Disusun Oleh :
Dera Nur Tresna
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Di sebagian besar dunia, pernikahan dini berkembang terus menerus menjadi
norma sosial yang kuat, terutama untuk anak remaja perempuan. Rata-rata anak
perempuan yang menikah dini merupakan remaja yang memiliki tingkat pendidikan
yang rendah, memiliki status sosial yang lebih rendah, kurangnya kontrol reproduksi.
Konsekuensi dari pernikahan dini adalah meningkatnya kematian ibu yang tinggi,
pertumbuhan penduduk lebih tinggi, dan insiden yang lebih tinggi dari anak yatim
karena kematian ibu saat melahirkan (Field,2008).
Menikah di usia kurang dari 18 tahun merupakan realita yang harus dihadapi
sebagian anak di seluruh dunia, terutama negara berkembang. Meskipun Deklarasi Hak
Asasi Manusia di tahun 1954 secara eksplisit menentang pernikahan anak, namun
ironisnya, praktek pernikahan usia dini masih berlangsung di berbagai belahan dunia
dan hal ini merefleksikan perlindungan hak asasi kelompok usia muda yang terabaikan.
Implementasi Undang-Undangpun seringkali tidak efektif dan terpatahkan oleh adat
istiadat serta tradisi yang mengatur norma sosial suatu kelompok masyarakat
(Unicef,2001).
Fenomena menikah dini masih sering dijumpai pada masyarakat Timur Tengah
dan Asia Selatan dan pada beberapa kelompok masyarakat di Sub-Sahara Afrika. Di
Asia Selatan terdapat 9,7 juta anak perempuan 48% menikah umur di bawah 18 tahun,
Kasus-kasus Afghanistan dan Bangladesh, di mana 54 persen dan 51 persen anak
perempuan menikah pada usia 18. Negara bagian Rajasthan, 1993 survei terhadap
5.000 wanita menunjukkan bahwa 56 persen telah menikah sebelum usia 15, dan ini, 17
persen menikah sebelum mereka adalah 10.19 Sebuah survei 1998 di Madhya Pradesh
menemukan bahwa hampir 14 persen dari gadis menikah antara usia 10 and14
(Unicef,2001).
Demographic and Health Survey (SDKI) 2007 melaporkan bahwa dari 6.341
perempuan usia 15-19 tahun, 12,8% dari mereka sudah menikah dan dari 6.681
perempuan usia 20-24 tahun, 59,2% diantaranya sudah menikah. Berdasarkan dari
Riskesdas tahun 2012, didapatkan hasil pernikahan dini sebesar 22% (Riskesdas,2012).
Pernikahan dini dilatarbelakangi oleh beberapa faktor yaitu pendidikan remaja,
ekonomi keluarga, pergaulan remaja. Permasalahan kesehatan reproduksi remaja
Tujuan Umum
Diketahuinya informasi tentang pernikahan dini pada remaja dan hubungan
antara ekonomi keluarga, pergaulan dan adat istiadat terhadap pernikahan dini pada
remaja Kecamatan Tenjolaya Kabupaten Bogor.
2. Tujuan Khusus
a. Diketahuinya % remaja yang menikah dini di Kecamatan Tenjolaya Kabupaten
Bogor.
b. Diketahuinya % orangtua remaja di Kecamatan Tenjolaya Kabupaten Bogor
yang memiliki ekonomi baik.
c. Diketahuinya % remaja di Kecamatan Tenjolaya Kabupaten Bogor yang
memiliki pergaulan baik.
d. Diketahuinya % remaja di Kecamatan Tenjolaya Kabupaten Bogor yang
memiliki adat istiadat baik.
e. Diketahuinya perbedaan proporsi ekonomi orangtua terhadap pernikahan dini
di Kecamatan Tenjolaya Kabupaten Bogor
BAB II
A. Pernikahan Dini
Pernikahan adalah hubungan yang sah dari dua orang yang berlainan jenis
kelamin. Sahnya hubungan tersebut berdasarkan atas hukum perdata yang berlaku, agama
atau peraturan-peraturan lain yang dianggap sah dalam negara bersangkutan (Lembaga
Demografi FEUI, 2007). Menurut Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974, pernikahan
adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami isteri
dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan
Ketuhanan Yang Maha Esa. Secara umum pernikahan adalah ikatan yang mengikat dua
insan lawan jenis yang masih remaja dalam suatu ikatan keluarga (Luthfiyani, 2008).
