Anda di halaman 1dari 6

BAB I

PENDAHULUAN
Pada prinsipnya seorang guru adalah figur dan titik sentral dalam proses pembelajaran baik hal itu
dilakukan didalam kelas ataupun di luar kelas, oleh karena itulah setiap guru harus mempunyai
kepribadian yang baik sebagai suatu bekal dalam menghadapi siswanya, baik dalam hal kemampuan
kogniif, avektif, dan psikomotorik.
Guru sebagai tenaga pendidik yang tugas utamanya mengajar, memiliki karakteristik kepribadian
yang sangat berpengaruh terhadap keberhasilan pengembangan sumber daya manusia. Kepribadian
yang mantap dari sosok seorang guru akan memberikan teladan yang baik terhadap anak didik
maupun masyarakatnya, sehingga guru akan tampil sebagai sosok yang patut digugu (ditaati
nasehat, ucapan, atau perintahnya) dan ditiru (di contoh sikap dan perilakunya).
Dan guru harus memiliki kepribadian yang dapat dijadikan profil dan idola, seluruh kehidupan
adalah figur yang paripurna. Itulah kesan terhadap guru sebagai sosok yang ideal. Sedikit saja guru
berbuat yang tidak atau kurang baik, akan mengurangi kewibawaannya dan kharisma pun secara
perlahan lebur dari jati diri. Karena itu, kepribadian adalah masalah yang sangat sensitif sekali. Dan
penting juga mengetahui tentang teori-teori kepribadian itu sendiri
BAB II
PEMBAHASAN
A. Makna Kepribadian
Kata personality dalam bahasa Inggris berasal dari bahasa Yunani kuno prosopon atau persona, yang
artinya 'topeng' yang biasa dipakai artis dalam theater. Para artis itu bertingkah laku sesuai dengan
ekspresi topeng yang dipakainya, seolah-olah topeng itu mewakili ciri kepribadian tertentu. Jadi
konsep awal pengertian personality (pada masyarakat awam) adalah tingkah laku yang ditampakkan
ke lingkungan sosial- kesan mengenai diri yang diinginkan agar dapat ditangkap oleh lingkungan
sosial. Istilah teori kepribadian dapat diartikan sebagai seperangkat asumsi tentang kualitas tingkah
laku manusia beserta definisi empirisnya.
Kepribadian guru merupakan faktor terpenting bagi keberhasilan belajar anak didik. Dalam kaitan
ini, Zakiah Darajat dalam Syah (2000:225-226) menegaskan bahwa kepribadian itulah yang akan
menentukan apakah ia menjadi pendidik dan pembina yang baik bagi anak didiknya, ataukah akan
menjadi perusak atau penghancur bagi masa depan anak didiknya terutama bagi anak didik yang
masih kecil (tingkat dasar) dan mereka yang sedang mengalami kegoncangan jiwa (tingkat
menengah).
Karakteristik kepribadian yang berkaitan dengan keberhasilan guru dalam menggeluti profesinya
adalah meliputi fleksibilitas kognitif dan keterbukaan psikologis. Fleksibilitas kognitif atau
keluwesan ranah cipta merupakan kemampuan berpikir yang diikuti dengan tindakan secara simultan
dan memadai dalam situasi tertentu. Guru yang fleksibel pada umumnya ditandai dengan adanya
keterbukaan berpikir dan beradaptasi. Selain itu, ia memiliki resistensi atau daya tahan terhadap
ketertutupan ranah cipta yang prematur dalam pengamatan dan pengenalan.
Dalam Undang-undang Guru dan Dosen dikemukakan kompetensi kepribadian adalah kemampuan
kepribadian yang mantap, berakhlak mulia, arif, dan berwibawa serta menjadi teladan peserta didik.

