Mengingat
MEMUTUSKAN:...
- 2 MEMUTUSKAN:
Menetapkan
7. Olahragawan . . .
- 3 7. Olahragawan
amatir
adalah
pengolahraga
yang
melakukan kegiatan pelatihan olahraga secara teratur dan
mengikuti kejuaraan dengan penuh dedikasi untuk
mencapai prestasi atas dasar kecintaan atau kegemaran
berolahraga.
8. Olahragawan profesional adalah setiap orang yang
berolahraga untuk memperoleh pendapatan dalam bentuk
uang atau bentuk lain yang didasarkan atas kemahiran
berolahraga.
9. Alih status olahragawan adalah perpindahan status
olahragawan amatir ke olahragawan profesional atau
sebaliknya.
10. Olahragawan
asing
adalah
pelaku
olahraga
berkewarganegaraan asing yang melakukan kegiatan
olahraga di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.
11. Perpindahan olahragawan adalah proses kegiatan
beralihnya olahragawan dari satu tempat ke tempat
lainnya, antarklub atau perkumpulan, antardaerah,
dan/atau antarnegara.
12. Pengembangan
ilmu
pengetahuan
dan
teknologi
keolahragaan adalah peningkatan kualitas dan kuantitas
pengetahuan dan teknologi yang bertujuan memanfaatkan
kaedah dan teori ilmu pengetahuan yang telah terbukti
kebenarannya untuk peningkatan fungsi, manfaat, dan
aplikasi ilmu pengetahuan dan teknologi yang telah ada
atau menghasilkan teknologi baru bagi kegiatan
keolahragaan.
13. Pelaku usaha adalah perseorangan atau badan hukum
yang melakukan kegiatan ekonomi yang terlibat secara
langsung dalam kegiatan olahraga.
14. Sarana olahraga adalah peralatan dan perlengkapan yang
digunakan untuk kegiatan olahraga.
15. Standardisasi . . .
BAB II . . .
- 6 BAB II
TUGAS PEMERINTAH DAN PEMERINTAH DAERAH
Pasal 2
(1) Pemerintah menentukan kebijakan nasional keolahragaan,
standar nasional keolahragaan, serta koordinasi dan
pengawasan
terhadap
penyelenggaraan
keolahragaan
nasional.
(2) Penentuan kebijakan nasional keolahragaan, standar
nasional keolahragaan, serta koordinasi dan pengawasan
terhadap
penyelenggaraan
keolahragaan
nasional
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menjadi tanggung
jawab Menteri.
Pasal 3
Kebijakan nasional keolahragaan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 2 meliputi:
a. penyelenggaraan olahraga pendidikan, olahraga rekreasi, dan
olahraga prestasi;
b. pembinaan dan pengembangan olahraga;
c. penyelenggaraan kejuaraan olahraga;
d. pembinaan dan pengembangan pelaku olahraga;
e. pembinaan,
profesional;
pengembangan,
dan
pengawasan
olahraga
n. pemberian . . .
- 7 n. pemberian penghargaan;
o. pelaksanaan pengawasan; dan
p. evaluasi nasional terhadap pencapaian standar nasional
keolahragaan.
Pasal 4
Standar nasional keolahragaan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 2 meliputi:
a. kompetensi tenaga keolahragaan;
b. isi program penataran/pelatihan tenaga keolahragaan;
c. prasarana dan sarana olahraga;
d. pengelolaan organisasi keolahragaan;
e. penyelenggaraan kejuaraan olahraga; dan
f. pelayanan minimal keolahragaan.
Pasal 5
(1) Selaku penanggung jawab pengelolaan sistem keolahragaan
nasional, Menteri mengoordinasikan pelaksanaan tugas
penyelenggaraan keolahragaan nasional secara terpadu dan
berkesinambungan.
(2) Koordinasi pelaksanaan tugas sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) mencakup semua aspek sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 3 dan Pasal 4.
(3) Koordinasi pelaksanaan tugas sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dilakukan melalui:
a. rapat koordinasi nasional;
b. rapat kerja nasional; dan/atau
c. rapat konsultasi nasional.
(4) Koordinasi pelaksanaan tugas sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) diselenggarakan secara:
a. hierarki intra sektoral;
b. fungsional lintas sektoral; dan
c. instansional multi sektoral.
(5) Koordinasi . . .
dapat
menetapkan
dengan
ketentuan
kebijakan
Peraturan
Pasal 7
(1) Pemerintah provinsi harus membentuk dinas olahraga
tingkat provinsi sesuai dengan ketentuan Peraturan
Perundang-undangan.
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai dinas olahraga tingkat
provinsi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan
Peraturan Daerah.
(3) Pemerintah kabupaten/kota harus membentuk dinas
olahraga tingkat kabupaten/kota sesuai dengan ketentuan
Peraturan Perundang-undangan.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai dinas olahraga tingkat
kabupaten/kota sebagaimana dimaksud pada ayat (3) diatur
dengan Peraturan Daerah.
Pasal 8
(1) Gubernur
mengoordinasikan
pelaksanaan
tugas
penyelenggaraan keolahragaan di provinsi secara terpadu
dan berkesinambungan.
(2) Koordinasi pelaksanaan tugas sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) mencakup semua aspek sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 3.
(3) Koordinasi . . .
- 10 BAB III
KEWENANGAN PEMERINTAH DAN PEMERINTAH DAERAH
Pasal 10
(1) Pemerintah mempunyai kewenangan untuk mengatur,
membina, mengembangkan, melaksanakan, dan mengawasi
penyelenggaraan keolahragaan secara nasional.
