Anda di halaman 1dari 5

Research Report

Xanthone ekstrak kulit manggis sebagai antibakteri pada karies dentin


(Xanthone of Mangosteen pericarp extract as an antibacterial on carious
dentine)
Dayanara Wiena L.1, Edhie Arif P.2 and Sri Kunarti3
1
Mahasiswa Pendidikan Dokter Gigi
2
Staf Pengajar Departemen Konservasi Gigi Kedokteran Gigi
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Airlangga
Surabaya-Indonesia

ABSTRACT
Background : The microbial populations involved in dental caries are known to be highly complex and variable.
Dentinal caries can defect the vitality of dental pulp. Dental caries needs a restoration therapy. Imperfection of
cleaning carious dentin when preparation was done can multiply bacteria in the cavity. It is necessary to discover
another antibacterial agent as cavity cleanser in carious dentin preparation deriving from nature. Xanthone contained
in mangosteen pericarp extract is known has an antibacterial potency. Purpose. The aim of this study is to determine
Minimum Inhibitory Concentration (MIC) and Minimum Bactericidal Concentration) of xanthone from mangosteen
pericarp extract on carious dentine. Method. This research is laboratory experimental with post-test only control group
design. Xanthone was extracted by ethanol 96% on maceration technique and diluted into several concentrations in
Brain Hearth Infusion Broth (BHIB). Direct contact method between various concentration and bacteria was used.
Every reaction tube then incubated for 24 hours. After being incubated, each concentration was taken and streaked into
Nutrient Agar medium in petridish. Then, every petridish was incubated for another 24 hours and colonies growth was
counted manually in Colony Forming Unit (CFU). Result. Bacterial colonies growth at concentration 1,56% is less
than 10% when compared with positive control group and there are no bacterial colonies growth at concentration
3,12%. Conclusion. Xanthone of mangosteen pericarp extract has an antibacterial effect against bacteria of carious
dentin bacteria. The MIC of xanthone of mangosteen pericarp extract against bacteria of carious dentine was at
1,56% and MBC was at 3,12% concentration.

Keywords: Antibacteria, Xanthone, Mangosteen pericarp extract, carious dentine bacteria


Korespondensi (correspondence): 1. Dayanara Wiena Lopita, Mahasiswa Pendidikan Dokter Gigi, Fakultas Kedokteran
Gigi Universitas Airlangga. Jl. Prof. Moestopo 48, Surabaya. E-mail: wienadaya_2@yahoo.com.

PENDAHULUAN
Karies gigi dideskripsikan sebagai suatu
hasil dari demineralisasi bahan kimia lokal
dari permukaan gigi yang diakibatkan oleh
aktivitas metabolik yang terjadi pada biofilm
(plak gigi) yang menutupi daerah yang
terkena. Kerusakan yang terjadi dapat
mempengaruhi
enamel,
dentin,
dan
sementum.1 Dalam proses terjadinya karies,
mikroorganisme yang terlibat sangat komplek.
Transisi bakteri dalam perkembangan lesi
karies berupa bakteri fakultatif aerob pada lesi
karies awal menjadi lesi karies berupa bakteri
fakultatif anaerob pada lesi karies yang lebih
dalam. Bakteri yang dapat menyebabkan karies
dentin antara lain Streptococcus spp.,
Lactobacillus spp., Actinomyces spp., dan
bakteri gram positif lainnya.2
Timbulnya karies membutuhkan terapi
restoratif. Tujuan terapi restoratif adalah untuk
mengembalikan keadaan gigi baik dalam
fungsi maupun estetika. 3 Pembersihan karies
email atau dentin yang tidak sempurna saat
preparasi akan menyisakan bakteri yang dapat
berkembang biak dalam kavitas. Bakteri
tersebut mampu menghasilkan toksin yang
dapat berdifusi menuju pulpa sehingga
menyebabkan
iritasi
dan
inflamasi.
Penggunaan bahan cavity cleanser yang
mempunyai sifat antibakteri dapat digunakan
untuk menghilangkan bakteri yang tersisa pada
kavitas. 4
Berdasarkan survey yang dilakukan
pada beberapa mahasiswa klinik Fakultas
Kedokteran Gigi Universitas Airlangga yang
telah menjalani klinik Konservasi, ditemukan
bahwa mahasiswa hanya menggunakan air
atau bahkan tidak menggunakan bahan cavity
cleanser untuk membersihkan sisa-sisa
preparasi dan debris pada kavitas. Sedangkan,
air tidak memiliki sifat antibakteri yang dapat
menghambat maupun membunuh bakteri yang
tersisa pada hasil preparasi kavitas.
Manggis (Garcinia mangostana L.)
merupakan tumbuhan yang berasal dari Asia
Tenggara meliputi Indonesia, Malaysia,
Thailand dan Myanmar. Manggis merupakan
tumbuhan fungsional karena sebagian besar
dari tumbuhan tersebut dapat dimanfaatkan
sebagai
obat.5
Berbagai
penelitian
menunjukkan, senyawa xanthone yang

