Kendaraan Bermotor
I.
PENDAHULUAN
nama Brown Gas yang dapat digunakan untuk menggerakaan mesin kendaraan.
Pada tahun 1980 sampai 1998, Stanley Meyer seorang Amerika yang berasal dari
kota Ohio juga telah mengembangkan bahan bakar gas yang dihasilkan dengan
elektrolisis air yang digunakan untuk menggerakan mesin kendaraan. Di Indonesia
pada akhir-akhir ini sudah mulai dikembangkan yaitu dengan mencampurkan brown
gas yang didapat dari elektrolisa air, dengan bahan bakar pada mesin bensin dengan
carburator dan ternyata dapat meningkatkan tenaga, mengurangi pemakaian bahan
bakar, serta memperbaiki kualitas emisi gas buang. Memanfaatan brown gas ini
masih secara sederhana, belum terkendali baik, masih hanya untuk mesin bensin
dengan carburator. Namun dari kajian awal tersebut terlihat brown gas mempunyai
prospek sangat baik dalam usaha mengurangi konsumsi bahan baik untuk mesin
bensin dan mesin diesel, meningkatkan kinerja mesin, dan memperbaiki kualitas
emisi gas buang mesin. Menurut para pemakai yaitu dari perkumpulan penggemar
otomotif, dengan menggunakan brown gas dari elektrolisis air ternyata dapat
menghemat pemakaian bahan bakar (sebagai contoh suatu kendaraan) dari jarak
tempuh 12 km/liter menjadi 18 km pada kendaraan bensin dan mencapai 23 km/liter
untuk kendaraan solar.
Pada penelitian Horng Rong-Fang [1], bahan bakar yang diperkaya dengan hydrogen
dapat menurunkan kandungan NOx dan HC pada emisi gas buang. Penelitian dari
Susuki dan Sakurai [2] menunjukan bahwa dengan penambahan hydrogen pada
mesin spark ignition (SI) dapat menaikan efisiensi termal sebesar 14%, dan pada
pembakaran yang optimal, kandungan Nox dalam emisi dapat berkurang hingga
95%. Muhammadi[3] melakukan penelitian tentang kinerja mesin dengan bahan
bakar konvensional diinjeksi dengan hydrogen, ternyata mampu meningkatkan
kinerja dan menghilangkan knock dan backfiring. Penelitian tersebut menerapkan
tiga parameter yaitu waktu pengapian, waktu injeksi dan rasio equivalen optimal
sehingga mencapai efisiensi termal dan brake mean efective pressure yang baik serta
emisi Nox rendah. Goldwitz dan Heywood[4] mengoptimalkan kondisi pembakaran
pada mesin spark ignition dengan menambahkan hydrogen sebagai suplemen bahan
bakar ternyata dapat menaikan efisiensi lebih dari 25%. Verhelst dan Sierents[5]
membandingkan injeksi hydrogen pada mesin spark ignition dengan karburator dan
mesin sistem injeksi, ternyata mesin dengan sistem injeksi dengan penambahan
hydrogen mempunyai daya lebih besar dan resiko back firing lebih kecil. Elektrisis
air menjadi Brown gas jika tidak dikendalikan dengan baik, yaitu besar arus listrik
dan panas yang terjadi maka brown gas yang terjadi disertai dengan uap air makin
lama terakumulasi makin banyak yang dapat mengganggu mesin. Jika uap air
tersebut mengembun kemudian tercampur pada bahan bakar, akan dapat menyulitkan
mesin untuk distart. Sistem elektrolisis yang efisien yang bebas dari gangguan uap
air harus dikaji sebagai bagian terpenting dari mixfuel management system.
Dari hasil-hasil penelitian yang diuraikan diatas menunjukan peluang yang besar
untuk meningkatkan efisiensi bahan bakar, kinerja mesin kendaraan, dan kualitas
emisi mesin. Karena prospek dari brown gas tersebut, maka pada penelitian selama
satu tahun ini akan dikembangkan suatu system suply mixfuel atau mixfuel
management system yang meliputi elektrolisis air untuk menghasilkan brown gas,
2
sistem pencampurannya dengan bahan bakar pada mesin bensin injeksi serta sistem
controlnya yang mampu mengendalikan secara optimal suply mixfuel sehingga dapat
lebih meningkatkan efisiensi dan kinerja mesin bensin injeksi dengan tanpa
menggangu komponen dari mesin. Prototipe dari alat ini akan diuji cobakan pada
mesin bensin 1300cc injeksi yang digunakan pada prototipe kendaraan perkotaan
yang dihasilkan dari penelitian hibah kompetensi DP2M-DIKTI.
1.2. Identifikasi masalah
Kajian awal penggunaan brown gas telah dilakukan untuk kendaraan bensin baik
yang menggunakan carburator maupun sistem injeksi menunjukan terjadikan
penghematan pemakaian bahan bakar yang cukup signifikan, peningkatan kinerja
dan perbaikan kualitas emisi. Peningkatan efisiensi yang signifikan tersebut belum
tentu optimal dikarenakan sistem elektrolisis yang masih belum efisien dengan sering
terikutnya uap air. Begitu juga sistem tersebut belum optimal karena belum
terkendalinya proporsi injeksi bahan bakar bensin dan brown gas yang disuply untuk
berbagai moda gerak dari kendaraan. Disamping itu masih perlu dilihat dampaknya
terhadap kemampuan dan ketahanan dari accu atau batery. Sistem awal yang
dirancang adalah mengambil tenaga listrik dari accu untuk melakukan proses
elektrolisis, dimana besar tenaga listriknya belum terkendali secara optimal sehingga
akan mungkin dapat mengurangi daya tahan accu. Pada dasarnya brown gas sendiri
secara 100% dapat menggerakan mesin kendaraan namun akan memerlukan tenaga
listrik yang besar dari accu. Untuk mengendalikan penggunaan brown gas dan
penyerapan daya listrik accu dan sekaligus mengendalikan secara otomatis kontribusi
brown gas dalam berbagai moda gerak kendaraan, maka diperlukan sistem
pengaturan suply dan pencampuran brown gas secara otomatis baik untuk mesin
dengan carburator maupun dengan injeksi. Proses produksi brown gas cukup
sederhana dari air dengan menggunakan tenaga listrik masih juga perlu dikaji dengan
lebih dalam pengaruh temperatur terhadap produksi brown gas agar penggunaan
tenaga listrik dari accu bisa seefisien mungkin dan kandungan uap air seminimal
mungkin atau ditiadakan. Dari Green Car Congress tahun 2006, dipresentasikan dan
di demontrasikan bahwa ternyata temperatur elektrolisis dapat mempercepat
prohuksi hydrogen. Dari acuan tersebut maka juga perlu dimanfaatkan panas mesin
yang terbuang untuk menjadi sumber panas dalam proses elektrolisis air. Karena
brown gas dapat meningkatkan kesempurnaan pembakaran dan meningkatkan nilai
kalor bahan bakar, maka untuk pemanfatan yang optimum masih perlu juga dikaji
moda-moda gerak kendaraan dimana diperlukan campuran brown gas yang berbedabeda untuk mendapatkan efisiensi yang optimal. Karena sebagian besar mesin
kendaraan saat ini dan masa depan adalah sistem injeksi, maka mixfuel managemen
system yang akan dirancang adalah untuk mesin bensin sistem injeksi.
1.3. Rumusan masalah penelitian
Berdasarkan kajian masalah yang telah diuraikan diatas, maka permasalahan yang
akan dibahas adalah:
a. Bagaimana mengembangkan sistem elektrolisis air yang cepat dan efisien dengan
menggunakan tenaga listrik yang minimal dari accu dengan dibantu oleh panas
dari mesin sehingga uap air yang ikut seminimal mungkin atau tidak ada.
3
b. Bagaimana proporsi injeksi bensin dan suply brown gas untuk berbagai moda
gerak kendaraan dan bagaimana menggabungkan campuran dan proporsi brown
gas (tenaga listrik untuk elektrolisis) dengan injeksi bahan bakar bensin pada
berbagai moda gerak kendaraan untuk penghematan yang optimal dengan tanpa
merusak accu akibat beban yang besar.
c. Bagaimana merancang sistem kontrol yang dapat mengendalikan besarnya
injeksi bahan bakar dan besarnya arus untuk elektrolisis sesuai dengan yang
dengan yang diharapkan pada setiap moda gerak kendaraan agar mencapai
efisiensi yang optimal.
d. Bagaimana merancang dan menguji prototipe sistem suply mixfuel, brown gas
dan bensin pada mesin injeksi yang terkendali pada berbagai moda gerak
kendaraan.
1.4. Tujuan penelitian
Tujuan umum
Secara umum hasil utama yang diharapkan dari penelitian ini adalah suatu prototipe
sistem suply atau mixfuel management system yang dapat mengatur suply dengan
proporsi yang optimal antara injeksi bahan bakar bensin dan brown gas dari hasil
elektrolisis sehingga dapat meminimalkan konsumsi bahan bakar dengan tidak
mengurangi bahkan dapat meningkatkan kinerja torsi dan tenaga mesin bensin
dengan sistem injeksi.
Tujuan khusus dan target luaran
Untuk mencapai hasil final yang diuraikan sebagai tujuan umum dari penelitian ini
maka ada beberapa hasil khusus sebagai suatu elemen utama dari tujuan umum itu
yang harus dicapai yaitu seperti diuraikan berikut ini. Disamping itu juga akan
dihasilkan luaran khusus yang juga menjadi target dari penelitian ini yaitu seperti
diuraikan dibawah ini.
a. Menghasilkan sistem elektrolisis air yang efisien sebagai campuran bahan bakar
pada mesis bensin dengan menggunakan tenaga accu yang minimal dengan
dibantu panas buangan dari mesin.
b. Menghasilkan karakteristik campuran yang efisien antara bahan bakar dengan
brown gas pada setiap moda gerak kendaraan dengan mesin bensin injeksi.
c. Menghasilkan suatu sistem kontrol yang cepat dan akurat untuk mengendalikan
proporsi campuran bahan bakar dengan brown gas agar tercapai efiensi dan
peningkatan kinerja mesin yang optimum.
d. Menghasilkan makalah ilmiah di jurnal nasional terakreditasi dengan rencana
judul: Mixfuel Managemen System dengan Pengendali Cerdas injeksi bensin
dan elektrolisis Brown gas untuk peningkatan efisiensi dan kinerja mesin bensin
injeksi.
e. Menghasilkan draft buku dengan judul: Teknologi Otomotif, Engine-Electronic
Fuel Control-Emisi.
f. Thesis dari mahasiswa S2 dengan judul: Optimalisasi Injeksi Hydrogen dan Air
pada Peningkatan Performa Kendaraan Bermotor.
I.
27 % dan dapat diuji dengan hidrometer batrei yang harus mempunyai spesifik grafity
1,1.
Gambar 2.1 hubungan konsentrasi katalis KOH dan konduktifitas listrik (Pyle dkk)
3. Penggunaan energi panas
Pada pengoperasian elektrolisis dengan suhu 830oC, mampu memproduksi 177
liter hidrogen setiap jam dibandingkan dengan secara konvensional yang hanya 22,4
liter per jam, dengan energi listrik yang sama (Green Car Congress). Dengan densitas
arus yang rendah dan temperatur yang tinggi akan diperoleh prosentase gas lebih
besar seperti ditunjukkan pada grafik berikut.
Gambar 2.2 grafik prosentase gas elektrolisis pada beberapa tingkatan suhu
4. Frekuensi resonansi
Material yang dioperasikan pada frekuensi yang sama dengan frekuensi natural
material tersebut akan lebih cepat rusak karena beresonansi. Demikian juga yang
dialami air jika diberikan frekuensi tertentu (pada percobaan Stanley Meyer frekuensi
yang dipakai adalah 43430 Hz dan 143762 Hz) mampu menguraikan air dengan
energi listrik yang lebih rendah.
5. Tegangan dan arus elektrolisis
Besar tegangan dan arus listrik berbanding lurus dengan banyak gas yang
dihasilkan, karena terkait dengan kesetimbangan energi dalam proses elektrolisis.
Dengan efisiensi 100 % diperlukan 3 kWh setiap meter kubik hidrogen pada
temperatur 20oC. Efisiensi 100 % diperoleh jika tegangan antar elektroda sebesar 1,23
Volt, sedangkan tegangan selebihnya adalah terbuang sebagai panas. Pada umumnya
elektroda yang dipakai seperti platinum dan stainless steel mempunyai resistansi
sehingga tegangan yang harus diberikan lebih dari 1,48 Volt. Intensitas arus pada
elektroda adalah sebesar 0,4 A/cm2, jika intensitas dinaikkan akan memberi peluang
korosi pada elektroda.
Gambar 2.4 Grafik Hubungan antara elektroda dan tegangan sel elektrolisis
6. Fluida elektrolisis
Dalam produksi gas hydrogen, elektolisis methanol lebih hemat listrik dari pada
elektrolisis metana (gas alam) sedangkan elektrolisis metana lebih hemat listrik dari pada
elektrolisis air.
Alkalin sering dipakai sebagai elektrolit yaitu larutan potasium hidroksida (KOH) dengan
komposisi 20 30 wt% yang memberikan koduktifitas optimal dan tidak menimbulkan
korosi pada elektroda stainless steel. Temperatur dan tekanan operasional dari
elektrolosis tersebut adalah 70 100oC dan 1 3 bar. Reaksi kimia pada proses
elektroliser alkalin ditunjukkan sebagai berikut.
Pada elektroda katoda: 4 H 2 O 4e 2 H 2 4OH
Pada elektroda anoda: 4OH O 2 4e 2 H 2 O
Reaksi keseluruhan: 2 H 2 O 2 H 2 O 2
Terdapat beberapa losses tegangan pada elektrolisis yaitu losses aktivasi, losses ohmik
dan losses concentrasi. Losses aktivasi berkaitan dengan laju reaksi pada permukaan
elektroda yang besarnya adalah:
Vaktivasi
R T
I
ln
2a F
Io
Losses Ohmic disebabkan oleh resistansi kabel dan elektroda yang besarnya adalah
Vohmic I Ri , dengan I adalah arus (A) dan Ri adalah resistansi ().
Losses konsentrasi didefinisikan sebagai Vconsentrasi
R T I
ln 1
2 F I L
10
11
Dalam proses elektrolisis dengan arus yang besar dapat menimbulkan panas sehingga
keluran gas mengandung uap air. Air tersebut dapat mengganggu proses pembakaran bila
dalam saluran pipa atau selang mengalami kondensasi. Oleh karena itu diperlukan elemen
pemanas yang menyalurkan panas dari radiator ke saluan Brown gas seperti tampak pada
gambar berikut.
12
Gambar 2.10 Elemen pemanas yang dipasang pada saluran radiator (Ozzie)
2.3 Injeksi Hidrogen dengan plasma reformer
Analisis dari penggunaan bahan bakar dengan diperkaya hidrogen pada kendaraan
bermotor memperlihatkan perbedaan karakteristik emisi gas buang, diantaranya:
HC turun 4,08%
CO meningkat
Kadar CO meningkat karena pengayaan hidrogen menggunakan metode plasmacatalyst reforming, dimana hidrogen diproduksi dari gas C4H10 yang menghasilkan gas H2
dan CO, seperti tampak pada gambar berikut.
13
Dilaporkan juga mengenai peningkatan efisiensi termal hingga 14% dan pada proses
pembakaran lean emisi NOx mampu dikurangi hingga 95%. Pada penelitian
Mohammadi, investigasi karakteristik mesin konvensional dengan penambahan injeksi
hidrogen mampu menghilangkan knocking dan backfiring
dari
menunjukkan
hidrogen
bahwa
(858
K)
hidrogen
Preignition
didefinisikan
sebagai
14
15
16
17
Gambar 2.21 Hubungan rasio bahan bakar terhadap emisi gas buang
18
19