(2) Kewenangan Pemerintah sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) meliputi:
a. penyelenggaraan olahraga pendidikan, olahraga rekreasi,
dan olahraga prestasi;
b. pembinaan dan pengembangan olahraga;
c. pengelolaan keolahragaan;
d. penyelenggaraan kejuaraan olahraga;
e. pembinaan dan pengembangan pelaku olahraga;
f. peningkatan kualitas
sarana olahraga;
dan
kuantitas
prasarana
dan
g. pendanaan keolahragaan;
h. pengembangan
keolahragaan;
ilmu
pengetahuan
dan
teknologi
- 11 Pasal 11
(1) Pemerintah provinsi mempunyai kewenangan untuk
mengatur, membina, mengembangkan, melaksanakan, dan
mengawasi penyelenggaraan keolahragaan di provinsi.
(2) Kewenangan pemerintah provinsi sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) meliputi:
a. penyelenggaraan olahraga pendidikan, olahraga rekreasi,
dan olahraga prestasi;
b. pembinaan dan pengembangan olahraga;
c. pengelolaan keolahragaan;
d. penyelenggaraan kejuaraan olahraga;
e. pembinaan dan pengembangan pelaku olahraga;
f. peningkatan kualitas
sarana olahraga;
dan
kuantitas
prasarana
dan
g. pendanaan keolahragaan;
h. pengembangan
keolahragaan;
ilmu
pengetahuan
dan
teknologi
akreditasi,
dan
sertifikasi
pencapaian
standar
nasional
Pasal 12 . . .
- 12 Pasal 12
(1) Pemerintah kabupaten/kota mempunyai kewenangan untuk
mengatur, membina, mengembangkan, melaksanakan, dan
mengawasi
penyelenggaraan
keolahragaan
di
kabupaten/kota.
(2) Kewenangan pemerintah kabupaten/kota
dimaksud pada ayat (1) meliputi:
sebagaimana
ilmu
pengetahuan
dan
teknologi
akreditasi,
dan
sertifikasi
Pasal 13 . . .
- 13 Pasal 13
Pemerintah
dapat
melimpahkan
sebagian
kewenangan
pelaksanaan penyelenggaraan keolahragaan nasional kepada
pemerintah daerah dengan memperhatikan:
a. ketentuan tentang otonomi daerah;
b. potensi sumber daya alam;
c. kemampuan dan potensi sumber daya manusia;
d. kemampuan dan potensi sumber pendanaan; dan
e. partisipasi dan dukungan masyarakat, di daerah.
BAB IV
TANGGUNG JAWAB PEMERINTAH DAN PEMERINTAH DAERAH
Pasal 14
(1) Pemerintah dan pemerintah daerah bertanggung jawab
untuk mewujudkan tujuan penyelenggaraan keolahragaan
nasional.
(2) Tujuan
penyelenggaraan
keolahragaan
nasional
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) antara lain meliputi:
a. pemerataan pembinaan
keolahragaan;
dan
pengembangan
kegiatan
kesehatan,
dan
efisiensi
kebugaran,
manajemen
dan
prestasi
Pasal 15
Tanggung jawab Pemerintah sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 14 ayat (1) meliputi:
a. penetapan
dan
keolahragaan;
pelaksanaan
kebijakan
nasional
c. koordinasi . . .
untuk
terselenggaranya
terselenggaranya
setiap
kegiatan
Pasal 16
Tanggung jawab pemerintah daerah sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 14 ayat (1) meliputi:
a. pelaksanaan kebijakan nasional keolahragaan;
b. pelaksanaan standardisasi keolahragaan nasional;
c. koordinasi pembinaan dan pengembangan keolahragaan;
d. penggunaan kewenangan yang diberikan sesuai dengan
ketentuan Peraturan Perundang-undangan;
e. penyediaan pelayanan kegiatan keolahragaan sesuai dengan
standar pelayanan minimum;
f. pemberian kemudahan untuk terselenggaranya pada tiap
kegiatan keolahragaan; dan
g. penjaminan
mutu
untuk
keolahragaan di daerah.
terselenggaranya
kegiatan
Pasal 17
Untuk mewujudkan tujuan penyelenggaraan keolahragaan
nasional sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 ayat (2),
Pemerintah dan pemerintah daerah dalam melaksanakan
tanggung jawabnya bekerja sama secara terpadu dan
berkesinambungan.
Pasal 18
(1) Pemerintah
provinsi
bertanggung
jawab
atas
penyelenggaraan keolahragaan nasional di tingkat provinsi.
(2) Tanggung . . .
- 15 (2) Tanggung
jawab
pemerintah
provinsi
sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan oleh gubernur.
(3) Dalam melaksanakan tanggung jawab penyelenggaraan
keolahragaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
gubernur mempunyai tugas:
a. melaksanakan kebijakan nasional keolahragaan;
b. menyusun dan melaksanakan rencana dan program
pembinaan dan pengembangan keolahragaan sebagai
bagian integral dari rencana dan program pembangunan
provinsi;
c. mengembangkan dan memantapkan sistem koordinasi
dan pengawasan pengelolaan keolahragaan;
d. membina dan mengembangkan industri olahraga;
e. menerapkan standardisasi keolahragaan;
f. menggalang
sumber
keolahragaan;
daya
untuk
memajukan
dan
atas
Pasal 19 . . .
- 16 Pasal 19
(1) Pemerintah kabupaten/kota bertanggung jawab atas
penyelenggaraan keolahragaan nasional di kabupaten/kota.
(2) Tanggung jawab pemerintah kabupaten/kota sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan oleh bupati/walikota.
(3) Dalam melaksanakan tanggung jawab penyelenggaraan
keolahragaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
bupati/walikota mempunyai tugas:
a. melaksanakan kebijakan nasional keolahragaan;
b. menyusun dan melaksanakan rencana dan program
pembinaan dan pengembangan keolahragaan sebagai
bagian integral dari rencana dan program pembangunan
kabupaten/kota;
c. mengembangkan dan memantapkan sistem koordinasi
dan pengawasan pengelolaan keolahragaan;
d. membina dan mengembangkan industri olahraga;
e. menerapkan standardisasi keolahragaan;
f. menggalang
sumber
keolahragaan;
daya
untuk
memajukan
dan
o. menyediakan . . .
