Anda di halaman 1dari 28

KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN

DENGAN PROSEDUR TINDAKAN HEMODIALISIS


A.

SEJARAH HEMODIALISIS
Pengertian mengenai dialysis sudah diketahui sejak lama sewaktu terdapat wabah
kolera pada tahun 1890 yang dilakukan dengan memasukan cairan bikarbonat
kedalam rongga peritoneum.Kemudian tahun 1913 dimulai dengan penggunaan
istilah artificial kidney ( ginjal buatan ) oleh Abel dkk dari Amerika. Mereka
membuat tabung dari bahan kolodion, mendialisis binatang percobaan yang kemudian
mati karena hipersensitivitas terhadap hirudin yang dibuat dari kepala pacet yang
digerus. Di tahun 1935 heparin dapat dimurnikan dan bersamaan denganitu juga dapat
dikembangkan selulosa regenerasi. Sewaktu perang dunia ke-2 di Belanda, Willem
Kolf tahun 1942-1943 membuat mesin dialysis yang berupa drum yang berputar
(rotating drum ) dalam air dializat untuk pengobatan gagal ginjal akut/ GGA. Setelah
masa sekarang ini maka hemodialisis lebih berkembang lagi. Pada saat perang Korea
banyak korban perang dapat tertolong dari komplikasi GGA. Kolf kemudian
mengembangkan dializer koil sekali pakai pada tahun 1956 yang dijual ke Travanol
( sampai tahun 1985 masih dipakai di Indonesia ). Tahun 1960-an Kill
mengembangkan flat plate flow dialyser( dipakai sampai tahun 1960-an, dapat dilihat
di RSCM ). Shunt eksternal Quinton- Schriber mulai dipakai untuk dialysis gagal
ginjal kronik pada tahun 1959. Baru pada tahun 1965 dikembangkan fistula
arteriovenous internal oleh Brescevia dan Cimino.
Ginjal Hollow fiber baru dibuat dan diuji coba pada tahun 1967 dan tahun 1974
sudah ditemukan dialyser dengan luas permukaan yang besar. Perkembangan dialyser
amat pesat dengan pemakaian selulosa yang dimodifikasi, membrane sintetik yang
mempunyai klirens dan filtrasi yang besar.

B.

DEFINISI HEMODIALISIS
Hemodialisa berasal dari bahas Yunani hemo berarti darah dan dialisis berarti
pemisahan atau filtrasi. Secara klinis hemodialisis adalah suatu proses pemisahan zat
zat tertentu (toksik) dari darah melalui membran semipermeabel buatan ( artificial)
1

di dalam ginjal buatan yang disebut dialiser, dan selanjutnya dibuang melalui cairan
dialisis yang disebut dialisat.
C.

INDIKASI DAN KONTRAINDIKASI HEMODIALISIS


Indikasi :

Klien dengan syndrome uremik/azotemia ( gagal ginjal akut dan kronik ),


ureum > 200 mg/dl dan kreatinin > 1,5 mg/dl

Hiperkalemia,kadar kalium > 5,0 mEq/L

Asidosis, pH darah < 7,1

Kelebihan cairan

Dehidrasi berat

Keracunan barbiturate

Leptospirosis

Kontraindikasi :
Tidak ada kontraindikasi absolut untuk terapi dialisis, akan tetapi manfaat terapi
dialisis perlu dipertimbangkan lagi pada pasien dengan sindrom hepato renal,
sirosishepatis yang lanjut dengan ensefalopati dan pada keganasan lanjut.
D.

KOMPONEN YANG DIPERLUKAN DALAM HEMODIALISIS


1.

Akses Vascular
Akses vascular sangat diperlukan oleh karena untuk hemodialisis yang efektif
diperlukan aliran darah yang cukup sampai lebih dari 300 ml/menit dan dapat
dipakai berulangkali dalam jangka waktu yang panjang.
Ada 2 macam akses vascular yaitu :
a. Akses vascular sementara atau kontemporer
Akses vascular ini biasanya digunakan pada saat pertama kali hemodialisis
sebelum dibuat akses vascular yang permanent. Akses vascular sementara
umumnya dilakukan dengan menggunakan kateter perkutan kedalam vena
jugularis,femoral atau yang saat ini dihindari adalah pada vena subclavia.
Keuntungan akses vascular sementara adalah :

Pada vena jugularis interna : dapat digunakan untuk jangka panjang


dengan resiko yang kecil

Pada vena femoraln : pemasangan mudah dengan resiko yang kecil

Pada vena subclavia : klien merasa lebih nyaman dan penggunaanya lebih
lama
Kerugian akses vascular sementara adalah :

Pada vena jugularis : pemasangan lebih sulit

Vena femoral : immobilisasi pasien, resiko infeksi lebih tinggi

Vena subclavia : komplikasi stenosis vena dan resiko komplikasi


pemasangan.

