. Kolom paking


5. Detektor
Berbeda dengan alat analisis lainnya, detektor pada kromatografi
gas pada umumnya lebih beraneka ragam. Hal ini disebabkan detektor
pada GC mendeteksi aliran bahan kimia dan bukan berkas sinar seperti
pada spektrofotometer. Beberapa pertimbangan dalam merancang
suatu detektor dapat dikemukan sebagai berikut :
Detektor GC harus dapat mendeteksi dalam waktu beberapa detik.
2. Cuplikan yang masuk ke dalam detektor harus volatil dan bebas dari
pengaruh matrik. Hal semacam juga terjadi pada spektrometri serapan
atom atau emisi.
3. Detektor GC mempunyai kepekaan yang kebih dibandingkan dengan
alat analisis pada umumnya.
4. Detektor GC mempunyai kisaran dinamik yang sangat besar, umunya
lebih besar daripada 107.
5. Detektor GC dapat pula digunakan sebagai alat identifikasi walaupun
kegunaan secara umum adalah untuk keperluan kuantitatif
Beberapa parameter yang sering dijumpai pada detektor adalah
ratio signal terhadap noise (S/N), batas deteksi minimum (BDM), faktor
respon atau ratio signal terhadap jumlah cuplikan, kisran dinamik
linear, dan kespesifikan.
Rasio S/N dalam banyak hal dikaitkan dengan BDM. Batas deteksi
minimum suatu detektor tehadap suatu cuplikan ditentukan oleh rasio
S/N. Salah satu kesepakatan yang dicapai adalah BDM = 2 S/N. Yang
dimaksud signal adalah respon detektor terhadap senyawa kimia yang
masuk ke dalamnya sedangakan noise berasal dari alat ( getaran
rekorder setelah diperbesar maksimum). Harga BDM untuk beberapa
detektor dapat dilihat pada tabel berikut:
Harga BDM untuk beberapa detektor
Detektor

BDM

Senyawa
dianalisis

yang

5 x 10-10
Propana
5 x 10-12
Propana
-16
5 x 10
Lindan
-10
5 x 10
Tiofen
-12
2 x 10
Tributilfosfat
Ionisasi nyala
5 x 10-14
Azobenzena
-15
Alkali (DINA)
5 x 10
Tributilfosfat
Jenis jenis dari detektor :
Detektor konduktivitas termal
Alat ini mengandung baik suatu filamen logam yang dipanaskan
maupun suatu termistor. Termistor adalah bantalan kecil yang dispakan
dengan menggabungkan campuran logam oksida umumnya dari
mangan, kobal, nikel, dan runut logam lainnya.
Elemen, filamen atau termistor dari detektor dipanaskan pada
kondisi tunak, memiliki temperatur tertentu yang ditentukan oleh
panas diberikan padanya dan laju hilangnya panas ke dinding ruang
yang mengelilinginya.
Detektor itu umunya memiliki dua sisi, masing- masing
elemennya sendiri. Gas pembawa murni menelusuri satu sisi detektor
yang terletak di depan di depan lubang injeksi sampel, sementara
efluen kolom mengalir melalui sisi lainnya.
Helium merupakan gas pembawa yang cocok untuk detektor
konduktivitas termal karena konduktivitas termalnya jauh lebih besar
daripada kebanyakan senyawa organik dan tidak memiliki suatu bahaya
ledakan. Kepekaan detektor konduktivitas termal dapat ditingkatkan
dengan menjalankan elemen elemen pada temperatur yang lebih
tinggi dengan memberikan suatu arus jembatan yang besar, Tetapi
melibatkan harapan hidup elemen tersebut kecil. Detektor ini secara
umum tidak bersifat menghancurkan.
Detektor pengionan nyala
Prinsip dasar detektor pengionan nyala adalah energi kalor
dalam nyala hidrogen cukup untuk menyebabkan banyak molekul
untuk mengionisasi. Gas efluen dari kolom dicampur dengan hidrogen
dan dibakar pada ujung jet logam dalam udara brlebih. Suatu potensial
diberikan antara jet dan elektroda kedua yang bertempat di atas atau
sekitar nyala itu. Ketika ion ion itu dibentuk dalam nyala, ruang gas
antara kedua elektroda menjadi lebih konduktif dan arus meningkat
mengalir dalam sirkuit. Arus ini melewati resistor, tegangan terbentuk
yang dikuatan untuk menghasilkan suatu isyrat yang diterima perekam.
Dengan detektor pengionan nyala, konsentrasi ion ion dalam
ruang antara elektroda dan besarnya arus tersebut sangat bergantung
pada laju dimana molekul molekul zat terlarut dikirim ke nyala. Berat
zat terlarut yang mencapai nyala dalam satuan waktu akan
mnghasilakan respon detektor yang sama berapapun tingkat
pengenceran oleh gas pembawa. Ini dasar untuk pernyataan bahwa
detektor ini memberi respon bukan pada konsentrasi zat terlarut tetapi
pada laju alir massa zat terlarut tersebut. Juga harus diperhatikan
Hantaran panas
Ionisasi nyala
Tangkapan elektron
Fotometri nyala