(4) Tahap . . .
- 18 (4)
(5)
(6)
(7)
(4)
(1)
(2) Lembaga . . .
- 20 (2)
(3)
(2)
(3)
(1)
(2)
a. pembinaan . . .
proses
pembinaan
dan
pelatihan
unit
kegiatan
olahraga
dan
kelas
(5) Dalam . . .
- 22 (5)
(6)
(1)
(2)
(1)
(2)
Pemerintah
dan
pemerintah
daerah
memfasilitasi
pemberdayaan perkumpulan olahraga dan penyelenggaraan
kompetisi secara berjenjang dan berkelanjutan, yang
dilaksanakan oleh satuan pendidikan.
(3)
Pemerintah,
pemerintah
daerah,
dan
masyarakat
memfasilitasi penyediaan prasarana dan sarana olahraga
yang disesuaikan dengan kebutuhan satuan pendidikan,
melalui koordinasi antar instansi terkait.
Pasal 29 . . .
- 23 Pasal 29
(1)
(2)
(2)
(1)
(2)
pengembangan
pelatih/instruktur
c. pengembangan . . .
(4)
(5)
(1)
Pemerintah
daerah
dan
masyarakat
berkewajiban
membangun prasarana dan sarana olahraga rekreasi sesuai
potensi sumber daya wilayah/daerah masing-masing.
(2)
Pemerintah
daerah
dan
masyarakat
memfasilitasi
pembentukan sanggar olahraga dan perkumpulan olahraga
dalam masyarakat.
(3)
(4)
- 25 Bagian Kelima
Pembinaan dan Pengembangan Olahraga Prestasi
Pasal 33
(1)
(2)
Pembinaan
dan
pengembangan
olahraga
prestasi
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan secara
terencana, berjenjang, dan berkelanjutan dengan dukungan
ilmu pengetahuan dan teknologi keolahragaan.
(3)
Pemerintah
dan
pemerintah
daerah
berkewajiban
memberikan
pelayanan
dan
kemudahan
bagi
penyelenggaraan kegiatan olahraga prestasi.
Pasal 34
(1)
(2)
(3)
(4) Peningkatan . . .
- 26 (4)
Peningkatan
kualifikasi
dan
kompetensi
pelatih
sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dilakukan melalui
program pelatihan, pendidikan dan penataran secara
berjenjang dan berkelanjutan.
(5)
Pemberdayaan
perkumpulan
olahraga
sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) dilakukan melalui pemberian
fasilitas, pendampingan program, dan/atau bantuan
pendanaan.
(6)
(2)
(3) Pemerintah . . .
- 27 (3)
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
Ketentuan
lebih
lanjut
mengenai
pembentukan,
kedudukan, fungsi, dan kepengurusan Badan sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) diatur dengan Peraturan Menteri.
Bagian Ketujuh . . .
- 28 Bagian Ketujuh
Pembinaan dan Pengembangan Olahraga Penyandang Cacat
Pasal 38
(1)
(2)
(3)
(4)
Pemerintah
membentuk
pengembangan olahraga
nasional.
(5)
Pemerintah
daerah
dan/atau
organisasi
olahraga
penyandang cacat yang ada dalam masyarakat dapat
membentuk sentra pembinaan dan pengembangan olahraga
penyandang cacat di daerah.
sentra
pembinaan
dan
penyandang cacat tingkat
Pasal 39
(1)
(2)
Pasal 40 . . .
- 29 Pasal 40
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
- 30 BAB VI
PENGELOLAAN KEOLAHRAGAAN
Bagian Kesatu
Umum
Pasal 42
Pengelolaan sistem keolahragaan nasional merupakan tanggung
jawab Menteri.
Pasal 43
Dalam kedudukannya sebagai penanggung jawab pengelolaan
sistem keolahragaan nasional, Menteri melakukan pengelolaan:
a. perencanaan keolahragaan;
b. organisasi keolahragaan;
c. pembiayaan; dan
d. pengawasan.
Bagian Kedua
Perencanaan Keolahragaan
Pasal 44
(1)
(2)
Perencanaan
keolahragaan
nasional
sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) meliputi rencana strategis
keolahragaan
nasional
dan
rencana
operasional
keolahragaan nasional.
(3)
(4)
Pasal 45 . . .
- 31 Pasal 45
(1)
(2)
(3)
(4)
(1)
(2)
(3)
Rencana
strategis
keolahragaan
kabupaten/kota
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) antara lain meliputi
visi, misi, tujuan, sasaran, analisis strategis, arah
kebijakan, program, pola pelaksanaan, dan koordinasi
pengelolaan keolahragaan, serta penggalangan sumber daya
keolahragaan yang berbasis keunggulan lokal.
(4)
Rencana
operasional
keolahragaan
kabupaten/kota
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dibuat sesuai dengan
ketentuan Peraturan Perundang-undangan.
Bagian Ketiga . . .
- 32 Bagian Ketiga
Organisasi Keolahragaan
Pasal 47
(1)
(2)
(3)
(4)
(1)
(2) Organisasi . . .