Pernikahan dini adalah pernikahan yang dilakukan oleh seorang laki-laki dan seorang
wanita yang umur keduanya masih dibawah batasan minimum yang diatur oleh UndangUndang (Rohmah, 2009).
Usia dini merujuk pada usia remaja. WHO memakai batasan umur 10-20 tahun
sebagai usia dini. Sedangkan pada Undang-undang Perlindungan Anak (UU PA) bab 1
pasal 1 ayat 1 dinyatakan bahwa yang dimaksud dengan usia dini adalah seseorang yang
belum berusia 18 tahun, batasan tersebut menegaskan bahwa anak usia dini adalah bagian
dari usia remaja. Dari segi program pelayanan, definisi remaja yang digunakan oleh
departemen kesehatan adalah mereka yang berusia 10-19 tahun dan belum menikah.
Sementara itu, menurut Badan Koordinasi keluarga Berencana (BKKBN) batasan usia
remaja adalah 10 sampai 21 tahun. Remaja adalah suatu masa dimana individu dalam
proses pertumbuhannya terutama fisiknya yang telah mencapai kematangan. Dengan
batasan usia berada pada 11-24 tahun dan belum menikah (Sarwono, 2004).
Remaja pada umumnya dibagi menjadi tiga tingkatan, yaitu remaja awal (11-15
tahun), remaja menengah (16-18 tahun), dan remaja akhir (19-20 tahun). Seorang remaja
mencapai tugas-tugas perkembangannya dapat dipisahkan menjadi tiga tahap secara
berurutan (Marcia, 1991 dalam Sprinthall dan Collins, 2002 :
a. Masa Remaja Awal
Remaja awal adalah remaja dengan usia 11-15 tahun. Pada masa ini remaja
mengalami perubahan fisik yang sangat drastis, misal pertambahan berat badan, tinggi
badan, panjang organ tubuh dan pertumbuhan fisik yang lainnya. Pada masa remaja
awal memiliki karakteristik sebagai berikut lebih dekat dengan teman sebaya, lebih
bebas, lebih banyak memperhatikan keadaan tubuhnya dan mulai berpikir abstrak.
4. Adat Istiadat
Di banyak daerah di Indonesia ada semacam anggapan jika anak gadis
yang telah dewasa belum berkeluarga dipandang merupakan aib keluarga. Untuk
mencegah aib tersebut, para orangtua berupaya secepat mungkin menikahkan
anak gadis yang dimilikinya, yang pada akhirnya mendorong terjadinya
pernikahan dini.
Desa Pantai Utara Pulau Jawa, suatu daerah yang penduduknya biasa
menikahkan anak gadisnya di usia muda, biarpun tak lama kemudian bercerai. Di
daerah tersebut perempuan yang berumur 17 tahun apabila belum kawin dianggap
perawan tua yang tidak laku. Tak jauh beda di Kabupaten Bantul, perempuan usia
dibawah 20-an tak menikah maka dianggap perempuan tak laku.
a.
terhadap kesejahteraan seorang remaja. Sebenarnya ia belum siap mental untuk hamil,
namun karena keadaaan ia terpaksa menerima kehamilan dengan risiko.
Rianti (2004) melakukan penelitian terhadap 127 orangtua yang melakukan
pernikahan berusia <20 tahun menyimpulkan bahwa hampir sebagian besar orangtua
(84,11 persen) kurang memperhatikan kesehatan dan pendidikan anaknya, 72,43
persen orangtua cenderung mengabaikan keinginan anaknya dan membatasi semua
aktivitas anak dengan mengancam serta memarahinya dan 81,66 persen orangtua
pesimistis terhadap anaknya.
D. Kerangka Teori
Tabel 2.1
SKEMA KERANGKA TEORI
Faktor Pernikahan dini :
Pendidikan
Pengetahuan
Ekonomi Keluarga
Pernikahan Dini
Pergaulan
Adat Istiadat
BAB III
Kerangka Konsep, Definisi Operasional dan Hipotesis
A.
