Anda di halaman 1dari 14

Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis Anggrek

Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis Anggrek

I. PENDAHULUAN
Permintaan anggrek cenderung terus meningkat. Anggrek
sangat populer dan biasanya dipergunakan untuk berbagai keperluan
seperti upacara keagamaan, hiasan dan dekorasi ruangan, ucapan
selamat serta untuk ungkapan duka cita. Hongkong, Singapura dan
Amerika Serikat merupakan contoh beberapa negara yang cukup
gencar meminta anggrek yang berasal dari Indonesia karena memiliki
keragaman serta ciri khas tersendiri sebagai bunga tropis. Hal ini
menyebabkan minat masyarakat untuk memelihara tanaman anggrek
dengan tujuan komersial menjadi tinggi, mengingat kondisi pasar di
dalam dan luar negeri yang sangat cerah. Anggrek merupakan
sumber devisa potensial bagi negara di samping dapat menjadi sumber
penghasilan bagi petani dan pendapatan asli daerah.
Perkembangan teknologi memungkinkan untuk menghasilkan
anggrek berwarna-warni, bentuk yang menarik, tahan lama dengan
harga yang relatif terjangkau. Adanya segmen pasar untuk masyarakat
golongan tertentu yang mempunyai selera eksklusif dan fanatik
terhadap jenis bunga tertentu yang belum dapat dihasilkan di dalam
negeri menyebabkan semakin meningkatnya impor anggrek. Di lain
pihak, lembaga penelitian dan nursery dalam negeri telah mampu
mengembangkan varietas-varietas baru yang mempunyai daya saing
kuat dengan produk impor, selain teknologi budidaya yang semakin
dikuasai, menjadikan harga jual anggrek mampu bersaing dengan
produk impor. Dengan kondisi tanah, agroklimat dan sumberdaya
manusia serta dukungan teknologi inovatif dan investasi yang memadai
di Indonesia, akan sangat mendukung pengembangan usaha anggrek.
Berkembangnya usaha anggrek dalam negeri akan mampu
meningkatkan pendapatan petani, memenuhi tuntutan keindahan
lingkungan, menunjang pembangunan industri pariwisata, membuat
kompleks perumahan, perhotelan dan perkantoran bertambah asri.
Pembangunan industri anggrek diharapkan mampu menciptakan
lapangan kerja, menambah devisa, dan membuka peluang tumbuhnya
industri sarana produksi, produk sekunder dan jasa transportasi.

Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis Anggrek

Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis Anggrek

II. KONDISI AGRIBISNIS ANGGREK

Menurunnya luas areal panen, berpengaruh pada turunnya


produksi anggrek secara nasional. Namun demikian, produktivitas
tanaman anggrek untuk menghasilkan bunga mengalami peningkatan,
pada tahun 1989 2,39 tangkai/per tanaman dan tahun 2000
meningkat menjadi 3,43 tangkai per tanaman (Tabel 2).

SAAT INI
A. Usaha Pertanian Primer
1. Luas panen, produksi dan produktivitas
Perkembangan komoditas anggrek dapat dilihat dari luas areal
panen di beberapa propinsi di Indonesia. Dari tahun 1999 sampai
dengan tahun 2001, luas areal panen tanaman anggrek mengalami
penurunan, namun mulai tahun 2002 sampai dengan 2003 kembali
meningkat, diperkirakan tahun 2005 luas areal panen menjadi
1.903.080 m2. Daerah sentra anggrek di Indonesia adalah Jawa Barat,
DKI Jakarta, Jawa Tengah, Jawa Timur dan Bali (Tabel 1). Peta sentra
anggrek disajikan dalam Lampiran 1 dan lampiran 2.
Tabel 1. Luas panen (m2 )tanaman anggrek menurut propinsi
No

Propinsi

1 Sumatra Utara

Tahun
1999

2000

406.832

2001

60.610

2002

2003

105,796

73.023

83.976

2004*
96.170

110.134

2005*
1.174

2 Riau

1.760

733

598

1.099

1.121

1.147

3 Jambi

7.132

5.139

7.988

5.032

4.881

4.726

4.576

4 DKI Jakarta

172.128

126.097

77.765

150.795

295.558

323.961

355.094

5 Jawa Barat

628.945

475.967

346.597

261.284

195.963

146.247

109.144

6 Jawa Tengah

145.035

89.931

82.148

104.603

98.327

91.995

86.070

69.085

73.075

68.847

42.265

37.193

32.406

28.236

128.178

41.935

31.176

25.035

15.522

9.693

6.053

53.022

339.190

464.690

634.621

866.694

7 DI Yogyakarta
8 Jawa Timur
9 Banten
10 Bali

0
124.507

40.988

38.681

106.322

142.471

190.983

256.013

11 Kalimantan Barat

7.041

8.499

15.010

20.056

28.881

41.484

59.588

12 Kalimantan Timur

5.155

12.943

4.279

5.511

7.605

10.468

14.408

13 Sulawesi Utara

4.369

3.505

4.638

2.981

2.743

2.531

2.335

20.530

11.317

4.964

4.000

2.400

1.437

860

1.065

1.065

1.448

1.978

2.701

14 Sulawesi Selatan
15 Gorontalo
Indonesia

1.720.697

950.739

842.574 1.142.261 1.382.780 1.589.848 1.903.080

Sumber : Profil tanaman hias, Direktorat Tanaman Hias, 2004


Keterangan : * proyeksi

Dibandingkan dengan produktivitas anggrek dari negara


tetangga Thailand, rata-rata 10 - 12 tangkai/per tanaman, produktivitas anggrek secara nasional rata-rata hanya dapat mencapai 3 - 4
tangkai per tanaman.
2. Biaya dan penerimaan usahatani
Anggrek dapat dipasarkan dalam bentuk compot, tanaman
individu/tanaman remaja, tanaman dewasa dan bunga potong. Untuk
menghasilkan produk-produk ini diperlukan biaya yang berbeda. Dari
analisa usahatani yang dilakukan untuk luasan 1000 m2, besar biaya
yang dibutuhkan untuk usaha compot setelah ditambahkan dengan
bunga modal adalah sebesar Rp. 137.909.830,-, untuk usaha tanaman
individu/tanaman remaja sebesar Rp 84.537.070,-, untuk usaha
tanaman dewasa sebesar Rp 163.101.242,- dan untuk industri bunga
potong sebesar Rp 162.773.778,-. Pada jenis usaha primer, bila dilihat
dari sisi penerimaan, didapatkan produk anggrek dalam bentuk
tanaman dewasa dalah yang terbesar yaitu sekitar Rp 216.090.000,-,
kemudian diikuti oleh compot (Rp 194.407.500,-), bunga potong (Rp
180.075.000) dan tanaman individu/tanaman remaja (Rp
129.654.000,-). Namun bila dilihat dari R/C ratio yang didapatkan,
pengusahaan tanaman anggrek dalam bentuk tanaman individu dan
remaja lebih menguntungkan dibandingkan produk lainnya, yang
ditunjukkan oleh R/C ratio sebesar 1,53 (Tabel 3). R/C ratio sebesar
1,53 artinya setiap Rp 1,- yang dikeluarkan untuk pengusahaan
anggrek dalam bentuk tanaman individu/remaja diperoleh keuntungan
sebesar Rp 1,53,-. Analisis usaha tani lengkap anggrek Dendrobium
disajikan di Lampiran 3 dan 4.

Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis Anggrek

Tabel 2.

Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis Anggrek

Produktifitas tanaman anggrek di Indonesia, 1989-2005

Tahun

Jumlah
Tanaman

Produksi (tangkai)

1989
1990
1991
1992
1993
1994
1995
2000
2001
2002
2003*
2004*
2005*

6.394.265
7.455.456
4.420.229
4.126.427
3.806.362
4.147.122
3.039.477
950.739
1.205.764
1.257.607
1.364.978
1.481.517
1.608.006

15.250.622
15.474.695
13.846.546
11.714.457
11.129.935
11.576.063
11.614.355
3.260.858
4.450.787
4.995.735
5.835.265
6.815.877
7.961.280

Produktivitas
(tangkai/tanaman)

2,39
2,08
3,13
2,84
2,92
2,79
3,82
3,43
3,69
3,97
4,27
4,60
4,95

Sumber : Direktorat Tanaman Hias, 2004 (diolah)


Keterangan : * : proyeksi

Tabel 3.

Analisis usahatani anggrek dendrobium berdasarkan jenis usaha,


2005 (Rp000).

Jenis usaha

Hulu

Individu/

Benih
Biaya tetap
Biaya tidak tetap
Total biaya
Total biaya + bunga
Penerimaan
Keuntungan
R/C ratio

1.260.000
200.000
1.460.000
1.722.800
2.250.000
527.200
1,31

Compot

tan
remaja

Tan
dewasa

22.622,78 16.806,94 14.634,17


103.900,00 60.750,00 135.000,00
126.522,78 77.556,94 149.634,17
137.909,83 84.537,07 163.101,24
194.407,50 129.654,00 216.090,00
56.497,67 45.116,93 52.988,76
1,41
1,53
1,32

Bunga
potong
9.083,75
140.250,00
149.333,75
162.773,78
180.075,00
17.301,22
1,11

3. Kalender pertanaman
Pertanaman anggrek dapat dilakukan dengan tahapan
sebagai berikut :
a. Protocorm like bodies sampai menjadi plantlet siap keluar dari
botol. Untuk mendapatkan ini waktu yang dibutuhkan 1
tahun.
4

c. Tanaman individu. Untuk mendapatkan compot menjadi


seedling dalam bentuk individu dibutuhkan waktu 6 bulan
d. Tanaman remaja. Untuk mendapatkan seedling dalam
bentuk individu menjadi tanaman remaja dibutuhkan waktu
6 bulan
e. Tanaman dewasa. Untuk mendapatkan tanaman remaja
menjadi dewasa dan Sian berbunga 6 bulan.

Tahun I
stadia tanaman

Tahun II

Tahun III

Tahun IV

6 bulan 6 bulan 6 bulan 6 bulan 6 bulan 6 bulan 6 bulan 6 bulan


ke1
ke2
ke1
ke2
ke1
ke2
ke1
ke2

eksplan-plb
proliferasi plb
plb-plantlet

Primer

Uraian

b. Compot (Community pot). Untuk mendapatkan plantlet


menjadi seedling dalam bentuk compot diperlukan waktu
6 bulan

compot
(aklimatisasi)
tanam individu
Remaja
dewasa/berbunga

dst

Gambar 1. Kalender pertanaman anggrek

B. Usaha Agribisnis Hulu


Pengusaha yang menggunakan benih berkualitas sebagai bahan
baku produksi masih terbatas. Kebanyakan petani/pengusaha kecil
membeli benih hanya sekali, dan kemudian menggunakan benih
tersebut secara terus-menerus tanpa ada upaya memperbaharui.
Penggunaan benih tanpa upaya memperbaharui akan menyebabkan
penurunan kualitas genetik yang drastis (untuk jenis tertentu), bahkan
menurunkan ketahanannya terhadap hama dan penyakit.
Pengusaha bibit anggrek botolan di Indonesia masih terbatas dan
masih banyak dilakukan impor benih botolan, compot atau seedling.
5

Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis Anggrek

Pengusaha benih botolan mampu menghasilkan benih botolan 4000 6000 botol dalam satu tahun yang dihasilkan dari 2 (dua) tanaman
induk. Media yang populer digunakan pengusaha benih adalah media
Vacin and Went dan 1 enkast mampu menghasilkan 100 - 150 botol
dalam sehari dengan faktor kontaminasi 5 - 10 persen. Diperkirakan
harga media per botol Rp. 5000,- dan harga jual benih anggrek
Dendrobium Rp. 25.000,- per botol dan harga benih anggrek
Phalaenopsis berkisar antara Rp. 50.000,- sampai dengan Rp.
100.000,- . Pengusaha benih anggrek botolan di Jawa Timur antara lain
adalah Handoyo Harjo, Royal Orchids, Simanis Orchids, Edward Frans,
Sien Orchids, Suryanto Orchids, Lawang Orchids, dan Indah Orchids.
Pengusaha benih botolan di Jawa Barat adalah PT Melrimba, PT Dafa
Teknolog Mandiri, Rizal, Ayub dan lain-lain.
Persyaratan yang perlu dipertimbangkan dalam
mengembangkan usaha perbenihan adalah (1) lokasi : jarak tempat
produksi dengan pasar, (2) jenis produk : untuk mass production atau
niche products, (3) efisiensi produksi : daya saing ditentukan oleh
efisiensi produksi, (4) nilai produk : nilai ekonomis dari produk.
Permasalahan utama perbenihan tanaman anggrek adalah hama
dan penyakit. Petani/ pengusaha anggrek belum menyadari
sepenuhnya bahwa tanaman anggrek yang ditanam di daerah Jawa
Barat dan DKI Jakarta telah banyak terserang penyakit virus (Muharam
dan Dyah Widiastoety, 1999), oleh karena itu, permasalahan tersebut
perlu mendapatkan perhatian serius dalam permasalahan ini terutama
untuk mendukung pengembangan perbenihan nasional.
Usaha perbenihan anggrek memerlukan biaya yang sangat besar.
Dari analisa usahatani yang dilakukan untuk luasan 200 m2, besar biaya
per 2 tahun yang dibutuhkan untuk usaha perbenihan setelah
ditambahkan dengan bunga modal adalah sebesar Rp. 1.722.800.000,dengan penerimaan sebesar Rp. 2.250.000.000 dan R/C rasio 1,31
(Tabel 3)
C. Pasar dan Harga
Selera konsumen terhadap mutu bunga potong anggrek sangat
spesifik dan berkembang sangat dinamis ke arah yang lebih serasi dan
sempurna dari segi keindahan, warna, ukuran, susunan, daya tahan
6

Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis Anggrek

dan bentuk bunga tersebut. Menurut Widjaya (1994) selera


masyarakat terhadap bunga dipengaruhi dan ditentukan oleh produsen
dan trend luar negeri. Pada tahun 1983 selera konsumen terhadap
anggrek Vanda lebih tinggi (48,92 %) daripada terhadap Aranthera,
James Storie dan Dendrobium. Sedangkan pada tahun 1986 selera
konsumen mulai beralih, kesukaan terhadap Vanda sama dengan
kesukaan terhadap Dendrobium (Soerojo, 1991). Pada saat ini anggrek
yang dominan disukai masyarakat adalah jenis Dendrobium (34 %),
diikuti oleh Oncidium Golden Shower (26 %), Cattleya (20 %) dan
Vanda (17 %) serta anggrek lainnya (3%). Anggrek Dendrobium
banyak digunakan dalam rangkaian karena relatif lebih tahan lama,
warna bunga lebih bervariasi, tersedia cukup banyak, batangnya lentur
sehingga mudah dirangkai dan harganya relatif murah. Cattleya
bunganya berukuran besar dan indah namun kurang tahan dan
harganya relatif lebih mahal. Bunga ini hanya digunakan sebagai
pemanis dalam rangkaian bunga anggrek. Sedangkan Vanda jarang
digunakan dalam rangkaian karena tangkainya agak kaku. Bunga
Vanda banyak digunakan sebagai pemanis gelas minum (restoran) dan
untuk ungkapan dukacita dan lain-lain. Dalam upaya memenuhi
kebutuhan pasar maka para penangkar banyak mengusahakan jenis
anggrek Dendrobium, Cattleya, Phalaenopsis, Cimbidium, Vanda,
Oncidium, Paphiopedilum dan lain-lain.
Pemilihan warna bunga anggrek yang dikonsumsi banyak
dipengaruhi oleh maksud penggunaannya. Pada hari Natal warna
bunga yang disukai didominasi oleh warna putih; pada hari Imlek
disukai warna merah, pink dan ungu; untuk keperluan ulang tahun
banyak digunakan warna lembut, seperti putih, pink, ungu, sedangkan
untuk menyatakan belasungkawa umumnya digunakan warna kuning
dan ungu (Nurmalinda dkk. 1996).
Pasar anggrek saat ini terdiri atas pasar dalam negeri dan pasar
luar negeri. Konsumen pasar dalam negeri terdiri atas: penggemar dan
pecinta anggrek, pedagang keliling tanaman anggrek, pedagang
tanaman anggrek pada kios di tempat-tempat tertentu dalam kota,
perhotelan, perkantoran, gedung-gedung pertemuan, pengusaha
pertamanan, toko bunga, florist, pesta-pesta dan perkawinan. Jenisjenis anggrek yang banyak diminta pasar adalah Vanda Douglas,
7

Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis Anggrek

Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis Anggrek

Dendrobium dan Golden Shower (Tabel 4). Untuk memenuhi


permintaan konsumen anggrek dalam negeri, selain dipenuhi oleh
produksi dalam negeri juga dari produk impor untuk jenis-jenis
tertentu, seperti Phalaenopsis, dan Dendrobium.
Tabel 4.

Jenis dan jumlah (tangkai) anggrek yang banyak dijual di Jakarta

Anggrek
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Vanda Douglas
Dendrobium
Golden Shower
James Storie
Magie Oie
Cattleya

Tahun (tangkai)
1996

1997

9.335.150
2.017.700
763.500
376.500
629.700
8.545

7.501.500
1.812.000
687.200
306.550
456.600
5.498

1998

1999

2000

6.094.875
1.539.500
1.530.000
275.600
268.500
7.370

5.110.625
1.443.750
525.400
287.650
182.900
6.322

6.510.025
1.848.334
627.500
352.644
219.231
9.287

Total
13.131.095
10.769.348
9.715.845
Sumber: Dinas Pertanian dan Kehutanan DKI Jakarta tahun 2001

7.556.647

9.567.021

Harga rata-rata bunga potong anggrek Dendrobium, Golden


Shower, anggrek bulan dan Magie Oei dari tahun 2002 ke tahun 2003
cenderung turun. Namun untuk jenis anggrek lainnya menunjukkan
kecenderungan naik (Tabel 5).
Tabel 5.

Perkembangan harga rata-rata bunga potong anggrek

Jenis Anggrek

2002

2003

D. Ekspor dan Impor


1. Ekspor
Perkembangan industri anggrek di Indonesia pada periode 1997 1999 ketika era krisis ekonomi berlangsung di Indonesia industri
anggrek menurun drastis. Dengan membaiknya kondisi perekonomian
nasional sekitar tahun 2000, industri anggrek mulai menunjukkan
peningkatan aktivitas. Bila dilihat dari perkembangan ekspor, anggrek
yang diekspor Indonesia terdiri
atas tiga macam bentuk yaitu
benih, tanaman dan bunga
potong. Pada tahun 2000 ekspor
anggrek Indonesia mencapai
1,473,722 kg atau senilai
2,340,506 dollar, tahun 2002
meningkat menjadi 2,720,691
kg atau senilai 3,941,929 dollar
(Tabel 6).
Ekspor benih dan tanaman anggrek dilakukan melalui beberapa
bandar udara dan pelabuhan laut. Nilai ekspor tertinggi dari Bandar
Udara Sukarno Hatta, mencapai US $ 167.565, sedangkan nilai ekspor
tanaman mencapai US $ 1.640.688 Ekspor benih dan tanaman
anggrek melalui beberapa bandar udara dan pelabuhan laut dapat
dilihat pada Tabel 7.

HRR

HTT

HRR

HTT

A. Ukuran S

149.718

150.000

139.616

152.143

B. Ukuran M

17.444

175.000

165.946

177.143

200.687

211.845

188.577

202.857

Vanda Douglas**

35.109

55.536

44. 854

62.857

Golden Shower***

77.142

87.750

72.819

87.143

James Storie*

80.354

143.750

114.320

152.500

Volume (kg)

Nilai (US $)

Volume (kg)

Magie Oie*

16.413

19.205

11.496

18.929

2000

1.473.722

2.340.506

91.685

604.555

6.833

9.018

7.474

9.283

2001

1.211 .510

2.439.598

523.981

1.716.958

2..855

3.500

2.583

3.167

2002

2.720.691

3.941.929

169.179

375.050

2003

638.339

1.756.158

72.757

217.613

2004*

702.173

1.808.843

157.155

263.312

2005*

772.390

2.351.496

339.455

318.607

10

116

21

Dendrobium Sp*

C. Ukuran L

Cattleya****
Anggrek Bulan****

Keterangan : HRR : Harga Rata-rata *: per 50 tangkai


HTT : Harga Tertinggi **: per 75 tangkai
***: per 100 tangkai
****: per kuntum

Tabel 6.

Perkembangan volume dan nilai ekpor/impor anggrek 2000-2003


Ekspor

Tahun

Growth (%)

Impor
Nilai (US $)

Sumber: BPS, 2004 (diolah)


Keterangan: * proyeksi

Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis Anggrek

10

18.900
5.600
11.498
3.972
170
74
80
216.610 362.931 84.722
54.709

2.874

90

1.200
22.326
2.874

24.777
16.128

2000
106.970
50.198
140.246
5.000
1999
9.475
58.315
7.366
81.049
15.977
50
80
1998
1997
-

Ekspor Benih

2001

2000
472.129
52.211
51.242
24.412
16.317
14.200
10.363
4.752
4.600
2.975
780
708
494
250
655.433
1999
1.565.008
84.344
4.805
17.235
4.900
49.348
10.485
1.710
464
44.215
13.530
1.270
63.000
18.940
490.962
80
1.679
542
7.858
2.380.375
1998
5.140
5.140
Sumber : WTO, 2002

Pengembangan usaha anggrek di Indonesia belum semaju


negara lain. Negara-negara lain telah mampu mengejar
ketertinggalannya dalam menekuni usaha anggrek. Beberapa negara
seperti RRC, India, Costarica, Brunei, Malaysia, Vietnam, Thailand,
Taiwan, Singapura, Hongkong, Korea Selatan telah menunjukkan
potensi yang memadai untuk mengembangkan anggrek.

