PERCOBAAN 4
PENETAPAN KADAR OBAT
DAN JUMLAH METABOLITNYA DALAM URIN
DISUSUN OLEH :
Ayu Mayangsari
(G1F009022)
Rendi Nurhidayat
(G1F009023)
Andardian WIdiniyah
(G1F009024)
Kurnia Aulia K.
(G1F009025)
2012
PERCOBAAN 4
PENETAPAN KADAR OBAT
DAN JUMLAH METABOLITNYA DALAM URIN
A. Tujuan
Melakukan penetapan kadar obat dalam urin dan menentukan jumlah
metabolitnya dalam urin.
B. Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah beaker glass, labu ukur, pipet
ukur, pipet tetes, gelas ukur, tabung reaksi, tabung sentrifuse, rak tabung reaksi,
jarum sonde, alat penampung urin tikus, plat KLT silika GF, Detektor UV 366
nm, spektrofotometer UV-Vis.
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah urin tikus, parasetamol tablet,
aquades, asam klorida 6 N, Natrium Nitrit 10%, Asam sulfanilat, dan NaOH 10%.
Fase gerak 1 = etil asetat-methanol-air-asam asetat (60:30:9:1), Fase gerak 2 = nbutanol-asam asetat-air (4:1:1).
C. Prosedur Percobaan
a. Pembuatan Kurva Baku
Larutan baku
paracetamol
dibuat seri konsentrasi
(0,05;0,1;0,15;0,2;0,25)mg/ml
sampel urin
diambil sebanyak 0,2 ml
dimasukkan dalam tabung reaksi
di add sampai 10 ml
disentrifuse selama 10 menit dgn kec. 2000
dipindahkan beningannya ke dalam tabung
reaksi lain
ditambah HCl 6 N 0,5 ml dan NaNO3 10%
sebanyak 1 ml
divortex selama 5 menit
ditambah 1 ml asam sulfanilat
ditambah 2,5 ml NaOH 10%
didiamkan selama 3 menit
HASIL
D. Data Pengamatan
a. Pembuatan Kurva Baku
Panjang gelombang maksimum yang didapat = 424 nm
Larutan Baku
Konsentrasi
Absorbansi
0,05
0,333
0,075
0,394
0,1
0,493
0,125
0,667
absorbansi
0.8
0.6
0.4
absorbansi
0.2
0
0,05
0,075
0,1
absorbansi
A1
0,500
A2
0,209
A3
0,462
A4
0,425
0,125
E. Perhitungan
a. Pembuatan larutan stok
Berat tablet 500 mg di add 50 ml
Konsentrasinya = 500 mg/50 ml
= 10 mg/ml
b. Dosis yang diberikan
150 mg/kg BB
BB tikus = 130 gram
c. Volume pemberian
= 2 ml
d. Larutan stok 10 mg/ml
g. Fase gerak 2
Rata-rata Rf = 0,762
F. Pembahasan
Monografi Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah :
a. Paracetamol
Nama resmi
: Acetaminophenum
Nama lain
: Paaracetamol
RM / BM
: C8H9NO2 / 151,56
Pemerian
pahit.
Kelarutan
: Analgetikum antipiretikum.
Kegunaan
: Sebagai sampel.
Persyaratan kadar
Penyimpanan
(Anonim,1995)
b. Asam klorida
HCl ; BM 36,46;
Cairan tidak berwarna sampai dengan kuning pucat
murni pereaksi, mengandung 36% b/b HCl
c. Natrium Nitrit
Larutan natrium nitrit P10 % b/v yang dibuat segar (Anonim, 1995).