b. Akses vascular menetap / permanent


Akses vascular menetap dilakukan dengan membuat fistula atau hubungan
( shunt) antara arteri dengan vena yang biasa disebut AV shunt. Dapat
dilakukan dengan vena dan arteri pasien sendiri , memakai vena dari tempat
lain ( native graft ) atau dengan bahan buatan ( artificial graft )
AV shunt dilakukan dengan cara menyambung arteri subcutan dengan vena
didekatnya. Vena yang berdidnding tipis dialiri oleh darah arteri yang
bertekanan tinggi sehingga aliran darah lebih cepat. Cara ini sangat sering
digunakan dan paling aman, bertahan lama, dan dengan komplikasi yang
minimal ( stenosis, infeksi, steal syndrome ). Namun ada beberapa kerugian
dari AV shunt yaitu ; memerlukan waktu cukup lama untuk siap dipakai,
cukup sering kegagalan atau kurang dapat memberikan aliran darah yang
ccukup pada saat hemodialisis serta pada klien dengan penyakit vascular yang
berat tidak dapat dilakukan.
Lokasi yang sering digunakan :
-

Pergelangan tangan ( fistula radio chepalic / Brescia cimino )

Daerah siku / elbow ( fistula brachio chepalic )

Fistula umumnya dilakukan pada tangan yang non dominant dengan maksud
tidak mengeurangi aktivitas klien.

Proses maturasi AV shunt antara 1- 6 bulan dan pada tangan tersebut tidak
dapat dilakukan penekenan berlebihan atau untuk mengambil sampel darah.
Periksa suara bisisng atau thrill setiap hari dan posisikan tangan lebih tinggi
dari badan pada saat pasca operasi.
2.

Membran Semi Permiabel


Membran semipermiabel dibutuhkan untuk mengadakan kontak antara darah dan
dialisat sehingga dialysis dapat terjadi. Sebuah membrane semipermiabel adalah
lapisan material yang tipis yang memiliki pori-pori mikroskopik yang
menghilangkan/ mengeluarkan partikel yang lebih keccil dari pada pori-pori
untuk lewat saat molekul yang lebih besar tertahan. Ukuran pori dalam membrane
dialiser bervariasi namun berkisar anatara 50 nefron.

3.

Dialiser atau ginjal buatan


Komponen ini terdiri dari membran dialiser semipermiabel dengan lokasi yang
tersebar merata yang memisahkan kompartemen darah dan dialisat. Darah banyak
mengandung zat-zat toksik secara berlebihan sedangkan dialiser tidak
mengandung apapun kecuali elektrolit tertentu.
Ada 3 macam dialiser yaitu :
a. selulosa yang dibuat dari serat kapas yang diproses
b. serat selulosa yang dimodifikasi dengan menambah gugus asetat seperti
selulosa diasetat atau triaset
c. Membran

sintetis

seperti

membrane

polisulfon,

polyacryionitril

( PAN ),policarbonat,. Dimana membrane ini mempunyai klirens dan filtrasi


yang besar.
Berbagai sifat dari dialiser dipengaruhi oleh :
a. luas permikaan dialiser
b. Ukuran pori-pori atau kemampuan permeabilitas ketipisannya
c. Koefisian ultrafiltrasi
d. Kemampuan untuk mencegah terjadinya clotting sehingga pemakaian
antikoagulasi yang minimal
e. Harga

4.

Dialisat
Larutan dialisat biasanya disiapkan dalam bentuk konsentrasi yang mengandung
buffer bikarbonat atau asetat.
Asetat masih banyak digunakan untuk dialisat karena dapat diproduksi dengan
mudah dalam kemasan yang mengandung berbagai macam elemen.Kemudian
seiring berkembangnya waktu, larutan bicarbonate lebih banyak digunakan karena
lebih fisiologis, dapat mengontrol asidosis dengan lebih baik,lebih sedikit
menimbulkan efek dan komplikasi.

Komposisi dialisat

Natrium

= 135 145 meg / 1

Kalium

= 0 4,0 meg / 1

Calsium

= 2,5 3,5 meg / 1

Magnesium

= 0,5 2,0 meg / 1

Khlorida

= 98 112 meg / 1

Asetat atau bikarbonat

= 33 25 meg / 1.

Dextrose

= 2500 mg / 1

5.

Antikoagulan
Akibat adanya sirkit ekstrakorporeal pada hemodialisis memungkinkan terjadinya
Kontak antara darah dengan permukaan saluran sintetik pada hemodialisis
mengakibatkan

terjadinya

pembekuan

darah

sehingga

perlu

digunakan

Antikoagulasi dengan heparin agar memungkinkan hemodialisis berjalan dengan


lancer.
Heparin merupakan mukopolisakarida sulat anionic dengan berbagai berat
molekul yang diekstraksi dari paru sapi atau usus babi. Heparin teerikat pada
antitrombin- III, yang kemudian membentuk kompleks dengan protease serine
mengaktifasi faktor-faktor koagulasi. Waktu paru pada pasien normal dan pasien
hemodialisis adalah 30-120 menit dan dapat lebihpanjang lagi dengan disosiasi
heparin komplek AT-III.
Menilai koagulasi pada pasien hemodialiss dengan mengamati secara visual
dengan memperhatikan tanda-tanda sebagai berikut :

