Anda di halaman 1dari 20

PROPOSAL

HUBUNGAN EKONOMI KELUARGA, PERGAULAN DAN ADAT


ISTIADAT DENGAN PERNIKAHAN DINI
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Metlit Kualitatif

Disusun Oleh :
Dera Nur Tresna

PROGRAM PASCA SARJANA KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
2014

BAB I
PENDAHULUAN
A.

Latar Belakang
Di sebagian besar dunia, pernikahan dini berkembang terus menerus menjadi
norma sosial yang kuat, terutama untuk anak remaja perempuan. Rata-rata anak
perempuan yang menikah dini merupakan remaja yang memiliki tingkat pendidikan
yang rendah, memiliki status sosial yang lebih rendah, kurangnya kontrol reproduksi.
Konsekuensi dari pernikahan dini adalah meningkatnya kematian ibu yang tinggi,
pertumbuhan penduduk lebih tinggi, dan insiden yang lebih tinggi dari anak yatim
karena kematian ibu saat melahirkan (Field,2008).
Menikah di usia kurang dari 18 tahun merupakan realita yang harus dihadapi
sebagian anak di seluruh dunia, terutama negara berkembang. Meskipun Deklarasi Hak
Asasi Manusia di tahun 1954 secara eksplisit menentang pernikahan anak, namun
ironisnya, praktek pernikahan usia dini masih berlangsung di berbagai belahan dunia
dan hal ini merefleksikan perlindungan hak asasi kelompok usia muda yang terabaikan.
Implementasi Undang-Undangpun seringkali tidak efektif dan terpatahkan oleh adat
istiadat serta tradisi yang mengatur norma sosial suatu kelompok masyarakat
(Unicef,2001).
Fenomena menikah dini masih sering dijumpai pada masyarakat Timur Tengah
dan Asia Selatan dan pada beberapa kelompok masyarakat di Sub-Sahara Afrika. Di
Asia Selatan terdapat 9,7 juta anak perempuan 48% menikah umur di bawah 18 tahun,
Kasus-kasus Afghanistan dan Bangladesh, di mana 54 persen dan 51 persen anak
perempuan menikah pada usia 18. Negara bagian Rajasthan, 1993 survei terhadap
5.000 wanita menunjukkan bahwa 56 persen telah menikah sebelum usia 15, dan ini, 17
persen menikah sebelum mereka adalah 10.19 Sebuah survei 1998 di Madhya Pradesh
menemukan bahwa hampir 14 persen dari gadis menikah antara usia 10 and14
(Unicef,2001).
Demographic and Health Survey (SDKI) 2007 melaporkan bahwa dari 6.341
perempuan usia 15-19 tahun, 12,8% dari mereka sudah menikah dan dari 6.681
perempuan usia 20-24 tahun, 59,2% diantaranya sudah menikah. Berdasarkan dari
Riskesdas tahun 2012, didapatkan hasil pernikahan dini sebesar 22% (Riskesdas,2012).
Pernikahan dini dilatarbelakangi oleh beberapa faktor yaitu pendidikan remaja,
ekonomi keluarga, pergaulan remaja. Permasalahan kesehatan reproduksi remaja

termasuk pernikahan dini di Indonesia masih dijumpai pada daerah pedesaan.


Pernikahan dini dipengaruhi oleh karakteristik ekonomi keluarga, pergaulan remaja,
dan adat istiadat. Factor-faktor tersebut sangat mendominasi pernikahan dini yang
terjadi di Indonesia. Pernikahan dini kini di kalangan masyarakat makin
menggeludak,banyak dari orang tua yang menikahkan anak perempuannya yang
menurut Undang-undang belum mencapai usia nikah. Kebanyakan dari mereka
menikahkan anaknya yang masih remaja dengan alasan ekonomi,mereka beralasan
sudah tidak sanggup membiayai anaknya lagi,dan dengan menikahkannya adalah jalan
untuk mengurangi beban ekonomi(Setyaningrum,2014).
B. Rumusan Masalah
Adakah hubungan ekonomi keluarga, pergaulan dan adat istiadat dengan pernikahan
dini?
C. Tujuan Penelitian
1.