a.

bahwa Detektor pengionan nyala dapat menghancurkan komponen


komponen sampel.

Gambar 8. Skematis detektor pengionan nyala dan sirkuit di dalamnya


Kekurangan utama dari detektor ini adalah pengrusakan setiap
hasil yang keluar dari kolom sebagaimana yang terdeteksi. Jika anda
akan mengirimkan hasil ke spektrometer massa, misalnya untuk analisa
lanjut, anda tidak dapat menggunakan detektor tipe ini.
6. Rekorder
Rekorder berfungsi sebagai pengubah sinyal dari detektor yang
diperkuat melalui elektrometer menjadi bentuk kromatogram. Dari
kromatogram yang diperoleh dapat dilakukan analisis kualitatif dan
kuantitatif. Analisis kualitatif dengan cara membandingkan waktu
retensi sampel dengan standar. Analisis kuantitatif dengan menghitung
luas area maupun tinggi dari kromatogram (Hendayana, 2001). Sinyal
analitik
yang dihasilkan detektor dikuatkan oleh rangkaian
elektronik
agar bisa diolah oleh rekorder atau sistem data. Sebuah
rekorder bekerja dengan menggerakkan kertas dengan kecepatan
tertentu. di atas kertas tersebut dipasangkan pena yang digerakkan
oleh sinyal keluaran detektor sehingga posisinya akan berubah-ubah
sesuai dengan dinamika keluaran
penguat sinyal detektor. Hasil
rekorder adalah sebuah kromatogram berbentuk pik-pik dengan pola
yang sesuai dengan kondisi sampel
dan jenis detektor yang
digunakan.
Rekorder biasanya dihubungkan dengan sebuah elektrometer
yang dihubungkan dengan sirkuit pengintregrasi yang bekerja dengan
menghitung jumlah muatan atau jumlah energi listrik yang dihasilkan
oleh detektor. Elektrometer akan melengkapi pik-pik kromatogram
dengan data luas pik atau tinggi pik lengkap dengan biasnya.
Sistem data merupakan pengembangan lebih lanjut dari rekorder
dan elektrometer dengan melanjutkan sinyal dari rekorder dan
elektrometer ke sebuah unit pengolah pusat (CPU, Central Procesing
Unit).
Hasil pembacaan dalam detector akan direkam dalam rekorder
dan ditampilkan pada layar komputer berupa diagram/grafik dengan
puncak / pick yang berbeda-beda sesuai dengan senyawa atau gugus
senyawanya, seperti gambar di bawah ini:
2. 3 PRINSIP KERJA KROMATOGRAFI GAS

