Ipi 57879

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 8

RANCANG BANGUN MESIN PENGGILING PADI

SKALA KECIL
Nofriadi (1)
(1)

Staf Pengajar Jurusan Teknik Mesin Politeknik Negeri Padang


ABSTRACT

Scheme and making of small scale rice milling machine, have been done in machine
workshop of Polytechnic Padang Technical Examination hereinafter have done in juli until
februari 2006, to know appliance performance at various distance interpose between peeler
rubber roll with a few rotation variation. Target of this research is to yield machine
prototype small scale rice milling machine, to know machine capacities, head rice and
rendemen, rice broken and castle rice. Method performed within this research are
manufacturing, prototype and examination of machine performance with perception to
kibbling capacities, rendemen, and yielded rice form that is head rice, rice broken and
castle rice, by spacing gap between peeler rubber rol that is 0,1, 0,3, 0,6 with variation of
some activator motor rotation that is 700, 800, 900, 1000, and 1200 rpm. The result of
examination are capacities at distance interpose 0,1 mm is 120,5 kg / hour, distance
interpose 0,3 mm that is 107,2 kg / hour, and distance interpose 0,6 mm that is 80,5 kg /
hour. The mean rendemen is 68,76 %, 63,55 %, 47,74 %. And head rice, rice broken and
castle rice from third apart gap of rol the rubber that is distance interpose 0,1 mm that is
71,28 %, 26,1 %, 1,6 %, and distance interpose 0,3 mm 82,18 %, 15,348 %, 0,98 %, and
distance interpose 0,6 mm that is 94,37 %, 4,98 %, 0,48 %.
Keywords: Rice Milling, Reedmen
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Teknologi penggilingan padi menjadi beras di
Sumatera barat merupakan persoalan yang harus
cepat di selesaikan agar Sumatera barat menjadi salah
satu propinsi swasembada beras di Indonesia. Dari
data statistik Sumatera Barat (2002) luas lahan
sawah 423.271 ha terdapat 252 buah mesin
penggiling padi, berarti dengan luas lahan 1679,6 ha
terdapat 1 buah mesin penggiling padi. Dengan
jumlah lahan yang luas dan mesin yang sangat sedikit
ini tentu tidak mampu memproses beras dalam
waktu cepat.
Teknologi pemproses beras pada mulanya dilakukan
dengan cara tumbukan yang berulang-ulang oleh palu
kayu yang di gerakkan oleh kincir dengan sumber
penggeraknya air. Proses ini tidak efisien karena
rendemen rendah dan kadar beras pecah yang
dihasilkan tinggi, dan waktu yang digunakan lama.
Kemudian teknologi pemproses beras ditingkatkan
dengan sistem pengupas dan sekaligus penyosoh
dengan menggunakan silinder (mesin Engelbert).
Mesin ini menghasilkan banyak beras pecah (> 3%)
dan beras yang dihasilkan lebih panas, (Tahir, 1992).
Untuk meningkatkan mutu beras kemudian dilakukan
perbaikan dari mesin engelberg dengan memasang
alat pengupas type roll karet (rubber-roll husker) dan
dapat meningkatkan rendemen dari kurang 60 %
menjadi 63,4% serta pesentase beras kepala menjadi
lebih tinggi, disamping itu pada mesin ini juga
dilengkapi alat penghembus sekam dengan

menggunakan blower. Alat pemisah gabah ini


selanjutnya dirangkaikan menjadi satu unit
penggilingan.
Setelah masuknya mesin pemproses beras dari
Jepang mutu beras semakin baik dan kapasitas
penggilingan menjadi meningkat dibandingkan mesin
engelberg yang telah dimodifikasi. Mesin tersebut
terdiri dari satu rangkaian unit penggilingan (Race
Milling Unit) yang terdiri dari unit pengupas,
penyosoh, dan penghembus/pemisah sekam. Akan
tetapi mesin Race Milling Unit ini masih belum
efisien, karena pada umumnya mempunyai ukuran
dan kapasitas yang besar (700-900 kg/jam), sehingga
harga menjadi mahal. Disamping itu mesin ini
bersifat tetap sehingga tidak dapat dibawa atau
dipindah-pindahkan. Dengan penggunaan mesin ini
dibutuhkan tempat yang agak besar, disamping itu
pemakaian bahan bakar menjadi meningkat, sehingga
biaya operasi menjadi lebih besar dan untuk petani
skala kecil tidak menguntungkan.
Untuk mengatasi hal itu dilakukanlah penelitian
dengan merancang bangun suatu mesin pemproses
beras (Race Milling Unit) dalam skala kecil. Dimana
pembuatan dari alat ini ditujukan kepada masalah
teknis, ekonomis dan sosial. Dari aspek teknis
terutama sekali dikembangkan adalah sistem pemisah
gabah yang seimbang, antara proses pengupasan,
penyosohan, dan sistem penghembusan sekam dalam
satu rangkaian unit penggilingan, ini terutama sekali
ditujukan untuk memperkecil kehilangan hasil dan
beras pecah (thahir, 1992), disamping itu kapasitas