d. Asam sulfanilat
Sinonim
Asam 4-Aminobenzensulfonat; Asam p-Anilinsulfonat
Formula : (H2N)C6H4SO3H
Berat Molekul : 173,19
Toksisitas : LD50 pemberian secara oral pada tikus: 12300 mg/kg
Bentuk Fisik : Serbuk halus abu-abu
Titik Leleh : 288 C
Kelarutan dalam Air : 1 g / 100 ml
Aplikasi
Asam sulfanilat adalah serbuk halus atau kristal abu-abu; agak larut dalam
air, alkohol dan eter, larut dalam air panas dan HCl pekat, hangus pada suhu
288 - 300 C. Asam sulfanilat adalah hasil sulfonasi dari anilin. Anilin adalah
bahan baku dalam industri penghasil bahan pewarna celup. Asam sulfonat
dan garam-garamnya yang terkandung dalam bahan pewarna celup organik
memberikan fungsi yang berguna pada kelarutan dalam air dan atau
meningkatkan kecepatan pencucian bahan pewarna yang disebabkan karena
kemampuan keduanya mengikat lebih rapat dengan kain. Asam sulfanilat
dipakai sebagai perantara untuk pewarna (bahan pewarna celup, pewarna
makanan, bahan pencemerlang), obat dan sintesis organik lainnya. Asam
sulfanilat adalah komponen dari reagen Griess untuk menentukan HNO2.
Asam sulfanilat diubah menjadi sulfanilamid yang merupakan satu dari
bahan-bahan dasar untuk memproduksi obat-obat sulfa antibakteri. Asam
Rumus molekul
: NaOH
Berat molekul
: 40,0 g/mol.
NaOH mengandung
alkali jumlah, dihitung sebagai NaOH, mengandung Na2CO3 tidak lebih dari
3,0%.). NaOH dapat merusak jaringan dengan cepat.
Pemerian
pellet, serpihan atau batang atau bentuk lain, keras, rapuh dan menunjukkan
pecahan hablur. Bila dibiarkan di udara akan cepat menyerap karbon dioksida
dan lembap. NaOH mudah larut dalam air dan dalam etanol.
Kelarutan
f. Aquades
Rumus molekul
:H2O
Berat molekul
: 18,02 g/mol
Air murni adalah air yang dimurnikan yang diperoleh dengan destilasi,
perlakuan menggunakan penukar ion, osmosis balik atau proses lain yang
sesuai. Dibuat dari air yang memenuhi persyaratan air minum dan tidak
mengandung zat tambahan lain. Densitas 0,998 g/cm dalam fase cairan dan
0,92 g/cm dalam fase padatan. Titik leburnya 0 C (273,15 K) (32 F) dan
titik didihnya 100 C (373.15 K) (212 F).
Pemeriaan
( Anonim, 1995).
g. Etil asetat
asetat
adalah
senyawa
organik
dengan
rumus
n-Butanol C4H9OH
j. Urin
Urin atau air kencing merupakan salah satu sisa metabolisme tubuh yang
dapat memberikan gambaran keadaan kesehatan tubuh kita. Mungkin tanpa
sadar kita sering memperhatikan bahwa urin yang kita keluarkan terkadang
jernih tetapi dilain waktu keruh atau bahkan berwarna gelap. Sebenarnya
perubahan yang terjadi menunjukkan keadaan sistem metabolisme didalam
tubuh kita. Pemeriksaan urin bisa memberikan gambaran tentang fungsi
ginjal, saluran kemih baik bagian atas maupun bagian bawah, fungsi hati,
infeksi pada saluran kemih dan lain-lain. Pemeriksaan urin lebih banyak
dilakukan sebagai pemeriksaan skrining suatu penyakit karena biaya
pemeriksaannya relatif lebih murah daripada pemeriksaan darah atau cairan
tubuh lainnya (Anonim, 2012).
Prinsip kerja Spektrofotometer UV-Vis dan KLT yang digunakan dalam analisis
adalah :
Prinsip Spektrofotometri UV/Vis
Spektrofotometer adalah alat untuk mengukur transmitan atau absorban suatu
sampel sebagai fungsi panjang gelombang. Sedangkan pengukuran menggunakan
spektrofotometer
ini,
metoda
yang
digunakan
sering
disebut
dengan
A=
log ( Io / It )
= abc
cahaya
yang
ditransmisikan
atau
yang
diabsorbsi.
Jadi,
interaksi
dengan molekul
senyawa
yang
dianalisisf.
