Anda di halaman 1dari 21

Definisi

Herpes zoster merupakan sebuah


manifestasi oleh reaktivasi virus
Varisela-zoster laten dari saraf pusat
dorsal atau kranial. Virus varicella
zoster bertanggung jawab untuk dua
infeksi klinis utama pada manusia
yaitu varisela atau chickenpox (cacar
air) dan Herpes zoster.

Patogenesis
Herpes zoster disebabkan oleh reaktivasi
virus varicella zoster yang laten di dalam
ganglion
posterior
atau
ganglion
intrakranial.
Virus dibawa ke tepi ganglion spinal atau
ganglion trigeminal, kemudian menjadi
laten. Varicella zoster merupakan virus
rantai ganda DNA, anggota famili virus
herpes yang tergolong virus neuropatik
atau neurodermatotropik.

Continue ....
Reaktivasi virus varicella zoster
dapat dipicu oleh berbagai faktor
seperti pembedahan, penyinaran,
lanjut usia, dan keadaan tubuh yang
lemah meliputi malnutrisi, seseorang
yang sedang dalam pengobatan
imunosupresan jangka panjang, atau
menderita penyakit sistemik.

Patogenesis

Gejala Klinis
Lesi herpes zoster dapat mengenai seluruh
kulit tubuh maupun membran mukosa.
Herpes zoster biasanya diawali dengan
gejala-gejala prodromal selama 2-4 hari,
yaitu sistemik (demam, pusing, malaise),
dan lokal (nyeri otot-tulang, gatal, pegal).
Setelah itu akan timbul eritema yang
berubah menjadi vesikel berkelompok
dengan dasar kulit yang edema dan
eritematosa.

Continue ....
Vesikel tersebut berisi cairan jernih,
kemudian menjadi keruh, dapat
menjadi pustul dan krusta.
Penyakit ini lokalisasinya unilateral
dan dermatomal sesuai persarafan.
Saraf yang paling sering terkena
adalah nervus trigeminal, fasialis,
otikus, C3, T3, T5, L1, dan L2.

Efloresensi

Dermatom

Komplikasi

Postherpetic
neuralgia
merupakan
komplikasi herpes zoster yang paling
sering terjadi. Postherpetic neuralgia
terjadi sekitar 10-15 % pasien herpes
zoster dan merusak saraf trigeminal.

Postherpetic
neuralgia
dapat
diklasifikasikan
menjadi
neuralgia
herpetik akut (30 hari setelah timbulnya
ruam pada kulit), neuralgia herpetik
subakut (30-120 hari setelah timbulnya
ruam pada kulit)

Jaras Sensorik Nyeri

Herpes zoster oftalmikus


Herpes zoster oftalmikus disebabkan oleh
infeksi cabang pertama nervus trigeminus
sehingga manifestasinya pada mata,
selain itu juga memengaruhi cabang
kedua dan ketiga. Jika cabang nasosiliar
bagian luar terlibat, dengan vesikel pada
ujung dan tepi hidung (Hutchinsons
sign),
Kelainan pada mata yang sering terjadi
adalah uveitis dan keratitis.

Diagnosis
Gejala prodromal berupa nyeri,
Distribusi yang khas dermatomal,
Vesikel berkelompok, atau dalam beberapa
kasus ditemukan papul,
Beberapa kelompok lesi mengisi dermatom,
terutama dimana terdapat nervus sensorik,
Tidak ada riwayat ruam serupa pada
distribusi yang sama (menyingkirkan herpes
simpleks zosteriformis),
Nyeri dan allodinia (nyeri yang timbul
dengan stimulus yang secara normal tidak
menimbulkan nyeri) pada daerah ruam.10

Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium yang
dapat dilakukan adalah PCR yang
berguna pada lesi krusta,
imunoflouresensi direk dari spesimen
lesi vesikular.

Pemeriksaan Tzanck

Diagnosis Banding
Herpes simpleks (bersinonim dengan
cold sore, herpes febrilis, herpes
labialis, herpes gladiatorium, scrum
pox, herpes genitalis)11
Penyebabnya satu golongan (famili
Herpesviridae).
Umumnya
infeksi
awal HHV asimptomatik kecuali pada
virus golongan VZV yang simptomatik
berupa varicella.

Terapi
Untuk terapi simtomatik terhadap keluhan
nyeri dapat diberikan analgetik golongan
NSAID seperti asam mefenamat 3 x 500mg
per hari, indometasin 3 x 25 mg per hari,
atau ibuprofen 3 x 400 mg per hari. 12
Untuk infeksi sekunder dapat diberikan
antibiotik.
Obat antiviral yang dapat diberikan adalah
asiklovir atau modifikasinya, seperti
valasiklovir, famsiklovir, pensiklovir. Dosis
asiklovir adalah 5 x 800mg per hari dan
umumnya diberikan selama 7-10 hari.

Indikasi Antiviral

Continue ....
Untuk pengobatan topikal, pada lesi
vesikular dapat diberikan bedak
kalamin atau -zinc untuk pencegahan
pecahnya vesikel. Bila vesikel sudah
pecah dapat diberikan antibiotik
topical untuk mencegah infeksi
sekunder. Bila lesi bersifat erosif dan
basah dapat dilakukan kompres
terbuka

Edukasi
Sebagai edukasi pasien diingatkan
untuk menjaga kebersihan lesi agar
tidak
terjadi
infeksi
sekunder.
Edukasi larangan menggaruk karena
garukan dapat menyebabkan lesi
lebih sulit untuk sembuh atau
terbentuk skar jaringan parut, serta
berisiko terjadi infeksi sekunder.

Terapi neuralgia
postherpetic

Prognosis
Pada
anak-anak
dan
dewasa
umumnya baik, tetapi usia tua resiko
terjadinya komplikasi semakin tinggi,
secara
kosmetika
dapat
menimbulkan
makula
hiperpigmentasi atau sikatrik.

Anda mungkin juga menyukai