Anda di halaman 1dari 16

KEPERAWATAN GERONTIK

ASUHAN KEPERAWATAN LANSIA DENGAN PEMENUHAN KEBUTUHAN


ISTIRAHAT TIDUR
Dosen Pembimbing : Rita Hadi W, Sp.Kep.Kom

Disusun oleh :
Kelompok 7 A.12.1
1.
2.
3.
4.

Hani Indira Probodewi


Imaningtyas Ridar
Fauziyah Latief
Riska Yunita

22020112110028
22020112120001
22020112120008
22020112130027

JURUSAN KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN


UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2014
A. Siklus Tidur Normal Manusia
Siklus tidur normal manusia terdiri dari 2 status primer siklus tidur yaitu REM
(Rapid Eye Movement) dan non REM. Status tidur REM (20-25% dari waktu tidur) dibagi
menjadi phasic dan tonic, ditandai dengan periode otonom

yang bervariasi, seperti

perubahan detak jantung, tekanan darah, laju pernapasan dan berkeringat. Pada stadium
inilah mimpi saat tidur terjadi.
Status non REM (sekitar 75-80% dari waktu tidur) dibagi menjadi 4 stadium:
- Stadium 1. Saat transisi antara bangun penuh dan tidur, sekitar 30 detik sampai 7 menit
dan karakteristik ditandai oleh gelombang otak yang low-voltage pada pemeriksaan
electro encephalografi (EEG).
- Stadium 2. Ditandai gelombang otak low-voltage pada EEG, dibedakan dengan stadium
1 dengan adanya gelombang high voltage yang disebut sleep spindles dan K
complexes.
- Stadium 3&4. Sering disebut tidur yang dalam atau delta sleep. EEG menunjukkan
gelombang yang lambat dengan ampitudo yang tinggi.
Pada orang muda yang sehat waktu yang dibutuhkan dari stadium 1 sampai
dengan 3 hanya 45 menit. Stadium 4 membutuhkan waktu sekitar 70-120 menit dan
berulang sampai 6 kali sebelum terbangun. Pada tidur yang normal mempunyai
kecenderungan perpindahan stadium dari tidur yang dalam menuju tidur yang ringan.
Pengulangan status tidur non REM terjadi pada 4 jam pertama tidur dan kebanyakan
berada pada stadium 3 dan 4, sedangkan 4 jam keuda lebih banyak terjadi pengulangan
pada stadium 1 dan 2 dan status REM.
Siklus tidur dan bangun (irama sirkadian), polanya adalah bangun sepanjang hari
saat cahaya terang dan tidur sepanjang malam saat gelap. Jadi faktor kunci adalah adanya
perubahan gelap dan terang. Stimulasi cahaya terang akan masuk melalui mata dan
mempengaruhi suatu bagian di hipotalamus yang disebut nukleus supra-chiasmatic
(NSC). NSC akan mengeluarkan neurotransmiter yang mempengaruhi pengeluaran
berbagai hormon pengatur temperatur badan, cortisol, GH (growth hormone) dan lain-lain
yang memegang peran untuk bangun dan tidur. NSC bekerja seperti jam, meregulasi
kegiatan bangun dan tidur. Jika pagi hari cahaya terang masuk, NSC segera mengeluarkan
hormon yang menstimulasi peningkatan temperatur badan, cortisol dan GH sehingga
orang terbangun. Jika malam tiba NSC merangsang pengeluaran hormon melatonin
sehingga orang mengantuk dan tidur. Melatonin adalah hormon yang diproduksi oleh
glandula pineal (suatu bagian kecil diotak tengah). Saat hari mulai gelap, melatonin
dikeluarkan dalam darah dan akan mempengaruhi terjadinya relaksasi dan penurunan
temperatur badan serta cortisol. Kadat melatonin dalam darah mulai meningkat pada jam
9 malam, terus meningkat sepanjang malam dan menghilang pada jam 9 pagi.