Jurnal Teknik Mesin

Vol. 4, No. 2, Desember 2007

penggilingan mesin ini ditingkatkan antara 200250


liter/jam. Dalam aspek ekonomis mesin beroperasi
harus mudah dibawa dan dapat dipindah-pindahkan,
tidak memakai tempat yang luas, harga relatif murah
dan terjangkau oleh petani biasa dan petani skala
usaha kecil (petani kelompok) dan dapat beroperasi
dalam jangka panjang. Sedangkan dari aspek sosial
mudah cara pengoperasiannya tanpa memerlukan
keahlian khusus, disamping itu tidak mengurangi
pengangguran.
1.2 Tujuan Penelitian
Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk
meningkatkan efisiensi penggilingan padi menjadi
beras, dan menambah motivasi petani untuk menjual
hasil panennya dalam bentuk beras karena
mendapatkan keuntungan yang lebih besar, sehingga
dapat meningkatkan taraf hidup petani.
Sedangkan tujuan khusus dari penelitian ini adalah:
1) Merancang bangun suatu model/prototipe mesin
pemproses beras skala kecil dalam satu
rangkaian unit penggilingan yang terdiri dari
sistem pengupasan, penyosoh/pembersih yang
efisien, dan sistem penghembusan/pemisah
sekam.
2) Melakukan
pengujian
terhadap
model
dilaboratorium untuk mengetahui kapasitas, dan
efisiensi pengilingan.
2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Mesin Pemproses Beras
Untuk menghasilkan beras pada mulanya secara
tradisional dilakukan dengan menumbuk padi pada
kincir air. Kemudian dengan perkembangan
teknologi dilakukan penggilingan secara mekanis
pada suatu mesin penggiling padi yang proses
pengupasan dan penyosoh dilakukan oleh satu
komponen silinder (engelberg). Komponen silinder
tersebut diberi tonjolan-tonjolan besi membujur 56
buah disekelilingya. Antara silinder dengan tutup atas
dan bagian bawah berbentuk rongga melingkar
sepanjang silinder itu. Dibagian bawah rongga ini
dilengkapi dengan saringan dedak agar dedak halus
terus turun kebawah. Mesin ini kurang baik karena
menghasilkan beras pecah (> 3%) dan beras yang
dihasilkan lebih panas , hal ini disebabkan proses
penyosohan terjadi akibat gesekan antara besi dan
besi (Tahir, 1992). Kemudian untuk mendapatkan
beras bermutu baik dilakukan perbaikan mesin ini
dengan memasang alat pengupas tipe roll karet
(rubber-roll husker). Pada perbaikan ini sistem
pengupas terpisah dengan sistem penyosoh, dan juga
dilengkapi dengan alat pemisah sekam dengan sistem
penghembusan dengan blower.
Selanjutnya mutu beras semakin baik, dan kapasitas
penggilingan semakin besar setelah datangnya

ISSN 1829-8958

peralatan pemproses beras dari jepang dalam


rangkaian satu unit penggilingan (Race Milling Unit).
Mesin ini terdiri bagian pengupas, penyosoh, dan
penghembus/pemisah
sekam.
Kemampuan
penggilinggan mesin ini yaitu sekitar 700-900
kg/jam (Karo kato, 1990).
2.2 Rangkaian Unit Penggilingan
a. Unit Pengupas Gabah
Menurut Harjosentono et.al (2000), mesin pengupas
gabah yang banyak dipakai dewasa ini adalah tipe
roll karet. Dewasa ini, sistem roll karet kering sering
ditemukan pada unit mesin penggiling padi. Masingmasing pabrik membuat model dengan spesifikasi
tertentu. Pada dasarnya tipe mesin ini terdapat dua
buah roll karet yang berputar berlawanan arah. Salah
satu rol berada pada posisi yang tetap yang disebut
roll utama yang berkecepatan tinggi dan sebuah roll
pembantu yang berkecepatan rendah yang posisinya
dapat diatur untuk mendapatkan jarak antara kedua
roll sesuai dengan keinginan (Van Ruiten cit. Hendri
Jaya, 1987).
Lebih
lanjut
Hardjosentono
et.al
(2000)
menambahkan bahwa dalam bagian pengupasan
mesin pengupas gabah tipe roll karet terdapat dua
buah roll karet yang berputar berlawanan dan
mengarah kedalam, dimana kedua roll ini duduk pada
poros yang terpisah satu sama lain dan sejajar secara
horizontal dengan kecepatan yang berbeda dengan
jarak renggangnya yang dapat diatur tergantung pada
besar kecilnya gabah yang akan digiling. Karo Kato,
(1990), mengatakan dalam operasi pengupasan
tergantung kondisi-kondisi standar yaitu ; Rasio dari
perbedaan kecepatan putar, kerenggangan roll, dan
daya tahan dari roll. Rasio perbedaan kecepatan
putaran kira-kira 23%, kerenggangan dari roll yang
telah distandarkan 0,5 1,2 mm, sedangkan daya
tahan dari roll karet sintetis lebih tinggi dari pada
bahan baku karet.
Prinsip kerja roll karet ini menurut Hardjosentono
(2000) dimulai dari pintu pemasukan dimana gabah
turun dari bak penampungan dan jatuh diantara dua
roll karet yang telah disesuaikan jarak renggangnya.
Gabah dengan ukuran tertentu akan terjepit diantara
kedua roll karet tersebut. Adanya gerakan diantara
kedua silinder tersebut akan menyebabkan kulit
gabah menjadi terkoyak sehingga gabah terkupas
menjadi beras pecah kulit. Terkoyaknya kulit gabah
ini terjadi karena perbedaan kecepatan putar dari
kedua roll karet
b. Unit Penyosoh Beras
Beras pecah kulit yang dihasilkan oleh mesin
penggiling padi bewarna gelap, kotor dan tidak
bercahaya karena bagian luarnya masih dilapisi oleh
lapisan kulit ari. Kulit ari ini dapat dilepaskan dari
beras pecah kulit, sehingga beras akan tampak lebih
84

