TGT PRoPOSAL
TGT PRoPOSAL
Judul Penelitian
Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams-Games-Tournament
(TGT) untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran IPA
(Penelitian pada Materi Pesawat Sederhana dilakukan di Kelas Lima SDN
Batukarut Tiga)
B. Bidang Kajian
Dari permasalahan model pembelajaran yang kurang variatif dilapangan
menyebabkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA materi pesawat
sederhana kurang optimal, maka bidang kajian dalam penelitian ini difokuskan
pada penerapan model pembelajaran kooperatif tipe teams-games-tournament
(TGT) untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran ipa materi
pesawat sederhana.
C. Latar Belakang Penelitian
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) didefinisikan sebagai kumpulan
pengetahuan yang tersusun secara sistematis. Hal ini sejalan dengan
Depdiknas 2006 bahwa IPA berhubungan dengan cara mencari tahu tentang
alam secara sistematis, sehingga bukan hanya penguasaan kumpulan
pengetahuan yang berupa fakta, konsep, atau prinsip saja tetapi juga
merupakan suatu proses penemuan. IPA itu sendiri tidak bisa dipelajari
hanya dengan membaca sekilas saja, perlu dibarengi dengan praktikum serta
contoh-contoh nyata (Real) dalam pembelajarannya. Kegiatan IPA yang pada
hakikatnya meliputi unsur Sikap, Proses, dan Produk. Dimana dalam
pencapaian unsur-unsur tersebut pembelajaran IPA seyogianya melibatkan
siswa dalam berbagai ranah, yaitu ranah kognitif, psikomotorik, dan afektif.
Menurut NRC (1996:20), pembelajaran IPA di sekolah yang berpusat pada
siswa dan menekankan pentingnya belajar aktif berarti mengubah persepsi
tentang guru yang selalu memberikan informasi dan menjadi sumber
pengetahuan bagi siswa. Keaktifan dalam belajar IPA terletak pada dua segi,
yaitu aktif bertindak secara fisik atau hands-on dan aktif berpikir atau
mindson. Dengan demikian, pembelajaran IPA disekolah diharapkan dapat
menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam
yang menerima skors atau perlakuan lain. Hal ini semakin dikuatkan oleh
Edgar Dale (1946) dengan Cone of Experience, bahwa pembelajaran dengan
pengalaman langsung akan memberikan daya ingat 90% lebih kuat dari pada
hanya membaca dan mendengar yang memberi daya ingat sekitar 10%-20%.
Maka, dengan model ini pembelajaran diharapkan dapat menjadi meaningful
learning bagi siswa. Ketika kegiatan didalam kelas meaningful learning,
maka pemahaman konsep IPA yang didapat oleh siswa bisa lebih mendalam
karena pembelajaran ini menuntut siswa untuk aktif.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latarbelakang masalah diatas, dapat ditarik rumusan masalah
sebagai berikut:
1. Bagaimana perencanaan penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe
Teams-Games-Tournament (TGT) pada materi pesawat sederhana?
2. Bagaimana pelaksanaan penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe
Teams-Games-Tournament (TGT) pada materi pesawat sederhana?
3. Bagaimana peningkatan hasil belajar siswa pada materi pesawat sederhana
menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams-GamesTournament (TGT)?
E. Tujuan Penelitian
Pembahasan penelitian yang berjudul Penerapan Metode Role Playing
Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran IPA Materi
Peredaran Darah, bertujuan untuk:
1. Mengetahui perencanaan penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe
Teams-Games-Tournament (TGT) pada materi pesawat sederhana.
2. Mengetahui pelaksanaan penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe
Teams-Games-Tournament (TGT) pada materi pesawat sederhana.
3. Mengetahui peningkatan hasil belajar siswa pada materi pesawat
sederhana menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TeamsGames-Tournament (TGT).
F. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini, dibagi menjadi 2 (dua) tujuan, yaitu:
1. Manfaat Teoritis
b. Tim
Tim terdiri dari empat, lima siswa atau lebih yang mewakili
seluruh bagian dari kelas dalam hal kinerja akademik, jenis kelamin,
ras dan etnisitas. Fungsi utama dari tim ini adalah memastikan bahwa
semua anggota tim benar-benar belajar, dan lebih khususnya lagi,
adalah untuk mempersiapkan anggotanya untuk bisa mengerjakan kuis
dengan baik.
c. Game
Game terdiri atas pertanyaan-pertanyaan yang kontennya relevan
yang dirancang untuk menguji pengetahuan siswa yang diperolehnya
dari presentasi di kelas dan pelaksanaan kerja tim.
d. Turnamen
6
3. Pesawat Sederhana
Pesawat sederhana adalah alat-alat sederhana yang dapat digunakan
untuk mempermudah pekerjaan manusia. Gunting dan jungkat-jungkit
termasuk pesawat sederhana.
Secara umum pesawat sederhana dapat dikelompokkan menjadi 4
macam, yaitu:
a. Pengungkit
b. Bidang miring
c. Katrol
d. Roda
Penjelasan mengenai pengelompokan pesawat sederhana diuraikan
sebagai berikut:
a. Pengungkit
Pengungkit sering juga disebut tuas. Pengungkit atau tuas adalah
alat sederhana yang digunakan untuk mengungkit yang terbuat dari
batang besi, kayu dan bahan-bahan lainnya. Pengungkit memiliki
bagian-bagian khusus seperti kuasa, titik tumpu dan beban.
1) Kuasa
Kuasa adalah gaya yang dilakukan pada tuas atau pengungkit. Pada
kuasa terdapat titik kuasa. Titik kuasa adalah titik tempat kuasa
dilakukan.
2) Titik tumpu
Titik tumpu adalah titik yang merupakan tumpuan beban dan
kuasa.
3) Beban
Beban adalah benda yang akan diberi perlakuan, misalnya
diangkat, digunting, dan didorong.
Dilihat dari posisi kuasa, titik tumpu, dan beban, pengungkit
dibedakan menjadi tiga macam, yaitu pengungkit jenis pertama, kedua,
dan ketiga.
1) Pengungkit jenis pertama
Pengungkit atau tuas jenis ini memiliki posisi kuasa, titik tumpu,
dan beban. Atau posisi sebaliknya, yaitu beban, titik tumpu, dan
beban. Dengan demikian posisi titik tumpu selalu berada di antara
beban dan kuasa. Contoh pengungkit jenis pertama antara lain
jungkat-jungkit, penggunaan tang, linggis, dan gunting.
2) Pengungkti jenis kedua
Posisi tuas jenis kedua adalah titik tumpu, beban dan kuasa. Juga
sebaliknya kuasa, beban, dan titik tumpu. Tuas jenis kedua
memiliki posisi beban di antara titik tumput dan kuasa. Contoh:
pembuka tutup botol, gerobag dorong.
3) Pengungkit jenis ketiga
Pengungkit jenis ketiga ini memiliki posisi beban, kuasa, dan titik
tumpu. Dapat juga berposisi titik tumpu, kuasa, dan beban. Pada
jenis ini kuasa berada di antara beban dan titik tumpu. Misalnya
posisi orang memancing, orang menyekop pasir, orang menjepit
kue dengan penjepit kue dan sebagainya.
b. Bidang Miring
Bidang miring juga termasuk pesawat sederhana. Bidang miring
sering ditemukan dalam kehidupan sehari-hari. Bidang miring adalah
suatu bidang yang permukaannya miring, di mana sisi yang satu lebih
tinggi dari sisi yang lainnya. Fungsinya adalah untuk mempermudah
manusia dalam melakukan pekerjaan. Kegunaan yang lain adalah
untuk menjaga keselamatan manusia dan memperkecil gaya.
Beberapa contoh kegunaan bidang miring dalam kehidupan seharihari, yaitu:
1) Jalan berkelok-kelok di pegunungan
Jalan di pegunungan dibuat berkelok-kelok demi tujuan tertentu.