Kromatografi merupakan medan yang bergerak cepat karena


sangat pentingnya dalam praktek dalam banyak bidang penelitian.
Usaha-uasaha berlanjut sepanjang banyak jalur, beberapa diantaranya
adalah : detektor yang lebih baik, bahan kemasan kolom yang baru,
hubungan dengan instrument lain (seperti spectrometer massa) yang
dapat membantu untuk mengidentifikasi komponen-komponen yang
dipisahkan.
Cara kerja dari kromatografi gas adalah gas pembawa lewat
melalui satu sisi detektor kemudian memasuki kolom. Di dekat kolom
ada suatu alat di mana sampel sampel bisa dimasukkan ke dalam gas
pembawa ( tempat injeksi). Sampel sampel tersebut dapat berupa gas
atau cairan yang volatil (mudah menguap). Lubang injeksi dipanaskan
agar sampel teruapkan dengan cepat.
Aliran gas selanjutnya menemui kolom, kolom merupakan
jantung intrumen tempat di mana kromatografi berlangsung. Kolom
berisi suatu padatan halus dengan luas permukaan yang besar dan
relatif inert. Namun padatan teresebut hanya sebuah penyangga
mekanika untuk cairan. Sebelum diisi ke dalam kolom, padatan tersebut
diimpregnasi dengan cairan yang diinginkan yang berperan sebagai
fasa diam atau stasioner sesungguhnya, cairan ini harus stabil dan
nonvolatil pada temperatur kolom dan harus sesuai dengan pemisahan
tertentu.
Setelah muncul dari kolom itu, aliran gas lewat melalui sisi lain
detektor.
Maka
elusi
zat
terlarut
dari
kolom
mengatur
ketidakseimbangan antara dua sisi detektor yang direkam secara
elektrik.
Sebagai gambaran bagaimana yang terjadi di dalam kolom,
anggap bahwa dalam kolom tersebut memilki serangkaian kamar
kamar kecil, masing masing mengandung suatu bagian cairan yang
nonvolatil sebagai fasa stasioner. Suatu fasa bergerak atau gas
pembawa bersama sama dengan cairan yang sudah berupa gas masuk
ke dalam kamar pertama, di mana suatu sampel (gas yang
dikromatografikan) dari fasa bergerak. Jika cairan tersebut (fasa
stasioner) cocok dengan tujuan, sebagian sampel akan yang berupa gas
tersebut akan masuk dan dan larut di dalamnya dan sebagian lagi akan
tetap ikut bersama dengan gas pembawa tersebut. Sekarang hukum
Henry, dalam bentuk biasanya, menyatakan bahwa tekanan parsial
yang dihasilkan oleh zat terlarut dalam suatu larutan encer sebanding
dengan fraksi molnya. Maka untuk distribusi benzena antara fasa cair
dan uap dalam kamar itu dapat dituliskan sebagai berikut :
Pbenzena = k Xbenzena
Di mana Pbenzena adalah tekanan parsial dalam fasa uap, X benzena adalah
fraksi mol benzena dalam cairan dan k sebuah tetapan. Dalam
kromatografi gas, tekanan parsial dan fraksi mol seringkali digantikan
dengan konsentrasi yang mnghasilkan suatu koefisisen distribusi yang
tak bersatuan, K :