Rancang Bangun Mesin Penggiling Padi Skala Kecil (Nofriadi)

putih, lebih bersih dan bercahaya. Proses perubahan


beras pecah kulit menjadi beras sosoh ini disebut
dengan penyosohan atau rice polishing. Lebih lanjut
Hardjosentono (2000) mengemukakan beberapa tipe
alat penyosoh beras, yaitu : (1) tipe gesekan / slip dan
(2) tipe silinder .
c. Unit Penghembus
Gesekan antara gabah dan rol karet menimbulkan
panas yang dapat mengakibatkan karet menjadi
lembek sehingga memperbesar pengausan rol. Oleh
karena itu perlu mengalirkan udara kedalam ruang
pengupasan gabah agar dapat mendinginkan rol
karet. Aliran angin yang disalurkan kebagian ini juga
dapat berfungsi menyebarkan gabah yang turun dari
tempat penampungan serta pemisahan beras pecah
kulit dan sekam yang jatuh dari sela-sela rol karet.
Pembersihan beras pecah kulit dari sekam dapat
berlangsung dengan beberapa cara:
1.

Sistem penghisapan, disini sekam diisap oleh


sebuah baling-baling penghisap dan kemudian
diteruskan keluar melalui cerobong pembuangan
sekam.

2.

Pengembusan
angin
dari
baling-baling
pengembusan melalui sebuah pipa pengembus
untuk membersihkan bahan material. Bahan
akan turun mengikuti gaya beratnya.

3.

Angin dari balingbaling penghembus akan


langsung dihembuskan kedalam material yang
akan dibersihkan yang turun dari atas.

3. METODE PENELITIAN
3.1 Tempat dan waktu penelitian
Penelitian dilaksanakan pada Bengkel Mesin
Politeknik Negeri Padang dengan lama penelitian 7
bulan
3.2

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan untuk pembuatan mesin ini


diantaranya plat siku, plat lembaran, motor, besi
silinder, pully, saringan penyosoh, roll pengupas, ball
bearing, baut-baut, Untuk pengujian digunakan 250
kg padi. Sedangkan alat yang digunakan untuk
mengambil data-data selama pengujian yaitu,
tachometer, timbangan digital, stop watch, filler
gauge
3.3 Manufacturing,
Pengujian

Prototipe

dan Prosedur

3.3.1 Manufacturing (Perancangan dan pembuatan


mesin penggiling padi skala kecil)

Perancangan dan pembuatan mesin pemproses beras


ini akan dilakukan di Bengkel mesin Politeknik
Negeri Padang, dan mesin ini dalam bentuk
prototipe. Bahan yang akan digunakan untuk