Kisi, fungsinya sama seperti prisma, namun karena bentuk kisi adalah
konkaf, maka dapat memberikan resolusi radiasi yang lebih baik.
Spektrofotometer UV Vis modern menggunakan prisma dan kisi
sekaligus
dari sumber cahaya. Dengan adanya blanko dalam alat kita tidak lagi
mengontrol titik nolnya pada waktu-waktu tertentu, hal ini berbeda jika pada
single beam.
merupakan
metode
yang
digunakan
secara
luas
yang
kimia
dalam
campuran
yangkompleks.
Metode
kromatografi
berupa
silika
memiliki
permukaan
yang
bersifat
polar,
agar bisa menghasilkan urine. Kemudian untuk keesokan harinya, urine tikus
yang dihasilkan ditampung guna dilakukannya analisis lebih lanjut. Urine tikus
tersebut dikumpulkan dalam tabung reaksi dan
untuk
memisahkan campuran heterogen dengan berat jenis berdekatan yang sulit untuk
dipisahkan.
a. Pembuatan kurva baku
Kurva baku dibuat dengan mengambil larutan stok dengan konsentrasi
10mg/ml sebanyak 0,625 ml dan di add dengan 25 ml aquades. Kemudian
dibuat dalam berbagai konsentrasi, yaitu : 0,05;0,075;0,1;0,125. Dan diukur
absorbansinya pada spektrofotometer. Hasilnya adalah :
Konsentrasi
Absorbansi
0,05
0,333
0,075
0,394
0,1
0,493
0,125
0,667
NaNO2
(Lehninger, 1998)
b= 4,44
r = 0,975
jadi, persamaan regresinya adalah Y = 0,0825 + 4,44 x
Didapatkan nilai Absorbansi sampel (A4) = 0,425
0,425 = 0,0864+4,404x
4,404x=0,425-0,0864
4,404x=0,3386
x=0,0769 . 5 . 2
x=0,769 mg/ml
Jadi, kadar parasetamol yang ada pada sampel urin adalah 0,769 mg/ml.
c. Penetapan jumlah metabolit dalam sampel urin
Tahapan tahapan dalam
bahwa penotolan sampel secara otomatis lebih dipilih dari pada penotolan secara
manual terutama jika sampel yang akan ditotolkan lebih dari 15 l. Penotolan
sampel yang tidak tepat akan menyebabkan bercak yang menyebar dan puncak
ganda. (Mulya,1995).
3.
mencoba-coba karena waktu yang diperlukan hanya sebentar. Sistem yang paling
sederhana ialah campuran 2 pelarut organik karena daya elusi campuran kedua
pelarut ini dapat mudah diatur sedemikian rupa sehingga pemisahan dapat terjadi
secara optimal. Berikut adalah beberapa petunjuk dalam memilih dan
mengoptimasi fase gerak :
Fase gerak harus mempunyai kemurnian yang sangat tinggi karena KLT
merupakan teknik yang sensitif.
Daya elusi fase gerak harus diatur sedemikian rupa sehingga harga Rf
terletak antara 0,2-0,8 untuk memaksimalkan pemisahan.
Eluen pertama pada chamber yang berisi (etil asetat : metanol : air : asam
asetat = 60 : 30 : 9 : 1) dibuat dan ditunggu hingga jenuh. Kemudian, lempeng
KLT dimasukkan ke dalam ruang (chamber) dijenuhi dengan uap eluen dengan
arah elusi naik. Chamber ditutup dengan rapat dan eluen dibiarkan naik sampai
garis front. Jika eluen telah sampai pada garis front, maka lempeng KLT diangkat
dengan hati-hati dan dilakukan pengeringan menggunakan kipas angin. Setelah
kering dan proses elusi selesai, maka lempeng KLT dimasukkan kedalam kotak
flouresens dan bercak yang nampak diamati pada sinar UV 366 nm. Jarak masingmasing bercak komponen sampel dan bercak standar diukur. Harga Rf dihitung
dan hasil data yang didapatkan dievaluasi (Gandjar dan Rohman, 2007).
4.