a. Warna darah gelap sekali


b. Adanya garis-garis hitam atau gelap pada dialiser
c. Busa dan butir bekuan pada venous trap
d. Adanya bekuan darah
Pemeriksaan yang juga sering dipakai adalah memeriksa clotting time.
E. PRINSIP KERJA / MEKANISME HEMODIALISIS
Mekanisme pemisahan zat zat terlarut pada hemodialisis terjadi secara difusi dan
ultrafiltrasi.
1. Secara difusi
cairan dialisis dan darah yang terpisah akan mengalami perubahan konsentrasi
karena zat terlarut berpindah dari konsentrasi yang tinggi kearah konsentrasi yang
rendah sampai konsentrasi zat terlarut sama dikedua kompartemen ( dari yang
konsentrasi tinggi kekonsentrasi rendah )
2. Secara ultrafiltrasi
pemisahan cairan dialisis dan darah dilakukan dengan prinsip perbedaan tekanan
Tiga tipe dari tekanan yng dapat terjadi pada membrane adalah :
a. Tekanan positif
Tekanan positif merupakan tekanan hidrostatik yang terjadi akibat cairan
dalam membrane. Pada dialysis hal ini dipengaruhi oleh tekanan dialiser dan
resistensi vena terhadap darah yang mengalir balik kefistula.Tekana positif
mendorong cairan menyeberangi membrane.
b. Tekanan negative
Tekanan negative merupakan tekanan yang dihasilkan dari luar membrane
oleh pompa pada sisi dialisat dari membrane. Tekanan negative menarik
cairan keluar dari darah.
c. Tekanan Osmotik
Tekanan Osmotik merupakan tekanan yang dihasilkan dalam larutan yang
berhubungan dengan konsentrasi zat terlarut dalam larutan tersebut.Larutan
dengan kadar zat terlarut tinggi akan menarik cairan dari larutan lain yang

konsentrasinya lebih rendah sehingga menyebabkan membrane permiabel


terhadap air ( dari konsentrasi rendah kekonsentrasi tinggi )
F. PEDOMAN PELAKSANAAN HEMODIALISIS
1.

Persiapan
a. Persiapan Alat

b.

Dialiser ( ginjal buatan)

AVBL

Set Infus

NaCl (cairan fisiologis) ( 2-3 fflashf)

Spuit 1 cc,5 cc, 20 cc, 30 cc

Heparin injeksi ( + 2000 Unit)

Jarum punksi :
-

jarum metal (AV. Fistula G.16,15,14) 1 1 inch.

Jarum dengan katheter (IV Catheter G.16,15,14) 1 1 inchi.

Penapung cairan ( Wadah)

Anestesi local (lidocain, procain)

Kapas Alkohol

Kassa

Desinfektan (alcohol bethadin)

Klem arteri (mosquito) 2 buah.

Klem desimfektam

Bak kecil + mangkuk kecil

Duk (biasa,split, bolong)

Sarung tangan

Plester

pengalas karet atau plastic


Persiapan lingkungan
7

Lingkungan disiapkan agar nyaman dan tenang

Jaga privacy klien

Atur tempat tidur sesuai dengan kenyamanan pasien

c. Persiapan Klien

Jelaskan prosedur tindakan hemodialisis

Timbang berat badan klien

Anjurkan pasien mencuci tangan

Atur posisi klien agar memudahkan tindakan dan nyaman untuk klien

Observasi tanda-tanda vital dan keadaan umum

d. Persiapan perawat

Perawat membaca order atau catatan medik klien

Perawat mencuci tangan

Perawat memakai sarung tangan dan masker.

2. Prosedur Tindakan
Penatalaksanaan hemodialisis dibagi dalam tiga tahap yaitu :
1)

Perawatan sebelum hemodialisis


a. Menyiapkan mesin hemodialisis
1) sambungkan slang air dari mesin hemodialisis
2) kran air dibuka
3) pastikan slang pembuang air dari mesin hemodialisis sudah masuk
kelubang/saluran pembuangan.
4) Sambungkan kabel mesin hemodialisis ke stop kontak (sebelumnya
periksa voltage listrik).
5) hidupkan mesin dengan menekan tombol on yang ada dibelakang mesin.
6) jelaskan mesin pada posisi rinse selama + 20 menit (sesuai program
penggunaan mesin).
7) matikan mesin hemodialisis
8) masukkan slang dialisat kedalam jerigen dialisat pekat.
8

9) sambungkan slang dialisat dengan konector yang ada pada mesin


hemodialisis
10) hidupkan mesin dengan posisi normal (siapka)
b.

Menyiapkan sirkulasi darah :


1)

bukalah alat-alat dialysis dari setnya.

2)

tempatkan dializer pada holder (tempatnya) dengan posisi


inlet (tanda merah) diatas dan posisi outlet (tanda biru) dibawah.

3)

hubungkan ujung merah dari ABL dengan ujung inlet


dari dializer.

4)

hubungkan ujung biru dari VBL dengan ujung outlet: dari


dializer dan tempatkan bubble trap diholder dengan posisi tegak.

5)

set infuse ke botol aCL 0,.9% - 500 CC

6)

hubungkan set infuse keselang arteri.

7)

bukalah klem NaCl 0.9%, isi selang arteri sampai keujung


selang lalu klem.

8)

tempatkan ujung biru VBL pada maatkan dan hindakan


kontaminasi.

9)

memutar letak dializer dengan posisi inlet dibawah dan


outlet diatas, tujuannya gar dializer bebas dari udara.

10)

tutup klem dari slang untuk tekanan arteri, vena, heparin.

11)

buka klem dari infuse set, ABL, VBL

12)

jalankan pompa darah dengan kecepatan mula-mula 100


ml/menit, kemudian naikkan secara bertahap sampai dengan 200 ml/menit.