terdapat didalam kulit buah manggis memiliki


sifat
sebagai
antidiabetes,
antikanker,
antiperadangan, meningkatkan kekebalan
tubuh, antibakteri, antifungi, dan pewarna
alami.6 -mangostin, merupakan derivatif
utama xanthone yang menunjukkan aktivitas
antimikroba terhadap bakteri gram positif
termasuk S. aureus dan Methicillin-resistant
Staphylococcus aureus (MRSA).7
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengetahui daya antibakteri yang dihasilkan
kandungan xanthone ekstrak kulit manggis
(Garcinia
mangostana
L.)
terhadap
pertumbuhan bakteri yang terdapat pada karies
dentin.
BAHAN DAN METODE
Penelitian ini merupakan eksperimental
labotatories dengan menggunakan rancangan
post test only control group design. Sampel
dari penelitian ini yaitu bakteri campur yang
terdapat dalam karies dentin tanpa perforasi
pada pasien yang didiagnosa memiliki pulpitis
reversible dengan karies dentin tanpa perforasi
tanpa membedakan pasien laki-laki atau
perempuan serta usia yang datang ke klinik
konservasi gigi Fakultas Kedokteran Gigi
Universitas Airlangga.
Bakteri campur diambil dengan
mengerok tipis jaringan dentin nekrotik
menggunakan ekskavator steril, kemudian
dimasukkan kedalam tabung berisi BHIB
(Brain Hearth Infusion Broth). Dilakukan
inkubasi selama 1 x 24 jam dengan suhu 37
C. Setelah diinkubasi, bakteri distandarisasi
dengan 0,5 McFarland (1,5 x 108 CFU/ml).
Disediakan sepuluh buah tabung steril,
diberikan nomor 1 hingga 10. Pada tabung
no.1 dimasukkan infusum xanthone ekstrak
kulit manggis dengan konsentrasi 100 %
sebanyak 5 ml. Tabung nomor 2 hingga 10
diisi media BHIB dengan volume masingmasing 5 ml. Pada tabung no.2 dimasukkan 5
ml infusum xanthone ekstrak kulit manggis
100 %. Volume tabung nomer 2 menjadi 10 ml
dan konsentrasi akhir infusum adalah 50 %.
Dilakukan pengenceran konsentrasi xanthone
hingga tabung ke 8, tabung 9 sebagai kontrol
positif yang berisi media BHIB dan bakteri,
dan tabung 10 sebagai kontrol negatif yang
berisi media BHIB saja.
2

