Anda di halaman 1dari 577

KUMPULAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMANDAU


TAHUN 2004

Dihimpun dan disalin Sesuai Aslinya


oleh :
BAGIAN HUKUM SEKRETARIAT DAERAH KABUPATEN LAMANDAU
KEPALA BAGIAN HUKUM,

SAGAK, SH
Pembina Tk.I
NIP.

Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMANDAU


NOMOR 03 TAHUN 2004
TENTANG
KELEMBAGAN STRUKTUR ORGANISASI TUGAS POKOK DAN
TATA KERJA PERANGKAT DAERAH KABUPATEN LAMANDAU
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
BUPATI LAMANDAU,
Menimbang

a. bahwa dalam Rangka Pelaksanaan Otonomi Daerah yang luas, utuh, nyata
dan bertanggungjawab pada daerah kabupaten, maka perlu penataan
Perangkat Daerah yang disesuaikan dengan kebutuhan, kemampuan,
karakteristik dan kondisi objektif Daerah Kabupaten Lamandau;
b. bahwa penataan sebagaimana dimaksud huruf a di atas, adalah untuk
mewujudkan suatu formasi perangkat daerah yang efektif, efisien dan
mampu memfasilitasi semaksimal mungkin tugas umum Pemerintahan,
Pembangunan dan Pelayanan Masyarakat;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud huruf a dan b,
perlu ditetapkan Peraturan Daerah tentang Kelembagaan Struktur
Organisasi dan Tata Kerja Peragkat Daerah Kabupaten Lamandau.

Mengingat

1. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah


(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 60, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 3839);
2. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan
Antara Pemerintah Pusat dan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 1999 Nomor 72, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 3849);
3. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan
Pemerintah dan Kewenangan Propinsi sebagai Daerah Otonom (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 54, Tambahan Lembaran
Negara Nomor 3952);

Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

4. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2002, tentang


Pembentukan Kabupaten Katingan, Kabupaten Seruyan, Kabupaten
Sukamara, Kabupaten Lamandau, Kabupaten Gunung Mas, Kabupaten
Pulang Pisau, Kabupaten Murung Raya, dan Kabupaten Barito Timur di
Propinsi Kalimantan Tengah, (Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
18, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4180);
5. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2003 Tentang Pedoman Penyusunan
Organisasi Perangkat Daerah ( Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2003 Nomor 4262);
6. Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 2003 Tentang Wewenang
Pengangkatan atau Pemindahan dan Peberhetian PNS (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 42630);
7. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 1999 tentang
Teknik Penyusunan Peraturan Perundang-Undangan dan Bentuk UndangUndang, Rancangan Peraturan Pemerintah dan Keputusan Presiden;
Dengan Persetujuan
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH
KABUPATEN LAMANDAU
M E M U T U S K AN :
Menetapkan

: PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMANDAU TENTANG


KELEMBAGAAN STRUKTUR ORGANISASI TUGAS POKOK DAN TATA
KERJA PERANGKAT DAERAH KABUPATEN LAMANDAU.

BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan :
1.
Kabupaten adalah Kabupaten Lamandau;
2.
Pemerintah Kabupaten adalah Pemerintah Kabupaten Lamandau;
3.
Bupati adalah Bupati Lamandau;
4.
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah adalah Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten
Lamandau;
5.
Pemerintahan Daerah adalah Peyelenggaraan Pemerintahan Daerah Otonom oleh
Pemerintah Daerah dan DPRD menurut azas Desentralisasi;
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

6.

Formasi Kelembagaan Perangkat Daerah adalah komposisi Utuh Perangkat Daerah yang
terdiri dari unit-unit Organisasi Perangkat Daerah;
7.
Struktur Organisasi adalah gambaran komposisi dan hierarki tugas, fungsi, wewenang dan
tanggungjawab suatu unit Perangkat Daerah;
8.
Perangkat Daerah adalah keseluruhan kelembagaan daerah yang terdiri dari Sekretariat
Daerah, Sekretariat DPRD, Dinas-dinas atau Badan-badan Daerah dan Lembaga Teknis
Daerah;
9.
Lembaga Teknis Daerah adalah Lembaga Teknis Daerah Kabupaten Lamandau;
10. Badan adalah Badan Daerah Kabupaten Lamandau;
11. Dinas adalah Dinas Daerah Kabupaten Lamandau;
12. Kecamatan adalah wilayah kerja Camat sebagai Perangkat Daerah Kabupaten Lamandau;
13. Kelurahan adalah wilayah kerja Lurah sebagai Perangkat Daerah Kabupaten Lamandau
dibawah Kecamatan;
14. Cabang Dinas adalah Cabang Dinas Perangkat Daerah Kabupaten Lamandau;
15. Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) adalah Unsur Pelaksana Operasional Dinas di
Lapangan.

Pasal 2
Prinsif dan arah Penataan Kelembagaan:
1.
Hemat struktur kaya fungsi.
2.
Ada kejelasan tujuan Organisasi (Visi dan Misi).
3.
Ada pembagian tugas yang jelas (tidak tumpang tindih).
4.
Mempertegas fungsi Lini Staf.
5.
Menyusun pola organisasi sesuai kebutuhan nyata.
6.
Uraian tugas jelas.
7.
Pengembangan Jabatan Fugsional dan mengurangi Jabatan Struktural.
8.
Ada kejelasan beban tugas dan dapat mewadahi fungsi yang berkembang.
9.
Memperjelas Tata laksana dan Mekanisme Kerja.
10.
Memperpendek jalur birokrasi.
Pasal 3
Langkah Penataan Organisasi Kelembagaan:
1.
Menata kembali Perangkat Daerah yang sudah ada guna meningkatkan
efektivitas, efisiensi dan kinerjanya.
2.
Membentuk perangkat daerah baru, baik karena kewenangan wajib
maupun karena kebutuhan straregis Daerah.
3.
Menggabungkan Peragkat Daerah yang berkesesuaian demi efisiensi dan
menghidari tumpang tindih tugas (unifikasi).
4.
menghapus Perangkat Daerah atau bagiannya yang menurut Undangundang atau pedoman lainnya atau menurut kondisi objektif harus di hapus (Destrukturisasi).
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

5.

Mempertimbangkan kemampuan rentang kendali dan orientasi Teknologi.


BAB II
FORMASI PERANGKAT DAERAH
Pasal 4

Formasi Kelembagaan Perangkat daerah Kabupaten Lamandau terdiri dari:


1.
Sekretariat Daerah kabupaten Lamandau;
2.
Sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten
Lamandau;
3.
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Lamandau;
4.
Badan Pengawasan Daerah kabupaten Lamandau;
5.
Badan Kependudukan, Catatan Sipil dan Keluarga Berencana Kabupaten
Lamandau;
6.
Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Lamandau;
7.
Dinas Pekerjaan Umum Daerah Kabupaten Lamandau;
8.
Dinas Kesehatan Daerah Kabupaten Lamandau;
9.
Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Lamandau;
10.
Dinas Perhubungan, Telekomunikasi dan Pariwisata Kabupaten
Lamandau;
11.
Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi dan UKM Kabupaten
Lamandau;
12.
Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Lamandau;
13.
Dinas Pertanian, Peternakan dan Perikanan Kabupaten Lamandau;
14.
Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Lamandau;
15.
Dinas Pemberdayaan Masyarakat Desa Kabupaten Lamandau;
16.
Dinas Kesbang linmas dan Sat Pol PP Kabupaten Lamandau;
17.
Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Lamandau;
18.
Kantor Kecamatan;
19.
Kantor Kalurahan;
20.
Unit Pelaksana Teknis Daerah Kabupaten Lamadau;
Pasal 5
Formasi Kelembagaan Perangkat Daerah sebagaimana dimaksud pasal 4, hanya dapat diubah
apabila ada pertimbangan baru yang didukung oleh ketentuan atau pedoman dari Pemerintah.
BAB III
KEDUDUKAN, STRUKTUR, TUGAS
DAN FUNGSI ORGANISASI
Pasal 6
(1)

Sekretariat Daerah adalah unsur staf yang berada dibawah dan


bertanggungjawab kepada Bupati yang dipimpin oleh seorang Sekretaris Daerah yang

Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

membawahi 3 (tiga) Asisten, 9 (Sembilan) Bagian, 24 (dua puluh empat) Sub Bagian serta
Kelompok Jabatan Fungsional.
(2)
Struktur Organisasi dan Tata Kerja Sekretariat Daerah Kabupaten
Lamandau diatur tersendiri dengan Keputusan Bupati, dapat dilihat dalam nomenklatur
lampiran I.
(3)
Sekretariat DPRD adalah unsur staf yang secara operasional berada
dibawah dan bertanggungjawab kepada Ketua DPRD, secara administratif berada dibawah
Sekretariat Daerah, dipimpin oleh Seorang Sekretaris DPRD yang mempunyai 3 (tiga) Bagian
dan 7 (Tujuh) Sub Bagian, Kelompok Jabatan Fungsional dan Staf Ahli.
(4)
Struktur Organisasi dan Tata Kerja Sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah diatur tersediri dengan Keputusan Bupati, dapat dilihat dalam nomenklatur lampiran II.
(5)
Badan Perecanaan Pembanguna Daerah adalah Lembaga Teknis Daerah
yang dipimpin oleh seorang Kepala Badan yang berada di bawah dan bertanggungjawab
kepada Bupati melalui Sekretaris Daerah, membawahi 1 (satu) Sekretaris, 3 (tiga) Bidang, 3
(tiga) Sub Bagian dan 9 (sembilan) Sub Bidang dan kelompok Jabatan Fungsional yang
nomenklaturnya sebagaimana bagan lampiran III.
Tugas Pokok Badan Perencanaan Pebangunan Daerah adalah membantu Bupati dalam seluruh
tahapan proses perencanaan dan pembangunan guna menghasilkan perencanaan dan
pelaksanaan pembangunan yang efektif, efisien dan terpadu yang meliputi fungsi:
a.
Penyusunan kebujaksanaan teknis dibidang Perencanaan
Pembangunan.
b.
Penyusunan kebijaksanaan teknis tertentu di bidang Penelitian
dan Pengembangan Daerah.
c.
Pelaksanaan dan Pembinaan teknis dibidang Perencanaan
Pembangunan dan Penelitian Daerah.
d.
Pelaksanaan Litbang Pemerintahan, Pembangunan dan
Kemasyarakatan.
e.
Pelaksanaan Urusan Tata Usaha Badan.
(6)
Badan Pengawasan Daerah adalah Lembaga Teknis Daerah yang berada
dibawah dan bertanggungjawab kepada Bupati Melalui Sekretaris Daerah, dipimpin oleh
seorang Kepala Badan yang Membawahi 1 (satu) Sekretaris, 2 (Dua) Sub Bagian, 3 (tiga)
Bidang, 6 (enam) Sub Bidang dan kelompok Jabatan Fungsional yang nomenklaturnya
sebagaimana Bagan Struktur dalam lampiran IV.
Tugas pokok Badan Pengawasan Daerah adalah:
Melaksanakan Pembinaan dan Pengawasan Umum terhadap penyelenggaraan pemerintahan
baik Rutin maupun Pembangunan dalam lingkup Kabupaten Lamandau, sesuai ketentuan yang
berlaku, meliputi fungsi;
a.
Penyusunan
kebijaksanaan
teknis
dibidang
Pengawasan
Penyelenggaraan Pemerintahan.
b.
Pelaksanaan dan Pembinaan teknis dibidang Pengawasan
Penyelenggaraan Pemerintahan.
c.
Pelaksanaan Urusan tata Usaha Badan.
(7)
Badan Kependudukan, Catatan Sipil dan Keluarga Berencana adalah
Unsur Pelaksana kebijakan tenis tertentu Pemerintah Kabupaten Lamandau yang bertanggung
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

jawab kepada Bupati malalui Sekretaris Daerah, dipimpin oleh seorang Kepala Badan yang
membawahi 1 (satu) orang Sekretaris, 2 (dua) Sub Bagian, 2 (dua) bidang dan 4 (empat) Sub
Bidang dan kelompok Jabatan Fungsional yang nomenklaturnya sebagaimana dalam lampiran
V.
Tugas Pokok Badan Kependudukan, Catatan Sipil dan Keluarga Berencana adalah
melaksanakan kewenangan desentralisasi dibidang Kependudukan, Catatan Sipil dan Keluarga
Berencana yang meliputi fungsi:
a.
Menyusun Kebijakan teknis dibidang Kependudukan, Catatan
Sipil dan Keluarga Berencana.
b.
Pelaksanaan dan bimbingan teknis dibidang Kependudukan,
Catatan Sipil dan Keluarga Berencana.
c.
Pembinaan Unit Pelaksana Teknis Badan.
d.
Pengelolaan Urusan Tata Usaha.
(8)

Dinas Pendapatan Daerah adalah unsur Pelaksana Pemerintah Daerah


yang dipimpin oleh seorang Kepala Dinas yang berada di bawah dan bertanggung jawab
kepada Bupati melalui Sekretaris Daerah, yang membawahi 1 (satu) Bagian Tata Usaha, 4
(empat) Bidang, 2 (dua) Sub Bagian dan 8 (delapan) Seksi, UPTD dan kelompok Jabatan
Fungsional yang nomenklaturnya sebagaimana dalam lampiran VI.
Tugas pokok Dinas Pendapatan Daerah adalah:
a.
Penyusunan kebijaksanaan teknis dibidang Pendapatan Daerah.
b.
Pelayanan umum di bidang Pendapatan Daerah.
c.
Pelaksanaan dan Pembinaan Teknis dibidang Pendapatan Daerah.
d.
Pembinaan Unit Kerja Teknis Daerah.
e.
Pengelolaan Urusan Tata Usaha Dinas.
(9)
Dinas Pekerjaan Umum Daerah (DPUD) adalah unsur pelaksana
Pemerintah Daerah dipimpin oleh seorang Kepala Dinas yang berada dibawah dan
bertanggung jawab kepada Bupati, melalui Sekretaris Daerah, membawahi 1(satu) Bagian Tata
Usaha, 3 (tiga) Bidang, 3 (tiga) Sub Bagian, 9 (sembilan) Seksi serta kelompok Jabatan
fungsional yang nomenklaturnya sebagaimana dalam bagan struktur lampiran VII.
Tugas pokok DPUD adalah:
Membantu Bupati menyelenggarakan kewenangan Pemerintah Daerah di bidang Pekerjaan
Umum yang meliputi fungsi:
a.
Penyusunan kebijaksanaan teknis dibidang Pekerjaan Umum.
b.
Pemberian Perijinan dan Pelaksanaan Pelayanaan Umum.
c.
Pelaksanaan dan Pembinaan teknis dibidang Pekerjaan Umum.
d.
Pelaksanaan Urusan Tata Usaha Dinas.
e.
Pembinaan Unit Pelaksana Teknis Daerah.
(10)
Dinas Kesehatan Daerah adalah unsur Pelaksana Pemerintah Daerah
dipimpin oleh seorang Kepala Dinas yang berada dibawah dan bertanggung jawab kepada
Bupati melalui Sekretaris Daerah, membawahi 1 (satu) Bagian Tata Usaha, 3 (tiga) Sub Dinas,
4 (empat) Sub Bagian dan 6 (enam) Seksi, UPTD serta kelompok Jabatan Fungsional yang
nomenklaturnya sebagaimana dalam bagan struktur lampiran VIII.
Tugas Pokok Dinas Kesehatan Daerah adalah:
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

1.

Pelaksanaan pembinaan umum dibidang kesehatan, meliputi upaya


promosi kesehatan, pendekatan peningkatan (proaktif), pencegahan (preventif),
pengobatan (kuratif), dan pemulihan (rehabilitasi).
2.
Pelaksanaan pembinaan teknis upaya pelayanan kesehatan dasar
dan upaya pelaksanaan rujukan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
3.
Perumusan kebijaksanaan teknis pelaksanaan dan pengendalian,
pembinaan dan perijinan dibidang kesehatan yang dipilah kedalam kelompok:
a.
Pembinaan dan pemeliharaan kesehatan (PK).
b.
Pencegahan dan pemberantasan penyakit menular.
c.
Pembinaan kesehatan lingkungan.
d.
Penyuluhan kesehatan.
e.
Kesehatan ibu dan anak.
f.
Pengelolaan tugas umum ketata usahaan Bidang Kesehatan.
g.
Pengelolaan Unit Pelaksana Teknis Kesehatan yang meliputi;
RSUD, Puskesmas, Gudang Farmasi dan Cabang Dinas Daerah.
(11)

Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi adalah unsur pelaksana Pemerintah


Daerah Kabupaten Lamandau yang dipimpin oleh seorang Kepala Dinas yang berada
dibawah dan bertanggung jawab kepada Bupati melalui Sekretaris Daerah, membawahi 1
(satu) bagian Tata Usaha, 3 (tiga) Sub Dinas, 3 (tiga) Sub Bagian, 6 (enam) Seksi serta
kelompok Jabatan fungsional yang nomenklaturnya sebagaimana dalam lampiran IX.
Tugas pokok Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi adalah melaksanankan kewenangan
desentralisasi dibidang Tenaga Kerja dan Transmigrasi, yang meliputi fungsi:
a.
Penyusunan kebijakan teknis dibidang Tenaga Kerja dan
Transmigrasi Kabupaten Lamandau.
b.
Pemberian perijinan dan pelaksanan pelayanan umum dibidang
ketenaga kerjaan dan transmigrasi Kabupaten Lamanda.
c.
Pelaksanaan urusan Tata Usaha.
d.
Pelaksanaan dan Pebinaan Teknis di bidang Tenaga Kerja dan
Transmiggrasi.
(12) Dinas Pendidikan dan Kebudayaan adalah unsur pelaksana Pemerintah Daerah, dipimpin oleh
seorang Kepala Dinas yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Bupati melalui
Sekretaris Daerah, membawahi 1 (satu) Bagian Tata Usaha, 4 (empat) Sub Dinas, 4 (empat)
Sub Bagian 10 (sepuluh) Seksi, UPTD dan Kelompok Jabatan Fungsional, yang
nomenklaturnya sebagaimana bagan struktur dalam lampiran X.
Tugas Pokok Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Daerah adalah:
Membantu Bupati menyelenggarakan kewenangan Pemerintah Daerah dibidang Pendidikan
dan Kebudayaan, meliputi fungsi:
a.
Perumusan kebijaksanaan teknis dibidang Pendidikan,
Kebudayaan, Pemuda dan Olah Raga.
b.
Pemberian Perijinan pelaksanaan pelayanan umum dibidang
Pendidikan dan Kebudayaan, Pemuda dan Olah Raga.

Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

c.

Pelaksanaan dan Pembinaan teknis dibidang Pendidikan dan


Kebudayaan, Pemuda dan Olah Raga.
d.
Pelaksanaan Urusan tata Usaha.
e.
Pengelolaan Unit Pelaksana Teknis Dinas.
(13)
Dinas Perhubungan, Telekomunikasi dan Pariwisata Daerah adalah unsur
pelaksana Pemerintah Daerah dipimpin oleh seorang Kepala Dinas yang berada di bawah dan
bertanggungjawab kepada Bupati melalui Sekretaris Daerah, membawahi 1 (satu) Bagian
Tata Usaha, 3 (tiga) Sub Dinas, 3 (tiga) Sub bagian 9 (sembilan) Seksi dan Kelompok
Jabatan Fungsional, yang nomenklaturnya sebagaimana bagan struktur dalam lampiran XI.
Tugas Pokok Dinas Perhubungan Telekomunikasi dan Pariwisata Daerah adalah:
1.
Perumusan kebijaksanaa teknis dibidang perhubungan, penetapan
jaringan transportasi, pengawasan dan penengendalian perwujudan JPJ kabupaten serta
penetapan kelas-kelas jalan, perencanaan dan penetapan lokasi terminal serta angkutan
barang.
2.
Penetapan kebutuhan fasilitas pengujian kendaraan bermotor dan
tidak bermotor.
3.
Pelaksanan agreditas dan serifikasi pengujian kendaraan bermotor
oleh swasta serta mengesahkan hasil ujian berkala kendaraan bermotor.
4.
Pemberian ijin dispensasi angkutan alat berat di jalan Kabupaten
serta penetapan wilayah transportasi darat dan sungai.
5.
Penetapan jaringan trayek dan komposisi angkutan kelas ekonomi
dan non ekonomi, merencanakan angkutan masal, memberi ijin angkutan darat dan
sungai.
6.
Pemberian rekomendasi pendirian bangunan di tepi jalan/sungai
maupun umum.
7.
Pelaksanaan
dibidang
telekomunikasi,
perijinan
bidang
Telekomunikasi Daerah, penyiapan sarana dan prasarana telekomunikasi serta
penanggulangan dan penyelamatan kecelakaan/ bencana alam.
8.
Pelaksanaan dibidang pariwisata, rencana wisata, seni budaya,
promosi dan informasi wisata serta bimbingan dan pengembangan wisata daerah.
(14) Dinas Perindustrian, Perdagangan, koperasi dan UKM adalah unsur pelaksana Pemerintah
Daerah dipimpin oleh seorang Kepala Dinas yang berada di bawah dan bertanggungjawab
kepada Bupati melalui Sekretaris Daerah, membawahi 1 (satu) Bagian Tata Usaha, 3 (tiga)
Sub Dinas, 3 (tiga) Sub Bagian 9 (sembilan) Seksi serta Kelompok Jabatan Fungsional, yang
nomenklaturnya sebagaiman bagan struktur dalam lampiran XII.
Tugas Pokok Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi/UKM adalah sebagai berikut:
a.
Penyusunan kebijaksanaan teknis dibidang Perindustrian,
Perdagangan, Koperasi dan UKM.
b.
Pemberian perijinan dan pelaksanan pelayanan umum dibidang
Perindustrian, Perdagangan, koperasi dan UKM.
c.
Pelaksanaan pembinaan teknis dibidang Perindustrian,
Perdagangan, Koperasi dan UKM.
d.
Pengelolaan Urusan Tata Usaha.
e.
Pembinaan Unit Pelaksana teknis Dinas.
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

(15) Dinas Pertanian, Peternakan dan Perikanan yang selanjutnya disebut Distanakan adalah
unsur pelaksana Pemerintah Daerah, dipimpin oleh seorang Kepala Dinas yang berada di
bawah dan bertanggungjawab kepada Bupati melalui Sekretaris Daerah, membawahi 1 (satu)
Bagian Tata Usaha, 3 (Tiga) Sub Dinas, 3 (tiga) Sub Bagian 8 (delapan) Seksi, dan
Kelompok Jabatan Fungsional, yang nomenklaturnya sebagaimana bagan struktur dalam
lampiran XIII.
Tugas Pokok Dinas Pertanian, Peternakan dan Perikanan Daerah adalah menyelenggarakan
urusan pertanian tanaman pangan dan holtikultura, peternakan dan perikanan yang meliputi
fungsi:
a.
Penyusunan kebijaksanaan teknis dibidang Pertanian,
Peternakan dan Perikanan.
b.
Pemberian perijinan dan pelaksanaan pelayanan umum
dibidang Pertanian, Peternakan dan Perikanan.
c.
Pelaksanaan dan pembinaan teknis dibidang Pertanian
Peternakan dan Perikanan.
d.
Pelaksanaan kewenangan yang diserahkan oleh Bupati.
e.
Pelaksanaan urusan Tata Usaha Dinas.
f.
Pembinaan Unit Pelaksana teknis Dinas.
(16)
Dinas Kehutanan dan Perkebunan Daerah adalah
unsur pelaksana Pemerintah Daerah, dipimpin oleh seorang Kepala Dinas yang berada di
bawah dan bertanggungjawab kepada Bupati melalui Sekretaris Daerah, membawahi 1 (satu)
Bagian Tata Usaha, 3 (tiga) Sub Dinas, 3 (tiga) Sub Bagian, 9 (sembilan) Seksi, Cabang
Dinas dan Kelompok Jabatan Fungsional, yang nomenklaturnya sebagaimana bagan struktur
dalam lampiran XIV.
Tugas Pokok Dinas kehutanan dan Perkebunan Daerah adalah:
a.
Menyususn kebijaksanaan teknis dibidang
Kehutanan dan Perkebunan.
b.
Pemberian perijinan dan pelaksanaan
pelayanan umum dibidang Kehutanan dan Perkebunan.
c.
Pelaksanaan dan pembinaan teknis
dibidang Kehutanan dan Perkebunan.
d.
Pelaksanaan wewenang yang dilaksanakan
Pemerintah Daerah.
e.
Pelaksanaan urusan Tata Usaha Dinas.
f.
Pembinaan Unit Pelaksana Teknis Dinas.
(17) Dinas Pemberdayaan Masyarakat Desa adalah unsur pelaksana Pemerintah Daerah dipimpin
oleh Kepala Dinas yang berada di bawah dan bertanggungjawab kepada Bupati melalui
Sekretaris Daerah, membawahi 1 (satu) Bagian Tata Usaha, 3 (tiga) Sub Dinas, 4 (empat)
Sub Bagian, 6 (enam) Seksi, dan Kelompok Jabatan Fungsional, yang nomenklaturnya
sebagaiman bagan struktur lampiran XV.
Tugas Pokok Dinas Pemberdayaan Masyarakat Desa adalah membatu Kepala Daerah
menyelenggarkan kewenangan Pemerintah Daerah di Bidang Pemberdayan Masyarakat
Desa, adalah:
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

10

a.

Menyusun kebijaksanaan teknis dibidang Pemberdayaan


Masyarakat Desa.

b.

Pemberian perijinan dan pelaksanaan pelayanan umum


dibidang Pemberdayaan Masyarakat Desa.
c.
Pelaksanan dan Pembinaan Teknis dibidang Pemberdayaan
Masyarakat Desa.
d.
Pelaksanaan wewenang yang diserahkan Pemerintah
Daerah.
e.
Pelaksanaan urusan Tata Usaha Dinas.
f.
Pembinaan Unit Pelaksana Teknis Dinas.
(18) Dinas Kesatuan bangsa, Perlindungan Masyarakat dan Satuan Polisi Pamong Praja (Kesbang
Linmas dan Sat Pol PP) Daerah adalah unsur pelaksana Pemerintah Daerah dipimpin oleh
Kepala Dinas yang berada di bawah dan bertanggungjawab kepada Bupati melalui Sekretaris
Daerah, membawahi 1 (satu) Bagian Tata Usaha, 3 (tiga) Sub Dinas,
3 (tiga)
Sub Bagian 6 (enam) Seksi, serta Kelompok Jabatan Fungsional, yang nomenklaturnya
sebagaimana bagan struktur dalam lampiran XVI.
Tugas Pokok Dinas Kesbang Lunmas dan Sat Pol PP Daerah sebagai berikut:
a.
Menyusun kebijakan teknis dibidang
Kesatuan Bangsa, Perlindungan Masyarakat dan Satuan Polisi Pamong Praja.
b.
Pemberian perijinan dan pelaksanaan
pelayanan umum dibidang Kesatuan Bangsa, Pelindungan Masyarakat dan Satuan Polisi
Pamong Praja.
c.
Pelaksanaan dan pebinaan teknis dibidang
Kesatuan Bangsa, Perlindungan Masyarakat dan Satuan polisi Pamong Praja.
d.
Pelaksanaan wewenang yang diberikan
oleh Pemerintah Kabupaten.
e.
Pelaksanaan urusan Tata Usaha Dinas.
f.
Pembinaan Unit Pelaksana Teknis Dinas.
(19)
Rumah Sakit Umum Daerah
(RSUD) adalah unsur pelaksanan Pemerintah Daerah dipimpin oleh seorang Direktur Rumah
Sakit Umum (RSU), yang berada dibawah dan bertanggungjawab kepada Bupati melalui
Sekretaris Daerah, membawahi 2 (dua) Bidang, 2 (dua) Bagian, 6 (enam) Sub Bidang dan 8
(delapan) Sub Bagian, Dewan Peyantun dan Instalasi, Satuan Pengawas Intern, serta Komite
Medik, SMF yang nomenklaturnya sebagaimana bagan struktur lampiran XVII.
Tugas Pokok Rumah Sakit Umum Daerah adalah membantu Bupati Menyelenggarakan
kewenangan Pemerintah Daerah dibidang Rumah Sakit Umum yang meliputi fungsi:
a. Perumusan kebijaksanaan teknis pelaksanaan dan pengendalian, pembinaan dan perijinan
kegiatan bidang Rumah Sakit Umum Daerah yang dipilah kedalam kelompok :
1.
Keperawatan.
2.
Perawatan Medis.
3.
Kesekretariatan dan Rekam Medik.
4.
Keuangan dan Program.
b.
Pengelolan tugas umum ketatausahaan Rumah Sakit Umum,
Penyantun dan Instalasi.
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

11

c.
d.

Pengeolaan semua Pengawsan Intern.


Pengelolaan Komite Medik dan SMF.

(20)

Kantor
Kecamatan
adalah
Perangkat Daerah Kabupaten yang berada langsung dan bertangguangjawab kepada Bupati
Melalui Sekretaris Daerah, dipimpin oleh Seorang Camat, dibantu oleh 1 (satu) Orang
sekretaris Camat, 3 (tiga) orang Kepala Urusan, 5 (lima) Orang Kepala seksi serta Keompok
Jabatan Fungsional.
Tugas Pokok Kantor Kecamatan adalah Pelayanan Kepada masyarakat sesuai Pelimpahan
Kewenangan yang diberikan oleh Bupati.
Struktur organisasi dan tata kerja Kantor Kecamatan sesuai nomenklatur lampiran XVIII.

(21)

Kelurahan adalah Perangkat


Kecamatan yang berada langsung dibawah Kecamatan, bertugas melaksanakan kewenangan
yang dilimpahkan oleh Camat, dipimpin oleh Seorang Kepala kelurahan yang bertugas
membawahi 1 (satu) orang Sekretaris Kelurahan, 4 (empat) Kepala Urusan serta kepala
lingkungan yang nomenklaturnya sebagaimana bagan struktur dalam lampiran XIX.
Tugas Pokok Kelurahan adalah;
a.
Pelaksanaan urusan Pemerintahan, Ketentraman dan Ketertiban,
Pembangunan dan kemasyarakatan serta Urusan Umum.
b.
Pengelolaan tugas umum ketatausahaan bidang kelurahan.
BAB IV
UNIT PELAKSANA TEKNIS DINAS/BADAN
Pasal 7

Unit Pelaksana Teknis Dinas/Badan:


1.

Unit pelaksana Teknis Dinas/Badan adalah unsur penunjang


sebagian tugas Dinas/Badan Daerah.

2.

Unit pelaksana Teknis Dinas/Badan mempunyai tugas


teknis operasional tertentu dan menunjang tugas pokok Dinas/Badan Daerah.

3.

Unit pelaksana Teknis Dinas/Badan mempunyai fungsi


perencanaan, pelaksanaan teknis operasional dan evaluasinya.

4.

Unit pelaksana Teknis Dinas/Badan dipimpin oleh seorang


Kepala yang berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Dinas/ Badan.

5.

Unit Pelaksana teknis dinas dilengkapi/membawahi 1 (satu)


Sub tata usaha, beberapa Seksi dan tenaga fungsional sesuai kebutuhan/Beban kerja sesuai
nomenklatur lampiran XX.
Pasal 8

Pembentukan unit Pelaksana Teknis Dinas/Badan Daerah selanjutnya diatur tersendiri dengan
Keputusan Bupati atas persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah.
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

12

BAB V
KELOMPOK JABATAN FUNGSIONAL
Pasal 9
Kelompok Jabatan fungsional mempunyai tugas melaksanakan kegiatan Teknis Dinas sesuai
dengan Bidang keahliannya dan kebutuhan organisasi perangkat Daerah yang pengisiannya diatur
lebih lanjut dengan keputusan Bupati.
BAB VI

TATA KERJA
Pasal 10
(1) Dalam melaksanakan tugasnya masing-masing Unit Organisasi Perangkat Daerah wajib
menyelenggarakan koordinasi, integrasi, sinkronisasi dan penyederhanaan baik kedalam
maupun keluar sesuai aturan yang berlaku.
(2) Pimpinan Unit Organisasi Perangkat Daerah wajib memberikan petunjuk, pembinaan dan
bimbingan serta pengawasan kepada unsur unsur pembantu yang ada dibawah
pimpinannya.
BAB VII
PENGANGKATAN DALAM JABATAN
Pasal 11
(1) Dalam hal pengangkatan Sekretaris Daerah, Bupati mengkonsultasikan secara tertulis kepada
Gubernur maksimal 3 (tiga) orang Pegawai Negeri Sipil yang memenuhi syarat untuk
menduduki jabatan Sekretaris Daerah dan mendapat persetujuan Pimpinan DPRD Kabupaten.
(2) Kepala Dinas/Badan dan kepala Lembaga Teknis Daerah lainnya diangkat oleh Bupati dari
pegawai Negeri Sipil yang memenuhi syarat atas usul Sekretaris Daerah.
(3) Jabatanjabatan lain pengangkatanya disesuaikan dengan ketentuan yang berlaku.
BAB VIII
ESELONERING
Pasal 12
(1) Eselonering masingmasing jabatan dalam organisasi perangkat Daerah disesuaikan dengan
ketentuan Pemerintah yang berlaku.
(2) Sebelum ada ketentuan pengaturan Eselonering dari Pemerintah, ditetapkan dengan keputusan
Bupati.
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

13

BAB IX
KETENTUAN LAIN-LAIN
Pasal 13
(1)

Pengaturan lebih lanjut mengenai kelembagaan BUMD


akan diatur tersendiri dengan Keputusan Bupati Lamandau.

(2)

Kepala Badan/Dinas
dikembangkan sesuai dengan kebutuhan kelembagaan.

(3)

Pengalihan Pegawai, aset, pembiayaan dan dokumentasi


eks instansi Vertikal menjadi perangkat daerah diatur dengan ketentuan tersendiri.

(4)

Susunan organisasi dan rincian tugas, fungsi dan tata kerja


masing masing perangkat daerah ditetapkan lebih lanjut dengan keputusan Bupati
Lamandau.

(5)

Pengembangan lebih lanjut Organisasi Perangkat Daerah


dilakukan berdasarkan hasil analisis Jabatan/analisis beban kerja serta kebutuhan dan
kemampuan daerah.

(6)

Tatalaksana masingmasing Perangkat Daerah diatur


lebih lanjut dalam ketentuan tersendiri oleh Bupati Lamandau.

(7)

Halhal yang belum diatur dalam Peraturan Daerah ini


sepanjang untuk pelaksanaannya diatur lebih lanjut dengan Keputusan Bupati Lamandau.

yang

telah

dibentuk

dapat

BAB X
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 14
(1)

Prosedur, tatalaksana dan lain sebagainya sepanjang


belum ada pengaturan baru dan tidak bertentangan dengan ketentuan lain yang diatasnya tetap
dapat dipergunakan dan disesuaikan dengan kebijakan, standar, norma, kriteria dan pedoman
dari Pemerintah.

(2)

Sebelum ada pengaturan lebih lanjut oleh Bupati


Lamandau, maka UPTUPT yang sudah ada sebelum Peraturan Daerah ini, disesuaikan
dengan struktur organisasi dan tata kerja sebagaimana yang sudah berlaku.
BAB XI
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 14

Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

14

Dengan berlakunya Perturan Daerah ini, maka ketentuan ketentuan yang mengatur tentang
struktur organisasi dan tata kerja perangkat daerah Kabupaten Lamandau dinyatakan tidak berlaku
lagi.
Pasal 15

Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.


Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan
penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Lamandau.

Ditetapkan di
Pada Tanggal

: Nanga Bulik
: 29 Februari 2004

BUPATI LAMANDAU,
ttd
BUSTANI DJ MAMUD
Diundangkan di : Nanga Bulik
Pada Tanggal
: 15 Maret 2004
Plt. SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN LAMANDAU
ttd
Drs. PIET J. DADIE
NIP. 530 003 050
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LAMANDAU
TAHUN 2004 NOMOR 02 SERI : D

PENJELASAN
ATAS
PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMANDAU
NOMOR 03 TAHUN 2004
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

15

TENTANG
KELEMBAGAAN STRUKTUR ORGANISASI TUGAS POKOK DAN TATA KERJA
PERANGKAT DAERAH KABUPATEN LAMANDAU
I.

PENJELASAN UMUM
Untuk melaksanakan amanat Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang
Pemerintah Daerah dimana daerah diberi wewenang untuk menyelenggarakan roda
pemerintahan dan mengatur daerahnya disesuaikan dengan kebutuhan, kemampuan,
karakteristik dan kondisi objektif daerah.
Dalam menyelenggarakan pemerintahan diperlukan suatu peraturan untuk
mewujudkan semaksimal mungkin tugas pemerintahan secara luas baik dalam pembangunan
dan pelayanan kepada masyarakat.
Hal ini dapat terwujud apabila perubahan kelembagaan struktur organisasi dan tata
kerja perangkat daerah benar-benar tertuju kepada kepentingan masyarakat dan kepentingan
pembangunan Kabupaten Lamandau.
Oleh sebab itu perlu adanya pengaturan yang dapat mewujudkan hal tersebut dengan
membentuk Peraturan Daerah tentang Kelembagaan Struktur Organisasi dan Tata Kerja
Perangkat Daerah Kabupaten Lamandau

II. PENJELASAN PASAL DEMI PASAL


Pasal 1
Cukup Jelas
Pasal 2
Cukup Jelas
Pasal 3
Cukup Jelas
Pasal 4
Cukup Jelas
Pasal 5
Cukup Jelas
Pasal 6
Cukup Jelas
Pasal 7
Cukup Jelas
Pasal 8
Cukup Jelas
Pasal 9
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

16

Cukup Jelas
Pasal 10
Cukup Jelas
Pasal 11
Cukup Jelas
Pasal 12
Cukup Jelas
Pasal 13
Cukup Jelas
Pasal 14
Cukup Jelas
Pasal 16
Cukup Jelas
TAMBAHAN LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LAMANDAU
TAHUN 2004 NOMOR 03 SERI : D

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMANDAU


NOMOR 04 TAHUN 2004
TENTANG
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

17

RETRIBUSI PENGGANTIAN BIAYA CETAK KARTU TANDA PENDUDUK,


KARTU KELUARGA DAN AKTE CATATAN SIPIL
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
BUPATI LAMANDAU,
Menimbang

a. bahwa untuk meningkatkan pendapatan Asli Daerah guna


menunjang pelaksanaan pembangunan dan penyelenggaraan
pemerintahan, maka perlu memungut Retribusi Penggantian
Biaya Cetak Kartu Tanda Penduduk, Kartu Keluarga dan Akte
Catatan Sipil;
b. bahwa untuk maksud tersebut huruf a tersebut diatas, perlu
ditetapkan dengan Peraturan Daerah Kabupaten Lamandau.

Mengingat

1. Undang-Undang Nomor 1 tahun 1974 tentang Pokok-pokok


Perkawinan ( Lembaran Negara Republik Indonesia tahun 1974
Nomor 1, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 3019 );
2. Undang-Undang Nomor 8 tahun 1981 tentang Hukum Acara
Pidana ( Lembaran Negara Republik Indonesia tahun 1981
Nomor 76, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 3209 );
3. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah
dan Retribusi Daerah ( Lembaran Negara Republik Indonesia
tahun 1997 Nomor 41, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 3685 );
4. Undang-Undang Nomor 22 tahun 1999 tentang Pemerintah
Daerah ( Lembaran Negara Republik Indonesia tahun 1999
Nomor 60, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 3839 );
5. Undang-undang Nomor 25 tahun 1999 tentang perimbangan
keuangan antar Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia tahun 1999 Nomor 72,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3848 );
6. Undang-undang Nomor 34 Tahun 2000 tentang Perubahan atas
Undang-undang Nomor 18 tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan
Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia tahun

Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

18

2000 Nomor 246, Tambahan Lembaran Negara Republik


Indonesia tahun 2000 Nomor 4048 );
7. Undang-undang Nomor 5 Tahun 2002 tentang Pembentukan
Kabupaten Katingan, Kabupaten Seruyan, Kabupaten Sukamara,
Kabupaten Lamandau, Kabupaten Gunung Mas, Kabupaten
Pulang Pisau, Kabupaten Murung Raya dan Kabupaten Barito
Timur di Propinsi Kalimantan Tengah (Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 18, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4180 );
8. Peraturan Pemerintah Nomor 31 tahun 1998 tentang penyerahan
sebagian urusan pemerintahan di bidang penyelenggara
pendaftaran penduduk kepada Daerah (Lembaran Negara
Republik Indonesia tahun 1998 Nomor 45, Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 3742 );
9. Peraturan Pemerintah Nomor 25 tahun 2000 tentang
Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Propinsi sebagai
Daerah Otonom (Lembaran Negara Republik Indonesia tahun
2000 Nomor 54, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 3952 );
10. Peraturan Pemerintah Nomor 66 tahun 2001 tentang retribusi
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia tahun 2001
Nomor 199 );
11. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 44 tahun 1999
Tehnik Penyusunan Peraturan Perundang-undangan dan Bentuk
Rancangan Undang-Undang Rancangan Peraturan Pemerintah
dan Rancangan Keputusan Presiden;
12. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 174 tahun 1997
tentang Pedoman Tata Cara Pemungutan Retribusi Daerah;
13. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 175 tahun 1997
tentang Pedoman Tata Cara Pemeriksaan di Bidang Retribusi
Daerah.

Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

19

Dengan persetujuan
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH
KABUPATEN LAMANDAU
MEMUTUSKAN :
Menetapkan

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMANDAU TENTANG


RETRIBUSI PENGGANTIAN BIAYA CETAK KARTU TANDA
PENDUDUK DAN AKTE CATATAN SIPIL
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1

Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan :


1. Daerah adalah Kabupaten Lamandau;
2. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Kabupaten Lamandau;
3. Bupati adalah Bupati Lamandau;
4. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya disebut DPRD adalah Dewan Perwakilan
Rakyat Daerah Kabupaten Lamandau;
5. Pejabat adalah Pegawai Negeri yang diberi tugas tertentu di bidang Retribusi Daerah sesuai
dengan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku;
6. Penduduk adalah setiap orang, baik Warga Negara Republik Indonesia maupun Warga Negara
Asing yang bertempat tinggal tetap di dalam wilayah Negara Republik Indonesia dan telah
memenuhi ketentuan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku;
7. Kartu Tanda Penduduk yang selanjutnya disingkat KTP adalah Kartu sebagai Tanda Bukti /
legitimasi setiap penduduk baik Warga Negara Indonesia maupun Warga Negara Asing;
8. Kartu Keluarga adalah kartu sebagai tanda bukti untuk mengetahui jumlah orang dalam rumah
tangga;
9. Akte Catatan Sipil adalah akte kelahiran, akte perkawinan, akte perceraian, akte pengesahan
dan pengakuan anak, akte ganti nama bagi Warga Negara Asing dan akte kematian yang
diterbitkan oleh Bagian Kependudukan dan Catatan Sipil Daerah;
10. Retribusi Jasa Umum adalah retribusi atas jasa yang disediakan atau diberikan oleh Pemerintah
Daerah untuk kepentingan dan kemanfaaatan umum serta dapat dinikmati oleh orang pribadi
atau badan;
11. Retribusi Penggantian Biaya Cetak Kartu Tanda Penduduk dan Akte Catatan Sipil yang
selanjutnya disebut retribusi adalah pembayaran atas penggantian biaya cetak KTP dan atau
akte catatan sipil yang khusus disediakan dan atau diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk
kepentingan orang pribadi;
12. Wajib Retribusi adalah orang pribadi atau badan yang menurut Peraturan Perundang-undangan
retribusi diwajibkan untuk melakukan pembayaran retribusi;
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

20

13. Masa Retribusi adalah suatu jangka waktu tertentu yang merupakan batas waktu bagi wajib
retribusi untuk memanfaatkan jasa percetakan KTP dan atau akte catatan sipil;
14. Pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan untuk mencari, mengumpulkan dan mengolah data
dan atau keterangan lainnya dalam rangka pengawasan kepatuhan kewajiban retribusi
berdasarkan Peraturan Perundang-undangan Retribusi Daerah;
15. Penyidikan tindak pidana di bidang retribusi adalah serangkaian tindakan yang dilakukan oleh
penyidik untuk mencari serta mengumpulkan bukti yang dengan bukti itu membuat terang
tindak pidana di bidang retribusi yang terjadi serta menemukan tersangkanya;
16. Penyidik adalah pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu yang diberi wewenang khusus untuk
melakukan penyidikan.
BAB II
NAMA, OBJEK DAN SUBJEK RETRIBUSI
Pasal 2
Dengan nama retribusi penggantian biaya cetak kartu tanda penduduk, kartu keluarga dan akte
catatan sipil dipungut retribusi atas penggantian biaya cetak Kartu Tanda Penduduk, kartu
keluarga, dan akte catatan sipil.
Pasal 3
Objek retribusi meliputi pencetakan :
1. Kartu Tanda Penduduk;
2. Akte Kelahiran;
3. Akte Perkawinan;
4. Akte Perceraian;
5. Akte Pengesahan dan Pengakuan Anak;
6. Akte Ganti Nama bagi Warga Negara Asing;
7. Akte Kematian;
8. Kartu Keluarga.
Pasal 4
Subjek retribusi adalah orang pribadi yang memperoleh jasa akibat diterbitkannya Kartu Tanda
Penduduk, Kartu Keluarga dan atau Akte Catatan Sipil.
BAB III
GOLONGAN RETRIBUSI
Pasal 5
Retribusi penggantian biaya cetak kartu tanda penduduk, kartu keluarga dan akte catatan sipil
digolongkan sebagai jasa umum.

Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

21

BAB IV
CARA MENGUKUR TINGKAT PENGGUNAAN JASA
Pasal 6
Tingkat penggunaan jasa diukur berdasarkan jumlah KTP, Kartu Keluarga dan akte catatan sipil
yang diterbitkan.
BAB V
PRINSIP DAN SASARAN DALAM PENETAPAN STRUKTUR DAN BESARNYA TARIF
Pasal 7
1) Prinsip dan sasaran dalam penetapan tarif retribusi adalah untuk mengganti biaya cetak Kartu
Tanda Penduduk, Kartu Keluarga dan atau akte catatan sipil.
2) Biaya cetak sebagaimana dimaksud pada ayat ( 1 ) adalah biaya cetak persatuan Kartu Tanda
Penduduk, Kartu Keluarga dan atau Akte Catatan Sipil yang dibayar oleh Pemerintah Daerah
kepada percetakan.
BAB VI
STRUKTUR DAN BESARNYA TARIF
Pasal 8
1) Struktur tarif digabungkan menurut jenis pelayanan yang diberikan.
2) Struktur dan dasar tarif adalah sebagai berikut :
a. Penggantian biaya cetak Kartu Tanda Penduduk Rp. 15.000,b. Penggantian pengisian biaya Kartu Tanda Penduduk sementara Rp. 5.000,c. Penggantian biaya cetak kartu keluarga Rp. 10.000,3) Struktur tarif digabungkan menurut jenis pelayanan yang diberikan.
4) Struktur dan dasar tarif adalah sebagai berikut :
a. Penggantian biaya cetak Kartu Tanda Penduduk Rp. 15.000,b. Penggantian pengisian biaya Kartu Tanda Penduduk sementara Rp. 5.000,c. Penggantian biaya cetak kartu keluarga Rp. 10.000,d. Penggantian biaya cetak akte catatan sipil :
1. Akte kelahiran
Rp.
25.000,2. Akte perkawinan
Rp.
75.000,3. Akte perceraian
Rp. 200.000,4. Akte pengesahan dan pengakuan anak
Rp.
25.000,5. Akte ganti nama bagi WNA
Rp. 250.000,6. Akte perkawinan bagi WNA
Rp. 500.000,7. Akte Kematian
Rp.
25.000,8. Akte adopsi / pengangkatan anak
Rp.
25.000,e. Semua penerimaan hasil pelayanan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) huruf a sampai
d, disetorkan dengan ketentuan sebagai berikut :
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

22

1. 75 % ke Rekening Kas Daerah;


2. 25 % ke rekening Bagian Kependudukan dan Catatan Sipil.

BAB VII
MASA RETRIBUSI DAN SAAT RETRIBUSI TERHUTANG
Pasal 9
1) Masa retribusi KTP sementara adalah 3 ( tiga ) bulan.
2) Masa retribusi KTP adalah 5 ( lima ) tahun.
Pasal 10
Saat retribusi terhutang adalah pada saat diterbitkannya SKRD atau dokumen lain yang
dipersamakan.
BAB VIII
WILAYAH PEMUNGUTAN
Pasal 11
Wilayah pemungutan Retribusi Terhutang adalah di daerah tempat pelayanan Kartu Tanda
Penduduk, Kartu Keluarga dan Akte Catatan Sipil diberikan.
BAB IX
SURAT PENDAFTARAN
Pasal 12
1) Wajib retribusi wajib mengisi SPDORD ( Surat Pendaftaran Data Objek Retribusi Daerah );
2) SPDORD sebagaimana dimaksud pada ayat ( 1 ) harus diisi dengan jelas, benar dan lengkap
serta ditanda tangani oleh wajib retribusi atau kuasanya;
3) Bentuk, isi serta tata cara pengisian dan penyampaian SPDORD sebagaimana dimaksud ayat
( 1 ) ditetapkan oleh Kepala Daerah.

Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

23

BAB XI
TATA CARA PEMUNGUTAN
Pasal 13
1) Pemungutan retribusi tidak dapat diborongkan;
2) Retribusi dipungut dengan menggunakan SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan.
BAB XII
TATA CARA PEMBAYARAN
Pasal 14
1) Retribusi yan terutang dilunasi sekaligus di muka;
2) Untuk Kartu Tanda Penduduk, retribusi yang terutang dilunasi sekaligus dimuka untuk
1 ( satu ) kali masa retribusi;
3) Tata cara pembayaran, penyetoran dan tempat pembayaran retribusi diatur dengan keputusan
Bupati.
BAB XIII
PENGURANGAN, KERINGANAN DAN PEMBEBASAN RETRIBUSI
Pasal 15
1) Bupati dapat memberikan keringanan, pengurangan dan pembebasan retribusi.
2) Pemberian pengurangan dan keringanan retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat ( 1 )
dengan memperhatikan kemampuan masyarakat antara lain dapat diberikan kepada orang
cacat, pelajar atau mahasiswa.
3) Pemberian pembebasan retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat ( 1 ) antara lain untuk wajib
retribusi yang berusia lanjut atau yang berusia 60 tahun ke atas.
4) Tata cara penguarangan, keringanan dan pembebasan retribusi ditetapkan dengan Keputusan
Bupati.
BAB XIV
SANKSI ADMINISTRASI
Pasal 16
Bagi penduduk yang terlambat mengurus akte kelahiran dan akte perkawinan dikenakan sanksi
administrasi sebagai berikut :
1) Akte kelahiran sebesar Rp.
2) Akte Perkawinan sebesar Rp. 15.000,Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

24

BAB XV
KETENTUAN PIDANA
Pasal 17
1) wajib retribusi yang tidak melaksanakan kewajibannya sehingga merugikan Keuangan Daerah
diancam pidana kurungan paling lama 1 (satu ) bulan atau denda paling banyak 4 ( empat ) kali
jumlah retribusi terutang.
2) Tindak pidana yang dimaksud pada ayat ( 1 ) adalah pelanggaran.
BAB XVI
PENYIDIKAN
Pasal 18
1) Pejabat Pegawai Negeri Sipil di Lingkungan pemerintah Daerah diberi wewenang khusus
sebagai penyidik untuk melakukan penyidikan tindak pidana di bidang perpajakan daerah atau
retribusi daerah sebagaimana dimaksud Pasal 1 angka 18.
2) Wewenang penyidikan sebagaimana dimaksud pada ayat ( 1 ) adalah :
a. Menerima, mencari dan mengumpulkan dan meneliti keterangan atau laporanberkenaan
dengan tindak pidana di bidang retribusi Daerah agar keterangan atau laporan tersebut
menjadi lengkap.
b. Meneliti, mencari dan mengumpulkan keterangan mengenai orang pribadi atau badan
tentang kebenaran perbuatan yang dilakukan sehubungan dengan tindak pidana retribusi
daerah tersebut.
c. Meminta keterangan dan bahan bukti dari orang pribadi atau badan sehubungan dengan
tindak pidana di bidang retribusi daerah.
d. Memeriksa buku buku, catatan dan dokumen-dokumen lain berkenaan dengan tindak
pidana di bidang retribusi daerah.
e. Melakukan penggeledahan untuk mendapat bahanbukti pembukuan, pencatatan dan
dokumen-dokumen lain serta melakukan penyitaan terhadap bahan bukti tersebut.
f. Meminta bantuan tenaga ahli dalam ranka pelaksanaan tugas penyidikan tindak pidana di
bidang retribusi daerah.
g. Menyuruh berhenti dan atau melarang seseorang meninggalkan ruangan atau tempat pada
saat pemeriksaan sedang berlangsung memeriksa identitas orang atau dokumen yang
dibawa sebagaimana dimaksud pada huruf e.
h. Menuntut seseorang yang berkaitan dengan tindak pidana retribusi daerah.
i. Menuntut seseorang yang berkaitan dengan tindak pidana retribusi daerah.
j. Menuntut seseorang yang berkaitan dengan tindak pidana retribusi daerah.
k. Memanggil orang untuk didengar keterangannya dan diperiksa sebagai tersangka atau
saksi.
l. Menghentikan penyidikan.
m. Melakukan tindakan lain yang perlu untuk kelancaran penyidikan tindak pidana di bidang
retribusi daerah menurut hukum yang dipertanggung jawabkan.

Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

25

3) Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat ( 1 ) memberitahukan dimulainya penyidikan dan


menyampaikan hasil penyidikannya kepada penuntut umum, sesuai dengan ketentuan yang
diatur dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana.
BAB XVII
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 19
Pada saat berlakunya Peraturan Daerah ini, maka segala ketentuan yang bertentangan dengan
Peraturan Daerah ini dinyatakan tidak berlaku.
Pasal 20
Hal hal yang belum diatur dalam Peraturan Daerah ini, sepanjang mengenai teknis
pelaksanaannya akan diatur lebih lanjut dengan Keputusan Bupati.
Pasal 21
Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada saat diundangkan.
Agar setiap orang dapat mengetahuinya, memerintahkan Pengundangan Peraturan Daerah ini
dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Lamandau.
Ditetapkan di : Nanga Bulik
Pada Tanggal : 29 Februari 2004
BUPATI LAMANDAU,
ttd
BUSTANI DJ. MAMUD
Diundangkan di : Nanga Bulik
Pada Tanggal
: 15 Maret 2004
Plt. SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN LAMANDAU
ttd
(Drs. PIET J. DADIE)
NIP. 530 003 050
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LAMANDAU
TAHUN 2004 NOMOR 01 SERI : C
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

26

PENJELASAN
ATAS
PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMANDAU
NOMOR 04 TAHUN 2004
TENTANG
RETRIBUSI PENGGANTIAN BIAYA CETAK KARTU TANDA PENDUDUK, KARTU
KELUARGA DAN AKTE CATATAN SIPIL
I.

UMUM
Sasaran pembangunan jangka panjang adalah terciptanya kualitas manusia yang
maju dan kualitas masyarakat yang hidup dalam suasana aman dan tentram sejahtera lahir dan
batin dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara serta berkesinambungan
dalam hubungan antara manusia maupun hubungan manusia dengan lingkungannya
Untuk mencapai sasaran tersebut diatas , perlu ditingkatkan pelayanan kepada
masyarakat melalui pendataan, pendaftaran dan pengaturan administrasi kependudukan
kedalam sistem administrasi kependudukan yang baik dan teratur.
Guna pengelolaan administrasi kependudukan yang baik dan teratur tersebut, maka
diperlukan
sumberdana untuk menunjang pelaksanaannyamelalui pungutan retribusi
penggantian biaya cetak kartu tanda penduduk, kartu keluarga dan akte catatan sipil.
Berdasarkan Undang-undang Nomor 5 Tahun 2002 tentang Pembentukan Kabupaten
Katingan, Kabupaten Seruyan, Kabupaten Sukamara, Kabupaten Lamandau, Kabupaten
Gunung Mas, Kabupaten Pulang Pisau, Kabupaten Murung Raya dan Kabupaten Barito Timur
di Propinsi Kalimantan Tengah (Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 18, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4180 ), bahwa Kabupaten Lamandau
merupakan daerah otonom yang dapat mengatur dan mengurus rumah tangga sendiri sesuai
dengan kondisi dan potensi daerah, termasuk bidang kependudukan.
Oleh sebab itu untuk mewujudkan
keteraturan dan tertibnya administrasi
kependudukan guna menunjung proses pembangunan dan pemerintahan maka diperlukan
partisipasi aktif masyarakat untuk bersama-sama dengan pemerintah daerah mewujudkan
masyarakat yang tertib dan teratur kedalam tata administrasi yang baik dan benar.
Untuk mencapai maksud diatas perlu pengaturan dan pengendaliannya melalui
Peraturan Daerah Kabupaten Lamandau.

II. PENJELASAN PASAL DEMI PASAL


Pasal 1 angka 1 s/d 16
Pasal 2

: Cukup Jelas
: Maksud Penggantian Biaya Cetak adalah Retribusi Pengantian
Biaya Cetak berdasarkan pasal 8 Peraturan Daerah ini.

Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

27

Pasal 3
Pasal 4
Pasal 5
Pasal 6
Pasal 7 ayat 1
ayat 2
Pasal 8 ayat 1 s/d 2
Pasal 9 ayat 1
ayat 2
Pasal 10
Pasal 11
Pasal 12
Pasal 13 ayat 1
ayat 2
Pasal 14 ayat 1
ayat 2 dan 3
Pasal 16
Pasal 17 ayat 1 dan 2
Pasal 18 ayat 1 s/d 2
Pasal 19
Pasal 20
Pasal 21

: Cukup Jelas
: Cukup Jelas
: Cukup Jelas
: Cukup Jelas
: Pungutan Retribusi dipungut atas penggantian biaya cetak,
sedangkan jasa tidak termasuk dalam pungutan retribusi.
: Cukup Jelas
: Cukup Jelas
: Masa Retribusi KTP sementara adalah masa berlakunya pungutan/
retribusi atas biaya cetak KTP sementara.
: Masa retribusi KTP adalah masa berlakunya pungutan/retribusi
atas biaya cetak KTP
: Saat retibusi terutang adalah saat dikeluarkannya surat ketetapan
retribusi daerah (SKRD) atau saat diterbitkannya dokumen lain
yang dipersamakan
: Cukup Jelas
: Cukup Jelas
: Pungutan retribusi tidak dapat diborongkan dilimpahkan kepihak
Lain
: Cukup Jelas
: Retribusi yang terhutang dilunasi dimuka untuk akte, diluar KTP
: Cukup Jelas
: Hanya berlaku untuk akte kelahiran dan akte perkawinan
: Cukup Jelas
: Cukup Jelas
: Cukup Jelas
: Cukup Jelas
: Cukup Jelas

TAMBAHAN LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LAMANDAU


TAHUN 2004 NOMOR 04 SERI : C

Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

28

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMANDAU


NOMOR 05 TAHUN 2004
TENTANG
JASA ADMINISTRASI DAN UANG LEGES
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
BUPATI LAMANDAU,
Menimbang

a. bahwa dalam rangka meningkatkan Pendapatan Asli Daerah dan peningkatan


pelayanan administrasi kepada masyarakat, maka perlu untuk meningkatkan
pelayanan administrasi;
b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a
diatas, perlu ditetapkan dengan Peraturan Daerah tentang Jasa Administrasi
dan Uang Leges.

Mengingat

1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana


( Lembaran Negara Tahun 1981 Nomor 76, Tambahan Lembaran Negara
Nomor 3209 );
2. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah
(
Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 60, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3839 );
3. Undang-undang Nomor 25 tahun 1999 tentang perimbangan keuangan antar
Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah (Lembaran Negara tahun 1999
Nomor 72, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3848 );
4. Undang-Undang Tahun 2000 tentang Perubahan atas undang-undang Nomor
18 tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah ( Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 246, Tambahan Lembaran
Negara Nomor 4048 );
5. Undang-undang Nomor 5 tahun 2002 tentang Pembentukan Kabupaten
Katingan, KabupatenSeruyan, Kabupaten Sukamara, Kabupaten Lamandau,
Kabupaten Gunung Mas, Kabupaten Pulang Pisau, Kabupaten Murung Raya
dan Kabupaten Barito Timur di Propinsi Kalimantan Tengah (Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 18, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4180 );

Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

29

6. Peraturan Pemerintah Nomor 27 tahun 1983 tentang Pelaksanaan UndangUndang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (Lembaran
Negara Tahun 1981 Nomor 36, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3258 );
7. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan
Pemerintah dan Kewenangan Propinsi sebagai Daerah Otonom
( Lembaran Negara Republik Indonesia 3952 );
8. Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2001 tentang Retribusi Daerah
( Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 119, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4139 );
9. Keputusan Presiden Nomor 44 Tahun 1999 tentang Teknik Penyusunan
Peraturan Perundang-undangan dan Bentuk Undang-Undang, Rancangan
Peraturan Pemerintah dan Rancangan Keputusan Presiden;
10. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 84 Tahun 1997 tentang Penyidik
Pegawai Negeri Sipil di Lingkungan Pemerintah Daerah;
Dengan persetujuan
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH
KABUPATEN LAMANDAU
MEMUTUSKAN :
Menetapkan :

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMANDAU TENTANG JASA


ADMINISTRASI DAN UANG LEGES.
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1

Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan :


1. Daerah adalah Kabupaten Lamandau;
2. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Daerah Kabupaten Lamandau;
3. Bupati adalah Bupati Lamandau
4. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya disebut DPRD adalah Dewan Perwakilan
Rakyat Daerah Kabupaten Lamandau;
5. Dinas Pendapatan Daerah adalah Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Lamandau;
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

30

6. Jasa Administrasi adalah jasa atas pelayanan oleh Pemerintah Daerah berupa penyediaan
blanko / formulir, surat keterangan, surat ijin dan atau surat-surat lainnya atau legalisir suratsurat yang dikeluarkan oleh Pemerintah Daerah dan unit satuan kerja, dinas/badan, lembaga
teknis daerah di lingkungan Pemerintah Kabupaten Lamandau;
7. Badan adalah suatu bentuk usaha meliputi Perseroan Terbatas ( PT ), Perusahaan Komanditer
( CV ), perseroan lainnya, Badan Usaha Milik Negara atau Daerah dengan nama dan bentuk
apapun, persekutuan, perkumpulan, Firma, Kongsi, Koperasi, Dana Pensiun, Usaha Dagang,
serta badan usaha lainnya;
8. Pejabat adalah Pegawai Negeri Sipil yang diberi tugas tertentu sesuai dengan Peraturan
Perundang-undangan yang beralaku;
9. Kas Daerah adalah Kas Daerah Kabupaten Lamandau;
10. Bendaharawan Khusus Penerima adalah Bendaharawan khusus penerima pada Dinas
Pendapatan Daerah Kabupaten Lamandau;
11. Uang Leges adalah sejumlah uang tertentu sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian ijin
atau pendaftaran ulang atau pengesahan atau perolehan dokumen-dokumen resmi, surat-surat
atau bahan-bahan tertulis sah sejenisnya yang khusus disediakan dan atau diberikan oleh
Pemerintah Daerah untuk kepentingan orang pribadi atau badan hukum;
12. Pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan untuk mencari, mengumpulkan dan mengolah data
dan atau keterangan lainnya dalam rangka pengawasan kepatuhan pemenuhan kewajiban
terhadap Peraturan perundang-undangan yang berlaku;
13. Penyidikan tindak pidana adalah serangkaian tindakan yang dilakukan oleh penyidik Pegawai
Negeri Sipil yang selanjutnya dapat disebut penyidik, untuk mencari dan mengumpulkan bukti
sehingga dengan bukti itu membuat terang tindak pidana yang terjadi serta menemukan
tersangkanya.
BAB II
JENIS DAN BESARNYA JASA ADMINISTRASI DAN
UANG LEGES
Pasal 2
Setiap orang atau badan hukum yang akan memanfaatkan dan atau memperoleh jasa atau
pelayanan administrasi atas pemberian ijin atau pendaftaran ulang, atau pengesahan, legalisir,
peroleh dokumen-dokumen resmi, surat-surat atau bahan-bahan tertulis yang sah atau sejenisnya
yang khusus disediakan dan atau diberikan oleh Pemerintah Daerah harus membayar pelayanan
jasa administrasi dan uang leges.
Pasal 3
Jenis dan besarnya jasa administrasi adalah sebagai berikut :
a. Untuk satu notulen sidang DPRD Kab. Lamandau
b. Untuk satu eceran acara-acara sidang DPRD Kabupaten Lamandau
c. Untuk sebuah Rancangan APBD
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

31

Rp.
Rp.
Rp.

10.000,2.500,15.000,-

d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
k.
l.
m.

Untuk sebuah APBD Kab. Lamandau


Untuk Surat Rekomendasi
Untuk pemberian surat keterangan oleh Bupati
Untuk pemberian ijin sementara atau kutipan terhadap suatu
permintaan yang dikabulkan
Untuk suatu tanda pembayaran sebagai ganti surat ijin
Untuk setiap penerbitan Kahir atau daftar pajak atau cukai buat tiaptiap penetapan pajak atau cukai
Untuk Imsanco Verlkering atau penetapan pengesahan kwitansikwitansi berobat, SPPD, Surat Keterangan Pemberhentian Gaji
(SKPP) dan lain-lain dengan ketentuan nilai nominal Rp. 200.000,Untuk pemutihan setiap akte-akte kependudukan yang dikeluarkan
oleh Bupati
Untuk setiap pemberian ijin / kutipan
Untuk formulir / daftar tiap-tiap eksemplar

Rp.
Rp.
Rp.
Rp.

15.000,2.000,1.000,1.000,-

Rp.

1.000,-

Rp.

1.000,-

Rp.
Rp.

2.000,1.000,-

Rp.
Rp.

1.000,500,-

Rp.

500,-

Rp.

500,-

Rp.

500,-

Rp.

1.000,-

Rp.

1.000,-

Pasal 4
Jenis dan besarnya uang leges adalah sebagai berikut :
a. Untuk legalisasi surat-surat keterangan/ rekomendasi perlembar
b. Untuk legalisasi surat ijin (ijin usaha, trayek, pendaftaran
perusahaan, IMB dan atau sejenisnya perlembar
c. Untuk setiap legalisasi akte-akte kependudukan yang dikeluarkan
oleh Pemerintah Daerah perlembar
d. Untuk setia legalisasi satu buah berita acara/ surat perjanjian dan
atau sejenisnya
e. Untuk setiap legalisasi satu buah akte jual beli tanah / sertifikat
tanah

BAB III
PENGECUALIAN
Pasal 5
Pengecualian dari pemungutan Jasa Administrasi dan uang leges sebagaimana dimaksud pasal 3
dan 4 Peraturan Daerah ini adalah untuk :
a. Kepentingan Badan Sosial dan Keagamaan;
b. Surat atau jasa yang diberikan untuk kepentingan Pemerintah Daerah berdasarkan ketentuan
Peraturan Perundang-undangan yang berlaku;
c. Kepentingan perorangan yang tidak mampu, sepanjang dapat dibuktikan dengan mengajukan
surat keterangan dari Ketua Rukun Tetangga ( RT ) yang diketahui oleh Kepala Desa / Lurah
setempat;
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

32

d. Kepentingan pelajar dan mahasiswa;


e. Salinan atau duplikasi perjanjian yangdibuat oleh Pemerintah Daerah dengan pihak lain yang
turut menandatangi perjanjian dimaksud;
f. Surat Perintah Membayar Uang;
g. Surat atau jasa yang diberikan kepada anggota DPRD Kabupaten Lamandau;
h. Keputusan tentang pengangkatan dalam jabatan pekerjaan Pemerintah Daerah, kenaikan
pangkat, gaji/berkala, ijin cuti bagi pegawai di lingkungan Pemerintah Daerah;
i. Dokumen / surat-surat penting dan bahan-bahan tertulis sah sejenisnya yang diberikan oleh
Bupati / pejabat kepada institusi media massa baik penerbitan media cetak maupun lembaga
penyiaran.

BAB IV
TATA CARA PEMBAYARAN
Pasal 6
Tata cara pembayaran jasa administrasi dan uang leges ditetapkan dengan Keputusan Bupati.

Pasal 7
Jasa sebagaimana tersebut pada pasal 3 dan 4 Peraturan Daerah ini, merupakan penerimaan
Daerah yang harus disetor ke Kas Daerah melalui Bendaharawan Khusus Penerima.

BAB V
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 8
Hal-hal lain yang belum diatur dalam Peraturan Daerah ini, sepanjangmengenai pelaksanaannya
akan diatur lebih lanjut dengan Keputusan Bupati.
Pasal 9
Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

33

Agar supaya setiap orang dapat mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah
ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Lamandau.
Ditetapkan di : Nanga Bulik
Pada Tanggal : 29 Februari 2004
BUPATI LAMANDAU,
ttd
BUSTANI DJ. MAMUD
Diundangkan di : Nanga Bulik
Pada Tanggal
: 15 Maret 2004
Plt. SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN LAMANDAU
ttd
(Drs. PIET J. DADIE)
NIP. 530 003 050
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LAMANDAU
TAHUN 2004 NOMOR 02 SERI : C

Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

34

PENJELASAN
ATAS
PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMANDAU
NOMOR 5 TAHUN 2004
TENTANG
JASA ADMINISTRASI DAN UANG LEGES
I.

PENJELASAN UMUM
Dalam meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan peningkatan pelayanan
administrasi yang benar-benar tertuju pada kepentingan masyarakat, maka Pemerintah Daerah
berusaha untuk meningkatkan dan menciptakan pelayanan seobtimal mungkin dalam bentuk
pelayanan administrasi, berupa jasa pelayanan oleh pemerintah daerah berupa penyediaan
blanko/ formulir, surat keterangan, surat izin dan atau surat-surat lainnya atau legalisir
surat-surat yang dikeluarkan oleh Pemerintah Daerah baik Dinas/ Badan dan Unit Satuan
Kerja lainnya.
Meningat dasar pertimbangan tersebut serta mencermati peraturan daerah Kabupaten
Lamandau nomor 5 Tahun 2004 tentang Jasa Adminstrasi dan Uang Leges setelah diadakan
evaluasi dan pengkajian baik ditinjau dari aspek substantsif maupun pertimbangan guna lebih
menjamin kemudahan dalam pelayanan yang akan dilakukan, dipandang perlu untuk mengatur
hal tersebut. Dalam konteks inilah Peraturan Daerah tentang Jasa Administrasi Uang Leges ini
dibentuk.

II.

PASAL DEMI PASAL


Pasal 1
Cukup Jelas
Pasal 2
a.

Yang dimaksud dengan Jasa Administrasi adalah jasa atau pelayanan oleh
Pemerintah Daerah berupa penyediaan Blanko/ Formulir, surat-surat lainnya atau
legalisir surat-surat yang dikeluarkan oleh Pemerintah Daerah dan Unit Satuan
Kerja Dinas/ Badan dilingkungan Pemerintah Daerah Kabupaten Lamandau;
b.
Yang dimaksud Uang Leges adalah sejumlah uang tertentu sebagai
pembayaran atas jasa atau pemberian izin atau pendaftaran ulang atau pengesahan
atau perolehan dokumen-dokumen resmi, surat-surat atau bahan-bahan tertulis sah
sejenis nya yang khsusus disediakan dan atau kepentingan pribadi atau badan
hukum.
c.
Yang dimaksud setiap orang atau badan hukum adalah Orang pribadi atau
bentuk usaha yang berbadan Hukum contoh CV, PT dan lainnya apabila
memperoleh jasa atau pelayanan dari pemerintah maka diharuskan membayar

Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

35

pelayanan jasa administrasi dan uang leges sesuai dengan jenis jasa yang diperlukan
tersebut.
Pasal 3
Cukup Jelas
Pasal 4
Cukup Jelas
Pasal 5
Cukup Jelas
Pasal 6
Cukup Jelas
Pasal 7
Yang dimaksud Bendaharawan khusus penerima adalah bendaharawan khusus
Penerima pada Dinas Pendapatan Kabupaten Lamandau
Pasal 8
Cukup Jelas
Pasal 9
Cukup Jelas
TAMBAHAN LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LAMANDAU
TAHUN 2004 NOMOR 5 SERI : C

Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

36

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMANDAU


NOMOR 06 TAHUN 2004
TENTANG
RETRIBUSI IJIN TEMPAT USAHA
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
BUPATI LAMANDAU,
Menimbang

a. bahwa setiap orang atau badan yang mendirikan atau memperluas tempat
usahanya di Daerah diwajibkan memiliki Ijin Tempat Usaha.
b. bahwa untuk meningkatkan Pendapatan Asli Daerah guna menunjang
pelaksanaan pembangunan dan penyelenggaraan pemerintahan, maka perlu
memungut Retribusi Ijin Tempat Usaha.
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud huruf a dan b
diatas, perlu ditetapkan dengan Peraturan Daerah tentang Retribusi Tempat
Ijin Usaha.

Mengingat

1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Ketentuan Hukum Acara


Pidana ( Lembaran Negara Tahun 1981 Nomor 76, Tambahan Lembaran
Negara Nomor 3209 );
2. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah
( Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 60, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 3839 );
3. Undang-undang Nomor 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan
antar Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah (Lembaran Negara tahun
1999 Nomor 72, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3848 );
4. Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000 tentang Perubahan atas UndangUndang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah
( Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 246,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4048 );
5. Undang-undang Nomor 5 Tahun 2002 tentang Pembentukan Kabupaten
Katingan, Kabupaten Seruyan, Kabupaten Sukamara, Kabupaten
Lamandau, Kabupaten Gunung Mas, Kabupaten Pulang Pisau, Kabupaten
Murung Raya dan Kabupaten Barito Timur di Propinsi Kalimantan Tengah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 18, Tambahan Lembaran

Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

37

Negara Nomor 4180);


6. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1983 tentang Pelaksanaan UndangUndang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (Lembaran
Negara Tahun 1981 Nomor 36, Tambahan Lembaran Negara Nomor
3258 );
7. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan
Pemerintah dan Kewenangan Propinsi sebagai Daerah Otonom
( Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3952 );
8. Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2001 tentang Retribusi Daerah
( Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 119, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia 4139 );
9.

Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 174 Tahun 1997


tentang Tata Cara Pungutan Retribusi Daerah;

10.

Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 175 Tahun 1997


tentang Pedoman Tata Cara Pemeriksaan di Bidang Retribusi Daerah;

11.

Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 119 Tahun 1998


tentang Ruang Lingkup dan Jenis-Jenis Retribusi Daerah Tingkat I dan
Tingkat
II.
Dengan Persetujuan
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH
KABUPATEN LAMANDAU
MEMUTUSKAN :

Menetapkan

PERATURAN DAERAH KABUPATEN


RETRIBUSI TEMPAT IJIN USAHA

LAMANDAU

TENTANG

BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan :
1. Daerah adalah Kabupaten Lamandau;
2. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Kabupaten Lamandau;
3. Bupati adalah Bupati Lamandau;
4. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya disebut DPRD adalah Dewan Perwakilan
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

38

Rakyat Daerah Kabupaten Lamandau;


5. Dinas Pendapatan Daerah adalah Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Lamandau;
6. Tempat Usaha adalah lokasi untuk melakukan usaha yang dilaksanakan secara teratur dalam
bidang usaha tertentu dengan maksud mencari keuntungan dan atau laba;
7. Ijin Tempat Usaha ( ITU ) adalah surat ijin yang diberikan yang diberikan kepada setiap
pengusaha yang mendirikan tempat usaha maupun menempati tempat usaha yang disediakan
oleh Pemerintah Daerah atau mendirikan tempat usaha sendiri sebagaimana dimaksud angka 6
dalam pasal ini;
8. Pengusaha adalah setiap orang atau persekutuan atau badan hukum yang bertanggung jawab
atas jenis usahanya;
9. Perusahaan adalah setiap bentuk usaha yang menjalankan setiap jenis usaha yeng bersifat tetap
dan terus menerus dan yang diijinkan, bekerja serta berkedudukan di Kabupaten Lamandau;
10. Usaha adalah setiap tindakan, perbuatan atau kegiatan apapun dalam perekonomian yang
dilakukan oleh setiap pengusaha untuk tujuan memperoleh keuntungan dan atau laba;
11. Retribusi Daerah yang selanjutnya disebut Retribusi adalah pungutan daerah sebagai
pembayaran atas jasa atau pemberian ijin tertentu yang khusus disediakan dan atau diberikan
oleh Pemerintah Daerah untuk kepentingan orang pribadi atau badan;
12. Bendaharawan Khusus Penerima adalah Bendaharawan Khusus penerima pada Dinas
Pendapatan Daerah Kabupaten Lamandau;
13. Pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan untuk mencari, mengumpulkan dan mengolah data
dan atau keterangan lainnya dalam rangka pengawasan kepatuhan pemenuhan kewajiban
Retribusi Daerah berdasarkan Peraturan Perundang-Undangan Retribusi Daerah;
14. Penyidikan adalah serangkaian tindakan penyidik dalam hal dan menurut cara yang diatur oleh
Undang-Undang untuk mencari dan mengumpulkan bukti yang dengan bukti itu membuat
terang tentang tindak pidana yang terjadi dan guna menemukan tersangkanya;
15. Kas Daerah adalah Kas Daerah Kabupaten Lamandau
Pasal 2
Dengan nama Retribusi Ijin Tempat Usaha, dipungut Retribusi Ijin Tempat Usaha.
BAB II
NAMA OBJEK DAN SUBJEK RETRIBUSI IJIN TEMPAT USAHA
Pasal 3
Objek retribusi ijin tempat usaha adalah semua tempat usaha yang ada di Daerah termasuk tempattempat usaha yang disediakan oleh Pemerintah Daerah.
Pasal 4
Subjek retribusi ijin tempat usaha adalah setiap orang dan atau badan hukum yang mendirikan atau
memperluas tempat-tempat usahanya di Daerah yang memiliki ijin tempat usaha dari Bupati atau
pejabat yang ditunjuk.
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

39

BAB III
PERSYARATAN UNTUK MENDAPATKAN IJIN TEMPAT USAHA
Pasal 5
Untuk mendapatkan Ijin Tempat Usaha sebagaimana dimaksud pasal 4 Peraturan Daerah ini,
pemohon mengajukan permohonan tertulis kepada Bupati dengan mengisi daftar isian yang sudah
disediakan pada Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau serta melampirkan syarat-syarat sebagai
berikut :
1. Fotocopy / salinan denah bangunan kecuali bagi tempat-tempat usaha yang disediakan oleh
Pemerintah Daerah;
2. Fotocopy / salinan ijin mendirikan bangunan ( kecuali bagi tempat-tempt usaha yang
disediakan oleh Pemerintah Daerah );
3. Fotocopy salinan Akte Perseroan ( bagi badan hukum );
4. Fotocopy salinan Kartu Tanda Penduduk ( KTP );
5. Fotocopy salinan Surat Ijin Usaha Perdagangan;
6. Suart pernyataan bersedia mentaati peraturan dan perundang-undangan yang berlaku;
7. Surat keterangan Kepala Desa / Kepala Kelurahan;
8. Surat pernyataan tidak keberatan dari tetangga diketahui oleh ketua RT / Kepala Desa /
Kelurahan setempat ( kecuali bagi tempat-tempat usaha yang disediakan Pemerintah Daerah );
9. Tanda lunas PBB lokasi usaha ( kecuali bagi tempat-tempat usaha yang disediakan oleh
Pemerintah Daerah ).
BAB IV
JANGKA WAKTU BERLAKUNYA IJIN TEMPAT USAHA
Pasal 6
Masa berlakunya ijin tempat usaha selama 5 ( lima ) tahun.
Pasal 7
(1) Perusahaan yang telah mempunyai ijin tetapi masa berlakunya sudah habis, diwajibkan untuk
memperbaharui / memperpanjang perijinannya dengan mengajukan permohonan tertulis
kepada Bupati dengan melampirkan syarat-syarat sebagaimana ketentuan pasal 5 Peraturan
Daerah ini;
(2) Bagi perusahaan yang mendapat ijin dari Pemerintah Daerah Kotawaringin Barat sejak
dikeluarkannya Peraturan Daerah ini maka semua perijinannya tidak berlaku lagi;
(3) Perusahaan yang mengadakan perluasan tempat usahanya, diwajibkan untuk memperbaharui
perijinannya dengan mengajukan permohonan tertulis kepada Bupati dengan melampirkan
syarat-syarat sebagaimana ketentuan pasal 5 Peraturan Daerah ini.
Pasal 8
Ijin tempat usaha dapat dicabut dalam hal :
a. Setiap perusahaan, baik perorangan maupun badan hukum yang telah mendapat ijin tempat
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

40

usaha melakukan perluasan tanpa memiliki ijin dari Bupati;


b. Setiap perusahaan, baik perorangan maupun badan hukum yang telah mendapat ijin tempat
usaha melakukan penundaan tangan / hak dan pemindahan lokasi tanpa persetujuan Bupati.
Pasal 9
Bagi setiap orang dan atau badan yang mengajukan permohonan atau telah mendapat ijin tempat
usaha bila dipandang perlu mendapat peninjauan lokasi tempat usaha guna mengetahui
keberadaannya atas permohonan atau ijin yang tidak diberikan.
BAB V
KETENTUAN BIAYA ADMINISTRASI DAN RETRIBUSI
Pasal 10
(1) Setiap pengajuan permohonan ijin tempat usaha dikenakan biaya administrasi sebesar Rp.
10.000,- ( sepuluh ribu rupiah );
(2) Setiap pemberian ijin tempat usaha dikenakan retribusi daerah dengan besarnya tarif sebagai
berikut :
Kisaran Modal :
a. Modal Rp. 5.000.000,- ( lima juta rupiah ) sampai dengan Rp. 50.000.000,- ( lima puluh
juta rupiah ) sebesar Rp. 25.000,- ( dua puluh lima ribu rupiah ).
b. Modal diatas Rp. 50.000.000,- ( lima puluh juta rupiah ) sampai dengan Rp.
100.000.000,- ( seratus juta rupiah ) sebesar Rp. 50.000,- ( lima puluh lima ribu rupiah ).
c. Modal diatas Rp. 100.000.000,- ( seratus juta rupiah ) sampai dengan Rp. 200.000.000,( dua ratus juta rupiah ) sebesar Rp. 100.000,- ( Seratus ribu rupiah ).
d. Modal diatas Rp. 200.000.000,- (dua ratus juta rupiah ) sampai dengan Rp. 300.000.000,( tiga ratus juta rupiah ) sebesar
Rp. 150.000,- ( seratus lima puluh ribu rupiah ).
e. Modal diatas Rp. 300.000.000,- tiga ratus juta rupiah ) sampai dengan Rp. 400.000.000,( empat ratus juta rupiah ) sebesar p. 200.000,- ( dua ratus ribu rupiah ).
f. Modal diatas Rp. 400.000.000,- (empat ratus juta rupiah ) sampai dengan Rp.
500.000.000,- ( lima ratus juta rupiah ) sebesar Rp. 250.000,- ( dua ratus lima puluh ribu
rupiah ).
g. Modal diatas Rp. 500.000.000,- ( lima ratus juta rupiah ) sampai dengan Rp.
600.000.000,- ( enam ratus juta rupiah ) sebesar Rp. 300.000,- ( tiga ratus ribu rupiah ).
h. Modal diatas Rp. 600.000.000,- (enam ratus juta rupiah ) sampai dengan Rp.
700.000.000,- ( tujuh ratus juta rupiah ) sebesar Rp. 350.000,- ( tiga ratus lima puluh ribu
rupiah ).
i. Modal Rp. 700.000.000,- ( tujuh ratus juta rupiah ) sampai dengan Rp. 1.000.000.000,( satu miliar rupiah ) sebesar Rp. 450.000,- ( empat ratus lima puluh ribu rupiah).
j. Modal Rp. 1.000.000.000,- ( Satu miliar rupiah ) keatas sebesar Rp. 550.000,- ( lima ratus
lima puluh ribu rupiah ).
(3) Bagi usaha yang modalnya dibawah Rp. 5.000.000,- ( lima juta rupiah ) tidak dikenakan
retribusi ijin tempat usaha.
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

41

(4) Semua hasil penerimaan sebagaimana dimaksud ayat (1) ayat (2) pasal ini disetorkan ke Kas
Daerah melalui Bendaharawan Khusus Penerima pada Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten
Lamandau.
Pasal 11
Tata cara pembayaran retribusi ijin tempat usaha akan diatur dengan Keputusan Kepala Daerah.
BAB VI
PENGENDALIAN DAN PENGAWASAN
Pasal 12
Setiap perusahaan baik perorangan maupun badan hukum yang telah memperoleh ijin tempat
usaha diwajibkan :
a. Mengupayakan keseimbangan dan kelestarian sumber daya alam, dan pencegahan timbulnya
kerusakan dan pencemaran terhadap lingkungan hidup sebagai akibat kegiatan usaha yang
dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan perundangan yang berlaku;
b. Mengupayakan Keamanan dan Keselamatan Kerja ( K3 ), alat produksi serta hasil produksi
termasuk pengangkutannya sesuai dengan ketentuan peraturan perundangan yang berlaku.
BAB VII
LARANGAN
Pasal 13
Setiap orang atau badan hukum, dilarang menggunakan tempat/ ruangan tertentu untuk
mengadakan kegiatan usaha atau memperluas tempat usahanya tanpa ijin tertulis dari Kepala
Daerah.
BAB VIII
KETENTUAN PIDANA
Pasal 14
(1) Pelanggaran terhadap ketentuan sebagaimana dimaksud dalam pasal 4, 8 dan 13 Peraturan
Daerah ini, diancam pidana kurungan paling lama 3 (tiga ) bulan dan atau denda setinggitingginya Rp. 5.000.000,- ( lima juta rupiah ).
(2) Tindak pidana sebagaimana dimaksud ayat (1) pasal ini disebut pelanggaran.

BAB IX
KETENTUAN PENYIDIK
Pasal 15
Selain penyidik pejabat polisi negara Republik Indonesia, penyidikan atas tindak pidana
sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Daerah ini, dapat juga dilakukan oleh penyidik Pegawai
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

42

Negeri Sipil di Lingkungan Pemerintah Daerah yang pengangkatannya ditetapkan sesuai peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
Pasal 16
(1) Penyidik sebagaimana dimaksud dalam pasal 14 Peraturan Daerah ini karena kewajibannya
mempunyai wewenang sebagai berikut :
a.
Menerima laporan dan pengaduan dari seseorang tentang adanya tindak pidana;
b.
Melakukan tindakan pertama pada saat itu di tempat kejadian;
c.
Menyuruh berhenti seorang tersangka dan memeriksa tanda pengenal diri
tersangka;
d.
Melakukan penangkapan, penahanan, penggeledahan dan penyitaaan;
e.
Melakukan pemeriksaan dan penyitaan surat;
f.
Mengambil sidik jari dan memotret seseorang;
g.
Memanggil orang untuk didengar dan diperiksa sebagai tersangka atau saksi;
h.
Mendatangkan saksi ahli yang diperlukan dalam hubungannya dengan pemeriksaan
perkara;
i.
Mengadakan penghentian penyidikan;
j.
Mengadakan tindakan lain menurut hukum yang berlaku.
(2) Dalam melaksanakan tugas penyidikan, pejabat penyidik sebagaimana dimaksud dalam pasal
14 Peraturan Daerah ini membuat berita acara setiap tindakan tentang :
a.
Pemeriksaan tersangka;
b.
Memasuki rumah tersangka;
c.
Penyitaan benda;
d.
Memeriksa surat;
e.
Memeriksa saksi;
f.
Pemeriksaan di tempat kejadian.
Pasal 17
Pejabat penyidik Pegawai Negeri Sipil dalam melaksanakan tugasnya berada dibawah koordinasi
dan pengawasan penyidik Polisi Negara Republik Indonesia.
BAB X
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 18
Hal-hal lain yang belum diatur dalam Peraturan Daerah ini, sepanjang mengenai pelaksanaannya
akan diatur lebih lanjut dengan Keputusan Kepala Daerah.

Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

43

Pasal 19
Paraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar supaya setiap orang dapat mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah
ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Lamandau.

Ditetapkan di : Nanga Bulik


Pada Tanggal : 29 Februari 2004
BUPATI LAMANDAU,
ttd
BUSTANI DJ. MAMUD
Diundangkan di : Nanga Bulik
Pada Tanggal
: 15 Maret 2004
Plt. SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN LAMANDAU
Ttd
(Drs. PIET J. DADIE)
NIP. 530 003 050
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LAMANDAU
TAHUN 2004 NOMOR 03 SERI C

Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

44

PENJELASAN
ATAS
PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMANDAU
NOMOR 06 TAHUN 2004
TENTANG
RETRIBUSI IJIN TEMPAT USAHA
I.

PENJELASAN UMUM
Pembangunan di Kabupaten Lamandau semakin meningkat dengan begitu pelakupelaku ekonomipun semakin bertambah sehingga kebutuhan akan tempat usahapun semakin
bertambah pula. Hal tersebut dapat dilihat dengan berdirinya tempat-tempat usaha baik itu
dalam bentuk perusahaan, unit dagang dan usaha-usaha dibidang jasa lainnya yang tujuannya
mencari untung laba.
Dengan mempertimbangkan dan melihat aspek dari pertumbuhan dan kebutuhan
akan tempat usaha tersebut maka pemerintah daerah berpendapat untuk memberikan suatu
nilai tambah bagi pemerintah daerah dan usaha yang tepat untuk meningkatkan pendapatan asli
daerah (PAD) Kabupaten Lamandau serta tertibnya kawasan usaha maka pemeintah daerah
membentuk peraturan daerah tentang Retribusi ijin tempat usaha.
Berdasarkan maksud dan tujuan diatas maka peraturan daerah ini disusun dengan
mengacu kepada empat aspek, yaitu :
1. Aspek Hukum;
2. Aspek Teknik;
3. Aspek Politik; dan
4. Aspek Sosial Ekonomi.
Serta dilaksanakan dengan tertib, benar dan bermanfaat.

II. PENJELASAN PASAL DEMI PASAL


Pasal 1
Cukup Jelas
Pasal 2
Cukup Jelas
Pasal 3
Cukup Jelas
Pasal 4
Cukup Jelas
Pasal 5
Cukup Jelas
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

45

Pasal 6
Cukup Jelas
Pasal 7
Ayat 1
Cukup Jelas
Ayat 2
Cukup Jelas
Ayat 3
Cukup Jelas
Pasal 8
a.
Untuk memperluas tempat usaha setiap perusahaan baik perorangan
maupun badan hukum harus terlebih dahulu mendapat ijin dari Bupati
b.
Bagi setiap orang atau Badan Hukum yang telah mendapat ijin dari
Bupati apabila hendak memindah lokasi atau melakukan penundaan tangan/ hak
harus ada pemberitahuan dan persetujuan Bupati.
Pasal 9
Ayat 1
Cukup Jelas
Ayat 2
Cukup Jelas
Ayat 3
Cukup Jelas
Ayat 4
Cukup Jelas
Pasal 11
Cukup Jelas
Pasal 12
Cukup Jelas
Pasal 13
Cukup Jelas
Pasal 14
Cukup Jelas
Pasal 16
Cukup Jelas
Pasal 17
Cukup Jelas
Pasal 18
Cukup Jelas
Pasal 19
Cukup Jelas
TAMBAHAN LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LAMANDAU
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

46

TAHUN 2004 NOMOR 06 SERI : D


PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMANDAU
NOMOR 07 TAHUN 2004
TENTANG
PAJAK PENGAMBILAN BAHAN GALIAN GOLONGAN C
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
BUPATI LAMANDAU,
Menimbang

Mengingat

a.

bahwa dalam rangka menggali Pendapatan Asli Daerah Kabupaten


Lamandau maka perlu memungut Pajak Pengambilan Bahan Galian
Golongan C;

b.

bahwa sehubungan dengan hal tersebut pada huruf a diatas, perlu


ditetapkan dengan Peraturan Daerah Kabupaten Lamandau.

1.

Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana


( Lembaran Negara Tahun 1981 Nomor 76, Tambahan Lembaran Negara
Nomor 3209 );

2.

Undang-Undang Nomor 17 Tahun 1997 tentang Badan Penyelesaian


Sengketa Pajak ( Lembaran Negara Tahun 1997 Nomor 40, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 3684 );

3.

Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan


Retribusi Daerah ( Lembaran Negara Tahun 1997Nomor 41, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 3685) juncto Undang-Undang Nomor 34 Tahaun
2000 tentang Perubahan Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1997 Tentang
Pajak Daerah dan Retribusi Daerah ( Lembaran Negara Tahun 2000 Nomor
246, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4048 );

4.

Undang-Undang Nomor 19 Tahun 1997 tentang Penagihan Pajak dengan


Surat Paksa ( Lembaran Negara Tahun 1997 Nomor 42, Tambahan
Lembaran Negara Nomr 3686 );

5.

Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah


( Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 60, Tambahan Lembaran Negara
Nomor 3839 );

6.

Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1999 tentang Pertimbangan Keuangan


antara Pemerintah Pusat dan Daerah ( Lembaran Negara Tahun 1999

Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

47

7.

Nomor 72, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3848 );


Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2002 tentang Pembentukan Kabupaten
Katingan, Kabupaten Seruyan, Kabupaten Sukamara, Kabupaten
Lamandau, Kabupaten Gunung Mas, Kabupaten Pulang Pisau, Kabupaten
Murung Raya dan Kabupaten Barito Utara di Propinsi Kalimantan Tengah
(Lembaran Negara Tahun 2002 Nomor 18, Tambahan Lembaran Negara
Nomor 4180);

8.

Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah


( Lembaran Negara Tahun 1997 Nomor 54, Tambahan Lembaran Negara
Nomor 3691 );

9.

Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 Kewenangan Pemerintah dan


Kewenangan Propinsi sebagai Daerah Otonom dan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 54, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 3952 );

10. Keputusan Presiden Nomor 44 Tahun 1999 tentang Teknik Penyususunan


Peraturan Perundang-Undangan, dan Bentuk Rancangan Undang-Undang,
Rancangan Peraturan Pemerintah dan Rancangan Keputusan Presiden
( Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 70 );
11. Keputusan Menteri Kehakiman Nomor M. 04-PW.03 Tahun 1984 tentang
Wewenang Penyidik Pegawai Negeri Sipil;
12. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 170 Tahun 1997 tentang
Pedoman Tata Cara Pemungutan Pajak Daerah;
13. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 173 Tahun 1997 tentang Tata
Cara Pemeriksaan di Bidang Pajak Daerah;
14. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 43 Tahun 1999 Tentang Sistem
dan Prosedur Administrasi Pajak Daerah, Retribusi Daerah dan Penerimaan
Pendapatan Lain-lain.
Dengan Persetujuan
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Lamandau
MEMUTUSKAN :
Menetapkan

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMANDAU TENTANG


PAJAK PENGAMBILAN BAHAN GALIAN GOLONGAN C

Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

48

BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan ini yang dimaksud dengan :
1. Kabupaten adalah Kabupaten Lamandau;
2. Pemerintah Kabupaten adalah Pemerintah Kabupaten Lamandau;
3. Bupati adalah Bupati Lamandau;
4. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya disebut DPRD adalah Dewan Perwakilan
Rakyat Daerah Kabupaten Lamandau.
5. Dinas Pendapatan Daerah adalah Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Lamandau;
6. Pajak, Pengambilan Bahan Golongan C Yang disebut Pajak adalah Pungutan Daerah atas
pengambilan bahan galian Golongan C;
7. Bahan Galian Golongan C adalah bahan galian Golongan C sebagaimana dimaksud dalam
Peraturan Perundang-Undangan yang berlaku;
8. Ekploitassi bahan galian Golongan C adalah Pengambilan bahan galian Golongan C dari
sumber alam didalam dan ataupun permukaan bumi untuk dimanfaatkan;
9. Surat Pemberitahuan Pajak Daerah yang selanjutnya disingkat SPTPD adalah surat yang
digunakan oleh Wajib Pajak untuk melaporkan perhitungan dan pembayaran Pajak yang
terutang menurut peraturan Perundang-Undangan perpajakan Daerah;
10. Surat Setoran Pajak Daerah yang selanjutnya disingkat SSPD adalah surat yang digunakan
Wajib Pajak untuk melakukan pembayaran atau penyetoran pajak yang terutang ke Kas
Daerah atau ketempat lain yang ditetapkan oleh Bupati;
11. Surat Ketetapan Daerah yang selanjutnya disingkat SKPD adalah surat keputusan yang
menentukan besarnya jumlah pajak yang terutang;
12. Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar yang selanjutnya disingkat SKPDKB adalah
surat keputusan yang menentukan besarnya jumlah pajak yang terutang, jumlah kredit pajak,
jumlah kekurangan pembayaran pokok pajak, besarnya sanksi administrasi dan jumlah yang
masih harus dibayar ;
13. Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar Tambahan yang selanjutnya disingkat
SKPDKBT adalah surat keputusan yang menentukan tambahan atas jumlah pajak yang akan
terutang ;
14. Surat Ketetapan Pajak Daerah Lebih Bayar yan selanjutnya disingkat SKPDLB adalah surat
keputusan yang menentukan jumlah kelebihan pembayaran pajak karena jumlah kredit pajak
lebih besar dari pajak terutang atau tidak seharusnya terutang ;
15. Surat Ketetapan Pajak Daerah Nihil yang selanjutnya disingkat SKPDN adalah surat
keputusan yang menentukan jumlah pajak yang terutang sama besarnya dengan kredit pajak,
atau tidak terutang dan tidak ada kredit pajak
16. Surat Tagihan Pajak Daerah yang selanjutnya disingkat STPD adalah surat yang melakukan
tagihan pajak atau sanksi administrasi berupa bunga dan denda ;

Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

49

BAB II
NAMA OBJEK DAN SUBJEK PAJAK
Pasal 2
1) Dengan nama Pajak Pengambilan Bahan Galian Golongan C dipungut Pajak atas kegiatan
eksploitasi bahan galian golongan C.
2) Objek Pajak adalah kegiatan eksploitasi bahan galian golongan C.
3) Bahan galian golongan C sebagai mana dimaksud ayat (2) meliputi :
a. Batu Berat ( Batu Gunung ) ;
b. Batu Latrit ;
c. Batu Setengah Permata ;
d. Batu Permata ;
e. Pasir dan Kerikil ;
f. Pasir Kuarsa ;
g. Perlit ;
h. Phospat ;
i. Talk ;
j. Tanah Serap ( Fullers Earth ) ;
k. Tanah Diatome ;
l. Tanah Liat ;
m. Tras ;
n. Yarosif ;
o. Zeolit.
Pasal 3
1) Subjek Pajak adalah orang pribadi atau badan yang mengeksploitasi atau mengambil bahan
galian golongan C.
2) Wajib Pajak adalah orang pribadi atau badan yang menyelenggarakan eksploitasi bahan galian
golongan C.
BAB III
DASAR PENGENAAN DAN TARIF PAJAK
Pasal 4
1) Dasar Pengenaan Pajak adalah Nilai jual eksploitasi galian golongan C.
2) Nilai Jual Sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dihitung dengan mengalihkan volume/ tionase
hasil eksploitasi dengan nilai pasar atau harga standar masing-masing jenis bahan galian
golongan C.
3) Nilai sebagai mana dimaksud pada ayat (2) pada masing-masing jenis bahan galian golongan
C ditetapkan secara periodic oleh Bupati sesuai dengan harga rata-rata yang berlaku setempat.
Pasal 5
Besarnya Tarif Pajak ditetapkan sebesar 20 % ( Dua puluh persen ) dari nilai jual.
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

50

BAB IV
WILAYAH PEMUNGUTAN DAN CARA MENGHITUNG PAJAK
Pasal 6
1) Pajak yang terutang dipungut dalam Wilayah Kabupaten;
2) Besar Pajak yang terutang dihitung dengan cara mengalikan tarif sebagaimana dimaksud
dalam pasal 5 dengan dasar pengenaan pajak sebagaimana dimaksud dalam pasal 4;
BAB V
MASA PAJAK, SAAT PAJAK TERHUTANG DAN SURAT
PEMBERITAHUAN PAJAK DAERAH
Pasal 7
Masa Pajak adalah jangka waktu tertentu yang lamanya ditetapkan oleh Bupati sebagai dasar
untuk menghitung besarnya pajak terutang.
Pasal 8
Tahun Pajak adalah waktu yang lamanya 1 (satu) tahun takwin kecuali bila Wajib Pajak
menggunakan tahun buku yang tidak sama dengan tahun takwin.
Pasal 9
Pajak terutang dalam masa pajak terjadi pada saat kegiatan eksploitasi bahan galian golongan C
dilakukan.
Pasal 10
1) Setiap Wajib Pajak wajib mengisi SPTPD.
2) SPTPD sebagaimana pada ayat (1) harus diisi dengan jelas, benar dan lengkap serta ditanda
tangani oleh Wajib Pajak serta atau kuasanya.
3) Bentuk, isi dan tata cara pengisian SPTPD ditetapkan oleh Bupati.
BAB V
TATA CARA PERHITUNGAN DAN PENETAPAN PAJAK
Pasal 11
1) Berdasarkan SPTPD sebagaimana dimaksud dalam pasal 10 ayat (1) Bupati menetapkan pajak
terutang dengan menerbitkan SKPD.
2) Apabila SKPD dimaksud pada ayat (1) tidak atau kurang dibayar setelah lewat waktu pada
waktu paling lama 15 (lima belas) hari sejak SKPD diterima, dikenakan sanksi administrasi
berupa bunga sebesar 2 % (dua persen) sebulan dan ditagih dengan menerbitkan STPD.
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

51

Pasal 12
1) Wajib Pajak yang membayar sendiri, STPD sebagaimana dimaksud dalam pasal 10 ayat (1)
digunakan untuk menghitung, memperhitungkan pajak sendiri yang terutang.
2) Dalam Jangka Waktu 5 (lima) tahunsesudah terutangnya pajak,Bupati dapat menerbitkan :
a. SKPDKB;
b. SKPDKBT;
c. SKPDN;
3) SKPDKB sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a diterbitkan :
a. Apabila Berdasarkan hasil pemeriksaan atau keterangan lain pajak yang terutang tidak
atau kurang dibayar, dikenakan sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2 % (dua
persen) sebulan dihitung dari pajak yang kurang atau terlambat dibayar untuk jangka
waktu paling lama 24 (dua puluh empat) bulan dihitung sejak saat terhutangnya pajak;
b. Apabila STPD tidak disampaikan dalam jangka waktu yang ditentukan dan telah ditegur
secara tertulis, dikenakan sanksi administrasi berupa bunga sebesar 25 % (dua puluh lima
persen) dari pajak yang kurang atau terlambat bayar untuk jangka waktu paling lama 24
(dua puluh empat) bulan dihitung sejak saat terhutangnya pajak;
c. Apabila kewajiban mengisi SPTPD tidak dipenuhi, pajak yang terutang dihitung secara
jabatan, dan dikenakan sanksi administrasi berupa bunga sebesar 25 % (dua puluh lima
persen) dari pokok pajak ditambah sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2 % (dua
persen) sebulan dihitung dari pajak yang kurang atau terlambat dibayar untuk jangka
waktu paling lama 24 (dua puluh empat) bulan dan dihitung sejak saat terhutangnya pajak;
4) SKPDKBT sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b diterbitkan apabila ditemukan data
baru atau data semula yang belum terungkap yang menyebabkan penambahan jumlah pajak
yang terutang, akan dikenakan sanksi administrasi berupa kenaikan sebesar 100 % (seratus
persen) dari jumlah kekurangan pajak tersebut.
5) SKPDN sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf c harus diterbitkan apabila jumlah pajak
yang terutang sama besarnya dengan jumlah kredit atau pajak tidak terutang ada kredit pajak .
6) Apabila kewajiban membayar pajak terutang SKPDKB dan SKPDKBT sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) huruf a dan b tidak atau tidak sepenuhnya dibayar dalam jangka
waktu yang telah ditentukan, ditagih dengan menerbitkan STPD ditambah dengan sanksi
administrasi berupa bunga 2 % (dua persen) sebulan.
BAB VII
TATA CARA PEMBAYARAN
Pasal 13
1) Pembayaran Pajak dilakukan di Kas Daerah atau tempat lain yang ditunjuk oleh Bupati sesuai
waktu yang ditentukan SPTPD, SKPD, SKPDKB, STPD.
2) Apabila pembayaran pajak dilakukan ditempat lain yang ditunjuk, hasil penerimaan pajak
harus disetor ke Kas Daerah selambat-lambatnya 1 x 24 jam atau dalam waktu yang
ditentukan oleh Bupati.
3) Pembayaran pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) dilakukan dengan
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

52

menggunakan SSPD.
Pasal 14
1) Pembayaran pajak harus dilakukan sekaligus atau lunas.
2) Bupati dapat memberikan persetujuan kepada Wajib Pajak untuk menangsur pajak terutang
dalam kurun waktu tertentu setelah memenuhi persyaratan yang ditentukan.
3) Angsuran pembayaran pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (2), harus dilakukan secara
teratur dan berturut-turut dengan dikenakan bunga sebesar 2 % (Dua Persen) sebulan dari
jumlah pajak yang belum atau kurang dibayar.
4) Bupati dapat memberikan persetujuan Kepada Wajib Pajak untuk menunda pembayaran pajak
sampai batas waktu yang ditentukan dengan dikenakan bunga sebesar 2 % (Dua Persen)
sebulan dari jumlah pajak yang belum atau kurang dibayar.
5) Persyaratan untuk mendapatkan pengangsuran dan menunda pembayaran serta tata cara
pembayaran angsuran dan penundaan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (4)
ditetapkan dengan keputusan Bupati.
Pasal 15
1) Setiap pembayaran pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 diberi bukti pembayaran dan
dicatat dalam buku penerimaan.
2) Bentuk, jenis dan isi ukuran tanda bukti pembayaran dan buku penerimaan pajak
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ditetapkan dengan keputusan Bupati.
BAB VIII
TATA CARA PENAGIHAN PAJAK
Pasal 16
1) Surat teguran atau surat peringatan atau surat lain yang sejenis sebagai awal tindakan
pelaksanaan penagihan pajak dikeluarkan 7 (Tujuh) hari sejak jatuh tempo pembayaran.
2) Dalam jangka waktu 7 (Tujuh) hari setelah surat teguran atau surat peringatan atau surat lain
yang sejenis diterima oleh Wajib Pajak maka harus melunasi pajak yang terutang.
3) Surat teguran, surat peringatan atau surat lain yang sejenis sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dikeluarkan oleh Pejabat yang ditunjuk.
Pasal 17
1) Apabila jumlah pajak yang harus dibayar tidak dilunasi dalam jangka waktu sebagaimana
yang ditentukan dalam surat teguran atau surat peringatan atau surat lain yang sejenis jumlah
pajak yang harus dibayar ditagih dengan surat paksa.
2) Pejabat yang ditunjuk menerbitkan surat paksa segera menerbitkan surat paksa setelah lewat
21 (Dua Puluh Satu) hari sejak surat teguran atau surat peringatan atau surat lain yang sejenis
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

53

diterima oleh wajib pajak.


