Anda di halaman 1dari 5

Mengenal Indikator Keimanan

Rabu, 07 April 04
Iman memiliki tanda-tanda, mempunyai rasa serta memberikan dampak, juga
memiliki cahaya dan ikatan yang senantiasa di pegang oleh pemiliknya. Maka perlu
bagi kita kaum muslimin yang notaben juga mukmin mengenal tanda-tanda
keimanan, agar dapat mengukur diri kita masing-masing apakah kita masuk orang
orang yang difirmankan Allah, yang Artinya:
Sesungguhnya orang-orang beriman dan beramal saleh, kelak Allah Yang Maha
Pemurah akan menanamkan dalam (hati) mereka kasih sayang. (QS. 19:96).
Di antara indikator iman yang benar adalah sebagai berikut:
1. Ittiba' Kepada Rasul Shalallaahu alaihi wasalam Dengan Sebenarnya
Seorang mukmin senantiasa menerima apa saja yang disampaikan oleh Nabinya n,
sebab khawatir termasuk golongan yang disabdakan oleh beliau :
"Tidaklah beriman salah seorang di antara kalian, sehingga kemauan (hawa
nafsunya) tunduk terhadap segala yang kusampaikan."
Hawanya, cintanya, angan-angan dan keinginanya senantiasa diukur dengan apa yang
dibawa oleh Nabinya Shalallaahu alaihi wasalam, tidak menyelisihi perintahnya dan
tidak melanggar larangannya, lisannya senantiasa berucap, yang Artinya:
Ya Rabb kami, kami telah beriman kepada apa yang telah Engkau turunkan dan
telah kami ikuti rasul, karena itu masukkanlah kami ke dalam golongan orang-orang
yang menjadi saksi (tentang keesaan Allah)". (QS. 3:53)
2. Tunduk Terhadap Hukum Allah
Apabila telah ada ketetapan dari Allah baik berupa perintah atau pun larangan, maka
seorang mukmin tidak pikir-pikir lagi atau mencari alternatif yang lain. Namun
menerima dengan sepenuh hati terhadap apa yang ditetapkan Allah tersebut dalam
segala permasalahan hidup. Allah Subhannahu wa Ta'ala berfirman, yang artinya :
Dan tidakkah patut bagi laki-laki yang mu'min dan tidak (pula) bagi perem-puan
yang mu'min, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan
ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka. Dan barang siapa
mendurhakai Allah dan Rasul-Nya, maka sungguhlah dia telah sesat, sesat yang
nyata. (QS. 33:36)
3. Membenarkan Apa yang Di-sampaikan Allah dan Rasul-Nya, Tanpa Ragu
Sedikitpun
Seorang mukmin harus percaya dan membenarkan segala yang disampaikan Allah
Subhannahu wa Ta'ala dan Rasul Shalallaahu alaihi wasalam, meskipun belum
mengetahui fadhilah atau hikmahnya. Jika kita telah memiliki sifat yang demikian,
maka niscaya akan menjadi orang yang beruntung. Sebab Allah Subhannahu wa
Ta'ala akan memasukkan kita dalam golongan yang disebutkan Allah Subhannahu wa

Ta'ala dalam firman Nya, yang Artinya:


Sesungguhnya orang-orang yang beriman hanyalah orang-orang yang beriman
kepada Allah dan Rasul-Nya kemudian mereka tidak ragu-ragu. (QS. 49:15)
Sebagai misal, ketika Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam mengatakan, bahwa
wanita (pada mulanya) diciptakan oleh Allah dari tulang rusuk yang memiliki sifat
bengkok, maka seorang mukmin dan mukminah harus membenarkannya tanpa ragu
sedikit pun. Wanita mukminah sejati tidak keberatan menerima hadits ini dan tidak
meragukannya, demikian pula terhadap ayat-ayat yang berkaitan dengan hukumhukum yang khusus berkenaan dengan wanita.
4. Senantiasa Bertaubat, Beristighfar dan Takut Su'ul Khatimah
Di antara ucapan seorang mukmin adalah sebagaimana yang difirmankan Allah
Subhannahu wa Ta'ala, yang artinya :
Ya Rabb kami, sesungguhnya kami mendengar (seruan) yang menyeru kepada
iman, (yaitu), Berimanlah kamu kepada Rabbmu", maka kami pun beriman. Ya
Rabb kami, ampunilah bagi kami dosa-dosa kami dan hapuskanlah dari kami
kesalahan-kesalahan kami, dan wafatkanlah kami beserta orang- orang yang
berbakti. (QS. 3:193)
Seorang mukmin selalu melihat keburukan dirinya dan takut serta bersedih atas dosadosa yang pernah diperbuatnya. Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam bersabda,
"Barang siapa yang bersedih terhadap keburukannya dan bergembira terhadap
kebaikannya, maka dia seorang mukmin." (HR. Ahmad)
Maka bukan merupakan sifat seorang mukmin kalau bangga tatkala dapat melakukan
keburukan dan kejahatan, atau malah bersedih apabila berbuat kebaikan.
5. Besar Rasa Takut dan Harapnya
Rasa takut dan harap yang sangat besar berkumpul di dalam hati seorang mukmin,
dia takut nanti kalau pada Hari Kiamat masuk ke dalam neraka, namun sekaligus
berharap agar Allah menyelamatkannya, percaya akan rahmat Allah dan berharap
agar segala amal perbuatannya diterima. Mereka memohon kepada Allah, yang
artinya:
Ya Rabb kami, berilah kami apa yang telah Engkau janjikan kepada kami dengan
perantaraan rasul-rasul Engkau. Dan janganlah Engkau hinakan kami di Hari
Kiamat. Sesungguhnya Engkau tidak menyalahi janji".(QS. 3:194)
6. Sungguh-Sungguh dan Taat Beribadah
Seorang mukmin selalu bersungguh-sungguh dan taat dalam beribadah kepada Allah,
selalu beristighfar, terutama di waktu sahur. Firman Allah:
(Yaitu) orang-orang yang berdo'a, "Ya Rabb kami, sesungguhnya kami telah
beriman, maka ampunilah segala dosa kami dan peliharalah kami dari siksa

neraka". (yaitu) orang-orang yang sabar, yang benar, yang tetap ta'at, yang
menafkahkan hartanya (di jalan Allah), dan yang memohon ampun di waktu
sahur.(QS. 3:16-17)
Inilah di antara beberapa tanda-tanda iman, dan tentunya masih banyak lagi tandatanda lain yang tidak bisa disebutkan di sini. Yang penting adalah kita mencoba
mengukur diri sampai di mana keimanan kita, kalau seluruh tanda keimanan yang
tersebut di atas ada pada diri kita, maka hendaklah memuji Allah karena telah
memberikan karunia yang amat besar. Dan sebaliknya kalau masih banyak yang
belum ada pada diri kita, maka marilah bersegera meraih dan mengejar
ketertinggalan kita, sebelum pintu kehidupan ini tertutup.
Ikatan Iman yang Terkuat
Nabi Shalallaahu alaihi wasalam bersabda,
"Ikatan iman yang paling kuat adalah cinta karena Allah dan benci karena Allah."
(HR. Abu Dawud)
Seorang mukmin hendaknya selalu melihat apakah dirinya telah menda-patkan tali
terkuat ini atau kah belum? Sudahkah dirinya mampu mencintai karena Allah dan
membenci karena Allah, atau kah malah justru mencintai dan membenci tergantung
pada hawa nafsu dan pendapat sendiri?
Ibnu Abbas Radhiallaahu anhu pernah berkata, "Barang siapa yang mencintai karena
Allah, membenci karena Allah, memusuhi karena Allah, loyal (berwala) karena
Allah, maka sungguh dia telah mendapatkan perwalian (cinta dan pembelaan) dari
Allah dengan sebab tersebut. seorang hamba tidak akan merasakan lezatnya iman,
meskipun banyak shalat dan puasa, sehingga dia bersikap demikian itu."
Sinar Keimanan
Iman akan memancarkan sinar yang terbit menyinari di dalam hati, sehingga hati
menjadi hidup. Amr Ibnu Qais berkata, "Aku mendengar bukan hanya dari seorang
shahabat saja yang berkata, "Cahaya iman adalah tafakkur."
Yaitu merenungkan dan memikirkan segala kebesaran dan kekuasaan Allah, segenap
makhlukNya, memikirkan asma' dan sifat sifat Allah yang Maha Luhur, sehingga
kalau itu semua memenuhi hati, maka akan membuatnya bersinar dan bercahaya,
yang itu akan terus menambah kedekatan dan rasa cinta terhadap Allah Rabb
Pencipta dan Pemeliharanya.
Iman, Musik dan Lagu
Musik dan lagu tidak akan dapat bersatu di dalam hati seorang mukmin sejati,
sehingga amatlah sulit untuk dapat mencapai keutuhan dan kesempurnaan iman.
Sebab hati yang seharusnya ditempati secara keseluruhan untuk iman, ternyata ada
jatah yang di sediakan untuk nyanyian dan musik, akan berbahaya kalau jatah untuk

