Anda di halaman 1dari 16

Dermatomusculoskeletal system

Kasus Tn.C
Tutorial 1
Bapak C, 25 tahun datang ke RSUD Purwokerto dengan keluhan
sejak enam bulan lalu jari telunjuk dan kelingking tangan kanan bengkok,
tangan dan kaki terasa kebas serta muncul bercak putih di tangan kanan
tanpa rasa gatal dan sakit. Bercak putih muncul pada tempat yang lama
dan pernah sembuh. Pasien memiliki riwayat penyakit lepra 5 tahun yang
lalu tetapi berobat tidak teratur. Ada anggota keluarga dengan penyakit
serupa.
Hasil Pemeriksaan Fisik :

Status generalis : dbn


Status dermatologis : Makula Hipopigmentasi disertai anestesi
di wajah, badan, lengan kiri dan kanan, kaki kiri dan kanan.
Ditemukan claw hand jari II dan V tangan kanan
Ditemukan pembesaran saraf N. Auricularis magnus, N. Ulnaris, N.
Perneus, dan N. Tibialis Posterior
Kekuatan otot tangan dan kaki kanan sedang, kekuatan otot
tangan dan kaki kiri kuat
Tingkat cacat tangan kanan : tingkat 2, tangan kiri : tingkat 1. Tingkat
cacat kaki kanan dan kiri : tingkat 1

Hasil Pemeriksaan Penunjang :

Px Darah Rutin : Hb 10g%


Renal Function Test / Liver Function Test : dbn
Px BTA : - cuping telinga kiri +2
- dada kanan +1
- Cuping telinga kanan (-) - pinggang kanan +1

Dermatomusculoskeletal system

Kasus Tn.C
EPILOGE
Dokter menganalisa Tn. C menderita Kusta tipe Borderline Tuberkuloid
dengan cacat pada tangan dan kaki
Medikamentosa :
Pengobatan bulanan hari pertama :
Rifampicin : 600 mg (supervisi)
Lamprene
: 300 mg (supervisi)
Dapson
: 100 mg/hari
Pengobatan hari ke 2-28 :
Lamprene : 500 mg/hari
Dapson
: 100 mg/hari
Pengobatan diberikan selama 12 18 bulan
Edukasi :
Memberikan penjelasan penyakit, penyebab dan penularan,
perjalanan penyakit, pengobatan yang benar, serta cara perawatan
jari tangan yang bengkok dan mati rasa bersamaan dengan
perawatan kaki yang mati rasa.
Pencegahan luka pada tangan / kaki yang mati rasa ( lindungilah
tangan dan kaki dari benda-benda panas, kasar dan tajam. Pada
tangan dapat digunakan sarung tangan atau alas kain, sedangkan
pada kaki dengan memakai alas kaki, membagi tugas rumah tangga
yang berbahaya dengan anggota keluarga lain, selalu memeriksa
dengan teliti apakah ada luka atau lecet sekecil apapun pada
tangan dan kaki, jika terjadi luka atau lecet, istirahatkan tangan
atau kaki hingga sembuh )
Perawatan pada jari-jari bengkok/kaku (letakan tangan di atas paha
atau meja yang dialasi kain, lalu gunakan tangan lain untuk
meluruskan jari-jari bengkok, gerakan sendi-sendi sehingga tidak
bertambah kaku.
Perawatan kulit tangan dan kaki yang kering
- Rendam tangan atau kaki selama 20 menit setiap hari dengan air
dingin
- Setelah di rendam, gosoklah kulit yang menebal dengan batu
apung
- Kemudian olesi dengan minyak kelapa untuk melembabkan kulit
Perawatan untuk kaki semper
- Selalu memakai sepatu agar jari-jari tidak terseret atau luka
- Angkat lutut lebih tinggi waktu berjalan

Gunakan tali karet antara lutut dan sepatu untuk mengangkat


kaki bagian depan waktu berjalan
Lakukan latihan tertentu.

Dermatomusculoskeletal system

Terminologi
Hipopigmentasi
Anestesi
Claw Hand
Renal Function Test
Liver Function Test
Problem
Tn. C 25 tahun
Keluhan Utama
Anamnesis
RPS

: jari telunjuk dan kelingking tangan kanan bengkok


: Sejak 6 bulan yang lalu
- Jari telunjuk dan kelingking tangan kanan bengkok
- Tangan dan kaki terasa kebas
- Muncul bercak putih ditangan kanan
- Tidak gatau ataupun rasa sakit
: 5 tahun yang lalu pertama kali muncul dengan bercak