B. Karakteristik Fisiologi Tidur Manusia Dewasa


Karakteristik fisiologi tidur pada manusia dewasa adalah :
a. Siklus non REM-REM (lama 90 menit)
b. Tidur non REM
Stadium 1
: berkurangnya gelombang alfa oleh gelombang teta, gerakan berputar
Stadium 2
Stadium
c. Tidur REM
Tonic

bola mata
: spindles, K-complexes
: gelombang delta
: desikronisasi EEG (pola cepat voltase rendah bercampur dengan
sejumlah irama teta dan sering dengan gelombang gergaji), atonia otot,

Phasic

depresi refleks monosynaptic dan polysypnaptic)


: gerakan cepat mata hilang, kejang mioklonus detak jantung dan
respirasi ireguler (dengan tekanan darah bervariasi), aktifitas spontan

d.
e.
f.
g.
h.

dari otot telingan tengah.


Berasal dari endogen
Diatur oleh homeostatik dan faktor sirkadian
Dipengaruhi faktor lingkungan
Tidur berulang diikuti hilang tidur
Gangguan fungsi karena hilang tidur

C. Tahap-tahap tidur normal


Ada beberapa tahap-tahap tidur yang dilakukan orang normal, yaitu :
a. Tahap 1 : Non-rapid eye movement (rem) sleep
-

Termasuk tingkat tidur terendah.

Berlangsung hanya beberapa menit.

Penurunan aktivitas fisiologis dimulai dari penurunan bertahap tanda-tanda vital


dan metabolisme.

Orang yang mudah terangsang oleh rangsangan sensorik seperti kebisingan.

Mudah terbangun, seolah-olah sedang melamun.

b. Tahap 2 : Non-rem sleep


-

Periode tidur nyenyak.

Proses relaksasi.

Gairah masih relatif mudah.

Berlangsung selama 10-20 menit.

Fungsi tubuh terus melambat.

c. Tahap 3 : Non-rem sleep

Melibatkan tahap awal tidur nyenyak.

Orang yang sedang tidur sulit untuk bangkit dan jarang bergerak.

Otot benar-benar relaksasi.

TTV menurun tapi tetap teratur

Tahap berlangsung selama 15-30 menit.

d. Tahap 4 : non-rem sleep


- Tahap terdalam tidur
- Sulit untuk membanngunkan orang yang sedang tidur
- Jika kurang tidur, maka akan menghabiskan sebagian besar malam dengan tidur
- Mengistirahatkan tubuh
- TTV lebih rendah daripada jam saat bangun
- Terakhir sekitar 15-30 menit
- Kemungkinan terjadi sleepwalking atau enuresia
e. REM sleep
-

Mimpi dapat terjadi

Biasanya tahap dimulai sekitar 90 menit setelah tidur dimulai

Dicirikan oleh respon otonom mata yang bergerak cepat, fluktuasi jantung dan
taraf pernapasan meningkat dan fluktuasi tekanan darah

Sekresi lambung meningkat

Hilangnya tonus otot rangka

Sangat sulit untuk membangkitkan tidur.

Durasi tidur REM meningkat dengan setiap siklus rata-rata 20 menit.

Gambar 1. Tahapan tidur pada orang normal

Permasalahan

yang

terjadi

akibat

insomnia

adalah

arthritis,

bursitis,

gastroesphageal, chronic obstructive pulmonary disease, congestive heart failure, sleep


apnea, prostatis problems, otitis dan lainnya.

D. Perubahan Tidur akibat Proses Menua


Pada lansia, diperlukan waktu lebih lama untuk tertidur dan memiliki waktu lebih
sedikit dalam tertidur nyenyak. Di Indonesia, kejadian prevalensi kejadian lansia
mengeluh masalah tidur sebesar 50% pada usia 60-69 tahun (Jurnal Kedokteran
Brawijaya, 2009). Sedangkan pada penelitian lain, dari 78 lansia yang diteliti 67,9%
diantara mengalami insomnia ringan (Fitriana, 2013). nya mengalami insomnia dengan.
Seorang lansia yang melakukan tes dengan alat polysomnographic ditemukan bahwa
lansia mengalami penurunan signifikan dalam slow wave dan Rapid eye movement .
dengan alat yang sama ditemukan bahwa lansia lebih mudah terbangun di malam hari dan
kuaitas tidur menurun akibat perubahan fisik karena usia dan penyakit yang diderita.

