Anda di halaman 1dari 15

Stockpile Management

Dalam Stockpile Management Ada 3 Point yang harus diperhatikan :


1.

Storage Management

2. Quality & Quanitity Management


3. Blending Management
Storage Management
Storage Management atau pengaturan penyimpanan batubara di stockpile sangat penting
dalam stockpile management. Dalam mengatur penyimpanan batubara di stockpile, hal hal
yang perlu diperhatikan adalah Desain stockpile dan Sistem penumpukan.
Desain Stockpile
Desain dari suatu stockpile ditentukan oleh beberapa hal berikut ini :
1.

Kapasitas penyimpanan batubara

2. Banyaknya jenis product yang akan Dipisahkan di stockpile


3. Fasilitas dan sistem penumpukan dan Pemuatan
Kapasitas penyimpanan Batubara

Kapasitas penyimpanan batubara di stockpile menentukan desain suatu stockpile.


Stockpile yang berkapasitas kecil dengan batubara dengan kapasitas besar mungkin
berbeda khususnya dalam penyiapan lahan dan preparasi lahan tersebut.

Pada stockpile dengan kapasitas yang besar, dasar stockpile harus benar-benar kuat
dan kokoh menahan beban yang besar. Kalau tidak, base stockpile tersebut akan
turun di bagian tengah, dan juga akan ikut menurunkan batubara yang ada di
atasnya. Dalam kondisi seperti itu akan terjadi kehilangan batubara di stockpile.

Jumlah Product Yang dipisahkan

Banyaknya jumlah product yang akan dipisahkan menentukan luasan stockpile yang
diperlukan.

Semakin banyak jumlah product yang dipisahkan semakin besar areal yang
diperlukan.

Fasilitas Penumpukan dan pemuatan

Alat yang digunakan dalam sistem penumpukan dan pemuatan batubara di stockpile
juga mempengaruhi desain atau areal stockpile yang digunakan.

Penggunaan stacker-reclaimer dalam sistem penumpukan dan pemuatan, membuat


desain dan sistem penumpukan memanjang.

Stacker-reclaimer juga mempermudah dalam pemisahan batubara yang memiliki


kualitas yang berbeda dan sekaligus juga mempermudah dalam blending batubarbatubara tersebut.

Desain Stockpile
1.

Di sekeliling stockpile dipasang instalasi spraying.

2. Di sekeliling stockpile dibuatkan windshield atau penangkal angin.


3. Stockpile dibuat memanjang searah dengan arah angin dominan (Prevailing Wind).
SISTEM PENUMPUKAN
Dalam penumpukan Batubara harus memenuhi Syarat sebagai berikut :

Sekeliling tumpukan batubara harus dapat diakses oleh unit maintenance seperti
Wheel Loader atau Excavator.

Penumpukan harus memanjang searah dengan prevailing wind (arah angin


dominan)

Setiap penumpukan harus dipastikan ditrimming agar tidak terdapat puncak-puncak


kecil diatas tumpukan batubara

Slope permukaan stockpile yang menghadap ke arah angin harus dilandaikan


sudutnya, bila perlu dipadatkan.

Quality & Quantity Management


Quality dan Quantity Management adalah proses yang paling penting dalam suatu stockpile
management. Karena Quality dan quantity management bersifat terus menerus dan berjalan
seiring dengan jalannya perusahaan. Quality & Quantity Management melibatkan hampir
semua bagian di suatu perusahaan tambang batubara. Sedangkan di end user biasanya
Quality dan Quantity management dipegang oleh Departement Fuel Handling.
QQM di Perusahaan Tambang Batubara
QQM di perusahaan tambang batubara melibatkan sebagian besar departement yaitu mulai
dari Geology, Mine Planning, Tambang, Coal Processing, Quality Control, dan Shipping.
Masing-masing berperan dan bertanggung jawab di bagian masing-masing dalam
menciptakan sistem kontrol qualitas dan kuantitas yang baik.
Geology

Geology adalah bagian yang pertama-tama memberikan data mengenai jumlah cadangan,
dan kualitas batubara yang berpotensi untuk diexploitasi. Geology Juga bertugas secara terus
menerus mencari sumber cadangan batubara dengan melakukan explorasi. Data yang
diberikan oleh Geology merupakan titik acuan awal mengenai jumlah cadangan batubara
dan kualitas batubara.
Mine Planning
Mine Planning bertugas meneruskan pengolahan data dari geology, dengan membuat
rencana tambang yang didalamnya dilengkapi dengan data mineable reserve, mine design,
perhitungan alat, scheduling, dan lain-lain. Mine Planning juga bertugas melakukan kajian
dan evaluasai setiap perkembangan kualitas dari mulai data geology, data reserve, data
produksi, sampai data dari pengapalan.
Mining / Tambang
Bertugas melakukan penambangan yang sudah didesain oleh mine planning. Mining harus
menjaga agar dalam eksekusi penambangan betul-betul mengikuti mine plan yang sudah
ditetapkan, baik mengenai batasan-batasan penambangan maupun dalam scheduling
penambangan.
Coal processing / Handling
Coal processing atau bagian handling, bertugas melakukan proses dari mulai penumpukan
batubara di stockpile, Crushing, maintenance stockpile, sampai dengan pemuatan batubara.
Coal processing biasanya erat sekali hubungan kerjanya dengan Quality Control atau Quality
Assurance. Karena pada pelaksanaannya Quality Control dan Coal processing bekerja
bersama-sama di stockpile baik dalam hal sistem penumpukan batubara di stockpile,
pengaturan pemuatan batubara, sampai blending batubara.
Quality Control
Beberapa tugas dari Quality Control

Tugas dari Quality Control adalah memonitor kualitas mulai dari data forecast
tambang sampai kualitas Pengapalan.

Quality Control melakukan kontrol terhadap batubara produksi dengan melakukan


sampling pada saat batubara telah di crushing.

Quality Control juga bertugas membuat rencana setiap pemuatan batubara dan
mengatur agar kualitas batubara yang dikirim sesuai dengan spesifikasi buyer.

Quality Control membuat evaluasi perkembangan kualitas mulai dari tambang


sampai pengapalan.

Quality Control juga bertugas mengevaluasi atau mengontrol process operasional


yang dapat mempengaruhi kualitas batubara, sehingga dapat menyimpang dari
planning.

Proses yang mungkin terjadi adalah di tambang, stockpile, dan barging.

Proses Operasional Yang dapat mempengaruhi Kualitas batubara


Penambangan :

Pada saat penambangan, sering terjadi bahwa kondisi di lapangan berbeda dengan
kondisi seperti yang digariskan dalam mine plan. Misalnya adanya sisipan atau cleat
pada seam batubara yang sedang di tambang. Pengotor ini sulit dipisahkan dengan
selective mining. Akibatnya kandungan abu batubara tersebut akan lebih tinggi dari
data mine plan atau data geology.

Pada penambangan dip seam atau seam yang miring, sering terjadi kontaminasi
seam batubara yang sedang ditambang oleh bagian floor yang longsor atau jatuh ke
atas seam batubara tersebut.

Stockpile
1.

Pada saat penumpukan batubara di stockpile, terjadi pencampuran antar batubara


yang memiliki kualitas yang berbeda.

2. Pada saat pengambilan batubara dari stockpile, sering terkontaminasi dengan


bedding (fine coal), atau bahkan material bedding selain batubara seperti batu dan
kerikil.
3. Batubara yang sudah lama di stockpile mengalami penurunan kualitas.
QQM di End User
Proses QQm di stockpile end user, tidak spanjang di Perusahaan tambang. Proses QQM
yang dilkukan di stockpile end user, biasanya lebih di fokuskan pada bagaimana
memisahkan batubara dari berbagai pemasok yang kualitasnya juga berbeda, dan bagaimana
membuat suatu feeding coal yang sesuai dengan desain peralatan utilisasi tersebut. Proses
yang paling menonjol di stockpile end user adalah proses blending batubara untuk
mensuplai batubara kedalam peralatan utilisasi dengan kualitas yang sesuai.
BLENDING MANAGEMENT
Dalam suatu blending management, hal yang paling diutamakan adalah:

Pencampuran kualitas sehingga menghasilkan kualitas batubara hasil campuran


sesuai dengan yang ditargetkan.

Cara Blending atau pencampuran itu sendiri yang harus baik.

Pencampuran Kualitas
Sebelum Blending dilakukan, yang perlu diperhatikan adalah target kualitas yang harus
dicapai dari blending tersebut. Hanya satu target parameter yang dapat dicapai dengan tepat
dalam suatu blending. Parameter lainnya mengikuti sesuai dengan proporsi blendingnya.

Diantara parameter kualitas batubara, ada yang bersifat addictive (dapat dikalkulasi secara
kuantitatif pada saat blending). Dan ada pula paramter yang bersifat tidak addictive atau
tidak dapat dihitung secara kuantitatif berdasarkan proporsi blendingnya.
Kalkulasi Kualitas Blending
Qb = (Q1 x W1)+(Q2 x W2) Dibagi (W1+ W2)
1.

Qb = Kualitas hasil Blending

2. Q1 = Kualitas batubara 1
3. Q2 = Kualitas batubara 2
4. W1 = Berat batubara 1
5. W2 = Berat batubara 2
Sistem Blending
Dalam suatu blending sistem pencampuran atau blending merupakan yang terpenting.
Blending harus dilakukan dengan proporsi unit pencampuran yang terkecil untuk
mendapatkan batubara hasil blending yang homogen. Berikut ini adalah beberapa sistem
pencampuran dengan tingkat homogenitas yang meningkat. (Semakin homogen)

Blending Barge By Barge

Blending DT By DT

Blending Bucket Loader By Bucket loader

Blending conveyor.

Hasil suatu blending yang homogen sangat diperlukan terutama bagi end user. Ketidak
homogenan dalam suatu blending akibatnya akan terasa langsung oleh end user pada saat
batubara tersebut digunakan. Kesempurnaan dari suatu blending adalah ketepatan dalam
pencapaian target kualitas hasil blending dan homogenitas hasil pencampuran

Management Stockpile

Stockpile Management berfungsi sebagai penyangga antara pengiriman


dan proses juga berfungsi sebagai sediaan strategis terhadap gangguan
yang bersifat jangka pendek atau jangka panjang. Stockpile juga
berfungsi sebagai proses homogenisasi dan atau pencampuran batubara
untuk menyiapkan kualitas yang dipersyaratkan. Disamping tujuan di atas
di

stockpile

juga

digunakan

untuk

mencampur

batubara

supaya

homogenisasi bertujuan untuk menyiapkan produk dari satu tipe material


dimana fluktuasi di dalam kualitas batubara dan distribusi ukuran
disamakan.
Dalam proses homogenisasi ada dua tipe yaitu bleding dan mixing.
Bleding bertujuan untuk memperoleh produk akhir dari dua atau lebih tipe
batubara yang lebih dikenal dengan komposisi kimia dimana batubara
akan terdistribusi secara merata dan tanpa ada lagi jumlah yang cukup
besar

untuk

mengenali

salah

satu

dari

tipe

batu

bara

tersebut

ketika proses pengambilan contoh dilakukan. Dalam proses blending


batubara harus tercampur secara merata, sedangkan mixing merupakan
salah satu tipe batubara yang tercampur masih dapat dilokasikan dalam
kuantitas kecil dari hasil campuran material dari dua atau lebih tipe
batubara.
Proses penyimpanan, bisa dilakukan:
1. Dekat tambang, biasanya masih berupa lumpy coal,
2. Dekat Pelabuhan,
3. Ditempat Pengguna batubara.
Untuk proses penyiapan diharapkan jangka waktunya tidak lama, karena
akan berakibat pada penurunan kualitas batubara. Proses penurunan
kualitas biasanya lebih dipengaruhi oleh proses oksidasi dan alam.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam Management stockpile
adalah sebagai berikut :
1. Monitoring quantity (Inventory) dan movement batubara di stockpile,
meliputi recording batubara yang masuk (coal in) dan recording batubara

yang keluar (coal out) di stockpile, termasuk recording batubara yang


tersisa (coal balance)
2. Menghindari batubara yang terlalu lama di stockpile, dapat dilakukan
dengan penerapan aturan FIFO dimana batubara yang terdahulu masuk
harus dikeluarkan terlebih dahulu. Hal ini dimaksudkan untuk mengurangi
resiko degradation dan pemanasan batubara.
3. Mengusahakan

pergerakan batubara sekecil mungkin

di stockpile,

termasuk di antaranya mengatur posisi stock dekat dengan reklame,


Monitoring efektivitas dozin di stock pile dengan maksud mengurangi
degradasi batubara.
4. Monitoring quality batubara yang masuk dan keluar dari stockpile
termasuk diantara control temperatur untuk mengantipasi self heating
dan spocom.
5. Pengawasan yang ketat terhadap kontaminasi, meliputi pelaksanaan
housekeeping dan Inspeksi langsung adanya pengotor yang terdapat di
stockpile.
6. Perhatian terhadap faktor lingkungan yang bisa ditimbulkan, dalam hal ini
mencakup usaha :
a. Contral dus dan penerapan dan pengawasan penggunaan spraying dan
dust suppressant
b. Adanya tempat penampungan khusus (fine coal trap) untuk buangan
/limbah air dari drainage stockpile
c.

Penanganan limbah batubara (remnant & spilage coal)

7. Tidak dianjurkan menggunakan area stockpile untuk parkir dozer, baik


untuk keperluan Maintenance dozer atau over shift operator. Kecuali
dalam keadaan emergency dan setelah itu harus diadakan house keeping
secara teliti.
8. Menanggulangi batubara yang terbakar di stockpile. Dalam hal ini
penanganan yang dianjurkan sebagai berikut :
a. Melakukan

speading

atau

penyebaran

untuk

mendinginkan

suhu

batubara
b. Bila kondisi cukup parah, maka bagian batubara yang terbakar dapat
dibuang
c.

Memadatkan batubara yang mengalami self heating atau sponcom.

d. Batubara yang mengalami sponcom tidak diperbolehkan langsung


diloading ke tongkang sebelum didinginkan terlebih dahulu.

e.

Untuk penyimpanan yang lebih lama bagian atas stockpile harus


dipadatkan guna mengurangi resapan udara dan air ke dalam stokpile.

9. Sebaiknya tidak membentu stockpile dengan bagian tas yang cekung, hai
ini dimaksudkan untuk menghindari swamp di atas stockpile
10. Mengusahakan bentuk permukaan basement berbentuk cembung atau
minimal datar, hal ini berkaitan dengan kelancaran sistem drainage.

Spontanous Combustion
Pembakaran secara spontan adalah merupakan fenomena alami dan juga
disebut pembakaran sendiri. Hal ini disebabkan terjadinya reaksi zat
organic dengan oxygen dari udara. Kecepatan reaksi oksidasi sangat
bervariasi antara suatu zat dengan yang lainnya. Pembakaran akan
terjadi apabila terdapat segi tiga api atau dikenal sebagai fire triangle
yakni terdapat bahan bakar,oksidan (udara/oxygen) dan panas (heat).
Untuk meniadakan kebakaran sedikitnya kita harus meniadakan salah
satu komponen dari fire triangle tersebut. Batubara sebagai zat organik
yang mengandung gas methan, mudah terbakar karena beroksidasi
dengan oxygen dari udara. Spontanous kebakaran ini dapat dikontrol dan
ditangani secara benar dengan mengetahui faktor faktor dibawah ini :
1. Kondisi batubara antara lain:
a. Rank batubara dan typenya
b. Kadar air (moisture)
c.

Penyebaran ukuran (zise distribution)

d. Kadar pyretic sulphur


e.

Komponen maceral

2. Rank batubara
Rank batubara sangat ditentukan oleh perubahan yang terjadi ditanaman
asalnya makin tinggi perubahannya makin tinggi mutu / rank batubara
tersebut hal ini tidak dapat diubah karenan dari alam yang dapat
dilakukan adalah memilih batubara dari lokasi tambang yang cocok untuk
keperluan, rank batubara dibagi dalam dalam dua ranking :
Batubara rangking rendah (brow coal, lignit, sub-bituminus coal)
Batubara rangking tinggi (bituminus coal dan anthrace)
Semakin rendah rank batubara semakin tinggi resiko spontaneous
kebakaran, hal ini disebabkan :

a. Kadar air, air bertindak sebagai katalis dalam proses oksidasi, semakin
tinggi kadar air semakin besar resiko terjadinya spontaneous kebakaran.
b. Penyebaran ukuran batubara, semakin besar perbedaan ukuran butiran
batubara semakin mudah terjadi self combustion dan begitu juga semakin
banyak jumlah batubara halus (fines) semakin tinggi resiko pembakaran
batubara.
c.

Pyritic sulpur, senyawa ini mudah teroksidasi apabila panas dan ahirnya
kan terjadi pembakaran spontan.

d. Komponen marecal (vitrinite, exinite dan inertinite) batubara dengan


kadar exinite dan virtinite yang tinggi akan mudah terbakar.
Salah satu usaha mencegah terjadinya batubara terbakar adalah dengan
menghindari masuknya oksigen ke dalam batubara dengan cara :
1. Kompasi pile, mengusahakan bentuk landai dari stock batubara di
stockpile dan menghindari bentuk vertical
2. Menghindari penggunaan air pada batubara yang memanas karena hal
ini akan menambah masuknya Oksigen.

STOCKPILE MANAGEMEN
Stockpile berfungsi sebagai penyangga antara pengiriman dan proses, sebagai stock
strategis terhadap gangguan yang bersifat jangka pendek atau jangka panjang.
Stockpile juga berfungsi sebagai proses homogenisasi dan atau pencampuran batubara
untuk menyiapkan kualitas yang dipersyaratkan.
Disamping tujuan di atas di stockpile juga digunakan untuk memcampur batubara
supaya homogenisasi sesuai kebutuhan. Homogenisasi bertujuan untuk menyiapkan
produk dari satu tipe material dimana fluktuasi di dalam kualitas batubara dan distribusi
ukuran disamakan. Dalam proses homogensiasi ada dua tipe yaitu blending dan mixing.
Blending bertujuan untuk memperoleh produk akhir dari dua atau lebih tipe batubara
yang lebih dikenal dengan komposisi kimia dimana batubara akan terdistribusi secara
merata dan tanpa ada lagi tempat yang cukup besar untuk mengenali salah satu dari
tipe batu bara tersebut ketika proses pengambilan contoh dilakukan. Dalam proses
blending batubara harus tercampur secara merata atau distribusi merata. Sedangkan
mixing merupakan salah satu dari tipe batubara yang tercampur masih dapat dilokasikan
dalam kuantitas kecil dari hasil campuran material dari dua atau lebih tipe batubara.
-

Proses penyimpanan, bisa dilakukan :


didekat tambang, biasanya masih berupa lumpy coal
di dekat pelabuhan
dan di tempat pengguna batubara
untuk proses penyimpanan diharapkan jangka waktunya tidak terlalu lama, karena akan
berakibat pada penurunan kualitas batubara. Proses penurunan kualitas biasanya lebih
dipengaruhi oleh proses oksidasi dan alam.
Prinsif dasat pengelolan stockpile adalah adalah penerapan Sistem FIFO ( first in first
out ), dimana batubara yang terdahulu masuk harus dikeluarkan terlebih dahulu.
Stocking batubara dalam jangka waktu lama akan beresiko terhadap degaradasi dan
pemanasan ( self heating ).

1.
2.
3.
4.

Disamping itu beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam management stockpile
adalah sebagai berikut :
Control Temperature & Heating / sponcom
Control terhadap Kontaminasi & housekeeping
Control Aspek Kuality / kuantity batubara
Control aspek Lingkungan

Control Temperature & Heating / Spontanous combustion


Penentuan terperature batubara di stockpile dilakukan secara periodik, kemudian
dievaluasi trend temperaturenya dari waktu ke waktu. Monitoring temperatur juga
dimaksudkan untuk melihat adanya area-area stockpile yang mempunyai potensial
pemanasan ( heating ).
Pemanasan / pembakaran secara spontan adalah merupakan fenomena alami dan juga
disebut pembakaran sendiri ( self heating / combustion ). Hal ini disebabkan terjadinya
reaksi zat organic dengan oxygen dari udara. Kecepatan reaksi oksidasi sangat
bervariasi antara suatu zat dengan zat lainnya.
Pembakaran akan terjadi apabila :

adanya bahan bakar ( fuel )


andanya oksidan ( udara / oxygen )
adanya panas ( heat )
Fire triangle

O2

Heat

Fuel
Untuk mencegah terjadinya kebakaran harus meniadakan sedikitnya satu dari
komponen di atas.
Batubara sebagai zat organic yang mengandung gas methan, mudah terbakar karena
beroksidasi dengan oxygen dari udara. Spontanous kebakaran ini dapat dikontrol
apabila ditangani secara benar.
Faktor-faktor yang mempengaruhi spontaneous kebakaran antara lain :
batubara :
o Rank batubara dan typenya
o Kadar air ( moisture )
o Penyebaran ukuran ( size distribution )
o Kadar pyretic sulphur
o Komponen maceral
2. Rank batubara
Rank batubara sangat ditentukan oleh besar perubahan yang terjadi dari tanaman
asalnya, makin tinggi perubahannya makin tinggi mutu / rank batubara tersebut.
Batubara dibagi dalam 2 rangking :
o Batubara rangking rendah ( brown coal, lognit, sub-bituminus coal )
o Batubara rangking tinggi ( bituminous dan anthracite )
Semakin rendah rank batubara, semakin tinggi resiko spontaneous kebakaran, hal ini
disebabkan :
o Kadar air, air bertindak sebagai katalis dalam proses oksidasi, semakin tinggi kadar air
semakin besar resiko terjadinya spontanous kebakaran.
o Penyebaran ukuran batubara, semakin besar perbedaan ukuran butiran batubara
semakin mudah terjadi self combustion dan begitu juga semakin banyak jumlah
batubara halus ( fines ) semakin tinggi resiko terjadinya pembakaran batubara.
o Pyritic sulphur, senyawa ini mudah teroksidasi apabila panas dan akhirnya menimbulkan
spontanous kebakaran.

o Komponen maceral ( vitrinite, exinite dan inertinite ), batubara dengan kadar exinite dan
vitrinite yang tinggi akan mudah terbakar.
Beberapa usaha untuk mencegah terjadinya batubara terbakar adalah dengan
menghindari masuknya oksigen kedalam batubara, dengan jalan :
1. Penerapan sistem FIFO
2. Menghindari struktur vertikal, dengan maksud untuk mengurangi resiko masuknya udara
kedalam stock.
3. Bila dimaksudkan untuk stocking batubara dalam perioda yang cukup panjang, maka
diusahakan dilakukan pemadatan ( kompaksi )
Bila ditemukan kondisi stock batubara mengalami pemanasan ( heating ) atau terbakar (
sponcom ), maka bagian yang mengalami heating tersebut segera dipisahkan,
kemudian dispreading untuk pendinginan sebelum dikembalikan ke stockpile dan
dikompaksi atau segera dikeluarkan ( unloading ).
Tidak dibenarkan menggunakan air dalam penanganan heating / sponcom batubara di
stockpile karena akan berdampak meningkatkan proses oksidasi.
Stocking of envirocoal
Untuk proses stocking batubara envirocoal diantaranya meliputi :
1. Stocking di ROM tambang
ROM ( Run of Mine ) tambang digunakan tempat rehandling batubara dari pit, untuk
selanjutnya diangkut menggunakan truck hauling ke fasilitas coal crushing.
2. Stocking di ROM Produksi Kelanis
ROM produksi digunakan sebagai stock cadangan untuk menjaga kontinuitas proses
produksi ( crushing ) dan mengantisipasi adanya gangguan proses hauling batubara dari
tambang. Ada 2 ROM stockpile yang digunakan :
ROM 1, digunakan untuk mejaga stabilitas suplay batubara untuk proses produksi
( crusher ) pada rate maksimum.
ROM 2, digunakan sebagai dead stockpile dan mengantisipasi problem proses hauling
dari tambang.
3. Stockpile produksi.
Digunakan untuk menyimpan hasil produksi batubar ( crushing ) dan selanjutnya dimuat
ke dalam tongkang. Produksi batubara tersebut sudah tersizing pada ukuran 0 sampai
50 mm. Ada 2 stockpile produksi yang mana masing-masing digunakan untuk setiap
fasilitas crushing dan laoding barge.

Kontrol Terhadap Kontaminasi & Housekeeping

Kontaminasi merupakan sesuatu yang hal sangat tidak diinginkan dalam suatu proses
produksi batubara selain dapat mempenagaruhi kualitas batubara maupun performance
daripada miner / penambang tersebut. Kontaminasi dapat terjadi mulai dari tambang,
proses rehandling, di stockpile maupun di vessel. Hal ini dapat mengakibatkan claim
atau complain dari suatu buyer.
Kontaminasi di daerah tambang, kontaminasi yang umum terbawa pada saat expose
batubara antara lain overburden yang berupa clay, tanah atau batuan lainnya. Hal ini
berakibat akan meningkatnya kandungan abu ( ash content )
Kontaminasi proses rehandling, terjadi saat proses pengangkutan batubara.
Kontaminasi ini biasa berupa :
Terdapatnya sparepart kendaraat berat / potongan logam

Kawat, besi, kayu, plastik, kaleng minuman, karet ban, dll


Kontaminasi di daerah stockpile. Stockpile yang kurang bagus dapat menyebabkan
suatu kontaminasi terhadap batubara itu sendiri terutama dari basement / dasar dari
stockpile akibat manuver-manuver dari suatu dozer / traktor sehingga akan terangkat
dasar stockpile yang berupa tanah, lempung atau batu splite.
Hal-hal yang perlu diperhatikan guna menghindari kontaminasi dari stockpile antara
lain :
Supervisi yang ketat semua aktivitas area stockpile
Pelaksanaan housekeeping
Perawatan rutin peralatanyang digunakan, meliputi perawatan terhadap alat-alat plant
maupun terhadap alat berat yang digunakan di area stockpile.
Metal detector, berfungsi untuk mencegah kontaminasi metal masuk ke stockpile
maupun maupun batubara yang akan dikeluarkan dari stockpile.

Kontrol Aspek Kuality & Kuantity


Kontrol aspek kuality batubara di stockpile yang perlu dilakukan berupa :
o penentuan / analisa kualitas batubara produksi yang ada di stockpile, kemudian
melakukan pengaturan stock sesuai type batubara produksi di stockpile.
o Usaha mininimize resiko degradasi batubara ( pengaturan lama stocking, aktitivitas alat
berat distockpile, reclaime pit, dll )
o Pengaturan blending ratio batubara.
o Control dan monitoring semua faktor yang berdampak terhadap perubahan yang
significan terhadap nilai kualitas batubara selama di stockpile.
Sedangkan terhadap aspek kuantity perlu dilakukan sistem recording yang akurat
terhadap inventory batubara dan pergerakan stock batubara ( coal movement ) .

Kontrol Aspek Lingkungan


Debu batubara, Secara umum dust ( debu ) batubara berasal dari partikel yang
berukuran 0.5 mm ( fines ) yang bersuspensi dengan udara, sehingga dalam usaha
pence-gahan debu adalah dengan meminimize terhadadap fines ( partikel halus )
tersebut. Penggunaan spray Air dapat dilakukan untuk mengatisipasi debu,
direkomendasikan spray yang digunakan adalah dalam bentuk fog spray
( kabut ) karena lebih maksimal dalam menangkap debu.
Untuk type batubara envirocoal mempunyai fines ( - 0.5 mm ) berkisar antara 8 s/d 10
%. Secara teknis penanganan debu dilakukan dengan melakukan spray air ditambahkan
bahan surfactan yang diproduksi oleh KAO disebut dengan PIC 103. Bahan surfactan ini
dengan air akan menyerap dengan cepat partikel debu batubara. Konsentrasi yang
direkomendasikan adalah 50 ppm / ton batubara envirocoal. Lokasi spray air adalah :

hopper
creen / divergator
econdary crusher
Transper chute
Limbah padat & cair, selama pengelolaan stockpile batubara limbah padat dan limbah
cair merupakan resiko yang tidak bisa dihindari. Beberapa hal yang perlu diperhatikan
dalam penangananan stockpile adalah :
o Perawatan basement stockpile, pemukaan stockpile diusahakan bisa mengalirkan air ke
arah sistem drainage yang tersedia. Dalam hal ini bentuk yang ideal permukaan
stockpile adalah adalah sedikit cembung.
o Drainage sistem, semua air dari stockpile dialirkan ke arah sistem treatment limbah cair /
padat.
o Sistem treament limbah yang memadai

Anda mungkin juga menyukai