Pasal 18
Apabila pajak yang harus dibayar tidak dilunasi dalam jangka waktu 2 x 24 jam sesudah tanggal
pemberitahuan surat paksa, pejabat yang ditunjuk segera menerbitkan surat perintah melaksanakan
penyitaan sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku.
Pasal 19
Setelah dilakukan penyitaan dan Wajib Pajak belum juga melunasi utang pajaknya, lewat 10
(Sepuluh) hari sejak tanggal pelaksanaan surat perintah melaksanakan penyitaan, pejabat yang
ditunjuk mengajukan permintaan menetapkan tanggal pelelangan kepada Kantor Lelang Negara.
Pasal 20
Setelah Kantor Lelang Negara menetapkan hari, tanggal, jam dan tempat pelaksanaan lelang juru
sita memberitahukan dengan segera secara tertulis.
Pasal 21
Bentuk dan jenis formulir yang digunakan untuk pelaksanaan penagihan pajak daerah ditetapkan
oleh Bupati.
BAB IX
PENGURANGAN, KERINGANAN DAN PEMBEBASAN PAJAK
Pasal 22
1) Bupati berdasarkan permohonan Wajib Pajak dapat memberikan pengurangan, keringanan dan
pembebasan pajak.
2) Tata cara pemberian pengurangan, keringan dan pembahasan pajak sebagaimana dimaksud
ayat (1) ditetapkan oleh Bupati sesuai dengan Peraturan Perundang-Undangan yang berlaku.
BAB X
TATA CARA PEMBETULAN, PEMBATALAN,
PENGURANGAN KETETAPAN, DAN PENGHAPUSAN ATAU PENGURANGAN
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

54

SANKSI ADMINISTRASI
Pasal 23
(1) Bupati karena jabatan atas permohonan Wajib Pajak dapat :
a.

b.
c.

Membetulkan SKRD atau SKPDKBT yang dalam penerbitannya terdapat


kesalahan tulis, kesalahan hitung dan atau kekeliruan dalam penerapan peraturan
Perundang-Undangan perpajakan daerah;
Membatalkan atau Pengurangan ketetapan-ketetapan pajak yang benar.
Mengurangi atau menghapuskan sanksi administrasi berupa bunga, denda
dan kenaikan pajak yang terutang dalam hal sanksi tersebut dikenakan karena kekhilafan
Wajib Pajak atau bukan karena kesalahannya.

(2) Permohonan pembetulan, pembatalan, pengurangan ketetapan dan penghapusan atau


pengurangan sanksi administrasi atau SKPD, SKPDKB, SKPDKBT dan STPD sebagaimana
dimaksut ayat (1) harus disampaikan selambat-lambatnya 30 (Tiga Puluh ) hari sejak tanggal
diterima SKPD, SKPDKB, SKPDKBT atau STPD dengan pemberian alasan yang jelas.
(3) Bupati atau Penjabat yang ditunjuk paling lama 12 ( Dua Belas ) bulan sejak surat
permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diterima, sudah harus memberikan
keputusan;
(4) Apabila setelah lewat waktu 12 ( Dua Belas ) bulan sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
Bupati atau Penjabat yang ditunjuk tidak memberikan, keputusan permohonan pembetulan,
pembatalan, pengurangan ketetapan dan penghapusan sanksi administrasi dianggap
dikabulkan.
BABXI
KEBERATAN DAN BANDING
Pasal 24
(1) Wajib Pajak dapat mengajukan keberatannya hanya kepada Bupati atas suatu :
a. SKPD;
b. SKPDKB;
c. SKPDKBT;
d. SKPDLB;
e. SKPDN;
f. Pemotongan atau pemungutan oleh pihak ketiga Berdasarkan peraturan PerundangUndangan perpajakan yang berlaku;
(2) Permohonan keberatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus disampaikan secara tertulis
dalam bahasa Indonesia paling lama 3 (tiga) bulan sejak tanggal SKPD, SKPDKB,
SKPDKBT dan STPD diterima oleh Wajib Pajak atau tanggal pemotongan / pemungutan oleh
( pihak ketiga sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dengan alasan yang jelas kecuali Wajib
Pajak dapat menunjukan bahwa jangka waktu itu Tidak dapat dipenuhi karena keadaan diluar
keputusan );
(3) Bupati atau Pejabat yang ditunjukan dalam jangka waktu paling lama 12 ( dua belas ) bulan
sejak tanggal permohonan keberatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diterima sudah
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

55

memberikan keputusan;
(4) Apabila sudah lewat waktu 12 ( dua belas ) bulan sebagaimana dimaksut pada ayat (3) Bupati
atau Pejabat yang ditunjuk tidak memberikan keputusan, permohonan keberatan dianggap
dikabulkan;
(5) Pengajuan keberatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak menunda kewajiban
membayar pajak;
Pasal 25
(1) Wajib pajak dapat mengajukan banding Kepada Badan Penyelesaian Sengketa pajak dalam
jangka waktu 3 ( tiga ) bulan setelah diterima keputusan keberatan;
(2) Mengajukan banding sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak menunda kewajiban
membayar pajak;
Pasal 26
Apabila pengajuan keberatan sebagaimana dimaksud pada pasal 24 atau banding sebagaimana
dimaksud dalam pasal 25 dikabulkan sebagian atau seluruhnya, kelebihan pembayaran pajak
dikembalikan dengan imbalan bunga 20 % (dua persen ) sebulan untuk paling lama 24 ( dua
puluh empat ) bulan;
BAB XII
PENGEMBALIAN KELEBIHAN PEMBAYARAN PAJAK
Pasal 27
(1) Wajib Pajak dapat mengajukan permohonan pengembalian kelebihan pembayaran pajak
Kepada Bupati atau Pejabat yang ditunjuk;
(2) Bupati atau pejabat yang ditunjuk dalam jangka waktu paling lama 12 (dua belas ) bulan sejak
diterimanya permohonan pengembalian pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus
memberikan keputusan;
(3) Apabila jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilampaui, Bupati atau Penjabat
yang ditunjuk tidak memberikan keputusan, permohonan pengembalian kelebihan
pembayaran pajak dianggap dikabulkan dan SKPDLB harus diterbitkan dalam waktu paling
lama 1
( satu ) bulan;
(4) Apabila Wajib Pajak mempunyai utang pajak lainnya kelebihan pembayaran pajak sebagai
mana dimaksud pada ayat (2) langsung diperhitungkan untuk melunasi terlebih dahulu utang
pajak dimaksud;
(5) Pengembalian kelebihan pembayaran pajak dilakukan dalam waktu paling lama 2 ( dua )
bulan sejak diterbitkannya SKPDLB dengan menerbitkan Surat Perintah Membayar
Kelebihan Pajak ( SPMKP );
(6) Apabila pengembalian kelebihan pembayaran pajak dilakukan setelah lewat waktu 2 ( dua )
bulan sejak diterbitkannya SKPDLB, Bupati atau Penjabat yang ditunjuk memberikan
imbalan bunga sebesar 2 % ( dua persen ) sebulan atas terlambatnya pembayaran kelebihan
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

56

pajak;
Pasal 28
Apabila kelebihan pembayaran pajak diperhitungkan dengan uang pajak lainnya, sebagaimana
dimaksud dalam pasal 27 ayat (4), pembayaran dilakukan dengan cara pemindah bukuan dan bukti
pemindah bukuan juga berlaku sebagai bukti pembayaran;

BAB XIII
DALUWARSA
Pasal 29
(1) Hak untuk melakukan penagihan pajak menjadi daluwarsa setelah melampaui jangka waktu
10 ( sepuluh ) tahun terhitung sejak saat terhutangnya pajak, kecuali apabila Wajib Pajak
melakukan tindak pidana dibidang perpajakan daerah;
(2) Daluwarsa penagihan pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tertanggung apabila :
a. Diterbitkan Surat Teguran dan Surat Paksa atau;
b. Ada pengakuan utang dari Wajib Pajak baik langsung maupun tidak langsung;
c. Diterbitkan SKPDKB atau SKPDKBT;
BAB XIV
KETENTUAN PIDANA
Pasal 30
(1) Wajib Pajak yang karena kealpaannya tidak menyampaikan SPTPD atau mengisi tidak benar
atau tidak lengkap atau tidak melampirkan keterangan yang tidak benar sehingga merugikan
keuangan daerah dapat dipidana dengan pidan kurungan paling lama 1 ( satu ) tahun dan atau
denda sebanyak 2 ( dua ) kali pajak yang terhutang.
(2) Wajib Pajak yang dengan sengaja tidak menyampaikan SPTPD atau mengisi dengan tidak
benar atau tidak lengkap atau melampirkan keterangan yang tidak benar sehingga merugikan
keuangan daerah dapat dipidana dengan pidana penjara paling lama 2 (dua ) tahun atau denda
paling banyak 4 ( empat ) kali jumlah pajak terhutang.
Pasal 31
Tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam pasal 30 tidak dituntut setelah melampaui jangka
waktu 10 ( sepuluh ) tahun sejak saat terutangnnya pajak atau berakhirnya masa pajak atau
berakhirnya bagian Tahun Pajak atau berakhirnya Tahun Pajak.

Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

57

BAB XV
PENYIDIK
Pasal 32
(1) Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu dilingkungan Pemerintah Daerah diberi wewenang
khusus sebagai penyidik untuk melakukan penyidikan tindak pidana dibidang perpajakan
daerah sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum
Acara Pidana;
(2) Wewenang penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah :
a. Menerima, mencari dan mengumpulkan, dan meneliti keterangan atau laporan berkenaan
dengan tindak pidana dibidang perpajakan daerah agar keterangan atau laporan tersebut
menjadi lengkap dan jelas.
b. Meneliti, mencari dan mengumpulkan keterangan mengenai orang pribadi atau badan
tentang kebenaran perbuatan yang dilakukan sehubungan dengan tindak pidana
perpajakan daerah tersebut.
c. Meminta keterangan dan barang bukti dan orang pribadi atau Badan sehubungan dengan
tindak pidana dibidang perpajakan daerah;
d. Memeriksa buku, catatan-catatan dan Dokumen-dokumen lain berkenaan dengan tindak
pidana dibidang perpajakan daerah;
e. Melakukan penggeledahan untuk mendapatkan barang bukti pembukaan, catatan dan
dokumen-dokumen lain, serta melakukan penyitan terhadap barang bukti tersebut;
f. Meminta bantuan tenaga ahli dalam rangka pelaksanaan tugas penyidikan tindak pidana
dibidang perpajakan daerah;
g. Menyuruh berhenti, melarang seseorang meninggalkan ruangan atau tempat pada saat
pemeriksaan sedang berlangsung dan memeriksa identitas orang dan atau dokumen yang
dibawa sebagaimana dimaksud huruf e;
h. Memotret seseorang yang berkaitan dengan tindak pidana perpajakan daerah;
i. Memangil orang untuk didengar keterangannya dan diperiksa sebagai tersangka atau
saksi;
j. Menghentikan penyidikan;
k. Melakukan tindakan lain yang perlu untuk kelancaran penyidik tindak pidana dibidang
perpajakan daerah menurut hukum yang dapat dipertanggung jawabkan;
(3) Penyidik sebagaimana dimaksud ayat (1) memberitahukan dimulainya penyidikan dan
menyampaikan hasil penyidikan kepada penuntut umum sesuai dengan Peraturan Perundangundangan yang berlaku;
BAB XVI
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 33
Pelaksanan Peraturan Daerah ini ditetapkan oleh Bupati

Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

58

Pasal 34
Peraturan Daerah ini dimulai pada tanggal diundangkan.
Agar setiap orang dapat mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini
dengan penempatan dan Lembaran Daerah Kabupaten Lamandau.
Ditetapkan di : Nanga Bulik
Pada Tanggal : 29 Februari 2004
BUPATI LAMANDAU,
ttd
BUSTANI DJ. MAMUD

Diundangkan di : Nanga Bulik


Pada Tanggal
: 15 Maret 2004
Plt. SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN LAMANDAU
ttd
( Drs PIET J. DADIE )
NIP. 530 003 050
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LAMANDAU
TAHUN 2004 NOMOR 01 SERI : B

Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

59

PENJELASAN
ATAS
PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMANDAU
NOMOR 07 TAHUN 2004
TENTANG
PAJAK PENGAMBILAN BAHAN GALIAN GOLONGAN C
I.

PENJELASAN UMUM
Berdasarkan Undang-undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan
Retribusi Daerah Juncto Undang-undang 34 Tahun 2000 telah menetapkan perpajakan sebagai
salah satu perwujudan kewajiban warga negara terhadap pemerintah kabupaten, dalam pasal 4
Undang-undang Nomor 18 Tahun 1997 ditegaskan bahwa pajak daerah diatur dengan
peraturan daerah.
Dalam penjelasan umum Undang-undang Nomor 34 Tahun 2000 yang pada
prinsifnya menegaskan bahwa pendapatan asli daerah antara lain pajak daerah diharapkan
menjadi salah satu sumber pembiayaan penyelenggaraan pemerintah dan pembangunan
daerah, untuk meningkatkan dan meratakan kesejahteraan masyarakat dengan demikian.
Daerah mampu otonomi yaitu mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri.
Peraturan daerah ini mengatur tentang tata cara pemungutan pajak pada jenis
tambang yang termasuk galian golongan C, dimana bahan tersebut sangat di butuhkan untuk
berbagai macam pembagunan sesuai keperluan penggunaan masing-masing pengguna bahan
galian tersebut yang pada saat ini diperlukan di Kabupaten Lamandau. Bahan-bahan tersebut
adalah sebagai berikut :
a. Batu Berat (Batu Gunung/Batu belah);
b. Batu Latrit;
c. Batu setengah Permata;
d. Batu Kerikil/ Koral;
e. Pasir Kuarsa;
f. Perlit;
g. Phospat;
h. Talk;
i. Tanah Serap (Fullers Earth);
j. Tanah Diatome;
k. Tanah Liat;
l. Tras;
m. Yarosil;
n. Zeolit;
o. Pasir Pasang (untuk bangunan);
p. Pasir Uruk;

Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

60

q. Tanah Uruk;
r. Batu Bata.
Sejalan dengan semakin pesatnya pembangunan di Kabupaten Lamandau dan
penggunaan bahan semakin meningkat tentu hal tersebut memberikan suatu nilai tambah bahi
pemasukan PAD Kabupaten Lamandau apabila hal tersebut dijadikan salah satu sumber
pemasukan daerah. Oleh sebab itu pemerintah Kabupaten Lamandau membuat suatu kebijakan
dengan membentuk peraturan daerah yang mengatur bagaimana dasar-dasar pengenaan pajak
dan tarif pajak, tata cara perhitungan dan penetapan pajak, tata cara pembayaran, tata cara
penagihan dan lainnya akan diatur dalam peraturan daerah tentang Pajak Galian Golongan C.
Disamping itu sebagai upaya penataan dan pengaturan kembali pajak galian golongan C di
Kabupaten Lamandau yang masih belum baku dan masih menggunakan standar harga
Kabupaten Kotawaringin Barat. Dimana penataan tersebut akan dilakukan sesuai dengan
keadaan dan kondisi Kabupaten Lamandau serta tidak bertentangan dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
Dengan pembentukan peraturan daerah ini menetapkan kebijakan dan arah bagi
pemerintah Kabupaten Lamandau dalam melaksanakan pemungutan pajak galian golongan C,
sekaligus menetapkan peraturan untuk menjamin penerapan prosedur pemungutannya.
Walaupun pada hakekatnya pajak pengambilan Bahan Gailan Golongan C merupakan beban
masyarakat namun tetap dijaga kebijakan tersebut dapat memberikan beban yang adil.
II. PENJELASAN PASAL DEMI PASAL
Pasal 1
Cukup Jelas
Pasal 2
Ayat 1
Eksploitasi bahan galian golongan C adalah pengambilan bahan galian golongan C
dari sumber alam didalam dan atupun permukaan bumi untuk dimanfaatkan.
Ayat 2
Cukup Jelas
Ayat 3
Cukup Jelas
Pasal 3
Ayat 1
Cukup Jelas
Ayat 2
Cukup Jelas
Pasal 4
Ayat 1
Cukup Jelas
Ayat 2
Yang dimaksud dengan nilai pasar adalah harga rata-rata yang berlaku dilokasi
setempat dalam Kabupaten Lamandau yang bersangkutan. Apabila nilai pasar dari
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

61

hasil pengambilan bahan galian golongan C sulit diperoleh, maka digunakan harga
stndar yang ditetapkan oleh instansi yang berwenang dalam bidang penambangan
galian golongan C
Pasal 5
Cukup Jelas
Pasal 6
Ayat 1
Cukup Jelas
Ayat 2
Cukup Jelas
Pasal 7
Cukup Jelas
Pasal 8
Cukup Jelas
Pasal 9
Yang dimaksud pajak terutang dalam masa pajak terjadi pada saat kegiatan eksploitasi
bahan galian golongan C dilakukan adalah apabila
galian tersebut diambil dan
pembayaran tidak dilakukan pada saat itu juga.
Pasal 10
Ayat 1
SPTPD adalah singkatan dari Surat Pemberitahuan Pajak Daerah yaitu Surat yang
digunakan oleh wajib pajak untuk melaporkan perhitungan dan pembayaran pajak
yang terutang menurut peraturan perundang-undangan perpajakan daerah.
Ayat 2
Cukup Jelas
Pasal 11
Ayat 1
SKPD adalah singkatan Surat Ketetapan Pajak Daerah yaitu Surat keputusan yang
menentukan besarnya jumlah pajak yang terutang.
Ayat 2
STPD adalah singkatan Surat Tagihan Pajak Daerah yaitu surat yang digunakan
untuk melakukan tagihan pajak atau sanksi administrasi berupa bunga dan denda.
Pasal 12
Ayat 1
Cukup Jelas
Ayat 2
a.
SKPDKB adalah singkatan
Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar yaitu surat keputusan yang menentukan
besarnya jumlah pajak yang terutang, jumlah kredit pajak, jumlah kekurangan
pembayaran pokok pajak, besarnya sanksi administrasi dan jumlah yang masih
harus dibayar.
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

62

b.

SKPDKBT adalah singkatan


Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar Tambahan yaitu surat keputusan
yang menentukan tambahan atas jumlah pajak yang akan terutang.
c.
SKPDN adalah singkatan
Surat Ketetapan Pajak Daerah Nihil yaitu Surat Keputusan yang menentukan
jumlah pajak yang terutang sama besarnya dengan kredit pajak atau tidak terutang
dan tidak ada kredit pajak.
Pasal 13
Ayat 1
Cukup Jelas
Ayat 2
Cukup Jelas
Ayat 3
SSPD adalah singkatan Surat Setoran Pajak Daerah yaitu surat yang digunakan
wajib pajak untuk melakukan pembayaran atau penyetoran pajak yang terutang ke
kas daerah atau ketempat lain yang ditetapkan oleh Bupati.
Pasal 14
Ayat 1
Cukup Jelas
Ayat 2
Cukup Jelas
Ayat 3
Cukup Jelas
Ayat 4
Cukup Jelas
Ayat 5
Cukup Jelas
Pasal 15
Ayat 1
Cukup Jelas
Ayat 2
Cukup Jelas
Pasal 16
Ayat 1
Cukup Jelas
Ayat 2
Cukup Jelas
Ayat 3
Cukup Jelas
Pasal 17
Ayat 1
Cukup Jelas
Ayat 2
Cukup Jelas
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

63

Pasal 18
Cukup Jelas
Pasal 19
Cukup Jelas
Pasal 20
Cukup Jelas
Pasal 21
Cukup Jelas
Pasal 22
Ayat 1
Permohonan pengurangan keringanan dapat diberikan kepada wajib pajak setelah
diteliti dan diyakini bahwa wajib pajak yang bersangkutan tidak dapat melunasi
seluruhnya atau sebagian kewajibannya disebabkan karena hal-hal yang tidak dapat
dihindarkan.
Ayat 2
Cukup Jelas
Pasal 23
Ayat 1
Cukup Jelas
Ayat 2
Cukup Jelas
Ayat 3
Cukup Jelas
Ayat 4
Cukup Jelas
Pasal 24
Ayat 1
Cukup Jelas
Ayat 2
Cukup Jelas
Ayat 3
Cukup Jelas
Ayat 4
Cukup Jelas
Ayat 5
Cukup Jelas
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

64

Pasal 25
Ayat 1
Cukup Jelas
Ayat 2
Cukup Jelas
Pasal 26
Cukup Jelas
Pasal 27
Ayat 1
Cukup Jelas
Ayat 2
Cukup Jelas
Ayat 3
Cukup Jelas
Ayat 4
Cukup Jelas
Ayat 5
Cukup Jelas
Ayat 6
Cukup Jelas
Pasal 28
Cukup Jelas
Pasal 29
Ayat 1
Penagihan pajak akan menjadi tidak berlaku lagi apabila telah lewat masa penagihan
10 tahun terutang saat terhitungnya pajak. Kecuali si-wajib pajak melakukan tindak
pidana dibidang perpajakan daerah.
Ayat 2
Cukup Jelas
Pasal 30
Ayat 1
Apabila karena kealpaannya tidak menyampaikan SPTPD atau mengisi tidak benar
dan atau tidak lengkap dan atau tidak melampirkan keterangan yang tidak benar sehingga
merugikan keuangan daerah maka wajib si-wajib pajak dapat dituntut dengan pidana kurungan
paling lama 1 tahun dan atau denda 2 kali pajak terutang sesuai dengan Undang-undang yang
berlaku.
Ayat 2
Cukup Jelas
Pasal 31
Cukup Jelas
Pasal 32
Ayat 1
Cukup Jelas
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

65

Ayat 2
Cukup Jelas
TAMBAHAN LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LAMANDAU
TAHUN 2004 NOMOR 07 SERI : C

Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

66

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMANDAU


NOMOR 08 TAHUN 2004
TENTANG
RETRIBUSI IJIN USAHA JASA KONSTRUKSI
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
BUPATI LAMANDAU,
Menimbang

a. bahwa untuk meningkatkan Pendapatan Asli Daerah guna menunjang


pelaksanaan pembangunan dan penyelenggaraan pemerintahan, maka perlu
memungut Retribusi Ijin Usaha Jasa Konstruksi;
b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud huruf a diatas,
perlu ditetapkan dengan Peraturan Daerah Kabupaten Lamandau.

Mengingat

1. Undang-Undang Nomor 8 tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana


( Lembaran Negara Republik Indonesia tahun 1981 Nomor 76, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3209 );
2. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan
Retribusi Daerah ( Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997
Nomor 41, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
3685 ); sebagaimana diubah dengan Undang-undang RI Nomor 34 Tahun
2000 ( Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 246,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4048 );
3. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi
( Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 54, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3833 );
4. Undang-Undang Nomor 22 tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah
( Lembaran Negara Republik Indonesia tahun 1999 Nomor 60, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3839 );
5. Undang-undang Nomor 25 tahun 1999 tentang perimbangan keuangan
antar Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah (Lembaran Negara
Republik Indonesia tahun 1999 Nomor 72, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 3848 );

Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

67

6. Undang-undang Nomor 5 tahun 2002 tentang Pembentukan Kabupaten


Katingan, Kabupaten Seruyan, Kabupaten Sukamara, Kabupaten
Lamandau, Kabupaten Gunung Mas, Kabupaten Pulang Pisau, Kabupaten
Murung Raya dan Kabupaten Barito Timur di Propinsi Kalimantan Tengah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 18, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4180 );
7. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1983 tentang Pelaksanaan Undangundang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana ( Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 1983 Nomor 36, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 3258 );
8. Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2000 tentang Peran Masyarakat
dalam Jasa Konstruksi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000
Nomor 63, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
3956 );
9.

Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 2000 tentang Penyelenggaraan


Jasa Konstruksi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000
Nomor 64, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
3956 );

10. Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 2000 tentang Penyelanggaraan


Pembinaan Jasa Konstruksi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahum
2000 Nomor 65, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
3957 );
11. Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2001 tentang Retribusi Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 119,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4139);
12. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2001 tentang Teknik
Penyusunan dan Materi Muatan Produk-produk Hukum Daerah;
13. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 22 Tahun 2001 tentang Bentuk
Produk-Produk Hukum Daerah;
14. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 23 Tahun 2001 tentang Prosedur
Penyusunan Produk Hukum Daerah;

Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

68

Dengan persetujuan
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH
KABUPATEN LAMANDAU
M E M U T U S K AN :
Menetapkan

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMANDAU


RETRIBUSI IJIN USAHA JASA KONSTRUKSI.

TENTANG

BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan :
1. Daerah adalah Kabupaten Lamandau;
2. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Kabupaten Lamandau;
3. Bupati adalah Bupati Lamandau;
4. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya disebut DPRD adalah Dewan Perwakilan
Rakyat Daerah Kabupaten Lamandau;
5. Pejabat adalah Pegawai Negeri yang diberi tugas tertentu di bidang retribusi sesuai dengan
Peraturan Perundang-undangan yang berlaku;
6. Badan adalah suatu bentuk Badan Usaha yang meliputi Perseroan Terbatas, Perseroan
Komanditer, Perseroan lainnya, Badan Usaha Milik Negara atau Daerah dengan nama dan
dalam bentuk apapun, Firma, Kongsi, Koperasi, Dana Pensiun, Persekutuan, Perkumpulan,
Yayasan, Lembaga, bentuk usaha tetap dan bentuk badan lainnya;
7. Perusahaan Jasa Konstruksi adalah orang / badan usaha yang bergerak dibidang usaha jasa
konstruksi dan meliputi kegiatan usaha usaha jasa konsultasi konstruksi ( konsultan ) dan
kegiatan usaha jasa pelaksana konstruksi ( kontraktor );
8.
Jasa Konstruksi adalah layanan jasa konsultasi perencanaan pekerjaan konstruksi, layanan
jasa pelaksana pekerjaan konstruksi dan layanan jasa konsultasi pengawasan pekerjaan
konstruksi;
9.
Pekerjaan Konstruksi adalah keseluruhan atau sebagian rangkaian kegiatan perencanaan
dan atau pelaksanaan beserta pengawasan yang mencakup pekerjaan arsitektur, sipil,
mekanikal, elektrikal, dan tata lingkungan masing-masing beserta kelengkapannya untuk
mewujudkan suatu bangunan atau bentuk fisik lain;
10.
Klasifikasi penggolongan badan usaha / perusahaan berdasarkan bidang dan sub bidang
keahliannya;
11.
Tenaga Teknik adalah tenaga dengan latar belakang pendidikan serendah-rendahnya
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

69

Sekolah Teknik Menengah / Sekolah Menengah Kejuruan bidang Teknik dan mempunyai
Nomor Kode Tenaga Teknik ( NKTT ) serta memiliki sertifikat keterampilan kerja dan
sertifikat keahlian kerja;
12.
Tenaga Tugas Penuh adalah tenaga teknik dan non teknik yang bekerja pada perusahaan dan
tidak merangkap pada perusahaan lain;
13.
Penanggung Jawab Perusahaan adalah Direksi / Pimpinan perusahaan untuk kantor pusat
dan kepala cabang untuk kantor cabang;
14.
Surat Ijin Usaha Jasa Konstruksi, yang selanjutnya disebut SIUJK adalah ijin yang
diperlukan bagi perusahaan jasa konstruksi untuk dapat melakukan kegiatan di bidang usaha
jasa konstruksi;
15. Surat Permohonn Ijin yang selanjutnya disebut SPI adalah surat permohonan untuk mendapat
SIUJK;
16. Pemohon SIUJK adalah badan usaha yang telah mendapatkan pengesahan dari Pengadilan
Negeri setempat yang mengajukan permohonan SIUJK;
17. Retribusi Daerah yang selanjutnya disebut Retribusi adalah pungutan daerah sebagai
pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan atau diberikan
oleh Pemerintah Daerah untuk kepentingan orang pribadi atau badan;
18. Retribusi Perijinan Tertentu adalah retribusi atas kegiatan tertentu Pemerintah Daerah dalam
rangka pemberian ijin kepada orang pribadi atau badan hukum yang dimaksudkan untuk
pembinaan, pengaturan, pengendalian dan pengawasan atas sarana atau fasilitas tertentu guna
melindungi kepentingan umum dan menjaga kelestarian lingkungan;
19. Wajib Retribusi adalah orang pribadi atau badan yang menurut Perundangan retribusi
diwajibkan untuk melakukan pembayaran retribusi termasuk pemungutan atau pemotongan
retribusi tertentu;
20. Surat Pemberitahuan Tagihan Retribusi Daerah yang dapat disingkat SPTRD adalah surat yang
digunakan wajib retribusi untuk melaporkan perhitungan dan pembayaran yang terutang
menurut Peraturan Perundangan Retribusi;
21. Perhitungan Retribusi Daerah adalah perincian besarnya retribusi yang harus dibayar oleh
wajib retribusi;
22. Surat Ketetapan Retribusi Daerah yang selanjutnya disingkat SKRD adalah surat keputusan
yang menentukan besarnya jumlah retribusi yang terutang;
23. Surat Ketetapan Retribusi Daerah Kurang Bayar Tambahan yang selanjutnya disingkat
SKRDKBT adalah surat keputusan yang menentukan tambahan atau jumlah Retribusi Daerah
yang telah ditetapkan;
24. Surat Ketetapan Retribusi Daerah Lebih Bayar yang selanjutnya disingkat SKRDLB adalah
surat keputusan yang menentukan jumlah kelebihan pembayaran retribusi karena jumlah kredit
retribusi lebih besar daripada retribusi yang terutama atau tidak seharusnya terutang;
25. Pembayaran Retribusi Daerah adalah besarnya kewajiban yang harus dipenuhi oleh wajib
retribusi sesuai dengan SKRD atau STRD ke Kas Daerah atau tempat lain yang ditunjuk
dengan batas waktu yang telah ditentukan;
26. Surat Setoran Retribusi Daerah yang dapat disingkat SSRD adalah surat yang digunakan oleh
wajib retribusi untuk melakukan pembayaran atau penyetoran retribusi yang terutang ke Kas
Daerah atau tempat pembayaran lain yang ditetapkan oleh Bupati;
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

70

27. Uang Retribusi Daerah adalah sisa utang retribusi atas nama retribusi yang tercantum pada
STRD, SKRDKB atau SKRDKBT yang belum kadaluwarsa dan retribusi lainnya yang masih
terutang;
28. Surat Tagihan Retribusi Daerah yang dapat disingkat STRD adalah surat untuk melakukan
tagihan retribusi dan atau sanksi administrasi berupa bunga dan atau denda;
29. Masa Retribusi adalah jangka waktu tertentu yang merupakan batas waktu bagi wajib retribusi
untuk memanfaatkan jasa pelayanan dari Pemerintah Daerah yang bersangkutan.
30. Penyidikan adalah serangkaian tindakan yang dilakukan oleh penyidik untuk mencari serta
mengumpulkan bukti yang dengan bukti itu menerangkan tindak pidana di bidang retribusi.
BAB II
NAMA, OBJEK DAN SUBJEK RETRIBUSI
Pasal 2
(1)

Dengan nama Retribusi Ijin Usaha Jasa Konstruksi dipungut retribusi sebagai pembayaran
atas jasa pelayanan pemberian izin di bidang Usaha Jasa Konstruksi.

(2)

Objek Retribusi adalah setiap bentuk usaha yang melaksanakan kegiatan di bidang Usaha
Jasa Konstruksi.

(3)

Subjek Retribusi adalah orang pribadi dan atau badan hukum yang memperoleh Ijin Usaha
Jasa Konstruksi dari Pemerintah Daerah.
BAB III
GOLONGAN RETRIBUSI DAN WILAYAH PEMUNGUTAN
Pasal 3

(1) Retribusi Ijin Usaha Jasa Konstruksi termasuk golongan retribusi perizinan tertentu.
(2) Retribusi dipungut di wilayah Kabupaten Lamandau.
BAB IV
KETENTUAN PERIZINAN
Pasal 4
(1) Setiap orang dan atau badan usaha yang bergerak di bidang Usaha Jasa Konstruksi wajib
memiliki Ijin Usaha Jasa Konstruksi.
(2) Tata cara dan syarat-syarat untuk memperoleh Ijin Usaha Jasa Konstruksi ditetapkan dengan
Keputusan Bupati.

Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

71

BAB V
CARA MENGUKUR TINGKAT PENGGUNAAN JASA
Pasal 5
Tingkat penggunaan Jasa Ijin Usaha Jasa Konstruksi didasarkan atas golongan usaha :
a. Perusahaan Kecil
Perusahaan yang memiliki modal kerja minimum ( modal disetor atau total kekayaan bersih )
perusahaan adalah Rp. 0 ( nol rupiah ) sampai dengan Rp. 1.000.000.000 ( Satu milyar rupiah );
b. Perusahaan Menengah
Perusahaan yang memiliki modal kerja minimum ( modal disetor atau total kekayaan bersih )
perusahaan adalah diatas Rp. 1.000.000.000,- ( satu milyar rupiah ) sampai dengan
Rp. 10.000.000.000; ( Sepuluh Miliard rupiah );
c. Perusahaan Besar
Perusahaan yang memiliki modal kerja minimum ( modal setor atau total kekayaan bersih )
perusahaan adalah diatas Rp. 10.000.000.000,- ( Sepuluh milyar rupiah ).
BAB VI
PRINSIP DAN SASARAN DALAM PENETAPAN
STRUKTUR DAN BESARNYA TARIF RETRIBUSI
Pasal 6
Prinsip dan sasaran dalam penetapan Struktur dan Besarnya Tarif Retribusi Ijin Usaha Jasa
Konstruksi didasarkan pada kebijakan Daerah dengan memperhatikan biaya penyelenggaraan
pelayanan dan mempertimbangkan kemampuan masyarakat serta aspek keadilan.
Pasal 7
(1)

Struktur dan besarnya tarif retribusi IUJK ditetapkan berdasarkan atas golongan usaha
sebagaimana dimaksud Pasal 4 Peraturan Daerah ini.

(2)

Besarnya tarif retribusi sebagaimana dimaksud ayat (1) Pasal ini ditetapkan sebagai
berikut :
No.

JENIS RETRIBUSI
IZIN USAHA
JASA KONSTRUKSI

BARU

TARIF RETRIBUSI
WAJIB DAFTAR ULANG
SETIAP TAHUN

1.

Perusahaan Kecil

Rp.

500.000,-

Rp.

250.000,-

2.

Perusahaan Menengah

Rp. 1.500.000,-

Rp.

500.000,-

3.

Perusahaan Besar

Rp. 2.500.000,-

Rp. 1.000.000,-

Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

72

(3)

Ijin Usaha Jasa Konstruksi yang telah habis masa berlakunya dan atau IUJK yang telah
dicabut atau hilang dapat mengajukan permohonan secara tertulis kepada Bupati melalui Dinas
Pekerjaan Umum Daerah untuk mendapatkan IUJK yang baru dan dikenakan retribusi
sebagaimana dimaksud ayat (2) Pasal ini.
BAB VII
MASA RETRIBUSI DAN SAAT RETRIBUSI TERUTANG
Pasal 8

(1) Masa Retribusi adalah selama IUJK berlaku untuk jangka waktu 5
( lima ) tahun dan wajib
didaftar setiap tahun.
(2) Retribusi terutang adalah pada saat ditetapkannya SKRD atau dokumen lain yang
dipersamakan.
Pasal 9
(1) Setiap wajib retribusi wajib mengisi SPTRD.
(2) SPTRD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Pasal ini harus diisi dengan jelas, benar dan
lengkap serta ditandatangani oleh wajib retribusi atau kuasanya.
(3) Bentuk, isi dan tata cara pengisian serta pengembalian SPTRD ditetapkan oleh Bupati atau
pejabat yang ditunjuk.
Pasal 10
(1) Penetapan Retribusi berdasarkan SPTRD dengan menerbitkan SKRD.
(2) Dalam hal SPTRD tidak dipenuhi oleh wajib retribusi sebagaimana mestinya, maka diterbitkan
SKRD karena jabatan.
(3) Bentuk, isi SKRD sebagaimana dimaksud pada ayat (2) Pasal ini ditetapkan oleh Bupati atau
pejabat yang ditunjuk.
Pasal 11
Apabila berdasarkan hasil pemeriksaan ditemukan data baru dan atau data yamg semula belum
terungkap sehingga menyebabkan penambahan jumlah retribusi yang terutang, maka dikeluarkan
SKRD tambahan.

Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

73

BAB VIII
TATA CARA PEMUNGUTAN
Pasal 12
(1) Pemungutan retribusi tidak dapat diborongkan.
(2) Retribusi dipungut dengan menggunakan SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan.
(3) Bentuk dan isi SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan ditetapkan oleh Bupati atau
pejabat yang ditunjuk.
BAB IX
TATA CARA PEMBAYARAN
Pasal 13
(1) Pembayaran retribusi harus dilakukan secara tunai / lunas.
(2) Tata cara pembayaran, penyetoran, penagihan dan tempat pembayaran retribusi ditetapkan
dengan Keputusan Bupati.
BAB X
SANKSI ADMINISTRASI
Pasal 14
Dalam hal Wajib Retribusi tidak membayar tepat waktunya atau kurang membayar dikenakan
Sanksi Administrasi berupa denda sebesar 5 %
( lima perseratus ) setiap bulannya dari
besarnya Retribusi Terutang yang tidak atau kurang bayar dan tagihan menggunakan SKRD.

BAB XI
KETENTUAN PIDANA
Pasal 15
(1) Pelanggaran terhadap ketentuan dalam pasal 4 ayat (1) dan Pasal 7 ayat (1) Peraturan Daerah
ini diancam pidana kurungan paling lama 6 ( Enam ) bulan dan atau denda paling banyak Rp.
5.000.000,- ( lima juta rupiah ).
(2) Tindak pidana sebagaimana dimaksud ayat (1) pasal ini adalah pelanggaran.

Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

74

BAB XII
PENYIDIKAN
Pasal 16
(1) Selain Pejabat Penyidik Polisi Negara Republik Indonesia, Pejabat Penyidik Pegawai Negeri
Sipil ( PPNS ) tertentu yang lingkup tugas dan tanggung jawabnya meliputi Peraturan Daerah
ini diberi wewenang khusus sebagai penyidik untuk melakukan penyidikan atas pelanggaran
tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Daerah ini.
(2) Penyidik sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) karena kewajibannya mempunyai wewenang :
a.
Menerima laporan dan pengaduan dari seseorang tentang adanya tindak pidana.
b.
Melakukan tindakan pertama pada saat di tempat kejadian.
c.
Menyuruh berhenti seorang tersangka dan memeriksa tanda pengenal diri tersangka.
d.
Melakukan penangkapan, penahanan, penggeledahan dan penyitaan.
e.
Melakukan pemeriksaan dan penyitaan surat atau benda
f.
Mengambil sidik Jari dan memotret seorang tersangka.
g.
Memanggil orang untuk didengar dan diperiksa sebagai tersangka atau saksi.
h.
Mandatangkan saksi ahli yang diperlukan dalam hubungannya dengan pemeriksaan
perkara.
i.
Mengadakan penghentian penyidikan.
j.
Mengadakan tindakan lain menurut hukum yang dapat dipertanggung jawabkan.
(3) Pejabat Penyidik sebagaimana dimaksud ayat (1) membuat dan menanda tangani Berita Acara
setiap tindakan tentang :
a.
Pemeriksaan tersangka;
b.
Pemasukan rumah;
c.
Penggeledahan rumah / tempat-tempat tertutup;
d.
Penyitaan benda / barang bukti;
e.
Pemeriksaan surat;
f.
Pemeriksaan saksi;
g.
Pemeriksaan di tempat kejadian dan mengirimkannya kepada Penuntut Umum dan
khusus bagi Penyidik Pegawai Negeri Sipil melalui Penyidik Polisi Negara Republik
Indonesia.
(4) Penyidik sebagaimana dimaksud ayat (1) Pasal ini memberiahukan dimulainya penyidikan dan
menyampaikan hasil penyidikan kepada Penuntut Umum sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
BAB XIII
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 17
Hal-hal yang belum diatur dalam Peraturan Daerah ini sepanjang mengenai pelaksanaannya akan
diatur lebih lanjut dengan Keputusan Bupati.
Pasal 18
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

75

Peraturan Daerah ini mulai berlaku sejak tanggal diundangkan.


Agar setiap orang dapat mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini
dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Lamandau.
Ditetapkan di
Pada Tanggal

: Nanga Bulik
: 29 Pebruari 2004

BUPATI LAMANDAU,
ttd
BUSTANI DJ. MAMUD
Diundangkan di : Nanga Bulik
Pada Tanggal
: 15 Maret 2004
Plt. SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN LAMANDAU
ttd
(Drs. PIET J. DADIE)
NIP. 530 003 050
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LAMANDAU
TAHUN 2004 NOMOR 04 SERI : C

PENJELASAN
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

76

ATAS
PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMANDAU
NOMOR 08 TAHUN 2004
TENTANG
RETRIBUSI IJIN USAHA JASA KONTRUKSI
II.

PENJELASAN UMUM
Untuk menunjang pelaksanaan pembangunan dan penyelenggaraan pemerintahan
Kabupaten Lamandau sehingga terciptanya kesinambungan pelaksanaan program
pembangunan dapat tercapai sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan, maka diperlukan
suatu usaha yang benar-benar dapat memberikan masukan PAD yang mana nantinya hasil
tersebut digunakan untuk membantu pembangunan di Kabupaten Lamandau. Hal tersebut
dapat mewujudkan dengan suatu usaha Pemerintah Daerah melalui pembentukan Perda
Retribusi Ijin Usaha Jasa Kontruksi.
Jasa kontruksi merupakan jasa yang berhubungan dengan pelaksanaan pembangunan
prasarana dan atau sarana fisik yang dalam pelaksanaan. Penggunaan dan pemanfaatannya
menyangkut kepentingan dan keselamatan masyarakat pemakai prasarana dan sarana tersebut
serta ketertiban pembangunan dan lingkungan yang meliputi :
1.

Perencanaan umum

2.

Stuasi kelayakan

3.

Survei

4.

Perncanaan Teknis

5.

Manajemen Kontruksi

6.

Transper Produk

Berdasarkan Undang-undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan


Retribusi Daerah Juncto Undang-undang Nomor 34 Tahun 2000 telah menetapkan perpajakan
sebagai salah satu perwujudan kewajiban terhadap pemerintah. Dalam pasal 4 Undang-undang
Nomor 18 Tahun 1997 ditegaskan bahwa pajak daerah diatur dengan peraturan daerah.
Dalam penjelasan Undang-undang Nomor 34 Tahun 2000 yang prinsifnya
menegaskan bahwa pendapatan asli daerah antara lain pajak daerah diharapkan menjadi salah
satu sumber pembiayaan penyelenggaraan pemerintah dan pembangunan daerah yang
tujuannya meningkatkan dan meratakan kesejahteraan masyarakat sehingga mampu
melaksanakan amanat Undang-undang Nomor 22 Tahun 2002.
Dengan pertimbangan yang matang maka pemerintah membuat suatu kebijakan
membentuk peraturan daerah yang mengatur tentang retribusi ijin usaha jasa kontruksi yang
tujuannya untuk meningkatkan PAD Kabupaten Lamandau dengan tidak mengurangi manfaat
dan tujuan yang telah ditetapkan serta peraturan daerah ini mengatur tentang dasar pengenaan
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

77

dan tata cara pemungutan, tata cara pembayaran, penentuan perijinan dan segala yang
menyangkut dengan peraturan daerah tentang retribusi ijin usaha kontruksi. Disamping itu
sebagai upaya penataan dan pengaturan kembali peraturan daerah retribusi ijin usaha jasa
kontruksi Kabupaten Lamandau yang masih belum baku dimana penataan tersebut akan
disesuaikan dengan keadaan yang ada di Kabupaten Lamandau serta tidak bertentangan
dengan peraturan yang lebih tinggi.
II. PENJELASAN PASAL DEMI PASAL
Pasal 1
Cukup Jelas
Pasal 2
Ayat 1
Cukup Jelas
Ayat 2
Objek Retribusi adalah setiap bentuk usaha yang melaksanakan kegiatan dibidang
usaha jasa kontruksi
Ayat 3
Subjek retribusi adalah orang pribadi dan atau badan hukum yang memperoleh ijin
usaha jasa kontruksi dari pemerintah daerah
Pasal 3
Ayat 1
Cukup Jelas
Ayat 2
Cukup Jelas
Pasal 4
Ayat 1
Cukup Jelas
Ayat 2
Cukup Jelas
Pasal 5
Tingkat penggunaan jasa ijin usaha jasa kontruksi didasarkan atas golongan usaha :
a. Perusahanan kecil, perusahaan yang memiliki modal kerja minimum (modal disetor atau
total kekayaan bersih) 0 (nol rupiah) sampai dengan Rp. 1.000.000.000 (Satu Milyar
Rupiah).
b. Perusahaan menengah, perusahaan yang memiliki modal kerja minimum 0, modal sitetor
atau kekayaan bersih) diatas Rp. 1.000.000.000 (Satu Milyar Rupiah) sampai dengan Rp.
10.000.000.000 (Sepuluh Milyar Rupiah).
c. Perusahaan Besar, perusahaan yang memiliki modal kerja minimum 0, modal disetor atau
total kekayaan bersih) diatas Rp. 10.000.000.000 (Sepuluh Milyar Rupah).
Pasal 6
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

78

Cukup Jelas
Pasal 7
Ayat 1
Cukup Jelas
Ayat 2
Cukup Jelas
Ayat 3
Cukup Jelas
Pasal 8
Ayat 1
Massa retribusi adalah selama IUJK berlaku untuk jangka waktu 5 (lima) Tahun
Ayat 2
Cukup Jelas
Pasal 9
Ayat 1
Cukup Jelas
Ayat 2
Cukup Jelas
Ayat 3
Cukup Jelas
Pasal 10
Ayat 1
Cukup Jelas
Ayat 2
Cukup Jelas
Ayat 3
Cukup Jelas
Pasal 11
Cukup Jelas
Pasal 12
Ayat 1
Cukup Jelas
Ayat 2
Cukup Jelas
Ayat 3
Cukup Jelas
Pasal 13
Ayat 1
Cukup Jelas
Ayat 2
Cukup Jelas
Pasal 14
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

79

Cukup Jelas
Pasal 15
Ayat 1
Cukup Jelas
Ayat 2
Cukup Jelas
Pasal 16
Ayat 1
Cukup Jelas
Ayat 2
Cukup Jelas
Ayat 3
Cukup Jelas
Ayat 4
Cukup Jelas
Pasal 17
1. Tata cara dan syarat untuk memperoleh ijin usaha jasa kontruksi sesuai dengan yang
diatur selanjutnya dengan keputusan Bupati
2. Yang dimaksud dengan hal-hal yang belum diatur sepanjang mengenai pelaksanaannya
adalah menyangkut tata cara pembayaran, pengeluaran, penagihan dan tempat
pembayaran.
Pasal 18
Cukup Jelas

TAMBAHAN LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LAMANDAU


TAHUN 2004 NOMOR 08 SERI : C

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMANDAU


Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

80

NOMOR 11 TAHUN 2004


TENTANG
LAMBANG LOGO, MOTTO, DAERAH DAN PENETAPAN
HARI JADI KABUPATEN LAMANDAU
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
BUPATI LAMANDAU,
Menimbang : a.

bahwa sebagai tindak lanjut Pelaksanaan undang-undang Nomor 5 Tahun


2002 Tentang Pembentukan Kabupaten Seruyan, Kabupaten Sukamara,
Kabupaten Lamandau, Kabupaten Gunung Mas, Kabupaten Pulang Pisau,
Kabupaten Murung Raya dan Kabupaten Barito Timur;

b.

bahwa untuk mewujudkan ketertiban dan keseragaman Administrasi


pelayanan segenap perangkat daerah maka dipandang perlu menetapkan
Lambang/Logo dan Motto Daerah Kabupaten Lamandau sebagai identitas
dan ciri khas Daerah Kabupaten Lamandau;

c.

bahwa berdasarkan Pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf b,


serta memperhatikan hasil penilaian Tim Penilai Naskah Lomba
Lambang/Logo dan Motto Daerah Kabupaten maka perlu menetapkan
Lambang/Logo dan Motto Daerah Kabupaten Lamandau yang berakar
pada nilai-nilai luhur Sosial Budaya serta makna Filosofi dan artistik yang
tinggi sebagai pemersatu segenap masyarakat Kabupaten Lamandau;

d.

bahwa sehubungan dengan telah dilaksanakannya acara peresmian


Kabupaten Lamandau sebagai Daerah Otonomi pada tanggal 2 Juli 2002,
serta untuk lebih memberi makna rasa kebersamaan, keterikatan segenap
lapisan masyarakat Kabupaten Lamandu dengan Daerahnya, maka
dipandang perlu menetapakan tanggal 3 Juli 2002 sebagai hari jadi
Kabupaten Lamandau;

e.

bahwa untuk mendukung pada huruf a,b,c dan d dimaksud perlu


membentuk Peraturan Daerah tentang Lambang Daerah dan Penetapan hari
jadi Kabupaten Lamandau;

: 1.

Undang-undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana


(Lembaran Negara Tahun 1981 Nomor 76, Tambahan Lembaran Negara
Nomor 2839);

2.

Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah

Mengingat

Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

81

(Lembaran Negara Tahun 1999 nomor 60, Tambahan Lembaran Negara


Nomor 2838);
3.

Undang-undang Nomor 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan


Antara Pemerintah Pusat dan Daerah (Lembaran Negara tahun 1999
Nomor 72 Tambahan Lembaran Negara Nomor 3848);

4.

Undang-undang Nomor 5 Tahun 2002 tentang Pembentukan Kabupaten


Katingan, kabupaten Seruyan, Kabupaten Sukamara, Kabupaten
Lamandau, Kabupaten Gunung Mas, Kabupaten Pulang Pisau, Kabupaten
Murung Raya dan Kabupaten Barito Timur di Propinsi Kalimantan Tengah
(Lembaran Negara Tahun 2002 Nomor 18, Tambahan Lembaran Negara
Nomor 4180);

5.

Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan


Pemerintah dan Kewenangan Propinsi sebagai Daerah Otonom (Lembaran
Negara tahun 2000 Nomor 54, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3952);

6.

Keputusan Presiden Nomor 44 Tahun 1999 tentang Teknis Penyusunan


Peraturan Perundang-undangan dan Bentuk Rancangan Undang-undang,
Rancangan Peraturan Pemerintah dan Rancangan Keputusan Presiden
(Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 70);

7.

Keputusan Menteri Dalam Negeri dan Otonomi Daerah Nomor 21 tahun


2001 tentang Teknik Penyusunan dan Materi Muatan Produk-produk
Hukum Daerah;

8.

Keputusan Mentri Dalam Negeri dan Otonomi Daerah Nomor 22 Tahun


2001 tentang Bentuk Produk-produk Hukum Daerah;

9.

Keputusan Mentri Dalam Negeri dan Otonomi Daerah Nomor 23 Tahun


2001 tentang Preside Produk-produk Hukum Daerah;

10.

Keputusan Menteri Dalam Negeri Dan Otonomi Daerah Nomor 24 Tahun


2001 tentang Lembaran Daerah dan Berita Daerah;
Dengan Persetujuan
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH
KABUPATEN LAMANDAU
M E M U T U S K AN :

Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

82

Menetapkan

PERATURAN DAERAH TENTANG LAMBANG/LOGO DAN MOTTO


DAERAH DAN PENETAPAN HARI JADI KABUPATEN LAMANDAU
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1

Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan :


a. Daerah adalah Daerah Kabupaten Lamandau
b. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Daerah Kabupaten Lamandau
c. Bupati adalah Bupati Lamandau
d. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya disebut DPRD adalah Dewan Perwakilan
Rakyat Daerah Kabupaten Lamandau.
e. Lambang/Logo dan Motto Daerah adalah Lambang/Logo dan Motto Daerah Kabupaten
Lamandau.
BAB II
KETENTUAN LAMBANG/ LOGO DAN MOTTO DAERAH
Bagian Pertama
Visualisasi, arti dan Deskripsi
Pasal 2
(1)

Visualisasi Lambang Daerah adalah seperti gambar yang tercantum dalam Lampiran I
Peraturan Daerah ini.
(2)
Arti Lambang Logo dan Motto Daerah adalah sebagaimana tersebut dalam Lampiran II
Peraturan ini.
Pasal 3
Diskripsi Lambang Daerah adalah sebagai berikut :
a. Bentuk dasar Lambang adalah Biru Langit;
b. Paling atas Lambang terdapat kata Lamandau;
c. Dibawah kata Lamandau terdapat bintang persegi lima
d. Dibawah bintang terdapat Gunung;
e. Dibawah Gunung terdapat jurung;
f. Di pintu jurung terdapat mandau, sumpit dan perisai;
g. Di bawah mandau, sumpit da perisai terdapat gerantung dan belanga
h. Rantai Gelang merupakan pengikat antara padi dan kapas;
i. Dibawah kapas dan padi terdapat pita dengan tulisan Motto BAHAUM BAKUBA

Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

83

Bagian Kedua
Unsur-unsur Lambang
Pasal 4
Lambang Daerah terdiri dari unsur-unsur :
a. Biru langit merupakan warna dasar.
b. Tulisan Lamandau.
c. Bintang berwarna kuning.
d. Gunung dan jurung.
e. Sungai.
f. Padi dan kapas
g. Belanga
h. Gerantung ( Gong )
i. Sumpitan, Mandau dan Perisai
j. Ikat Tongang Tangkai Padi dan Tangkai
k. Pita berwarna putih berisi arti Bahaum Bakuba
l. Garis bingkai yang bersudut lima berwarna kuning

Bagian Ketiga
Tata Letak dan Gambar
Pasal 5
Unsur-unsur Lambang Daerah sebagaimana dimaksud pada pasal 4 disusun tata letaknya yang
merupakan satu kesatuan dengan sesama sebagai berikut:
a. Kata Lamandau ditempatkan di paling atas dengan tulisan huruf kapital.
b.
c.
d.
e.
f.
g.

Bintang ditempatkan dibawah kata Lamandau;


Padi dan Kapas ditempatkan disisi kanan dan kiri logo;
Jurung di letakan ditengah-tengah logo;
Belanga, Sumpit, mandau dan perisai diletakan di pintu jurung;
Ditengah jurung diletakan gerantung dan belanga;
Gelangmerupakan pengikat antara bunga kapas dan padi sekaligus mempersatukan keamanan
masyarakat Kabupaten Lamandau;
h. Motto didapatkan tulisan dalam pita merupakan tumpuan dari tangkai padi kapas;
Pasal 6
Lambang Daerah Kabupaten Lamandau dilengkapi dengan sayembara/Motto sebagai berikut :

Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

84

a. Motto Kabupaten Lamandau adalah Bahaum Bakuba dengan artinya selalu bermusyawarah
atau bermufakat tidak membedakan agama, suku warna kulit dan golongan;
b. Pengertian Bahaum Bakuba merupakan Motto Kabupaten Lamandau dalam membangun
ataupun menyelesaikan pesoalan yang ada di Kabupaten Lamandau selalu diselesaikan dengan
bermusywarah atau bermufakat dengan tidak membedakan agama, suku, warna kulit dan
golongan. Adapun pita berwarna putih melambangkan bahwa setiap hasil musyawarah
merupakan tanggung jawab bersama yang dilakukan dengan hati yang tulus suci dan iklas
dalam menjadi kepala Bangsa, Negara dan Daerah
Bangian Kempat
Komposisi warna
Pasal 7
1.

Lambang Daerah ditulis dengan komposisi sebagai berikut :


a. Logo warna Dasar Biru Langit.
b. Bulir padi berwarna kuning tua dan kapas berwarna hijau tua dan putih.
c. Bintang berwarna kuning tua .
d. Gunung berwarna hijau.
e. Alur Sungai tiga berwarna Putih.
f. Belanga warna Kuning Emas dan mandau, sumpit dan Perisai berwarna hitam.
g. Gerantung ( Gong )berwarna hitam.
h. Tali pengikat tongang berwarna kuning emas
i. Pita berwarna putih.
j. Kata Lamandau dan Motto Bahaum Bakuba berwarna hitam.
k. Garis bingkai Logo berwarna Kuning
2. Pengertian warna dalam Lambang Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat 1 mempunyai
makna sebagai berikut :
a.
Warna Biru Langit.
b.
Biru Langit melukiskan atau melambangkan Keindahan, Kesejahteraan dan
Kelestarian serta Kedamaian Kabupaten Lamandau
3
Kuning merupakan warna keramat atau religius bagi masyarakat dayak.
4
Warna hijau melambangkan bahwa Kabupaten Lamandau masih memiliki
hutan yang lebat, dan merupakan warna religius adat.
5
Warna hitam yang berarti apabila seseorang melakukan perbuatan yang
tidak terpuji tidak diterima oleh masyarakat.
Bagian Kelima
Bentuk, ukuran dan pewarna
Pasal 8
Lambang Daerah dapat dituangkan dalam bentuk-bentuk sebagai berikut :
a.
Panji
b.
Balge

Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

85

c.
d.
e.

Vandel
Plakat
Cap / Kop Naskah Dinas
Pasal 9

Lambang Daerah dalam Naskah Peraturan Daerah ini mempunyai ukuran tinggi dan lebar
berbanding 4 : 3
Pasal 10
(1)

Balge dan Panji, pewarnaan Lambang Daerah dalam bentuk-bentuk sebagaimana


dimaksud pasal 9 tetap menggunakan dasar biru langit.
(2)
Panji yang dimaksud pada ayat 1 mempunyai dasar kain biru langit.
BAB III
PENGGUNAAN LAMBANG DAERAH
Pasal 11
Lambang Daerah digunakan untuk :
a.
Keperluan Kedinasan.
b.
Keperluan lain yang membawa nama atau mewakili Daerah atau kegiatan yang
berhubungan dengan Pemerintah Daerah.
Pasal 12
(1)

Penggunaan Lambang Daerah sebagaimana dimaksud pada huruf a, pasal 11 adalah


sebagai berikut :
a.
Ruang kerja, Rumah Jabatan Bupati, Wakil Bupati dan Pimpinan DPRD.
b.
Kantor Dinas, Badan, Sekolah-sekolah, Desa-desa, Instansi dilingkungan
Pemerintah Daerah
(2)
Lambang Daerah untuk keperluan Dinas dapat juga dipergunakan untuk :
a.
Cap Dinas DPRD
b.
Naskah Resmi Pemerintah Daerah.
Pasal 13
Lambang Daerah untuk keperluan lain sebagaimana dimaksud pada huruf b pasal 2 dapat
dipergunakan :

Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

86

(1) Dalam bentuk Panji untuk:


a. Rombongan olah raga, kesenian, kebudayaan dan sebagainya yang mewakili Daerah atau
ada hubungannya dengan Pemerintah Daerah.
b. Acara Resmi atau kegiatan yang di diselenggarakan dan ada hubungannya dengan
Pemerintah Daerah.
(2) Dalam bentuk rencana secara perorangan oleh pejabat dalam Lingkungan Pemerintah Daerah
BAB IV
PEMBUATAN LAMBANG DAERAH
Pasal 14
(1)
(2)

Lambang Daerah dibuat oleh Bupati.


Pembuatan Lambang Daerah oleh umum harus terlebih dahulu mendapat
persetujuan Bupati
BAB V
PENETAPAN HARI JADI KABUPATEN LAMANDAU
Pasal 15

Hari Jadi Kabupaten Lamandau ditetapkan tanggal 3 Agustus pada saat penandatanganan Prasasti
pengesahan Kabupaten Lamandau.
BAB VI
LARANGAN DAN ANCAMAN HUKUMAN
Pasal 16
(1)

Penggunaan Lambang Daerah dilarang untuk :


Keperluan yang bertentangan dengan Peraturan Daerah ini.
Cab dagang, reklame dagang, propoganda politik serta perbuatan lain dengan cara
apapun yang dapat meredahkan kedudukannya sebagai Lambang Daerah.
Merubah bentuk, susunan warna serta menaruh huruf kalimat, angka
gambar atau tanda-tanda lainnya pada Lambang Daerah tidak diperkenankan
Barang siapa melanggar ketentuan-ketentuan dalam pasal 2 dan pasal 8
diancam dengan pidana kurungan selama-lamannya 3 (bulan) dan atau denda sebanyakbanyaknya Rp. 5.000.000,- (Lima Juta Rupiah)
a.
b.

(2)
(3)

Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

87

BAB VII
KETENTUAN PENYIDIKAN
Pasal 17
(1)

Selain Pejabat Penyidik Polisi Negara Republik Indonesia (POLRI),


Pejabat penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS) tertentu yang lingkup tugas dan tanggung
jawab meliputi peraturan Daerah ini diberi wewenang khusus sebagai penyidik dilingkungan
Pemerintah Kabupaten Lamandau untuk melakukan penyidikan atas pelanggaran tindak
pidana sebagaimana dimakasud dalam Peraturan Daerah ini.
(2)
Dalam melakukan tugas penyidikan, penyidik Pegawai Negeri
sebagaimana dimaksud ayat (1) tersebut diatas dalam Peraturan ini berwenang :
a.
pada saat itu diliput kejadian dan melakukan pemeriksaan.
b.
Mambuktikan tindakan tersangka dan memeriksa tanda pengenal dari tersangka.
c.
Melakukan penyitaan benda atau surat.
d.
Mengambil sidik jari dan memotret terhadap tersangka.
e.
Memanggil orang untuk didengar dan diperiksa sebagai tersangka atau saksi.
f.
Memanggil saksi ahli yang diperlukan dalam hubungannya dengan pemeriksaan
perkara.
g.
Mengadakan penghentian penyidikan setelah mendapat petunjuk dari penyidik
Polisi Negara Republik Indonesia bahwa tidak terdapat cukup bukti atau peristiwa tersebut
berkenaan merupakan tindakan pidana dan selanjutnya melalui penyidik Polisi Negara
Republik Indonesia memberitahukan
(3)
Penyidik Pegawai Negeri Sipil membuat Berita Acara setiap tindakan
tentang :
a.
Pemeriksaan saksi dan tersangka.
b.
Penyitaan benda.
c.
Pemeriksaan surat.
d.
Pemeriksaan dari tempat kejadian dan mengirimkannya kepada kejaksaan Negara
dengan tembusannya kepada Polisi Negara Republik Indonesia

BAB VIII
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 18
Hal-hal yang bukan diatur dalam peraturan Daerah ini ditetapkan lebih lanjut oleh Bupati
sepanjang mengenai pelaksanaannya.
Pasal 19

Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

88

Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.


Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan Pengundangan Peraturan Daerah ini dengan
penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Lamandau.
Disahkan di
: Nanga Bulik
Pada Tanggal : 12 Agustus 2004
BUPATI LAMANDAU,
ttd
BUSTANI DJ. MAMUD
Diundangkan di
Pada Tanggal

: Nanga Bulik
: 12 Agustus 2004

Plt. SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN LAMANDAU


ttd
( Drs. PIET J. DADIE )
NIP. 530 003 050

LEMABARAN DAERAH KABUPATEN LAMANDAU


TAHUN 2004 NOMOR 04 SERI : D

Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

89

GAMBAR LAMBANG KABUPATEN LAMANDAU

Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

90

PENGERTIAN UNSUR-UNSUR YANG TERKANDUNG


PADA LAMBANG, LOGO DAN SEMBOYAN
KABUPATEN LAMANDAU SERTA ARTI DAN MAKNANYA
I. UNSUR-UNSUR
Pada lambang Kabupaten Lamandau terdapat 12 (dua belas) unsur yang meliputi makna,
maksud dan arti masing-masing :
1.
Bintang Bersegi Lima
2.
Gunung
3.
Sungai
4.
Tangkai Padi dan Tangkai Bunga Kapas
5.
Jurung berwarna coklat
6.
Berantung dan Belanga
7.
Mandau, Sumpit dan Perisai
8.
Ikat Tongang
9.
Pita warna putih dengan motto BAHAUM BAKUBA
10.
Bingkai dengan segi lima yang berwarna kuning
11.
Pita berwarna putih dengan tulisan LAMANDAU
12.
Warna dasar bitu langit.
II. ARTI LAMBANG DAN MOTTO
1.
Bintang Bersegi Lima
Unsur Bintang Bersegi Lima berwarna kuning adalah melambangkan bahwa masyarakat
Kabupaten Lamandau yang berke-Tuhanan Yang Maha Esa.
2.
Gunung
Unsur Gunung yang melambangkan dalam bentuk tiga garis berwarna hijau melambangkan
bahwa Kabupaten Lamandau terbentuk awalnya 3 (tiga) Kecamatan yang memiliki
kesuburan sebagai sumber penghidupan masyarakat Kabupaten Lamandau secara umum,
sedangkan anak gunung melambangkan Kabupaten Lamandau siap memerlukan beberapa
Kecamatan.
3.
Sungai
Unsur tiga sungai yang digambarkan mengalir dibawah gunung memberikan kesejukan dan
kedamaian bagi masyarakat Kabupaten Lamandau yang tidak pernah putus sepanjang
zaman.
4.
Tangkai Bulir Padi dan Tangkai Bunga Kapas

Tangkai padi dengan 17 Bulir adalah sebagai sumber pangan yang


melambangkan kemakmuran masyarakat Kabupaten Lamandau

Tangkai bunga kapas sebanyak 8 buah sebagi sandang yang melambangkan


kesejahteraan masyarakat Kabupaten Lamandau
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

91

5.

Jurung Berwarna Coklat


Adalah bangunan ciri khas masyarakat Kabupaten Lamandau dimana bangunan ini
gunanya untuk menyimpan hasil panen (padi) yang dipersonifikasikan Kabupaten
Lamandau kaya dengan sumber daya alam dan hasil lainnya yang dipelihara dengan baik
untuk biaya pembangunan Kabupaten Lamandau
6.
Gerantung dan Belanga
Merupakan tempat kedudukan yang terhormat oleh masyarakat Dayak terhadap para
Pejabat atau Tamu dalam acara adat yang disebut duduk gerantung nyandar di belanga dan
juga sebagai alat musik tradisional
7.
Mandau, Sumpit dan Perisai
Adapun unsur mandau, sumpit dan perisai yang berada didepan pintu jurung merupakan
senjata khas dayak yang melambangkan semangat pantang mundur untuk membangun dan
selalu siap dalam menghadapi tantangan yang datang dari luar maupun dari dalam
8.
Ikat Tongang
Ikat Tongan merupakan simbol pengikat persatuan dan kesatuan lahir dan batin masyarakat
Kabupaten Lamandau secara Sakral
9.
Pita berwarna Putih dengan motto BAHAUM BAKUBA
BAHAUM BAKUBA merupakan Motto Kabupaten Lamandau yang artinya baik dalam
membangun dan menghadapi segala tantangan yang ada di Kabupaten Lamandau selalu
diselesaikan dengan bermusyawarah dan mupakat (BAHAUM BAKUBA) dengan tidak
membedakan agama, suku, warna kulit dan golongan dalam palsafah hidup gotong royong
sebagaimana kehidupan masyarakat suku Dayak dan rumah betang dalam bingkai Negara
Kesatuan Republik Indonesia.
Adapun Pita warna Putih melambangkan bahwa setiap hasil musyawarah merupakan
tanggungjawab bersama yang akan dilakukan dengan hati yang tulus, suci dan ikhlas
dalam mengabdi pada bangsa dan negara yang kita cintai
10.
Bingkai dengan segi lima sudut berwarna kuning
Unsur garis sisi dengan lima sudut membentuk seperti sebuah perisai dengan warna kuning
yang melambangkan bahwa Kabupaten Lamandau merupakan bagian dari bingkai Negara
Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila.
Sedangkan warna kuning melambangkanbahwa Kabupaten Lamandau memiliki sumber
daya alam yang mampu mensejahterakan masyarakat
11.
Pita Warna Putih bertuliskan LAMANDAU
Tulisan LAMANDAU pada lambang Kabupaten Lamandau menjukan identitas Kabupaten
Lamandau itu sendiri dan memiliki makna. Kata Lamandau merupakan rangkaian kata
yang tidak dapat dipisahkan antara kata satu dengan kata lainnya, karena kata Lamandau
memiliki arti dan makna yang terkandung didalamnya. Adapun arti dari kata Lamandau
adalah Tempat menuju kejayaan
12.
Warna Dasar Biru Langit
Melukiskan atau melambangkan keindahan, kesejahteraan dan keserasian serta kedamaian
Kabupaten Lamandau sejak berdiri hingga masa mendatang.

Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

92

PENJELASAN
ATAS
PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMANDAU
NOMOR 11 TAHUN 2004
TENTANG
LAMBANG, LOGO, MOTTO DAERAH DAN PENETAPAN
HARI JADI KABUPATEN LAMANDAU
I. PENJELASAN UMUM
Sebagai perwujudan dan pelaksanaan Undang-undang Nomor 5 Tahun 2002.
Kabupaten Lamandau telah membentuk Lambang, Logo dan Motto Daerah Kabupaten
Lamandau yang bertujuan untuk mewujudkan ketertiban dan keseragaman administrasi
pelayanan segenap Perangkat Daerah san sebagai identitas dan cirri khas daerah Kabupaten
Lamandau dengan beragam-ragam seni Budaya, Agama, Suku, Bahasa yang berakar pada
nilai-nila luhur social budaya serta makna filosofi dan artistic yang tinggi sebagi pemersatu
segenap masyarakt Kabupaten Lamandau.
Melihat dari pembentukannya Kabupaten Lamandau merupakan salah satu
Kabupaten yang lair dari kehendak masyarakat yang tumbuh berdasarkan hati nurani yang
bersih dan didasarkan atas persamaan visi dan misi untuk bersatu membangun Kabupaten
Lamandau yang maju dengan tingkat kesejahteraan yang mampu memberikan kemakmuran
bagi kehidupan masyarakatnya.
Hal ini dibuktikan dengan motto Kabupaten Lamandau BAHAUM BAKUBA yang
artinya Bermusyawarah dan Bermupakat untuk menyelesaikan persoalan yang ada di
Kabupaten Lamandau, tidak membedakan agama, suku, warna kulit dan golongan.
Dengan terbentuknya lambang daerah dengan motto BAHAUM BAKUBA
Kabupaten Lamandau siap ikut serta bersama-sama membangun bangsa ini melalui seluruh
sektor baik tingkat Nasional, Regional maupun Internasional yang tentunya dilakukan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Selain lambang daerah juga
ditetapkan hari jadi Kabupaten Lamandau yang ditetapkan pada tanggal 3 Agustus dan pada
setiap tanggal tersebut diperingati HUT Kabupaten Lamandau.
II. PENJELASAN PASAL DEMI PASAL
Pasal 1
Cukup Jelas
Pasal 2
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

93

Ayat 1
Cukup Jelas
Ayat 2
Cukup Jelas
Pasal 3
Cukup Jelas
Pasal 4
a.
Jurung adalah rumah tempat penyimpanan padi
b.
Belanga adalah tempayan besar tempat penyimpanan harta benda yang berharga
c.
Sumpitan, Mandau dan Perisai adalah alat yang digunakan suku dayak untuk
berperang
d.
Ikat Tongang adalah tali yang terbuat dari kulit kayu tongang
e.
Hari jadi Kabupaten Lamandau adalah hari jadi Kabupaten Lamandau yang
ditetapkan dalam Peraturan Daerah Kabupaten Lamandau Nomor 11 Tahun 2004
Pasal 15
Pasal 5
Cukup Jelas
Pasal 6
Cukup Jelas
Pasal 7
Cukup Jelas
Pasal 8
Cukup Jelas
Pasal 9
Cukup Jelas
Pasal 10
Ayat 1
Cukup Jelas
Ayat 2
Cukup Jelas
Pasal 11
Cukup Jelas
Pasal 12
Cukup Jelas
Pasal 13
Cukup Jelas
Pasal 14
Cukup Jelas
Pasal 15
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

94

Cukup Jelas
Pasal 16
Ayat 1
Cukup Jelas
Ayat 2
Cukup Jelas
Ayat 3
Cukup Jelas
Pasal 17
Ayat 1
Cukup Jelas
Ayat 2
Cukup Jelas
Ayat 3
Cukup Jelas
Pasal 18
Cukup Jelas
Pasal 19
Cukup Jelas
TAMBAHAN LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LAMANDAU
TAHUN 2004 NOMOR 11 SERI : D

Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

95

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMANDAU


NOMOR 12 TAHUN 2004
TENTANG
PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMANDAU NOMOR 03
TAHUN 2004 TENTANG KELEMBAGAAN STRUKTUR ORGANISASI DAN TATA
KERJA PERAGKAT DAERAH KABUPATEN LAMANDAU
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
BUPATI LAMANDAU,
Menimbang

a. bahwa dalam Rangka Pelaksanaan pemerintahan yang efektif dan efisien


dan tatanan tatalaksana yang benar-benar tertuju pada program kerja
organisasi yang terorganisir serta melihat potensi daerah dan kemampuan
daerah, maka peraturan daerah Kabupaten Lamandau Nomor 3 Tahun 2004
tentang Kelembagaan Struktur Organisasi dan Tata Kerja Peragkat Daerah
Kabupaten Lamandau dipandang perlu dilakukan penyesuaian sehingga
memenuhi kebutuhan Daerah;
b. bahwa untuk keperluan sebagaimana dimaksud huruf a di atas, adalah perlu
ditetapkan dengan Peraturan Daerah Kabupaten Lamandau.

Mengingat

1. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah


(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 60, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 3839);
2. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan
Antara Pemerintah Pusat dan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 1999 Nomor 72, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 3849);
3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2002, tentang
Pembentukan Kabupaten Katingan, Kabupaten Seruyan, Kabupaten
Sukamara, Kabupaten Lamandau, Kabupaten Gunung Mas, Kabupaten
Pulang Pisau, Kabupaten Murung Raya, dan Kabupaten Barito Timur di
Propinsi Kalimantan Tengah, (Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
18, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4180);
4. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan
Pemerintah dan Kewenangan Propinsi sebagai Daerah Otonom (Lembaran

Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

96

Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 54, Tambahan Lembaran


Negara Nomor 3952);
5. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2003 Tentang Pedoman Penyusunan
Organisasi Perangkat Daerah ( Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2003 Nomor 4262);
6. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 1999 tentang
Teknik Penyusunan Peraturan Perundang-Undangan dan Bentuk UndangUndang, Rancangan Peraturan Pemerintah dan Keputusan Presiden;
7. Peraturan Daerah Kabupaten Lamandau Nomor 3 Tahun 2004 tentang
Kelembagaan Struktur Organisasi dan Tata Kerja Peragkat Daerah
Kabupaten Lamandau (Lembaran Daerah Kabupaten Lamandau Tahun 2004
Nomor 02 Seri D).
Dengan Persetujuan
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH
KABUPATEN LAMANDAU
M E M U T U S K AN :
Menetapkan

PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH


KABUPATEN
LAMANDAU NOMOR 03 TAHUN 2004 TENTANG KELEMBAGAAN
STRUKTUR
ORGANISASI DAN TATA KERJA PERAGKAT
DAERAH KABUPATEN LAMANDAU.
Pasal I

A. Pasal 1 huruf i perkataan "Cabang Dinas" dihapus.


B. Bagian Keempat pasal 8 angka 2 huruf b "Bagian Bina Ekobang/penanaman modal" dihapus
(pembentukan Dinas tersendiri) diubah dan dibaca "Bagian Ekonomi" pasal 8 angka 2 huruf c
"bagian pertambangan energi dan lingkungan hidup" dihapus (pembentukan Dinas/ Badan
tersendiri)" diubah dan dibaca "Bagian Pembagunan".
Pasal 9 angka 2 Bagian Hukum dan Organisasi setelah huruf b. ditambah huruf c yang
berbunyi "Sub bagian kerja sama"
Pasal 9 angka 5. Bagian Bina Ekonomi Pembangunan dan Penanaman Modal diubah dan
dibaca "Bagian Ekonomi" membawahi "Sub Bagian Perekonomian, Sub Bagian Pembagunan,
Sub Bagian Penanaman Modal diubah dan dibaca "Sub Bagian Sarana Perekonomian, Sub
Bagian Produksi, Sub Bagian Indag dan Porsenibud".
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

97

Pasal 9 angka 7 dan 8 digabung menjadi "Bagian Umum dan Kepegawaian" membawahi "Sub
Bagian Arsip, Sub Bagian Perlengkapan, Sub Bagian Pemeliharaan, Sub Bagian Administrasi
Pegawai, Sub Bagian Mutasi, Sub Bagian Diklat" diubah dan dibaca "Sub Bagian Umum/
Arsip, Sub Bagian Kepegawaian, Sub Bagian Protokoler".
Pasal 9 angka 7 "Bagian Umum dan Perlengkapan" dihapus diubah dan dibaca "Bagian
Perlengkapan membawahi "Sub Bagian Umum/ Arsip, Sub Bagian Perlengkapan, Sub Bagian
Pemeliharaan dan Perawatan" diubah dan dibaca "Sub Bagian Pengadaan Barang, Sub Bagian
Pemeliharaan dan Perawatan Barang, Sub Bagian Gudang".
C. Bagian ke-12 dan paragraf ke-5 pasal 26,27,28, paragraf ke-6 pasal 29 kalimat ke-2 baris ke-1
perkataan "Badan" di hapus, diubah dan dibaca "Dinas".
Pasal 29 huruf "a Kepala Badan, Sekretaris Badan" di hapus, diubah dan dibaca "a Kepala
Dinas, b Bagian Tata Usaha dan Perlengkapan".
Pasal 29 huruf d ditambah huruf e yang berbunyi : c. "UPTD" dan "Kelompok Jabatan
Fungsional" diubah ke huruf f
Pasal 30 angka 1 perkataan "Sekretaris Badan" diubah "Bagian Tata Usaha" membawahi "a.
Sub Bagian Umum Kepegawaian, Keuangan, b. Sub Bagian Perencanaan dan Pelaporan"
diubah dan dibaca "Subbag Umum dan Perlengkapan, b. Subbag Kepegawaian dan di tambah
satu c. Sub Bag Keuangan"
Pasal 30 angka 2 perkataan "Bidang Pelayanan Pendaftaran dan Pencatatan" ditambah
perkataan "Sipil" membawahi "a. Subbid Pendaftaran Penduduk, b. Subbid Mutasi, Data dan
Pelaporan" diubah dan dibaca "a. Subbid Pendaftaran Penduduk/ Mutasi, b. Subbid Pencatatan
Penduduk dan Catatan Sipil".
Pada pasal 30 setelah angka 3 ditambah angka 4 berbunyi :
4. "Bidang Perencanaan dan Evaluasi" membawahi "a. Subbid Perencanaan, b. Subbid
Evaluasi, Pendataan dan Pelaporan".
D.

Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

98

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMANDAU


NOMOR 14 TAHUN 2004
TENTANG
PERUBAHAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH
KABUPATEN LAMANDAU TAHUN ANGGARAN 2004

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA


BUPATI LAMANDAU,
Menimbang :

Mengingat :

a.

bahwa dengan adanya kebijakan Pemerintah Daerah yang bersifat strategis


akibat terjadi kebutuhan yang mendesak, maka Arah dan Kebijakan Umum
APBD serta Strategi dan Prioritas APBD telah dilakukan perubahan dan
telah disepakati antara Pemerintah Kabupaten Lamandau dan DPRD
Kabupaten Lamandau pada tanggalbulan Desember Tahun 2004

b.

bahwa sehubungan dengan hal tersebut pada huruf a, perlu dilakukan


perubahan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun Anggaran 2004
yang ditetapkan dengan Peraturan Daerah;

1.

Undang undang Nomor 12 Tahun 1985 tentang Pajak Bumi dan Bangunan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1985 Nomor 68, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 3312) Sebagaimana telah diubah dengan Undang
undang Nomor 12 Tahun 1994 (Lembaran Negara Tahun 1994 Nomor 62,
Tambahan Lembaran Negara Nomor 3569 );

2.

Undang undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan


Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor
41, tambahan Lembaran Negara Nomor 3685)
Sebagaimana telah diubah dengan Undang undang Nomor 34 Tahun 2000
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 246 Tambahan
Lembaran Negara Nomor 4048);

3.

Undang undang Nomor 21 Tahun 1997 tentang Bea Perolehan Hak Atas
Tanah Dan Bangunan ( Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997
Nomor 44, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3688);

4.

Undang undang Nomor 28 Tahun 1999 Tentang Penyelenggara Negara


yang Bersih dan Bebas dari Korupsi , Kolusi dan Nepotisme (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran

Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

99

5.

Negara Nomor 3851);


Undang undang Nomor 25 Tahun 2000 tentang Program Pembangunan
Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 206 ,
Tambahan Lembaran Negara nomor 3952);

6.

Undang undang Nomor 5 Tahun 2002 tentang Pembentukan Kabupaten


Katingan, Kabupaten Seruyan, Kabupaten Sukamara, Kabupaten Lamandau,
Kabupaten Gunung Mas, Kabupaten Pulang Pisau, Kabupaten Murung Raya,
dan Kabupaten Barito Timur di Propinsi Kalimantan Tengah (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 18, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4180 );

7.

Undang undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah


(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 4437);

8.

Undang undang Nomor 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan


Antara Pemerintah Pusat dan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4438);

9.

Peraturan Pemerintah Nomor 104 Tahun 2000 tentang Perimbangan


(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 4021)
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 84 Tahun
2001 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 157,
Tambahan Lembaran Negara Nomor 4165);

10.

Peraturan Pemerintah Nomor 105 Tahun 2000 tentang Pengelolaan dan


Pertanggungjawaban Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2000 Nomor 202, Tambahan Lembaran Negara Nomor
4022);

11.

Peraturan Pemerintah Nomor 107 Tahun 2000 tentang Pinjaman Daerah


(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 204, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 4024 );

12.

Peraturan Pemerintah Nomor 108 Tahun 2000 tentang Tata Cara


Pertanggungjawaban Kepala Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2000 Nomor 209, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4027);

13.

Peraturan Pemerintah Nomor 109 Tahun 2000 tentang Kedudukan Keuangan


kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2000 Nomor 210, Tambahan Lembaran Negara Nomor
4028);

Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

100

14.

Peraturan Pemerintah Nomor 110 Tahun 2000 tentang Kedudukan Keuangan


Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2000 Nomor 211, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4029);

15.

Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2001 tentang Pajak Daerah


(Lembaran Negara Republik Indonesia tahun 2001 Nomor 118, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 4138);

16.

Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2001 tentang Retribusi Daerah


(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 119, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 4139);

17.

Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 29 tahun 2002 tentang Pedoman


Pengurusan, Pertanggungjawaban dan Penngawasan Keuangan Daerah serta
Tata Cara penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah,
pelaksanaan Tata Usaha Keuangan Daerah dan Penyusunan Perhitungan
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah;

18.

Peraturan Daerah Nomor 9 Tahun 2004 tentang Anggaran Pendapatan


Belanja Daerah Tahun Anggaran 2004;

19.

Surat Keputusan sementara Bupati Lamandau Nomor 1 Tahun 2002 tanggal


30 Desember 2002 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
Kabupaten Lamandau Tahun Anggaran 2003;

20.

Keputusan Bupati Lamandau Nomor 5 Tahun 2002 tentang Penjabaran


Anggaran Pembangunan Kegiatan, Pasal dan Proyek APBD Tahun Anggaran
2003;

21.

Keputusan Bupati Lamandau Nomor 900 / 376 / Keu tanggal 3 November


2003 tentang Penjabaran Perubahan Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah Tahun Anggaran 2003.

22.

Keputusan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Lamandau Nomor


06 Tahun 2004 tanggal 9 Desember 2004 tentang Perubahan Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Lamandau.
Dengan Persetujuan
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH
KABUPATEN LAMANDAU
MEMUTUSKAN :

Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

101

Menetapkan

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMANDAU TENTANG


PERUBAHAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA
DAERAH TAHUN 2004.
Pasal 1

Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun Anggaran 2004 semula berjumlah
Rp.117.496.861.000,-bertambah/ (berkurang) sejumlah Rp. 18.119.472.069,- sehingga menjadi
Rp. 135.616.333.069,- dengan rincian sebagai berikut:
1. Pendapatan
a. Semula
Rp. 117.496.861.000,b. Bertambah/ (berkurang)
Rp. 11.958.497.136,Jumlah Pendapatan setelah Perubahan
2. Belanja
a. Semula
b. Bertambah/ (berkurang)

Rp. 129.455.358.136,Rp. 117.496.861.000,Rp. 11 .958.497.136,-

Jumlah Belanja setelah Perubahan


Surplus / (Defisit) setelah Perubahan
3. Pembiayaan
a. Penerimaan
1) Semula
2) Bertambah / (berkurang)

Rp. 129.455.358.136,Rp.

Rp. 117.496.861.000,Rp.

Jumlah Penerimaan setelah Peruibahan


Rp. 129.455.358.136,b. Pengeluaran
1) Semula
Rp. 117.496.861.000,2) Bertambah / (berkurang)

Rp. 11.958.497.136,-

Jumlah Pengeluaran setelah Perubahan

Rp. 129.455.358.136,-

Jumlah Pembiayaan setelah Perubahan

Rp. 129.455.358.136,Pasal 2

Uraian lebih lanjut Perubahan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah sebagaimanadimaksud
dalam pasal 1, tercantum dalam Lampiran Peraturan Daerah ini yang terdiri dari :
1. Lampiran I
Rincian Perubahan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
2. Lampiran II
Rincian Perubahan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

102

3. Lampran III
4.
5.
6.
7.
8.

Lampiran IV
Lampiran V
Lampiran VI
Lampiran VII
Lampiran VIII

Daftar Rekapitulasi Perubahan APBD menurut bidang Pemerintahan dan


Organisasi Perangkat Daerah
Daftar Piutang Daerah
Daftar Inventasi (penyertaan) Daerah
Daftar Dana Cadangan
Daftar Utang atau Pinjaman Daerah dan
Neraca daerah Tahun Anggaran yang lalu

Pasal 3
Lampiran lampiran sebagaimana tercantum dalam pasal 2 merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.
Pasal 4
Sebagai landasan Operasional pelaksanaan, Bupati Lamandau menetapkan Keputusan tentang
Penjabaran Perubahan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah.
Pasal 5
Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan Pengundangan Peraturan Daerah ini dengan
penempatannya dalam Lembaran Daerah.
Ditetapkan di
Pada Tanggal

: Nanga Bulik
: 9 Desember 2004

BUPATI LAMANDAU,
ttd
BUSTANI DJ. MAMUD
Diundangkan di
Pada Tanggal

: Nanga Bulik
: 9 Desember 2004

Plt. SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN LAMANDAU


ttd
(Ir. MARUKAN )
NIP. 131 480 087
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LAMANDAU
TAHUN 2004 NOMOR 03 SERI : A
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

103

LAMPIRAN I
NOMOR
TANGGAL
A.

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMANDAU


: 14 TAHUN 2004
: 9 Desember 2004

REALISASI ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH KEBUPATEN


LAMANDAU SAMPAI DENGAN TRIWULAN II TAHUN ANGGARAN 2004
Perincian Realisasi anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Lamandau sampai
dengan triwulan II Tahun Anggaran 2004 adalah sebagai berikut :
a. Pendapatan
Penerimaan Daerah

Rp. 54.143.787.488,-

1. Sisa Perhitungan Anggaran Tahun lalu

Rp.

2.174.497.136,-

2. Pendapatan Asli Daerah

Rp.

259.073.925,-

3. Pendapatan yang berasal dari pemberian


Pemerintah dan atau instansi yang lebih tinggi
4. Bagian Lain lain Pendapatan yang sah
b. Belanja

Rp. 50.121.606.792,Rp.

1.588.609.735,-

Rp. 34.426.806.941,-

Belanja Rutin

Rp. 26.315.370.641,-

1. Belanja Pegawai

Rp. 11.293.775.964,-

2. Belanja Barang

Rp.

3.865.044.063,-

3. Belanja Pemeliharaan

Rp.

555.673.050,-

4. Belanja Perjalanan Dinas

Rp.

2.705.181.000,-

5. Belanja Lain lain

Rp.

2.373.922.300,-

6. Angsuran Pinjaman/Hutang dan Bunga

Rp.

7. Belanja Pensiun ( order stand )

Rp.

8. Ganjaran Subsidi /Sumbangan kepada


Daerah bawahan

Rp.

967.199.000,-

9. Pengeluaran yang tidak termasuk bagian lainnya

Rp. 3.406.747.000,-

10. Pengeluaran tidak tersangka

Rp. 1.147.828.264,-

Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

104

Belanja pembangunan

Rp. 8.111.436.300,-

1. Sektor Industri

Rp.

2. Sektor Pertanian dan Kehutanan

Rp. 2.957.492.000,-

3. Sektor Sumber Daya Air dan Irigasi

Rp.

4. Sektor Tenaga Kerja

Rp.

5. Sektor Perdagangan Usaha Daerah


Keuangan Daerah dan Korupsi

Rp.

20.750.000,-

6. Sektor Transportasi

Rp. 2.630.000.000,-

7. Sektor Pertambangan dan Energi

Rp.

8. Sektor Pariwisata dan telekomunikasi Daerah

Rp.

9. Sektor pembangunan Daerah dan Pemukiman

Rp.

10. Sektor Lingkungan hidup dan tata ruang

Rp.

130.000.000,-

7.500.000,-

11. Sektor Pendidikan, Kebudayaan Daerah


Kepercayaan terhadap YME, Pemuda
Dan olah raga.
12. Sektor kependudukan dan KB

Rp. 1.327.176.500,Rp.

13. Sektor Kesehatan, Kesejahteraan Sosial, Wanita


Anak dan Remaja

Rp.

106.740.000,-

14. Sektor perumahan dan permukiman

Rp.

15. Sektor agama

Rp.

130.180.000,-

16. Sektor Ilmu pengetahuan dan teknologi

Rp.

165.500.000,-

17. Sektor Hukum

Rp.

18. Sektor Aparatur pemerintah dan pengawasan

Rp.

422.176.800,-

19. Sektor Politik, Peneranga, komunikasi dan


Media Massa.
20. Sektor keamanan dan ketertiban umum

Rp.
Rp.

213.921.000,-

21. Sektor Subsidi/ Bantuan Pembangunan kepada


Daerah Bawahan

Rp.

Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

105

Perbedaan antar Anggaran Pendapatan dan Anggaran


Belanja ( A B )

Rp. 19.716.980.647,-

Urusan Kas dan Perhitungan


A. Anggaraan Rutin
- Pendapatan

Rp.

894.807.832,-

- Belanja

Rp.

894.807.832,-

Perbedaan

Rp.

NIHIL

Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

106

Realisasi Pendapatan sampai dengan akhir bulan triwulan III 2004, tergambar dalam
tabel 1 berikut :
TARGET DAN REALISASI PENDAPATAN DAERAH KABUPATEN LAMANDAU
SAMPAI DENGAN AKHIR SEPTEMBERTAHUN ANGGARAN 2004

No
1.
2.

3.

4.

Jenis Pendapatan

Realisasi

( Rp )

( Rp )

Prosentase

Sisa lebih perhitungan tahun lalu


Pendapatan Asli Daerah (PAD)
a. Pajak Daerah

3.791.500.000,77.500.000,-

1735.319.426,96.020.341,-

45,77
123,90

b.

Retribusi Daerah

3.609000.000,-

1.483.386.519,-

41,10

c.

Bagian Laba Perusahaan Daerah

d.

Bagian Laba Pengelolaan Daerah


105.000.000,-

68.998.364,-

65,71

101.300.000.000,-

5.280.967.023,-

51,27

7.000.000.000,-

2.891.075.328,-

41,30

e. Lain lain Pendapatan


Dengan perimbangan
a. Bagi Hasil Pajak
b.

Bagi Hasil Bukan Pajak SDA

c.

Dana Alokasi Umum ( DAU )

78.120.000.000,- 65.000.000.000,-

83,33

d.

Dana Alokasi Khusus ( DAK )

10.789.648.000,-

4.950.000.000,-

45,87

2.000.000.000,2.105.713.000,250.000.000,-

e. Dana Darurat
Lain lain penerimaan yang syah
a. Bantuan dari Propinsi
b.
c.

25,00

355.713.000,-

Pajak bahan bakar kendaraan


Bermotor ( PBBKB )

d.

62.000.000,-

Bea Balik nama kendaraan


Bermotor (BBNKB)

5.

Anggaran

Tunggakan pajak

Pendapatan lain lain


a. Penerimaan dari Pemerintah

1.500.000.000,-

1.240.000.000,-

346.609.000,-

23,10

1.323.894.400,-

106,77

Pusat
b.

Penerimaan lain lain

J u m l a h
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

107

LAMPIRAN II

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMANDAU


NOMOR
: 14 TAHUN 2004
TANGGAL : 9 Desember 2004

RINCIAN PERUBAHAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH


KABUPATEN LAMANDAU
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

108

TAHUN ANGGARAN 2004


BIDANG PEMERINTAHAN :
KODE
ANGG
ARAN
1
2.2.1
2.2.2
2.2.3
2.2.4
2.2.5
2.2.6
2.2.7
2.2.8

URAIAN

2
DPRD dan Setwan
Kepala Daerah dan Wakil
Kepala Daerah
Sekretariat Daerah
Dinas Pendapatan Daerah
Dinas Pengawasan Daerah
BAPPEDA
Kesbanglinmas
Kecamatan dan Kelurahan

JUMLAH
ANGGARAN
SEBELUM
PERUBAHAN
3
3.612.906.960,-

JUMLAH
ANGGARAN
SETELAH
PERUBAHAN
4
3.700.106.960,-

2.380.500.000,37.872.717.424,1.411.000.000,-

3.335.500.000,33.473.917.424,1.583.331.000,440.500.000,541.500.000,298.900.000,458.200.000,-

40,12
(11,61)
12,21
12,80
23,77
29,11
24,95

46.703.324.384,-

47.259.521.520,-

1,19

485.000.000,814.500.000,796.000.000,-

705.000.000,977.500.000,3.435.509.680,-

45,36
20,01
331,60

522.000.000,-

585.400.000,-

12,15

667.000.000,-

667.000.000,-

3.284.500.000,-

5.420.500.000,-

390.500.000,437.500.000,231.500.000,-

BERTAMBAH /
(BERKURANG)
PROSENTASE
6
2,41

KET
7

366.700.000,-

JUMLAH
2.3.0
2.51
2.6.1
2.8.1
2.8.2

Dinas Pekerjaan Umum


Dinas Kesehatan
Dinas P dan K
Dinas Pertanian, Peternakan
dan Perikanan
Dinas Kehutanan dan
Perkebinan
JUMLAH

KODE
ANGG
ARAN

URAIAN

JUMLAH
ANGGARAN
SEBELUM
PERUBAHAN
3

JUMLAH
ANGGARAN
SETELAH
PERUBAHAN
4

65,03

BERTAMBAH /
(BERKURANG)

KET

PROSENTASE
6

Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

109

2.2.1 Pos Sekwan


1. Belanja Pegawai
2. Belanja Barang
3. Belanja Pemeliharan
4. Belanja Perjalanan Dinas
5. Belanja Lain-lain

115.000.000,340.000.000,135.000.000,120.000.000,166.200.000,-

47,81
0
0
0
43,03

789.000.000,-

876.200.000,-

11,05

150.000.000,420.000.000,110.500.000,600.000.000,1.100.000.000,-

150.000.000,605.000.000,110.500.000,770.000.000,1.700.000.000,-

0
44,05
0
28,33
54,55

2.380.500.000,-

3.580.500.000,-

50,41

2.2.3 Pos Sekretariat Daerah


1. Belanja Pegawai
2. Belanja Barang
3. Belanja Pemeliharaan
4. Belanja Perjalanan Dinas
5. Belanja Lain-lain
JUMLAH

32.847717.424,2.500.000.000,440.000.000,1.060.000.000,1.025.000.000,37.872.717.424,-

26.332.717.424,3.151.200.000,530.000.000,1.960.000.000,1.500.000.000,33.427.917.424,-

(19,83)
26,05
20,45
84,91
46,34
(11,71)

2.2.4 Pos DISPENDA


1. Belanja Pegawai
2. Belanja Barang
3. Belanja Pemeliharaan
4. Belanja Perjalanan Dinas
5. Belanja Lain-lain

121.000.000,390.000.000,44.000.000,205.000.000,651.000.000,-

141.000.000,412.600.000,44.000.000,245.000.000,740.731.000,-

16,53
5,79
0
19,51
13,78

1.411.000.000,-

1.583.331.000,-

12,21

45.000.000,167.000.000,28.500.000,125.000.000,25.000.000,390.500.000,-

48.000.000,127.000.000,42.500.000,143.000.000,35.000.000,440.500.000,-

77.800.000,340.000.000,135.000.000,120.000.000,116.200.000,-

JUMLAH

2.2.2
Pos
Kepala
Daerah /Wakil Kepala
Daerah
1.
2.
3.
4.
5.

Belanja Pegawai
Belamja Barang
Belanja Pemeliharaan
Belanja Perjalanan Dinas
Belanja Lain-lain

JUMLAH

JUMLAH
2.2.5 Pos BAWASDA
1. Belanja Pegawai
2. Belanja Barang
3. Belanja Pemeliharaan
4. Belanja Perjalanan Dinas
5. Belanja Lain-lain
JUMLAH

Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

110

6,67
(23,95)
49,12
14,40
40,00
12,80

2.2.6 Pos BAPPEDA


1. Belanja Pegawai
2. Belanja Barang
3. Belanja Pemeliharaan
4. Belanja Perjalanan
Dinas
5. Belanja Lain-lain
JUMLAH
2.2.7 Pos Kesbanglinmas
1. Belanja Pegawai
2. Belanja Barang
3. Belanja Pemeliharaan
4. Belanja Perjalanan
Dinas
5. Belanja Lain-lain
JUMLAH
2.2.8 Pos Kecamatan/Kelurahan
1. Belanja Pegawai
2. Belanja Barang
3. Belanja Pemeliharaan
4. Belanja Perjalanan Dinas
5. Belanja Lain-lain
JUMLAH
2.3.0 Pos Dinas PU
1. Belanja Pegawai
2. Belanja Barang
3. Belanja Pemeliharaan
4. Belanja Perjalanan
Dinas
5. Belanja Lain-lain
JUMLAH
2.5.1. Pos Dinas Kesehatan
1. Belanja Pegawai
2. Belanja Barang
3. Belanja Pemeliharaan
4. Belanja Perjalanan
Dinas
5. Belanja Lain-lain
JUMLAH
2.6.1. Dinas Pendidikan dan
Kebudayaan
1. Belanja Pegawai
2. Belanja Barang
3. Belanja Pemeliharaan
4. Belanja Perjalanan
Dinas
5. Belanja Lain-lain
JUMLAH

60.000.000,155.000.000,32.000.000,165.000.000,25.000.000,-

57.000.000,160.000.000,52.500.000,257.000.000,25.000.000,-

(5,00)
3,23
30,77
55,76
23,77

437.500.000,-

541.500.000,-

23,77

12.500.000,90.000.000,19.000.000,70.000.000,30.000.000,-

35.900.000,114.000.000,39.000.000,70.000.000,40.000.000,-

187,20
26,67
34,48
0
33,33

231.500.000,-

298.900.000,-

29,11

44.200.000,109.000.000,69.000.000,60.000.000,84.500.000,366.700.000,-

94.200.000,121.000.000,78.000.000,60.000.000,105.000.000,458.200.000,-

113,12
11,01
13,04
0
24,26
24,95

55.000.000,175.000.000,120.000.000,105.000.000,30.000.000,-

160.000.000,190.000.000,70.000.000,235.000.0000,50.000.0000,-

190,91
8,57
(41,67)
123,81
66,67

485.000.000,-

705.000.000,-

45,36

37.000.000,135.000.000,68.000.000,115.000.000,459.500.000.-

59.050.000,215.000.000,83.000.000,125.000.000,459.450.000,-

59,59
59,26
22,06
8,70
(1,01)

814.500.000,-

977.500.000,-

20,01

60.000.000,441.000.000,35.000.000,225.000.000,35.000.000,-

120.000.000,2.928.009.680,50.000.000,270.000.000,67.500.000,-

100
563,95
42,86
20,00
92,86

796.000.000,-

3.435.509.680

331,60

Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

111

2.8.1. Dinas Pertanian dan


Peternakan
1. Belanja Pegawai
2. Belanja Barang
3. Belanja Pemeliharaan
4. Belanja Perjalanan
Dinas
5. Belanja Lain-lain
JUMLAH

51.000.000,275.000.000,56.000.000,115.000.000,25.000.000,-

91.310.000,264.958.000,43.250.000,152.500.000,33.382.000,-

79,04
(3,65)
(22,27)
32,61
33,53

522.000.000,-

585.400.000,-

12,15

2.8.2. Dinas Kehutanan dan


Perkebunan
1. Belanja Pegawai
2. Belanja Barang
3. Belanja Pemeliharaan
4. Belanja Perjalanan
Dinas
5. Belanja Lain-lain
JUMLAH

140.000.000,305.000.000,37.000.000,125.000.000,60.000.000,-

130.700.000,305.500.000,20.000.000,125.000.000,83.800.000,-

(6,64)
0,16
(45,95)
0
39,67

667.000.000,-

667.000.000,-

Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

112

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMANDAU


NOMOR 15 TAHUN 2004
TENTANG
RENCANA STRATEJIK KABUPATEN LAMANDAU 2004 2008
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
BUPATI LAMANDAU,
Menimbang

Mengingat

a.

bahwa dalam rangka pelaksanaan Undang-undang Nomo 32 Tahun 2004


tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-undang Nomor 5 Tahun 2002
tentang Pembentukan Kabupaten Katingan, Kabupaten Seruyan,
Kabupaten Sukamara, Kabupaten Lamandau, Kabupaten Gunung Mas,
Kabupaten Pulang Pisau, Kabupaten Murung Raya, Kabupaten Barito
Timur telah membuka peluang untuk melaksanakan Otonomi Daerah.

b.

bahwa terbentuknya Kabupaten Lamandau dilihat dari aspek umum


wilayah merupakan peluang atau kesempatan untuk mengembangkan
kapasitas penyelenggaraan Pemerintahan, Pembangunan dan Pelayanan
kepada masyarakat serta pengelolaan sumber daya alam yang lebih baik.

c.

bahwa dalam upaya menciptakan penyelenggaran Pemerintahan dan


Pembangunan yang efesien, efektif, partisipatif, transparan dan akuntabel
diwajibkan untuk menyusun Perencanaan Stratejik (Renstra).

d.

bahwa berdasarkan maksud huruf a dan b diatas, perlu ditetapkan dengan


Peraturan Daerah Kabupaten Lamandau.

1.

Undang undang Nomor 25 Tahun 2000 tentang Pembangunan Nasional;

2.

Undang undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2002 tentang


Pembentukan Kabupaten Katingan, Kabupaten Seruyan, Kabupaten
Lamandau, Kabupaten Gunung Mas, Kabupaten Pulang Pisau, Kabupaten
Murung Raya, Kabupaten Barito Timur (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2002 Nomor 18, Tambahan Lembaran Negara Nomor
4180);

3.

Undang undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah


(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437):

Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

113

4.

Undang undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan


antara Pemerintah Pusat dan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4438);

5.

Peraturan Pemerintah Nomor 108 tahun 2000 tentang Tata Cara


Pertanggungjawaban Kepala Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4027);

6.

Keputusan Presiden Nomor 44 Tahun 1999 tentang Teknik Penyusunan


Peraturan Perundang undangan dan Bentuk Rancangan
Undang undang Peraturan Pemerintah dan Rancangan Keputusan
Presiden (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 70);

7.

Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 1999 tentang


Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah;

8.

Keputusan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Lamandau


Nomor 15 Tahun 2004 tanggal 9 Desember 2004 tentang Rencana
Stratejik Kabupaten Lamandau Tahun 2004 2008.

Dengan persetujuan
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH
KABUPATEN LAMANDAU
M E M U T U S K AN :
Menetapkan :

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMANDAU TENTANG


RENCANA STRATEJIK KABUPATEN LAMANDAU 2004 2008.
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1

Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan :


1. Daerah adalah Daerah Kabupaten Lamandau;
2. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Daerah Kabupaten Lamandau;
3. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya disingkat DPRD adalah Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Lamandau;
4. Bupati adalah Bupati Lamandau;
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

114

5. Dinas/Badan/Unit Satuan Kerja adalah Dinas/Badan/Unit Satuan Kerja Kabupaten Lamandau;


6. Rencana Stratejik yang disingkat Renstra adalah Rencana Stratejik Kabupaten Lamandau;
7. Visi dan Misi adalah Visi dan Misi Kabupaten Lamandau.
BAB II
RENCANA STRATEJIK
Pasal 2
(1) Rencana Stratejik Kabupaten Lamandau Tahun 2004- 2008 adalah Pedoman atau arah
Kebijakan Pelaksanaan Pembangunan Daerah dan Penyusunan Anggaran Pendapatan dan
Belanja Daerah untuk 5 (lima) tahun kedepan;
(2) Rencana Stratejik Kabupaten Lamandau sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bertujuan
mewujudkan visi dan misi Kabupaten Lamandau;
(3) Rencana Stratejik Kabupaten Lamandau terdiri dari :
BAB I

Pendahuluan

BAB II

Kondisi Umum, Tantangan dan Prioritas Pembangunan Daerah Kabupaten


Lamandau

BAB III

Analisis Lingkungan Stratejik

BAB IV

Tujuan, Sasaran dan kebijakan Bidang Pembangunan Daerah Kabupaten


Lamandau

BAB V

Program dan Kegiatan Prioritas (Lima) lima tahun Bidangbidang


Pembangunan Daerah Kabupaten Lamandau

BAB VI

Pengukuran dan Evaluasi Kinerja

BAB VII

Penutup
Pasal 3

Rencana Stratejik Kabupaten Lamandau Tahun 2004 2008 merupakan dasar perumusan
Kebijakan Stratejik Kabupaten Lamandau.
BAB III
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 4
Uraian terperinci pasal 2 Keputusan ini sebagaimana terdapat didalam Lampiran Naskah Rencana
Stratejik Kabupaten Lamandau 2004 2008 dan menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari
Keputusan ini.
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

115

BAB IV
PENUTUP
Pasal 5
Dengan berlakunya Peraturan Daerah ini maka Peraturan Kabupaten Lamandau yang setingkat
atau lebih rendah yang bertentangan dengan Peraturan Daerah ini dinyatakan tidak berlaku lagi.
Pasal 6
Hal hal yang belum diatur dalam Peraturan Daerah ini, sepanjang mengenai pelaksanaannya
akan diatur lebih lanjut dengan Keputusan Bupati.
Ditetapkan di : Nanga Bulik
Pada Tanggal : 9 Desember 2004
BUPATI LAMANDAU,
ttd
BUSTANI DJ. MAMUD
Diundangkan di : Nanga Bulik
Pada Tanggal
: 9 Desember 2004
Plt. SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN LAMANDAU
ttd
( Ir. MARUKAN )
NIP. 131 480 087
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LAMANDAU
TAHUN 2004 NOMOR 5 SERI : D

Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

116

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMANDAU


NOMOR 16 TAHUN 2004
T E N TAN G
POLA DASAR PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN LAMANDAU
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
BUPATI LAMANDAU,
Menimbang

Mengingat

a.

bahwa untuk memberikan gambaran mengenai wujud masa depan yang


diinginkan dalam pelaksanaan pembangunan, maka perlu disusun Pola
Dasar (POLDAS) Pembangunan Daerah Kabupaten Lamandau yang
akan menjadi landasan bagi semua pihak dalam pelaksanaan
pembangunan daerah 5 (Lima) tahun kedepan.

b.

bahwa Pola Dasar (POLDAS) Pembangunan Daerah Kabupaten


Lamandau ditetapkan dengan maksud memberikan
arah bagi
penyelenggaraan Pembangunan Daerah Kabupaten Lamandau yang
didasarkan atas keinginan dan cita cita Pemerintah dan Masyarakat
Kabupaten Lamandau yang dituangkan dalam bentuk penyelenggaraan
pembangunan yang benar-benar ditujukan bagi kepentingan masyarakat
dan Pemerintah Kabupaten Lamandau.

c.

bahwa untuk melaksanakan maksud huruf a dan b tersebut diatas, perlu


ditetapkan dengan Peraturan Daerah Kabupaten Lamandau.

