Pilihan 1
Pilihan 1
Abstrak
Tujuan dari percobaan kelarutan sebagai fungsi temperatur ini yakni untuk
memahami kelarutan suatu zat , pengaruh temperatur terdadap kelarutan
suatu zat serta menghitung panas pelarutan differensial dari asam oksalat.
Metode yang digunakan yakni metode volumetri atau metode titrasi dimana
digunakan larutan NaOH 0.1763N dan 0.4761N sebagai titran serta larutan
asam oksalat dengan variasi temperatur yakni 40 oC,30oC,20oC,10oC sebagai
larutan yang akan dititrasi. Volum NaOH didapatkan dari titrasi digunakan
untuk menentukan kelarutan dari masing-masing larutan asam oksalat dengan
variasi temperatur yang telah direncanakan. Dari hasil percobaan terhitung
kelarutan asam oksalat berbanding lurus dengan temperatur yakni semakin
tinggi temperatur semakin tinggi kelarutan asam oksalat. Dalam percobaan
juga dihitung besarnya panas pelarutan dimana dapat dilakukan dengan dua
cara yakni melalui persamaan Vant Hoff dan persamaan regresi linier yaitu
dengan metode grafik. Dari perhitungan melalui persamaan Vant Hoff, panas
pelarutan asam oksalat dengan larutan NaOH 0.1763N sebesar +5992.28
J/mol sedangkan dengan persamaan regresi linier +5883.07 J/mol .Untuk
pelarutan asam oksalat dengan larutan NaOH 0.4761N sebesar +4239.96
J/mol sedangakan perhitungan melalui persamaan regresi linier +4164.23
J/mol . Dari kedua perhitungan tersebut dapat disimpulkan bahwa panas
pelarutan asam oksalat bernilai positif, sehingga reaksi pelarutan asam
oksalattersebut termasuk dalam reaksi endoterm.
Kata kunci : Asam Oksalat; Kelarutan; Panas pelarutan; Temperaure
Abstract
The purpose of the experiment is the solubility as a function of temperature
that is to understand the solubility of a substance, the effect of temperature
terdadap solubility of a substance and calculate the differential dissolution
heat of oxalic acid. The method used the volumetric method or methods used
titration where 0.1763N and 0.4761N NaOH solution as titrant and oxalic acid
solution with the temperature variation 40oC, 30oC, 20oC, 10oC as the
solution to be titrated. Obtained from titration volume of NaOH used to
determine the solubility of each solution of oxalic acid with temperature
variation has been planned. From the experimental results calculated solubility
of oxalic acid is proportional to the temperature the higher the temperature
the higher the solubility of oxalic acid. In experiments also calculated the
amount of heat dissolution which can be done in two ways namely through
Van't Hoff equation and the linear regression equation is the graphical method.
Of the Van't Hoff equation calculation through, hot oxalic acid leaching with
NaOH solution 0.1763N of +5992.28 J / mol, while the linear regression
equation +5883.07 J / mol .For oxalic acid leaching with NaOH solution
Pendahuluan
Larutan merupakan suatu campuran yang mempunyai sifat homogen
dimana didalamnya terdiri atas molekul-molekul ataupun ion dari dua zat atau
lebih yang dapat berwujut padatan , cairan maupun gas. Didalam larutan itu
sendiri terdapat zat yang komposisinya lebih banyak daripada zat lain yakni biasa
disebut dengan pelarut (solvent) serta zat yang komposisinya lebih sedikit atau
disebut zat terlarut . Pencampuran kedua zat ini disebut dengan proses pelarutan
dimana didalamnya terdapat tarikan antar partikel murni yang terpecah
kemudian digantikan dengan tarikan antara solute dan solvent. (Atkins, 1994)
Jika unsur dari solute sengaja ditambahkan secara terus menerus kedalam
zat solvent , nantinya unsur yang ditambahkan tidak bisa larut lagi . Sebagai
contoh bila kita melarutkan suatu zat yang wujudnya padatan dalam cairan pada
suatu titik tertentu padatan tersebut tidak akan bisa larut kembali dan
selanjutnya ia akan membentuk suatu endapan . Hal ini dikarenakan jumlah
solute dalam larutan tersebut sudah mencapai titik maksimal . Pada keadan inilah
larutan disebut dalam keadaan jenuh atau tidak dapat larut lagi sehingga muncul
nama sebagai larutan jenuh. (Vogel, 1990)
Pada keadaan jenuh akan terjadi kesetimbangan solute dan solvent .