E. Penyebab Gangguan Tidur pada Usia Lanjut


F. Masalah tidur yang dialami lansia
Masalah tidur utama yang dikeluhkan oleh lansia antara lain :
1. Insomnia
Insomnia adalah ketidakmampuan untuk tidur meskipun memiliki keinginan untuk
tidur. Pada lansia, insomnia biasanya terjadi karena gangguan pada tahap 4 (tidur
dalam). Insomnia ini mencangkup ketidakmampuan untuk tertidur, sering terbangun,
ketidakmampuan untuk kembali tidur, dan terbangun di malam hari. Insomnia
merupakan gejala, maka ketika lansia mengalami insomnia perhatikan faktor yang
dapat mempengaruhi insomnianya, seperti faktor biologis, emosional, kebiasaan tidur
yang buruk, dan medikasi. Insomnia terdiri dari beberapa jenis :
a. Jangka pendek
Muncul karena stres yang bersifat sementara dan dapat hilang dalam beberapa
minggu tanpa intervensi medis setelah dapat menghadapi stressornya.
b. Sementara
Episode malam gelisah yang jarang terjadi, seperti jet lag, dan kontruksi
bangunan.
c. Kronis

Kondisi kronis terjadi karena kebiasaan tidur yang buruk, masalah psikologis,
penggunaan obat tidur berlebih, dan masalah kesehatan lainnya. Insomnia kronis
biasanya memerlukan intervensi psikiatrik dan medis dan dapat sembuh dalam
waktu 3 minggu atau lebih.
2. Hipersomnia
Hipersomnia dicirikan dengan tidur lebih dari 8 atau 9 jam per periode 24 jam
dengan keluhan yang berlebihan. Hipersomnia disebabkan oleh ketidakaktifan, gaya
hidup yang membosankan, atau depresi. Gejala yang ditunjukan antara lain
mengantuk di siang hari secara persisten, tampak mabuk atau komatase atau
mengalami mengantuk pascaensefalitik. Keluhan yang banyak dikeluhkan adalah
keletihan kelemahan dan kesulitas mengingat.
3. Apnea tidur
Apnea tidur atau berhentinya nafas selama tidur yang diidentifikasikan dengan
mendengkur. Henti nafas terjadi minimal 10 detik dan mengalami rasa kantuk luar
biasa pada siang hari. Selama tidur, apnea tidur dapat terjadi paling banyak terjadi
sebanyak 300 kali dengan episode apnea dapat berakhir dari detik ke 10 hingga 90.
Resiko apnea tidur banyak ditemukan pada pria dewasa dengan riwayat mendengkur
keras dan intermiten, obesitas dengan leher yang pendek. Gejala apnea antara lain :
a. Dengkuran keras dan periodik
b. Aktivitas malah hari yang tidak biasa, seperti duduk tegak, berjalan dalam tidur,
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.

atau terjatuh dari tempat tidur


Sering terbangun di malam hari
Perubahan memori
Depresi
Rasa kantuk berlebih pada siang hari
Nokturia
Sakit kepala pada pagi hari
Ortopnea akibat apnea tidur
Intervensi yang dapat dilakukan mengenai apnea tidur adalah :

a. Penurunan berat badan atau pembedahan untuk membuang penumpukan jaringan


di area faring
b. Menghindari konsumsi alkohol dan obat-obatan yang mempengarhui tidur
c. Menggunakan bantal tambahan atau tidur di kursi
G. Keadaan yang mempengaruhi gangguan tidur lansia
Keadaan yang mempengaruhi gangguan tidur pada lansia, antara lain :
1. Penyakit psikiatrik terutama depresi

2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Penyakit alzheimer dan penyakit degeneratif lain


Penyakit kardiovaskular dan perawatan luka post-operasi bedah jantung
Inkompetesi jalan nafas atas
Penyakit paru
Sindrom nyeri
Penyakit prostatik
Endokrinopatik

