Departemen Pulmonologi dan Ilmu Kedokteran Respirasi, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia - RS Persahabatan, Jakarta
PENDAHULUAN
Organ paru dengan 300 juta alveoli yang
luas permukaannya sekitar 80 100 m2
merupakan organ yang paling luas bidang
pajanannya dengan dunia luar.2 Sebagai
satu-satunya organ dalam tubuh yang berhubungan dengan dunia luar,3 faktor lingkungan berpengaruh besar terhadap penyakit-penyakit pernapasan. Polusi udara
merupakan bahan kajian penting karena
manusia tidak dapat menghindar dari bahan hirup yang ada di lingkungan seperti
partikel debu, gas, atau uap. Pengetahuan
tentang hal-hal yang berhubungan dengan
polusi udara termasuk penilaian tingkat
polusi perlu dikuasai dengan baik agar
dapat melakukan pembahasan mendalam
tentang dampak polusi udara terhadap kesehatan paru.1
Polusi udara terdiri atas polusi udara dalam
ruangan (PUDR), polusi udara luar ruangan (PULR) dan polusi udara akibat dari
lingkungan kerja. PUDR jauh lebih berbahaya dibandingkan dengan PULR; WHO
menyatakan bahwa PUDR 1000 kali lebih
dapat mencapai paru dibandingkan dengan PULR.4 Diperkirakan setiap tahun ada
sekitar 3 juta kematian akibat polusi udara,
2,8 juta di antaranya akibat PUDR dan 0,2
juta lainnya akibat PULR.4
Penelitian di Amerika dan Eropa menunjukkan sebagian besar waktu seseorang dihabiskan di dalam ruangan; untuk anak-anak,
penderita penyakit dan masyarakat urban
lebih lama dari 90% waktu mereka.5 Polusi
udara dalam ruangan bukan saja terjadi di
pabrik-pabrik dan di rumah tangga perkotaan tetapi justru banyak terjadi di desa-desa yang masih mengandalkan pembakaran
kayu, arang, sekam, dan minyak untuk memasak. Di negara-negara berkembang, lebih dari 1 miliar penduduk masih menggu-
Asap tembakau
Karbon monoksida
Nitrogen dioksida
Karbon dioksida
Hidrogen sianida
Nitrosamin
Hidrokarbon aromatik
Benzo[a]piren
Partikel
Benzena
Formaldehid
Nikotin
Formaldehid
Agen biologik
Spora jamur
Bakteri
Virus
Radon
Volatile organic compounds
Alkana
Hidrokarbon aromatik
Ester
Alkohol
Aldehid
Keton
Sumber
Gas, batubara
Kompor kayu dan batubara
Gas, batubara, dan propane
Pemanas ruangan
Bahan bakar lilin
Rokok
Cerutu
Jamur
Alat pelembab
Tanaman
Dari tanah, batu dan air yang berdifusi melalui
retakan dan lubang pada fondasi atau lantai sumur
Tripleks (plitur)
Bahan untuk papan
Karpet
Cat
ROKOK
Rokok mengandung tidak kurang dari
4.000 bahan organik, baik berupa gas maupun partikel yang telah diidentifikasi dari
daun tembakau maupun asap rokok. Bahanbahan tersebut umumnya bersifat toksik,
karsinogenik dan beberapa bahan bersifat
radioaktif dan adiktif.5,14
Pajanan asap rokok merupakan hal yang
paling dikenal dan paling banyak diteliti
sebagai sumber polusi. Orang yang merokok akan mengeluarkan asap rokok yang
bukan saja terisap oleh perokok sendiri tapi
juga oleh orang tidak merokok di dekatnya.
Orang yang bukan perokok yang berada di
lingkungan yang tercemar asap rokok disebut perokok pasif.5
Asap rokok yang berada di sekitar perokok
mengandung bahan toksik dan karsinogenik
yang sama seperti yang diisap oleh perokok
sehingga efek pada perokok pasif hampir
sama dengan efek pada perokok aktif. Absorpsi asap rokok oleh perokok pasif dipengaruhi oleh jumlah produksi asap, dalamnya isapan, ventilasi untuk penyebaran atau
pergerakan asap, jarak dengan perokok dan
lamanya pajanan.