13)

isi bubble trap dengan NaCl 0.9% sampai bagian

14)

memberikan tekanan secara intermiten pada VBL untuk


mengeluarkan udara dari dalam dializer, dilakukan sampai dializer bebas
udara (tekanan tidak lebih dari 200 mmHg).

15)

melakukan pembilasan dan pengisian dengan menggunakan


NaCL 0.9% sebanyak 500 CC yang terdapat pada botol (Kolf), sisanya
tampung dalam gelas ukur.

16)

ganti kolf NaCL 0.9% yang kosong dengan kolf NaCL


0.9% baru.

17)

sambung ujung biru VBL dan ujung merah ABL dengan


menggunakan konektor.

18)

menghidupkan pompa darah selama 10 menit untuk dializer


baru, 15-20 menit untuk dializer reuse dengan aliran 200-250 ml/menit,
berikan UFR 0.8 1.0

19)

mengembalikan posisi dializer ke posisi semula, dimana


inlet dialisat selama 5-10 menit siap untuk dihubungkan dengan pasien
(soaking0.

c.

Punksi Cimino / Graft


1) Persiapan alat-alat
1. 1 buah set steril dialysis terdiri dari :
- kain alas dan set steril kain 1 buah
- kassa 5 buah, tuffer 1 buah
- 1 buah mangkok kecil berisi NaCL 0.9%
- 1 pasang sarung tangan
- 1 buah 5 CC berisi NaCL 0.9%
- 1 buah spuit insulin isi lidocain 0.5 CC
- 1 buah arteri klem
- 2 buah AV fistula
b) 2 buah mangkok steril berisi btadin dan alcohol
c)

masker dan apron

d)

plester / micropore

e)

1 buah gelas ukur

f)

plastic untuk alat kootor

g)

trolly

2) Memulai desinfektan caranya :

10

a) Jepitlah tuffer betrdine dengan arteri klem, oleskan daerah cimino


dan vena lain dengan cara memutar dari dalam ke luar.
b) Masukkan tuffer kedalam kantong plastic.
c) Jepitlah kassa alcohol dengan arteri kelm, bersihkan daerah cimino
dan vena lain caranya sama seperti diatas.
d) Lakukan sampai bersih
e) Letakkan kassa kotor pada plastic, sedangkan klem arteri letakkan
pada gelas ukur.
f) Letakkan kain alas steril dibawah tangan
g) Letakkan kain belah steril diatas tangan.

3) Memulai fungsi cimino/graft


a)

Memberikan anestesi lokal pada cimino (tempat keluarnya darah


dari tubuh ke mesin), dengan spuit insulin 1 cc.

b)

Tusuklah tempat cimino dengan jarak 8-10 cm dari anastomose.

c)

Tusuklah secara intrakutan dengan diameter 0.5 cm.

d)

Memberikan anestesi lokal pada tusukan vena lain (tempat


masuknya darah dari mesin ke tubuh, dengan cara yang sama seperti
pada no. a).

e)

Bekas tusukan dipijat sebentar dengan kassa steril.

4) Memasukkan jarum AV Fistula :


a)

Masukkan jarum AV Fistula pada tusukan yang telah


dibuat pada saat pemberian anestesi lokal (cimino)

b)

Setelah darah keluar isaplah dengan spuit 5 ml dan bilas


kembali dengan NaCL 0.9% secukupnya.

c)

AV Fistula diklem, spuit 5 ml dilepaskan, ujung AV


Fistula ditutup, tempat tusukan difikasi dengan micropore/plester.

d)

Masukkan jarum AV Fistula pada vena lain, sesuai pada


tempat pemberian anestesi lokal caranya sama seperti diatas pada no.
a

11

e)

Tinggalkan kain alas steril dibawah tangan pasien,


sebagai alas dan penutup selama proses dialysis berlangsung.

f)

Alat kotor masukkan ke dalam plastic, sedangkan alatalat yang dapat dipakai kembali dibawa ke ruang disposal.

2)

g)

Bedakan dengan alat-alat yang terkontaminasi.

h)

Bersihkan dari darah, masukkan ke kantong plastik.

Memulai Pelaksanaan Hemodialisis


a. Lakukan tindakan a dan anti-septik dengan membersihkan tempat yang akan
dilakukan penusukkan dengan betadine 10%, kemudian dibersihkan dengan
alcohol 70%.
b. Depper dan kassa yang telah dipakai, dibuang ketempat sampah yang telah
disediakan.
c. Cari daerah yang lebih mudah dilakukan penusukkan.
d. Jarak penusukkan pertama kali pada daerah vena (outlet) disertai pemberian
loading heparin 1000 IU/sesuai dosis.
e. Lakukan penusukan pertama kali pada daerah vena (outlet0 disertai
pemberian loading heparin 1000 IU/sesuai dosis.
f. Kemudian dilakukan penusukkan pada daerah inlet dengan ABL (arteri
blood line) dan dijalankan blood pump dengan kecepatan mulai dari 100
ml/menit sampai seluruh blood line (baik ABL maupun VBL) terisi penuh,
baru disambungkan dengan bagian jarum fistula outlet.
g. Jalankan lagi blood pump perlahan-lahan sampai 200 ml/menit, setelah itu
mulailah pemasangan sensor dan batasan minimal dan maksimal baik pada
blood monitoring maupun dialisat monitoring.
h. Kemudian set mesin hemodialisis sesuai program HD masing-masing pasien.
i. matikan (tutup) klem infuse NaCL.
j. sambungkan jarum AV Fistula dengan selang arteri, bersihkan kedua
sambungan dengan kassa betadine.
k.

