Disusun Oleh :
FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN ARSITEKTUR PROGRAM STUDI ARSITEKTUR
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
A. LATAR BELAKANG
turun
dari kereta, dengan tidak adanya fasilitas tangga dan peron yang sangat
rendah dari pintu kereta banyak banyak dintara mereka yang turun
dengan cara melompat dari pintu langsung menuju peron, hal ini dipilih
untuk menyingkat waktu agar tidak berdesak-desakan. Fenomena ini
terjadi pada kereta ekonomi Prameks dari Yogyakarta menuju Surakarta
yang berhenti di Stasiun Purwosari.
Dari uraian diatas diketahui mereka adalah penumpang yang normal,
padahal
tidak
dapat
dipungkiri
bahwa
tidak
semua
penumpang
mempunyai anggota tubuh yang normal. Maka pada uraian diatas akan
timbul pertanyaan, Bagaimana kaum difabel bias mengakses pintu masuk
ke dalam kereta ? Bagaimana kaum difabel bias turun dari kereta tanpa
Normatif
Terukur,
yaitu
sekumpulan
dugaan
yang
mampu
naik
dan
turun
dari
maupun
ke
dalam
kereta.
Peron hanya
mempunyai tinggi
30 cm. Ketinggian
ini masih jauh dari
ketinggian standar
yaitu 0.9-1.00 m
diukur dari pintu
seperti
tangga
pembantu
juga
tidak
ditemukan
saat
Penumpang
memanjat saat
masuk ke dalam
kereta karena
ketinggian peron
yang jauh dari
Gambar 02.Penumpang saat Naik ke
dalam Kereta
Sumber. Joglosemar.com
karena kemiringan
ramp 300.
Lingkungan,
maka
sudah
seharusnya
semua
stasiun
KA
Pada peraturan
No.
29
tahun
2011
tentang
Persyaratan
Teknis
pintu
sesuai
dengan
standar
C. KESIMPULAN
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa Stasiun Purwosari belum
memenuhi standar pelayanan kereta api menurut Peraturan Menteri
Pekerjaan Umum Nomor 30/ PRT/M /2006 tentang Pedoman Teknis Fasilitas
dan Aksesibilitas pada Bangunan Gedung dan Lingkungan, serta standar
Persyaratan Pembangunan Peraturan Menteri Perhubungan No. 29 tahun
2011 tentang Persyaratan Teknis Bangunan Stasiun Kereta Api. Stasiun
Purwosari belum menyediakan peron yang sesuai standar yaitu 90-100
cm, ketinggian peron yang dimiliki oleh stasiun Purwosari hanya 30 cm
jauh dibawah ambang pintu masuk kereta api serta tidak adanya ramp
yang sesuai dengan standar yang telah ditetapkan.
Hal ini dapat menyebabkan penyandang difabel kesulitan mengakses
stasiun kereta api. Karena hal tersebut, maka kereta api yang oleh