K = konsentrasi benzena dalam fasa cair/konsentrasi


benzena dalam fasa gas
indahkan gas nitrogen yang membawa sebagian sampel yang
tidak terhenti pada kamar pertama ke kamar kedua, di mana
gastersebut bertemu dnegan cairan. Dalam hal ini sebagian sampel di
dalamnya akan melarut dan yang lainnya tetap ikut dengan gas
pembawa atau fasa geraknya. Dalam kromatografi, aliran fasa gerak
berlanjut sampai zat terlarut telah bermigrasi sepanjang kolom itu.
Namun, setelah menelusuri panjang kolom suatu campuran akan
mengalami fraksinasi, dan kemudian muncul satu demi satu untuk
memasuki detektor. Kamar atau ruang khayalan dalam peralatan GC
disebut pelat pelat teoritis.
Gambar 11. Kromatogram gas dari suatu campuran hidrokarbon
normal
Petunjuk cara kerja kromatografi gas
Walaupun beberapa sistem GC sangat rumit, pada dasarnya cara
kerjanya sama. Jika GC telah dinyalakan maka dapat dilakukan
beberapa langkah berikut ini :
a.
Istrumen diperiksa, terutama jika tidak dipakai terus-menerus. Ini
dilakukan untuk mengecek apakah telah dipasang kolom yang tepat,
apakah septum injector tidak rusak (apakah ada lubang besar atau
bocor karena sering dipakai), apakah sambungan saluran gas kedap,
apakah tutup tanur tertutup rapat, apakah semua bagian listrik bekerja
dengan baik, dan apakah detektor yang terpasang sesuai.
b.
Aliran gas kekolom dimulai atau disesuaikan. Ini dilakukan dengan
membuka katup utama pada tangki gas dan kemudian memutar katup
(diafragma) sekunder kesekitar 15psi dan membuka katup jarum
sedikit. Ini memungkinkan aliran gas yang lambat (2-5 ml)/menit untuk
kolom kemas dan sekitar 0,5ml/menit untuk kolom kapiler melewati
system dan melindungi kolom dan detektor terhadap perusakan secara
oksidasi. Dalam banyak instrument modern, aliran gas dapat diatur
dengan rotameter atau aliran otomatis atau pengendali tekanan, atau
dapat dimasukkan melalui modul pengendali berlandas mikroprosesor.
Apapun jenisnya, sambungan system (terutama sambungan kolom)
harus dicek dengan larutan sabun untuk mengetahui apakah ada yang
bocor, atau dengan larutan khusus untuk mendeteksi kebocoran
(SNOOP),atau dapat juga dengan larutan pendeteksi kebocoran niaga.
c.
Kolom dipanaskan sampai suhu awal yang dikehendaki. Ini
dilakukan,
pada
instrument
buatan
lama,
dengan
memutar
transformator tegangan peubah yang mengendalikan gelungan
pemanas dalam tanur kesekitar 90 V.
Selain prosedur kerja di atas, pengoperasian kromatografi gas
dapat dilakukan dengan tiga cara khususnya untuk penentuan kadar
zat, sebagai berikut:
a. Cara baku internal.

Pada satu seri zat baku internal dengan jumlah tertentu, masingmasing tambahkan sejumlah zat dengan jumlah yang berbeda-beda.
Dari masing-masing larutan baku tersebut, suntikan dengan jumlah
yang sama pada tempat penyuntikan zat. Garis kalibrasi diperoleh
dengan menggambarkan hubungan antara perbandingan luas daerah
puncak kurva atau tinggi puncak kurva zat dengan zat baku
internalnya, pada sumbu vertical, dan perbandingan jumlah zat baku
dengan jumlah zat baku internal, atau jumlah zat baku, pada sumbu
horizontal.
Buat larutan zat seperti yang tertera pada masing-masing
monografi, tambahkan zat baku internal dengan jumlah sama seperti
pada larutan zat baku di atas. Dari kromatogram yang diperoleh
dengan kondisi yang sama seperti cara memperoleh garis kalibrasi,
hiitung perbandingan luas daerah puncak kurva atau tinggi puncak
kurva zat dengan luas daerah puncak kurva zat baku internal. Jumlah
zat dapat ditetapkan dari garis kalibrasi.
Untuk baku internal, gunakan senyawa yang mantap yang puncak
kurvanya terletak dekat puncak kurva zat tetapi cukup terpisah dari
puncak kurva zat, serta puncak kurva komponen-komponen lain.
b. Cara garis kalibrasi mutlak
Buat satu seri larutan baku. Suntikan dengan volume sama tiap
larutan ke dalam tempat penyuntikan zat. Gambar garis kalibrasi dari
kromatogram, dengan berat zat pada sumbu horizontal, dan tinggi
puncak kurva atau luas daerah puncak kurva pada sumbu vertical. Buat
larutan zat seperti yang tertera pada masing-masing monografi. Dari
kromatogram yang diperoleh dengan kondisi yang sama seperti cara
memperoleh garis kalibrasi, ukur luas daerah puncak kurva atau tinggi
puncak kurva. Hitung jumlah zat menggunakan garis kalibrasi. Dalam
cara kerja ini, semua harus dikerjakan dengan kondisi yang betul-betul
tetap.
c.