KLT dipotong sedemikian rupa sehingga pada lempeng KLT hanya terdapat
bercak sampel urin,lalu lempeng diputar 900. Bercak sampel urin yang didapat
dielusi. Elusi dilakukan dengan dimasukkan bercak tersebut ke dalam chamber
yang beisi eluen ke-2 (n-butanol : asam asetat : air = 4 : 1 : 1) yang sudah jenuh.
Chamber ditutup dengan rapat dan eluen dibiarkan naik sampai garis front. Jika
eluen telah mencapai garis front, lempeng KLT diangkat dengan hati-hati dan
dilakukan pengeringan dengan menggunakan kipas angin.Setelah kering dan
proses elusi usai, lempeng KLT dimasukkan kedalam kotak flouresens .
Selanjutnya dilakukan pengamatan bercak tampak pada sinar UV 366 nm.. Jarak
masing-masing bercak komponen sampel dan bercak standar diukur. Pada
identifikasi noda atau penampakan noda, jika noda sudah bewarna dapat langsung
diperiksa dan ditentukan harga Rf. Rf merupakan nilai dari Jarak relative pada
pelarut. Harga Rf dihitung sebagai jarak yang ditempuh oleh komponen dibagi
dengan jarak tempuh oleh eluen ( fase gerak ) Harga Rf dihitung dan
dibandingkan dengan pustaka.Jumlah metabolit dapat diketahui dari analisis
metode KLT dengan standar paracetamol dan sampel urin.
Semakin besar nilai Rf dari sampel maka semakin besar pula jarak
bergeraknya
senyawa
tersebut
pada
plat
kromatografi
lapis
tipis.Saat
Fase gerak 1
Fase gerak 2
Rata-rata Rf = 0,762
Dari hasil tersebut bisa disimpulkan bahwa sampel urin mengandung parasetamol.
Sedangkan sampel urin sendiri memiliki 3 metabolit. Metabolit ini bisa berupa
protein ataupun zat pengganggu lainnya yang tidak terpisah pada sampel ini. Hal
ini dikarenakan bahan TCA yang tidak digunakan pada praktikum ini.
G. Kesimpulan
-
H. Daftar Pustaka
Anonim, 1979. Farmakope Indonesia Ed. III. Jakarta : Departemen Kesehatan
Republik Indonesia.
Anonim. 1995. Farmakope Indonesia edisi IV. Jakarta : Depkes RI
Anonim.2012. Sekilas Tentang Pemeriksaan Lab Urin.
http://ndiel2.wordpress.com/2012/03/01/sekilas-tentang-pemeriksaan-laburin/. Diakses tanggal 9 April 2012
Gandjar, I. G., Rohman A., 2007, Kimia Farmasi Analisis, Pustaka Pelajar :
Yogyakarta
Harjadi, W. 1986. Ilmu Kimia Analitik Dasar . Gramedia : Jakarta
Kealey, D and Haines, P.J., 2002, Instant Notes: Analytical Chemistry, BIOS
Scientific Publishers Limited, New York
Khopkar, S. M. 1990. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta : UI Press
Lehninger.A.L, 1995. Dasar-Dasar Biokimia. Erlangga, Jakarta
Mulya, M., dan Suherman, 1995, Analisis Instrumen, Airlangga University Press,
Surabaya.
Mursyidi & Rohman, A. 2006. Anilisis Obat dan Makanan. Pustaka Pelajar: Yogyakarta.
Rudi, L. 2010. Penuntun Dasar-Dasar Pemisahan Analitik. Kendari: Universitas
Haluoleo.
Satrya, Yogi. 2011. Asam Sulfanilat.
http://yogisatrya.blogspot.com/2011/11/asam-sulfanilat.html. diakses tanggal
9 April 2012
Skoog, DA, West, DM, Holler, FJ, Crouch, SR. 1996. Fundamentals of Analytical
Chemistry 7th edition. New York: Saunders College Publishing
Underwood, A. L & R. A. Day, JR. 2001. Analisis Kimia Kuantitatif. Jakarta :
Erlangga