1.

Undang undang Negara Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2000


tentang Program Pembangunan Nasional;

2.

Undang-undang Negara Republik Indonesia Nomor 5 tahun 2002


tentang Pembentukan Kabupaten Katingan, Kabupaten Seruyan,
Kabupaten Sukamara, Kabupaten Lamandau, Kabupaten Gunung Mas,
Kabupaten Pulang Pisau, Kabupaten Murung Raya dan Kabupaten
Barito Timur di Propinsi Kalimantan Tengah ( Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 18, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4180);

3.

Undang-undang Negara Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004


tentang Pemerintah Daerah ( Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4437);

Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

117

4.

Undang undang Negara Republik Indonesia Nomor 33 Tahun 2004


tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah
( Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126,
Tambahan Lembaran Negara Nomor 4438);

5.

Peraturan Pemerintahan Nomor 108 Tahun 2000 tentang Tata Cara


Pertanggungjawaban Kepala Daerah ( Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2000 Nomor 209, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4027 );

6.

Keputusan Presiden Nomor 44 Tahun 1999 tentang Teknik Penyusunan


Peraturan
Perundangundangan
dan
Bentuk
Rancangan
Undang undang Peraturan Pemerintah dan Rancangan Keputusan
Presiden ( Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999
Nomor 70 );

7.

Keputusan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Lamandau


Nomor 16 Tahun 2004. tanggal 9 Desember 2004 tentang Pola Dasar
Pembangunan Daerah Kabupaten Lamandau Tahun 2004 2008.
Dengan Persetujuan
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH
KABUPATEN LAMANDAU
M E M U T U S K AN :

Menetapkan

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMANDAU TENTANG


POLA DASAR PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN
LAMANDAU.
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1

Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan :


1. Daerah Otonom, selanjutnya disebut Daerah adalah kesatuan masyarakat hukum yang
mempunyai batas daerah tertentu berwenang mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat
setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat dalam ikatan Negara
kesatuan Republik Indonesia;
2. Pemerintah Daerah adalah Bupati dan Perangkat Daerah sebagai unsur penyelenggara
Pemerintahan Kabupaten Lamandau;
3. Bupati adalah Bupati Lamandau;
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

118

4. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah adalah Lembaga Perwakilan Rakyat Daerah sebagai unsur
penyelenggara Pemerintahan Daerah Kabupaten Lamandau;
5. POLDAS adalah Pola Dasar Kabupaten Lamandau dalam jangka waktu 5 (lima) tahun
kedepan;
BAB II
POLA DASAR PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN LAMANDAU
Pasal 2
Pola Dasar Pembangunan Daerah Kabupaten Lamandau disusun dalam (5) lima bab
Bab I
: Pendahuluan
Bab II
: Kondisi Umum Pembangunan Daerah
Bab III
: Visi, Misi dan Strategi Pembangunan Daerah
Bab IV
: Arah Kebijakan Daerah dan Kaidiah Pelakasanaan
Bab V
: Penutup
Pasal 3
Isi beserta uraian terperinci dalam Pola Dasar Pembangunan Daerah sebagaimana dimaksud dalam
ayat (1) pasal ini tentang atau masalah Poldas yang menjadi tujuan yang tidak terpisahkan dari
Peraturan Daerah ini.
Pasal 4
Pola Dasar Pembangunan Daerah Kabupaten Lamandau ditetapkan untuk memberi arah bagi
Penyelanggaraan Pembangunan di Kabupaten Lamandau.
Pasal 5
Pola Dasar Pembangunan Daerah Kabupaten Lamandau bertujuan untuk mewujudkan kehidupan
yang Demokratis, Brkeadilan Sosial, Maju, Mandiri, Menghargai Supermasi Hukum dan Hak
Asasi Manusia dalam tatanan masyarakat dan lingkungan yang beradab, berkualitas dan sejahtera.
BAB III
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 6
Dengan diberlakukannya Peraturan Daerah ini, maka Peraturan yang berhubungan dengan
Peraturan Daerah ini setingkat atau lebih rendah yang bertentangan dengan Peraturan Daerah ini
dinyatakan tidak berlaku lagi.
Hal hal yang belum diatur dalam Peraturan Daerah ini, sepanjang mengenai pelaksanaan akan
diatur lebih lanjut dengan Keputusan Bupati.
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

119

Pasal 7
Peraturan Daerah ini berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan
penempatan dalam lembaran Daerah Kabupaten Lamandau.
Ditetapkan di : Nanga Bulik
Pada Tanggal : 9 Desember 2004
BUPATI LAMANDAU,
ttd
BUSTANI DJ. MAMUD
Diundangkan di : Nanga Bulik
Pada Tanggal
: 9 Desember 2004
Plt. SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN LAMANDAU
ttd
( Ir. MARUKAN )
NIP. 131 480 087
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LAMANDAU
TAHUN 2004 NOMOR 6 SERI : D

Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

120

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMANDAU


NOMOR 17 TAHUN 2004
TENTANG
PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN LAMANDAU
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
BUPATI LAMANDAU,
Menimbang : a.

bahwa dengan Ketetapan Majelis Permusyaratan Rakyat Republik


Indonesia Nomor IV/MPR/1999 telah ditetapkan Garis-garis Besar Haluan
Negara, yang pada hakekatnya adalah Pola Umum Pembangunan Nasional
yang merupakan pedoman bagi pelaksanaan Pembangunan Nasional
sebagaimana tertuang dan tersirat dalam Pembukaan Undang-undang
Dasar 1945;

b.

bahwa Program Pembangunan Daerah merupakan kerangka dasar


pengelolaan Pembangunan Daerah sebagai perwujudan aspirasi dan
kehendak masyarakat sesuai dengan kondisi dan potensi Daerah melalui
rangkaian kegiatan pembangunan yang dilaksanakan secara bertahap,
berencana dan secara terus-menerus dengan tetap memperhatikan Garisgaris Besar Haluan Negara;

c.

bahwa untuk memberikan arah pelaksanaan pembangunan dalam jangka


waktu 5 (Lima) Tahun,
sehingga terlaksananya program prioritas
pembangunan dan program program pembangunan lainnya, perlu disusun
dan ditetapkan Program Pembangunan Daerah Kabupaten Lamandau yang
akan digunakan sebagai landasan penyusunan program Pembangunan
Daerah Kabupaten Lamandau 5 (Lima) Tahun kedepan;

d.

bahwa untuk mewujudkan sebagaimana dimaksud huruf a, b dan c diatas,


dipandang perlu menetapkan Program Pembangunan Daerah Kabupaten
Lamandau dengan Peraturan Daerah.

: 1.

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1983 tentang Zona


Ekonomi Ekslusif Indonesia;

2.

Undang-undang Nomor 5 Tahun 2002 tetang Pembentukan Kabupaten


Katingan, Kabupaten Seruyan, Kabupaten Sukamara, Kabupaten
Lamandau, Kabupaten Gunung Mas, Kabupaten Pulang Pisau, Kabupaten
Murung Raya, Kabupaten Barito timur;

Mengingat

Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

121

3.

Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah,


(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437);

4.

Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan


antara Pusat dan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004
Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4438);

5.

Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentan Kewenangan


Pemerintah dan Kewenangan Propinsi sebagai Daerah Otonom;

6.

Keputusan Presiden Nomor 44 Tahun 1999 tentang Teknik Penyusunan


Peraturan Perundang-undangan dan bentuk Rancangan Undang-undang,
Peraturan Pemerintah dan Keputusan Presiden (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1999 Nomor 70);

7.

Keputusan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Lamandau Nomor


17 Tahun 2004. tanggal 9 Desember 2004 tentang Program Pembangunan
Daerah Kabupaten Lamandau Tahun 2004 2008.
Dengan Persetujuan
DEWAN PERWAKILAN RAKYAR DAERAH
KABUPATEN LAMANDAU
MEMUTUSKAN :

Menetapkan

: PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMANDAU TENTANG


PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN LAMANDAU
TAHUN ANGGARAN 2004 2008.
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1

Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan :


a.
Daerah adalah Daerah Kabupaten Lamandau;
b.
Pemerintah Daerah adalah Bupati dan Perangkat Daerah sebagai unsur penyelenggara
Pemerintahan Kabupaten Lamandau;
c.
Bupati adalah Bupati Lamandau;
d.
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah adalah Lembaga Perwakilan Rakyat Daerah sebagai unsur
penyelenggara Pemerintahan Daerah Kabupaten Lamandau;
e.
Pembangaunan Daerah adalah Pembangunan Daerah yang dilaksanakan di Kabupaten Lamandau;
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

122

f.

Program Pembangunan Daerah adalah Pedoman dalam Penyelenggaraan Pemerintahan,


Pelaksanaan Pembangunan dan pelayanan kepada masyarakat di Daerah bagi seluruh lapisan
masyarakat Kabupaten Lamandau.

BAB II
PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH
Pasal 2
(1) BAB I
: Umum
BAB II
: Pemberdayaan Masyarakat dan Pembangunan Daerah
BAB III
: Peningkatan Otonomi Daerah
BAB IV
: Pengembangan Ekonomi Daerah dan Wilayah
BAB V
: Pembangunan Pemukiman dan Perkotaan
BAB VI
: Pengelolaan Pertanahan
BAB VII
: Penataan Ruang
BAB VIII
: Program-program pembangunan bidang pemerintahan daerah
(2) Isi beserta uraian terpernci dari Program Pemabangunan Daerah sebagaimana dimaksud
dalam ayat (1) pasal ini, tertuang dalam Naskah Pola Dasar Pembangunan Daerah yang
menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.
Pasal 3
Program Pembangunan Daerah merupakan Dokumen Induk Program Pembangunan Daerah, memuat
Visi dan Misi, Strategi, Kebijakan Pembangunan Daerah dan Program Program Pembangunan
Sektoral Daerah.
Pasal 4
(1)
(2)

Menugaskan kepada Bupati untuk mengembangkan dan melaksanakan pasal 2 Peraturan


Daerah ini, sesuai dengan Peraturan yang berlaku;
Program Pembangunan Daerah ( PROPEDA ) Kabupaten Lamandau ditetapkan oleh Bupati
dengan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Lamandau.
BAB III
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 5

Hal-hal yang diatur dalam Peraturan Daerah ini, sepanjang mengenai pelaksanaannya, diatur lebih
lanjut oleh Keputusan Bupati

Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

123

Pasal 6
Program Pembangunan Daerah ini dapat ditinjau kembali sekali dalam Lima Tahun, dengan
berpedoman kepada Garis-garis Besar Haluan Negara (GBHN) dan Program Pembangunan
Kabupaten Lamandau guna memberikan acuan dan masukan dalam penyusunan Program
Pembangunan Daerah kedepan dan seterusnya.
Pasal 7
Peraturan Daerah ini mulai berlaku sejak tanggal diundangkan.
Agar setiap orang dapat mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan
penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Lamandau.
Ditetapkan di : Nanga Bulik
Pada Tanggal : 9 Desember 2004
BUPATI LAMANDAU,
ttd
BUSTANI DJ. MAMUD
Diundangkan di : Nanga Bulik
Pada Tanggal
: 9 Desember 2004
Plt. SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN LAMANDAU
ttd
( Ir. MARUKAN )
NIP. 131 480 087
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LAMANDAU
TAHUN 2004 NOMOR 07 SERI : D

Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

124

PERRATURAN DAERAH KABUPATEN LAMANDAU


NOMOR 20 TAHUN 2004
T E N TAN G
PAJ AK R E K LAM E
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
BUPATI LAMANDAU,
Menimbang

Mengingat

: a.

bahwa dengan ditetapkannya Undang-undang Nomor 34 Tahun 2000


tentang Perubahan atas Undang-undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang
Pajak dan Retribusi Daerah, maka untuk meningkatkan Pendapatan Asli
Daerah guna menunjang pelaksanaan pembangunan dan penyelenggaraan
pemerintahan perlu memungut Pajak Reklame;

b.

bahwa untuk melaksanakan pungutan sebagaimana dimaksud huruf a


diatas perlu membentuk Peraturan Daerah tentang Pajak Reklame.

: 1.

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 1997 Pajak Daerah


dan Retribusi Daerah ( Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997
Nomor 41, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3685)
sebagaimana telah diubah dengan Undang Undang Republik Indonesia
Nomor 34 Tahun 2000 ( Lembaran Negara Republik Iindonesia Tahun
2000 Nomor 246, Tambahan Lembaran Negara Repbulik Indonesia Nomor
4048);

2.

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2002 tentang


Pembentukan Kabupaten Katingan, Kabupaten Seruyan, Kabupaten
Sukamara, Kabupaten Lamandau, Kabupaten Gunung Mas, Kabupaten
Pulang Pisau, Kabupaten Murung Raya dan Kabupaten Barito Timur di
Propinsi Kalimantan Tengah ( Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 18, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia 4180 );

3.

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 tentang


Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indoensia Tahun 2004
Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indoensia Nomor
4437);

4.

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 33 Tahun 2004 tentang


Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah
( Lembaran Negara Republik Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan

Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

125

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438 );


5.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 1983 tentang


Pelaksanaan Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 1983 Nomor 36, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 3258);

6.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2000 tentang


Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Provinsi sebagai Daerah
Otonom (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 54,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3952);

7.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 65 Tahun 2001 tentang


Pajak Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor
118, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4138);

8.

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 4 Tahun 1997 tentang Penyidik


Pegawai Negeri Sipil di Lingkungan Pemerintah Daerah;

9.

Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 170 Tahun 1993 Tentang


Pedoman Tata Cara Pemungutan Pajak Daerah;

10. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 173 Tahun 1997 tentang Tata
Cara Pemeriksaan di Bidang Pajak Daerah;
11. Keputusan Menteri Dalam Negeri nomor 21 Tahun 2001 tentang Teknik
Penyusunan dan Materi Muatan Produk produk Hukum Daerah;
12. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 22 Tahun 2001 tentang Bentuk
Produk produk Hukum Daerah;
13. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 23 Tahun 2001 tentang Prosedur
Penyusunan Produk Hukum Daerah;
14. Keputusan Dalam Negeri Nomor 24 Tahun 2001 tentang Lembaran Daerah
dan Berita Daerah;
15. Peraturan Daerah Kabupaten Lamandau Nomor 2 Tahun 2004 tentang
Rincian Kewenangan Pelaksanaan Otonomi Daerah di Kabupaten
Lamandau (Lembaran Daerah Kabupaten Lamandau Tahun 2004 Nomor
01 Seri D );

Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

126

16. Peraturan Daerah Kabupaten Lamandau Nomor 3 Tahun 2004 tentang


Kelembagaan, Struktur Organisasi, Tugas Pokok dan Tata Kerja Perangkat
Daerah Kabupaten Lamandau ( Lembaran Daerah Kabupaten Lamandau
Tahun 2004 Nomor : 02 Seri : D );
17. Keputusan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Lamandau
Nomor 20 Tahun 2004. tanggal 9 Desember 2004 tentang Pajak Reklame.
Dengan Persetujuan
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH
KABUPATEN LAMANDAU
M E M U T U S K AN :
Menetapkan :

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMANDAU TENTANG


PAJAK REKLAME.
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1

Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan :


1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

9.

Daerah adalah Kabupaten Lamandau;


Pemerintah Daerah adalah Bupati beserta Perangkat Daerah Otonomi yang lain sebagai
Badan Eksekutif Daerah;
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Lamandau yang selanjudnya disebut DPRD
sebagai Badan Legislatif Daerah;
Bupati adalah Bupati Lamandau;
Dinas Pendapatan Daerah adalah Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Lamandau;
Pejabat adalah pegawai yang diberi tugas tertentu dibidang perpajakan daerah sesuai dengan
peraturan perundang undangan yang berlaku;
Pajak Reklame yang selanjutnya disingkat Pajak adalah Pungutan daerah atas
penyelenggaraan reklame;
Reklame adalah benda, alat, perbuatan atau media yang menurut bentuk susunan dan corak
ragamnya untuk tujuan komersial, digunakan untuk memperkenalkan, menganjurkan atau
memujikan suatu barang, jasa atau orang, ataupun untuk menarik perhatian umum kepada
suatu barang, jasa atau orang yang ditempatkan atau yang dapat dilihat, dibaca, dan atau
didengar dari suatu tempat oleh umum, kecuali yang dilakukan oleh pemerintah;
Panggung / lokasi reklame adalah suatu sarana dan atau tempat pemasangan satu atau
beberapa buah reklame;

Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

127

10. Penyelenggaraan reklame adalah perorangan atau badan hukum yang menyelenggarakan
reklame baik untuk dan atas namanya sendiri atau untuk dan atas nama pihak lain yang
menjadi tanggungannya;
11. Kawasan / zone adalah batasan batasan wilayah tertentu sesuai dengan pemanfaatan
wilayah tersebut yang dapat digunakan untuk pemasangan Reklame;
12. Nilai Jual Obyek Pajak adalah keseluruhan pembayaran/ pengeluaran biaya yang dikeluarkan
oleh pemilik dan atau penyelenggara reklame termasuk dalam hal ini adalah biaya / harga beli
bahan reklame, konstruksi, instalasi listrik, pembayaran / ongkos perakitan, pemancaran,
peragaan, penayangan, pengecatan, pemasangan dan transportasi pengangkutan dan lain
sebagainya sampai dengan bangunan reklame rampung, dipancarkan, diperagakan,
ditayangkan, dan atau terpasang ditempat yang telah diijinkan;
13. Nilai Strategis Lokasi Reklame adalah ukuran nilai yang ditetapkan pada titik lokasi
pemasangan reklame tersebut berdasarkan kriteria kedapatan pemanfaatan tata ruang kota
untuk berbagai aspek kegiatan dibidang usaha;
14. Surat Pemberitahuan Pajak Daerah yang selanjutnya disingkat SPTPD adalah Surat yang
digunakan oleh Wajib Pajak untuk melaporkan perhitungan dan pembeyaran pajak yang
terhutang menurut peraturan perundang undangan perpajakan daerah;
15. Surat Setoran Pajak Daerah yang selanjunya disingkat SSPD adalah surat yang digunakan
oleh wajib pajak untuk melaksankan pembayaran atau penyetoran pajak yang terutang ke Kas
Daerah atau ketempat lain yang ditetapkan oleh Bupati;
16. Surat Ketetapan Pajak Daerah yang selanjutnya disingkat SKPD adalah surat keputusan yang
menentukan besarnya jumlah pajak yang terhutang;
17. Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar yang selanjutnya disingkat SKPDKB adalah
surat keputusan yang menentukan besarnya jumlah pajak yang terutang jumlah kredit pajak,
jumlah kekurangan pembayaran pokok pajak, besarnya sangsi adminitrasi dan jumlah pajak
yang masih harus dibayar;
18. Surat
Ketetapan
Pajak Daerah Kurang Bayar Tambahan yang selanjutnya disingkat
SKPDKBT adalah surat keputusan yang menentukan tambahan atas jumlah pajak yang telah
ditetapkan;
19. Surat Ketetapan Pajak Daerah Lebih Bayar selanjutnya disingkat SKPDLB adalah surat
keputusan yang menentukan jumlah kelebihan pembayaran pajak karena jumlah kredit pajak
lebih besar dari pajak yang terutang atau tidak seharusnya terutang;
20. Surat Ketetapan Pajak Nihil, yang selanjutnya disingkat SKPDN adalah surat keputusan yang
menentukan jumlah pajak yang terutang sama besarnya dengan jumlah kredit pajak, atau
pajak tidak terutang dan tidak ada kredit pajak;
21. Surat Tagiham Pajak Daerah yang selanjutnya disingkat STPD adalah surat untuk melakukan
tagihan pajak atau sangsi adminitrasi berupa bunga dan atau denda.
BAB II
NAMA, OBJEK DAN SUMBER PAJAK
Pasal 2
(1) Dengan nama Pajak Reklame dipungut Pajak atas setiap penyelenggaraan Reklame.
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

128

(2) Obyek Pajak adalah semua penyelenggara Reklame


(3) Penyelenggaraan reklame sebagaimana dimaksud pada ayat (2) meliputi :
a.
Reklame Papan / Billboard / Megatron;
b.
Reklame Kain;
c.
Reklame Melekat (Striker);
d.
Reklame Selebaran;
e.
Reklame Berjalan, termasuk Kendaraan;
f.
Reklame Udara;
g.
Reklame Suara;
h.
Reklame Film / Slide;
i.
Reklame Peragaan;
Pasal 3
Dikecualikan dari obyek pajak adalah :
a. Penyelenggaraan Reklame oleh Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah;
b. Penyelenggaraan Reklame Melalui Televisi, Radio, Warta Harian;
c. Penyelenggaraan Reklame Kegiatan sosial.
Pasal 4
(1) Subyek Pajak adalah orang pribadi atau badan yang menyelenggarakan atau memesan
Reklame.
(2) Wajib Pajak adalah orang pribadi atau badan yang menyelenggarakan Reklame.
BAB III
DASAR PENGENAAN DAN TARIP PAJAK
Pasal 5
(1) Dasar Pengenaan Pajak adalah Nilai Sewa Reklame.
(2) Nilai Sewa Reklame sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dihitung berdasarkan, lama
pemasangan, nilai strategis, lokasi dan jenis reklame.
(3) Dalam hal reklame diselenggarakan oleh pribadi atau badan yang memanfaatkan reklame
untuk kepentingan sendiri, maka nilai sewa reklame dihitung berdasarkan besarnya
pemasangan, pemeliharaan, nilai strategis lokasi dan jenis reklame.
(4) Dalam hal reklame diselenggarakan oleh pihak ketiga maka nilai sewa reklame ditentukan
berdasarkan jumlah pembayaran untuk suatu masa pajak / masa penyelenggaraan reklame
dengan memperhatikan biaya pemasangan, pemeliharaan, lamanya pemasangan, nilai trategis
lokasi dan jenis reklame.
(5) Hasil perhitungan Nilai Sewa Reklame sebagaimana dimaksud ayat (2) dinyatakan dalam
bentuk tabel dan ditetapkan dengan Keputusan Bupati:
Pasal 6
Tarip Pajak ditetapkan sebesar 15% (lima belas persen).
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

129

BAB IV
WILAYAH PEMUNGUTAN DAN CARA
PERHITUNGAN PAJAK
Pasal 7
(1). Pajak yang terutang dipungut di Wilayah Daerah.
(2). Besarnya Pajak yang terutang dihitung dengan cara mengalihkan tarif pajak sebagaimana
dimaksud dalam pasal 6 dengan dasar pengenaan pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5.
BAB V
MASA PAJAK, SAAT PAJAK TERUTANG DAN SURAT
PEMBERITAHUAN PAJAK DAERAH
Pasal 8
Masa Pajak adalah jangka waktu yang lamanya sama dengan penyelenggaraan reklame.
Pasal 9
Pajak terutang dalam masa pajak terjadi pada saat penyelenggaraan reklame.
Pasal 10
(1) Setiap Wajib Pajak wajib mengisi SPTPD.
(2) SPTPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus diisi dengan jelas, benar dan lengkap serta
ditanda tangani oleh Wajib Pajak atau Kuasanya.
(3). SPTPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus disampaikan kepada Bupati selambat
lambatnya 15 ( lima belas ) hari setelah berakhirnya masa pajak.
(4). Untuk pelanggan listrik PLN, Daftar rekening listrik yang diterbitkan oleh PLN merupakan
STPD.
(5). Bentuk, isi dan tata cara pengisian SPTPD ditetapkan oleh Bupati.
BAB VI
TATA CARA PERHITUNGAN DAN PENETAPAN PAJAK
Pasal 11
(1). Berdasarkan SPTPD sebagaimana dimaksud dalam pasal 10 ayat (1), Bupati menetapkan
pajak terutang dengan menerbitkan SKPD.
(2). Apabila pemungutan pajak berkerja sama dengan PLN, rekening listrik dipersamakan dengan
SKPD.
(3). Apabila SKPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak atau kurang dibayar setelah lewat
waktu paling lama 30 ( tiga puluh ) hari sejak SKPD diterima, dikenakan sangsi adminitrasi
berupa bunga sebesar 2% (dua Persen) sebulan dan ditagih dengan menerbitkan STPD.
Pasal 12
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

130

(1) Wajib Pajak yang membayar sendiri, SPTPD sebagaimana dimaksud dalam pasal 10 ayat (1)
digunakan untuk menghitung, memperhitungkan dan menetapkan pajak sendiri yang terutang.
(2) Dalam jangka waktu 5 (lima) tahun sesudah saat terutangnya pajak, Kepala Daerah dapat
menerbitkan :
a. SSKPDKB;
b. SKPDKBT;
c. SKPDN.
(3) SKPDKB sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a duterbitkan :
a.
Apabila berdasarkan hasil pemeriksaan atau keterangan lain pajak
yang terutang tidak atau kurang dibayar, dikenakan sangsi adminitrasi berupa bunga
sebesar 2% ( dua persen) sebulan dihitung dari pajak yang kurang atau terlambat dibayar
untuk jangka waktu paling lama 24 (dua puluh empat) bulan dihitung sejak terutangnya
pajak.
b.
Apabila SPTPD tidak disampaikan dalam jangka waktu yang
ditentukan dan telah ditegur secara tertulis, dikenakan sangsi adminitrasi berupa bunga
sebesar 2 % ( dua pesen) sebulan dihitung dari pajak yang kurang atau terlambat dibayar
untuk jangka waktu paling lama 24 (dua puluh empat) bulan dihitung sejak saat
terutangnya pajak.
c.
Apabila kewajiban mengisi SPTPD tidak dipenuhi, pajak yang
terutang dihitung secara jabatan, dan dikenakan sangsi anminitrasi berupa kenaikan
sebesar 25% ( dua puluh lima persen) dari pokok pajak ditambah sangsi adminitrasi
sebesar 2 % ( dua persen ) sebulan dihitung dari pajak yang kurang atau terlambat dibayar
untuk jangka waktu paling lama 24 ( dua puluh empat ) bulan dihitung sejak saat
terutangnya pajak.
(4)
SKPDKBT sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b
diterbitkan apabila ditemukan data baru atau data yang semula belum terungkap yang
menyebabkan penambahan jumlah pajak yang terutang, akan dikenakan sanksi adminitrasi
berupa kenaikan sebesar 100 % ( seratus persen) dari jumlah kekurangan pajak tersebut.
(5)
SKPDN sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf c
diterbitkan apabila jumlah pajak yang terutang sama besarnya dengan jumlah kredit pajak
atau pajak tidak terutang dan tidak ada kredit pajak.
(6)
Apabila kewajiban membayar pajak terutang dalam SKPDKB
dan SKPDKBT sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a dan b tidak mau atau tidak
sepenuhnya dibayar dalam jangka waktu yang telah ditentukan, ditagih dengan menerbitkan
STPD ditambah dengan sanksi adminitrasi berupa bunga 2% ( dua persen) sebulan.
(7)
Penambahan jumlah pajak yang terhutang sebagaimana
dimaksud pada ayat (4) tidak dikenakan apabila wajib pajak melaporkan sendiri sebelum
dilakukan tindakan pemeriksaan.
BAB VII
TATA CARA PEMBAYARAN
Pasal 13

Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

131

(1) Pembayaran pajak dilakukan di Kas Daerah atau tempat lain yang ditunjuk oleh Bupati sesuai
waktu yang ditentukan dalam SPTPD, SKPD, SKPDKBT dan STPD.
(2) Apabila pembayaran pajak dilakukan ditempat lain yang ditunjuk, hasil penerimaan pajak
harus disetor ke Kas Daerah selambat lambatnya 1 x 24 jam atau dalam waktu yang
ditentukan oleh Bupati.
(3) Pembayaran Pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) dilakukan dengan
menggunakan SSPD.
Pasal 14
(1) Pembayaran pajak harus dilakukan sekaligus atau lunas.
(2) Bupati dapat memberikan persetujuan kepada wajib pajak untuk mengangsur pajak terutang
dalam kurun waktu tertentu, setelah memenuhi persyaratan yang ditentukan.
(3) Anggasuran pembayaran pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (2), harus dilakukan secara
teratur dan berturut turut dengan dikenakan bunga sebesar 2% ( dua persen ) sebulan dari
jumlah pajak yang belum atau kurang bayar.
(4) Bupati dapat memberikan persetujuan kepada wajib pajak untuk menunda pembayaran pajak
sampai batas waktu yang ditentukan setelah memenuhi persyaratan yang ditentukan dengan
dikenakan bunga 2 % (dua persen ) sebulan dari jumlah pajak yang belum atau kurang bayar.
(5) Persyaratan untuk dapat mengangsur dan menunda pembayaran serta tata cara pembayaran
angsuran dan penundaan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (4), ditetapkan oleh
Bupati.
Pasal 15
(1) Setiap pembayaran pajak sebagaimana dimaksud dalam pasal 14 diberikan tanda bukti
pembayaran dan dicatat dalam buku penerimaan.
(2) Bentuk, jenis, isi, ukuran tanda bukti pembayaran dan buku penerimaan pajak sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), ditetapkan oleh Bupati.
BAB VIII
TATA CARA PENAGIHAN PAJAK
Pasal 16
(1) Surat Teguran atau Surat Peringatan atau surat lain yang sejenis sebagai awal tindakan
pelaksanaan penagihan pajak dikeluarkan 7 ( tujuh) hari sejak saat jatuh tempo pembayaran.
(2) Dalam jangka waktu 7 (tujuh) hari setelah tanggal Surat Teguran atau Surat Peringatan atau
surat lain yang sejenis, wajib pajak harus melunasi pajak yang terutang.
(3) Surat Teguran, Surat Peringatan atau surat lain yang sejenis sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dikeluarkan oleh Pejabat.
Pasal 17

Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

132

(1) Apabila jumlah pajak yang masih harus dibayar tidak dilunasi dalam jangka waktu
sebagaimana ditentukan dalam surat Teguran atau Surat Peringatan atau surat lain yang
sejenis, jumlah pajak yang harus dibayar ditaging dengan Surat Paksa.
(2) Pejabat menerbitkan Surat Paksa segera setelah lewat 21 (dua puluh satu ) hari sejak Tanggal
Surat Teguran atau Surat Peringatan atau surat lain yang sejenis.
Pasal 18
Apabila pajak yang harus dibayar tidak dilunasi dalam jangka waktu 2 x 24 jam sesudah tanggal
pemberitahuan Surat Paksa, pejabat segera menerbitkan Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan.
Pasal 19
Setelah dilakukan penyitaan dan Wajib Pajak belum juga melunasi utang pajaknya, setelah lewat
10 (sepuluh) hari sejak tanggal pelaksanaan Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan, Pejabat
mengajukan permintaan penetapan tanggal pelelangan kepada Kantor Lelang Negara.
Pasal 20
Setelah Kantor Lelang Negara menetapkan hari, tanggal, jam dan tempat pelaksanaan lelang, Juru
Sita memberitahukan dengan segera secara tertulis kepada Wajib Pajak.
Pasal 21
Bentuk, jenis dan isi formulir yang dipergunakan untuk pelaksanaan penagihan pajak daerah
ditetapkan oleh Bupati.
BAB IX
PENGURANGAN, KERINGANAN DAN PEMBEBASAN PAJAK
Pasal 22
(1) Bupati berdasarkan permohonan Wajib Pajak dapat memberikan pengurangan, keringanan dan
pembebasan pajak.
(2) Tata cara pemberian pengurangan, keringanan dan pembebasan pajak sebagaimana dimaksud
pada ayat (1). ditetapkan Bupati.
BAB X
PEMBETULAN, PEMBATALAN, PENGURANGAN KETETAPAN DAN
PENGHAPUSAN ATAU PENGURANGAN SANGSI ADMINITRASI
Pasal 23
(1) Bupati karena jabatan atau atas permohonan Wajib Pajak dapat :

Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

133

a. Membetulkan SKPD atau SKPDKB atau SKPDKBT atau STPD yang dalam
penerbitannya terdapat kesalahan tulis, kesalahan hitung dan atau kekeliruan dalam
penerapan peraturan perundang undangan perpajakan daerah.
b. Membatalkan atau mengurangkan ketetapan pajak yang tidak benar.
c. Mengurangkan atau menghapuskan sanksi adminitrasi berupa bunga, denda dan kenaikan
pajak yang terutang dalam hal sanksi tersebut dikenakan karena kekhilafan Wajib Pajak
atau bukan karena kesalahannya.
(2) Permohonan pembetulan, pembatalan, pengurangan ketetapan dan penghapusan atau
pengurangan sanksi adminitrasi atas SKPD, SKPDKB, SKPDKBT dan STPD sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) harus disampaikan secara tertulis oleh Wajib Pajak kepada Bupati
atau Pejabat selambat lambatnya 30 ( tiga puluh ) hari sejak tanggal diterima SKPD,
SKPDKB, SKPDKBT atau STPD dengan memberikan alasan yang jelas.
(3) Bupati atau Pejabat paling lama 3 (tiga ) bulan sejak surat permohonan sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) diterima, sudah harus memberikan keputusan.
(4) Apabila setelah lewat waktu 3 (tiga) bulan sebagaimana dimaksud pada ayat 3 (tiga) Bupati
atau Pejabat tidak memberikan keputusan, permohonan pembetulan, pembatalan,
pengurangan ketetapan dan penghapusan atau pengurangan sanksi adminitrasi dianggap
dikabulkan.
BAB XI
KEBERATAN DAN BANDING
Pasal 24
(1) Wajib Pajak dapat mengajukan keberatan hanya kepada Bupati atau Pejabat atas suatu :
a. SKPD;
b. SKPDKB;
c. SKPDKBT;
d. SKPDLB;
e. SKPDN.
(2) Permohonan keberatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus disampaikan secara tertulis
dalam bahasa Indonesia paling lama 3 ( tiga) bulan sejak tanggal, SKPD, SKPDKB,
SKPDKBT dan SKPDN diterima oleh Wajib Pajak, kecuali apabila Wajib Pajak dapat
menunjukan bahwa jangka waktu itu tidak dapat dipenuhi karena keadaan diluar kekuasanya.
(3) Bupati atau Pejabat dalam jangka waktu paling lama 12 ( dua belas) bulan sejak tanggal surat
permohonan keberatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diterima, sudah memberikan
keputusan.
(4) Apabila setelah lewat waktu 12 (dua belas ) bulan sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
Bupati atau Pejabat tidak memberikan keputusan, permohonan keberatan dianggap
dikabulkan.
(5) Pengajuan keberatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak menunda kewajiban
membayar pajak.
Pasal 25
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

134

(1) Wajib Pajak dapat mengajukan banding kepada Badan Penyelesaian Sengketa Pajak dalam
jangka waktu 3 (tiga) bulan setelah diterimanya keputusan keberatan.
(2) Pengajuan banding sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak menunda kewajiban membayar
pajak.
Pasal 26
Apabila pengajuan keberatan sebagaiman dimaksud pada pasal 24 atau banding sebagaimana
dimaksud pada pasal 25 dikabulkan sebagian atau seluruhnya kelebihan pembayaran pajak
dikembalikan dengan ditambahkan imbalan bunga sebesar 2% (dua persen) sebulan untuk paling
lama 24 (dua puluh empat) bulan.
BAB XII
PENGEMBALIAN KELEBIHAN PEMBAYARAN PAJAK
Pasal 27
(1) Wajib Pajak dapat mengajukan permohonan pengembalian kelebihan pembayaran pajak
kepada Bupati Daerah atau Pejabat secara tertulis dengan menyebutkan
sekurang kurangnya :
a.
Nama dan alamat Wajib Pajak;
b.
Masa Pajak;
c.
Besarnya kelebihan pembayran pajak;
d.
Alasan yang jelas.
(2) Bupati atau Pejabat dalam jangka waktu paling lama 12 ( dua belas ) bulan sejak diterimanya
permohonan pengembalian kelebihan pembayaran pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
harus memberikan keputusan.
(3) Apabila jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilampaui Bupati atau Pejabat
tidak memberikan keputusan, permohonan pengembalian kelebihan pembayaran pajak
dianggap dikabulkan dan SKPDLB harus diterbitkan dalam waktu paling lama 1 ( satu)
bulan.
(4) Apabila Wajib Pajak mempunyai utang pajak lainnya, kelebihan pembayaran pajak
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) langsung diperhitungkan untuk melunasi terlebih dahulu
utang pajak dimaksud.
(5) Pengembalian kelebihan pembayaran pajak dilakukan dalam waktu paling lama 2 (dua) bulan
sejak diterbitkan SKPDLB dengan menerbitkan Surat Perintah Membayar Kelebihan Pajak
(SPMKP).
(6) Apabila pengembalian kelebihan pembayaran pajak dilakukan setelah lewat waktu 2 ( dua )
bulan sejak diterbitkan SKPDLB, Bupati atau Pejabat memberikan imbalan bunga sebesar 2
% ( dua persen ) sebulan atas keterlambatan pembayaran kelebihan pajak.
BAB XIII
K E DALU WAR S A
Pasal 29
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

135

(1). Hak untuk melakukan penagihan pajak, kedaluwarsa setelah melampaui jangka waktu 5
( lima ) tahun terhitung sejak saat terutangnya pajak, kecuali apabila wajib pajak melakukan
tindak pidana dibidang perpajakan daerah.
(2). Kedaluwarsa penagihan pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tertangguh apabila :
a. Diterbitkan Surat Teguran dan Surat Paksa atau;
b. Ada pengakuan utang pajak dari Wajib Pajak baik langsung maupun tidak langsung.
BAB XIV
KETENTUAN PIDANA
Pasal 30
(1) Wajib Pajak karena kealpaanya tidak menyampaikan SPTPD atau mengisi dengan tidak benar
atau tidak lengkap atau melampirkan keterangan yang tidak benar sehingga merugikan
keuangan daerah dapat dipidanakan dengan pidana penjara paling lama 1 (satu ) tahun dan
atau denda paling banyak 2 ( dua ) kali jumlah pajak yang terutang.
(2) Wajip Pajak yang dengan sengaja tidak menyampaikan SPTPD atau mengisi dengan benar
atau tidak lengkap atau melampirkan keterangan yang tidak benar sehingga merugikan
keuangan daerah dapat dipidana dengan pidana kurungan paling lama 2 (dua ) tahun atau
denda paling banyak 4 ( empat) kali Jumlah pajak terutang.
Pasal 31
Tindak pidana yang dimaksud dalam pasal 30 tidak dituntut setelah melampaui jangka waktu 10
(sepuluh) tahun sejak saat terutangnya pajak atau berakhirnya masa pajak.
BAB XV
PE N YI D I K AN
Pasal 32
(1) Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu dilingkungan Pemerintah Daerah diberi wewenang
khusus sebagai Penyidik untuk melakukan penyidikan tindak pidana dibidang perpajakan
daerah.
(2) Wewenang penyidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah :
a. Menerima, mencari, mengumpulkan, dan meneliti keterangan atau laporan berkenaan
dengan tindak pidana dibidang perpajakan daerah agar keterangan atau laporan tersebut
menjadi lengkap dan jelas;
b. Meneliti, mencari dan mengumpulkan keterangan mengenai orang pribadi atau badan
tentang kebenaran perbuatan yang dilakukan sehubungan dengan tindak pidana
perpajakan daerah tersebut;
c. Meminta keterangan dan bahan bukti dari orang pribadi atau badan sehubungan dengan
tindak pidana dibidang perpajakan daerah;
d. Memeriksa buku-buku, catatan catatan dan dekumen dekumen lain berkenaan dengan
tindak pidana dibidang perpajakan daerah;
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

136

e. Melakuan penggeledahan untuk mendapatkan bahan bukti pembukuan, pencatatan dan


dokumen dokumen lain, serta melakukan penyitaan terhadap bahan bukti tersebut;
f. Meminta bantuan tenaga ahli dalam rangka pelaksanaan tugas penyidikan tindak pidana
dibidang perpajakan daerah;
g. Menyuruh berhenti, melarang seseorang meninggalkan ruangan atau tempat pada saat
pemeriksaan sedang berlangsung dan memeriksa identitas orang dan atau dokumen yang
dibawa sebagaimana dimaksud pada huruf e;
h. Memotret seseorang yang berkaitan dengan tindak pidana perpajakan daerah;
i. Memanggil orang untuk didengar keterangannya dan diperiksa sebagai tersangka atau
saksi;
j. Menghentikan penyidikan;
k. Melakukan tindakan lain yang perlu untuk kelancaran penyidikan tindakan pidana
dibidang perpajakan daerah menurut hukum yang dapat dipertanggung jawabkan;
(3)
Penyidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
memberitahukan dimulainya penyidikan dan menyampaikan hasil penyidikannya kepada
Penuntut Umum, sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam Undang undang Nomor 8
Tahun 1981 tetang Hukum Acara Pidana.
BAB XVI
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 33
Pelaksanaan Peraturan Daerah ini ditetapkan dengan Keputusan Bupati.
Pasal 34
Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar setiap orang dapat mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini
dengan penempatanya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Lamandau.
Ditetapkan di : Nanga Bulik
Pada Tanggal : 9 Desember 2004
BUPATI LAMANDAU,
ttd
BUSTANI DJ. MAMUD
Diundangkan di : Nanga Bulik
Pada Tanggal
: 9 Desember 2004
Plt. SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN LAMANDAU
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

137

ttd
(Ir. MARUKAN)
NIP. 131 480 087
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LAMANDAU
TAHUN 2004 NOMOR 8 SERI : B
PENJELASAN
ATAS
PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMANDAU
NOMOR 20 TAHUN 2004
TENTANG
P A JA K R E K L A M E
PENJELASAN UMUM
Sebagai penunjang pembangunan pendapatan asli daerah haruslahditingkatkan baik
melalui pajak-pajak daerah maupun retribusi-retribusi daerah.
Begitu pula halnya Kabupaten Lamandau memerlukan dana yang besar sebagai
pembiayaan pembangunan baik yang bersifat fisik maupun non fisik, hal ini dapat kita lihat
dalam Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah yang termuat
dalam Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 125 dan Tambahan Lembaran Negara
Nomor 4437, menyebutkan bahwa setiap daerah berhak menyelenggarakan Otonomi Daerah
yang artinya kewenangan penyelenggaraan pemerintahan ada pada daerah itu sendiri oleh
sebab itu sebagai kebijakan pemerintah daerah sebagai sarana peningkatan PAD maka
dibentuklah peraturan daerah tentang Pajak Reklame.
Yang salah satunya mengatur tentang penyelenggaraan reklame yang ada di
Kabupaten Lamandau dimana reklame itu sendiri adalah benda, alat, perbuatan atau media
yang menurut bentuk sasaran dan corak ragamnya untuk tujuan komersial yang dipergunakan
untuk memperkenalkan, menganjurkan atau menjukkan suatu barang, jasa atau orang, ataupun
untuk menarik perhatian umum kepada suatu barang, jasa atau orang yang ditempatkan atau
yang dapat dilihat, dibaca dan/atau didengar dari satu tempat oleh umum kecuali dilakukan
oleh pemerintah.
Pajak reklame dapat digolongkan menjadi :
Reklame Papan/ Blecbort/Megatron
Reklame Kain
Reklame melekat (stiker)
Reklame sebaran
Reklame berjalan termasuk kendaraan
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

138

Reklame Udara
Reklame Suara
Reklame filin/ seide
Reklame peragaan
Peraturan daerah tentang Pajak Reklame mengatur tentang objek dan subjek pajak,
sumber pajak, dasar pengenaan pajak dan tariff pajak, wilayah pemungutan dan tata cara
perhitungan pajak, masa pajak, saat pajak terutang dan surat pemberitahuan pajak daerah, tata
cara perhitungan dan penetapan pajak, tata cara pembayaran, tata cara penagihan,
pengurangan, keringanan dan pembebasan pajak, pembentulan, pembatalan, pengurangan
ketetapan dan penghapusan, pengurangan sanksi administrasi dan hal-hal lain yang berkenaan
dengan peraturan daerah ini.
Selain itu penggunaan peraturan daerah ini dilakukan berdasarkan 4 azas
yaitu :
1.
azas yuridis, bahwa pearturan daerah yang dibentuk harus dapat
memberikan jaminan hokum, bagi daerah maupun masyarakat daerah tersebut yang artinya
bahwa pengenaan pajak harus berdasarkan undang-undang
2.
azas keadilan, bahwa peraturan daerah yang dibentuk harus seadiladil mungkin dalam penentuan pajak yang akan dipungut artinya bahwa kepentingan
masyarakat merupakan dasar keadilan dalam pemungutan pajak.
3.
azas ekonomis, bahwa peraturan daerah yang dibentuk jangan
menghambat lancarnya produksi dan perdagangan dan menghalangi rakyat dalam
usahanya mencari kebahagian maupun merugikan kepentingan umum
4.
azas financial, bahwa pajak yang diatur dalam peraturan daerah
haruslah sekecil mungkin. Disamping itu untuk menghindarkan tertimbunnya tunggakan
pajak, maka haruslah selalu diteliti apakah syarat-syarat penting telah dipenuhi untuk
memungut pajak dengan efektif.
Dengan berpedoman kepada 4 azas tersebut peraturan daerah tentang pajak reklame
dapat diselenggarakan dengan baik dan memberikan nilai tambah bagi pendapatan asli daerah.
II. PENJELASAN PASAL DEMI PASAL
Pasal 1
Cukup Jelas
Pasal 2
Ayat 1
Cukup Jelas
Ayat 2
Cukup Jelas
Ayat 3
Reklame papan/ billbord/ megatron
Reklame Kain : Reklame yang terbuat dari kain dengan ukuran tertentu (spanduk)
Reklame melekat (stiker)
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

139

Reklame sebaran
Reklame berjalan termasuk kendaraan
Reklame Udara
Reklame Suara
Reklame filin/ seide
Reklame peragaan
Pasal 3
Cukup Jelas
Pasal 4
Ayat 1 dan 2
Cukup Jelas
Pasal 5
Ayat 1,2,3,4 dan 5
Cukup Jelas
Pasal 6
Cukup Jelas
Pasal 7
Ayat 1
Pajak yang terutang dipungut diwilayah daerah yaitu daerah dimana pajak reklame
itu dipungut
Ayat 2
Besarnya pajak yang terutang dapat dihitung dengan cara tarif pajak 15 % x nilai
sewa reklame
Pasal 8
Cukup Jelas
Pasal 9
Cukup Jelas
Pasal 10
Ayat 1
SPTPD singkatan Surat Pemberitahuan
Pajak Daerah adalah surat yang
dipergunakan oleh wajib pajak untuk melaporkan perhitungan dan pembayaran
pajak yang terutang menurut peraturan perundang-undangan perpajakan daerah
Ayat 2
Cukup Jelas
Ayat 3
Cukup Jelas
Ayat 4
Cukup Jelas
Ayat 5
Cukup Jelas
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

140

Pasal 11
Ayat 1
Cukup Jelas
Ayat 2
Pajak yang dipungut melalui rekening listrik hanya
dapat dilakukan apabila
pemungutan pajak melakukan kerjasama dengan PLN yang sama penggunaannya
dengan SKPD (Surat Ketetapan Pajak Daerah).
Ayat 3
Setiap pajak terutang tidak atau kurang dibayar setelah lewat waktu yang
telah
ditentukan yaitu 30 hari sejak SKPD diterima maka dikenakan sanksi berupa bunga
2 % dari besarnya pajak.
Pasal 12
Ayat 1,2 dan 3
Cukup Jelas
Ayat 4,5,6 dan 7
Cukup Jelas
Pasal 13
Ayat 1,2 dan 3
Cukup Jelas
Pasal 14
Ayat 1,2,3 dan 4
Cukup Jelas
Ayat 5
Ditetapkan dengan Keputusan Bupati, sebagai pelaksanaan peraturan daerah ini.
Pasal 15
Ayat 1 dan 2
Cukup Jelas
Pasal 16
Ayat 1,2 dan 3
Cukup Jelas
Pasal 17
Ayat 1 dan 2
Cukup Jelas
Pasal 18
Cukup Jelas
Pasal 19
Cukup Jelas
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

141

Pasal 20
Cukup Jelas
Pasal 21
Cukup Jelas
Pasal 22
Ayat 1 dan 2
Cukup Jelas
Pasal 23
Ayat 1
Cukup Jelas
Ayat 2
Cukup Jelas
Ayat 3 dan 4
Cukup Jelas
Pasal 24
Ayat 1,2,3, 4 dan 5
Cukup Jelas
Pasal 25
Ayat 1 dan 2
Cukup Jelas
Pasal 26
Cukup Jelas
Pasal 27
Ayat 1,2 dan 3
Cukup Jelas
Ayat 4,5 dan 6
Cukup Jelas
Pasal 28
Ayat 1 dan 2
Cukup Jelas
Pasal 29
Cukup Jelas
Pasal 30
Cukup Jelas
Pasal 31
Cukup Jelas
Pasal 32
Cukup Jelas
Pasal 33
Cukup Jelas
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

142

TAMBAHAN LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LAMANDAU


TAHUN 2004 NOMOR 15 SERI : B

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMANDAU


NOMOR 21 TAHUN 2004
T E N TAN G
PAJ AK H O T E L
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
BUPATI LAMANDAU,
Menimbang

Mengingat

a.

bahwa dengan ditetapkannya Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000


tentang Perubahan atas undang-Undang Nomor 18 tahun 1997 tentang
Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, maka untuk meningkatkan
Pendapatan asli Daerah guna menunjang pelaksanaan pembangunan dan
penyelnggaraan pemerintah perlu memungut Pajak Hotel

b.

bahwa untuk melaksanakan pungutan sebagaimana dimakud huruf a


diatas, perlu membentuk Peraturan Daerah tentang Pajak Hotel.

1.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1981 tentang


Hukum Acara Pidana ( Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
1981 Nomor 76, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonseia Nomor
3209 );

2.

Undang Undang RI nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan


Retribusi Daerah ( Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997
Nomor 41, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
3685) sebagaimana telah diubah dengan Undang Undang RI Nomor 34
Tahun 2000 ( Lembaran Negara Republik Iindonesia Tahun 2000 Nomor
246, Tambahan Lembaran Negara Repbulik Indonesia Nomor 4048);

3.

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 5 tahun 2002 tentang


Pembentukan Kabupaten Katingan, Kabupaten Seruyan, Kabupaten
Sukamara, Kabupaten Lamandau, Kabupaten Gunung Mas, Kabupaten
Pulang Pisau, Kabupaten Murung Raya dan Kabupaten Barito Timur di
Propinsi Kalimantan Tengah ( Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 18, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia 4180 );

Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

143

4.

Undang Undang RI Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan


Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437);

5.

Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan


antara Pemerintah Pusat dan Daerah ( Lembaran Negara Republik Tahun
2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara republik Indonesia
Nomor 4438);

6.

Peraturan Pemerintah 27 Tahun 1983 tentang Pelaksanaan Kitab


Undang Undang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1983 Nomor 36, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 3258):

7.

Peraturan Pemerintah Daerah Nomor 25 Tahun 2000 tentang


Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Provinsi sebagai Daerah
Otonom ( Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 54,
Tambahan Lembaran Negara Nomor 3952);

8.

Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2001 Tentang Pajak Daerah


(Lembaran Negara Republik Indinesia Tahun 2001 Nomor 118,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4238);

9.

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 4 Tahun 1997 tentang Penyidik


Pegawai Negeri Sipil di Lingkungan Pemerintah Daerah;

11. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 170 Tahun 1993 Tentang
Pedoman Tata Cara Pemungutan Pajak Daerah;
12. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 173 Tahun 1997 tentang Tata
Cara Pemeriksaan di Bidang Pajak Daerah;
13. Keputusan Menteri Dalam Negeri nomor 21 Tahun 2001 tentang Teknik
Penyusunan dan Materi Muatan Produk Produk Hukum Daerah;
14. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 22 Tahun 2001 tentang Bentuk
Bentuk Produk Produk Hukum Daerah;
15. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 23 Tahun 2001 tentang
Prosedur Penyusunan Produk Hukum Daerah;
16. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 24 Tahun 2001 tentang
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

144

Lembaran Daerah dan Berita Daerah;


17. Peraturan Daerah Kabupaten Lamandau Nomor 2 Tahun 2004 tentang
Rincian Kewenangan Pelaksanaan otonomi Daerah di Kabupaten
Lamandau Tahun 2004 Nomor 1 Seri : D );
18. Peraturan Daerah Kabupaten Lamandau Nomor 3 Tahun 2004 tentang
Kelembagaan, Struktur Organisasi, Tugas Pokok dan Tata Kerja
Perangkat Daerah Kabupaten Lamandau ( Lembar Daerah Kabupaten
Lamandau tahun 2004 Nomor : 2 Seri : D );
19. Keputusan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Lamandau
Nomor 21 Tahun 2004. tanggal 9 Desember 2004 tentang Pajak Hotel.
Dengan Persetujuan
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH
KABUPATEN LAMANDAU
MEMUTUSKAN :
Menetapkan

PERATURAN DAERAH
PAJAK HOTEL.

KABUPATEN

LAMANDAU

Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

145

TENTANG

BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan :
1.
Daerah adalah Kabupaten Lamandau;
2.
Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Daerah Kabupaten Lamandau;
3.
Bupati adalah Bupati Lamandau;
4.
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Lamandau yang
selanjutnya disebut DPRD adalah Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Lamandau;
5.
Dinas Pendapatan Daerah adalah Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten
Lamandau;
6.
Pajak Hotel yang selanjutnya disebut Pajak adalah pungutan daerah
atas pelayanan hotel;
7.
Hotel adalah bangunan khusus disediakan bagi orang untuk
menginap / istirahat, memperoleh pelayanan dan atau fasilitas lainnya dengan dipungut
bayaran termasuk bangunan yang menyatu, dikelola dan dimiliki oleh pihak yang sama kecuali
pertokoan dan perkantoran;
8.
Pengusaha Hotel adalah perorangan atau badan yang
menyelenggarakan usaha hotel untuk dan atas nama sendiri atau untuk dan atas nama pihak
lain yang menjadi tanggungannya;
9.
Tempat usaha adalah lokasi untuk melakukan usaha yang
dilaksanakan secara teratur dalam bidang usaha tertentu dengan maksud mencari keuntungan
dan atau laba;
10.
Wajib Pajak adalah orang pribadi atau badan yang menurut ketentuan
Peraturan Perundang-undangan Perpajakan Daerah diwajibkan untuk melakukan pembayaran
pajak terutang termasuk pemungut atau pemotongan pajak tertentu;
11.
Penginap adalah orang pribadi yang menginap atau istirahat yang
memperoleh pelayanan dan atau fasilitas lainnya dihotel dengan dipungut bayaran;

Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

146

12.

13.

14.
15.

16.
17.

18.
19.
20.
21.
22.

Surat Pemberitahuan Pajak Daerah yang selanjutnya disingkat SPTPD adalah Surat yang
digunakan oleh wajib pajak untuk melaporkan penghitungan dan/ atau pembayaran pajak,
objek pajak dan/ atau bukan objek pajak dan/ atau harta dan kewajiban menurut Peraturan
perundang-undangan Perpajakan Daerah;
Surat Setoran Pajak Daerah yang selanjutnya disingkat SSPD adalah Surat yang digunakan
oleh wajib pajak untuk melakukan pembayaran atau penyetoran pajak yang terutang beserta
kewajiban perpajakan lainnya ke Kas Daerah atau ketempat lain yang ditetapkan oleh
Bupati;
Surat Ketetapan Pajak Daerah yang selanjutnya disingkat SKPD adalah Surat Ketetapan
Pajak yang menentukan besarnya jumlah pokok pajak yang terutang;
Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar yang selanjutnya disingkat SKPDKB adalah
Surat Ketetapan Pajak yang menentukan besarnya jumlah pokok pajak, jumlah kredit pajak,
jumlah kekurangan pambayaran pokok pajak, besarnya sanksi administrasi dan jumlah yang
harus dibayar;
Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar Tambahan yang selanjutnya disingkat
SKPDKBT adalah Surat Ketetapan Pajak yang menentukan tambahan atas jumlah pajak
yang telah ditetapkan;
Surat Ketetapan Pajak Daerah Lebih Bayar yang selanjutnya disingkat SKPDLB adalah
Surat Ketetapan Pajak yang menentukan jumlah kelebihan pembayaran pajak, karena
jumlah kredit pajak lebih besar dari pada pajak yang terutang atau tidak seharusnya
terutang;
Surat Ketetapan Pajak Nihil yang selanjutnya disingkat SKPDN adalah Surat Ketetapan
Pajak yang menetukan jumlah pokok pajak sama besarnya dengan jumlah kredit pajak atau
pajak tidak terutang dan tidak ada kredit pajak;
Surat Tagihan Pajak Daerah yang selanjutnya disingkat STPD adalah Surat untuk
melakukan tagihan pajak dan/ atau sanksi administrasi berupa bunga dan/ atau denda;
Pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan untuk mencari, mengumpulkan dan mengelola
data atau keterangan lainnya dalam rangka mengawasi kepatuhan pemenuhan kewajiban
Pajak Daerah berdasarkan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku;
Penyidik adalah Pejabat Polisi Negara Republik Indonesia atau Pejabat Pegawai Negeri
Sipil tertentu yang diberi wewenang khusus oleh Undang-Undang untuk melakukan
Penyidikan;
Penyidikan adalah serangkaian tindakan penyidik dalam hal dan menurut cara yang diatur
dalam Undang-Undang untuk mencari serta mengumpulkan bukti yang dengan bukti itu
membuat terang tindak pidana yang terjadi dan guna menemukan tersangkanya;
BAB II
NAMA OBJEK, SUBJEK DAN WAJIB PAJAK
Pasal 2

Dengan nama Pajak Hotel dipungut pajak atas setiap pelayanan hotel.
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

147

Pasal 3
(1) Objek Pajak adalah setiap pelayanan yang disediakan hotel dengan pembayaran di hotel.
(2) Pelayanan yang disediakan di hotel sebagaiman dimaksud ayat (1) meliputi :
a.
Fasilitas Penginapan atau fasilitas tinggal jangka pendek antara lain, gubuk
pariwisata/ pondok wisata ( cottage ), motel, wisma pariwisata, pesenggerahan ( hotel),
losmen dan rumah penginapan, termasuk rumah kos dengan jumlah kamar 10 (sepuluh)
atau lebih yang menyediakan fasilitas seperti rumah penginapan.
b.
Pelayanan penunjang antara lain telepon, faxsimile, telex, fotocopy, pelayanan,
cuci, setrika, taksi dan pengangkutan lainnya yang disediakan atau dikelola hotel.
c.
Fasilitas olah raga dan hiburan antara lain : Pusat kebugaran ( fietness center)
kolam renang, tenis, golp, karoke, pub, diskotik yang disediakan dan dikelola hotel yang
dipergunakan oleh tamu hotel.
d.
Jasa persewaan ruangan untuk kegiatan acara atau pertemuan di hotel.
(3) Dikecualikan dari objek pajak adalah :
a. Penyewaan rumah atau kamar, apartemen dan atau fasilitas tempat tinggallainnya tidak
menyatu dengan hotel.
b. Asrama dan pasantren.
c. Fasilitas oalah raga dan hiburan yang disediakan di hotel yang digunakan oleh bukan
tamu hotel dengan pembayarannya.
d. Pertokoan, perkantoran, perbankan, salon yang dipakai oleh umum di hotel.
e. Pelayanan perjalanan wisata yang diselenggarakan oleh hotel dan dapat dimanfaatkan
oleh umum.
Pasal 4
(1) Subjek Pajak adalah Orang Pribadi atau Badan yang melakukan pembayaran kepada Restoran
Rumah Makan/ Warung Makan, Caf, Bar, dan sejenisnya.
(2) Wajib Pajak Restoran atau Rumah Makan adalah Pengusaha Restoran Rumah Makan/ Warung
Makan, Caf, Bar dan sejenisnya.
BAB III
DASAR PENGENAAN DAN TARIF PAJAK
Pasal 5
Dasar Pengenaan Pajak adalah jumlah pembayaran yang dikenakan kepada hotel.
Pasal 6
Besarnya tarif Pajak hotel ditetapkan sebesar 10 % (sepuluh perseratus) dari dasar pengenaan Pajak
yang dilakukan kepada hotel.
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

148

BAB IV
WILAYAH PEMUNGUTAN DAN CARA PENGHITUNGAN PAJAK
Pasal 7
(1) Pajak yang terutang dipungut di wilayah Kabupaten Lamandau.
(2) Besarnya Pajak yang terutang dihitung dengan cara mengalikan Tarif Pajak sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 6 dengan Dasar Pengenaan Pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5
Peraturan Daerah ini.
BAB V
MASA PAJAK, SAAT PAJAK TERUTANG DAN
SURAT PEMBERITAHUAN PAJAK DAERAH
Pasal 8
Masa Pajak adalah jangka waktu yang lamanya 1 (satu) Bulan Takwin
Pasal 9
Pajak Terutang dihitung dalam masa pajak pada saat kegiatan pelayanan di Restoran, Rumah
Makan/ Warung Makan, caf, Bar dan sejenisnya.
Pasal 10
(1) Setiap pengusaha hotel sebagaimana wajib pajak, mengisi SPTPD.
(2) SPTPD sebagaimana dimaksud ayat (1) harus diisi dengan jelas, benar dn lengkap serta
ditanda tangani oleh Wajib Pajak atau Kuasanya.
(3) SPTPD sebagaimana dimaksud ayat (1) harus disampaikan kepada Bupati atau Pejabat yang
ditunjuk selambat-lambatnya 15 (lim belas) hari setelah berakhirnya masa Pajak.
(4) Bentuk, isi dan tata cara pengisian SPTPD ditetapkan oleh Bupati atau Pejabat yang ditunjuk.
BAB VI
TATA CARA PERHITUNGAN DAN PENETAPAN PAJAK
Pasal 11
(1) Berdasrkan SPTPD sebagaimana dimaksud Pasal 10 ayat (2), Bupati atau Pejabat yang
ditunjuk menetapkan Pajak Terutang dengan menerbitkan Surat Ketetapan Pajak Daerah
(SKPD).

Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

149

(2) Apabila SKPD sebagaimana dimaksud ayat (1) tidak atau kurang bayar setelah lewat waktu
paling lama 30 (tiga puluh) hari sejak SKPD diterima dikenakan Sanksi administrasi berupa
bunga sebesar 2 % (dua perseratus) sebulan dan ditagih dengan menerbitkan Surat Tagihan
Pajak Daerah (STPD).
Pasal 12
(1) Wajib Pajak yang membayar sendiri SPTPD sebagaimana dimaksud Pasal 10 ayat (1)
digunakan untuk menghitung, memperhitungkan dan menetapkan sendiri Pajak yang terutang.
(2) Dalam jangka waktu 5 (lima) tahun sesudah terutangnya Pajak, Bupati atau Pejabat yang
ditunjuk dapat menerbitkan :
a.
b.

KPDKB;
SKPDKBT;

c.

SKPDN.

(3)

SKPDKB sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a diterbitkan :


a.

Apabila berdasarkan hasil pemeriksaan atau keterangan lain pajak yang terutang tidak
atau kurang dibayar, dikenakan sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2 % (dua
perseratus) sebulan dihitung dari Pajak yang kurang atau terlambat dibayar untuk jangka
waktu paling lama 24 (dua puluh empat) bulan dihitung sejak terutangnya pajak;
b.
Apabila SPTPD tidak disampaikan dalam jangka waktu yang ditentukan dan telah
ditegur secara tertulis, dikenakan sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2 % (dua
perseratus) sebulan dihitung dari pajak yang kurang atau terlambat di bayar untuk jangka
waktu paling lama 24 (dua puluh empat) bulanterhitung sejak saat terutangnya pajak;
c. Apabila kewajiban mengisi SPTPD tidak dipenuhi, pajak yang terutang dihitung secara
jabatan dan dikenakan sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2 % (dua perseratus)
sebulan dihitung dari pajak yang kurang atau terlambat dibayar untuk jangka waktu paling
lama 24 (dua puluh empat) bulan terhitung sejak saat terutangnya pajak.
(1)
SKPDKBT sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf c diterbitkan apabila
ditemukan data baru atau data yang semula belum terungkap yang menyebabkan penambahan
jumlah pajak yang terutang, akan dikenakan sanksi adminstrasi berupa kenaikan 100 %
(seratus perseratus) dari jumlah kekurangan pajak tersebut.
(2)
SKPDN sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf c diterbitkan apabila jumlah
pajak yang terutang sama besarnya dengan jumlah kredit pajak atau pajak tidak terutang dan
tidak ada kredit pajak.
(3)

Apabila kewajiban membayar pajak terutang dalam SKPDKB dan SKPDKBT


sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a dan b tidak dipenuhi atau tidak sepenuhnya
dibayar dalam jangka waktu yang telah ditentukan, ditagih dengan menerbitkan STPD
ditambah dengan sanksi administrasi berupa bunga 2 % (dua perseratus) sebulan.

(4)

Penambahan jumlah pajak yang terutang sebagaimana dimaksud ayat (4) tidak
dikenakan apabila wajib pajak melaporkan sendiri sebelum dilakukan tindakan pemeriksaan.

Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

150

BAB VII
TATA CARA PEMBAYARAN
Pasal 13
(1) Pembayaran Pajak dilakukan di Kas Daerah atau tempat lain yang ditunjuk oleh Bupati sesuai
waktu yang ditentukan dalam SPTPD, SKPD, SKPDKB, SKPDKBT dan SKPDN
(2) Apabila pembayaran pajak dilakukan ditempat lain yang ditunjuk, hasil penerimaan pajak
harus disetor ke Kas Daerah selambat-lambatnya 1 x 24 jam atau waktu yang ditentukan oleh
BupatiPembayaran Pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) dilakukan dengan
menggunakan SSPD
Pasal 14
Pembayaran pajak harus dilakukan sekaligus atau lunas.
Pasal 15
(1) Setiap pembayaran pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 diberikan tanda bukti
pembayaran dan dicatat dalam Buku Penerima Pajak.
(2) Bentuk, jenis, isi, ukuran tanda bukti pembayaran dan buku penerimaan pajak sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1) ditetapkan oleh Bupati atau Pejabat yang ditunjuk.
BAB VIII
TATA CARA PENAGIHAN PAJAK
Pasal 16
(1)
Surat Teguran atau Surat Peringatan atau Surat lain yang sejenis sebagai
awal tindak pelaksanaan penagihan pajak dikeluarkan 7 (tujuh) hari sejak saat jatuh tempo
pembayaran.
(2)
Dalam jangka 7 (tujuh) hari setelah tanggal Surat Teguran atas Surat
Peringatan atau Surat lain yang sejenis, Wajib Pajak harus melunasi Pajak yang terutang.
(3)

Surat Teguran atau Surat Peringatan atau Surat lain yang sejenis
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikeluarkan oleh Pejabat yang ditunjuk.
Pasal 17

Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

151

(1) Apabila jumlah pajak yang masih harus dibayar tidak dilunasi dalam jangka waktu
sebagaimana ditentukan dalam Surat Teguran atau Surat Peringatan atau Surat lain yang
sejenis, jumlah pajak yang harus dibayar ditagih dengan Surat Paksa.
(2) Pejabat menerbitkan Surat Paksa segera setelah lewat 21 (dua puluh satu) hari sejak tanggal
Surat Teguran atau Surat Peringatan atau Surat lain yang sejenis.
Pasal 18
Apabila Pajak yang harus dibayar tidak dilunasi dalam jangka waktu 2 x 24 jam setelah tanggal
pemberitahuan Surat Paksa, Pejabat segera menerbitkan Surat Perintah Melakukan Penyitaan.
Pasal 19
Setelah dilakukan penyitaan dan Wajib Pajak belum juga melunasi utang pajaknya, setelah 10
(sepuluh) hari sejak tanggal pelaksanaan Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan, Pejabat
mengajukan permintaan penetapan tanggal Pelelangan kepada Kantor Lelang Negara.
Pasal 20
Setelah Kantor Lelang Negara menetapkan hari, tanggal jam dan tempat pelaksanaan lelang, Juru
Sita memberitahukan dengan segera secara tertulis kepada Wajib Pajak.

Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

152

Pasal 21
Bentuk, Jenis dan Isi Formulir yang digunakan untuk pelaksanaan penagihan Pajak Daerah
ditetapkan oleh Bupati atau pejabat yang ditunjuk.
BAB IX
PENGURANGAN, KERINGANAN DAN PEMBEBASAN PAJAK
Pasal 22
(1)

Bupati berdasarkan permohonan Wajib Pajak dapat memberikan


pengurangan, keringanan dan pembebasan Pajak.
(2)
Tata cara pemberian pengurangan, keringanan dan pembebasan pajak
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ditetapkan oleh Bupati.
BAB X
PEMBETULAN, PEMBATALAN, PENGURANGAN KETETAPAN
DAN PENGHAPUSAN ATAU PENGURANGAN SANKSI ADMINSTRASI
Pasal 23
(1) Bupati atau Pejabat yang ditunjuk atas permohonan Wajib Pajak dapat:
a.
Membetulkan SKPD atau SKPDKB atau SKPDKBT atau STPD yang dalam
penerbitannya terdapat kesalahan tulis, kesalahan hitung dan atau kekeliruan dalam
penerapan Peraturan Perundang-undangan Perpajakan Daerah.

Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

153

b. Membatalkan atau mengurangkan ketetapan pajak yang tidak benar.


c. Mengurangkan atau menghapus sanksi administrasi berupa bunga, denda dan kenaikan
pajak yang terutang dalam hal sanksi tersebut dikenakan karena kekhilafan Wajib Pajak
atau bukan karena kesalahannya.
(2)
Permohonan pembetulan, pembatalan, pengurangan ketetapan dan penghapusan atau
pengurangan sanksi adminstrasi atas SKPD, SKPDKB, SKPDKBT dan STPD sebagaimana
dimaksud ayat (1) harus disampaikan secara tertulis oleh Wajib Pajak kepada Bupati atau
Pejabat yang ditunjuk selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari sejak tanggal diterima SKPD,
SKPDKB, SKPDKBT dan STPD dengan memberikan alasan yang jelas.
(3)

Bupati atau pejabat yang ditunjuk paling lama 3 (tiga) bulan sejak surat permohonan
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diterima, sudah harus memberikan Keputusan.

(4)

Apabila setelah lewat waktu 3 (tiga) bulan sebagaimana dimaksud pada ayat (30)
Bupati atau Pejabat yang ditunjuk tidak memberikan keputusan, permohonan, pembetulan,
pembatalan, pengurangan ketetapan dan penghapusan atau pengurangan sanksi adminstrasi
dianggap dikabulkan.

BAB XI
KEBERATAN DAN BANDING
Pasal 24

(1) Wajib Pajak dapat mengajukan keberatan hanya kepada Bupati atau Pejabat yang ditunjuk
atas suatu :
a.
b.
c.
d.
e.

SKPD;
SKPDKB;
SKPDKBT;
SKPDLB;
SKPDN.
(2)
Permohonan keberatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus disampaikan
secara tertulis dalam Bahasa Indonesia paling lama 3 (tiga) bulan sejak tanggal SKPD,
SKPDKB, SKPDKBT, SKPDLB dan SKPDN diterima oleh Wajib Pajak, kecuali apabila
Wajib Pajak dapat menunjukan bahwa jangka waktu itu tidak dapat dipenuhi karena keadaan
diluar kekuasaannya.
(3) Bupati atau Pejabat yang ditunjuk dalam jangka waktu paling lama 12 (dua belas) bulan sejak
tanggal Surat Permohonan Keberatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) sudah
memberikan keputusan.

Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

154

Pasal 25
(1) Wajib Pajak dapat mengajukan banding kepada Badan Penyelesaian Sengketa Pajak dalam
jangka waktu 3 (tiga) bulan setelah diterimanya keputusan keberatan.
(2) Pengajuan Banding sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak menunda kewajiban
membayar Pajak.
(3) Apabila jangka waktu 3 (tiga) bulan sebagaimana dimaksud ayat (1) dilampaui, pengajuan
keberatan dianggap gugur atau tidak diterima.
Pasal 26
Apabila pengajuan keberatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 atau banding sebagaiman
dimaksud Pasal 25 dikabulkan sebagian atau seluruhnya kelebihan pembayaran Pajak
dikembalikan dengan ditambah imbalan bunga sebesar 2 % (dua perseratus) sebulan untuk paling
lama 24 (dua puluh empat) bulan.
BAB XII
PENGEMBALIAN KELEBIHAN PEMBAYARAN PAJAK
Pasal 27
(1) Wajib Pajak dapat mengajukan permohonan pengembalian kelebihan pembayaran Pajak
kepada Bupati atau Pejabat yang ditunjuk secara tertulis dengan menyebutkan sekurangkurangnya :
a.
b.
c.
d.

Nama dan alamat Wajib Pajak.


Masa Pajak.
Besarnya kelebihan Pajak.
Alasan yang jelas.
(2)
Bupati atau Pejabat yang ditunjuk dalam jangka waktu paling lama 12 (dua belas)
bulan sejak diterimanya permohonan pengembalian kelebihan pajak sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) harus memberikan keputusan.
(3)

Apabila jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilampaui, Bupati atau
Pejabat yang ditunjuk tidak memberikan keputusan, permohonan pengembalian kelebihan
pembayaran pajak dianggap dikabulkan dan SKPDLB harus diterbitkan dalam waktu paling
lama 1 (satu) bulan.

(4)

Apabila Wajib Pajak mempunyai utang pajak lainnya, kelebihan pembayaran pajak
sebagaimana dimaksud ayat (2) langsung diperhitungkan untuk melunasi terlebih dahulu
utang pajak dimaksud.

Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

155

(5)

Pengembalian kelebihan pembayaran pajak dilakukan dalam waktu paling lama 2


(dua) bulan sejak diterbitkan SKPDLB, Kepala Daerah atau Pejabat memberikan imbalan
bunga sebesar 2 % (dua perseratus) sebulan atas keterlambatan pembayaran kelebihan Pajak.

(6)

Apabila pengembalian kelebihan pembayaran pajak dilakukan setelah lewat waktu


2 (dua) bulan sejak diterbitkan SKPDLB, Kepala Daerah atau Pejabat memberikan imbalan
bunga sebesar 2 % (dua perseratus) sebulan atas keterlambatan pembayaran kelebihan Pajak.
Pasal 28

Apabila kelebihan pembayaran pajak diperhitungkan dengan utang pajak lainnya, sebagaiman
dimaksud Pasal 27 ayat (4), pembayaran dilakukan dengan cara pemindah bukuan dan bukti
pemindah bukuan juga berlaku sebagai bukti pembayaran.
BAB XIII
K E DALU WAR S A
Pasal 29
(1) Hak untuk melakukan penagihan pajak, kedaluwarsa selama melampaui jangka waktu 5
(lima) tahun terhitung sejak terutangnya pajak, kecuali apabila Wajib Pajak melakukan
tindakan Pidana di bidang Perpajakn Daerah.
(2) Kadaluwarsa penagihan pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tertangguh apabila
a. Telah diterbitkan surat teguran dan Surat Paksa atau;
b. Ada pengakuan utang pajak dari Wajib Pajak baik langsung maupun tidak langsung

BAB XIV
PELAKSANAAN DAN PENGAWASAN
Pasal 30
(1) Pelaksana Peraturan daerah ini adalah Dinas Pendapatan Daerah.
(2) Pengawasan atas pelaksanaan Peraturan daerah ini dilaksanakan oleh Tim yang dibentuk
dengan Keputusan Bupati

Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

156

BAB XV
KETENTUAN PIDANA
Pasal 31
(1) Wajib Pajak yang karena kealpaannya tidak menyampaikan SPTPD atau mengisi dengan tidak
benar atau tidak lengkap atau melampirkan keterangan yang tidak benar sehingga merugikan
Keuangan Daerah dapat dipidana dengan Pidana Kurungan paling lama 3 (tiga) bulan dan
atau denda paling banyak Rp. 2.500.000,- (dua juta lima ratus ribu rupiah).
(2) Wajib Pajak yang dengan sengaja tidak menyampaikan SPTPD atau mengisi dengan tidak
benar atau tidak lengkap atau melampirkan keterangan yang tidak benar sehingga merugikan
Keuangan Daerah dapat dipidana dengan Pidana Kurungan paling lama 6 (enam) bulan dan
atau denda paling banyak Rp. 5.000.000,- (lima juta rupiah).
(3) Tindak Pidana sebagaimana dimaksud ayat (1) dan ayat (2) adalah pelanggaran

Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

157

BAB XVI
PE N YI D I K AN
Pasal 32
(1) Selain Pejabat Penyidik Polisi Negara Republik Indonesia, Pejabat Penyidik Pegawai Negeri
Sipil (PPNS) tertentu yang lingkup tugas dan tanggung jawabnya meliputi Peraturan Daerah
ini diberi wewenang khusus sebagai penyidik untuk melakukan penyidikan atas pelanggaran
tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Daerah ini.
(2) Dalam melaksanakan Tugas Penyelidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berwenang :
a.
b.

Memperhatikan Surat Tugas setiap melakukan kegiatan Penyidikan


Menerima laporan dan pengaduan dari seseorang tentang adanya tindak
pidana.

c.

Mempelajari Laporan dan pengaduan dari seseorang tentang adanya


tindak pidana.

d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
k.
l.

Melakukan tindakan pertama pada saat itu ditempat kejadian


Menyuruh berhenti seseorang tersangka dari perbuatanya dan
memeriksa tanda pengenal diri tersangka.
Melakukan Penangkapan, penahanan, penggeledahan dan penyitaan.
Melakukan Pemeriksaan dan Penyitaan surat atau benda.
Mengambil sidik jari dan memotret tersangka.
Memanggil orang untuk didengar dan diperiksa sebagai tersangka atau
saksi.
Mendatangkan orang ahli yang diperlukan dalam hubunganya dengan
pemeriksaan perkara.
Mengadakan penghentian penyelidikan.
Mengadakan tindakan lain menurut hukum yang dapat dipertanggung
jawabkan.

Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

158

(3) Pejabat Penyidik sebagaimana dimaksud ayat (1) Pasal ini membuat Berita Acara setiap
tindakan tentang :
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.

Pemeriksaan Tersangka;
Pemasukan Rumah;
Penggeledahan rumah / tempat tempat tertutup;
Penyitaan benda / barang bukti;
Pemeriksaan surat;
Pemeriksaan saksi;
Pemeriksaan ditempat kejadian dimaksud ayat (1) pasal ini memberitahukan dimulainya
penyidikan dan menyampaikan hasil penyidikan kepada Penuntut Umum / Pengadilan
Negeri dan khusus bagi Penyidik Pegawai Negeri Sipil melalui Penyidik Polisi Negara
Republik Indonesia sesuai ketentuan perundang undangan yang berlaku.
(4)
Penyidik sebagaimana dimaksud ayat (1) pasal ini memberitahukan dimulainya
penyidikan dan menyampaikan kepada penuntut umum / pengadilan negeri dan khusus bagi
penyidik Pegawai Negeri Sipil melalui Penyidik Polisi Negara Republik Indonesia sesuai
dengan ketentuan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku.

BAB XVII
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 33

Hal hal yang belum diatur dalam Peraturan Daerah ini, sepanjang mengenai pelaksanaanya akan
diatur lebih lanjut dengan keputusan Bupati

Pasal 34
Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan

Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

159

Agar supaya setiap orang dapat mengetahui, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini
dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Lamandau
Ditetapkan di Nanga Bulik
Pada tanggal 9 Desember 2004
BUPATI LAMANDAU,
ttd
BUSTANI DJ. MAMUD
Diundangkan di

: Nanga Bulik

Pada tanggal

: 9 Desember 2004

Plt. SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN LAMANDAU


ttd
( Ir. MARUKAN )
NIP. 131 480 087
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LAMANDAU
TAHUN 2004 NOMOR 16 SERI : B

Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

160

PENJELASAN
ATAS
PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMANDAU
NOMOR 21 TAHUN 2004
TENTANG
P A JA K H O T E L
PENJELASAN UMUM
Sebagaimana upaya untuk meningkatkan Pendapatan Asli Daerah dan pembiayaan
pembangunan Pemerintah membuat suatu pengaturan dengan Peraturan Daerah tentang Pajak
Hotel dimana diharapkan dari penerimaan pajak hotel tersebut dapat menambah PAD. Hal ini
sesuai dengan Undang-undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak dan Retribusi dan dalam
pasal 4 Undang-undang tersebut menyebutkan bahwa setiap pajak dan retribusi harus diatur
dengan Peraturan Daerah.
Peraturan Daerah ini mengatur tentang objek, subjek dan wajib pajak dasar
pengenaan pajak dan tarif pajak, wilayah pemungutan dan tatacara perhitungan pajak, masa
pajak dan bentuk-bentuk surat yang berkenaan dengan pajak hotel, tatacara perhitungan,
pengurangan, keringanan dan pembebasan pajak, pembetulan, pengurangan ketetapan dan
penghapusan atau pengurangan sanksi administrasi.
Dalam pembentukan Peraturan Daerah Pajak Hotel dibuat berdasarkan ketentuan
Peraturan Perundang-undangan yang berlaku dengan mengacu pada tatacara penyusunan yang
benar berdasarkan keadilan, yuridis, ekonomis dan finansial.

II. PENJELASAN PASAL DEMI PASAL


Pasal 1
Cukup Jelas
Pasal 2
Cukup Jelas
Pasal 3
Ayat 1
Cukup Jelas
Ayat 2
Cukup Jelas
Ayat 3
Cukup Jelas
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

161

Pasal 4
Ayat 1
Cukup Jelas
Ayat 2
Cukup Jelas
Pasal 5
Cukup Jelas
Pasal 6
Cukup Jelas
Pasal 7
Ayat 1
Tidak berlaku diwilayah bukan wilayah Kabupaten Lamandau
Ayat 2
Pajak yang terutang dihitung dengan tarif pajak X dasar pengeluaran pajak
Pasal 8
Cukup Jelas
Pasal 9
Cukup Jelas
Pasal 10
Ayat 1
SPTPD ( Surat Pemberitahuan Pajak Daerah)
Ayat 2
Cukup Jelas
Ayat 3
Cukup Jelas
Ayat 4
Cukup Jelas
Pasal 11
Ayat 1
Cukup Jelas
Ayat 2
Cukup Jelas
Pasal 12
Ayat 1
Cukup Jelas
Ayat 2
a. KPDKB singakatan Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar
b. SKPDKBT singkatan Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar Tambahan
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

162

c. SKPDN singkatan Surat Ketetapan Pajak Daerah Nihil.


Ayat 3
Cukup Jelas
Ayat 4
Cukup Jelas
Ayat 5
Cukup Jelas
Ayat 6
Cukup Jelas
Ayat 7
Cukup Jelas
Pasal 13
Ayat 1
Cukup Jelas
Ayat 2
Cukup Jelas
Ayat 3
SSPD singakatan Surat Setoran Pajak Daerah
Pasal 14
Cukup Jelas
Pasal 15
Ayat 1
Cukup Jelas
Ayat 2
Cukup Jelas
Pasal 16
Ayat 1
Cukup Jelas
Ayat 2
Cukup Jelas
Ayat 3
Cukup Jelas
Pasal 17
Ayat 1
Cukup Jelas
Ayat 2
Cukup Jelas
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

163

Pasal 18
Cukup Jelas
Pasal 19
Cukup Jelas
Pasal 20
Cukup Jelas
Pasal 21
Dibuat dalam Surat Keputusan Bupati Lamandau sebagai pelaksana peraturan daerah ini.
Pasal 22
Ayat 1
Dibuat dalam surat Keputusan Bupati sebagai pelaksana peraturan daerah ini
Ayat 2
Cukup Jelas
Pasal 23
Ayat 1
Cukup Jelas
Ayat 2
Cukup Jelas
Ayat 3 dan 4
Cukup Jelas
Pasal 24
Ayat 1
Setiap keberatan yang diajukan oleh wajib pajak hanya dapat diajukan kepada Bupati
atau Pejabat yang ditentukan oleh Bupati sebagai pelaksana (Dispenda)
Ayat 2
Cukup Jelas
Pasal 25
Ayat 1
Cukup Jelas
Ayat 2
Cukup Jelas
Pasal 26
Cukup Jelas
Pasal 27
Ayat 1,2,3,4 dan 5
Cukup Jelas

Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

164

Pasal 28
Ayat 1
Cukup Jelas
Pasal 29
Ayat 1
Cukup Jelas
Ayat 2
Cukup Jelas
Pasal 30
Ayat 1
Cukup Jelas
Ayat 2
Tim sebagaimana maksud pasal ini dikoordinir oleh kepala Dinas Pendapatan
Daerah sebagai pelaksana dari peraturan daerah ini
Pasal 31
Ayat 1
Cukup Jelas
Ayat 2
Cukup Jelas
Ayat 3
Cukup Jelas
Pasal 32
Ayat 1,2,3 dan 4
Cukup Jelas
Pasal 33
Cukup Jelas
Pasal 34
Cukup Jelas

TAMBAHAN LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LAMANDAU


TAHUN 2004 NOMOR 16 SERI : B

Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

165

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMANDAU


NOMOR 22 TAHUN 2004
T E N TAN G
PAJ AK R E S T O R AN
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
BUPATI LAMANDAU,
Menimbang

Mengingat

a.

bahwa dengan ditetapkannya Undang Undang Nomor 34 Tahun 2000


tentang Perubahan Atas Undang Undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang
Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, maka untuk meningkatkan
Pendapatan Asli Daerah guna menunjang pelaksanaan pembangunan dan
penyelenggaraan pemerintahan perlu memungut Pajak Restoran;

b.

bahwa untuk melaksanakan pengutan sebagaimana dimaksud huruf a


diatas, perlu membentuk Peraturan Daerah tentang Pajak Restoran.

1.

Undang Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1981 tentang


Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1981
Nomor 76, Tambahan Lembaran Negara Repulik Indonesia Nomor
3209);

2.

Undang Undang RI nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan


retribusi Daerah ( Lembaran Negara Republik Indonesia tahun 1997
Nomor 41, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
3685) sebagaimana telah diubah dengan Undang Undang RI Nomor 34
Tahun 2000 ( Lembaran Negara Republik indonesia tahun 2000 Nomor
246, Tambahan Lembaran Negara Repbulik Indonesia Nomor 4048);

3.

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 5 tahun 2002 tentang


Pembentukan Kabupaten Katingan, Kabupaten Seruyan, Kabupaten
Sukamara, Kabupaten Lamandau, Kabupaten Gunung Mas, Kabupaten
Pulang Pisau, Kabupaten Murung Raya dan Kabupaten Barito Timur di
Propinsi Kalimantan Tengah ( Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 18, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia 4180 );

4.

Undang Undang RI Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan


Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437);

Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

166

5.

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 33 Tahun 2004 tentang


Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah ( Lembaran
Negara Republik Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4438 );

6.

Peraturan Pemerintah 27 Tahun 1983 tentang Pelaksanaan Kitab


Undang Undang hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1983 Nomor 36, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia nomor (3258);

7.

Peraturan Pemerintah Daerah Nomor 25 Tahun 2000 tentang


Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Provinsi sebagai Daerah
Otonom ( Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 54,
Tambahan Lembaran Negara Nomor 3952);

8.

Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2001 Tentang Pajak Daerah


(Lembaran Negara Republik Indinesia Tahun 2001 Nomor 118,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4238);

9.

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 4 Tahun 1997 tentang Penyidik


Pegawai Negeri Sipil di Lingkungan Pemerintah Daerah;

10. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 170 Tahun 1993 Tentang
Pedoman Tata Cara Pemungutan Pajak Daerah;
11. Keputusan menteri Dalam Negeri Nomor 173 Tahun 1997 tentang Tata
Cara Pemeriksaan di Bidang Pajak Daerah;
12. Keputusan Menteri Dalam Negeri nomor 21 Tahun 2001 tentang Teknik
Penyusunan dan Materi Muatan Produk Produk Hukum Daerah;
13. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 22 Tahun 2001 tentang Bentuk
Bentuk Produk Produk Hukum Daerah;
14. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 23 Tahun 2001 tentang
Prosedur Penyusunan Produk Hukum Daerah;
15.

Keputusan Dalam Negeri Nomor 24 Tahun 2001 tentang Lembaran


Daerah dan Berita Daerah;

Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

167

16. Peraturan Daerah Kabupaten Lamandau Nomor 2 Tahun 2004 tentang


Rincian Kewenangan Pelaksanaan Otonomi Daerah di Kabupaten
Lamandau Tahun 2004 Nomor : 01 Seri : D);
17. Peraturan Daerah Kabupaten Lamandau Nomor 3 Tahun 2004 tentang
Kelembagaan, Struktur Organisasi, Tugas Pokok dan Tata Kerja
Perangkat daerah Kabupaten Lamandau ( Lembar Daerah Kabupaten
Lamandau tahun 2004 Nomor : 02 Seri : D;
18. Keputusan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Lamandau
Nomor 20 Tahun 2004. tanggal 9 Desember 2004 tentang Pajak
Restoran.
Dengan Persetujuan
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH
KABUPATEN LAMANDAU
MEMUTUSKAN :
Menetapkan

: PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMANDAU TENTANG


PAJAK RESTORAN.

BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan :
1. Daerah adalah Kabupaten Lamandau;
2. Pemerintah Daerah adalah Bupati beserta Perangkat Daerah Otonom yang lain sebagai Badan
Eksekutif Daerah;
3.

Bupati adalah Bupati Lamandau;

4.

Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Lamandau yang selanjutnya disebut DPRD
adalah Badan Legislatif Daerah;

5.

Dinas Pendapatan Daerah adalah Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Lamandau;

6.

Pajak Restoran adalah Pajak yang dipungut atas pelayanan Restoran kepada Pembeli
termasuk Rumah Makan/Warung Makan, Caf, Bar dan sejenisnya;

7.

Restoran adalah tempat menyantap makanan dan atau minuman yang disediakan dengan
dipungut bayaran tidak termasuk Usaha Jasa Boga atau Katering;

8.

Pengusaha Restoran adalah orang pribadi atau Badan dengan nama dan bentuk apapun yang
mengusahakan Restoran;

Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

168

9.

Wajib Pajak adalah Orang Pribadi atau Badan yang menurut ketentuan Peraturan perundangundangan Perpajakan Daerah diwajibkan untuk melakukan pembayaran Pajak terutang
termasuk pemungut atau pemotong pajak tertentu;

10. Pembeli adalah orang pribadi atau Badan yang membeli dan atau memesan makanan dan/
atau minuman pada Restoran, Rumah Makan/ Watung Makan, Caf, Bar dan sejenisnya;
11. Surat Pemberitahuan Pajak Daerah yang selanjutnya disingkat SPTPD adalah Surat yang
digunakan oleh wajib pajak untuk melaporkan penghitungan dan/ atau pembayaran pajak,
objek pajak dan/ atau bukan objek pajak dan/ atau harta dan kewajiban menurut Peraturan
perundang-undangan Perpajakan Daerah;
12. Surat Setoran Pajak Daerah yang selanjutnya disingkat SSPD adalah Surat yang digunakan
oleh wajib pajak untuk melakukan pembayaran atau penyetoran pajak yang terutang beserta
kewajiban perpajakan lainnya ke Kas Daerah atau ketempat lain yang ditetapkan oleh Bupati;
13. Surat Ketetapan Pajak Daerah yang selanjutnya disingkat SKPD adalah Surat Ketetapan
Pajak yang menentukan besarnya jumlah pokok pajak yang terutang;
14. Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar yang selanjutnya disingkat SKPDKB adalah
Surat Ketetapan Pajak yang menentukan besarnya jumlah pokok pajak, jumlah kredit pajak,
jumlah kekurangan pambayaran pokok pajak, besarnya sanksi administrasi dan jumlah yang
harus dibayar;
15. Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar Tambahan yang selanjutnya disingkat
SKPDKBT adalah Surat Ketetapan Pajak yang menentukan tambahan atas jumlah pajak yang
telah ditetapkan;
16. Surat Ketetapan Pajak Daerah Lebih Bayar yang selanjutnya disingkat SKPDLB adalah Surat
Ketetapan Pajak yang menentukan jumlah kelebihan pembayaran pajak, karena jumlah kredit
pajak lebih besar dari pada pajak yang terutang atau tidak seharusnya terutang;
17. Surat Ketetapan Pajak Nihil yang selanjutnya disingkat SKPDN adalah Surat Ketetapan Pajak
yang menetukan jumlah pokok pajak sama besarnya dengan jumlah kredit pajak atau pajak
tidak terutang dan tidak ada kredit pajak;
18. Surat Tagihan Pajak Daerah yang selanjutnya disingkat STPD adalah Surat untuk melakukan
tagihan pajak dan/ atau sanksi administrasi berupa bunga dan/ atau denda;
19. Pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan untuk mencari, mengumpulkan dan mengelola data
atau keterangan lainnya dalam rangka mengawasi kepatuhan pemenuhan kewajiban pajak
daerah berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku;
20. Penyidik adalah Pejabat Polisi Negara Republik Indonesia atau Pejabat Pegawai Negeri Sipil
tertentu yang diberi wewenang khusus oleh Undang-Undang untuk melakukan Penyidikan;
21. Penyidikan adalah serangkaian tindakan penyidik dalam hal dan menurut cara yang diatur
dalam Undang-Undang untuk mencari serta mengumpulkan bukti yang dengan bukti itu
membuat terang tindak pidana yang terjadi dan guna menemukan tersangkanya;
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

169

BAB II
NAMA OBJEK, SUBJEK DAN WAJIB PAJAK
Pasal 2
Dengan nama Pajak Restoran dipungut Pajak atas setiap pembayaran di Restoran, Rumah Makan/
Warung Makan, Caf, Bar dan sejenisnya.
Pasal 3
(1) Objek Pajak adalah setiap pelayanan yang disediakan Restoran dengan pembayaran;
(2) Termasuk dalam Objek Pajak Restoran sebagaimana dimaksud ayat (1) adalah Rumah
Makan/ Warung Makan, Caf, Bar dan sejenisnya;
(3) Pelayanan yang disediakan di restoran meliputi penjualan makanan dan/ atau minuman,
termasuk penyediaan penjualan makanan dan/ atau minuman yang diantar/ dibawa pulang
atau yang menggunakan tenda, Caf, Bar dan sejenisnya;
(4) Tidak termasuk Objek Pajak sebagaimana dimaksud ayat (1) adalah pelayanan Usaha Jasa
Boga atau Katering;
Pasal 4
(1) Subjek Pajak adalah Orang Pribadi atau Badan yang melakukan pembayaran kepada Restoran
Rumah Makan/ Warung Makan, Caf, Bar, dan sejenisnya.
(2) Wajib Pajak Restoran atau Rumah Makan adalah Pengusaha Restoran Rumah Makan/ Warung
Makan, Caf, Bar dan sejenisnya.
BAB III
DASAR PENGENAAN DAN TARIF PAJAK
Pasal 5
Dasar Pengenaan Pajak adalah jumlah pembayaran yang dibayar oleh Pembeli kepada Pengusaha
Restoran Rumah Makan/ Warung Makan, Caf, Bar dan sejenisnya.
Pasal 6
Besarnya tarif Pajak Restoran atau Rumah Makan ditetapkan sebesar 10 % (sepuluh perseratus)
dari Dasar pengenaan Pajak yang dibayar oleh Pembeli kepada Pengusaha Restoran, Rumah
Makan/ Warung Makan, Caf, Bar dan sejenisnya.
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

170

BAB IV
WILAYAH PEMUNGUTAN DAN
CARA PENGHITUNGAN PAJAK
Pasal 7
(1) Pajak yang terutang dipungut di wilayah Kabupaten Lamandau.
(2) Besarnya Pajak yang terutang dihitung dengan cara mengalikan Tarif Pajak sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 6 dengan Dasar Pengenaan Pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal
5 Peraturan Daerah ini.
BAB V
MASA PAJAK, SAAT PAJAK TERUTANG DAN
SURAT PEMBERITAHUAN PAJAK DAERAH
Pasal 8
Masa Pajak adalah jangka waktu yang lamanya 1 (satu) Bulan Takwin.
Pasal 9
Pajak Terutang dihitung dalam masa pajak pada saat kegiatan pelayanan di Restoran, Rumah
Makan/ Warung Makan, caf, Bar dan sejenisnya.
Pasal 10
(1) Setiap Pengusaha Restoran, Rumah makan/ Warung Makan, Caf, Bar dan sejenisnya di
daerah wajib mendaftarkan diri sebagai Wajib Pajak dan wajib mengisi SPTPD.
(2) SPTPD sebagaimana dimaksud ayat (1) harus diisi dengan jelas, benar dn lengkap serta
ditanda tangani oleh Wajib Pajak atau Kuasanya.
(3) SPTPD sebagaimana dimaksud ayat (1) harus disampaikan kepada Bupati atau Pejabat yang
ditunjuk selambat-lambatnya 15 (lim belas) hari setelah berakhirnya masa Pajak.
(4) Bentuk, isi dan tata cara pengisian SPTPD ditetapkan oleh Bupati atau Pejabat yang ditunjuk.

Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

171

BAB VI
TATA CARA PERHITUNGAN DAN PENETAPAN PAJAK
Pasal 11
(1) Berdasrkan SPTPD sebagaimana dimaksud Pasal 10 ayat (2), Bupati atau Pejabat yang
ditunjuk menetapkan Pajak Terutang dengan menerbitkan Surat Ketetapan Pajak Daerah
(SKPD).
(2) Apabila SKPD sebagaimana dimaksud ayat (1) tidak atau kurang bayar setelah lewat waktu
paling lama 30 (tiga puluh) hari sejak SKPD diterima dikenakan Sanksi administrasi berupa
bunga sebesar 2 % (dua perseratus) sebulan dan ditagih dengan menerbitkan Surat Tagihan
Pajak Daerah (STPD).
Pasal 12
(1) Jangka Wajib Pajak yang membayar sendiri SPTPD sebagaimana dimaksud Pasal 10 ayat (1)
digunakan untuk menghitung, memperhitungkan dan menetapkan sendiri Pajak yang terutang.
(2) Dalam waktu 5 (lima) tahun sesudah terutangnya Pajak, Bupati atau Pejabat yang ditunjuk
dapat menerbitkan :
a. SKPDKB;
b. SKPDKBT;
c. SKPDN.
(3) SKPDKB sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a diterbitkan :
a. Apabila berdasarkan hasil pemeriksaan atau keterangan lain pajak yang terutang tidak
atau kurang dibayar, dikenakan sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2 % (dua
perseratus) sebulan dihitung dari Pajak yang kurang atau terlambat dibayar untuk jangka
waktu paling lama 24 (dua puluh empat) bulan dihitung sejak terutangnya pajak;
b. Apabila SPTPD tidak disampaikan dalam jangka waktu yang ditentukan dan telah ditegur
secara tertulis, dikenakan sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2 % (dua perseratus)
sebulan dihitung dari pajak yang kurang atau terlambat di bayar untuk jangka waktu
paling lama 24 (dua puluh empat) bulanterhitung sejak saat terutangnya pajak;
c. Apabila kewajiban mengisi SPTPD tidak dipenuhi, pajak yang terutang dihitung secara
jabatan dan dikenakan sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2 % (dua perseratus)
sebulan dihitung dari pajak yang kurang atau terlambat dibayar untuk jangka waktu
paling lama 24 (dua puluh empat) bulan terhitung sejak saat terutangnya pajak.
(4) SKPDKBT sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf c diterbitkan apabila ditemukan data
baru atau data yang semula belum terungkap yang menyebabkan penambahan jumlah pajak
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

172

yang terutang, akan dikenakan sanksi adminstrasi berupa kenaikan 100 % (seratus perseratus)
dari jumlah kekurangan pajak tersebut.
(5) SKPDN sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf c diterbitkan apabila jumlah pajak yang
terutang sama besarnya dengan jumlah kredit pajak atau pajak tidak terutang dan tidak ada
kredit pajak.
(6) Apabila kewajiban membayar pajak terutang dalam SKPDKB dan SKPDKBT sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) huruf a dan b tidak dipenuhi atau tidak sepenuhnya dibayar dalam
jangka waktu yang telah ditentukan, ditagih dengan menerbitkan STPD ditambah dengan
sanksi administrasi berupa bunga 2 % (dua perseratus) sebulan.
(7) Penambahan jumlah pajak yang terutang sebagaimana dimaksud ayat (4) tidak dikenakan
apabila wajib pajak melaporkan sendiri sebelum dilakukan tindakan pemeriksaan.
BAB VII
TATA CARA PEMBAYAN
Pasal 13
(1) Pembayaran Pajak dilakukan di Kas Daerah atau tempat lain yang ditunjuk oleh Bupati sesuai
waktu yang ditentukan dalam SPTPD, SKPD, SKPDKB, SKPDKBT dan SKPDN.
(2) Apabila pembayaran pajak dilakukan ditempat lain yang ditunjuk, hasil penerimaan pajak
harus disetor ke Kas Daerah selambat-lambatnya 1 x 24 jam atau waktu yang ditentukan oleh
Bupati.
(3) Pembayaran Pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) dilakukan dengan
menggunakan SSPD.
Pasal 14
(1) Pembayaran pajak harus dilakukan sekaligus atau lunas.
(2) Bupati dapat memberikan persetujuan kepada wajib pajak untuk mengangsur pajak terutang
dalam kurun waktu tertentu, setelah memenuhi persyaratan yang telah ditentukan.
(3) Angsuran pembayaran pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (2) pasal ini, harus dilakukan
secara teratur dan berturt-turut dengan dikenakan bunga sebesar 2 % (dua perseratus) sebulan
dari jumlah pajak yang belum atau kurang dibayar.
(4) Bupati dapat memberikan persetujuan kepada wajib pajak untuk menunda pembayaran pajak
sampai batas waktu yang ditentukan setelah memenuhi persyaratan yang telah ditentukan
dengan dikenakan bunga 2 % (dua perseratus) sebulan dari jumlah pajak yang belum atau
kurang dibayar.
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

173

(5) Persyaratan untuk dapat mengangsur dan menunda pembayaran serta tata cara pembayaran
angsuran dan penundaan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (4) Pasal ini
ditetapkan oleh Bupati.
Pasal 15
(1) Setiap pembayaran pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 diberikan tanda bukti
pembayaran dan dicatat dalam Buku Penerima Pajak.
(2) Bentuk, jenis, isi, ukuran tanda bukti pembayaran dan buku penerimaan pajak sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1) ditetapkan oleh Bupati atau Pejabat yang ditunjuk.
BAB VIII
TATA CARA PENAGIHAN PAJAK
Pasal 16
(1) Surat Teguran atau Surat Peringatan atau Surat lain yang sejenis sebagai awal tindak
pelaksanaan penagihan pajak dikeluarkan 7 (tujuh) hari sejak saat jatuh tempo pembayaran.
(2) Dalam jangka 7 (tujuh) hari setelah tanggal Surat Teguran atas Surat Peringatan atau Surat
lain yang sejenis, Wajib Pajak harus melunasi Pajak yang terutang.
(3) Surat Teguran atau Surat Peringatan atau Surat lain yang sejenis sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dikeluarkan oleh Pejabat yang ditunjuk.
Pasal 17
(1) Apabila jumlah pajak yang masih harus dibayar tidak dilunasi dalam jangka waktu
sebagaimana ditentukan dalam Surat Teguran atau Surat Peringatan atau Surat lain yang
sejenis, jumlah pajak yang harus dibayar ditagih dengan Surat Paksa.
(2) Pejabat menerbitkan Surat Paksa segera setelah lewat 21 (dua puluh satu) hari sejak tanggal
Surat Teguran atau Surat Peringatan atau Surat lain yang sejenis.
Pasal 18
Apabila Pajak yang harus dibayar tidak dilunasi dalam jangka waktu 2 x 24 jam setelah tanggal
pemberitahuan Surat Paksa, Pejabat segera menerbitkan Surat Perintah Melakukan Penyitaan.

Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

174

Pasal 19
Setelah dilakukan penyitaan dan Wajib Pajak belum juga melunasi utang pajaknya, setelah 10
(sepuluh) hari sejak tanggal pelaksanaan Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan, Pejabat
mengajukan permintaan penetapan tanggal Pelelangan kepada Kantor Lelang Negara.
Pasal 20
Setelah Kantor Lelang Negara menetapkan hari, tanggal jam dan tempat pelaksanaan lelang, Juru
Sita memberitahukan dengan segera secara tertulis kepada Wajib Pajak.
Pasal 21
Bentuk, Jenis dan Isi Formulir yang digunakan untuk pelaksanaan penagihan Pajak Daerah
ditetapkan oleh Bupati atau pejabat yang ditunjuk.
BAB IX
PENGURANGAN, KERINGANAN DAN
PEMBEBASAN PAJAK
Pasal 22
(1) Bupati berdasarkan permohonan Wajib Pajak dapat memberikan pengurangan, keringanan
dan pembebasan Pajak.
(2) Tata cara pemberian pengurangan, keringanan dan pembebasan pajak sebagaimana dimaksud
pada ayat (1), ditetapkan oleh Bupati.
BAB X
PEMBETULAN, PEMBATALAN, PENGURANGAN
KETETAPAN DAN PENGHAPUSAN ATAU
PENGURANGAN SANKSI ADMINSTRASI
Pasal 23
(1) Bupati atau Pejabat yang ditunjuk atas permohonan Wajib Pajak dapat:
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

175

a. Membetulkan SKPD atau SKPDKB atau SKPDKBT atau STPD yang dalam
penerbitannya terdapat kesalahan tulis, kesalahan hitung dan atau kekeliruan dalam
penerapan Peraturan Perundang-undangan Perpajakan Daerah.
b. Membatalkan atau mengurangkan ketetapan pajak yang tidak benar.
c. Mengurangkan atau menghapus sanksi administrasi berupa bunga, denda dan kenaikan
pajak yang terutang dalam hal sanksi tersebut dikenakan karena kekhilafan Wajib Pajak
atau bukan karena kesalahannya.
(2) Permohonan pembetulan, pembatalan, pengurangan ketetapan dan penghapusan atau
pengurangan sanksi adminstrasi atas SKPD, SKPDKB, SKPDKBT dan STPD sebagaimana
dimaksud ayat (1) harus disampaiakn secara tertulis oleh Wajib Pajak kepada Bupati atau
Pejabat yang ditunjuk selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari sejak tanggal diterima SKPD,
SKPDKB, SKPDKBT dan STPD dengan memberikan alasan yang jelas.
(3) Bupati atau pejabat yang ditunjuk paling lama 3 (tiga) bulan sejak surat permohonan
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diterima, sudah harus memberikan Keputusan.
(4) Apabila setelah lewat waktu 3 (tiga) bulan sebagaimana dimaksud pada ayat (30) Bupati atau
Pejabat yang ditunjuk tidak memberikan keputusan, permohonan, pembetulan, pembatalan,
pengurangan ketetapan dan penghapusan atau pengurangan sanksi adminstrasi dianggap
dikabulkan.
BAB XI
KEBERATAN DAN BANDING
Pasl 24
(1) Wajib Pajak dapat mengajukan keberatan hanya kepada Bupati atau Pejabat yang ditunjuk
atas suatu :
a. SKPD;
b. SKPDKB;
c. SKPDKBT;
d. SKPDLB;
e. SKPDN.
(2) Permohonan keberatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus disampaikan secara tertulis
dalam Bahasa Indonesia paling lama 3 (tiga) bulan sejak tanggal SKPD, SKPDKB,
SKPDKBT, SKPDLB dan SKPDN diterima oleh Wajib Pajak, kecuali apabila Wajib Pajak
dapat menunjukan bahwa jangka waktu itu tidak dapat dipenuhi karena keadaan diluar
kekuasaannya.

Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

176

(3) Bupati atau Pejabat yang ditunjuk dalam jangka waktu paling lama 12 (dua belas) bulan sejak
tanggal Surat Permohonan Keberatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) sudah
memberikan keputusan.
(4) apabila setelah lewat waktu 12 (dua belas) bulan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) Bupati
atau Pejabat yang ditunjuk tidak memberikan keputusan, permohonan keberatan dianggap
dikabulkan.
(5) Pengajuan keberatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak menunda kewajiban
membayar Pajak.
Pasal 25
(1) Wajib Pajak dapat mengajukan banding kepada Badan Penyelesaian Sengketa Pajak dalam
jangka waktu 3 (tiga) bulan setelah diterimanya keputusan keberatan.
(2) Pengajuan Banding sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak menunda kewajiban
membayar Pajak.
(3) Apabila jangka waktu 3 (tiga) bulan sebagaimana dimaksud ayat (1) dilampaui, pengajuan
keberatan dianggap gugur atau tidak diterima.
Pasal 26
Apabila pengajuan keberatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 atau banding sebagaiman
dimaksud Pasal 25 dikabulkan sebagian atau seluruhnya kelebihan pembayaran Pajak
dikembalikan dengan ditambah imbalan bunga sebesar 2 % (dua perseratus) sebulan untuk paling
lama 24 (dua puluh empat) bulan.
BAB XII
PENGEMBALIAN KELEBIHAN PEMBAYARAN PAJAK
Pasal 27
(1) Wajib Pajak dapat mengajukan permohonan pengembalian kelebihan pembayaran Pajak
kepada Bupati atau Pejabat yang ditunjuk secara tertulis dengan menyebutkan sekurangkurangnya :
a.
b.
c.
d.

Nama dan alamat Wajib Pajak.


Masa Pajak.
Besarnya kelebihan Pajak.
Alasan yang jelas.

Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

177

(2) Bupati atau Pejabat yang ditunjuk dalam jangka waktu paling lama 12 (dua belas) bulan
sejak diterimanya permohonan pengembalian kelebihan pajak sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) harus memberikan keputusan.
(3) Apabila jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilampaui, Bupati atau Pejabat
yang ditunjuk tidak memberikan keputusan, permohonan pengembalian kelebihan
pembayaran pajak dianggap dikabulkan dan SKPDLB harus diterbitkan dalam waktu paling
lama 1 (satu) bulan.
(4) Apabila Wajib Pajak mempunyai utang pajak lainnya, kelebihan pembayaran pajak
sebagaimana dimaksud ayat (2) langsung diperhitungkan untuk melunasi terlebih dahulu
utang pajak dimaksud.
(5) Pengembalian kelebihan pembayaran pajak dilakukan dalam waktu paling lama 2 (dua)
bulan sejak diterbitkan SKPDLB, Kepala Daerah atau Pejabat memberikan imbalan bunga
sebesar 2 % (dua perseratus) sebulan atas keterlambatan pembayaran kelebihan Pajak.
(6) Apabila pengembalian kelebihan pembayaran pajak dilakukan setelah lewat waktu 2 (dua)
bulan sejak diterbitkan SKPDLB, Kepala Daerah atau Pejabat memberikan imbalan bunga
sebesar 2 % (dua perseratus) sebulan atas keterlambatan pembayaran kelebihan Pajak.
Pasal 28
Apabila kelebihan pembayaran pajak diperhitungkan dengan utang pajak lainnya, sebagaiman
dimaksud Pasal 27 ayat (4), pembayaran dilakukan dengan cara pemindah bukuan dan bukti
pemindah bukuan juga berlaku sebagai bukti pembayaran.
BAB XIII
K ADALU WAR S A
Pasal 29
(1) Hak untuk melakukan penagihan pajak, kadaluwarsa selama melampaui jangka waktu 5
(lima) tahun terhitung sejak terutangnya pajak, kecuali apabila Wajib Pajak melakukan
tindakan Pidana di bidang Perpajakn Daerah.
(2) Kadaluwarsa penagihan pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tertangguh apabila :
a. Telah diterbitkan surat teguran dan Surat Paksa atau;
b. Ada pengakuan utang pajak dari Wajib Pajak baik langsung maupun tidak langsung.

Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

178

BAB XIV
PELAKSANAAN DAN PENGAWASAN
Pasal 30
(1) Pelaksana Peraturan daerah ini adalah Dinas Pendapatan Daerah.
(2) Pengawasan atas pelaksanaan Peraturan daerah ini dilaksanakan oleh Tim yang dibentuk
dengan Keputusan Bupati.
BAB XV
KETENTUAN PIDANA
Pasal 31
(1) Wajib Pajak yang karena kealpaannya tidak menyampaikan SPTPD atau mengisi dengan tidak
benar atau tidak lengkap atau melampirkan keterangan yang tidak benar sehingga merugikan
Keuangan Daerah dapat dipidana dengan Pidana Kurungan paling lama 3 (tiga) bulan dan atau
denda paling banyak Rp. 2.500.000,- (dua juta lima ratus ribu rupiah).
(2) Wajib Pajak yang dengan sengaja tidak menyampaikan SPTPD atau mengisi dengan tidak
benar atau tidak lengkap atau melampirkan keterangan yang tidak benar sehingga merugikan
Keuangan Daerah dapat dipidana dengan Pidana Kurungan paling lama 6 (enam) bulan dan
atau denda paling banyak Rp. 5.000.000,- (lima juta rupiah).
(3) Tindak Pidana sebagaimana dimaksud ayat (1) dan ayat (2) adalah pelanggaran.

BAB XVI
PENYIDIKAN
Pasal 32

Selain Pejabat Penyidik Polisi Negara Republik Indonesia, Pejabat Penyidik Pegawai Negeri Sipil
(PPNS) tertentu yang lingkup tugas dan tanggung jawabnya meliputi Peraturan Daerah ini
diberi wewenang khusus sebagai penyidik untuk melakukan penyidikan atas pelanggaran
tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Daerah ini.
Dalam melaksanakan Tugas Penyelidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berwenang.
Memperhatikan Surat Tugas setiap melakukan kegiatan Penyidikan
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

179

Menerima laporan dan pengaduan dari seseorang tentang adanya tindak pidana.
Mempelajari Laporan dan pengaduan dari seseorang tentang adanya tindak pidana.
Melakukan tindakan pertama pada saat itu ditempat kejadian.
Menyuruh berhenti seseorang tersangka dari perbuatanya dan memeriksa tanda pengenal diri
tersangka.
Melakukan Penangkapan, penahanan, penggeledahan dan penyitaan.
Melakukan Pemeriksaan dan Penyitaan surat atau benda.
Mengambil sidik jari dan memotret tersangka.
Memanggil orang untuk didengar dan diperiksa sebagai tersangka atau saksi.
Mendatangkan orang ahli yang diperlukan dalam hubunganya dengan pemeriksaan perkara.
Mengadakan penghentian penyelidikan.
Mengadakan tindakan lain menurut hukum yang dapat dipertanggung jawabkan.
(3) Pejabat Penyidik sebagaimana dimaksud ayat (1) Pasal ini membuat Berita Acara setiap
tindakan tentang.
a. Pemeriksaan Tersangka;
b. Pemasukan Rumah;
c. Penggeledahan rumah / tempat tempat tertutup;
d. Penyitaan benda / barang bukti;
e. Pemeriksaan surat;
f. Pemeriksaan saksi;
g. Pemeriksaan ditempat kejadian dimaksud ayat (1) pasal ini memberitahukan dimulainya
penyidikan dan menyampaikan hasil penyidikan kepada Penuntut Umum / Pengadilan
Negeri dan khusus bagi Penyidik Pegawai Negeri Sipil melalui Penyidik Polisi Negara
Republik Indonesia sesuai ketentuan perundang undangan yang berlaku.

BAB XVII
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 33

Hal hal yang belum diatur dalam Peraturan Daerah ini, sepanjang mengenai pelaksanaanya akan
diatur lebih lanjut dengan keputusan Bupati.
Pasal 34
Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

180

Agar supaya setiap orang dapat mengetahui, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini
dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Lamandau.
Ditetapkan di Nanga Bulik
Pada tanggal 9 Desember 2004
BUPATI LAMANDAU,
ttd
BUSTANI DJ. MAMUD
Diundangkan di Nanga Bulik
Pada tanggal 9 Desember 2004
Plt. SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN LAMANDAU
ttd
( Ir. MARUKAN )
NIP. 131 480 087
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LAMANDAU
TAHUN 2004 NOMOR 9 SERI : B

PENJELASAN
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

181

ATAS
PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMANDAU
NOMOR 22 TAHUN 2004
TENTANG
P A JA K RESTORAN
I. PENJELASAN UMUM
Pajak daerah adalah pajak yang dipungut oleh daerah yang tujuannya untuk
membiayai rumah tangga daerah dan salah satu sumber utama pendapatan asli daerah
disamping dana-dana lain sebagai penunjang.
Dalam Undang-undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi
Daerah telah menetapkan perpajakan sebagai salah satu wujud kewajiban warga negara
terhadap pemerintah. Hal ini seseuai dengan kewenangan yang diberikan kepada daerah untuk
menyelenggarakan otonomi daerah secara nyata dengan penuhtanggungjawab termasuk
membentukkebijakan-kebijakan menyangkut pendapatan daerah
terutama peningkatan
pendapatan asli daerah.dalam pasal 4 Undang-undang Nomor 18 Tahun 1997 menyatakan
bahwa pajak daerah harus diatur dengan peraturan daerah.
II. PENJELASAN PASAL DEMI PASAL
Pasal 1
Cukup Jelas
Pasal 2
Cukup Jelas
Pasal 3
Ayat 1
Cukup Jelas
Ayat 2
Cukup Jelas
Ayat 3
Cukup Jelas
Pasal 4
Ayat 1
Cukup Jelas
Ayat 2
Cukup Jelas
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

182

Pasal 5
Cukup Jelas
Pasal 6
Cukup Jelas
Pasal 7
Ayat 1
Tidak berlaku diwilayah bukan wilayah Kabupaten Lamandau
Ayat 2
Pajak yang terutang dihitung dengan tarif pajak X dasar pengeluaran pajak
Pasal 8
Cukup Jelas
Pasal 9
Cukup Jelas
Pasal 10
Ayat 1
SPTPD ( Surat Pemberitahuan Pajak Daerah)
Ayat 2
Cukup Jelas
Ayat 3
Cukup Jelas
Ayat 4
Cukup Jelas
Pasal 11
Ayat 1
Cukup Jelas
Ayat 2
Cukup Jelas
Pasal 12
Ayat 1
Cukup Jelas
Ayat 2
d. KPDKB singakatan Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar
e. SKPDKBT singkatan Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar Tambahan
f. SKPDN singkatan Surat Ketetapan Pajak Daerah Nihil.
Ayat 3
Cukup Jelas
Ayat 4
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

183

Cukup Jelas
Ayat 5
Cukup Jelas
Ayat 6
Cukup Jelas
Ayat 7
Cukup Jelas
Pasal 13
Ayat 1
Cukup Jelas
Ayat 2
Cukup Jelas
Ayat 3
SSPD singakatan Surat Setoran Pajak Daerah
Pasal 14
Cukup Jelas
Pasal 15
Ayat 1
Cukup Jelas
Ayat 2
Cukup Jelas
Pasal 16
Ayat 1
Cukup Jelas
Ayat 2
Cukup Jelas
Ayat 3
Cukup Jelas
Pasal 17
Ayat 1
Cukup Jelas
Ayat 2
Cukup Jelas
Pasal 18
Cukup Jelas
Pasal 19
Cukup Jelas
Pasal 20
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

184

Cukup Jelas
Pasal 21
Dibuat dalam Surat Keputusan Bupati Lamandau sebagai pelaksana peraturan daerah ini.
Pasal 22
Ayat 1
Dibuat dalam surat Keputusan Bupati sebagai pelaksana peraturan daerah ini
Ayat 2
Cukup Jelas
Pasal 23
Ayat 1
Cukup Jelas
Ayat 2
Cukup Jelas
Ayat 3 dan 4
Cukup Jelas
Pasal 24
Ayat 1
Setiap keberatan yang diajukan oleh wajib pajak hanya dapat diajukan kepada Bupati
atau Pejabat yang ditentukan oleh Bupati sebagai pelaksana (Dispenda)
Ayat 2
Cukup Jelas
Pasal 25
Ayat 1
Cukup Jelas
Ayat 2
Cukup Jelas
Pasal 26
Cukup Jelas
Pasal 27
Ayat 1,2,3,4 dan 5
Cukup Jelas
Pasal 28
Ayat 1
Cukup Jelas
Pasal 29
Ayat 1
Cukup Jelas
Ayat 2
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

185

Cukup Jelas
Pasal 30
Ayat 1
Cukup Jelas
Ayat 2
Tim sebagaimana maksud pasal ini dikoordinir oleh kepala Dinas Pendapatan
Daerah sebagai pelaksana dari peraturan daerah ini
Pasal 31
Ayat 1
Cukup Jelas
Ayat 2
Cukup Jelas
Ayat 3
Cukup Jelas
Pasal 32
Ayat 1,2,3 dan 4
Cukup Jelas
Pasal 33
Cukup Jelas
Pasal 34
Cukup Jelas

TAMBAHAN LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LAMANDAU


TAHUN 2004 NOMOR 16 SERI : B

Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

186

Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

187

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMANDAU


NOMOR 25 TAHUN 2004
TENTANG
PENDIRIAN PERUSAHAAN DAERAH
KABUPATEN LAMANDAU
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
BUPATI LAMANDAU,
Menimbang :

a. bahwa Perusahan Daerah sebagai unit Ekonomi yang tidak dapat dipisahkan
dari sistim perekonomian Nasional Indonesia merupakan sarana dalam
menunjang kehidupan perkembangan Daerah serta pelayanan dan
kemanfaatan Umum;
b. bahwa untuk mewujudkan maksud tersebut diatas perlu didirikan perusahaan
Daerah di Kabupaten Lamandau;
c. bahwa dengan maksud huruf a dan b diatas, perlu ditetapkan dengan Peraturan
Daerah kabupaten Lamandau.

Mengingat :

1. Undang-undang Nomor 5 Tahun 2002 tentang Pembentukan Kabupaten


Katingan, Kabupaten Seruyan, Kabupaten Sukamara, Kabupaten Lamandau,
Kabupaten Gunung Mas, Kabupaten Pulang Pisau, Kabupaten Murung Raya,
Kabupaten Barito Timur Di Propinsi Kalimantan Tengah
( Lembaran
Negara Tahun 2002 Nomor 18, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4180);
2. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
(Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 125, Tambanhan Lembaran Negara
Nomor 4437);
3. Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara
Pemerintah pusat dan Daerah ( Lembanran Negara Tahun 2004 Nomor 126,
Tambahan Lembaran Negara Nomor 4438);
4. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 1975 tentang Tata Cara Penyusunan
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, Pelaksanaan Tata Usaha Keuangan
Daerah dan Penyusunan Perhitungan Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah (Lembaran Negara Tahun 1975 Nomor 6);

Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

188

Mengingat :

5.

Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 1983 tentang Tata Cara Pembinaan


dan Pengawasan Perusahaan Jawatan (PERJAN), Perusahaan Umum
(PERSERO) Lembaran Negara Tahun 1983 Nomor 3);

6.

Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan


Pemerintah dan Kewenangan Propinsi sebagai Daerah Otonom
(Lembaran Negara Tahun 2000 Nomor 54, Tambahan Lembaran Negara
Nomor 3952);

7.
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 1984 tentang Tata Cara
Pembinaan dan Pengawasan
Perusahaan Daerah di Lingkungan
Pemerintah);
8.
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 3 Tahun 1990 tentang
Pengelolaan Barang Milik Perusahaan Daerah;
9.
Pertaturan Menteri Dalam Negeri Nomor 4 tahun 1990 tentang Tata Cara
Kerja Sama antara Perusahaan Daerah dengan pihak Ketiga;
10.
Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 53686 Tahun 1981 tentang
Petunjuk Pelaksanaan Pengangkatan Pemberhentian Anggota Direksi dan
badan Pengawasan Daerah;
11.
Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 903-603 Tahun 1984 tentang
Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Jo. Keputusan
Menteri Dalam Negeri Nomor 903-1319 Tahun 1985 tentang
Penyempurnaan Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 993-603 Tahun
1984;
12.
Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 903-603 Tahun 1984 tentang
Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Jo. Keputusan
Menteri Dalam Negeri Nomor 903-1319 Tahun 1985 tentang
Penyempurnaan Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 993-603 Tahun
1984;
13.
Peraturan Daerah Kabupaten Lamandau Nomor 2 Tahun 2004 tentang
Rincian Kewenangan Kabupaten Lamandau sebagai daerah Otonom;
14.
Peraturan Daerah Kabupaten Lamandau Nomor 03 Tahun 2004 tentang
Kelembagaan Struktur Organisasi Tugas Pokok dan Tata Kerja Perangkat
Daerah Kabupaten Lamandau ( Lembaran Daerah Nomor 03 Tahun 2004 )
Sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Daerah Nomor 12 Tahun
2004 tentang Perubahan Pertama Kelembagaan struktur Organisasi Tugas
Pokok dan Tata Kerja Perangkat Daerah Kabupaten Lamandau (Lembaran
Daerah Tahun 2004 Nomor 12);
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

189

15.

Keputusan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Lamandau


Tahun 2004 Nomor 28 tentang Persetujuan Penetapan Rancangan
Peraturan Daerah Kabupaten Lamandau menjadi Peraturan Daerah
tentang Ijin Penumpukan Hasil Hutan dan Perkebunan.
Dengan Persetujuan
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH
KABUPATEN LAMANDAU
MEMUTUSKAN :

Menetapkan

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMANDAU TENTANG


PENDIRIAN PERUSAHAAN DAERAH KABUPATEN LAMANDAU.
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1

Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan :


Daerah adalah Kabupaten Lamandau;
Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Daerah Kabupaten Lamandau;
Bupati adalah Bupati Lamandau;
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya disebut DPRD adalah Dewan Perwakilan
Rakyat Daerah Kabupaten Lamandau;
Kepala Dinas adalah Kepala Dinas Kabupaten Lamandau;
Direksi adalah Direksi Perusahaan Daerah Kabupaten Lamandau yang merupakan unsur Pimpinan
Perusahaan dan terdiri atas Direktur Utama dan Direktur;
Badan Pengawas adalah badan Pengawas Perusahan Daerah Kabupaten Lamandau;
Pihak ketiga adalah Instansi, Lembaga, Badan Hukum dan Perorangan di luar Perusahaan Daerah,
Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah Lainnya, Negara asing, badan Usaha Milik Nasional dan
Swasta Asing, Lembaga Keuangan Dalam dan Luar Negeri atau Perusahaan Daerah lainnya;
Kerja sama adalah suatu rangkaian kegiatan yang terjadi karena ikatan antara Perusahaan Daerah
dengan pihak ketiga untuk bersama-sama melakukan suatu kegiatan Usaha guna mencapai
suatu tujuan tertentu;
Pembinaan adalah kegiatan untuk memberikan Pedoman Pengelolaan Perusahaan Daerah
Perencanaan , Pelaksanaan dan Pengendalian agar dapat menjalankan tugas dan fungsinya
secara berdaya guna dan berhasil guna;
Pengawasan adalah seluruh Proses kegiatan penilaian terhadap Perusahaan Daerah dengan tujuan
agar fungsinya dapat terlaksana dengan baik;
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) adalah rencana kerja Pemerintah Kabupaten
Lamandau yang tertuang dalam angka-angka, disisi lainnya memuat rencana pembelanjaan
dalam jangka waktu 1 (satu) tahun anggaran;
m. Kas Daerah adalah Kas Daerah Kabupaten Lamandau;
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

190

BAB II
PENDIRIAN, NAMA DAN TEMPAT KEDUDUKAN
Pasal 2
Perusahan Daerah didirikan dengan Peraturan Daerah ini, dengan berdasarkan dan berpedoman
pada ketentuan Peraturan Perundang-Undangan yang mengatur tentang Perusahaan Daerah.
Perusahan Daerah yang dimaksud pada ayat (1) pasal ini adalah Badan Usaha yang memperoleh
kedudukan sebagai Badan Hukum dengan berlakunya Peraturan Daerah ini.
Pasal 3
Dengan tidak mengurangi ketentuan dalam Peraturan Daerah ini, maka terhadap Perusahaan
Daerah yang dimaksud pada pasal 2 berlaku pula segala ketentuan Hukum yang berlaku di
Indonesia.
Pasal 4
Perusahaan Daerah didirikan dengan nama
PERUSAHAAN DAERAH KABUPATEN
LAMANDAU disingkat dengan PERUSDA LAMANDAU.
Pasal 5
Perusahaan Daerah berkedudukan dan berkantor Pusat di Ibu Kota Kabupaten dan medirikan
perwakilannya diseluruh wilayah Republik Indonesia sesuai dengan kebutuhan organisasi.
BAB III
SIFAT, TUJUAN SERTA LAPANGAN USAHA
Pasal 6
Sifat usaha dari Perusahaan Daerah ialah mengutamakan penyelenggaraan usaha dibidang
Penyediaan Pelayanan bagi kemanfaatan umum disamping untuk mendapatkan keuntungan, serta
berusaha dibidang-bidang lain yang mendorong perkembangan sector swasta dan atau Koperasi.
Pasal 7
Tujuan Dari Perusahan Daerah adalah sebagai suatu sarana yang diarahkan untuk meningkatkan
sumber pendapatan asli Daerah dan sebagai sarana Pembangunan Perekonomian dalam rangka
Pembangunan Daerah.
Pasal 8
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

191

(1)

Perusahaan Daerah bergerak dalam lapangan usaha sesuai rumah tangga Daerah menurut
Peraturan Perundang-undangan yang mengatur pokok-pokok Pemerintah Daerah.
(2)
Bidang-bidang usaha yang penting dan mengenai hajat hidup orang banyak di Daerah
diutamakan Perusahaan Daerah.
(3)
Bentuk dan jenis usaha antara lain :
a. Pertanian, Kehutanan/ Perkebunan
b. Pertambangan, Energi dan Kelistrikkan.
c. Pariwisata, transportasi, Telekomunikasi.
d. Industri
e. Jasa, Perdagangan
f. Ekspor dan Inpor
g. Bergerak dibidang Perumahan (Properti)
BAB IV
MODAL DAN STRUKTUR ORGANISASI
Pasal 9
Modal pangkal Perusahan Daerah seluruhnya berasal dari Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah (APBD) sebagai kekayaan yang dipisahklan dan tidak terdiri dari saham-saham.
Pasal 10
()1

Neraca awal pemakaian modal yang seluruhnya terdiri atas


pelimpahan sebagian Kekayaan Daerah, dapat diberikan baik dalam bentuk Uang maupun
Barang.

(2)

Modal Dasar Perusahaan daerah yang seluruhnya berasal dari penyisihan kekayaan daerah
Peraturan Daerah sebagaimana simaksud pada pasal 9
Pasal 11

Selain Modal sebagaimanadimaksud pada pasal 9 dan pasal 10 dalam Peraturan Daerah ini,
Perusahaan daerah dapat memperoleh Dana dari kredit-kredit dalam negeri dan luar negeri atau
dari obligasi, hipotik dan sumber-sumber dana lain yang syah.
Pasal 12
Struktur Organisasi Perusahaan Daerah sebagaimana terlampir merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.
BAB V
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

192

PENGANGKATAN DAN PEMBERHENTIAN DIREKSI/ BADAN


PENGAWASAN SERTA URUSAN KEPEGAWAIAN
Pasal 13
(1) Bupati mengangkat dan memberhentikan Direksi dan Badan Pengawas.
(2) Pengangkatan dan Pemberhentian Direksi/ Badan Pengawas sebagaimana dimaksud pada ayat
( 1 ) Pasal ini, dilakukan oleh Bupati setelah mendapat persetujuan DPRD.
(3) Permohonan Persetujuan Prinsip Kepada Pejabat yang berwenang, diajukan oleh Bupati sesuai
ketentuan perundang- undangan yang berlaku.
Pasal 14
(1) Direksi diangkat berdasarkan syarat-syarat kemampuan dan keahlian dalam bidang
pengelolaan Perusahaan serta memenuhi syarat- syarat lainnya.
(2) Direksi adalah unsure Pimpinan Perusahan, tidak termasuk Pegawai Perusahaan Daerah.
(3) Anggota Badan Pengawas diangkat dari tenaga yang mempunyai dedikasi, dipandang perlu
dan mempunyai kemampuan untuk menjalankan kebijaksanaan Bupati mengenai Pembinaan
dan Pengawasan Perusahaan Daerah.
(4) Sarat sarat Administrasi sebagaimana dimaksud pada ayat Pengangkatan Direksi/ Badan
Pengawas sebagaimana dimaksud ayat (1 ) dan pada ayat (2) pasal ini ditetapkan lebih lanjut
oleh Bupati sesuai ketentuan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku.
Pasal 15
(1) Anggota Direksi terdiri atas sebanyak-banyaknya 3 ( tiga ) orang dari sekurang-kurangnya 2
( dua ) orang sedangkan anggota badan pengawas sebanyak-banyak 5 lima ) orang dan
sekurang-kurangnya 3 ( tiga ) orang.
(2) Salah seorang direksi sebagaimana dimaksud ayat (1) pasal ini ditetapkan sebagai Direktur,
dan Badan Pengawas ditetapkan terdiri atas seorang Ketua dan lainnya sebagai Anggota Badan
Pengawas.
(3) Pengecualian terhadap ketentuan dimaksud pada ayat (1) pasal ini harus dengan persetujuan
terlebih dahulu dari Pejabat yang berwenang.
Pasal 16
Anggota Direksi tidak dibenarkan untuk memangku Jabatan rangkap sebagai berikut :
a. Anggota Direksi Perusahaan Daerah lainnya atau Perusahaan Swasta atau Jabatan lainya
yang berhubungan dengan Pengelolaan Perusahaan.
Jabatan Struktural dan Jabtan Fungsional lainnya dalam Instansi/ Lembaga Pemerintahan
Pusat dan Daerah.
Jabatan lain sesuai ketentuan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku.
(2) Anggota Badan Pengawas tidak dibenarkan memiliki kepentingan yang bertentangan dengan/
mengganggu kepentingan Perusahaan Daerah.
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

193

Pasal 17
Antara sesama Anggota Direksi, sesama anggota Badan Pengawas tidak diperkenankan ada
hubungan keluarga samapai derajat ketiga, baik menurut garis lurus maupun kesamping
termasuk menantu dan ipar.
Jika setelah pengangkatan, mereka masuk kedalam hubungan keluarga sebagaiman dimaksud
pada ayat (1) pasal ini, maka untuk melnjutkan Jabatan/ Tugas diperlukan izin tertulis dari
Bupati.
Anggota Direksi/ Badan Pengawas tidak diperkenankan memiliki kepentingan pribadi secara
langsung atau tidak langsung dengan Organisasi Perusahaan lain yang bertujuan mencari
keuntungan laba.
Pasal 18
Kecuali Jabatan-jabtan Direktur Utama dan Direktur serta Ketua dan Anggota Badan Pengawas,
tidak dibenarkan adanya Jabatan lain seperti Direktur muda, Deputi Direktur, Asisten Direktur,
Penesehat Direktur Utama, Penesehat Badan Pengawas, Staf Ahli atau Asisten dan sejenisnya.
Pasal 19
Bupati mengadakan Pelantikan dan Pengambilan Sumpah Jabatan dan Direksi / Badan Pengawas
sebelum menjalankan tugasnya sesuai dengan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku.
Pasal 20
(1) Anggota Direksi/ Badan Pengawas diberhentikan atau dapat diberhentikan oleh Bupati,
meskipun masa Jabatan/ Tugas belum berakhir karena :
a.
Meninggal dunia;
b.
Permintaan sendiri;
c.
Melakukan suatu tindakan/ bersikap merugikan Perusahaan Daerah atau
bertentangan dengan kepentingan Daerah dan Negara;
d.
Sesuatu hal yang mengakibatkan yang bersangkutan tidak mampu
melaksanakan Jabatan tugasnya secara wajar.
(2) Pemberhentian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pasal ini ditetapkan dengan Keputusan
Bupati atas Persetujuan DPRD.
(3) Dalam hal ini juga terdapat tuduhan sebagaimana pada ayat (1) huruf c pasal ini disampaikan
secara tertulis oleh Bupati kepada :
a. Anggota Direksi yang bersangkutan, Anggota Badan pengawas lainnya.
b. Anggota Badan Pengawas yang bersangkutan, Anggota Badan Pengawas lainya dan
Direksi.
c. DPRD.
Pasal 21
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

194

Dalam hal terjadi pemberhentian untuk sementara sebagaiman dimaksud pasal 20 ayat (3)
Peraturan Daerah ini, maka hal-hal yang berhubungan dengan pembelaan diri, pelaksanaan Sidang
Badan Pengawas, mengambil keputusan, permohonan banding kepada Pejabat yang berwenang
dan sebagainya dilaksanakan sesuai ketentuan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku.
Pasal 22
Setiap pengangkatan dan pemberhentian Anggota Direksi/ Badan Pengawas mendapat persetujuan
DPRD.
Pasal 23
Bupati Rehabilitir Anggota Direksi/ Badan Pengawas dan Pemberhentian sementara dibatalkan,
atau menjadi batal, baik karena Bupati tidak memberitahukan Keputusannya terhadap usulan
Sidang Badan Pengawas maupun karena Badan Pengawas tidak mengadakan Sidang.
Pasal 24
Hal-hal yang menyangkut kepegawaian Perusahaan Daerah diatur oelh Badan Pengawas Direksi
dengan diperhatikan aturan Perundang-undangan yang berlaku.
Pasal 25
(1) Untuk para Pelaksana Tugas pengelola/ pengurus dan pengawas Perusahaan Daerah Bupati
menetapkan.
a. Honorarium Badan Pengawas;
b. Gaji, pengahasilan-penghasilan dan meyediakan fasilitas bagi Direksi;
c. Pokok-pokok peggajihan dan penghasilan bagi pegawai perusahaan;
(2) Penetapan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pasal ini dilakukan oleh Bupati sesuai dengan
ketentuan-ketentuan pokok direksi, badan pengawas dan kepegawaian perusahaan daerah.
Pasal 26
Segala yang berhubungan dengan tuntutan ganti rugi terhadap Direksi/ Pegawai Perusahaan
Daerah, dilaksanakan sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku.
BAB VI
PENGGUNAAN DAN PENGELOLAAN PERUSAHAAN DAERAH
Pasal 27
Bupati melakukan Pengawasan terhadap Perusahaan Daerah yang berlaku sesuai dengan hak,
wewenang dan Kekuasaan Pemerintah Daerah sebagai pemilik.
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

195

Pasal 28
(1) Pengelola terhadap Perusahaan Daerah sebagai satuan usaha dilakukan oleh Direksi sesuai
dengan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku.
(2) Pertanggung jawaban administrasi fungsional perusahaan daerah kepada Bupati, dilakukan
oleh direktur utama.
BAB VII
TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB DIREKSI / BADAN PENGAWAS
Pasal 29
Direksi mewakili Perusahaan Daerah didalam dan diluar Pengadilan dan dapat menyerahkan
kekuasaan mewakili tersebut kepada seorang Anggota Direksi, kepada seorang / beberapa orang
Pegawai Perusahaan Daerah atau kepada orang/ badan Hukum lain diluar Perusahaan Daerah.
Pasal 30
(1) Direksi Mewakili Perusahaan Daerah selaku Pimpinan Perusahaan Daerah sehari-hari
berdasarkan kebijaksanaan umum yang ditetapkan oleh Badan Pengawas dengan mengikuti
Peraturan Tata Tertib/ Tata Kerja yang telah ditetapkan serta dengan memperhatikan
ketentuan- ketentuan Perundang-undangan yang berlaku.
(2) Direksi mengurus, menguasai dan bertanggung jawab atas penggunaan kekayaan perusahaan
Daerah.
Pasal 31
(1) Direksi memerlukan persetujuan atau pemberian surat kuasa dari Bupati dan DPRD di dalam
menjalankan tugas-tugas yang berhubungan dengan :
a.
Pengandaan perjanjian-perjanjian yang berlaku untuk jangka waktu
lebih dari 1 (satu) tahun;
b.
Pengandaan pinjaman dan pembelian obligasi;
c.
Perolehan, penanda tanganan atau pembenahan atas barang yang tidak bergerak;
d.
Pengandaan ivestasi baru;
e.
Pengambilan tindak-tindakan lain yang memerlukan persertujuan/ pengesahan dari
Bupati;
f.
Persetujuan atau pemberian kuasa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pasal ini
diberikan setelah oleh Bupati setelah mendengar pertimbangan Badan Pengawas.
(2) Persetujuan atau pemberian kuasa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pasal ini diberikan
oleh Bupati setelah mendengar Pertimbangan Badan Pengawas.
(3) Dalam hal Direksi tidak melaksanakan ketentuan-ketentuan pada ayat (1) pasal ini, maka
tindakan Direksi tersebut dianggap tidak mewakili Perusahaan Daerah dan oleh karena itu
menjadi tanggung jawab pribadi anggota-anggota Direksi yang bersangkutan.

Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

196

Pasal 32
Direksi dalam menjalankan tugas-tugasnya bertanggung jawab kepada Bupati melalui Badan
Pengawas.
Pasak 33
(1) Badan Pengawas bertugas melaksanakan pengawas terhadap pengelolaan Perusahan Daerah,
termasuk terhadap pelaksanaan rencana kerja dan anggaran Perusahaan Daerah.
(2) Badan Pengawas melaksanakan tugas, wewenang dan tanggung jawab nya sesuai dengan
ketentuan-ketentuan yang berlaku bagi Perusahaan Daerah serta menjalankan keputusankeputusan atau petunjuk-petunjuk pedoman yang diberikan oleh Bupati.
Pasal 34
Tugas dan kewajiban Badan Pengawas untuk memberikan pendapat/ saran serta laporan kepada
Bupati atau lain-lain tugas pengawas, dilaksanakan sesuai prosedur yang berlaku dalam hal
Pengawasan Perusahaan Daerah.
Pasal 35
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada pasal 34 Peraturan Daerah ini, Badan
Pengawas wajib memperhatikan efesiensi Perusahaan, serta pemisahan tugas pengawas dan tugas
pengurus Perusahaan Daerah yang merupakan tugas dan tanggung jawab Direksi.
Pasal 36
Dalam menjalankan tugas-tugasnya, penggunaan wewenang Badan Pengawas untuk memeriksa
keadaan keuangan/ kekayaan Perusahan Daerah, meminta penjelasan atau meminta penjelasan
atau meminta Direksi/ Pejabat lain untuk menghadiri rapat, penyelenggraan dan penentuan materi
yang akan dibicarakan dalam rapat serta hal-hal lain yang dianggab perlu dilaksanakan sesuai
dengan ketentuan prosedur yang berlaku.
Pasal 37
Badan Pengawas dalam melaksanakan tugas dan wewenang sebagaimana dimaksud pada pasal 36
Peraturan Daerah ini bertanggung jawab kepada Bupati
BAB VIII
KERJASAMA PERUSAHAAN DAERAH DENGAN PIHAK KETIGA
Pasal 38
Maksud kerjasama dengan pihak ketiga adalah sebagai upaya untuk meningkatkan efisiensi
Perusahaan Daerah di dalam menjalankan serta mengembangkan kelangsungan hidup perusahaan
dan mempercepat mobilisasi usaha dengan cara :
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

197

a. Mengembangkan usaha yang sudah ada atau sedang berjalan.


b. Membentuk usaha-usaha baru atas dasar pertimbangan mempunyai prospek yang baik dan
saling menguntungkan.
Pasal 39
Tujuan kerja sama adalah meningkatkan daya guna dan hasil guna fungsi dan peranan Perusahaan
daerah sebagai salah satu sumber Pendapatan Asli Daerah serta salah satu pengerak roda
perekonomian Daerah dan Pembangunan Nasional.
Pasal 40
(1) Pelaksanaan kerja sama dengan pihak Ketiga dilakukan oleh Direksi setelah mendapatkan
persetujuan Bupati.
(2) Persetujuan kerjasama sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pasa ini diberikan oleh Bupati dan
DPRD setelah mendengar pertimbangan Badan Pengawas.
Pasal 41
(1) Pemilihan kerja sama ditentukan oleh sifat dan tujuan usaha Perusahaan Daerah dan jenis
modal yang disertakan pada usaha kerja sama ditentukan oleh sifat dan tujuan usaha
Perusahaan Daerah dan jenis modal yang disertakan pada usaha kerja sama.
(2) Bentuk dan tata cara kerja sama dilakukan dengan berpedoman pada ketentuan- ketentuan yang
mengatur kerja sama antara Perusahaan daerah dengan pihak Ketiga.
(3) Kerjasama dilakukan dengan pihak lain yang berstatus Badan Hukum.
Pasal 42
Dalam menyusun perjanjian kerja sama yang harus disepakati secara jelas mengenai cara/ bentuk
kerja sama, perbandingan modal, pembagian hasil usaha atau imbalan, jangka waktu kerja sama,
kewajiban, resiko dan sanksi-sanksi, cara pengakhiran atau kemungkinan perpanjangan kerja
sama dan lain-lain yang dianggab perlu.
Pasal 43
(1) Kerja sama dengan pihak Ketiga dilaksanakan dengan ketentuan sebagai berikut :
a.
Nilai Inventasi tidak melebihi Rp. 250.000.000,- dengan jangka waktu kurang dari 1
(satu) tahun, dapat dilakukan tanpa persetujuan Bupati;
b.
Nilai Inventasi lebih dari Rp. 250.000.000,- sampai dengan Rp. 500.000.000,- dengan
jangka waktu tidak melebihi 1 (satu) tahun, dilakukan dengan persetujuan Bupati;
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

198

c.

Nilai Investasi melebihi Rp. 500.000.000,- dengan jangka waktu kerja sama melebihi 5
(lima) tahun, memerlukan persetujuan dari DPRD;
d.
Untuk nilai Investasi atau jangka waktu kerja sama diluar ketentuan-ketentuan tersebut
diatas, diperlukan persetujuan DPRD, dengan memperhatikan batas maksimal investasi.
(2) Perjanjian kerjasama sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ini dibuat dengan akta notaries.
(3)
Bila mana dipandang perlu sebelum ditanda tangani perjanjian
kerja sama antara kedua belah pihak, dapat dikonsultasikan terlebih dahulu dengan yang
berwenang.
Pasal 44
Kerja sama pembiayaan, dimana perusahaan Daerah melakukan kerja sama dengan lembaga
keuangan Non Bank yang akan mengadakan perluasan, Rehabilitasi, Moderenisasi dan
sebagainya, harus didahului dengan suatu penelitian kelayakan.
BAB IX
ANGGARAN PERUSAHAAN DAERAH
DAN LAPORAN KEUANGAN TAHUNAN
Pasal 45
(1) Bupati mengesahkan Rencana Anggaran Perusahaan (RAP) yang diajukan Direksi, selambatlambatnya sebelum Tahun Buku Baru berjalan, dan mengesahkan Laporan Keuangan Tahunan
(Neraca dan Perhitungan Laba/Rugi) setelah tahun buku berakhir.
(2) Tahun Anggaran Perusahan Daerah adalah Tahun Takwin .
Pasal 46
(1) Selambat-lambatnya 3 (tiga) bulan sebelum Tahun Buku mulai berlaku, rencana anggaran
perusahaan (RAP) sudah harus disampaikan oleh direksi kepada Bupati untuk dapat
pengesahan.
(2) Perubahan/tambahan anggaran perusahan yang terjadi dalam tahun anggaran yang sedang
berjalan, harus disampaikan oleh direksi kepada Bupati untuk mendapatkan pengesahan.
(3) Selamnat-lambatnya 3 (tiga) bulan setekah tahun buku berakhir, laporan keuangan tahunan
(neraca dan perhitungan laba/rugi) disampaikan oleh direksi kepada Bupati untuk
mendapatkan pengesahan.
(4) Pengesahan rencana anggaran perusahaan (RAP), perubahan tambahan anggaran perusahaan
dan laporan keuangan tahunan (neraca dan perhitungan laba/rugi) diberikan oleh Buapti
setelah mendengar pendapat/pertimbangan badan pengawas.
Pasal 47
(1) Laporan keuangan Tahunan (neraca dan perhitungan Laba/Rugi) perusahaan daerah,dilakukan
berdasarkan hasil pemeriksaan Akuntan Negara atau Akuntan Publik.
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

199

(2) Seluruh pengelolaan Perusahaan Daerah dilakukan oleh Direksi dengan sistem Akuntan.
Pasal 48
Bupati menyampaikan Anggaran Perusahaan Daerah dan laporan Keuangan Tahunan(Neraca dan
perhitungan Laba/Rugi) yang telah disahkan sebagaimana dimaksud pada pasal 46 dan pasal 47
Peraturan Daerah ini,kepada DPRD selambat lambatnya 3 (tiga) bulan setelah pengesahan.
BAB X
HASIL USAHA BERKALA
DAN KEGIATAN PERUSAHAAN DAERAH
Pasal 49
(1) Direksi berkewajiban menyampaikan Laporan Hasil Usaha Berkala dan Kegiatan Usaha
kepada Kepala Daerah dengan tembusan kepada Badan Pengawas,sekali dalam 3(tiga) bulan
atau sewaktu-waktu bila dipandang perlu.
(2) Laporan-laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Pasal ini,disampaikan tepat
waktunya,dengan bentuk laporan akan ditetapkan lebih lanjut oleh Bupati.
Pasal 50
(1) Bagian dari laba bersih dari Perusahaan Daerah yang menjadi hak Pemerintah Kabupaten
yang diperoleh semasa Tahun Anggaran Perusahaan,setelah dusahkan oleh Bupati dimaksud
dalam Anggaran Pendapatan Daerah dan Belanja Daerah(APBD) dan disetorkan ke Kas
Daerah selambat-lambatnya pada bulan terakhir Tahun Anggaran yang berjalan.
(2) Bagian dari Laba hasil Usaha yang menjadi hak Perusahaan Daerah yang diperoleh selama
tahun Anggaran Perusahaan,dibukukan sesuai prinsip akuntasi yang berlaku dan selanjutnya
dilokasikan sesuai dengan Anggaran Pendapatan dan Belanja Perusahaan yang telah disahkan
oleh Bupati.
BAB XI
PENETAPAN DAN PENGGUNAAN LABA
SERTA PEMBERIAN JASA PRODUKSI
Pasal 51
Laba dari hasil Perusahaan Daerah ditetapkan untuk keperluan rutin dan/ atau keperluan
Pembangunan Daerah.
Pasal 52
(1) Cadangan diam dan/ atau cadangan rahasia dalam Perusahaan Daerah tidak boleh diadakan.
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

200

(2) Penggunaan laba bersih Perusahaan Daerah


setelah dikurangi dengan biaya
penyusutan,cadangan tujuan dan penggunaannya sebagai berikut :
a. untuk dana pembangunan Daerah sebesar 30%
a. untuk cadangan Belanja Perusahaan Daerah sebesar 25%
b.
untuk cadangan umum sebesar 15%,pendidikan dan social sebesar
10%,sumbangan dana pensiun sebesar 10% dan untuk pengembangan lingkungan hidup
sebesar 10% .
(3) Penggunaan laba yang ditetapkan untuk cadangan umum apabila telah memenuhi tujuan
peruntukannya,dapat dialihkan ke pembiayaan lain.
Pasal 53
Tata cara pengelolaan penggunaan cadangan tujuan dan penanganan biaya Penyusutan,ditetapkan
oleh Bupati setelah mendengar pertimbangan Badan Pengawas.
BAB XII
PEMBINAAN ANGGARAN DAN PENGELOLAAN BARANG
Pasal 54
Tata cara penjualan, penanda tanganan atau pembebanan atas aktiva tetap perusahaan daerah
penerimaan jangka waktu menengah/ panjang atau pemberian pinjaman dalam bentuk pengadaan
penagihan atau prnghapusan dari pembukuan piutang serta penyediaan/ pengadaan Barang dan
Jasa oleh Perusahaan Daerah , berdasarkan ketentuan perundang-undangan yang berlaku.
Pasal 55
(1) Tata cara mengenal pembelian Barang, Jasa pekerjaan/pemborong dilaksanakan sesuai
pedoman yang berlaku.
(2)
Pengadaan Rumah Jabatan/ Dinas dan
kendaraan Dinas perorangan dilakukan oleh Perusahaan Daerah sesuai standar serta tata cara
pengadaan menurut pedoman yang berlaku.
Pasal 55
Bagi rapat-rapat Perusahaan,termasuk rapat Direksi dan Badan Pengawas, diberikan biaya sesuai
dengan keuangan-keuangan Perusahaan Daerah.
Pasal 57

Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

201

Bupati yang berkewajiban membina dan mengawasi Perusahaan Daerah,tidak dibenarkan


membebani Anggaran Perusahaan dengan pengeluaran-pengeluaran untuk pembinaan dan
pengawasan,baik secara langsung maupun tidak langsung.
Pasal 58
Pembebanan tugas tambahan kepada Perusahaan Daerah,di luar tugas pokok yang menimbulkan
akibat keuangan baik terhadap Anggaran Perusahaan maupun Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah ditetapkan oleh Bupati setelah mendapat Persetujuan dari DPRD.
Pasal 59
()1 Direksi dengan kuasa Bupati adalah kuasa/ ordunatur barang,berwenang dan bertanggung
jawab dalam mengendalikan dan membina pengelolaan barang milik Perusahaan Daerah.
()2
Direksi karena jabatannya adalah penyelenggara pembantu kuasa
barang, berwenang dan bertanggung jawab atas penyelenggaraan Administrasi pengelolaan
barang milik Perusahaan Daerah dan unit-unitnya.
()3
Dalam hal pengelolaan barang milik Perusahaan Daerah, Direksi
bertanggung jawab atas :
.a
Pelaksanaan pengadaan/ pembelian barang/ pekerjaan;
.b
Pemeliharaan keutuhan, pengamanan,pemanfaatan dan
pendayagunaan barang;
.c
Penyelenggaraan Inventarisasi , standarisasi dan normalisasi
barang dan harga;
.d
Pelaksanaan perubahan status Hukum.
(4)
Biaya pengadaan, pemeliharaan dan penghapusan barang milik Perusahaan Daerah
dibebankan pada Anggaran Perusahaan.
Pasal 60
Pemeliharaan gedung,kendaraan dan perlengkapan kantor yang dimiliki/ dikuasai oleh Perusahaan
Daerah dibebankan pada Anggaran Perusahaan.
Pasal 61
(1) Direksi mengusulkan ke pada Bupati melalui Badan Pengawas mengenai harta perusahaan
Daerah yang tidak digunakan/ bermanfaat lagi untuk dihapus/ dijual;
(2) Terhadap barang milik Perusahaan Daerah yang tidak termasuk barang investasi yang sifatnya
adalah barang usaha/ dagangan , baik yang bergerak dikecualikan dari ketentuan pada pasal 59
ayat (3) huruf a dan huruf b pasal 60 peraturan Daerah ini.
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

202

Pasal 62
Barang milik Perusahaan Daerah yang dapat dipergunakan/ dimanfaatkan termasuk tanah dan
bangunan,sebelum ditetapkan penghapusannya/ penjualan,supaya terlebih dahulu diupayakan
pendayagunaan dan penghasilgunaannya melalui kerja sama dengan pihak ketiga.
BAB XIII
PEMBINAAN DAN PENGAWASAN PERUSAHAAN DAERAH
Pasal 63
(1) Pembinaan Umum dan Pengawasan dilakukan oleh Bupati dan DPRD.
(2) Pengawasan Khusus terhadap Perusahaan Daerah dilakukan oleh Badan Pengawas.
Pasal 64
(1) Selain aparat Pengawas sebagaimana maksud Pasal 63 peraturan Daerah ini,di dalam
Perusahaan Daerah ini dibentuk satuan tugas pengawas Interen,yang dipimpin oleh seorang
Kepala yang bertanggung jawab langsung kepada Direktur Utama.
(2) Kepala Satuan Interen diangkat dan diberhentukan oleh Direktur Utama setelah mendapat
persetujuan dari Bupati.
(3) Kepala Satuan Pengawas Interen bertugas membantu Direktur Utama dalam mengadakan
penelitian terhadap system Pengendalian Pengolalaan Perusahaan Daerah serta kewajiban
memberikan saran dan pendapat.
BAB XIV
PEMBUBARAN PERUSAHAAN DAERAH
Pasal 65
(1) Bupati dengan melalui peraturan Daerah menetapkan pembubaran perusahaan Daerah,serta
menunjukan Likuidaturnya dengan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah.
(2) Bupati memberikan pembebasan tanggung jawab tentang pekerjaan yang telah diselesaikan
oleh likuidatur.
(3) Dalam hal likuidasi,Pemerintah Daerah bertanggung jawab atas kerugian yang diderita oleh
pihak ketiga.
Pasal 66

Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

203

(1) Likuidatur sebagaimana dimaksud pada pasal 65 Peraturan Daerah ini ditetapkan dalam bentuk
panitia Likuidasi yang akan bertugas sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
yang berlaku dan bertanggung jawab kepada Pemerintah Daerah.
(2) Semua kekayaan Perusahaan Daerah setelah diadakan likuidasi disetor ke Kas Daerah sebagai
milik Pemerintah Daerah dan selanjutnya dianggarkan dalam Anggaran Pendapatan dan
Belanja Daerah (APBD).
BAB XV
KETENTUAN LAIN-LAIN
Pasal 67
Dalam rangka menetapkan pembinaan dan pengawasan perusahaan Daerah , Bupati secara berkala
mengadakan pertemuan, guna membahas perkembangan dan kelangsungan jalannya Perusahaan
Daerah.
Pasal 68
Bupati memerlukan persetujuan DPRD terhadap kegiatan-kegiatan :
(1) Penyerahan dan/ atau pemindahtanganan, pembebanan dan/ atau penghapusan Aktiva Tetap
Perusahaan;
(2) Pelaksanaan usaha kerja sama patungan berdasarkan Penanaman Modal Asing (PMA);
(3) Pengadaan pinjaman/ kredit luar negeri.
BAB XVI
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 69
Hal-hal yang belum di atur dalam peraturan Daerah ini, sepanjang mengenai pelaksanaannya akan
di atur lebih lanjut oleh Bupati.
Pasal 70
Peraturan Daerah ini dapat juga disebut PERATURAN DAERAH TENTANG PERUSDA
LAMANDAU
Pasal 71

Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

204

Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar supaya setiap orang dapat mengetahuinya,memerintahkan pengundangan peraturan Daerah


ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Lamandau.
Ditetapkan di Nanga Bulik
Pada tanggal 9 Desember 2004
BUPATI LAMANDAU,
Ttd
BUSTANI DJ. MAMUD
Diundangkan di Nanga Bulik
Pada Tangal 9 Desember 2004
Plt. SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN LAMANDAU
ttd
( Ir. MARUKAN )
NIP. 131 480 087
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LAMANDAU
TAHUN 2004 NOMOR 4 SERI : E

Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

205

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMANDAU


NOMOR 26 TAHUN 2004
TENTANG
PENGENDALIAN PENCEMARAN
DAN PENGRUSAKAN LINGKUNGAN HIDUP
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
BUPATI LAMANDAU,
Menimbang

Mengingat

: a.

bahwa usaha dan atau kegiatan di Kabupaten Lamandau harus tetap


didorong dan didukung keberlangsungannya dalam rangka
meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional dan Daerah, oleh
karena itu perlu dijaga kondisi lingkungan hidup yang bersih dan
hijau sehingga tetap terpelihara daya dukung dan daya tampungnya;

b.

bahwa Kabupaten Lamandau sebagai Daerah yang sedang


berkembang dalam kegiatan ekonomi nasional dan Daerah
berpotensi untuk terjadinya pencemaran dan pengrusakan
lingkungan hidup yang diakibatkan oleh berbagai usaha dan atau
kegiatan, sehingga perlu diupayakan pengendaliannya;

c.

bahwa berdasarkan Undang-undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang


Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Undang-undang Nomor 22
Tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah, Pemerintah Kabupaten
Lamandau berwenang menyelenggarakan upaya pengendalian
pencemaran dan pengrusakan lingkungan hidup yang merupakan
bagian dari pengelolaan lingkungan hidup sesuai dengan kebutuhan
dan kemampuan;

d.

bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf


a, b, dan c, perlu ditetapkan Peraturan Daerah tentang Pengendalian
Pencemaran dan Pengrusakan Lingkungan Hidup;

: 1.

Undang-undang Nomor 24 Tahun 1992 tentang Penataan Ruang

Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

206

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 115,


Tambahan Lembaran Negara Nomor 3501);
2.

Undang-undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan


Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
1997 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3699);

3.

Undang-undang Nomor 5 Tahun 2002 tentang Pembentukan


Kabupaten Katingan, Kabupaten Seruyan, Kabupaten Sukamara,
Kabuapten Lamandau, Kabupaten Gunung Mas, Kabupaten Pulang
Pisau, Kabupaten Murung Raya, Kabupaten Barito Timur di Propinsi
Kalimantan Tengah ( Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2002 Nomor 18 );

4.

Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah


(Lembaran Negara Republik Indonesisa Tahun 2004 Nomor 125,
Tambahan Lembaran Negara Nomor 4437);

5.

Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan


Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126,
Tambahan Lembaran Negara Nomor 4438);

6.

Peraturan Pemerintahan Nomor 18 Tahun 1999 tentang Pengelolaan


Limbah bahan Berbahaya dan Beracun (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1999 Nomor 31, Tambahan Lembaran Negara
Nomor 3815) Jo Peraturan Pemerintah Nomor 85 Tahun 1999
tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 190,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3816);

7.

Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1999 tentang Analisis


Mengenai Dampak Lingkungan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1999 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara
Nomor 3838);

8.

Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 1999 tentang Pengendalian


Pencemaran Udara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
1999 Nomor 86, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3853);

9.

Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan


Pemerintah dan Kewenangan Propinsi sebagai Daerah Otonom
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 56,
Tambahan Lembaran Negara Nomor 3952);

Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

207

10. Peraturan Pemerintah Nomor 54 Tahun 2000 tentang Lembaga jasa


Pelayanan Penyelesaian Sengketa Lingkungan Hidup Diluar
Pengaduan (Lembaran Negara Republik Indonesia tahun 2000
Nomor 113, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3982);
11. Peraturan Pemerintah Nomor 66 tahun 2001 tentang Retribusi
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor
4139);
12. Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2001 tentang Pengelolaan
Bahan Berbahaya dan Beracun (Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 138, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4153);
13. Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan
Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 153, Tambahan Lembaran
Negara 4161);
14. Keputusan Presiden Nomor 32 Tahun 1990 tentang Pengelolaan
Kawasan Industri;
15. Peraturan Daerah Kabupaten Lamandau Nomor 2 Tahun 2004
tentang Rincian Kewenangan Pelaksanaan Otonomi Daerah di
Kabupaten Lamandau (Lembaran Daerah Kabupaten Lamandau
Tahun 2004 Nomor 1 Seri D);
16. Peraturan Daerah Kabupaten Lamandau Nomor 3 Tahun 2004
tentang Kelembangaan, Struktur Organisasi Tugas Pokok dan Tata
Kerja Perangkat Daerah Kabupaten Lamandau (Lembaran Daerah
Kabupaten Lamandau Tahun 2004 Nomor 2 Seri: D);
17. Keputusan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Lamandau
Tahun Nomor 29 Tahun 2004 tentang Persetujuan Penetapan
Peraturan Daerah tentang Pengendalian Pencemaran dan
Pengrusakan Lingkungan Hidup.
Dengan Persetujuan
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH
KABUPATEN LAMANDAU

Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

208

MEMUTUSKAN :
Menetapkan :

PERATURAN
DAERAH
KABUPATEN
LAMANDAU
TENTANG
PENGENDALIAN
PENCEMARAN
DAN
PENGRUSAKAN LINGKUNGAN HIDUP.
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1

Dalam Peraturan daerah ini yang dimaksud dengan :


Daerah adalah Kabupaten Lamandau;
Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Daerah Kabupaten Lamandau;
Bupati adalah Bupati Lamandau;
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten yang selanjutnya disebut DPRD adalah Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Lamandau
Lingkungan Hidup adalah Kesatuan ruang dengan semua benda, daya keadaan dan mahluk hidup
termasuk manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan
kesejahteraan manusia serta mahluk hidup lain;
Pengendalian pencemaran dan atau pengrusakan air, sumber air sungai dan danau adalah setiap
upaya atau kegiatan pencegahan dan atau penanggulangan dan atau pemulihan pencemaran
dan atau pengrusakan air, sumber air, sungai, danau dan udara dengan memperhatikan
karakteristik daerah;
Pencegahan pencemaran dan atau pengrusakan lingkungan hidup adalah upaya terpadu dalam
rangka meniadakan dan atau mengurangi kemungkinan timbulnya dampak terhadap daya
dukung dan daya tampung lingkungan hidup;
Pencegahan akibat pencemaran dan atau perusakan lingkungan adalah upaya terpadu dalam
rangka menghentikan, memperkecil, menangani, menyelamatkan lingkungan hidup dari
pencemaran dam perusakan lingkungan hidup;
Pemulihan adalah upaya atau kegiatan yang dilakukan dalam rangka memperbaiki kondisi
lingkungan yang mengalami pencemaran kerusakan yang ditimbulkan sebagai akibat dari
suatu usaha dan atau kegiatan, sehingga lingkungan dapat berfungsi menunjang kehidupan
mahluk hidup;
Perlindungan lingkungan hidup adalah rangkaian upaya untuk memelihara kelangsungan fungsi
daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup;
Pencemaran lingkungan hidup adalah masuknya atau dimasukannya mahluk, zat, energi dan atau
komponen lain ke dalam lingkungan hidup oleh keghiatan manusia, sehingga kualitasnya turun
sampai ketingkat tertentu yang menyebabkan lingkungan hidup tidak dapat berfungsi sesuai
dengan peruntukannya;
Perusakan lingkungan hidup adalah tindakan yang menimbulkan perubahan langsung atau tidal
langsung terhadap sifat pisik dan atau hayati yang mengakibatkan lingkungan hidup tidak
berfungsi lagi dalam menunjang pembangunan yang berkelanjutan;
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

209

Dampak lingkungan adalah pengaruh perubahan pada lingkungan hidup yang diakibatkan oleh
suatu usaha dan atau kegiatan;
Baku mutu lingkungan hidup adalah ukuran batas atau kadar mahluk hidup, zat, energi atau
komponen yang ada atas harus ada dan atau unsur pencemaran yang ditengang ditenggang
keberadaannya dalam suatu sumberdaya tertentu sebagai unsur lingkungan hidup;
Daya dukung lingkungan hidup adalah kemampuan lingkungan hidup untuk mendukung peri
kehidupan manusia dan mahluk hidup lainnya;
daya tampung lingkungan hidup adalah kemampuan lingkungan hidup untuk menyerap zat, energi
dan atau komponen lainnya yang masuk atau dimasukan kedalamnya;
Limbah adalah sisa suatu usaha atau kegiatan;
Dampak penting adalah Perubahan lingkungan hidup yang sangat mendasar yang diakibatkan oleh
sauatu usaha dan atau kegiatan;
Orang adalah orang perseorangan dan atau kelompok orang, dan atau badan hukum;
Penanggung jawab usaha dan atau kegiatan adalah orang atau kelompok orang, badan hukum dan
badan usaha yang bertanggungjawab atas suatu usaha dan atau kegiatan, untuk selanjutnya
disebut penanggungjawab;
Pemangku kepentingan adalah setiap orang atau badan atau lembaga yang terkena langsung atau
tidak langsung dalam pengendalian pencemaran dan perusakan Lingkungan Hidup.
Pasal 2
Pengendalian pencemaran dan perusakan lingkungan hidup bertujuan untuk melaksanakan
prinsif-prinsif pembangunan berkelanjutan yang dilakukan dengan :
a. Memelihara lingkungan hidup yang sehat, bersih, hijau, aman dan nyaman;
b. Melestarikan fungsi lingkungan hidup untuk memelihara kemampuan daya dukung dan daya
tampung lingkungan hidup;
c. Mencegah terjadinya pencemaran terhadap tanah, air sungai dan udara;
d. Mencegah terjadinya perusakan lingkungan hidup, sehingga tetap dapat dipertahankan daya
dukung lingkungan hidup;
e. Menanggulangi dampak akibat terjadinya pencemaran dan atau perusakan lingkungan hidup;
f. Memulihkan keadaan lingkungan hidup pada suatu kondisi yang tetap mampu mendukung prikehidupan manusia dan mahluk lain.
Pasal 3
Ruang lingkup pengaturan pengendalian pencemaran dan perusakan lingkungan hidup meliputi :
Upaya terpadu dalam mencegah terjadinya pencemaran dan perusakan lingkungan hidup yang
dilakukan melalui pendekatan hukum, ekonomi dan perilaku;
Upaya terpadu dalam menanggulangi akibat pencemaran dan perusakan lingkungan hidup melalui
penegak hukum dan penggunaan teknologi yang ramah lingkungan;
Upaya terpadu dalam memulihkan kondisi lingkungan hidup melalui optimalisasi pendayagunaan
sumberdaya dan teknologi;
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

210

Penataan kelembagaan pengelolaan lingkungan hidup yang lebih responsif dan proaktif sehingga
dapat secara nyata berdaya guna dan berhasil guna dalam melakukan pengendalian
pencemaran dan perusakan lingkungan hidup;
Penguatan peran serta masyarakat dalam pengendalian pencemaran dan perusakan lingkungan
hidup.
BAB II
PENCEMARAN, PENANGGULANGAN DAN PEMULIHAN
Bagian Pertama
Pencegahan
Pasal 4
(1)
(2)

Upaya pencegahan pencemaran dan perusakan lingkungan hidup dilaksanakan secara


sistimatik, terpadu, menyeluruh dan konsisten dengan melibatkan semua pemangku
kepentingan dan memperhatikan prinsif-prinsif pembangunan berkelanjutan;
Upaya pencegahan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) tidak mengurangi kegiatan
pelaksana pembangunan.
Pasal 5

Pencegahan pencemaran dan perusakan lingkungan hidup dilakukan melalui penyusunan dan
penetapan kebijakan pengelolaan lingkungan hidup Kabupaten Lamandau yang sekurangkurangnya memuat :
Inventarisasi dan Valuasi ekonomi terhadap rona awal lingkungan hidup;
Penetapan mobilitas tanah, air dan udara;
Rencana pengelolaan lingkungan hidup.
Proses penyusunan kebijakan pengelolaan lingkungan hidup sebagaimana dimaksud ayat (1)
dilakukan secara transparan, partisipatif dan akuntabel dengan melibatkan semua pemangku
kepentingan.
Kebijakan pengelolaan lingkungan hidup sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) ditetapkan
dengan Keputusan Bupati.
Pasal 6
Pencegahan sebagaimana dimaksud dalam pasal 4 dilakukan melalui :
a. Penerapan prinsif kehati-hatian;
b. Penerapan sistim peringatan dan pencegahan dini;
c. Penerapan dan pengembangan teknologi ramah lingkungan;
d. Sosioalisasi peraturan Perundang-undangan dibidang lingkungan hidup;
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

211

e. Penyuluhan Hukum untuk meningkatkan kesadaran hukum dan kepedulian masyarakat


terhadap lingkungan hidup;
f. Pengembangan materi tentang lingkungan hidup sebagai muatan kurikulum lokal pada
berbagai jenjang pendidikan dan pelatihan;
g. Pemberian penghargaan bagi kegiatan masyarakat yang peduli lingkungan hidup.
Bagian Kedua
Pe na n g g u l a n g a n
Pasal 7
Upaya penanggulangan pencemaran dan perusakan lingkungan hidup dilakukan secara sistimatis,
terpadu menyeluruh, tuntas dan konsisten dengan melibatkan semua pemangku kepentingan.
Dalam hal terjadinya pencemaran dan atau perusakan lingkungan hidup yang memerlukan
penanganan segera, Bupati memerintahkan kepada penanggung jawab untuk melakukan
penanggulangan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1).
Penangungungjawab wajib mematuhi perintah Bupati sebagaimana dimaksud dalam ayat (2).
Pasal 8
Penanggulangan pencemaran dan perusakan lingkungan hidup dilakukan melalui :
a. Penghentian kegiatan pencemaran dan atau perusakan lingkungan hidup;
b. Penanganan secara teknis media lingkungan hidup yang tercemar dan atau rusak;
c. Penanganan dan penyelamantan masyarakat, hewan dan tamanan;
d. Mengisolasi lokasi terjadinya pencemaran dan atau perusakan lingkungan hidup sehingga
dampaknya tidak meluas atau menyebar.
Pasal 9
(1) Dalam hal terjadinya dugaan pencemaran dan perusakan lingkungan hidup oleh usaha dan atau
kegiatan, maka penanggung jawab membuktikan kebenaran atau ketidak benaran dugaan
pencemaran dan perusakan lingkungan hidup.
(2) Dengan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) wajib didasarkan pada :
a. Bukti awal terjadinya pencemaran dan perusakan lingkungan yang berbentuk pada tidak
berfungsinya daya tampung dan daya dukung lingkungan hidup;
b. Bukti awal yang menimbulkan bahaya, gangguan dan atas kerugian bagi masyarakat atau
mahluk hidup lainnya;
c. Bukti awal yang secara teknis adanya pencemaran dan atau perusakan lingkungan hidup.

Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

212

(3) Proses pembuktian sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2) dilakukan secara
terbuka dan memenuhi standart teknis pembuktian sesuai dengan peraturan Perundangundangan yang berlaku;
(4) Ketentuan lebih lanjut tentang tatalaksana pembuktian sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
ditetapkan dengan Keputusan Bupati.
Bagian Ketiga
Pemulihan
Pasal 10
(1) Upaya pemulihan lingkungan hidup sebagai akibat terjadinya pencemaran dan perusakan
lingkungan hidup dilakukan secara sistimatis terpadu dan menyeluruh, tuntas dan konsisten
dengan melibatkan semua pemangku kepentingan.
(2) Bupati memerintahkan kepada penanggungjawab untuk melakukan pemulihan sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1).
Pasal 11
(1) Pemulihan lingkungan hidup sebagaimana dimaksud dalam pasal (10) dilakukan melalui :
a. Pembersihan terhadap media air dan tanah yang tercemar;
b. Penanaman kembali terhadap hutan dan mengalami kerusakan;
c. Melakukan reklamasi terhadap bekas galian tambang dan melakukan upaya-upaya lain
yang bertujuan untuk memulihkan daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup.
(2) Tata cara pemulihan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakkukan berdasarkan pada
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
BAB III
PERLINDUNGAN LINGKUNGAN HIDUP
Pasal 12
Setiap orang wajib melakukan upaya perlindungan lingkungan hidup.
Pasal 13
(1) Dalam upaya perlindungan lingkungan hidup, Pemerintah wajib melakukan perlindungan
terhadap kualitas tanah, air, udara, pantai, danau, perbukitan situs dan hutan lindung;
(2) Upaya perlindungan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan melalui :
a. Evaluasi dan revisi terhadap Peraturan Daerah beserta peraturan pelaksananya yang
tidak sesuai dengan Peraturan Daerah ini;
b. Pengkajian dan evaluasi terhadap perizinan yang telah diterbitkan oleh instansi pemberi
izin;
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

213

c.

Kordinasi dan kerja sama antara Pemerintah dengan Pemerintah Propinsi dalam upaya
perlindungan lingkungan hidup;
d. Pengembangan kemitraan dan kerjasama dengan berbagai pihak untuk melakukan
perlindungan lingkungan hidup;
e. Menetapkan kebijakan dan strategi perlindungan lingkungan hidup.
Pasal 14
Pelaksanaan perlindungan lingkungan hidup sebagaimana dimaksud dalam pasal 13 wajib
didukung dengan dana, sumber daya manusia serta sarana dan prasarana yang memadai.
BAB IV
WEWENANG DAN KEWAJIBAN PEMERINTAH
Bagian Pertama
Wewenang
Pasal 15
(1) Dalam rangka pengendalian pencemaran dan perusakan lingkungan hidup pemerintah
berwenang :
a. Menetapkan kebijakan pengendalian pencemaran dan perusakan lingkungan hidup;
b. Menerbitkan perizinan lingkungan dan atau yang terkait dengan lingkungan hidup;
c. Membentuk Komisi Penilai analis mengenai dampak lingkungan hidup (AMDAL);
d. Menerbitkan rekomendasi AMDAL sesuai dengan Perundang-undangan yang berlaku;
e. Menerbitkan rekomendasi upaya pengelolaan lingkungan hidup (UKL) dan upaya
pemantauan lingkungan hidup (UPL);
f. Membentuk tim penanganan kasus lingkungan hidup;
g. Melakukan pengawasan penataan kembali lingkungan;
h. Memerintahkan penaggungjawab untuk melakukan pencegahan, penaggulangan dan
pemulihan lingkungan hidup;
i. Melakukan upaya-upaya pengendalian pencemaran dan atau perusakan lingkungan hidup
berdasarkan arahan, pedoman, supervisi dan pengawasan dari Pemerintah dan atau
Pemerintah Propinsi;
j. Melakukan penegakkan hukum sesuai dengan perundang-undangan yang berlaku;
k. Pengembangan kerja sama dan kemitraan dalam penyelenggaraan pengendalian dan
pencemaran dengan pihak ketiga dan atau pihak luar negeri sesuai dengan perundangundamgam yang berlaku.
(2) Kewenangan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), diatur lebih lanjut dengan Keputusan
Bupati.
Pasal 16
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

214

(1) Pemerintah dapat memberikan penghargaan kepada orang dan atau Lembaga/ Badan yang
dianggap berjasa dibidang pengelolaan lingkungan hidup.
(2) Tata cara dan kriteria penghargaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diatur lebih lanjut
dengan Keputusan Bupati.
Bagian Kedua
K e w a j i b a n
Pasal 17
Dalam rangka pengelolaan lingkungan hidup, pemerintah berkewajiban :
a. Melakukan Inventarisasi dan valuasi ekonomi sumber daya alam dan lingkungan hidup;
b. Menyusun neraca sumber daya alam dan lingkungan hidup dan melakukan evaluasi sekurangkurangnya 3 ( tiga ) tahun sekali;
c. Melakukan penilaian dokumen analisis mengenai dampak lingkungan hidup (AMDAL) sesuai
dengan kewenangan;
d. Melakukan Penelitian Dukumen uapaya pengelolaan lingkungan hidup (UKL) dan upaya
pemantauan lingkungan hidup (UPL);
e. Menyusun strategi pengendalian pencemaran dan kerusakan lingkungan hidup;
f. Melakukan sosialisasi kepada masyarakat tentang kebijakan pengendalian pencemaran dan
kerusakan lingkungan hidup;
g. Melakukan pembinaan terhadap usaha dan atau kegiatan dalam pengendalian pencemaran dan
perusakan lingkungan hidup;
h. Mengembangkan terminal data tentang lingkungan hidup;
i. Menyediakan informasi tentang lingkungan hidup dan menyebarluaskannya kepada
masyarakat;
j. Memberikan informasi kepada masyarakat yang berkaitan dengan pengelolaan lingkungan
hidup;
k. Memfasilitasi penyelesaian sengketa mengenai lingkungan hidup;
l. Kewajiban lain yang ditentukan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
BAB V
HAK DAN KEWAJIBAN MASYARAKAT
Bagian pertama
Hak masyarakat
Pasal 18
(1) Setiap orang berhak atas lingkungan hidup yang sehat, bersih, hijau, aman dan nyaman.
(2) Setiap orang berhak untuk berperan serta dalam pengendalian pencemaran dan kerusakan
linghkungan hidup sesuai peraturan Perundang-undangan yang berlaku.
(3) Peran serta sebagaimana tertera dimaksud dalam ayat (2) dilakukan berdasarkan :
a.
Hak untuk mengetahui setiap informasi;
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

215

b.
c.
d.
e.

Hak untuk melakukan pengkajian dan penelitian;


Hak untuk menyatakan pendapat;
Hak untuk ikut serta dalam proses pengambilan keputusan;
Hak untuk mengawasi pelaksanaan pengendalian pencemaran dan perusakan
lingkungan hidup;
f.
Hak akses pada keadilan.
(4) Peran serta dapat dilakukan melalui dukungan yang bersifat finansial dan atau dukungan
keahlian dalam ranngka pengendalian pencemaran dan perusakan lingkungan hidup.
Pasal 19
Tata cara peran serta masyarakat dilaksanakan dengan pemberian saran, pertimbangan, pendapat,
tanggapan, keberatan, dan masukan terhadap informasi tentang arah pengembangan, potensi dan
masalah pencemaran serta perusakan lingkungan hidup.
Bagian Kedua
Kewajiban Masyarakat
Pasal 20
(1) Setiap orang berkewajiban mencegah, menanggulangi dan memulihkan pencemaran dan
perusakan lingkungan hidup.
(2) Kewajiban sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dapat dilakukan melalui :
a. Pemberian infomasi yang benar dan akurat tentang pengendalian pencemaran dan
perusakan lingkungan hidup;
b. Melakukan pengawasan dan pemantauan pengendalian pencemaran dan atau perusakan
lingkungan hidup;
c. Memberi laporan kepada pihak yang berwenang apabila terjadi dugaan pencemaran dan
atau perusakan lingkungan hidup;
d. Kewajiban lain yang dapat mendukung upaya pencegahan, penanggulangan dan atau
pemulihan lingkungan hidup.
BAB VI
KELEMBAGAAN
Pasal 21
(1) Dalam rangka menjamin pengendalian pencemaran dan perusakan lingkungan hidup, maka
pelaksanaan tugas dan fungsi dibidang pengelolaan lingkungan hidup dan pengendalian
dampak lingkungan hidup, dilakukan oleh Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Daerah
Kabupaten Lamandau.
(2) Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Daerah Kabupaten Lamandau dalam ayat (1)
diatas, maka dalam menjalankan tugas dan fungsinya dibidang pengendalian pencemaran dan
perusakan lingkungan hidup, selanjutnya diatur oleh Keputusan Bupati.
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

216

Pasal 22
(1) Tugas dan fungsi sebagaiman dimaksud dalam ayat (2), berwenang :
a.
Merumuskan kebijakan pengelolaan pencemaran dan perusakan lingkungan hidup,
b.
Melakukan koordinasi dengan instansi terkait;
c.
Menerbitkan izin pembuangan limbah dan atau air limbah;
d.
Menerbirkan rekomendasi pengelolaan limbah bahan berbahaya dan beracun;
e.
Melakukan pengewasan terhadap pelaksanaan semua peraturan perundang-undangan
yang berlaku, yang berkaitan dengan kelestarian lingkungan hidup;
f.
Melakukan penegakan hukum sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
(2) Uraian tugas dan fungsi sebagaimana yang dimaksud dalam ayat (1) diatur lebih lanjut
dengan Keputusan Bupati sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
BAB VII
P E R I Z I N A N
Bagian Pertama
Jenis Izin Lingkungan
Pasal 23
(1) Setiap usaha dan atau kegiatan yang berdampak besar dan penting pada lingkungan hidup
wajib memiliki izin.
(2) Pemberian izin sebagaiman dimaksud pada ayat (1) wajib memperhatikan :
a. Rencana tata ruang wilayah Kabupaten Lamandau;
b. Nilai-nilai yang hidup dan berkembang dalam masyarakat;
c. Ketentuan-ketentuan Hukum Internasional, Regional dan Nasional serta Perjanjianperjanjian kerjasama Internasional.
(3) Jenis Usaha dan atau kegiatan yang wajib memperoleh izin sebagaimana yang dimaksud
pada ayat (1) meliputi :
a.Pendirian usaha dan atau kegiatan;
b. Perluasan usaha dan atau kegiatan;
c.Perubahan bentuk atau jenis usaha dan atau kegiatan;
d. Pembuangan air limbah/limbah dan atau limbah padat;
e.Usaha dan atau kegiatan yang dapat menimbulkan kerugian, bahaya dan gangguan;
f. Usaha dan atau kegiatan yang dapat menimbulkan kerugian dan gangguan pada kualitas
udara;
g. Pemotongan bukit, penggalian atau penimbunan lembah;
h. Pengambilan air permukaan;
i. Pengambilan air bawah tanah.
(4) Jenis-jenis usaha dan atau kegiatan lainnya yang memerlukan izin ditentukan berdasarkan
peraturan perundang-undangan.
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

217

(5) Setiap permohonan izin sebagaimana dimaksudkan dalam ayat (1) dikenakan biaya
pengurusan izin sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
(6) Dalam hal pengaturan tarif perizinan belum ditentukan, Bupati berwenang menetapkan tarif
biaya perizinan secara wajar dan proposional.
(7) Penetapan tarif sebagaimana dimaksud dalam ayat (6) ditetapkan setelah terlebih dahulu
mendapat persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah.
Bagian Kedua
Persyaratan dan prosedur izin
Pasal 24
Setiap pemberian izin melakukan usaha dan atau kegiatan wajib mendasarkan pada ketentuan
tentang baku mutu lingkungan hidup dan atau kriteria baku kerusakan lingkungan hidup sesuai
dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Pasal 25
(1) Prosedur untuk memperoleh izin sebagaiman dimaksud dalam pasal 24 diatur sebagai
berikut :
a. Pengajuan permohonan secara tertulis dengan dilengkapi data dan informasi,
sebagaimana dipersyaratkan dalam ketentuan perizinan;
b. Data, dokumen dan informasi sebagai kelengkapan persyaratan izin sebagai dimaksud
hurup a, harus jelas, lengkap, akurat dan benar;
c. Seluruh data dokumen dan informasi harus dibuat salinannya kemudian disampaikan
kepada pejabat yang berwenang.
(2) Proses perizinan sebagaimana dimaksudkan dalam ayat (1) wajib didasarkan pada :
a. Batas waktu sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku;
b. Penghitungan batas waktu sebagaimana dimaksud hurup a, dilakukan setelah semua
persyaratan dinyatakan lengkap.
(3) Penerimaan permohonan izin tidak dapat dikabulkan apabila permohonan tidak dapat
memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1).
(4) Izin sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) harus sudah diputuskan dalam jangka waktu
tertentu sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
(5) Apabila peraturan perundang-undangan tidak menentukan jangka waktu penyelesaian izin
sebagaimana dimaksudkan dalam ayat (4), maka ditentukan selambat-lambatnya 90
(sembilan puluh) hari keputusan terhadap izin harus sudah diterbitkan.
(6) Dalam rangka penerapan prinsif kehati-hatian pejabat pemberi izin wajib meminta
pertimbangan dari asosiasi profesi, pakar dan masyarakat yang terkena dampak.
(7) Keputusan sebagaimana dimaksud dalam ayat (4) dapat berupa persetujuan atau penolakkan
izin melakukan usaha dan atau kegiatan.
(8) Penolakan penerbitan izin sebagaimana dimaksudkan dalam ayat (7) harus disertai dengan
alasan dan penjelasan secara tertulis.
(9) Permohanan izin bersifat terbuka untuk umum.
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

218

Pasal 26
(1) Dalam proses perizinan masyarakat yang diperkirakan akan terkena dampak berhak
mengajukan keberatan dengan ketentuan sebagai berikut :
a. Pengajuan keberatan dilakukan dalam jangka waktu 30 (tiga puluh) hari dan dapat
diperpanjang hingga sampai 60 (Enam puluh) hari;
b. Pengajuan keberatan dituangkan dalam bentuk tertulis yang dapat disampaikan dalam
forum dengar pendapat.
(2) Pemberi izin wajib mempertimbangkan keberatan yang diajukan oleh masyarakat
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1).
(3) Pertimbangan dan jawaban terhadap keberatan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2)
disampaikan secara tertulis dalam jangka waktu selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari
sejak diterimanya pengajuan keberatan.
(4) Ketentuan lebih lanjut tentang Tata Cara persyaratan dan prosedur ijin diatur dengan
Keputusan Bupati.
BAB VIII
BIAYA PEMBUANGAN LIMBAH
Pasal 27
(1)
(2)

Setiap usaha dan atau kegiatan yang membuang limbah kemedia lingkungan dikenakan
biaya berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Ketentuan lebih lanjut mengenai Tata Cara pengenaan biaya dan besarnya biaya untuk
masing-masing jenis limbah ditetapkan dengan Keputusan Bupati, setelah mendapatkan
pertimbangan dari Dewan Perwakilan Rakyat Daerah.
BAB IX
PEMANTAUAN
Pasal 28

(1)
(2)

Pemerintah wajib melakukan pemantauan terhadap setiap usaha dan atau kegiatan
sekurang-kurangnya 3 (tiga) bulan sekali secara periodik dan sewaktu waktu sesuai dengan
kebutuhan.
Pemantauan sebagaimana dimaksud dalam dalam ayat (1) meliputi :
a. Pemantauan persyaratan yang tercantum dalam izin melakukan usaha dan atau kegiatan.
b. Proses produksi yang diperkirakan dapat menjadi sumber pencemaran dan atau
perusakan lingkungan hidup.
c. Penggunaan instalasi pengelolaan limbah;
d. Pengunaan sistem pencegah dini, dan
e. Hal-hal lain yang diperkirakan mempunyai keterkaitan terhadap kemungkinan
pencemaran dan perusakan lingkungan hidup.

Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

219

Pasal 29
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)

Penanggung jawab wajib melakukan pemantauan secara periodik sesuai dengan yang
dipersyaratkan dalam izin, dalam melakukan usaha dan atau kegiatan.
Apabila kewajiban melakukan pemantauan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) tidak
dicantumkan dalam izin, maka penanggung jawab wajib melakukan pemantauan secara
periodik sekurang-kurangnya 3 (tiga) bukan sekali.
Hasil pemantauan sebagaimana maksud dalam ayat (1) wajib disampaikan kepada Badan
Pengendali Dampak Lingkungan Daerah Kabupaten Lamandau.
Setiap kelalaian atas kewajiban sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (3)
dikenakan denda.
Ketentuan mengenai besarnya denda sebagaimana dimaksud dalam ayat (4) ditetapkan
dengan Keputusan Bupati seperti diatur dalam Surat Keputusan Petunjuk Pelaksanaan
Teknis.
BAB X
PENGAWASAN
Pasal 30

(1)
(2)
(3)
(4)

Badan Pengendali Dampak Lingkungan Daerah Kabupaten Lamandau wajib melakukan


pengawasan terhadap ketentuan penangung jawab atas ketentuan yang telah ditetapkan
dalam Peraturan Perundang-undangan yang berlaku.
Pengawasan sebagaimana yang dimaksud dalam ayat (1) wajib dilakukan secara periodik
dan sewaktu-waktu sesuai dengan ketentuan dalam rangka menentukan tingkat ketaatan
terhadap Peraturan yang berlaku.
Pelaksanaan pengawasan sebagaimana yang dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2) dilakukan
oleh Pejabat Pengawas Lingkungan Hidup yang ditetapkan dengan Keputusan Bupati.
Dalam melaksanakan tugasnya, Pejabat pengawas lingkungan hidup berwenang :
a. Melakukan pemantauan yang meliputi pengamatan, pemotretan, perekaman audio visual
dan pengukuran.
b. Meminta keterangan kepada masyarakat yang berkepentingan, karyawan yang
bersangkutan, konsultan, kontraktor dan perangkat Pemerintah setempat.
c. Membuat salinan dari dokumen dan atau membuat catatan yang diperlukan, yang
meliputi dokumen perizinan, dokumen AMDAL, dokumen UKL, UPL, data hasil
swapantau, dokumen surat keputusan organisasi perusahaan serta dokumen lainnya yang
berkaitan dengan kepentingan pengawasan.
d. Memasuk tempat tertentu.
e. Mengambil contoh dari limbah yang dihasilkan, limbah yang dibuang, bahan baku dan
bahan penolong.
f. Memeriksa peralatan yang digunakan dalam proses produksi dan instalasi pengolahan
limbah.
g. Memeriksa instalasi dan atau alat transportasi.

Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

220

(5)
(6)

h. Meminta keterangan dari pihak yang bertanggung jawab atas usaha dan atau kegiatan.
i. Wewenang lain sesuai dengan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku.
Pengawasan dalam melaksanakan tugasnya dilengkapi dengan tanda pengenal dan surat
tugas yang diterbitkan oleh Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Daerah Kabupaten
Lamandau.
Penanggungjawab mambantu kelancaran pelaksanaan tugas pejabat pengawas dalam
melakukan tugasnya, sebagaimana yang dimaksud dalam ayat (4).

(7)

Dalam melakukan pengawasan, pejabat pengawas lingkungan hidup wajib berkoordinasi


dengan Pejabat Pengawas lainnya.
(8) Apabila dalam kegiatan ditemukan potensi pencemaraan dan atau perusakan lingkungan
hidup, maka Pejabat Pengawas wajib melakukan tindakan-tindakan dan upaya-upaya
tertentu.
(9) Setiap hasil pengawasan dilaporkan kepada Pejabat yang memberi perintah untuk
melakukan pengawasan.
(10) Apabila dalam pelaksanaan pengawasan ditemukan indikasi adanya tindak pidana
lingkungan, maka dilakukan penyidikan oleh Pejabat Penyidik Pegawai Negeri Sipil atau
Pejabat Penyidik Polisi sesuai dengan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku.
(11) Ketentuan lebih lanjut mengenai petunjuk teknis dan atau petunjuk pelaksanaan pengawasan
sebagaimana dimaksud dalam pasal ini ditetapkan dengan Keputusan Bupati.

BAB XI
PENETAPAN SUKARELA
Pasal 31
(1)
(2)
(3)
(4)

Setiap penanggungjawab yang melakukan upaya penataan pengendalian pencemaran dan


perusakan lingkungan hidup melebihi dari apa yang seharusnya dilakukan berhak menerima
insentif.
Insentif sebagaiman dimaksud dalam ayat (1) dapat diberikan dalam bentuk yang
mendorong keuntungan secara ekonomis bagi usaha dan atau kegiatan yang bersangkutan.
Insentif sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) diberikan oleh Pemerintah Kabupaten dalam
rangka mendorong peningkatan penataan secara sukarela terhadap pengendalian pencemaran
dan atau perusakan lingkungan hidup.
Ketentuan lebih lanjut mengenai Tata Cara Pemberian Insentif, diatur dalam Keputusan
Bupati.
Pasal 32

Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

221

(1) Pemerintah Kabupaten dapat memberikan disinsentif terhadap penanggung jawab yang tidak
sejalan dengan upaya pengendalian pencemaran dan perusakan lengkungan hidup.
(2) Pengenaan disintensif sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dapat diberikan dalam bentuk
pembebanan secara ekonomis terhadap penanggung jawab.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai Tata Cara pengenaan disinsentif diatur dalam Keputusan
Bupati.

BAB XII
PEMBIAYAAN
Bagian Pertama
Pembiayaan Pemerintah
Pasal 33
(1) Biaya pengendalian pencemaran dan perusakan lingkungan dibebankan pada :
a. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD).
b. Subsidi dan atau sumbangan dari Pemerintah; dan atau
c. Sumber dana lain yang sah sesuai Peraturan Perundang-undangan yang berlaku.
(2) Pembiayaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dialokasikan sekurang-kurangnya bagi
kegiatan :
a. Pengembangan kapasitas sumber daya manusia.
b. Pengadaan sarana dan prasarana.
c. Pengawasan dan pemantauan.
d. Penegakan Hukum.
e. Peningkatan kesadaran hukum masyarakat.
f.Mengembangkan sistem informasi lingkungan.
g. Pengembangan dan penelitian di bidang lingkungan hidup.
h. Pengembangan jaringan kerja sama dan kemitraan dengan pihak ketiga.
i. Koordinasi pengendalian pencemaran dan perusakan lingkungan hidup.
Bagian kedua
Pembiayaan masyarakat
Pasal 34
(1)
(2)
(3)

Pembiayaan pengendalian pencemaran dan perusakan lingkungan hidup dapat diperoleh dari
dana masyarakat sebagai perwujudan kepedulian masyarakat terhadap pengelolaan
lingkungan hidup.
Pembayaran sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan secara sukarela berdasarkan
kesepakatan.
Pengumpulan, penggunaan, pengelolaan biaya masyarakat sebagaimana dimaksud dalam
ayat (1) dan ayat (2), dilakukan oleh masyarakat secara swadaya berdasarkan prinsip
keterbukaan dan akuntabilitas publik.

Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

222

BAB XIII
SANKSI ADMINISTRASI
Bagian Pertama
Jenis Sanksi Administrasi
Pasal 35
(1) Penanggungjawab yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Peraturan
Daerah ini dapat dikenakan sanksi berupa pencabutan izin.
(2) Pengenaan sanksi pencabutan izin sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan terhadap
pelanggaran :
a. Persyaratan pokok yang diajukan ternyata mengandung cacat, masih dalam sengketa,
kekeliruan, penyalahgunaan, ketidakakuratan, ketidakakuran, kebohongan dan atau tidak
sesuai dengan peraturan Perundang-undangan yang berlaku;
b. Pelaksanaan izin telah menyimpang dari ketentuan dan persyaratan yang tercantum
dalam izin;
c. Dalam waktu selama-lamanya 6 (enam) bulan ternyata tidak terpenuhinya suatu
keharusan yang berdasarkan peraturan Perundang-undangan;
d. Usaha dan atau kegiatan telah dihentikan selama-lamanya 12 (dua belas) bulan
berturut-turut dan tidak dilanjutkan lagi.
(3) Tata cara pengenaan sanksi pencabutan izin sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan
dengan tahapan sebagai berikut :
a. Kepada penanggungjawab diberikan teguran pertama secara tertulis dalam jangka waktu
selama-lamanya 30 (tiga puluh) hari untuk segera menghentikan pelanggaran;
b. Apabila teguran pertama sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) huruf a, belum
diindahkan oleh penanggungjawab, dikenakan teguran kedua secara tertulis dalam
jangka waktu selama-lamanya 30 (tiga puluh) hari untuk menghentikan pelanggaran;
c. Apabila teguran kedua sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) huruf b, belum
diindahkan oleh penaggung jawab, dikenakan teguran ketiga secara tertulis dalam jangka
waktu selama-lamanya 30 (tiga puluh) hari untuk menghentikan pelanggaran.
d. Apabila teguran kedua sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) huruf d, belum diindahkan
oleh penaggung jawab, dikenakan pencabutan izin sesuai dengan peraturan perundangundangan yang berlaku.
(4) Pada setiap tahapan sebagaimana dimaksud dalam ayat (3), pemberi izin wajib memberikan
kesempatan seluas mungkin kepada pemegang izin untuk untuk memberikan penjelasan;
(5) Pejabat yang berwenang dapat mengajukan surat rekomendasi pencabutan izin kepada
pejabat pemberi izin usaha atau kegiatan;
(6) Pengenaan sanksi pencabutan izin sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan oleh
pejabat yang berwenang mengeluarkan izin usaha dan atau kegiatan
Pasal 36
(1) Penanggungjawab dapat dikenakan sanksi berupa penghentian atau penutupan sementara
usaha dan atau kegiatan
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

223

(2) Pengenaan sanksi penghentian atau penutupan sementara sebagaimana dimaksud dalam ayat
(1) dilakukan apabila :
a.
Sifat dan bobot pelanggaran pencemaran dan atau kerusakan lingkungan hidup
belum menimbulkan dampak yang besar;
b. Belum terpenuhi persyaratan pokok perizinan yang telah ditentukan ;
c. Terdapat keberatan atau pengaduan dari pihak ketiga;
d. Pelanggaran atau kesalahan yang bersifat teknis.
(3) Tata cara pengenaan sanksi penghentian atau penutupan sementara sebagaimana dimaksud
dalam ayat (2) dilakukan melalui tahapan sebagai berikut :
a. pemberitahuan secara tertulis kepada pemegang izin dengan disertai alasan yang jelas
dan wajar;
b. pemegang izin wajib diberi kesempatan secukupnya untuk memberikan penjelasan;
c. pemberi izin setelah mempertimbangkan berbagai aspek dapat dilakukan pengenaan
sanksi berupa penghentian atau penutupan sementara upaya dan atau kegiatan.
(4) Penghentian atau penutupan sementara sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), (2), (3)
dilakukan oleh pejabat pemberi izin bagi usaha dan atau kegiatan yang bersangkutan;
(5) Pejabat yang berwenang dapat mengajukan surat rekomendasi penghentian atau penutupan
sementara usaha dan atau kegiatan kepada pejabat pemberi izin usaha atau kegiatan.
Pasal 37
(1) Bupati berwenang mengenakan sanksi paksaan terhadap pelanggaran pencemaran dan atau
kerusakan lingkungan hidup;
(2) Pengenaan sanksi paksaan pemerintah sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) ditujukan untuk
menghentikan pelanggaran dan atau memulihkan pada keadaan semula;
(3) Tindakan pemulihan lingkungan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) dilakukan oleh
penanggungjawab;
(4) Bentuk sanksi paksaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) dapat dilakukan berupa :
a. Penghentian mesin;
b. Pemindahan sarana produksi;
c. Penutupan saluran pembuangan air;
d. Melakukan pembongkaran;
e. Melakukan penyitaan terhadap barang atau alat yang berpotensi menimbulkan
pelanggaran;
f. Tndakan-tindakan lain yang bertujuan untuk menghentikan pelanggaran serta tindakan
memulihkan lingkungan hidup pada keadaan semula.
(5) Segala biaya yang dikeluarkan untuk penanggulangan dan pemulihan lingkungan hidup yang
diakibatkan oleh pencemaran dan atau perusakan lingkungan hidup sebagaimana dimaksud
dalam ayat (3) dan (4) dibebankan kepada penanggung jawab yang bersangkutan.
Pasal 38
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

224

(1) Pengenaan sanksi paksaan sebagaimana dimaksud dalam pasal 37 dapat digantikan dengan
uang paksa yang dibayarkan oleh penanggungjawab berdasarkan pertimbanganpertimbangan objektif, adil dan wajar untuk kepentingan lingkungan hidup;
(2) Uang paksa yang dibayarkan oleh penaggungjawab sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
seluruhnya ditujukan untuk biaya pemulihan lingkungan hidup pada lokasi pelanggaran
terjadi;
(3) Jumlah uang paksa sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) ditentukan berdasarkan
pertimbangan riil biaya penanggulanagan dan atau pemulihan lingkungan hidup.
Pasal 39
(1) Penanggung jawab yang akan mengakhiri usaha dan atau kegiatan wajib terlebih dahulu
melakukan pemulihan lingkungan hidup;
(2) Kewajiban sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan dalam hal :
a. Masa berlaku izinnya akan berakhir;
b. Akan pindah lokasi usaha dan atau kegiatannya;
(3) Kewajiban sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diselesaikan secara tuntas selambatlambatnya dalam tempo 3 (tga) tahun dan hasilnya disetujui oleh Bupati;
(4) Persetujuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) diberikan berdasarkan hasil pengkajian
oleh Badan Pengendali Dampak Lingkungan Daerah Kabupaten Lamandau dengan
melibatkan para ahli dan pihak lain yang dianggap perlu.
Pasal 40
(1)
(2)
(3)

Penanggung jawab yang akan memindahtangankan dan atau mengubah sifat dan bentuk
usaha dan atau kegiatan wajib terlebih dahulu melakukan penelitian lingkungan hidup.
Kewajiban sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diselesaikan secara tuntas selambatlambatnya dalam tempo 3 (tiga) tahun dan telah disetujui oleh Bupati.
Persetujuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) diberikan berdasarkanhasil pengkajian
oleh Badan Pengendali Dampak Lingkungan Daerah Kabupaten Lamandau dengan
melibatkan para ahli dan pihak lain yang dianggap perlu.

BAB XIV
PENYELESAIAN SENGKETA
Pasal 41
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

225

(1)
(2)
(3)

Setiap sengketa keperdataan yang terjadi akibat pencemaran dan perusakan lingkungan
hidup dapat diselesaikan melalui pengadilan atau luar pengadilan.
Penyelesaian sengketa keperdataan di luar pengadilan dilakukan sesuai dengan Peraturan
Perundang-undangan yang berlaku.
Dalam hal penyelesaian sengketa sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) yang bersifat
keperdataan melalui penyelesaian di luar pengadilan, Pemerintah Kabupaten dapat
memfasilitasi para pihak yang bersengketa.
BAB XV
SANKSI PIDANA
Pasal 42

Tindak pidana pencemaran dan atau perusakan lingkungan hidup diancam dengan sanksi pidana
berdasarkan ketentuan yang terdapat dalam Undang-undang Nomor 23 Tahun 1999 tentang
Pengelolaan Lingkungan Hidup.
BAB XVI
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 43
Dengan berlakunya Peraturan Daerah ini, maka setiap usaha dan atau kegiatan wajib
menyesuaikan persyaratan berdasarkan Peraturan Daerah ini.
Pasal 44
(1)
(2)

Keputusan Bupati sebagaimana dimaksud dalam pasal 9 ayat (4), pasal 27 ayat (2), dan pasal
29 ayat (5), selambat-lambatnya wajib diterbitkan dalam tempo 3 (tiga) tahun sejak
Peraturan Daerah ini diundangkan.
Pelaksanaan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam pasal 39 dan pasal 40 berlaku efektif
selambat-lambatnya 3 (tiga) tahun setelah diundangkan Peraturan Daerah ini.

BAB XVII
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 45
Hal-hal yang belum diatur dalam Peraturan Daerah ini sepanjang mengenai pelaksanaannya akan
diatur lebih lanjut oleh Bupati.
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

226

Pasal 46
Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan
penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Lamandau.

Ditetapkan di Nanga Bulik


Pada tanggal 9 Desember 2004
BUPATI LAMANDAU,
ttd
BUSTANI DJ. MAMUD
Diundangkan di Nanga Bulik
Pada tanggal 9 Desember 2004
Plt. SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN LAMANDAU
ttd
( Ir. MARUKAN )
NIP. 131 480 087
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LAMANDAU
TAHUN 2004 NOMOR

SERI : E

Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

227

KUMPULAN
PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMANDAU
TAHUN 2005

Dihimpun dan disalin Sesuai Aslinya


oleh :
BAGIAN HUKUM SEKRETARIAT DAERAH KABUPATEN LAMANDAU

KEPALA BAGIAN HUKUM,


Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

228

SAGAK, SH
Pembina
NIP.

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMANDAU


NOMOR 01 TAHUN 2005
TENTANG
ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH
KABUPATEN LAMANDAU TAHUN ANGGARAN 2005
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
BUPATI LAMANDAU,
Menimbang

Mengingat

: a.

bahwa sesuai dengan arah dan kebijakan umum APBD serta strategi
dan Prioritas APBD, yang telah disepakati bersama antara
Pemerintah Daerah dengan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
Kabupaten Lamandau pada tanggal 15 bulan Pebruari Tahun 2005
perlu menyusun Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun
Anggaran 2005;

b.

bahwa Anggaran Pendapatan danm Belanja Daerah Kabupaten


Lamandau Tahun Anggaran 2005 perlu ditetapkan dengan Peraturan
Daerah.

: 1.

Undang-undang Nomor 12 Tahun 1985 tentang Pajak Bumi dan


Bangunan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1985
Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3312), sebagaimana
telah diubah dengan Undang-undang Nomor 12 Tahun 1994
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1994 Nomor 62,
Tambahan Lembaran Negara Nomor 3569);

2.

Undang-undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan

Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

229

Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997


Nomor 41, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3685 sebagaimana
telah diubah dengan Undang-undang Nomor 34 Tahun 2000
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 246,
Tambahan Lembaran Negara Nomor 4048);
3.

Undang-undang Nomor 21 Tahun 1997 tentang Bea Perolehan Hak


atas Tanah dan Bangunan ( Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 1997 Nomor 44, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3688);

4.

Undang-undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggara


Negara yang bersih dan bebas dari korupsi, kolusi dan nepotisme
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75,
Tambahan Lembaran Negara Nomor 3851);

5.

Undang undang Nomor 25 Tahun 2000 tentang program


Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2000 Nomor 206, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3952);

6.

Undang-undang Nomor 5 Tahun 2002 tentang Pembentukan


Kabupaten Katingan, Kabupaten Seruya, Kabupaten Sukamara,
Kabupaten Lamandau, Kabupaten Gunung Mas, Kabupaten Pulang
Pisau, Kabupaten Murung Raya dan Kabupaten Barito Timur di
Propinsi Kalimantan Tengah Lembaran Negara Nomor 18,
Tambahan Lembaran Negara Nomor 4180;

7.

Undang-undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan


Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 53);

8.

Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah


(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125,
Tambahan Lembaran Negara Nomor 4437);

9.

Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan


Keuangan antara Pusat dan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara
Nomor 4438);

Peraturan Pemerintah Nomor 104 Tahun 2000 tentang Dana


10. Perimbangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000
Nomor 4021), sebagaimana telah diubah dengan Peraturan
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

230

Pemerintah Nomor 84 Tahun 2001 (Lembaran Negara Repubik


Indonesia Tahun 2001 Nomor 157, Tambahan Lembaran Negara
Nomor 4165);
Peraturan Pemerintah Nomor 105 Tahun 2000 tentang Pengelolaan
11. dan Pertanggungjawaban Keuangan Daerah (Lembaran Negara
Repubik Indonesia Tahun 2000 Nomor 202, Tambahan Lembaran
Negara Nomor 4022);

Peraturan Pemerintah Nomor 107 Tahun 2000 tentang Pinjaman


12. Daerah (Lembaran Negara Repubik Indonesia Tahun 2000 Nomor
204, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4024);
Peraturan Pemerintah Nomor 108 Tahun 2000 tentang Tata Cara
13. Pertanggungjawaban Kepala Daerah (Lembaran Negara Repubik
Indonesia Tahun 2000 Nomor 209, Tambahan Lembaran Negara
Nomor 4027);
Peraturan Pemerintah Nomor 109 Tahun 2000 tentang Kedudukan
14. Keuangan Kepala Daerah Wakil Kepala Daerah (Lembaran Negara
Repubik Indonesia Tahun 2000 Nomor 210, Tambahan Lembaran
Negara Nomor 4028);
Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2001 tentang Pajak Daerah
15. (Lembaran Negara Repubik Indonesia Tahun 2001 Nomor 188,
Tambahan Lembaran Negara Nomor 4138);
Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2004 tentang Kedudukan
16. Protokoler dan Keuangan Pimpinan dan Anggota Dewan Perwakilan
Rakyat Daerah (Lembaran Negara Repubik Indonesia Tahun 2004
Nomor 90);
Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 29 Tahun 2002 tentang
17. Pedoman Pengurusan, Pertanggungjawaban dan Pengawasan
Keuangan Daerah serta Tata Cara Penyusunan Anggaran Pendapatan
dan Belanja Daerah, Pelaksanaan Tata Usaha Keuangan Daerah dan
Penyusunan Perhitungan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah;
Peraturan Daerah Kabupaten Lamandau Nomor 3 Tahun 2004
tentang Kelembagaan Struktur Organisasi Tugas Pokok dan Tata
18. Kerja Perangkat Daerah Kabupaten Lamandau ( Lembaran Daerah
Kabupaten Lamandau Tahun 2004 Nomor 02 seri D);
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

231

Peraturan Daerah Kabupaten Lamandau Nomor 02 Tahun 2005


tentang Pokok-Pokok Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran
19. Daerah Kabupaten Lamandau Tahun 2005 Nomor 12 Seri A);
Keputusan
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten
Lamandau Nomor 01 Tahun 2004 tentang Peraturan Tata Tertib
20. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Lamandau.
Keputusan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Lamandau
Tahun 2005 Nomor 1 tentang Persetujuan Penetapan Rancangan
21. Peraturan Daerah Kabupaten Lamandau menjadi Peraturan Daerah
tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten
Lamandau Tahun anggaran 2005.
Dengan Persetujuan
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH
KABUPATEN LAMANDAU
MEMUTUSKAN :
Menetapkan

: PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMANDAU TENTANG


ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH KABUPATEN
LAMANDAU TAHUN ANGGARAN 2005.
Pasal 1

Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun Anggaran 2005 sebagai berikut :
1.

Pendapatan

Rp.

159.595.664.377,2.

Belanja
Rp. 147.491.553.900,Surplus

3. Pembiayaan
a. Penerimaan
b. Pengeluaran
Defisit

:
:

Rp.

12.104.110.477

:
:
:

Rp.
Rp

2.643.241.844,14.747.352.321,-

Rp. (12.104.110.477,-)

Pasal 2
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

232

Uraian lebih lanjut Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah sebagaimana dimaksud dalam pasal
1, tercantum dalam lampiran Peraturan Daerah ini yang terdiri dari :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.

Lampiran I ringkasan AnggaranPendapatan dan Belanja Daerah


Lampiran II rincian Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
Lampiran III Daftar Rekapitulasi APBD menurut Bidang Pemerintahan
dan Unit Organisasi Perangkat Daerah
Lampiran IV Daftar Jumlah Pegawai per Golongan dan Per Jabatan
Lampiran V Daftar Piutang Daerah
Lampiran VI Daftar Pinjaman Daerah
Lampiran VII Daftar Investasi (Penyertaan Modal) Daerah
Lampiran VIII Daftar Aktiva Tetap Daerah
Lampiran IX Daftar Dana Cadangan.
Pasal 3

Lampiran-lampiran sebagaimana dimaksud dalam pasal 2 merupakan bagian yang tidak


terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.

