Anda di halaman 1dari 19

BAB III

DESAIN MODEL JEMBATAN


A. Dasar Teori Model
Rangka batang pada umumnya digunakan untuk rangka atap, jembatan,
mengganti balok atau portal dengan bentang besar memakai rangka batang.
Lendutan pada rangka batang sering dikaitkan dengan lendutan pada balok,
dimana pada balok merupakan fungsi dari momen, sehingga lendutan pada
rangka batang diasumsikan seperti fungsi momen, rangka batang dengan
bentuk, bentang dan pembebanan sama dengan adanya kemiringan atau tidak
adanya kemiringan akan menghasilkan lendutan yang sama.
Rangka batang merupakan perkembangan dari balok karena bentang
yang cukup besar sehingga tidak memungkinkan memakai balok biasa karena
dimensi baloknya akan besar sekali dan berat sendirinya akan besar pula untuk
menghindarkan dimensi yang terlalu besar maka dicari alternative lain, salah
satunya dibuat rangka batang dengan ukuran dimensi balok yang kecil, bisa
dipakai untuk bentang yang cukup besar dan mampu menahan beban yang
besar.
Sistem struktur dari suatu bangunan merupakan kumpulan dan
kombinasi berbagai elemen struktur yang dihubungkan dan disusun secara
teratur, baik secara discrete maupun menerus yang membentuk suatu totalitas
kesatuan struktur. Irregularitasbentuk dan system struktur diusahakan
seminimal mungkin. Setiap sistem struktur hanya bisa diterapkan didalam limit
ketinggian tertentu.
Konfigurasi rangka batang merupakan sesuatu hal yang penting untuk
diketahui sebelum mendesain rangka, baik itu rangka atap maupun jembatan.
Akan tetapi bukan hal yang mudah untuk menentukan konfigurasi rangka yang
cocok untuk suatu bangunan struktur rangka seperti jembatan rangka. Ada
berbagai macam bentuk konfigurasi rangka batang yang bisa digunakan untuk
bangunan struktur rangka batang jembatan
Tabel 5: Tipe umum jembatan rangka batang (Sumber : Hibbeller, 2002)

Tipe

Konfigurasi Rangka

Material

Keterangan
44

Pratt

Baja

Howe

Baja

Warren

Baja

Parker

Baja

Baltimore

Baja

K truss

Baja

Sering digunakan lebih


banyak di masa lampau
dari
pada
tipe-tipe
rangka lainnya, bentang
maksimal 200 feet
Sering digunakan dimasa
lampau tetapi sangat
sedikit digunakan dimasa
sekarang,
bentang
maksimal 200 feet
Sangat umum, untuk
bentang maksimal 200
feet
Untuk bentang di atas
180 feet atau 200 feet
sampai 350 feet atau 360
feet, lebih ekonomis
digunakan untuk bentang
di atas 300 feet
digunakan untuk bentang
di atas 300 feet

Bentuk rangka batang jembatan yang saat ini digunakan untuk rentangrentang tunggal khususnya rangka batang yang berbentuk Pratt, Howe,
dan Warren secara normal digunakan untuk rentang yang panjangnya berada
diatas 180 ft (55 m) sampai 200 ft (61 m). Bentuk paling umum adalah rangka
batang bentuk warren dengan arah vertical. Pada rentang yang lebih besar,
rangka batang dengan sebuah batang atas berbentuk polygon, seperti rangka
rangka batang bentuk Parker dengan bertujuan untuk menghemat material.
Rangka batang bentuk warren dengan arah vertical bisa juga dibuat dengan
cara ini untuk rentang diatas 300 ft (91 m), untuk rentang yang lebih besar dari
300 ft (91 m), kekuatan rangka harus ditingkatkan yang akan berakibat pada
ketebalan atau tinggi rangka batang harus ditingkatkan sehingga panel-panel
menjadi lebih panjang. Ini berakibat pula pada pertimbangan sistem deck berat,
dan untuk menjaga berat dek berada dalam batas yang ditoleransi
dikembangkan bentuk rangka batang tersubbagian. Contoh tipikal meliputi
rangka bentuk Baltimordan bentuk warren tersubbagian. Sedangkan untuk

45

rangka dengan tujuan yang sama, solusi rangka batang bentuk K merupakan
alternatife yang bagus karena termasuk bentuk rangka tersubbagian.