Tujuan Umum
Diketahuinya informasi tentang pernikahan dini pada remaja dan hubungan

antara ekonomi keluarga, pergaulan dan adat istiadat terhadap pernikahan dini pada
remaja Kecamatan Tenjolaya Kabupaten Bogor.
2. Tujuan Khusus
a. Diketahuinya % remaja yang menikah dini di Kecamatan Tenjolaya Kabupaten
Bogor.
b. Diketahuinya % orangtua remaja di Kecamatan Tenjolaya Kabupaten Bogor
yang memiliki ekonomi baik.
c. Diketahuinya % remaja di Kecamatan Tenjolaya Kabupaten Bogor yang
memiliki pergaulan baik.
d. Diketahuinya % remaja di Kecamatan Tenjolaya Kabupaten Bogor yang
memiliki adat istiadat baik.
e. Diketahuinya perbedaan proporsi ekonomi orangtua terhadap pernikahan dini
di Kecamatan Tenjolaya Kabupaten Bogor

f. Diketahuinya perbedaan proporsi pergaulan remaja terhadap pernikahan dini di


Kecamatan Tenjolaya Kabupaten Bogor
g. Diketahuinya perbedaan proporsi adat istiadat terhadap pernikahan dini di
Kecamatan Tenjolaya Kabupaten Bogor
h. Diketahuinya hubungan ekonomi keluarga, pergaulan remaja dan adat istiadat
dengan pernikahan dini di kecamatan Tenjolaya Kabupaten Bogor.

BAB II
A. Pernikahan Dini
Pernikahan adalah hubungan yang sah dari dua orang yang berlainan jenis
kelamin. Sahnya hubungan tersebut berdasarkan atas hukum perdata yang berlaku, agama
atau peraturan-peraturan lain yang dianggap sah dalam negara bersangkutan (Lembaga
Demografi FEUI, 2007). Menurut Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974, pernikahan
adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami isteri
dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan
Ketuhanan Yang Maha Esa. Secara umum pernikahan adalah ikatan yang mengikat dua
insan lawan jenis yang masih remaja dalam suatu ikatan keluarga (Luthfiyani, 2008).
Pernikahan dini adalah pernikahan yang dilakukan oleh seorang laki-laki dan seorang
wanita yang umur keduanya masih dibawah batasan minimum yang diatur oleh UndangUndang (Rohmah, 2009).
Usia dini merujuk pada usia remaja. WHO memakai batasan umur 10-20 tahun
sebagai usia dini. Sedangkan pada Undang-undang Perlindungan Anak (UU PA) bab 1
pasal 1 ayat 1 dinyatakan bahwa yang dimaksud dengan usia dini adalah seseorang yang
belum berusia 18 tahun, batasan tersebut menegaskan bahwa anak usia dini adalah bagian
dari usia remaja. Dari segi program pelayanan, definisi remaja yang digunakan oleh
departemen kesehatan adalah mereka yang berusia 10-19 tahun dan belum menikah.
Sementara itu, menurut Badan Koordinasi keluarga Berencana (BKKBN) batasan usia
remaja adalah 10 sampai 21 tahun. Remaja adalah suatu masa dimana individu dalam
proses pertumbuhannya terutama fisiknya yang telah mencapai kematangan. Dengan
batasan usia berada pada 11-24 tahun dan belum menikah (Sarwono, 2004).
Remaja pada umumnya dibagi menjadi tiga tingkatan, yaitu remaja awal (11-15
tahun), remaja menengah (16-18 tahun), dan remaja akhir (19-20 tahun). Seorang remaja
mencapai tugas-tugas perkembangannya dapat dipisahkan menjadi tiga tahap secara
berurutan (Marcia, 1991 dalam Sprinthall dan Collins, 2002 :
a. Masa Remaja Awal
Remaja awal adalah remaja dengan usia 11-15 tahun. Pada masa ini remaja
mengalami perubahan fisik yang sangat drastis, misal pertambahan berat badan, tinggi
badan, panjang organ tubuh dan pertumbuhan fisik yang lainnya. Pada masa remaja
awal memiliki karakteristik sebagai berikut lebih dekat dengan teman sebaya, lebih
bebas, lebih banyak memperhatikan keadaan tubuhnya dan mulai berpikir abstrak.