musik dan nyanyian lebih besar daripada jatah untuk keimanan. Sebab musik dan
lagu sebagaimana disabdakan oleh Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam dapat
menumbuhkan kamunafikan.
Maka seorang mukmin hedaknya memakmurkan dan memenuhi hatinya dengan
iman, jangan sampai nyanyian mendominasi hati karena itu dapat menjerumuskan ke
dalam su'ul khatimah. Sebagaimana hal itu pernah terjadi di dalam kisah nyata, yaitu
seorang yang akan meninggal dunia ketika dituntun untuk membaca syahadat dia
tidak bisa mengucapkannya dan justru malah menyanyi. Na'udzu billah min dzalik.
Manisnya Iman
Manisnya iman dapat diraih dengan tiga hal sebagaimana yang disabdakan Nabi
Shalallaahu alaihi wasalam, yang artinya:
"Tiga hal yang barang siapa memilki ketiganya, maka akan merasakan manisnya
iman, (yaitu) Allah dan Rasulnya lebih dia cintai daripada selain keduanya, apabila
menyintai seseorang, maka tidaklah dia mencintai, kecuali karena Allah, serta benci
untuk kembali kepada kekufuran setelah Allah menyela-matkan darinya
sebagaimana bencinya kalau dilemparkan ke neraka."(HR. Al-Bukhari)
Maka masing-masing kita hedaklah melihat, apakah Allah dan Rasul telah kita
tempatkan di atas semua orang, termasuk anak, istri atau suami, serta segala
kesenangan hidup? Lalu kita lihat juga apakan cinta kita terhadap sesama manusia
sudah karena Allah, atau kah karena ada sebab-sebab lain seperti materi, tujuan
keduniaan, kelompok dan golongan dan sebagai-nya? Lalu yang ketiga, apakah kita
telah membenci kekufuran, termasuk pelakunya dan segala yang berkaitan dengan
diri, kehidupan dan gayanya? Atau kah sebaliknya kita malah meniru (tasyabbuh),
taklid dan ikut-ikutan terhadap prilaku kaum kufar?
Sikap Mukmin Terhadap Dosa
Abdullah Ibnu Mas'ud Radhiallaahu anhu berkata, "Sesungguhnya seorang mukmin
melihat dosanya ibarat kalau dia sedang duduk di bawah gunung dan takut kalau
gunung itu runtuh menimpanya. Sedangkan seorang fajir (pelaku dosa) melihat
dosanya ibarat (melihat) lalat yang terbang di depan hidungnya seraya mengatakan
begini." Para ulama manafsirkan, yaitu dengan menggerak-kan tangannya di depan
hidung layak-nya mengusir lalat.
Sikap seseorang terhadap dosa akan sangat berpengaruh terhadap sikap-sikapnya di
dalam seluruh aspek kehidupan. Hal ini disebabkan karena tatkala seseorang
menganggap kecil dan remeh sebuah dosa, maka cenderung akan berbuat semaunya.
Maka seorang mukmin kalau berbuat dosa akan merasa sedih, takut dan gelisah
karena kekuatan imannya mendorong demikian. Ia tidak melihat besar kecilnya dosa,
namun melihat kepada siapa berbuat dosa. Demikian hendaknya masing-maing kita
menyi-kapi dosa, karena hal itu akan mendorong ke arah sikap-sikap positif se-perti

introspeksi (muhasabah), mawas diri, hati-hati serta banyak beristighfar.


Mudah-mudahan Allah Subhannahu wa Ta'ala memasukkan kita semua ke dalam
golongan hamba-hamba-Nya yang beriman, dengan iman yang sejati dan benar, serta
menghapuskan dosa dan kesalahan kita baik yang telah lalu maupun yang akan
datang. Amin.

Anda mungkin juga menyukai