Gambar 42. Bentuk Konfigurasi Rangka Batang Jembatan


(Sumber: Schodek, 1999)
Jembatan rangka (truss bridge) tersusun dari batang-batang yang
dihubungkan satu sama lain dengan pelat buhul, dengan pengikat paku keling,
baut atau las. Batang-batang rangka ini hanya memikul gaya dalam aksial
(normal) tekan atau tarik, tidak seperti pada jembatan gelagar yang memikul
gaya-gaya dalam momen lentur dan gaya lintang.
Keberadaan kabel prategang pada model jembatan rangka selain bisa
memberikan lendutan yang mengarah ke atas juga dapat meningkatkan
kekakuan model jembatan sehingga lendutan yang terjadi akibat beban yang
bekerja pun menjadi berkurang. Hal ini terjadi dengan adanya kabel prategang
yang menahan terjadi deformasi pada jembatan menyebabkan seolah-olah
jembatan memiliki batang tanbahan pada strukturnya. Sehingga pada akhirnya
dikarenakan jumlah batang bertambah, kekakuan model jembatan meningkat.
Beberapa bentuk konfigurasi eksternal rangka batang yang umum
digunakan untuk rangka jembatan selalu berubah-ubah begitu pula pola
internalnya Konfigurasi-konfigurasi ini dipengaruhi oleh faktor eksternal,
tinjauan struktural maupun konstruksi. Masing-masing konfigurasi mempunyai
46

tujuan yang berbeda. Beberapa hal yang menjadi bahasan penting dalam
konfigurasi rangka batang adalah :
1. Faktor eksternal
Faktor-faktor eksternal memang bukanlah hal yang utama
dalam menentukan konfigurasi rangka batang. Namun faktor
eksternal juga dapat mempengaruhi bentuk-bentuk yang terjadi.
Bentuk-bentuk rangka sangat dipengaruhi oleh faktor eksternal yaitu
dengan berbagai tujuan bentuk atap cenderung mempunyai puncak
disisi atas.

Gambar 43. Faktor Eksternal Rangka Batang


(Sumber: Schodek, 1999)
2. Bentuk-bentuk dasar
Ditinjau dari segi struktural maupun konstruksi, bentukbentuk dasar
yang digunakan dalam rangka batang merupakan respon terhadap
pembebanan yang ada. Gaya-gaya internal akan timbul sebagai
respon terhadap momen dan gaya geser eksternal. Momen lentur
terbesar pada umumnya terjadi di tengah rangka batang yang
ditumpu sederhana yang dibebani merata, dan semakin mengecil ke
ujung. Gaya geser eksternal terbesar terjadi di kedua ujung, dan
semakin mengecil ke tengah. Sehingga akan diperoleh tipikal bentuk
berdasarkan gaya dalam yang ada.

47

Gambar 44. Tipikal Bentuk Dasar Rangka Batang


(Sumber: Schodek, 1999)
3. Rangka Batang Sejajar
Pada rangka batang dengan batang tepi sejajar (Gambar 2.13),
momen eksternal ditahan terutama oleh batang-batang tepi atas dan
bawah. Gaya geser eksternal akan dipikul oleh batang diagonal
karena batang-batang tepi berarah horisontal dan tidak mempunyai
kontribusi dalam menahan gaya arah vertikal. Gaya-gaya pada
diagonal umumnya bervariasi mengikuti variasi gaya geser dan pada
akhirnya menentukan desain batang.

Gambar 45. Rangka Batang tepi sejajar


(Sumber: Schodek, 1999)
4. Rangka batang funicular
Rangka batang yang dibentuk secara funicular menunjukan bahwa
secara konsep batang nol dapat dihilangkan hingga terbentuk
konfigurasi bukan segitiga, namun tanpa mengubah kemampuan
struktur dalam memikul beban rencana. Batang-batang tertentu yang
tersusun di sepanjang garis bentuk funicular untuk pembebanan yang
ada merupakan transfer beban eksternal ke tumpuan. Batang-batang
lain adalah batang nol yang terutama berfungsi sebagai bracing.
Tinggi relatif pada struktur ini merupakan fungsi dari beban dan
lokasinya.
48

