Anda di halaman 1dari 3

Perkembangan Islam dari Masa ke Masa di Indonesia

Oleh Clarasintha Nindyatami, 1406544772


I.
Judul
: Islam in Indonesia: Its History, Development and Future
Challenges
Penulis

: Jusuf Wanandi

Data publikasi

: Asia-Pacific Review, Vol. 9, No. 2, 2002

II.
Judul

: Islam Agama Universal

Penulis

: Kaelany HD

Data publikasi

: Midada Rahma Pres, Jakarta. 2008

Islam merupakan agama yang dianut oleh mayoritas warga


Indonesia. Dari zaman ke zaman, Islam selalu berkembang dalam tanah
air. Islam bukanlah agama yang berasal dari negara kita, Islam merupakan
agama yang berasal dari jazirah arab yang dibawa ke negara kita melalui
beberapa cara. Islam terus tumbuh dan berkembang di berbagai daerah di
nusantara. Hal ini dikarenakan agama Islam mudah diterima oleh
masyararakat, baik dari penguasa, pedagang, petani, dan sebagainya. Hal
ini terbukti dengan adanya perkembangan kerajaan-kerajaan Islam yang
terus berkembang hingga membentuk organisasi-organisasi Islam. Islam
sudah masuk ke Aceh pada abad ke-7 Masehi. Kerajaan Islam pertama di
Indonesia adalah Kerajaan Perlak. Islam berkembang pesat pada masa
Kerajaan Pasai dan menjadi pusat studi Islam di kawasan Asia Tenggara.
Di Tanah Jawa, Islam diperkenalkan oleh Wali Songo, yang berarti wali
sembilan, yaitu Sunan Gresik, Sunan Ngampel, Sunan Bonang, Sunan Giri,
Sunan Drajat, Sunan Kalijaga, Sunan Kudus, Sunan Muria, dan Sunan
Gunung Jati. Keberadaan Wali Songo mempengaruhi semakin banyak
kerajaan Islam di wilayah Jawa seperti Kerajaan Demak, Kesultanan
Pajang, Kerajaan Mataram, Kerajaan Cirebon, dan lainnya. Selain
memperkenalkan Islam, para Wali Songo juga memperkenalkan
kebudayaan, seperti Sunan Bonang yang berdakwah dengan media
gending, wayang, maupun gamelan. Begitu pula dengan Sunan Kalijaga
berdakwah menggunakan media wayang dan gamelan, dan berjasa dalam
mengarang beberapa cerita wayang yang bernafaskan Islam. Sunan
Kudus menciptakan gending, seperti gending Maskumambang dan Mijil,
dan Sunan Drajat menciptakan tembang Jawa (tembang Pangkur).
Masyarakat Islam juga turut aktif berjuang melawan penjajah, baik
melalui perang, organisasi massa, maupun partai politik. Islam ikut
mengadakan perlawan pada berbagai fase penjajahan. Pada abad ke-16,
saat kedatangan bangsa asing untuk berdagang, awalnya semua masih

baik-baik saja. Namun, ketika bangsa asing tersebut sudah mulai


merampas sumber daya kita, masyarakat tidak bisa diam saja. Pada fase
perdagangan tersebut, banyak kerajaan Islam yang mengangkat senjata,
seperti perlawanan Kerajaan Islam Demak melawan Portugal di Malaka;
Sultan Khairuddin dan Sultan Baabullah melawan Portugal di Ternate;
Tidore melawan Spanyol; Aceh melawan Portugal di Malaka; dan Sultan
Hasanuddin dari Gowa dan Tallo melawan VOC, sebuah persekutuan
dagang milik Belanda. Pada fase penetrasi dan agresi, Sultan Agung dari
Mataram menyerbu Batavia (1627 dan 1629); Sultan Ageng Tirtayasa
dengan dukungan Syekh Yusuf (Makassar) melawan penetrasi VOC ke
Banten; Kesultanan Aceh melawan agresi Hindia Belanda. Pada fase
perluasan daerah penjajahan, masyarakat Islam terus melawan penjajah
dengan terjadinya Perang Diponegoro di Jawa dan Perang Padri di
Sumatera. Pada fase penindasan, petani di bawah bimbingan ulama
mengadakan pemberontakkan yang dike=nal sebagai Geger Cilegon
(1886). Ulama selalu memiliki peran yang menonjol dalam setiap
perlawanan.
Perlawanan melawan penjajahan terus berkembang hingga masuk
ke masa pergerakan nasional yang ditandai dengan berdirinya organisasiorganisasi. Pada tanggal 16 Oktober 1905, berdiri Sarikat Dagang Islam
yang bertujuan meningkatkan taraf hidup masyarakat Indonesia. Pada
tanggal 10 September 1912, organisasi tersebut berubah nama menjadi
Sarekat Islam. Sarekat Islam dipandang sebagai pelopor pergerakan partai
Islam yang memiliki andil besar dalam menanamkan kesadaran politik
kebangsaan. Berbagai partai politik bernafaskan Islam mulai muncul
seperti PARMI, PII, Muhammadiyah, Persis, dan PUI. Berdirinya partaipartai dan organisasi, membantu dalam kemerdekaan Indonesia dan
bangkitnya rasa nasionalisme. Untuk menghadapi dan melawan
kolonialisme Belanda, masyarakat muslim menjalani pendidikan dan
modernisasi. Pendidikan yang dijalani adalah pendidikan secara umum
dan modern, beserta juga pendidikan keagamaan. Hal ini dimaksudkan
agar muslim dapat berkembang, menjadi lebih modern, dan mandiri. Pada
pertengahan 1980-an, Abdurrahman Wahid, sebagai ketua umum NU,
mendirikan sistem pendidikan yang dikenal sebagai pesantren sebagai
penghubung antara Islam dan modernisasi, dan juga antara Islam dan
nasionalisme. Dalam mempertahankan dan mengisi kemerdekaan, umat
Islam yang berjumlah mayoritas memainkan peranan penting dalam
menumpas pemberontakkan PKI 18 September 1948 di Madiun, Gerakan
30 September PKI (G-30-S/PKI) 1965, dan juga pemberontakkanpemberontakkan lainnya. Sampai sekarang Islam terus berkembang.
Terakhir telah berdiri Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) suatu
wadah yang menghimpun para cendikiawan muslim di Tanah Air.
Islam membutuhkan waktu yang lama agar dapat berkembang
sejauh ini di Indonesia. Kaum muslim memiliki pengaruh yang besar
dalam negara ini. Islam di Indonesia terus menerus mengalami

perkembangan yang menghasilkan sebuah dampak yang besar terhadap


Indonesia. Melalui berkembangnya Islam di nusantara, kita dapat
mendapatkan berbagai kebudayaan baru. Begitu pula terhadap
perlawanan terhadap penjajah, kerajaan-kerajaan Islam telah mengangkat
senjata, melakukan perundingan, dan lain sebagainya. Ajaran Islam untuk
cinta tanah air (hubbul watan minal iman) mendorong untuk melakukan
perlawanan terhadap penjajah dan munculnya pemimpin-pemimpin Islam
dalam masa pergerakan nasional. Organisasi Muslim yang besar dan para
pemimpinnya telah memimpin Islam menjadi damai, moderat, dan
demokratis di Indonesia, yang akan menjadi contoh bagi masyarakat
muslim lainnya. Indonesia bukan hanya negara muslim terbesar di dunia,
tapi Indonesia juga memiliki kepemimpinan dan kemampuan intelektual
dalam memimpin Islam dalam abad ke-21 ini.

Anda mungkin juga menyukai