Stikes Pku Riameiisna 27 1 Riamei I Dapatttt
Stikes Pku Riameiisna 27 1 Riamei I Dapatttt
Oleh :
RIA MEI ISNAWATI
2011.1373
LEMBAR PERSETUJUAN
Karya Tulis Ilmiah dengan judul Kajian Asuhan Keperawatan Kelebihan Volume
Cairan pada Tn. H dengan Gagal Ginjal Kronik (GGK) di Bangsal Melati 1 RSUD
Dr. Moewardi Surakarta, telah diperiksa dan disetujui untuk
diujikan dihadapanTim Penguji Karya Tulis Ilmiah
Program Studi DIII Keperawatan STIKES
PKUMuhammadiyah Surakarta
DiajukanOleh :
RIA MEI ISNAWATI
NIM. 2011.1373
Pada :
Hari
: Selasa
Tanggal
: 1 Juli 2014
Mengetahui,
Pembimbing I
Pembimbing II
SitiSarifah, S.Kep.Ns.,M.Kep.
NIDN. 0620047603
MetiaAriyanti, S.Kep.Ns.
NIDN. -
ii
LEMBAR PENGESAHAN
Disusun Oleh :
RIA MEI ISNAWATI
NIM. 2011.1373
Penguji I
Penguji II
Penguji III
Weni Hastuti,S.Kep.,M.Kes.
NIDN. 0618047704
Mengetahui,
Ketua STIKES
PKU Muhammadiyah Surakarta
iii
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Karya Tulis Ilmiah dengan judul:
Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan bahwa, tugas akhir ini karya
saya sendiri (ASLI). Dan isi dalam tugas akhir ini tidak terdapat karya yang pernah
di ajukan oleh orang lain atau kelompok lain untuk memperoleh gelar akademis
disuatu Institusi Pendidikan dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat
karya atau pendapat yang pernah ditulis dan/atau diterbitkan oleh orang lain atau
kelompok lain, kecuali yang secara tertulis disebutkan dalam naskah ini dan dalam
daftar pustaka.
iv
MOTTO
Manusia tak selamanya benar dan tak selamanya salah, kecuali ia yang selalu
mengoreksi diri dan membenarkan kebenaran orang lain atas kesalahan diri
sendiri
(Penulis)
PERSEMBAHAN
vi
vii
KATA PENGANTAR
viii
Surakarta,
Juli 2014
Penulis,
Ria Mei Isnawati
ix
ABSTRAK
KAJIAN ASUHAN KEPERAWATAN KELEBIHAN VOLUME CAIRAN PADA Tn. H
DENGAN GAGAL GINJAL KRONIK (GGK) DI BANGSAL MELATI 1 RSUD Dr.
MOEWARDI SURAKARTA
Ria Mei Isnawati1, Metia Ariyanti2, Siti Sarifah3
Latar Belakang: Di negara Afrika, insiden gagal ginjal kronik 3-4 kali lipat
dibandingkan negara maju. Angka kematiannya mencapai 200 kejadian perjuta
penduduk. Kejadian baru 34-200 perjuta populasi Afrika Selatan (Arizal, 2009).Di
Indonesia jumlah penderita gagal ginjal saat ini terbilang tinggi, mencapai 300.000
orang tetapi belum semua pasien dapat tertangani oleh para tenaga medis, baru
sekitar 25.000 orang pasien dapat ditangani, artinya ada 80% pasien tak tersentuh
pengobatan sama sekali (Susalit, 2012). Data rekam medik di RSUD Dr. Moewardi
Surakarta menunjukkan pasien dengan penyakit GGK pada tahun 2014 selama 6
bulan, dimulai bulan Januari sampai Juni diantaranya sekitar 572 orang, laki-laki
323orang, perempuan 249orang. Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan,
penulis tertarik untuk melakukan asuhan keperawatan pada pasien GGK dengan
kelebihan volume cairan.
Tujuan:Melakukan kajian asuhan keperawatan kelebihan volume cairan pada
pasien dengan Gagal Ginjal Kronik (GGK).
Metode: Kajian asuhan keperawatan ini dilakukan dengan cara deskriptif.
Hasil: Tn. H mengatakanperut terasa kembung dan terdapat edema pada kaki
kanan. Hasil pengkajian pada Tn. H di dapatkan tiga (3) diagnosa keperawatan
yaitu kelebihan volume cairan b.d disfungsi ginjal: penurunan haluaran urine, pola
nafas tidak efektif b.d suplai oksigen yang tidak adekuat dan perubahan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh b.d anoreksia, mual,pembatasan diet.
Kesimpulan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam pasien
mengatakan perut kembung berkurang, masih terdapat edema pada kaki kanan,
sesak nafas berkurang dan makan habis 1 porsi, tidak mual dan muntah.
ABSTRACT
A STUDY OF NURSING CAREON FLUID VOLUME EXCESS FOR
Mr. H WITH CHRONIC RENAL FAILURE (CRF) AT MELATI 1 Dr. MOEWARDI
SURAKARTA HOSPITAL
Ria Mei Isnawati1, Metia Ariyanti2, Siti Sarifah3
Background: In African countries, the incidence of chronic renal failure 3-4 fold
compared to developed countries. Mortality rate of 200 events every million
population. The new Genesis 34-200 every million population of South Africa (Arizal,
2009). In Indonesia, the number of patients with kidney failure this time is high,
reaching 300.000 people but not all patients can be handled by the medical
personnel, approximately 25.000 new patients can be treated, meaning that 80% of
patients no treatment at all untouched (Susalit, 2012). Medical records inDr.
Moewardi Surakarta hospital showed patients with CRF in 2014 for 6 months,
starting in January through June of which around 572 people, 323 men, 249 women.
Based on the background described, the authors are interested in performing
nursing
care
in
patients
with
CRF
excess
fluid
volume.
Objective:Carrying out observation of study of nursing care for excess fluid volume
in
patients
withChronicRenal
Failure
(CRF).
Methods:This study of nursing care is conducted with descriptive method.
Results:Mr. H said the stomach was bloated and there is edema in the right leg.
The results of the assessment on Mr. H in get three (3) nursing diagnoses which
excess fluid volume from the renal dysfunction: decreased urine output, Ineffective
breathing pattern from the inadequate supply of oxygen and nutrients changes less
than body requirements from the anorexia, nausea, dietary restrictions.
Conclusion: After nursing actions for 3 x 24 hours the patient said flatulence is
reduced, there are still on the right foot edema, shortness of breath and reduced
feed in one portion, no nausea and vomiting.
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ......................................................................................
ii
iii
iv
vi
viii
ABSTRAK ......................................................................................................