Gambar 46. Rangka Batang tepi sejajar


(Sumber: Schodek, 1999)
B. Kriteria Perancangan
1. Material
a. Kayu
Kayu adalah bagian batang atau cabang serta ranting tumbuhan
yang mengeras karena mengalami lignifikasi (pengayuan). Penyebab
terbentuknya kayu adalah akibat akumulasi selulosa dan lignin pada
dinding sel berbagai jaringan di batang. Ilmu perkayuan (dendrologi)
mempelajari berbagai aspek mengenai klasifikasi kayu serta sifat kimia,
fisika, dan mekanika kayu dalam berbagai kondisi penanganan.
Pada dasarnya terdapat 2 (dua) sifat utama kayu yang dapat
dipergunakan untuk mengenal kayu, yaitu sifat fisik (disebut juga sifat
kasar atau sifat

makroskopis) dan sifat

struktur

(disebut

juga sifat

mikroskopis). Secara obyektif, sifat struktur atau mikroskopis lebih dapat


diandalkan dari pada sifat fisik atau makroskopis dalam mengenal atau
menentukan suatu jenis kayu. Namun untuk mendapatkan hasil yang
lebih dapat dipercaya, akan lebih baik bila kedua sifat ini dapat
dipergunakan secara bersama-sama, karena sifat fisik akan mendukung
sifat struktur dalam menentukan jenis.

49

Gambar 47. Penampang Kayu


(Sumber: www.google.com)
Terdapat perbedaan yang mendasar antara sifat struktur kayu
daun lebar dan sifat struktur kayu daun jarum. Kayu-kayu daun jarum
tidak mempunyai pori-pori kayu seperti halnya kayu-kayu daun lebar.
Lembaga Pusat Penyelidikan Kehutanan membagi kekuatan kayu
Indonesia dalam 5 kelas kuat didasarkan kepada jenis kayu tersebut:
Tabel 6 : Kekuatan Kayu ( Sumber: Anonimous, 1976)
Kelas
Kuat
I
II
III
IV
V

Berat Jenis
0.90
0.90 0.60
0.60 0.40
0.40 0.30
< 0.30

Kuat Tarik
Absolut (Kg/cm3)
1100
1100 725
725 500
500 360
< 360

Kuat Takan
Absolut (kg/cm3)
650
650 425
425 300
300 215
< 215

Penggolongan kayu dapat ditinjau dari aspek fisik, mekanik dan


keawetan. Secara fisik terdapat klasifikasi kayu lunak dan kayu keras.
Kayu keras biasanya memiliki berat satuan (berat jenis) lebih tinggi dari
kayu lunak. Klasifikasi fisik lain adalah terkait dengan kelurusan dan
mutu muka kayu. Terdapat mutu kayu di perdagangan A, B dan C yang
merupakan penggolongan kayu secara visual terkait dengan kualitas
muka (cacat atau tidak) arah-pola serat dan kelurusan batang. Kadang
klasifikasi ini menerangkan kadar air dari produk kayu.
Sebagai bahan struktur kayu mempunyai berbagai kekuatan,
khususnya dalam :
1) Menahan Tarikan

50

Kekuatan terbesar yang dapat ditahan oleh kayu adalah sejajar


arah serat, sedangkan kekuatan tarikan tegak lurus arah serat
lebih kecil dari pada sejajar serat.
2) Menahan Tekanan (Desak)
Kayu juga dapat menahan beban desak, baik tekanan sejajar
serat maupun tegak lurus serat, misalnya sebagai bantalan
kereta api. Daya tahan desak tegak lurus serat lebih kecil bila
dibandingkan dengan sejajar serat.
3) Menahan Lenturan
Besarnya daya tahan kayu terhadap lenturan tergantung pada
jenis kayu, besarnya peampang kayu, berat badan, lebar
bentangan, sehingga dengan dapatnya kayu menaan lenturan
maka dapat menahan beban tetap meupun beban kejut/pukulan.
Sebagai bahan struktur kayu biasanya diperdagangkan dengan
ukuran tertentu dan dipakai dalam bentuk balok, papan, atau
bentangan bulat, (berdasarkan SK-SNI-03-2445-1991).
b. Multipleks
Multipleks merupakan Papan buatan yang dibuat dari beberapa
lapisan kayu tipis dan disusun pada arah saling melintang dengan setiap
lapisan. Lapisan-lapisan tersebut disebut vinir. Jumlah lapisan multipleks
selalu ganjil, tidak genap. Tidak ada alasan lain selain alasan teknis yaitu
bahwa dalam setiap susunan vinir multipleks, arah serat lapisan paling
luar harus tersusun searah. Setelah itu bagian isinya diatur melintang
serat vinir. Alasan ini untuk menutupi kelemahan kayu yang mudah
pecah dan terbelah pada arah seratnya. Lapisan paling tengah (core) arah
seratnya selalu melintang arah serat vinir paling luar, berapapun jumlah
lapisannya. Dilihat dari segi konstruksi, kekuatan dan proses saat ini
multiplek termasuk bahan yang paling baik di antara papan buatan
lainnya.