RPD
putih
RPK
: Ada
RPO
: ya, tapi tidak teratur sehingga tidak sembuh
Px Fisik
Status generalis : dbn
Status dermatologis : Makula Hipopigmentasi disertai anestesi
di wajah, badan, lengan kiri dan kanan, kaki kiri dan kanan.
Ditemukan claw hand jari II dan V tangan kanan
Ditemukan pembesaran saraf N. Auricularis magnus, N. Ulnaris, N.
Perneus, dan N. Tibialis Posterior
Kekuatan otot tangan dan kaki kanan sedang, kekuatan otot
tangan dan kaki kiri kuat
Tingkat cacat tangan kanan : tingkat 2, tangan kiri : tingkat 1. Tingkat
cacat kaki kanan dan kiri : tingkat 1

Px Penunjang
Px Darah Rutin : Hb 10g%
Renal Function Test / Liver Function Test : dbn
Px BTA : - cuping telinga kiri +2
- dada kanan +1
- Cuping telinga kanan (-)
- pinggang kanan +1
Hipotesa
Berdasarkan hasil dari anamnesa, kami mengambil hipotesis adalah
Lepra dengan tipe TT, BL, BT, BB, dan LL.
Berdasarkan hasil dari anamnesa dan pemeriksaan fisik, kami hanya
mengambil hipotesis yaitu Lepra dengan tipe BB atau BL

Berdasarkan hasil dari anamnesa, pemeriksaan fisik dan


pemeriksaan penunjang kami bisa menentukan jenis tipe Lepranya
yaitu Lepra tipe BB dengan cacat pada tangan kanan
Mekanisme

More Info
I Dont Know
a. Basic Science
Mikroorganisme ( Mycobacterium leprae )
- Definisi
- Taksonomi
- Struktur
- Habitat
- Sifat
- Penularan
Sistem Saraf
- Sistem Saraf Pusat
- Sistem Saraf Tepi
Eferen
Aferen
- Histolologi
Sel
Akson
Sel meilyn
- Gangguan fungsi saraf
b. Lepra / Kusta
- Definisi
- Epidemiologi
- Etiologi
- Gejala Klinis
- Patofisiologi
- Diagnosa
- Diagnosa banding
- Tata laksanaan
- Prognosis
Learning Issue

Dermatomusculoskeletal system

Basic Science
a. Mikroorganisme
Mycobacterium leprae
Definisi : merupakan salah satu jenis mikroorganisme yang bersifat
Bakteri Gram (+) intraseluler yang menyebabkan penyakit lepra atau
kusta.
Taksonomi
Kingdom
: Bacteria
Filum : Actinobacteria
Ordo : Actinomycetales
Family : Mycobacteriaceae
Genus : Mycobacterium
Spesies: M. Leprae
Struktur
Dinding sel kuat dan resisten
Memiliki antigen spesifik yaitu PGL
Ukuran 1-8 x 0,2-0,5 mikron
Tidak berspora
Tidak bisa dikultur
Tumbuh lambat
Membelah diri 20-30 hari
Habitat
Di dalam sel makhluk hidup
Jaringan
Bersuhu dingin
Sifat
Obligat Intraseluler
Penularan
Kontak Langsung
Droplet
b. Sistem Saraf
Sistem Saraf Pusat ( Otak )
Definisi
: suatu organ terpenting pada tubuh, karena
berfungsi sbg pusat dalam mengendalikan seluruh tubuh
Bagian bagian
: Otak Depan, Otak Tengah, dan Otak
Belakang
Sistem Saraf Tepi
Eferen
Membawa implus saraf dari sistem saraf pusat ke efektor

Somatic ( sadar )
Bekerja atas kesadaran dan kemauan. Contoh : makan,
minum dll
Otonom ( Tidak Sadar )
Bekerja secara tidak sadar, tidak dibawah kehendak
saraf pusat. Contoh : denyut jantung saat panik, atau
perubahan pupil mata
Klasifikasi :
Simpatis
Mendorong respon yang mempersiapkan
tubuh untuk aktivitas fisik berat, dalam situasi
darurat / penuh dengan stress. Contoh : jantung
berdenyup lebih cepat
Parasimpatis
Mendominasi pada keadaan tenang dan
inhalasi, sehingga memperlambatkan aktivitasaktivitas yang ditingkatkan oleh saraf simpatis
Aferen
Membawa implus saraf dari reseptor menuju sistem saraf
pusat