Ada bukti kuat hubungan merokok dengan
kanker paru; risiko relatif kanker paru pada
perokok adalah 7 kali lebih tinggi dibandingkan dengan yang tidak merokok.15 Asap
rokok selain berefek karsinogenik, juga dapat
menyebabkan iritasi saluran napas oleh sulfur
dioksida, amonia dan formaldehid. Perokok
pasif juga dihubungkan dengan fenomena
alergi seperti peningkatan serum imunoglobulin E (IgE) sehingga asap rokok berpotensi
menginduksi asma melalui mekanisme sensitisasi dan iritasi.12 Beberapa efek pajanan asap
rokok dapat dilihat pada tabel 2.7
Perbaikan ventilasi bisa mengurangi bau rokok
tetapi tidak menghilangkan efeknya terhadap
kesehatan karena ventilasi tidak bisa menghilangkan komponen asap rokok dari ruangan. Tindakan paling efektif adalah membuat
ruangan khusus untuk perokok yang tidak
berhubungan dengan ruangan lain. Sistem
pembersih udara pada kondisi tertentu efektif membersihkan asap rokok dan partikelnya
dari ruangan, tetapi sebagian besar pembersih
udara apalagi yang portabel tidak bisa membersihkan partikel rokok dari ruangan.5
Gejala keracunan CO adalah lelah berlebihan, nyeri kepala, vertigo, mual muntah,
penurunan kognitif dan takikardi (Tabel 3).
Perdarahan retina merupakan tanda penting yang bisa diperiksa dengan funduskopi. Selang waktu antara kontaminasi CO
dengan timbulnya keluhan pada penderita
penyakit jantung koroner dan penyakit paru
obstruktif kronik (PPOK) sangat cepat;
gejalanya mirip influenza, oleh karena itu
waspada pada influenza pada awal musim
dingin (awal pemakaian pemanas ruangan)
atau pada gejala flu yang tidak sembuh dengan terapi.5,7
2,3-4,3
10
Efek
Kematian
Hilang kesadaran, kematian jika pajanan berlanjut
Kebingungan, kolaps saat olahraga
Sakit kepala, fatigue, sulit mengambil keputusan
Terdapat perbedaan bermakna pada penurunan konsumsi oksigen
selama olahraga berat pada laki-laki sehat
Tidak ada perbedaan bermakna terhadap pengurangan kewaspadaan, persepsi visual, ketangkasan, kemampuan belajar atau tugastugas sensorimotorik kompleks (seperti menyetir)
Terdapat perbedaan bermakna menurunnya konsumsi oksigen
maksimal selama olahraga berat pada laki-laki dewasa
Tidak ada perbedaan bermakna terhadap pengurangan kewaspadaan setelah terpajan CO
Terdapat perbedaan bermakna penurunan kapasitas selama olahraga misalnya pemendekan durasi olahraga sebelum onset nyeri
pada pasien angina pektoris dan peningkatan durasi serangan