ABSTRACT ....................................................................................................
xi
DAFTAR ISI...................................................................................................
xii
xv
xvi
C. Manfaat ................................................................................................
10
xii
10
11
11
2. Pengertian ......................................................................................
12
3. Etiologi ...........................................................................................
12
13
5. Patofisiologi ...................................................................................
14
16
17
8. Penatalaksanaan .............................................................................
19
20
1. Pengertian......................................................................................
20
21
21
21
23
28
30
31
31
33
3. Evaluasi .........................................................................................
41
D. Pathway ................................................................................................
42
xiii
43
43
43
D. Instrumen .............................................................................................
44
44
46
B. Pembahasan..........................................................................................
57
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ..........................................................................................
69
B. Saran ....................................................................................................
70
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xiv
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 Diagnosa dan Intervensi Keperawatan.............................................
33
52
xv
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1Anatomi Ginjal ..............................................................................
10
42
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1.
Lampiran 2.
Lampiran 3.
Lampiran 4.
Lampiran 5.
Lampiran 6.
Lampiran 7.
Lampiran 8.
Lampiran 9.
Lampiran 10.
Lampiran 11.
Lampiran 12.
xvii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyakit Gagal Ginjal Kronik (GGK) adalah kerusakan ginjal progresif
yang berakibat fatal dan ditandai dengan uremia(Nursalam dan Baticaca, 2009 :
47). GGK merupakan penyakit yang sangat berbahaya karena penyakit ini dapat
berlangsung lama dan mematikan. Penyakit GGK dapat disertai komplikasi,
yaitu anemia, gagal jantung kongestif, hipertensi, osteodistrofi renal,
hiperkalemia, ensefalopati uremik dan pruritus (gatal), ketidakseimbangan cairan
dan elektrolit serta dapat terjadi koma atau kematian jika tanpa pengobatan
(Corwin, 2009 : 730).
Pada pasien GGK dengan kreatinin yang tinggi dipastikan pasien tersebut
akan mengalami edema. Edema dapat terjadi karena cairan ekstra seluler
meningkat, sehingga terjadi kelebihan volume cairan. Manusia membutuhkan
cairan dan elektrolit dalam jumlah dan proporsi yang tepat di berbagai jaringan
tubuh agar dapat mempertahankan kesehatan dan kehidupannya. Air menempati
proporsi yang besar dalam tubuh. Air menyusun 75% berat badan bayi, 70%
berat badan pria dewasa dan 55% tubuh pria usia lanjut. Sedangkankandungan
air dalam tubuh wanita 10% lebih sedikit dibandingkan pria (Wahit, 2007).
Di negara Afrika, insiden gagal ginjal kronik 3-4 kali lipat dibandingkan
negara maju. Angka kematiannya mencapai 200 kejadian perjuta penduduk.
Kejadian baru 34-200 perjuta populasi Afrika Selatan (Arizal, 2009).Di
1
Indonesia jumlah penderita gagal ginjal saat ini terbilang tinggi, mencapai
300.000 orang tetapi belum semua pasien dapat tertangani oleh para tenaga
medis, baru sekitar 25.000 orang pasien dapat ditangani, artinya ada 80% pasien
tak tersentuh pengobatan sama sekali (Susalit, 2012). Kasus gagal ginjal di Jawa
Tengah tahun 2009 dengan tindakan hemodialisa yang berjumlah sekitar 32010
tindakan. Kasus gagal ginjal di Jawa Tengah yang tertinggi adalah Kota
Surakarta 1497 kasus (25,22%) dan yang kedua adalah Kabupaten Sukoharjo
yaitu 742 kasus (12,50%) (Dinkes Jateng, 2008).
Data rekam medik di RSUD Dr. Moewardi Surakarta menunjukkan
pasien dengan penyakit GGK pada tahun 2014 selama 6 bulan, dimulai bulan
Januari sampai Juni diantaranya sekitar 572 orang, laki-laki 323orang,
perempuan 249orang (Rekam Medik RSUD Dr. Moewardi Surakarta, 2014).
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, penulis tertarik untuk
melakukan asuhan keperawatan pada pasien GGK dengan kelebihan volume
cairan.
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Tujuan umum penulisan ini adalah penulis dapat memberikan asuhan
keperawatan pada pasien GGK dengan kelebihan volume cairan.
2. Tujuan Khusus
Secara khusus penulisan ini bertujuan agar mahasiswa dapat:
C. Manfaat
1. Bagi Penulis
Menambah pengetahuan dan wawasan dalam memberikan asuhan
keperawatan yang komprehensif pada pasien GGK dengan kelebihan volume
cairan.
2. Bagi Insitusi Pendidikan
a. Karya tulis ilmiah ini dapat dipakai sebagai salah satu bahan bacaan
kepustakaan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2) Struktur ginjal
Setiap ginjal diselubungi oleh kapsul tipis dari jaringan fibrus dan
membentuk pembungkus yang halus. Dalam ginjal terdapat struktur
ginjal berwarna ungu tua yang terdiri atas korteks di sebelah luar dan
medula di sebelah dalam. Bagian medula tersusun atas 15-16 massa
piramid yang disebut piramid ginjal. Puncaknya mengarah ke hilum
dan berakhir di kalises (kaliks). Kalises menghubungkannya dengan
pelvis ginjal.
3) Nefron
Struktur halus ginjal terdiri atas banyak nefron yang merupakan
satuan fungsional ginjal, jumlahnya sekitar 1.000.000 pada setiap
ginjal. Setiap nefron dimulai sebagai berkas kapiler (badan malphigi
atau glomerulu) yang tertanam dalam ujung atas yang lebar pada
urinefrus. Tubulus berjalan berkelok-kelok dan sebagian lurus.
Bagian pertama berkelok-kelok dan sesudah itu terdapat sebuah
simpa yang disebut simpai henle, kemudian tubulus itu berkelokkelok lagi, yang dikenal dengan kelokan kedua atau tubulus distal,
yang bersambung dengan tubulus penampang yang berjalan melintasi
korteks dan medula, lalu berakhir di salah satu piramidalis.
4) Pembuluh Arteri
Arteri renalis membawa darah murni dari aorta abdominalis ke
ginjal. Cabang arteri memiliki banyak ranting di dalam ginjal dan
menjadi arteriola aferen serta masing-masing membentuk simpul dari
jenis urine tergantung dari jumlah zat yang larut atau terbawa dalam
urine. Berat jenis plasma (tanpa protein) adalah 1.010. Bila ginjal
mengencerkan urine (misalnya sesudah minum air), maka berat
jenisnya kurang dari 1.010. Bila ginjal memekatkan urine, maka berat
jenis (BJ) urine lebih dari 1.010. Daya pemekatan ginjal diukur
menurut berat jenis tertinggi.