Pasal 4
Sebagai landasan Operasional pelaksanaan, Bupati menetapkan Keputusan tentang Penjabaran
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah.
Pasal 5
Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal di undangkan. dan mempunyai daya laku surut
sejak tanggal 1 Januari 2005.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan
Penetapannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Lamandau.
Ditetapkan di Nanga Bulik
Pada tanggal 5 April 2005
BUPATI LAMANDAU,
ttd
BUSTANI DJ. MAMUD

Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

233

Diundangkan di Nanga Bulik


Pada Tanggal 5 April 2005
PLT. SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN LAMANDAU
ttd
( Ir. MARUKAN )
NIP. 131 480 087
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LAMANDAU
TAHUN 2005 NOMOR 01 SERI : A

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMANDAU


NOMOR 2 TAHUN 2005
TENTANG
POKOK POKOK PENGELOLAAN DAN
PERTANGGUNGJAWABAN KEUANGAN DAERAH
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
BUPATI LAMANDAU,
Menimbang

Mengingat

a.

bahwa dalam rangka percepatan dan peningkatan kualitas pembangunan


serta penyelenggaraan Pemerintah Daerah yang baik, yang berorientasi
kepada pelayanan umum, perlu adanya kebijaksanaan keuangan Daerah
sesuai kaidah pengelolaan keuangan publik yang efektif, efisien dan
bertanggung jawab;

b.

bahwa sehubungan dengan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam


huruf a, dipandang perlu menetapkan Peraturan Daerah tentang Pokok
Pokok Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Keuangan Daerah;

1.

Undang Undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak dan Retribusi


Daerah (Lembaran Daerah Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 41,
Tambahan Lembaran Negara Nomor 3685), sebagaimana telah di ubah
dengan Undang Undang Nomor 34 Tahun 2000 (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 246, Tambahan Lembaran
Negara Nomor 4848);

2.

Undang Undang Nomor 4 Tahun 1999 tentang Susunan dan


Kedudukan Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan

Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

234

Rakyat dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (Lembaran Negara


Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 24, Tambahan Lembaran Negara
Nomor 3811);
3.

Undang Undang Nomor 5


Tahun
2002
tentang
Pembentukan Kabupaten Katingan, Kabupaten Seruyan, Kabupaten
Sukamara, Kabupaten Lamandau, Kabupaten Gunung Mas, Kabupaten
Pulang Pisau, Kabupaten Murung Raya dan Kabupaten Barito Timur
di Propinsi Kalimantan Tengah (Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 18, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4180);

4.

Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara


(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4287);

5.

Undang-undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan


Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2004 Nomor 53);

6.

Undang-undang Nomor 15 tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan


dan Tanggung Jawab Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4400);

7.

Undang Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah


(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437);

8.

Undang Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan


Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4438);

9.

Peraturan Pemerintah Nomor 104 Tahun 2000 tentang dana


Perimbangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor
201, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4021);

10.

Peraturan Pemerintah Nomor 105 Tahun 2000 tentang Pengelolaan dan


Pertanggungjawaban Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2000 Nomor 202, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4022);
Peraturan Pemerintah Nomor 106 Tahun 2000 tentang Pengelolaan dan

Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

235

11.

12.

13.

14.

15.

16.

Pertanggungjawaban Keuangan dalam Pelaksanaan Dekonsentrasi Tugas


Pembantuan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor
203, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4023);
Peraturan Pemerintah Nomor 107 Tahun 2000 tentang Pinjaman Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 204,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4024);
Peraturan Pemerintah Nomor 108 Tahun 2000 tentang Tatacara
Pertanggungjawaban Kepala Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2000 Nomor 209, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4027);
Peraturan Pemerintah Nomor 109 Tahun 2000 tentang Kedudukan
Keuangan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 210, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4029);
Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2004 tentang Kedudukan dan
Protokoler dan Keuangan Pimpinan dan Anggota DPRD (Lembaran
Negara Republik IndonesiaTahun 2004 Nomor 90).
Keputusan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Lamandau
Tahun 2005 Nomor tentang Persetujuan Penetapan Rancangan
Peraturan Daerah Kabupaten Lamandau menjadi Peraturan Daerah
tentang Pokok-pokok Pengelolaan Keuangan Daerah.

Dengan Persetujuan
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN LAMANDAU
MEMUTUSKAN :
Menetapkan

PERATURAN
DAERAH
TENTANG
POKOK
PENGELOLAAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN
DAERAH.
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1

Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

236

POKOK
KEUANGAN

Dalam Peraturan daerah ini yang dimaksud dengan :


a. Daerah adalah Kabupaten Lamandau;
b. Bupati adalah Bupati Lamandau;
c. Pemerintah Daerah adalah Bupati beserta perangkat daerah sebagai badan eksekutif daerah;
d. Perangkat daerah adalah Bupati beserta Perangkat Daerah sebagai unsur penyelenggara
pemerintahan Kabupaten Lamandau;
e. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya disebut DPRD adalah lembaga Perwakilan
Rakyat Daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah Kabupaten Lamandau;
f. Keuangan Daerah adalah semua hak dan kewajiban Daerah dalam rangka penyelenggaraan
Pemerintahan Daerah yang dapat dinilai dengan uang termasuk didalamnya segala bentuk
kekayaan yang berhubungan dengan hak dan kewajiban daerah tersebut dalam kerangka
anggaran pendapatan dan belanja daerah;
g. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah yang selanjutnya disebuut APBD, adalah suatu
rencana keuangan tahunan daerah yang ditetapkan berdasarkan peraturan daerah;
h. Pejabat Pengelola Keuangan Daerah adalah pejabat dan atau pegawai Daerah yang
berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku diberi kewenangan tertentu dalam
kerangka pengelolaan Keuangan Daerah;
i. Pemegang Kekuasaan Umum Pengelola Keuangan Daerah adalah Bupati yang karena
jabatannnya mempunyai kewenangan menyelenggarakan keseluruhan pengelolaan Keuangan
Daerah dan mempunyai kewajiban menyampaikan pertanggungjawaban atas pelaksanaan
kewenangan tersebut kepada DPRD;
j. Bendahara Umum Daerah adalah pejabat yang diberi kewenangan oleh Pemegang Kekuasaan
Umum Pengelolaan Keuangan Daerah untuk mengelola penerimaan dan pengeluaran Kas
Daerah serta bentuk kekayaan daerah lainnya;
k. Pengguna Anggaran Daerah adalah pejabat pemegang kekuasaan pengguna anggaran Belanja
Daerah;
l. Kas Daerah adalah tempat penyimpanan uang Daerah yang ditentukan oleh Bendahara Umum
Daerah;
m. Pemegang Kas adalah setiap orang yang ditunjuk dan diserahi tugas melaksanakan kegiatan
kebendaharaan dalam rangka pelaksanaan APBD di setiap unit kerja Pengguna Anggaran
daerah;
n. Dana Cadangan adalah dana yang disisihkan untuk menampung kebutuhan yang memerlukan
dana relatif cukup besar yang tidak bisa dibebankan dalam satu tahun anggaran;
o. Penerimaan Daerah adalah semua semua penerimaan Kas Daerah dalam periode satu tahun
anggaran tertentu;
p. Pengeluaran Daerah adalah semua semua pengeluaran Kas Daerah dalam periode satu tahun
anggaran tertentu;
q. Pendapatan Daerah adalah semua penerimaan yang merupakan hak Daerah dalam satu tahun
anggaran yang akan menjadi penerimaan Kas Daerah;
r. Belanja Daerah adalah semua pengeluaran yang merupakan kewajiban Daerah dalam periode
anggaran tertentu yang akan menjadi pengeluaran Kas Daerah;
s. Anggaran Kinerja adalah APBD yang dirancang oleh Pemerintah Daerah berdasarkan tolok
ukur kinerja, standar analisis belanja dan biaya rata-rata untuk mengevaluasi kinerja keuangan
unit unit kerja di lingkungan Pemerintah Daerah;
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

237

t. Desentralisasi adalah penyerahan wewenang pemerintah oleh Pemerintah Pusat kepada Daerah
Otonom dalam Kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia;
u. Pembiayaan adalah semua transaksi Keuangan Daerah yang merupakan hak dan kewajiban
Daerah yang belum terpenuhi pada tahun sebelumnya, serta transaksi untuk menutupi atau
memanfaatkan selisih antara Pendapatan Daerah dan Belanja Daerah pada tahun berjalan;
v. Sisa Lebih Perhitungan APBD Tahun lalu adalah selisih lebih realisasi pendapatan Daerah
terhadap realisasi belanja Daerah dan merupakan komponen pembiayaan.
w. Barang Daerah adalah semua barang milik Daerah yang berasal dari pembelian dengan dana
yang bersumber seluruhnya atau sebagian dari APBD dan atau berasal dari perolehan lainnya
yang sah;
x. Utang Daerah adalah jumlah uang yang wajib dibayar Daerah sebagai akibat penyerahan uang,
barang dan atau jasa kepada daerah atau akibat lainnya berdasarkan Perundang-undangan yang
berlaku;
y. Piutang Daerah adalah jumlah uang yang menjadi hak atau kewajiban pihak lain kepada
Daerah sebagai akibat penyerahan uang, barang dan atau jasa kepada daerah atau akibat
lainnya berdasarkan Perundang-undangan yang berlaku;
z. Pinjaman Daerah adalah semua transaksi yang mengakibatkan Daerah menerima dari pihak
lain sejumlah uang atau manfaat bernilai uang sehingga daerah tersebut dibebani kewajiban
untuk membayar kembali, tidak termasuk kredit jangka pendek yang lazim terjadi dalam
perdagangan.
BAB II
ASAS PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH
Pasal 2
Pengelolaan Keuangan Daerah dilakukan secara tertib, taat kepada peraturan perundang-undangan
yang berlaku, efisien, efektif, transparan dan bertanggungjawab dengan memperhatikan asas
keadilan dan kepatutan.
Pasal 3
APBD merupakan dasar pengelolaan Keuangan Daerah dalam tahun anggaran tertentu.
Pasal 4
Tahun fiskal APBD sama dengan tahun fiskal Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara.
Pasal 5
(1)
(2)

Semua penerimaan dan pengeluaran Daerah dalam rangka Desentralisasi dicatat dan
dikelola dalam APBD;
APBD, perubahan APBD, dan perhitungan APBD ditetapkan dengan Peraturan Daerah dan
merupakan dokumen Daerah.

Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

238

Pasal 6
APBD disusun sesuai dengan kebutuhan penyelenggaraan Pemerintah Daerah dengan pendekatan
berdasarkan prestasi kerja yang akan dicapai.
Pasal 7
Dalam menyusun APBD, penganggaran pengeluaran harus didukung dengan adanya kepastian
tersedianya peneriamaan Daerah dalam jumlah yang cukup.
Pasal 8
(1)
(2)
(3)
(4)

Jumlah pendapatan yang dianggarkan dalam APBD merupakan perkiraan yang terukur
secara rasional yang dapat dicapai untuk setiap sumber pendapatan;
Jumlah belanja yang dianggarkan dalam APBD merupakan batas tertinggi untuk setiap
jenis belanja;
Setiap pejabat Daerah dilarang melakukan tindakan yang berakibat pengeluaran atas beban
APBD apabila tidak tersedia atau tidak cukup tersedia anggaran untuk membiayai
pengeluaran tersebut;
Perkiraan Sisa Lebih Perhitungan APBD Tahun Lalu dicatat sebagai saldo awal pada
APBD tahun berikutnya, sedangkan realisasi Sisa Lebih Perhitungan APBD Tahun Lalu
dicatat sebagai saldo awal pada perubahan APBD.
Pasal 9

Semua transaksi keuangan Daerah baik penerimaan Daerah maupun pengeluaran Daerah
dilaksanakan melalui Kas Daerah.
Pasal 10
(1)
(2)

(3)

Anggaran untuk membiayai pengeluaran yang sifatnya tidak tersangka disediakan dalam
bagian anggaran tersendiri;
Pengeluaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah untuk penanganan bencana alam,
bencana sosial dan pengeluaran tidak tersangka lainnya yang sangat diperlukan dalam
penyelenggaraan kewenangan pemerintah Daerah, dan dapat dikeluarkan dengan persetujuan
Bupati atau pejabat yang ditunjuk;
Anggaran sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dapat dikeluarkan dengan persetujuan
Bupati atau pejabat yang ditunjuk.
Pasal 11

Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

239

(1)
(2)
(3)
(4)

Daerah dapat membentuk Dana cadangan guna membiayai kebutuhan yang tidak dapat
dibebankan dalam satu tahun anggaran yang ditetapkan dengan Peraturan Daerah;
Dana Cadangan dibentuk dengan kontribusi tahunan dari penerimaan APBD, kecuali dari
Dana Alokasi Khusus, Utang Daerah dan Dana Darurat;
Dana cadangan ditetapkan dalam rekening tersendiri pada Kas Umum Daerah;
Dana cadangan senagaimana dimaksud pada ayat (3) belum digunakan sesuai dengan
peruntukannya, dana tersebut dapat ditempatkan dalam fortofolio yang memberikan hasil
tetap dengan resiko rendah.
BAB III
PEJABAT PENGELOLA KEUANGAN DAERAH
Bagian Pertama
Pemegang Kekuasaan Umum Pengelola Keuangan Daerah
Pasal 12

(1)

Bupati adalah Pemegang Kekuasaan Umum Pengelolaan Keuangan Daerah;

(2)

Pemegang Kekuasaan Umum Pengelolaan Keuangan Daerah sebagaimana dimaksud pada


ayat (1), paling lambat satu bulan setelah penetapan APBD, menetapkan keputusan tentang :
a.Pejabat yang diberi wewenang menandatangani Surat Keputusan Otorisasi;
b. Pejabat yang diberi wewenang menandatangani Surat Permintaan Pembayaran;
c.Pejabat yang diberi wewenang menandatangani Surat Perintah Membayar;
d. Pejabat yang diberi wewenang menandatangani Cek;
e.Pejabat yang diberi wewenang mengesahkan Surat Pertanggungjawaban;
f. Pejabat yang diberi wewenang mengelola penerimaan dan pengeluaran Kas Daerah serta
segala bentuk kekayaan Daerah lainnya, yang selanjutnya disebut Bendahara Umum
daerah;
g. Pejabat yang diserahi tugas melaksanakan kegiatan kebendaharawan dalam
rangka pelaksanaan APBD di setiap Unit Kerja Pengguna Anggaran Daerah
yang selanjutnya disebut Pemegang Kas, Pemegang Barang dan Pembantu Pemegang
Kas;
h. Pejabat yang diberi wewenang menandatangani surat bukti dasar pemungutan
pendapatan Daerah;
i. Pejabat yang diberi wewenang menandatangani Bukti Penerimaan Kas dan bukti
pendapatan lainnya yang sah;
j. Pejabat yang diberi wewenang menandatangani ikatan atau perjanjian dengan Pihak Ketiga
yang mengakibatkan pendapatan dan pengeluaran APBD.

(3)

Selaku Pemegang Kekuasaan Umum Pengelolaan Keuangan Daerah sebagaimana dimaksud


pada ayat (1), Bupati dapat mendelagasikan sebagian atau seluruh kewenangannya kepada
Pejabat Pengelola Keuangan Daerah.

Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

240

Bagian Kedua
Bendahara Umum Daerah
Pasal 13
Bendahara Umum Daerah menatausahakan kas dan kekayaan Daerah lainnya.
Pasal 14
(1)
(2)
(3)

Bendahara Umum Daerah menyimpan uang milik Daerah pada Bank yang sehat dan
ditunjuk oleh Bupati dengan cara membuka Rekening Kas Daerah;
Penunjukan bank sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat lebih dari 1 (satu) Bank;
Pembukaan rekening di Bank sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberitahukan kepada
DPRD;
Pasal 15

(1) Uang Milik Daerah yang sementara belum digunakan, dapat diinvestasikan dalam bentuk
penyertaan modal, deposito atau investasi lainnya dalam jangka pendek pada badan usaha
yang sehat, sepanjang hal tersebut bermanfaat bagi peningkatan pelayanan masyarakat dan
tidak mengganggu likuiditas Keuangan Daerah;
(2) Bunga Deposito dan penerimaan dari investasi jangka pendek merupakan pendapatan daerah;
(3) Pendepositoan dan investasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan
keputusan Bupati setelah mendapat persetujuan DPRD.
Pasal 16
(1)
(2)

Bendahara Umum Daerah setiap bulan menyusun rekonsiliasi bank untuk mencocokan
saldo kas menurut pembukuan Bendahara Umum Daerah dengan Laporan Bank;
Ketentauan mengenai format rekonsiliasi bank sebagaiman dimaksud pada ayat (1) diatur
dengan Keputusan Bupati.
Pasal 17

Bendahara Umum Daerah menyerahkan bukti transaksi yang asli atas penerimaan dan pengeluaran
uang secara harian kepada bagian yang melaksanakan akuntansi keuangan Pemerintah Daerah
sebagai dasar pencatatan transaksi penerimaan dan pengeluaran kas.
Pasal 18
Dalam melaksanakan tugasnya, Bendahara Umum Daerah bertanggung jawab kepada Bupati.
Bagian Ketiga
Pengguna Anggaran
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

241

Pasal 19
(1)
(2)
(3)

Kepala Unit Kerja Pengguna Anggaran bertanggungjawab atas tertib penatusahaan


anggaran yang dialokasikan pada Unit Kerja yang dipimpinnya.
Kepala Unit Kerja Pengguna Anggaran melakukan pemeriksaan kas yang dikelola oleh
Pemegang Kas sekurang-kurangnya 3 (tiga) bulan sekali.
Kepala Unit Kerja Pengguna Anggaran wajib mempertanggungjawabkan uang yang
dikelolanya kepada Bupati.
Bagian Kempat
Pemegang Kas dan Pemegang Barang
Pasal 20

(1)
(2)

Di setiap Unit Kerja Perangkat Daerah ditunjuk 1 (satu) Pemegang Kas untuk
melaksanakan tata usaha keuangan Daerah dan 1 (satu) Pemegang Barang untuk
melaksanakan tata usaha Barang Daerah;
Pemegang Kas dan Pemegang Barang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah
jabatan non struktural/fungsional yang tidak boleh merangkap sebagai pejabat pengelola
keuangan daerah lainnya.
Pasal 21

(1)

(2)
(3)
(4)

Dalam melaksanakan tata usaha keuangan sebagaimana dimaksud pada Pasal 20


ayat (1), Pemegang Kas dapat dibantu oleh beberapa Pembantu Pemegang Kas, yang
bertugas sebagai kasir, bagian pembukuan dan bagian pembuat dokumen
pertanggungjawaban;
Pada Perangakat Daerah yang bertanggung jawab atas Pendapatan Asli Daerah, tugas Kasir
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibagi menjadi Kasir Penerima Uang dan Kasir
Pembayar uang;
Pada Perangkat Daerah yang bertanggung jawab atas penatausahaan Keuangan Daerah,
Pemegang Kas ditambah seorang Pembantu Pemegang Kas yang bertugas menyiapkan Surat
Permintaan Pembayaran (SPP) Gaji;
Pemegang Kas dan Pembantu Pemegang Kas disebut Satuan Pemegang Kas.
Pasal 22

(1)
(2)
(3)

Dalam fungsinya sebagai penerima pendapatan Daerah, Satuan Pemegang Kas dilarang
menggunakan uang yang diterimanya secara langsung untuk membiayai pengeluaran Unit
Kerja Perangkat Daerah;
Satuan Pemegang Kas sebagaimana dimaksud pada Pasal 21 ayat (4) wajib menyetor
seluruh uang yang diterimanya ke Bank atas nama Rekening Kas Daerah paling lambat satu
hari kerja sejak saat uang kas tersebut diterima;
Pengecualian batas waktu penyetoran sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditetapakan
dengan Keputusan Bupati.

Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

242

BAB IV
ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (APBD)
Bagian Pertama
Struktur APBD
Pasal 23
(1)
(2)
(3)
(4)

Struktur APBD merupakan saru kesatuan yang terdiri dari Pendapatan Daerah, Belanja
Daerah dan Pembiayaan;
Pendapatan Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi semua penerimaan yang
merupakan hak Daerah dalam satu tahun anggaran yang akan menjadi penerimaan Kas
Daerah;
Belanja Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi semua pengeluaran yang
merupakan kewajiban Daerah dalam satu tahun anggaran yang akan menjadi penerimaan
Kas Daerah;
Pembiayaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi transaksi keuangan untuk
menutup defisit atau untuk memanfaatkan surplus anggaran pendapatan dan belanja daerah.
Pasal 24

(1)
(2)
(3)
(4)

Pendapatan Daerah, Belanja Daerah dan Pembiayaan sebagaimana dimaksud pada Pasal 23
diklasifikasikan sesuai dengan bidang Pemerintahan Daerah berdasarkan Peraturan
Perundang-undangan;
Dalam rangka standarisasi kode rekening yang sesuai dengan klasifikasi untuk penyusunan
statistik keuangan pemerintahan, bidang Pemerintahan Daerah sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) disesuaikan dengan jenis kewenangan Daerah;
Setiap bidang pemerintahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan oleh Unit
Kerja Perangkat Daerah yang bertindak sebagai pusat-pusat pertanggungjawaban sesuai
dengan tugas pokok dan fungsi masing-masing;
Susunan Bidang Pemerintahan dan Unit Kerja Perangkat Daerah dalam APBD ditetapkan
dengan Keputusan Bupati sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Pasal 25

Semua Pendapatan Daerah, Belanja Daerah dan Pembiayaan dianggarkan secara bruto dalam
APBD.
Bagian Kedua
Pendapatan Daerah
Pasal 26
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

243

(1)
(2)
(3)
(4)
(5)

Pendapatan Daerah dirinci menurut kelompok pendapatan;


Kelompok pendapatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dirinci menurut jenis
Pendapatan;
Jenis pendapatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dirinci berdasarkan obyek
pendapatan;
Setiap obyek Pendapatan dirinci menurut rincian obyek Pendapatan;
Susunan Pendapatan Daerah ditetapkan dengan Keputusan Bupati.
Bagian Ketiga
Belanja Daerah
Pasal 27

(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

Belanja Daerah terdiri atas belanja Aparatur Daerah dan belanja Pelayanan Publik;
Masing-masing belanja sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dirinci menurut kelompok
belanja yang meliputi Belanja Administrasi Umum, Belanja Operasioanal dan Pemeliharaan,
serta Belanja Modal;
Setiap kelompok belanja sebagaimana dimaksud pada ayat (2) kecuali Belanja Modal,
dirinci menurut jenis belanja yang meliputi Belanja Pegawai/Personalia, Belanja Barang dan
Jasa, Belanja Pemeliharaan dan Belanja Perjalanan Dinas;
Setiap jenis belanja sebagaimana dimaksud pada ayat (3), dirinci menurut objek Belanja;
Setiap obyek belanja dirinci menurut rincian obyek belanja;
Susunan Belanja Daerah ditetapkan dengan Keputusan Bupati.
Bagian Keempat
Belanja Bagi Hasil dan Bantuan Keuangan
Pasal 28

Belanja Bagi Hasil dan Bantuan Keuangan dianggarkan untuk pengeluaran dengan kriteria sebagai
berikut :
a.
Tidak menerima secara langsung imbal barang dan jasa seperti lazimnya yang terjadi
dalam transaksi pembelian dan penjualan;
b.
Tidak mengharapkan diterima kembali di masa yang akan datang seperti lazimnya suatu
piutang;
c.
Tidak mengharapkan adanya hasil seperti lazimnya suatu penyertaan modal atau investasi.
Bagian Kelima
Pembiayaan
Pasal 29
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

244

(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

(7)

Pembiayaan terdiri dari dua jenis, yaitu Penerimaan Daerah dan Pengeluaran Daerah;
Penerimaan Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dipergunakan untuk menutup
defisit anggaran;
Penerimaan Daerah sebagai sumber pembiayaan terdiri dari Sisa Anggaran Tahun Yang
Lalu, Pinjaman Daerah, Hasil Penjualan Barang Milik Daerah yang dipisahkan dan Transfer
dari Dana Cadangan;
Pengeluaran Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) digunakan untuk memanfaatkan
surplus anggaran;
Pengeluaran Daerah terdiri dari Transfer ke Dana Cadangan, Pembayaran Pokok Utang,
Penyertaan Modal (Investasi Jangka Panjang), dan atau Sisa Perhitungan Anggaran Tahun
Berkenan;
Sisa Perhitungan Anggaran Tahun Berkenan sebagaimana dimaksud pada ayat (5)
merupakan selisih lebih dari Surplus/Defisit ditambah dengan sumber-sumber pembiayaan
berupa Penerimaan Daerah dan dikurangi sumber-sumber pembiayaan yang merupakan
Pengeluaran Daerah;
Susunan Pembiayaan ditetapkan dengan Keputusan Bupati.
Pasal 30

(1)

(2)
(3)
(4)
(5)

Dalam rangka menunjang pelaksanaan pembangunan di daerah yang menyangkut sarana


dan prasarana yang merupakan aset daerah dan dapat menghasilkan, serta memberikan
manfaat bagi pelayanan masyarakat, Pemerintah Daerah dapat melakukan Pinjaman Daerah
baik pinjaman jangka pendek maupun pinjaman jangka panjang;
Pinjaman Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan persetujuan
DPRD;
Setiap Pinjaman Daerah dituangkan dalam surat perjanjian antara Daerah dengan pemberi
pinjaman yang ditandatangani atas nama Daerah oleh Kepala Daerah dan pemberi pinjaman;
Penerimaan Pinjaman Daerah dalam APBD dianggarkan pada Kelompok Pembiayaan,
Jenis Penerimaan Daerah, Obyek Pinjaman dan Obligasi, sesuai dengan jumlah yang akan
diterima dalam tahun anggaran yang bersangkutan;
Program dan Kegiatan yang dibiayai dengan Pinjaman Daerah dianggarkan pada bagian,
kelompok, jenis, obyek dan rincian obyek belanja sesuai dengan penggunaan pinjaman
Daerah.
Pasal 31

(1)
(2)

Jumlah Pinjaman daerah yang jatuh tempo dianggarkan pada kelompok Pembiayaan jenis
pengeluaran Daerah, dan obyek Pembayaran Pokok Pinjaman;
Jumlah bunga, denda dan biaya administrasi Pijaman Daerah yang akan dibayar
dianggarkan pada bagian, kelompok, jenis, obyek dan rincian obyek Belanja Administrasi
Umum.

Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

245

Pasal 32
(1)
(2)

Pembentukan Dana Cadangan sebagaimana dimaksud pada pasal 11 ayat (1) ditetapkan
dengan Peraturan Daerah;
Peraturan Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menetapkan tujuan, besaran dan
sumber Dana Cadangan serta jenis program /kegiatan yang dibiayai dari Dana Cadangan
tersebut.
Pasal 33

(1)
(2)

Pengisian Dana Cadangan setiap tahun dianggarkan dalam kelompok Pembiayaan, jenis
Pengeluaran Daerah dengan obyek Transfer ke Dana Cadangan;
Penggunaan Dana Cadangan dianggarkan pada :
a.Kelompok Pembiayaan, jenis Pembiayaan Daerah, obyek Transfer dari Dana Cadangan;
b. Bagian, kelompok dan jenis Belanja Modal.
Pasal 34

(1)
(2)
(3)
(4)
(5)

Aset Daerah berupa Aktiva Tetap selain tanah yang digunakan untuk operasional secara
langsung oleh Pemerintah Daerah didepresiasikan berdasarkan umur ekonomisnya;
Pemerintah Daerah dapat membentuk Dana Depresiasi dari depresiasi Aset Daerah
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) untuk penggantian asset pada akhir masa umur
ekonomis;
Pembentukan Dana Depresiasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disesuaikan dengan
kemampuan keuangan Daerah dan ditetapkan dengan Keputusan Bupati;
Keputusan Bupati sebagaimana dimaksud pada ayat (3) menetapkan tujuan, besaran dan
sumber Dana Depresiasi serta jenis penggantian Aktiva Tetap yang dibiayai dari Dana
Depresiasi tersebut;
Dana Depresiasi yang dibentuk sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bersumber dari
Kontribusi tahunan Penerimaan APBD, kecuali dari Dana Alokasi Khusus, Pinjaman Daerah
dan Dana Darurat.
Pasal 35

(1)
(2)

Pengisian Dana Depresiasi sebagaimana dimaksud pada pasal 32 ayat (1) setiap tahun
dianggarkan dalam kelompok pembiayaan, jenis Pengeluaran Daerah, dan Obyek Transfer ke
Dana Depresiasi;
Penggunaan Dana Depresiasi dianggarkan pada :
a. Kelompok Pembiayaan, jenis Penerimaan Daerah, obyek Transfer dari Dana Depresiasi;
b. Bagian, kelompok dan jenis Belanja Modal.

Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

246

Bagian Keenam
Proses Penyusunan APBD
Pasal 36
(1)
(2)

(3)

Dalam rangka menyiapkan APBD, Pemerintah Daerah bersama-sama DPRD menyusun


Arah dan Kebijakan Umum APBD;
Penyusunan Arah dan Kebijakan Umum APBD sebagaiman dimaksud pada ayat (1),
diawali dengan penjaringan aspirasi masyarakat dan berpedoman pada Rencana Strategis
Daerah dan/atau dokumen perencanaan Daerah lainnya yang ditetapkan Daerah, serta pokokpokok kebijakan Nasional di bidang Keuangan Daerah yang ditetapkan oleh Menteri Dalam
Negeri;
Mekanisme penyusunan Arah dan Kebijakan Umum APBD.sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) ditetapkan dengan Keputusan Bupati.
Pasal 37

(1)
(2)
(3)

Berdasarkan Arah dan Kebijakan Umum APBD.sebagaimana dimaksud pada Pasal 36 ayat
(1), Bupati menyusun Strategi dan Prioritas APBD;
Untuk menyusun Strategi dan Prioritas APBD, Bupati membentuk Tim Anggaran
Eksekutif yang diketahui oleh Sekretaris Daerah yang anggotanya terdiri atas unsur pejabat
perangkat Daerah yang terkait;
Mekanisme penyusunan Strategi dan Prioritas APBD sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
ditetapkan dengan Keputusan Bupati.
Pasal 38

(1)

Berdasarkan Arah dan Kebijakan Umum APBD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36 ayat
(1) serta Strategi dan Prioritas APBD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 37 ayat (1), Bupati
menetapkan kebijakan penganggaran Unit Kerja sebagai pedoman Perangkat Daerah untuk
menyusun Usulan Program, Kegiatan dan Anggaran;

(2)

Mekanisme pembuatan kebijakan penganggaran Unit Kerja sebagaimana dimaksud pada


ayat (1) ditetapkan dengan Keputusan Bupati.
Pasal 39

(1)
(2)
(3)
(4)

Usulan Program, Kegiatan dan Anggaran Unit Kerja sebagaimana dimaksud pada Pasal 38
ayat (1) disusun berdasarkan pendekatan kinerja;
Usulan Program, Kegiatan dan Anggaran Unit Kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dituangkan dalam Rencana Anggaran Satuan Kerja;
Penyusunan Usulan Program, Kegiatan dan Anggaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
ditetapkan dengan Keputusan Bupati;
Bentuk dan cara pengisian Rencana Anggaran Satuan Kerja sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) ditetapkan dengan Keputusan Bupati.

Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

247

Pasal 40
(1)
(2)

Rencana Anggaran Satuan Kerja sebagaimana dimaksud pada Pasal 39 ayat (2) disampaikan
kepada Tim Anggaran Eksekutif dan Panitia Anggaran Legislatif untuk dibahas dalam rangka
penyusunan Rancangan APBD;
Hasil pembahasan terhadap Rencana Anggaran Satuan Kerja sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) digunakan sebagai dasar penyusunan Rancangan APBD.
Pasal 41

(1) Rancangan Peraturan Daerah tentang APBD terdiri dari Rancangan Peraturan Daerah tentang
APBD beserta dokumen pendukungnya;
(2) Dokumen pendukung sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat terdiri atas :
a.Ringkasan APBD
b. Rincian APBD
c.Daftar Rekapitulasi APBD berdasarkan Bidang Pemerintahan dan Perangkat Daerah;
d. Daftar Jumlah Pegawai per Golongan dan per Jabatan ;
e.Daftar Piutang Daerah ;
f. Daftar Pinjaman Daerah ;
g. Daftar Investasi (Penyertaan Modal ) Daerah ;
h. Daftar Ringkasan Nilai Aktiva Tetap Daerah ;
i. Daftar Dana Cadangan ;
(3) Rincian APBD sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b memuat uraian kelompok, jenis,
dan obyek pendapatan, belanja serta pembiayaan per Unit Kerja;
(4) Susunan Aktiva Daerah dan Utang Daerah ditetapkan dengan Keputusan Bupati;
(5) Format Rancangan Peraturan Daerah tentang APBD beserta dokumen pendukung
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tercantum dalam Lampiran Peraturan Daerah ini dan
merupakan bagian yang tidak terpisahkan.
Bagian Ketujuh
Penetapan APBD
Pasal 42
(1)
(2)
(3)
(4)

Rancangan Peraturan Daerah tentang APBD beserta penjelasan dan dokumen pendukungnya
disampaikan oleh Bupati kepada DPRD pada minggu pertama bulan Oktober tahun
sebelumnya;
Penyampaian Rancangan Peraturan Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disertai
dengan Nota Keuangan;
DPRD menetapkan agenda pembahasan Rancangan Peraturan Daerah sebagaimana
dimaksud pada ayat (1);
Rancangan Peraturan Daerah tentang APBD disetujui oleh DPRD paling lambat 3 (tiga)
bulan setelah disampaikan oleh Bupati;

Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

248

(5)

Format Nota Keuangan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditetapkan dengan Keputusan
Bupati.
Pasal 43

(1)
(2)
(3)

Rancangan Peraturan Daerah tentang APBD ditindaklanjuti dengan Keputusan Bupati


tentang penjabaran APBD;
Keputusan Bupati sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disusun menurut kelompok, jenis,
obyek pendapatan, belanja dan pembiayaan;
Bentuk Penjabaran APBD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan
Keputusan Bupati.
Pasal 44

(1)
(2)
(3)
(4)

Berdasarkan Peraturan Daerah tentang APBD, Bupati menetapkan Rencana Anggaran Satuan
Kerja sebagaimana dimaksud pada Pasal 40 ayat (2) menjadi Dokumen Anggaran Satuan
Kerja;
Dokumen Anggaran Satuan Kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memuat Anggaran
Pendapatan dan Belanja setiap Perangkat Daerah yang digunakan sebagai dasar pelaksanaan
oleh Pengguna Anggaran;
Dokumen Anggaran Satuan Kerja ditetapkan paling lambat 1 (satu) bulan setelah Peraturan
Daerah tentang APBD ditetapkan;
Bentuk Dokumen Anggaran Satuan Kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan
dengan Keputusan Bupati.

BAB V
PERUBAHAN APBD
Bagian Pertama
Proses Penyusunan Perubahan APBD
Pasal 45
(1)

(2)
(3)

Perubahan APBD dilakukan sehubungan dengan :


a.Kebijakan Pemerintah Pusat dan atau Pemerintah Daerah yang bersifat strategis;
b. Penyesuaian akibat tidak tercapainya target penerimaan daerah yang ditetapkan; atau
c.Terjadinya kebutuhan yang mendesak.
Hal-hal yang melatarbelakangi terjadinya Perubahan APBD, dibahas bersama Pemerintah
Daerah dengan DPRD;
Hasil pembahasan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dituangkan dalam Perubahan Arah
dan Kebijakan Umum APBD serta perubahan Strategi dan Priorotas APBD ditetapkan oleh

Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

249

(4)
(5)
(6)

Bupati sebagai pedoman Perangkat Daerah dalam menyusun usulan perubahan program,
kegiatan dan anggaran;
Usulan perubahan program, kegiatan dan anggaran sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
dituangkan dalam Perubahan Rencana Anggaran Satuan Kerja dan disampaikan oleh setiap
Perangkat daerah kepada Tim Anggaran Eksekutif untuk dibahas;
Hasil pembahasan Perubahan Rencana Anggaran Satuan Kerja sebagaimana dimaksud
pada ayat (4) dituangkan ke dalam Rancangan Perubahan APBD;
Rancangan Perubahan APBD memuat anggaran daerah yang tidak mengalami perubahan
dan yang mengalami perubahan.
Pasal 46

(1)
(2)

(3)

Rancangan Peraturan Daerah tentang Perubahan APBD terdiri dari Rancangan Peraturan
Daerah tentang Perubahan APBD beserta dokumen pendukungnya.
Dokumen pendukung sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas :
a.Ringkasan Perubahan APBD;
b. Rincian Perubahan APBD;
c.Daftar Rekapitulasi Perubahan APBD berdasarkan Bidang Pemerintahan dan Organisasi;
d. Neraca Pemerintah Daerah Tahun Anggaran Yang Lalu.
Format Rancangan Peraturan Daerah tentang Perubahan APBD beserta dokumen
pendukungnya sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dicantumkan dalam Lampiran Peraturan
Daerah ini dan merupakan bagian yang tidak terpisahkan.
Bagian Kedua
Penetapan Perubahan APBD
Pasal 47

(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

Rancangan Peraturan Daerah tentang Perubahan APBD beserta dokumen pendukungnya


disampaikan oleh Bupati kepada DPRD untuk dimintakan persetujuan;
Penyampaian Rancangan Peraturan Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
disampaikan oleh Bupati kepada DPRD pada awal bulan Juni tahunanggaran yang
bersangkutan;
Penyampaian rancangan Perubahan APBD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disertai
dengan prognosis untuk 6 (bulan) berikutnya;
DPRD menetapkan agenda Pembahasan Rancangan Peraturan Daerah sebagaimana
dimaksud pada ayat (1);
Rancangan Peraturan Daerah tentang Perubahan APBD yang telah disetujui DPRD
disahkan oleh Bupati menjadi Peraturan Daerah tentang Perubahan APBD paling lambat tiga
bulan sebelum tahun anggaran berakhir;
Nota Perubahan APBD sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditetapkan dengan Keputusan
Bupati.

Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

250

Pasal 48
(1)
(2)
(3)

Peraturan Daerah tentang Perubahan APBD ditindaklanjuti dengan Keputusan Bupati


tentang Penjabaran Perubahan APBD;
Keputusan Bupati sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disusun menurut kelompok, jenis,
obyek, rincian obyek pendapatan, belanja dan pembiayaan;
Bentuk Penjabaran Perubahan APBD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan
dengan Keputusan Bupati.
Pasal 49

(1)
(2)
(3)

Berdasarkan Peraturan Daerah tentang perubahan APBD, Bupati menetapkan Perubahan


Rencana Anggaran Satuan Kerja menjadi Perubahan Dokumen Anggaran Satuan Kerja;
Perubahan Dokumen Anggaran Satuan Kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memuat
Pendapatan dan Belanja setiap Perangkat Daerah yang digunakan sebagai dasar pelaksanaan
oleh Pengguna Anggaran;
Bentuk Penjabaran Perubahan APBD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan
dengan Keputusan Bupati.
Pasal 50

(1)
(2)
(3)

Bila dipandang perlu, Pemerintah Daerah dapat melakukan pergeseran anggaran


dalam tahun berjalan;
Pelaksanaan pergeseran anggaran dapat dilakukan untuk meningkatkan efisiensi
dan efektivitas Anggaran Daerah;
Tata cara pergeseran anggaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan
dengan Keputusan Bupati dan diberitahukan kepada DPRD.
BAB VI
KEDUDUKAN KEUANGAN BUPATI DAN WAKIL BUPATI
Bagian Pertama
Gaji dan Tunjangan
Pasal 51

(1) Bupati dan Wakil Bupati diberikan gaji yang terdiri dari gaji pokok, tunjangan jabatan dan
tunjangan lainnya;
(2) Besarnya gaji pokok Bupati dan Wakil Bupati ditetapkan sesuai dengan peraturan perundangundangan yang berlaku;

Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

251

(3) Tunjangan jabatan dan tunjangan lainnya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan atau kemampuan
keuangan daerah.
Bagian Kedua
Sarana dan Prasarana
Pasal 52
(1)
(2)
(3)

Bupati dan Wakil Bupati disediakan masing-masing 1 (satu) rumah jabatan beserta
perlengkapannya dan 1 (satu) unit kendaraan dinas;
Biaya pemeliharaan rumah jabatan beserta perlengkapan, dan kendaraan dinas sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dibebankan pada APBD;
Apabila Bupati dan Wakil Bupati berhenti dari jabatannya, rumah jabatan beserta
perlengkapannya dan kendaraan dinas diserahkan kembali dalam keadaan lengkap dan baik
kepada Pemerintah Daerah paling lambat satu bulan setelah masa jabatan berakhir.
Bagian Ketiga
Biaya Operasional
Pasal 53

(1)
(2)

Dalam melaksanakan tugasnya, Bupati dan Wakil Bupati disediakan anggaran;


Anggaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1), terdiri atas Belanja Rumah Tangga, Belanja
Inventaris Rumah Jabatan, Biaya Pemeliharaan Rumah Jabatan dan Inventaris, Belanja
Pemeliharaan Kendaraan Dinas, Belanja Pemeliharaan Kesehatan, Belanja Perjalanan Dinas,
Belanja Pakaian Dinas, dan Belanja Penunjang Operasional.
Pasal 54

Besarnya anggaran belanja penunjang operasional sebagaimana dimaksud pada Pasal 53


ayat
(2) ditetapkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan atau
kemampuan keuangan daerah.
BAB VII
KEDUDUKAN KEUANGAN DPRD
Bagian Pertama
Penghasilan dan Sarana Penunjang Kegiatan DPRD
Pasal 55
Dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya, Pimpinan dan Anggota DPRD diberikan
penghasilan dan sarana prasarana penunjang kegiatan yang terdiri dari :
1.
Penghasilan Tetap;
2.
Penghasilan Lainnya;
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

252

3.

Sarana dan Prasarana Penunjang Kegiatan.


Bagian Kedua
Penghasilan Tetap
Pasal 56

Penghasilan Tetap Pimpinan dan Anggota DPRD sebagaimana dimaksud pada Pasal 55
terdiri dari :
a.
Uang Representasi;
b.
Uang Paket ;
c.
Tunjangan Jabatan;
d.
Tunjangan Komisi;
e.
Tunjangan Kesejahteraan
f.
Tunjangan Khusus
Pasal 57
(1)
(2)

Pimpinan dan Angaota DPRD menerima Uang Representasi;


Besarnya uang representasi sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1) disesuaikan dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Pasal 58

(1)
(2)

Pimpinan dan Angaota DPRD diberikan Uang Paket;


Besarnya uang paket sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1) disesuaikan dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Pasal 59

(1)
(2)

Pimpinan dan Anggota DPRD diberikan Tunjangan Jabatan.


Besarnya tunjangan jabatan sebagaimana dimaksud dengan ayat (1) disesuaikan dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Pasal 60

(1)
(2)

Pimpinan dan Anggota DPRD diberikan Tunjangan Alat Kelengkapan DPRD;


Tunjangan Alat Kelengkapan DPRD senagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri dari :
a. Tunjangan Komosi
b. Tunjangan Panitia Musyawarah
c. Tunjangan Panitia Anggaran
d. Tunjangan Badan Kehormatan
e. Tunjangan Alat Kelengkapan lainnya.

Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

253

(3)

Besarnya tunjangan alat kelengkapan DPRD sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
disesuaikan dengan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku.
Pasal 61

(1)
(2)

(3)

Pimpinan dan Anggota DPRD diberikan Tunjangan Khusus;


Tunjangan Khusus sebagaimana dimaksud ayat (1) terdiri dari :
a. Tunjangan PPh Pasal 21;
b. Tunjangan Kehormatan ;
c. Tunjangan Perbaikan Penghasilan;
d. Tunjangan Asuransi;
e. Tunjangan Perumahan.
Besarnya tunjangan khusus sebagaimana dimaksud dengan ayat (2) disesuaikan dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku dan atau sesuai dengan kemampuan Keuangan
Daerah.
Bagian Ketiga
Penghasilan Lainnya
Pasal 62

Tunjangan Kesejahteraan sebagaimana dimaksud pada pasal 56 terdiri dari :


a. Kesehatan dan Pengobatan termasuk suami/istri beserta maksimum 2 (dua) orang anak;
b. Rumah jabatan beserta perlengkapannya untuk unsur Pimpinan DPRD;
c. Kendaraan Dinas;
d. Rumah Dinas beserta perlengkapannya untuk Anggota DPRD;
e. Pakain Dinas;
f. Uang Duka wafat/ tewas;
g. Biaya pengangkutan Jenazah.
Pasal 63
(1)

Tunjangan Kesejahteraan DPRD Panitia terdiri dari :


Tunjangan Istri / Suami ;
Tunjangan Anak ;
Tunjangan Beras.
Besarnya jumlah uang sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1) disesuaikan dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
a.
b.
c.

(2)

Pasal 64
(1)
(2)

Pimpinan dan Anggota DPRD diberikan Tunjangan Kesehatan;


Besarnya tunjangan kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disesuaikan dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku dan atau kemampuan keuangan daerah;

Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

254

Pasal 65
(1) Panitia DPRD diberikan Tunjangan Panitia.
(2) Tunjangan Panitia terdiri dari :
a. Tunjangan Panitia Musyawarah;
b. Tunjangan Panitia anggaran;
c. Tunjangan Panitia Panitia;
d. Tunjangan Badan Kehormatan.
(3) Besarnya Tunjangan Panitia sebagaimana dimaksud dengan ayat (2) disesuaikan dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku dan atau kemampuan keuangan daerah.
Pasal 66
(1) Pimpinan dan Anggota DPRD diberikan Biaya Penunjang Kegiatan;
(2) Biaya Penunjang Kegiatan terdiri dari :
a. Biaya Penunjang Kegiatan Ketua, Wakil Ketua, dan Anggota DPRD;
b. Biaya Penunjang Kegiatan Fraksi;
c. Biaya Penunjang Kegiatan Komisi;
d. Biaya Penunjang Kegiatan Masa Reses;
e. Biaya Tunjangan Hari Raya.
(3) Besarnya biaya penunjang kegiatan sebagaimana dimaksud dengan ayat (2) disesuaikan
dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan atau kemampuan Keuangan Daerah.
Bagian Keempat
Sarana dan Prasarana Penunjang Kegiatan DPRD
Pasal 67
(1)
(2)
(3)

Untuk menunjang kelancaran pelaksanaan tugas pokok dan fungsinya, Pimpinan dan
Anggota DPRD diberikan sarana dan prasarana penunjang kegiatan;
Sarana dan Prasarana penunjang kegiatan sebagaimana dimaksud ayat (1) terdiri dari :
a. Belanja Pakaian Dinas;
b. Belanja Perjalanan Dinas.
Besarnya belanja sarana dan prasarana penunjang kegiatan sebagaimana dimaksud dengan
ayat (2) disesuaikan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan atau
kemampuan keuangan daerah.
Pasal 68

Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

255

(1)
(2)
(3)
(4)

Ketua DPRD dan Wakil Keta disediakan rumah jabatan beserta perlengkapannya dan
masing-masing 1 (satu) unit kendaraan Dinas;
Angota DPRD disediakan masing-masing Rumah Dinas beserta perlengkapannya sesuai
dengan kemampuan keuangan Daerah;
Biaya pemeliharaan rumah jabatan beserta perlengkapan, dan kendaraan dinas sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), ayat (2) dibebankan pada APBD;
Apabila Pimpinan dan Anggota DPRD berhenti atau berakhir masa baktinya, rumah jabatan
beserta perlengkapannya dan kendaraan dinas diserahkan kembali dalam keadaan baik
kepada Pemerintah Daerah.
Bagian Kelima
Biaya Sekretariat DPRD
Pasal 69

(1)
(2)

(3)

Untuk membantu pelaksanaan kegaiatan DPRD disediakan anggaran belanja pada


Sekretariat DPRD;
Anggaran belanja sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas :
a.Belanja Administrasi Umum.
b. Belanja Operasi dan Pemeliharaan.
c.Belanja Modal.
Besarnya Anggaran Belanja Sekretariat DPRD sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
disesuaikan dengan kebutuhan dan kemampuan keuangan daerah.
Bagian Keenam
Pengelolaan Keuangan DPRD
Pasal 70

(1)
(2)
(3)

Pimpinan DPRD dan Sekretaris DPRD menyusun rencana Anggaran Belanja DPRD dengan
pertimbangan Panitia Anggaran DPRD;
Anggaran Belanja DPRD dan Sekretariat DPRD merupakan bagian yang tidak terpisahkan
dari APBD;
Pengelolaan Keuangan DPRD dilaksanakan oleh Sekretaris DPRD berpedoman pada
ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
BAB VIII
PELAKSANAAN APBD
Bagian Pertama
Penerimaan Kas
Pasal 71

(1)

Setiap penerimaan kas disetor sepenuhnya ke Rekening Kas Daerah;

Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

256

(2)
(3)
(4)

Penyetoran ke Rekening Kas Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menggunakan
Surat Tanda Setoran (STS) atau Bukti Penerimaan Kas lainnya yang sah;
STS atau bukti Penerimaan Kas lainnya yang sah sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
merupakan dokumen atau bukti transaksi yang menjadi dasar pencatatan akuntansi;
Format STS dan cara pengisiannya ditetapkan dengan Keputusan Bupati.
Pasal 72

(1)
(2)

Khusus untuk Perangkat Daerah yang bertanggungjawab atas Pendapatan Asli Daerah,
Satuan Pemegang Kas menunjuk Petugas Pemungut Uang yang bertugas mengumpulkan
uang hasil Pajak Daerah dan Retribusi Daerah;
Petugas Pemunggut Uang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib menyetor seluruh uang
yang diterimanya ke Bank atas nama Rekening Kas Daerah paling lambat satu hari kerja
sejak saat uang kas tersebut diterima.
Pasal 73

Satuan Pemegang Kas dilarang menyimpan Kas yang diterimanya atas nama pribadi atau
instansinya pada suatu bank atau lembaga keuangan lainnya.
Pasal 74
(1)
(2)
(3)
(4)

Untuk kelancaran penyetoran kas, Pemerintah Daerah dapat menunjuk Badan, Lembaga
Keuangan atau Kantor Pos yang bertugas melaksanakan sebagian fungsi Satuan Pemegang
kas;
Badan, Lembaga Keuangan atau Kantor Pos sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menyetor
seluruh uang kas yang diterimanya ke Rekening Kas Daerah di Bank secara periodik;
Badan, Lembaga Keuangan atau Kantor Pos sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
mempertanggungjawabkan seluruh uang kas yang diterimanya kepada Bupati melalui
Bendahara Umum daerah;
Mekanisme pertanggungjawaban sebagaimana dimaksud pada ayat (3) ditetapkan dengan
Keputusan Bupati.
Pasal 75

(1)
(2)

Semua Kas yang diterima kembali dari pengeluaran yang telah diselesaikan dengan SPM
dibukukan sebagai pengurangan atas Pos Belanja daerah tersebut;
Penerimaan-penerimaan seperti dimaksud pada ayat (1) yang terjadi setelah Tahun Anggaran
ditutup, dibukukan pada Kelompok Pendapatan Asli Daerah, Jenis lain-lain Pendapatan Asli
Daerah yang sah.
Pasal 76

Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

257

(1)

Penerimaan kas yang berasal dari hasil penjualan dan atau ganti rugi pelepasan hak asset
Daerah dibukukan pada Kelompok Pendapatan Asli Daerah, Jenis lain-lain Pendapatan Asli
Daerah yang sah;

(2)

Penerimaan kas yang berasal dari hasil penjualan dan atau ganti rugi pelepasan hak asset
Daerah yang dipisahkan dibukukan pada Kelompok Pembiayaan, Jenis Penerimaan Daerah,
Obyek Hasil Penjualan Aset Daerah yang dipisahkan.
Pasal 77

Penerimaan kas yang berasal dari pungutan atau potongan yang akan disetor kepada pihak ketiga
dibukukan pada Pos Hutang Perhitungan Pihak Ketiga.
Pasal 78
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

Pengeluaran kas yang mengakibatkan beban APBD, tidak dapat dilakukan sebelum
Rancangan Peraturan Daerah tentang APBD disahkan dan ditempatkan dalam Lembaran
Daerah;
Pengecualian dari ayat (1) diatur dengan Keputusan Bupati;
Untuk pengeluaran kas atas beban APBD, terlebih dahulu diterbitkan Surat Keputusan
Otorisasi (SKO) atau keputusan lainnya yang disamakan dengan itu, yang ditetapkan dengan
Keputusan Bupati;
Penerbitan SKO sebagaimana dimaksud pada ayat (3) didasarkan atas Anggaran Kas yang
ditetapkan dengan Keputusan Bupati;
Setiap pengeluaran kas harus didukung oleh bukti yang lengkap dan sah;
Bentuk SKO dan cara pengisiannya sebagaimana dimaksud pada ayat (3) ditetapkan dengan
Keputusan Bupati.
Pasal 79

Setiap orang yang diberi kewenangan menandatangani dan atau mengesahkan surat bukti yang
menjadi dasar pengeluaran kas bertanggung jawab atas kebenaran dan akibat dari penggunaan
bukti tersebut.
Pasal 80
(1)
(2)
(3)
(4)

Untuk melaksanakan pengeluaran kas, Pengguna Anggaran mengajukan Surat Permintaan


Pembayaran kepada Pejabat yang melaksanakan fungsi perbendaharaan;
SPP sebagaimana tersebut pada ayat (1) diajukan setelah SKO diterbitkan;
Pengajuan pengeluaran kas untuk pembayaran beban tetap dilakukan dengan SPP Beban
Tetap (SPP-BT);
Pengajuan pengeluaran kas untuk pengisian kas oleh Unit Pemegang Kas dilakukan dengan
SPP Pengisian Kas (SPP-PK);

Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

258

(5)

Bentuk SPP-BT, SPP-PK, dan cara pengisiannya sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dan
ayat (4) ditetapkan dengan Keputusan Bupati.
Pasal 81

(1) Pembayaran Beban Tetap dapat dilakukan antara lain untuk keperluan :
a. Belanja Pegawai;
b. Belanja Perjalanan Dinas sepanjang mengenai uang pesangon;
c. Belanja Bagi Hasil dan Bantuan Keuangan;
d. Pembayaran pokok pinjaman yang jatuh tempo, biaya bunga dan biaya administrasi
pinjaman;
e. Pelaksanaan pekerjaan oleh pihak ketiga;
f. Pembelian Barang dan Jasa ; dan
g. Pembelian barang dan bahan untuk pekerjaan yang dilaksanakan sendiri yang jenis dan
nilainya ditetapkan oleh Bupati.
(2) Pembayaran atas SPP-BT dapat dilakukan setelah Pejabat sebagaimana dimaksud pada Pasal
80 ayat (1) menyatakan lengkap dan sah terhadap dokumen yang dilampirkan, antara lain :
a. SPP-BT;
b. Nomor Pokok Wajib Pajak;
c. SKO;
d. Daftar rincian penggunaan anggaran belanja;
e. Penunjukan rekanan, disertai risalah pelelangan;
f. SPK bagi penunjukan rekanan yang tidak melalui pelelangan;
g. Kontrak pelaksanaan pengadaan barang/jasa;
h. Tanda terima pembayaran, kwitansi, nota dan atau faktur yang disetujui Kepala Unit Kerja
Pengguna Anggaran;
i. Berita acara tingkat penyelesaian pekerjaan;
j. Berita acara penerimaan barang/pekerjaan;
k. Faktur pajak;
l. Berita acara pembebasan tanah yang dibuat oleh panitia pembebasan tanah;
m. Akte notaris untuk pembelian barang tidak bergerak lainnya;
n. Foto dokumentasi;
o. Surat angkutan;
p. Konosemen;
q. Surat jaminan uang muka;
r. Berita acara pembayaran ; dan
s. Surat bukti pendukung lainnya.
Pasal 82
Pembayaran untuk Pengisian Kas dapat dilakukan apabila SPP-PK, SKO, Daftar Rincian
Penggunaan Anggaran Belanja dan SPJ berikut pendukung lainnya atas realisasi pencairan SPP
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

259

bulan sebelumnya dinyatakan lengkap dan sah oleh Pejabat sebagaimana dimaksud pada Pasal 80
ayat (1).
Pasal 83
(1)

Setiap SPP yang telah memenuhi persyaratan dan disetujui oleh Pejabat sebagaimana
dimaksud pada Pasal 80 ayat (1) dapat diterbitkan Surat Perintah Membayar (SPM);

(2)

Batas waktu antara penerimaan SPP-BT/SPP-PK dengan penerbitan SPM-BT/SPM-PK oleh


Pejabat sebagaimana dimaksud pada Pasal 80 ayat (1) ditetapkan oleh Bupati dengan
mempertimbangkan kelancaran dan kemudahan pelayanan Administrasi Pemerintah Daerah;
Bentuk SPM-BT dan SPM-PK dan cara pengisiannya sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
ditetapkan dengan Keputusan Bupati.

(3)

Pasal 84
(1)
(2)
(3)

(1)
(2)
(3)
(4)

Pengguna Anggaran wajib mempertanggungjawabkan uang yang digunakan dengan cara


membuat SPJ yang dilampiri dengan bukti-bukti pengeluaran yang lengkap dan sah;
SPJ berikut lampirannya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan kepada Bupati
paling lambat 10 (sepuluh) bulan berikutnya;
Bentuk SPJ dan cara pengisiannya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan
Keputusan Bupati.
Bagian Ketiga
Pembiayaan
Pasal 85
Dana Cadangan dibukukan dalam rekening tersendiri atas nama Dana Cadangan Pemerintah
Daerah, yang dikelola oleh Bendaharawan Umum Daerah;
Dana Cadangan tidak dapat digunakan untuk membiayai program atau kegiatan lain diluar
yang telah ditetapkan;
Program atau kegiatan yang ditetapkan berdasarkan Peraturan daerah sebagaimana dimaksud
pada Pasal 31 dilaksanakan apabila Dana Cadangan yang disisihkan telah tercapai;
Untuk pelaksanaan program atau kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (3), Dana
Cadangan dimaksud terlebih dahulu dipindah bukukan ke Rekening Kas Daerah.
Pasal 86

Penatausahaan pelaksanaan program atau kegaiatan yang dibiayai dari Dana Cadangan
diperlakukan sama dengan Penatausaan pelaksanaan program atau kegiatan lainnya.
Pasal 87
(1)

Pinjamanan Daerah baik jangka pendek, jangka dan jangka panjang sebagaimana dimaksud
pada pasal 30 ayat (1) disalurkan melalui Rekening Kas Daerah;

Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

260

(2)
(3)

Penatausahaan pelaksanaan program atau kegiatan yang dibiayai dari Pinjaman Daerah
diperlakukan sama dengan penatausahaan pelaksanaan program atau kegiatan lainnya;
Semua penerimaan dan kewajiban dalam rangka Pinjaman Daerah dicantumkan dalam
Daftar Pinjaman Daerah;
Bagian Keempat
Barang dan Jasa
Pasal 88

(1) Prinsip-prinsip pengadaan barang dan jasa dalam rangka pelaksanaan APBD dilakukan sebagai
berikut :
a. Hemat, tidak mewah, efisien dan sesuai dengan kebutuhan teknis yang disyaratkan /
ditetapkan;
b. Terarah dan terkendali sesuai dengan kebutuhan dalam melaksanakan tugas pokok dan
fungsi perangkat daerah;
c. Memberikan kesempatan berusaha bagi pengusaha kecil, menengah dan koperasi;
(2) Prosedur dan mekanisme pengadaan barang dan jasa diatur lebih lanjut dengan Keputusan
Bupati sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku;
(3) Harga satuan barang dan jasa ditetapkan dengan Keputusan Bupati.
Pasal 89
(1) Seluruh barang yang pengadaannya atas beban APBD, wajib dibukukan kedalam Rekening
Aset Daerah yang berkenan, dan dicatat dalam Daftar Aset Daerah sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku;
(2) Pembukuan Aset Daerah, termasuk perhitungan nilai buku depresiasi dan kapitalisasi,
dilakukan oleh Unit Kerja yang melaksanakan fungsi akuntasi Pemerintah Daerah.
Pasal 90
Dalam hal pengelolaan Aset Daerah menghasilkan penerimaan maka penerimaan tersebut menjadi
Penerimaan Daerah dan disetor seluruhnya ke Rekening Kas Daerah.
Pasal 91
(1) Aset Daerah yang dicuri atau hilang, rusak atau musnah dapat dihapuskan dari pembukuan
Aset dan Daftar Inventaris Aset Daerah;
(2) Setiap penghapusan aset daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pasal ini, diatur sebagai
berikut :
a. Barang bergerak seperti kendaraan Perorangan Dinas dan Kendaraan Operasional Dinas
ditetapkan oleh Bupati setelah memperoleh persetujuan DPRD sedangkan untuk barang
inventaris lainnya cukup ditetapkan dengan Keputusan Bupati dan diberitahukan kepada
DPRD;
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

261

b. Barang tidak bergerak seperti tanah, gedung/bangunan ditetapkan dengan Keputusan


Bupati setelah memperoleh persetujuan DPRD;
c. Untuk bangunan/gedung yang akan dibangun kembali (rehab total) sesuai peruntukan
semula serta yang sifatnya mendesak atau membahayakan, penghapusannya cukup dengan
Keputusan Bupati dan diberitahukan kepada DPRD.
(3) Tatacara penghapusan aset daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan (2) pasal ini,
diatur dengan Keputusan Bupati,
Pasal 92
(1) Aset yang berasal dari pihak ketiga berupa donasi, hibah, bantuan, sumbangan, kewajiban dan
tukar guling yang menjadi milik Pemerintah Daerah dituangkan dalam Berita Acara Serah
Terima;
(2) Aset sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diukur berdasarkan nilai wajar dari harga pasar atau
harga gantinya.
Pasal 93
Penambahan atau pengurangan nilai akibat perubahan status hukum aset milik daerah dibukukan
pada rekening aset daerah tersebut dan dicatat dalam Daftar Inventaris Barang Daerah.
Bagian Kelima
Sistem Akuntansi Keuangan Daerah
Pasal 94
(1) Sistem akuntansi yang meliputi proses pencatatan, pengolongan, penafsiran, peringkasan
transaksi atau kejadian keuangan serta pelaporan keuangannya dalam rangka pelaksanaan
APBD, dilaksanakan sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi yang diterima umum;
(2) Sistem akuntansi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan Keputusan Bupati
berdasarkan peraturan perundangan-undangan yang berlaku.
Pasal 95
(1) Dalam menerapkan Sistem Akuntansi Keuangan Daerah sebagaimana dimaksud pasal 95
digunakan Kebijakan Akuntansi yang mengatur perlakuan akuntansi untuk menjamin
konsistensi pelaporan keuangan daerah;
(2) Perlakuan akuntansi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri dari definisi, pengakuan,
pengukuran, penilaian dan pengungkapan, pendapatan, belanja, pembiayaan, aktiva, hutang
serta ekuitas dana;
(3) Kebijakan akuntansi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan Keputusan
Bupati tentang Sistem Akuntansi Keuangan Daerah;
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

262

(4) Penyesuaian Kebijakan Akuntansi sebagaimana dimaksud pada ayat (3) berpedoman pada
standar akuntansi keuangan Pemerintah Daerah yang berlaku.
Pasal 96
(1) Untuk mengatur pengorganisasian dokumen, uang, barang, catatan akuntansi dan laporan
keuangan ditetapkan sistem dan prosedur akuntansi;
(2) Sistem dan prosedur akuntansi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri dari :
a. Sistem dan prosedur akuntansi penerimaan kas;
b. Sistem dan prosedur akuntansi pengeluaran kas;
c. Sistem dan prosedur akuntansi selain kas.
(3) Sistem dan prosedur akuntansi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan
Keputusan Bupati tentang Sistem Akuntansi Keuangan Daerah.
BAB IX
LAPORAN PERTANGGUNGJAWABAN KEUANGAN DAERAH
Bagian Pertama
Prinsip-prinsip Pelaporan Keuangan
Pasal 97
Pelaporan Keuangan Daerah harus mengungkapkan :
a. Secara wajar dan menyeluruh kegiatan Pemerintah Daerah, pencapaian kinerja keuangan
daerah dan pemanfaatan sumber daya ekonomis serta ketaatan terhadap peraturan perundangundangan;
b. Perbandingan antara realisasi dan anggaran serta penyebab terjadinya selisih antara realisasi
dengan anggarannya;
c. Konsistensi penyusunan laporan keuangan antara satu periode akuntasi dengan periode
akuntasi sebelumnya;
d. Perubahan kebijakan akuntasi yang diterapkan;
e. Transaksi atau kejadian penting yang terjadi setalah tanggal tutup buku yang mempengaruhi
kondisi keuangan; dan
f. Catatan-catatan terhadap isi laporan keuangan dan informasi tambahan lainnya yang
diperlukan yang merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan dari pelaporan keuangan;
Bagian Kedua
Laporan Keuangan Penggunaan Anggaran
Pasal 98
(1) Setiap akhir bulan Kepala Unit Kerja Pengguna Anggaran wajib menyampaikan Laporan
Keuangan Penggunaan Anggaran kepada Bupati;
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

263

(2) Laporan Keuangan Penggunaan Anggaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
menggambarkan tentang pencapaian kinerja program dan kegiatan, kemajuan realisasi
pencapaian target pendapatan, realisasi penyerapan belanja, serta realisasi pembiayaan;
(3) Mekanisme pelaporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan Keputusan
Bupati.
Bagian Ketiga
Laporan Triwulanan
Pasal 99
(1) Pemerintah Daerah menyampaikan Laporan Triwulan sebagai pemberitahuan pelaksanaan
APBD kepada DPRD;
(2) Laporan Triwulan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan paling lambat 1 (satu)
bulan setelah berakhirnya Triwulan yang bersangkutan;
(3) Bentuk Laporan Triwulan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditetapkan dengan Keputusan
Bupati
Bagian Keempat
Laporan Akhir Tahun Anggaran
Pasal 100
(1) Setelah Tahun Anggaran terlewati, Bupati menyampaikan Laporan Perhitungan jawaban
pelaksanaan APBD kepada DPRD berupa laporan Keuangan yang telah diperiksa oleh Badan
Pemeriksa keuangan selambat-lambatnya 6 (enam) bulan setelah Tahun Anggaran berakhir;
(2) Laporan Pertanggungjawaban dimaksud setidak-tidaknya meliputi realisasi APBD, Neraca,
Laporan, Aliran Kas dan catatan atas Laporan Keuangan yang dilampiri Laporan Keuangan
Perusahaan Daerah.
(3) Laporan Pertanggungjawaban Keuangan Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilengkapi dengan pencapian kinerja berdasarkan tolok ukur Rencana Strategis, dan
disampaikan paling lambat 3 (tiga) bulan setelah berakhirnya tahun anggaran yang
bersangkutan.
Pasal 101
Laporan Perhitungan APBD sebagaimana dimaksud pada Pasal 101 ayat (1) huruf a berupa rincian
anggaran setalah perubahan, rincian realisasi, dan perhitungan selisih antara anggaran dengan
realisasi pendapatan dan belanja Daerah, disertai dengan kejelasan tentang penyebab terjadinya
selisih antara anggaran dengan realisasi, baik karena faktor terkendali maupun yang tidak
terkendali dari penanggung jawab program atau kegiatan.
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

264

Pasal 102
(1) Nota Perhitungan APBD sebagaimana dimaksud pada Pasal 101 ayat (1) huruf b disusun
berdasarkan Laporan Perhitungan APBD;
(2) Nota Perhitungan APBD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memuat ringkasan realisasi
pendapatan, belanja dan pembiayaan serta laporan kinerja keuangan daerah yang mencakup
antara lain :
a. Pencapaian Kinerja Daerah dalam melaksanakan program yang direncanakan;
b. Bagian belanja APBD yang digunakan untuk membiayai untuk Administrasi Umum,
kegiatan Operasi dan Pemeliharaan serta Belanja Modal untuk aparatur daerah dan
pelayanan publik;
c. Bagian Belanja APBD yang digunakan untuk anggaran DPRD dan Sekretariat DPRD;
dan
d. Posisi Rekening Dana Cadangan.
(3) Bentuk Nota Perhitungan APBD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan
Keputusan Bupati.
Pasal 103
(1) Laporan Aliran Kas sebagaimana dimaksud pada Pasal 101 ayat (1) huruf c menyajikan
informasi mengenai sumber dan penggunaan kas dalam aktivitas operasi, aktivitas investasi
dan aktivitas pembiayaan;
(2) Laporan Aliran Kas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat disusun dengan metode
langsung atau metode tidak langsung;
(3) Format Aliran Kas sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditetapkan dengan Keputusan
Bupati.
Pasal 104
(1)
(2)
(3)

Neraca Pemerintah Daerah sebagaimana dimaksud pada Pasal 101 ayat (1) huruf d
menyajikan informasi mengenai posisi aktiva, utang dan ekuitas dana pada tanggal tertentu;
Posisi aktiva sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak termasuk dalam pengertian aktiva
sumber daya alam seperti hutan, sungai, dan kandungan pertambangan, serta harta
peninggalan sejarah yang menjadi aset nasional;
Bentuk Neraca Pemerintah Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan
Keputusan Bupati.
Bagian Kelima
Dokumen Rancangan Peraturan Daerah
tentang Perhitungan APBD
Pasal 105

Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

265

(1) Dokumen Rancangan Peraturan Daerah tentang Perhitungan APBD terdiri atas Rancangan
Peraturan Daerah tentang Perhitungan APBD beserta dokumen pendukung;
(2) Dokumen pendukung Rancangan Peraturan Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
terdiri atas :
a. Ringkasan Perhitungan APBD;
b. Laporan Sisa Perhitungan Anggaran Tahun Berkenaan;
c. Rincian Perhitungan APBD;
d. Daftar Rekapitulasi Perhitungan APBD berdasarkan Bidang Pemerintahan dan
Perangkat Daerah;
e. Daftar Piutang Daerah;
f. Daftar Pinjaman Daerah;
g. Daftar Investasi (Penyertaan Modal) Daerah;
h. Daftar Ringkasan Nilai Aktiva Tetap Daerah;
i. Daftar Dana Cadangan;
j. Daftar SPM yang masih belum Dicairkan;
k. Daftar Aset yang diperoleh pada Tahun Berkenaan;
l. Daftar Belanja Modal selama Tahun Berkenaan;
m. Laporan Keuangan Badan Usaha Milik Daerah.
(3) Rincian Perhitungan APBD sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf c memuat uraian
kelompok, jenis, obyek dan rincian obyek pendapatan, belanja dan pembiayaan;
(4) Bentuk APBD beserta dokumen pendukung sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tercantum
dalam Lampiran Peraturan Daerah ini dan merupakan bagian yang tidak terpisahkan.
Bagian Keenam
Penetapan Perhitungan APBD
Pasal 106
(1) Rancangan Peraturan Daerah tentang Perhitungan APBD beserta dokumen pendukungnya
disampaikan oleh Bupati kepada DPRD untuk diminta persetujuan;
(2) Penyampaian Rancangan Peraturan Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disertai
dengan Nota Perhitungan APBD, Laporan Aliran Kas dan Neraca Pemerintah Daerah.
Pasal 107
(1) Agenda pembahasan Rancangan Peraturan Daerah tentang Perhitungan APBD beserta
dokumen pendukungnya ditentukan oleh DPRD;
(2) Rancangan Peraturan Daerah tentang Perhitungan APBD disetujui oleh DPRD paling lambat
1 (satu) bulan setelah DPRD menerima Rancangan Peraturan Daerah tersebut;
(3) Berdasarkan persetujuan DPRD sebagaimana dimaksud pada ayat (2) Bupati menetapkan
Peraturan Daerah tentang Perhitungan APBD.
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

266

BAB X
PENGAWASAN DAN PEMERIKSAAN KEUANGAN DAERAH
Bagian Pertama
Pengawasan
Pasal 108
(1) Pengawasan atas kebijakan pelaksanaan APBD dilakukan oleh DPRD.
(2) Pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan memperhatikan aspirasi
masyarakat.

Bagian Kedua
Pemeriksaan
Pasal 109
(1) Pemeriksaan atas pelaksanaan, pengelolaan, dan pertanggungjawaban Keuangan Daerah
dilakukan sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku;
(2) Hasil pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaporkan kepada Bupati.
BAB XI
KERUGIAN KEUANGAN DAERAH
Pasal 110
(1) Setiap kerugian Daerah baik sebagai akibat perbuatan melanggar hukum atau kelalaian harus
diganti oleh yang bersangkutan;
(2) Setiap pimpinan Perangkat Daerah wajib melakukan tuntutan ganti kerugian segera setelah
diketahui bahwa dalam Perangkat Daerah yang bersangkutan terjadi kerugian akibat
perbuatan dari pihak manapun.
Pasal 111
(1) Bupati wajib melakukan tuntutan perbendaharaan dan tuntutan ganti rugi atas setiap kerugian
yang diakibatkan oleh kelalaian atau kesengajaan Pejabat Pengelola Keuangan Daerah dan
pegawai lainnya;
(2) Penyelesaian kerugian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

267

BAB XII
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 112
Hal-hal yang belum diatur dalam Peraturan Daerah ini, sepanjang mengenai teknis pelaksanaannya
diatur lebih lanjut dengan Keputusan Bupati.

Pasal 113
Peraturan ini berlaku mulai sejak tanggal diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan
penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Lamandau.
Ditetapkan di : Nanga Bulik
Pada tanggal : 05 April 2005
BUPATI LAMANDAU,
ttd
BUSTANI DJ. MAMUD

Diundangkan di

: Nanga Bulik

Pada Tanggal

: 5 April 2005

Plt. SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN LAMANDAU


ttd
( Ir. MARUKAN )
NIP. 131 480 087
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LAMANDAU
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

268

TAHUN 2005 NOMOR 02 SERI : A

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMANDAU


NOMOR 05 TAHUN 2005
TENTANG
PEMBENTUKAN KECAMATAN BULIK TIMUR, KECAMATAN MENTHOBI RAYA,
KECAMATAN SEMATU JAYA, KECAMATAN BELANTIKAN RAYA
DAN KECAMATAN BATANGKAWA
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
BUPATI LAMANDAU,
Menimbang

a.

bahwa Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang


Pemerintahan Daerah Bab II, bagian kesatu tentang Pembentukan
Daerah pasal 5 ayat (1), (3), (4) dan ayat (5) sebagai syarat
terbentuknya suatu daerah;

b.

bahwa dengan perkembangan dan kemajuan Wilayah KecamatanKecamatan di Kabupaten Lamandau baik dibidang Ekonomi,
Sosial Politik, Sosial Budaya, Jumlah Penduduk, Jumlah
Desa/Kelurahan Luas Wilayah serta adanya aspirasi yang
berkembang dalam masyarakat, dipandang perlu meningkatkan,
efisiensi dan efektifitas Penyelenggaraan Pemerintahan,
pelaksanaan Pembangunan dan pelayanan kepada masyarakat;

c.

bahwa, berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud huruf a


dan b diatas, perlu menetapkan Peraturan Daerah tentang
Pembentukan Kecamatan Bulik Timur, Kecamatan Menthobi Raya,
Kecamatan Sematu Jaya, Kecamatan Belantikan Raya dan

Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

269

Kecamatan Batangkawa di Kabupaten Lamandau.


Mengingat

1.

Undang-Undang RI Nomor 24 Tahun 1992 tentang Tata Ruang


(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 115,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3501);

2.

Undang-undang Nomor 5 Tahun 2002 tentang pembentukan


Kabupaten Katingan, Kabupaten Seruyan, Kabupaten Sukamara,
Kabupaten Lamandau, Kabupaten Gunung Mas, Kabupaten Pulang
Pisau, Kabupaten Murung Raya, Kabupaten Barito Timur di
Propinsi Kalimantan Tengah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2002 Nomor 18 Tambahan Lembaran Negara
Nomor 4180);

3.

Undang-undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan


Peraturan Perundang-Undangan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4389);

4.

Undang-undang RI Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan


Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor
125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4437);

5.

Undang-Undang RI Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan


Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4438);

6.

Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan


Pemerintah dan Kewenangan Propinsi sebagai Daerah Otonom
( Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 54,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3952 );

7.

Peraturan Pemerintah Nomor 129 Tahun 2000 tentang Persyaratan


Pembentukan dan Kriteria Pemekaran, Penghapusan dan
Penggabungan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2000 Nomor 233, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4036);

8.

Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2003 tentang Pedoman


Organisasi Perangkat Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2003 Nomor 14, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4262 );

Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

270

9.

Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 4 Tahun 2000 tentang


Pedoman Pembentukan Kecamatan;

10.

Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2001 tentang


Teknik Penyusunan dan Materi Muatan Produk-produk Hukum
Daerah;

11.

Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 22 Tahun 2001 tentang


Bentuk Produk-produk Hukum Daerah;

12.

Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 23 Tahun 2001 tentang


Prosedur Penyusunan Produk Hukum Daerah;
Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 24 Tahun 2001 tentang
Lembaran Daerah dan Berita Daerah;

13.

Peraturan Daerah Kabupaten Lamandau Nomor 03 Tahun 2004


tentang Kelembagaan Struktur Organisasi, Tugas Pokok dan Tata
Kerja Perangkat Daerah Kabupaten Lamandau (Lembaran Daerah
Tahun 2004 Nomor : 02 Seri : D) sebagaimana telah diubah
pertama kali dengan Peraturan Daerah Kabupaten Lamandau
Nomor 12 Tahun 2004 (Lembaran Daerah Kabupaten Lamandau
Tahun 2004 Nomor 4 Seri C).

Dengan Persetujuan Bersama


DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH
KABUPATEN LAMANDAU
dan
BUPATI LAMANDAU
M E M U T U S K AN :
Menetapkan

: PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMANDAU TENTANG


PEMBENTUKAN KECAMATAN BULIK TIMUR, KECAMATAN
MENTHOBI RAYA, KECAMATAN SEMATU JAYA, KECAMATAN
BELANTIKAN RAYA DAN KECAMATAN
BATANGKAWA DI
KABUPATEN LAMANDAU.

Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

271

BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan :
1. Daerah adalah Kabupaten Lamandau;
2. Pemerintah Daerah adalah Bupati dan Perangkat Daerah sebagai unsur penyelenggaraan
Pemerintah Daerah Kabupaten Lamandau;
3. Pemerintahan Daerah adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh Pemerintah Daerah
dan DPRD menurut asas otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsif otonomi seluasluasnya dalam sistem dan prinsif Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud
dalam Undang-undang Dasar Negara RI Tahun 1945;
4. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya disebut DPRD adalah Lembaga
Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Lamandau sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan
Daerah;
5. Kecamatan adalah sebagai Perangkat Daerah Kabupaten Lamandau yang dipimpin oleh
Camat;
6. Camat adalah Kepala Kecamatan;
7. Desa atau yang disebut dengan nama lain, selanjutnya disebut Desa adalah kesatuan
masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan
mengurus kepentingan masyarakat setempat, berdasarkan asal usul dan adat istiadat setempat
yang diakui dan dihormati dalam sistem Pemerintahan Negara Kesatuan RI.

BAB II
PEMBENTUKAN, BATAS WILAYAH DAN
IBU KOTA KECAMATAN
Pasal 2
Dengan Peraturan Daerah ini dibentuk Kecamatan Bulik Timur, Kecamatan Menthobi Raya,
Kecamatan Sematu Jaya, Kecamatan Belantikan Raya Dan Kecamatan
Batangkawa di wilayah
Kabupaten Lamandau.

Pasal 3
Kecamatan Bulik Timur berasal dari sebagian Wilayah Kecamatan Bulik yang terdiri dari :
1. Desa Merambang;
2. Desa Batu Tunggal;
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

272

3. Desa Nanga Kemujan;


4. Desa Sepondam;
5. Desa Toka;
6. Desa Nanga Koring;
7. Desa Sungkup;
8. Desa Nanga Palikodan;
9. Desa Nuangan;
10. Desa Pedongatan;
11. Desa Suka Maju;
12. Desa Bukit Jaya;

Pasal 4
Kecamatan Menthobi Raya berasal dari sebagian wilayah Kecamatan Bulik yang terdiri dari :
1 Desa Melata;
2 Desa Nanuah;
3 Desa Topalan;
4. Desa Batu Ampar;
5. Desa Lubuk Hiju;
6. Desa Bukit Makmur;
7. Desa Bukit Raya;
8. Desa Modang Mas;
9. Desa Mukti Manunggal;
10. Desa Sumber Jaya;
11. Desa Bukit Harum;

Pasal 5
(1)

Kecamatan Sematu Jaya berasal dari sebagian wilayah Kecamatan Bulik


yang terdiri dari :
1. Desa Bina Bhakti;
2. Desa Tri Tunggal;
3. Desa Jangkar Prima;
4. Desa Mekar Mulya;
5. Desa Wonorejo;
6. Batu Hambawang

Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

273

(2)

Dusun Batu Hambawang yang sebelumnya merupakan wilayah administrasi


Desa Kujan Kecamatan Bulik Kabupaten Lamandau, dengan ditetapkannya Peraturan Daerah
ini maka Dusun Batu Hambawang menjadi wilayah administrasi Kecamatan Sematu Jaya
Kabupaten Lamandau.
Pasal 6

Kecamatan Belantikan Raya berasal dari sebagian wilayah Kecamatan Lamandau dan Kecamatan
Bulik yang terdiri dari :
1. Desa Bayat;
2. Desa Nanga Belantikan;
3. Desa Sungai Buluh;
4. Desa Belibi;
5. Desa Karang Besi;
6. Desa Benuatan;
7. Desa Kahingai;
8. Desa Nanga Matu;
9. Desa Petarikan;
10. Desa Sumber Cahaya;
11. Desa Bintang Mangalih;
12. Desa Tangga Batu.
Pasal 7
Kecamatan Batangkawa berasal dari sebagian wilayah Kecamatan Delang yang terdiri dari :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.

Desa Kinipan;
Desa Ginih;
Desa Batu Tambun;
Desa Benakitan;
Desa Liku;
Desa Mangkalang;
Desa Karang Mas;
Desa Kina;
Desa Jemuat;
Pasal 8

Dengan terbentuknya Kecamatan Bulik Timur, Kecamatan Menthobi Raya, Kecamatan Sematu
Jaya, Kecamatan Belantikan Raya sebagaimana dimaksud dalam pasal 3, 4, 5, dan 6 maka luas
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

274

wilayah Kecamatan Bulik berkurang oleh wilayah Kecamatan Bulik Timur, Kecamatan Menthobi
Raya dan Kecamatan Sematu Jaya.

Pasal 9
Dengan terbentuknya Kecamatan Belantikan Jaya sebagaimana dimaksud dalam pasal 6 maka luas
wilayah Kecamatan Lamandau berkurang oleh wilayah Kecamatan Belantikan Raya.

Pasal 10
Dengan terbentuknya Kecamatan Batang Kawa sebagaimana dimaksud dalam pasal 7 maka luas
wilayah Kecamatan Delang berkurang oleh wilayah Kecamatan Batang Kawa.
Pasal 11
Wilayah Kecamatan Sematu Jaya, Kecamatan Menthobi Raya, Kecamatan Bulik Timur,
Kecamatan Belantikan Raya Dan Kecamatan Batangkawa merupakan bagian dan satu kesatuan
dari wilayah Kabupaten Lamandau Provinsi Kalimantan Tengah .
Pasal 12
(1) Kecamatan Bulik Timur mempunyai batas-batas wilayah :
Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Seruyan;
Sebelan Timur berbatasan dengan Kecamatan Menthobi Raya;
Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Bulik;
Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Belantikan Jaya.
(2 ) Kecamatan Menthobi Raya mempunyai batas-batas wilayah :
Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Seruyan;
Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Kotawaringin Barat;
Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Bulik;
Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Bulik Timur.
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

275

( 3 ) Kecamatan Sematu Jaya Mempunyai batas-batas wilayah :


Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Bulik;
Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Kotawaringin Barat;
Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Kotawaringin Barat;
Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Bulik.
( 4 ) Kecamatan Belantikan Raya mempunyai batas-batas wilayah :
a.
b.
c.
d.

Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Seruyan;


Sebelah Timur berbatsan dengan Kecamatan Bulik Timur;
Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Lamandau;
Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Batangkawa.

( 5 ) Kecamatan Batangkawa mempunyai batas-batas wilayah :


Sebelah Utara berbatasan dengan Propinsi Kalimantan Barat;
Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Belantikan Raya;
Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Lamandau;
Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Delang.
( 6 ) Batas wilayah sebagaimana dimaksud ayat ( 1 ), ( 2 ) , ( 3 ) , ( 4 ) dan ( 5 ) diatas
digambarkan dalam peta yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah
ini .
Pasal 13
( 1 ) Ibukota Kecamatan Bulik Timur berkedudukan di Merambang;
( 2 ) Ibukota Kecamatan Menthobi Raya berkedudukan di Melata;
( 3 ) Ibukota Kecamatan Sematu Jaya berkedudukan di Purwareja;
( 4 ) Ibukota Kecamatan Belantikan Raya berkedudukan di Bayat;
( 5 ) Ibukota Kecamatan Batangkawa berkedudukan di Kinipan.
Pasal 14
( 1 ) Dengan terbentuknya Kecamatan Bulik Timur, Kecamatan Menthobi Raya, Kecamatan
Sematu Jaya, Kecamatan Belantikan Jaya Dan Kecamatan Batang Kawa, Pemerintah
Kabupaten Lamandau menetapkan Rencana Tata Ruang Wilayah Kecamatan Bulik Timur,
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

276

Kecamatan Menthobi Raya, Kecamatan Sematu Jaya, Kecamatan Belantikan Raya Dan
Kecamatan Batangkawa sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku;
( 2 ) Penetapan Rencana Tata Ruang Wilayah sebagaimana dimaksud ayat (1), Kecamatan Bulik
Timur, Kecamatan Menthobi Raya, Kecamatan Sematu Jaya, Kecamatan Belantikan Raya
Dan Kecamatan Batangkawa dilaksanakan dengan memperhatikan Rencana Tata Ruang
Wilayah Kabupaten Lamandau;
( 3 ) Rencana Tata Ruang Wilayah Kecamatan Bulik Timur, Kecamatan Menthobi Raya,
Kecamatan Sematu Jaya, Kecamatan Belantikan Raya Dan Kecamatan
Batangkawa
ditetapkan dengan Peraturan Daerah tersendiri.

BAB III
LUAS WILAYAH DAN JUMLAH PENDUDUK
Pasal 15
Luas Wilayah dan Jumlah Penduduk :
Kecamatan Bulik Timur Luas Wilayah 1.074,27 Km2, dengan jumlah Penduduk 6.056 jiwa;
Kecamatan Menthobi Raya Luas Wilayah 620,88 Km2, dengan jumlah Penduduk 9.631 jiwa;
Kecamatan Sematu Jaya Luas Wilayah 113,85 Km2, dengan Jumlah Penduduk 8.351 jwa
Kecamatan Belantikan Raya Luas Wilayah 1.785,00 Km2, dengan Jumlah Penduduk 5.100 jiwa;
Kecamatan Batangkawa Luas Wilayah 685,00 Km2, dengan Jumlah Penduduk 3.130 jiwa.

BAB IV
KEWENANGAN KECAMATAN
Pasal 16
Kewenangan Kecamatan Bulik Timur, Kecamatan Menthobi Raya, Kecamatan Sematu Jaya,
Kecamatan Belantikan Raya Dan Kecamatan Batangkawa mencakup seluruh kewenangan bidang
pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan yang dilimpahkan oleh Pemerintah Daerah
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
BAB V
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

277

PEMERINTAH KECAMATAN
Pasal 17
Untuk menyelenggarakan pemerintahan di Kecamatan Bulik Timur, Kecamatan Menthobi Raya,
Kecamatan Sematu Jaya, Kecamatan Belantikan Raya Dan Kecamatan Batangkawa dipimpin oleh
seorang Camat yang diangkat oleh Bupati dari Pegawai Negeri Sipil yang memenuhi syarat sesuai
dengan ketentuan Peraturan
Perundang-undangan yang berlaku.
Pasal 18
Untuk kelengkapan penyelenggaraan pemerintahan Kecamatan Bulik Timur, Kecamatan Menthobi
Raya, Kecamatan Sematu Jaya, Kecamatan Belantikan Jaya dan Kecamatan Batang Kawa,
dibentuk Perangkat Kecamatan Bulik Timur, Kecamatan Menthobi Raya, Kecamatan Sematu Jaya,
Kecamatan Belantikan Raya Dan perangkat Kecamatan Batangkawa sesuai dengan ketentuan
peraturan Perundang-undangan yang berlaku.
Pasal 19
Peresmian Kecamatan Bulik Timur, Kecamatan Menthobi Raya, Kecamatan
Sematu Jaya,
Kecamatan Belantikan Raya Dan Kecamatan Batangkawa serta Pelantikan Camat Bulik Timur,
Camat Menthobi Raya, Camat Sematu Jaya, Camat Belantikan Raya Dan Camat Batangkawa
dilakukan oleh Bupati Lamandau paling lambat 3 (tiga) bulan setelah Peraturan Daerah ini
diundangkan.
BAB VI
P E M B I AYAAN
Pasal 20
Biaya penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan pembangunan dan pembinaan kemasyarakatan
di Kecamatan Bulik Timur, Kecamatan Menthobi Raya, Kecamatan Sematu Jaya, Kecamatan
Belantikan Raya dan Kecamatan Batangkawa dibebankan kepada Anggaran Pendapatan dan
Belanja Daerah Kabupaten Lamandau terhitung sejak peresmian Kecamatan Bulik Timur,
Kecamatan Menthobi Raya, Kecamatan Sematu Jaya, Kecamatan Belantikan Jaya dan Kecamatan
Batangkawa.
BAB VII
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

278

KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 21
Untuk kelancaran penyelenggaraan Pemerintahan Kecamatan Bulik Timur, Kecamatan Menthobi
Raya, Kecamatan Sematu Jaya,Kecamatan Batangkawa, Camat Bulik,Camat Lamandau dan
Camat Delang sesuai Kode menginvetarisasi dan mengatur penyerahan kepada Kecamatan Bulik
Timur, Kecamatan Menthobi Raya dengan Kecamatan Sematu Jaya yang meliputi :
a. Barang milik/ Kekayaan Negara/ Daerah berupa tanah, bangunan, barang bergerak, dan barang
tidak bergerak yang dimiliki, dikuasai dan atau dimanfaatkan oleh Pemerintah Kecamatan
Bulik.Kecamatan Lamandau dan Kecamatan Delang yang berada dalam wilayah Kecamatan
Bulik Timur, Kecamatan Menthobi Raya, Kecamatan Sematu Jaya;
b. Dokumen dan arsip yang karena sifatnya diperlukan oleh Kecamatan Bulik Timur, Kecamatan
Menthobi Raya, Kecamatan Sematu Jaya.
Pasal 22
Untuk kelancaran penyelenggraan Pemerintah Kecamatan Belantikan Jaya Camat Lamandau
menginvetarisasikan dan mengatur penyerahan kepada Kecamatan Belantikan Raya hal-hal
sebagai berikut :
a. Barang milik/ Kekayaan Negara/ Daerah berupa tanah, bangunan, barang bergerak, dan barang
tidak bergerak yang dimiliki, dikuasai dan atau dimanfaatkan oleh Pemerintah Kecamatan
Lamandau yang berada dalam wilayah Kecamatan Belantikan Jaya;
b. Dokumen dan arsip yang karena sifatnya diperlukan oleh Kecamatan Belantikan Raya.
Pasal 23
Untuk kelancaran penyelenggraan Pemerintah Kecamatan Batang Kawa Camat Delang
menginvetarisasikan dan mengatur penyerahan kepada Kecamatan Batangkawa hal-hal sebagai
berikut :
a. Barang milik/ Kekayaan Negara/ Daerah berupa tanah, bangunan, barang bergerak, dan barang
tidak bergerak yang dimiliki, dikuasai dan atau dimanfaatkan oleh Pemerintah Kecamatan
Delang yang berada dalam wilayah Kecamatan Batangkawa;
b. Dokumen dan arsip yang karena sifatnya diperlukan oleh Kecamatan Batang Kawa.

BAB VIII
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

279

KETENTUAN PENUTUP
Pasal 24
Hal-hal yang belum diatur dalam Peraturan Daerah ini sepanjang mengenai pelaksanaannya akan
diatur lebih lanjut dengan Keputusan/Peraturan Bupati Lamandau.

Pasal 25
Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan
penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Lamandau.
Ditetapkan di

: Nanga Bulik

Pada Tanggal

: 1 Agustus 2005

BUPATI LAMANDAU,
ttd
BUSTANI DJ. MAMUD

Diundangkan di Nanga Bulik


Pada Tanggal 1 Agustus 2005
Plt. SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN LAMANADAU
ttd
Ir. MARUKAN
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

280

NIP. 131 480 087


LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LAMANDAU
TAHUN 2005 NOMOR 05 SERI : D

PENJELASAN ATAS
PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMANDAU
NOMOR 05 TAHUN 2005
TENTANG
PEMBENTUKAN KECAMATAN BULIK TIMUR,
KECAMATAN MENTHOBI RAYA, KECAMATAN SEMATU JAYA,
KECAMATAN BELANTIKAN RAYA DAN KECAMATAN BATANGKAWA

I. UMUM
Kabupaten Lamandau merupakan salah satu Kabupaten pemekaran diwilayah Provinsi
Kalimantan Tengah berdasarkan Undang-undang Nomor 5 Tahun 2002 tentang Pembentukan
Kabupaten Katingan, Kabupaten Seruyan, Kabupaten Sukamara, Kabupaten Lamandau,
Kabupaten Gunung Mas, Kabupaten Pulang Pisau, Kabupaten Murung Raya, Kabupaten Barito
Timur di Provinsi kalimantan Tengah dalam Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002
Nomor 18, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4180.
Kabupaten Lamandau yang mempunyai luas wilayah 6.414 Km2. Pada umumnya Kabupaten
Lamandau terdiri dari tiga Kecamatan yaitu Kecamatan Bulik, Kecamatan Lamandau dan
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

281

Kecamatan Delang dimana telah menunjukkan kemajuan dalam penyelenggaraan Pemerintahan,


pelaksanaan Pembangunan dan pelayanan masyarakatan yang dalam perkembangannya perlu
ditingkatkan sesuai dengan potensi Daerah, luas Daerah dan kebutuhan pada masa mendatang.
Kecamatan Bulik mempunyai luas wilayah 2.412 Km2. Dalam rangka membantu tugas
Pemerintahan, pelaksanaan Pembangunan dan pelayanan Kemasyarakatan, perlu dibentuk
Kecamatan Bulik Timur yang terdiri atas 12 (dua belas) Desa yaitu : Desa Merambang, Batu
Tunggal, Nanga Kemujan, Sepodam, Toka, Nanga Koring, Sungkup, Nuangan, Suka Maju,
Bukit Jaya , Pedongatan dan Nanga Palikodan dengan luas wilayah keseluruhan 1.074,27 Km2.
Kecamatan Menthobi Raya yang terdiri dari 11 (sebelas) Desa yaitu : Desa Melata, Nanuah,
Topalan, Batu Ampar, Lubuk Hiju, Modang Mas, Mukti Manunggal, Bukit Harum, Sumber
Jaya, Bukit Raya, Bukit Makmur dengan luas wilayah
keseluruhan
620,88 Km2.
Kecamatan Sematu Jaya yang terdiri dari 6 (enam) Desa yaitu : Desa Purwareja, Jangkar
Prima, Wonorejo, Mekar Mulya, Tri Tunggal, Bina Bhakti dan Batu Hambawang RT. IV Desa
Kujan dengan luas wilayah keseluruhan 113,85 Km2. Dan Kecamatan Lamandau dengan luas
wilayah 2.588 Km2 hanya dimekarkan menjadi satu Kecamatan yaitu Kecamatan Belantikan
Raya yang terdiri atas 12 (dua belas) Desa yaitu : Desa Bayat, Karang Besi, Benuatan,
Kahingai, Nanga Matu,
Petarikan, Bintang Mangalih, Belibi, Tangga Matu, Sungai Buluh, Sumber Cahaya, Nanga
Belantikan dengan luas wilayah keseluruhan 1.785,00 Km2 dan Kecamatan Delang dengan
luas wilayah 1.370 Km2 dimekarkan menjadi 1 (satu) Kecamatan yaitu Kecamatan
Batangkawa yang terdiri dari atas 9 (sembilan) Desa yaitu : Desa Kinipan, Batu Tamban,
ginih, Benaitan, Liku, Mengkalang, Karang Mas, Kina, Jemuat dengan luas wilayah
keseluruhan
685,00 Km2.
Secara geografis Kecamatan-Kecamatan tersebut diatas mempunyai kedudukan yang strategis
jika ditinjau dari segi politik, ekonomi, sosial budaya telah menunjukkan perkembangan dan
kemajuan yang cukup pesat dan pertambahan jumlah penduduk yang cepat yang mengakibatkan
semakin bertambahnya beban tugas dan volume kerja dalam rangka penyelenggaraan
Pemerintahan, pelaksanaan Pemerintahan dan pelayanan kemasyarakatan.
Berdasarkan hal-hal tersebut diatas dan memperhatikan aspirasi masyarakat yang berkembang
dan selanjutnya secara formal tertuang dalam Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah dalam BAB II, bagian Kesatu tentang Pembentukan Daerah pasal 5 ayat
(1), (3), (4) dan ayat (5) yang merupakan syarat terbentuknya suatu Daerah. Khususnya
pemekaran Kecamatan yang ada di Kabupaten Lamandau yang dulunya berjumlah 3 (tiga)
Kecamatan Bertambah 5 (lima) Kecamatan sehingga menjadi 8 (delapan) Kecamatan yang
tujuannya untuk lebih meningkatkan daya guna serta hasil guna penyelenggaraan Pemerintahan,
pelaksanaan Pembangunan dan pelayanan kemasyarakatan dan untuk lebih meningkatkan peran
aktif masyarakat maka dipandang perlu wilayah Kabupaten Lamandau memekaran Kecamatan
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

282

yang pada saat pemekaran Kabupaten terdiri dari tiga Kecamatan, dimekarkan menjadi 8
Kecamatan yang artinya bertambah 5 (lima) Kecamatan seperti yang telah diuraikan diatas,
sebagaimana disyaratkan Undang-undang Nomor 32 Tahun 2005 tentang Pemerintahan Daerah
pasal 5, ayat 1,3,4 dan ayat 5.
II. PASAL DEMI PASAL
Pasal 1
Cukup jelas
Pasal 2
Cukup jelas
Pasal 3
Cukup jelas
Pasal 4
Cukup jelas
Pasal 5
a. Kecamatan Sematu Jaya merupakan pemekaran dari wilayah Kecamatan Bulik yang
terdiri 6 (Enam) Desa dan 1 (satu) Dusun yaitu :
1. Desa Purwareja;
2. Desa Bina Bhakti;
3. Desa Tritunggal;
4. Desa Jangkar Prima;
5. Desa Mekar Mulya;
6. Desa Wonorejo
7. Dusun Batu Hambawang
b. Dusun Batu Hambawang adalah bagian dari wilayah Administrasi desa Kujan Kecamatan
Bulik dan termasuk salah satu wilayah pemekaran dari Kecamatan Sematu Jaya,
mengingat letak maupun posisi georafis dan jarak tempuh apabila dibandingkan dengan
Desa Kujan lebih dekat dengan Kecamatan Sematu Jaya.
c. Mengingat batu Hambawang statusnya masih Dusun maka akan ditingkatkan statusnya
menjadi Desa dan sakan diatur kembali dalam Peraturan Daerah Perangkat Desa
tersendiri.
Pasal 6
Cukup jelas
Pasal 7
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

283

Cukup jelas
Pasal 8
Cukup jelas
Pasal 9
Cukup jelas
Pasal 10
Cukup jelas
Pasal 11
Cukup jelas
Pasal 12
Cukup jelas

Pasal 13
Kesepakatan semua desa se-Menthobi Raya tentang pembangunan semua pasilitas umum
dan pemerintah terletak di simpang 3 (tiga) jalan ke Indo Kayu, jalan ke Trisetia dan
jalan ke base Camp Perigi mengingat letak lokasi tersebut sangat strategis dilihat dari
posisi, maupun letak georafisnya.
Pasal 14
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Rencana Tata Ruang Kabupaten Lamandau dibentuk berdasarkan Undang-undang
Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 1992 tentang Tata Ruang (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 11, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 3051.
Ayat (3)
Tata Ruang wilayah Kecamatan baru pemekaran akan diatur tersendiri dengan
Peraturan Daerah Kabupaten Lamandau.
Pasal 15
Cukup jelas
Pasal 16
Kewenangan Kecamatan sebagaimana dimaksud dalam pasal 16 Peraturan Daerah ini
adalah Kewenangan Pemerintah Daerah dan dalam pelaksanaannya harus berdasarkan
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

284

dan sesuai apa yang diamanatkan dalam Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia 4437), BAB II tentang Pembentukan
Daerah dan Kawasan Khusus, bagian Kesatu tentang Pembentukan Daerah, Pasal 5 ayat
1, 3, 4 dan ayat 5
Pasal 17
Dalam penyelenggaraan Pemerintahan di Kecamatan dipimpin oleh seorang Camat yang
diangkat oleh Bupati dengan status Pegawai Negeri sipil yang memenuhi persyaratan
serta memiliki kreditasi yang baik dan pemenuhan jabatan sesuai dengan Peraturan
Perundang-undangan yang berlaku khususnya Undang-undang Nomor 43 Tahun 1999
tentang Perubahan atas Undang-undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang pokok-pokok
Kepegawaian.
Pasal 18
Cukup jelas
Pasal 19
Cukup jelas
Pasal 20
Cukup jelas
Pasal 21, 22 dan Pasal 23
Setiap Barang milik/ Kekayaan Negara/ Daerah berupa Tanah, bangunan, barang
bergerak dan barang tidak bergerak dan dokumen/ arsip yang berkaitan dengan
Kecamatan yang baru dimekarkan diserahkan sesuai dengan keperluan dan wewenang,
atas wilayah yang diberikan pada masing-masing Kecamatan.
Pasal 24
Sebagai pelaksanaan Peraturan Daerah ini akan diterbitkan Keputusan Bupati Lamandau
sebagai Pelaksanaannya.
Pasal 25
Cukup jelas
TAMBAHAN LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LAMANDAU
TAHUN 2005 NOMOR 05 SERI : D

Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

285

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMANDAU


NOMOR 06 TAHUN 2005
T E N TAN G
PEMBERIAN UPAH PUNGUT KEPADA DINAS
PENDAPATAN DAERAH KABUPATEN LAMANDAU
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
BUPATI LAMANDAU,
Menimbang

Mengingat

: a.

bahwa, dalam rangka Pelaksanaan Undang-undang Nomor 32 Tahun


2004 tentang Pemerintahan Daerah dan Penetapan besarnya presentase
upah pungut guna lebih meningkatkan semangat kerja Pegawai yang
terkait dengan peningkatan PAD Kabupaten Lamandau.

b.

bahwa untuk melaksanakan maksud huruf a dan b diatas perlu


ditetapkan dengan Peraturan Daerah Kabupaten Lamandau.

: 1.

Undang-undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan


Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 41,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3685)
sebagaimana diubah dengan Undang-undang Nomor 34 Tahun 2000

Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

286

(Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4048);


2.

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2002 tentang


Pembentukan Kabupaten Katingan, Kabupaten Seruyan, Kabupaten
Sukamara, Kabupaten Lamandau, Kabupaten Gunung Mas, Kabupaten
Pulang Pisau, Kabupaten Murung Raya, Kabupaten Barito Timur di
Propinsi Kalimantan Tengah (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2002 Nomor 18, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4180);

3.

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2004 tentang


Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 53, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4389);

4.

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 tentang


Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4437);
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 33 Tahun 2004 tentang
Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor
126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438);

5.

6.

Peraturan Pemerintah Nomor 105 Tahun 2000 tentang Pengelolaan dan


Pertanggungjawaban Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2000 Nomor 202, Tambahan Lembaran Negara
Nomor 4022);

7.

Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2001 tentang Retribusi Daerah


(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 119,
Tambahan Lembaran Negara Nomor 4139);

8.

Peraturan Daerah Kabupaten Lamandau Nomor 03 Tahun 2004 tentang


Kelembagaan Struktur Organisasi, Tugas Pokok dan Tata Kerja
Perangkat Daerah Kabupaten Lamandau (Lembaran Daerah Tahun
2004 Nomor 02 Seri D) Juncto Peraturan Daerah Kabupaten Lamandau
Nomor 12 Tahun 2004 tentang Perubahan Pertama atas Peraturan
Daerah Kabupaten Lamandau Nomor 03 Tahun 2004 tentang
Kelembagaan, Struktur Organisasi, Tugas Pokok dan Tata Kerja
Perangkat Daerah Kabupaten Lamandau (Lembaran Daerah Tahun
2004 Nomor 02 Seri D);

9.

Peraturan Daerah Kabupaten Lamandau Nomor 02 Tahun 2005 tentang

Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

287

Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Keuangan Daerah (Lembaran


Daerah Kabupaten Lamandau Nomor 02 Seri A).
Dengan Persetujuan Bersama
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN LAMANDAU
dan
BUPATI LAMANDAU
M E M U T U S KAN :
Menetapkan

: PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMANDAU TENTANG


PEMBERIAN UPAH PUNGUT KEPADA DINAS PENDAPATAN
DAERAH KABUPATEN LAMANDAU.
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1

Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan :


a. Daerah adalah Daerah Kabupaten Lamandau;
b. Pemerintah Daerah adalah Bupati dan Perangkat Daerah sebagai unsur penyelenggara
Pemerintahan Daerah;
c. Pemerintahan Daerah adalah penyelenggaraan urusan Pemerintahan oleh Pemerintah Daerah
dan DPRD menurut asas otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluasluasnya dalam sistem dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud
dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
d. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya disingkat DPRD adalah Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Lamandau;
e. Dinas Pendapatan Daerah adalah Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Lamandau;
f. Kepala Dinas Pendapatan adalah Kepala Dinas Pendapatan Daerah
Kabupaten
Lamandau;
g. Petugas Pemungut adalah Pegawai yang diberi tugas untuk melakukan Pemungutan
Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Lamandau;
h. Upah Pungut adalah uang yang diberikan kepada Dinas/Instansi yang terkait atas jasa
pemungut Pendapatan Daerah.
BAB II
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

288

BESAR UPAH PUNGUT


Pasal 2
(1) Upah Pungut dihitung berdasarkan Prosentase dari seluruh realisasi penerimaan baik dari
sektor Pajak Daerah/Retribusi Daerah, Penerimaan Laba Usaha Milik Daerah, jasa Giro dan
Leges serta Penerimaan lainnya yang sah termasuk bagi hasil pajak dan bukan pajak kecuali
Pajak Bumi dan Bangunan yang dikelola dan disetor ke Kas Daerah pada Bank yang ditunjuk
oleh Pemerintah Kabupaten Lamandau dan termasuk juga setoran lainnya yang dipungut
melalui Dinas/Unit Kerja yang terkait dalam Pengelolaan Pendapatan Asli Daerah (PAD);
(2) Besarnya Upah Pungut yang dimaksud ayat (1) pasal ini ditetapkan sebesar 5 % (lima persen)
dari jumlah penerimaan.
BAB III
TATA CARA PEMBAYARAN DAN PENGGUNAAN UPAH PUNGUT
Pasal 3
(1) Pembayaran Upah Pungut untuk Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Lamandau dilakukan
oleh Bagian Keuangan setiap 1 (satu) triwulan atas Upah Pungut pada teriwulan yang telah
berjalan;
(2) Pemberian Upah Pungut yang telah dibayarkan oleh Bagian Keuangan sebagaimana dimaksud
ayat (1) pasal ini dilakukan oleh Kepala Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Lamandau;
(3) Selain Aparatur Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Lamandau yang berhak mendapat
Pembagian Upah Pungut adalah setiap Dinas Instansi/Unit Kerja yang membantu dalam
melakukan pemungutan, pembagian upah pungut tersebut akan diatur lebih lanjut dengan
Keputusan Bupati.
Pasal 4
Penggunaan Upah Pungut dimaksud pasal 2 ayat (2) dan pasal 3 Peraturan Daerah ini adalah
digunakan untuk meningkatkan semangat kerja dan kesejahteraan para Pegawai dalam upaya
peningkatan Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Lamandau.