Dermatomusculoskeletal system

Leprae / Kusta
A. Definisi
Lepra merupakan penyakit infeksi kronik yang di akibatkan oleh
Mycobacterium leprae.
B. Etiologi
Bakteri Mycobacterium leprae
Basil Tahan Asam (+)
C. Epidemiologi
Semua umur
Kosmopolit
Bukan penyakit turunan
Kulit hitam lebih beresiko
Masa penularan 3-5tahun
Daerah tropis dan subtropis
D. Faktor Prediposisi
Cara penularan (infeksi dan droplet)
Keadaan sosial ekonomi
E. Faktor resiko
Imunitas yang rendah
F. Gejala Klinis
Secara Umum
Makula
Anestesi
Hipopigmentasi
Lesi eritem
Kerusakan saraf / mata
Nyeri
Deformitas
Kulit kering
Alopesia
Anhidrosis atau kerusakan kelenjar keringat
WHO
PB (Pausibasilar) <2+
MB (Multibasilar)
>2+
Lesi kulit
1 5 lesi
>5 lesi
Hipopigmentasi /
Distribusi simetris
eritem
Distribusi tidak simetris Sensasi hilang tidak
jelas
Sensasi hilang jelas
Kerusakan
Satu cabang
>1 cabang

saraf

Ridley and Jopling


a) Kusta PB (Pausibasilar)
Tipe : I, TT, BT
o Hipopigmentasi
o Makula infiltrat
o Distribusi asimetris
o Batas tegas
o Anestesi jelas
o BTA (-)
b) Kusta MB (Multibasilar)
Tipe : BB, BL, LL
o Makula infiltrat
o Papul
o Nodul
o Plakat >5
o Distribusi simetris
o Permukaan mengkilat
o Batas tidak jelas
o BTA (+)

G. Patofisiologi

H. Diagnosa
a) Anamnesis : clawhand atau anestesi
b) Pemeriksaan fisik :
- Bercak merah
- Kulit mengkilap
- Tidak gatal
c) Pemeriksaan penunjang :
- Uji saraf
- Uji gunawan
- Uji pilokarpin
Tes lepromin adalah tes non spesifik untuk klasifikasi
dan prognosis lepra tapi tidak untuk diagnosis, berguna untuk
menunjukan sistem imun penderita terhadap M.leprae. 0,1 ml
lepromin, dipersiapkan dari extraks basil oganisme untuk
kemudian disuntikan intradermal. Kemudian dibaca pada
setelah 48 jam atau 2 hari (reaksi fernandez), dapat juga
ditunggu hingga 3-4 minggu (rekasi Mitsuda). Reaksi
Fernandez positif bila terdapat indurasi dan eritema yang
menunjukan kalau penderita bereaksi terhadap M.leprae, yaitu
memberikan respon imun tipe lambat. Sementara itu, Reaksi
Mitsuda bernilai seperti dibawah ini:
- 0
: Papul berdiameter 3mm atau kurang
- +1 : Papul berdiameter 4-6mm

- +2 : Papul berdiameter 7-10mm


- +3 : Papul berdiameter lebih dari 10mm
d) Pemeriksaan histologik
Gambaran histopatologik tipe tuberkuloid adalah tuberkel dan
kerusakan saraf yang lebih nyata, tidak ada kuman atau hanya
sedikit dan non-solid. Pada tipe lepromatosa terdapat kelim sunyi
subepidermal, yaitu suatu daerah langsung di bawah epidermis
yang jaringannya tidak patologik. Didapati pula adanya sel
Vinrchow dengan banyak kuman. Pada tipe borderline, terdapat
campuran unsur-unsur tersebut.
e) Pemeriksaan serologik
Pemeriksaan serologik kusta didasarkan atas terbentuknya
antibodi pada tubuh seseorang yang terinfeksi oleh M. leprae.
Antibodi yang terbentuk dapat bersifat spesifik terhadap M.
leprae, yaitu antibodi antiphenolic glycoplipid-1(PGL-1) dan
antibodi antiprotein 16 kD serta 35 kD. Macam-macam
pemeriksaan serologik kusta yang dapat dilakukan adalah: tes
FLA-ABS, tes ELISA, dan tes MLPA ( Mycobacterium Leprae
Particle Aglutination).
f) Basil Tahan Asam
Digunakan untuk membantu menegakkan diagnosis dan
pengamatan pengobatan. Sediaan dibuat dari kerokan kulit atau
mukosa hidung yang diwarnai dengan pewarnaan terhadap
bakteri tahan asam, antara lain dengan Ziehl Neelsen.
Pemeriksaan bakteri negatif pada seorang penderita, bukan
berarti orang tersebut tidak mengandung M. leprae.
Pertama-tama kita harus memilih tempat-tempat di kulit yang
diharapkan paling padat oleh bakteri, setelah terlebih dahulu
menentukan jumlah tempat yang akan diambil. Untuk
pemeriksaan rutin biasanya diambil dari minimal 4-6 tempat,
yaitu kedua cuping telinga bagian bawah dan 2-4 tempat lain
yang paling aktif, berarti yang paling merah di kulit dan
infiltratif.
Kepadatan M. leprae tanpa membedakan solid atau nonsolid
pada sebuah sediaan dinyatakan dengan Indek Bakteri (IB)
dengan nilai dari 0 sampai 6+ menurut Ridley.
Seperti tertera di bawah ini:
- 0 bila tidak ada BTA dalam 100 lapangan pandang
- 1+ bila 1-10 BTA dalam 100 LP
- 2+ bila 1-10 BTA dalam 10 LP
- 3+ bila 1-10 BTA rata-rata dalam 100LP
- 4+ bila 11-100 BTA rata-rata dalam 1 LP
- 5+ bila 101-1000 BTA dalam 1 LP
- 6+ bila > 1000 BTA rata-rata dalam 1 LP
I. Diagnosa Banding
Jika ditemukan makula hipopigmentasi
Leprae Tipe I (Interminate)