Tes fungsi ginjal 1) tes untuk protein. Bila ada kerusakan pada
glomerulus atau tubulus, maka protein bocor masuk ke urine; 2)
mengukur konsentrasi
tidak cukup
transpor halus dan efisien bagi urine dari pelvis renalis ke kandung
kemih.
Kandung
kemih
(vesika
urinaria-VU)
berfungsi
sebagai
penampung urine. Organ ini berbentuk seperti buah pir atau kendi.
Kandung kemih terletak di dalam panggul besar dan di belakang
simpisis pubis. Pada bayi letaknya lebih tinggi. Bagian terbawah
adalah basis sedangkan bagian atas disebut fundus. Puncaknya
mengarah ke depan bawah dan ada di belakang simpisis. Dinding
kandung kemih terdiri atas lapisan serus sebelah luar, lapisan berotot,
lapisan submukosa dan lapisan mukosa dari epitelium transisional.
Tiga saluran bersambung dengan kandung kemih. Dua ureter
bermuara secara oblik di sebelah basis, letak oblik menghindarkan
urine mengalir kembali ke dalam ureter. Uretra keluar dari kandung
kemih sebelah depan. Daerah segitiga antara dua lubang ureter dan
uretra disebut segitiga kandung kemih (trigonum vesika urinarius).
Pada wanita, kandung kemih terletak di antara simpisis pubis, uterus
dan vagina. Setelah dari uterus, kandung kemih dipisahkan oleh
lipatan peritoneu ruang uterovesikal atau ruang Douglas.
Uretra adalah sebuah saluran yang berjalan dari leher kandung
kemih ke lubang luar, dilapisi oleh membran mukosa yang
bersambung dengan membran yang melapisi kandung kemih. Meatus
urinarius terdiri atas serabut otot melingkar, membentuk sfingter
10
11
12
2. Pengertian
Gagal ginjal kronik (GGK) merupakan gangguan fungsi renal yang
progresif dan irreversibel dimana kemampuan tubuh gagal untuk
mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan dan elektrolit
sehingga terjadi uremia (Kusuma dan Nurarif, 2012 : 193).
Gagal ginjal kronik (chronic renal failure, CRF) terjadi apabila kedua
ginjal sudah tidak mampu mempertahankan lingkungan dalam yang cocok
untuk kelangsungan hidup (Baradero, 2008 : 124).
GGK adalah kerusakan ginjal progresif yang berakibat fatal dan
ditandai dengan uremia (urea dan limbah nitrogen lainnya yang beredar
dalam darah serta komplikasinya jika tidak dilakukan dialisis atau
transplantasi ginjal) (Nursalam dan Baticaca, 2009 : 47).
GGK adalah penurunan fungsi ginjal dalam skala kecil (Colvy, 2010 :
40). GGK adalah destruksi struktur ginjal yang progresif dan terus-menerus
(Corwin, 2009 : 729). GGK merupakan keadaan klinis kerusakan ginjal yang
progresif dan ireversibel yang berasal dari berbagai penyebab (Price, 2005 :
917).
3. Etiologi
GGK disebabkan oleh fungsi renal menurun karena produk akhir
metabolisme protein tertimbun dalam darah, sehingga mengakibatkan
terjadinya uremia dan memengaruhi seluruh sistem tubuh (Nursalam dan
Baticaca, 2009 : 47).
13
vaskuler
hipertensif
misalnya
nefrosklerosis
benigna,
14
15
16
Kadar BUN dan kreatinin serum mulai meningkat dari normal; 4) Gejalagejala nokturia atau sering berkemih dimalam hari sampai 700 ml dan
poliuria (akibat dari kegagalan pemekatan) mulai timbul.
c. Stadium III
Dinamakan gagal ginjal stadium akhir atau uremia. 1) Sekitar 90%
dari massa nefron telah hancur atau rusak, atau hanya sekitar 200.000
nefron saja yang masih utuh; 2) Nilai GFR hanya 10% dari keadaan
normal; 3) Kreatinin serum dan BUN akan meningkat dengan
mencolok.Gejala-gejala yang timbul karena ginjal tidak sanggup lagi
mempertahankan homeostasis cairan dan elektrolit dalam tubuh, yaitu
oliguri karena kegagalan glomerulus, sindrom uremik (Suharyanto dan
Madjid, 2009 : 185-186).
6. Komplikasi dan Prognosa Penyakit
Komplikasi GGK menurut Corwin (2009 : 730) antara lain:
a. Pada gagal ginjal progresif, terjadi beban volume, ketidakseimbangan
elektrolit, asidosis metabolik, azotemia dan uremia.
b. Pada gagal ginjal stadium 5 (penyakit stadium akhir), terjadi azotemia dan
uremia berat. Asidosis metabolik memburuk, yang secara mencolok
merangsang kecepatan pernapasan.
c. Hipertensi, anemia, osteodistrofi, hiperkalemia, ensefalopati uremik dan
pruritus (gatal) adalah komplikasi yang sering terjadi.
d. Penurunan pembentukan eritropoietin dapat menyebabkan sindrom
anemia
kardiorenal,
suatu
trias
anemia
yang
lama,
penyakit
17
18
19
20
21
cairan intravaskuler atau plasma darah yang meliputi 20% CES atau 15% dari
total berat badan, dan cairan intersisial yang mencapai 80% CES atau 5% dari
total berat badan (Saryono dan Widianti, 2011 : 97).
2. Komposisi Cairan Tubuh
Kandungan cairan tubuh menurut (Tarwoto dan Wartonah, 2010 : 72)
yaitu :
a. Oksigen yang berasal dari paru-paru,
b. Nutrisi yang berasal dari saluran pencernaan,
c. Produk metabolisme seperti karbon dioksida,
d. Ion-ion yang merupakan bagian dari senyawa atau molekul atau disebut
juga elektrolit.
3. Fungsi Cairan
Fungsi cairan menurut Tarwoto dan Wartonah, 2010 : 72) yaitu :
a. Mempertahankan panas tubuh dan pengaturan temperatur tubuh,
b. Transpor nutrisi ke sel,
c. Transpor hasil sisa metabolisme,
d. Transpor hormon,
e. Pelumas antar organ,
f. Mempertahankan tekanan hidrostatik dalam sistem kardiovaskular.
4. Pergerakan Cairan Tubuh
a. Osmosis
Perpindahan pelarut murni melalui membran semipermiabel
berpindah dari konsentrasi solut rendah ke konsentrasi solut tinggi. Bila
22
23
24
intravaskuler
dan
tekanan
osmotik
koloid interstitial
cenderung
tekanan
osmotik
koloid
plasma
disebabkan
25
26
27
hiperosmolar
dan
muncul
jika
terjadi
28
29
b.