Konsentrasi xanthone yang digunakan


sebagai uji adalah 100%, 50%, 25%, 12,5%,
6,25%, 3,125%, 1,562%, 0,781%. Tabung 1
hingga 9 masing masing diberi 0,1 ml bakteri
campur karies dentin. Setelah itu dilakukan
strik pada media Nutrient agar untuk
mendapat dugaan KHM. Hasil strik yang tidak
menunjukkan pertumbuhan dijadikan sebagai
dugaan KHM. 0,1 ml inokulum dari 2 tabung
diatas dugaan KHM, tabung dugaan KHM dan
2 tabung dibawah dugaan KHM kemudian
masing-masing diratakan dengan cara spread
pada media Nutrient agar yang berbeda.
Konsentrasi Hambat Minimal (KHM) dan
Konsentrasi
Bunuh
Minimal
(KBM)
ditentukan dengan cara menghitung jumlah
koloni yang tumbuh pada media Nutrient agar
secara manual yang dinyatakan dengan colony
forming unit (CFU) dan dibandingkan dengan
kontrol positif dan kontrol negatifnya.
Penghitungan tersebut diulang enam kali.
Setelah dihitung jumlah koloni bakteri
yang tumbuh pada media Nutrient agar,
dilakukan pengolahan dan analisa data
menggunakan SPSS dengan uji homogenitas
menggunakan tes Levenne, uji parametrik
menggunakan One Way Anova dan tes PostHoc Multiple Comparison (Tukey HSD) untuk
melihat signifikansi perbedaan jumlah koloni
bakteri antar kelompok penelitian.
HASIL
Pada penelitian ini dilakukan penelitian
menggunakan konsentrasi xanthone ekstrak
kulit manggis 100%, 50%, 25%, 12,5%,
6,25%, 3,12%, 1,56%, 0,78% serta kontrol
positif dan kontrol negatif. Pada penelitian ini
hasil uji strik pada media natrium agar
(gambar
1.)
menunjukkan
adanya
pertumbuhan bakteri pada konsentrasi uji
1,56% dan 0,78%, sedangkan pada konsentrasi
3,12% dan 6,25% tidak menunjukkan adanya
pertumbuhan bakteri. Oleh karena itu,
konsentrasi 1,56% dijadikan pedoman dalam
melakukan
penanaman
bakteri
untuk
keperluan hitung koloni dengan mengambil
sampel 1 konsentrasi dibawah 1,56% yaitu
konsentrasi 0,78% serta konsentrasi diatas
1,56% yaitu konsentrasi 3,12%.

Gambar 1. a. Hasil strik pada media Natrium agar


b. hasil spread pada media natrium agar dari
kelompok kontrol (+).

Dari hasil penelitian mengenai daya


antibakteri xanthone ekstrak kulit manggis
terhadap bakteri karies dentin didapatkan data
seperti pada tabel di bawah ini :
Tabel 1. Rerata jumlah koloni bakteri campur
pada berbagai konsentrasi uji
Konsentrasi N
X
X
Standar
Xanthone
jumlah jumlah
deviasi
(%)
koloni
koloni
(CFU/
(%)
ml)
100
6
0
0
0
50
6
0
0
0
25
6
0
0
0
12,5
6
0
0
0
6,25
6
0
0
0
3,12
6
0
0
0
1,56
6
10,6
8,86
2,16
0,78
6
26,5
22,1
3,50
Kontrol +
6
105,5
100
6,09
Kontrol 6
0
0
0

Hasil hitung koloni pada media Nutrient


agar pada penelitian utama (tabel 1)
menunjukkan pada bahwa pada konsentrasi
1,56% didapatkan pertumbuhan bakteri 8,86%
dan
pada
konsentrasi
3,12%
tidak
menunjukkan adanya pertumbuhan bakteri uji.
Hal ini menunjukkan bahwa konsentrasi
1,56% merupakan KHM dan konsentrasi
3,12% merupakan KBM xanthone ekstrak
kulit Manggis terhadap bakteri campur karies
dentin.

Gambar 2. Grafik rerata jumlah koloni bakteri


pada berbagai konsentrasi uji

Pada
penelitian
ini
dilakukan
pengecatan gram untuk mengkonfirmasi jenis
bakteri yang tumbuh pada media tanam.
Pengecatan dilakukan menggunakan sampel
bakteri yang diambil dari kelompok kontrol
positif. Hasil pengecatan gram menunjukkan
bahwa mayoritas bakteri pada sampel
merupakan bakteri gram positif berbentuk
basil dan bakteri streptokokus.