H. Asuhan Keperawatan
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik meliputi ulasan sistem untuk mengidentifikasi perubahan perilaku
orang dewasa yang lebih tua yang menunjukkan gangguan dengan tidur atau istirahat.
Pemeriksaan neurologis dapat mengungkapkan gangguan seperti nystagmus (cepat, gerakan
spontan dari bola mata), tremor tangan, ptosis (terkulai kelopak mata), peningkatan kepekaan
terhadap rasa sakit, dan ekspresi wajah yang mungkin terkait dengan kurang tidur. Gejala lain
yang diidentifikasi oleh review sistem termasuk kelelahan, penurunan kewaspadaan,
kelesuan, penurunan kemampuan untuk berkonsentrasi, berkurang keterampilan motorik,
agitasi, gelisah dan mudah tersinggung.
Respon terhadap rangsangan umum di lingkungan dan getaran lisan tertentu harus
dinilai selama pemeriksaan fisik. Semakin tua sesorang semakin kesulitan selama
pemeriksaan karena adanya gangguan sensorik. Perawat harus mengamati jika seseorang
merespon suara-suara, pergerakan benda di dalam ruangan dan terutama untuk pertanyaan
atau perintah tertentu. Dalam membuat penilaian ini, penting untuk mempertimbangkan efek
dari kemungkinan penurunan tingkat penglihatan dan pendengaran di lansia.
Selain menentukan jumlah dan jenis stimulus, perawat harus mencatat sifat respon
lansia untuk stimulus:
- Apakah kepala atau badan bergerak menuju atau menjauhi dari stimulus?
- Apakah mata mengikuti objek bergerak di dalam ruangan?
- Apakah mata terbuka dalam menanggapi sebuah perintah?
- Apakah pasien menanggapi kata-kata dengan tepat?
Menentukan sifat yang tepat dari respon terhadap stimulus adalah penting dalam
menilai tingkat perubahan kesadaran. Tujuan penilaian minimum adalah untuk membedakan
antara tiga tingkat kesadaran, yaitu:
- Sadar dan mampu mengikuti perintah
- Terjaga dan membuka mata tetapi tidak mampu mengikuti perintah
- Koma: tidak dapat membuka mata, dan tidak dapat mengikuti perintah verbal

Berbagai metode dan alat digunakan untuk menggambarkan tingkat kesadaran yang
tersedia dan membantu mendeteksi perubahan halus dalam status neurologis. Alat ukur
seperti Glasgow Coma Scale harus digunakan untuk menilai derajat kesadaran.
Respon terhadap saraf kranial harus diuji. Tanggapan refleks terhadap rangsangan
harus dievaluasi. Rangsang nyeri sebaiknya tidak digunakan kecuali jika tidak ada respon
terhadap rangsangan pendengaran atau rangsangan taktil. Ketika setiap jenis rangsangan
diterapkan, perawat harus mengamati dan mencatat respon pasien, seperti penarikan dari
ekstremitas dari stimulus, pergerakan kepala atau badan terhadap stimulus, pembukaan mata,
verbalisasi atau tanggapan yang lebih kompleks seperti menaati perintah. Gerakan abnormal
dari ekstremitas dan tanda-tanda iritasi meningeal, seperti leher kaku, harus dievaluasi
Tes Diagnostik
Untuk diagnosis dari gangguan tidur kronis, polysomnogram (perekaman yang
kontinyu dari electro-encephalogram dan elektro-oculogram untuk memantau tahapan tidur
selama periode tidur sepanjang malam) dilakukan. Ventilasi, denyut jantung, pernapasan dan
upaya pertukaran gas juga dipantau.
Tes yang bisa digunakan adalah menggunakan GCS (Glasgow Coma Scale). GCS
digunakan untuk menunjukkan penurunan tingkat kesadaran.
Perilaku
Membuka Mata