Temperatur
lingkungan
panas
yang
berlebihan
menyebabkan
Diet : pada saat tubuh kekurangan nutrisi, tubuh akan memecah cadangan
energi, proses ini menimbulkan pergerakan cairan dari interstisial ke
intraseluler.
30
d.
e.
31
: 1500 2500 ml
: 750 ml
: 300 ml
a) Urine
b) InsensibleWater Loss:
: 100 200 ml
32
rambut
tipis
dan
kasar
(Wijayaningsih,
2013:180).
Sistem
Diagnosa Keperawatan
Gangguan keseimbangan cairan :
kelebihan volume cairan berhubungan
dengan retensi cairan, disfungsi ginjal
Definisi : Penurunan cairan intravaskuler,
interstisial atau intraselular
Batasan Karakteristik :
a. Peningkatan denyut nadi dan tekanan
darah
b. Retensi
c. Kelemahan
d. Perubahan status mental
e. Konsentrasi urine menurun
f. Temperatur tubuh meningkat
g. Hematokrit meninggi
Faktor-faktor yang berhubungan :
a. Kelebihan volume cairan secara aktif
b. Kegagalan mekanisme pengaturan
Intervensi
NIC :
Fluid management
a. Timbang popok/pembalut jika
diperlukan
b. Pertahankan catatan intake dan output
yang akurat
c. Monitor vital sign
d. Monitor masukan makanan/cairan dan
hitung intake kalori harian
e. Kolaborasikan pemberian cairan IV
f. Berikan cairan IV pada suhu ruangan
g. Batasi masukan oral
h. Dorong keluarga untuk membantu
pasien makan
i. Kolaborasi dokter jika tanda cairan
berlebih muncul memburuk
j. Atur kemungkinan transfusi
k. Persiapan untuk transfusi
Hypervolemia Management
a. Monitor status cairan termasuk intake
dan output cairan
b. Pelihara IV line
33
2.
NOC :
a. Urinary elimination
b. Urinary contiunence
Kriteria Hasil :
a. Kandung kemih kosong
secara penuh
b. Tidak ada residu urine >100200 cc
c. Intake cairan dalam rentang
normal
d. Bebas dari ISK
e. Tidak ada spasme bladder
f. Balance cairan seimbang
3.
NOC :
a. Knowledge : disease process
b. Knowledge : health behavior
Kriteria Hasil :
a. Pasien dan keluarga
menyatakan pemahaman
tentang penyakit, kondisi,
prognosis dan program
pengobatan
b. Pasien dan keluarga mampu
melaksanakan prosedur yang
dijelaskan secara benar
c. Pasien dan keluarga mampu
menjelaskan kembali apa
yang dijelaskan perawat/tim
kesehatan lainnya
NIC :
Teaching : disease process
a. Berikan penilaian tentang tingkat
pengetahuan pasien tentang proses
penyakit yang spesifik
b. Jelaskan patofisiologi dari penyakit
dan bagaimana hal ini berhubungan
dengan anatomi dan fisiologi, dengan
cara yang tepat
c. Gambarkan tanda dan gejala yang
biasa muncul pada penyakit, dengan
cara yang tepat
d. Gambarkan proses penyakit, dengan
cara yang tepat
e. Identifikasi kemungkinan penyebab,
dengan cara yang tepat
f. Sediakan imformasi pada pasien
tentang kondisi, dengan cara yang
tepat
g. Hindari harapan yang kosong
h. Sediakan bagi keluarga atau informasi
tentang kemajuan pasien dengan cara
yang tepat
i. Diskusikan perubahan gaya hidup
yang mungkin diperlukan untuk
mencegah komplikasi di masa yang
35
4.
NOC :
a. Pain level
b. Pain control
c. Comfort level
Kriteria Hasil :
a. Mampu mengontrol nyeri
(tahu penyebab nyeri, mampu
menggunakan tehnik
nonfarmakologi untuk
mengurangi nyeri, mencari
bantuan)
b. Melaporkan bahwa nyeri
berkurang dengan
menggunakan manajemen
Batasan karakteristik :
nyeri
a. Laporkan secara verbal atau non
c. Mampu mengenali nyeri
verbal
(skala, intensitas, frekuensi
b. Fakta dari observasi
dan tanda nyeri)
c. Posisi antalgik untuk menghindari
d. Menyatakan rasa nyaman
nyeri
setelah nyeri berkurang
d. Gerakan melindungi
e. Tanda vital dalam rentang
e. Tingkah laku berhati-hati
normal
f. Muka topeng
g. Gangguan tidur (mata sayu, tampak
capek, sulit atau gerakan kacau,
menyeringai)
h. Terfokus pada diri sendiri
i. Fokus menyempit (penurunan persepsi
waktu, kerusakan proses berpikir,
penurunan interaksi dengan orang dan
lingkungan)
j. Tingkah laku distraksi, contoh : jalanjalan, menemui orang lain dan/atau
aktivitas, aktivitas berulang-ulang)
k. Respon autonom (seperti diaphoresis,
perubahan tekanan darah, perubahan
nafas, nadi dan dilatasi pupil)
l. Perubahan autonomic dalam tonus otot
(mungkin dalam rentang dari lemah ke
kaku)
m. Tingkah laku ekspresif (contoh :
lampau
f. Evaluasi bersama pasien dan tim
kesehatan lain tentang ketidakefektifan
kontrol nyeri masa lampau
g. Kontrol lingkungan yang dapat
mempengaruhi nyeri seperti suhu
ruangan, pencahayaan dan kebisingan
h. Kurangi faktor presipitasi nyeri
i. Pilih dan lakukan penanganan nyeri
(farmakologi, non farmakologi dan
interpersonal)
j. Kaji tipe dan sumber nyeri untuk
menentukan intervensi
k. Ajarkan tentang tehnik non
farmakologi
l. Berikan analgetik untuk mengurangi
nyeri
m. Evaluasi keefektifan kontrol nyeri
n. Tingkatkan istirahat
o. Kolaborasikan dengan dokter jika ada
keluhan dan tindakan nyeri tidak
berhasil
p. Monitor penerimaan pasien tentang
manajemen nyeri
Analgesic Administration
a. Tentukan lokasi, karakteristik, kualitas
dan derajat nyeri sebelum pemberian
37
5.