b. Masa Remaja Menengah


Pada masa remaja menengah atau madya, adalah masa remaja dengan usia
sekitar 16-18 tahun. Pada masa ini remaja ingin mencapai kemandirian dan otonomi
dari orangtua, terlibat dalam perluasan pertemanan dan keintiman dalam sebuah
hubungan pertemanan. Pada masa remaja menengah ini memiliki karakteristik sebagai
berikut mencari identitas diri, timbulnya keinginan untuk kencan, mempunyai rasa
cinta yang mendalam, mengembangkan kemampuan berpikir abstrak, dan berkhayal
tentang aktifitas seks.
Remaja pada usia ini sangat tergantung pada penerimaan dirinya di kelompok
yang sangat dibutuhkan untuk identitas dirinya dalam membentuk gambaran diri.
c. Masa Remaja Akhir
Masa remaja akhir adalah masa remaja dengan usia 18-20 tahun. Pada fase
remaja kelompok akhir ini, fokus pada persiapan diri untuk lepas dari orangtua
menjadi kemandirian yang ingin dicapai, membentuk pribadi yang bertanggungjawab,
mempersiapkan karir ekonomi, dan membentuk ideology pribadi. Karakteristik dalam
kelompok ini adalah sebagai berikut pengungkapan identitas diri, lebih selektif dalam
mencari teman sebaya, mempunyai citra jasmani dirinya, dapat mewujudkan rasa
cinta, dan mampu berpikir abstrak.
Para remaja juga sering menganggap diri mereka serba mampu, sehingga
seringkali mereka terlihat tidak memikirkan akibat dari perbuatan mereka. Remaja
diberi kesempatan untuk mempertanggungjawabkan perbuatan mereka, akan tumbuh
menjadi orang dewasa yang lebih berhati-hati, lebih percaya diri dan mampu
bertanggungjawab (Lily, 2002).
B. Faktor-faktor yang Memengaruhi Pernikahan Dini
Adapun faktor-faktor yang menjadi penyebab berlangsungnya pernikahan dini antara
lain :
1. Pendidikan
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan
potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan
dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
Pendidikan secara umum dapat didefenisikan adalah suatu usaha
pembelajaran yang direncanakan untuk mempengaruhi individu ataupun