jantung
Terdapat perbedaan bermakna penurunan waktu kerja (3-7%)
pada olahragawan laki-laki
Serangga
Hewan domestik
Pengerat
Jamur
Dalam ruangan (yang tumbuh pada permukaan interior atau pada sistem AC): Penicillium, Aspergillus, Rhizopus, dan Cladosporium
Luar ruangan: Beberapa spesies yang masuk melalui udara
Benang sari
Bakteri
Legionella (masuk melalui sistem ventilasi menara pendingin dan standing water reservoir)
11
Benzena volatil
Measured Peak
Non-occupational
Exposure (/m3)
1.000
Tetrakloretilen
1.000
p-Diklorobenzena
Kloroform
Metilen klorida
1,1,1-Trikloroetana
1.000
250
500.000
1.000
Trikloroetilen
100
Karbon tetraklorida
Hidrokarbon
aromatik, toluena,
xilena, etilbenzena, trimetilbenzena
Hidrokarbon
alifatik,
oktana, dekana,
undekana
Terpena, limonena, a- piena
Senyawa kimia
semivolatil, Klorpirifos
Klordan, heptaklor
Diazinon, polychlorinated biphenyls, hidrokarbon
aromatik polisiklik
100
Metode
Gejala
Nasal lavage
Reaktivitas bronkus
Respons imunologi
Senyawa Kimia
1.000
1.000
1.000
10
1
12
Pajanan pestisida dapat terjadi melalui inhalasi uap semprot dan debu yang terkontaminasi setelah pemakaian pestisida. Gejala yang ditimbulkan adalah nyeri kepala,
kelemahan otot, mual dan iritasi pada mata,
hidung serta saluran napas atas. Pajanan
kronik dapat menimbulkan kerusakan hati,
ginjal dan sistem saraf.26
STRATEGI KONTROL
Dampak kesehatan oleh polusi udara
memerlukan strategi kontrol. Klinisi dapat membuat rekomendasi praktis untuk
menurunkan risiko penyakit dan eksaserbasi. Klinisi juga dapat menjadi konsultan
melalui penyebarluasan informasi secara
langsung atau tidak langsung kepada masyarakat.
KARPET
Karpet yang masih baru dapat memancarkan emisi kimia seperti produk rumah
tangga lain. Karpet juga dapat menjadi tempat berkumpul agen biologik dan
kimia seperti pestisida, tungau debu, dan
jamur. Beberapa orang melaporkan gejala iritasi mata, hidung dan saluran napas atas, nyeri kepala, iritasi, lesu, batuk
atau keluhan napas pendek. Jendela dan
pintu rumah yang dibuka akan meningkatkan udara segar sehingga mengurangi
pajanan kimia yang dilepaskan oleh pemasangan karpet baru. Pemakaian kipas
angin AC direkomendasikan untuk mengeluarkan bau ke luar ruangan. Sistem
ventilasi sebaiknya berfungsi selama 48
jam sampai 72 jam setelah pemasangan
karpet baru.5,19
RADON
Radon merupakan gas radioaktif yang sumbernya berasal dari uranium di dalam tanah