NOC :
a. Energy conservation
b. Self Care : ADL
Kriteria Hasil :
a. Berpartisipasi dalam aktivitas
fisik tanpa disertai
peningkatan tekanan darah,
nadi dan RR
b. Mampu melakukan aktivitas
obat
b. Cek instruksi dokter tentang jenis
obat, dosis dan frekuensi
c. Cek riwayat alergi
d. Pilih analgesik yang diperlukan atau
kombinasi dari analgesik ketika
pemberian lebih dari satu
e. Tentukan pilihan analgesik tergantung
tipe dan beratnya nyeri
f. Tentukan analgesik pilihan, rute
pemberian dan dosis optimal
g. Pilih rute pemberian secara IV, IM
untuk pengobatan nyeri secara teratur
h. Monitor vital sign sebelum dan
sesudah pemberian analgesik tepat
waktu terutama saat nyeri hebat
i. Evaluasi efektivitas analgesik, tanda
dan gejala (efek samping)
NIC :
Aktivity Therapy
a. Kolaborasikan dengan tenaga
rehabilitasi medik dalam
merencanakan program terapi yang
tepat
b. Bantu kilen untuk mengidentifikasi
aktivitas yang mampu dilakukan
c. Bantu untuk memilih aktivitas
konsisten yang sesuai dengan
38
yang adekuat
e. Monitor pasien akan adanya kelelahan
fisik dan emosi secara berlebihan
f. Monitor respon kardiovaskuler
terhadap aktivitas
g. Monitor pola tidur dan lamanya
tidur/istirahat pasien
40
41
3. Evaluasi
Evaluasi pada pasien GGK menurut Nursalam dan Baticaca (2009 :
54) adalah :
a. Tekanan darah stabil dan tidak ada penambahan BB.
b. Makan makanan rendah protein dan tinggi karbohidrat.
c. Tidak ada kerusakan kulit dan pasien melaporkan gatal berkurang.
d. Ambulasi tanpa jatuh.
e. Bertanya dan membaca materi tentang dialisis.
42
42
D. Pathway
Zat toksik
Vaskular
Reaksi
antigen
antibodi
Arterio
skerosi
s
Suplai
darah ginjal
turun
Tertimbun
ginjal
Kurangnya
informasi
GFR turun
GGK
Sekresi protein terganggu
Retensi Na
Sindrom uremia
Mual
Pruritus
Iritasi lambung
Infeksi
Perdarahan
Gastritis
Anemia
Nyeri akut
akkjklljm,
mmakutak
Nutrisi kurang dari
ut
kebutuhan tubuh
Tekanan
kapiler naik
Gangguan
integritas
kulit
Retensi urine
Kurang
pengetahua
n
Peningkatan
asam
lambung
Obstruksi
saluran kemih
Infeksi
O2 Hb
turun
turun
Suplai O2
turun
Edema
Lemah,
letih
Gangguan
perfusi
jaringan
Intoleransi
aktivitas
Payah
jantung
COP turun
Aliran
darah ginjal
turun
Retensi Na dan H2O naik
Kelebihan
volume cairan
43
BAB III
METODE STUDI KASUS
43
44
cairan tanpa ataupun dengan penyakit penyerta, dan pasien GGK yang sudah
pernah hemodialisis atau baru pertama kali hemodialisis.
D. Instrumen
Penulis menggunakan alat-alat yang digunakan dalam pengumpulan data
yang berasal dari format pengkajian yaitu identitas pasien, keluhan utama,
riwayat kesehatan pasien dan keluarga, pola-pola fungsional (model konsep
fungsional Gordon), pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang, data subyektif
dan data obyektif. Data subyektif adalah data riwayat kesehatan yang diperoleh
dari wawancara dengan pasien. Data obyektif adalah data yang diperoleh dari
pengkajian fisik pasien (Priharjo, 2007).
seseorang
sasaran
penelitian
(responden)
atau
bercakap-cakap
45
seluruh
alat
indra
seperti
penglihatan,
penciuman,
medik,
catatan
(penunjang/laboratorium)
keperawatan
dan
hasil-hasil
pemeriksaan
BAB IV
RESUME KASUS DAN PEMBAHASAN
A. Resume Kasus
1. Pengkajian
Pengkajian dilakukan pada hari Kamis tanggal 12 Juni 2014 pukul
11.45 WIB.
a. Identitas
Identitas pasien: nama Tn. H, umur 55 tahun, jenis kelamin lakilaki, alamat: Keblokan, RT 02 RW VIII Sendangijo, Selogiri, Wonogiri,
pasien tidak bekerja, agama islam, masuk rumah sakit hari Rabu tanggal
11 Juni 2014, pukul 22.00 WIB, nomor rekam medis : 01.22.XX.75,
diagnosa medis: CKD stage V.
Identitas penanggung jawab: nama Ny. T, umur 35 tahun, jenis kelamin
perempuan, alamat: Keblokan, RT 02 RW VIII Sendangijo, Selogiri,
Wonogiri,pekerjaan sebagai karyawan, agama islam, hubungan dengan
pasien: anak.
b. Keluhan utama
Pasien mengatakan sesak nafas sejak 2 hari yang lalu sebelum
masuk RS (9 Juni 2014).
c. Riwayat penyakit sekarang
Pasien mengatakan sesak nafas sejak 3 hari yang lalu.Saat dirumah
pasien mengeluh sesak, sesak bertambah jika pasien beraktifitas atau
berjalan dan dapat berkurang dengan istirahat.Pasien lebih nyaman tidur
46
47
menggunakan 3 bantal, pasien juga sering terbangun malam hari saat tidur
karena merasa sesak.Pasien mengeluh kaki kanannya bengkak, perut
membesar, terasa kembung atau mbeseseg.Pasien merasa mual dan
muntah, apa yang dimakan seakan berisi air. Pasien batuk tidak berdahak,
mengeluh pusing dan lemas bertambah, lemas tidak berkurang dengan
makan dan istirahat.Nafsu makan berkurang karena pasien mengeluh
mual tiap kali makan.Pasien hanya istirahat di rumah, tidak ada
pengobatan untuk mengurangi keluhannya.Karena sesak bertambah, maka
pada tanggal 11 Juni 2014 jam 22.00 WIB pasien dirawat di bangsal
Melati 1 RSUD Dr. Moewardi Surakarta.Pasien sebelum dirawat di
bangsal, berada di IGD. Saat di IGD pasien masih mengeluh sesak nafas,
pusing dan perut kembung, kemudian dilakukan vital sign dan
pemeriksaan laboratorium: kreatinine 9,9 mg/dl, ureum 154 mg/dl, kalium
darah 5,7 mmol/L.
d. Riwayat penyakit dahulu
Pasien mengatakan sebelumnya sudah pernah dirawat di RS dengan
diagnosa CKD.Pasien juga sudah pernah hemodialisa sejak 9 bulan
yang lalu.Hemodialisa rutin setiap hari sabtu.Hipertensi sejak 10 tahun
yang lalu, pasien tidak kontrol rutin.Terakhir dirawat di RS yaitu pada
tanggal 3 Juni 2014 sampai 7 Juni 2014.Pasien dirawat dengan keluhan
sesak nafas di RSUD Dr. Moewardi Surakarta selama 5 hari.Selama 9
bulan pengobatan yang dilakukan pasien di rumah yaitu minum obat yang
diberikan dari kontrol di RS.