1997
5.723
5.235
24.482
35.440

Perkembangan negara tujuan ekspor tanaman anggrek


Indonesia cukup luas, mulai dari 5 negara pada tahun 1997, yaitu
Jepang, Taiwan, Singapura, Hongkong dan Belanda sampai
berkembang menjadi 30 negara. Pada tahun 1998 ekspor tanaman
anggrek ke negara Jepang tidak ada, sedangkan pada tahun 1999
ekspor tanaman anggrek negara Belanda, Amerika Serikat, Kanada,
Jepang, Taiwan, Singapura, Korea Selatan, Italia, RRC, Jerman,
Hongkong, Australia, UK, Swiss, Brunei, Belgia, Perancis, Mali,
Nicaragua, Denmark dan Armenia. Pada tahun 2000 negara tujuan
ekspor hanya ke 17 negara, akan tetapi terdapat lima negara tujuan
ekspor baru, yaitu Pakistan, Malaysia, Nigeria, Mexico dan, Saudi
Arabia. Pada tahun 2001 berkembang ke 22 negara tujuan ekspor
tanaman anggrek. Negara tujuan tambahan adalah negara Austria,
Costarica, dan Spanyol. Secara keseluruhan sampai tahun 2001
terdapat 30 negara tujuan ekspor tanaman anggrek Indonesia. Negara
tujuan ekspor tanaman dan benih anggrek tahun 1997-2001 disajikan
pada Tabel 8.

1. Belanda
2. Singapura
3. Hongkong
4. Amerika
5. Italia
6. Korsel
7. Jerman
8. Inggris
9. Kanada
10. Taiwan
11. Mexico
12. Jepang
13. Armenia
14. China
15. Australia
16. Brunei
17. Denmark
18. Perancis
19. Mali
20. Nikaragua
21. Pakistan
22. Kanada
23. Nigeria
24. Malaysia
25. Belgia
26. Swiss
Total

Sumber : WTO, 2002

Ekspor Tanaman

Flower
Net
Value
Weight
US $
11.463
90.145
21.453
270.216
32.916
36.0361

Negara Tujuan
Ekspor

1. Batu Ampar (Riau)


2. Se kupang (Batam)
3. Kabil/Panau (
4. Tanjung Priok (Jkt)
5. Sukarno Hatta Jkt)
6. Tanjung Emas (Smrg)
7. Juanda (Surabaya)
8. Tanjung Perak (Sbya)
9. Ngurah Rai (Bali)
10. Ujung Pandang
11. Polonia (Medan)
12. Sepinggan (Kaltim)
Total

Seedling
Plant
Net Weight
Value
Net Weight
Value
US $
US $
15.511
16.111
3.690
2.173
14.565
11.211
53.235
33.093
547
295
6.666
1.000
419.099
113.772
86.751
167.565
107.108 1.640.688
76.176
9.435
345
3.193
1.143
17.838
27.000
65.000
37
434
140
8.800
19.278
7.366
2.431
16.768
140
490.982
219.876
216.610
613.986 2.389.114

Negara tujuan ekspor tanaman dan benih anggrek tahun 1997-2001 (US $-cif)

Port of Origin for Export

2001

Ekspor anggrek melalui bandara dan pelabuhan laut (1999)

Tabel 8.

Tabel 7.

Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis Anggrek

11

Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis Anggrek

Negara tujuan ekspor bunga potong anggrek pada tahun 2001


adalah 19 negara dengan 6 negara yang memiliki nilai ekspor terbesar,
yaitu negara Jepang (US $ 377 ribu), Singapura (US $ 292 ribu),
Amerika Serikat (US $213 ribu), Korea Selatan (US $ 19 ribu) dan
Belanda US $ 46 ribu). Negara tujuan ekspor bunga potong Indonesia
telah mencapai 30 negara, dimulai ke lima negara pada tahun 1997,
yaitu Jepang, Singapura, Hongkong, Belanda dan Taiwan. Tahun 1998
ekspor bunga anggrek hanya dilakukan ke negara Singapura, Belanda
dan Brunei. Pada tahun 1999 mulai berkembangnya penjualan ekspor
bunga potong anggrek hingga mencapai 19 negara tujuan, tambahan
negara tujuan ekspor tahun 1999 adalah Amerika Serikat, Korea
Selatan, Taiwan, Uni Emirat Arab, Australia, RRC, Saudi Arabia,
Srilangka, Kuwait, Bahrain, Fiji dan Italia. Tahun 2000 bertambah lagi
negara tujuan ekspor Indonesia, yaitu Kamboja, Senegal, Kanada,
Swiss dan Norwegia. Berbagai negara tujuan ekspor bunga potong
anggrek disajikan pada Tabel 9.
Negara-negara pengekspor bunga potong anggrek yang menjadi
pesaing Indonesia adalah Thailand, Taiwan, Belanda, Colombia, Afrika
Selatan, Cina, Singapura, Malaysia, Vietnam, India, Mali, Australia, New
Zealand, Albania dan Rusia. Salah satu tujuan ekspor anggrek dari
Thailand adalah ke Negara-negara Eropa, seperti ke Italy (51%
kebutuhan dalam negeri), ke Belanda (47% kebutuhan dalam negeri),
ke Inggris (18% kebutuhan dalam negeri) dan ke Jerman (12%
kebutuhan dalam negeri). Sedangkan Belanda yang merupakan
Negara eksportir utama di Eropa mengisi sebagian besar pasar
anggrek di negara Jerman (87% kebutuhan dalam negeri), Inggris
(72% kebutuhan dalam negeri), Italy (45% kebutuhan dalam negeri)
dan Belgia (3% kebutuhan dalam negeri).
Di Belanda rata-rata harga anggrek Phalaenopsis dalam pot yang
berdiameter 13 cm dengan memiliki 2 (dua) cabang bunga per
tanaman dapat mencapai EUR 4.54. Harga produksi rata-rata untuk
tanaman tersebut mencapai EUR 2.70. Harga benih secara resmi tidak
tercatat, sehingga sulit memperoleh informasi yang dapat dipercaya.
Sedangkan harga anggrek di negara tetangga (Malaysia) dalam bentuk
botolan berkisar antara 60 - 150 RM, anggrek meriklon 300 RM,
tanaman anggrek berbunga berkisar antara 45 - 60 RM. Anggrek yang
12

Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis Anggrek

memiliki keunggulan khusus dapat mencapai harga sampai 10.000 RM


seperti Phalaenopsis ungu hitam. Harga bunga potong anggrek dapat
mencapai 2 RM per tangkai, bila dijual dalam kotak khusus sebagai gift
yang berisi 8 tangkai harganya dapat mencapai 27 RM per kotak.
2. Impor
Impor komoditas pertanian sejak 5 tahun terakhir meningkat
terus, impor komoditas pertanian bernilai sekitar 3.638 juta dolar AS,
yang terdiri atas 68,1 persennya komoditas pangan dan hortikultura,
23,7 persen hasil perkebunan, 4 persen hasil peternakan dan 0,1
persen komoditas perikanan. Dari total impor komoditas tanaman
pangan dan hortikultura tersebut, sekitar 40 persen (senilai 1.042,2
juta dolar AS) dibayarkan kepada negara-negara di kelompok NAFTA
(North America Free Trade Area), 11 persen (senilai 2.478,6 juta dolar
AS) kepada negara-negara di kelompok Asean, 1 persen (10,9 juta
dolar) kepada negara-negara MEE dan selebihnya dibayarkan ke
berbagai negara lain. Di negara Asean impor dari Thailand menduduki
tempat terbesar senilai 251,8 juta dolar, hampir mencapai 15 persen
dari total nilai impor komoditas pertanian nasional.
Impor bunga potong juga meningkat pada periode tahun
tersebut. Pada tahun 2001 terjadi lonjakan impor bunga potong
anggrek dengan volume 523,981 kg senilai 1,716,958 US dollar (Tabel
6). Hal ini disebabkan karena adanya event Internasional yaitu East
Java Orchid Show, di Purwodadi, Pasuruan, sehingga banyak
didatangkan anggrek-anggrek dari luar negeri ke Indonesia. Persaingan
ketat menyebabkan harga bunga potong anggrek yang dihasilkan
petani menjadi sangat rendah yang menyebabkan usahatani anggrek
menjadi semakin terpuruk. Negara-negara pengekspor bunga potong
anggrek yang menjadi pesaing Indonesia adalah Taiwan, Cina,
Singapura, Malaysia, Vietnam, India, Mali, Australia, New Zealand,
Belanda, Albania dan Rusia.