Surya (2003:138) menyebut kompetensi kepribadian ini sebagai kompetensi personal, yaitu
kemampuan pribadi seorang guru yang diperlukan agar dapat menjadi guru yang baik. Kompetensi
personal ini mencakup kemampuan pribadi yang berkenaan dengan pemahaman diri, penerimaan
diri, pengarahan diri, dan perwujudan diri.
Setiap guru mempunyai pribadi masing-masing sesuai ciri-ciri pribadi yang mereka miliki. Ciri-ciri
inilah yang membedakan seorang guru dengan guru lainnya. Kepribadian sebenarnya suatu masalah
yang abstrak, hanya dapat dilihat lewat penampilan, tindakan, ucapan, cara berpakaian, dan dalam
menghadapi setiap persoalan. Zakiah Daradjat (1985) mengatakan bahwa kepribadian yang
sesungguhnya adalah abstrak (manawi), sukar dilihat atau diketahui secara nyata, yang dapat
diketahui adalah penampilan atau bekasnya dalam segala segi dan aspek kehidupan. Misalnya dalam
tindakannya, ucapan, cara bergaul, berpakaian, dan dalam menghadapi setiap persoalan atau masalah,
baik yang ringan atau yang berat.
Kepribadian adalah keseluruhan dari individu yang terdiri dari unsur psikis dan fisik. Dalam makna
demikian, seluruh sikap dan perbuatan seseorang merupakan suatu gambaran dari kepribadian orang
itu, asal dilakukan secara sadar. Dan perbuatan yang baik sering dikatakan bahwa seseorang itu
mempunyai kepribadian yang baik atau berakhlak mulia. Sebaliknya, bila seorang melakukan suatu
sikap dan perbuatan yang tidak baik menurut pandangan masyarakat, maka dikatakan bahwa orang
itu tidak mempunyai kepribadian yang baik atau mempunyai akhlak yang mulia. Oleh karena itu,
masalah kepribadian adalah suatu hal yang sangat menentukan tinggi rendahnya kewibawaan seorang
guru dalam pandangan anak didik atau masyarakat. Dengan kata lain, baik tidaknya citra seseorang
ditentukan oleh kepribadian. Lebih lagi bagi seorang guru, masalah kepribadian merupakan faktor
yang menentukan terhadap keberhasilan melaksanakan tugas sebagai pendidik. Kepribadian dapat
menentukan apakah guru menjadi pendidik dan Pembina yang baik ataukah akan menjadi perusak
atau penghancur bagi hari depan anak didik, terutama bagi anak didik yang masih kecil (tingkat
sekolah dasar) dan bagi mereka yang sedang mengalami kegoncangan jiwa (tingkat remaja).
B. Teori Kepribadian Psikonalisis Sigmund Freud
Sigmund Freud dilahirkan pada tanggal 6 Mei 1856 di kota Morivia dan meninggal dunia pada
tanggal 23 September 1939 di London. Perkembangan pemikiran dan kajian empirik di kalangan
para ahli tentang kepribadian manusia telah melahirkan berbagai teori yang beragam sesuai dengan
perspektif pemikiran dan pengalaman pribadi para ahli yang membangun teori tersebut. Teori-teori
kepribadian yang dikenal dewasa ini oleh masyarakat diantaranya adalah teori psikoanalisis,
behavioristiik, humanistik dan biologik. Berikut ini disajikan teori kepribadian psikoanalisis dari
Sigmund Freud.
Freud adalah teoritis pertama yang memusatkan perhatiannya kepada kepribadian, dan menekankan
pentingnya peran masa bayi dan awal-awal dalam pembetukan karakter seseorang. Freud yakin dasar
kepribadian sudah terbentuk pada usia 5 tahun, dan perkembangan kepribadian sesudah usia 5 tahun
sebagian besar hanya merupakan elaborasi dari struktur dasar tadi. Tehnik psikoanalisis
mengeksplorasi jiwa pasien antara lain dengan mengembalikan mereka ke pengalaman masa kanakkanak.
Freud membagi perkembangan kepribadian menjadi tiga tahapan, yakni tahap infantile (0-5 tahun),
tahap laten (5-12 tahun), dan tahap genital (>12 tahun). Tahap infantile yang paling menentukan
dalam pembentukan kepribadian, terbagi dalam tiga fase, yakni fase oral, fase anal, fase falis.
Perkembangan kepribadian ditentukan terutama oleh perkembangan seks, yang terkait dengan