- 33 (2)
(3)
(1)
Pasal 49
Induk organisasi cabang olahraga sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 47 ayat (1) mempunyai tugas:
a. membina dan mengembangkan organisasi cabang
olahraga tingkat provinsi, organisasi cabang olahraga
tingkat kabupaten/kota, dan perkumpulan olahraga;
b. merencanakan, melaksanakan, dan menkoordinasikan
program pembinaan dan pengembangan cabang
olahraga;
c. menyelenggarakan kejuaraan olahraga internasional dan
melaporkannya kepada Menteri;
d. memassalkan cabang olahraga bersangkutan;
e. melaksanakan pembibitan dan pengembangan prestasi;
f. mencegah dan
dalam olahraga;
mengawasi
penyalahgunaan
doping
kerja
sama
dengan
pelaku
industri
i. mengadakan
kerja
sama
internasional
untuk
meningkatkan kualitas dan kuantitas pelaku olahraga,
olahragawan, serta prasarana dan sarana olahraga.
(2)
(2) Organisasi . . .
- 35 (2)
(3)
(1)
(2)
mengawasi
kerja
sama
penyalahgunaan
dengan
pelaku
doping
industri
i. mengadakan
kerja
sama
internasional
untuk
meningkatkan kualitas dan kuantitas pelaku olahraga,
olahragawan, serta prasarana dan sarana olahraga;
j. mengkoordinasikan . . .
pengembangan
bakat
(2)
b. mengkoordinasikan . . .
Pengajuan
rencana
kerja
dan
pelaksanaan
serta
pengkoordinasian kegiatan pekan olahraga nasional sesuai
dengan penugasan Menteri.
Pasal 54
(1)
(2)
(1)
(2) Komite . . .
- 39 (2)
(1)
(2)
(3)
(4) Pengurus . . .
- 40 (4)
Bagian Kesatu
Olahragawan Amatir dan Olahragawan Profesional
Pasal 57
(1)
melalui
klub
dan/atau
ketentuan induk
federasi olahraga
b. dalam . . .
Untuk
menjadi
olahragawan
profesional,
setiap
olahragawan amatir wajib mendapat persetujuan secara
tertulis dari Badan Olah Raga Profesional.
(4)
(5)
(6)
tenaga
medis,
(7) Olahragawan . . .
- 42 (7)
(8)
(9)
tentang
upah,
bonus,
tunjangan
dan
(2)
(3)
(4)
- 43 -
Pasal 59
Perpindahan
olahragawan
antar
perkumpulan/klub
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 58 ayat (1) dilakukan
dengan memenuhi persyaratan sebagai berikut:
a.
b.
c.
d.
b.
c.
d.
Pasal 61 . . .
- 44 -
Pasal 61
(1)
(2)
(3)
izin
dari
klub
atau
perkumpulan
cabang
dari
induk
organisasi
cabang
Bagian Ketiga . . .
- 45 -
Bagian Ketiga
Olahragawan Warga Negara Asing
Pasal 64
Olahragawan warga negara asing yang melakukan perpindahan
dari negara asal ke Indonesia wajib:
a. memenuhi persyaratan dan mendapatkan izin dari instansi
pemerintah yang berwenang sesuai dengan ketentuan
Peraturan Perundang-undangan;
b. memperoleh izin tertulis dari induk organisasi cabang
olahraga di negara asal;
c. memenuhi ketentuan dari federasi olahraga internasional;
d. mendapat jaminan dari induk organisasi cabang olahraga di
Indonesia;
e. memiliki kualifikasi dan kompetensi cabang olahraga; dan
f. memperoleh rekomendasi dari Menteri.
Bagian Keempat
Pembina Olahraga Warga Negara Asing
Pasal 65
(1)
induk
d. memiliki kualifikasi
keolahragaan; dan
kompetensi
dan
organisasi
dalam
cabang
bidang
(2) Organisasi . . .
- 46 -
(2)
kepada
instansi
dari
federasi
olahraga
(2)
(1)
a. memenuhi . . .
- 47 -
dari
induk
e. memiliki kualifikasi
keolahragaan; dan
kompetensi
dan
federasi
organisasi
dalam
olahraga
cabang
bidang
kepada
instansi
(1)
(2) Pembinaan . . .
- 48 -
(2)
(3)
(1)
Pemerintah
dan
pemerintah
daerah
memfasilitasi
pengadaan sarana olahraga yang sesuai dengan ketentuan
induk organisasi cabang olahraga, federasi olahraga
internasional, dan sesuai dengan ketentuan Peraturan
Perundang-undangan, untuk mendukung penyelenggaraan
keolahragaan.
(2)
(1)
(2)
(3)
(4)
(5) Keterangan . . .
- 49 -
(5)
b.
c.
d. tersedianya . . .
- 50 -
d.
(1)
Pengembangan
ilmu
pengetahuan
dan
teknologi
keolahragaan diarahkan untuk mengembangkan ilmu dasar
(basic science) dan ilmu terapan (applied science) dalam
bidang keolahragaan.
(2)
(3)
Pengembangan
ilmu
terapan
ditujukan
untuk
meningkatkan kualitas pembinaan dan pengembangan
olahraga.
Pasal 75
sosialisasi
hasil
penelitian
dan
a. pemberdayaan . . .
- 51 -
pusat-pusat
penelitian
dan
ilmu pengetahuan dan teknologi
Bagian Kedua
Lembaga Penelitian dan Pengembangan Ilmu Pengetahuan
dan Teknologi Keolahragaan
Pasal 77
(1)
(2)
(1)
c. melaksanakan . . .
- 52 -
c. melaksanakan
keolahragaan;
pengkajian
dan
penelitian
bidang
pengkajian
dan
penelitian
bidang
(3) Dalam . . .
- 53 -
(3)
Pengembangan
ilmu
pengetahuan
dan
teknologi
keolahragaan
diselenggarakan
melalui
penelitian,
pengkajian, alih teknologi, sosialisasi, pertemuan ilmiah,
dan kerja sama antar lembaga penelitian dan lembaga
pendidikan tinggi baik nasional maupun internasional.