pembuatan prototipe ini yakni plat lembaran, pipa,


besi siku, baut, besi batangan, besi silinder, blower,
rol karet pengupas padi, pully, saringan pembersih,
bearing, dan engine 4,5 kW. Sedangkan alat yang
akan digunakan antara lain adalah mesin bubut, las,
pemotong, pembending, milling, bor, gergaji, gerinda
dan CNC.
Mesin pemproses beras ini dirancang bangun dalam
skala
kecil,
untuk
meningkatkan
efisiensi
penggilingan padi bagi petani biasa atau petani
kelompok, dan dapat digunakan oleh petani didaerah
dataran tinggi dan daerah yang kekurangan mesin
penggiling padi dan dapat dipindahpindahkan.
Mesin ini dibuat seefektif mungkin dengan
mempertimbangkan bentuk, berat, sistem kerja yang
efisien dan biaya yang murah, dan bentuk mesin ini
ditunjukkan pada Gambar (1). Mesin ini antara
pengupas dan penyosoh terdiri dari satu rangkaian
unit serta dilengkapi dengan komponen penghisap
dan pelempar sekam. Pada proses pengupasan
dengan menggunakan dua buah roll karet yang
berputar berlawanan arah dengan ukuran diameter
11cm dan lebar 4 cm, salah satu dari roll karet dapat
digesergeser/disetel secara manual dan satu lagi
tetap, dan jarak antara roll punya kerenggangan
antara 0,5-1,2 mm. Setelah proses pengupasan, beras
pecah kulit jatuh kecorong penampung dan terus
kecorong masuk bagian penyosohan. Jarak antara
corong penampung dan corong masuk keruangan
penyosoh dibuat seefisien mungkin sehingga waktu
kerjanya minimal.
Pada proses pemisahan sekam dengan mengunakan
satu buah blower yang memiliki kipas sebagai
penghisap dan pelempar sekam, sistem penghisap
dan pelempar sekam sangat efisien dengan dua buah
slang yang dihubungkan langsung dari blower ke
dinding corong penampung dan keruangan penyosoh.
Daya hisap dan daya lempar sekam akan ditingkatkan
dengan memodifikasi sudusudu kipas dan bentuk
ruangan dari blower, sehingga pada waktu beras
pecah kulit dan sekam jatuh dari roll pengupas,
sekam langsung dihisap oleh udara penghisap yang
dihubungkan dengan slang tadi dengan tekanan yang
tinggi, begitu pula kemudian slang yang satu lagi dari
blower dihubungkan pada rumah penyosoh yang
terletak diatas rumah saringan sehingga saringan
tidak tersumbat. Pada proses penghisapan sekam tadi
dilakukan kontinyu dan setelah sampai didalam
blower maka sekam akan dilemparkan keluar oleh
kipas.
Bagian penyosoh terdiri dari screw, pipa pembersih /
pemutih beras, dan poros yang semuanya berputar
bersamaan. Screw berfungsi untuk menghantarkan
gabah pecah kulit, sehingga sambil menekan
bagian ini juga melakukan penggesekkan gabah
sehingga sisa kulit padi yang masih melekat pada
beras terkelupas. Pada penelitian ini screw
85

Jurnal Teknik Mesin

Vol. 4, No. 2, Desember 2007

dimodifikasi dengan menambah panjangnya dari


sebelumnya 10 cm (standart) dijadikan 15 cm, yang
bertujuan untuk mengelupaskan semua kulit yang
masih melekat pada beras dengan proses
penghantaran yang lebih lama, sehingga pada waktu
sampai pada bagian pemutih semua kulit padi telah
terkelupas. Setelah dihantarkan oleh screw kemudian
gabah masuk pada bagian pipa pembersih disini
beras dibersihkan dengan sistem pelemparan dan
penekanan antara pipa pembersih dengan saringan,
dan akibat putaran poros ini kulit ari / bekatul beras
akan terkelupas dan jatuh kedalam saringan
bersamaan dengan sekam halus yang disebut dedak,
kemudian beras dihantarkan keluar dan ditampung.
Pada proses ini beras yang dihasilkan betulbetul
bersih dan berseri.
Mesin ini ditempatkan pada sebuah kereta
pendorong yang mempunyai 4 buah roda, dan
mempunyai 4 buah penumpu berulir yang diletakkan
dekat roda yang berfungsi sebagai penahan mesin
pada saat melakukan penggilingan, sehingga mesin

ISSN 1829-8958

tidak goyang. Mesin ini dibuat untuk dapat


menggiling padi dalam kapasitas kecil dengan
kemampuan
200250 liter/jam
dan dapat
ditempatkan secara permanen atau dapat dibawa
dengan mobil picup atau dengan gerobak sehingga
dapat dipindahpindahkan tergantung kepada lokasi
yang diinginkan. Jadi mesin ini dapat digunakan oleh
petani sebagai mesin tepat guna disamping itu
mesin ini tidak terlalu berat dibandingkan dengan
mesin sebelumnya dalam kapasitas besar, yaitu dari
sebelumnya 195 kg diharapkan menjadi 80 kg.
Motor Penggerak yang sebelumnya kapasitas besar
tenaga penggeraknya 11-15 (kW) menjadi 4,5
(kW).
Mesin pemproses beras ini dipilih karena
pembuatannya relatif murah, sistem kerjanya sangat
bagus, pengoperasiannya mudah, disamping itu
mesin ini biaya operasionalnya lebih ekonomis
dengan harga alat yang relatif murah dibandingkan
dengan
frekwensi
penggunaannya,
sehingga
pengembalian biaya modal usaha relatif cepat.