Gambar 3. Hasil pengecatan Gram sampel bakteri

Untuk melihat adanya signifikansi


perbedaan
antar
kelompok
perlakuan,
dilakukan uji perbandingan mean dengan OneWay Anova sebab data yang ada homogen.
Diperoleh p = 0,000 (p<0,005) (Tabel 2.) yang
menunjukkan bahwa ada perbedaan yang
signifikan antar kelompok konsentrasi dan
menunjukkan adanya perbedaan efektivitas.
Tabel 2. Nilai p Hasil Uji One-Way ANOVA
Konsentrasi (%)
0,78
1,56
3,12
6,25
12,5
25
50
100

Sig.

0,00

yang bermakna, maka dilakukan Post-Hoc


Multiple Comparison Test. Metode Post-Hoc
yang dipakai adalah Tukey HSD. Suatu nilai
dianggap ada perbedaan secara bermakna jika
nilai signifikansinya kurang dari 0,05. Hasil
uji analisis Post-Hoc Multiple Comparison
antara konsentrasi 0,78%, 1,56%, 3,125%,
6,25%, 12,5%, 25%, 50%, dan 100% dengan
kelompok kontrol adalah sebagai berikut
sebagai berikut:
Tabel 3. Nilai p Hasil Uji Post-Hoc Multiple
Comparison
Konsentrasi
Kontrol (+)
1,56%
0,78%

Kontrol
(+)
0,00
0,00

1,56
%
0,00

0,78%
0,00
0,00

0,00

Hasil ini menunjukkan bahwa tiap


konsentrasi
memiliki
perbedaan
yang
bermakna. Hasil ini menunjukkan bahwa ada
perbedaan efektivitas antara masing-masing
kelompok konsentrasi.
PEMBAHASAN
Penelitian ini dilakukan untuk
mengetahui kemampuan antibakteri xanthone
ekstrak kulit manggis pada konsentrasi tertentu
terhadap bakteri karies dentin, karena belum
pernah dilakukan penelitian yang sama
sebelumnya. Ekstrak kulit manggis dilakukan
isolasi sehingga dipisahkan senyawa xanthone
nya. Dimana xanthone telah terbukti memiliki
sifat antibakteri. Pada penelitian ini, digunakan
xanthone ekstrak kulit manggis dengan
berbagai konsentrasi, yaitu 100%, 50%, 25%,
12,5%, 6,25%, 3,125%, 1,56%, dan 0,78%
dengan tujuan untuk melihat kemampuan
antibakteri terhadap bakteri campur karies
dentin.
Didapatkan
hasil
bahwa
pada
konsentrasi 0,78% didapatkan rata-rata
pertumbuhan jumlah koloni bakteri sebesar
26,5 CFU/ml. Sedangkan, pada konsentrasi
1,56% rata-rata pertumbuhan koloni bakteri
sebesar 10,6 CFU/ml, sehingga terjadi
penurunan jumlah bakteri dari konsentrasi
0,78% terhadap konsnetrasi 1,56%. Pada
konsentrasi 3,12% tidak ditemukan adanya
pertumbuhan bakteri.