51

Gambar 48. Multipleks


Keuntungan dari multipleks yaitu kuat, lebih tahan air dibanding
A,B,C, kemungkinan rayap kecil karna dilem sehingga rayap yang tidak
tahan kimia mati. Kerugian dari multipleks yaitu kemampuan menahan
beban

lebih

lemah

sedikit

dibanding

blokboard/take.

finishing pada multipleks biasa difinishing menggunakan melamic


multiplek dan teakwood atau duco (multiplek saja). HPL (multiplek
dilapisi HPL) atau polyurethane (sejenis cat mahal, yang hasilnya clear
gloss).
c. Lem G
Lem G Perekat Ajaib adalah lem (perekat kuat) serba guna atau
multifungsi, yakni perekat yang berguna untuk merekatkan banyak jenis
benda dari bahan yang sama atau berlainan, seperti bahan dari plastik,
mika, kayu, kertas, besi, gabus, kaca, karet, kaleb/kulit, keramik dll.
Kelebihan dan keuntungan :
1. Lebih kuat dibanding jenis perekat yang lain.
2. Harga terjangkau (murah).
3. Lebih tahan lama kekuatan rekatnya.
4. Berguna untuk merekatkan berbagai macam bahan benda.
5. Bisa menjangkau daerah benda yang sangat sulit sekalipun,
dengan memakai selang kecil.

52

Gambar 49. Lem G


2. Beban Uji
Beban mati total dari penjumlahan dibawah ini :
Perhitungan berat sendiri = Volume (V) x Berat Jenis ()
Tabel 7: Berat Sendiri Jembatan
No
1
2
3
4

Struktur
Frame
Deck
Lampu
Tanaman

Bahan
Volume
BJ
3
Kayu
223 cm
0.705
3
Triplek
972 cm
0.120
Plastic
75 cm3
0.100*
Plastic
45 cm3
0.100*
Total
*Berat total jembatan 285.855 gram/ 0.285855 kilogram

Jumlah
157.215
116.64
7.5
4.5
285.855

C. Sistem Struktur
Berdasarkan material yang digunakan untuk konstruksi, jembatan
terdiri atas jembatan yang terbuat dari beton, baja, dan kayu, sedangkan
berdasarkan fungsinya, jembatan terdiri atas jembatan untuk distribusi pipa
gas/air, pejalan kaki, kendaraan bermotor, dan kereta api. Dalam perencanaan
struktur, jembatan dibagi kedalam dua sistem struktur, yaitu sistem struktur
atas (superstructure) dan sistem struktur bawah (substructure). Sistem struktur
atas terdiri dari sistem pelat-girder jembatan dan joint yang menghubungkan
antar pelat-girder tersebut, sedangkan sistem struktur bawah terdiri dari pier,
bearing, abutment, dan pondasi. Gabungan kedua sistem struktur atas dan
bawah.

53

Gambar 50. Struktur Jembatan


(Sumber: www.google.com)
D. Modelisasi Struktur
Dalam ilmu teknik sipil perlu diketahui tentang bangunan gedung,
jembatan dan lain sebagainya. Untuk itu, perlu mengetahui bagaimana cara
pemodelan dalam mekanika teknik, apa itu beban, balok, kolom, reaksi, gaya
dalam

dan

bagaimana

cara

penggambarannya dalam

mekanika teknik.

Contoh: pemodelan gedung bertingkat, jembatan dalam mekanika teknik.

Gambar 50. Portal Gedung


(Sumber: www.google.com)
Sistem portal 2 dimensi (plane frame sytem) struktur terbentuk dari
elemen-elemen batang lurus (lazimnya prismatis) yang dirangkai dalarn bidang
datar, dengan sambungan antar ujung-ujung batang diasumsikan "kaku
54

sempurna" namun dapat berpindah tempat dalam bidang strukturnya dan dapat
berputar dengan sumbu putar yang tegak lurus bidang struktur tersebut. Beban
luar yang bekerja boleh berada di titik-titik buhul maupun pada titik-titik di
sepanjang batang dengan arah sembarang namun harus sebidang dengan
bidang struktur tersebut. Posisi tumpuan, yang dapat berupa jepit, sendi, atau
rol, juga harus berada pada titik-titik buhul. Mengingat sambungan antar ujungujung batang adalah kaku sempurna yang dapat menjamin stabilitas elemen,
maka sistem portal 2 dimensi ini meskipun lazimnya mendekati bentuk-bentuk
segi empat, namun pada prinsipnya boleh berbentuk sembarang dan tidak
memerlukan bentuk dasar segitiga seperti halnya pada sistem rangka batang 2
dimensi. Elemen-elemen pembentuk sistem portal 2 dimensi (plane frame
system) tersebut akan dapat mengalami gaya-gaya dalam (internal forces)
berupa gaya aksial (desak atau tarik), momen lentur (bending moment), dan
gaya geser.