Gambar 1 Mesin Penggiling Padi Skala Kecil

3.3.2 Prosedur Pengujian .


Pengujian terhadap Prototipe akan dilakukan di
bengkel
mesin. Pengujian dibengkel untuk
mengidentifikasi kinerja bagian pengupas, saringan,
penyosoh dan parameter operasi yang berpengaruh
terhadap kinerja penggilingan, dan metode yang
digunakan dalam pengujian ini dengan metode
exsprimen. Untuk tahap pengolahan data, data yang
diambil dihitung secara rataan dari pengujian, dimana
pada masingmasing pengujian akan menggunakan

gabah seberat 15 kg yang dilakukan sebanyak 5 kali


(5 variasi putaran yaitu 700, 800, 900, 1000, 1200)
dengan 3 macam jarak celah antar permukaaan roll
karet yaitu (0,1, 0,3, 0,6)
a). Waktu Penggilingan.
Waktu penggilingan yaitu waktu yang dibutuhkan
mesin penggiling untuk menggiling sejumlah gabah
menjadi beras sosoh yang dimulai dari bahan masuk
ke dalam hopper sampai bahan keluar melalui outlet.
Pengukuran dilakukan secara dua tahap, tahap
86

Rancang Bangun Mesin Penggiling Padi Skala Kecil (Nofriadi)

pertama adalah tahap pengukuran waktu yang


digunakan mesin pemecah kulit gabah dan tahap
kedua pengukuran waktu yang diperlukan mesin
penyosoh untuk membuka lapisan kulit ari beras
pecah kulit menjadi beras sosoh. Sebelum dilakukan
pengukuran, dipersiapkan terlebih dahulu bahan yang
akan digunakan yaitu gabah seberat 15 kg untuk tiap
pengukuran. Namun terlebih dahulu mesin
dipersiapkan dalam kondisi siap kerja. Pengukuran
dilakukan dengan menggunakan stopwatch yang
dimulai pada saat bahan dimasukkan kedalam
pengumpan dan pengukuran waktu dihentikan setelah
bahan keluar dari outlet.
b). Uji Teknik Penggilingan
Uji teknik ini menggunakan metode penampilan
kerja penggilingan
dari mesin
yang dibuat,
kemudian dilanjutkan dengan pengamatan. Parameter
pengamatan meliputi kapasitas efektif alat, efisiensi
penggilingan, dan Rendemen penggilingan.

4. HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1. Hasil Rancang Bangun Mesin Penggiling Padi
Skala Kecil
Pembuatan mesin dilakukan di bengkel Cerry
Payahkumbuh Sumbar, dan pengecatan dilakukan
dibengkel mesin Politeknik Negeri Padang. Pada
Gambar (1.a) Terlihat rumah mesin dipasang
dinding- dindingnya dari bahan besi plat st 37
dengan tebal 3 mm, ukuran dari rumah mesin 1,2 x
0,6x 0,6 m. Pada rumah mesin dibagian atas sudah
dibuat kedudukan dari unit pengupas tipe roll karet,
bagian tengah tempat kedudukan fan penghisap dan
pelempar sekam, dan bagian bawah kedudukan unit
pengupas dan blower penghembus dedak. Rumah
mesin dibuat seefektif mungkin sehingga hasil
akhirnya merupakan satu rangkaian unit penggilingan
yang kecil dan efisien.

Untuk mengetahui kapasitas efektif mesin penggiling


padi ini digunakan persamaan sebagai berikut :

Ce

M
t

(1)
(a)

(b)

Keterangan :
Ce = Kapasitas (kg / jam)
M = Massa padi yang digiling (kg)
t = Waktu yang dibutuhkan untuk proses
penggilingan (jam)
Sedangkan rendemen penggilingan dapat ditentukan
yaitu :
Re ndemen

Berat setelah penggilingan


x100% ... (2)
Berat sebelum penggilingan

Dari kajian ini akan diidentifikasi masalah teknis


yang dapat menghambat operasi penggilingan dan
kondisi operasi optimum untuk meningkatkan
besarnya kapasitas efektif.
c). Analisa Hasil Penggilingan
Beras yang dihasilkan dari proses penggilingan
gabah akan dibedakan beberapa jenis. Analisa
dilakukan dengan cara membandingkan persentase
berat dari tiaptiap jenis beras yang diamati dalam
100 gram sampel yang digunakan. Jenis beras
tersebut diantaranya : a. Beras kepala : adalah beras
utuh dan beras patah yang besarnya sama atau lebih
besar dari 6/10 bagian beras utuh, b. Butir Patah :
adalah beras yang mempunyai ukuran kurang dari
6/10 bagian dan minimum 2/10 bagian butir beras
utuh, c. Menir : yaitu beras patah yang ukurannya
lebih kecil dari 2/10 bagian butir beras utuh atau
yang lolos dari ayakan menir (Tahir, 1992).