kelompok sehingga mau melaksanakan tindakan-tindakan untuk menghadapi


masalah-masalah dan meningkatkan kesehatannya. Berkaitan dengan defenisi
tersebut, maka pendidikan dibedakan atas tiga jenis yaitu pendidikan formal,
pendidikan informal, dan pendidikan nonformal.
Pendidikan formal adalah jalur pendidikan yang terstruktur dan berjenjang
yang terdiri atas pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar, pendidikan
menengah, dan pendidikan tinggi. Pendidikan formal terdiri dari pendidikan
formal berstatus negeri dan pendidikan formal berstatus swasta.
Semakin muda usia menikah, maka semakin rendah tingkat pendidikan
yang dicapai oleh seorang anak. Pernikahan anak seringkali menyebabkan anak
tidak lagi bersekolah, karena kini ia mempunyai tanggungjawab baru, yaitu
sebagai istri dan sebagai calon ibu, atau kepala keluarga dan calon ayah, yang
lebih banyak berperan mengurus rumah tangga dan anak yang akan hadir. Pola
lainnya yaitu karena biaya pendidikan yang tak terjangkau, anak berhenti sekolah
dan kemudian dinikahkan untuk mengalihkan beban tanggungjawab orangtua
menghidupi anak tersebut kepada pasangannya (UNICEF, 2006). Dari berbagai
penelitian didapatkan bahwa terdapat korelasi antara tingkat pendidikan yang
rendah dan usia saat menikah.
2. Ekonomi
Motif ekonomi, harapan tercapainya keamanan sosial dan finansial setelah
menikah menyebabkan banyak orangtua menyetujui pernikahan usia dini
(UNICEF, 2001). Secara umum, pernikahan anak lebih sering dijumpai di
kalangan keluarga miskin, meskipun terjadi pula di kalangan keluarga ekonomi
atas. Di banyak negara, pernikahan anak seringkali terkait dengan kemiskinan.
Sayangnya, pernikahan gadis ini juga menikah dengan dengan pria berstatus
ekonomi tak jauh berbeda, sehingga menimbulkan kemiskinan baru.
3. Sosial Budaya
Budaya adalah satu kesatuan yang kompleks, termasuk didalamnya
pengetahuan, kepercayaan, seni, moral, hukum adat, dan kesanggupan serta
kebiasaan yang diperolah manusia sebagai anggota masyarakat. Latar belakang
budaya mempunyai pengaruh yang penting terhadap aspek kehidupan manusia,
yaitu kepercayaan, tanggapan, emosi, bahasa, agama, bentuk keluarga, diet,
pakian, bahasa tubuh (Syafrudin dan Mariam, 2010).

4. Adat Istiadat
Di banyak daerah di Indonesia ada semacam anggapan jika anak gadis
yang telah dewasa belum berkeluarga dipandang merupakan aib keluarga. Untuk
mencegah aib tersebut, para orangtua berupaya secepat mungkin menikahkan
anak gadis yang dimilikinya, yang pada akhirnya mendorong terjadinya
pernikahan dini.
Desa Pantai Utara Pulau Jawa, suatu daerah yang penduduknya biasa
menikahkan anak gadisnya di usia muda, biarpun tak lama kemudian bercerai. Di
daerah tersebut perempuan yang berumur 17 tahun apabila belum kawin dianggap
perawan tua yang tidak laku. Tak jauh beda di Kabupaten Bantul, perempuan usia
dibawah 20-an tak menikah maka dianggap perempuan tak laku.
a.

Pandangan dan kepercayaan


Dibanyak daerah masih ditemukan adanya pandangan dan kepercayaan
yang salah, misalnya kedewasaan seseorang dinilai dari status pernikahan,
adanya anggapan bahwa status janda lebih baik daripada perawan tua, adanya
anggapan bahwa kejantanan seseorang dinilai dari seringnya melakukan
pernikahan.

C. Risiko Pernikahan Dini


Seorang dokter peneliti dari Universitas Islam Negeri menyatakan ada
beberapa hal dampak yang diakibatkan dari pernikahan dini, diantaranya anak yang
menikah di usia dini sering mendapatkan kekerasan dari orangtua dan keluarga bila
menolak untuk dinikahkan. Hal ini terjadi di desa Tegal Dowo Rembang dan Desa
Ngiri, orangtua melakukan kekerasan fisik seperti memukul, menendang sehingga
anak keluar dari rumah, semakin meningkatnya perceraian, faktor ekonomi sehingga
kemiskinan meningkat karena belum siap secara ekonomi, dan kebebasan anak dari
orangtua meningkat karena telah menikah mereka akan keluar dari desanya mencari
pekerjaan, beberapa kasus menyebutkan mereka bekerja sebagai penyanyi karauke
bahkan ada yang menjadi wanita penghibur.
Faktor kesehatan yang terjadi, biasanya terjadi pada pasangan wanita saat
mengalami kehamilan dan persalinan. Kehamilan mempunyai dampak negatif