BAB IV
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 5
Hal-hal yang belum diatur dalam Peraturan Daerah ini, sepanjang mengenai Pelaksanaannya akan
diatur lebih lanjut dengan Keputusan Bupati Lamandau.
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

289

BAB V
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 6
Dengan berlakunya Peraturan Daerah ini, maka Peraturan yang setingkat yang mengatur hal yang
sama dicabut dan dinyatakan tidak berlaku lagi.

Pasal 7
Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan
penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Lamandau.

Ditetapkan di

: Nanga Bulik

Pada tanggal

: 1 Agustus 2005

BUPATI LAMANDAU
ttd
BUSTANI DJ. MAMUD

Diundangkan di

: Nanga Bulik

Pada tanggal

: 1 Agustus 2005

Plt. SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN LAMANDAU


Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

290

ttd
( Ir. MARUKAN )
NIP. 131 480 087
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LAMANDAU
TAHUN 2005 NOMOR 06 SERI : E

PENJELASAN ATAS
PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMANDAU
NOMOR 06 TAHUN 2005
TENTANG
PEMBERIAN UPAH PUNGUT KEPADA DINAS PENDAPATAN DAERAH KABUPATEN
LAMANDAU

I. PENJELASAN UMUM
Ungang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah yang tertuang dalam
Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara
Nomor 4437 memberikan peluang nyata kepada Daerah untuk meningkatkan Pendapatan Asli
Daerah melalui Pajak dan Retribusi Daerah dan pendapatan lainnya yang berhubungan dengan
penerimaan Daerah. Hal tersebut dapat kita lihat dalam pasal 21, bagian ketiga tentang Hak dan
Kewajiban Daerah Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 huruf e,g dan h dan Bab VI tentang
Peraturan Daerah dan Peraturan Kepala Daerah dengan dasar tersebut maka Pemerintah
Kabupaten Lamandau berhak untuk memungut Pajak maupun Retribusi dan Pendapatan
lainnya, maka untuk lancarnya dan terpenuhiinya terget PAD tersebut diperlukan usaha
pemerintah dengan memberikan upah pungut kepada Dinas/ Instansi yang memberikan
kontribusi PAD khususnya Dinas Pendapatan Daerah dan Dinas terkait langsung membenatu
dalam peningkatan PAD Kabupaten Lamandau dengan dasar tersebut Pemerintah Kabupaten
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

291

Lamandau membentuk Peraturan Daerah tentang Pemberian Upah Pungut kepada Dinas
Pendapatan Daerah Kabupaten Lamandau.
II. PASAL DEMI PASAL
Pasal 1
Cukup jelas
Pasal 2
Cukup jelas
Pasal 3
Ayat 1
Cukup jelas

Ayat 2
Segala sesuatu yang berhubungan dengan pajak/ retribusi khususnya pemberian
upah pungut hanya dapat dilakukan oleh Kepala Dinas Pendapatan Daerah
Kabupaten Lamandau.
Ayat 3
Selain Aparatur Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Lamandau yang berhak
mendapatkan pembagian upah pungut akan diatur lebih lanjut dalam Keputusan
Bupati Lamandau
Pasal 4
Cukup jelas
Pasal 5
Cukup Jelas
Pasal 6
Cukup jelas
Pasal 7
Cukup jelas
Cukup jelas
TAMBAHAN LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LAMANDAU
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

292

TAHUN 2005 NOMOR 06 SERI : E

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMANDAU


NOMOR 07 TAHUN 2005
T E N TAN G
RETRIBUSI KEBERSIHAN DAN ANGKUTAN SAMPAH
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
BUPATI LAMANDAU,
Menimbang

a.

bahwa, dalam rangka menciptakan, kenyamanan, ketertiban dan


peningkatan derajat kesehatan diperlukan penataan dan pemeliharaan
kebersihan;

b.

bahwa, kebersihan salah satu segi kehidupan yang harus dipelihara


secara berkesinambungan dan terpadu baik oleh Pemerintah sebagai
pengayom maupun masyarakat, demi terwujudnya dan terpeliharanya
lingkungan yang bersih, tertib dan sehat;

c.

bahwa, dengan meningkatnya aktivitas masyarakat dan laju


pembangunan kota Nanga Bulik sebagai Ibu Kota Kabupaten,
penanganan sampah sangat diperlukan;

d.

bahwa, sejalan dengan perkembangan dan kemajuan pembangunan


tersebut perlu mengatur cara penanganan sampah dan tata cara

Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

293

pemungutan retribusi;

Mengingat

e.

bahwa untuk mengatur sebagaimana maksud huruf a, b, c dan d diatas,


perlu ditetapkan dengan Peraturan Daerah Kabupaten Lamandau
tentang Retribusi Kebersihan dan Angkutan Sampah.

1.

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 1997 tentang


Pajak dan Retribusi Daerah ( Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 1997 Nomor 41, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 3685), sebagaimana telah diubah dengan Undangundang Nomor 34 Tahun 2000 (Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4048);

2.

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1997 tentang


Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 1997 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 3699);

3.

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2002 tentang


Pembentukan Kabupaten Katingan, Kabupaten Seruyan, Kabupaten
Sukamara, Kabupaten Lamandau, Kabupaten Gunung Mas, Kabupaten
Pulang Pisau, Kabupaten Murung Raya, Kabupaten Barito Timur di
Propinsi Kalimantan Tengah (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2002 Nomor 18, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4180);

4.

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2004 tentang


Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 53, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4389);

5.

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 tentang


Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4437);

6.

Undang- undang Republik Indonesia Nomor 33 Tahun 2004 tentang


Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438);

Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

294

7.

Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan


Pemerintah dan Kewenangan Propinsi sebagai Daerah Otonom
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 54,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3952);

8.

Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2001 tentang Retribusi Daerah


(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 119,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4139);

9.

Peraturan Daerah Kabupaten Lamandau Nomor 12 Tahun 2004 tentang


Perubahan Pertama atas Peraturan Daerah Nomor 3 Tahun 2004
tentang Kelembagaan Struktur Organisasi, Tugas Pokok dan Tata Kerja
Perangkat Daerah Kabupaten Lamandau.

Dengan Persetujuan Bersama


DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN LAMANDAU
dan
BUPATI LAMANDAU
M E M U T U S K AN :
Menetapkan

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMANDAU TENTANG


RETRIBUSI KEBERSIHAN DAN ANGKUTAN SAMPAH.
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1

Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan :


Daerah adalah Daerah Kabupaten Lamandau;
Pemerintah Daerah adalah Bupati dan Perangkat Daerah sebagai unsur penyelenggara
Pemerintahan Daerah;
Pemerintahan Daerah adalah penyelenggaraan urusan Pemerintahan oleh Pemerintah Daerah dan
DPRD menurut asas otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-luasnya
dalam sistem dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

295

Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya disingkat DPRD adalah Lembaga Perwakilan
Rakyat Daerah Kabupaten Lamandau sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Daerah;
Kepala Dinas Pekerjaan Umum adalah Kepala Dinas Pekerjaan Umum
Kabupaten
Lamandau;
Dinas Pendapatan Daerah adalah Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Lamandau;
Pengelolaan Kebersihan adalah suatu rangkaian yang bersifat sistematis tentang Tata Cara
Pengelolaan Sampah mulai dari sumber sampah sampai tempat pembuangan akhir yang
meliputi kegiatan perwadahan, pengumpulan, pengangkutan, pengelolaan pemanfaatan oleh
objek kelembagaan hukum teknis operasional, pembiayaan dan peran serta masyarakat;
Kebersihan adalah suatu keadaan fisik kota yang bebas dari sampah;
Sampah adalah benda atau sisa produksi dalam bentuk benda setengah padat yang terdiri dari
bahan organik dan non organik, baik logam maupun non logam yang dapat terbakar atau tidak
sebagai akibat aktivitas manusia yang tidak bermanfaat lagi dan tidak dikehendaki oleh
pemiliknya dan dibuang sebagai barang yang tidak berguna didalamnya tidak termasuk
sampah dalam kategori bahan berbahaya beracun (B3);
Lingkungan adalah suatu benda, daya kehidupan termasuk didalamnya manusia dengan segala
tingkah lakunya yang terdapat dalam suatu ruangan dan mempengaruhi kelangsungan dan
kesejahteraan manusia itu sendiri;
Persil adalah kapling (rumah); petak. (berdasarkan kamus hukum Belanda-Indonesia;
Perpustakaan Nasional; katalok dalam terbitan (KDT);
Pemakai persil adalah penghuni atau pemakai tempat dalam Kota Nanga Bulik dan sekitarnya
untuk tempat tinggal atau tempat usaha;
Bak sampah adalah tempat untuk menampung sampah yang disediakan oleh masing-masing
pemakai persil;
Tempat penampungan sementara (TPS) adalah tempat yang disediakan oleh Pemerintah Daerah
Kabupaten Lamandau pada tiap-tiap kawasan untuk menampung sampah;
Tempat sampah bagi kendaraan umum adalah tempat untuk menampung sampah yang disediakan
oleh pemilik kendaraan;
Pengumpulan sampah adalah kegiatan membawa dan memindahkan sampah dari sumber sampah
ketempat pembuangan sampah sementara;
Tempat pembuangan akhir (TPA) adalah tempat untuk menampung dan memusnahkan serta
pemanfaatan sampah;
Tempat umum adalah tempat-tempat yang meliputi taman-taman, halaman umum, lapanganlapangan yang disediakan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Lamandau sebagai fasilitas
umum;
Jalan umum adalah setiap jalan dalam wilayah Kabupaten Lamandau dalam bentuk apapun yang
terbuka untuk lalulintas umum;
Mitra kerja adalah orang yang ditunjuk dan telah diseleksi sebagai mitra Pemerintah Daerah dalam
melaksanakan kegiatan penanganan kebersihan dan pengangkutan sampah sesuai lokasi yang
ditentukan;
Retribusi Angkutan sampah adalah pungutan yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten
Lamandau kepada seluruh pemilik atau pemakai persil atas penyelenggaraan pengangkutan
sampah dikota Nanga Bulik dan sekitarnya;
SOP adalah standar operasi prosedur sebagai petunjuk teknis pelaksanaan dilapangan;
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

296

Badan adalah Lembaga baik pemerintah maupun swasta;


Surat ketetapan retribusi daerah yang selanjutnya disingkat SKRD adalah Surat Keputusan yang
menentukan besarnya jumlah retribusi yang terutang.
BAB II
PEMELIHARAAN KEBERSIHAN
Pasal 2
(1) Setiap orang dan atau badan baik pemerintah maupun swasta yang berada di Kota Nanga Bulik
wajib untuk menjaga dan memelihara kebersihan;
(2) Kewajiban sebagaimana dimaksud ayat (1) pasal 2, dengan tidak melakukan pembuangan
sampah disembarang tempat, terkecuali pada tempat yang telah ditentukan oleh Pemerintah
Daerah Kabupaten Lamandau;
Pasal 3
Setiap orang dan badan yang mengadakan kegiatan atau usaha, diwajibkan menyediakan tempat
penampungan sampah masing-masing persil yang bentuk ukurannya ditentukan sesuai Standard
Operasi Prosedur (SOP) selain Tempat Penampungan Sementara (TPS) disediakan Pemerintah
Daerah.
BAB III
PENGELOLAAN KEBERSIHAN
Pasal 4
(1) Kegiatan Pengelolaan kebersihan dilaksanakan oleh Dinas Pekerjaan Umum dan atau mitra
kerja yang ditunjuk oleh Pemerintah Daerah berdasarkan persyaratan yang ditetapkan;
(2) Persyaratan sebagaimana maksud ayat (1) pasal ini ditetapkan dengan Keputusan Bupati.

BAB IV
TEKNIS PENGELOLAAN
Pasal 5
Kegiatan pengelolaan kebersihan dimulai dari :
1. Pengumpulan sampah
a. Pengumpulan sampah dari sumber atau tempat asal sampah oleh petugas menggunakan
gerobak dan dikumpulkan pada Tempat Penampungan Sementara (TPS).
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

297

b. Pengumpulan dan pengangkutan sampah oleh petugas menggunakan kendaraan yang


khusus disediakan untuk mengangkut sampah oleh Pemerintah Daerah atau kendaraan
mitra kerja yang ditunjuk dan langsung dibawa ketempat pembuangan akhir (TPA).
c. Orang atau badan membawa sendiri sampah yang sudah dibungkus dalam kantong plastik
atau sejenisnya ketempat penampungan sementara yang telah ditentukan.
d. Sampah-sampah yang berasal dari pejalan kaki ataupun yang berasal dari kendaraan harus
dibuang ketempat penampungan sementara sebagaimana maksud huruf c pasal ini.
2. Pengangkutan sampah dari tempat penampungan sementara dilakukan dengan kendaraan
angkutan sampah Pemerintah Daerah atau kendaraan mitra kerja yang ditunjuk sesuai jadwal
yang ditetapkan.
3. Pengelolaan tempat pembuangan akhir meliputi kegiatan :
a. Setiap kendaraan yang memasuki lokasi TPA dilakukan pemeriksaan oleh petugas.
b. Lokasi tempat pembuangan akhir hanya diperuntukan untuk sampah domestik, non bahan
berbahaya, beracun (B3).
c. Pembuangan sampah dari setiap kendaraan pengangkut diatur oleh petugas.
d. Sampah-sampah yang telah ditentukan pembuangannya dilapisi dengan tanah sesuai
dengan sistem yang dilakukan.
e. Selain petugas yang ditunjuk dilarang berada didalam kawasan TPA.
f. Tidak dibenarkan para pemulung yang ada di TPA untuk mendirikan bangunan atau
menumpuk barang-barang bekas kecuali ada izin dari Dinas Pekerjaan Umum.
4. Sampah-sampah yang berasal dari penyapuan jalan, parit, selokan, taman dan tempat-tempat
umum, pengumpulan dan pengangkutannya dilakukan oleh petugas yang ditugaskan dan atau
mitra kerja yang ditunjuk.
BAB V
CARA PEMBUANGAN SAMPAH
Pasal 6
Untuk memudahkan kelancaran pengumpulan dan pengangkutan sampah oleh petugas,
ditentukan :
a. Setiap sampah yang menurut jenis dan sifatnya tidak keras agar dimasukan kedalam kantong
plastik dan diikat;
b. Setiap sampah yang menurut jenis dan sifatnya keras agar dipotong-potong menjadi bagian
terkecil dan diikat;
c. Setiap sampah yang telah terkumpul dalam kantong plastik ataupun yang diikat sebagaimana
dimaksud huruf a dan b pasal ini untuk kelancaran pengambilannya oleh petugas ditempatkan
dibagian persil sesuai jadwal yang ditetapkan atau dimasukan/diletakan pada TPS terdekat.
Pasal 7
Bentuk, jenis, ukuran tempat sampah, jadwal pengambilan dan jenis kendaraan akan diatur dalam
SOP yang ditetapkan dengan Keputusan Bupati.
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

298

BAB VI
TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR
Pasal 8
(1) Tempat pembuangan akhir ditentukan jauh dari pusat kota, pemukiman penduduk,
perkantoran, Tempat Pendidikan, Rumah Sakit, Tempat Ibadah dan Fasilitas umum lainnya;
(2) Tempat Pembuangan Akhir sebagaimana dimaksud ayat (1) pasal ini sejauh lebih kurang 15
Km.
(3) Tempat pembuangan akhir sebagaimana maksud ayat (1) dan (2) pasal ini lokasinya
ditetapkan dengan Surat Keputusan Bupati;

BAB VII
PENYULUHAN KEBERSIHAN
Pasal 9
Dalam rangka meningkatkan kesadaran dan peran aktif masyarakat dalam memelihara dan
menjaga kebersihan secara terus menerus diadakan pembinaan, dan secara berkala dilakukan
kegiatan penyuluhan tentang pentingnya kebersihan.
BAB VIII
NAMA, OBJEK DAN SUBJEK RETRIBUSI
Pasal 10
Atas nama retribusi kebersihan dan angkutan sampah dipungut retribusi sebagai pembayaran atas
pengelolaan kebersihan dan angkutan sampah.
Pasal 11
(1) Objek retribusi adalah pelayanan pengelolaan dan pengangkutan sampah meliputi :
a. Pengambilan dan pengangkutan sampah dari sumber ke TPA atau,
b. Pengambilan dan pengangkutan sampah dari TPS ke TPA;
c. Penyediaan TPA;
d. Pengolahan dan atau pemusnahan sampah di TPA.
(2) Pengecualian dari objek retribusi adalah :
a. Pelayanan kebersihan jalan umum;
b. Pelayanan kebersihan taman kota.
Pasal 12
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

299

Subjek retribusi adalah orang pribadi atau badan yang mendapat pelayanan pengangkutan sampah.
BAB IX
GOLONGAN RETRIBUSI
Pasal 13
Retribusi kebersihan dan Angkutan Sampah termasuk golongan retribusi jasa umum.
BAB X
RETRIBUSI KEBERSIHAN DAN ANGKUTAN SAMPAH
Pasal 14
Atas penyelenggaraan kegiatan pengelolaan kebersihan, Pemerintah Daerah Kabupaten Lamandau
mengenakan Retribusi Kebersihan dan Angkutan sampah kepada seluruh pemilik/pemakai persil.
BAB XI
PRINSIP DASAR DAN SASARAN DALAM
PENETAPAN STRUKTUR BESARNYA TARIF
Pasal 15
(1) Prinsip dasar dalam penetapan struktur besarnya tarif retribusi bertujuan untuk menutup biaya
penyelenggaraan pengelolaan kebersihan dengan mempertimbangkan kemampuan masyarakat
dan aspek keadilan.
(2) Biaya sebagaimana maksud ayat (10) pasal ini termasuk biaya investasi prasarana, biaya
operasional dan pemeliharaan.
(3) Prinsip dan sasaran dalam penetapan struktur dan besarnya tarif retribusi sebagaimana
dimaksud ayat (1) pasal ini adalah sebagai berikut :
a. Pasar;
b. Supermarket/pasar swalayan;
c. Restoran/rumah makan/catering;
d. Losmen/penginapan;
e. Perbengkelan;
f. Industri;
g. Pergudangan;
h. Perumahan;
i. Fasilitas Umum;
j. Asrama/dormitory/barak;
k.
Sampah khusus;
BAB XII
STRUKTUR BESARNYA TARIF
Pasal 16
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

300

(1) Strutur besarnya tarif digolongkan berdasarkan atas produksi sampah dalam setiap persil;
(2) Besarnya tarif Retribusi dimaksud pasal 10 Peraturan Daerah ini adalah sebagai berikut :
a. Pasar :
1. Toko dipasar Lt I
Rp. 15.000,-/bulan
2. Toko dipasar Lt II
Rp. 10.000,-/bulan
3. Toko dipasar Lt III
Rp. 7.500,-/bulan
4. Kios/Los/warung
Rp.
250,-/hari
5. Meja sayur/ikan/buah-buahan
Rp.
250,-/hari
6. Gerobak dorong/kaki lima
Rp.
250,-/hari
b. Minimarket/pasar swalayan :
1. Minimarket
Rp. 20.000,-/bulan
2. Supermarket
Rp. 35.000,-/bulan
c. Restoran/rumah makan/catering/warung makan :
1. Restoran
a. warung Kecil
Rp. 10.000,-/bulan
b. Rumah makan sedang
Rp. 15.000,-/bulan
c. Restoran
Rp. 30.000,-/bulan
d. Catering
Rp. 10.000,-/bulan
d. Hotel :
a. Hotel bintang
Rp. 45.000,-/bulan
b. Hotel Melati
Rp. 20.000,-/bulan
c. Losmen
Rp. 20.000,-/bulan
Penginapan
Rp. 20.000,-/bulan
e. Perbengkelan :
1. Bengkel kecil
Rp. 10.000,-/bulan
2. Bengkel sedang
Rp. 15.000,-/bulan
3. Bengkel besar
Rp. 20.000,-/bulan
4. Pencucian mobil
a. Kecil
Rp. 5.000,-/bulan
b. sedang
Rp. 10.000,-/bulan
c. Besar
Rp. 15.000,-/bulan
f. Industri pengadaan barang/jasa :
a. Kecil
Rp. 50.000,-/tahun
b. sedang
Rp. 75.000,-/tahun
c. Besar
Rp. 100.000,-/tahun
g. Pergudangan :
a. Kecil
Rp. 25.000,-/bulan
b. sedang
Rp. 50.000,-/bulan
c. Besar
Rp. 75.000,-/bulan
h. Perumahan :
1. Rumah mewah
Rp.
5.000,-/bulan
2. Rumah menengah
Rp.
2.000,-/bulan
i. Fasilitas umum :
1. Rumah sakit dan sarana kesehatan
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

301

a. Rumah sakit umum sedang


Rp. 50.000,-/bulan
b. Puskesmas/puskesmas pembantu
Rp. 10.000,-/bulan
c. Poliklinik/balai pengobatan
Rp. 10.000,-/bulan
d Apotik
Rp. 15.000,-/bulan
e. Laboratorium
Rp. 10.000,-/bulan
f. Praktek dokter
Rp. 10.000,-/bulan
g. Wartel
Rp. 10.000,-/bulan
2. Fasilitas Pendidikan
Rp.
5.000,/bulan
3. Sarana olah raga
a. Gedung olah raga pemerintah
kecil
Rp. 25.000,- /bulan
b. Gedung olah raga pemerintah
sedang
Rp. 30.000,-/bulan
c. Gedung olah raga pemerintah
besar
Rp. 35.000,-/bulan
d. Lapangan tennis/bulu tangkis
Rp. 35.000,-/bulan
4. Terminal/pelabuhan
a. Terminal bus/ angkutan umum
Rp. 30.000,-/bulan
b. Pelabuhan/dermaga
Rp. 15.000,-/bulan
5. Fasilitas kantor
a. Kantor bisnis
Rp. 15.000,-/bulan
b. Kantor Pemerintah
Rp. 10.000,-/bulan
j. Asrama / dormitory/barak
:
1. Kecil
Rp.
5.000,-/bulan
2. Sedang
Rp. 75.000,-/bulan
3. Besar
Rp. 10.000,-/bulan
k. Sampah khusus/insidentil :
1. Domestik insidentil
1. Pasar malam
Rp. 25.000,-/hari
2. Bazar
Rp. 10.000,-/hari
3. Hiburan
Rp. 15.000,-/hari
2. Sisa Bangunan
Rp. 100.000,-/kegiatan
(3) Bagi mereka yang membuang sampah langsung ke tempat pembuangan akhir dikenakan
retribusi Rp. 5.000,- M3 .
Pasal 17
Retribusi pembuangan sampah langsung ketempat pembuangan akhir sebagaimana maksud ayat
(2) pasal 11 ini adalah berlaku bagi point b, c, d, e angka 1, 2 dan 3, f, g, I angka 1, 4 dan 5, j dan
k, Peraturan Daerah ini.
BAB XIII
WILAYAH PUNGUTAN
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

302

Pasal 18
Pemungutan retribusi dilakukan diwilayah Kabupaten Lamandau.
BAB XIV
SAAT RETRIBUSI TERUTANG
Pasal 19
Retribusi terutang pada saat surat ketetapan retribusi daerah (SKRD) diterbitkan atau Dokumen
lain yang dipesamakan.

BAB XV
TATA CARA PEMBAYARAN
Pasal 20
(1) Pemungutan retribusi kebersihan dan angkutan sampah dilakukan pada tiap-tiap hari, bulan
dan tahun;
(2) Pemungutan retribusi sebagaimana pasal 16 ayat (2) huruf a angka 4, 5 dan 6 dan huruf k
angka 1 dilakukan tiap hari;
(3) Pungutan retribusi sebagaimana pasal ayat (2) huruf k angka 2 dilakukan perkegiatan;
(4) Pungutan Retribusi sebagaimana pasal 16 ayat (2) huruf a angka 1, 2 dan 3 serta huruf b, c, d,
e, g, h, I dan j dilakukan tiap-tiap bulan;
(5) Pungutan retribusi sebagaimana pasal 16 ayat (2) huruf f dilakukan tiap tahun sekali;
(6) Pungutan retribusi sebagaimana ayat (1) pasal ini bagi pedagang kaki lima dipungut setiap hari
oleh petugas yang ditunjuk;
(7) Hasil pemungutan retribusi kebersihan dan angkutan sampah disetorkan kepada bendaharawan
khusus penerima pada Dinas Pendapatan Daerah yang selanjutnya akan disetorkan ke rekening
Kas Daerah;
(8) Petugas pemungutan retribusi kebersihan dan angkutan sampah, dalam melaksanakan tugasnya
diberi tanda pengenal yang dikeluarkan oleh Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Lamandau.
BAB XVI
K E B E R ATAN
Pasal 21
(1) Wajib retribusi dapat mengajukan keberatan kepada Bupati atau kepada Pejabat yang ditunjuk
atas SKRD atau Dokumen yang dipersamakan;
(2) Keberatan diajukan secara tertulis disertai alasan yang tepat dan jelas;
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

303

(3) Dalam hal mengajukan keberatan atas ketetapan retribusi, wajib retribusi harus membuktikan
ketidakbenaran retribusi tersebut;
(4) Keberatan diajukan dalam jangka waktu paling lama 2 (dua) bulan sejak tanggal SKRD atau
Dokumen lainnya yang dipersamakan diterbitkan;
(5) Pengajuan keberatan tidak menunda kewajiban membayar retribusi dan pelaksanaan penagihan
retribusi;
Pasal 22
(1) Dalam jangka waktu 6 (enam) bulan sejak tanggal surat keberatan diterima, Bupati harus
memberi Keputusan atas keberatan tersebut;
(2) Keputusan Bupati atas keberatan dapat berupa menerima seluruhnya atau sebagian dan atau
menolak, atau menambah besarnya retribusi yang terutang;
(3) Apabila dalam jangka yang telah ditentukan telah lewat dan Bupati tidak memberikan
Keputusan, maka keberatan yang diajukan oleh wajib retribusi tersebut dianggap dikabulkan.
BAB XVII
LAR AN G AN
Pasal 23
Bagi setiap orang dan atau badan dilarang untuk :
a. Membuang sampah diluar tempat penampungan sampah;
b. Membuang sampah dijalan, jalur-jalur hijau, tempat fasilitas umum, taman, parit, selokan, dan
sungai;
c. Mengotori dan membuang kotoran ditempat-tempat sebagaimana dimaksud pada ayat ini huruf
a dan b;
d. Membakar sampah dan kotoran dijalan-jalan, jalur hijau, taman dan tempat umum;
e. Menumpuk atau menempatkan barang-barang bekas yang masih mempunyai nilai ekonomis
maupun yang tidak, pada kiri kanan bahu jalan, taman, jalur hijau dengan depan bangunan dan
tempat-tempat umum;
f. Menumpuk dan menempatkan sampah bongkar bangunan dijalur hijau dan bahu jalan umum
tidak lebih dari satu hari;
g. Menempatkan keranjang atau box plastik pada media jalan maupun kiri kanan jalan;
h. Menempatkan kendaraan yang tidak berfungsi (rongsokan) pada kiri kanan jalan;
i. Menempatkan penampungan oli bekas diluar persil;
j. Menempatkan barang-barang pada trotoar atau kaki lima (emperan-emperan bangunan);
k. Mengotori jalan dalam proses pengangkutan jalan.
BAB XVIII
PE N G AWAS AN
Pasal 24

Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

304

Pengawasan terhadap ketentuan-ketentuan dalam Peraturan Daerah selain dilakukan oleh Pegawai
Pemerintah Daerah Kabupaten Lamandau yang ditunjuk sesuai dengan ketentuan yang berlaku,
juga oleh satuan Polisi Pamong Praja.
BAB XIX
K ADALUAR SA
Pasal 25
(1) Hal untuk melakukan penagihan retribusi dinyatakan kadaluarsa apabila melampaui 3 (tiga)
tahun terhitung sejak saat retribusi terhutang, kecuali wajib retribusi melakukan tindak pidana
dibidang retribusi.
(2) Penagihan retribusi dinyatakan kadaluarsa sebagaimana maksud ayat (1) pasal ini, tertanggung
apabila :
a. Diterbitkan surat teguran;
b. Ada pengakuan hutang retribusi dari wajib retribusi baik langsung maupun tidak
langsung;
BAB XX
KETENTUAN PIDANA
Pasal 26
(1) Pelanggaran terhadap ketentuan pasal 14 diancam dengan pidana kurungan selama-lamanya 6
(enam) bulan atau denda setinggi-tingginya Rp. 5.000.000,(2) Pelanggaran terhadap ketentuan pasal 12 Peraturan Daerah ini berturut-turut selama 3 (tiga)
bulan diancam dengan pidana kurungan selama-lamanya 6 (enam) bulan atau denda setinggitingginya Rp. 5.000.000,(3) Tindak pidana dimaksud ayat (1) dan (2) pasal ini adalah pelanggaran.

BAB XXI
PE N YI D I K AN
Pasal 27
Pelaksanaan pasal 16 dilakukan Pejabat Penyidik Umum dan Penyidik Pegawai Negeri Sipil
(PPNS).
BAB XXII
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 28
Dengan berlakunya Peraturan Daerah tentang Retribusi Kebersihan dan Angkutan Sampah maka
Peraturan yang setingkat dan mengatur hal yang sama dinyatakan tidak berlaku lagi.
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

305

BAB XXIII
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 29
Hal-hal yang belum diatur dalam Peraturan Daerah ini akan diatur lebih lanjut dalam Keputusan
Bupati.
Pasal 30
Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan pada Lembaran Daerah Kabupaten
Lamandau.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan
menempatkannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Lamandau.
Ditetapkan di

: Nanga Bulik

Pada tanggal

: 1 Agustus 2005

BUPATI LAMANDAU,
ttd
BUSTANI DJ. MAMUD

Diundangkan di : Nanga Bulik


Pada tanggal

: 1 Agustus 2005

Plt. SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN LAMANDAU


ttd
( Ir. MARUKAN )
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

306

NIP. 131 480 087


LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LAMANDAU
TAHUN 2005 NOMOR 07 SERI : C

PENJELASAN ATAS
PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMANDAU
NOMOR

07 TAHUN 2005
TENTANG

RETRIBUSI KEBERSIHAN DAN ANGKUTAN SAMPAH


I. UMUM
Lingkungan hidup adalah merupakan anugrah Tuhan Yang Maha Esa kepada kita dan
merupakan karunia yang wajib dilestarikan dan dikembangkan kemampuannya agar dapat tetap
menjadi sumber dan penunjang hidup bagi mahluk hidup demi kelangsungan dan peningkatan
kualiras hidup itu sendiri. Artinya linhkungan hidup sebagai sauatu ekosistem terdiri dari atas
subsitem yang mempunyai aspek sosial, ekonomi yang berbeda yang mengakibatkan daya
dukung dan daya tampung lingkungan hidup yang berlainan. Keadaan yang demikian
memerlukan pembinaan dan pengembangan lingkungan hidup yang didasarkan pada daya
tampung dan daya lingkungan hidup atau meningkatkan keselarasan, keserasian dan
kesenambungan subsistem yang satu akan mempengaruhi subsitem yang lain, yang pada
akhirnya akan mempengaruhi ketahanan ekosistem secara menyeluruh, oleh sebab itu
pengelolaan lingkungan hidup menuntut dikembangkannya suatu sistem dengan keterpaduan
sebagai ciri utamanya, untuk itu sangat diperlukan kebujakan dalam hal pengelolaan lingkungan
hidup yang harus dilaksanakan secara taat asas dan konsekuen.
Untuk itu Pemerintah Daerah Kabupaten Lamandau yang merupakan bagian dan salah
satu dari Kabupaten Pemekaran di Provinsi kalimantan Tengah berdasarkan Undang-undang
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

307

Nomor 5 Tahun 2002, berkewajiban untuk mengelola apa yang menjadi keuntungan daerah
seperti yang tersirat dalam Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah, dimana dalam pasal 14 ayat (1), (2) dan (3) bagian ketiga tentang Hak dan Kewajiban
Daerah pasal 21 huruf e.
sebagaimana maksud uraian diatas Pemerintah Daerah berpendapat bahwa pengelolaan
lingkungan tidak hanya melalui pelestarian lingkungan hidup, akan tetapi dengan menjaga
kebersihan lingkungan berari pemerintah juga telah menjaga kelangsungan dan menjalankan
fungsinya sebagai pengayom masyarakat dan merupakan pelayanan masyarakat dilain pihak.
Dengan adanya kegiatan tersebut dengan sendirinya memberikan masukan bagi Pendapatan Asli
Daerah yaitu melalui Retribusi Kebersihan dan Angkutan Sampah.
Pembentukan Peraturan Daerah ini dilakukan sebagai salah satu upaya Pemerintah
Daerah dalam penanganan masalah sampah sehingga tidak adanya penumpukan/ penimbunan
sampah yang berlebihan sehingga mengganggu ketertiban umum. Dalam hal pemungutan
retribusi kebersihan dan angkutan sampah dilakukan terhadap :
2. Pasar
3. Supermarket/pasar swalayan
4. Restoran/ Rumah Makan/ Catering
5. Hotel/ Losmen/ Penginapan
6. Perbengkelan
7. Tempat Industri
8. Pergudangan Pemerintah maupun Swasta
9. Perumahan
10. Fasilitas Umum
11. Asrama/ Dometeri
12. Golongan Industri
Dimana pemungutan retribusi berdasarkan kualifikasi objek yang akan dipungut
II. PASAL DEMI PASAL
Pasal 1
Cukup jelas
Pasal 2
Ayat 1,2 dan 3
Cukup jelas
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

308

Pasal 3
-

Persil adalah tempat tinggal atau tempat usaha


SOP adalah estndar operasi prosedur sebagai petunjuk teknis
pelaksanaan dilapangan

TPS adalah tempat penanpungan sementara

Pasal 4
Ayat 1
Mitra kerja adalah setiap orang atau bandan yang bekerjasama dengan pemerintah
untuk melakukan kegiatan kebersihan dan pengangkutan sampah ke tempat
pembungan akhir dengan diberikan insentif sesuai dengan pasal 13 ayat (1),(2),(3)
dan (4) Peraturan Daerah ini.
Ayat 2
Cukup Jelas
Pasal 5
Angka 1
Huruf a
Cukup Jelas
Huruf b
- TPA adalah tempat pembuangan akhir
Huruf c dan d
Cukup Jelas
Angka 2
Cukup Jelas
Angka 3
Huruf a,b,c,d,e dan f
Cukup Jelas
Angka 4
Cukup Jelas

Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

309

Pasal 6
Cukup jelas
Pasal 7
Cukup jelas
Pasal 8
Ayat 1
Cukup jelas
Ayat 2
Cukup jelas
Ayat 3
Cukup jelas

Pasal 9
Cukup jelas
Pasal 10
Cukup jelas
Pasal 11
Cukup jelas
Pasal 12
Cukup jelas
Pasal 13
Cukup Jelas
Pasal 14
Cukup jelas
Pasal 15
Cukup jelas
Pasal 16
Ayat 1,2 dan 3
Cukup Jelas
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

310

Pasal 17
Cukup Jelas
Pasal 18
Cukup jelas
Pasal 19
Cukup jelas
Pasal 20
Cukup jelas

Pasal 21
Cukup Jelas
TAMBAHAN LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LAMANDAU
TAHUN 2005 NOMOR 07 SERI : D

Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

311

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMANDAU


NOMOR 08 TAHUN 2005
T E N TAN G
RETRIBUSI PELAYANAN KESEHATAN
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN LAMANDAU
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
BUPATI LAMANDAU,
Menimbang

a.

bahwa dalam rangka memberikan pelayanan yang lebih baik sebagai


upaya peningkatan derajat kesehatan masyarakat diperlukan pelayanan
kesehatan yang optimal;

b.

bahwa untuk membantu memberikan pelayanan kepada masyarakat


perlu adanya suatu tindakan nyata dengan Pemungutan Retribusi
Pelayanan Kesehatan di Kabupaten Lamandau;

c.

bahwa untuk memungut Retribusi sebagaimana maksud huruf b, perlu


diatur dengan Peraturan Daerah;

d.

bahwa untuk memenuhi maksud huruf a, b dan c diatas, perlu ditetapkan


Retribusi Pelayanan Kesehatan RSUD Kabupaten Lamandau dalam
Peraturan Daerah Kabupaten Lamandau.

Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

312

Mengingat

1.

Undang Undang Republik Indonesia Nomor 12 Drt Tahun 1957


tentang Peraturan Umum Retribusi Daerah;

2.

Undang Undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 1963 tentang


Tenaga Kesehatan (Lembaran Negara Tahun 1963 Nomor 79, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 2576);

3.

Undang Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1992 tentang


Kesehatan (Lembaran Negara Tahun 1992 Nomor 100, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 3495);

4.

Undang Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 1997 tentang


Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (Lembaran Negara Tahun 1997
Nomor 41, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3685);

5.

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2002 tentang


Pembentukan Kabupaten Katingan, Kabupaten Seruyan, Kabupaten
Sukamara, Kabupaten Lamandau, Kabupaten Gunung Mas, Kabupaten
Pulang Pisau, Kabupaten Murung Raya, Kabupaten Barito Timur
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 18,
Tanbahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4180);

6.

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2004 tentang


Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 53, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4389);

7.

Undang- undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 tentang


Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 125,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437);

8.

Undang- undang Republik Indonesia Nomor 33 Tahun 2004 tentang


Perimbangan antara Pusat dan Daerah (Lembaran Negara Tahun 2004
Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4438);

9.

Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1987 tentang Penyerahan


sebagian Urusan Pemerintahan dalam Bidang Kesehatan kepada Daerah
(Lembaran Negara Tahun 1987 Nomor 9, Tambahan Lembaran Negara
Nomor 3347);

10.

Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 1997 tentang Retribusi Daerah

Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

313

(Lembaran Negara Tahun 1997 Nomor 55, Tambahan Lembaran Negara


Nomor 3692);
11.

Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1991 tentang Pemeliharaan


Pegawai Negeri Sipil, Penerimaan Pensiunan, Veteran dan Perintis
Kemerdekaan beserta keluarganya;

12.

Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan


Pemerintah dan Kewenangan Propinsi sebagai Daerah Otonomi;

13.

Peraturan Daerah Kabupaten Lamandau Nomor 03 Tahun 2004 tentang


Kelembagaan Struktur Organisasi Tugas Pokok dan Tata Kerja
Perangkat Daerah Kabupaten Lamandau (Lembaran Daerah Tahun 2004
Nomor 03 Seri D); sebagaimana telah diubah pertama kali dengan
Peraturan Daerah Kabaupaten Lamandau Nomor 12 Tahun 2004
(Lembaran Daerah Kabupaten Lamandau tahun 2004 Nomor 4 Seri D).
Dengan Persetujuan Bersama

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN LAMANDAU


dan
BUPATI LAMANDAU
M E M U T U S K AN :
Menetapkan

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMANDAU TENTANG


RETRIBUSI PELAYANAN KESEHATAN RUMAH SAKIT UMUM
DAERAH KABUPATEN LAMANDAU.

BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan :
a. Daerah adalah Daerah Kabupaten Lamandau;
b. Pemerintah Daerah adalah Bupati dan Perangkat Daerah sebagai unsur penyelenggara
Pemerintahan Daerah;
c. Pemerintahan Daerah adalah penyelenggaraan urusan Pemerintahan oleh Pemerintah Daerah
dan DPRD menurut asas otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluasDokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

314

luasnya dalam sistem adan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana
dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
d. Dinas Kesehatan adalah Dinas Kesehatan Kabupaten Lamandau;
e. Kepala Dinas Kesehatan adalah Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Lamandau;
f. Rumah Sakit Umum Daerah adalah Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Lamandau;
g. Bendaharawan Khusus Penerima adalah Bendaharawan Khusus Penerima di RSUD
Kabupaten Lamandau;
h. Pelayanan Kesehatan adalah segala kegiatan pelayanan kesehatan yang diberikan kepada
seseorang dalam rangka observasi, diagnosis, pengobatan, rehabilitasi medik dan pelayanan
kesehatan yang lainnya;
i. Pelayanan Rawat Inap adalah Pelayanan kepada pasien untuk observasi, diagnosis,
pengobatan, rehabilitasi medik dan pelayanan kesehatan yang lainnya;
j. Pelayanan kesehatan tingkat lanjutan/ rujukan adalah pelayanan kesehatan perorangan yang
bersifat spesialistik atau sub spesialistik yang meliputi rawat jalan tingkat lanjutan, rawat inap
tingkat lanjutan dan rawat inap diruang khusus, yang dalam ketentuan ini ditetapkan dirumah
sakit pemerintah;
k. Retribusi Daerah adalah Pungutan Daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian ijin
tertentu yang khusus disediakan atau diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk kepentingan
pembeli atau Daerah;
l. Retribusi pelayanan kesehatan yang selanjutnya dapat disebut Retribusi adalah pembayaran
atas pelayanan kesehatan di RSUD Kabupaten Lamandau;
m. Wajib Retribusi adalah orang pribadi atau badan yang menurut Peraturan Perundangundangan Retribusi diwajibkan untuk melakukan pembayaran;
n. Surat pendaftaran objek Retribusi Daerah yang selanjutnya disingkat SPORD adalah Surat
yang dipergunakan oleh wajib retribusi untuk melaporkan data objek retribusi dan wajib
retribusi sebagai dasar perhitungan dan pembayaran retribusi yang terhutang menurut
Peraturan Perundang-undangan Retribusi Daerah;
o. Surat Ketetapan Retribusi Daerah yang selanjutnya disingkat SKRD adalah Surat Keputusan
yang menentukan besarnya jumlah retribusi yang terhutang;
p. Surat Ketetapan Retribusi Daerah Lebih Bayar yang selanjutnya disingkat SKRDLB adalah
Surat Keputusan yang menentukan jumlah kelebihan pembayaran retribusi karena jumlah
kredit lebih besar daripada retribusi yang terhutang atau seharusnya terhutang;
q. Surat Ketetapan Retribusi Daerah Kurang Bayar Tambahan yang selanjutnya dapat disingkat
SKRDKBT adalah Surat Keputusan yang menentukan tambahan atas jumlah retribusi yang
ditetapkan;
r. Surat Tagihan Retribusi Daerah yang selanjutnya disingkat STRD adalah surat untuk
melakukan tagihan retribusi dan atau sanksi administrasi berupa bunga dan atau denda;
s. Surat keputusan keberatan adalah surat keputusan atas keberatan terhadap SKRD atau
dokumen lainnya yang dipersamakan SKRDKBT dan SKRDLB yang diajukan oleh wajib
retribusi;
t. Pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan untuk mencari, mengumpulkan dan mengolah data
dan atau keterangan lain dalam rangka pengawasan kepatuhan pemenuhan kewajiban
retribusi berdasarkan Peraturan Perundang-undangan Retribusi Daerah;
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

315

u.

Penyidikan tindak pidana dibidang retribusi daerah adalah serangkaian tindakan yang
dilakukan oleh penyidik pegawai negeri sipil yang selanjutnya disebut Penyidikan, untuk
mencari serta mengumpulkan bukti yang dengan bukti itu membuat terang tindak pidana
dibidang retribusi daerah yang terjadi serta menemukan tersangkanya.

BAB II
TANGGUNG JAWAB
Pasal 2
Pemerintah Daerah dan masyarakat berkewajiban dalam memelihara dan mempertinggi derajat
kesehatan di Kabupaten Lamandau.

BAB III
NAMA, OBJEK DAN SUBJEK RETRIBUSI
Pasal 3
Dengan nama Retribusi Pelayanan Kesehatan RSUD dipungut retribusi sebagai pembayaran atas
pelayanan kesehatan di RSUD Kabupaten Lamandau.
Pasal 4
Objek Retribusi adalah pelayanan kesehatan di RSUD Kabupaten Lamandau.
Pasal 5
Subjek Retribusi adalah orang pribadi atau badan yang mendapat pelayanan kesehatan dari RSUD
Kabupaten Lamandau.
BAB IV
GOLONGAN RETRIBUSI
Pasal 6
Retribusi pelayanan kesehatan RSUD Kabupaten Lamandau termasuk golongan retribusi jasa
umum.
BAB V
PELAYANAN KESEHATAN YANG DIKENAKAN TARIF
Pasal 7
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

316

(1)

(2)

Pelayanan Kesehatan yang dikenakan tarif di kelompokkan menjadi :


a. Rawat jalan
b. Pemeriksaan ibu dan anak
c. Poliklinik Gigi
d. Rawat inap
e. Pertolongan Pertama Pada kecelakaan
f. Tindakan Medik Ringan/ Operasi Kecil
g. Pertolongan Persalinan
h. Pemeriksaan Laboratarium
i. Visum Et Repertum
j. Pemeriksaan Penunjang Diagnostik
k. Pelayanan ambulance dan Mobil Jenazah
Pengelompokan sebagaimana dimaksud ayat (1) pasal ini dapat dilihat dalam pasal 11 ayat
(2) Peraturan Daerah ini;
Segala jenis pemeriksaan dan tindakan yang belum tergolong dalam salah satu kelompok
pelayanan seperti yang dimaksud ayat (1) pasal ini, diatur lebih lanjut oleh Bupati atau
Pejabat yang ditunjuk sesuai dengan ketentuan yang berlaku;

(3)

Pasal 8
(1) Pelayanan Kesehatan bagi peserta askes Indonesia, dikenakan tarif menurut Surat Keputusan
bersama antara Menteri Kesehatan dan Menteri Dalam Negeri;
(2) Pelayanan Kesehatan sebagaimana maksud pasal 5 Peraturan Daerah ini bagi pasien yang
saat itu dijamin oleh Badan Hukum berlaku tarif, berdasarkan suatu perjanjian yang
besarnya ditetapkan oleh Bupati atau Kepala Dinas;
BAB VI
CARA MENGUKUR TINGKAT PENGGUNAAN JASA SERTA PRINSIF DAN
SASARAN DALAM PENETAPAN STRUKTUR BESARNYA TARIF
Pasal 9
Tingkat penggunaan jasa dihitung berdasarkan Frekuensi pelayanan kesehatan.
Pasal 10
(2)
(3)

Prinsif dasar dalam penetapan struktur besarnya tarif rertribusi bertujuan untuk menutup
biaya penyelenggaraan pelayanan kesehatan dengan mempertimbangkan kemampuan
masyarakat dan aspek keadilan;
Biaya sebagaimana maksud ayat (1) pasal ini termasuk biaya investasi prasarana, biaya
operasional dan pemeliharaan;
Prinsif dan sasaran dalam penetapan struktur dan besarnya tarif retribusi sebagaimana
dimaksud ayat (1) pasal ini adalah sebagai berikut :

(4)

Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

317

a. Pelayanan rawat inap dan pelayanan pasien berobat jalan RSUD adalah untuk
membiayai sebagian biaya penyelenggaraan pelayanan sesuai dengan kemampuan
masyarakat.
b. Bagi RSUD yang memungkinkan ruang rawat inap (RRI) kelas perawatan
diperhitungkan atas dasar.
1. Visite pasien per hari yaitu sebesar
- VIP Rp. 10.000,- Zaal Rp. Rp. 5.000,2. Pemeriksaan dan konsultasi medik sebesar :
- VIP Rp. 5.000,- Zaal Rp. Rp. 2.500,3. Administrasi catatan medik Rp. 2.500,c. Bagi RSUD yang memungkinkan untuk meningkatkan kelas perawatan dikenakan tarif
yang diatur lebih lanjut oleh Bupati atau Pejabat yang ditunjuk;

BAB VII
STRUKTUR BESARNYA TARIF
Pasal 11
(1)
(2)

Struktur besarnya tarif digolongkan berdasarkan atas jenis pelayanan kesehatan yang
diberikan;
Struktur dan besarnya tarif retribusi pelayanan kesehatan di RSUD Kabupaten Lamandau
ditetapkan adalah sebagai berikut :

No.
1.

2.

3.

Jenis pertolongan
PELAYANAN RAWAT JALAN
a. Kartu rawat jalan
b. Pasien berobat jalan
c. Kir Kesehatan untuk 1 kali
- Pelajar
- Umum/PNS
KESEHATAN IBU DAN ANAK
a. Pemeriksaan ibu
b. Pemeriksaan anak
c
Pemeriksaan bayi
POLIKLINIK GIGI

Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

318

Tarif
Rp. 1.000,Rp. 5.000,Rp. 5.000,Rp. 7.500,Rp.
Rp.
Rp.

5.000,5.000,5.000,-

a.
b.
c.
d.
e.
f.
4.

5.

6.

7.

Pemeriksaan dan pengobatan gigi 1 kali


Perawatan karang gigi 1 kali
Pencabutan gigi 1 kali kunjungan
- Anak
- Dewasa
Penambalan gigi 1 kali
Penambahan gigi lebih dari 1 kali pemeriksaan
Instansi Abses gigi

PELAYANAN RAWAT INAP


a. Perawatan pasien perharian
- VIP
- Zaal
b. Pemeriksaan dan konsultasi
- VIP
- Zaal
c. Administrasi catatan medik
d. Pemakaian Oxygen perliter
PERTOLONGAN PERTAMA PADA KECELAKAAN
a. Debridement
b. Minor surgery
c. Spalk/pembidaian
d. Reposisi fraktur /pemasangan gips
- Gips slab/back slab
- Gips perlengan bawah
- Gips perlengan atas
- Gips pada tungkai bawah
- Gips pada tungkai atas
- Ransel Verband
TINDAKAN MEDIK RINGAN / OPERASI KECIL
a. Pengobatan dan perawatan luka
b. Insisi abses
c. Sirkunsisi /khitan
d. Tindik daun telinga
e. Pemasangan dan pencabutan IUD (spiral KB)
f. Pemasangan dan pencabutan implant (KB susuk)
g. Ekstraksi kuku
h. Pengangkatan benda asing
- Besar
- Kecil
PERTOLONGAN PERSALINAN

Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

319

Rp.
Rp.

5.000,5.000,-

Rp. 5.000,Rp. 7.500,Rp. 5.000,Rp. 10.000,Rp. 10.000,-

Rp. 10.000,Rp. 5.000,Rp.


Rp.
Rp.
Rp.

5.000,2.500,2.500,10,-

Rp. 10.000,Rp. 25.000,Rp. 10.000,Rp.


Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.

30.000,30.000,30.000,40.000,40.000,30.000,-

Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.

10.000,10.000,50.000,10.000,25.000,50.000,15.000,-

Rp. 10.000,Rp. 5.000,-

a.
b.
c.
d.

8.

9.

10.

Pertolongan persalinan oleh dokter


Pertolongan persalinan oleh bidan
Perawatan ibu bersalin oleh bidan
Perawatan bayi perhari

PEMERIKSAAN LABORATORIUM
a. Pemeriksaan daerah
- Haemoglobin
- Leukosit
- Eritrosit
- Rhrombosit
- Golongan darah
- Laju Endap darah
- Daerah malaria
b. Pemeriksaan Urine
- Albumin
- Reduksi
- Urubilin
- Bilirubin
- Sedimen
c. Pemeriksaan sputum BTA
d. Pemeriksaan tinja lengkap
e. Pemeriksaan darah lengkap
f. Pemeriksaan urine lengkap
g. Pemeriksaan urin rutin
h. Pemeriksaan Tes Narkoba

75.000,50.000,10.000,10.000,-

Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.

5.000,5.000,5.000,5.000,5.000,5.000,5.000,-

Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.

5.000,5.000,5.000,5.000,5.000,5.000,5.000,20.000,10.000,10.000,10.000,-

VISUM ET REPERETUM
a. Visum Luar
- Visum luka
- Visum mayat
b. Visum dalam

Rp. 10.000,Rp. 25.000,Rp. 50.000,-

PEMERIKSAAN PENUNJANG DIAGNOSTIK


a. Foto Rontgent
b. EKG
c. USG

Rp. 25.000,Rp. 25.000,Rp. 25.000,-

Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

320

Rp.
Rp.
Rp.
Rp.

BAB VIII
PELAYANAN AMBULANCE DAN MOBIL JENAZAH
Pasal 12
(1) Bagi pasien yang menggunakan jasa ambulance dan Mobil Jenazah di kenakan retribusi
(2) Bagi Pasien yang menggunakan jasa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pasal ini adalah
sebagai berikut :
a. Ambulance
Rp. 10.000,b. Mobil Jenazah
Rp. 25.000,(3) Penggunaan mobil ambulance dan mobil jenasah keluar kota Nanga Bulik dikenakan biaya
Operasional.

BAB IX
PENGATURAN DAN CARA PEMBAYARAN
Pasal 13
(1) Pasien Umum yang membutuhkan pertolongan baik rawat jalan, rawat inap maupun memakai
fasilitas RSUD sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Daerah ini, wajib membayar retribusi
dan sebagai bukti pembayaran diberikan karcis retribusi;
(2) Pasien Umum yang tidak dikenakan retribusi adalah :
a. Pasien yang nyata tidak mampu;
b. Pasien yang tidak ada penanggungjawabnya;
c. Pasien dari panti asuhan atau panti jompo.
(3) Bagi penderita yang tidak dikenakan retribusi sebagaimana dimaksud ayat (2) pasal ini
diberikan pelayanan secara cuma-cuma dengan menyerahkan Surat Keterangan Miskin yang
dikeluarkan oleh Camat/Lurah/ Kepala Desa dimana yang bersangkutan berdomisili;
(4) Surat Keterangan Miskin yang dikeluarkan oleh Camat/Lurah/Kepala Desa hanya dapat
diberikan kepada pasien yang benar-benar kurang mampu sebagaimana dimaksud ayat (2)
point a, b dan c huruf a, pasal ini;
BAB X
TUGAS DAN TANGGUNGJAWAB PEMUNGUTAN RETRIBUSI
Pasal 14
(1) Pemungutan Retribusi ditunjuk langsung oleh Bupati atau Pejabat yang ditunjuk untuk itu
dengan mengeluarkan Surat Keputusan Bupati sebagai Surat Tugas;
(2) Pemungut Retribusi bertanggungjawab langsung kepada Bupati atau Pejabat yang ditunjuk;
(3) Pemungut Retribusi berkewajiban untuk melaporkan hasil pemungutan secara teratur kepada
Bupati atau Pejabat yang ditunjuk .
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

321

BAB XI
KEWAJIBAN DAN TANGGUNG JAWAB BENDAHARAWAN
KHUSUS PENERIMA
Pasal 15
(1) Bupati secara teknis menunjuk dan mengangkat seorang bendaharawan khusus penerima
sesuai dengan prosedur dan ketentuan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku;
(2) Bendaharawan khusus penerima berkewajiban menyelenggarakan pembukuan dengan
administrasi yang teratur dan benar sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan;
(3) Semua hasil penerimaan sudah disetor oleh bendaharawan khusus penerima selambatlambatnya dalam jangka waktu 1 (satu) hari kerja ke kas Daerah pada Dinas Pendapatan
Daerah Kabupaten Lamandau;
(4) Bendaharawan khusus penerima dilarang menyimpan uang hasil pemungutan retribusi diluar
batas waktu yang ditentukan dan atas nama pribadi / instansinya pada suatu bank;
(5) Bendaharawan khusus penerima dengan persetujuan atasan langsung selambat-lambatnya
tanggal 15 setiap bulan sudah menyampaikan Laporan Pertanggungjawaban kepada Bupati
melalui Kepala Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Lamandau.
BAB XII
WILAYAH PEMUNGUTAN
Pasal 16
Pemungutan Retribusi dilakukan diwilayah Kabupaten Lamandau.

BAB XIII
SAAT RETRIBUSI TERHUTANG
Pasal 17
Retribusi terhutang pada saat Surat Ketetapan Retribusi Daerah (SKRD) diterbitkan atau dokumen
lainnya yang dipersamakan.

BAB XIV
SURAT PENDAFTARAN
Pasal 18
(1) Wajib Retribusi diwajibkan mendaftarkan diri dan mengisi Surat Pendaftaran Objek Retribusi
Daerah (SPORD);
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

322

(2) Surat Pendaftaran Objek Retribusi Daerah (SPORD) sebagaimana dimaksud ayat (1) pasal ini
harus diisi dengan jelas dan benar serta ditanda tangani oleh Wajib Retribusi atau kuasanya;
(3) Bentuk, isi serta tata cara pengisian dan penyampaian Surat Pendaftaran Objek Retribusi
Daerah (SPORD) sebagaimana maksud pada ayat (1) dan (2) pasal ini ditetapkan dengan
Keputusan Bupati.
BAB XV
PENETAPAN RETRIBUSI
Pasal 19
(1) Berdasarkan SPORD sebagaimana maksud pasal 18 ayat (1) pasal ini ditetapkan retribusi
terhutang dengan menerbitkan Surat Ketetapan Retribusi Daerah (SKRD) atau dokumen lain
yang dipersamakan;
(2) Apabila berdasarkan hasil pemeriksaan dan ditemukan data baru dan data yang sebelumnya
belum diketahui yang menyebabkan penambahan jumlah retribusi yang terutang, maka
dikeluarkan Surat Ketetapan Retribusi Daerah Kurang Bayar Tambahan (SKRDKBT);
(3) Bentuk, isi dan tata cara penerbitan Surat Ketetapan Retribusi Daerah (SKRD) dan dokumen
lainnya yang dipersamakan sebagaimana maksud pada ayat (2) pasal ini ditetapkan dengan
Keputusan Bupati.
BAB XVI
TATA CARA PEMUNGUTAN DAN SANKSI
Pasal 20
(1) Pemungutan Retribusi tidak dapat diborongkan;
(2) Retribusi dipungut dengan menggunakan SKRD atau dokumen lainnya yang dipersamakan.
BAB XVII
TATA CARA PEMBAYARAN
Pasal 21
(1) Pembayaran retribusi yang terhutang harus dilunasi sekaligus;
(2) Retribusi yang terhutang dilunasi selambat-lambatnya 15 hari sejak diterbitkannya SKRD
atau dokumen lain yang dipersamakan, SKRDKBT dan STRD;
(3) Tata cara pembayaran, penyetoran dan tempat pembayaran retribusi diatur dan ditetapkan
dengan Keputusan Bupati.
BAB XVIII
TATA CARA PENAGIHAN
Pasal 22
(1)

Pengeluaran Surat Tagihan atau teguran atau surat lain yang sejenis sebagai tindakan
pelaksanaan penagihan retribusi setelah 7 hari sejak jatuh tempo Pembayaran;

Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

323

(2)
(3)

Dalam jangka waktu 7 hari setelah tanggal surat teguran atau peringatan atau surat lain yang
sejenis, wajib retribusi harus melunasi retribusi yang terutang;
Surat teguran sebagaimana maksud ayat (1) pasal ini dikeluarkan oleh Pejabat yang
ditunjuk.
BAB XIX
K E B E R ATAN
Pasal 23

(1) Wajib retribusi dapat mengajukan keberatan kepada Bupati atau kepada Pejabat yang ditunjuk
atas SKRD, dokumen yang dipersamakan, SKRDKBT dan SKRDLB (Surat Ketetapan
Retribusi Daerah Lebih Bayar);
(2) Keberatan diajukan secara tertulis disertai alasan yang tepat dan jelas;
(3)

Dalam hal mengajukan keberatan atas ketetapan retribusi wajib retribusi harus
membuktikan ketidak benaran retribusi tersebut;
(4)
Keberatan diajukan dalam jangka waktu paling lama 2 (dua) bulan sejak tanggal SKRD
atau dokumen lain yang dipersamakan, SKRDKBT dan SKRDLB diterbitkan;
(5)
Pengajuan Keberatan tidak menunda kewajiban membayar retribusi dan pelaksanaan
penagihan retribusi.
Pasal 24
(1)
(2)

Dalam jangka waktu paling lama 6 (enam) bulan sejak tanggal surat keberatan diterima,
Bupati harus memberi Keputusan atas keberatan tersebut;
Keputusan Bupati atas keberatan dapat berupa menerima seluruhnya atau sebagian, dan atau
menolak, atau menambah besarnya retribusi yang terutang;
Apabila dalam jangka waktu yang telah ditentukan telah lewat dan Bupati tidak memberi
suatu keputusan, maka keberatan yang diajukan oleh wajib retribusi tersebut dianggap
dikabulkan.

(3)

BAB XX
PENGEMBALIAN KELEBIHAN PEMBAYARAN
Pasal 25
(1) Wajib retribusi dapat mengajukan permohonan pengembalian kepada Bupati, atas kelebihan
pembayaran retribusi;
(2) Dalam jangka waktu paling lama 6 (enam) bulan sejak diterimanya permohonan kelebihan
pembayaran retribusi sebagaimana maksud ayat (1) pasal ini, Bupati harus memberikan
Keputusan;
(3) Permohonan pengembalian retribusi dianggab dikabulkan, apabila jangka waktu sebagaimana
maksud ayat (2) pasal ini, Bupati tidak memberi Keputusan atas pengembalian retribusi dan
atau jangka waktu 1 (satu) bulan SKRDLB harus diterbitkan;
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

324

(4) Apabila wajib retribusi mempunyai hutang retribusi lainnya kelebihan pembayaran retribusi
sebagaimana maksud ayat (1) pasal ini langsung diperhitungkan untuk melunasi terlebih
dahulu hutang retribusi tersebut;
(5) Pengembalian kelebihan pembayaran retribusi dilakukan dalam jangka waktu paling lama 2
(dua) bulan sejak diterbitkan SKRDLB;
(6) Bupati memberikan imbalan bunga sebesar 2 % sebulan atas keterlambatan pembayaran
kelebihan retribusi apabila pengembalian kelebihan pembayaran retribusi dilakukan setelah
lewat jangka waktu 2 bulan.
Pasal 26
(1)

(2)

Permohonan pengembalian kelebihan pembayaran retribusi diajukan secara tertulis kepada


Bupati dengan menetapkan :
a. Nama dan alamat wajib retribusi dengan jelas;
b. Masa Retribusi;
c. Besarnya kelebihan pembayaran;
d. Alasan yang singkat.
Permohonan pengambilan kelebihan pembayaran retribusi disampaikan secara langsung
oleh wajib retribusi dan atau yang mewakili;
Bukti penerimaan oleh Pejabat Daerah merupakan bukti saat permohonan diterima oleh
Bupati.
Pasal 27

(3)

(1)
(2)

Pengambilan kelebihan retribusi dilakukan dengan menerbitkan Surat Perintah Membayar


kelebihan retribusi (SPMKR);
Apabila kelebihan pembayaran retribusi diperhitungkan dengan hutang retribusi lainnya,
sebagaimana maksud pasal 25 ayat (4), maka pembayaran dilakukan dengan cara memindah
bukukan;
Bukti pemindah bukuan sebagaimana maksud ayat (2) pasal ini, juga berlaku sebagai bukti
pembayaran.
BAB XXI
K ADALUA R SA
Pasal 28

(3)

(1)
(2)

Hak untuk melakukan penagihan Retribusi dinyatakan kadaluarsa apabila melampaui 3


(tiga) tahun terhitung sejak saat retribusi terhutang, kecuali wajib retribusi melakukan tindak
pidana dibidang retribusi;
Penagihan retribusi dinyatakan kadaluarsa sebagaimana maksud ayat (1) pasal ini,
tertanggung apabila :
a.
Diterbitkan surat teguran;
b.
Ada pengakuan hutang retribusi dari wajib retribusi baik langsung maupun tidak
langsung.
BAB XXII

Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

325

KETENTUAN PIDANA
Pasal 29
(1)

Wajib Retribusi yang tidak melakukan kewajibannya sehingga merugikan keuangan daerah
diancam pidana kurungan paling lama 6 (enam) bulan dan atau denda sebanyak-banyaknya
Rp. 5.000.000,- (Lima Juta Rupiah), kecuali jika ditentukan lain dalam Peraturan
Perundang-undangan;
Tindak Pidana sebagaimana maksud ayat (1) pasal ini adalah pelanggaran.

(2)

BAB XXIII
PE N YI D I K AN
Pasal 30
(1) Penyidikan tindak pidana di bidang pajak daerah dan retribusi daerah, secara khusus
dilakukan oleh Pejabat Pegawai Negeri Sipil;
(2) Pejabat sebagaimana maksud ayat (1) pasal ini adalah penyidik Pegawai Negeri Sipil
tertentu dilingkungan Pemerintah Daerah;
(3) Wewenang penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pasal ini adalah :
a.
Menerima, mencatat, mengumpulkan dan meneliti keterangan atau laporan
berkenaan dengan tindak pidana dibidang retribusi daerah agar keterangan laporan
tersebut lengkap dan jelas;
b.
Meneliti, mencari dan mengumpulkan keterangan mengenai orang pribadi atau
badan tentang kebenaran perbuatan yang berhubungan dengan tindak pidana retribusi
daerah;
c. Meminta keterangan dan bukti dari orang pribadi atau badan berkenaan dengan tindak
pidana di bidang retribusi daerah;
d.
Memeriksa buku-buku, catatan- catatan dan dokumen-dokumen lainnya
berkenaan dengan tindak pidana di bidang retribusi daerah;
e.
Melakukan penggeledahan untuk mendapatkan bukti pembukuan, pencatatan dan
dokumen-dokumen lain, serta melakukan penyitaan terhadap bukti tersebut;
f.
Meminta berhenti oleh dan atau melarang seseorang meninggalkan ruangan atau
tempat pada saat pemeriksaan sedang berlangsung dan memeriksa identitas orang dan
atau dokumen yang dianggap berkaitan dengan tindak pidana di bidang retribusi
daerah;
g.
Memotret seseorang yang berkaitan dengan tindak pidana di bidang retribusi
daerah;
h.
Memanggil orang untuk didengar keterangannya dan diperiksa sebagai tersangka
atau saksi;
i.
Menghentikan penyelidikan;
j.
Melakukan tindakan lain yang perlu untuk kelancaran penyelidikan tindak pidana
di bidang retribusi daerah menurut ketentuan Perundang-undangan yang berlaku.

Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

326

(4)

Penyelidikan sebagaimana maksud pada ayat (1) pasal ini pemberitahuan dimulainya dan
penyampaian hasil penyelidikan kepada penuntut umum, sesuai dengan ketentuan yang
diatur dalam Undang-undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana.
BAB XXIV
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 31

Dengan berlakunya Peraturan Daerah ini, maka Peraturan Daerah yang mengatur hal yang
sama dinyatakan dicabut dan tidak berlaku lagi.
BAB XXV
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 32
Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar supaya setiap orang dapat mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan
Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Lamandau.

Ditetapkan di : Nanga Bulik


Pada Tanggal : 1 Agustus 2005
BUPATI LAMANDAU,
ttd
BUSTANI DJ. MAMUD

Diundangkan di : Nanga Bulik


Pada Tanggal

: 1 Agustus 2005

Plt. SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN LAMANDAU

Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

327

ttd
( Ir. MARUKAN )
NIP. 131 480 087
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LAMANDAU
TAHUN 2005 NOMOR 08 SERI : C

PENJELASAN ATAS
PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMANDAU
NOMOR 08 TAHUN 2005
TENTANG
RETRIBUSI PELAYANAN KESEHATAN
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN LAMANDAU
I. PENJELASAN UMUM
Dengan ditetapkannya Kabupaten Lamandau sebagai salah satu Kabupaten Pemekaran
diwilayah Provinsi Kalimantan Tengah berdasarkan Undang-undang Nomor 5 Tahun 2002
tentang Pembentukan Kabupaten Katingan, Kabupaten Seruyan, Kabupaten Sukamara,
Kabupaten Lamandau, Kabupaten Gunung Mas, Kabupaten Pulang Pisau, Kabupaten Murung
Raya, Kabupaten Barito Timur (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 18,
Tanbahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4180 serta sebagai pelaksanaan amanat
Undang-undang Nomlor 32 Tahun 2004 merupakan semangat Otonomi Daerah yang
mengharuskan setiap daerah lebih mandiri dan kreatif dalam menjalankan seluruh program
pembangunan dengan tidak melupakan peraturan-peraturan yang berlaku
Dalam hal ini Pemerintah Kabupaten Lamandau selaku pelaksana pembagunan
berusaha menjadi pengayom seluruh masyarakatnya diantaranya
melalui Program
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

328

Pembangunan Pelayanan Kesehatan khususnya


Lamandau.

pelayanan kesehatan di RSUD Kabupaten

Untuk menjamin agar Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Lamandau dapat
berfungsi seobtimal mungkin sebagai pelayan kesehatan pada seluruh lapisan masyarakat
Kabupaten Lamandau maka diperlukan suatu usaha yang benar-benar memberikan suatu fungsi
yang nyata khususnya dalam memberikan pelayanan dibidang kesehatan kepada masyarakat.
Mengingat pelayanan kesehatan RSUD Kabupaten Lamandau semakin meningkat dan
untuk membantu biaya inventarisasi prasarana, biaya operasional dan pemeliharaan seluruh
peralatan dan perlengkapan RSUD Kabupaten Lamandau, maka perlu adanya pengaturan yang
jelas dan tepat yaitu dengan melalui pembentukan Peraturan Daerah Kabupaten Lamandau
tentang Retribusi Pelayanan Kesehatan di RSUD Kabupaten Lamandau dan sekaligus pula
sebagai upaya pengaturan tarif pelayanan, mengingat saat ini masih belum ada pengaturan yang
lebih jelas.
Pengaturan

retribusi

yang

diatur

dalam

Peraturan

Daerah

ini

antaranya

tentang :
1. Pelayanan Rawat Jalan
2. Pelayanan terhadap Kesehatan Ibu dan Anak
3. Pelayanan Poliklinik Gigi
4. Pelayanan Rawat Inap
5. Pelayanan Pertolongan pada Kecelakaan
6. Pelayanan tindakan operasi ringan/ operasi kecil
7. Pelayanan Persalinan
8. Pelayanan pemeriksaan laboratarium
9. Pelayanan Visum Et Repertum
10. Pelayanan Jasa Ambulans dan Mobil Jenazah
Tarif retribusi ditetapkan atas masing-masing pelayanan disesuaikan dengan tingkat
besarnya penggunaan jasa dan pelayanan kesehatan ini termasuk golongan retribusi jasa umum.
II. PASAL DEMI PASAL
Pasal 1
Cukup jelas
Pasal 2
Ayat 1,2 dan 3
Cukup jelas
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

329

Pasal 3,4 dan 5


Cukup Jelas
Pasal 6
Cukup Jelas
Pasal 7
Ayat (1) dan (2)
Cukup Jelas
Pasal 8
Ayat (1)
Keputusan bersama Menteri Kesehatan dan Mneteri Dalam Negeri RI Nomor :
1013/MENKES/SKB/IX/2001. Nomor 43 Tahun 2001 tentang Tarif dan Tata
LaksanaPelayanan Kesehatan di Puskesmas dan Rumah Sakit Daerah bagi peserta
PT (persero) asuransi Kesehatan Indonesia dan Anggota Keluarganya.
Ayat (1)
Cukup Jelas
Pasal 9
Cukup jelas
Pasal 10
Ayat (1)
Struktur tarif retribusi adalah struktur beasrnya tarif retribusi yang ditentukan
berdasarkan jenis pelayanan kesehatan yang diberikan.
Ayat (2)
Pengenaan tarif retribusi terhadap pelayanan jasa kesehatan sebagai biaya investasi
prasarana, biaya operasional dan pembiayaan seluruh alat dan atau barang
inventarisasi RSUD Kabupaten Lamandau.
Ayat (3)
Huruf a,b
Cukup jelas
Huruf c
Kelas perawatan sebagaimana dimaksud Peraturan Daerah ini adalah apabila ada
peningkatan pelayanan yang memang perlu dan memungkinkan untuk dilaksanakan
sesuai kebutuhan yang ada di RSUD Kabupaten Lamandau.
Pasal 11
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

330

Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
a. KIA Kesehatan adalah Kesehatan Ibu dan Anak
b. Insisi Abses gigi adalah membuka bisul pada gigi
c. Debridement adalah pembersihan luka
d. Minor Surgery adalah alat operasi kecil
e. Spalk/ Pembedahan adalah alat penyangga
f. Reposisi fraktur adalah mengembalikan keposisi dan bagian yang patah
g. Hemoglobin adalah kadar darah merah dalam darah
h. Leukosit adalah sel darah putih
i. Eritrosit adalah sel daerah merah
j. Trombosit adalah zat pembeku
k. Golongan Daerah adalah A,B,AB,O
l. Darah malaria adalah pemeriksaan malaria
m. Albumin adalah protein darah
n. Reduksi adalah teknik pemeriksaan gula dalam air seni
o. Bilirubin adalah zat warna kuning dalam darah
p. Sedimen adalah zat kristal/ batu pada ginjal
q. Pemeriksaan Spektrum adalah pemeriksaan dahak untuk TBC/ Paru-paru
r. Visum Et Repertum adalah pemeriksaan mayat atau kasus lain yang berhubungan
dengan hukum.
Pasal 12
Cukup jelas
Pasal 13
Ayat (1)
Setiap jasa pelayanan kesehatan yang dilakukan pada RSUD Kabupaten Lamandau
yang dikenakan tarif retribusi akan mendapat bukti pembayaran berupa karcis
retribusi.
Ayat (2),(3) dan (4)

Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

331

Segala beban biaya ditanggung oleh Pemerintah dengan melampirkan bukti-bukti


pendukung..
Pasal 14
Ayat (1)
Cukup Jelas
Ayat (2) dan (3)
Cukup Jelas
Pasal 15
Ayat (1)
Cukup Jelas
Ayat (2),(3),(4) dan (5)
Cukup Jelas
Pasal 16
Cukup Jelas
Pasal 17
Cukup Jelas
Pasal 18
Ayat (1),(2) dan (3)
Cukup Jelas
Pasal 19
Ayat (1),(2),(3)
Cukup Jelas
Pasal 20
Ayat (1),(2),(3) dan (4)
Cukup Jelas
Pasal 21
Ayat (1),(2) dan (3)
Cukup Jelas
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

332

Pasal 22
Ayat (1),(2),(3)
Cukup Jelas
Pasal 23
Ayat (1), s/d (5)
Cukup Jelas
Pasal 24
Ayat (1),(2) dan (3)
Cukup Jelas
Pasal 25
Ayat (1) s/d (6)
Cukup Jelas
Pasal 26
Ayat (1),(2) dan (3)
Cukup Jelas
Pasal 27
Ayat (1),(2) dan (3)
Cukup Jelas
Pasal 28
Ayat (1) dan (2)
Cukup Jelas
Pasal 29
Ayat (1) dan (2)
Cukup Jelas
Pasal 30
Ayat (1) dan (2)
Cukup Jelas
Ayat (3) huruf a s/d j
Cukup Jelas
Ayat (4)
Cukup Jelas
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

333

Pasal 31
Cukup Jelas
Pasal 32
Cukup Jelas

TAMBAHAN LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LAMANDAU


TAHUN 2005 NOMOR 08 SERI : C

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMANDAU


NOMOR 09 TAHUN 2005
T E N TAN G
RETRIBUSI TANDA DAFTAR PERUSAHAAN
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
BUPATI LAMANDAU,
Menimbang

a.

bahwa, dalam rangka pelaksanaan Undang-undang Nomor 32 Tahun


2004 tentang Pemerintahan Daerah Bab IV, bagian ketiga tentang Hak
dan Kewajiban Daerah pasal 21 huruf e, dan berdasarkan Undangundang Nomor 34 Tahun 2000 tentang Perubahan atas Undang-undang
Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak dan Retribusi Daerah, maka setiap
Daerah dapat menggali potensi Pendapatan Asli Daerahnya masingmasing dalam rangka mendukung pelaksanaan Otonomi Daerah;

b.

bahwa, dalam rangka menata dan pendataan perusahaan yang


menjalankan usahanya dan untuk tertibnya administrasi pendaftaran
perusahaan di Kabupaten Lamandau, diperlukan pengawasan sekaligus
pungutan retribusi;

c.

bahwa, dalam rangka pelaksanaan sebagaimana maksud huruf a dan b

Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

334

diatas, perlu membentuk Peraturan Daerah Kabupaten Lamandau


tentang Retribusi Tanda Daftar Perusahaan;
Mengingat

1.

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1981 tentang Kitab


Undang-undang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1981 Nomor 76, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 3209);

2.

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 1982 tentang Wajib


Daftar Perusahaan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1982
Nomor 7, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
3214);

3.

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 1995 tentang


Perseroaan Terbatas (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1995
Nomor 13, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
3839);
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 1995 tentang Usaha
Kecil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1995 Nomor 74,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3611);

4.

5.

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 1997 tentang


Pajak dan Retribusi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997
Nomor 41, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
3685), sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 34
Tahun 2000 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor
246, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4048).

6.

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2002 tentang


Pembentukan Kabupaten Katingan, Kabupaten Seruyan, Kabupaten
Sukamara, Kabupaten Lamandau, Kabupaten Gunung Mas, Kabupaten
Pulang Pisau, Kabupaten Murung Raya, Kabupaten Barito Timur di
Propinsi Kalimantan Tengah (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2002 Nomor 18, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4180);

7.

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2004 tentang


Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4389);

8.

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 tentang


Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

335

Nomor 4437);
9.

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 33 Tahun 2004 tentang


Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438);

10.

Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1983 tentang Pelaksanaan Kitab


Undang-undang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1983 Nomor 36, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 3258);

11.

Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan


Pemerintah dan Kewenangan Propinsi sebagai Daerah Otonom
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 54,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3952);

12.

Peraturan Pemerintah Nomor 105 Tahun 2000 tentang Pengelolaan dan


Pertanggungjawaban Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2000 Nomor 202, Tambahan Lembaran Negara Nomor
4022);

13.

Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2001 tentang Retribusi Daerah


(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 119,
Tambahan Lembaran Negara Nomor 4139);

14.

Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 53 Tahun 1998 tentang


Usaha atau Kegiatan yang tidak dikenakan wajib daftar perusahaan;

15.

Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 1999 tentang


Teknik Penyusunan Peraturan Perundang-undangan dan Bentuk
Undang-undang, Rancangan Peraturan Pemerintah dan Rancangan
Keputusan Presiden;

16.

Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 84 Tahun


1997 tentang Penyidik Pegawai Negeri Sipil dilingkungan Pemerintah
Daerah;

17.

Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Republik Indonesia


Nomor 73/KP/II/1993 tentang Ketentuan Tarif dan Pengelolaan Biaya
Administrasi Wajib Daftar Perusahaan;

18.

Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Republik Indonesia


Nomor 327/MPP/Kep/7/1999 tentang Perubahan Keputusan Menteri

Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

336

Perindustrian dan Perdagangan RI Nomor : 12/MPP/Kep/I/1998 tentang


Penyelenggaraan Wajib Daftar Perusahaan;
19.

Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Republik Indonesia


Nomor 597/MPP/Kep/9/2004 tentang Pedoman Biaya Administrasi
Wajib Daftar Perusahaan dan Informasi Tanda Daftar Perusahaan;

20.

Peraturan Daerah Kabupaten Lamandau Nomor 2 Tahun 2004 tentang


Rincian Kewenangan Pelaksanaan Otonomi Daerah di Kabupaten
Lamandau (Lembaran Daerah Kabupaten Lamandau Tahun 2004 Nomor
01 Seri D);

21.

Peraturan Daerah Kabupaten Lamandau Nomor 12 Tahun 2004 tentang


Perubahan Pertama atas Peraturan Daerah Kabupaten Lamandau Nomor
3 Tahun 2004 tentang Kelembagaan, Struktur Organisasi, Tugas Pokok
dan Tata Kerja Perangkat Daerah Kabupaten Lamandau (Lembaran
Daerah Tahun 2004 Nomor 02 Seri D).
Dengan Persetujuan Bersama

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN LAMANDAU


dan
BUPATI LAMANDAU
M E M U T U S K AN :
Menetapkan

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMANDAU


RETRIBUSI TANDA DAFTAR PERUSAHAAN.

TENTANG

BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan :
a. Daerah adalah Daerah Kabupaten Lamandau;
b. Pemerintah Daerah adalah Bupati dan Perangkat Daerah sebagai unsur penyelenggara
Pemerintahan Daerah;
c. Pemerintahan Daerah adalah penyelenggaraan urusan Pemerintahan oleh Pemerintah Daerah
dan DPRD menurut asas otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluasluasnya dalam sistem dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud
dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

337

c. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya disingkat DPRD adalah Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Lamandau;
d. Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi dan UKM adalah Dinas Perindustrian,
Perdagangan, Koperasi dan UKM Kabupaten Lamandau;
e. Dinas Pendapatan Daerah adalah Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Lamandau;
f. Pejabat adalah Pegawai yang diberikan tugas tertentu dibidang Retribusi Tanda Daftar
Perusahaan sesuai dengan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku;
g. Tanda Daftar Perusahaan adalah Tanda Catatan Resmi yang diadakan menurut atau
berdasarkan ketentuan Peraturan Daerah ini atau peraturan-peraturan pelaksanaan dan memuat
hal-hal yang wajib didaftarkan oleh setiap perusahaan serta disahkan oleh Kepala Dinas
Perindustrian, Perdagangan, Koperasi dan UKM Kabupaten Lamandau;
h. Perusahaan adalah setiap bentuk usaha yang menjalankan setiap jenis usaha yang bersifat tetap
dan terus-menerus dan bekerja, didirikan serta berkedudukan dalam wilayah Negara Republik
Indonesia yang bertujuan untuk memperoleh keuntungan atau laba;
i. Pengusaha adalah setiap perorangan atau persekutuan, ataupun badan hukum yang
menjalankan suatu jenis perusahaan;
j. Badan adalah suatu Bentuk Badan Usaha yang meliputi Perseroan Terbatas (PT), persekutuan
Komendeter (CV), Firma (Pa), Perseroan lainnya, Badan Usaha Milik Negara atau Daerah
dengan nama dan bentuk apapun, persekutuan, perkumpulan, kongsi, koperasi atau organisasi
yang sejenis serta Badan Usaha lainnya;
k. Usaha adalah setiap tindakan perbuatan atau kegiatan apapun dalam bidang perekonomian
yang dilakukan setiap pengusaha untuk tujuan mencari keuntungan atau laba;
l. Retribusi Daerah adalah Pungutan Daerah berupa pembayaran atas jasa atau pemberian izin
tertentu yang khusus disediakan atau diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk Kepentingan
orang Pribadi atau Badan Hukum;
m. Wajib Retribusi adalah orang pribadi atau Badan Hukum yang menurut Peraturan Perundangundangan yang berlaku diwajibkan untuk melakukan pembayaran retribusi;
n. Masa retribusi adalah jangka waktu tertentu yang merupakan batas waktu wajib retribusi untuk
memanfaatkan Tanda Daftar Perusahaan;
o. Surat Ketetapan Retribusi Daerah selanjutnya disingkat SKRD adalah Surat Keputusan yang
menentukan besarnya jumlah retribusi yang terutang;
p. Surat Tagihan Retribusi Daerah yang selanjutnya disingkat STRD adalah surat untuk
melakukan tagihan retribusi;
q. Pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan untuk mencari, mengumpulkan dan mengelola data
atau keterangan lainnya dalam rangka mengawasi kepatuhan pemenuhan kewajiban retribusi
daerah berdasarkan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku;
r. Penyidik adalah Pejabat Polisi Negara RI atau Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu yang
diberi wewenang khusus oleh Undang-undang untuk melakukan penyidikan;
s. Penyidikan adalah serangkaian tindakan penyidik dalam hal dan menurut cara yang diatur
dalam Undang-undang untuk mencari serta mengumpulkan bukti yang dengan bukti itu
membuat terang tindak pidana yang terjadi dan guna menemukan tersangka;
t. Kas Daerah adalah Kas Daerah Kabupaten Lamandau.

Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

338

BAB II
NAMA, OBJEK DAN SUBJEK RETRIBUSI
Pasal 2
(1) Atas nama Retribusi Tanda Daftar Perusahaan dipungut retribusi sebagai pembayaran atas
jasa atau pemberian tanda daftar tertentu yang disediakan atau diberikan oleh Pemerintah
Daerah;
(2) Objek Retribusi adalah setiap jenis bentuk usaha yang menjalankan setiap usaha yang bersifat
tetap dan terus-menerus yang didirikan, bekerja dan berkedudukan untuk tujuan memperoleh
keuntungan atau laba;
(3) Subjek Retribusi adalah orang pribadi dan/atau badan hukum yang melaksanakan kegiatan
usaha.
BAB III
GOLONGAN RETRIBUSI
Pasal 3
Retribusi Tanda Daftar Perusahaan digolongkan sebagai retribusi jasa umum.
BAB IV
PENDAFTARAN PERUSAHAAN
Pasal 4
(1) Perusahaan yang wajib didaftar dalam daftar Perusahaan adalah setiap perusahaan yang
berkedudukan dan menjalankan usahanya didaerah menurut ketentuan perundang-undangan
yang berlaku termasuk didalamnya Kantor Cabang, Kantor Pembantu, anak perusahaan serta
agen dan perwakilan dari perusahaan itu yang mempunyai wewenang untuk mengadakan
perjanjian;
(2) Tata Cara dan syarat-syarat pengajuan pendaftaran perusahaan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) pasal ini ditetapkan dengan Keputusan Bupati;
Pasal 5
(1) Jangka waktu berlakunya Tanda Daftar Perusahaan ditetapkan selama 5 tahun sekali dengan
ketentuan wajib melakukan pendaftaran ulang apabila masa berlakunya telah habis;
(2) Pendaftaran ulang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pasal ini diajukan selambatlambatnya 3 bulan sebelum masa berlakunya habis.
BAB V
KLASIFIKASI DAN BENTUK PERUSAHAAN YANG WAJIB
MENDAFTAR TANDA DAFTAR PERUSAHAAN
Pasal 6
Klasifikasi dan bentuk perusahaan yang diwajibkan mendaftarkan tanda daftar perusahaan adalah
sebagai berikut :
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

339

a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.

Perseroan terbatas (PT);


Koperasi (Kop);
Perseroan Komandeter (CV);
Perusahaan Firma (Fa);
Perusahaan Perorangan (Po);
Bentuk-bentuk usaha dan perusahaan lainnya (BUL);
Badan Usaha Milik Negara (BUMN); dan
Badan Usaha Milik Daerah (BUMD).
BAB VI
PERUSAHAAN DIKECUALIKAN DALAM
KEWAJIBAN PENDAFTARAN PERUSAHAAN
Pasal 7

(1) Perusahaan yang dikecualikan dalam kewajiban pendaftaran Perusahaan adalah :


a. Perusahaan yang diurus, dijalankan atau dikelola oleh pribadi pemiliknya sendiri, atau
dengan mempekerjakan hanya anggota keluarganya sendiri;
b. Perusahaan yang tidak diwajibkan memiliki izin usaha atau surat keterangan yang
dipersamakan dengan itu yang diterbitkan oleh instansi yang berwenang;
c. Perusahaan yang benar-benar hanya sekedar memenuhi keperluan nafkah sehari-hari
pemiliknya;
d. Perusahaan yang tidak berbentuk suatu Badan Hukum atau Persekutuan.
(2) Perusahaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, b, c dan d pasal ini, apabila
dikehendaki yang bersangkutan dapat didaftarkan dalam daftar perusahaan.
Pasal 8
(1) Usaha atau kegiatan yang tidak dikenakan wajib daftar perusahaan, sebagai berikut :
a. Pendidikan formal (jalur sekolah) dalam segala jenis dan jenjang yang diselenggarakan
oleh siapapun serta tidak berbentuk suatu badan usaha :
1. Jasa pendidikan tingkat pra sekolah;
2. Jasa pendidikan tingkat sekolah dasar;
3. Jasa pendidikan sekolah lanjutan tingkat pertama;
4. Jasa pendidikan sekolah lanjutan tingkat atas;
5. Jasa pendidikan jenjang akademi/universitas;
(institut/sekolah tinggi, akademi/politeknik);
6. Jasa pendidikan lainnya.
b. Pendidikan non formal (jalur non sekolah) :
1. Jasa kursus rumpun kerumah tanggaan;
2. Jasa kursus rumpun teknik;
3. Jasa kursus rumpun pertanian;
4. Jasa kursus rumpun keolahragaan;
5. Jasa kursus kerajinan;
6. Jasa kursus rumpun khusus;
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

340

7. Jasa kursus rumpun kesenian;


8. Jasa kursus rumpun bahasa;
9. Jasa kursus rumpun kesehatan;
10. Jasa kursus rumpun jasa.
c. Jasa pengacara/advokat dan konsultan hukum;
d. Jasa notaris;
e. Dokter praktek perorangan atau berkelompok :
1. Jasa kesehatan manusia;
2. Jasa perawatan/bidan;
3. Jasa paramedis;
4. Jasa kesehatan hewan.
f. Rumah sakit yang tidak dikelola oleh badan usaha :
1. Jasa rumah sakit (umum, khusus);
2. Jasa rumah sakit hewan.
g. Klinik pengobatan yang tidak dikelola oleh badan usaha :
1. Jasa panthologi dan diagnosa laboratorium medis;
2. Jasa klinik ponthologi dan diagnosa laboratorium hewan.
(2) Penentuan usaha atau kegiatan lain yang tidak dikenakan wajib daftar perusahaan yang belum
tercakup pada ayat (1) pasal ini akan ditetapkan lebih lanjut dengan Keputusan Bupati.
BAB VII
TATA CARA PENGHITUNGAN
TINGKAT PENGGUNAAN JASA
Pasal 9
(1) Tingkat Penggunaan Jasa dihitung berdasarkan klasifikasi bentuk usaha yang dijalankan;
(2) Untuk setiap tanda daftar perusahaan yang rusak atau hilang diwajibkan melaporkan kepada
Bupati atau Pejabat yang ditunjuk untuk itu;
(3) Untuk setiap tanda daftar perusahaan sebagaimana dimaksud ayat (2) pasal ini akan diberikan
penggantiannya dengan membayar retribusi sebagaimana tarif yang berlaku;
Pasal 10
Bagi setiap perusahaan yang berdomisili di Daerah Kabupaten Lamandau wajib mendaftarkan
perusahaannya dengan membayar retribusi.
BAB VIII
STRUKTUR DAN BESAR TARIF RETRIBUSI PENDAFTARAN
TANDA DAFTAR PERUSAHAAN
Pasal 11

Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

341

(1) Struktur dan besarnya tarif retribusi berdasarkan klasifikasi


sebagai berikut :
1. Perseroan terbatas (PT) ..
2. Koperasi (Kop) ..
3. Perseroaan Komendeter (CV)
4. Firma (Fa) ..
5. Perusahaan perorangan (Po)
6. Bentuk-bentuk usaha dan perusahaan lainnya
(BUL) ..
7. Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dan Badan
Usaha Milik Daerah (BUMD)
8. Setiap Perusahaan asing, kantor cabang, agen
dan perwakilan perusahaan asing yang bekerja
berkedudukan dalam wilayah kab. Lamandau
dikenakan retribusi sebesar ....
9. Setiap salinan resmi dari daftar perusahaan
dikenakan biaya administrasi sebesar .......
10. Setiap petikan resmi dari daftar perusahaan
dikenakan biaya administrasi sebesar .......
11. Buku Informasi Perusahaan hasil
olahan sebesar.....................................................

dan bentuk badan usaha adalah


Rp
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.

500.000,100.000,250.000,250.000,100.000,-

Rp. 250.000,Rp. 500.000,-

Rp.1.000.000,Rp.

50.000,-

Rp.

25.000,-

Rp. 100.000,-

BAB IX
WILAYAH PEMUNGUTAN RETRIBUSI
Pasal 12
Retribusi dipungut diwilayah Kabupaten Lamandau.
BAB X
MASA RETRIBUSI DAN SAAT RETRIBUSI TERUTANG
Pasal 13
(1) Masa Retribusi adalah 5 (lima) tahun;
(2) Retribusi terutang pada saat diterbitkannya Surat Ketetapan Retribusi Daerah (SKRD) atau
Dokumen lain yang di persamakan.
BAB XI
TATA CARA PEMUNGUTAN
Pasal 14
(1) Pemungutan retribusi tanda daftar perusahaan tidak dapat diborongkan;
(2) Pemungutan retribusi sebagaimana maksud ayat (1) pasal ini, dengan menggunakan SKRD
atau Dokumen lain yang dipersamakan;
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

342

(3) Bentuk dan isi SKRD dan Dokumen lain sebagaimana dimaksud ayat (2) pasal ini ditetapkan
dengan Peraturan Bupati.
Pasal 15
Hasil pemungutan retribusi disetor ke Kas Daerah, selambat-lambatnya dalam jangka waktu 24
jam atau waktu yang ditetapkan dengan Keputusan Bupati
BAB XII
TATA CARA PEMBAYARAN RETRIBUSI TERUTANG
Pasal 16
(1) Pembayaran retribusi yang terutang harus dibayar sekaligus untuk 1 kali masa retribusi
selama berlakunya tanda daftar perusahaan, ditambah sanksi berupa denda sesuai yang telah
diatur dalam Peraturan Daerah ini;
(2) Tata cara pembayaran, pemungutan, penagihan dan tempat pembayaran retribusi ditetapkan
dengan Keputusan Bupati.
BAB XIII
KADALUARSA PENAGIHAN
Pasal 17
(1) Hak untuk melakukan penagihan retribusi, kadaluarsa setelah melampaui jangka waktu 3
(tiga) Tahun terhitung sejak saat terutangnya retribusi kecuali apabila wajib retribusi
melakukan tindak pidana dibidang retribusi;
(2) Kadaluarsa penagihan retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tertangguh apabila :
a. Diterbitkan Surat Teguran, atau
b. Adanya pengakuan utang retribusi dari wajib retribusi baik langsung maupun tidak
langsung.

BAB XIV
PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN
Pasal 18
Pengawasan dan pengendalian dilaksanakan oleh Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi dan
UKM Kabupaten Lamandau.

BAB XV
SANKSI ADMINISTRASI
Pasal 19
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

343

Dalam hal wajib retribusi tidak membayar tepat waktunya atau kurang membayar, dikenakan
sanksi administrasi berupa biaya sebesar 5 % setiap bulannya dari besarnya retribusi yang terutang
yang tidak atau kurang bayar dan ditagih dengan menggunakan Surat Tagihan Retribusi Daerah.

BAB XVI
KETENTUAN PIDANA
Pasal 20
(1) Setiap orang yang dengan sengaja melanggar ketentuan dalam pasal 4, 5, 6, 7 dan pasal 9
Pertaturan Daerah ini dipidana kurungan selama-lamanya 6 bulan atau denda sebanyakbanyaknya Rp. 5.000.000,(2) Tindak Pidana sebagaimana dimaksud ayat (1) pasal ini adalah Pelanggaran.
BAB XVII
PE N YI D I K AN
Pasal 21
(1) Penyidikan tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Daerah ini dilakukan oleh
PPNS dilingkungan Pemerintah Daerah Kabupaten Lamandau;
(2) Penyidikan tindak pidana sebagaimana dimaksud ayat (1) pasal ini selain dilakukan oleh PPNS
juga dapat dilakukan oleh Pejabat Penyidik Polisi Negara RI.
(3) Dalam melaksanakan tugasnya Penyidik sebagaimana dimakud ayat (1) berwenang :
a. Menerima Laporan atau pengaduan dari seseorang tentang adanya tindak pidana;
b. Melakukan tindakan pertama pada saat itu ditempat kejadian;
c. Memerintah berhenti seorang tersangka dari perbuatannya dan memeriksa tanda pengenal
dari tersangka;
d. Pemeriksaan, penyitaan surat dan benda;
e. Mengambil sidik jari dan memotret seorang tersangka;
f. Memanggil seseorang untuk didengar dan diperiksa sebagai tersangka atau saksi;
g. Mendatangkan seseorang ahli yang diperlukan dalam hubungannya dengan pemeriksaan
perkara;
h. Mengadakan penghentian penyidikan setelah mendapat petunjuk dari penyidik bahwa
tidak terdapat cukup bukti atau peristiwa tersebut bukan merupakan tindak pidana dan
selanjutnya melalui penyidik memberitahukan hal tersebut kepada penuntut umum,
tersangka atau keluarganya;
i. Mengadakan tindakan lain menurut hukum yang dapat dipertanggungjawabkan.
(4) Dalam melaksanakan tugas, penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) pasal
ini tidak berwenang melakukan penangkapan dan atau penahanan.
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

344

BAB XVIII
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 22
Bagi perusahaan yang memiliki tanda daftar perusahaan sebelum berlakunya Peraturan Daerah ini
dinyatakan tetap berlaku, dan apabila masa berlakunya berakhir, di daftar ulang kembali sesuai
dengan ketentuan yang berlaku pada Peraturan Daerah ini.
BAB XIX
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 23
Hal-hal yang belum diatur dalam Peraturan Daerah ini sepanjang mengenai pelaksanaannya, akan
diatur lebih lanjut dengan Keputusan Bupati.
Pasal 24
Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar supaya setiap orang dapat mengetahuinya memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah
ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Lamandau.
Ditetapkan di : Nanga Bulik
Pada Tanggal : 1 Agustus 2005
BUPATI LAMANDAU,

BUSTANI DJ. MAMUD


Diundangkan di

: Nanga Bulik

Pada Tanggal

: 1 Agustus 2005

Plt. SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN LAMANDAU

Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

345

ttd
( Ir. MARUKAN )
NIP. 131 480 087
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LAMANDAU
TAHUN 2005 NOMOR 09 SERI : C

PENJELASAN ATAS
PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMANDAU
NOMOR 09 TAHUN 2005
TENTANG
RETRIBUSI TANDA DAFTAR PERUSAHAAN
I. PENJELASAN UMUM
Sebagaimana yang telah diamanatkan Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004, BAB IV
tentang Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah, Bagian Ketiga tentang Hak dan Kewajiban
Daerah, pasal 21 huruf e,f,g dan h yang menyatakan bahwa hak dan kewajiban Pemeintah
Daerah :
1.
2.

Memungut pajak dan reribusi daerah


Mendapatkan bagi hasil dari pengelolaan sumberdaya alam dan sumber daya
lainnya yang berada didaerah

3.

Menetapkan sumber-sumber pendapatan lain yang sah

4.

dan mendapatkan hak lain yang diatur dalam perundang-undangan.

Dalam Undang-undang Nomor 34 Tahun 2000 tentang Perubahan atas Undang-undang


Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak dan Retribusi Daerah, dimana Daerah dapat menggali
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

346

potensi pendapatan asli daerah. Untuk itu sebagai konsekuensi dan sebagai pelaksa isi pasal
Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 dan Undang-undang Nomor 34 Tahun 2000 tersebut,
maka Pemerintah membentuk suatu Peraturan Daerah tentang Retribusi Tanda daftar Perusahan.
Peraturan Daerah Kabupaten Lamandau tentang Retribusi Tanda Daftar Perusahaan
mengatur :
a. Nama, Objek dan Subjek Retribusi;
b. Golongan Retribusi;
c. Pendaftaran Perusahaan;
d. Klasifikasi dan bentuk perusahaan yang wajib mendaftar tanda daftar perusahaan;
e. Pengecualian dalam kewajiban pendaftaran perusahaan;
f. Tata cara penghitungan tingkat penggunaan jasa;
g. Struktur dan besar tarif retribusi;
h. Wilayah pemungutan;
i. Masa retribusi dan saat retribusi terutang;
j. Tata cara pemungutan;
k. Tata cara pembayaran;
l. Pengawasan dan pengendalian;
m. Sanksi adminstrasi;
n. Ketentuan pidana; dan
o. Penyidikan.
Dan dalam penyusunan Perda Kabupaten Lamandau tentang Retribusi Tanda Daftar
Perusahaan ini tidak terlepas dari prinsip-prinsip yang diatur dalam Peraturan Pemerintah RI
Nomor 66 Tahun 2001, Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 1999 dan
Peraturan Perundang-undangan lainnya.
Tujuan dibentuknya Peraturan Daerah ini sebagaimana maksud konsideran menimbang
pada huruf a, b dan c yaitu :
1. Meningkatkan Pendapatan Asli Daerak Kabupaten Lamandau
2. Sebagai sarana tertibnya administrasi pengurusan dokumen perusahan yang beroperasi
diwilayah Kabupaten Lamandau
3. dan memenuhi ketentuan Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 dan Undang-undang
Nomor 34 tahun 2004
II. PASAL DEMI PASAL
Pasal 1
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

347

Cukup jelas
Pasal 2
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Cukup jelas
Ayat (3)
Cukup jelas
Pasal 3
Cukup Jelas
Pasal 4
Ayat (1)
Perusahaan yang wajib didaftar dalam daftar Perusahaan sebagaimana dimaksud
dalam BAB V pasal 6 Peraturan Daerah ini yaitu :
a. Perseroan Terbatas (PT);
b. Koperasi (KOP);
c. Perseroan Komendeter (CV);
d. Perusahan Firma (Fa);
e. Perusahaan Perorangan (Po)
f. Bentuk-bentuk usaha dan perusahaan lain (Bul)
g. Badan usaha milik Negara (BUMN); dan
h. Badan usaha milik daerah (BUMD).
Ayat (2)
Cukup jelas
Pasal 5
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Cukup jelas
Pasal 6
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

348

Cukup jelas
Pasal 7
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Huruf a,b,c dan d
Cukup jelas
Pasal 8
Ayat (1)
Usaha atau kegiatan yang tidak dikenakan wajib daftar perusahaan sebagaimana yang
dimaksud dalam Keputusan Presiden RI Nomor 53 Tahun 1998 tentang usaha atau
kegiatan yang tidak dikenakan wajib daftar perusahaan yaitu :
a. Pendidikan formal jalur sekolah dalam segala jenis;
b. Pendidikan non formal (jalur non sekolah);
c. Jasa pengacara/ advokat dan konsultan hukum;
d. Jasa Notaris;
e. Dokter praktek perorangan atau kelompok;
f. Rumah sakit yang tidak dikelola oleh badan usaha;
g. Klinik pengobatan yang tidak dikelola oleh badan usaha.
Ayat (2)
Cukup Jelas
Pasal 9
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Pasal 10
Cukup jelas
Pasal 11
Ayat (1)
Cukup Jelas
Ayat (2)
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

349

Cukup Jelas
Pasal 12
Cukup Jelas
Pasal 13
SKRD adalah Surat Ketetapan Retribusi Daerah
Pasal 14
Ayat (1)
Cukup Jelas
Ayat (2)
Cukup Jelas
Ayat (3)
Cukup Jelas
Pasal 15
Cukup Jelas
Pasal 16
Ayat (1)
Cukup Jelas
Ayat (2)
Cukup Jelas
Pasal 17
Cukup Jelas
Pasal 18
Cukup Jelas
Pasal 19
Ayat (1)
Cukup Jelas
Ayat (2)
Cukup Jelas
Pasal 20
Ayat (1)
Cukup Jelas
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

350

Ayat (2)
Cukup Jelas
Ayat (3)
Cukup Jelas
Ayat (4)
Cukup Jelas
Pasal 21
Cukup Jelas
Pasal 22
Cukup Jelas
Pasal 23
Cukup Jelas
TAMBAHAN LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LAMANDAU
TAHUN 2005 NOMOR 09 SERI : C

Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

351

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMANDAU


NOMOR 10 TAHUN 2005
T E N TAN G
RETRIBUSI SURAT IZIN USAHA
PERDAGANGAN (SIUP)
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
BUPATI LAMANDAU,
Menimbang

Mengingat

a.

bahwa, dalam rangka pembinaan, pengaturan dan penertiban usaha


perdagangan diperlukan ketentuan yang mengatur pemberian Surat Ijin
Usaha Perdagangan (SIUP);

b.

bahwa, untuk pengaturan yang lebih jelas tentang pemberian SIUP


benar-benar memberi manfaat bagi masyarakat serta peningkatan PAD,
diperlukan tarif pemberian SIUP;

c.

bahwa, untuk terlaksananya maksud huruf a dan b diatas, perlu dibentuk


Peraturan Daerah Kabupaten Lamandau tentang Ketentuan Pemberian
Surat Ijin Usaha Perdagangan Kabupaten Lamandau.

1.

Undang Undang Nomor 3 Tahun 1982 tentang Wajib Daftar


Perusahaan (Lembaran Negara Tahun 1982 Nomor 7, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 3214);

Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

352

2.

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 1992 tentang


Perkoperasian (Lembaran Negara Tahun 1992 Nomor 116, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 3502);

3.

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 1995 tentang


Perseroan Terbatas (Lembaran Negara Tahun 1995 Nomor 13, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 3587);

4.

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 1995 tentang Usaha


Kecil (Lembaran Negara Repubik Indonesia Tahun 1995 Nomor 74,
Tambahan Lembaran Negara Nomor 3611);

5.

Undang-undang Republik Indonesia 32 Tahun 1997 tentang Perdagangan


Berjangka Komoditi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997
Nomor 93, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
3720);
Undang-undang Nomor 34 Tahun 2000 tentang Perubahan atas Undangundang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 246,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4048);

6.

7.

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2002 tentang


Pembentukan Kabupaten Katingan, Kabupaten Seruyan, Kabupaten
Sukamara, Kabupaten Lamandau, Kabupaten Gunung Mas, Kabupaten
Pulang Pisau, Kabupaten Murung Raya, Kabupaten Barito Timur di
Propinsi Kalimantan tengah (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2002 Nomor 18, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4180);

8.

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2004 tentang


Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4389);

9.

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 tentang


Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004
Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4437);

10.

Undang- undang Republik Indonesia Nomor 33 Tahun 2005 tentang


Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 126,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438);

Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

353

11.

Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 1957 tentang Penyaluran


Perusahaan (Lembaran Negara Tahun 1957 Nomor 7, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 1144) sebagaimana telah diubah dan ditambah
terakhir dengan Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 1957 (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 1957 Nomor 150, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 1467);

12.

Peraturan Pemerintah Nomor 125 Tahun 2000 tentang Kewenangan


Pemerintah dan Kewenangan Propinsi sebagai Daerah Otonom
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 54,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3952);

13.

Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2001 tentang Retribusi Daerah


(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 119,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4139);
Dengan Persetujuan Bersama

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN LAMANDAU


dan
BUPATI LAMANDAU
M E M U T U S K AN :
Menetapkan

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMANDAU


RETRIBUSI SURAT IZIN USAHA PERDAGANGAN

TENTANG

BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan :
a. Daerah adalah Daerah Kabupaten Lamandau;
b. Pemerintah Daerah adalah Bupati dan Perangkat Daerah sebagai unsur penyelenggara
Pemerintahan Daerah;
c. Pemerintahan Daerah adalah penyelenggaraan urusan Pemerintahan oleh Pemerintah Daerah
dan DPRD menurut asas otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluasluasnya dalam sistem dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana
dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

354

d.

Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya disebut DPRD adalah Lembaga
Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Lamandau sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan
Daerah;
e. Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi dan UKM adalah Dinas Perindustrian,
Perdagangan, Koperasi dan UKM Kabupaten Lamandau;
f. Dinas Pendapatan Daerah adalah Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Lamandau;
g. Pejabat adalah Pegawai yang diberikan tugas tertentu dibidang Retribusi Surat Izin Usaha
Perdagangan sesuai dengan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku;
h. Perdagangan adalah kegiatan usaha jual beli barang atau jasa yang dilakukan secara terus
menerus dengan tujuan pengalihan hak atas barang atau jasa dengan disertai imbalan atau
kompensasi;
i. Retribusi Daerah adalah pemungutan daerah berupa pembayaran atas jasa atau pemberian
izin tertentu yang khusus disediakan atau diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk
kepentingan orang pribadi atau badan hukum;
j. Wajib Retribusi adalah orang pribadi atau badan hukum yang menurut peraturan Perundangundangan Retribusi diwajibkan untuk melakukan pembayaran Retribusi;
k. Perusahaan adalah setiap bentuk usaha yang menjalankan setiap jenis usaha yang bersifat
tetap, terus-menerus dan didirikan, bekerja serta berkedudukan dalam wilayah Kabupaten
Lamandau yang bertujuan untuk memperoleh keuntungan atau laba;
l. Surat Izin Usaha Perdagangan yang disingkat SIUP adalah Surat Izin untuk dapat
melaksanakan usaha perdagangan;
m. Surat Permintaan Surat Izin Usaha Perdagangan yang disingkat SP-SIUP adalah formulir ijin
yang diisi oleh perusahaan yang memuat data perusahaan untuk memperoleh SIUP
kecil/menengah/besar;
n. Perubahan Perusahaan adalah meliputi perubahan dalam perusahaan yang meliputi
perubahaan nama perusahaan, bentuk perusahaan, alamat kantor perusahaan, nama
pemilik/penanggungjawab, NPWP, modal dan kekayaan bersih, kelembagaan bidang usaha,
jenis barang/jasa dagang;
o. Cabang Perusahaan adalah Perusahaan yang merupakan unit atau bagian dari perusahaan
induknya yang berkedudukan ditempat yang berlainan dan dapat bersifat berdiri sendiri atau
bertugas untuk melaksanakan sebagian tugas dari perusahaan induknya;
p. Perwakilan Perusahaan adalah perusahaan yang bertindak mewakili kantor pusat perusahaan
untuk melakukan suatu kegiatan dan pengurusan ditentukan sesuai dengan wewenang yang
diberikan;
q. Kas Daerah adalah salah satu Bank yang ditunjuk oleh Bupati Lamandau.
BAB II
NAMA, OBJEK DAN SUBJEK RETRIBUSI
Pasal 2
(1)

Dengan nama Retribusi Surat Ijin Usaha Perdagangan dipungut Retribusi sebagai
pembayaran atas jasa atau pemberian ijin tertentu yang disediakan atau diberikan oleh
Pemerintah Daerah Kab. Lamandau;

Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

355

(2)

Objek Retribusi adalah setiap bentuk usaha yang menjalankan jenis usaha yang
bersifat tetap dan terus-menerus yang didirikan, bekerja untuk tujuan memperoleh
keuntungan atau laba;
(3)
Subjek retribusi adalah perorangan atau badan yang melaksanakan kegiatan usaha.
BAB III
GOLONGAN RETRIBUSI
Pasal 3
Retribusi Surat Ijin Usaha Perdagangan digolongkan sebagai Retribusi Jasa Umum.
BAB IV
SURAT IJIN USAHA PERDAGANGAN
Pasal 4
(1) Setiap kegiatan usaha perdagangan baik perorangan maupun yang berbentuk perusahaan
wajib memiliki SIUP;
(2) SIUP sebagaimana maksud pada ayat (1) pasal ini terdiri dari :
a.
SIUP Kecil
b.
SIUP Menengah
c.
SIUP Besar
Pasal 5
(1) Yang berwenang memberikan SIUP adalah Bupati;
(2) Dalam hal pelaksanaan pemberian Siup dilakukan oleh Dinas Perindustrian, Perdagangan,
Koperasi dan UKM Kabupaten Lamandau atas nama Bupati;
(3) Tata cara dan syarat-syarat untuk memperoleh Surat Ijin Usaha Perdagangan ditetapkan
dengan Keputusan Bupati.
Pasal 6
(1) SIUP diterbitkan berdasarkan tempat kedudukan atau berdomisili perorangan atau
perusahaan;
(2) SIUP sebagaimana maksud ayat (1) pasal ini berlaku selama perorangan atau perusahaan
yang bersangkutan masih menjalankan kegiatan usaha perdagangan.
Pasal 7
(1) Kegiatan Usaha perdagangan yang dilakukan oleh perorangan atau perusahaan dengan
modal disetorkan dan kekayaan bersih seluruhnya dari Rp. 5.000.000,- (lima juta rupiah)
sampai dengan Rp. 200.000.000,- (dua ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan
tempat usaha wajib memperoleh SIUP kecil;
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

356

(2) Kegiatan usaha perdagangan yang dilakukan oleh perorangan atau perusahaan dengan modal
disetor dan kekayaan bersih seluruhnya diatas Rp. 200.000.000,- (dua ratus juta rupiah)
sampai dengan Rp. 500.000.000,- (lima ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan
tempat usaha wajib memperoleh SIUP menengah;
(3) Kegiatan usaha perdagangan yang dilakukan oleh perorangan atau perusahaan dengan modal
disetor dan kekayaan bersih seluruhnya diatas Rp. 500.000.000,- (lima ratus juta rupiah)
tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha wajib memperoleh SIUP besar;

BAB V
PENGECUALIAN DARI KEWAJIBAN MEMPEROLEH SIUP
Pasal 8
Kegiatan usaha perdagangan baik perorangan atau perusahaan yang telah memperoleh SIUP dalam
jangka waktu 3 (tiga) bulan terhitung tanggal diterbitkannya SIUP wajib mendaftarkan
perusahaannya dalam daftar perusahaan, sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang
berlaku.
Pasal 9
(1) Kegiatan usaha perdagangan yang dilakukan perorangan dibebaskan dari kewajiban
memperoleh SIUP adalah :
a. Perorangan yang dengan memenuhi ketentuan sebagai berikut :
1. Tidak berbentuk badan hukum atau persekutuan.
2. Diurus, dijalankan atau dikelola sendiri oleh pemiliknya atau dengan
mempekerjakan anggota keluarga/kerabat dekat.
3. Modal usaha dibawah Rp. 5.000.000,- (lima juta rupiah).
b. Pedagang keliling, pedagang asongan, pedagang pinggir jalan atau pedagang kaki lima.
(2) Perusahaan perorangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pasal ini dapat diberikan SIUP
apabila dikehendaki oleh yang bersangkutan.
BAB VI
PERUBAHAN ATAS PERUSAHAAN
Pasal 10
(1) Kegiatan usaha perdagangan baik perorangan maupun perusahaan yang melakukan
perubahan modal dan kekayaan bersih baik dikarenakan peningkatan maupun penurunan
yang dibuktikan dengan Akta perubahan dan atau Neraca Perusahaan dagang tersebut wajib
memperoleh SIUP sesuai dengan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam pasal 4 dan 5
Peraturan Daerah ini.
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

357

(2) Kegiatan usaha perdagangan atau perusahaan yang sudah memperoleh SIUP apabila
melakukan perubahan selambat-lambatnya 3 (tiga) bulan terhitung sejak dilakukannya
perubahan wajib mengajukan permintaan perubahan SIUP baru kepada Kepala Dinas
Perindustrian, Perdagangan, Koperasi dan UKM Kabupaten Lamandau;
(3) Kegiatan usaha perdagangan perorangan atau perusahaan yang telah memperoleh SIUP,
apabila melakukan perubahan sebagaimana dimaksud ayat (1) sepanjang yang menyangkut
modal dan kekayaan bersih ditetapkan sebagai berikut :
a. SIUP kecil yang mengadakan perubahan modal dan kekayaan bersihnya sehingga
menjadi lebih besar dari semula tetapi tidak melebihi Rp. 200.000.000,- tidak
termasuk tanah dan bangunan tempat usaha, tidak wajib mengajukan perubahan SIUP;
b. SIUP kecil yang modal dan kekayaan bersih setelah perubahan menjadi diatas
Rp. 200.000.000,- sampai dengan Rp. 500.000.000,- tidak termasuk tanah dan
bangunan tempat usaha, wajib mengajukan perubahan SIUP kecil manjadi SIUP
menengah;
c. SIUP kecil yang modal dan kekayaan bersih setelah perubahan menjadi diatas
Rp. 500.000.000,- tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha, wajib mengajukan
SIUP besar;
d. SIUP menengah yang mengadakan perubahan modal dan kekayaan bersih sehingga
menjadi lebih besar dari semula tetapi tidak melebihi Rp. 500.000.000,- tidak
termasuk tanah dan bangunan tempat usaha tidak wajib mengajukan perubahan SIUP;
e. SIUP menengah yang modal dan kekayaan bersih turun menjadi dibawah
Rp.
200.000.000,- tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha, wajib menyelesaikan
SIUPnya menjadi SIUP kecil;
f. SIUP menengah yang mengadakan perubahan yang modal dan kekayaan bersih
menjadi diatas Rp. 500.000.000,- tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha
wajib mengajukan penyesuaian menjadi SIUP besar;
g. SIUP besar yang mengadakan perubahan modal dan kekayaan bersih turun menjadi
sampai dengan dibawah Rp. 500.000.000,- tidak termasuk tanah dan bangunan tempat
usaha, dapat menyesuakan SIUPnya menjadi SIUP menengah;
h. SIUP besar yang mengadakan perubahan modal dan kekayaan bersih turun menjadi
sampai dengan dibawah Rp. 200.000.000,- tidak termasuk tanah bangunan tempat
usaha, dapat menyesuaikan SIUPnya menjadi SIUP kecil.
Pasal 11
(1)
(2)

Selambat-lambatnya 15 hari kerja terhitung sejak diterimanya permintaan perubahan


sebagaimana maksud pasal 9 ayat (1) dan ayat (2) Kepala Dinas yang berwenang Wajib
mengeluarkan SIUP baru.
Perubahan perusahaan yang tidak termasuk dalam pasal 1 angka 5 wajib dilaporkan secara
tertulis kepada Kepala Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi dan UKM Kabupaten
Lamandau menerbitkan SIUP yang bersangkutan tanpa mengganti atau mengubah SIUPnya
yang telah diperoleh.

Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

358

(3)

Selambat-lambatnya 15 hari kerja terhitung sejak diterimanya Laporan Perubahan


sebagaimana maksud ayat (2) pasal ini Kepala Dinas yang berwenang dapat mengeluarkan
surat persetujuan perubahan SIUP.
Pasal 12

(1) Apabila SIUP yang diperoleh perusahaan hilang atau rusak, perusahaan yang bersangkutan
harus mengajukan permintaan tertulis kepada Kepala Dinas Perindustrian, Perdagangan,
Koperasi dan UKM Kabupaten Lamandau, untuk mendapatkan penggantian SIUP.
(2) Permintaan penggantian SIUP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pasal ini diajukan
dengan melampirkan persyaratan sebagai berikut :
a. Surat keterangan hilang dari kepolisian setempat bagi SIUP yang hilang.
b. SIUP asli bagi yang rusak.
(3) Selambat-lambatnya 15 hari kerja terhitung sejak diterimanya surat permintaan penggantian
SIUP sebagaimana maksud ayat (2) pasal ini Kepala Dinas Perindustrian, Perdagangan,
Koperasi dan UKM Kabupaten Lamandau wajib mengeluarkan SIUP baru.
(4) Biaya penggantian SIUP sama dengan biaya penerbitan Siup baru.
BAB VII
STRUKTUR BIAYA PENGURUSAN SIUP
Pasal 13
(1)

Penerbitan terhadap SIUP kecil, menengah dan besar dikenakan biaya administrasi
perizinan dengan golongan usaha sebagaimana terdapat dalam tabel berikut :
No.
Jenis Penerbitan SIUP
1. a. SIUP Baru
SIUP Kecil
SIUP Menengah
SIUP Besar

Besarnya tarif
Rp. 50.000,Rp. 100.000,Rp. 200.000,-

b. Daftar tiap tahun


2.

a.
-

3.
4.
-

Perubahan SIUP
Perubahan SIUP Kecil
Perubahan SIUP Menengah
Perubahan SIUP Besar
Pengesahan pembukuan Cabang/perwakilan
SIUP Kecil
SIUP Menengah
SIUP Mesar
Biaya Register
SIUP Kecil
SIUP Menengah

Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

359

Rp. 50.000,Rp. 100.000,Rp. 200.000,Rp. 50.000,Rp. 100.000,Rp. 200.000,Rp.


Rp.

25.000,50.000,-

- SIUP Mesar
(2)

Rp. 100.000,-

Biaya administrasi perijinan sebagaimana maksud ayat (1) pasal ini disetor oleh
Bendaharawan penerima kepada Kas Daerah Kabupaten Lamandau.
BAB VIII
WILAYAH PUNGUT
Pasal 14

Retribusi dipungut diwilayah Kabupaten Lamandau.


BAB IX
MASA RETRIBUSI DAN SAAT RETRIBUSI TERUTANG
Pasal 15
(1) Masa retribusi adalah selama Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP) berlaku untuk jangka
waktu 5 (lima) Tahun dan wajib daftar ulang setiap Tahun.
(2) Daftar ulang SIUP sebagaimana maksud ayat (1) pasal ini dapat dilihat dalam pasal 13
Peraturan Daerah ini;
(3) Retribusi terutang adalah pada saat ditetapkannya SKRD atau Dokumen lain yang
dipersamakan.
BAB X
TATA CARA PEMUNGUTAN
Pasal 16
(1)
(2)
(3)

Pemungutan retribusi tidak dapat diborongkan;


Retribusi dipungut dengan menggunakan SKRD atau Dokumen lain yang dipersamakan;
Bentuk dan isi SKRD dan Dokumen lain sebagaimana dimaksud ayat (2) pasal ini
ditetapkan dengan Peraturan Bupati.
BAB XI
TATA CARA PEMBAYARAN
Pasal 17

(1) Pembayaran retribusi dilakukan secara tunai/lunas;


(2) Tata cara pembayaran, penyetoran, penagihan, tempat pembayaran retribusi ditetapkan
dengan Keputusan Bupati.
BAB XII
SANKSI ADMINISTRASI
Pasal 18
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

360

(1) Kegiatan usaha perdagangan perorangan atau perusahaan diberi peringatan tertulis apabila :
a. Melakukan kegiatan usaha yang tidak sesuai dengan bidang usaha, kegiatan usaha dan
jenis barang/jasa dagangan utama yang tercantum dalam SIUP yang telah diperoleh;
b. Belum mendaftarkan perusahaan dalam daftar perusahaan sebagaimana dimaksud dalam
Peraturan Daerah ini;
c. Adanya laporan/pengaduan dari pejabat yang berwenang ataupun pemilik pemegang
HAKI seperti antara lain hak cipta, paten atau merek;
d. Adanya laporan/pengaduan dari pejabat yang berwenang bahwa perusahaan tersebut tidak
memenuhi kewajiban perpajakan sesuai ketentuan yang berlaku.
(2) Peringatan tertulis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pasal ini diberikan sebanyakbanyaknya 3 kali berturut-turut dengan tenggang waktu 30 (tiga puluh) hari oleh Kepala
Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi dan UKM Kabupaten Lamandau.
Pasal 19
(1) SIUP perusahaan yang bersangkutan dibekukan apabila :
a. Tidak mengindahkan peringatan sebagaimana dimaksud dalam pasal 13 ayat (1) peraturan
daerah ini;
b. Melakukan kegiatan usaha yang memiliki kekhususan seperti perdagangan jasa/penjualan
berjenjang dan tidak sesuai dengan bidang usaha, kegiatan usaha dan jenis barang/jasa
dagangan utama yang tercantum dalam SIUP yang telah diperoleh;
c. Sedang diperiksa di sidang pengadilan karena didakwa melakukan tindak pidana lainnya.
(2) Selama pembekuan SIUP perusahaan yang bersangkutan dilarang untuk melakukan aktivitas
usaha perdagangan;
(3) Pembekuan SIUP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dan b pasal ini berlaku dalam
masa 6 (enam) bulan terhitung sejak dikeluarkan penetapan pembekuan SIUP;
(4) Jangka waktu pembekuan SIUP sebagaimana maksud ayat (1) huruf c berlaku sampai dengan
adanya Keputusan Badan Peradilan yang telah berkekuatan hukum tetap;
(5) Pembekuan SIUP dilakukan oleh Kepala Dinas yang berwenang.
Pasal 20
SIUP yang telah dibekukan dapat diberlakukan kembali apabila perusahaan yang bersangkutan :
a. Telah mengindahkan peringatan melakukan perbaikan dan melaksanakan kewajibannya
sesuai dengan ketentuan dalam peraturan daerah ini;
b. Apabila dinyatakan tidak terbukti melakukan pelanggaran sebagaimana maksud ayat (1)
huruf c pasal 15 peraturan daerah ini.
Pasal 21
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

361

(1) Pencabutan SIUP dapat dilakukan apabila :


a. SIUP yang diperoleh berdasarkan keterangan/data yang tidak benar atau palsu dari
perusahaan yang bersangkutan atau tidak sesuai dengan pasal 5, 6, 12, 13 dan pasal 14;
b. Perusahaan yang bersangkutan tidak melakukan perbaikan setelah lewat batas waktu
pembekuan sebagaimana maksud pasal 15 ayat (3);
c. Perusahaan yang bersangkutan telah dijatuhi hukuman pelanggaran HAKI dan pidana
badan peradilan yang telah berkekuatan hukum tetap;
d. Perusahaan yang bersangkutan melanggar ketentuan peraturan perundang-undangan yang
memuat sanksi pencabutan SIUP.
(2) Pencabutan SIUP dilakukan oleh Kepala Dinas yang berwenang.
Pasal 22
(1) Pencabutan SIUP yang dilakukan oleh Kepala Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi
dan UKM Kabupaten Lamandau atas perusahaan yang bersangkutan selambat-lambatnya 30
hari terhitung sejak tanggal diterimanya tanggal Surat Keputusan Pencabutan SIUP tersebut,
dapat mengajukan permohonan peninjauan kembali kepada Bupati;
(2) Selambat-lambatnya 30 hari terhitung sejak tanggal diterimanya surat permohonan
peninjauan kembali Bupati dapat menerima atau menolak permohonan peninjauan kembali
secara tertulis dengan alasan tertentu;
(3) Surat keputusan pencabutan SIUP dinyatakan batal, apabila setelah 30 hari sejak pengajuan
permohonan peninjauan kembali pencabutan SIUP tersebut tidak mendapat jawaban.

BAB XIII
KETENTUAN PIDANA
Pasal 23
(1) Setiap orang yang dengan sengaja melanggar ketentuan dalam pasal 2 ayat (1), pasal 5 ayat
(1), (2) dan (3), pasal 6, pasal 8 ayat (1), (2) point a sampai dengan h dan pasal 10 ayat (1),
dipidana dengan kurungan paling lama 6 bulan atau denda paling banyak Rp. 5.000.000,-;
(2) Tindak pidana sebagaimana dimaksud ayat (1) pasal ini adalah pelanggaran.
BAB XIV
PE N YI D I K AN
Pasal 24

Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

362

(1) Penyidikan atas tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam peraturan daerah ini dilakukan
oleh Penyidik PNS dilingkungan Pemerintah Daerah Kabupaten Lamandau dan atau
dilakukan Pembantu Penyidik oleh penyidik umum;
(2) Dalam melaksanakan tugas-tugas, para pejabat penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
pasal ini, berwenang :
a. Menerima Laporan atau pengaduan dari seseorang tentang adanya tindak pidana;
b. Melakukan tindakan pertama pada saat itu ditempat kejadian dan melakukan
pemeriksaan.;
c. Menyuruh berhenti seseorang tersangka dan memeriksa tanda pengenal dari tersangka;
d. Melakukan penyitaan benda atau surat;
e. Mengambil sidik jari dan memotret seseorang;
f. Memanggil seseorang untuk mendengar dan diperiksa sebagai tersangka atau saksi;
g. Mendatangkan ahli yang diperlukan dalam hubungannya dengan pemeriksaan tersangka;
h. Mengadakan penghentian penyidikan setelah mendapat petunjuk dari penyidik bahwa
tidak terdapat cukup bukti atau peristiwa tersebut bukan merupakan tindak pidana dan
selanjutnya melalui penyidik memberitahukan hal tersebut kepada penuntut umum,
tersangka atau keluarganya;
i. Mengadakan tindakan lain menurut hukum yang dapat dipertanggungjawabkan.
(3) Dalam melaksanakan tugasnya, penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pasal ini tidak
berwenang melakukan penangkapan dan atau penahanan.
Pasal 25
PPNS dan atau penyidik umum sebagaimana dimaksud pada pasal 20 ayat (1) peraturan daerah
ini membuat berita acara setiap tindakan tentang :
a. Pemeriksaan tersangka;
b. Pemeriksaan rumah;
c. Penyitaan benda;
d. Pemeriksaan surat;
e. Pemeriksaan saksi;
f. Pemeriksaan ditempat kejadian dan mengirimkannya kepada pengadilan negeri melalui
penyidik umum.
BAB XV
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 26
(1)

Siup yang telah diperoleh perusahaan sebelum ditetapkannya peraturan daerah ini,
dinyatakan tetap berlaku dan wajib daftar ulang dalam jangka waktu 1 tahun sesuai dengan
ketentuan sebagai berikut :

Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

363

a. SIUP yang diperoleh perusahaan sebelum ditetapkan peraturan daerah ini yang modal
dan kekayaan bersih Rp. 5.000.000,- sampai dengan Rp. 200.000.000,- tidak termasuk
tanah dan bangunan tempat usaha dinyatakan berlaku sebagai SIUP Kecil;
b. SIUP yang telah diperoleh perusahaan sebelum ditetapkan peraturan daerah ini yang
modal dan kekayaan bersih diatas Rp. 200.000.000,- sampai dengan Rp. 500.000.000,tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha dinyatakan berlaku sebagai SIUP
Menengah;
c. SIUP yang telah diperoleh perusahaan sebelum ditetapkan peraturan daerah ini yang
modal dan kekayaan bersih diatas Rp. 500.000.000,- tidak termasuk tanah dan bangunan
tempat usaha dinyatakan tetap berlaku sebagai SIUP Besar;
(2)
Terhadap perusahaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pasal ini dapat melakukan
permintaan perubahan apabila dikehendaki oleh perusahaan yang bersangkutan.
Pasal 27
(1) Terhadap perusahaan yang mengajukan permintaan untuk memperoleh SIUP yang sedang
dalam proses penyelesaian sebelum ditetapkan peraturan daerah ini, dapat mengajukan
kembali permintaan baru kepada Kepala Dinas yang berwenang untuk memperoleh SIUP
sesuai ketentuan dalam peraturan daerah ini;
(2) Perusahaan yang melakukan kegiatan usaha perdagangan yang mempunyai kekhususan atau
profesi seperti perdagangan jasa, penjualan berjenjang, penjualan minuman beralkohol dan
pasar modern dan perdagangan berjangka komoditi, perizinannya harus memperhatikan
peraturan perundang-undangan yang berlaku;
Pasal 28
(1) Hal-hal yang belum diatur dalam Peraturan Daerah ini sepanjang menyangkut dengan
pelaksanaannya akan diatur lebih lanjut dengan Keputusan Bupati.
(2) Dengan berlakunya Peraturan Daerah ini, maka Peraturan yang mengatur hal yang sama
dinyatakan tidak berlaku lagi.
BAB XVI
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 29
Peraturan Daerah ini mulai berlaku sejak tanggal diundangkan.
Agar setiap orang dapat mengetahuinya memerintahkan pengundangan peraturan daerah ini
dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Lamandau.
Ditetapkan di : Nanga Bulik
Pada Tanggal : 1 Agustus 2005

Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

364

BUPATI LAMANDAU,
ttd
BUSTANI DJ. MAMUD
Diundangkan di Nanga Bulik
Pada Tanggal 1 Agustus 2005
Plt. SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN LAMANDAU
ttd
( Ir. MARUKAN )
NIP. 131 480 087
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LAMANDAU
TAHUN 2005 NOMOR 10 SERI : C
PENJELASAN ATAS
PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMANDAU
NOMOR 10 TAHUN 2005
TENTANG
RETRIBUSI SURAT IZIN USAHA PERDAGANGAN
I. PENJELASAN UMUM
Pertumbuhan dan perkembangan usaha dibidang perdagangan dan jasa lainnya di
Kabupaten Lamandau semakin meningkat jumlahnya, perkembangan ini dikarenakan banyaknya
peluang uasaha yang dapat digeluti.
Sejak Kabupaten Lamandau dicanangkan sebagai salah satu Kabupaten baru yang
dimekarkan dengan jelas sekali, dimana perkembangan dibidang perdagangan begitu pesat
diantaranya bidang-bidang lain., oleh sebab itu pembinaan dan pengembangan usaha dibidang
perdagangan maupun jasa mutlak untuk tetapdilakukan sebab sektor ini akan memberikan
pengaruh yang sangat besar bagi jalannya perekonomian ditengah-tengah masyarakat juga
berkaitan langsung dengan peyerapan dan penyediaantenaga kerja, pengaturan arus barang
masuk dan keluar bagi kebutuhan masyarakat maupun terhadap peningkatan Pendapatan Asli
Daerah, oleh sebab itu perlu dibina dengan baik.
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

365

Untuk itu pembinaan serta pengawasan yang harus dilakukan oleh Pemda Kabupaten
Lamandau terhadap usaha-usaha yang ada ditengah-tengah masyarakat melalui aturan-aturan,
ketentuan perijinan usaha perdagangan di Kabupaten Lamandau yaitu dengan Peraturan Daerah
Kabupaten Lamandau tentang Retribusi Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP).
II. PASAL DEMI PASAL
Pasal 1
Cukup jelas
Pasal 2
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan usaha perorangan adalah usaha yang dijalankan tidak
berbadan hukum, sedangkan perusahaan adalah usaha yang dijalankan baik
bidang perdagangan maupun jasa memilik/ berbadan hukum
Ayat (2)
Penggolongan Siup kecil, Siup Besar ditentukan berdasarkan besar modal awal
yang disetor baik perorangan maupun perusahaan
Pasal 3
Ayat (1) dan (2)
Cukup jelas
Pasal 4
Ayat (1)
Ketentuan ini berlaku selagi perusahaan yang bersangkutan tidak mengalami
perubahan terhadap
-

Pemilik/penanggungjawab perusahaan

Jenis usaha/mata perdagangan

Ayat (2)
Cukup jelas
Pasal 5
Ayat (1),(2) dan (3)
Cukup jelas
Pasal 6
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

366

Cukup Jelas
Pasal 7
Ayat (1)
Huruf a dan b
Cukup jelas
Ayat (2)
Cukup Jelas
Pasal 8
Cukup jelas
Pasal 9
Ayat (1)
Perubahan
dimaksud
dapat
berupa
pindah
alamat,
pergantian
pemilik/penanggungjawab perusahaan maupun perubahan terhadap jenis
usaha/jenis mata perdagangan atau jasa yang berjalan
Ayat (2)
Huruf a s/d h
Cukup Jelas
Pasal 10 s/d 25 pasal 25
Cukup Jelas
TAMBAHAN LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LAMANDAU
TAHUN 2005 NOMOR 10 SERI : C

Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

367

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMANDAU


NOMOR 11 TAHUN 2005
T E N TAN G
PENDIRIAN PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM (PDAM)
KABUPATEN LAMANDAU
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
BUPATI LAMANDAU,
Menimbang

a.

bahwa dalam rangka meningkatkan pelayanan kepada masyarakat,


khususnya dalam hal pelayanan sarana air bersih tentu memerlukan
pelayanan air bersih (PDAM) yang benar-benar memenuhi kebutuhan
masyarakat;

b.

bahwa untuk Meningkatkan kualitas pelayanan tersebut sangat


diperlukan pengelolaan manajemen yang benar-benar profesional yaitu
dengan membentuk Perusahaan Daerah Air Minum, mengingat
perusahaan daerah air minum yang ada saat ini masih berstatus unit IKK
daerah Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM);

Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

368

c.

d.

Mengingat

bahwa pengelolaan sarana air bersih yang ada masih belum dapat
memberikan pelayanan yang optimal sehingga keperluan akan air bersih
tidak dapat seluruhnya dinikmati oleh masyarakat.
bahwa untuk terlaksananya maksud huruf a, b dan c diatas perlu
ditetapkan dengan Peraturan Daerah Kabupaten Lamandau tentang
Pendirian Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Kabupaten
Lamandau.

1.

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2002 tentang


Pembentukan Kabupaten Katingan, Kabupaten Seruyan, Kabupaten
Sukamara, Kabupaten Lamandau, Kabupaten Gunung Mas, Kabupaten
Pulang Pisau, Kabupaten Murung Raya, Kabupaten Barito Timur di
Propinsi Kalimantan Tengah (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2002 Nomor 18, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4180);

2.

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2004 tentang


Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4389);

3.

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 tentang


Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4437);

4.

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 33 Tahun 2004 tentang


Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438);

5.

Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan


Pemerintah dan Kewenangan Propinsi sebagai Daerah Otonom
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 54,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3952);

6.

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 3 Tahun


Pengelolaan Barang Milik Perusahaan Daerah;

1990 tentang

7.

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor


Pedoman Penetapan Tarif Air Minum;

1998 tentang

2 Tahun

Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

369

8.

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 7 Tahun


Kepengurusan Perusahaan Daerah Air Minum;

1998

tentang

9.

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 47 Tahun 1999 tentang


Pedoman Penilaian Kinerja Perusahaan Daerah Air Minum;

10.

Peraturan Menteri Negara Otonomi Daerah Nomor 8 Tahun


tentang Pedoman Akutansi Perusahaan Daerah Air Minum;

11.

Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 34 Tahun 2000 tentang


Pedoman Kepegawaian Perusahaan Daerah Air Minum;

12.

Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 907/Menkes/SK/VII/2002 tentang


Syarat-syarat dan Pengawasan Kualitas Air Minum;

13.

Peraturan Daerah Kabupaten Lamandau Nomor 2 Tahun 2004 tentang


Rincian Kewenangan Pelaksanaan Otonomi Daerah Kabupaten
Lamandau (Lembaran Daerah Kabupaten Lamandau Tahun 2004 Nomor
01 Seri D).

2000

Dengan persetujuan Bersama


DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN LAMANDAU
dan
BUPATI LAMANDAU

M E M U T U S KAN :
MENETAPKAN :

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMANDAU TENTANG


PENDIRIAN PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM (PDAM)
KABUPATEN LAMANDAU.
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1

Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

370

Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan :


a. Daerah adalah Daerah Kabupaten Lamandau;
b. Pemerintah Daerah adalah Bupati dan Perangkat Daerah sebagai unsur penyelenggara
Pemerintahan Daerah;
c. Pemerintahan Daerah adalah penyelenggaraan urusan Pemerintahan oleh Pemerintah Daerah
dan DPRD menurut asas otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluasluasnya dalam sistem dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud
dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
d. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya disebut DPRD adalah Lembaga
Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Lamandau sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan
Daerah.
e. Perusahaan Daerah Air Minum adalah Perusahaan Daerah Air Minum
Kabupaten
Lamandau.
f. Direksi adalah Pimpinan Perusahaan Daerah Air Minum Kabupaten Lamandau.
g. Badan Pengawas adalah Badan Pengawas Perusahaan Daerah Air Minum Kabupaten
Lamandau.
h. Pegawai adalah Pegawai Perusahaan Daerah Air Minum Kabupaten Lamandau.
i. Air Minum adalah Air Minum yang memenuhi syarat-syarat kesehatan untuk diminum;
j. Kas Daerah adalah Kas Daerah Kabupaten Lamandau.
BAB II
S TAT U S
Pasal 2
(1) Dengan Peraturan Daerah ini, didirikan Perusahaan Daerah Air Minum Kabupaten Lamandau.
(2) Perusahaan Daerah sebagaimana dimaksud ayat (1) pasal ini memperoleh kedudukan sebagai
Badan Hukum setelah Peraturan Daerah ini ditetapkan.
(3) Dengan tidak mengurangi ketentuan-ketentuan yang ada dalam Peraturan Daerah ini, maka
terhadap Perusahaan Daerah berlaku segala macam hukum di Indonesia yang tidak
bertentangan dengan azas Demokrasi Ekonomi yang merupakan ciri dari sistem ekonomi
berdasarkan Pancasila.
(4) Perusahaan Daerah Air Minum Kabupaten Lamandau adalah Badan Usaha Milik Daerah
Kabupaten Lamandau.

BAB III
NAMA DAN TEMPAT, KEDUDUKAN
Pasal 3
Perusahaan Daerah ini bernama Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM)
Lamandau
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

371

Kabupaten

Pasal 4
Perusahaan Daerah ini berkedudukan dan berkantor Pusat di Nanga Bulik dan dapat mendirikan
Cabang-cabang serta Perwakilan-perwakilan diseluruh wilayah Kabupaten Lamandau yang akan
ditentukan lebih lanjut dengan Keputusan Bupati atas usul dari Direksi dengan Pertimbangan
Badan Pengawas.

BAB IV
SIFAT, MAKSUD DAN TUJUAN LAPANGAN USAHA
Pasal 5
Sifat Perusahaan adalah memberikan jasa jasa dan menyelenggarakan kemanfaatan umum dalam
bidang pelayanan air minum.
Pasal 6
(1) Maksud Perusahaan adalah untuk mewujudkan sistem penyediaan air minum yang memenuhi
Persyaratan tertib administrasi, ketentuan tehnis dan kehandalan pelayanan.
(2) Tujuan perusahaan adalah menghasilkan air minum bagi masyarakat yang memenuhi syarat
kesehatan, merata dan berkesinambungan dengan harga terjangkau.

BAB V
M O DAL
Pasal 7
(1) Neraca Permulaan Perusahaan Daerah terdiri atas Aktiva dan Pasiva pada saat berlakunya
Peraturan Daerah ini.
(2) Modal Perusahaan Daerah sebagaimana ayat (1) pasal ini dapat ditambah dari Penyisihan
sebagian dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD), penyertaan modal, subsidi
dari Pemerintah atasan serta Pinjaman dari Pihak Ketiga dengan persetujuan Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Lamandau.
Pasal 8
Modal Perusahaan Daerah yang bersumber dari Pemerintah Daerah, merupakan kekayaan Daerah
yang dipisahkan.
Pasal 9
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

372

Semua alat Likuiditas disimpan dalam Bank Pembangunan Kalimantan Tengah Cabang Pembantu
Nanga Bulik.

BAB VI
TIPE DAN STRUKTUR ORGANISASI
Pasal 10
(1) Tipe dan Struktur Organisasi, Tata Kerja dan Uraian Tugas Perusahaan Daerah Air Minum
Kabupaten Lamandau berpedoman pada Keputusan Menteri Negara Otonomi Daerah Nomor 8
Tahun 2000 tentang Pedoman Akuntansi Perusahaan Daerah Air Minum dengan menggunakan
tipe A.
(2) Apabila mengingat keadaan, ternyata diperlukan Struktur Organisasi yang berbeda dengan
Struktur Organisasi tersebut pada ayat (1) maka dapat dibentuk Struktur Organisasi yang
berbeda, yang ditetapkan dengan Keputusan Bupati.
BAB VII
KEPENGURUSAN PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM
Pasal 11
Perusahaan dipimpin oleh 1 (satu) Direktur dan 2 (dua) Kepala Bagian sesuai tipe Perusahaan
Daerah Air Minum tipe A yang terdiri dari :
a. Direktur.
b. Kepala Bagian Administrasi dan Keuangan
c. Kepala Bagian Tehnik.
Pasal 12
(1) Direktur dalam mengelola Perusahaan mempunyai tugas sebagai berikut :
a. Memimpin dan mengendalikan semua kegiatan perusahaan.
b. Merencanakan dan menyusun Program Kerja Perusahaan Lima Tahunan dan Tahunan.
c. Membina Pegawai.
d. Mengurus dan mengelola kekayaan Perusahaan.
e. Menyelenggarakan Administrasi Umum dan Keuangan.
f. Melaksanakan kegiatan tehnik Perusahaan.
g. Mewakili Perusahaan baik didalam maupun diluar Pengadilan.
h. Menyampaikan laporan berkala mengenai keseluruhan kegiatan termasuk Neraca dan
perhitungan Laba/Rugi.
(2) Direktur mempunyai wewenang sebagai berikut :
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

373

a.
b.
c.
d.
e.

Mengangkat dan memberhentikan sebagai pegawai.


Mengangkat pegawai untuk menduduki jabatan dibawah Direktur.
Menandatangani pinjaman setelah mendapat persetujuan Bupati.
Menandatangani Neraca dan perhitungan Laba/Rugi.
Menandatangani ikatan hukum dengan pihak lain.
Pasal 13

(1) Direktur diangkat dan diberhentikan oleh Bupati untuk masa jabatan selama 4 (empat) Tahun
dan dapat diangkat kembali untuk 1(satu) kali masa jabatan.
(2) Pengecualian terhadap ayat (1) dapat dilakukan apabila seorang Kepala Bagian diangkat
sebagai Direktur.
(3) Pengangkatan kembali sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan apabila Direktur
terbukti mampu meningkatkan kinerja perusahaan dan pelayanan kebutuhan air minum kepada
masyarakat setiap tahun.
Pasal 14
(1) Direktur diangkat oleh Bupati atas usul Badan Pengawas, sedangkan untuk Kepala Bagian
diangkat oleh Direktur.
(2) Untuk diangkat menjadi Direktur harus memenuhi syarat, sebagai berikut :
a. Diutamakan bukan dari Pegawai Negeri Sipil.
b. Mempunyai Pendidikan Sarjana atau Sarjana Muda, atau Diploma III sesuai bidangnya
dengan pangkat dan golongan dalam perusahan minimal (C/1) serta mempunyai
pengalaman kerja minimal 5 (lima) Tahun mengelola perusahaan yang dibuktikan dengan
Surat Keterangan (referensi) Perusahaan dengan penilaian baik, atau Pegawai Negeri Sipil
serendah-rendahnya golongan III.a
c. Membuat dan menyajikan proposal tentang Visi, Misi dan rencana program Pengelolaan
Perusahaan.
d. Pernah mengikuti Diklat manajemen air minum baik didalam negeri maupun diluar negeri.
e. Batas usia saat diangkat pertama kali berumur paling tinggi 52 (lima puluh dua) Tahun.
f. Tidak terkait hubungan keluarga dengan Bupati atau dengan anggota Badan Pengawas atau
dengan Kepala Bagian pada perusahaan tersebut sampai derajat ketiga baik menurut garis
lurus maupun kesamping termasuk menantu dan ipar.
(3) Dapat diangkat menjadi Kepala Bagian harus memenuhi syarat sebagai berikut :
a. Mempunyai Pendidikan Sarjana, atau Sarjana Muda, atau Diploma III sesuai Bidangnya
atau pangkat dan golongan dalam Perusahaan minimal Pelaksanaan (B/4) atau Pegawai
Negeri Sipil golongan II.d.
b. Mempunyai pengalaman kerja minimal 5 (lima) Tahun dalam mengelola Perusahaan yang
dibuktikan dengan Surat Keterangan (refrensi) dari Perusahaan dengan penilaian baik.
c. Pernah mengikuti Diklat manajemen air minum bidang Administrasi dan keuangan atau
Bidang Tehnik baik didalam Negeri maupun diluar Negeri.
d. Batas usia saat diangkat pertama kali berumur paling tinggi 52 (lima puluh dua) Tahun.
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

374

e. Tidak terkait hubungan keluarga dengan Bupati atau dengan anggota Badan Pengawas atau
dengan Kepala Bagian pada perusahaan tersebut sampai derajat ketiga baik menurut garis
lurus maupun kesamping termasuk menantu dan ipar.
(4) Kepala Bagian yang telah 2 (dua) kali menduduki jabatan pada masa jabatan yang sama dapat
diangkat kembali untuk masa jabatan ketiga, pengangkatan yang ketiga dapat dilaksanakan
apabila jabatan Kepala Bagian menjadi Direktur dan tidak melebihi umur 60 (enam puluh)
Tahun.
Pasal 15
Pemberhentian sebagaimana dimaksud pasal 14 apabila Direktur diberhentikan dengan alasan :
a. Atas permintaan sendiri.
b. Karena alasan kesehatan sehingga tidak dapat melaksanakan tugasnya.
c. Tidak melaksanakan tugasnya sesuai dengan program kerja yang telah disetujui.
d. Terlibat tindakan yang merugikan perusahaan.
e. Terlibat dalam tindak pidana.
f. Merugikan Perusahaan.
g. Meninggal dunia.
Pasal 16
(1) Apabila Direktur diduga melakukan salah satu perbuatan sebagaimana dimaksud pasal 15
huruf c, d, e dan f Badan Pengawas segera melakukan pemeriksaan terhadap yang
bersangkutan.
(2) Apabila dalam hasil pemeriksaan terhadap Direktur sebagaimana dimaksud ayat (1) terbukti,
Badan Pengawas segera melaporkan kepada Bupati.
Pasal 17
Bupati paling lama 7 (tujuh) hari kerja setelah menerima laporan dari Badan Pengawas sudah
harus mengeluarkan keputusan tentang pemberhentian sebagai Direktur.
Pasal 18
Direktur yang telah mencapai batas berakhirnya masa jabatan diberhentikan dengan hormat
sebagai Direktur.
Pasal 19
(1) Direktur yang diberhentikan sebagaimana dimaksud dalam pasal 15 huruf a dan b
diberhentikan dengan hormat.
(2) Direktur yang diberhentikan berdasarkan pasal 15 huruf b diberikan pesangoan sebesar 1 (satu)
kali penghasilan yang diterima pada bulan terakhir.
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

375

(3) Direktur yang diberhentikan sebagaimana dimaksud dalam pasal 15 huruf c, d, e dan d
diberhentikan tidak dengan hormat;
(4) Direktur dan Kepala Bagian yang meninggal dunia diberhentikan dengan hormat sebagai
Direktur atau Kepala Bagian.
BAB VIII
CUTI DIREKTUR DAN KEPALA BAGIAN
Pasal 20
(1) Direktur dan Kepala Bagian memperoleh hak cuti sebagai berikut :
a. Cuti tahunan, selama 12 (dua belas) hari kerja dalam setahun
b. Cuti besar/cuti panjang, selama 2 (dua) bulan untuk setiap 1 (satu) kali masa jabatan.
c. Cuti menunaikan Ibadah Haji selama 40 (empat puluh) hari.
d. Bagi perempuan diberikan cuti melahirkan selama 3 (tiga) bulan sampai dengan anak
kedua.
(2) Pelaksanaan hak cuti sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan setelah mendapat
persetujuan Bupati atau Pejabat yang ditunjuk.
(3) Direktur dan Kepala Bagian selama melaksanakan cuti mendapat penghasilan penuh dari
Perusahaan Daerah Air Minum.
(4) Apabila karena kesibukan dikantor, Direktur dan Kepala Bagaian tidak mengambil cuti
besar/cuti panjang diberikan ganti uang sebesar 1 (satu) kali gaji yang diterima pada bulan
terakhir.
BAB IX
PENGHASILAN DAN HAK-HAK DIREKTUR
DAN KEPALA BAGIAN
Pasal 21
Penghasilan Direktur dan Kepala Bagian terdiri dari gaji, tunjangan dan jasa produksi.
Pasal 22
(1) Tunjangan sebagaimana dimaksud pasal 21 terdiri dari :
a. Tunjangan kesehatan
b. Tunjangan kemahalan
c. Perumahan Dinas atau uang sewa rumah
(2) Jasa produksi sebagaimana dimaksud pasal 21 diberi setiap Tahun apabila setelah tutup buku
Perusahaan memperoleh keuntungan.
(3) Besarnya tunjangan dan jasa produksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan (2) ditetapkan
oleh Bupati setelah memperhatikan pendapat Badan pengawas dan kemampuan perusahaan.
(4) Dana Refrenstatif setinggitingginya 75 % (tujuh puluh lima persen) dari jumlah penghasilan
Direktur dan Kepala Bagian yang diterima dalam 1 (satu) Tahun.
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

376

(5) Dana Pensiun Direktur dan Kepala Bagian diatur sesuai dengan Peraturan tentang Dana
Pensiun DAPENMA PAMSI.
BAB X
BADAN PENGAWAS
Pasal 23
(1) Perusahaan diawasi oleh Badan Pengawas.
(2) Jumlah anggota badan pengawas sebanyak 3 (tiga) orang dengan komposisi seorang ketua
merangkap anggota, seorang sekretaris merangkap anggota dan seorang anggota.
(3) Anggota Badan Pengawas diangkat oleh Bupati.
(4) Anggota Badan Pengawas sebagaimana dimaksud pada ayat (2) terdiri dari :
a. Pejabat Daerah yang tugas dan fungsinya membina Perusahaan Daerah.
b. Perorangan adalah tenaga profesional termasuk mantan Direktur Utama atau Direktur
Perusahaan.
c. Masyarakat konsumen adalah tokoh masyarakat yang mengetahui manajemen Perusahaan
dan mampu menjembatani antara perusahaan dengan masyarakat konsumen
(5) Untuk dapat diangkat sebagai Anggota Badan Pengawas harus memenuhi persyaratan sebagai
berikut :
a. Menguasai manajemen Perusahaan Daerah Air Minum.
b. Menyediakan waktu yang cukup.
c. Tidak terkait hubungan keluarga dengan Bupati atau dengan Anggota Badan Pengawas
yang lain atau dengan Direktur dan Kepala Bagian sampai derajat ketiga baik menurut
garis lurus maupun kesamping termasuk menantu dan ipar.
(6) Apabila hubungan keluarga terjadi setelah pengangkatan untuk melanjutkan Jabatannya harus
ada izin tertulis dari Bupati.
(7) Pengangkatan Anggota Badan Pengawas sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditetapkan
dengan Keputusan Bupati.
Pasal 24
(1) Masa jabatan Anggota Badan Pengawas paling lama 3 (tiga) Tahun dan dapat diangkat kembali
untuk 1 (satu) kali masa jabatan.
(2) Pengangkatan kembali dapat dilakukan apabila Anggota Badan Pengawas terbukti mampu
melakukan pengawasan terhadap kegiatan Direktur dan memberikan pendapat dan saran
kepada Bupati sehingga Perusahaan mampu meningkatkan kinerja dan pelayanan kebutuhan
Air Minum kepada masyarakat

BAB XI
TUGAS WEWENANG DAN PENGHASIL BADAN PENGAWAS
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

377

Pasal 25
(1) Badan Pengawas mempunyai tugas sebagai berikut :
a. Mengawasi kegiatan Direktur.
b. Memberikan pendapat dan saran kepada Bupati terhadap pengangkatan Direktur.
c. Memberikan pendapat dan saran kepada Bupati terhadap Program kerja yang diajukan
oleh Direktur.
d. Memberikan pendapat dan saran kepada Bupati terhadap rencana perubahan status
kekayaan perusahaan.
e. Memberikan pendapat dan saran kepada Bupati terhadap laporan neraca dan perhitungan
laba/rugi.
(2) Badan Pengawas mempunyai wewenang sebagai berikut :
a. Memberikan peringatan kepada Direktur yang tidak melaksanakan tugas sesuai dengan
program kerja yang sudah disetujui.
b. Memeriksa Direktur yang diduga merugikan perusahaan.
(3) Anggota Badan Pengawas dapat diberhentikan dengan alasan :
a. Atas permintaan sendiri
b. Karena kesehatan tidak dapat melaksanakan tugas.
c. Terlibat dalam tindakan yang merugikan Perusahaan.
d. Terlibat dalam tindak pidana.
e. Meninggal dunia.
f. Hal-hal lainnya.
(4) Apabila Anggota Badan Pengawas diduga melakukan salah satu perbuatan sebagaimana
dimaksud pada pasal 25 ayat (3) huruf c dan d serta e Kepala Daerah segera melakukan
pemeriksaan terhadap yang bersangkutan.
(5) Apabila berdasarkan hasil pemeriksaan terhadap Anggota Badan Pengawas sebagaimana
dimaksud pada ayat (4) terbukti, paling lama 7 (tujuh) hari kerja Bupati segera mengeluarkan
Keputusan tentang pemberhentian sebagai Anggota Badan Pengawas.
Pasal 26
(1) Penghasilan Badan Pengawas meliputi :
a. Uang Jasa
b. Jasa Produksi
(2) Ketua Badan Pengawas menerima uang jasa sebesar 40 % (empat puluh) persen dari gaji
Direktur.
(3) Sekretaris Badan Pengawas menerima uang jasa sebesar 35 % (tiga puluh lima) persen gaji
Direktur.
(4) Anggota Badan Pengawas menerima uang jasa sebesar 30 % (tiga puluh) persen dari gaji
Direktur.
(5) Selain uang jasa, setiap tahun diberikan jasa Produksi.
(6) Besarnya jasa produksi sebagaimana dimaksud pada ayat (5) pasal ini ditetapkan oleh Bupati
dengan memperhatikan kemampuan perusahaan memperoleh keuntungan.
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

378

BAB XII
PE G AWAI
Pasal 27
(1) Pegawai adalah Pegawai Perusahaan Daerah Air Minum yang diangkat oleh Direktur
berdasarkan Pedoman Kepegawaian Perusahaan.
(2) Pegawai yang diperbantukan adalah Pegawai Negeri Sipil yang diperbantukan untuk
menduduki Jabatan pada Perusahaan.
(3) Pegawai Negeri Sipil yang diperbantukan untuk menduduki jabatan pada perusahaan
sebagaimana dimaksud ayat (2) diatur dengan surat Keputusan Bupati.
Pasal 28
(1) Pengangkatan Pegawai oleh Direktur berdasarkan pada beban kerja dan kemampuan
perusahaan.
(2) Pengangkatan Pegawai oleh Direktur sebagaimana dimaksud pada ayat (2) berdasarkan
Pedoman Kepegawaian Perusahaan Daerah Air Minum yang berlaku.
(3) Sebelum ditetapkan sebagai Pegawai, Direktur menetapkan persyaratan dalam masa
percobaan.
(4) Pengaturan pangkat/golongan dan gaji pokok pegawai perusahaan ditentukan dengan
Keputusan Direktur.
(5) Direktur dapat mengangkat tenaga kontrak atau tenaga honorer sesuai kebutuhan.
(6) Pegawai berhenti atau diberhentikan oleh Direktur karena :
a. Meninggal dunia
b. Mengajukan berhenti atas permintaan sendiri
c. Berakhir masa tugasnya setelah mencapai usia maksimal 56 tahun
d. Tidak lagi memenuhi ketentuan pasal 3 huruf c, d, g, h dan i Keputusan Menteri Dalam
Negeri Nomor 34 Tahun 2000 tentang Pedoman Kepegawaian Perusahaan Daerah Air
Minum.
e. Merugikan perusahaan
(7) Pengangkatan dalam jabatan tertentu bagi Pegawai oleh Direktur berdasarkan Tim
Pertimbangan Jabatan yang telah menilai kemampuan dan profesionalisme Pegawai yang
bersangkutan.
Pasal 29
Ketentuan-ketentuan Pokok Kepegawaian Perusahaan berdasarkan Peraturan Bupati dengan
berdasarkan ketentuan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku.
Pasal 30
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

379

Direktur berwenang mengangkat, membina, memberhentikan, mengatur, pangkat/ golongan, gaji


pokok, tunjangan dan memberikan penghargaan sesuai ketentuan perundang-undangan yang
berlaku.
BAB XIII
KEKAYAAN PERUSAHAAN
Pasal 31
(1) Kekayaan Perusahaan terdiri dari aktiva, kewajiban dan ekuitas.
(2) Neraca Permulaan Perusahaan adalah neraca awal perusahaan pada saat serah terima atau hasil
audit BPKP terhadap neraca awal.
(3) Alat likuidasi perusahaan yang berupa uang tunai terdiri dari saldo Kas (Cash Owhand)
Rekening Giro.
Pasal 32
Penambahan kekayaan perusahaan dapat diperoleh dari :
1. Aktivitas operasi yaitu Aktivitas penghasi utama pendapatan perusahaan (principal-revenueproducing activity) dan aktivitas lain yang bukan aktivitas investasi dan aktivitas pendanaan.
2. Aktivitas investasi adalah perolehan dan pelepasan aktivitas jangka panjang serta investasi lain
yang tidak termasuk setoran kas.
Pasal 33
Sumber pendapatan Perusahaan adalah pendapatan penjualan air, pendapatan sambungan baru dan
non air lainnya, pendapatan denda, pendapatan bunga diposito, pendapatan jasa giro, penjualan
barang-barang bekas, keuntungan penjulan aktiva tetap, keuntungan atas transaksi valuta asing,
penerimaan piutang yang sudah disisihkan/dihapuskan, dan rupaa-rupaa pendapatan lainnya.
BAB XIV
KETENTUAN TARIF
Pasal 34
(1) Struktur dan perhitungan tarif berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri serta petunjuk
Pelaksanaan Pedoman Penetapan Tarif Air Minum pada Perusahaan Daerah Air Minum.
(2) Tarif air ditetapkan berdasarkan prinsip pemulihan biaya keterjangkauan, efesiensi pemakaian
kesederhanaan dan transparansi.
(3) Tarif ditetapkan melalui Keputusan Bupati atas usul Direktur.
(4) Selambat-lambatnya 1 (satu) Tahun Direktur melakukan penyesuaian tarif sesuai dengan
tingkat inflasi dan beban bunga pinjaman.
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

380

(5) Penyesuaian tarif sebagaimana dimaksud ayat (4) disampaikan kepada Bupati untuk ditetapkan
sebagai tarif penyesuaian.
(6) Apabila terjadi perubahan komponen biaya, selambat-lambatnya 4 (empat) Tahun sekali
Direktur melakukan peninjauan terhadap tarif.
(7) Peninjauan tarif sebagaimana dimaksud ayat (6) disampaikan kepada Bupati melalui Badan
Pengawas untuk ditetapkan sebagai tarif baru.
(8) Selambat-lambatnya 3 (tiga) bulan sejak diterimanya usul penyesuaian atas peninjauan tarif,
Bupati sudah menetapkan atau menolak usul tarif dimaksud.
(9) Apabila Bupati menolak, Direktur mengajukan usulan tarif baru berdasarkan petunjuk Bupati
untuk periode tarif selama-lamanya 3 (tiga) Tahun.
(10) Tarif air minum baik penyesuaian tahunan maupun empat tahunan ditetapkan oleh Bupati
tanpa izin prinsif dari pejabat yang berwenang dari tingkat atasnya.
BAB XV
TAHUN BUKU
Pasal 35
(1) Tahun buku perusahaan ditetapkan mulai tanggal 1 Januari dan berakhir pada tanggal 31
Desember.
(2) Untuk pertama kali pembukuan perusahaan dimulai pada tanggal serah terima pengelolaan
perusahaan.
(3) Perusahaan dalam menyelenggarakan administrasi dan keuangan berdasarkan pedoman
Akuntasi Perusahaan Daerah Air Minum yang berlaku bagi Perusahaan Daerah Air Minum di
Indonesia.
BAB XVI
RENCANA DAN ANGGARAN PERUSAHAAN
Pasal 36
(1) Pengelolaan Perusahaan dilakukan berdasarkan rencana kerja dan Anggaran Perusahaan
(RKAP).
(2) Selambat-lambatnya 3 (tiga) bulan sebelum tutup buku Direktur mengajukan RKAP kepada
Badan Pengawas untuk pengesahannya.
(3) RKAP Perusahaan sebagaimana dimaksud ayat (2) harus mencakup proyeksi laba/rugi,
proyeksi arus kas dan proyeksi neraca.
(4) Penyusunan RKAP menggunakan metode accrual, sejalan dengan dasar Akuntansi yang dianut
dalam penyusunan Laporan Keuangan.
(5) Jika RKAP tidak disyahkan oleh Badan Pengawas sampai dengan batas waktu yang telah
ditentukan, maka PDAM menggunakan RKAP tahun yang paling akhir disyahkan.
Pasal 37
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

381

RKAP harus mendapat pengesahan dari Badan Pengawas terlebih dahulu sebelum dilaksanakan.
Pasal 38
(1) Pengajuan revisi RKAP tahun berjalan paling lambat 3 (tiga) bulan sebelum tutup buku.
(2) Pengajuan revisi RKAP sebagaimana dimaksud ayat (1) sebelum dilaksanakan harus mendapat
pengesahan terlebih dahulu oleh Badan Pengawas.

BAB XVII
LAPORAN PERUSAHAAN
Pasal 39
(1) Laporan manajemen terdiri dari laporan harian, laporan bulanan dan laporan tahunan.
(2) Laporan tahunan disusun oleh manajemen PDAM untuk laporan kepada Badan Pengawas dan
pihak-pihak lain yang berkepentingan termasuk untuk keperluan pemeriksaan tahunan yang
dilaksanakan auditor independen.
(3) Bentuk dan lsi laporan tahunan disesuaikan pada Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan
(PSAK) Ikatan Akuntansi Indonesia yang berlaku dan disesuaikan dengan aktivitas operasional
PDAM.
(4) Laporan tahunan yang harus disiapkan :
a. Laporan Keuangan yaitu neraca, laporan rugi/laba, laporan arus kas, laporan laba ditahan,
catatan atas laporan keuangan.
b. Informasi yang diajukan oleh manajemen yaitu uraian pendapatan, uraian pembelian,
uraian biaya, uraian investasi, personalia dan organisasi, corporate plant, penelitian dan
pengembangan dan lampiran-lampiran.
c. Laporan kinerja berdasarkan pada Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor : 47 Tahun
1999 tentang Penilaian Kinerja Perusahaan Daerah Air Minum terdiri dari aspek
operasional dan aspek administrasi.
d. Laporan disampaikan kepada Badan Pengawas 3 (tiga) bulan setelah tutup buku tahun
yang bersangkutan berakhir.

BAB XVIII
LABA PERUSAHAAN
Pasal 40

Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

382

(1) Laba bersih perusahaan adalah menunjukan akumulasi hasil usaha periode setelah
memperhitungkan koreksi laba/rugi periode.
(2) Laba bersih perusahaan diutamakan untuk meningkatkan produksi peningkatan jaringan
distribusi dan peningkatan pelayanan masyarakat.
(3) Laba bersih sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sudah harus diaudit oleh oleh Akuntan
Publik.
(4) Laba Bersih yang menjadi hak Pemerintah Daerah Kabupaten Lamandau dimasukan kedalam
Anggaran APBD.
BAB XIX
PEMBUBARAN PERUSAHAAN
Pasal 41
(1) Pembubaran perusahaan dan penunjukan panitia likuidasi ditetapkan dengan Peraturan Daerah.
(2) Semua kekayaan perusahaan setelah diadakan likuidasi menjadi milik Pemerintah Daerah.
(3) Dalam hal likuidasi, Pemerintah Daerah langsung bertanggungjawab atas kerugian yang
diderita oleh pihak ketiga apabila kerugian tersebut disebabkan karena neraca dan perhitungan
laba/rugi yang telah disyahkan tidak menggambarkan keadaan perusahaan yang sebenarnya.
(4) Segala perhitungan utang piutang menjadi tanggungjawab Pemerintah Daerah sebagai pihak
pemilik setelah perusahaan dilikuidasi.

BAB XX
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 42
Dengan berlakunya Peraturan Daerah ini, maka Peraturan Daerah Kotawaringin Barat yang
mengatur hal yang sama tidak berlaku lagi diwilayah Kabupaten Lamandau.
BAB XXI
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 43
Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar setiap orang dapat mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini
dalam Lembaran Daerah Kabupaten Lamandau.
Ditetapkan di
Pada Tanggal

: Nanga Bulik
: 1 Agustus 2005

Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

383

BUPATI LAMANDAU
ttd
BUSTANI DJ. MAMUD
Diundangkan di : Nanga Bulik
Pada Tanggal

: 1 Agustus 2005

Plt. SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN LAMANDAU


ttd
( Ir. MARUKAN )
NIP. 131 480 087
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LAMANDAU
TAHUN 2005 NOMOR 06 SERI : D
PENJELASAN ATAS
PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMANDAU
NOMOR 11 TAHUN 2005
TENTANG
PENDIRIAN PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM (PDAM)
KABUPATEN LAMANDAU
I. PENJELASAN UMUM
Sebagai pelaksanaan Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentangPemerintahan
Daerah yang tertuang dalam Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125,
Tambahan Lembaran Negara Nomor 4437, bahwa hak dan kewajiban daerah asalah satunya
adalah meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat, menyediakan fasilitas sosial dan fasilitas
umum yang layak dan mengembangkan sumber daya produktif didaerah khususnya penyediaan
air bersih yang layak dan memenuhi standart kesehatan.
Dalam hal ini sarana air bersih yang sekarang beroperasi di Ibu Kota Kabupaten
Lamandau yaitu Nanga Bulik masih belum seluruhnya memberikan kontribusi yang
menguntungkan baik bagi PDAM maupun masyarakat pada umumnya dikarenakan kurangnya
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

384

sarana prasarana yang memadai dengan personil yang kurang mengingat Perusahan Daerah Air
Minum yang ada saat ini masih berstatus Unit Ibu Kota Kecamatan (IKK) dibawah Perusahaan
Daerah Air Minum (PDAM) di Pangkalan Bun Kabupaten Kotawaringin Barat.
Oleh sebab itu diperlukan suatu wadah yang tepat untuk mengembangkan kontribusi
bagi Pendapatan Asli Daerah yaitu dengan mendirikan Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM)
yang nantinya berkedudukan di kota Nanga Bulik.
Dengan berdirinya Perusahaan Daerah tersebut diharapkan pelayanan yang akan
diberikan semakin baik dengan didukung modal dan SDM yang memadai.
II. PASAL DEMI PASAL
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Cukup jelas

Pasal 2
Ayat (1)
Cukup Jelas
Ayat (2)
Cukup Jelas
Ayat (3)
Setiap Peraturan yang dalam hal ini berhubungan dengan Peraturan Daerah ini
dengan tidak bertentangan dengan azas hukum yang berlaku khsususnya azas
Demokrasi ekonomi yang merupakan ciri dari sistem ekonomi berdasarkan
Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945 khususnya pasal 33 ayat 1,2 dan 3
Ayat (4)
Cukup Jelas
BAB III
NAMA DAN TEMPAT, KEDUDUKAN
Pasal 3
Cukup jelas
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

385

Pasal 4
Cukup jelas
BABIV
SIFAT, MAKSUD DAN TUJUAN LAPANGAN USAHA
Pasal 5
Cukup jelas
Pasal 6
Ayat 1 dan 2
Cukup Jelas

BAB V
M O DAL
Pasal 7
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Subsidi dari Pemerintah atasn adalah subsidi dari Pemerintah Provinsi maupun
Pemerintah Pusat
Pasal 8
Bawha modal Pemerintah Daerah yang diikutsertakan dalam perusahaan daerah tersebut
dikelola dan dipertanggungjawabkan tersendiri, terpisah dari kekayaan daerah lainnya.
Pasal 9
Cukup Jelas
BAB VI
TIPE DAN STRUKTUR ORGANISASI
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

386

Pasal 10
Ayat (1)
Unsur kepemimpinan, struktur organisasi yang akan diberlakukan pada perusahaan
PDAM Kabupaten Lamandau berpedoman pada Keputusan Menteri Neagara
Otonomi Daerah Nomor 8 Tahun 2005 tentangPedoman Akuntansi Perusahaan
Daerah Air Minum.
Ayat (2)
Cukup Jelas
Pasal 11
Cukup Jelas
Pasal 12
Cukup Jelas
Pasal 13
Ayat 1,2 dan 3
Cukup Jelas
Pasal 14
Ayat 1,2 dan 3
Cukup Jelas
Ayat 4
Cukup Jelas
Pasal 15
Cukup Jelas
Pasal 16
Ayat 1 dan 2
Cukup Jelas
Pasal 17
Cukup Jelas
Pasal 18
Cukup Jelas
Pasal 19
Ayat 1,2, 3 dan 4
Cukup Jelas
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

387

BAB VIII
CUTI DIREKTUR DAN KEPALA BAGIAN
Pasal 20
Ayat 1,2, 3 dan 4
Cukup Jelas
Ayat 1,2, 3 dan 4
Cukup Jelas
Pasal 21
Cukup Jelas
Pasal 22
Ayat (1)
Cukup Jelas
Ayat (2)
Jasa produksi adalah pembagian berapa % dari hasil produksi setiap tahun setelah
tutup buku apabila perusahaan memperoleh keuntungan
Ayat 3,4 dan 5
Cukup Jelas
BAB X
BADAN PENGAWAS
Pasal 23
Ayat 1,2 dan 3
Cukup Jelas
Ayat 4,5,6 dan 7
Cukup Jelas
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

388

Pasal 24
Ayat 1 dan 2
Cukup Jelas
BAB XI
TUGAS WEWENANG DAN PENGHASILAN BADAN PENGAWAS
Pasal 25
Ayat 1,2, 3, 4 dan 5
Cukup Jelas
Pasal 26
Ayat 1,2, 3, 4, 5 dan 6
Cukup Jelas
BAB XII
P E G AWAI
Pasal 27
Ayat 1,2 dan 3
Cukup Jelas
Pasal 28
Ayat 1,2, 3 dan 4
Cukup Jelas
Ayat 5,6 dan 7
Cukup Jelas
Pasal 29
Cukup Jelas
Pasal 30
Cukup Jelas

Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

389

BAB XIII
KEKAYAAN PERUSAHAAN
Pasal 31
Ayat 1,2 dan 3
Cukup Jelas
Pasal 32
Ayat 1 dan 2
Cukup Jelas
Pasal 33
Cukup Jelas

BAB XIV
KETENTUAN TARIF
Pasal 34
Ayat 1,2, 3, 4 dan 5
Cukup Jelas
Ayat 6,7, 8, 9 dan 10
Cukup Jelas
BAB XV
TAHUN BUKU
Pasal 35
Ayat 1 dan 2
Cukup Jelas
Ayat (3)

Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

390

Penyelenggaraan administrasi keuangan perusahaan daerah air minum berpedoman


dengan akuntansi perusahaan daerah, yaitu Peraturan Menteri Negara Otonomi
Daerah Nomor 8 Tahun 2000 tentang Pedoman Akuntansi Perusahaan Daerah Air
Minum.
BAB XV
T A HU N B U K U
Pasal 36
Ayat 1,2, 3, 4 dan 5
Cukup Jelas
Pasal 37
Cukup Jelas
Pasal 38
Ayat 1 dan 2
Cukup Jelas
BAB XVII
LAPORAN PERUSAHAAN
Pasal 39
Ayat 1,2, 3 dan 4
Cukup Jelas
BAB XVIII
LABA PERUSAHAAN
Pasal 40
Ayat 1,2, 3 dan 4
Cukup Jelas
BAB XIX
PEMBUBARAN PERUSAHAAN
Pasal 41
Ayat 1,2, 3 dan 4
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

391

Cukup Jelas
BAB XX
PEMBUBARAN PERUSAHAAN
Pasal 42
Cukup Jelas
BAB XX
PEMBUBARAN PERUSAHAAN
Pasal 43
Cukup Jelas
TAMBAHAN LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LAMANDAU
TAHUN 2005 NOMOR 06 SERI : C

KUMPULAN
PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMANDAU
TAHUN 2006
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

392

Dihimpun dan disalin Sesuai Aslinya


oleh :
BAGIAN HUKUM SEKRETARIAT DAERAH KABUPATEN LAMANDAU

KEPALA BAGIAN HUKUM,

SAGAK, SH
Pembina
NIP.
PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMANDAU
NOMOR 05 TAHUN 2006
TENTANG
PENYERTAAN MODAL PEMERINTAH KABUPATEN LAMANDAU
PADA PERSEROAN TERBATAS (P.T.) BANK PEMBANGUNAN KALIMANTAN TENGAH
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
BUPATI LAMANDAU,

Menimbang

a.

bahwa untuk memenuhi maksud dari visi Arsitektur Perbankan


Indonesia (API) sampai Tahun 2010, agar P.T. Bank Pembangunan
Daerah Kalimantan Tengah masuk kedalam kelompok Bank Regional,
maka perlu diatur penyertaan modal Pemerintah Propinsi Kalimantan
Tengah yang diatur dan dianggarkan setiap tahun dalam Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Pemerintah Kabupaten
Lamandau.

Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

393

Mengingat

b.

bahwa untuk memenuhi sebagaimana maksud huruf a diatas, dipandang


perlu menetapkannya dalam Peraturan Daerah Kabupaten Lamandau.

1.

Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan (Lembaran


Negara Tahun 1992 Nomor 31, Tambahan Lembaran Negara Nomor
3472), sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 10
Tahun 1998;

2.

Undang-undang Nomor 1 Tahun 1995 tentang Perseroaan Terbatas


(Lembaran Negara Tahun 1995 Nomor 13, Tambahan Lembaran Negara
Nomor 2865);

3.

Undang-undang Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia


(Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara
Nomor 4355);

4.

Undang-undang Nomor 5 Tahun 2002 tentang Pembentukan Kabupaten


Katingan, Kabupaten Seruyan, Kabupaten Sukamara, Kabupaten
Lamandau, Kabupaten Gunung Mas, Kabupaten Pulang Pisau,
Kabupaten Murung Raya, Kabupaten Barito Timur di Propinsi
Kalimantan Tengah (Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 18,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4180);

5.

Undang-undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara


(Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara
Nomor 4355);

6.

Undang-undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan


Perundang-undangan (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 53,
Tambahan Lembaran Negara Nomor 4389);

7.

Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah


(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437);

8.

Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan


Antara Pemerintah Pusat dan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4438);

9.

Peraturan Pemerintah Nomor 70 Tahun 1992 tentang Bank Umum,


sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 60

Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

394

Tahun 1996, dan diubah lagi dengan Peraturan Pemerintah Nomor 38


Tahun 1998;
10.

Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan


Provinsi sebagai Daerah Otonom (Lembaran Negara Tahun 2000 Nomor
54, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3952);

11.

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 1998 tentang Bentuk


Hukum Bank Pembangunan Daerah;

12.

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 3 Tahun 1986 tentang


Penyertaan Modal Daerah pada Pihak Ketiga;

13.

Peraturan Daerah Provinsi Tingkat I Kalimantan Tengah Nomor 10


Tahun 1999 tentang Perubahan Bentuk Badan Hukum Bank
Pembangunan Daerah Kalimantan Tengah dari Perusahaan Daerah
menjadi Perseroan Terbatas (PT) Bank Pembangunan Daerah
Kalimantan Tengah, sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Daerah
Nomor 2 Tahun 2005 (Lembaran Daerah Tahun 2005 Nomor 6 Seri D).

Dengan Persetujuan Bersama


DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH
KABUPATEN LAMANDAU
dan
BUPATI LAMANDAU
MEMUTUSKAN :
Menetapkan

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMANDAU TENTANG


PENYERTAAN MODAL PEMERINTAH KABUPATEN LAMANDAU
PADA PERSEROAN TERBATAS (P.T.) BANK PEMBANGUNAN
DAERAH KALIMANTAN TENGAH.
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1

Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan :


Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

395

1.
2.
3.

4.
5.
6.
7.

Daerah adalah Kabupaten Lamandau;


Pemerintah Daerah adalah Bupati dan Perangkat Daerah sebagai unsur
Penyelenggara Pemerintahan Daerah;
Pemerintahan Daerah adalah Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan oleh
Pemerintah Daerah dan DPRD menurut asas otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsif
otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan prinsif Negara Kesatuan RI sebagaimana dimaksud
dalam Undang-undang Dasar Negara RI Tahun 1945;
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya disingkat DPRD adalah
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Lamandau;
PT. Bank Pembangunan Kalteng yang selanjutnya disingkat BPK adalah PT.
Bank Pembangunan Kalimantan Tengah;
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya disingkat DPRD adalah
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Lamandau;
Rapat Umum Pemegang Saham selanjutnya disebut RUPS, adalah Rapat
Umum Pemegang Saham Perseroan Terbatas (P.T.) Bank Pembangunan Daerah Kalimantan
Tengah;
BAB II
T U J U AN
Pasal 2

Tujuan Penyertaan Modal Pemerintah Kabupaten Lamandau pada PT. Bank Pembangunan Daerah
Kalimantan Tengah adalah :
a. Memenuhi maksud dari visi Arsitektur Perbankan Indonesia (API) agar Bank dapat masuk
pada kelompok Bank Regional dengan jumlah modal sekurang-kurangnya Rp.
100.000.000.000,- (Seratus Milyar Rupiah) sampai dengan Rp. 10.000.000.000.000,- (Sepuluh
Triliun Rupiah).
b. Untuk dapat meningkatkan daya saing Bank untuk mengantisipasi perkembangan ekonomi
nasional maupun global.
c. Untuk mendukung upaya perluasan wilayah usaha dan pengembangan Produk Bank.
d. Untuk meningkatkan kemampuan dan felksibilitas Bank dalam rangka turut membantu dan
mendorong pertumbuhan perekonomian dan pemerataan pembangunan daerah.
BAB III
TATA CARA PENYERTAAN MODAL
Pasal 3
(1) Penyertaan Modal Pemerintah Kabupaten Lamandau pada PT. Bank Pembangunan Daerah
Kalimantan Tengah ditetapkan berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi Kalimantan Tengah
Nomor 02 Tahun 2005 pasal 1 huruf B pasal 7 ayat 3 huruf (b) secara bersama-sama sebesar
57 % atau sebesar Rp. 86.000.000.000,- (Delapan Puluh Enam Milyar Rupiah).
(2) Penyertaan Modal Pemerintah Kabupaten Lamandau sebagaimana ayat (1) pasal ini sampai
dengan tahun 2004 telah disetor sebesar Rp. 1.000.000.000,- ( Satu Milyar Rupiah).
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

396

(3) Sisa kewajiban Penyertaan Modal Pemerintah Kabupaten Lamandau adalah sebesar Rp.
4.740.000.000,- ( Empat Milyar Tujuh Ratus Empat Puluh Juta Rupiah) harus dipenuhi
selambat-lambatnya tahun 2010.
(4) Dalam upaya memenuhi bagian Penyertaan Modal Pemerintah Kabupaten Lamandau yang
telah ditetapkan sebagaimana maksud ayat (1) dan ayat (3) pasal ini, Pemerintah Kabupaten
Lamandau harus dan wajib menganggarkan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
Kabupaten Lamandau mulai tahun 2005 sampai dengan tahun 2010 minimal sebesar Rp.
750.000.000,- (Tujuh Ratus Lima Puluh Juta Rupiah) setiap Tahun Anggaran.
Pasal 4
Dalam rangka Penyertaan Modal Pemerintah Kabupaten Lamandau pada PT. Bank Pembangunan
Daerah Kalimantan Tengah sebagaimana dimaksud dalam pasal 2 Peraturan Daerah ini, kepada
Bupati Lamandau diberi wewenang untuk memproses Penyertaan Modal sesuai dengan prosedur
dan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku.
BAB IV
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 5
Hal-hal yang belum diatur dalam Peraturan Daerah ini, sepanjang sifatnya teknis pelaksanaan akan
ditetapkan/diputuskan dalam RUPS.
Pasal 6
Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar supaya setiap orang dapat mengetahuinya, memerintahkan pelaksanaan Peraturan Daerah ini
dengan penampatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Lamandau.

Ditetapkan di : Nanga Bulik


Pada Tanggal : 21 Oktober 2006
WAKIL BUPATI LAMANDAU
ttd
Drs. HGM. AFHANIE
Diundangkan di : Nanga Bulik
Pada tanggal
: 21 Oktober 2006
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

397

SEKRETARIS DAERAH KAB. LAMANDAU


ttd
Ir. MARUKAN
Pembina Utama Muda
NIP. 131 480 087
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LAMANDAU TAHUN 2006
NOMOR 14 SERI : E

PE N J E LASAN
ATAS
PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMANDAU
NOMOR 05 TAHUN 2006
TENTANG
PENYERTAAN MODAL PEMERINTAH KABUPATEN LAMANDAU
PADA PERSEROAN TERBATAS (PT) BANK PEMBANGUNAN
KALIMANTAN TENGAH
I. PENJELASAN UMUM.
Dalam rangka memenuhi maksud dari Visi Arsitektur Perbankan Indonesia (API) sampai
tahun 2010, dimana PT Bank Pembangunan Daerah Kalimantan Tengah sebagai salah satu
asset daerah dapat masuk kedalam kelompok Bank Regional, maka perlu diatur penyertaan
modal Pemerintah Provinsi Kalimantan Tengah yang diatur dan dianggarkan setiap tahun
dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Pemerintah Kabupaten Lamandau.
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

398

Adapun tujuan dari penyertaan modal Pemerintah Kabupaten Lamandau pada PT. Bank
Pembangunan daerah Kalimantan Tengah yaitu meningkatkan kemampuan dan fleksibiltas
Bank dalam rangka turut membantu dan mendorong pertumbuhan perekonomian dan
pemerataan pembangunan di daerah khususnya Kabupaten Lamandau.
II. PASAL DEMI PASAL
Pasal 1
Cukup Jelas
Pasal 2
Huruf a
Cukup Jelas
Huruf b
Cukup Jelas
Huruf c
Cukup Jelas
Huruf d
Cukup Jelas
Pasal 3
Ayat (1)
Cukup Jelas
Ayat (2)
Cukup Jelas
Ayat (3)
Cukup Jelas
Ayat (4)
Cukup Jelas
Pasal 4
Cukup Jelas
Pasal 5
Cukup Jelas
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

399

Pasal 6
Cukup Jelas
TAMBAHAN LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LAMANDAU
TAHUN 2006 NOMOR 18 SERI : E

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMANDAU


NOMOR 06 TAHUN 2006
T E N TAN G
PEMBENTUKAN DANA CADANGAN
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
BUPATI LAMANDAU,
Menimbang

a.

b.

bahwa dalam rangka membiayai kegiatan pembangunan dan atau


rehabilitasi prasarana, keindahan kota, lingkungan hidup dan investasi
yang kebutuhan dananya tidak dapat dibebankan dalam satu tahun
anggaran, dipandang perlu penyediaan dana cadangan;
bahwa berdasarkan pertimbangan huruf a diatas, dalam rangka
mewujudkan pengelolaan keuangan daerah yang lebih efisien, efektif,
akuntabel dan transparan, dipandang perlu mengatur pembentukan
dana cadangan dumaksud dengan menetapkannya dalam suatu
Peraturan Daerah.

Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

400

Mengingat

1.

Undang-undang Nomor 5 tahun 2002 tentang Pembentukan


Kabupaten Katingan, Kabupaten Seruyan, Kabupaten Sukamara,
Kabupaten Lamandau, Kabupaten Gunung Mas, Kabupaten Pulang
Pisau, Kabupaten Murung Raya dan Kabupaten Barito Timur di
Propinsi Kalimantan Tengah (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2002, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4180);

2.

Undang-undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan


Peraturan Perudang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2004 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4389);

3.

Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah


(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 105,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437);

4.

Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan


Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah (Lembaran Negara
Republik Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4438);

5.

Peraturan Pemerintah 104 Tahun 2000 tentang Dana Perimbangan


(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 201,
Tambahan Lembaran Negara Nomor 4021);

6.

Peraturan Pemerintah 105 Tahun 2000 tentang Pengelolaan dan


Pertanggungjawaban Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2000 Nomor 201, Tambahan Lembaran Negara
Nomor 4022);

7.

Peraturan Pemerintah 106 Tahun 2000 tentang Pengelolaan dan


Pertanggungjawaban Keuangan Dalam Pelaksanaan Dekon-entrasi
dan Tugas Pembantuan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2000 Nomor 203, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4023);

8.

Peraturan Pemerintah Nomor 108 Tahun 2000 tentang Tatacara


Pertanggungjawaban Kepala Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2000 Nomor 209, Tambahan Lemabaran Negara
Nomor 4027).

Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

401

Dengan Persetujuan Bersama


DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN LAMANDAU
dan
BUPATI LAMANDAU
MEMUTUSKAN :
Menetapkan

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMANDAU TENTANG


PEMBENTUKAN DANA CADANGAN.
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1

Dalam Peraturan Daerah ini, yang dimaksud dengan :


1.
Bupati adalah Bupati Lamandau;
2.
Pemerintah Daerah adalah Bupati dan Perangkat Daerah sebagai unsur Penyelenggara
Pemerintahan Daerah;
3.
Daerah adalah Kabupaten Lamandau;
4.
Pemerintahan Daerah adalah Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan oleh Pemerintah
Daerah dan DPRD menurut asas otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsif otonomi
seluas-luasnya dalam sistem dan prinsif Negara Kesatuan RI sebagaimana dimaksud dalam
Undang-undang Dasar Negara RI Tahun 1945;
5.
Peraturan Bupati adalah Peraturan Bupati Lamandau;
6.
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya disingkat DPRD adalah Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Lamandau;
7.
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah yang selanjutnya disingkat APBD adalah
suatu rencana keuangan tahunan Kabupaten yang ditetapkan dengan Peraturan Daerah tentang
APBD;
8.
Penerimaan Daerah adalah semua penerimaan Kas Daerah dalam periode Tahun
Anggaran tertentu;
9.
Pendapatan Daerah adalah semua penerimaan Kas Daerah dalam periode tahun
anggaran tertentu yang menjadi hak Daerah;
10.
Dana Cadangan adalah dana yang disisihkan untuk menampung kebutuhan yang
memerlukan dana relatif cukup besar yang tidak dapat dibebankan dalam satu tahun
anggaran;
11.
Dana Perimbangan adalah dana yang bersumber dari penerimaan APBN yang
dialokasikan kepada Daerah untuk membiayai kebutuhan Daerah dalam rangka pelaksanaan
Desentralisasi;
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

402

12.
13.
14.
15.

16.

Dana Alokasi Umum adalah dana yang berasal dari APBN, yang dialokasikan dengan
tujuan pemerataan kemampuan keuangan antar Daerah untuk membiayai kebutuhan
pengeluarannya dalam rangka pelaksanaan Desentralisasi;
Dana Alokasi Khusus adalah dana yang berasal dari APBN yang dialokasikan kepada
Daerah untuk membantu membiayai kebutuhan tertentu;
Dana Darurat adalah dana yang berasal dari APBN, yang diberikan kepada Daerah
untuk membiayai keperluan yang sangat mendesak;
Pinjaman Daerah adalah semua transaksi yang mengakibatkan Daerah menerima dari
pihak lain sejumlah uang atau manfaat bernilai uang sehingga Daerah dibebani kewajiban
untuk membayar kembali, tidak termasuk kredit jangka pendek yang lazim terjadi dalam
perdagangan;
Kas Daerah adalah Kas Daerah Kabupaten Lamandau.
BAB II
PE M B E N T U K AN
Pasal 2

Guna membiayai kebutuhan dana yang tidak dapat dibebankan dalam satu tahun anggaran, Daerah
membentuk dana cadangan.
Pasal 3
(1) Dana Cadangan sebagaimana dimaksud dalam pasal 2 Peraturan Daerah ini dari penerimaan
tahunan APBD;
(2) Dana Cadangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pasal ini dapat digunakan untuk
membiayai kebutuhan seperti rehabilitasi prasarana, keindahan kota, pelestarian lingkungan
hidup dan investasi sepanjang tidak bertentangan dengan Peraturan Peraturan Perundangundangan.
Pasal 4
Dikecualikan dari ketentuan sebagaimana dimaksud dalam pasal 3 Peraturan Daerah ini, adalah
penerimaan APBD yang bersumber dari Dana Alokasi Khusus, Dana Darurat dan Pinjaman
Daerah.
Pasal 5
(1) Pengeluaran yang akan disisihkan untuk pembentukan Dana Cadangan sebagaimana dimaksud
dalam pasal 1 Peraturan Daerah ini, dicantumkan dalam APBD pada sisi Anggaran Belanja
Aparatur;
(2) Dana Cadangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pasal ini dibukukan tersendiri, terpisah
dari rekening Kas Daerah.
BAB III
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

403

P E N G E L O LAAN
Pasal 6
(1) Jumlah, rencana penggunaan, dan waktu yang diperlukan dalam pembentukan dana cadangan
sebagaimana dimaksud dalam pasal 2 Peraturan Daerah ini, ditetapkan oleh Bupati;
(2) Bupati memberitahukan rencana pembentukan dan penggunaan dana cadangan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) pasal ini kepada DPRD untuk mendapatkan persetujuan.
Pasal 7
Penerimaan jasa giro atas pendayagunaan dana cadangan oleh Bank menambah penerimaan dan
dibukukan pada rekening dana cadangan.
Pasal 8
Pengeluaran untuk menutup kebutuhan sebagaimana yang ditetapkan dalam Peraturan Bupati
tentang pembentukan dana cadangan dibebankan pada rekening dana cadangan.
BAB IV
PERTANGGUNGJAWABAN
Pasal 9
Saldo akhir dana cadangan pada akhir tahun anggaran berjalan dicatat sebagai saldo awal pada
tahun anggaran berikutnya pada rekening dana cadangan.
Pasal 10
Posisi Dana Cadangan sebagai bagian tidak terpisahkan dari laporan pertanggungjawaban APBD.
BAB V
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 11
Peraturan Daerah ini, mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan
menempatkannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Lamandau.
Ditetapkan di : Nanga Bulik
Pada Tanggal : 21 Oktober 2006
WAKIL BUPATI LAMANDAU,

Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

404

ttd
Drs. HGM. AFHANIE
Diundangkan di : Nanga Bulik
Pada Tanggal

: 21 Oktober 2006

SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN LAMANDAU


ttd
( Ir. MARUKAN )
NIP. 131 480 087
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LAMANDAU
TAHUN 2006 NOMOR 15 SERI : E

PE N J E LASAN
ATAS
PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMANDAU
NOMOR 06 TAHUN 2006
TENTANG
PEMBENTUKAN DANA CADANGAN
I.

PENJELASAN UMUM
Sesuai dengan azas Otonomi Daerah yang luas nyata dan bertanggung jawab, maka
daerah diharapkan dapat dan mampu untuk membiayai kepentingan daerah. Sejalan dengan
pesatnya pembangunan di Kabupaten Lamandau yang tentunya alokasi dana yang cukup
besar maka selain dana yang diperoleh dari sektor pajak dan retribusi serta dana

Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

405

perimbangan dari pusat, maka daerah diharapkan mempunyai dana cadangan yang
disisihkan untuk membiayai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi.
Pembentukan Dana cadangan merupakan anggaran yang disisihkan untuk
membiayai pembangunan yang tentunya kebutuhan tersebut

memerlukan dana

yang

relatif cukup besar dan tidak dapat dibebankan dalam satu tahun anggaran yang mana dana
tersebut dialokasikan untuk membiayai kebutuhan daerah seperti rehabilitasi prasarana,
keindahan kota, pelestarian lingkungan hidup dan sebagai investasi
tidak bertentangan

dengan

perturan

daerah

sepanjang

perundang undangan yang berlaku.

Untuk itu Pemerintah Kabupaten Lamandau membuat suatu kebijakan dengan membentuk
Peraturan Daerah tentang Pembentukan Dana Cadangan berdasarkan ketentuan dan aturan
hukum yang berlaku.
II.

PENJELASAN PASAL DEMI PASAL


Pasal 1
Cukup Jelas
Pasal 2
Cukup Jelas
Pasal 3
Ayat (1)
Cukup Jelas
Ayat (2)
Cukup Jelas
Pasal 4
Cukup Jelas
Pasal 5
Ayat (1)
Cukup Jelas
Ayat (2)
Cukup Jelas
Pasal 6
Ayat (1)

Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

406

Cukup Jelas
Ayat (2)
Cukup Jelas
Pasal 7
Cukup Jelas
Pasal 8
Cukup Jelas
Pasal 9
Cukup Jelas
Pasal 10
Cukup Jelas
Pasal 11
Cukup Jelas

TAMBAHAN LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LAMANDAU


TAHUN 2006 NOMOR 19 SERI : E

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMANDAU


NOMOR 07 TAHUN 2006
TENTANG
BANTUAN KEUANGAN KEPADA PARTAI POLITIK
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
BUPATI LAMANDAU,
Menimbang

bahwa untuk melaksanakan ketentuan pasal 5 ayat (3) Peraturan


Pemerintah Nomor 29 Tahun 2005 tentang Bantuan Keuangan kepada
Partai Politik, perlu menetapkan Peraturan Daerah Kabupaten Lamandau
tentang Bantuan Keuangan kepada Partai Politik.

Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

407

Mengingat

1.

Undang-undang Nomor 05 Tahun 2002 tentang Pembentukan


Kabupaten Katingan, Kabupaten Seruyan, Kabupaten Sukamara,
Kabupaten Lamandau, Kabupaten Gunung Mas, Kabupaten Pulang
Pisau, Kabupaten Murung Raya dan Kabupaten Barito Timur di
Propinsi Kalimantan Tengah (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2002 Nomor 18, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4180);

2.

Undang-undang Nomor 31 Tahun 2002 tentang Partai Politik


(Lembaran Negara Tahun 2002 Nomor 138, Tambahan Lembaran
Negara Nomor 4251);

3.

Undang-undang Nomor 12 Tahun 2003 tentang Pemilihan Umum


Angota DPR, DPD dan DPRD (Lembaran Negara RI Tahun 2003
Nomor 37, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 4277,
sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 20 2004
(Lembaran Negara RI Tahun 2004 Nomor 87, Tambahan Lembaran
Negara Nomor 4413);

4.

Undang-undang Nomor 22 Tahun 2003 tentang Susunan dan


Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat,
Dewan Perwakilan Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
(Lembaran Negara RI Tahun 2003 Nomor 92, Tambahan Lembaran
Negara Nomor 4310);
Undang-undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan
Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara RI Tahun 2004
Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 4389);

5.

6.

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan


Daerah (Lembaran Negara RI Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan
Lembaran Negara RI Nomor 4437);

7.

Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan


Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah (Lembaran Negara
RI Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor
4438);

8.

Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 2005 tentang Bantuan


Keuangan kepada Partai Politik (Lembaran Negara RI Tahun 2005
Nomor 62, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 4513);

9.

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 32 Tahun 2005 tentang


Pedoman Pengajuan, Penyerahan dan Laporan Penggunaan Bantuan
Keuangan kepada Partai Politik.

Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

408

Dengan Persetujuan Bersama


DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN LAMANDAU
dan
BUPATI LAMANDAU
MEMUTUSKAN :
Menetapkan

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMANDAU TENTANG


BANTUAN KEUANGAN KEPADA PARTAI POLITIK.
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1

Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan :


a. Daerah adalah Kabupaten Lamandau;
b. Pemerintah Daerah adalah Bupati dan Perangkat Daerah sebagai unsur penyelenggaraan
Pemerintah Daerah Kabupaten Lamandau;
c. Pemerintah Daerah adalah Penyelenggaraan Unsur Pemerintahan oleh Pemerintah Daerah dan
DPRD, menurut azas otonomi dan tugas pembentukan dengan prinsif otonomi seluas-luasnya
dalam sistem dan prinsif Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam
Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945);
d. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya disebut DPRD adalah Lembaga
Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Lamandau sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan
Daerah;
e. Kepala Dinas adalah Kepala Dinas Kesatuan Bangsa dan Perlindungan Masyarakat Kabupaten
Lamandau;
f. Partai Politik adalah organisasi yang dibentuk oleh sekelompok warga Negara RI secara
sukarela atas dasar persamaan kehendak dan cita-cita untuk memperjuangkan kepentingan
anggota, masyarakat, bangsa dan negara melalui pemilihan umum;
g. Bantuan keuangan adalah bantuan berbentuk uang yang diberikan oleh Pemerintah Daerah
kepada Partai politik yang mendapat kursi di Dewan Perwakilan Rakyat Daerah;
h. Dewan Pimpinan Daerah selanjutnya disebut DPD atau sebutan lainnya adalah pengurus partai
politik di Kabupaten Lamandau ditetapkan berdasarkan hasil keputusan musyawarah Daerah
atau sebutan lainnya yang ditetapkan oleh Dewan Pimpinan Pusat Partai Politik;
i. Komisi pemilihan umum Kabupaten adalah Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Lamandau.
BAB II
PEMBERIAN BANTUAN KEUANGAN
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

409

Pasal 2
(1) Untuk membantu kegiatan dan kelancaran administrasi sekretariat partai politik, Pemerintah
Daerah memberikan bantuan keuangan kepada partai politik.
(2) Bantuan Keuangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan kepada partai politik yang
mendapat kursi di DPRD.
(3) Bantuan Keuangan kepada Partai Politik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan setiap
Tahun Anggaran.
BAB III
BANTUAN KEUANGAN
Pasal 3
(1) Bantuan Keuangan kepada partai politik sebagaimana dimaksud dalam pasal 2 diberikan
secara profesional berdasarkan jumlah perolehan kursi di DPRD;
(2) Besarnya bantuan keuangan partai politik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disesuaikan
dengan kemampuan anggaran pendapatan dan belanja daerah;
(3) Untuk Pertama kali bantuan kepada partai politik diberikan secara profesional berdasarkan
jumlah perolehan kursi di DPRD hasil pemilihan umum Tahun 2004.
Pasal 4
(1) Besarnya bantuan keuangan kepada partai politik sebagaimana dimaksud pasal 3 ayat (1)
untuk setiap kursi ditetapkan sebesar Rp. 20.000.000,- (Dua Puluh Juta Rupiah) pertahun;
(2) Besarnya bantuan keuangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat diubah setiap Tahun
Anggaran, dan perubahannya ditetapkan oleh Bupati atas usul Kepala Dinas.
Pasal 5
Anggaran bantuan keuangan kepada partai politik ditetapkan oleh Bupati dan dianggarkan dalam
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah sesuai dengan ketentuan/peraturan yang berlaku.
BAB IV
TATA CARA PENGAJUAN BANTUAN
Pasal 6

Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

410

Pengajuan bantuan keuangan disampaikan secara tertulis oleh Ketua DPD partai politik tingkat
Kabupaten ditandatangani Ketua dan Sekretaris atau sebutan lain kepada Bupati dengan
menggunakan Kop Surat dan cap stempel partai politik dengan melampirkan :
a.
Surat Keputusan DPD partai politik yang susunan kepengurusan DPD partai politik tingkat
Kabupaten yang dilegalisir oleh Ketua Umum dan Sekretaris Umum DPD partai politik atau
sebutan lain.
b.
Foto copy surat keterangan NPWP yang dilegalisir pejabat yang berwenang.
c.
Surat ketetapan autentikasi hasil penetapan perolehan kursi partai politik di DPRD yang
dilegalisir ketua atau sekretaris komisi pemilihan umum kabupaten.
d.
Surat pernyataan partai politik yang menyatakan bersedia dituntut sesuai peraturan
perundang-undangan apabila memberikan keterangan yang tidak benar yang ditandatangani
ketua dan sekretaris DPD atau sebutan lainnya diatas materai cukup dengan menggunakan kop
surat partai politik.
e.
Lampiran tersebut pada huruf a, huruf b, huruf c, dan huruf d dibuat dalam rangkap 3
(tiga).
0
Surat
pengajuan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tembusannya disampaikan kepada kantor wilayah
Departemen Hukum & Ham (Hak Asasi Manusia) Propinsi, Ketua Komisi Pemilihan Umum
Kabupaten dan Kepala Dinas.
BAB V
PENYERAHAN BANTUAN KEUANGAN
Pasal 7
Penyerahan bantuan keuangan kepada partai politik dilaksanakan oleh Kepala Dinas atas nama
Bupati kepada Ketua dan Bendahara DPD partai politik atau sebutan lain.
Pasal 8
Penyerahan bantuan sebagaimana dimaksud dalam pasal 7 dengan persyaratan administrasi :
a. Surat Keterangan Bank yang menyatakan memiliki Nomor Rekening Bank atas nama DPC
partai politik atau sebutan lain.
b. Surat tanda terima uang bantuan yang dibuat dalam bentuk kwitansi, ditandatangani diatas
materai oleh ketua dan bendahara DPC partai politik dan atau sebutan lainnya dengan
menggunakan kop surat dan cap stempel partai politik.
c. Berita Acara Serah Terima dibuat dalam rangkap 4 (empat) yang ditandatangani oleh Kepala
Dinas sebagai pihak pertama dan oleh ketua dan bendahara DPC partai politik atau sebutan
lainnya sebagai pihak kedua.
d. Bentuk Berita Acara Serah Terima Bantuan Keuangan kepada partai politik sebagaimana
dimaksud pada huruf c, akan diatur oleh Kepala Dinas.

Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

411

BAB VI
LAPORAN PENGGUNAAN
BANTUAN KEUANGAN
Pasal 9
(1) Laporan penggunaan bantuan keuangan kepada partai politik disampaikan kepada Bupati
melalui Kepala Dinas setelah diaudit oleh Badan Pengawasan Daerah Kabupaten Lamandauu,
tembusan disampaikan kepada komisi pemilihan umum Kabupaten.
(2) Bentuk Laporan Penggunaan Bantuan Keuangan kepada Partai Politik sebagaimana dimaksud
ayat (1) akan diatur oleh Kepala Dinas.
BAB VII
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 10
Hal-hal yang belum cukup diatur dalam Peraturan Daerah ini, diatur lebih lanjut dengan Peraturan
Bupati.
Pasal 11
Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar setiap orang dapat mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini
dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Lamandau
Ditetapkan di
Pada Tanggal

: Nanga Bulik
: 21 Oktober 2006

WAKIL BUPATI LAMANDAU,


ttd
Drs. HGM. AFHANIE

Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

412

Diundangkan di : Nanga Bulik


Pada tanggal
: 21 Oktober 2006
Sekretaris Daerah Kab. Lamandau
ttd
Ir. MARUKAN
Pembina Utama Muda
NIP. 131 480 087
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LAMANDAU
TAHUN 2006 NOMOR 16 SERI : E

PE N J E LASAN
ATAS
PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMANDAU
NOMOR 07 TAHUN 2006
TENTANG
BANTUAN KEUANGAN KEPADA PARTAI POLITIK
I.

PENJELASAN UMUM.
Untuk memenuhi ketentuan pasal 5 ayat (3) Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun
2005 tentang Bantuan Keuangan kepada Partai Politik, maka Pemerintah Kabupaten

Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

413

Lamandau merasa perlu memberikan bantuan keuangan kepada Partai Politik di daerah
terutama kepada partai politik yang mendapatkan kursi di Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
Kabupaten Lamandau berdasarkan hasil pemilu.
Bantuan tersebut dialokasikan untuk kelancaran tugas dan administrasi yang dikelola
oleh Sekretariat Partai Politik yang bersangkutan dan bantuan tersebut diberikan setiap tahun
anggaran dengan besarnya bantuan disesuaikan dengan kemampuan APBD.
Untuk maksud diatas Pemerintah Daerah Kabupaten Lamandau membentuk
Peraturan Daerah tentang Bantuan Keuangan Kepada Partai Politik dan sebagai realisasi
pelaksanaannya dan hal-hal yang berkaitan langsung dengan pemberian bantuan tersebut
akan diatur lebih lanjut dengan Peraturan Bupati Lamandau.
II.

PASAL DEMI PASAL


Pasal 1
Cukup Jelas
Pasal 2
Ayat (1)
Cukup Jelas
Ayat (2)
Cukup Jelas
Ayat (3)
Cukup Jelas
Pasal 3
Ayat (1)
Cukup Jelas
Ayat (2)
Cukup Jelas
Ayat (3)
Cukup Jelas

Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

414

Pasal 4
Ayat (1)
Cukup Jelas
Ayat (2)
Cukup Jelas
Pasal 5
Cukup Jelas
Pasal 6
Ayat (1)
Cukup Jelas
Ayat (2)
Cukup Jelas
Pasal 7
Cukup Jelas
Pasal 8
Huruf a
Cukup Jelas
Huruf b
Cukup Jelas
Huruf c
Cukup Jelas
Huruf d
Cukup Jelas
Pasal 9
Ayat (1)
Cukup Jelas
Ayat (2)
Cukup Jelas
Pasal 10
Cukup Jelas
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

415

Pasal 11
Cukup Jelas
TAMBAHAN LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LAMANDAU
TAHUN 2006 NOMOR 20 SERI : E

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMANDAU


NOMOR 08 TAHUN 2006
TENTANG
KEDUDUKAN KEUANGAN PIMPINAN DAN ANGGOTA
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN LAMANDAU
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
BUPATI LAMANDAU,
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

416

Menimbang

bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 28 ayat ( 2 ) Peraturan


Pemerintah Nomor 24 Tahun 2004 tentang Kedudukan Protokoler Dan
Keuangan Pimpinan dan Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah,
perlu ditetapkan Peraturan Daerah Kabupaten Lamandau tentang
Keuangan Pimpinan dan Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
Kabupaten Lamandau.

Mengingat

1. Undang-undang Nomor 05 Tahun 2002 tentang Pembentukan


Kabupaten Katingan, Kabupaten Seruyan, Kabupaten Sukamara,
Kabupaten Lamandau, Kabupaten Gunung Mas, Kabupaten Pulang
Pisau, Kabupaten Murung Raya dan Kabupaten Barito Timur di
Propinsi Kalimantan Tengah (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2002 Nomor 18, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4180);
2. Undang- Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara
(Lembaran Negara Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran
Negara Nomor 4286 );
3. Undang- Undang Nomor 22 Tahun 2003 tentang Susunan dan
Kedudukan Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan
Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat
daerah ( Lembaran Negara Tahun 2003 Nomor 93, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 4310 );
4. Undang- Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan
Negara (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 4355 );
5. Undang- Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan
Peraturan Perundang-Undangan (Lembaran Negara Tahun 2004
Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4389 );
6. Undang- Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan
Pengelolaan Dan Tanggung Jawab Keuangan Negara (Lembaran
Negara Tahun 2004 Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara Nomor
4400 );
7. Undang- Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah
( Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran
Negara Nomor 4437 );
8. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan
Pemerintah dan Kewenangan Provinsi sebagai Daerah Otonom
(Lembaran Negara Tahun 2000 Nomor 54, Tambahan Lembaran
Negara Nomor 3955);
9. Peraturan Pemerintah Nomor 105 Tahun 2000 tentang Pengelolaan

Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

417

dan Pertanggungjawaban Keuangan Daerah (Lembaran Negara Tahun


2000 Nomor 202, Tambahan Lembaran Negara 4022);
10. Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2001 tentang Pembinaan dan
Pengawasan Atas Penyelenggaraan Pemerintah Daerah (Lembaran
Negara Tahun 2001 nomor 41, Tambahan Lembaran Negara Nomor
4090);
11. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2004 tentang Kedudukan
Protokoler dan Keuangan Pimpinan dan Anggota Dewan Perwakilan
Rakyat Daerah (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 90, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 4416);
12. Peraturan Pemerintah Nomor 37 Tahun 2005, tentang Perubahan Atas
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2004
tentang Kedudukan Protokoler dan Keuangan Pimpinan dan Anggota
DPRD (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor
94);
13. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2004 tentang Pedoman
Penyusunan Peraturan Tata Tertib Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
(Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 91, Tambahan Lembaran
Negara Nomor 4417);
14. Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2005 tentang Perubahan Atas
Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2004 Tentang Pedoman
Penyusunan Tata Tertib
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
(Lembaran Negara Tahun 2005 Nomor 130)
15. Peraturan Pemerintah Nomor 37 Tahun 2006 tentang Perubahan
Kedua atas Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2004 tentang
Kedudukan Protokoler dan Keuangan Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah;
16. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 29 Tahun 2002 tentang
Pedoman Penyusunan Pertanggungjawaban dan Pengawasan
Keuangan Daerah serta Tata Cara Penyusunan APBD, Pelaksanaan
Tata Usaha Keuangan Daerah dan Penyusunan Perhitungan APBD;
17. Peraturan Daerah Kabupaten Lamandau Nomor 02 Tahun 2004
tentang Rincian Kewenangan Pelaksanaan Otonomi Daerah di
Kabupaten Lamandau (Lembaran Daerah Kabupaten Lamandau
Tahun 2004 Nomor 01 seri D);
18. Peraturan Daerah Kabupaten Lamandau Nomor 03 Tahun 2004
tentang Kelembagaan Struktur Organisasi Tugas Pokok dan Tata
Kerja Perangkat Daerah Kabupaten Lamandau (Lembaran Daerah
Tahun 2004 Nomor 03 seri D); sebagaimana telah diubah pertama
kali dengan Peraturan Daerah Kabupaten Lamandau nomor 12 Tahun
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

418

2004 (Lembaran Daerah Kabupaten Lamandau Tahun 2004


Nomor 4 seri D);

Dengan Persetujuan Bersama


DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH
KABUPATEN LAMANDAU
dan
BUPATI LAMANDAU
M E M U T U S K AN :
Menetapkan

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMANDAU TENTANG


KEDUDUKAN KEUANGAN PIMPINAN DAN ANGGOTA
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN
LAMANDAU.
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1

Dalam Peraturan Daerah ini, yang dimaksud dengan :


1. Bupati adalah Bupati Lamandau
2. Pemerintah Daerah adalah Bupati dan perangkat daerah sebagai unsur penyelenggara
pemerintahan daerah.
3. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Lamandau selanjutnya disebut DPRD adalah
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah sebagimana dimaksud dalam Undang Undang Nomor 22
Tahun 2003 tentang Susunan dan Kedudukan Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan
Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah dan Dewan Perwakilan Daerah.
4. Peraturan Kepala Daerah adalah Peraturan Kepala Daerah Kabupaten Lamandau.
5. Pimpinan DPRD adalah Ketua dan Wakil-Wakil Ketua DPRD Kabupaten Lamandau.
6. Anggota DPRD adalah mereka yang diresmikan keanggotannya sebagai Anggota DPRD
Kabupaten Lamandau dan telah mengucapkan sumpah janji berdasarkan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
7. Sekretariat DPRD adalah unsur pendukung DPRD sebagimana dimaksud dalam UndangUndang Nomor 22 Tahun 2003 tentang Susunan dan Kedudukan Majelis Permusyawaratan
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

419

Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah.
8. Sekretaris DPRD adalah Pejabat Perangkat Daerah yang memimpin Sekretariat DPRD
Kabupaten Lamandau.
9. Uang Representase adalah uang yang diberikan setiap bulan kepada Pimpinan dan Anggota
DPRD sehubungan dengan kedudukannya sebagai Pimpinan dan Anggota DPRD Kabupaten
Lamandau.
10. Uang paket adalah uang yang diberikan setiap bulan kepada Pimpinan dan Anggota DPRD
Kabupaten Lamandau dalam menghadiri dan mengikuti rapat-rapat dinas.
11. Tunjangan Jabatan adalah uang yang diberikan setiap bulan kepada Pimpinan dan Anggota
DPRD karena kedudukannya sebagai Ketua, Wakil Ketua dan Anggota DPRD Kabupaten
Lamandau.
12. Tunjangan Alat Kelengkapan DPRD adalah tunjangan yang diberikan setiap bulan kepada
Pimpinan dan Anggota DPRD Kabupaten Lamandau sehubungan dengan kedudukannya
sebagai Ketua, Wakil Ketua atau Sekretaris dan Anggota Panitia Musyawarah atau Komisi,
atau Badan Kehormatan, atau Panitia Anggaran atau alat kelengkapan lainnya.
13. Tunjangan Kesejahteraan adalah tunjangan yang disediakan kepada Pimpinan dan Anggota
DPRD berupa jaminan pemeliharaan kesehatan, penyediaan rumah jabatan Pimpinan DPRD
dan perlengkapannya , rumah dinas dan perlengkapannya, kendaraan Dinas jabatan Pimpinan
DPRD, pemberian Pakaian Dinas, uang duka wafat/tewas dan bantuan biaya pengurusan
jenazah
14. Uang Jasa Pengabdian adalah uang yang diberikab kepada Pimpinan dan Anggota DPRD
Kabupaten Lamandau atas jasa pengabdiannya setelah yang bersangkutan diberhentikan
dengan hormat.