(c)
Gambar 1 Hasil Rancang Bangun Mesin Penggiling Padi
Skala Kecil

Satu pasang unit pengupas terdiri dari Roll karet


ukuran standar yang paling kecil dari mesin
penggiling padi, yaitu roll karet dengan ukuran 4,5
inchi, poros penyetel kerenggangan antar permukaan
roll, pegas sebagai penarik dan penahan tekanan dari
proses pengupasan padi, dan bantalan pemegang
poros roll. Bentuk komponen roll seperti Gambar
(1.b).
Unit penyosoh terletak dibagian bawah dari rumah
mesin dengan beberapa komponen ,yaitu saringan
yang berfungsi tempat keluar dedak dan sebagai
landasan sosohan beras Gambar (1.c) dengan
ukuran standard, Poros penyosoh yang terdiri dari
screw penghantar, pinang-pinang yang berfungsi
sebagai pelempar padi pecah kulit ke saringan).
Setelah masing-masing komponen dibuat kemudian
dilakukan perakitan, dan setelah itu pengujian awal
87

Jurnal Teknik Mesin

Vol. 4, No. 2, Desember 2007

terhadap kinerja mesin. Setelah pengujian kemudian


pada
mesin
dilakukan
pengecatan,
untuk
menghindari dari karatan.
4.2 Analisa Hasil Pengujian Kinerja Mesin
a. Kapasitas
Untuk mengetahui kapasitas mesin penggiling padi
ini digunakan Persamaan (1) :
Dari data pengujian didapatkan kapasitas yaitu :
a). Jarak celah 0,1 mm : berat akhir rata-rata hasil
gilingan 10,49 kg, dengan waktu rata-rata 5,24
menit (0,087 jam). Maka kapasitas: 120,5 kg/jam
b). Jarak celah 0,3 mm : berat akhir rata-rata hasil
gilingan 9,546 kg, dengan waktu 5,338 menit
(0,089 jam), maka kapasitas : 10 kg/jam
c). Jarak celah 0,6 mm : berat rata-rata hasil gilingan
7,161 kg dngan waktu 5,338 menit (0,0889 jam),
maka kapasitas : 80,5 kg/jam
b. Rendemen
Dari hasil pengujian terhadap kinerja mesin
didapatkan rendemen berkisar antara 45 71 % pada
3 macam kelonggaran jarak celah rol karet dengan
beberapa variasi putaran. Perobahan rendemen dapat
dilihat pada Gambar (2).

ISSN 1829-8958

60,05 %. Selanjutnya dengan jarak celah 0,6 mm


rendemen yang dihasilkan berkisar antara
45 49,3 %, dan yang terbesar pada putaran 700 rpm
dengan rendemen 49,3 %.
Dari ketiga jarak celah tersebut terjadinya perbedaan
rendemen disebabkan oleh pengaruh tekanan yang
diberikan kepada padi, sehingga semakin kecil jarak
celah maka semakin besar tekanan yang diberikan
akibatnya semakin banyak kulit padi terkelupas,
sedangkan
pengaruh
putaran
juga
sangat
mempengaruhi terhadap rendemen karena semakin
cepat putaran maka tekanan yang terjadi pada padi
sebentar sehingga kulit padi yang terkelupas tidak
begitu banyak.
4.3. Beras Kepala, Patah dan Menir
Dari proses pengujian pada mesin penggiling padi
hasil yang diharapkan dari kinerja mesin adalah
rendemen yang besar dengan beras kepala yang
banyak, karena persentase rendemen yang besar
dengan beras kepala yang banyak, beras patah dan
beras menir yang sedikit berarti kinerja mesin sangat
baik. Pada proses pengujian ini persentase beras
kepala yang dihasilkan dengan jarak celah 0,1 0,6
mm dengan 5 variasi putaran didapatkan persentase
beras kepala berkisar 69 94,8 %. Grafik besarnya
persentase beras kepala, patah dan menir dapat
dilihat pada Gambar (2), (3), (4).

grafik rendemen terhadap putaran


grafik Beras kepala terhadap putaran
100

60
40
20
0
500

600

700

800

900

1000

1100

1200

1300

Beras kep ala (% )

Rend em en (% )

80

80
60
40
20
0
500

putaran (rpm)
jarak celah 0.3 mm

700

jarak celah 0.6 mm

Gambar 2. Perubahan Rendemen pada jarak celah rol


karet 0,1, 0,3, 0,6 mm, dengan beberapa variasi putaran

Rendemen yang terbesar terletak pada jarak celah 0,1


mm pada putaran 800 rpm dengan persentase 70,1 %.
Pada jarak celah 0,1 mm ini semakin besar putaran
maka semakin kecil rendemen, hal ini disebabkan
padi yang terkelupas menjadi pecah kulit semakin
sedikit karena proses penekanan dari dua permukaan
roll karet sebentar, sehingga padi cepat dilemparkan
kebawah, tetapi dari beberapa jarak celah yang
diberikan ternyata rendemen yang terbesar terletak
pada jarak celah 0,1 mm.
Sedangkan pada jarak celah 0,3 mm rendemen yang
dihasilkan berkisar antara 60 65,5 %, dan yang
terbesar pada putaran 800 rpm yaitu 65,7 %.
Rendemen yang terkecil dengan jarak celah 0,3 mm
ini yaitu pada putaran 1200 rpm dengan rendemen