Respon verbal

Respon motorik

Spontan

Yang diamati

Score
4

Stimulus lisan

Stimulus nyeri

Tidak berespon

Baik

Bingung

Kata-kata yang tidak dimengerti

Suara yang tidak jelas

Tidak ada respon

Mematuhi perintah

Melokalisasi nyeri

Penarikan fleksi

Fleksi abnormal

Ekstensi abnormal

Tidak ada

Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang muncul pada lansia dengan gangguan tidur adalah
1. Risiko tinggi cedera berhubungan dengan bangun di malam hari dan merasa kebingungan
2. Gangguan komunikasi verbal dengan penurunan tingkat kesadaran
3. Perubahan proses berpikir yang berhubungan dengan tidur yang tidak memadai atau
4.
5.
6.
7.
8.

penurunan tingkat kesadaran


Gangguan mobilitas fisik yang berhubungan dengan kecelakaan serebrovaskular
Perubahan sensorik berhubungan dengan gangguan neurologis atau insomnia
Defisit perawatan diri berhubungan dengan penurunan tingkat kesadaran atau insomnia
Gangguan citra tubuh berhubungan dengan gangguan neurologis atau sleep apnea
Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri rawat inap

Dari hasil survey di masyarakat usia lanjut Amerika, didapatkan mereka


membutuhkan waktu lebih lama untuk jatuh tidur, tidur nyenyak hanya sebentar, lebih sering
terbangun saat tidur, bangun terlalu dini hari dan membutuhkan waktu lebih banyak untuk
tidur pada siang hari karena sangat mengantuk.
Pada usia lanjut juga terjadi perubahan pada irama sirkadian tidur normal yaitu
menjadi kurang sensitif dengan perubahan gelap dan terang. Normalnya irama sirkadian
termasuk di dalamnya peranan pengeluaran hormon dan perubahan temperatur badan selama
siklus 24 jam. Ekskresi cortisol dan growth hormon (GH) meningkat pada siang hari dan
temperatur badan menurun di waktu malam. Pada usia lanjut ekskresi cortisol dan GH serta
perubahan temperatur tubuh berfluktuasi dan kurang menonjol. Melantonin, hormon yang di
ekskresikan pada malam hari dan berhubungan dengan tidur, menurun dengan meningkatnya
umur.
Penelitian lain menunjukkan kualitas tidur usia lanjut yang sehat, juga tergantung
bagaimana aktifitasnya pada siang hari. Bila siang hari sibuk dan aktif sepanjang hari, pada

malam hari tidak ada gangguan dalam tidurnya, sebaliknya bila siang hari tidak ada kegiatan
dan cenderung tidak aktif, malam akan sulit tidur.

Intervensi keperawatan
Berikut ini adalah intervensi keperawatan yang dianjurkan:
-

Pertahankan kondisi yang kondusif untuk tidur, yang mencakup perhatian pada faktor-

faktor lingkungan dan kegiatan ritual sebelum tidur.


Bantu orang tersebut untuk rilek pada saat menjelang tidur dengan memberikan
usapan punggung, masas kaki, atau kudapan tidur bila diinginkan. Latihan pasif dan

gerakan mengusap memberikan efek yang menidurkan.


Memberikan posisi yang tepat, menghilangkan nyeri, dan memberi kehangatan

dengan selimut-selimut konvensional atau selimut listrik juga dapat membantu.


Jangan membiarkan pasien meminum kafein (kopi, teh, coklat) di sore hari dan

malam hari.
Lakukan tindakan-tindakan yang masuk akal seperti memutar musik lembut di radio
dan meminum susu hangat atau minumamn hangat lainnya atau kudapan yang lebih
berat untuk meningkatkan tidur pada lansia tanpa menggunakan hipnotik. Pada waktu
malam, secangkir anggur, cherry, brandy, atau beer memberikan kehangatan inteernal
dan relakasasi pada lansia yang perlu tidur. Namun, efek dari satu minuman hanya

berlangsung 2/3 siklus tidur. Sedasi juga bersifat sama, yang menyebabkan tidur
-

terputus-putus.
Tidur siang merupakan hal yang tepat ; namun, jumlah tidur siang tidak boleh lebih

dari 2 jam.
Latihan setiap hari juga harus dianjurkan. Hal ini merupakan cara yang terbaik
meningkatkan tidur. Latihan harus dilakukan di pagi hari daripada menjelang tidur
karena pada jam-jam tersebut latihan hanya akan menimbulkan efek menyegarkan

daripda menidurkan.
Mandi air hangat terkadang dapat merilekskan lansia tetapi beberapa diantaranya
tidak menyukai intervensi, mengeluh pusing pada saat mereka bangun darti tub.