Cara luas daerah normalisasi


Jumlah luas daerah puncak kurva komponen-komponen yang
bersangkutan dalam kromatogram dinyatakan sebagai angka 100.
Perbandingan kadar komponen-komponen dihitung dari harga prosen
luas daerah tiap puncak kurva masing-masing.
Dalam tiga cara yang dinyatakan di atas, tinggi puncak kurva atau
luas daerah puncak kurva ditetapkan sebagai berikut :
1. Tinggi Puncak Kurva
Ukur tinggi dari titik puncak kurva sepanjang garis tegak lurus hingga
berpotongan dengan garis yang menghubungkan kedua kaki dari
puncak kurva.
2. Luas daerah puncak kurva
- Lebar puncak kurva pada pertengahan tinggi puncak kurva x tinggi
puncak kurva
- Gunakan planimeter untuk mengukur daerah puncak kurva.
2. 4

WAKTU RETENSI

Waktu yang digunakan oleh senyawa tertentu untuk bergerak


melalui kolom menuju ke detektor disebut sebagi waktu retensi
(RT). Waktu ini diukur berdasarkan waktu dari saat sampel diinjeksikan
pada titik dimana tampilan menunujukkan tinggi puncak maksimum
untuk senyawa itu.
Setiap senyawa memiliki waktu retensi yang berbeda. Untuk
senyawa tertentu, waktu retensi sangat bervariasi dan bergantung
pada:

Titik didih senyawa. Senyawa yang mendidih pada temperatur yang


lebih tinggi daripada temperatur kolom, akan menghabiskan hampir
seluruh waktunya untuk berkondensasi sebagai cairan pada awal
kolom. Dengan demikian, titik didih yang tinggi akan memiliki waktu
retensi yang lama.

Kelarutan dalam fase cair. Senyawa yang lebih mudah larut dalam
fase cair, akan mempunyai waktu lebih singkat untuk dibawa oleh gas
pembawa.. Kelarutan yang tinggi dalam fase cair berarti memiiki waktu
retensi yang lama.

Temperatur kolom. Temperatur tinggi menyebakan pergerakan


molekul-molekul dalam fase gas; baik karena molekul-molekul lebih
mudah menguap, atau karena energi atraksi yang tinggi cairan dan
oleh karena itu tidak lama tertambatkan. Temperatur kolom yang tinggi
mempersingkat waktu retensi untuk segala sesuatunya di dalam kolom.
2. 5 KEGUNAAN KROMATOGRAFI GAS
Pembatasan utama pada GC ini adalah yang mengenai mudahnya
menguap. Contohnya harus memiliki tekanan uap cukup pada suhu
kolom, memiliki titik didih rendah, dan tidak rusak dalam bentuk
gasnya.
Kebanyakan contoh anorganik tidak cukup menguap untuk
memperkenankan penggunaan GC secara langsung, meskipun beberapa
penelitian telah dilakukan pada suhu-suhu sangat tinggi dengan
menggunakan garam-garam leburan atau campuran eutektik sebagai
fasa cair stasioner. Helida dari beberapa unsur seperti timah, titanium,
arsen, dan antimony cukup mudah menguap, dan telah di pisahkan
dengan GC. Sejumlah logam seperti berilium, alumunium, tembaga,
besi, krom, dan kobal telah dapat di GC kan dalam bentuk senyawasenyawa khelat yang cukup mudah menguap dengan asitelaseton dan
turunan yang difluorinasikan. Misalnya aluminium, besi, dan tembaga
telah ditentukan dalam logam-campur dengan melarutkan contoh
diikuti dengan ekstraksi logam-logamnya ke dalam larutan klorofom
dari trifuoroasetilaseton yang kemudian di klamotografikan. Kesalahankesalahan relative setingkat 0,2 hingga 3% telah dilaporkan.
APLIKASI KROMATOGRAFI GAS PADA PEMISAHAN
A. Percobaan Pemisahan dan Penentuan Komponen Organik dengan
Krotmaografi Gas
Kromatografi gas merupakan metode yang tepat dan cepat untuk
memisahkan campuran yang sangat rumit. Waktu yang dibutuhkan
beragam, mulai dari beberapa detik untuk campuran sederhana sampai