dan secara alami dapat masuk ke dalam
rumah. Perbedaan tekanan yang terdapat
dalam tanah akan mendorong gas tersebut ke dalam rumah melalui tempat yang
terbuka seperti pompa sumur, tanah dan
lantai yang retak serta berlubang.5,7 WHO
menyebutkan bahwa 15% kanker paru
di dunia disebabkan oleh Radon. Survei
EPA menyebutkan sekitar 15.000 sampai
20.000 kematian karena tumor paru akibat pajanan radon di dalam ruangan. Studi
epidemiologi lain menunjukkan keterkaitan
peningkatan risiko tumor paru pada pekerja
tambang di bawah tanah. Konsentrasi radon
dapat diturunkan dengan cara menutup
lubang dan tanah yang retak, tersedianya
ventilasi di ruang bawah tanah serta perencanaan konstruksi bangunan. WHO telah
meluncurkan proyek internasional untuk
menurunkan angka kejadian kanker paru
Tabel 8. Kelompok yang rentan terhadap polusi udara dan efek yang ditimbulkan.7
Populasi
Penderita asma
Perokok
Usia lanjut
Bayi
Penderita penyakit
jantung koroner
Penderita PPOK
Mekanisme Potensi
Peningkatan respons saluran
napas
Kelemahan pertahanan dan
pembersihan paru
Kelemahan pertahanan
respirasi, penurunan cadangan
fungsional
Mekanisme pertahanan paru
yang imatur
Kelemahan oksigenasi
miokardium
Penurunan fungsi paru
Akibat
Peningkatan risiko eksaserbasi
dan gejala respirasi
Peningkatan kerusakan yang
bersifat sinergi
Peningkatan risiko bermakna
terhadap fungsi klinis
Peningkatan infeksi respirasi
Peningkatan risiko iskemik
miokardium
Peningkatan risiko bermakna
13
DAFTAR PUSTAKA
1. Aditama TY. Dampak asap kebakaran hutan terhadap kesehatan paru. Jakarta: YP IDI&IDKI, 1999; p. 3-33.
2. Weibel ER,Taylor CR. Functional design of the human lung for gas exchange. In: Fishman AP, Elias JA, Grippi JA, Kaiser LR, Senior RM, eds. Pulmonary Diseases and
Disorder, 3rd ed. New York: McGraw-Hill Co. 1998; pp.32-40.
3. Mangunnegoro H. Dari pulmonologi menuju kedokteran respirasi, tantangan dan harapan memasuki milenium ketiga. Pidato pengukuhan sebagai guru besar tetap
dalam bidang pulmonologi pada FKUI; 2000; p. 1-38.
4. WHO. Indoor air pollutan and household energy. [cited 2005 Des 2006]. Available from: http://www.who.int/heli/risks/indoor air/en/index.html
5. U.S Enviromental protection agency. Indoor air pullutan: An introduction for health professionals. [cited 2005 Des 4]. Available from: http://www.cpsc.gov/cpscpub/455.
html
6. Dawud Y. Occupational & environmental lung disorder. J Respir Indon 2004; 24:126-33.
7. Samet JM, Utell MJ. Indoor air pollutant. In: Fishman AP, Elias JA, Grippi MA, Kaiser LR, Senior RM, eds. Pulmonary Diseases and Disorders. New York: McGraw-Hill
Co. 1998; pp. 941-62.
8. Sukar, Lubis A, Tugasati AT, Kasnodiharjo, Ibrahim IN. Pengaruh kualitas lingkungan dalam ruang (indoor) terhadap penyakit ISPA-pneumonia di Indramayu, Jawa Barat.
Bul. Penelit Kes. 1996; 10.(1).
9. Macan MM. Report: Hazardous air inside. [cited 2005 Oct 30]. Available from: http://www,tierramedca.net/2001/0325/iartikulo/html
10. Depkes. Profil kesehatan masyarakat Indonesia. Jakarta: Depkes RI; 1998.
11. Aditama TY, Prasetyo S, Eriado T. Meta-analisis: Pola merokok di 14 propinsi di Indonesia. Lembaga Menanggulangi Masalah Merokok (LM3), Jakarta 1998.
12. Balmes JR, Tager IB, Eisner MD. Air pollutant. In: Manson JR, Murray JF, Broaddus VC, Nadel JA, eds. Murray and Nadels Textbook of Respiratory Medicine. 4th ed.
Philadelphia:Elsevier Saunders, 2005; pp.1800-14.
13. Cowie RL, Murray J, Becklade MR. Pneumoconiosis. In: Manson JR, Murray JF, Broaddus VC, Nadel JA, eds. Murray and Nadels Textbook of Respiratory Medicine.
4th ed. Philadelphia: Elsevier Saunders, 2005.p.1748-72.
14. Enviromental Health Center. Enviromental tobacco smoke. [cited 2006 Jan 24]. Available from: http://www.nsc.org/ehc/indoor/ets/html
15. Jusuf A. Kontribusi pengembangan pelayanan, penelitian dan pendidikan di bidang ongkologi paru menghadapi tantangan kesehatan respirasi di masa depan. Pidato
pengukuhan sebagai guru besar tetap di bidang pulmonologi dan Ilmu kedokteran respirasi pada FKUI. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. 2004; p.1-40.
16. Permeggiani L. Nitrogen dioxide. In: Permeggiani L, ed. Encyclopaedia of Occupational Health and Safety. 3rd ed. Geneva : International Labour Office; 1983; p.
1458.
17. Hazuka MJ, Follisbee LJ, Seal E, Bromberg PA. Lung function response of health women after sequential exposures to NO2 O3. Am J Respir Crit Care Med 1994;
150:642-7.
14