48
49
2) Output : Urine
Feses
IWL
= 400 cc
= 1.150 cc
=
6 cc
= 10 cc
= 210 cc
--------------- +
1.776 cc
= 150 cc
= 100 cc
= 630 cc
--------------- +
880 cc
50
51
52
CaCO3 3x1, asam folat 1x2tab, amlodipin 1x10mg dan hemodialisa setiap
hari sabtu.
2. Analisa Data
Tabel 4.1 Analisa Data
No
1.
2.
3.
Data Fokus
DS : pasien mengatakan perut
terasa kembung atau mbeseseg
DO :
-Oedem pada kaki kanan
-BAK 3-4x/hari atau 150
cc/hari
-asites
-TTV; TD:170/100 mmHg
N:84x/menit
R:26x/menit
S: 36,5C
-Ureum 154 mg/dl
-Kreatinine 9,9 mg/dl
-IWL 630 cc/hari
-Kelebihan volume cairan
896cc
-Pitting edema: derajat IV
kedalamannya 7 mm dengan
waktu kembali 7 detik
DS : pasien mengatakan sesak
nafas
DO :
-Terpasang O2 2 liter/menit
-Respirasi 26x/menit
-Pasien terlihat nafas terengahengah
DS : pasien mengatakan tidak
nafsu makan, mual tiap kali
makan
DO :
-BB: 42 kg
-TB: 152 cm
-Makan 4-5 sendok sekali
makan
-Pasien tampak lemah
-Hemoglobin 11,0 g/dl
-Hematokrit 32 %
Etiologi
Problem
Disfungsi ginjal: Kelebihan
penurunan
volume cairan
haluaran urine
Anoreksia,
mual,
pembatasan diet
Perubahan
nutrisi
kurang
dari kebutuhan
tubuh
53
3. Diagnosa Keperawatan
a.
b.
Pola nafas tidak efektif b.d suplai oksigen yang tidak adekuat
c.
4. Intervensi Keperawatan
Pada hari Kamis, 12 Juni 2014 jam 13.00 ditetapkan intervensi dari
diagnosa 1. Tujuan yang ditetapkan setelah dilakukan asuhan keperawatan
3x24jam kelebihan volume cairan dapat dikurangi yang dibuktikan dengan
keseimbangan cairan dan indikator hidrasi yang adekuat. Kriteria hasil yang
diinginkan adalah pasien menunjukkan pengeluaran urine tepat seimbang
dengan pemasukan, hasil laboratorium mendekati normal (kreatinine 0,91,3mg/dl, ureum <50mg/dl), BB stabil, TTV dalam batas normal (TD: 130/90
mmHg, N: 80x/menit, R: 20x/menit, S: 36,5C), tidak ada oedem. Intervensi
yang ditetapkan adalah kaji status cairan (hitung keseimbangan cairan, kaji
turgor kulit dan adanya oedem), observasi TTV, anjurkan pasien untuk
membatasi masukan cairan, berikan penkes kepada pasien dan keluarga
tentang penyakitnya dan kolaborasi dengan dokter dalam pemberian terapi,
misalnya: furosemid.
Pada hari Kamis, 12 Juni 2014 jam 13.15 ditetapkan intervensi dari
diagnosa 2. Tujuan yang ditetapkan setelah dilakukan asuhan keperawatan 3
54
x 24 jam pola nafas efektif. Kriteria hasil yang diinginkan adalah pasien tidak
sesak nafas, respirasi 16-20x/menit, irama teratur. Intervensi yang ditetapkan
adalah kaji kepatenan jalan nafas, ajarkan batuk efektif dan cara nafas dalam,
posisikan pasien semifowler, anjurkan pasien untuk membatasi aktifitas dan
kolaborasi dengan dokter dalam pemberian O2 sesuai dengan kebutuhan.
Pada hari Kamis, 12 Juni 2014 jam 13.30 ditetapkan intervensi dari
diagnosa 3. Tujuan yang ditetapkan setelah dilakukan asuhan keperawatan 3
x 24 jam kebutuhan nutrisi dapat terpenuhi dengan adekuat. Kriteria hasil
yang diinginkan adalah nafsu makan meningkat, mual, muntah hilang, BB
naik, makan habis 1 porsi. Intervensi yang ditetapkan adalah kaji status
nutrisi, perubahan BB, pola makan pasien, observasi KU dan TTV pasien,
anjurkan untuk makan sedikit tapi sering, berikan penjelasan terhadap
pentingnya nutrisi bagi tubuh dan proses penyembuhan dan kolaborasi
dengan dokter untukpemberian terapi gastrofer.
5. Implementasi
Kelebihan volume cairan b.d disfungsi ginjal: penurunan haluaran
urine. Implementasi yang dilakukan pada hari Kamis, 12 Juni 2014 jam 14.00
mengkaji status cairan (menghitung keseimbangan cairan, mengkaji turgor
kulit dan adanya oedem) dengan hasil subyektif: pasien mengatakan perutnya
kembung, badannya lemas, obyektif: IWL = 630 cc/hari, kelebihan volume
cairan 896 cc, BB 42 kg, turgor kulit baik, oedem pada kaki kanan, jam 14.10
mengobservasi TTV dengan hasil subyektif: pasien mengatakan badannya
lemas, obyektif: TD: 170/100 mmHg, N: 84x/menit, R: 26x/menit,
55
56
57
B. Pembahasan
1. Pengkajian
Dari pengkajian telah didapatkan data sebagai berikut: pasien
mengatakan perut terasa kembung atau mbeseseg, sesak nafas, batuk tidak
berdahak, tidak nafsu makan, mual muntah tiap kali makan, berat badan 42
58
kg, TB 152 cm, makan 4-5 sendok sekali makan, terdapat oedem pada kaki
kanan, asites, IWL 630 cc/hari, kelebihan volume cairan 896 cc, pitting
edema: derajat IV kedalamannya 7 mm dengan waktu kembali 7 detik, pasien
terpasang infus Nacl 16 tpm di tangan kanan, O2 2 liter/menit, pasien terlihat
nafas terengah-engah, pasien tampak lemah, kesadaran compos mentis, postur
otot lemah, tidak ada stomatitis, BAK 3-4x/hari atau 150 cc/hari,
TD:170/100 mmHg, N:84x/menit, R:26x/menit, S:36,5C, ureum 154 mg/dl,
kreatinine 9,9 mg/dl, hemoglobin 11,0 g/dl, hematokrit 32 % g/dl. Data-data
tersebut termasuk dalam karakteristik kelebihan volume cairan karena adanya
oedem sesuai teori (Asmadi, 2009 : 54-55) dan data tersebut menunjukkan
bahwa pasien mengalami kerusakan fungsi ginjal yang menyebabkan retensi
cairan dan aliran darah ginjal menurun mengakibatkan retensi air dan natrium
meningkat. Adanya gejala kelebihan volume cairan yaitu: sesak nafas,
peningkatan dan penurunan tekanan darah, nadi kuat, asites, edema, adanya
ronkhi, kulit lembab, distensi vena leherdan irama gallop (Tarwoto dan
Wartonah, 2010 : 78). Kemungkinan data yang ditemukan di atas sebagai
pola nafas tidak efektif sesuai dengan teori (Tarwoto dan Wartonah, 2010 :
41) yaitu: perubahan irama pernapasan dan jumlah pernapasan, dispnea,
penggunaan otot tambahan pernapasan, suara pernapasan tidak normal, batuk
disertai dahak, menurunannya kapasitas vital, dan kecemasan. Hanya saja
pasien batuk tidak berdahak.Data tersebut menunjukkan bahwa pasien
mengalami tidak adekuatnya suplai oksigen yang menyebabkan tidak
efektifnya pola nafas.Pasien juga mengalami gangguan kebutuhan nutrisi
59
60
61
dilihat
melalui
evaporasi
dan
respirasi.