terhadap kesejahteraan seorang remaja. Sebenarnya ia belum siap mental untuk hamil,
namun karena keadaaan ia terpaksa menerima kehamilan dengan risiko.
Rianti (2004) melakukan penelitian terhadap 127 orangtua yang melakukan
pernikahan berusia <20 tahun menyimpulkan bahwa hampir sebagian besar orangtua
(84,11 persen) kurang memperhatikan kesehatan dan pendidikan anaknya, 72,43
persen orangtua cenderung mengabaikan keinginan anaknya dan membatasi semua
aktivitas anak dengan mengancam serta memarahinya dan 81,66 persen orangtua
pesimistis terhadap anaknya.
D. Kerangka Teori
Tabel 2.1
SKEMA KERANGKA TEORI
Faktor Pernikahan dini :
Pendidikan
Pengetahuan
Ekonomi Keluarga

Pernikahan Dini

Pergaulan
Adat Istiadat

Kerangka teori modifikasi dari Unicef (2002) dan Setyaningrum (2014)

BAB III
Kerangka Konsep, Definisi Operasional dan Hipotesis

A.

Kerangka Konsep
Gambar 3.1 Kerangka Konsep Penelitan

Ekonomi Keluarga

Pernikahan dini
Pergaulan
Variable luar:
Adat istiadat
Gambar 3.1 Kerangka Konsep Penelitan

B. Definisi Operasional
No

Variabel

Definisi Operasional

Alat
Cara Ukur Hasil Ukur
Ukur
Pernikahan Pernikahan
yang Kuisioner Wawancara 1. Ya
dini
dilakukan oleh seorang
2. Tidak
laki-laki dan seorang
wanita yang umur salah
satunya berusia diantara
10-18 tahun.
Ekonomi
Pendapatan
keluarga Kuisioner Wawancara 1. Tinggi
keluarga
yang digunakan untuk
jika
membiayai kebutuhan
pengelua
keluarga.
ran > 1
Juta
2. Rendah
jika
pengelua
ran 1
juta
Pergaulan aktifitas-aktifitas yang Kuisioner Wawancara 1. Baik
dilakukan
individu
2. Tidak
dalam waktu luangnya,
baik
kegiatan pergi kepesta,
disko,
pub,
caf,
membaca/melihat
pornografi, berkencan
dengan pacar, hubungan
seks dengan pacar, dan
adanya kehamilan di
luar pernikahan.
Adat
Tata laku yang berlaku Kuisioner Wawancara
1. Baik
istiadat
di tempat responden
2. Tidak
yang
secara
turun
Baik
temurun di turunkan
sehingga memengaruhi
pengambilan keputusan
menikah dini.

Skala
Ordinal

Ordinal

Nominal

Ordinal

C.

Hipotesis Penelitian
Ada hubungan ekonomi keluarga, pergaulan dan adat istiadat dengan pernikahan dini
pada remaja.

BAB IV
METODE PENELITIAN

A.

Desain Penelitian
Penelitian dilakukan dari adanya suatu permasalahan. Masalah merupakan
penyimpangan dari apa seharusnya dengan apa terjadi, penyimpangan antara rencana
dengan pelaksanaan, penyimpangan antara teori dan praktek, masalah muncul di tempat
dan waktu yang berbeda (Sugiyono:2009). Jenis penelitian ini adalah kuantitatif dengan
pendekatan case control.

B.

Subjek Penelitian
1. Populasi
a)

Populasi kasus: seluruh remaja yang menikah dini pada bulan januari-juli 2014
yang berkunjung ke UPT Puskesmas Tenjolaya.

b)

Populasi kontrol: seluruh remaja yang tidak menikah dini pada bulan januarijuli 2014 yang berkunjung ke UPT Puskesmas Tenjolaya.

2. Sampel
Sampel untuk penelitian ini dibagi menjadi dua kelompok kasus dan control.
Kriteria kasus dan control ditentukan sebagai berikut:
a)

Sumber kasus
Sebagian remaja yang menikah dini pada bulan januari-juli 2014 yang
berkunjung ke UPT Puskesmas Tenjolaya.

b)

Sumber control
Sebagian remaja yang tidak menikah dini pada bulan januari-juli 2014 yang
berkunjung ke UPT Puskesmas Tenjolaya.
Besar sampel penelitian ini ditentukan dengan menggunakan jumlah sampel
minimal (lemeshow 1997) berdasarkan penelitian sebelumnya.

