Anda di halaman 1dari 10

Hipotesis de Broglie

Dualisme sifat cahaya menyatakan bahwaselain mempunyai sifat


gelombang, cahayadapat dipandang sebagai partikel.Louis De Broglie tahun
1924, mengajukanhipotesis dalam disertasi doktornya, yaitusetiap partikel
yang bergerak dapat bersifatsebagai gelombang. Telah diperoleh bahwasebuah
foton yang berperilaku sebagai partikaldengan momentum p, juga
memiliki sifatsebagai gelombang dengan panjanggelombang
= h
p
sesuai hipotesisnya,de Broglie mengusulkan
Jika suatu Partikel bermassa m bergerak dengan laju v,maka panjang
gelombangnya seperti persamaan 1diatas. karena momentum partikel adalah
p=mv, makapersamaan 1 dapat dinyatakan dengan
h
=
mv
selanjutnya bahwa energi kinetik dapat dinyatakan
dalammomentumnya yaitu:
p2
K=
2m
dan subsitusi kepersamaan 1 menjadi:
h
=
2 mK
Dalam dunia atomik dan subatomik, panjang gelombangde Broglie cukup
bermakna dan tidak dapat diabaikan.untuk sampai pada hipotesisnya de
Broglie didasarkanatas model atom Bohr

Penemuan elektron
Pada mulanya banyak sekali percobaan-percobaan yang dilakukan oleh
ilmuwan-ilmuwan yang menggunakan tabung sinar katoda, salah satunya
adalah William crookes. William crookesadalah ilmuwan yang paling
banyak melalukan percobaan menggunakan tabung sinar katoda, tetapi
pengertian dan hasil dari percobaan dengan tabung sinar katoda menjadi
jelas setelah serangkaian percobaan yang dilakukan oleh JJ. Thomson.
Nama Lengkap J.J Thomson adalah Sir Joseph John Thomson (1856-1940),
beliau adalah seorang Fisikawan asal Inggris.

Dalam penelitiannya JJ.Thomson mempelajari bahwa tabung katoda pada


kondisi vakum parsial (hampir vakum). Tabung sinar katoda terbuat dari
kasa, dengan anoda dan katoda di bagian ujung2 tabung. Tekanan udara
pada tabung dibuat randah dengan mengeluarkan udara dalam tabung
menggunakan pompa penghisap udara, kemudian pada anoda dan katoda
diberi beda tegangan yang tinggi, maka akan tampak sinar katoda dari
katoda menuju anoda. Tabung sinar katoda tersebut apabila diberi
tegangan yang tinggi akan mengeluarkan berkas sinar, oleh JJ.Thomson
sinar ini disebut sebagai berkas sinar katoda. Disebut sebagai berkas sinar
katoda karena disebabkan berkas sinar ini berasal dari katoda atau
elektroda negative B.
Kemudian JJ.Thomson melakukan percobaan dengan medan listrik,
dimana berkas sinar katoda ini apabila didekatkan dengan medan listrik
negative maka berkas sinar katoda akan dibelokan (berkas sinar katoda ini
tertolak oleh medan negative), berdasarkan hal ini maka Thomson
menyatakan bahwa berkas sinar katoda itu adalah partikel-partikel yang
bermuatan negative yang ia sebut sebagai corpuscle. JJ.Thomson juga
meyakini bahwa corpuscle itu berasal dari atom-atom logam yang dipakai
sebagai elektroda pada tabung katoda. Dengan menggunakan jenis logam
yang berbeda-beda sebagai elektroda yang dia gunakan pada tabung
katoda maka percobaan Thomson tetap menghasilkan berkas sinar katoda
yang sama.
Dan akhirnya JJ.Thomson menyimpulkan bahwa setiap atom pasti tersusun
atas corpuscle-corpuscle. Corpuscle yang ditemukan oleh Thomson ini
kemudian disebut sebagai Electron olehG. Johnstone Stoney. Dari asumsi
tersebut JJ.Thomson akhirnya meyakini bahwa atom sebenarnya tidak
berbentuk masiv atau berbentuk bulatan yang pejal, akan tetapi tersusun
atas komponen-komponen penyususn atom.
Di alam ini atom berada dalam keadaan yang stabil serta mempunyai
muatan yang netral, dengan demikian JJ.Thomson lebih lanjut
mengasumsikan bahwa didalam atom itu sendiri pasti terdapat bagian
yang bermuatan positif. Dari asumsi tersebut maka JJ.Thomson
mengajukan struktur atom sebagai bulatan awan bermuatan posistif
dengan elektron yang terdistribusi acak di dalamnya. Dan akhirnya
termuntahkanlah asumsi bahwa atom adalah bagian terkecil dari suatu