(2)
- 54 -
(3)
(4)
(5)
(6)
Bagian Keempat
Pemanfaatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Keolahragaan
Pasal 82
Sosialisasi hasil pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
keolahragaan yang bersifat terapan dilaksanakan oleh pusat
layanan ilmu pengetahuan dan teknologi keolahragaan baik di
pusat maupun di daerah, melalui media yang mudah diakses
oleh masyarakat.
Pasal 83 . . .
- 55 -
Pasal 83
(1)
(2)
(3)
program
penataran/pelatihan
tenaga
Pasal 86 . . .
- 56 -
Pasal 86
(1)
(2)
Pedoman
Standardisasi
Nasional
Keolahragaan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan satu
kesatuan yang tidak terpisahkan dengan Standar Nasional
Keolahragaan.
(3)
(4)
dilakukan
Pasal 87
(1)
Standar kompetensi
persyaratan:
tenaga
keolahragaan
mencakup
a. pendidikan;
b. penataran/pelatihan;
c. pengalaman;
d. unjuk kinerja; dan
e. kelayakan fisik dan mental sesuai dengan ketentuan
cabang olahraga yang bersangkutan.
(2)
(3)
(4) Persyaratan . . .
- 57 -
(4)
(5)
(6)
(7)
pelatihan
tenaga
(2)
dengan
persyaratan
terpenuhinya
e. kesehatan . . .
- 58 -
e. kesehatan
yang
dinyatakan
dengan
perlengkapan medik dan kebersihan.
(3)
tersedianya
persyaratan
dipenuhinya
f. sistem . . .
- 59 -
dalam
(2)
(3)
Tenaga
keolahragaan
yang
kompeten
sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf b harus sesuai dengan
kualifikasi dan tingkat kompetensi yang dibutuhkan dalam
penyelenggaraan kejuaraan olahraga.
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
Pasal 92 . . .
- 60 -
Pasal 92
(1)
Standar Pelayanan
persyaratan:
Minimal
Keolahragaan
mencakup
a. ruang berolahraga;
b. tempat dan fasilitas olahraga;
c. tenaga keolahragaan
olahraga;
yang
mendukung
kegiatan
(3)
(4)
(5)
(6)
(1)
(2) Standar . . .
- 61 -
(2)
minimal
120
(seratus
dua
puluh)
atau
kejuaraan
intra/antar
satuan
(4)
c. pelatihan; . . .
- 62 -
c. pelatihan;
d. penataran;
e. prasarana dan sarana yang memenuhi standar;
f. kompetisi;
g. kejuaraan atau pekan olahraga;
h. sentra pembinaan;
i. ilmu pengetahuan dan teknologi keolahragaan;
j. sistem informasi keolahragaan;
k. pendanaan; dan
l. penghargaan.
Pasal 94
Dalam melaksanakan penyelenggaraan keolahragaan sesuai
tanggung jawabnya, Pemerintah, pemerintah daerah, dan
masyarakat harus memenuhi Standar Minimal Keolahragaan
secara optimal.
Pasal 95
(1) Dalam rangka pengembangan, pemantauan, dan pelaporan
pencapaian standar nasional keolahragaan, Pemerintah
membentuk Badan Standardisasi dan Akreditasi Nasional
Keolahragaan yang disingkat menjadi BSANK.
(2) BSANK berada di bawah dan bertanggung jawab kepada
Menteri serta berkedudukan di Ibu Kota Negara Kesatuan
Republik Indonesia.
(3) Dalam menjalankan tugas dan fungsinya BSANK bersifat
mandiri dan profesional.
Pasal 96
(1)
b. melakukan . . .
- 63 -
b. melakukan
akreditasi
terhadap
isi
program
penataran/pelatihan
tenaga
keolahragaan
dan
organisasi olahraga;
c. melakukan sertifikasi untuk menentukan kompetensi
tenaga keolahragaan dan kelayakan organisasi olahraga;
d. membina dan mengembangkan pencapaian Standar
Nasional Keolahragaan;
e. mengembangkan sistem informasi
standardisasi nasional keolahragaan;
f.
akreditasi
dan
Standar
terhadap
atas
penerapan
Standar
Pasal 97
(1)
(2)
(3)
(4) Untuk . . .
- 64 -
(4)
(5)
(6)
(2)
Pasal 100
(1)
(2) Dalam . . .
- 65 -
(2)
(1)
(2)
Akreditasi
kelayakan
dan
peringkat
isi
program
penataran/pelatihan tenaga keolahragaan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) ditentukan berdasarkan tingkat
pemenuhan persyaratan mengenai:
a. isi program;
b. proses pembelajaran;
c. prasarana dan sarana penataran/pelatihan;
d. tenaga penatar/pelatih;
e. sumber pembiayaan; dan
f. sistem evaluasi.
(3)
Pasal 103 . . .
- 66 Pasal 103
(1)
(2)
(1)
(2)
Penentuan
kelayakan
dan
peringkat
sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf f untuk program
penataran/pelatihan tenaga keolahragaan ditentukan
dengan kategori:
a. Peringkat A
b. Peringkat B
c. Peringkat C
(3)
Bagian Ketiga . . .
- 67 Bagian Ketiga
Sertifikasi Keolahragaan
Pasal 105
(1)
(2)
(1)
(2)
(1)
(2)
(3) Perpanjangan . . .
- 68 (3)
(1)
(2)
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
Pasal 110 . . .
- 69 Pasal 110
(1)
(2)
(1)
Sertifikat
Kelayakan
Organisasi
Olahraga
untuk
menyelenggarakan kejuaraan olahraga tingkat nasional
diterbitkan oleh BSANK atau induk organisasi cabang
olahraga yang terakreditasi atau induk organisasi olahraga
fungsional yang terakreditasi.
(2)
Sertifikat
Kelayakan
Organisasi
Olahraga
untuk
menyelenggarakan kejuaraan olahraga tingkat wilayah
diterbitkan oleh BSANK atau induk organisasi cabang
olahraga yang terakreditasi, atau induk organisasi olahraga
fungsional yang terakreditasi.