Riwayat tidur
Wawancara pasien atau keluarga tentang faktor-faktor berikut:
Ulasan persepsi yang berkaitan dengan masalah
Jelaskan masalah tidur yang dialami? (dengan kata pasien sendiri).
Berapa lama masalah tersebut terjadi?
Bagaimana pola tidur yang berubah?
Kapan masalah terjadi?
Apa yang dapat meningkatkan masalah tidur?
Apa yang dapat membuatlebih sulit untuk tidur?
Seberapa serius masalah ini bagi pasien?
Evaluasi faktor terkait
Jelaskan makanan apa saja yang dikonsumsi selama 24 jam?

Apakah pasien mengkonsumsi alkohol??


Apakah yang menjadi faktor pasien dalam merokok?
Apa saja pengobatan yang telah dilakukan untuk meningkatkan kualitas tidur?
Apakah obat apapun yang digunakan untuk meningkatkan kualitas tidur?
Apakah pasien menderita penyakit kronis?
Apakah ada rasa sakit atau ketidaknyamanan selama siang atau malam hari?
Apakah ada kekhawatiran siang hari atau malam hari?
Apakah ada faktor-faktor tertentu yang berhubungan dengan masalah (misalnya, perubahan
tempat tinggal, perubahan kebiasaan makan, perubahan mental atau fisik, penyakit)?
gangguan tidur
Apakah pasien mendengkur saat tidur?
Apakah kaki bergerak pada malam hari atau siang hari?
Apakah ada perasaan gelisah di kaki yang mengakibatkan kebutuhan untuk berdiri dan
berjalan merasa terganggu?
Apakah Anda merasa mengantuk pada siang hari?
Rutinitas pada siang hari dan malam hari
Jelaskan kegiatan pada siang hari
Bagaimana masalah tidur ini merubah rutinitas biasa?
Apakah ada tidur siang pada siang hari? Seberapa sering, berapa lama, dan kapan?
Jelaskan kebiasaan tidur malam. Termasuk:
Dimana tidur terjadi?
Apa yang dimakan atau diminum 1 jam sebelum tidur ?
Waktu tidur setiap malamnya?

Rutinitas waktu tidur


Berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk tertidur
Jumlah terbangun setiap tidur?
Lama waktu terjaga di malam hari?
Aktivitas saat terbangun
Strategi untuk kembali tertidur
Jumlah jam tidur setiap harinya
Jam berapa pasien bangun setiap pagi?

Rencana asuhan keperawatan


Untuk pasien dengan gangguan pola tidur
Diagnosis keperawatan: Sebuah negara di mana pengalaman tidur individu di negara tersebut
mengalami gangguan yang menyebabkan gangguan pemenuhan kebutuhan biologis dan
emosional.
Temuan Penilaian:
1.
2.
3.
4.
5.

Keluhan kesulitan tidur


Keluhan kesulitan tidur setelah terbangun
Keluhan kelelahan kesulitan dalam kebangkitan
Sering mengantuk di siang hari
Depresi

Intervensi keperawatan dengan alasan-alasan yang dipilih:


1 Mencari persepsi pasien, terkait dengan masalah: sejarah masalah, bagaimana ia telah
berubah sejak dirawat di rumah sakit, apa yang membuatnya lebih baik, apa yang
membuatnya lebih buruk.