Keterangan:
n : Besar sampel minimal
: Tingkat kemaknaan (0,05) dengan Z =1,96
: Kekuatan Uji (80%) Z=0,842
P1 : Proporsi adat istiadat yang mendukung pada remaja yang menikah
dini (64%)
P2 : Proporsi adat istiadat yang mendukung pada remaja yang tidak
menikah dini (45%)
Tabel 3.2
Nilai P1 dan P2 hasil Penelitian Terdahulu dan Perkiraan Jumlah Sampel
(Rafidah,2005)
Adat Istiadat
Mendukung
Tidak Mendukung
Jumlah

Pernikahan Dini
Ya
Tidak
29 (59,2)
20 (40,8)
16 (39,1)
25 (61,0)
45
45

Jumlah
49
41
90

Keterangan :
P1
: Proporsi adat istiadat yang mendukung pada remaja yang menikah
dini = (29:45)X 100% = 64%
P2
: Proporsi adat istiadat yang mendukung pada remaja yang tidak
menikah dini = (20:45)X 100%= 45%
Dengan menggunakan rumus tersebut, maka pada penelitian ini diambil
sampel 76 orang untuk kasus. Penelitian ini menggunakan perbandingan kasus
dan control 1:1. Dengan demikian jumlah sampel untuk kasus dan control
76:76. Jumlah sampel keseluruhan adalah 152 sampel.

3. Cara Pengambilan Sampel


Sampel diambil di UPT Puskesmas Tenjolaya dengan menunggu satu remaja
yang menikah dini yang datang ke Puskesmas kemudian dicarikan kontrolnya

satu remaja yang tidak menikah dini, begitu hingga sampai dengan kasus
(remaja yang menikah dini) berjumlah 76 orang dan control (remaja yang tidak
menikah dini) berjumlah 76 orang.

C.

Pengumpulan Data
1. Persiapan
Alat yang digunakan dalam penelitian ini berupa lembar kuesioner terstruktur dan
berisi pernyataan yang berhubungan dengan variabel penelitian yang harus dijawab
oleh responden. Kuesioner sebelum digunakan dalam penelitian terlebih dahulu
diujicobakan kepada 30 remaja yang menikah di usia muda di desa ciampea. Hal
tersebut dilakukan untuk mengetahui apakah kuisioner yang dipergunakan benarbenar memenuhi syarat validitas dan reliabilitas sehingga dapat diketahui
kekurangan atau kelemahannya.
a) Pengukuran validitas kuesioner
Validitas adalah ukuran kecermatan suatu test dalam melakukan fungsi
ukurnya. Uji validitas adalah prosedur pengujian untuk melihat apakah alat
ukur atau pertanyaan yang dipakai dalam kuesioner dapat mengukur dengan
cermat apa yang hendak diukur. Dalam penelitian uji validitas akan dapat
dipakai untuk memilih item-item pernyataan yang relevan untuk dianalisis. Uji
validitas dilakukan dengan melihat korelasi antara skor dari masing-masing
item pertanyaan dibanding skor total. Perhitungan dilakukan dengan rumus
teknik korelasi Pearson Product Moment untuk variabel kontinum. Validitas
untuk variabel pengetahuan dicari dengan rumus korelasi dwiserial yaitu
dengan mengkorelasikan. Hasil pengukuran validitas menunjukkan bahwa
korelasi nilai masing-masing item pernyataan dengan nilai total setiap variabel
menunjukkan angka yang signifikan (0,05) maka setiap item pernyataan pada
kuesioner penelitian dapat dikatakan valid atau mampu mengukur apa yang
hendak diukur (Siregar: 2013).
b) Pengukuran reliabilitas kuesioner
Reliabilitas adalah kestabilan alatukur. Suatu alat ukur dapat dikatakan
reliabel apabila dapat memberikan hasil yang sama. Pada saat dipakai untuk
mengukur ulang obyek yang sama. Uji reliabilitas adalah suatu cara untuk