Kerangka Konsep
Gambar 3.1 Kerangka Konsep Penelitan
Ekonomi Keluarga
Pernikahan dini
Pergaulan
Variable luar:
Adat istiadat
Gambar 3.1 Kerangka Konsep Penelitan
B. Definisi Operasional
No
Variabel
Definisi Operasional
Alat
Cara Ukur Hasil Ukur
Ukur
Pernikahan Pernikahan
yang Kuisioner Wawancara 1. Ya
dini
dilakukan oleh seorang
2. Tidak
laki-laki dan seorang
wanita yang umur salah
satunya berusia diantara
10-18 tahun.
Ekonomi
Pendapatan
keluarga Kuisioner Wawancara 1. Tinggi
keluarga
yang digunakan untuk
jika
membiayai kebutuhan
pengelua
keluarga.
ran > 1
Juta
2. Rendah
jika
pengelua
ran 1
juta
Pergaulan aktifitas-aktifitas yang Kuisioner Wawancara 1. Baik
dilakukan
individu
2. Tidak
dalam waktu luangnya,
baik
kegiatan pergi kepesta,
disko,
pub,
caf,
membaca/melihat
pornografi, berkencan
dengan pacar, hubungan
seks dengan pacar, dan
adanya kehamilan di
luar pernikahan.
Adat
Tata laku yang berlaku Kuisioner Wawancara
1. Baik
istiadat
di tempat responden
2. Tidak
yang
secara
turun
Baik
temurun di turunkan
sehingga memengaruhi
pengambilan keputusan
menikah dini.
Skala
Ordinal
Ordinal
Nominal
Ordinal
C.
Hipotesis Penelitian
Ada hubungan ekonomi keluarga, pergaulan dan adat istiadat dengan pernikahan dini
pada remaja.
BAB IV
METODE PENELITIAN
A.
Desain Penelitian
Penelitian dilakukan dari adanya suatu permasalahan. Masalah merupakan
penyimpangan dari apa seharusnya dengan apa terjadi, penyimpangan antara rencana
dengan pelaksanaan, penyimpangan antara teori dan praktek, masalah muncul di tempat
dan waktu yang berbeda (Sugiyono:2009). Jenis penelitian ini adalah kuantitatif dengan
pendekatan case control.
B.
Subjek Penelitian
1. Populasi
a)
Populasi kasus: seluruh remaja yang menikah dini pada bulan januari-juli 2014
yang berkunjung ke UPT Puskesmas Tenjolaya.
b)
Populasi kontrol: seluruh remaja yang tidak menikah dini pada bulan januarijuli 2014 yang berkunjung ke UPT Puskesmas Tenjolaya.
2. Sampel
Sampel untuk penelitian ini dibagi menjadi dua kelompok kasus dan control.
Kriteria kasus dan control ditentukan sebagai berikut:
a)
Sumber kasus
Sebagian remaja yang menikah dini pada bulan januari-juli 2014 yang
berkunjung ke UPT Puskesmas Tenjolaya.
b)
Sumber control
Sebagian remaja yang tidak menikah dini pada bulan januari-juli 2014 yang
berkunjung ke UPT Puskesmas Tenjolaya.
Besar sampel penelitian ini ditentukan dengan menggunakan jumlah sampel
minimal (lemeshow 1997) berdasarkan penelitian sebelumnya.
Keterangan:
n : Besar sampel minimal
: Tingkat kemaknaan (0,05) dengan Z =1,96
: Kekuatan Uji (80%) Z=0,842
P1 : Proporsi adat istiadat yang mendukung pada remaja yang menikah
dini (64%)
P2 : Proporsi adat istiadat yang mendukung pada remaja yang tidak
menikah dini (45%)
Tabel 3.2
Nilai P1 dan P2 hasil Penelitian Terdahulu dan Perkiraan Jumlah Sampel
(Rafidah,2005)
Adat Istiadat
Mendukung
Tidak Mendukung
Jumlah
Pernikahan Dini
Ya
Tidak
29 (59,2)
20 (40,8)
16 (39,1)
25 (61,0)
45
45
Jumlah
49
41
90
Keterangan :
P1
: Proporsi adat istiadat yang mendukung pada remaja yang menikah
dini = (29:45)X 100% = 64%
P2
: Proporsi adat istiadat yang mendukung pada remaja yang tidak
menikah dini = (20:45)X 100%= 45%
Dengan menggunakan rumus tersebut, maka pada penelitian ini diambil
sampel 76 orang untuk kasus. Penelitian ini menggunakan perbandingan kasus
dan control 1:1. Dengan demikian jumlah sampel untuk kasus dan control
76:76. Jumlah sampel keseluruhan adalah 152 sampel.
satu remaja yang tidak menikah dini, begitu hingga sampai dengan kasus
(remaja yang menikah dini) berjumlah 76 orang dan control (remaja yang tidak
menikah dini) berjumlah 76 orang.