Gambar 51. Mekanika Jebatan


(Sumber: www.google.com)

E. Analisa Struktur
Analisis struktur pada model jembatan rangka (truss bridge) menggunakan
beberapa model , antara lain :
1. Model pertama

55

Gambar 52. Tampak AtasTruss Bridge

Tabel 8. Analisis model menggunakan SAP 2000 v. 11.0.0


HasilAnalisi
s Model
1

Beban
(kg)
1

Defleksi
(mm)
0.2539

2
3
4
5

0.2543
0.2546
0.2549
0.2553

Gambar 53. Desain Jembatan SAP 2000 v. 11.0.0

Gambar 54. Section Properties Data SAP 2000 v. 11.0.0

56

Gambar 55. Deformed ShapeJembatan SAP 2000 v. 11.0.0

Gambar 56. Axial Force SAP 2000 v. 11.0.0

2. Model Kedua

Gambar 57. TampakAtasTruss Bridge

Tabel 9. Analisis model menggunakan SAP 2000 v. 11.0.0


Hasil Analisis
Model
2

Beban
(kg)
1

Defleksi
(mm)
0.2161

2
3
4
5

0.2164
0.2167
0.2171
0.2174

57

Gambar 58. Desain Jembatan SAP 2000 v. 11.0.0

Gambar 59. Section Properties Data SAP 2000 v. 11.0.0

Gambar 60. Deformed ShapeJembatan SAP 2000 v. 11.0.0

Gambar 61. Axial Force SAP 2000 v. 11.0.0

58

3. Model Ketiga

Gambar 62. TampakAtasTruss Bridge

Tabel 10.Analisis model menggunakan SAP 2000 v. 11.0.0


HasilAnalis
is Model
3

Beban
(kg)
1

Defleksi
(mm)
0.1982

2
3
4
5

0.1985
0.1988
0.1991
0.1994

Gambar 63. DesainJembatan SAP 2000 v. 11.0.0

Gambar 64. Section Properties Data SAP 2000 v. 11.0.0

59

Gambar 65. Deformed ShapeJembatan SAP 2000 v. 11.0.0

Gambar 66. Axial Force SAP 2000 v. 11.0.0

Gambar 67. Grafik Defleksi model

F. Desain Komponen dan Sambungan


1. Desain pada deck yang digunakan adalah multiplek, pada papan sambung
untuk perekatan kayu gergajian kearah lebar dengan sejajar, terdiri dari:
a. Papan sambung utuh (soild jointed board) adalah papan sambung yang
terdiri kayu gergajian yang masih utuh.

60

b. Papan sambung tidak utuh (non solid jointed board) adalah papan
sambung yang terdiri dari bilah sambung atau kayu gergajian pendek
yang disambung.
Ada lima cara penyambungan papan sambung dan bilah sambung tegak
(butt joint), sambungan jari (finger joint), sambungan miring (scraft joint),
sambungan lidah dan alur (tongue and groove joint) dan sambungan bangku
(desk joint).

Gambar 68. Jembatan The Railroad Speers Bridge


(Sumber: www.google.com)

(a)
(b)

(c)

(d)
(e)
Gambar 69. Sambungan tegak (butt joint), b. Sambungan jari (finger joint), c.
Sambungan miring (scarf joint), d. Sambungan lidah dan alur (tongue and grove joint), e.
Sambungan bangku (desk joint)
(Sumber: Tito Sucipto, 2009)

2. Desain K pada jembatan mengacu pada jurnal jembatan The Railroad


Speers Bridge (Belle Vernon Railroad Bridge) yang menyebrangkan kereta
api The Wheeling and Lake Erie Railway di Sungai Monongahela dari
61

Speers timur ke utara Belle Vernon di negara bagian Pennsylvania. Struktur


ini awalnya dirancang oleh Norfolk dan Western Railway menggunakan
gaya K-truss yang jarang digunakan di luar Great Plains. Rentang tingkat
tinggi melewati fitur segmen beberapa pendekatan yang lebih kecil di tepi
timur sungai karena lebar lembah.

62

Anda mungkin juga menyukai