Rasional: persepsi pasien dari masalah dan perubahan masalah dapat membantu untuk
mengisolasi faktor penting yang menyebabkan masalah.
2 Mencari faktor evaluasi terkait dengan masalah: merokok, waktu obat, efek penyakit,
adanya nyeri, asupan cairan dan output.
Rasional: pasien mungkin tidak menyadari faktor yang memperburuk masalah melakukan
rawat inap.
3 Menghindari kemungkinan yang dapat menyebabkan gangguan tidur: mengevaluasi periode
apnea, menyentak kaki dan keluhan dari pasien yang terkait dengan gelisah.
Rasional: gangguan tidur dapat secara bertahap memburuk dan pasien mungkin tidak
menyadari gangguan tidur sampai rawat inap semakin memperburuk masalah gangguan tidur.
4. Mengidentifikasi siang khas pasien dan rutinitas malam hari di rumah: Memiliki
waktu pasien menggambarkan bagaimana rumah sakit telah berubah kegiatan siang
hari dan tidur.
Alasan: mengubah lingkungan rumah sakit untuk memungkinkan melanjutkan
beberapa kegiatan rutin siang hari dan tidur.
Alasan: mengubah lingkungan rumah sakit untuk memungkinkan melanjutkan
beberapa kegiatan rutin siang hari dan tidur dapat membantu untuk membangun pola
tidur / istirahat lebih stabil.
5. Membuat jadwal untuk pemberian analgesik yang memungkinkan untuk pengambilan
keputusan pasien mengenai dosis dan frekuensi pemberian obat.
Rasional: nyeri dapat dikontrol untuk memenuhi kebutuhan pasien untuk kenyamanan,
sehingga dapat meningkatkan tidur / istirahat.
6 Diskusikan dengan dokter dan berbagai kemungkinan pasien untuk meningkatkan jumlah
latihan sementara di rumah sakit.
Alasan: kurang olahraga dapat meningkatkan kekakuan sendi dan mengurangi kemampuan
untuk mendapatkan kebutuhan tidur / istirahat.
7 Diskusikan dengan pasien mengenai kebutuhan untuk stimulasi sosial dan membantu
merencanakan pasien mengunjungi sesi untuk meningkatkan tidur / istirahat.

Rasional: Stimulasi sosial terlalu banyak atau terlalu sedikit dapat menggangu dari kualitas
tidur / istirahat.
8 Rencana untuk tidur siang pada waktu yang teratur sepanjang hari.
Rasional: gangguan tidur di malam hari dapat meningkatkan kebutuhan untuk tidur siang
hari.
9. Mengevaluasi kebutuhan dan waktu cairan.
Rasional: penurunan jumlah cairan tertelan sebelum tidur dapat menurunkan terbangun dipicu
oleh kebutuhan untuk membatalkan pada malam hari.
10 Rencana untuk tidur / istirahat kebutuhan setelah pulang. Diskusikan dengan pasien,
pasangan, atau anggota keluarga lain beberapa langkah-langkah untuk meningkatkan tidur /
istirahat di lingkungan rumah.
Alasan: pengetahuan tentang faktor yang mengganggu tidur / istirahat dapat meningkatkan
perawatan diri yang berhubungan dengan masalah.

Kriteria hasil yang diharapkan:


1 pasien akan menjelaskan faktor, termasuk fisiologis, psikososial, dan faktor lingkungan,
terkait dengan masalah tersebut.
2 pasien akan membantu dalam mengendalikan faktor-faktor dalam lingkungan rumah sakit
untuk mempromosikan tidur / istirahat.
3 Pasien akan mengidentifikasi langkah-langkah untuk menerapkan di rumah untuk
meningkatkan tidur / istirahat.
4. Pasien akan membedakan antara tidur sementara / gangguan istirahat dan gangguan tidur
potensial dan mengidentifikasi sumber daya untuk menjelajahi masalah masa depan yang
berkaitan dengan tidur / istirahat

Daftar Pustaka
Stanley, Mickey. 2007. Buku ajar keperawatan Gerontik Ed. 2. Jakarta: EGC
Dwi Kurnia, Anggraini, dkk. 2013. Lavender aromatherapy improve quality of sleep in
Elderly People. Jurnal Kedokteran Brawijaya Vol XXV No.2 Agustus 2009. Fakultas
Kedokteran Universitas Brawijaya
Fitriana, Vinna. 2013. Hubungan Antara Tingkat Kesepian dengan Tingkat Insomnia pada
Lanjut Usia di Desa Srimulyo Kecamatan Piyungan Bantul Yogyakarta. Yogyakarta:
Keperawatan UGM

Anda mungkin juga menyukai