C.
Pengumpulan Data
1. Persiapan
Alat yang digunakan dalam penelitian ini berupa lembar kuesioner terstruktur dan
berisi pernyataan yang berhubungan dengan variabel penelitian yang harus dijawab
oleh responden. Kuesioner sebelum digunakan dalam penelitian terlebih dahulu
diujicobakan kepada 30 remaja yang menikah di usia muda di desa ciampea. Hal
tersebut dilakukan untuk mengetahui apakah kuisioner yang dipergunakan benarbenar memenuhi syarat validitas dan reliabilitas sehingga dapat diketahui
kekurangan atau kelemahannya.
a) Pengukuran validitas kuesioner
Validitas adalah ukuran kecermatan suatu test dalam melakukan fungsi
ukurnya. Uji validitas adalah prosedur pengujian untuk melihat apakah alat
ukur atau pertanyaan yang dipakai dalam kuesioner dapat mengukur dengan
cermat apa yang hendak diukur. Dalam penelitian uji validitas akan dapat
dipakai untuk memilih item-item pernyataan yang relevan untuk dianalisis. Uji
validitas dilakukan dengan melihat korelasi antara skor dari masing-masing
item pertanyaan dibanding skor total. Perhitungan dilakukan dengan rumus
teknik korelasi Pearson Product Moment untuk variabel kontinum. Validitas
untuk variabel pengetahuan dicari dengan rumus korelasi dwiserial yaitu
dengan mengkorelasikan. Hasil pengukuran validitas menunjukkan bahwa
korelasi nilai masing-masing item pernyataan dengan nilai total setiap variabel
menunjukkan angka yang signifikan (0,05) maka setiap item pernyataan pada
kuesioner penelitian dapat dikatakan valid atau mampu mengukur apa yang
hendak diukur (Siregar: 2013).
b) Pengukuran reliabilitas kuesioner
Reliabilitas adalah kestabilan alatukur. Suatu alat ukur dapat dikatakan
reliabel apabila dapat memberikan hasil yang sama. Pada saat dipakai untuk
mengukur ulang obyek yang sama. Uji reliabilitas adalah suatu cara untuk
melihat apakah alat ukur dalam hal ini kuesioner akan memberikan hasil yang
sama apabila pengukuran dilakukan secara berulang-ulang. Pengukuran
variabel menggunakan one shot atau pengukuran sekali saja. Pengukuran hanya
sekali dan kemudian hasilnya dibandingkan dengan pertanyaan lain atau
mengukur korelasi antar jawaban pertanyaan. Pengukuran reliabilitas
menggunakan uji statistik Cronbach Alpha untuk variabel kontinum.
Reliabilitas untuk variabel pengetahuan dihitung dengan rumus KR-20. Suatu
konstruk atau variabel dikatakan reliabel jika memberikan nilai Cronbach
Alpha > 0,60 (Siregar: 2013).
2. Pelaksanaan
Pengumpulan data dari penelitian ini menggunakan data primer yang
diperoleh melalui kuisioner yang berisi pertanyaan mengenai hubungan antara
pengetahuan, motivasi dan dukungan sosial dengan pernikahan dini dalam
melakukan dokumentasi kebidanan pada mahasiswa DIII Kebidanan semester IV
STIKes Mitra Ria Husada Tahun 2013. Data yang telah terkumpul kemudian
dilakukan skala pengukuran dan pemberian skor. Skala pengukuran yang
digunakan dalam penelitian ini adalah modifikasi skala Likert, yaitu dari 1 sampai
4. Selain itu data sekunder yaitu data mahasiswa yang terdaftar sebagai mahasiswa
aktif, data diperoleh dari laporan institusi terkait (Siregar: 2013).
3.