Didalam kesetimbangan ini, terjadi kecepatan melarut yang sama dengan
kecepatan mengendapnya dimana konsentrasi zat didalam larutan tersebut
selalu tetap. Bila pada keadaan setimbang tersebut diganggu misalnya saja
dengan
menggantikan
temperaturnya
misalnya
dengan
menaikkan
atau
az az
a *z
1
ln s
d ln s dH
dT
RT 2
H
d ln s RT 2 dT
H
C
RT
Perhitungan panas pelarutan ini dihitung dari panas yang diserap dalam1
mol padatan yang dilarutkan dalam larutan jenuh. Biasanya panas pelarutan
berharga (+), sehingga menurut Vant Hoff panas pelarutan ini dapat ditingkatkan
dengan cara menaikkan temperaurnya ( Tim Kimia Fisika,2014)
Metode
Dalam percobaan kelarutan sebagai fungsi temperatur menggunakan
Natrium Hidroksida for syn produksi Merck , Asam oksalat for syn produksi Merck,
Indikator fenolftalein, es batu serta aquades.
Percobaan
kelarutan
sebagai
fungsi
temperatur
bertujuan
untuk
(aq)
Hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan larutan asam oksalat jenuh
yakni dalam penambahan Kristal asam oksalat tidak boleh terlewat jenuh karena
hal
ini
dapat
menyebabkan
terbentuknya
endapan
yang
terlalu
banyak
perbedaan
antara
temperatur
yang
direncanakan
dengan
T
(oC)
40
30
20
10
T
(oC)
40
30
20
10
11
10
8.20
8.45
16.10
7.92
Dari data pada tabel 1 atau titrasi dengan titran Natrium Hidroksida 0.1763
N terlihat bahwa temperatur berbanding lurus dengan volume Natrium Hidroksida
yang digunakan untuk titrasi yakni semakin tinggi maka volume Natrium
Hidroksida yang digunakan untuk titrasi juga semakin besar . Dalam hal ini dapat
disimpulkan bahwa semakin tinggi temperatur yang digunakan maka tumbukan
antar partikel-partikel dalam zat tersebut semakin cepat pula . Hanya saja dalam
tabel terdapat data yang kurang sesuai dengan yang lain yakni pada temperatur
11oC Volume Natrium Hidroksida rata-rata sebesar 7.92 mL . Hal tersebut
dikarenakan pada saat pengambilan data temperatur yang digunakan masih
belum konstan artinya temperatur disini masih dapat berubah . Hal ini terjadi
karena factor dari lingkungan yakni temperatur lingkungan 30 oC sedangkan
temperatur yang direncanakan 10oC . otomatis jika temperatur tersebut
dipengaruhi oleh factor lingkungan maka temperatur rencana awal akan
bertambah sehingga menyebabkan volume Natrium Hidroksida yang digunakan
lebih banyak .
Kemudian untuk data pada tabel 2 atau titrasi dengan menggunakan titran
Natrium Hidroksida 0.476 N terlihat bahwa temperatur juga berbanding lurus
dengan volume Natrium Hidroksida yang digunakan untuk titrasi yakni semakin
tinggi maka volume Natrium Hidroksida yang digunakan untuk titrasi juga
semakin besar sehingga dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi temperatur
yang digunakan maka tumbukan antar partikel-partikel dalam zat tersebut
semakin cepat pula . Kaitannya dengan konsentrasi dari Natrium Hidroksida yakni
semakin tinggi konsentrasi titran , maka semakin sedikit volume Natrium
Hidroksida yang digunakan untuk titrasi .
dari
pengenceran
senyawanya.