Tinea Vesikolor
Vitiligo
Pitiriasis rosea
Dermatitis seboroik
Liven simplex kompleks
Jika ditemukan makula eritematosa
Leprae Tipe TT (Tuberkuloid)
Tinea korporis
Psoriasis
Lupus eritematosa diskoid
Pitiriasis rosea
Jika ditemukan makula merah dengan batas tidak tegas
Leprae Tipe BT,BL dan LL
Selulitis
Erisipelas
psoriasis
Jika ditemukan nodul
Leprae Tipe LL (Lepramatosa)
Lupus eritematosa sistemik
Dermatomitosis
Erupsi obat
J. Tata Laksana
Farmakologi
i. Tipe I, TT, dan BT (selama 6 9 bulan )
DDS 100 mg/hari
Rifampisin 600mg/bulan
ii.
Tipe BB, BL, dan LL (selama 2-3 tahun )
DDS 100 mg/hari
Rifampisin 600 mg/bulan
Lampren 300 mg/bulan
iii.
Fungsi Obat
DDS atau Dapson
Menghambat sintesis falat
Rifampisin
Menghambat RNA polimerase dependen DNA, jadi
produksi RNA terhambat dan bakteri tidak bisa
bertumbuh kembang
Lampren
Anti inflamasi
Non Farmakologi
- Pemeriksaan bakteriologi
- Pemeriksaan rutin
- Perawatan kulit
K. Reaksi kusta
Suatu jenis kekebalan atau reaksi antigen antibodi
Gejala Klinis :
- Eritem

- Panas
- Nyeri
- Tumor
- Function lansea
Faktor pencetus :
- Kehamilan
- Anemia
- Kekurangan gizi
Klasifikasi :
1. Reaksi Tipe 1 atau reaksi reversal
Reaksi ini terjadi pada pasien BL atau tidak stabil yang
diperantai oleh imunitas seluler. Biasanya terjadi saat
proses pengobatan dan peningkatan respon radang.
Gejala Klinis :
- Perubahan warna kulit
- Nyeri
- Kolor
- Demam
- Lesi aktif
2. Reaksi tipe 2 atau ENL
Reaksi yang terjadi saat tubuh membentuk antibodi
ketika tubuh kelebihan protein yang diperantai oleh
imunitas humoral sehingga menimbulkan respon
peradangan
Gejala klinis :
- Nodul berwarna merah
- Lunak
- Nyeri
- Hipepigmentasi
- Reaksi terjadi selama > 3 minggu
Penanganan
- Berobat jalan
- Pemberian analgetik dan antipiretik
- MDT dengan dosis tepat
- Menghindari faktor pencetus
L. Kecatatan Kusta
Klasifikasi
Cacat O : tidak ada cacat
Cacat 1 : terjadi kerusakan saraf seperti hilang rasa raba pada
kornea mata,
telapak tangan dan kaki
Cacat 2 : - tidak bisa menutup mata dengan rapat
- Mata merah
- Luka
- Ulkus ditelapak
- Deformitas
Jenis kecacatan
a. Cacat primer

Cacat yang berlangsung karena M.Leprae mengenai


jaringan
b. Cacat sekunder
Cacat yang terjadi akibat cacat primer jika tidak di cegah
Pencegahan cacat
a. Cacat primer
- Diagnosis dini
- Pengobatan teratur dan adekuat
- Diagnosis dini dan penatalaksaan neuritik
- Diagnosis dini dan penatalaksaan reaksi
b. Cacat sekunder
- Perawatan luka
- Latihan fisioterapis
- Bedah konstruksi untuk koreksi otot yang lumpuh
- Bedah septik untuk mengurangi perluasan infeksi
- Perawatan mata, tangan, dan kaki yang lumpuh
M. Prognosis
Baik jika pengobatan adekuat

Anda mungkin juga menyukai