bukalah masing-masing klem pada AV Fistula dengan aterial

Mulai dialysis berjalan :

12

1. hidupkan pump, mulailah putar dari 100 ml/menit, dinaikkans ecara bertahap
sampai batas maksimal.
2. mengalirkan darah untuk mengisi selang arterial dan dialiser.
3. perhatikan aliran darah pada cimino/graft apakah lancar.
4. Jika aliran darah tersendat-sendat,cobalah memutar posisi jarum AV Fistula
secara perlahan-lahan sampai aliran darah lancar.
5. darah pada bubble trap tidak boleh penuh/kosong, sebaiknya bagian.
6. tekan tombol start heparin
7. mengatur kecepatan pemberian, heparin selama dialysis berlangsung
8. bukalah klem pada selang urea, sebagai venous pressure.
9. tekan tombol start sambil melihat jam, tanda proses dializer dimulai.
10. putar tombol UF, tertekan UF yangdihitung.
11. fiksasi pada sambungan antara AV Fistula dengan selang darah.
Pengawasan selama hemodialisis berlangsung
1. Observasi tanda-tanda vital tiap jam, tensi dan nadi,kemungkinan komplikasi
selama HD : mual, kram otot dan keluhan lain. kecuali keadaan pasien jelek,
obersvasi sesuai dengan kebutuhan :
a. Jika pasien sesak, hitung pernafasan.
b. Jika pasien demam, ukur suhu badan
2. Menjaga ketepatan pencatatan dalam lembaran dialysis
3. Pengawasan Mesin :
Pengawasan sirkulasi darah diluar ekstrakorporeal blood monitoring :
- pengawasan kecepatan aliran darah
- pengawasan terhadap tekanan :
arteri : bila alarm berbunyi pada aterial druk berarti tekanan darah
rendah, lihat aliran darah pada inlet.
Venous pressure: dilihat dari indikator

(hati-hati bila tinggi), bila

tinggi periksa outlet, bila rendah periksa sensor vena.


4. Pengawasan heparin pump.
5. Pengawasan terhadap sirkulasi dialisat monitoring

13

a)

kebocoran dializer (blood leak)

b)

low temperature atau high temperature

c)

low conductivity atau high conductivity

d)

transmembrane pressure

e)

positive pressure

6. Perhatikan kelancaran aliran darah pada cimino/graft.


7. Perhatikan sambungan yang terdapat pada :
a. AV Fistula dengan selang arteri
b. Selang arteri dengan dializer dan sebaliknya, kalau perlu dikembangkan.
8. Berikan pasien posisi tidur yang nyaman.
9. perhatikan edema pada : muka, punggung tangan, asites, mata kaki dan
daerah dorsum pedis :
a. Jika edema (+) tidak disertai sesak nafas maka lakukan dialysis sesuai
dengan program tarik air (UFG = ultrafiltrasi goal). Cara perhitungan
tarik air : selisih berat badan, dating berat badan standar + jumlah intake
yang masuk (minum, infuse, transfuse dan sonde).
b. Jika edema ++ atau lebih, dengan disertai sesak nafas maka lakukan tarik
air (sequential ultrafiltrasi0 pada awal dialysis.
10. Perhatikan pemakaian oksigen :
a. Apakah oksigen masih ada (lihat pada jarum petunjuk)
b. Perhatikan bila pada angka petunjuk oksigen, apakah sudah sesuai
dengan kebutuhan pasien.
11. Perhatikan gambaran EKG monitor, jika ada kelainan direkam dan beritahu
pada dokter yang merawat pasien / dokter jaga.
12. perhatikan rembusan luka fungsi cimino/graft, bersihkan rembesand arah
dengan kassa alcohol.
13. Jika rembesan masih ada, beri bubuk anti-biotik hebacitin tepat pada tusukan
fungsi, fiksasi yang kencang pada daerah tusukan.
14. Bantu segala kebutuhan pasien termasuk : makanan, minuman, buang air dan
urinaria.
15. Kaji keluhan pasien, kalau perlu terapi beritahu dokter.

14

16. Evaluasi hasi tindakan dialysis.


17. Tindakan atau obat-obatan yang telah diberikan, catalah dalam catatan
keperawatan.
3)

Mengakhiri Dialisis
Prosedur dengan 1 perawat ;
a.

Mengakhiri dialysis :
1.

Hentikan pump heparin dan lepaskan spuit heparin dari tempatnya.

2. Kecilkan pompa darah (BP) sampai 100 cc dan matikan.


3. Klem pada AV Fistula dan selang arterial
4. Lepaskan sambungan AV Fistula dan selang arterial dengan kassa steril.
b.

Membilas AV Fistula :
Gunakan spuit 5 cc berisi NaCL, bilas AV Fistula sampai bersih, lalu klem
kembali dan tutup ujung AV Fistula.

c.

Membilas selang darah dan dialiser :


1.

Bilas selang darah dan dialiser dengan na CL sampai darah


tidak ada lagi.

2.