Dewasa
10-15
62
ginjal. Hal ini terjadi bila fungsi ginjal tidak dapat membuang urea keluar
dari tubuh sehingga urea menumpuk dalam darah.
Kreatinin merupakan produk sisa dari perombakan kreatin fosfat
yang terjadi di otot. Kreatinin adalah zat racun dalam darah, terdapat
pada seseorang yang ginjalnya sudah tidak berfungsi dengan normal.
Batas normal kreatinin 0,5-1,5 mg/dl. Data yang ditemukan pada Tn. H
nilai kreatininnya 9,9 mg/dl.
Pembenaran analisa data hasil laboratorium hemoglobin dan
hematokrit dari diagnosa perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
b.d anoreksia, mual, pembatasan diet termasuk dalam diagnosa kelebihan
volume cairan b.d disfungsi ginjal: penurunan haluaran urine. Hasil
laboratorium yang didapat adalah hemoglobin 11,0 g/dl, nilai normalnya
13,5-17,5 g/dl dan hematokrit 32% nilai normalnya 33-45%. Data ini
menunjukkan Tn. H mengalami kekurangan hemoglobin dan hematokrit.
Hemoglobin adalah molekul di dalam eritrosit (sel darah merah) dan
bertugas untuk mengangkut oksigen. Kualitas darah dan warna merah
pada darah ditentukan oleh kadar hemoglobin. Penurunan hemoglobin
terjadi pada penderita: anemia penyakit ginjal.
Hematokrit adalah angka yang menunjukkan persentase zat padat
(kadar sel darah merah, dan lain-lain) dengan jumlah cairan darah.
Semakin tinggi persentase hematokrit berarti konsentrasi darah semakin
kental. Penurunan hematokrit terjadi pada pasien yang mengalami
kehilangan darah akut, misalnya anemia. Kurangnya asupan nutrisi atau
63
intake
makanan
akan
mengakibatkan
malnutrisi
yang
akan
64
65
66
seperti
atau
pada
gelombang
di
seluruh
bagian
belakang
abdomen
kerongkongan,
yang
dapat
67
68
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh teratasi. Hal ini dapat dibuktikan
dengan pasien mengatakan makan habis 1 porsi tidak merasa mual dan
muntah, BB 42 kg, TD: 130/90 mmHg, N: 84x/menit, R: 22x/menit, S:
36,5C, sehingga tindakan keperawatan dihentikan.
Inti dari pembahasan ini pada diagnosa kedua yaitu pola nafas tidak
efektif b.d suplai oksigen yang tidak adekuat tidak dimunculkan dalam
pembahasan, karena data mayor pada diagnosa ini termasuk dalam data
kelebihan volume cairan.
69
BAB V
PENUTUP
Pada bab ini penulis akan membuat kesimpulan dari pengelolaan dan
pembahasan asuhan keperawatan yang telah dibuat pada Tn. H dengan masalah
utama Gagal Ginjal Kronik (GGK) di bangsal Melati 1 RSUD Dr. Moewardi
Surakarta.
A. Kesimpulan
Kesimpulan adalah ringkasan dan materi bahasan yang sebagai hasil
pembahasan. Setelah melakukan asuhan keperawatan pada Tn. H dengan Gagal
Ginjal Kronik (GGK) di bangsal Melati 1 RSUD Dr. Moewardi Surakarta pada
tanggal 12 Juni sampai dengan 15 Juni 2014 penulis membuat beberapa
kesimpulan yaitu:
1.
2.
3.
69
70
5.
B. Saran
Setelah penulis melakukan asuhan keperawatan pada pasien kelebihan
volume cairan pada Gagal Ginjal Kronik (GGK), penulis akan memberikan
usulan dan masukan yang positif khususnya dibidang kesehatan antara lain:
71
1. Bagi Penulis
Penulis dapat mengembangkan pengetahuan dan ketrampilan lebih
dalam lagi untuk melakukan asuhan keperawatan kelebihan volume cairan
pada pasien Gagal Ginjal Kronik (GGK).
2. Bagi Institusi Pendidikan
Institusi
dapat
mengembangkan
pengetahuan
tentang
asuhan
72
DAFTAR PUSTAKA
2009.Angka
Kejadian
dan
Prevalensi.http://digilib.Unimus.ac.a
Id/artikel_keperawatan. Diakses pada tanggal 1 Februari 2014 Jam 13.15
WIB
Armelia, L., 2013. Buku Saku Harrison Nefrologi. Alih Bahasa; Andry Hartono.