Melalui
maka
didapatkan
akan
konsentrasi
dari
konsentrasi
asam
asam
oksalat
oksalat
setelah
sebelum
T
(oC)
40
30
20
10
V NaOH
(mL)
8.89
7.82
7.83
7.92
M H+
setelah pengenceran
-2
M H+
sebelum pengenceran
10 (M)
(M)
7,84
6,89
6,90
6,98
7,84
6,89
6,90
6,98
x 10-1
T nyata
(oC)
41
29
21
11
V NaOH
(mL)
2.98
2.94
2.8
2.52
1,42
1,40
1,33
1,20
1,42
1,40
1,33
1,20
Dari tabel 3 dan 4 dapat digunakan untuk menghitung kelarutan dari asam
oksalat dengan variasi temperatur. Kelarutan asam oksalat dapat didapatkan dari
molaritas zat yang larut. Karena percobaan ini menggunakan prinsip titrasi
asidimetri maka titrat yang berikatan dengan tiran yaitu H +. Reaksi yang terjadi
adalah :
H2C2O4(aq) 2H+ + C2
2s
T
nyata
M H+
setelah pengenceran
-2
s x 10-2
10 (M)
(mol/L)
311
7,84
3,92
304
6,89
3,44
295
6,90
3,45
284
6,98
3,49
(K)
M H+
setelah pengenceran
1,42
1,40
1,33
1,20
(M)
s (mol/L)
0,71
0,70
0,66
0,60
Kelarutan dari suatu zat dalam suatu pelarut adalah banyaknya suatu zat
dapat larut secara maksimum dalam suatu pelarut pada kondisi tertentu yang
dinyatakan dalam satuan mol/ liter. Jadi batas kelarutannya tercapai, maka zat
yang dilarutkan itu dalm batas kesetimbangan, artinya bila zat terlarut ditambah,
maka akan terjadi larutan jenuh, bila zat yang dilarutkan dikurangi akan terjadi
larutan yang belum jenuh.
Dari tabel 5 dan 6 ditunjukkan bahwa kelarutan asam oksalat terhadap
Natrium Hidroksida 0.1763 N maupun kelarutan asam oksalat terhadap Natrium
Hidoksida 0.4761 N yakni semakin tinggi temperatur maka kelarutan zat padat
dalam larutan bertambah . Hal ini sesuai dengan teori yakni kelarutan asam
oksalat mempunyai kesetimbangan yang dinamis, yang manadapat bergeser bila
temperatur dinaikkan ataupun diturunkan . Reaksi kestimbangan asam oksalat
sebagai berikut :
H2C2O4(S)
H2C2O4(aq)
H = + x
didapatkan
panas
pelarutan
rata-rata
asam
oksalat
untuk
Natrium
menentukan panas pelarutan . Harga dari slope itu sendiri yakni nilai dari b ,
dengan R = 8,314 J/mol sehingga nantinya akan didapatkan harga H . Dari
perhitungan dengan menggunakan persamaan Vant Hoff dan metode grafik
maka panas pelarutan dapat dibandingkan. Berikut adalah tabel perhitungan ln s
dan 1/T dari asam oksalat dengan Natrium Hidroksida 0.1763 N
Tabel 5. Data temperatur, 1/T, Kelarutan dan ln s dari asam oksalat dengan
Natrium Hidroksida 0.1763 N
No
1
2
3
4
T (K)
1/T (K-1)
s (mol/L)
ln s
311
304
295
284
0.0032
0.0033
0.0034
0.0035
0.0392
0.0345
0.0344
0.0349
-3.2391
-3.3668
-3.3697
-3.3553
-3.2
-3.25
ln s
-3.3
ln s
f(x) = - 707.61x - 0.99
R = 0.69
Linear (ln s)
-3.35
-3.4
1/T
302
0.003311258
0.069987
294
0.003401361
0.066654
284
0.003521127
0.059989
2.645934926
2.659445768
2.708240219
2.813594067
Grafik 1/T vs ln s
0
0
-0.1
-0.2
ln s -0.3
-0.4
Linear ()
f(x) = - 500.87x + 1.27
R = 0.87
-0.5
-0.6
1/T
Kesimpulan
Dari percobaan kelarutan sebagai fungsi temperatur dapat disimpulkan
bahwa kelarutan solute dalam solvent berbanding lurus dengan kenaikan
temperatur yakni kelarutan zat padat akan naik seiring dengan
kenaikan
Daftar Pustaka
Atkins, PW. 1994. Kimia Fisika. Jakarta: Erlangga
Day, R.A, Underwood, A.L. 2002. Analisis Kimia Kuantitatif. Edisi Kelima. Jakarta:
Erlangga
Mulyono, HAM. 2005. Kamus Kimia. Jakarta:Bumi Aksara
Tim Dosen Kimia Fisik. 2014. Diktat Petunjuk Praktikum Kimia Fisik. Semarang:
Laboratorium Kimia Universitas Negeri Semarang
Vogel. 1990. Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimikro. Jakarta: PT
Kalman