melihat apakah alat ukur dalam hal ini kuesioner akan memberikan hasil yang
sama apabila pengukuran dilakukan secara berulang-ulang. Pengukuran
variabel menggunakan one shot atau pengukuran sekali saja. Pengukuran hanya
sekali dan kemudian hasilnya dibandingkan dengan pertanyaan lain atau
mengukur korelasi antar jawaban pertanyaan. Pengukuran reliabilitas
menggunakan uji statistik Cronbach Alpha untuk variabel kontinum.
Reliabilitas untuk variabel pengetahuan dihitung dengan rumus KR-20. Suatu
konstruk atau variabel dikatakan reliabel jika memberikan nilai Cronbach
Alpha > 0,60 (Siregar: 2013).
2. Pelaksanaan
Pengumpulan data dari penelitian ini menggunakan data primer yang
diperoleh melalui kuisioner yang berisi pertanyaan mengenai hubungan antara
pengetahuan, motivasi dan dukungan sosial dengan pernikahan dini dalam
melakukan dokumentasi kebidanan pada mahasiswa DIII Kebidanan semester IV
STIKes Mitra Ria Husada Tahun 2013. Data yang telah terkumpul kemudian
dilakukan skala pengukuran dan pemberian skor. Skala pengukuran yang
digunakan dalam penelitian ini adalah modifikasi skala Likert, yaitu dari 1 sampai
4. Selain itu data sekunder yaitu data mahasiswa yang terdaftar sebagai mahasiswa
aktif, data diperoleh dari laporan institusi terkait (Siregar: 2013).
3.

Pengolahan Data
Pengolahan data pada penelitian ini terlebih dahulu dilakukan secara manual
yaitu dengan mengolah data-data yang diperoleh dari hasil penyebaran kuisioner
kepada responden, kemudian secara statistik dengan menggunakan komputer yaitu
dengan beberapa tahap, tahap pertama yaitu coding (Pengkodean) dengan
memberikan kode pada lembar jawaban. Proses selanjutnya adalah Editing
(pengeditan data) dengan meneliti kembali apakah isian pada lembar quesioner sudah
cukup baik yang dapat segera diproses lebih lanjut. Proses setelah editing yaitu entry
data atau tabulasi (pemasukan data) dengan memasukkan data ke dalam bentuk table
untuk kemudian di proses menggunakan Statistics Program for Social Science versi
17. Proses terakhir adalah cleaning data (pembersihan data) dengan pengecekan data
kembali (Sugiyono:2009).

4.

Analisis Data
1.

Analisis Univariat
Dilakukan menggunakan analisis presentase dari seluruh responden yang
diambil dalam penelitian, dimana akan menggambarkan bagaimana komposisinya
ditinjau dari beberapa segi sehingga dapat dianalisis karakteristik responden.
Analisis univariat pada penelitian ini dilakukan pada setiap variabel penelitian
yang meliputi pernikahan dini, pengetahuan ,motivasi dan dukungan sosial
(Sugiyono:2009).

2.

Analisis Bivariat
Analisis yang dilakukan untuk melihat hubungan dua variabel yaitu antara
variabel bebas (pengetahuan, motivasi, dukungan sosial) dengan variabel terikat
(pernikahan dini mahasiswa). Adapun analisis yang digunakan dalam penelitian ini
adalah analisis perbedaan Chi-Square. Hubungan antara variabel bebas dengan
skala ordinal terhadap variabel terikat dengan skala ordinal dianalisis dengan uji
Chi-Square

untuk

mendapatkan

perbedaan

proporsi

yang

bermakna

(Arikunto:2010).
Untuk menentukan apakah terjadi hubungan yang bermakna antara
variabel bebas dengan variabel terikat, maka menggunakan p value yang
dibandingkan dengan tingkat kesalahan yang digunakan yaitu 5% atau 0.05.
Apabila p value 0.05, maka Ho ditolak, yang berarti ada perbedaan proporsi yang
signifikan antara variabel bebas dengan variabel terikat. Sedangkan apabila p
value> 0.05, maka Ho diterima, yang berarti tidak ada perbedaan proporsi yang
signifikan antara variabel bebas dengan variabel terikat (Arikunto:2010).