13

Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis Anggrek

Tabel 9.

Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis Anggrek

Negara tujuan ekspor bunga potong anggrek 1997 - 2001 (US $ - cif)

Negara Tujuan Ekspor


1. Belanda
2. Singapura
3. Hongkong
4. Amerika
5. Italia
6. Korsel
7. Un. Em. Arab
8. Inggris
9. Kanada
10. Taiwan
11. Kamboja
12. Jepang
13. Saudi Arabia
14. China
15. Australia
16. Brunei
17. Swiss
18. Kuwait
19. Seneg al
20. Malaysia
21. Bahrain
22. Norwegia
23. Fiji
24. Srilangka
25. Soviet lama
26. India
Total

1997
7.037
151.546
95.112
-

260
-

15.183
-

269.138

Ekspor Bunga Potong Tahun


1998
1999
2000
220
63.85.2
39.279
1449
1.923.870
666.900
10.595
167.489
16.229
55488
330
16.857
21649
9.682
534
13.032
4.052
9.360
11.135
1.807
885
294.169
560.735
8.688
712
1.757
18.156
5.713
101.523
37
8.999
34.147
-

35.990
-

37.696

6.174

11

2.541

4.219
-

72
-

6.852
23.507
-

2.447.710

1.683.324

2001
46.490
292.672
2.687
213.247
19.385
10.833
9.578
13.406
377.203
925
3.312
5.875
3.098
4.599
1.201.882

Sumber : WTO, 2002

Impor benih dan tanaman anggrek yang dilakukan Indonesia


pada tahun 2001 (US $ 423.351) lebih kecil dibandingkan impor pada
tahun 1997 (US $ 525.709), akan tetapi lebih tinggi dari tahun
berikutnya. Negara asal impor benih dan tanaman anggrek yang
terbesar adalah Taiwan. Trend impor dari Taiwan menunjukkan
persentase lebih dari empat belas persen (14,42%), dalam kurun
waktu lima tahun (1997-2001), berjumlah US $ 415.143, yang
tertinggi terjadi pada tahun 2001 sebesar US $ 204.463. Negara asal
impor kedua adalah Thailand dengan nilai US $ 332.875 dalam kurun
waktu lima tahun. Trend impor dari Thailand menunjukkan persentase
hampir 30 persen (29,16%). Sedangkan impor dari negeri Belanda
menunjukkan penurunan sejak tahun 1997, trend impor dari Belanda
menunjukkan angka minus hampir 33% sejak tahun 1997 sampai
tahun 2001 (-32,6%). Impor yang terkecil dilakukan dari negara
Swedia (US $ 120) pada tahun 1997 (Tabel 10).

14

Tabel 10.

Negara asal impor benih dan tanaman anggrek tahun


1997-2001 (US $ - cif)

Negara Asal Impor


1. Taiwan
2. Thailand
3. Belanda
4. Argentina
5. Australia
6. China
7. Jepang
8. Perancis
9. Amerika Serikat
10. Selandia Baru
11. Malaysia
12. Afrika Selatan
13. Asia Barat
14. Jerman
15. Inggris
16. Hongkong
17. Spanyol
18. Swedia
19. Belgia
20. Singapura
21. India
22. Polandia
23. Ekuador
24. Vietnam
Total

Total

Tahun

1997
91.017
70.107
188.323

1998
75.534
21.608
14.902

1999
54.473
29.675
2.998

2000
57.547
82.489
19.318

7.505
58.816
12.877

46.334
83.952

4.270

4.922
24.853
6.745

34.553
-

4.846
-

1.133
-

11.182
120
920
39.758
-

3.922
-

525.079

74.732
-

1.447
-

318.509

2.507

17.904

781

5.392

651

2.556

1.254

493

119.163
5.144

97.663

667
-

360
340.409

2001
204.463
128.996
23.005
17.009
15.140
10.500
8.824
8.284
3.363
1.155
831
741
577
289
174
-

423.351

Trend
%
415.143
14,42
332.875
29,16
248.546
-32,60
17.009
78.171
- 8,04
178.121
28.446
8.284
57.327
1.155
11.850
741
1.228
3.980
1.428
74.732
11.849
120
920
159.406
5.144
3.922
1.447
360
1.705.011

Sumber : WTO, 2002

E. Infrastruktur
Tanaman anggrek akan
tumbuh baik bila kebutuhan airnya
tercukupi. Frekuensi dan jumlah air
yang diberikan pada tanaman
anggrek tergantung pada jenis,
ukuran tanaman dan keadaan
lingkungan pertanaman. Sistem
penyiraman pada anggrek yang
masih kecil (compot dan tanaman
individu yang masih kecil)
dilakukan dengan pengkabutan
(mist) menggunakan sprayer,
sedangkan untuk tanaman remaja
dilakukan dengan penyiraman
menggunakan selang. Selain itu,
15

Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis Anggrek

untuk mengatasi kelembaban yang sangat rendah pada siang hari


diatasi dengan system pengkabutan (mist) disekitar tempat
pertanaman dengan bantuan sprayer. Sistem irigasi terutama untuk
pengkabutan dibuat sendiri oleh petani di lokasi pertanaman anggrek.
Di bidang transportasi, untuk menunjang kelancaran
pangangkutan komoditas anggrek dari produsen ke pasar konsumen
tidak menjadi masalah, untuk jarak dekat, pengangkutan dilakukan
dengan menggunakan sepeda motor, sedangkan untuk pengangkutan
jarak jauh menggunakan kereta api, kapal laut atau pesawat terbang.
Prasarana jalan juga tidak menjadi hambatan dalam pengangkutan
bunga anggrek ke tempat-tempat pemasaran. Namun demikian dalam
rangka pengembangan kawasan agribisnis anggrek, diperlukan
pengadaan dan perbaikan sarana dan prasarana transportasi yang lebih
baik. Untuk ekspor impor komoditas tanaman hias khususnya bunga
potong anggrek memerlukan fasilitas ruang pendingin, namun
demikian fasilitas tersebut masih terbatas.

Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis Anggrek

Selain itu rendahnya daya saing produk florikultura Indonesia di


pasaran dunia termasuk anggrek dipengaruhi juga oleh belum adanya
kebijakan pemerintah dalam bidang transportasi udara. Tidak
tersedianya fasilitas cargo pada maskapai penerbangan Garuda
menyebabkan biaya angkut produk florikultura dikenakan tarif
komersial, yang berimplikasi pada tingginya harga produk florikultura di
pasaran dunia.
Di bidang investasi belum adanya dukungan kebijakan
pemerintah dalam impor peralatan laboratorium untuk memproduksi
benih secara in-vitro berimplikasi terhadap tingginya biaya investasi
benih.