benda. Model atom JJ.Thomson ini lebih dikenal sebagai plum


pudding model atau dalam bahasa Indonesia dikenal sebagai model roti
kismis. Untuk memudahkan membayangkan model atom ini maka Anda
harus membayangkan sebuah roti dalam bentuk bola yang didalamnya
terdapat kismis yang menyebar merata secara acak.
Oleh karena Elektron ditemukan melalui percobaan tabung sinar katoda.
yang dilakukan oleh JJ.Thomson, maka JJ. Thomson yang diakui sebagai
penemu electron.

Efek Compton

Menurut teori kuantum cahaya, foton berlaku


sebagai partikel, hanya foton tidak memiliki massa diam. Jika pendapat ini benar,
maka berdasarkan peristiwa efek fotolistrik yang dikemukakan oleh
Einstein, Arthur Holy Compton pada tahun 1923 telah mengamati gejala-gejala
tumbukan antara foton yang berasal dari sinar X dengan elektron. Compton
mengamati hamburan foton dari sinar X oleh elektron dapat diterangkan dengan
menganggap bahwa foton seperti partikel dengan energi hf dan
momentum hf/c cocok seperti yang diusulkan oleh Einstein. Percobaan Compton
cukup sederhana yaitu sinar X monokromatik (sinar X yang memiliki panjang
gelombang tunggal) dikenakan pada keping tipis berilium sebagai sasarannya.
Kemudian untuk mengamati foton dari sinar X dan elektron yang terhambur
dipasang detektor.
Sinar X yang telah menumbuk elektron akan kehilangan sebagian energinya yang
kemudian terhambur dengan sudut hamburan sebesar T terhadap arah semula.
Berdasarkan hasil pengamatan ternyata sinar X yang terhambur memiliki panjang
gelombang yang lebih besar dari panjang gelombang sinar X semula. Hal ini
dikarenakan sebagian energinya terserap oleh elektron. Jika energi foton sinar X mula-

mula hf dan energi foton sinar X yang terhambur menjadi (hf hf) dalam hal ini f >
f, sedangkan panjang gelombang yang terhambur menjadi tambah besar yaitu > .
Dengan menggunakan hukum kekekalan momentum dan Compton menurunkan
momentum foton dari teori relativitas khusus Einstein dan hasilnya sebagai berikut.
p= hcc=h
dengan p = momentum foton (Ns).
Dengan menggunakan Persamaan (1-1) untuk momentum foton, Compton
menerapkan Hukum Kekekalan Momentum dan Energi pada tumbukan antara
foton dan elektron.
Compton berhasil menunjukkan bahwa perubahan panjang gelombang foton
terhambur dengan panjang gelombang semula, yang memenuhi persamaan :
'-=hmoc(1-cos)
dengan
= Panjang Gelombang Sinar X Sebelum Tumbukan (m)
= Panjang Gelombang Sinar X Setelah Tumbukan (m)
h = Konstanta Planck (6,625 10-34 Js)
mo = Massa Diam Elektron (9,1 10-31 kg)
c = Kecepatan Cahaya (3 108 ms-1)
= Sudut Hamburan Sinar X Terhadap Arah Semula (derajat atau radian)
Besaran hmoc sering disebut dengan panjang gelombang Compton. Jadi jelaslah
sudah bahwa dengan hasil pengamatan Compton tentang hamburan foton dari sinar
X menunjukkan bahwa foton dapat dipandang sebagai partikel, sehingga
memperkuat teori kuantum yang mengatakan bahwa cahaya mempunyai dua sifat,
yaitu cahaya dapat sebagai gelombang dan cahaya dapat bersifat sebagai
partikel yang sering disebut sebagai dualisme gelombang cahaya.
Contoh soal
Tentukan momentum foton yang panjang gelombangnnya 600 nm

Jawab
Diketahui =600 nm=600x 10-9m
h = konstanta planck = 6,63 x 10-34 Js
ditanya = p ??
jawab
p=h=6,63 x 10-34 Js600x 10-9m=1,11 x 10-27Ns
Berkas sinar-X dengan panjang gelombang 0,010 disinarkan pada sebuah
elektron bebas yang diam. Ternyata, sinar-X tersebut dihamburkan dengan sudut
60.