800

900

1000

1100

1200

1300

putaran (rpm)
jarak celah 0,1 mm

jarak celah 0.3 mm

jarak celah 0.6 mm

Gambar 3. Grafik besarnya persentase beras kepala yang


dihasilkan pada jarak celah rol karet 0,1, 0,3, 0,6 mm,
dengan 5 variasi putaran
Grafik beras patah terhadap putaran
30
Beras Patah (% )

jarak celah 0,1 mm

600

25
20
15
10
5
0
500

600

700

800

900

1000

1100

1200

1300

putaran (rpm)
jarak celah 0,1 mm

jarak celah 0.3 mm

jarak celah 0.6 mm

Gambar 4 Grafik besarnya persentase beras patah yang


dihasilkan pada jarak celah rol karet 0,1, 0,3, 0,6 mm,
dengan 5 variasi putaran

88

Rancang Bangun Mesin Penggiling Padi Skala Kecil (Nofriadi)

celah 0,3 mm sangat baik sekali karena dengan


rendemen yang tinggi beras patah dan beras menir
yang dihasilkan sedikit.

Grafik beras menir terhadap putaran

Beras M enir (% )

3
2.5

5. PENUTUP

2
1.5

5.1 Kesimpulan dan saran

Berdasarkan hasil
kesimpulan yaitu:

0.5
0
500

600

700

800

900

1000

1100

1200

jarak celah 0.3 mm

dapat

diperoleh

1300

putaran (rpm)
jarak celah 0,1 mm

penelitian,

jarak celah 0.6 mm

Gambar 5 Grafik besarnya persentase beras menir yang


dihasilkan pada jarak celah rol karet 0,1, 0,3, 0,6 mm,
dengan 5 variasi putaran

Pada Gambar (5) persentase beras kepala yang


didapatkan dari ketiga jarak celah roll karet yang
terbesar adalah dengan jarak celah 0,6 mm, dan dari
beberapa variasi putaran yang terbesar yaitu 94,8 %
pada putaran 700 rpm, dengan semakin cepatnya
putaran persentase beras kepala menjadi semakin
kecil, sampai putaran 1200 persentase beras kepala
yang dihasilkan 94 %, hal ini disebabkan dengan
semakin cepatnya putaran maka proses penekanan
berjalan sebentar sehingga kulit padi yang terkelupas
sedikit. Akan tetapi dengan jarak celah yang besar,
persentase rendemen, beras patah dan beras menir
kecil. Persentase yang kecil ini disebabkan oleh
beras yang dihasilkan sedikit, kebanyakan kulit padi
banyak yang tidak terkelupas pada saat penekanan
dengan roll karet, karena dengan jarak celah yang
besar tekanan yang diberikan sedikit, kalaupun
terkelupas langsung menjadi beras kepala, sedikit
yang patah baik ditengah atau diujung.
Pada Gambar (4) dan (5) terlihat persentase beras
patah dan beras menir yang terbesar yaitu 26,92 %
dan 2,02 % dengan jarak celah 0,1 mm pada putaran
1200 rpm. Dengan jarak celah 0,1 mm tekanan yang
diberikan oleh permukaan roll karet pada saat
berputar sangat besar karena jarak celah yang kecil,
sehingga banyak kulit padi yang terkelupas tetapi
beras yang dihasilkan banyak yang patah baik
ditengah atau diujung, disamping itu penambahan
putaran juga berpengaruh terhadap besarnya tekanan
pada padi.
Jadi dari ketiga jarak celah roll karet dengan
beberapa variasi putaran rendemen yang terbesar
yaitu pada jarak celah 0,1mm, tetapi beras yang
dihasilkan banyak mengandung beras patah dan
menir. Dengan jarak celah 0,3 mm rendemen yang
dihasilkan sedikit lebih kecil dari jarak celah 0,1 mm,
tetapi beras yang dihasilkan umumnya beras kepala
dan sedikit mengandung beras patah dan menir.
Kemudian dengan jarak celah 0,6 mm rendemen
yang dihasilkan sedikit, otomatis jumlah beras yang
didapatkan sedikit, tetapi hampir semuanya beras
kepala. Jadi dari ketiga jarak celah tersebut jarak