Jika ada obat-obatan injeksi yang akan diberikan, berikan


melalui selang vena.

3.

Selama pembilasan, gunakan pump dengan kecepatan 100


ml/menit.

4.

Menyelesaikan dialysis

5.

Selang pada vena diklem, lepaskan dari mesin.

6.

Lepaskan semua selang darah dan dialiser dari mesin,


masukkan ke dalam plastik.

d.

Melepaskan jarum AV Fistula


1. Cabut AV Fistula pada cimino dan AV Fistula pada vena lainnya,
masukkan AV Fistula ke dalam plastik.

15

2. Tekan bekas tusukan dengan kassa betadine sampai darah tidak keluar
lagi.
3. Berikan masing-masing bekas tusukan dengan band aid dan balutlah
sesuai dengan kebutuhan, lalu difiksasi dengan micropore.
e.

Mengembalikan alat-alat :
1.

Alat instrument yang telah digunakan dipisahkan dibawa ke disposal


room dan dipisahkan dengan alat yang terkontaminasi.

2.

Perawat melepas sarung tangan, masker dan apron.

3.

Perawat mencuci tangan.

Prosedur dengan 2 perawat :


1.

Perawat yang satu membantu menekan bekas tusukan


cimino dan vena lainnya dengan kassa betadine.

2.

Memberikan band aid dan membalut

3.

Sedangkan perawat yang lain membilas selang darah


dan dialiser sampai bersih sama-sama memakai sarung tangan untuk
mencegah terkontaminasi dengan darah pasien.

3. Observasi sesudah dialysis meliputi :


a.

Observasi kesadaran dan KU pasien dan Observsi tanda-tanda vital

b.

Kaji keluhan pasien

c.

Berikan tindakan perawatan sesuai kebutuhan dan beritahu dokter sehubungan


dengan pemberian terapi.

d. Semua tindakan yang telah diberikan kepasien, catat dalam catatan dialysis.
e. Anjurkan pasien timbang berat badan jika memungkinkan
f.

Untuk pasienrutin dialysis, jiika akan pulang ingatkan jadwal


kembali dialysis berikutnya.

g.

Jika ada perubahan jadwal, agar segera memberitahukan suster ruang


dialysis.

16

h. Untuk pasien rawat (in patient), agar segera memberitahukan jadwal dialysis
berikutnya kepada suster ruangan atau pasiennya.
i.

Pesanan dicatat dalam catatan dialysis.

G. MASALAH KEPERAWATAN YANG MUNGKIN MUNCUL


Indikasi HD
Syndrome uremik, asidosis,kelebihan volume cairan
,dehidrasi berat,keracunan barbiturate,leptospirosis

Pre HD

Durante HD

Post HD

Klien tampak bingung,

Klien lemas,berkeringat,pandangan kabur

Terdapat bekas luka punksi pada

cemas, mengatakan

berkunang-kunang,akral dingin,nadi tidak teraba., akses vascular/prosedur invnsif

kurang informasi

TD turun s.d 60/PP, ultrafiltrasi tinggi

pemasangan set dyalisis

tentang HD dan biaya


cemaspeng
Kurang

Resiko tinggi syock


hipovolemik

Klien mengeluh sesak,

Klien mengeluh nyeri pada tempat punksi

pernapasan cuping hidung

expresi wajah meringis,gelisah

Resiko infeksi

,sianosis,pemakaian
otot Bantu pernapasan,
RR > 30X/menit ,
udem kaki,asites

Nyeri
Resiko cidera
Akut
Klien terpasang set dyalisis shg

17

,udem palpebra

aktivitas terbatas untuk memenuhi kebuthnya


Syndrome kurang
perawatan diri makan
dan toileting

Pola napas
tidak efektif

efek pemakaian heparin,darah merembes


dari daerah punksi,klien mengeluh pusing dan tampak pucat
PK : Hemoragic

DIAGNOSIS KEPERAWATAN YANG MUNGKIN MUNCUL


1.

Pola napas tidak efektif berhubungan dengan penumpukan cairan diparu


( overload)
Ditandai dengan :
DS : klien mengatakan sesak
DO : - pernapasan cuping hidung

2.

sianosis

RR > 30 X menit

Udem pada kaki dan palpebra

Ascites
Cemas berhubungan dengan kurangnya informasi tentang HD

Ditandai dengan :
DS :- klien mengatakan kurang informasi tentang HD dan biaya
DO : - Klien tampak cemas dan bingung
3.

Nyeri Akut berhubungan dengan agen cidera fisik oleh karena punksi selama
HD
Ditandai dengan :
DS :- Klien mengeluh nyeri pada daerah punksi
DO : - ekspresi wajah meringis dan gelisah.

4.

Resiko syock hipovolemik berhubungan dengan efek ultrafiltrasi selama HD

18

Ditandai dengan :
DS: - Klien mengatakan mata kabur dan berkunang-kunang
-

klien mengatakan badan lemas

DO : - KLien berkeringat dingin, akral dingin,


5.

Nadi tidak teraba,TD turun sampai 60/ PP


PK : Hemoragic

Ditandai dengan :
DS : - klien mengeluh pusing
DO : - Darah merembes dari daerah punksi
-

klien tampak pucat, akral dingin

nadi tidak teraba,

TD sampai dengan 60/PP

6.

resiko cidera berhubungan dengan gelisah akibat prosedur HD


Ditandai dengan :
DO : klien tampak gelisah selama proseddur HD

7.