berjam-jam untuk campuran yang mengandung 500-1000 komponen.


Komponen campuran dapat diidentifikasikan dengan menggunakan
waktu tambat (waktu retensi) yang khas pada kondisi yang tepat.
Waktu tambat ialah waktu yang menunjukkan berapa lama suatu
senyawa tertahan dalam kolom.waktu tambat diukur dari jejak pencatat
pada kromatogram dan serupa dengan volume tambat dalam KCKT dan
Rf dalam KLT. Dengan kalibrasi yang patut, banyaknya (kuantitas)
komponen campuran dapat pula diukur secara teliti . kekurangan utama
KG adalah bahwa ia tidak mudah dipakai untuk memisahkan campuran
dalam jumlah besar. Pemisahan pada tingkat mg mudah dilakukan,
pemisahan campuran pada tingkat g mungkin dilakukan; tetapi
pemisahan dalam tingkat pon atau ton sukar dilakukan kecuali jika
tidak ada metode lain.

Cara Kerja Alat Kromatografi Gas


Pada dasarnya, dalam alat kromatografi gas, ada dua jenis
detektor, yang pertama adalah Flame Ionization Detektor, dan yang
kedua adalah Thermal Conductivity Detektor. Namun, untuk praktikum
kali ini, jenis detektor yang dipakai adalah Thermal Conductivity
Detektor. Fasa diam yang dipakai adalah metal silicon gum. Gas yang
digunakan sebagai gas pembanding dan gas pembawa adalah gas
nitrogen karena di samping nitrogen cenderung murah jika
dibandingkan dengan jenis gas yang lain, nitrogen juga inert, aman
(dibandingkan dengan gas lain yang mudah terbakar), dan mudah
didapat.
Secara umum syarat dari bahan yang menjadi fasa stasioner adalah:
o Memiliki volatilitas yang rendah (idealnya titik didih bahan minimal
1000C lebih tinggi dari temperatur maksimum kolom)
o Memiliki stabilitas termal
o Inert
o Karakteristik solvent (dapat menguraikan substansi lain)
Pada percobaan kali ini, suhu kolom yang digunakan adalah 5090C dengan Initial time 1 menit, laju perubahan suhu adalah 10C per
menit, dan final time adalah 1 menit. Maksudnya, pada saat alat
kromatografi gas digunakan, suhu kolom akan bertahan di 50C selama
1 menit, setelah itu suhu akan naik secara bertahap dengan kelajuan
10C per menit sampai suhu kolom itu mencapai 90C. Setelah
mencapai suhu 90C, alat kromatografi gas pun akan kembali menahan
suhu kolom selama 1 menit dan setelah itu, proses kromatografi akan
berhenti. Dalam kromatografi gas, suhu di bagian injeksi harus lebih
tinggi dari suhu akhir kolom. Pada detektor pun, suhu yang digunakan
cukup relative tinggi, yaitu 160C. Kolom yang digunakan pun adalah
kolom kapiler yang sangat panjang namun mempunyai diameter yang
sangat kecil. Total panjang kolom kapiler dalam alat kromatografi gas
ini adalah 30 meter dengan diameter 0,053 mm. Metil Silicon Gum yang
ada di dalam kolom kapiler ini mempunyai sifat polar yang cenderung
tarik menarik dengan senyawa yang mempunyai sifat polar juga.
Prinsip utama pemisahan dalam kromatografi gas adalah
berdasarkan perbedaan laju migrasi masing-masing komponen dalam

melalui kolom. Komponen-komponen yang terelusi dikenali (analisa


kualitatif) dari nilai waktu retensinya (RT).