Hipotesis de Broglie
Eksperimen efek fotolistrik dan efek Compton telah membuktikan bahwa cahaya
terdiri atas partikel-partikel (foton-foton). Lalu, bagaimana dengan peristiwa
interferensi dan difraksi cahaya yang telah membuktikan bahwa cahaya merupakan
gelombang? Manakah yang benar, cahaya itu gelombang atau partikel? Jawaban dari
pertanyaan tersebut sangat dilematis. Keduanya didukung oleh hasil eksperimen yang
kuat. Kenyataan ini akhirnya mengantarkan pada sebuah kesimpulan bahwa cahaya
dapat berkelakuan seperti partikel, maka partikel pun seperti halnya electron dapat
berkelakuan seperti gelombang.. Konsep tersebut dikenal sebagai dualisme
gelombang-partikel.
Konsep dualisme gelombang-partikel diperluas oleh Louis de Broglie (18921987) pada 1923. Louis de Broglie menyatakan bahwa jika cahaya dapat bersifat
sebagai gelombang dan partikel, partikel pun mungkin dapat bersif at sebagai
gelombang. Pernyataan tersebut dikenal sebagai Hipotesis de Broglie.
Menurut de Broglie, selain berlaku untuk foton, berlaku pula untuk partikel yang
memiliki momentum. Dengan demikian, setiap partikel yang bergerak akan memiliki
panjang gelombang sebesar
=hp=hmv
Dengan = panjang gelombang partikel (m)

h = momentum partikel (kgm/s)


p = massa partikel (kg) dan
mv = kecepatan partikel (ms)
Panjang gelombang pada Persamaan (1-3) disebut juga panjang gelombang de
Broglie.
Hipotesis de Broglie akhirnya mendapat dukungan bukti eksperimen yang
dilakukan oleh beberapa ilmuwan. Pada 1927, C. J. Davisson dan L. H.
Germer melakukan eksperimen dengan menghamburkan elektron dari
Permukaan kristal logam dan mengamati bahwa elektron dihamburkan dalam pola
puncak yang teratur. Ketika pola puncak tersebut ditafsirkan sebagai pola hasil
difraksi maksimum, mereka menemukan bahwa panjang gelombangnya sama dengan
panjang gelombang de broglie. Pada tahun yang sama, G.P . Thomson juga
melakukan eksperimen dengan susunan peralatan berbeda yang menunjukkan adanya
difraksi elektron. Beberapa eksperimen lain juga menunjukkan bahwa proton,
neutron, dan partikel-partikel kecil lainnya memiliki sifat gelombang.
Contoh Soal
Berapakah panjang gelombang de Broglie dari sebuah elektron yang bergerak dengan
kelajuan 2 105 m/s jika massa elaktron 9,1 x 10-31 kg dan h = 6,6 10-34 Js?
Penyelesaian :
Diketahui : v = 2 105 m/s
m = 9,1 10-31 kg
h = 6,6 10-34 Js
Ditanyakan : =?
jawab ==hmv
=6,6x 10-349,1x 10-31 x 2 x 105
=6,6 x 10-3418,2 x 10-26

Dualitas Partikel Gelombang


Prinsip dualitas partikel gelombang fisika quantum (In Indonesia / In English)beranggapan bahwa materi dan
cahaya menampilkan perilaku baik gelombang dan partikel, tergantung pada lingkungan eksperimen. Sebuah
topik yang kompleks, tetapi paling mempermainkan dalam fisika.