Jalan yang dibuat demikian menyebabkan kecuraman menjadi
kecil. Coba kamu bandingkan dengan jalan yang lurus, manakah
yang lebih curam? Tentu saja yang lurus tanpa kelokan jauh lebih
curam. Sebuah mobil akan merasa susah mencapai ketinggian
suatu tempat di gunung. Hal ini terjadi bila jalan di pegunungan
dibuat lurus. Gaya yang dibutuhkan menjadi sangat besar.
Keadaan akan berbeda bila jalan dibuat berkelok-kelok. Meskipun
jarak tempuh jauh, namun mobil dapat sampai dengan gaya yang
lebih kecil. Keselamatan penumpang mobil juga akan lebih
terjamin.
2) Tangga
Contoh yang lain adalah pada penggunaan tangga. Orang
memperbaiki
kabel
listrik
membutuhkan
tangga.
Tangga
10
12
eksternal:
a. Faktor Internal
1) Faktor Fisiologis.
2) Faktor Psikologis.
b. Faktor Eksternal
1) Faktor Lingkungan.
2) Faktor Instrumental.
Sedangkan,
Menurut
Sunarto
(2009)
faktor-faktor
yang
13
14
3. Model Penelitian
Gambar Model Penelitian menurut Kemmis dan Taggart
15
Secara
mendetail
Kemmis
dan
Taggart
(Hopkins,
1993:48)
refleksi
terhadap
pengaplikasian
model
pembelajaran
3) Identifikasi Masalah
4) Mempersiapkan media
5) Menyusun silabus, RPP, dan LKS
6) Menyiapkan kisi-kisi dan soal tes untuk instrument
b. Pelaksanaan Tindakan
Melaksanakan semua step yang telah tersusun dalam perencanaan
yang telah dibuat untuk kebutuhan data penelitian.
c. Pengamatan Tindakan
Semua kegiatan yang dilaksanakan pada tahap pelaksanaan dicatat
atau direkam untuk melihat apa yang sedang terjadi. Pengamatan juga
membuat catatan dalam buku hariannya.
d. Refleksi
Kegiatan dimana merenungkan kekurangan yang telah ditangkap
dalam kegiatan pengamatan sebelumnya, hal-hal yang kurang baik
kiranya dilakukan perbaikan untuk mendapat hasil yang optimal.
5. Teknik Pengumpulan Data
a. Observasi
Menurut Karl Popper , sebagaimana yang dikutip oleh Rochiati
Wiriaatmaja (2008: 104) pada umumnya observasi adalah tindakan
yang merupakan penafsiran dari teori. Peneliti pada waktu memasuki
ruangan
kelas
dengan
maksud
mengobservasi,
sebaiknya
17
berbagai
kegiatan,
suasana
kelas,
iklim
sekolah,
18
X 100
SM
Keterangan:
NP
SM
100
= bilangan tetap
x
n
Keterangan :
x : Nilai rata-rata kelas
19
n : Jumlah siswa
K. Jadwal Penelitian
No
Jadwal
.
1.
Penelitian
Penulisan
2.
Proposal
Sidang
3.
Proposal
Bimbingan
4.
BAB I
Bimbingan
5.
BAB II
Bimbingan
6.
BAB III
Bimbingan
7.
Instrumen
Bimbingan
8.
9.
10.
Lapangan
BAB IV
BAB V
Bimbingan
11.
Akhir
Sidang
Februari
Maret
Bulan
April Mei
Keterangan
Juni
Juli
L. Daftar Pustaka
Abidin, Yunus. (2009). Kemampuan Berbahasa Indonesia di Perguruan
Tinggi.Bandung: CV.Maulana Media Grafika.
Anonim. (2011). Hakekat Pembelajaran IPA di Sekolah. [ONLINE]. Tersedia:
http://www.sekolahdasar.net/2011/05/hakekat-pembelajaran-ipa-disekolah.html#.UpRDKNJ3Zrg. [18 Desember 2013].
Djojosoediro, Wasih.
Tersedia:
Tersedia:
http://eprints.uns.ac.id/1936/2/2218-4995-1-
21