Aerosol
oleh
Dewa Ayu Swastini
DAERAH KONDUKSI
Hidung
jalan masuk : epitel tebal, berlapis, mengandung
kelenjar sebaseus dan bulu yang keras
pusat hidung : epitel menyerupai kanal
bertumpuk, silia dan sel gobet
Fungsi hidung :
- respirasi
- menjaga proses kelembabapan
- penyaringan partikel (bulu dan epitel rambut
getar, mukosa)
- mekanisme pertahanan : kecepatan 7 mm/dtk
(bersin, membuang ingus atau penelaan)
Silia
Getah bronkus
DAERAH TRANSISI
Bronkiolus Respiratorius
Duktus Alveolari
Alveoli
Sel penutup tipe I dan tipe II (
surfaktan)
Sel epitel lain (makrofag, limfosit,
plasma dan mast)
surfaktan
AEROSOL
AEROSOL
Tipe aerosol :
1. Aerosol monodispersi partikel sangat
halus, diameter 1 um, stabil, efek
sistemik segera, alat penyemprot klinis
2. Aerosol polidispersi partikel besar dan
beragan, kurang stabil, penembusan dan
penyerapan pada sal nafas atas, bahan
pendorong gas
DI INDONESIA
METERED-DOSE INHALER (MDI)
bahan aktif (Obat), propellan CFC
bertekanan rendah, pelarut dan/atau
surfaktan
MDI dengan Spacer atau Holding
Chamber mengurangi pengendapan di
orofarinks dan meningkatkan
penghantaran obat ke paru-paru
diskaler
rotahaler
turbohaler
Indications
Nasal vasoconstrictors
Bronchodilators
Glucocosticoids
Tobramycin
Hyperbaric oxygen
Insulin powder
Amyl nitrite
Local anaesthesia
Lidocaine
General anaesthesia
Vaccination
Anthrax vaccine
Anti influenza vaccine
Immunologic agents
Lung surfactant
Transit/penghirupan
Penangkapan/depo
Penahanan dan pembersihan
Penyerapan
Transit/Penghirupan
1. Ukuran Partikel
Penyebaranannya tergantung ukuran
partikel
Partikel dengan koefisien difusi dan
gravitasi rendah dapat menembus
bag paru lbh dalam
Tergantung juga pada mekanisme
difusi udara inspirasi dan ekspresi
Transit/Penghirupan
2. Pernafasan dan Laju aliran udara
Perjalanan nafas normal 12-15
daur/menit, volume inspirasi
danekspirasi 500 ml
laju inspirasi partikel ukuran besar
ikut ke daerah transisi
laju inspirasi, waktu tinggal
partikel, retensi aerosol
Transit/Penghirupan
3. Aliran gas (Laminer atau Turbulen)
Aliran laminer (HK Poisseuille) :
Transit/Penghirupan
Aliran Turbulens
Melewati saluran yang berkelok
Bilangan Reynols :
Transit/Penghirupan
4. Kelembapan
Paru bagian dalam (kand. air
44g/m3)
Aerosol kejenuhannya 34g/m3
Pertumbuhan partikel sebagai fungsi
dari kelembaban
Perubahan ukuran partikel
tergantung kelarutan (> kelarutan,
ukuran partikel >)
Transit/Penghirupan
5. Suhu
Partikel bergerak suhu ke suhu
Gerakan berbanding lurus dengan
perubahan suhu dan diameter partikel
6. Tekanan
Selama inspirasi tek paru turun 60-100
mmHg dibawah tek atmosfer
Pemakaian tek positif pada aerosol
perbedaan tek hingga 4-22 mmHg
Penyerapan
1. Hidung
Luas penyerapan 80 cm2, penyerapan
terkecil dari seluruh sal pernafasan
bag atas
Zat yang diserap cepat (sulfur
anorganik, amoniak)
Zat yang diserap lambat (histamin,
nikotin, efedrin dll)
Penahanan dan
pembersihan
Partikel tertahan dipermukaan tempat
depo
Aktivitas tergantung laju pelarutan dan
difusi
Pembersihan dilakukan oleh mukosilia
(100 jam)
Tergantung sistem aerosol :
- Larut dlm cairan biologis (penyerapan
oleh mukosa sal nafas)
- Tidak larut cairan biologis (partikel
tersimpan dalam sal nafas bag bawah)
2. Mulut
Luas permukaan penyerapan mulut
dan pharing 75 cm2
Sebagian dapat tertelan (masuk sal
cerna)
Sebagian terserap melalui bukal
Diserap dengan baik (nitrogliserin,
tetosteron, alkaloid)
Sedikit terserap (barbiturat, protein
(insulin) dan heparin)
3. Trakea
Air / normal salin tidak terserap ditrakea
Bahan larut lemak tidak terserap (barbital,
tiopental, striknin)
Aerosol suksinilkolin efek lebih lambay
tapi lebih lama dibandingkan dengan iv
Penisilin dengan penetesan menghasilkan
kadar dalam darah 2x lebih lama dari im
4. Penyerapan di Bronkus
Penelitian sulit (pemisahan daerah yang
diteliti sulit dan adanya percabangan)
Otot polos bronkus sangat peka thd
senyawa iritan (aktivitas lokal)
Reseptor pada pembuluh darah
(vasokontriksi dan dekongesti mukosa
bronkus)
Reseptor pada otot bronkus (relaksasi
otot bronkus)
5. Penyerapan di Alveoler
Permukaan luas
dan penuh kapiler
(pertimbangkan
efek sistemik)
Mekanisme
perlintasan tidak
dapat ditetapkan
dengan pasti
6. Penyerapan di Saluran
Cerna
Untuk partikel yang terhenti
dipermukaan hidung/mulut
Senyawa antara lain (isoprotenolol
atau kromoglikat)
Jumlah total penyerapan sulit
diramalkan
Evaluasi Ketersediaan
Hayati
Tergantung dari efek yang diinginkan
Untuk efek sistemik dapat diperkirakan
aktivitas farmakologi atau terapetik
Untuk efek lokal (tidak bisa, karena
sangat tergantung ukuran partikelnya)
Evaluasi yang dilakukan evaluasi
ketersediaan hayati relatif
Membandingkan berbagai formulasi
Tahap-tahap Evaluasi
1. Pemilihan tempat aksi (efek yang
diinginkan)
Aksi setempat/lokal atau Sistemik
Tergantung pada sifat zat aktif
(stabilitas fisiko-kimia, laju
penyerapan, metabolisme dll)
diameter ukuran partikel
2. Pembuatan aerosol
Pengujian dengan studi in vitro
Pemilihan bahan dan alat yang
sesuai untuk pembuatan sediaan
(diameter partikel, higroskopisitas)
Sesuai dengan cara pemberian
(tergantung tujuan : bukal, nasal,
masker wajah dll)
Pengujian dengan studi in vitro
3. Studi in Vivo
Dengan mengunakan hewan
penelitian (anjing, kelinci)
Dipasangkan pipa khusus ke
berbagai tempat saluran nafas untuk
mengamati reaksi yang terjadi
Dikonversikan ke dosis manusia
(hati-hati)
C: konsentrasi/menit
P : vol larutan pendispersi
V : debit udara
10