perkembangan biologis, sehingga tahap ini disebut juga tahap seksual infantile. Perkembangan
insting seks berarti perubahan katektis seks, dan perkembangan biologis menyiapkan bagian tubuh
untuk dipilih menjadi pusat kepuasan seksual. Pemberian nama fase-fase perkembangan infantile
sesuai dengan bagian tubuh-daerah arogan-yang menjadi kateksis seksual pada fase itu.
Ada dua asumsi yang mendasari teori psikoanalisis Freud, yaitu (1) asumsi determinisme psikis dan
(2) asumsi motivasi tak sadar. Asumsi determinisme psikis (psychic deteminism) meyakini bahwa
segala sesuatu yang dilakukan, dipikirkan, atau dirasakan individu mempunyai arti dan maksud, dan
itu semuanya secara alami sudah ditentukan. Adapun asumsi motivasi tak sadar (unconscious
motivation) meyakini bahwa sebagian besar tingkah laku individu (seperti perbuatan, berpikir, dan
merasa) ditentukan oleh motiv tak sadar.
Freud membagi struktur kepribadian ke dalam tiga komponen, yaitu id, ego, dan superego. Perilaku
seseorang merupakan hasil interaksi antara ketiga komponen tersebut. Menurut Freud, kehidupan
jiwa memiliki tiga tingkat kesadaran, yakni sadar (Conscious), pra sadar (Preconscious), dan tidak
sadar (Unconscious). Alam sadar adalah apa yang anda sadari pada saat tertentu, penginderaan
langsung, ingatan, persepsi, pemikiran, fantasy, perasaan yang anda miliki. Terkait erat dengan alam
sadar ini adalah apa yang dinamakan Freud dengan alam pra sadar, yaitu apa yang kita sebut dengan
saat ini dengan 'kenangan yang sudah tersedia(available memory), yaitu segala sesuatu yang dengan
mudah dapat di panggil ke alam sadar, kenangan-kenangan yang walakupun tidak anda ingat waktu
berpikir, tapi dapat mudah dengan mudah dipanggil lagi. Adapun bagian terbesar adalah alam bawah
sadar (Unconscious mind). Bagian ini mencakup segala sesuatu yang sangat sulit dibawa ke alam
bawah sadar, seperti nafsu dan insting kita serta segala sesuatu yang masuk ke situ karena kita tidak
mampu menjangkaunya, seperti kenangan atau emosi-emosi yang terkait dengan trauma.
Teori Freud mempunyai beberapa kelemahan terutama dalam hal-hal berikut :
1.

Pendapat Freud yang menyatakan bahwa ketidaksadaran amat berpengaruh terhadap perilaku
manusia. Pendapat ini menunjukkan bahwa manusia menjadi budak dari dirinya sendiri.
2.
Pendapat freud yang menyatakan bahwa pengalaman masa kecil sangat menentukan atau
berpengaruh terhadap kepribadian masa dewasa. Ini menunjukkan bahwa manusia dipandang tak
berdaya untuk mengubah nasibnya sendiri.
3.
Pendapat Freud yang menyatakan bahwa kepribadian manusia terbentuk berdasarkan caracara yang ditempuh untuk mengatasi dorongan-dorongan seksualnya. Ini menunjukkan bahwa
dorongan yang lain dari individu kurang diperhatikan
C. Teori Kepribadian Psikoanalitis Carl Gustave Jung
Carl Gustave Jung lahir pada tanggal 26 Juli 1875 di Kesswyl, suatu kota di kawasan Lake Costance
di Canton Thurgau, Swiss. Jung belajar di Universitas Basel dalam ilmu kedokteran. Pandangan Jung
tentang kepribadian adalah prospektif dan retrospektif. Prospektif dalam arti bahwa ia melihat
kepribadian itu kedepan kearah garis perkembangan sang pribadi di masa depan dan retrospektif
dalam arti ia memperhatikan masa lampau sang pribadi. Orang hidup dibimbing oleh tujuan maupun
sebab. Jung menekankan pada peranan tujuan dalam perkembangan manusia. Pandangan inilah yang
membedakan Jung dengan Freud. Bagi Freud dalam hidup ini hanya ada pengulangan yang tak ada
habis-habisnya atas tema-tema instink sampai ajal menjelang. Bagi Jung dalam hidup ini ada
perkembangan yang konstan dan sering kali kreatif, pencarian kearah yang lebih sempurna serta
kerinduan untuk lahir kembali.

Teori Jung juga berbeda dari semua pendekatan lain tentang kepribadian karena penekanannya yang
kuat pada dasar ras dan filogenetik kepribadian. Jung melihat kepribadian individu sebagai produk
dan wajah sejarah leluhur. Jung menyelidiki sejarah manusia untuk mengungkap tentang asal ras dan
evolusi kepribadian. Ia meneliti mitologi, agama, lambang, upacara kuno, adat istiadat, kepercayaan
manusia primitif, mimpi, penglihatan, simtom orang neurotik, halusinasi dan delusi para penderita
psikosis dalam mencari akar dan perkembangan kepribadian manusia.
Jung mendefinisikan kembali istilah-istilah psikologi yang dipakai pada saat itu, khususnya yang
dipakai oleh Freud. Ego, menurut Jung, merupakan suatu kompleks yang terletak di tengah-tengah
kesadaran, yakni keakuan. Istilah Freud lainnya yang didefinisikannya kembali adalah libido. Bagi
Jung, libido bukan hanya menandakan energi seksual, tetapi semua proses kehidupan yang penuh
energi: dari aktivitas seksual sampai penyembuhan (Kohnsamm dan B.G Palland, 1984: 92).
Dapat disimpulkan bahwa teori psikoanalisa kontemporer menekankan pada kemampuan ego untuk
memanage kemampuan manusia dalam belajar terhadap lingkungan. Teori ini menjelaskan bahwa
kekuatan ego tidak hanya berasal dari inner ego. Tetapi juga ditentukan oleh situasi sosioklutural
yang berada disekitar manusia. Kemampuan ego ini yang sering kita sebut sebagai ego kreativ dalam
belajar. Dari tinjauan seperti ini kemudian bisa diambil sebuah benang merah jika kemampuan ego
kreativ tidak hanya berdasarkan oleh naluri instingtif dari dalam diri manusia. Namun ego ini
diperoleh dari hasil belajar dari situasi sosiokultural dari lingkungan.
Conciousness dan personal unconciousness sebagian dapat diperbandingkan dengan id dan ego,
tetapi terdapat perbedaan yang sangat berarti antara superego-nya Freud dengan collective
unconciousness, karena Jung percaya bahwa yang terakhir ini adalah wilayah kekuatan jiwa (psyche)
yang paling luas dan dalam, yang mengatur akar dari empat fungsi psikologis, yaitu sensasi, intuisi,
pikiran, dan perasaan. Selain itu, juga mengandung warisan memori-memori rasial, leluhur dan
historis.
Archetype dan Autonomous Complex, Dalam psikologi Jung, ketidaksadaran kolektif dapat terdiri
atas komponen komponen dasar kekuatan jiwa yang oleh Jung disebut sebagai archetype. Archetype
merupakan konsep universal yang mengandung elemen mitos yang luas. Konsep archetype ini sangat
penting dalam memahami simbol mimpi karena ia menjelaskan kenapa ada mimpi yang memiliki
makna universal, sehingga bisa berlaku bagi semua orang. Dan ada pula mimpi yang sifatnya pribadi
dan hanya berlaku untuk orang yang bermimpi saja. Jung memandang archetype ini sebagai suatu
autonomous complex, yaitu suatu bagian dari kekuatan jiwa yang melepaskan diri dan bebas dari
kepribadian. (Kohnsamm dan B.G Palland, 1984: 92) Persona adalah wajah yang ditampilkan oleh
individu. Persona merupakan kepribadian yang sadar, yang dapat diidentikkan dengan ego-nya
Freud. Dalam mimpi, ia muncul dalam bentuk sesosok figur yang melambangkan aku dalam suasana
tertentu. Kadang-kadang, dapat berupa seorang tua yang keras, wanita bijak, orang gagah, badut, atau
anak kecil. Inilah perilaku dari dari pikiran penghasil mimpi kita. Kadang kala, dalam mimpi, hal ini
akan diimbangi dengan sebuah karakter yang memainkan peran yang berlawanan. Contohnya,
seseorang yang dalam keadaan sadar sebagai sosok yang bermoral, ketika di dalam mimpi bisa jadi
berupa seorang bajingan atau sebaliknya.
Bayang-bayang, Sisi kuat dari kepribadian seorang individu biasanya mendominasi seluruh persona.
Aspek-aspek yang lebih lemah dominasinya hanya menjadi bayangbayang diri. Jung
mengistilahkannya dengan autonomous complex atau archetype yang lain, yang muncul ke
permukaan di dalam mimpi. Kadang-kadang, naluri dan desakan diwujudkan dalam bentuk bayang-

bayang, bersama perasaan perasaan negatif dan destruktif. Ia dapat berupa satu sosok yang
mengancam, yang menyamar sebagai seseorang yang tidak disukai oleh orang-orang yang bermimpi.
Anima dan Animus, Anima dan animus adalah istilah yang dibuat oleh Jung untuk menggambarkan
karakteristik dari seks yang berlawanan, yang ada dalam setiap diri laki-laki dan perempuan. Anima
adalah sifat kewanitaan yang tersembunyi di dalam diri laki-laki, sedangkan animus adalah sifat
kelaki-lakian yang tersembunyi dalam diri perempuan (Kohnsamm dan B.G Palland, 1984: 94-96).
Anima adalah pusat kasih sayang, emosi, naluri, dan intuisi dari sisi kepribadian laki-laki. Sedangkan
Animus adalah sisi praktis, independen, percaya diri, dan keberanian mengambil resiko dari
kepribadian wanita.
Adapun struktur kepribadian manusia menurut Jung terdiri dari dua dimensi:
1.
Dimensi kesadaran kepribadian
Dimensi kesadaran dari kepribadian ini adalah ego. Ego adalah jiwa sadar yang terdiri dari persepsi,
ingatan, pikiran, perasaan sadar manusia. Ego melahirkan perasaan identitas dan kontinuitas
seseorang.
Dimensi kesadaran manusia mempunyai dua komponen pokok, yaitu fungsi jiwa dan sikap jiwa,
yang masing-masing mempunyai peranan penting dalam orientasi manusia dalam dunianya. Fungsi
jiwa ialah suatu bentuk aktivitas kejiwaan yang secara teori tidak berubah dalam lingkungan yang
berbeda-beda. Jung membedakan empat fungsi jiwa yang pokok yaitu pikiran, perasaan, pendriaan
dan intusi.
Komponen kedua dari dimensi kesadaran manusia adalah sikap jiwa. Sikap jiwa ialah arah dari
energi psikis atau libido yang menjelma dalam bentuk orientasi manusia terhadap dunianya. Arah
aktivitas energi psikis itu dapat ke luar atau pun ke dalam diri individu. Begitu juga arah orientasi
manusia terhadap dunianya, dapat ke luar atau pun ke dalam dirinya.
2. Dimensi ketidaksadaran kepribadian
Dimensi ketidaksadaran kepribadian seseorang mempunyai dua lingkaran yaitu ketidaksadaran
pribadi dan ketidaksadaran kolektif. Ketidaksadaran pribadi terdiri dari pengalaman yang disadari
tetap kemudian ditekan, dilupakan, diabaikan serta pengalaman yang terlalu lemah untuk
menciptakan kesan sadar pada pribadi seseorang. Ketidaksadaran kolektif berisi hal yang diperoleh
seluruh jenis manusia selama pertumbuhan jiwanya melalui generasi yang terdahulu.
BAB III
KESIMPULAN
Kepribadian adalah keseluruhan dari individu yang terdiri dari unsur psikis dan fisik. Dalam makna
demikian, seluruh sikap dan perbuatan seseorang merupakan suatu gambaran dari kepribadian orang
itu, asal dilakukan secara sadar. Dan perbuatan yang baik sering dikatakan bahwa seseorang itu
mempunyai kepribadian yang baik atau berakhlak mulia.
Freud membagi perkembangan kepribadian menjadi tiga tahapan, yakni tahap infantile (0-5 tahun),
tahap laten (5-12 tahun), dan tahap genital (>12 tahun). Ada dua asumsi yang mendasari teori
psikoanalisis Freud, yaitu (1) asumsi determinisme psikis dan (2) asumsi motivasi tak sadar. Asumsi
determinisme psikis (psychic deteminism) meyakini bahwa segala sesuatu yang dilakukan,
dipikirkan, atau dirasakan individu mempunyai arti dan maksud, dan itu semuanya secara alami

sudah ditentukan. Freud membagi struktur kkepribadian ke dalam tiga komponen, yaitu id, ego, dan
superego.
Pandangan Jung tentang kepribadian adalah prospektif dan retrospektif. Prospektif dalam arti bahwa
ia melihat kepribadian itu kedepan kearah garis perkembangan sang pribadi di masa depan dan
retrospektif dalam arti ia memperhatikan masa lampau sang pribadi.

DAFTAR PUSTAKA
Ruswandi, Uus. 2010. Pengembangan Kepribadian Guru. Bandung : CV. Insan Mandiri
Yusuf, Syamsu dan, Juntika Nurihsan. 2008. Teori Kepribadian. Bandung : PT. Remaja
Rosdakarya

Anda mungkin juga menyukai