Untuk mengetahui kelompok data


mana yang memiliki perbedaan jumlah koloni
4

Penelitian ini juga dibuktikan dengan


uji
analisis
Oneway
ANOVA
yang
menunjukkan
adanya
perbedaan
yang
signifikan (p<0,05) serta uji Post-Hoc
Multiple Comparison yang menunjukkan
adanya perbedaan signifikan antar kelompok
yang diuji, yang menunjukkan adanya
perebedaan efektivitas antar kelompok
konsentrasi, sehingga dapat dilihat bahwa
xanthone ekstrak kulit manggis memiliki daya
antibakteri terhadap bakteri karies dentin.
Hasil penelitian yang menunjukkan adanya
perbedaan yang signifikan tersebut sesuai
dengan teori yang ada. xanthone ekstrak kulit
manggis terbukti memiliki sifat antibakteri.
Mekanisme xanthone ekstrak kulit
manggis dalam menghambat dan membunuh
bakteri karies dentin adalah sebagai berikut :
xanthone yang merupakan kandungan aktif
dari kulit manggis memiliki kemampuan
sebagai antibakteri. Mekanisme aktivitas
antimikroba xanthone karena reaksi dari gugus
karbonil pada xanthone dengan residu asam
amino pada protein membran, enzim
ekstraseluler, maupun protein dinding sel,
yang menyebabkan protein kehilangan
fungsinya sehingga membran sitoplasmik
bakteri rusak dan terjadi kebocoran muatan
intraselular bakteri, sehingga pada akhirnya
bakteri menjadi lisis dan mati.8,9
Dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa konsentrasi xanthone ekstrak kulit
manggis sebesar 1,56% merupakan KHM
terhadap bakteri karies dentin dan konsentrasi
xanthone ekstrak kulit manggis sebesar 3,12%
merupakan KBM terhadap bakteri karies
dentin.
Potensi antibakteri yang dimiliki
xanthone ekstrak kulit manggis memberikan
alternatif peluang baru dalam pembersihan
kavitas setelah preparasi untuk mengurangi
jumlah bakteri yang ada di kavitas, penelitian
lebih lanjut dibutuhkan untuk mengetahui
kemungkinan penggunaan xanthone ekstrak
kulit manggis di bidang konservasi gigi
sebagai bahan cavity cleanser.

Blackwell Munkgaard; Dental Caries 2008.


p.4,178-224.
2.Love R.M Invasion of dentinal tubules by
root canal bacteria. Endodontics Topics
2004; vol. 9 : p. 52-65.
3.Murray P.E, Windsor L.J., Smyth T.W,
Hafez A.A, Cox C.F. Analysis of pulpal
reactions to restorative procedures,
materials, pulp capping, and future therapies.
CROBM; 2002. vol.13 : p.509.
4.Hiraishi N, Yiu C.K.Y, King N.M, Tay F.R.
Effect of 2% chlorhexidine on dentin
microtensile bond strengths and nanoleakage
of luting cements. J Dent ; 2009. Vol.37 :
p.440-448.
5.Pasaribu F, P. Sitorus S. Bahri. Uji ekstrak
etanol kulit buah manggis (Garicinia
mangostana L.) terhadap penurunan kadar
glukosa darah. Journal of Pharmaceutics dan
Pharmacologi; 2012. Vol. 1: p. 1-8
6.Mardiana L. Ramuan dan khasiat kulit
manggis. Jakarta: Penebar Swadaya; 2011.
h.6.
7.Sakagami Y, Iinuma M, Piyasena K.G.N.P,
Dharmaratne H.R.W. Antibacterial activity
of -mangostin against vancomycin resistant
enterococci (VRE) and synergism with
antibiotics. Phytomedicine ; 2005.Vol. 12 :
p. 203208.
8.Putra I.N.K. Aktivitas antibakteri ekstrak
kulit buah manggis (Garcinia mangostana
L.) serta kandungan senyawa aktifnya. J.
Teknol dan Industri Pangan ; 2010. Vol. XXI
No. 1 : p: 1-3.
9.Koh J, Shengxiang Q, Hanxun Z, Rajamani
L, Jianguo L , Xiaojun Z, Charles T,
Padmanabhan S, Chandra V, Donald T.H, Ai
Ling T, Shouping L, Roger W.B. Rapid
bactericidal action of alpha mangostin
against MRSA as an outcome of membrane
targeting. Biochimica et Biophysica
Acta;2012. Vol.1828: p.834844.

DAFTAR PUSTAKA
1. Fejerskov O, Kidd E. The disease and its
clinical management. 2nd ed. Oxford, UK :
5

Anda mungkin juga menyukai