(3)
Sertifikat
Kelayakan
Organisasi
Olahraga
untuk
menyelenggarakan kejuaraan olahraga tingkat provinsi
diterbitkan oleh BSANK atau organisasi cabang olahraga
provinsi atau organisasi olahraga fungsional provinsi yang
terakreditasi.
(4)
Sertifikat
Kelayakan
Organisasi
Olahraga
untuk
menyelenggarakan
kejuaraan
olahraga
tingkat
kabupaten/kota diterbitkan oleh BSANK atau organisasi
cabang olahraga kabupaten/kota atau organisasi olahraga
fungsional kabupaten/kota yang terakreditasi.
Pasal 112
(1)
Sertifikat
dimaksud
standar
dimaksud
(2) Sertifikat . . .
- 70 (2)
(1)
atas
penyelenggaraan
pendidikan,
olahraga
rekreasi,
dan
olahraga
b. pembinaan . . .
ilmu
pengetahuan
dan
teknologi
c. pelaporan . . .
berkala
sesuai
prinsip
(2)
BAB XII . . .
- 73 BAB XII
SANKSI ADMINISTRATIF
Pasal 121
(1)
(2)
(3)
(4)
(1)
(2)
c. pembekuan . . .
atau
(2)
(3)
(4)
(5) Dalam . . .
- 75 (5)
(6)
(7)
b. semua . . .
akreditasi,
dan
sertifikasi
keolahragaan,
ini
mulai
berlaku
pada
tanggal
Agar . . .
- 77 Agar
setiap
orang
mengetahuinya,
memerintahkan
pengundangan
Peraturan
Pemerintah
ini
dengan
penempatannya dalam Lembaran Negara Republik Indonesia.
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 5 Pebruari 2007
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
ttd.
DR. H. SUSILO BAMBANG YUDHOYONO
Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 5 Pebruari 2007
MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
REPUBLIK INDONESIA,
ttd.
HAMID AWALUDIN
PENJELASAN
ATAS
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 16 TAHUN 2007
TENTANG
PENYELENGGARAAN KEOLAHRAGAAN
I. UMUM
Penyelenggaraan keolahragaan nasional semakin kompleks dan berkaitan
dengan berbagai aspek dan tuntutan perubahan global, sehingga sudah
saatnya Pemerintah memperhatikan dan mengaturnya secara terencana,
sistematik, holistik, dan berkesinambungan dan mengelolanya secara`
profesional sebagai strategi nasional untuk mencapai tujuan dan sasaran
pembangunan nasional. Penyelenggaraan keolahragaan sebagai bagian dari
suatu bangunan sistem keolahragaan nasional mencakup pembinaan dan
pengembangan olahraga pendidikan, olahraga rekreasi, olahraga prestasi,
olahraga amatir, olahraga profesional, dan olahraga bagi penyandang cacat,
sarana olahraga, ilmu pengetahuan dan teknologi keolahragaan serta
standardisasi, akreditasi, dan sertifikasi.
Dilandasi semangat otonomi daerah Peraturan Pemerintah ini mengatur
pembagian tugas, tanggung jawab, dan wewenang meliputi Pemerintah,
Menteri dan menteri yang terkait, pemerintah provinsi, pemerintah
kabupaten/kota, gubernur dan bupati/walikota, induk organisasi cabang
olahraga, induk organisasi fungsional olahraga di tingkat pusat, provinsi
dan kabupaten/kota, serta masyarakat umum. Dengan kejelasan dan
ketegasan pengaturan mengenai tugas, tanggung jawab dan wewenang,
Pemerintah dan pemerintah daerah dapat meningkatkan efektifitas dan
efisiensi penyelenggaraan urusan pemerintahan, mutu pelayanan publik di
bidang keolahragaan, dan pembinaan dan pengembangan potensi unggulan
daerah melalui partisipasi aktif masyarakat. Peraturan Pemerintah ini
diarahkan untuk mencegah penyelenggaraan industri olahraga profesional
berorientasi pada bisnis semata (business-oriented) yang mengabaikan
kepentingan olahragawan, pelaku olahraga, dan masyarakat luas.
Peraturan Pemerintah ini meletakkan landasan pengaturan bagi alih status
dan perpindahan pelaku olahraga/tenaga keolahragaan baik antar daerah
maupun antar negara, untuk selanjutnya dapat dijabarkan secara lebih
teknis dan administratif oleh para pelaksana baik ditingkat komite olahraga
nasional, induk organisasi cabang olahraga, induk organisasi
olahraga . . .
klub . . .
Hal ini . . .
- 5 Pasal 9
Cukup jelas.
Pasal 10
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Yang dimaksud dengan induk organisasi cabang olahraga dan
induk organisasi olahraga fungsional dalam ketentuan ini
adalah pengurus pusat organisasi cabang olahraga.
Yang dimaksud dengan pelaku usaha dalam ketentuan ini
adalah Badan Usaha Milik Negara, Badan Usaha Milik Daerah,
dan sektor swasta.
Pasal 11
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Yang dimaksud dengan organisasi cabang olahraga tingkat
provinsi dan organisasi olahraga fungsional tingkat provinsi
dalam ketentuan ini adalah pengurus cabang olahraga yang
berada di tingkat provinsi (pengurus provinsi).
Pasal 12
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Yang dimaksud dengan organisasi cabang olahraga tingkat
kabupaten/kota dan organisasi olahraga fungsional tingkat
kabupaten/kota dalam ketentuan ini adalah pengurus cabang
olahraga yang berada di tingkat kabupaten/kota (pengurus
kabupaten/kota).
Pasal 13
Cukup jelas.
Pasal 14 . . .