Di bidang komunikasi, untuk pe-ngembangan jejaring dan


jaringan kerja pada saat ini sudah cukup memadai. Penggunaan jasa
tele-komunikasi (fax, telepon, e-mail, dsb.) sudah sampai ke tingkat
kecamatan. Akan tetapi pada lokasi-lokasi tertentu sering kali
mengalami kendala yang disebabkan kurang berfungsinya fasilitas
komunikasi tersebut dengan alasan teknis.
F. Kebijakan Harga, Perdagangan dan Investasi
Kebijakan pemerintah untuk perdagangan dan investasi di bidang
tanaman hias belum banyak membantu pelaku usaha dalam
pengembangan agribisnis tanaman hias. Kebijakan penurunan tarif
impor produk hortikultura menjadi 5% dan benih sebesar 0%
menyebabkan produk anggrek kalah bersaing dengan produsen dari
Negara-negara lain. Demikian juga dengan naiknya jasa karantina lebih
dari 100% pertanaman dan sulitnya pengurusan ijin budidaya dan
perdagangan/ekspor anggrek (CITES). Sulitnya pengurusan ijin
budidaya dan perdagangan/ekspor anggrek (CITES), semakin menambah surutnya semangat produsen melakukan ekspor komoditas
florikultura umumnya dan anggrek khususnya.

16

17

Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis Anggrek

Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis Anggrek

III. PROSPEK, POTENSI DAN ARAH


PENGEMBANGAN
A. Prospek Pasar
Pada lima tahun terakhir telah terjadi fluktuasi ekonomi di
Indonesia, yang menyebabkan terjadinya gejolak volume kebutuhan
anggrek yang berbentuk tanaman maupun bunga potong (Tabel 11).
Namun omzet penjualan meningkat karena harga anggrek naik sejalan
dengan naiknya nilai tukar dolar.
Tabel 11.

Tahun
1997
1998
1999
2000
2001
Sumber

Volume kebutuhan dan nilai jumlah penjualan tanaman


dan bunga potong anggrek

Volume Kebutuhan
Tanaman
Bunga Potong
10.769.348
71.652
9.715.845
72.041
7.566.547
83.017
9.567.647
188.454
7.362.369
: Dinas Pertanian dan Kehutanan DKI

Jumlah Penjualan
Tanaman
Bunga Potong
4.389.160.266
1.368.523.000
3.470.897.290
1.447.657.500
4.055.830.681
1.774.307.000
5.639.757.026
4.934.800.000
8.160.569.242

Sejalan dengan globalisasi ekonomi, maka usaha peningkatan


dan penganekaragaman produk anggrek menjadi sangat penting,
karena akan mempermudah perluasan pasar dengan meningkatnya
kemampuan bersaing di pasar dalam dan luar negeri. Apabila tidak
mampu melakukan hal tersebut, maka di dalam negeripun komoditas
anggrek tidak akan mampu bersaing dengan produk yang masuk.
Permintaan anggrek luar negeri sampai tahun 2002 mencapai
2.720.691 kg dengan nilai US$ 1.756.158. Anggrek tersebut diekspor
dalam bentuk bibit (botolan, compot dan individu), tanaman berbunga
dan bunga potong. Tahun 2003 tujuan ekspor bibit ke negara Jepang,
Hongkong, Taiwan, Singapore, Malaysia, Vietnam, Kenya, Amerika,
Canada, United Kongdom, Belanda, Perancis, Denmark, Italy, dan
Republik Cheko dengan volume 108.556 kg dan nilai US $ 67.000.
Ekspor bunga potong Aranda, Cattleya, dan tanaman pot berbunga
Phalaenopsis adalah
Denmark, Jepang, Taiwan, dan Thailand,
Singapore, Banglades, Amerika, Canada, dan Belanda dengan volume
masing-masing 175 kg dan nilai US $ 1.081; 253.426 kg senilai US $
18

66.320; dan 57.747 kg senilai US $ 588.687. Selain itu anggrek juga


diekspor ke negaara Jepang, Hongkong, Republik Korea, Taiwan, China,
Singapore, Malaysia, Brunei Darussalam, Saudi Arabia, Afrika Selatan,
Amerika, Canada, United Kingdom, Belanda, Perancis, Jerman, dan
Swiss dengan volume 291.440 kg dan nilai US $ 987.894. Upaya
peningkatan ekspor bunga potong maupun pot berbunga dilakukan
mulai dari perbaikan varietas, penanganan pascapanen, dan kebijakan
pemerintah menyangkut kemudahan cargo dan transportasi udara,
kemudahan ekspor (tarif dan pengurusan dokumen), pembebasan bea
masuk untuk bahan plastic dan kimia, dan penyediaan ruangan dingin
di bandara.
Impor bibit, bunga potong Dendrobium dan Vanda, tanaman pot
berbunga Cattleya, serta anggrek lainnya terutama dari Jepang,
Taiwan, Thailand, Singapore, Philipine, Malaysia, India, Amerika,
Belanda, Australia, Perancis, dan Spanyol. Volume impor bibit sebesar
53.678 kg dengan nilai US $ 187.801; bunga Dendrobium dengan
volume 2.586 kg dan nilai US $ 2.412; Vanda 1.078 kg dan nilai US $
1.005; Cattleya dengan volume 258 kg dan nilai US $ 241; dan
Phalaenopsis dengan volume 372 kg bernilai US $ 1.758, sedangkan
anggrek lainnya sebesar 45.969 kg dengan nilai US $ 33.665.
B. Pohon Industri dan Bidang Usaha
Usaha anggrek harus berorientasi pasar. Khusus usaha produk
bunga potong dan bunga pot, permintaan yang terbentuk dari selera
konsumen sangat menentukan laku tidaknya produk yang ditawarkan.
Pengusaha, petani produsen bunga potong dan pot maupun bibit
anggrek harus mengikuti perkembangan pasar terbuka dengan
mencari terobosan-terobosan dalam penawaran ke luar negeri diikuti
dengan peningkatan produksi, pembinaan peningkatan kualitas dan
profesionalisme pengusaha, petani produsen anggrek. Kelengkapan
fasilitas pengembangan peranggrekan seperti laboratorium
perbenihan, green house dan sarana-sarana penunjang lainnya mulai
dari pengadaan benih sampai pasca panen merupakan prasyarat
dalam bisnis peranggrekan. Yang tidak kalah pentingnya adalah
pemilihan varietas unggul baik pada bidang usaha perbenihan sampai
dengan produk akhir bunga potong dan pot. Bagan alur industri
anggrek disajikan pada Gambar 2.
19

Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis Anggrek

Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis Anggrek

20

Rata-rata produktivitas komoditas tanaman hias sampai saat ini


masih tergolong rendah bila dibandingkan potensinya. Bila potensi
genetik dari komoditas tanaman hias dapat dicapai, maka peningkatan
produksi secara perhitungan dapat mencapai 2-3 kali lipat produksi
yang dicapai saat ini. Dari proyeksi produksi tahun 2010, produktivitas
anggrek diharapkan mencapai 8-10 tangkai per tanaman (Tabel 12 ).

Teknologi
Perlakuan Segar
o Teknologi
pemanenan
o Sortasi/grading
o Pra pendinginan
o Larutan pengawet
(holding&pulsing
solution)
o Pengemasan*
o Transportasi*
o Penyimpanan*
Sarana dan
prasarana:
o ruang pendingin

Tabel 12.