Faktor-faktor yang mempengaruhi waktu retensi :


Nilai/harga waktu retensi (RT) tiap komponen disebabkan oleh
perbedaan titik didih (Td) masing-masing komponen, perbedaan massa
molekul
relative
(Mr)/perbedaan
ukuran
komponen,
interaksi/keterikatan
masing-masing
komponen
dengan
fasa
stasioner/fasa diam (misalnya oleh karena sifat kepolaran fasa diam
serta fasa geraknya), panjang kolom, diameter kolom, temperatur
kolom dan laju/temperatur aliran gas pembawa serta tingkat kejenuhan
kolom.
Semakin rendah titik didih suatu komponen maka waktu retensinya
akan semakin kecil/singkat karena pada temperatur tertentu zat
tersebut sudah menjadi fasa uap sehingga bisa bergerak bebas/lebih
cepat sebagai fasa gerak dalam kolom kapiler sedangkan komponen
lainnya masih dalam fasa cairan. Jadi komponen yang terlebih dahulu
menjadi uap akan lebih cepat keluar dari kolom. Oleh karena itu,
methanol mempunyai waktu retensi lebih singkat dari propanol,
propanol mempunyai waktu retensi yang lebih singkat dari butanol, dan
butanol mempunyai waktu retensi yang lebih singkat dari pentanol.
Semakin kecil ukuran sebuah komponen dan semakin kecil nilai
massa molekul relatifnya (Mr) maka sebuah komponen akan lebih dapat
bergerak bebas/lebih cepat keluar dari kolom. Jadi semakin kecil ukuran
komponen dan semakin kecil Mr komponen maka waktu retensinya
akan semakin kecil pula. Oleh karena itu, methanol mempunyai waktu
retensi lebih singkat dari propanol, propanol mempunyai waktu retensi
yang lebih singkat dari butanol, dan butanol mempunyai waktu retensi
yang lebih singkat dari pentanol.
Jika fasa diamnya bersifat nonpolar, maka komponen yang akan
terelusi lebih cepat adalah komponen yang paling polar, karena ikatan
dengan fasa diamnya relatif lebih lemah. Begitu juga sebaliknya jika
fasa diamnya polar maka komponen yang lebih cepat yaitu komponen
yang paling nonpolar. Jadi kepolaran fasa diam dan fasa gerak sangat
mempengaruhi waktu retensi masing-masing komponen.
Semakin panjang kolom, maka RT menjadi lambat karena jarak
yang harus ditempuh oleh senyawa tersebut cenderung lebih jauh.
Sebaliknya, jika kolom pendek, maka RT menjadi lebih cepat karena
jarak yang harus ditempuh oleh senyawa tersebut untuk menuju
detektor cenderung lebih dekat.
Temperatur kolom harus disesuaikan dengan titik didih larutan
senyawa organik. Apabila temperatur kolom terlalu rendah daripada
titik didih larutan, maka tidak akan timbul puncak karena kalor atau
temperature kolom tidak cukup untuk menguapkan senyawa yang ada.
Sedangkan jika temperatur kolom jauh lebih tinggi daripada titik didih
larutan, maka TR menjadi sangat cepat karena senyawa yang ada
langsung menerima kalor dengan cepat untuk segera mengubah
wujudnya menjadi gas.

Pengaruh pengotor

Faktor kesalahan

Anda mungkin juga menyukai