Dualitas Partikel Gelombang dalam Cahaya


Tahun 1600-an, Christian Huygens dan Isaac Newton mengajukan teori competing untuk perilaku cahaya.
Huygens mengajukan sebuah teori gelombang cahaya sementara teori Newton adalah teori cahaya
"corpuscular" (particle). Teori Huygens memiliki beberapa masalah dalam memadukan observasi. Prestasi
Newton membantu memberi dukungan teorinya, maka selama lebih satu abad teorinya dominan.
Pada awan abad sembilan belas, komplikasi timbul untuk teori corpuscular cahaya. Diffraction (In English) telah
diteliti, untuk satu hal, teori itu mempunyai penjelasan meyakinkan bermasalah. Eksperimen double slit Thomas
Young (In English) menghasilkan dalam perilaku gelombang yang jelas dan rupanya secara kuat mendukung
teori gelombang cahaya melampaui teori partikel Newton.
Umumnya sebuah gelombang harus propagate melalui media dari beberapa jenis. Media yang diusulkan oleh
Huygens telah menjadi luminiferous aether(atau dalam istilah modern yang lebih umum, ether). Ketika James
Clerk Maxwell menghitung satu set persamaan (disebut hukum-hukumMaxwell ataupersamaanpersamaanMaxwell) untuk menjelaskan radiasi electromagnetik (In English) (termasuk cahaya yang kelihatan (In
English)) sebagai propagasi gelombang, ia mengasumsikan persis seperti sebuah ether sebagai medium
propagasi, dan prediksi-prediksinya adalah konsisten dengan hasil-hasil eksperimen.
Maslah dengan teori gelombang adalah bahwa belum ada ether seperti itu pernah ditemukan. Tidak hanya itu,
tetapi observasi astronomi dalam stellar aberration oleh James Bradley tahun 1720 telah mengindikasikan
bahwa ether sudah semestinya menjadi relatif secara stasioner pada Bumi yang bergerak. Sepanjang tahun
1800-an, percobaan dibuat untuk menditeksi ether atau gerakannya secara langsung, memuncak dalam
eksperimen Michelson-Morley yang terkenal. Mereka semua sesungguhnya gagal menditeksi ether,
menghasilkan debat besar sementara abad dua puluh mulai. Apakah cahaya itu sebuah gelombang atau sebuah
partikel?
Tahun 1905, Albert Einstein (In English) menerbitkan papernya untuk menjelaskan efek potoelektrik (In English),
yang mengusulkan bahwa cahaya berjalan sebagai discrete bundelan-bundelan energi. Energi yang terkandung
dalam sebuah photon dihubungkan pada frekuensi cahaya. Teori ini dikenal sebagai teori photon (In
English) cahaya (meski kata photon tidak dicantumkan sampai bertahun-tahun kemudian).
Dengan photon, ether tidak lagi esensial sebagai sebuah cara propagasi, meski pun masih meninggalkan
paradoks yang berbeda mengapa perilaku gelombang diobservasi. Bahkan lebih istimewa adalah variasi
quantum dari eksperimen pembelahan ganda (In English) dan efek Compton (In English)yang rupanya
menguatkan penafsiran partikel.
Ketika eksperimen dilakukan dan bukti-bukti terkumpul, implikasi dengan cepat menjadi jelas dan lonceng
berdentang:
Fungsi-fungsi cahaya baik sebagai sebuah partikel maupun sebuah gelombang, tergantung pada bagaimana
eksperimen itu dilakukan dan kapan observasi-observasi itu dibuat.
(Light functions as both a particle and a wave, depending on how the experiment is conducted and when
observations are made.)

Dualitas Partikel Gelombang


Pertanyaan apakah dualitas itu juga nampak dalam materi dipatahkan denganhipotesis de Broglie (In English),
yang jelas, yang memperluas karya Einstein untuk menghubungkan panjang gelombang materi yang diobservasi
pada momentumnya. Eksperimen-eksperimen menguatkan hipotesis tahun 1927, menghasilkan Hadiah Nobel
bagi de Broglie tahun 1929.
Persis seperti cahaya, nampak bahwa materi memamerkan kekayaan baik gelombang dan partikel di bawah
lingkungan sekitar yang tepat. Dengan jelas, objek-objek benda menampakkan panjang gelombang sangat kecil,
sedemikian kecil dalam wujud sehingga menghilang dalam titik untuk dipikirkan dalam penampilan gelombang.
Tetapi untuk objek-objek kecil, panjang gelombang dapat diobservasi dan penting, seperti telah diuji coba
denganeksperimen pembelahan ganda dengan elektron (In English).