Syndrome kurang perawatan diri makan dan toileting berhubungan dengan


pemasangan alat dyalisis
Ditandai dengan :
DS : klien mengatakan pergerakannya terbatas karena terpasang set dyalisis
DO : klien terpasang set dyalisis

8.

Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasive


Ditandai dengan :
DO : Terdapat luka bekas punksi pada akses vascular klien

H. KOMPLIKASI YANG DAPAT TERJADI SELAMA DIALISIS


1. Hipotensi
Penyebab :
a.

terlalu banyak darah dalam sirkulasi mesin

b.

ultrafiltrasi berlebihan

19

c.

obat-obatan anti-hipertensi

Gejala :
a. Lemas, berkeringat, pandangan kabur berkunang-kunang
b. Kadang-kadang mual, muntah, sesak
c. Sakit dada.
Penanganan :
a.

Posisi tidur, kepala lebih rendah dari kaki

b.

Kecepatan aliran darah dan UFR diturunkan

c.

Berikan NaCL 0.9% - 100 ml atau sesuaikan dengan tensi pasien

d.

Berikan O2 1-2 liter.

e.

Kalau perlu dialysis sementara diistirahatkan dengan cara :


-

darah pasien dikembalikan ketubuh sambil menunggu K.U pasien


membaik, selang darah diisi dengan NaCL 0.9% dan disirkulasikan.

Heparin tetap dijalankan agar tidak ada sisa bekuan darah dalam selang

Jika tensi sudah naik (kembali normal), dialysis dapat dimulai kembali.

Catat semua tindakan yang telah dilakukan dalam catatan dialysis.

Pencegahan :
-

Anjurkan pasien membatasi kenaikan berat badan intradialisis kurang dari 1


kg/hari.

Anjurkan pasien untuk minum obat anti-hipertensi sesuai aturan dokter.

Bila perlu gunakan dialysis bicarbonate.

Observasi tanda-tanda vital selama dialysis berlangsung.

2. Mual dan Muntah


Penyebab :
a. Gangguan G.I Trac Gastritis
b. Ketakutan
c. Reaksi obat

20

d. Hipotensi
Penanganan :
a. Kecilkan lairan darah sampai 100 RPM
b. kecilkan UFR sampai 0.0
c. berikan kantong plastic muntah
d. Bantu kebutuhan apsien (kalu perlu berikan minyak gosok pada daerah
epigastrik).
e. Observasi ketat tanda-tanda vital selama proses dialysis berlangsung.
f. Jika tensi turun, guyur NaCl 0.9% - 100 ml sesuai KU pasien.
g. Jika keadaan sudah membaik, program dialysis diatur secara bertahap sesuai
kebutuhan pasien.
h. Beritahu dokter jika pasien tidak ada perbaikan.
i. Mencari timbulnya muntah : hipotensi, penarikan cairan terlalu cepat, atau
kenaikan BB > 1 kg/hari.
Pencegahan :
a. Hindari hipotensi dengan menurunkan kecepatan aliran darah selama jam
pertama dialysis, selanjutnya dinaikkan secara bertahap sesuai kebutuhan
pasien.
b. Ganti cairan dialysis dengan cairan bikarbonat, atas persetujuan dokter
nefrologi.
c. Anjurkan pasien untuk membatasi jumlah cairan yang masuk dengan cairan
yang keluar.
d. Observasi ketat tanda-tanda vital selama dialysis berlangsung.
3. Sakit Kepala
Penyebab :
a. Tekanan darah naik
b. Ketakutan

21

Penanganan :
a. Kecilkan kecepatan aliran darah sampai 100 RMP
b. Observasi tanda-tanda vital (terutama tensi dan nadi)
c. Jika tensi tinggi, beritahu dokter.
d. Kompres es diatas kepala
e. Jika keluhan sudah berkurang, jalankan program dialysis kembali seperti
semula secara bertahap.
f. Mencai penyebab sakit kepala : cairan dialisat asetat, minum kopi atau ada
masalah.
Pencegahan :
a. Mengganti cairan dialisat sesuai dengan persetujuan dokter
b. Anjurkan pasien untuk mengurangi kopi.
c. Memberikan kedekatan pada pasien untuk meningkatkan masalah yang
sedang dihadapi.
4. Demam disertai menggigil
Penyebab :
a. Reaksi pirogen
b. Reaksi transfuse
c. Kontaminasi bakteri pada sirkulasi darah.
Penanganan :
a.

Observasi tanda-tanda vital

b.

Berikan selimut

c.

Beritahu dokter untuk pemberian terapi (panadol bila suhu meningkat)

d.

Mencari penyebab demam karena : bahan pirogen dari set dialysis atau
infeksi pada pasien.

5. Nyeri Dada
Penyebab :

22

a. Minum obat jantung tidak teratur


b. Program HD yang terlalu cepat.
Penanganan :
a. Kecilkan kecepatan aliran darah
b. Pasang EKG monitor
c. Beritahu dokter untuk pemberian terapi
Pencegahan :
a. Minum obat jantung secara teratur
b. Anjurkan pasien untuk control ke dokter secara teratur.