Tabel 4.2
Hubungan antara Ekonomi Keluarga, Pergaulan, dan Adat Istiadat dengan
Pernikahan dini
No
1
2
3

3.

Variabel

Pernikahan Dini
Ya
Tidak

Jumlah

P Value

Ekonomi Keluarga
1. Tinggi
2. Rendah
Pergaulan
1. Baik
2. Rendah
Adat Istiadat
1. Baik
2. Rendah

Analisis Multivariat
Analisis Multivariat Analisis data dengan variabel lebih dari dua dan
mencari pengaruh masing-masing variabel bebas secara bersama-sama terhadap
variabel terikat serta mencari manakah variabel bebas yang paling berpengaruh
terhadap variabel terikat maka dilakukan uji analisis regresi logistik.
Analisis regresi logistik merupakan analisis yang digunakan untuk
menganalisis pengaruh setiap variabel bebas terhadap variabel terikat termasuk
mencari pengaruhnya secara bersama-sama terhadap variabel terikat. Penggunaan
analisis regresi logistik dalam penelitian ini disebabkan karena skala pengukuran
pada variabel bebas dan terikat adalah kategori (ordinal) dan distribusinya yang
belum tentu normal.

Adapun tujuan dari analisis ini adalah memprediksi pengaruh variabel


terikat dengan menggunakan data variabel yang sudah diketahui besarnya serta
mengukur pengaruh antara variabel bebas dan terikat. Dengan menggunakan data
kuesioner, variabel-variabel yang mempunyai kriteria kemaknaan statistik
dimasukkan ke dalam analisis multivariat regresi logistik dengan metode enter
untuk mendapatkan faktor yang berpengaruh secara signifikan dan dapatdihitung
nilai estimasi parameter-parameternya.
Untuk mengetahui pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat
maka dilakukan uji statistik regresi logistik dengan perhitungan analisis data yang
dilakukan dengan program komputer dengan derajat kemaknaan p 0.05.

A. Rancangan Penelitian
Analisis Bivariat
Tabel 4.2
Hubungan antara Ekonomi Keluarga, Pergaulan, dan Adat Istiadat dengan
Pernikahan dini pada remaja di Kecamatan Tenjolaya Kabupaten Bogor

DAFTAR PUSTAKA
Demographic and Health Survey. 2013. Demographic and Health Survey 2013 (internet).
Available from: www.DemographicandHealthSurvey2013.com. (Accessed 17 june
20014).
Depkes.

2013.

Riset

Kesehatan

Dasar

2013.

Available

from:

http://depkes.go.id/downloads/riskesdas2013. (Accessed 14 June 2014).


Field, Erica, and Attila Ambrus. 2008. Early marriage, age of menarche, and female
schooling attainment in Bangladesh. Journal Of Political Economy. Available from:
http://www.unicef.org/earlychildhood/. (Accessed 17 June 2014).
Lemeshow, Stanley., David W. Hosemer Jr., Janelle Klar., Stephen bK. Lwanga. 1997. Besar
Sampel Dalam Penelitian Kesehatan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press
Setiyaningrum,Erna dan Zulfa Binti Azis. 2014. Pelayanan Keluarga Berencana dan
Kesehatan Reproduksi. Jakarta: CV. Trans Info Media
Unicef.

2001.

Early

Marriage:

Child

Suppose.

Italy:

Unicef. Available

http://nrs.harvard.edu/urn-3:HUL.InstRepos:3200264. (Accessed 17 June 2014)

from:

Anda mungkin juga menyukai