- 6 Pasal 14
Cukup jelas.
Pasal 15
Cukup jelas.
Pasal 16
Cukup jelas.
Pasal 17
Cukup jelas.
Pasal 18
Cukup jelas.
Pasal 19
Cukup jelas.
Pasal 20
Cukup jelas.
Pasal 21
Cukup jelas.
Pasal 22
Cukup jelas.
Pasal 23
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Yang dimaksud dengan perkumpulan, klub atau sanggar
olahraga dalam ketentuan ini termasuk sanggar olahraga dan
perkumpulan yang ada di lingkungan masyarakat setempat
sepanjang melaksanakan kegiatan yang berkaitan dengan
pembinaan dan pengembangan olahraga.
Ayat (4)
Yang dimaksud dengan induk organisasi cabang olahraga
dalam ketentuan ini adalah sekumpulan orang yang menjalin
kerjasama dengan membentuk organisasi olahraga yang
bertujuan membina dan mengembangkan satu cabang/jenis
olahraga.
Pasal 24 . . .
- 7 Pasal 24
Cukup jelas.
Pasal 25
Cukup jelas.
Pasal 26
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Ayat (5)
Cukup jelas.
Ayat (6)
Yang dimaksud dengan satuan pendidikan dalam ketentuan
ini
adalah
kelompok
layanan
pendidikan
yang
menyelenggarakan pendidikan pada jalur formal dan non formal
pada setiap jenjang dan jenis pendidikan yang didasarkan pada
kekhususan tujuan pendidikan keagamaan.
Pasal 27
Cukup jelas.
Pasal 28
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan sekolah olahraga dalam ketentuan ini,
misalnya: sekolah khusus olahragawan, antara lain sekolah
menengah pertama (SMP) olahraga dan sekolah menengah atas
(SMA) olahraga dan sekolah menengah kejuruan (SMK)
olahraga.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Pasal 29 . . .
- 8 Pasal 29
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan secara khusus dalam ketentuan ini
adalah pemberian kegiatan persekolahan yang jadwalnya
disesuaikan
dengan
waktu
latihan
atau
pertandingan/perlombaan, misalnya pemberian jam pelajaran
pengganti, penyajian metode pembelajaran secara modul,
penyediaan tenaga pendidik untuk memberikan pelajaran atau
pemindahan peserta didik ke sekolah tempat pusat latihan
diadakan.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Pasal 30
Cukup jelas.
Pasal 31
Cukup jelas.
Pasal 32
Cukup jelas.
Pasal 33
Cukup jelas.
Pasal 34
Cukup jelas.
Pasal 35
Cukup jelas.
Pasal 36
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Yang dimaksud dengan organisasi olahraga profesional dalam
ketentuan ini misalnya Persatuan Golf profesional Indonesia
(PGPI) dan organisasi olahraga tinju profesional.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Pasal 37
Cukup jelas.
Pasal 38 . . .
- 9 Pasal 38
Cukup jelas.
Pasal 39
Cukup jelas.
Pasal 40
Cukup jelas.
Pasal 41
Cukup jelas.
Pasal 42
Cukup jelas.
Pasal 43
Cukup jelas.
Pasal 44
Cukup jelas.
Pasal 45
Cukup jelas.
Pasal 46
Cukup jelas.
Pasal 47
Cukup jelas.
Pasal 48
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan organisasi cabang olahraga provinsi
dalam ketentuan ini adalah pengurus cabang olahraga yang
berada di tingkat provinsi (pengurus provinsi).
Yang
dimaksud
dengan
organisasi
cabang
olahraga
kabupaten/kota dalam ketentuan ini adalah pengurus cabang
olahraga yang berada di tingkat kabupaten/kota (pengurus
kabupaten/kota).
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Pasal 49
Cukup jelas.
Pasal 50 . . .
- 10 Pasal 50
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan Organisasi Olahraga Fungsional dalam
ketentuan ini misalnya Badan Pembina Olahraga Pelajar
Seluruh Indonesia, Badan Pembina Olahraga Mahasiswa
Indonesia, Pengurus Pusat Kesehatan Olahraga Indonesia,
Badan Pembina Olahraga Korps Pegawai Republik Indonesia,
Persatuan Wanita Olahraga Seluruh Indonesia, dan Seksi
Wartawan Olahraga.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Pasal 51
Cukup jelas.
Pasal 52
Cukup jelas.
Pasal 53
Cukup jelas.
Pasal 54
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Penugasan dari gubernur kepada komite olahraga
provinsi untuk melaksanakan dan mengoordinasikan
kegiatan pekan olahraga wilayah didasarkan atas
penunjukkan
provinsinya
sebagai
tempat
penyelenggaraan pekan olahraga wilayah.
Pasal 55
Cukup jelas.
Pasal 56 . . .
- 11 Pasal 56
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan pengurus komite olahraga dalam
ketentuan ini adalah pengurus harian atau pengurus inti atau
nama lain sesuai dengan anggaran dasar, antara lain ketua
umum, wakil ketua umum, ketua harian, dan sekretaris
jenderal atau sebutan lain yang sejenis dan setingkat.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Pasal 57
Cukup jelas.
Pasal 58
Cukup jelas.
Pasal 59
Cukup jelas.
Pasal 60
Cukup jelas.
Pasal 61
Cukup jelas.
Pasal 62
Huruf a
Yang dimaksud dengan perolehan izin dalam ketentuan ini
harus juga memperhatikan ketentuan yang berlaku pada
federasi internasional cabang olahraga yang bersangkutan.
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Cukup jelas.
Huruf d
Cukup jelas.
Pasal 63
Cukup jelas.
Pasal 64 . . .
- 12 Pasal 64
Huruf a
Yang dimaksud dengan instansi pemerintah yang berwenang
dalam ketentuan ini misalnya, instansi yang berwenang
mengurus bidang keimigrasian dan ketenagakerjaan.