Pentingnya Dualitas Partikel Gelombang


Pentingnya dualitas partikel gelombang yang utama adalah bahwa semua perilaku cahaya dan materi dapat
dijelaskan melalui penggunaan persamaan diferensial yang menghadirkan fungsi gelombang, umumnya dalam
bentuk persamaan Schrodinger. Kemampuan untuk menggambarkan kenyataan ini dalam bentuk gelombang
adalah pada jantung mekanika quantum.

Penafsiran paling umum adalah bahwa fungsi gelombang menghadirkan kemungkinan menemukan sebuah
partikel yang diberikan pada titik yang diberikan. Persamaan probabilitas ini dapat diffract, interfere, dan
memamerkan gelombang lain seperti kekayaan, menghasilkan fungsi gelombang probabilitas final yang
memunculkan kekayaan-kekayaan ini juga. Partikel berakhir didistribusi sesuai dengan hukum-hukum
probabilitas, dan karena itu menampakkan kekayaan gelombang. Dengan kata lain, probabilitas partikel yang
ada di beberapa lokasi adalah sebuah gelombang, tetapi pemunculan fisik aktual dari partikel itu bukan
gelombang.
Sementara matematika, meski pun rumit, membuat prediksi akurat, makna fisika dari persamaan ini lebih sulit
untuk to grasp. Usaha untuk menjelaskan "apa itu sesungguhnya" dualitas partikel gelombang adalah titik kunci
perdebatan dalam fisika quantum. Banyak penafsiran muncul untuk mencoba menjelaskan ini, tetapi penafsiranpenafsiran itu semua dikendalikan oleh perangkat persamaan gelombang ... dan harus menjelaskan pengamatan
eksperimental yang sama.

Efek Fotolistrik
Pernahkah kamu melihat pelangi? Pernahkah kamu melihat warna-warni di jalan aspal yang
basah? Pelangi terjadi akibat dispersi cahaya matahari pada titik-titik air hujan. Adapun warnawarni yang terlihat di jalan beraspal terjadi akibat gejala interferensi cahaya. Gejala dispersi dan
interferensi cahaya menunjukkan bahwa cahaya merupakan gejala gelombang. Gejala difraksi
dan polarisasi cahaya juga menunjukkan sifat gelombang dari cahaya.

pola warna-warni di atas aspal basah yang dikenai bensin terjadi akibat interferensi cahaya

Gejala fisika yang lain seperti spektrum diskrit atomik, efek fotolistrik, dan efek Compton
menunjukkan bahwa cahaya juga dapat berperilaku sebagai partikel. Sebagai partikel cahaya
disebut dengan foton yang dapat mengalami tumbukan selayaknya bola.
Efek Fotolistrik
Ketika seberkas cahaya dikenakan pada logam, ada elektron yang keluar dari permukaan logam.
Gejala ini disebut efek fotolistrik. Efek fotolistrik diamati melalui prosedur sebagai berikut. Dua
buah pelat logam (lempengan logam tipis) yang terpisah ditempatkan di dalam tabung hampa
udara. Di luar tabung kedua pelat ini dihubungkan satu sama lain dengan kawat. Mula-mula tidak
ada arus yang mengalir karena kedua plat terpisah. Ketika cahaya yang sesuai dikenakan

kepada salah satu pelat, arus listrik terdeteksi pada kawat. Ini terjadi akibat adanya elektronelektron yang lepas dari satu pelat dan menuju ke pelat lain secara bersama-sama membentuk
arus listrik.
Hasil
fotolistrik.
1.

pengamatan terhadap gejala efek fotolistrik memunculkan


sejumlah fakta yang merupakan karakteristik dari efek
Karakteristik itu adalah sebagai berikut.
hanya cahaya yang sesuai (yang memiliki frekuensi yang lebih besar dari
frekuensi tertentu saja) yang memungkinkan lepasnya
elektron dari pelat logam atau menyebabkan terjadi efek
fotolistrik (yang ditandai dengan terdeteksinya arus
listrik pada kawat). Frekuensi tertentu dari cahaya
dimana elektron terlepas dari permukaan logam disebut

untuk
2.

frekuensi ambang logam. Frekuensi ini berbeda-beda


setiap logam dan merupakan karakteristik dari logam itu.
ketika cahaya yang digunakan dapat menghasilkan efek fotolistrik,
penambahan intensitas cahaya dibarengi pula dengan pertambahan
jumlah elektron yang terlepas dari pelat logam (yang
ditandai dengan arus listrik yang bertambah besar).
Tetapi, Efek fotolistrik tidak terjadi untuk cahaya
dengan frekuensi yang lebih kecil dari frekuensi

ambang meskipun intensitas cahaya diperbesar.


3.
ketika terjadi efek fotolistrik, arus listrik terdeteksi pada rangkaian kawat segera setelah
cahaya yang sesuai disinari pada pelat logam. Ini berarti hampir tidak ada selang waktu elektron
terbebas dari permukaan logam setelah logam disinari cahaya.
Karakteristik dari efek fotolistrik di atas tidak dapat dijelaskan menggunakan teori gelombang
cahaya. Diperlukan cara pandang baru dalam mendeskripsikan cahaya dimana cahaya tidak
dipandang sebagai gelombang yang dapat memiliki energi yang kontinu melainkan cahaya
sebagai partikel.
Perangkat teori yang menggambarkan cahaya bukan sebagai gelombang tersedia melalui
konsep energi diskrit atau terkuantisasi yang dikembangkan oleh Planck dan terbukti sesuai
untuk menjelaskan spektrum radiasi kalor benda hitam. Konsep energi yang terkuantisasi ini
digunakan oleh Einstein untuk menjelaskan terjadinya efek fotolistrik. Di sini, cahaya dipandang
sebagai kuantum energi yang hanya memiliki energi yang diskrit bukan kontinu yang dinyatakan
sebagai E = hf.
Konsep penting yang dikemukakan Einstein sebagai latar belakang terjadinya efek fotolistrik
adalah bahwa satu elektron menyerap satu kuantum energi. Satu kuantum energi yang diserap
elektron digunakan untuk lepas dari logam dan untuk bergerak ke pelat logam yang lain. Hal ini
dapat dituliskan sebagai
Energi cahaya = Energi ambang + Energi kinetik maksimum elektron

E = W + Ekm
hf = hf + Ekm
Ekm = hf hf
Persamaan ini disebut persamaan efek fotolistrik Einstein. Perlu diperhatikan bahwa W adalah
energi ambang logam atau fungsi kerja logam, f adalah frekuensi ambang logam, f adalah
frekuensi cahaya yang digunakan, dan Ekm adalah energi kinetik maksimum elektron yang lepas
dari logam dan bergerak ke pelat logam yang lain. Dalam bentuk lain persamaan efek fotolistrik
dapat ditulis sebagai
Dimana m adalah massa elektron dan ve adalah dan kecepatan elektron. Satuan energi
dalam SI adalah joule (J) dan frekuensi adalah hertz (Hz). Tetapi, fungsi kerja logam biasanya
dinyatakan dalam satuan elektron volt (eV) sehingga perlu diingat bahwa 1 eV = 1,6 10 19 J.

Potensial Penghenti
Gerakan elektron yang ditandai sebagai arus listrik pada gejala efek fotolistrik dapat dihentikan
oleh suatu tegangan listrik yang dipasang pada rangkaian. Jika pada rangkaian efek fotolistrik
dipasang sumber tegangan dengan polaritas terbalik (kutub positif sumber dihubungkan dengan
pelat tempat keluarnya elektron dan kutub negatif sumber dihubungkan ke pelat yang lain),
terdapat satu nilai tegangan yang dapat menyebabkan arus listrik pada rangkaian menjadi nol.
Arus nol atau tidak ada arus berarti tidak ada lagi elektron yang lepas dari permukaan logam
akibat efek fotolistrik. Nilai tegangan yang menyebabkan elektron berhenti terlepas dari
permukaan logam pada efek fotolistrik disebut tegangan atau potensial penghenti (stopping
potential). Jika Vadalah potensial penghenti, maka
Ekm = eV
Persamaan ini pada dasarnya adalah persamaan energi. Perlu diperhatikan
bahwa e adalah muatan elektron yang besarnya 1,6 1019 C dan tegangan dinyatakan dalam
satuan volt (V).
Aplikasi Efek fotolistrik
Efek fotolistrik merupakan prinsip dasar dari berbagai piranti fotonik (photonic device) seperti
lampu LED (light emitting device) dan piranti detektor cahaya (photo detector).

Anda mungkin juga menyukai