6. Gatal-gatal
Penyebab :
a. Jadwal dialysis yang tidak teratur (Toksin Uremia kurang tedialisis).
b. Sedang transfuse / sesudah transfuse
c. Kulit kering
Penanganan :
a. Gosoklah dengan talk/balsam/krim khusus untuk gatal
b. Jika karena transfuse beritahu dokter untuk pemberian avil 1 ml/TV.
Pencegahan :
a. Anjurkan pasien makan sesuai dengan diet.
b. Anjurkan pasien taat dalam menjalani hemodialisis sesuai dengan program.
c. Anjurkan pasien selalu menjaga kebersihan badan.
d. Usahakan pada saat sirkulasi waktunya agak lama.
7. Perdarahan cimino setelah dialysis :
Penyebab :

23

a. Tempat tusukan membesar


b. Masa pembekuan darah lama
c. Dosis heparin yang berlebihan.
d. Tekanan darah tinggi
e. Penekanan tusukan tidak tepat
Penanganan :
1. Tekan darah tusukan dengan tepat.
2. Mencari penyebab perdarahan
3. Observasi tanda-tanda vital dengan ketat
4. Lapor dokter jaga jika perdarahan lama berhenti.
Pencegahan :
a. Sebelum dialysis, kalau perlu periksa laboratorium terhadap MPP, APTT.
b. Bekas tusukan cimino tidak boleh digaruk-garuk atau dipijat.
c. Hindari penusukan pada bekas tusukan dialysis sebelumnya.
8. Kram Otot
Penyebab :
a. Penarikan Cairan dibawah berat badan standar
b. Penarikan cairan terlalu cepat (UFR tinggi)
c. Cairan dialisat dengan kasar Na rendah
d. Berat badan naik > 1 kg/hari.
e. Posisi tidur berubah terlalu cepat.
Penanganan :
a. Kecilkan QB dan UFR
b. Massage (stretching exercise) pada daerah yang kram
c. Kalu perlu berikan obat gosok.
d. Guyur dengan NaCl 0.9% sebanyak 100-200 ml dan sesuaikan dengan
keadaan umum pasien.
e. Kompres air hangat

24

f. Observasi tanda-tanda vital


g. laporkan pada dokter untuk pemberian terapi.
Pencegahan :
a. Jangan menarik cairan terlalu cepat/UFR tinggi pada awal dialysis.
b.

Anjurkan pasien untuk membatasi intake cairn

c.

Anjurkan pasien untuk mentaati diet agar kenaikan berat badan


interdialisis tidak lebih dari 1 kg/hari.

d.

Gunakan cairan dialisat dengan kadar Na tinggi (karbohidrat).

9. Gangguan keseimbangan cairan.


(1) Hypervolemia (Fluid over load)
Tanda dan Gejala :

Berat badan naik secara berlebihan

Sesak napas atau napas pendek, kadang kadang batuk berdarah.

Oedema.

Hipertensi

Vena leher membesar / melebar (melembung)

Ronchi paru paru.

Penatalaksanaan :

Ultrafiltrasi Sequential (SU)

Berat badan diturunkan dengan menggunakan UF tinggi (TMP tinggi,


pilih dialiser dengan kuff tinggi)

Sesak berikan Oksigen.

Membatasi cairan yang masuk (Intake) melalui IV maupun oral (cairan

25

priming jangan dimasukan wash out jangan dimasukan, dorong pakai


udara.)

Observasi penurunan berat badan supaya mencapai DW ( Kalau perlu


timbang berat badan di tengah HD)

(2) Hypovolemia (Fluid Depresention)


Tanda dan Gejala :

Berat badan menurun secara berlebihan.

Oedema, kadang kadang mata cekung.

Hipotensi

Turgor (Elastisitas) menurun

Lemas kadang kadang gemetar.

Vena leher rata

Mulut dan lidah kering , kadang kadang suara serak atau parau.

Penatalaksanaan

HD tanpa penurunan berat badan / tanpa UF

TMP = 0., pilih dialiser dengan Kuff rendah.

Membatasi cairan yang keluar (Cairan priming tidak perlu dikeluarkan)

Menambah cairan yang masuk melalui IV dan peroral.

Observasi berat badan (timbang BB ditengah HD)

10. Gangguan Keseimbangan Elektrolit


(1) Hiperkalemia

26

Tanda dan gejala :

Kadar Kalium darah tinggi

Perubahan Gambaran EKG

Gelisah

Lemas

Kadang kadang sesak

Denyut jantung cepat

Penatalaksanaan :

HD tanpa kalium

Monitor EKG (gelombang T tinggi)

Membatasi intake kalium.

Periksa kalium darah pre, on dan post Hemodialisa

Penyuluhan kesehatan tentang diit.

Tindakkan darurat atau emergency.

Pemberian infus atau drip 10 Unit Ringer Insulin. ( 1 ampul Bicnat, 205
Dextrose)

(2) Hipokalemia
Tanda dan gejala :

Tekanan darah turun mendadak

Lemas, berkeringat, pandangan berkunang kunang (Gelap).

Kadang kadang mual atau muntah, sesak.

27

Penatalaksanaan :

Posisi tidur horizontal atau rata tanpa bantal.

QB dan TMP diturunkan

Berikan oksigen bila sesak.

Hati hati dalam pemberian cairan secara intravena.

28

Anda mungkin juga menyukai