1) Dari hasil perancangan dan pembuatan mesin


didapatkan ukuran rumah mesin 1,2 x 0,6 x 0,6
m. Pada rumah mesin bagian atas terdapat unit
pengupas tipe roll karet yang terdiri dari roll
karet 4,5 inchi, poros penyetel kerenggangan
antar permukaan roll, pegas sebagai penarik dan
penahan tekanan dari proses pengupasan padi,
dan bantalan pemegang roll. Bagian tengah
tempat kedudukan fan penghisap dan pelempar
sekam, dan bagian bawah terdapat unit
penyosoh dan blower penghembus dedak. Unit
penyosoh terdiri dari saringan, landasan
sosohan beras, poros penyosoh, screw
penghantar, dan pinang-pinang yang berfungsi
sebagai pelempar padi pecah kulit. Mesin
dibuat seefektif mungkin sehingga hasil
akhirnya merupakan satu rangkaian unit
penggiliongan yang kecil dan efisien.
2) Hasil analisa kinerja mesin pada proses
penggilingan didapatkan kapasitas rata-rata
penggilingan dengan jarak celah 0,1 mm yaitu
120,5 kg/jam, jarak celah 0,3 mm yaitu 107,2
kg/jam, dan jarak celah 0,6 mm yaitu 80,5
kg/jam.
3) Rendemen rata-rata mesin dari hasil pengujian
didapatkan dengan jarak celah 0,1 mm yaitu
68,76 %, jarak celah 0,3 mm yaitu 63,55 %,
jarak celah 0,6 mm yaitu 47,74 %.
4) Hasil rata-rata beras kepala, beras patah, dan
beras menir yang didapatkan dari pengujian
kinerja mesin dengan jarak celah 0,1 mm yaitu
71,28 %, 26,1 %, 1,6 %, dan jarak celah 0,3 mm
yaitu 82,18 %, 15,348 %, 0,98 %, dan jarak
celah 0,6 mm yaitu 94,37 %, 4,98 %, 0,48 %.
5) Dari ketiga jarak celah dan dengan 5 variasi
putaran didapatkan hasil yang terbaik yaitu
dengan jarak celah 0,3 mm pada putaran 800
rpm, yang mana dihasilkan beras kepala yang
banyak dengan sediki beras patah dan menir,
tetapi secara keseluruhan jarak celah 0,3 dengan
putaran 800 1000 rpm adalah yang dapat
dipakai untuk mendapatkan hasil beras dengan
kualitas penggilingan baik.
5.2 Saran

Perlu dilakukan pengujian lanjutan dengan


beberapa varitas padi, sehingga dapat dilihat
89

Jurnal Teknik Mesin

Vol. 4, No. 2, Desember 2007

berapa rendemen yang baik dari masing


masing varitas.

Dalam melakukan pengujian untuk mengetahui


kinerja mesin pada masing-masing putaran
disarankan menggunakan alat pengatur putaran
otomatis sesuai dengan putaran yang diinginkan
untuk mempermudah dan mempersingkat waktu.

PUSTAKA
1.

Anwar , M , Raffei, Bagian-Bagian Mesin dan


Merencana , Jakarta, 1981. .

2.

Biro Pusat Statistik Propinsi Sumbar, 2002

3.

De Datta, Surajit.K. Principles and


Practices of Rice Production. John Wiley &
Son Inc. Canada. 1981.

4.

Esmay, Merley, Soemangat, Eriyatno and


Allan Ohilip. Rice Post Production Technology
In The Tropics. The East-West Food Institute.
The University Press of Haway. Hawaii. 1979.

5.

Ferdinand dan Andrew Putel, Streng Material,


Jakarta, Penerbit Erlangga. 1985,

6.

Harjosentono, Muljoto, Wijanto, E. Rachlan.


I.W Badra dan R.D Tarmana. Mesin-Mesin
Pertanian . C.V Yasaguna . Jakarta . 1984.

7.

Herman Jutz and Eduard Scharkus,


Westermann Tables For The Metal Trade 1966.

8.

Jaya, Hendri. Pengaruh Putaran per Menit


(RPM) Mesin Pemecah Kulit Gabah Tipe Roll
Karet Pada Padi Varietas IR-42 Terhadap
Kapasitas dan Hasil Gilingan. Skripsi Fakultas
Pertanian Universitas Andalas Padang. 1987.

9.

Karo Kato, Rice Processing Machinery.


Revised And Enlarged Edition. Japan
International Cooperation Agency, 1990

ISSN 1829-8958

Tanaman Pangan . Risalah Lokakaria. Cibodo,


Bogor. Pusat Penelitian dan Pengembangan
Tanaman Pangan Bogor. 1982.
16. Sularso, et al, 1987, Dasar Perencanaan dan
Pemilihan Elemen Mesin, ITB, Bandung.
17. Teknik
Bengkel,
Pusat
Pengembangan
Pendidikan Politeknik , Bandung. , 1984
18. Van Vlack Laurence, Ilmu dan Teknologi
Bahan, Jakarta Penerbit Erlangga. , 1994

10. Mears, Leons A. Era Baru Ekonomi Perberasan


Indonesia. Gajah Mada Press. Yogyakarta. 1982.
11. Pratomo, Mudjiarto, A. Muclis dan S.F
Mulkan.
Teknologi
Pengolahan
Hasil
Pertanian. Departemen Mekanisasi Pertanian.
Fakultas Mekanisasi Pertanian dan Teknologi
Hasil Pertanian . Institut Pertanian Bogor.
Bogor. 1975.
12. Rohim Taufik, Teori dan Proses Permesinan,
Teknik,Mesin, ITB, Bandung. 1993,
13. Ridwan Tahir, Sudaryono, Teknologi Pasca
Panen Padi, Balai Penelitian Tanaman Pangan
Sukamadi. 1992,
14. Satake, Toshiko. Modren Rice Milling.
University of Tokyo Press. 296p. 1990.
15. Setjanata,
Sukmana,
Ekowarso
dan
Ruswandi. Dukungan Teknologi Pasca Panen
90

Anda mungkin juga menyukai