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Cukup jelas.
Huruf d
Cukup jelas.
Huruf e
Cukup jelas.
Huruf f
Cukup jelas.
Pasal 65
Cukup jelas.
Pasal 66
Cukup jelas.
Pasal 67
Cukup jelas.
Pasal 68
Cukup jelas.
Pasal 69
Cukup jelas.
Pasal 70
Ayat (1)
Ayat (2)
Ayat (3)
Cukup jelas.
Cukup jelas.
Yang dimaksud dengan lembaga mandiri yang berwenang
dalam ketentuan ini adalah induk organisasi cabang
olahraga, lembaga yang dibentuk oleh pemerintah dan/atau
lembaga yang telah menjalankan tugas dan fungsi pengujian
standar produk nasional.
Ayat (4)
Ayat (5)
Cukup jelas.
Cukup jelas.
Pasal 71 . . .
- 13 Pasal 71
Cukup jelas.
Pasal 72
Cukup jelas.
Pasal 73
Cukup jelas.
Pasal 74
Ayat (1)
Ayat (2)
Ayat (3)
Cukup jelas.
Yang dimaksud dengan susunan batang tubuh ilmu
keolahragaan dalam ketentuan ini adalah struktur keilmuan
dari ilmu keolahragaan yang terdiri atas: rumpun humaniora
(filsafat olahraga dan sejarah olahraga), rumpun ilmu
pengetahuan alam (fisiologi olahraga dan biomekanika
olahraga), rumpun ilmu sosial dan perilaku (pendidikan
olahraga, psikologi olahraga, dan sosiologi olahraga), dan
rumpun teori khusus olahraga (ilmu gerak, ilmu bermain,
ilmu pelatihan dan ilmu pembelajaran).
Cukup jelas.
Pasal 75
Cukup jelas.
Pasal 76
Cukup jelas.
Pasal 77
Ayat (1)
Ayat (2)
Pasal 78
Cukup jelas.
Pasal 79
Cukup jelas.
Pasal 80 . . .
- 14 Pasal 80
Cukup jelas.
Pasal 81
Cukup jelas.
Pasal 82
Yang dimaksud dengan pusat layanan ilmu pengetahuan dan
teknologi dalam ketentuan ini adalah unit kerja yang berada di
dalam
lembaga
penelitian
dan
pengembangan
teknologi
keolahragaan yang ada di pusat dan daerah.
Yang dimaksud dengan masyarakat dalam ketentuan ini antara
lain:
a. induk organisasi cabang olahraga;
b. sentra pembinaan olahraga;
c. satuan pendidikan; dan
d. pelaku olahraga.
Pasal 83
Cukup jelas.
Pasal 84
Cukup jelas.
Pasal 85
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Cukup jelas.
Huruf d
Cukup jelas.
Huruf e
Yang
dimaksud
dengan
standar
keolahragaan
dalam
ketentuan
ini
penyelenggaraan kejuaraan olahraga.
Huruf f
Cukup jelas.
penyelenggaraan
adalah
standar
Pasal 86
Cukup jelas.
Pasal 87
Cukup jelas.
Pasal 88 . . .
- 15 Pasal 88
Cukup jelas.
Pasal 89
Cukup jelas.
Pasal 90
Cukup jelas.
Pasal 91
Cukup jelas.
Pasal 92
Cukup jelas.
Pasal 93
Cukup jelas.
Pasal 94
Yang dimaksud dengan masyarakat dalam ketentuan ini adalah
induk organisasi cabang olahraga, induk organisasi olahraga
fungsional, sanggar olahraga, perkumpulan dan/atau klub olahraga
serta kelompok warga negara non pemerintah yang mempunyai
perhatian dan peranan dalam bidang keolahragaan.
Pasal 95
Cukup jelas.
Pasal 96
Cukup jelas.
Pasal 97
Cukup jelas.
Pasal 98
Cukup jelas.
Pasal 99
Cukup jelas.
Pasal 100
Cukup jelas.
Pasal 101
Cukup jelas.
Pasal 102 . . .
- 16 Pasal 102
Cukup jelas.
Pasal 103
Cukup jelas.
Pasal 104
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Huruf a
Peringkat A dalam ketentuan ini menunjukkan isi program
penataran atau pelatihan tenaga keolahragaan lengkap
sesuai standar.
Huruf b
Peringkat B dalam ketentuan ini menunjukkan isi program
penataran atau pelatihan tenaga keolahragaan cukup
lengkap sesuai standar.
Huruf c
Peringkat C dalam ketentuan ini menunjukkan isi program
penataran atau pelatihan tenaga keolahragaan kurang
lengkap sesuai standar.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Pasal 105
Cukup jelas.
Pasal 106
Cukup jelas.
Pasal 107
Cukup jelas.
Pasal 108
Cukup jelas.
Pasal 109
Cukup jelas.
Pasal 110
Cukup jelas.
Pasal 111 . . .
- 17 Pasal 111
Cukup jelas.
Pasal 112
Cukup jelas.
Pasal 113
Cukup jelas.
Pasal 114
Cukup jelas.
Pasal 115
Cukup jelas.
Pasal 116
Cukup jelas.
Pasal 117
Cukup jelas.
Pasal 118
Cukup jelas.
Pasal 119
Cukup jelas.
Pasal 120
Cukup jelas.
Pasal 121
Cukup jelas.
Pasal 122
Cukup jelas.
Pasal 123
Cukup jelas.
Pasal 124
Cukup jelas.
Pasal 125
Cukup jelas.
Pasal 126
Cukup jelas.
Pasal 127 . . .
- 18 Pasal 127
Cukup jelas.
Pasal 128
Cukup jelas.
Pasal 129
Cukup jelas.