Pengolahan Data
Pengolahan data pada penelitian ini terlebih dahulu dilakukan secara manual
yaitu dengan mengolah data-data yang diperoleh dari hasil penyebaran kuisioner
kepada responden, kemudian secara statistik dengan menggunakan komputer yaitu
dengan beberapa tahap, tahap pertama yaitu coding (Pengkodean) dengan
memberikan kode pada lembar jawaban. Proses selanjutnya adalah Editing
(pengeditan data) dengan meneliti kembali apakah isian pada lembar quesioner sudah
cukup baik yang dapat segera diproses lebih lanjut. Proses setelah editing yaitu entry
data atau tabulasi (pemasukan data) dengan memasukkan data ke dalam bentuk table
untuk kemudian di proses menggunakan Statistics Program for Social Science versi
17. Proses terakhir adalah cleaning data (pembersihan data) dengan pengecekan data
kembali (Sugiyono:2009).
4.
Analisis Data
1.
Analisis Univariat
Dilakukan menggunakan analisis presentase dari seluruh responden yang
diambil dalam penelitian, dimana akan menggambarkan bagaimana komposisinya
ditinjau dari beberapa segi sehingga dapat dianalisis karakteristik responden.
Analisis univariat pada penelitian ini dilakukan pada setiap variabel penelitian
yang meliputi pernikahan dini, pengetahuan ,motivasi dan dukungan sosial
(Sugiyono:2009).
2.
Analisis Bivariat
Analisis yang dilakukan untuk melihat hubungan dua variabel yaitu antara
variabel bebas (pengetahuan, motivasi, dukungan sosial) dengan variabel terikat
(pernikahan dini mahasiswa). Adapun analisis yang digunakan dalam penelitian ini
adalah analisis perbedaan Chi-Square. Hubungan antara variabel bebas dengan
skala ordinal terhadap variabel terikat dengan skala ordinal dianalisis dengan uji
Chi-Square
untuk
mendapatkan
perbedaan
proporsi
yang
bermakna
(Arikunto:2010).
Untuk menentukan apakah terjadi hubungan yang bermakna antara
variabel bebas dengan variabel terikat, maka menggunakan p value yang
dibandingkan dengan tingkat kesalahan yang digunakan yaitu 5% atau 0.05.
Apabila p value 0.05, maka Ho ditolak, yang berarti ada perbedaan proporsi yang
signifikan antara variabel bebas dengan variabel terikat. Sedangkan apabila p
value> 0.05, maka Ho diterima, yang berarti tidak ada perbedaan proporsi yang
signifikan antara variabel bebas dengan variabel terikat (Arikunto:2010).
Tabel 4.2
Hubungan antara Ekonomi Keluarga, Pergaulan, dan Adat Istiadat dengan
Pernikahan dini
No
1
2
3
3.
Variabel
Pernikahan Dini
Ya
Tidak
Jumlah
P Value
Ekonomi Keluarga
1. Tinggi
2. Rendah
Pergaulan
1. Baik
2. Rendah
Adat Istiadat
1. Baik
2. Rendah
Analisis Multivariat
Analisis Multivariat Analisis data dengan variabel lebih dari dua dan
mencari pengaruh masing-masing variabel bebas secara bersama-sama terhadap
variabel terikat serta mencari manakah variabel bebas yang paling berpengaruh
terhadap variabel terikat maka dilakukan uji analisis regresi logistik.
Analisis regresi logistik merupakan analisis yang digunakan untuk
menganalisis pengaruh setiap variabel bebas terhadap variabel terikat termasuk
mencari pengaruhnya secara bersama-sama terhadap variabel terikat. Penggunaan
analisis regresi logistik dalam penelitian ini disebabkan karena skala pengukuran
pada variabel bebas dan terikat adalah kategori (ordinal) dan distribusinya yang
belum tentu normal.
A. Rancangan Penelitian
Analisis Bivariat
Tabel 4.2
Hubungan antara Ekonomi Keluarga, Pergaulan, dan Adat Istiadat dengan
Pernikahan dini pada remaja di Kecamatan Tenjolaya Kabupaten Bogor
DAFTAR PUSTAKA
Demographic and Health Survey. 2013. Demographic and Health Survey 2013 (internet).
Available from: www.DemographicandHealthSurvey2013.com. (Accessed 17 june
20014).
Depkes.
2013.
Riset
Kesehatan
Dasar
2013.
Available
from:
2001.
Early
Marriage:
Child
Suppose.
Italy:
Unicef. Available
from: