Anda di halaman 1dari 2

Nama : Riska Meidina, Yulia Asia Evrina

NPM : 2012210226 2012210297


Dampak Klinis Interaksi Obat
Dampak klinis interaksi obat berdasarkan level kejadian
Level Skala Interaksi Obat
Level Signifikan

Level

Level Lokumentasi

Major

Established, probable atau suspected

Moderat

Established, probable atau suspected

Minor

Established, probable atau suspected

Major atau moderat

Possible

Minor untuk seluruh kelas

Possible dan unlikely

Keterangan:
Established (interaksi obat sangat mantap terjadi), probable (interaksi obat dapat terjadi), suspected
(interaksi obat diduga terjadi), possible (interaksi obat belum tentu terjadi, unlikely (kemungkinan besar
interaksi obat tidak terjadi)
Interaksi ditandai berdasarkan level skala signifikan sebagai berikut:
1. Level Signifikansi 1
Resiko yang ditimbulkan berpotensial mengancam individu atau dapat mengakibatkan kerusakan
yang permanen.
2. Level Signifikansi 2
Efek yang timbul akibat penurunan dari status klinik pasien sehingga dibutuhkan terapi tambahan
atau perawatan di rumah sakit.
3. Level Signifikansi 3
Efek yang dihasilkan ringan; akibatnya mungkin dapat menyusahkan atau tidak dapat diketahui tetapi
secara signifikan tidak mempengaruhi terapi sehingga treatment tambahan tidak diperlukan.
4. Level Signifikansi 4
Efek yang dihasilkan dapat berbahaya dimana respon farmakologi dapat berubah sehingga diperlukan
terapi tambahan.

5. Level Signifikansi 5
Efek yang dihasilkan ringan dimana respons klinik dapat berubah namun ada beberapa yang tidak
mengubah respon klinik.
Level Signifikan adalah derajat dimana obat yang berinteraksi akan mengubah kondisi pasien. Level
signifikan dikelompokkan berdasarkan keparahan dam dokumentasi interaksi yang terjadi.
Berdasarkan kasus dikatakan bahwa pasien mengonsumsi obat tolbutamid yang merupakan obat
antidiabetes tipe 2 golongan sulfonilurea . Hasil pemeriksaan lab GD puasa pasien sebesar 135 mg/dL
(lebih dari 70-115 mg/dL) yang menunjukkan pasien positif penderita Diabetes Melitus sehingga di terapi
dengan tolbutamid. Namun seminggu ini pasien mengkonsumsi alkohol (500 mL/hari), efek obat
diabetes dapat bertambah. Akibatnya: alkohol dapat mengubah kadar gula yang tak terduga, dan efek
samping yang mungkin terjadi adalah penurunan hebat kadar gula darah, sehingga didapat hasil
pemeriksaan lab GD 2 jam PP sebesar 60mg/dL lebih rendah dari normal (80-140 mg/dL). Gejala
hipoglikemia yang dialami pasien adalah lemas, juga mungkin terjadi reaksi akut jika peminum alcohol
diobati dengan obat yng member efek disulfiram, kemudian meminum alcohol. Reaksi tipe disulfiram
dilaporkan terjadi pada pengguna tolbutamid dikombinasi dengan alkohol, respon yang terjadi antara lain
pusing, muka merah, sakit kepala hebat, napas pendek. .Dapat disimpulkan bahwa interaksi tolbutamid
dengan alkohol termasuk level signifikansi 1, resiko yang ditimbulkan berpotensial mengancam individu
atau dapat mengakibatkan kerusakan yang permanen.
Pasien memiliki tekanan darah 200/100 mmHg melebihi batas normal (120//80 mmHg) sehingga
diberi terapi captopril yang merupakan obat antihipertensi yang bekerja sebagai ACE inhibitor memiliki
efek samping hipotensi dan pasien juga mengkonsumsi alkohol yang akan memperkuat efek hipotensif
dari ACE inhibitor. Selain itu pasien memiliki hasil lab trigliserida 300 mg/dL melebihi batas normal
(<150 mg/dL) sehingga diberi terapi simvastatin yang merupakan hipolipidemik yang akan menurunkan
kolesterol. Simvastatin ini juga dapat berinteraksi dengan alkohol dan simvastatin memiliki efek samping
nyeri otot, tremor. Dapat disimpulkan bahwa captopril, simvastatin dan alkohol termasuk level
signifikansi 1, risiko yang ditimbulkan berpotensial mengancam individu atau dapat mengakibatkan
kerusakan yang permanen.
Pasien mengeluhkan tremor yang dapat diakibatkan dari efek samping simvastatin sehingga
diberikan neo rheumacyl . Neo Rheumacyl mengandung komposisi ibuprofen yang merupakan NSAIDs,
vitamin B1, B6, B12 yang akan berinteraksi dengan kaptopril yaitu dapat menurunkan efek dari ACE
inhibitor. Dapat disimpulkan bahwa kaptopril dengan Neo rheumacyl termasuk level signifikansi 2, efek
yang timbul akibat penurunan dari status klinik pasien sehingga dibutuhkan terapi tambahan atau
perawatan di rumah sakit.
Tolbutamid merupakan obat diabetes yang mungkin berinteraksi dengan captopril (ACE inhibitor)
yaitu meningkatkan efek tolbutamid secara farmakodinamik yaitu bekerja secara sinergis, sehingga perlu
dimonitor. Dapat disimpulkan tolbutamid dan captopril termasuk level signifikansi 4, efek yang
dihasilkan dapat berbahaya dimana respon farmakologi dapat berubah sehingga perlu terapi tambahan.
Dapus: Richard H. 1989. Interaksi Obat. Bandung; ITB
Prof Syamsudin. 2013. Interaksi Obat Konsep Dasar dan Klinis. Jakarta; UI-Press

Anda mungkin juga menyukai