Tangerang: Karisma Publishing Group
Asmadi, 2009.Teknik Prosedural Keperawatan : Konsep dan Aplikasi Kebutuhan
Dasar Klien. Jakarta: Salemba Medika
Baradero, M., 2008.Klien Gangguan Ginjal. Jakarta: EGC
Bayhakki, 2012.Klien Gagal Ginjal Kronik. Jakarta: EGC
Brooker, C., 2008.Ensiklopedia Keperawatan.Alih Bahasa; Andry Hartono. Jakarta:
EGC
Carpenito, L.J., 2009. Diagnosis Keperawatan: Aplikasi pada Praktek Klinis, Edisi
9. Jakarta: EGC
Colvy, J., 2010. Gagal Ginjal. Yogyakarta: Dafa Publishing
Corwin, E.J., 2009. Patofisiologi : Buku Saku, Edisi 3. Jakarta: EGC
Dinkes Jateng, 2008. Pengaruh Terapi Murottal Terhadap Kecemasan Pasien Gagal
Ginjal Kronik yang Dilakukan Tindakan Hemodialisa Di RSUD Kraton
Kabupaten Pekalongan. Oleh : Siswantinah, 2011 Universitas
Muhammadiyah
Semarang.
http://jtptunimus-gdl-siswantinah-6072-2bab1.pdf. Diakses pada tanggal 18 Februari 2014 Jam 12.53 WIB
Kusuma, H & Nurarif, A.H., 2012.Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
NANDA NIC-NOC. Yogyakarta: TIM
Notoatmodjo., 2010. MetodologiPenelitianKesehatan. Jakarta: Rineka Cipta
Nursalam dan Baticaca, F.B., 2009.Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan
Gangguan Sistem Perkemihan. Jakarta: Salemba Medika
Nursalam., 2011. Konsep dan Penerapan Metodelogi Ilmu Keperawatan Pedoman
Skripsi, Tesis dan Instrument Penelitian Keperawatan. Jakarta: Salemba
Medika
Potter & Perry, 2006.Buku Ajaran Fundamental Keperawatan, Edisi 4. Jakarta: EGC
Kegiatan
November
1
1
2
3
4
Pengumpulan
judul KTI
Studi
pendahuluan
Bimbingan
proposal
Ujian proposal
KTI
Revisi
proposal studi
kasus dan
pengambilan
ijin studi kasus
Pengambilan
data studi
kasus
Pembimbingan
penyusunan
laporan hasil
studi kasus
Ujian laporan
hasil studi
kasus
Revisi hasil
studi kasus
dan
pengumpulan
KTI
Desember
Januari
Maret
Februari
April
5
Mei
4
Juni
4
Juli
4
Nama Mahasiswa
NIM
A. PENGKAJIAN
Tanggal masuk
Jam masuk
Tanggal pengkajian
Jam pengkajian
Ruang
No. RM
Dx. Medis
1. Identitas pasien
Nama
Umur
Jenis kelamin
Agama
Suku/bangsa
Pendidikan
Pekerjaan
Alamat
Umur
Jenis kelamin
Agama
Suku/bangsa
Pendidikan
Pekerjaan
Alamat
B. KELUHAN UTAMA
C. RIWAYAT KESEHATAN
1. Riwayat Kesehatan Sekarang (RKS)
2. Riwayat Kesehatan Dahulu (RKD)
3. Riwayat Kesehatan Keluarga (RKK)
4. Genogram
Selama sakit
Antropometri measurement
BB
TB
Biochemical data
Hemoglobin
Hematokrit
Postur otot
Abdomen
Rambut
Kulit
Mukosa bibir
Mulut
Mata
Diet history
Pola makan
Kebiasaan makan :
Program diet
Alergi
3. Pola Eliminasi
Sebelum sakit
Selama sakit
Selama sakit
Selama sakit
Self ideal
Self esteem
Role
Identity
Selama sakit
9. Pola Reproduksi/Seksual
10. Pola Pertahanan Diri (Coping-Toleransi Stress)
11. Pola Keyakinan Dan Nilai
E. PEMERIKSAAN FISIK
-
Kesadaran
Keadaan Umum :
Tanda-Tanda Vital : TD :
N
RR :
-
Pemeriksaan Kepala
Pemeriksaan Mata
Pemeriksaan Hidung
Pemeriksaan Telinga
Pemeriksaan Mulut
Pemeriksaan Leher
Pemeriksaan Thorax
Pemeriksaan Dada
I:
P:
P:
A:
Pemeriksaan Jantung
I:
P:
P:
A:
Pemeriksaan Abdomen
I:
A:
P:
P:
Pemeriksaan Genetalia
Pemeriksaan Ekstremitas
Atas
Bawah
Pemeriksaan Integumen/kulit
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Laboratorium
2. Terapi
G. ANALISA DATA
NO
Data Fokus
Kemungkinan Etiologi
Kemungkinan Masalah
DS :
DO :
H. DIAGNOSA KEPERAWATAN
I. INTERVENSI KEPERAWATAN
No. Tgl/jam
Tujuan dan KH
Intervensi
Rasional
Dx
J. IMPLEMENTASI
No. Tgl/jam
Dx
Implementasi
Respon
ttd
K. EVALUASI
No. Dx
Tgl/Jam
Evaluasi
ttd
Oleh :
Pokok Bahasan
Hari/Tanggal
Waktu
Tempat
Sasaran
: Pasien GGK
A.
Tujuan Umum
Setelah dilakukan penyuluhanselama20 menit, pasien mengerti
tentang Gagal Ginjal Kronik (GGK).
B.
Tujuan Khusus
Setelah dilakukan penyuluhan, pasien dapat mengetahui dan memahami
tentang :
1.
Pengertian GGK
2.
Penyebab GGK
3.
4.
Penatalaksanaan GGK
C.
D.
Materi
1.
Pengertian GGK
2.
Penyebab GGK
3.
4.
Penatalaksanaan GGK
Metode
Ceramah dan tanya jawab
E.
Media
Leaflet
F.
Kegiatan Penyuluhan
NO
TAHAP /
WAKTU
Pembukaan :
3 menit
1.
2.
Pelaksanaan :
10 menit
KEGIATAN PENYULUHAN
-
3.
4.
Evaluasi :
5 menit
Terminasi :
2 menit
KEGIATAN SASARAN
Menjawab salam
Memperhatikan
Memperhatikan
Menjawab pertanyaan
Memperhatikan
Memperhatikan
Memperhatikan
Memperhatikan
Memperhatikan
Mendengarkan
Menjawab salam
G.
Evaluasi
Evaluasi dilaksanakan selama proses dan pada akhir kegiatan penkes
dengan memberikan pertanyaan secara lisan sebagai berikut :
1.
2.
3.
Kriteria evaluasi :
Menyiapkan SAP
Menyiapkan materidan media
Kontrak waktu dengan sasaran
Menyiapkan tempat
Menyiapkan pertanyaan
MATERI PENYULUHAN
GAGAL GINJAL KRONIK (GGK)
2.
3.
Hipertensi
4.
Diabetes Mellitus
5.
6.
Keracunan obat-obatan
Sakit kepala
Mudah tersinggung
2. GejalaLanjut:
-
Anoreksia
Sesak nafas
Edema
Gagal jantung
Hipertensi
D. Penatalaksanaan
Gagal ginjal kronik dapat diatasi dengan cara:
1.
2.
3.
4.
Transfusi darah
5.
Cangkok ginjal