Gambar 2 : Pohon industri anggrek

Teknologi pasca panen


o Kriteria tanaman pot
bermutu & tahan lama
di wismasari (indoors)
o Transportasi
o Teknik memperpanjang
o umur peragaan di
dalam ruangan
(ambient & AC)
o Teknik pemeliharaan
keragaan di pengecer &
di konsumen
Sarana dan prasarana
o naungan (paranet) utk
rumah sere
o rak
o springkle
o pengatur kelembaban
Pengadaan/penggunaan
bibit unggul
Teknologi budidaya:
o pemilihan media
tumbuh (jenis media)
o pemupukan (jenis
pupuk)
o pengendalian hama &
penyakit (pestisida)
Sarana dan prasarana
o naungan (paranet) utk
rumah sere
o rak
o springkle
o pengatur kelembaban
- Pengadaan
laboratorium
perbenihan
- Pemilihan pohon
induk anggrek hasil
hibridisasi (varietas
unggul)
- Jenis anggrek
(bunga potong, pot
plant)

Pot plant
Compot/seedling/
remaja
Plantlet

ANGGREK

Bunga
Potong

C. Potensi Pengembangan

Target produktivitas anggrek sampai tahun 2010


(tangkai per tanaman)

Tahun

Produktivitas

2005
2006
2007
2008
2009
2010

4
5
6
7
8
10

Tingkat pertumbuhan
(%)
25
20
17
14
25

Keterangan
Rata -rata tangkai
pertanaman = 4
tangkai (2005)

Peningkatan produktivitas memerlukan sumber genetik teruji


sebagai bahan untuk perakitan varietas unggul baru secara terus
menerus. Untuk komoditas tanaman hias, sasaran pertumbuhan
produksi selain untuk keperluan dalam negeri juga untuk ekspor. Untuk
itu kualitas hasil sangat menentukan keberhasilan persaingan dalam
era globalisasi.
Usaha mempercepat dalam menghasilkan varietas baru dan
mempercepat perbanyakannya juga dilakukan dengan metode non
konvensional melalui bioteknologi. Melalui bioteknologi/transfer gen,
dapat mempercepat perolehan varietas baru tahan hama tanpa
mengubah kualitas dan meningkatkan variasi morfologi tanaman hias.
Peningkatan morfologi pada tanaman hias sangat perlu karena
preferensi konsumen terhadap komoditas tanaman hias sangat
dinamis seperti halnya mode pakaian.
Penelitian sumberdaya genetik tanaman hias terhadap sifat-sifat
ketahanan atau toleransi terhadap hama dan penyakit serta kualitas
hasil akan sangat mendukung perakitan varietas-varietas unggul baru
di masa mendatang. Penggunaan benih baik (genetik, fisik, dan
fisiologi) dan sehat merupakan langkah awal keberhasilan pertanaman.
21

Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis Anggrek

Untuk menghasilkan benih baik dan sehat perlu adanya spesialisasi


pekerjaan yaitu oleh penangkar benih.
Pemanfaatan sumberdaya alam (lahan) dan teknologi efisien,
dapat dicapai dengan mengatur pola tanam yang tepat. Dengan cara
demikian, penggunaan lahan lebih efisien, pendapatan petani
meningkat dan serangan hama/penyakit juga berkurang.
Berdasarkan arahan dari Pusat penelitian Tanah dan Agroklimat
yang sesuai dengan syarat tumbuh komoditas maka ditentukan areal
pertumbuhan komoditas anggrek di Sumatera Utara 20 ha, DKI Jakarta
51,8 ha, Jawa Barat 60 ha, Jawa Timur 100 ha, Kalimantan Timur 51,7
ha, Sulawesi Selatan 3,6 ha, dan Papua 99,4 ha. Walaupun areal
pengembangan hanya di delapan propinsi, bukan berarti penanaman
anggrek di luar propinsi tersebut tidak bisa dilakukan, karena syarat
tumbuh komoditas anggrek berbeda dengan syarat pertumbuhan
tanaman lainnya.
Dengan pengaturan agroklimat yang sesuai,
anggrek dapat ditanam dalam kondisi lahan apapun, karena anggrek
tidak memerlukan media tumbuh tanah. Hal yang perlu diperhatikan
dalam pengembangan usaha anggrek terutama adalah kualitas dan pH
air.
Dalam upaya mencapai industri pengembangan
anggrek yang diinginkan,
berbagai tahapan strategis
perlu di susun. Kegiatan
yang dilakukan mulai dari
penyusunan paket teknologi dan SOP, GAP, standarisasi; sosialisasi dan bimbingan SPO dan GAP; bimbingan manajemen mutu
dan pasca panen; pengembangan kawasan sentra; kelembagaan usaha dan kemitraan;
peningkatan SDM sampai regulasi investasi dan promosi. Kegiatankegiatan tersebut mulai dari tahun 2005 sampai tahun 2010 (Tabel 13).

22

Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis Anggrek

Tabel 13.

Tahapan pengembangan anggrek periode 2005 - 2010


URAIAN KEGIATAN

Penyusunan
Sosialisasi
Bimbingan
TAHUN paket teknologi
dan
manajemen
dan SOP, GAP,
bimbingan
mutu dan
standarisasi
SPO dan GAP pasca panen
2005
2006
2007
2008
2009
2010

X
X
X

X
X

X
X
X
X
X
X

Pengembangan
kawasan
sentra

X
X
X
X

Kelembagaan Peningkatan Regulasi,


usaha dan
SDM
investasi,
kemitraan
promosi

X
X
X
X

X
X
X

X
X
X
X
X

D. Arah Pengembangan
1. Paket teknologi dan standarisasi
Dalam upaya pengembangan industri anggrek yang berdaya
saing dibutuhkan dukungan teknologi dan infrastruktur yang memadai.
Komponen teknologi yang dibutuhkan adalah varietas unggul yang
dirakit di dalam negeri menggunakan sumberdaya genetik nasional.
Teknologi lainnya yang diperlukan adalah media tanam, teknologi
pemupukan, perbenihan, pengendalian OPT dan pengelolaan rumah
kaca.
Komponen teknologi tersebut dirakit menjadi teknologi
pengelolaan tanaman terpadu yang akan digunakan dalam
pelaksanaan program pengembangan tanaman anggrek.
Di dalam kegiatan ini akan dilakukan penerapan SPO dan GAP
dalam skala pilot di tujuh sentra produksi. Kegiatan dilakukan di lahan
petani dengan melibatkan kelompok tani. Selama penerapan SPO para
petani mendapat pendampingan tenaga ahli dengan mengacu pada
panduan yang telah disediakan.
Berbicara tentang perdagangan internasional dewasa ini,
tentunya tidak bisa terlepas dari adanya suatu standarisasi terhadap
komoditas yang diperdagangkan. Anggrek sebagai salah satu
komoditas non migas diperdagangkan dalam bentuk hasil tanaman
(bunga potong) maupun berupa tanaman hidup (live plant / bibit).
Pada perdagangan internasional anggrek, baik dalam bentuk
tanaman maupun bunga potong, sebenarnya tidak ada aturan baku
23

Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis Anggrek

Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis Anggrek

mengenai standar mutu yang harus dipenuhi. Standar mutu yang


harus dipenuhi lebih tergantung pada importir dari negara tujuan
ekspor. Negara-negara tujuan ekspor memberikan syarat bahwa
komoditas anggrek harus bebas dari OPT (Organisme Pengganggu
Tanaman) baik berupa hama, penyakit, maupun gulma. Sedangkan
pihak importir menghendaki suatu standar mutu/grade tertentu lebih
dikaitkan dengan masalah harga.

b. Tanaman pot anggrek bulan (Phalaenopsis)


Ekspor tanaman pot mulai dari ukuran pot 1,5 inch; 2,5 inch; 3,5
inch. Negara tujuan ekspor tanaman pot adalah Belanda, Korea,
Jepang dan Singapura.
Adapun kriteria mutu tanaman pot yang diminta Negara tujuan
ekspor adalah sebagai berikut:

Standar mutu komoditas anggrek yang diperdagangkan sesuai


dengan permintaan negara tujuan ekspor berdasarkan pengalaman PT.
Bintang Delapan Hortikultura selama ini adalah sebagai berikut :

a. Diameter daun : diukur dari ujung-ujung daun paling atas,


tidak termasuk tunas
10 - 12 cm untuk ukuran pot 1,5
16 - 18 cm untuk ukuran pot 2,5
25 - 30 cm untuk ukuran pot 3,5

a. Bunga potong (Cut Flower) oncidium


Negara tujuan bunga potong anggrek Oncidium adalah Jepang
dan Singapura. Kriteria bunga potong anggrek Oncidium seperti yang
tertera pada Tabel 14 berikut:

b. Jumlah daun
3 untuk ukuran pot 1,5
3,5 untuk ukuran pot 2,5 (1,5 adalah tunas daun aktif)
4 untuk ukuran pot 3,5 batang + 2 cm

Tabel 14.Kriteria bunga potong Oncidium terdapat 3 macam kriteria/grade

c. Perakaran sehat

Grade
4L
3L
2L

Panjang Stem a/b

Jumlah Percabangan

50/45 cm
45/40 cm
40/35 cm

8+
5-7
3-4

Keterangan :
a.Panjang dari percabangan terbawah sampai ujung atas stem;
b.Panjang dari ujung bawah stem utama sampai percabangan terbawah.

Adapun persyaratan yang diminta negara tujuan ekspor adalah


sebagai berikut :
a. Diameter stem + 5 mm, harus lurus;
b. Percabangan membentuk sudut + 40o terhadap stem utama,
panjang cabang terbawah minimal 20 cm;
c. Tiap percabangan minimal terdapat sisa 4 kuntum/ buds
yang siap mekar;
d. Tiap percabangan minimal terdapat 2 bunga yang sudah
mekar;
e. Bunga tidak layu/ rontok;
f. Bebas OPT.
24

d. Bentuk tanaman proporsional, daun tegak/ tidak lemas


e. Bebas OPT
2. Pengembangan sentra produksi
Pengembangan sentra produksi membutuhkan dukungan
kegiatan yang mencakup penetapan komoditas unggulan, latihan
teknis dan manajerial, sistem informasi manajemen, penguatan
kelembagaan usaha, penyediaan modal investasi dan regulasi yang
kondusif. Pengembangan sentra produksi diawali dengan inisiasi model
pengembangan inovasi agribisnis skala pilot dalam bentuk kegiatan
MODEL FARM di tujuh kabupaten sentra produksi anggrek. Skala pilot
model inovasi anggrek selanjutnya dikembangkan menjadi skala aktual
agribisnis.
Pada tahap ketiga dari kerangka roadmap pengembangan
anggrek adalah tersedianya produk dengan kualitas dan kuantitas
sesuai preferensi pasar. Produk bermutu dengan kuantitas sesuai
preferensi pasar sangat terkait dengan ketersediaan luasan area tanam
dan standar mutu berbasis SNI (Lampiran 8). Di samping itu
diperlukan pula teknologi pasca panen untuk mendapatkan nilai
25

Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis Anggrek

Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis Anggrek

tambah yang bermanfaat bagi peningkatan kesejahteraan petani. Di


sisi lain jenis dan kualitas anggrek yang dihasilkan selayaknya
ditentukan oleh informasi market intelligent dan preferensi konsumen.

IV. TUJUAN DAN SASARAN

Dalam rangka mendorong investasi di bidang anggrek, sangat


diperlukan pemberian insentif kepada para investor yang bersedia
terlibat langsung di dalam pembangunan industri anggrek nasional.
Insentif dapat berupa kemudahan perizinan, pemberian kuota
perdagangan, kemudahan akses informasi, penurunan tarif impor,
pemberian bantuan, bimbingan teknis dan lainnya.

Pengembangan tanaman anggrek diarahkan untuk mendukung


berkembangnya sistem dan usaha agribisnis tanaman anggrek yang
berdaya saing, berkelanjutan, mendatangkan devisa dan pertumbuhan
ekonomi Nasional serta meningkatkan kesejahteraan pelaku usaha.

Kebijakan impor dan ekspor perlu dibangun dalam upaya


meningkatkan devisa negara yang sangat diperlukan bagi
pembangunan perekonomian nasional. Kebijakan impor dan ekspor
biasanya dilakukan melalui penurunan tarif yang diarahkan pada
peningkatan dan pemberdayaan kegiatan dan potensi di dalam negeri.
Dengan demikian pada masa mendatang diharapkan terjadi
kemandirian yang berkelanjutan di bidang pengembangan anggrek
nasional.
Pengembangan industri anggrek yang berdaya saing perlu
didukung oleh sistem informasi yang handal. Sistem informasi sangat
berguna dalam penentuan (1) perencanaan kebutuhan perbenihan
secara nasional, (2) penetapan strategi pemasaran, (3) pemetaan
sentra produksi, (4) sarana komunikasi antar pelaku bisnis, (5)
perwilayahan spesifik komoditas, (6) pemetaan negara kompetitor, (8)
evaluasi kinerja peranggrekan masa lampau.
Dalam rangka mendukung pengembangan industri anggrek
berdaya saing dibutuhkan sumberdaya manusia yang terampil. Hal ini
dapat dimaklumi mengingat SDM menentukan mutu kinerja
manajemen peranggrekan nasional ke depan. Dengan SDM terampil,
perencanaan organisasi, pelaksanaan dan pengendalian sistem
manajemen dapat dilakukan oleh SDM terlatih. Ketersediaan SDM
yang berkualitas juga diperlukan dalam pengambilan keputusan
organisasi.
Pembinaan SDM dapat dilaksanakan melalui pelatihan
staf di dalam dan luar negeri sesuai bidang keahlian, kerja magang di
instansi terpilih, pembinaan karier, kursus manajemen dan teknis,
prakter kerja lapang, workshop dan lokakarya.

26

Dengan mengacu pada tujuan pengembangan tanaman


anggrek, ditetapkan sasaran pada periode tahun 2005-2010 sebagai
berikut :
1. Tersedianya produk anggrek sebanyak 75.192.000 tangkai
dan 16.166.628 pot pada tahun 2005 menjadi 89.692.000
tangkai dan 19.284.219 pot tahun 2010, sesuai standar mutu
yang dipersyaratkan pasar domestik dan internasional.
2. Tersedianya sentra anggrek dengan luasan 187.98 ha pada
tahun 2005 menjadi 224.23 ha pada tahun 2010 sebagai
lokasi produksi yang ramah lingkungan dan sumber
pertumbuhan ekonomi. Lokasi pembinaan dapat dilihat
dalam.
3. Meningkatnya kemampuan teknis dan manajerial 100
anggota kelompok petani, pengusaha dan petugas anggrek
tahun 2005 menjadi 500 orang pada tahun 2010.
4. Terbentuknya 25 kelembagaan usaha anggrek tahun 2005
menjadi 40 kelembagaan usaha pada tahun 2010 sebagai
basis pembinaan dan pengembangan usaha.
5. Meningkatnya jejaring kerja dan intensitas/kualitas
kerjasama antar pelaku usaha tanaman anggrek.
6. Tersedianya sistem informasi dengan dukungan database
yang mudah diakses untuk investasi dan pengembangan
usaha tanaman anggrek.
7. Meningkatnya citra komoditas tanaman anggrek nasional
dan berkembangnya jaringan pemasaran tanaman anggrek.

27

Anda mungkin juga menyukai