15. Belanja Penunjang Kegiatan DPRD adalah Anggaran Belanja untuk mendukung kelancaran
tugas fungsi dan wewenang DPRD Kabupaten Lamandau.
16. Tunjangan Komunikasi Intensif adalah tunjangan berupa uang yang diberikan kepada
Pimpinan dan Anggota DPRD setiap bulan dalam rangka mendorong peningkatan kinerja
dalam menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat didaerah pemilihannya.
17. Dana Operasional adalah uang yang diberikan kepada Pimpinan DPRD setiap bulan untuk
menunjang kegiatan operasional yang berkaitan dengan representasi, pelayanan, kemudahan
dan kebutuhan lain guna melancarkan pelaksanaan tugas dan fungsi Pimpinan DPRD seharihari.
18. Belanja Sekretariat DPRD adalah belanja untuk menunjang aktifitas DPRD dan Sekretariat
DPRD Kabupaten Lamndau.

Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

420

19. Alat Kelengkapan lainnya yang selanjutnya disebut Panitia Khusus dan Panitia Legislasi,
adalah panitia yang bersifat tidak tetap yang dibentuk untuk membahas hal yang bersifat
tertentu dan khusus.
20. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Lamandau selanjutnya disebut APBD
adalah Rencana Keuangan Tahunan Pemerintah Daerah Kabupaten Lamandau disebut Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah dan ditetapkan dengan Peraturan Daerah.
BAB II
BELANJA PIMPINAN DAN ANGGOTA DPRD
Bagian Pertama
Penghasilan
Pasal 2
Penghasilan Pimpinan dan Anggota DPRD terdiri dari :
a. Uang Representase
b. Uang Paket
c. Tunjangan Jabatan
d. Tunjangan Panitia Musyawarah
e. Tunjangan Komisi
f. Tunjangan Panitia Anggaran
g. Tunjangan Badan Kehormatan
h. Tunjangan Alat Kelengkapan Lainnya
i. Tunjangan Komunikasi Insentif
j. Dana Operasional
Pasal 3
(1). Pimpinan dan anggota DPRD diberikan Uang Representase.
(2). Uang Representase Ketua DPRD setara dengan gaji pokok Bupati yang ditetapkan
Pemerintah.
(3). Uang Representase Wakil Ketua DPRD sebesar 80 % (delapan puluh perseratus) dari Uang
Representase Ketua DPRD.

Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

421

(4)

Uang Representasi anggota DPRD sebesar 75 % (tujuh puluh lima perseratus) dari Uang
Representase Ketua DPRD.

(5)

Uang Representase yang diberikan sebagimana dimaksud dalam ayat (1) juga diberikan
Tunjangan Keluarga dan Tunjangan Beras yang besarnya sama dengan ketentuan yang
berlaku pada Pegawai Negeri Sipil.
Pasal 4

(1)
(2)

Pimpinan dan Anggota DPRD diberikan Uang Paket.


Uang Paket sebagimana dimaksud dalam ayat (1) sebesar 10 % (sepuluh perseratus) dari
Uang Representasi yang bersangkutan.
Pasal 5

(1)
(2)

Pimpinan dan Anggota DPRD diberikan Tunjangan Jabatan


Tunjangan Jabatan sebagimana dimaksud dalam ayat (1) sebesar 145 % (seratus empat
puluh lima perseratus) dari masing-masing Uang Representasi.
Pasal 6

(1) Pimpinan atau Anggota DPRD yang duduk dalam Panitia Musyawarah atau komisi atau
Panitia Anggaran atau Badan Kehormatan atau Kelengkapan lainnya yang diperlukan,
diberikan tunjangan alat kelengkapan sebagai berikut :
a. Ketua sebesar 7,5 % (tujuh setengah perseratus) dati tunjangan Jabatan Ketua
DPRD;
b. Wakil Ketua sebesar 5 % (lima perseratus) dari Tunjangan Jabatan Ketua DPRD;
c. Sekretaris sebesar 4 % (empat perseratus) dari Tunjangan Jabatan Ketua DPRD;
d. Anggota 3 % (tiga perseratus) dari Tunjangan Jabatan Ketua DPRD;
(1)

Hal-hal lain yang diluar ketentuan ayat (1) diatur dalam Keputusan Pimpinan DPRD
Pasal 7

Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

422

(1)

Pimpinan dan Anggota DPRD diberikan Tunjangan Komunikasi Intensif.

(2)

Besarnya Tunjangan Komunikasi Intensif sebagaimana dimaksud ayat (1) adalah sebesar 3 x
Uang Representasi Ketua DPRD.
Pasal 8

(1)

Pimpinan DPRD diberikan Dana Operasional.

(2)

Besarnya Dana Operasional sebagaimana dimaksud ayat (1) adalah sebesar :


a. Dana Operasional Ketua DPRD adalah sebesar 6 x Uang Representasi Ketua DPRD.
b. Dana Operasional Wakil-Wakil Ketua DPRD adalah sebesar 4 x Uang Representasi
Wakil-Wakil Ketua DPRD.
Pasal 9

Pembayaran Tunjangan Komunikasi Intensif bagi Pimpinan dan Anggota DPRD sebagaimana
dimaksud pasal 7 dan Dana Operasional bagi Pimpinan DPRD sebagaimana dimaksud pasal 8,
dibayarkan terhitung sejak tanggal 1 Januari 2006.
Pasal 10
(1)

Pajak Penghasilan Pimpinan dan Anggota DPRD dikenakan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.

(2) Penghasilan Pimpinan dan anggota DPRD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2, Pajak
Penghasilannya (PPh) dibebankan pada APBD dengan ketentuan peraturan perundangundangan yang berlaku.
(3)

Pajak Penghasilan (PPh 21) atas penerimaan sebagaimana dimaksud pada pasal 7 dan pasal 8
serta penerimaan lainnya, dibebankan kepada yang bersangkutan sesuai dengan ketentuan
Peraturan Perundang-undangan yang berlaku.
Bagian Kedua
Tunjangan Kesejahteraan
Pasal 11

Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

423

(1)

Pimpinan dan Anggota DPRD beserta keluarganya diberikan jaminan pemeliharaan


kesehatan dalam bentuk pembayaran premi asuransi kesehatan kepada Lembaga Asuransi
yang diberikan oleh Pemerintah Daerah.

(2)

Keluarga Pimpinan dan Anggota DPRD yang mendapat jaminan pemeliharaan kesehatan
yaitu suami atau istri dan 2 ( dua ) orang anak;

(3)

Besarnya premi asuransi sebagaimana dimaksud pada ayat ( 1 ) termasuk biaya general
chek-up 1 ( satu ) kali dalam setahun bagi Pimpinan dan anggota DPRD;

(4)

Pembayaran premi sebagaimana dimaksud pada ayat ( 1 ) dibebankan pada APBD.


Pasal 12

(1) Pimpinan DPRD disediakan masing-masing 1 (satu) rumah jabatan beserta perlenghkapannya
dan 1 (satu) unit kendaraan dinas jabatan, yang penyerahan pemakaiannya dituangkan dalam
ikatan antara Pemerintah Daerah dan Pimpinan DPRD.
(2) Penyediaan rumah jabatan, perlengkapan dan kendaraan dinas jabatan sebagomana dimaksud
dalam ayat (1) berpedoman pada standar yang ditetapkan dengan Peraturan Kepala Daerah,
dengan memperhatikan prinsip penghematan, kepatutan dan kewajaran.
(3) Belanja pemeliharaan rumah jabatan beserta perlengkapannya dan kendaraan dinas jabatan
dibebankan pada APBD.
(4) Dalam hal Pimpinan DPRD berhenti atau berakhir masa bhaktinya, wajib mengembalikan
rumah jabatan beserta perlengkapannya dan kendaraan dinas dalam keadaan baik kepada
Pemerintah Daerah paling lambat 1 (satu) bulan sejak tanggal pemberhentiannya.
Pasal 13
(1) Untuk Mendukung Kelancaran Tugas dan Fungsi anggota DPRD, Pemerintah Daerah dapat
menyediakan masing-masing 1( satu ) buah rumah Dinas.
(2) Penyediaan Rumah Dinas dimaksud pada ayat ( 1 ) berpedoman pada standar yang ditetapkan
dengan Peraturan Kepala Daerah dengan memperhatikan prinsip penghematan kepatutan dan
kewajaran.
(3) Belanja Pemeliharaan rumah Dinas dibebankan dalam APBD.
(4) Dalam hal Anggota DPRD diberhentikan atau berakhir masa bhaktinya, wajib mengembalikan
rumah dinas dalam keadaan baik kepada Pemerintah Daerah paling lambat 1(satu) bulan
sejak tanggal pemberhentiannya.
Pasal 14
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

424

Rumah Jabatan Pimpinan DPRD, Rumah Dinas Anggota beserta perlengkapannya dan kendaraan
dinas jabatan Pimpinan DPRD serta kendaraan dinas Anggota DPRD tidak dapat disewa belikan
atau diguna usahakan atau dipindah tangankan atau diubah struktur bangunan dan status
hukumnya.
Pasal 15
(1) Dalam hal Pemerintah Daerah belum dapat menyediakan rumah jabatan Pimpinan atau rumah
dinas anggota DPRD, kepada yang bersangkutan diberikan tunjangan perumahan.
(2) Tunjangan perumahan sebagimana disebut pada ayat (1) diberikan dalam bentuk aung dan
dibayarkan setiap bulan terhitung mulai tanggal pengucan pan sumpah/janji.
(3) Pemberian tunjangan perumahan sebagaimana dimaksud ayat ( 2 ) harus memperhatikan asas
kepatutan, kewajaran dan rasionalitas serta standar harga setempat yang berlaku.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai besarnya tunjangan perumahan sebagaimana dimaksud pada
ayat ( 2 ) ditetapkan dengan Peraturan Kepala Daerah.
Pasal 16
Pimpinan dan Anggota DPRD disediakan pakaian dinas beserta atributnya terdiri dari :
a. Pakaian Sipil Harian disediakan 2 (dua) pasang dalam 1 (satu) tahun.;
b. Pakaian Sipil Resmi disediakan 1 (satu) pasang dalam 1 (satu) tahun.;
c. Pakaian Sipil Lengkap disediakan 1 (satu) pasang dalam 5 (lima) tahun.;
d. Pakaian Dinas Harian Lengan Panjang disediakan 1 (satu) pasang dalam 1 (satu) tahun.;
(1) Untuk mendukung kelancaran tugas, fungsi dan wewenang DPRD, maka kepada Pimpinan
dan Anggota DPRD dapat diberikan pakaian lain diluar pakaian dinas sebagimana dimaksud
dalam ayat (1), yang ditetapkan dengan Peraturan Kepala Daerah.
(2) Standar satuan harga dan kualitas pakaian dinas sebagimana dimaksud dalam ayat (1) dan
ayat (2) ditetapkan dengan Peraturan Kepala Daerah dengan memperhatikan prinsip
penghematan, kepatutan dan kewajaran.
Pasal 17
Dalam hal Pimpinan atau Anggota DPRD meninggal dunia, kepada ahli waris diberikan :
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

425

a.

Uang duka wafat sebesar 2 (dua) kali uang Representase atau apabila meninggal dunia
dalam menjalankan tugas diberikan uang duka tewas sebesar 6 (enam) kali uang representasi.

b.

Bantuan biaya pengurusan jenazah sejak daru rumah duka atau tempat tugas sampai ke
tempat pemakaman.
Bagian Ketiga
Uang Jasa Pengabdian
Pasal 18

(1) Pimpinan dan Anggota DPRD yang meninggal dunia atau mengakhiri
diberikan uang jasa pengabdian.

masa bhaktinya

(2) Besarnya uang jasa pengabdian sebagimana dimaksud dalam ayat (1) disesuaikan dengan
masa bhakti Pimpinan dan anggota DPRD dengan ketentuan :
a

Masa bhakti kurang dari 1 (satu) tahun, dihitung 1(satu) tahun penuh dan diberikan uang
jasa pengabdian 1 (satu) bulan uang representasi;

Masa bhakti sampai dengan 1 (satu) tahun, diberikan uang jasa pengabdian 1 (satu)
bulan uang representasi;

c. Masa bhakti sampai dengan 2(dua) tahun, diberikan uang jasa pengabdian 2 (dua) bulan
uang representasi;
d. Masa bhakti sampai 3 (tiga) tahu, diberikan uang jasa pengabdian 3 (tiga) bulan uang
representasi.
e. Masa bahkti sampai 4 (empat) tahun diberikan uang jasa pengabdian 4 (empat) bulan
uang representasi.
f.

Masa bhakti sampai dengan 5 (lima) tahun, diberikan uang jasa pengabdian 6 enam)
bulan uang representasi;
BAB III
BELANJA PENUNJANG KEGIATAN
Pasal 19

(1) Belanja Penunjang Kegiatan disediakan untuk mendukung kelancaran tugas, fungsi dan
wewenang DPRD
(2) Belanja Penunjang Kegiatan sebagimana dimaksud dalam ayat (1) disusun berdasarkan
rencana kerja yang ditetapkan Pimpinan DPRD.
(3) Rencana kerja DPRD dapat berupa kegiatan :
a. rapat rapat;
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

426

b. kunjunagn kerja;
c. penyiapan rancangan peraturan daerah, pengkajian dan penelaahan peraturan daerah;
d. peningkatan sumber daya manuasia dan profesionalisme;
e. koordinasi dan konsultasi kegiatan pemerintahan dan kemasyarakatan.
Pasal 20
(1) Untuk meningkatkan kinerja DPRD dan membantu pelaksanaan tugas, fungsi dan wewenang
DPRD, Pimpinan DPRD dapat mengangkat Tenaga Ahli DPRD secara selektif sesuai dengan
kebutuhan Komisi-komisi dan Pimpinan DPRD.
(2) Tenaga Ahli sebagimana dimaksud dalam ayat (1) merupakan kelompok pakar di bawah
koordinasi Sekretaris DPRD.
(3) Kuantitas, kualitas, kualifikasi dan tugas pokok dan tunjangan Tenaga Ahli sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1) ditetapkan dengan Peraturan Kepala Daerah dengan memperhatikan
pertimbangan Pimpinan DPRD.
BAB IV
PENGELOLAAN KEUANGAN
Pasal 21
(1) Sekretaris DPRD menyusun belanja DPRD yang terdiri dari belanja penghasilan Pimpinan
dan Anggota DPRD, tunjangan kesejahteraan Pimpinan dan Anggota DPRD dan belanja
penunjang kegiatan DPRD yang diformulasikan ke dalam Rencana Kerja dan Anggaran
Satuan Kerja Perangkat Daerah Sekretariat DPRD.
(2) Belanja penghasilan Pimpinan dan Anggota DPRD sebagimana dimaksud dalam ayat ( 1 )
tersebut dalam ketentuan pasal 2, dianggarkan dan Pos DPRD.
(3) Tunjangan perumahan sebagaimana dimaksud pada ayat ( 2 ) pasal 13 dianggarkan dalam
Pos Sekretariat DPRD.
(4) Tunjangan kesejahteraan Pimpinan dan Anggota DPRD sebagimana dimaksud dalam Pasal 9,
Pasal 10, Pasal 11, PAsal 13, PAsal 14, Pasal 15 dan Pasal 16 serta Belanja Penunjang
Kegiatan DPRD sebagimana dimaksud dalam Pasal 16 dan Pasal 17 dianggarkan dalam Pos
Sekretariat DPRD yang diuraikan kedalam jenis belanja sebagi berikut :
a. Belanja Pegawai.
b. Belanja Barang dan Jasa.
c. Belanja Perjalanan Dinas.
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

427

d. Belanja Pemeliharaan.
e. Belanja Modal.
(1) Pengelolaan belanja DPRD dilaksanakan oleh Sekretaris DPRD dengan berpedoman pada
ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pasal 22
(1) Anggaran belanja DPRD merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari APBD.
(2) Penyusunan, pelaksanaan tata usaha dan pertanggungjawaban belanja DPRD sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1) disamakan dengan belanja satuan kerja perangkat daerah lanilla
BAB V
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 23
Apabila penetapan Kedudukan Keuangan Pimpinan dan Anggota DPRD belum termuat dalam
Peraturan Daerah ini, maka akan ditetapkan dalam Peraturan Kepala Daerah.
BAB VI
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 24
Peraturan Daerag ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan dengan penempatannya dalam
Lembaran Daerah Kabupaten Lamandau.
Ditetapkah di

: Nanga Bulik

Pada tanggal

: 21 Oktober 2006

WAKIL BUPATI LAMANDAU


ttd
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

428

Drs. HGM. AFHANI


Diundangkan di

: Nanga Bulik

Pada tanggal

: 21 Oktober 2006

SEKRETARIAT DAERAH KABUPATEN LAMANDAU


ttd
Ir. MARUKAN
Pembina Utama Muda
NIP. 131 480 087
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LAMANDAU
TAHUN 2006 NOMOR 17 SERI : E

PE N J E LASAN
ATAS
PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMANDAU
NOMOR 08 TAHUN 2006
TENTANG
KEDUDUKAN KEUANGAN PIMPINAN DAN ANGGOTA
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN LAMANDAU
I.

PENJELASAN UMUM.

Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

429

Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Lamandau sesuai sebagaimana yang


diatur dalam Undang undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, DPRD
merupakan Lembaga Perwakilan Rakyat Daerah dan berkedudukan sebagai unsur
penyelenggaraan pemerintahan daerah.
Dalam melaksanakan tugas dan kewajiban sebagai bagian dari unsur pemerintahan di
daerah DPRD mempunyai hak untuk mendapatkan pasilitas dan lainnya sebagai yang tertuang
dalam

Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2004 sebagaimana telah dirubah dengan

Peraturan Pemerintah Nomor 37 Tahun 2005 tentang Kedudukan Protokoler dan Keuangan
Pimpinan dan Anggota DPRD.
Untuk itu sebagai konsekwensi dari pelaksanaan peraturan Pemerintah tersebut.
Pemerintah Kabupaten Lamandau bersama-sama dengan DPRD Kabupaten Lamandau
membuat dan membentuk peraturan Daerah Nomor 08 Tahun 2006 tentang

Kedudukan

Keuangan Pimpinan dan Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Lamandau
yang tujuannya untuk memberikan kepastian hukum didaerah sebagai impelentasi dari
Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2004 sebagaimana telah diubah dengan Peraturan
Pemerintah Nomor 37 Tahun 2005.

II. PASAL DEMI PASAL


Pasal 1
Cukup Jelas

Pasal 2
Cukup Jelas
Pasal 3
Ayat (1)
Uang Representase adalah uang yang diberikan karena kedudukannya sebagai
unsur pimpinan dan anggota DPRD
Ayat (2)
Cukup Jelas
Ayat (3)
Cukup Jelas
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

430

Ayat (4)
Cukup Jelas
Ayat (5)
Cukup Jelas
Pasal 4
Ayat (1)
Cukup Jelas
Ayat (2)
Cukup Jelas
Pasal 5
Ayat (1)
Tunjangan Jabatan adalah uang yang diberikan karena jabatannya.
Ayat (2)
Cukup Jelas
Pasal 6
Ayat (1)
Panitia Musyawarah atau Panitia Anggaran atau Komisi atau Badan
Kehormatan atau kelengkapan lainnya merupakan alat kelengkapan DPRD
yang dibentuk sesuai dengan ketentuan yang berlaku dan membantu DPRD
dalam melaksanakan tugas dan fungsinya.
Ayat (2)
Cukup Jelas
Pasal 7
Ayat (1)
Cukup Jelas
Ayat (2)
Cukup Jelas
Ayat (3)
Cukup Jelas
Pasal 8
Ayat (1)
Sebagai pejabat Negara setiap anggota DPRD Kabupaten Lamandau berhak
untuk mendapatkan jaminan kesehatan dalam bentuk pembayaran premi
asuransi kesehatan kepada lembaga asuransi.
Ayat (2)
Cukup Jelas
Ayat (3)
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

431

Cukup Jelas
Ayat (4)
Cukup Jelas
Pasal 9
Ayat (1)
Cukup Jelas
Ayat (2)
Cukup Jelas
Ayat (3)
Cukup Jelas
Ayat (4)
Cukup Jelas
Pasal 10
Ayat (1)
Cukup Jelas
Ayat (2)
Cukup Jelas
Ayat (3)
Cukup Jelas
Ayat (4)
Cukup Jelas
Pasal 11
Cukup Jelas
Pasal 12
Ayat (1)
Cukup Jelas
Ayat (2)
Cukup Jelas
Ayat (3)
Cukup Jelas
Ayat (4)
Cukup Jelas
Pasal 13
Ayat (1)
Cukup Jelas
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

432

Ayat (2)
Cukup Jelas
Ayat (3)
Cukup Jelas
Pasal 14
Huruf a
Cukup Jelas
Huruf b
Cukup Jelas
Pasal 15
Ayat (1)
Cukup Jelas
Ayat (2)
Cukup Jelas
Pasal 16
Ayat (1)
Cukup Jelas
Ayat (2)
Cukup Jelas
Ayat (3)
Cukup Jelas
Pasal 17
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan tenaga ahli adalah orang yang diangkat dengan Surat
Keputusan Pimpinan DPRD untuk menunjang kegiatan DPRD terutama dalam
kegiatan yang bersifat tekhnis dan khusus.
Ayat (2)
Cukup Jelas
Ayat (3)
Cukup Jelas
Pasal 18
Ayat (1)
Cukup Jelas
Ayat (2)
Cukup Jelas
Ayat (3)
Cukup Jelas
Ayat (4)
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

433

Cukup Jelas
Pasal 19
Ayat (1)
Cukup Jelas
Ayat (2)
Cukup Jelas
Pasal 20
Cukup Jelas
Pasal 21
Cukup Jelas
TAMBAHAN LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LAMANDAU
TAHUN 2006 NOMOR 21 SERI : E

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMANDAU


NOMOR 09 TAHUN 2006
TENTANG
TATA CARA PENYUSUNAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH
DAN
PELAKSANAAN MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH
KABUPATEN LAMANDAU.
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
BUPATI LAMANDAU,
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

434

Manimbang

: a. bahwa supaya penyelenggaraan pembangunan daerah dapat dilaksanakan


dengan efektif, efisien, tepat sasaran dan berkelanjutan maka diperlukan
tata cara penyusunan perencanaan pembangunan daerah dan pelaksanaan
musyawarah perencanaan pembangunan daerah;
b. bahwa sebagai pelaksanaan ketentuan dalam pasal 27 ayat (2) Undangundang Nomor 25 Tahun 2004 tetang sistem perencanaan pembangunan
nasional, maka dalam rangka penyelenggaraan pembangunan daerah harus
disusun tata cara penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Panjang
Daerah, Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah, Rencana
Strategis Satuan Kerja Perangkat Daereah, Rencana Kerja Pemerintah
Daerah, Rencana Kerja Satuan Kerja Perangkat Daerah, dan pelaksanaan
Musyawarah Perencanaan Pembangunan Daerah yang diatur dengan
Peraturan Daerah;
c.

Mengingat

bahwa berdasarkan pertimbangan sebagai mana dimaksud pada huruf a


dan b perlu diatur dengan Peraturan Daerah Kabupaten Lamandau Tentang
Tata Cara Penyusunan Rencana Pembangunan Daerah dan Pelaksanaan
Musyawarah Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Lamandau;

: 1. Undang Undang Nomor 5 Tahun 2002 Tentang Pembentgukan Kabupaten


Katingan, Kabupaten Seruyan, Kabupaten Sukamara, Kabupaten
Lamandau, Kabupaten Gunung Mas, Kabupaten Pulang Pisau, Kabupaten
Murung Raya, Kabupaten Barito Timur di Propinsi Kalimantan Tengah;
2. Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran
Negara Tahun 2003 Nomor 47 Tambahan Lembaran Negara Nomor 4287);
3. Undang-undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara
(Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara
Nomor 4355);
4. Undang-undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan
Perundang-undangan (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 53);
5. Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 104,
Tabahan Lembaran Negara Nomor 4421);
6. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
(Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara
Nomor 4437);

Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

435

7. Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan


Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Tahun
2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4438);
8. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan
Pemerintah dan Kewenangan Kabupaten Sebagai Daerah Otonomi
(Lembaran Negara Tahun 2000 Nomor 54, Tambahan Lembaran Negara
Nomor 3952);
9. Peraturan Pemerintah Nomor 105 Tahun 2000 tentang Pengelolaan dan
Pertanggung Jawaban Keuangan Daerah (Lembaran Negara Tahun 2000
Nomor 202, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4022);
10. Peraturan Pemerintah Nomor 106 Tahun 2000 tentang Pengelolaan dan
Pertanggung Jawaban Keuangan Dalam Pelaksanaan Dekonsentrasi Dan
Tugas Pembantuan (Lembaran Negara Tahun 2000 Nomor 203, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 4023);
Dengan Persetujuan Bersama :
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH
KABUPATEN LAMANDAU.
dan
BUPATI LAMANDAU
MEMUTUSKAN :
Menetapkan

PERATURAN DAERAH TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN


RENCANA PEMBANGUNAN DAERAH DAN PELAKSANAAN
MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH
KABUPATEN LAMANDAU.
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1

Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan :


1.
Daerah adalah Daerah Kabupaten Lamandau;
2.
Kabupaten adalah Kabupaten Lamandau;
3.
Kepala Daerah adalah Bupati Lamandau;
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

436

4.

Pemerintah Daerah adalah Bupati Lamandau dan perangkat daerah sebagai unsur
penyelenggara pemerintahan daerah Kabupaten Lamandau;
5.
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah selanjutnya disebut DPRD adalah Lembaga Perwakilan
Rakyat Daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah Kabupaten Lamandau;
6.
Peraturan Daerah selanjutnya disebut Perda adalah Peraturan Daerah Kabupaten
Lamandau;
7.
Peraturan Kepala Daerah adalah Peraturan Bupati Lamandau;
8.
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah selanjutnya disebut BAPPEDA adalah Badan
Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Lamandau;
9.
Tata Cara adalah pedoman yang memuat proses, mekanisme dan prosedur dalam
perencanaan pembangunan daerah;
10.
Perencanaan adalah suatu proses untuk melakukan tindak masa depan yang tepat melalui
urutan pilihan, dengan memperhitungkan sumber daya yang tersedia, yang dilaksanakan oleh
semua komponen dalam rangka mencapai visi, misi dan tujuan yang meliputi rencana
Pembangunan Jangka Panjang Daerah, Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah,
Rencana Strategis Satuan Kerja Perangkat Daerah, Rencana Pemerintah Daerah, Rencana
Kerja Tahunan Satuan Kerja Perangkat Daerah;
11.
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah, yang selanjutnya disebut RPJP-D adalah
dokumen perencanaan untuk periode 20 (dua puluh) tahun ;
12.
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah, yang selanjutnya disebut RPJM-D,
adalah dokumen perencanaan untuk periode 5 (lima) tahun;
13.
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Satuan Kerja Perangkat Daerah, yang
selanjutnya disebut Rencana Strategis Satuan Kerja Perangkat Daerah (Renstra SKPD), adalah
dokumen perencanaan Satuan Kerja Perangkat Daerah untuk periode 5 (lima) tahun;
14.
Rencana Pembangun Tahunan Daerah, yang selanjutnya disebut Rencana Kerja Pemerintah
Daerah (RKP-D), adalah dokumen perencanaan untuk periode 1 (satu) tahun;
15.
Rencana Pembangun Tahunan Satuan Kerja Perangkat Daerah, yang selanjutnya disebut
Rencana Kerja Satuan Kerja Perangkat Daerah (Renja SKPD) adalah dokumen perencanaan
Satuan Kerja Perangkat Daerah untuk periode 1 (satu) tahun;
16.
Musyawarah Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten yang selanjutnya disingkat
Musrenbangkab adalah forum antar pelaku dan pemangku kepentingan pembangunan dalam
rangka menyusun rencana pembangunan ditingkat Kabupaten;
17.
Kecamatan adalah Kecamatan yang ada di Wilayah Kabupaten Lamandau;
18.
Program adalah instrumen kebijakan yang berisi satu atau lebih kegiatan yang
dilaksanakan oleh perangkat daerah untuk mencapai sasaran dan tujuan serta memperoleh
alokasi anggaran, atau kegiatan masyarakat yang dikoordinasikan oleh Perangkat Daerah;
19.

Satuan Kerja Perangkat Daerah yang selanjutnya disebut dengan SKPD adalah unsur
Penyelenggara Pemerintah Daerah atau instansi lain Pengguna Anggaran yang dibentuk untuk
melaksanakan tugas tertentu berdasarkan Peraturan Daerah tentang Struktur Organisasi dan
Tata Kerja Perangkat Daerah;
20.
Visi adalah rumusan umum mengenai keadaan yang diinginkan pada akhir periode
perencanaan;
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

437

21.

Misi adalah rumusan umum mengenai upayaupaya yang akan dilaksanakan untuk
mewujudkan Visi;
22.
Pemangku kepentingan adalah unsur eksekutif, legislatif dan Masyarakat yang di
representasikan oleh asosiasi profesi dan dunia usaha, perguruan tinggi dan Lembaga
Swadaya Masyarakat;
23.
Forum SKPD Kabupaten adalah wadah bersama antar pelaku pembangunan tingkat
Kabupaten untuk menentukan prioritas kegiatan pembangunan hasil Musrenbang Kecamatan
dengan SKPD Kabupaten atau Gabungan SKPD Kabupaten;
24.
Pelaku Pembangunan adalah pemerintah (Pusat, Propinsi dan Kabupaten/Kota), dunia
usaha dan masyarakat;
25.
Rencana Kerja dan Anggaran Satuan Kerja Perangkat Daerah adalah RKA-SKPD yang
diusulkan dibiayai dari dana APBD;
26.
Masyarakat terdiri dari asosiasi profesi, perguruan tinggi, lembaga swadaya masyarakat,
tokoh adat dan tokoh agama serta kalangan dunia usaha dan atau unsur masyarakat lainnya
yang mendaftar.
BAB II
ASAS DAN TUJUAN
Pasal 2
(1) Tata cara penyusunan perencanaan pembangunan daerah dan pelaksanaan Musrenbangkab
disusun berdasarkan atas kepastian hukum, tertib administrasi penyelenggaraan pemerintah
dan pembangunan.
(2) Tata cara penyusunan perencanaan pembangunan daerah bertujuan untuk :
a. Terciptanya sistem perencanaan pembangunan daerah;
b. Terciptanya konsistensi antar penyusunan perencanaan, pengangaran, pelaksanaan dan
pengawasan;
c. Terciptanya keterpaduan perencanaan pembangunan daerah;
(3) Tata cara pelaksanaan Musrenbangkab bertujuan untuk :
a. Terciptanya kordinasi antara pelaku pembangunan di daerah;
b. Terciptanya keterpaduan perencanaan pembangunan daerah;
c. Terciptanya rencana pembanguan daerah yang berdaya guna dan berhasil guna.
BAB III
RUANG LINGKUP
PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH
Pasal 3
(1) Perencanaan Pembangunan Daerah mencakup fungsi pemerintah daerah yang meliputi semua
bidang pembangunan diwilayah Kabupaten ;

Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

438

(2) Perencanaan Pembanguan Daerah terdiri atas perencanaan pembangunan yang disusun oleh
Satuan Kerja Perangkat Daerah Kabupaten dan berkoordinasi dengan Instansi vertikal yang
berada di daerah, dan berkoordinasi dengan Kecamatan sesuai dengan kewenangannya.
Pasal 4
Perencanaan Pembangunan Daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 Ayat 2 menghasilkan :
a.
RPJP-D;
b.
RPJM-D;
c.
Renstra SKPD;
d.
RKP-D; dan
e.
Renja SKPD.
BAB IV
TAHAP PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH
Pasal 5
Tahap Perencanaan Pembangunan Daerah Meliputi :
a.
Penyusunan rencana ;
b.
Penetapan rencana ;
c.
Pengendalian pelaksanaan rencana ; dan
d.
Evaluasi pelaksana rencana.
Pasal 6
(1)

Penyusunan RPJPD dilakukan melalui urutan kegiatan :


a. Penyiapan rancangan awal rencana pembangunan;
b. Musyawarah perencanaan pembangunan; dan
c. Penyusunan rancangan akhir rencana pembangunan.
(2)
Penyusunan RPJMD dilakukan melalui urutan kegiatan :
a. Penyiapan rancangan awal rencana pembangunan;
b. Penyiapan rancangan rencana pembangunan;
c. Pelaksanaan musyawarah perencanaan pembangunan; dan
d. Penyusunan rancangan akhir rencana pembangunan.
(3)
Penyusunan RKPD dilakukan melalui urutan kegiatan :
a. Penyusunan rencana awal RKPD;
b. Pelaksanaan Musrenbang Kecamatan;
c. Pelaksanaan forum SKPD dan atau forum gabungan SKPD;
d. Pelaksanaan Musrenbang Kabupaten; dan
e. Penyusunan rencana akhir RKPD.
BAB V
PENYUSUNAN DAN PENETAPAN RENCANA PEMBANGUNAN DERAH
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

439

Bagian Pertama
Tanggung Jawab Terhadap Tugas dan
Fungsi Perencanaan Pembangunan.
Pasal 7
Kepala Bappeda bertanggungjawab terhadap pelaksanaan tugas dan fungsi perencanaan
pembangunan di daerah.
Bagian Kedua
Tata Cara Penyusunan dan Penetapan RPJPD.
Pasal 8
(1) Kepala Bappeda menyiapkan rancangan RPJP-D dengan mengacu pada RPJP Nasional
dengan memperhatikan kondisi daerah.
(2) Rancangan RPJP-D sebagai mana dimaksud pada Ayat (1) menjadi bahan utama bagi
Musrenbang Jangka Panjang Daerah.
Pasal 9
(1) Kepala Bappeda menyelenggarakan Musrenbang Jangka Panjang Daerah.
(2) Musrenbang Jangka Panjang Daerah diikuti oleh unsur-unsur penyelengggara pemerintahan
dengan mengikut sertakan Masyarakat.
(3) Musrenbang Jangka Panjang Daerah diselenggarakan dalam rangka penyusunan RPJP-D.
(4) Musrenbang Jangka Panjang Daerah sebagai mana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan
paling lambat 1 (Satu) tahun sebelum berakhirnya periode RPJP-D yang sedang berjalan.
Pasal 10
Kepala Bappeda menyusun rancangan akhir RPJP-D Berdasarkan hasil Musrenbang Jangka
Panjang daerah sebagaimana dimaksud dalam pasal 9 Ayat (3).
Pasal 11
(1) RPJP-D ditetapkan dengan Perda.
(2) Bappeda melakukan evaluasi pelaksanaan RPJP-D Kabupaten setiap 5 (lima) tahun.
(3) Apabila berdasarkan hasil evaluasi, sebagai mana yang dimaksud pada ayat (2) diperlukan
perubahan atas RPJP-D, maka Kepala Daerah mengajukan usulan perubahan kepada DPRD
guna dilakukan pembahasan rancangan perubahan RPJP-D bersama DPRD sesuai ketentuan
yang berlaku.
Pasal 12
Penyusunan RPJP-D Kabupaten harus memperhatikan RPJP-D Propinsi.
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

440

Pasal 13
(1) Rancangan awal RPJP-D Kabupaten disusun oleh Bappeda paling lambat satu tahun berakhir
RPJP-D yang sedang berjalan.
(2) Rancangan awal RPJP-D Kabupaten dibahas dalam Musrenbang Jangka Panjang kabupaten.
(3) Hasil pembahasan rancangan awal RPJP-D Kabupaten sebagai mana dimaksud pada ayat (2)
disampaikan kepada Kepala Daerah melalui Bappeda Kabupaten guna dilakukan evaluasi.
(4) Bappeda Kabupaten mengevaluasi konsistensi materi rancangan awal RPJP-D Kabupaten
dengan RPJPD-D Propinsi.
(5) Hasil evaluasi sebagai mana dimaksud pada ayat (4) menjadi bahan penyempurnaan rancangan
RPJP-D Kabupaten.
(6) Rancangan akhir RPJP-D Kabupaten disusun oleh Bappeda Kabupaten berdasarkan hasil
evaluasi sebagai mana dimaksud pada ayat (5).
(7) Rancang akhir RPJP-D Kabupaten ditetapkan sebagai RPJP-D dengan Perda Kabupaten.
Bagian Ketiga
Tata Cara Penyusunan dan Penetapan RPJM-D dan Renstra SKPD.
Pasal 14
Kepala Bappeda menyiapkan rancangan awal RPJM-D sebagai penjabaran dari Visi, Misi dan
Program Kepala Daerah kedalam strategi pembangunan daerah, kebijakan umum, program
prioritas Kepala Daerah serta arah dan kebijakan keuangan daerah.
Pasal 15
(1) Kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah menyiapkan rancangan Renstra-SKPD sesuai dengan
tugas Pokok dan fungsinya dengan berpedoman pada rancangan awal RPJM-D sebagai mana
dimaksud pada pasal 14.
(2) Kepala Bappeda menyusun rancangan RPJM-D dengan menggunakan rancangan RenstraSKPD sebagai mana dimaksud pada ayat (1) dan berpedoman pada RPJP-D.
(3) Rancangan RPJM-D sebagaimana dimaksud pada ayat (2) menjadi bahan utama bagi
Musrenbang Jangka Menengah Daerah.
Pasal 16
(1) Kepala Bappeda menyelenggarakan Musrenbang Jangka Menengah Daerah.
(2) Musrenbang Jangka Menengah Daerah diikuti oleh unsur-unsur penyelenggara pemerintahan
dengan mengikutsertakan masyarakat .
(3) Musrenbang Jangka Menengah Daerah diselenggarakan dalam rangka menyusun RPJM-D.
(4) Musrenbang Jangka Menengah Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dilaksanakan
pada 2 (dua) bulan setelah Kepala Daerah dilantik.
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

441

Pasal 17
(1) Kepala Bappeda menyusun rancangan akhir RPJM-D berdasarkan hasilkan Musrenbang
Jangka Menengah Daerah sebagaimana dimaksud dalam pasal 15 Ayat (3).
(2) Pimpinan Satuan Kerja Perangkat Daerah menyusun rancangan akhir Renstra-SKPD setelah
disesuaikan dengan RPJM-D.
Pasal 18
(1) RPJM-D ditetapkan dengan Perda paling lambat 3 (tiga) bulan setelah Kepala Daerah dilantik.
(2) Renstra-SKPD disusun dengan mengacu pada RPJM-D sebagaimana dimaksud pada ayat (1).
(3) Renstra-SKPD ditetapkan dengan Peraturan Kepala daerah paling lambat 4 (empat) bulan
setelah Kepala Daerah dilantik.
(4) Renstra-SKPD sebelum ditetapkan dengan Peraturan Kepala Daerah terlebih dahulu dilakukan
evaluasi oleh Bappeda Kabupaten dalam rangka konsistensi materi Renstra-SKPD dengan
RPJM-D.
(5) Bappeda Kabupaten melakukan evaluasi pelaksanaan RPJM-D Kabupaten setiap paruh waktu
5 (lima) tahun.
(6) Apabila berdasarkan hasil evaluasi, sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diperlukan
perubahan atas RPJM-D, maka Bappeda Kabupaten mengusulkan perubahan sesuai peraturan
perundang-undangan.
Pasal 19
Kepala Daerah menugaskan Kepala Bappeda untuk :
a.
Memfasilitasi Desa dalam proses penyusunan RPJP-D, dan RPJM-D.
b.
Memfasilitasi pemerintah Desa dalam penyusunan perda Desa tentang RPJP-D, dan
RPJM-D.
Bagian Keempat
Tata Cara Penyusunan dan Penetapan RKPD dan Renja-SKPD
Pasal 20
Kepala Bappeda menyiapkan rancangan awal RKPD sebagai penjabaran dari RPJM-D
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14.
Pasal 21

Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

442

(1)

Kepala satuan Kerja Perangkat Daerah menyiapkan Renja-SKPD sesuai dengan tugas pokok
dan fungsinya dengan mengacu kepada rancangan awal RKPD sebagaimana dimaksud dalam
pasal 18 dan berpedoman pada Renstra-SKPD sebagaimana dimaksud dalam pasal 20.
(2) Kapala Bappeda mengkordinasikan penyusunan rencana SKPD dengan mengunakan RenjaSKPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
(3) Rancangan RKPD sebagai mana dimaksud pada ayat (2) Menjadi bahan utama bagi
Musrenbang Tahunan Daerah.
Pasal 22
(1)
(2)

Kepala Bappeda Menyelenggarakan Musrenbang Tahunan daerah.


Musrenbang Tahunan Daerah diikuti oleh unsur-unsur penyelenggara pemerintahan dengan
mengikutsertakan Masyarakat.
(3)
Musrenbang Tahunan Daerah diselenggarakan dalam rangka menyusun RKPD.
(4)
Musrenbang Tahunan Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (3), dilaksanakan paling
lambat bulan Maret tahun sebelumnya.
Pasal 23
(1)

Kepala Bappeda Menyusun Rancangan akhir RKPD berdasarkan hasil Musrenbang Tahunan
Daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 ayat (3)
(2) Pimpinan Satuan Kerja Perangkat Daerah menyusun rancangan akhir Renja-SKPD setelah
disesuaikan dengan RKPD.
Pasal 24
RKPD menjadi pedoman penyusunan RAPBD dan pedoman penyusunan Rencana Kerja dan
Anggaran-Kementerian/Lembaga Non Depertemen (RKA-K/L) SKPD dan instansi vertikal di
daerah.
Pasal 25
(1)
(2)

RKPD ditetapkan dengan Peraturan Kepala Daerah.


Renja-SKPD ditetapkan dengan peraturan Kepala SKPD.
BAB VI
PELAKSANAN MUSRENBANG
Bagian Pertama
Tanggung Jawab dan Tugas Pelaksanaan Musrenbang.
Pasal 26

Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

443

Kepala Bappeda bertanggung jawab dan bertugas menyelenggarakan Musrenbang Jangka Panjang
Daerah, Musrenbang Jangka Menengah Daerah dan Musrenbang Tahunan Daerah sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1), Pasal 16 ayat (1) dan Pasal 22 ayat (1) sebagai proses kordinasi
antar instansi pemerintah dan partisipasi seluruh pelaku pembangunan.
Bagian Kedua
Tata Cara Pelaksanaan Musrenbang Jangka Panjang Daerah,
Musrenbang Jangka Menengah Daerah dan Musrenbang Tahunan Daerah.
Pasal 27
(1) Tata Cara Pelaksanaan Musrenbang Jangka Panjang Daerah, Musrenbang Jangka Menengah
Daerah, dan Musrenbang Tahunan Daerah dilakukan melalui 2 ( dua ) tahap yaitu persiapan
dan pelaksanaan
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pelaksanaan Musrenbang Jangka Panjang Daerah,
Musrenbang Jangka Menengah Daerah dan Musrenbang Tahunan Daerah di atur dengan
Peraturan Kepala Daerah.
BAB VII
PENGENDALIAN DAN EVALUASI PELAKSANAAN RENCANA
PEMBANGUNAN.
Pasal 28
(1) Pengendalian pelaksanaan rencana pembangunan dilakukan oleh masing-masing Kepala
SKPD.
(2) Kepala Bappeda menghimpun dan menganalisis hasil pengendalian sebagaimana dimaksud
pada ayat (1).
(3) Untuk keperluan analisis sebagaimana dimaksud pada ayat (2), Kepala Bappeda Kabupaten
dapat melakukan verifikasi berupa pemantauan pelaksanaan rencana pembangunan.
Pasal 29
(1) Kepala SKPD melakukan evaluasi kinerja pelaksanaan rencana pembangunan SKPD periode
sebelumnya.
(2) Kepala Bappeda menyusun evaluasi tahunan dan 5 (lima) tahun rencana pembangunan
berdasarkan hasil evaluasi Kepala SKPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1).
(3) Hasil evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) menjadi bahan bagi penyusunan rencana
pembangunan daerah untuk periode berikutnya.
Pasal 30
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

444

Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pengendalian dan evaluasi pelaksanaan rencana
pembangunan diatur dengan Peraturan Kepala Daerah.

BAB VIII
DATA DAN INFORMASI
Pasal 31
(1) Perencanaan pembangunan didasarkan pada data dan informasi yang akurat dan dapat
dipertanggungjawabkan.
(2) Kepala Bappeda bertanggungjawab menyusun, mengorganisir data dan informasi kebutuhan
perencanaan pembangunan daerah.

BAB IX
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 32
Perda ini selanjutnya disebut Perda tentang Tata Cara Penyusunan Perencanaan Pembangunan
Daerah dan Pelaksanaan Musyawarah Perencanaan Pembanguan Daerah Kabupaten Lamandau.
Pasal 33
Hal-hal yang belum diatur dalam Perda ini sepanjang mengenai teknis pelaksanaannya diatur
dengan Peraturan Kepala Daerah.
Pasal 34
Perda ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan Pengundang Perda ini dengan penempatannya
dalam Lembaran Daerah.
Ditetapkan di : Nanga Bulik
Pada Tanggal : 21 Oktober 2006
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

445

WAKIL BUPATI LAMANDAU,


ttd
Drs. HGM. AFHANIE
Diundangkan di : Nanga Bulik
Pada tanggal
: 21 Oktober 2006
SEKRETARIS DAERAH KAB. LAMANDAU
ttd
Ir. MARUKAN
Pembina Utama Muda
NIP. 131 480 087
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LAMANDAU
TAHUN 2006 NOMOR 18 SERI : E

PENJELASAN
ATAS
PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMANDAU
NOMOR 09 TAHUN 2006
TENTANG
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

446

TATA CARA PENYUSUNAN PERENCANAN PEMBANGUNAN DAERAH


DAN
PELAKSANAAN MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH
KABUPATEN LAMANDAU
I. PENJELASAN UMUM
1. Dasar Pemikiran.
Perubahan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang
mengatur bahwa Presiden dipilih secara langsung oleh rakyat dan tidak adanya GBHN
sebagai pedoman Presiden untuk menyusun rencana pembangunan maka dibutuhkan
pengaturan lebih lanjut bagi proses perencanaan pembangunan baik di tingkat nasional
maupun daerah.
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 Pasal 13 ayat (2), Pasal 19 ayat
(3), Pasal 26 ayat (2), Pasal 27 ayat (2) dan pertimbangan diatas, perlu ditetapkan
Peraturan Daerah yang mengatur tentang Tata Cara Penyusunan Rencana Pembangunan
Jangka Panjang Daerah, Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah, Rencana
Strategis Satuan Kerja Perangkat Daerah, Rencana Kerja Pemerintah Daerah, Rencana
Kerja Satuan Kerja Perangkat Daerah dan Pelaksanaan Musyawarah Perencanaan
Pembangunan Kabupaten Lamandau.
2. Ruang Lingkup
Dalam Peraturan Daerah ini ditetapkan bahwa Tata Cara Penyusunan Perencanaan
Pembangunan Daerah Kabupaten Lamandau yang meliputi Tata Cara Penyusunan
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah, Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Daerah, Rencana Strategis Satuan Kerja
Perangkat Daerah, Rencana Kerja Pemerintah
Daerah, Rencana Kerja Satuan Kerja Perangkat Daerah dan Tata Cara Pelaksanaan
Musyawarah Perencanaan Pembangunan Kabupaten Lamandau.
3. Pendekatan Penyusunan Perencanaan Pembangunan Daerah
Pendekatan Penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah, Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Daerah, Rencana Strategis Satuan Kerja Perangkat
Daerah, Rencana Kerja Pemerintah Daerah, Rencana Kerja Satuan Kerja Perangkat Daerah
dan Pelaksanaan Musyawarah Perencanaan Pembangunan Kabupaten Lamandau ini
dilaksanakan melalui lima pendekatan dalam seluruh rangkaian perencanaan, yaitu :
( 1) politik;
(2) teknokratik;
(3) partisipatif;
(4) atas-bawah (top-down); dan
(5) bawah-atas (bottom-up).

Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

447

Pendekatan politik memandang bahwa pemilihan Kepala Daerah adalah proses


penyusunan rencana, karena rakyat pemilih menentukan pilihannya berdasarkan programprogram pembangunan yang ditawarkan Kepala Daerah. Oleh karena itu, penyusunan
rencana pembangunan daerah adalah penjabaran dari agenda-agenda pembangunan yang
ditawarkan Kepala Daerah pada saat proses pemilihan Kepala Daerah ke dalam rencana
pembangunan jangka menengah.
Perencanaan dengan pendekatan teknokratik dilaksanakan dengan menggunakan
metode dan kerangka berpikir ilmiah oleh lembaga atau satuan Kerja yang secara
fungsional bertugas untuk itu.
Perencanaan dengan pendekatan partisipatif dilaksanakan dengan melibatkan semua
pihak yang berkepentingan (stakeholders) terhadap pembangunan. Pelibatan mereka
adalah untuk mendapatkan aspirasi dan menciptakan rasa memiliki.
Sedangkan pendekatan atas-bawah dan bawah-atas dalam perencanaan dilaksanakan
menurut jenjang pemerintahan. Rencana hasil proses atas-bawah dan bawah-atas
diselaraskan melalui musyawarah yang dilaksanakan baik di tingkat Nasional, Propinsi,
Kabupaten, Kecamatan dan Desa.
4. Tahapan Penyusunan Perencanaan Pembangunan
Perencanaan pembangunan daerah terdiri dari 4 (empat) tahapan penyusunan, yakni :
(1) penyusunan rencana;
(2) penetapan rencana;
(3) pengendalian pelaksanaan rencana; dan
(4) evaluasi pelaksanaan rencana.
Keempat tahapan diselenggarakan secara berkelanjutan sehingga secara keseluruhan
membentuk satu siklus perencanaan yang utuh.
Tahap penyusunan rencana dilaksanakan untuk menghasilkan rancangan lengkap suatu
rencana yang siap untuk ditetapkan yang terdiri dari 4 (empat) langkah. Langkah pertama
adalah penyiapan rancangan rencana pembangunan yang bersifat teknokratik, menyeluruh
dan terukur. Langkah kedua, masing-masing instansi pemerintah menyiapkan rancangan
rencana kerja dengan berpedoman pada rancangan rencana pembangunan yang telah
disiapkan. Langkah berikutnya, adalah melibatkan masyarakat (stakeholders) dan
menyelaraskan rencana pembangunan yang dihasilkan masing-masing jenjang
pemerintahan melalui musyawarah perencanaan pembangunan. Sedangkan langkah
keempat adalah penyusunan rancangan akhir rencana pembangunan.
Tahap berikutnya adalah penetapan rencana menjadi produk hukum sehingga mengikat
semua pihak untuk melaksanakannya. Menurut Peraturan Daerah ini, rencana
pembangunan jangka panjang Daerah ditetapkan sebagai Peraturan Daerah, rencana
pembangunan jangka menengah Daerah ditetapkan sebagai Peraturan Daerah dan rencana
pembangunan tahunan Daerah ditetapkan sebagai Peraturan Kepala Daerah.
Pengendalian pelaksanaan rencana pembangunan dimaksud untuk menjamin tercapainya
tujuan dan sasaran pembangunan yang tertuang dalam rencana melalui kegiatan-kegiatan
koreksi dan penyesuaian selama pelaksanaan rencana tersebut oleh Kepala Satuan Kerja
Perangkat Daerah. Selanjutnya, Kepala Bappeda menghimpun dan menganalisis hasil
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

448

pemantauan pelaksanaan rencana pembangunan dari masing-masing pimpinan Satuan


Kerja Perangkat Daerah sesuai dengan tugas dan kewenangannya.
Evaluasi pelaksanaan rencana adalah bagian dari kegiatan perencanaan pembangunan yang
secara sistematis mengumpulkan dan menganalisis data dan informasi untuk menilai
pencapaian sasaran, tujuan dan kinerja pembangunan. Evaluasi ini dilaksanakan
berdasarkan indikator dan sasaran kinerja yang tercantum dalam dokumen rencana
pembangunan. Indikator dan sasaran kinerja mencakup masukan (input), keluaran (output),
hasil (result), manfaat (benefit) dan dampak (Impact). Dalam rangka perencanaan
pembangunan, setiap Satuan Kerja Perangkat Daerah, berkewajiban untuk
melaksanakan evaluasi kinerja pembangunan yang merupakan dan atau terkait dengan
fungsi dan tanggungjawabnya. Dalam melaksanakan evaluasi kinerja kegiatan
pembangunan, Satuan Kerja Perangkat Daerah mengikuti pedoman dan petunjuk
pelaksanaan evaluasi kinerja untuk menjamin keseragaman metode, materi dan ukuran
yang sesuai untuk masing-masing jangka waktu sebuah rencana.
5. Sistematika
Peraturan Daerah ini disusun dengan sistematika sebagai berikut:
(1) Ketentuan Umum,
(2) Asas dan Tujuan,
(3) Ruang Lingkup Perencanaan Pembangunan Daerah.
(4) Tahapan Perencanaan Pembangunan Daerah,
(5) Penyusunan dan Penetapan Rencana Pembangunan Daerah,
(6) Pelaksanaan Musrenbang,
(7) Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan,
(8) Data dan Informasi,
(9) Ketentuan Penutup

II. PENJELASAN PASAL DEMI PASAL


Pasal 1 dan 2 Cukup jelas
Pasal 3
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan fungsi pemerintahan pada ayat ini adalah fungsi pemerintah
dengan regulator, fasilitator dan pelayanan umum.
Ayat(2)
Sedangkan yang dimaksud dengan instansi vertikal pada ayat ini adalah perangkat
Departemen dan atau Lembaga Pemerintah Non Departemen yang mengurus urusan
pemerintahan yang tidak diserahkan kepada daerah dalam wilayah tertentu dalam
rangka dekonsentrasi.
Pasal 4 Cukup jelas
Pasal 5
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

449

Keempat tahapan perencanaan ini dilaksanakan secara berkelanjutan sehingga secara


keseluruhan membentuk suatu siklus yang utuh
Pasal 6 s.d. 12 Cukup jelas
Pasal 13
Ayat (1) s.d. (3) Cukup jelas
Ayat(4)
Yang dimaksud dengan mengevaluasi konsistensi materi pada ayat ini adalah
sinkronisasi antara Rancangan Awal RPJP-D Provinsi dengan RPJP-D yang disusun
oleh Kabupaten.
Ayat (5) s.d. (7) Cukup jelas
Pasal 14 s.d. 21 Cukup jelas
Pasal 22 Cukup jelas
Ayat (1) Cukup jelas
Ayat (2)
Penyelenggara Musrenbang dalam rangka penyusunan RKPD selain diikuti oleh
unsur-unsur pemerintahan juga mengikutsertakan dan atau menyerap aspirasi
masyarakat terkait, antara lain asosiasi profesi, perguruan tinggi, lembaga swadaya
masyarakat, pemuka adat dan pemuka agama, serta kalangan dunia usaha.
Ayat (3) dan (4) Cukup jelas
Pasal 23 s.d. 27 Cukup jelas
Pasal 28
Ayat (1) dan (2) Cukup Jelas
Ayat (3)
Yang dimaksud dengan verifikasi adalah upaya pencocokan data laporan pelaksanaan
rencana pekerjaan dengan kenyataan di lapangan.
Pasal 29
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan evaluasi kinerja pelaksanaan rencana pembangunan adalah
kegiatan penilaian kinerja yang terukur dengan efisiensi, efektifitas dan kemanfaatan
program serta keberlanjutan pembangunan. Evaluasi kinerja pelaksanaan rencana
pembangunan dilaksanakan terhadap keluaran kegiatan yang dapat berupa barang dan
jasa dan terhadap hasil (outcomes) program pembangunan yang berupa dampak dan
manfaat.
Ayat (2) dan (3) Cukup Jelas
Pasal 30 s.d. 34 Cukup jelas
TAMBAHAN LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LAMANDAU
TAHUN 2006 NOMOR 22 SERI : E

Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

450

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMANDAU


NOMOR 10 TAHUN 2006
TENTANG
PERUBAHAN PERTAMA ATAS PERATURAN DAERAH
KABUPATEN LAMANDAU NOMOR 07 TAHUN 2004 TENTANG
PAJAK PENGAMBILAN BAHAN GALIAN GOLONGAN C
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

451

BUPATI LAMANDAU,
Menimbang :

Mengingat

a.

bahwa Peraturan Daerah Kabupaten Lamandau Nomor 07 Tahun 2004


tentang Pajak dan Pengambilan Bahan Galian Golongan C dalam
pelaksanaannya dilapangan mengalami hambatan dalam hal tarif pajak
sehingga perlu diadakan perubahan;

b.

bahwa untuk perubahan sebagaimana maksud huruf a diatas, perlu


ditetapkan dengan Peraturan Daerah Kabupaten Lamandau.

1.

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum


Acara Pidana (Lembaran Negara RI Tahun 1981 Nomor 76, Tambahan
Lembaran Negara RI Nomor 3209);

2.

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 1987 tentang Badan


Penyelesaian Sengketa Pajak (Lembaran Negara RI Tahun 1987 Nomor 40,
Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 3684);

3.

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak


dan Retribusi Daerah (Lembaran Negara RI Tahun 1997 Nomor 41,
Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 3685), juncto Undang-undang
Nomor 34 Tahun 2000 tentang Perubahan Undang-undang Nomor 18
Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (Lembaran Negara
Tahun 2000 Nomor 246, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4048);

4.

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 1997 tentang


Penagihan Pajak dengan Surat Paksa (Lembaran Negara RI Tahun 1997
Nomor 42, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 3686);

5.

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 05 Tahun 2002 tentang


Pembentukan Kabupaten Katingan, Kabupaten Seruyan, Kabupaten
Sukamara, Kabupaten Lamandau, Kabupaten Gunung Mas, Kabupaten
Pulang Pisau, Kabupaten Murung Raya dan Kabupaten Barito Timur di
Propinsi Kalimantan Tengah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2002 Nomor 18, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4180);

6.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2004 tentang


Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara RI Tahun
2004 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 4389);

7.

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah

Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

452

(Lembaran Negara RI Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara


RI Nomor 4437);
8.

Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan


antara Pemerintah Pusat dan Daerah (Lembaran Negara RI Tahun 2004
Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 4438);

9.

Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan


Pemerintah dan Kewenangan Provinsi sebagai Daerah Otonom (Lembaran
Negara RI Tahun 2000 Nomor 54, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor
3952);

10. Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2001 tentang Pajak Daerah


(Lembaran Negara Tahun 2001 Nomor 118, Tambahan Lembaran Negara
Nomor 4238);
11. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 4 Tahun 1997 tentang Penyidik
Pegawai Negeri Sipil dilingkungan Pemerintah Daerah;
12. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 170 Tahun 1993 tentang Pedoman
Tata Cara Pemungutan Pajak Daerah;
13. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 173 Tahun 1997 tentang Tata Cara
Pemeriksaan dibidang Pajak Daerah;
14. Peraturan Daerah Kabupaten Lamandau Nomor 02 Tahun 2004 tentang
Rincian Kewenangan Pelaksanaan Otonomi Daerah di Kabupaten
Lamandau (Lembaran Daerah Tahun 2004 Nomor 01 Seri D);
15

Peraturan Daerah Kabupaten Lamandau Nomor 03 Tahun 2004 tentang


Kelembagaan, Struktur Organisasi, Tugas Pokok dan Tata Kerja Perangkat
Daerah Kabupaten Lamandau (Lembaran Daerah Tahun 2004 Nomor 02
Seri D) sebagaimana telah diubah Pertama kali dengan Peraturan Daerah
Kabupaten Lamandau Nomor 12 Tahun 2004 tentang Perubahan Pertama
atas Peraturan Daerah Kabupaten Lamandau Nomor 03 Tahun 2004 tentang
Kelembagaan Struktur Organisasi, Tugas Pokok dan Tata Kerja Perangkat
Daerah Kabupaten Lamandau (Lembaran Daerah Tahun 2004 Nomor 03
Seri D);

16. Peraturan Daerah Kabupaten Lamandau Nomor 07 Tahun 2004 tentang


Pajak Pengambilan Bahan Galian Golongan C (Lembaran Daerah Tahun
2004 Nomor 01 Seri B);
17. Keputusan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Lamandau Nomor
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

453

10 Tahun 2006 tentang Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten Lamandau


Nomor 07 Tahun 2004 tentang Pajak Pengambilan Bahan Galian Golongan
C menjadi Peraturan Daerah.
Dengan Persetujuan Bersama
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH
KABUPATEN LAMANDAU
dan
BUPATI LAMANDAU
MEMUTUSKAN :
Menetapkan

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMANDAU TENTANG


PERUBAHAN
PERTAMA
ATAS
PERATURAN
DAERAH
KABUPATEN LAMANDAU NOMOR 07 TAHUN 2004 TENTANG
PAJAK PENGAMBILAN BAHAN GALIAN GOLONGAN C.
Pasal I

Perubahan dalam pasal 5 Peraturan Daerah Kabupaten Lamandau Nomor 07 Tahun 2004 tentang
Pajak Galian C diubah sebagai berikut :
Pasal 5
(1) Besarnya tarif pajak ditetapkan sebesar 10 % (sepuluh persen) dari nilai jual.
(2) Besarnya tarif pajak sebagaimana dimaksud ayat (1) pasal ini diatur dan dievaluasi setiap
tahun dengan Peraturan Bupati Lamandau.
Pasal II
Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan
penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Lamandau.
Ditetapkan di
Pada Tanggal

: Nanga Bulik
: 21 Oktober 2006

Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

454

WAKIL BUPATI LAMANDAU,


ttd
Drs. HGM. AFHANIE

Diundangkan di : Nanga Bulik


Pada tanggal
: 21 Oktober 2006
SEKRETARIS DAERAH KAB. LAMANDAU
ttd
Ir. MARUKAN
Pembina Utama Muda
NIP. 131 480 087
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LAMANDAU TAHUN 2006
NOMOR 19 SERI : B

PE N J E LASAN
PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMANDAU
NOMOR 10 TAHUN 2006
TENTANG
PERUBAHAN PERTAMA ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMANDAU
NOMOR 07 TAHUN 2004 TENTANG PAJAK PENGAMBILAN
BAHAN GALIAN GOLONGAN C
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

455

I.

PENJELASAN UMUM
Sesuai dengan penjelasan umum Undang undang nomor 34 Tahun 2000 bahwa
pada prinsipnya pendapatan asli daerah antara lain berasal dari pajak daerah yang
diharapkan dapat menjadi salah satu sumber pembiayaan atas peneyelenggaraan
pemerintahan dan pembangunan dalam rangka

meningkatkan kesejahteraan rakyat,

sehingga dengan demikian daerah mampu melaksanakan otonomi daerah sesuai dengan
ketentuan yang ada dalam Undang undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah.
Sejalan dengan semakin pesatnya pembangunan di Kabupaten Lamandau maka
penggunaan bahan material semakin meningkat sehingga hal tersebut dapat memberikan
nilai tambah bagi pemasukan pendapatan asli daerah Kabupaten Lamandau.
Sebagaimana maksud penjelasan diatas

Pemerintah Daerah telah mengambil

kebijakan dengan membentuk peraturan daerah tentang Pajak Bahan Galian Golongan C
yaitu, Peraturan Daerah Kabupaten Lamandau Nomor 07 Tahun 2004, namun dalam
pelaksanaannya mengalami kendala mengingat terbentur masalah besarnya tarif pajak
yang dipungut yaitu sebesar 20 %.
Sebagai jalan keluar yang dianggap tepat Pemerintah Kabupaten Lamandau telah
membuat suatu kebijakan dengan melakukan perubahan terhadap Peraturan Daerah
Kabupaten Lamandau Nomor 07 Tahun 2004 tentang Pajak Pengambilan Bahan Galian
Golongan C terutama Bab III, Pasal 5 tentang besarnya tarif pajak hal ini dilakukan
dengan memperhitungkan dan mempertimbangkan keadaan daerah Kabupaten Lamandau
pada saat sekarang serta berdasarkan ketentuan yang berlaku.
Dengan diberlakukannya Peraturan Daerah Kabupaten Lamandau Nomor 10 Tahun
2006, maka tarif pajak berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 07 Tahun 2004 pasal 5
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

456

tentang besarnya tarif pajak sebesar 20 % dinyatakan tidak berlaku diganti dengan tarif
baru

sebesar 10 %.
Untuk ketentuan lain selain pasal 5, dalam Peraturan Daerah Kabupaten Lamandau

Nomor 07 Tahun 2004 tetap dinyatakan berlaku sepanjang tidak ada perubahan
selanjutnya.
II.

PENJELASAN PASAL DEMI PASAL


Pasal I
Pasal 5
Dalam pasal 5 Peraturan Daerah Kabupaten Lamandau Nomor 07 Tahun 2004
besarnya tarif

pajak 20 %, diganti menjadi 10 % sebagaimana maksud

Peraturan Daerah Kaupaten Lamandau Nomor 10 tahun 2006.


Ayat (1)
Cukup Jelas
Ayat (2)
Cukup Jelas
Pasal II
Cukup Jelas
TAMBAHAN LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LAMANDAU
TAHUN 2006 NOMOR 23 SERI : B
PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMANDAU
NOMOR 11 TAHUN 2006
TENTANG
PERUBAHAN PERTAMA ATAS PERATURAN DAERAH
KABUPATEN LAMANDAU NOMOR 08 TAHUN 2005 TENTANG
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

457

RETRIBUSI PELAYANAN KESEHATAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH


KABUPATEN LAMANDAU
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
BUPATI LAMANDAU,
Menimbang

Mengingat

a.

bahwa dalam Peraturan Daerah Kabupaten Lamandau Nomor 08 Tahun


2005 tentang Retribusi Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit Umum
Kabupaten Lamandau ruang lingkupnya hanya Rumah Sakit Umum Daerah
tidak mencakup pelayanan yang dilakukan di Puskesmas, Pustu dan
Polindes sehingga dalam pelaksanaan pelayanan mengalami hambatan
karena tidak adanya aturan yang mengatur Pelayanan Puskesmas, Pustu dan
Polindes;

b.

bahwa untuk menyeragamkan pelayanan khususnya Pemungutan Retribusi


Pelayanan Kesehatan sebagaimana maksud huruf a perlu diatur kembali
dalam Peraturan Daerah Kabupaten Lamandau.

1.

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 1963 tentang Tenaga


Kesehatan (Lembaran Negara RI Tahun 1963 Nomor 79, Tambahan
Lembaran Negara RI Nomor 2576);

2.

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1992 tentang


Kesehatan (Lembaran Negara RI Tahun 1992 Nomor 100, Tambahan
Lembaran Negara RI Nomor 3495);

3.

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak


dan Retribusi (Lembaran Negara RI Tahun 1997 Nomor 41, Tambahan
Lembaran Negara RI Nomor 3685), sebagaimana telah diubah dengan
Undang-undang Nomor 34 Tahun 2000
(Lembaran Negara Tahun
2000 Nomor 246, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4048);

4.

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 05 Tahun 2002 tentang


Pembentukan Kabupaten Katingan, Kabupaten Seruyan, Kabupaten
Sukamara, Kabupaten Lamandau, Kabupaten Gunung Mas, Kabupaten
Pulang Pisau, Kabupaten Murung Raya dan Kabupaten Barito Timur di
Propinsi Kalimantan Tengah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2002 Nomor 18, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4180);

5.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2004 tentang


Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara RI Tahun
2004 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 4389);

Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

458

6.

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah


(Lembaran Negara RI Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran
Negara RI Nomor 4437);

7.

Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan


antara Pemerintah Pusat dan Daerah (Lembaran Negara RI Tahun 2004
Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 4438);

8.

Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1987 tentang Penyerahan sebagian


urusan Pemerintahan dalam Bidang Kesehatan kepada Daerah (Lembaran
Negara RI Tahun 1987 Nomor 9, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor
3347);

9.

Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1991 tentang Pemeliharaan Pegawai


Negeri Sipil, Penerimaan Pensiunan, Veteran dan Perintis Kemerdekaan
beserta keluarganya;

10. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 1997 tentang Retribusi Daerah


(Lembaran Negara RI Tahun 1997 Nomor 55, Tambahan Lembaran Negara
RI Nomor 3692);
11. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan
Pemerintah dan Kewenangan Provinsi sebagai Daerah Otonom (Lembaran
Negara RI Tahun 2000 Nomor 54, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor
3952);
12. Peraturan Daerah Kabupaten Lamandau Nomor 03 Tahun 2004 tentang
Kelembagaan Struktur Organisasi Tugas Pokok dan Tata Kerja Perangkat
Daerah Kabupaten Lamandau (Lembaran Daerah Tahun 2004 Nomor 03
Seri D);
13. Peraturan Daerah Kabupaten Lamandau Nomor 08 Tahun 2005 tentang
Retribusi Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten
Lamandau (Lembaran Daerah Tahun 2005 Nomor 08 Seri C, Tambahan
Lembaran Daerah Nomor 08);
14. Keputusan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Lamandau Nomor
11 Tahun 2006 tentang Perubahan Pertama atas Peraturan Daerah
Kabupaten Lamandau Nomor 08 Tahun 2005 tentang Retribusi Pelayanan
Kesehatan Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Lamandau
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

459

Dengan Persetujuan Bersama


DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN LAMANDAU
dan
BUPATI LAMANDAU
MEMUTUSKAN :
Menetapkan

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMANDAU TENTANG


PERUBAHAN
PERTAMA
ATAS
PERATURAN
DAERAH
KABUPATEN LAMANDAU NOMOR 08 TAHUN 2005 TENTANG
RETRIBUSI PELAYANAN KESEHATAN RUMAH SAKIT UMUM
DAERAH KABUPATEN LAMANDAU
Pasal I

Beberapa ketentuan dalam Peraturan Daerah Kabupaten Lamandau Nomor 08 Tahun 2005 tentang
Retribusi Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Lamandau (Lembaran
Daerah Tahun 2005 Nomor 08 seri C, Tambahan Lembaran Daerah Nomor 08) diubah dan
penambahan pasal sebagai berikut :
1. Peraturan Daerah tentang Retribusi Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit Umum Daerah
Kabupaten Lamandau diubah dan dibaca Retribusi Pelayanan Kesehatan RSUD, Puskesmas,
Pustu, Polindes Kabupaten Lamandau.
2. Dalam huruf F pasal 1 Rumah Sakit Umum Daerah adalah Rumah Sakit Umum Daerah
Kabupaten Lamandau diubah dan dibaca RSUD, Puskesmas, Pustu, Polindes adalah Unit
Pelayanan Kesehatan yang langsung kepada masyarakat yang ada di Kabupaten Lamandau.
3. Pasal 3 dengan nama Retribusi Pelayanan Kesehatan RSUD dipungut retribusi sebagai
pembayaran atas pelayanan kesehatan di RSUD Kabupaten Lamandau kalimat dibelakang
RSUD ditambah dengan kata Puskesmas, Pustu, Polindes sehingga dibaca dengan nama
Retribusi Pelayanan Kesehatan RSUD, Puskesmas, Pustu, Polindes dipungut Retribusi sebagai
pembayaran atas Pelayanan Kesehatan di RSUD, Puskesmas, Pustu, Polindes Kabupaten
Lamandau.

4. Pasal 4 objek retribusi adalah pelayanan kesehatan di RSUD Kabupaten Lamandau,


dibelakang kalimat RSUD ditambah Puskesmas, Pustu, Polindes sehingga dibaca objek
Retribusi adalah Pelayanan Kesehatan di RSUD, Puskesmas, Pustu, Polindes Kabupaten
Lamandau.
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

460

5. Pasal 5 Subjek Retribusi adalah orang pribadi atau badan yang mendapat Pelayanan
Kesehatan dari RSUD Kabupaten Lamandau dibelakang kalimat RSUD ditambah kalimat
Puskesmas, Pustu, Polindessehingga dibaca subjek Retribusi adalah orang pribadi atau
badan yang mendapat Pelayanan Kesehatan dari RSUD, Puskesmas, Pustu, Polindes
Kabupaten Lamandau.
6. Pasal 6 pada kalimat RSUD ditambah kalimat Puskesmas, Pustu, Polindes sehingga dibaca
retribusi Pelayanan Kesehatan RSUD, Puskesmas, Pustu, Polindes Kabupaten Lamandau
termasuk golongan retribusi jasa umum.
7. Pasal 10 ayat (3) huruf a setelah kalimat RSUD ditambah Puskesmas, Pustu, Polindes
sehingga dibaca pelayanan rawat inap dan pelayanan pasien berobat jalan RSUD, Puskesmas,
Pustu, Polindes adalah untuk membiayai sebagian biaya penyelenggaraan pelayanan sesuai
dengan kemampuan masyarakat.
Pasal 10 ayat (3) huruf b, pada baris pertama setelah kalimat RSUD ditambah kalimat
Puskesmas, Pustu, Polindes sehingga dibaca Bagi RSUD, Puskesmas, Pustu, Polindes yang
memungkinkan ruang rawat inap (RRI) kelas perawatan diperhitungkan atas dasar Visite
pasien perhari, pemeriksaan dan konsultasi medik, administrasi catatan medik sebagaimana
maksud pasal 10 ayat (3) huruf b, angka 1, 2 dan 3 Peraturan Daerah Kabupaten Lamandau
Nomor 08 Tahun 2005 tentang Retribusi Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit Umum Daerah
Kabupaten Lamandau.
Pasal 10 ayat (3) huruf c, pada baris pertama setelah kalimat RSUD ditambah kalimat
Puskesmas, Pustu, Polindes sehingga dibaca Bagi RSUD, Puskesmas, Pustu, Polindes yang
memungkinkan untuk meningkatkan kelas perawatan dikenakan tarif yang diatur lebih lanjut
dengan Peraturan Bupati.
8. Pasal 11 ayat (2) baris pertama setelah kalimat RSUD ditambah kalimat Puskesmas, Pustu,
Polindes sehingga dibaca menjadi Struktur dan besarnya tarif retribusi pelayanan kesehatan
di RSUD, Puskesmas, Pustu, Polindes Kabupaten Lamandau ditetapkan adalah sebagai
berikut.
Pasal 11 ayat (2) angka 1 pada tabel pelayanan rawat jalan huruf c Kir kesehatan 1 kali garis
mendatar satu Pelajar Rp. 5.000,- diubah menjadi gratis
Pasal 11 ayat (2) angka 8 setelah huruf g ditambah kalimat huruf h Pemeriksaan Test
Narkoba dengan tarif pelayanan Puskesmas, Pustu, Polindes sebesar Rp. 5.000,- tarif
RSUD sebesar Rp.10.000,-
Pasal 11 ayat (2) angka 8 setelah angka 10 ditambah angka 11 dengan kalimat Penggunaan
obat-obatan huruf a obat antibiotik dengan tarif Rp. 5.000,- huruf b obat injeksi dengan
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

461

tarif Rp. 5.000,- huruf c syrup/salf dengan tarif Rp. 5.000,- huruf d obat-obatan umum
dengan tarif Rp. 2.500,- huruf e infus dengan tarif Rp. 7.500,-
BAB VII struktur besarnya tarif pada pasal 11 ditambah pasal 11a dan 11b dengan kalimat
pasal 11a
Penggunaan obat-obatan sebagaimana dimaksud pasal 11 ayat (2) angka 11 khusus tarif
RSUD disesuaikan dengan harga yang berlaku.
Pasal 11b
Harga obat yang berlaku sebagaimana maksud pasal 11a dapat dinaikan maxsimum
20 %
yang peruntukannya untuk biaya operasional instalasi formasi 10 % dan untuk subsidi pasien
tidak mampu 10 %

N
o.
1.

2.

4.

Jenis Pelayanan
PELAYANAN RAWAT JALAN
a. Kartu rawat jalan
b. Pasien berobat jalan
c. Kir Kesehatan untuk 1 kali
- Pelajar
- Umum/PNS
KESEHATAN IBU DAN ANAK
a. Pemeriksaan ibu
b. Pemeriksaan anak
c. Pemeriksaan bayi
POLIKLINIK GIGI
a. Pemeriksaan dan pengobatan gigi
1 kali
b. Perawatan karang gigi 1 kali
c. Pencabutan gigi 1 kali kunjungan
- Anak
- Dewasa
d. Penambalan gigi 1 kali
e. Penambahan gigi lebih dari 1 kali
pemeriksaan
f. Instansi Abses gigi
PELAYANAN RAWAT INAP
a. Perawatan pasien perharian
- VIP
- Zaal
b. Pemeriksaan dan konsultasi
- VIP

Tarif pel. Puskesmas,


Pustu, Polindes
(Rp)
1.000
2.500
Gratis
5.000

1.000
5.000
Gratis
5.000

2.500
2.500
2.500

5.000
5.000
5.000

2.500

5.000

2.500

5.000

2.500
5.000
500
5.000

5.000
7.500
5.000
10.000

5.000

10.000

10.000
5.000

5.000

Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

462

Tarif RSUD
(Rp)

- Zaal

c. Administrasi catatan medik


d. Pemakaian Oxygen perliter
5.

6.

7.

8.

PERTOLONGAN PERTAMA PADA


KECELAKAAN
a. Debridement
b. Minor pembidaian
c. Spalk/pembidaian /pemasangan
- Gips slab/back slab
- Gips perlengan bawah
- Gips perlengan atas
- Gips pada tungkai bawah
- Gips pada tungkai atas
- Ransel Verband
TINDAKAN MEDIK RINGAN /
OPERASI KECIL
a. Pengobatan dan perawatan luka
b. Insisi abses
c. Sirkunsisi /khitan
d. Tindik daun telinga
e. Pemasangan dan pencabutan IUD
(spiral KB)
f. Pemasangan
dan
pencabutan
implant (KB susuk)
g. Ekstraksi kuku
h. Pengangkatan benda asing
- Besar
- Kecil
PERTOLONGAN PERSALINAN
a. Pertolongan persalinan oleh dokter
b. Pertolongan persalinan oleh bidan
c. Perawatan ibu bersalin oleh bidan
d. Perawatan bayi perhari
PEMERIKSAAN
LABORATORIUM
a. Pemeriksaan darah
- Haemoglobin
- Leukosit
- Eritrosit

2.500

2.500
10

5.000
15.000
5.000
15.000

10.000
25.000
10.000
30.000
30.000
30.000
40.000
40.000
30.000

5.000
5.000
25.000
5.000

10.000
10.000
50.000
10.000

15.000

25.000

25.000
5.000

50.000
15.000

5.000
5.000

10.000
5.000

50.000
25.000
5.000
5.000

75.000
50.000
10.000
10.000

2.500
2.500
2.500

5.000
5.000
5.000

Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

463

Rhrombosit
Golongan darah
Laju Endap darah
Daerah malaria

b. Pemeriksaan Urine
- Albumin
- Reduksi
- Urubilin
- Bilirubin
- Sedimen
c. Pemeriksaan sputum BTA
d. Pemeriksaan tinja lengkap
e. Pemeriksaan darah lengkap
f. Pemeriksaan urine lengkap
g. Pemeriksaan urin rutin
h. Pemeriksaan Tes Narkoba
9. VISUM ET REPERETUM
a. Visum Luar
- Visum luka
- Visum mayat
b. Visum dalam
10 PEMERIKSAAN
PENUNJANG
. DIAGNOSTIK
a. Foto Rontgent
b. EKG
c. USG
11 PENGGUNAAN OBAT-OBATAN
. a. Obat antibiotik
b. Obat Injeksi
c. Syrup/salf
d. Obat-obatan umum
e. Infus

2.500
2.500
2.500
2.500

5.000
5.000
5.000
5.000

2.500
2.500
2.500
2.500
2.500
2.500
2.500
10.000
5.000
5.000
5.000

5.000
5.000
5.000
5.000
5.000
5.000
5.000
20.000
10.000
10.000
10.000

5.000
15.000
25.000

10.000
25.000
50.000

25.000
25.000
25.000

5.000
5.000
5.000
2.500
7.500

Sesuai dengan harga


obat yang
berlaku
(dapat dinaikan max 20
%) dimana :
- 10
%
untuk
operasional instalasi
farmasi
- 10 % untuk subsidi
pasien tidak mampu

9. Pasal 13 ayat (1) baris kedua dibelakang kalimat RSUD ditambah kalimat Puskesmas,
Pustu, Polindes sehinga dibaca pasien umum yang membutuhkan pertolongan baik rawat
jalan, rawat inap maupun memakai fasilitas RSUD, Puskesmas, Pustu, Polindes sebagaimana
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

464

dimaksud dalam Peraturan Daerah ini, wajib membayar retribusi dan sebagai bukti
pembayaran diberikan karcis retribusi.
Pasal II
Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan
penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Lamandau.
Ditetapkan di
Pada Tanggal

: Nanga Bulik
: 21 Oktober 2006

WAKIL BUPATI LAMANDAU


ttd
Drs. HGM. AFHANIE

Diundangkan di
Pada tanggal

: Nanga Bulik
: 21 Oktober 2006

SEKRETARIS DAERAH KAB. LAMANDAU


ttd
Ir. MARUKAN
Pembina Utama Muda
NIP. 131 480 087
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LAMANDAU TAHUN 2006
NOMOR 20 SERI : C

PENJELASAN
ATAS
PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMANDAU
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

465

NOMOR 11 TAHUN 2006


TENTANG
PERUBAHAN PERTAMA ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMANDAU
NOMOR 08 TAHUN 2005 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN KESEHATAN RUMAH
SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN LAMANDAU
I.

PENJELASAN UMUM.
Kabupaten Lamandau merupakan salah satu dari 8 (delapa Kabupaten pemekaran di
Provinsi Kalimantan Tengah berdasarkan Undang undang Nomor 5 Tahun 2002, tentunya
akan memberikan peluang sebesar-besarnya bagi tiap Kabupaten/ Kota khususnya Kabupaten
Lamandau untuk melaksanakan otonomi seluas-luasnya khususnya meningkatkan hajat hidup
orang banyak melalui berbagai program yang mana program tersebut salah satunya melalui
pelayanan kesehatan di RSUD, Puskesmas dan Pustu, maupun Polindes di seluruh Kabupaten
Lamandau.
Sebagai hal tersebut diatas Pemerintah Daerah telah menetapkan kebijakan dengan
diberlakukannya Peraturan Daerah Kabupaten Lamandau Nomor 08 Tahun 2005 tentang
Retribusi Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Lamandau. Namun
dalam pelaksanaannya mengalami hambatan yang mana dalam Peraturan Daerah tersebut
belum seluruhnya dapat dilaksanakan dengan baik karena tarif dan pengaturan hanya dalam
lingkup RSUD tidak mencakup pelayanan yang dilakukan di Puskesmas, Pustu dan Polindes
yang tersebar di seluruh daerah Kabupaten Lamandau. Maka untuk memberikan kepastian
hukum
yang lebih baik Pemerintah Daerah mengusulkan Perubahan atas Peraturan Daerah Kabupaten
Lamandau Nomor 08 Tahun 2005 dengan Peraturan Daerah Kabupaten Lamandau Nomor 11
Tahun 2006 yang isinya mengatur tarif Puskesmas, Pustu dan Polindes serta RSUD.

II. PASAL DEMI PASAL


Pasal 1
Angka 1
Cukup Jelas
Angka 2
Cukup Jelas
Angka 3
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

466

Cukup Jelas
Angka 4
Cukup Jelas
Angka 5
Cukup Jelas
Angka 6
Cukup Jelas
Angka 7
Yang dimaksud dengan sesuai kemampuan masyarakat adalah keadaan orang
dan atau individu yang dianggap mampu atau tidak mampu berdasarkan
keterangan dan bukti bukti pendukung dari Perangkat Pemerintahan dimana
orang dan atau individu tersebut berdomisili.
Angka 8
Cukup Jelas
Angka 9
Cukup Jelas
Pasal II
Cukup Jelas
TAMBAHAN LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LAMANDAU
TAHUN 2006 NOMOR 24 SERI : C

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMANDAU


NOMOR 12 TAHUN 2006
TENTANG
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

467

PENERANGAN JALAN UMUM DAN PAJAK


PENGGUNAAN TENAGA LISTRIK
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
BUPATI LAMANDAU,
Menimbang

Mengingat

a.

bahwa dengan perlunya untuk membiayai


penerangan jalan umum secara swadaya;

b.

bahwa perlu adanya penertiban dan penetapan penerangan jalan


umum disesuaikan kebutuhan dan kondisi setempat sehingga
keindahan kota dapat terjaga;

c.

bahwa dengan ditetapkannya Undang-undang Nomor 18 Tahun


1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (Lembaran Negara
RI Nomor 1997 Nomor 41, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor
3685); sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 34
Tahun 2000 (Lembaran Negara RI Nomor 4048); yang memberi
peluang untuk penyelenggaraan Penerangan Jalan Umum dan Pajak
Pengguna Tenaga Listrik;

d.

bahwa sehubungan dengan huruf a, b dan c diatas, perlu ditetapkan


Peraturan Daerah Kabupaten Lamandau tentang Penerangan Jalan
Umum dan Pajak Penggunaan Tenaga Listrik untuk membiayai
pembangunan penerangan jalan umum secara swadaya sehingga
terciptanya keindahan kota yang nyaman.

1.

Undang-undang Nomor 17 Tahun 1997 tentang Badan Penyelesaian


Sengketa Pajak (Lembaran Negara RI Tahun 1997 Nomor 3684);

2.

Undang-undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan


Retribusi Daerah (Lembaran Negara RI Tahun 1997 Nomor 41,
Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 3685); sebagaimana telah
diubah dengan Undang-undang Nomor 34 Tahun 2000 (Lembaran
Negara RI Tahun 2000 Nomor 246, Tambahan Lembaran Negara RI
Nomor 4048);

3.

Undang-undang Nomor 19 Tahun 1997 tentang Penagihan Pajak


dengan Surat Paksa (Lembaran Negara RI Tahun 1997 Nomor 42,
Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 3686);

Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

468

pembangunan

4.

Undang-undang Nomor 05 Tahun 2002 tentang Pembentukan


Kabupaten Katingan, Kabupaten Seruyan, Kabupaten Sukamara,
Kabupaten Lamandau, Kabupaten Gunung Mas, Kabupaten Pulang
Pisau, Kabupaten Murung Raya dan Kabupaten Barito Timur di
Propinsi Kalimantan Tengah (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2002 Nomor 18, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4180);

5.

Undang-undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan


Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara RI Tahun 2004
Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 4389);

6.

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan


Daerah (Lembaran Negara RI Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan
Lembaran Negara RI Nomor 4437);

7.

Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan


Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah (Lembaran Negara
RI Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor
4438);

8.

Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2000 tentang Kewenangan


Pemerintah dan Propinsi sebagai Daerah Otonom (Lembaran
Negara RI Tahun 2000 Nomor 54, Tambahan Lembaran Negara RI
Nomor 3952);

9.

Peraturan Pemerintah Nomor 105 Tahun 2000 tentang Pengelolaan


dan Pertanggung Jawaban Keuangan Daerah (Lembaran Negara RI
Tahun 2000 Nomor 202);

10. Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2001 tentang Pajak Daerah


(Lembaran Negara RI Tahun 2001 Nomor 118, Tambahan
Lembaran Negara RI Nomor 4138);
11. Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2001 tentang Retribusi
Daerah (Lembaran Negara RI Tahun 2001 Nomor 119, Tambahan
Lembaran Negara RI Nomor 4139);
12. Peraturan Daerah Kabupaten Lamandau Nomor 03 Tahun 2004
tentang Kelembagaan Struktur Organisasi, Tugas Pokok dan Tata
Kerja Perangkat Daerah Kabupaten Lamandau (Lembaran Daerah
Kabupaten Lamandau Tahun 2004 Nomor 02 Seri D) sebagaimana
telah diubah pertama kali dengan Peraturan Daerah Kabupaten
Lamandau Nomor 12 Tahun 2004 (Lembaran Daerah Kabupaten
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

469

Lamandau Tahun 2004 Nomor 4 Seri C).


Dengan Persetujuan Bersama
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN LAMANDAU
dan
BUPATI LAMANDAU
MEMUTUSKAN :
Menetapkan

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMANDAU TENTANG


PENERANGAN JALAN UMUM DAN PAJAK PENGGUNAAN
TENAGA LISTRIK.
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1

Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan :


1. Bupati adalah Bupati Lamandau;
2. Pemerintah Daerah adalah Bupati dan Perangkat Daerah sebagai unsur penyelenggaraan
Pemerintah Daerah Kabupaten Lamandau;
3. Daerah adalah Kabupaten Lamandau;
4. Pemerintah Daerah adalah Penyelenggaraan Unsur Pemerintahan oleh Pemerintah Daerah dan
DPRD, menurut azas otonomi dan tugas pembentukan dengan prinsif otonomi seluas-luasnya
dalam sistem dan prinsif Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam
Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945);
5. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya disebut DPRD adalah Lembaga
Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Lamandau sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan
Daerah;
6. Peraturan Bupati adalah Peraturan Bupati Lamandau;
7. Pejabat adalah pegawai yang diberi tugas tertentu dibidang Perpajakan Daerah dan/atau
Retribusi sesuai dengan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku;
8. Dinas Pendapatan adalah Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Lamandau;
9. Perusahaan Listrik Negara (PLN) adalah PT. PLN (Persero) Unit Bisnis Ranting Nanga Bulik;
10. Penerangan Jalan Umum selanjutnya disingkat PJU adalah Penerangan Jalan Umum yang
energi listriknya bersumber dari PLN, yang terdiri dari Penerangan Jalan Umum Resmi dan
Penerangan Jalan Umum Swadaya Masyarakat;
11. Penerangan Jalan Umum Resmi selanjutnya disingkat PJU-Resmi adalah Penerangan Jalan
Umum yang pemasangan dan pengaliran energi listriknya dilakukan atas persetujuan antara
PLN dan Pemerintah Daerah;
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

470

12. Penerangan Jalan Umum Swadaya Masyarakat selanjutnya disingkat PJU-Swadaya adalah
Penerangan Jalan Umum yang pemasangan dan pengaliran listriknya dilakukan secara
swadaya oleh masyarakat;
13. Pajak Penggunaan Tenaga Listrik selanjutnya disingkat PPTL adalah Pajak yang dikenakan
oleh Pemerintah Daerah terhadap semua penggunaan Tenaga Listrik;
14. Pelanggan PLN adalah Pelanggan PLN diwilayah Kota Nanga Bulik Kabupaten Lamandau;
15. Bukan pelanggan PLN adalah semua pengguna Tenaga Listrik diwilayah Kota Nanga Bulik
yang tidak bersumber dari PLN;
16. Rekening Listrik Pemerintah Daerah adalah tagihan listrik PLN kepada Pemerintah Daerah
yang harus dilunasi oleh Pemerintah Daerah kepada PLN;
17. Rekapitulasi Rekening Listrik adalah rekapitulasi rekening listrik yang dicetak, rekapitulasi
rekening listrik yang lunas dan rekapitulasi rekening listrik yang belum lunas;
18. Instalasi PJU adalah Instalasi listrik khusus dipergunakan untuk PJU;
19. Surat Pemberitahuan Pajak Daerah yang selanjutnya disingkat SPPD adalah surat yang
dipergunakan oleh wajib pajak untuk melaporkan perhitungan dan pembayaran pajak yang
tertuang menurut Peraturan Perundang-undangan Perpajakan Daerah;
20. Pemungutan Pajak Penggunaan Tenaga Listrik yang dilaksanakan oleh PLN adalah dalam
bentuk Pajak Penerangan Jalan (PPJ);
21. Surat Setoran Pajak Daerah, yang selanjutnya disingkat SSPD, adalah surat yang digunakan
oleh Wajib Pajak untuk melakukan pembayaran atau penyetoran pajak yang terutang ke Kas
Daerah atau ketempat lain yang ditetapkan oleh Bupati;
22. Surat Ketetapan Pajak Daerah, yang selanjutnya disingkat dengan SKPD adalah Surat
Keputusan yang menentukan besarnya jumlah pajak yang terutang;
23. Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar, yang selanjutnya disingkat SKPDKB adalah
Surat Keputusan yang menentukan besarnya jumlah pajak yang terutang, jumlah kredit pajak,
jumlah kekurangan pembayaran pokok pajak, besarnya sanksi administrasi, dan jumlah yang
masih harus dibayar;
24. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan, yang selanjutnya disingkat SKPKBT, adalah
Surat Keputusan yang menentukan Tambahan atas jumlah Pajak yang akan ditetapkan;
25. Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar, yang selanjutnya disingkat dengan SKPLB, adalah Surat
Keputusan yang menunjukan jumlah kelebihan pembayaran pajak karena jumlah kredit pajak
lebih besar dari pajak yang terutang atau tidak seharusnya terutang;
26. Surat Ketetapan Pajak Daerah Nihil, yang selanjutnya disingkat dengan SKPDN adalah Surat
Keputusan yang menunjukan jumlah pajak yang terutang sama besarnya dengan jumlah kredit
pajak, atau pajak tidak terutang dan tidak ada kredit pajak;
27. Surat Tagihan Pajak Daerah, yang selanjutnya disingkat dengan STPD adalah Surat untuk
melakukan tagihan pajak dan atau sanksi administrasi berupa bunga dan atau denda.
BAB II
PENERANGAN JALAN UMUM
Pasal 2
(1) Penerangan Jalan Umum merupakan utilitas kota yang bertujuan memberikan pelayanan
kepada masyarakat dalam rangka menciptakan kota yang aman, nyaman dan indah.
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

471

(2) Jaringan penerangan jalan umum melayani penerangan sepanjang jalan anteri primer dan
sekunder, kolektor primer dan sekunder, jalan lingkungan serta pusat-pusat keramaian dan
taman kota sesuai skala prioritas yang ditetapkan oleh Bupati.
Bagian Kedua
Penyelenggaraan
Pasal 3
(1) Penyelenggaraan penerangan Jalan Umum dilakukan oleh Pemerintah Daerah sebagai PJU
Resmi dan oleh kelompok masyarakat sebagai PJU Swadaya;
(2) Didalam penyelenggaraan Penerangan Jalan Umum, Pemerintah Daerah atau Masyarakat
bekerjasama dengan PT. PLN Ranting Nanga Bulik;
(3) Penyelenggaraan Penerangan Jalan Umum Swadaya milik masyarakat harus memperoleh ijin
dari Pemerintah Daerah Kabupaten Lamandau melalui Bagian Ekonomi Setda Kabupaten
Lamandau;
(4) Kewenangan Pembinaan Administrasi, teknis dan perijinan Penerangan Jalan Umum berada
pada Pemerintah Daerah melalui Bagian Ekonomi Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau;
(5) Pengelolaan Pajak Penggunaan Tenaga Listrik berada pada Pemerintah Daerah melalui Dinas
Pendapatan Daerah;
(6) Pelaksanaan Pembinaan Administrasi Teknis dan Kewenangan terhadap penyelenggaraan
jaringan penerangan jalan oleh Pemerintah Daerah berdasarkan hemat, efisien dan pelayanan
yang seluas-luasnya;
(7) Dalam rangka meningkatkan pembangunan dan kinerja PJU, Pemerintah Daerah membentuk
Tim Pembina PJU yang beranggotakan tokoh-tokoh masyarakat, Perguruan Tinggi, Asosiasi
Kelistrikan dan lain-lain yang terkait dengan tugasnya memberikan saran dan masukan kepada
Bupati.
Bagian Ketiga
Pembiayaan
Pasal 4
(1) Pembangunan, Pemeliharaan dan biaya langganan Penerangan Jalan Umum Resmi dibiayai
oleh Pemerintah Daerah;
(2) Pembangunan, Pemeliharaan dan biaya Penerangan Jalan Umum Swadaya dibiayai oleh
masyarakat ataupun sumbangan pihak ketiga yang tidak mengikat dilingkungannya;
(3) Pemerintah Daerah dapat dan atau tidak dapat membantu pemeliharaan dan langganan
Penerangan Jalan Umum Swadaya milik masyarakat dengan mempertimbangkan kemampuan
keuangan Daerah setiap Tahun Anggaran, dimana persyaratan akan ditetapkan oleh Bupati.
BAB III
PAJAK PENERANGAN JALAN NAMA,
OBJEK DAN SUBJEK PAJAK
Pasal 5
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

472

(1) Dengan nama PPTL dipungut pajak atas setiap penggunaan tenaga listrik;
(2) Objek Pajak adalah setiap penggunaan tenaga listrik;
(3) Tenaga Listrik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah tenaga listrik yang berasal dari
PLN atau bukan PLN.
Pasal 6
Dikecualikan dari objek Pajak adalah :
a. Penggunaan listrik oleh Instansi Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah;
b. Penggunaan tenaga listrik pada tempat-tempat yang digunakan oleh Kedutaan, Konsuler,
Perwakilan Asing dan Lembaga-lembaga Internasional dengan asas timbal balik sebagaimana
berlaku untuk pajak negara.
c. Penggunaan Tenaga Listrik yang berasal dari bukan PLN dengan kapasitas tertentu yang tidak
memerlukan ijin dari Instansi terkait;
d. Penggunaan Tenaga Listrik yang khusus digunakan untuk tempat Ibadah.
Pasal 7
(1) Subjek Pajak adalah orang pribadi atau Badan yang menggunakan Tenaga Listrik;
(2) Wajib Pajak adalah orang pribadi atau badan yang menjadi pelanggan listrik dan atau
pengguna tenaga.
BAB IV
DASAR PENGENAAN TARIF PAJAK
Pasal 8
(1) Dasar Pajak adalah Nilai Jual Tenaga Listrik;
(2) Nilai Jual Tenaga Listrik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan :
a. Dalam hal tenaga listrik berasal dari PLN dan bukan PLN dengan pembayaran Nilai Jual
Listrik adalah besarnya tagihan penggunaan listrik/rekening listrik;
b. Dalam hal ini tenaga listrik berasal dari bukan PLN dengan tidak dipungut bayaran, nilai
jual tenaga listrik dihitung berdasarkan kapasitas tersedia dan penggunaan atau taksiran
penggunaan listrik serta harga satuan listrik yang berlaku diwilayah Daerah.
(3) Harga satuan listrik sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b pasal ini ditetapkan oleh
Bupati dengan berpedoman harga satuan listrik yang berlaku untuk PLN.
Pasal 9
(1) Tarif Pajak ditetapkan sebagai berikut :
a. Penggunaan Tenaga Listrik yang berasal dari PLN, bukan untuk industri sebesar 9 %
(sembilan persen);
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

473

b. Penggunaan Tenaga Listrik yang berasal dari PLN untuk industri sebesar 9 % (sembilan
persen);
c. Penggunaan Tenaga Listrik yang bukan dari PLN, bukan untuk industri sebesar 9 %
(sembilan persen);
d. Penggunaan Tenaga Listrik yang bukan dari PLN, untuk industri sebesar 9 % (sembilan
persen)
BAB V
WILAYAH PEMUNGUTAN DAN CARA
PERHITUNGAN PAJAK
Pasal 10
(1) Pajak terutang dipungut diwilayah Daerah Penggunaan Listrik;
(2) Besarnya pajak yang terutang dihitung dengan cara mengalikan tarif Pajak sebagaimana
dimaksud pasal 9 dengan dasar pengenaan Pajak sebagaimana dimaksud dalam pasal 8.
BAB VI
MASA PAJAK, SAAT PAJAK TERUTANG DAN SURAT
PEMBERITAHUAN PAJAK DAERAH
Pasal 11
Masa Pajak adalah jangka waktu tertentu yang lamanya 1 (satu) bulan takwin.
Pasal 12
Pajak terhutang dalam masa pajak terjadi sejak diterbitkannya SKPD atau Dokumen lain yang
dipersamakan.
Pasal 13
(1) Setiap Wajib Pajak yang menggunakan tenaga listrik bukan PLN wajib mengisi SPTPD;
(2) SPTPD sebagaimana dimaksud ayat (1) harus diisi dengan jelas, benar dan lengkap;
(3) Untuk pelanggan listrik PLN daftar rekening listrik yang diterbitkan oleh PLN merupakan
SPTPD;
(4) SPTPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus disampaikan kepada Bupati selambatlambatnya 15 (lima belas) hari setelah berakhirnya masa pajak;
(5) Bentuk, isi dan tata cara pengisian SPTPD ditetapkan dengan Peraturan Bupati.
BAB VII
TATA CARA PERHITUNGAN DAN KETETAPAN PAJAK
Pasal 14

Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

474

(1) Berdasarkan SPTPD sebagaimana dimaksud dalam pasal 10 ayat (1) Bupati menetapkan pajak
terutang dengan menerbitkan SKPD;
(2) Apabila pemungutan pajak bekerja sama dengan PLN, rekening listrik disamakan dengan
SPTPD;
(3) Apabila SKPD sebagaimana dimaksud ayat (1) tidak atau kurang dibayar setelah lewat paling
lama 30 (tiga puluh) hari sejak SKPD diterima, dikenakan sanksi administrasi berupa bunga
sebesar 2 % (dua persen) sebulan dan ditagih dengan menerbitkan STPD.
Pasal 15
(1) Wajib Pajak membayar sendiri SPTPD sebagaimana dimaksud dalam pasal 10 ayat (1)
digunakan untuk menghitung dan menetapkan pajak sendiri yang terutang;
(2) Dalam jangka waktu 5 (lima) tahun sesudah pajak, Bupati dapat menerbitkan :
a. SKPDKB;
b. SKPDKBP;
c. SKPDN;
(3) SKPDKB sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a diterbitkan :
a. Apabila berdasarkan hasil pemeriksaan atau keterangan lain pajak yang terutang tidak atau
kurang dibayar, dikenakan sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2 % (dua persen)
sebulan terhitung dari pajak yang kurang atau terlambat dibayar untuk jangka waktu paling
lama 24 (dua puluh empat) bulan dihitung sejak saat terutang pajak;
b. Apabila SPTPD tidak disampaikan dalam jangka waktu yang ditentukan dan telah ditegur
secara tertulis dikenakan sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2 % (dua persen)
sebulan terhitung dari pajak yang kurang atau terlambat dibayar untuk jangka waktu paling
lama 24 (dua puluh empat) bulan terhitung sejak saat terutang pajak;
c. Apabila kewajiban mengisi SPTPD tidak dipenuhi, pajak yang terutang dihitung secara
jabatan, dan dikenakan sanksi admnistrasi berupa kenaikan sebesar 25 % (dua puluh lima
persen) dari pokok pajak ditambah sanksi-sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2 %
(dua persen) sebulan terhitung dari pajak yang kurang atau terlambat dibayar untuk jangka
waktu paling lama 24 (dua puluh empat) bulan terhitung sejak saat terutang pajak;
(4) SKPDKBT sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b diterbitkan apabila ditemukan data
baru atau data yang semula belum terungkap yang menyebabkan penambahan jumlah pajak
terutang akan dikenakan sanksi administrasi berupa kenaikan sebesar 100 % (seratus persen)
dari jumlah kekurangan pajak tersebut;
(5) SKPDN sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf c diterbitkan apabila jumlah pajak yang
terutang sama besarnya dengan jumlah kredit pajak atau pajak tidak terutang dan tidak ada
kredit pajak;
(6) Apabila kewajiban membayar pajak terutang dalam SKPDKB dan SKPSKBT sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) huruf a dan b tidak atau tidak sepenuhnya dibayar dalam jangka waktu
yang telah ditentukan, ditagih dengan menerbitkan STPD ditambah dengan sanksi administrasi
berupa bunga sebesar 2 % (dua persen) sebulan;
(7) Penambahan jumlah pajak yang terutang sebagaimana dimaksud pada ayat (4) tidak dikenakan
apabila wajib pajak melaporkan sendiri sebelum dilakukan tindakan pemeriksaan.
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

475

BAB VIII
TATA CARA PEMBAYARAN
Pasal 16
(1) Pembayaran Pajak dilakukan di Kas Daerah sesuai waktu yang ditentukan dalam SPTPD,
SKPD, SKPDKB, SKPDKBT dan STPD;
(2) Apabila pembayaran pajak dilakukan ditempat lain yang ditunjuk, hasil penerimaan pajak
harus disetor seluruhnya ke Kas Daerah dalam waktu 1 x 24 jam;
(3) Pembayaran pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) dilakukan dengan
menggunakan SSPD.
Pasal 17
(1) Pembayaran Pajak harus disediakan sekaligus atau lunas;
(2) Bupati dapat memberikan persetujuan kepada wajib pajak untuk mengangsur pajak terutang
dalam kurun waktu tertentu, setelah memenuhi persyaratan yang ditentukan;
(3) Angsuran pembayaran pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (2) harus dilakukan secara
teratur dan berturut-turut dengan dikenakan bunga sebesar 2 % (dua persen) sebulan dari
jumlah pajak yang belum atau kurang dibayar;
(4) Bupati dapat memberikan persetujuan kepada wajib pajak untuk menunda pembayaran pajak
sampai batas waktu yang ditentukan setelah memenuhi persyaratan yang ditentukan dengan
dikenakan bunga sebesar 2 % (dua persen) sebulan dari jumlah pajak yang belum atau kurang
dibayar;
(5) Persyaratan untuk dapat mengangsur dan menunda pembayaran pembayaran serta tata cara
pembayaran angsuran dan penundaan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (4)
ditetapkan oleh Bupati.
Pasal 18
(1) Setiap pembayaran pajak sebagaimana dimaksud dalam pasal 14 diberikan tanda bukti
pembayaran dan dicatat dalam buku penerimaan;
(2) Bentuk, jenis, isi, ukuran tanda bukti pembayaran dan buku penerimaan pajak sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), ditetapkan dengan Peraturan Bupati.
BAB IX
TATA CARA PENAGIHAN PAJAK
Pasal 19
(1) Surat Teguran atau Surat Penagihan atau Surat Lain yang sejenisnya sesuai awal tindakan
pelaksanaan penagihan pajak dikeluarkan 7 (tujuh) hari sejak saat jatuh tempo pembayaran;
(2) Dalam jangka waktu 7 (tujuh) hari setelah tanggal surat teguran atau peringatan atau surat lain
sejenis, wajib pajak harus melunasi pajak yang terutang;
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

476

(3) Surat Teguran, Surat Peringatan atau surat lain yang sejenis sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dikeluarkan pejabat.
Pasal 20
(1) Apabila jumlah pajak yang masih harus dibayar tidak dilunasi dalam jangka waktu
sebagaimana ditentukan dalam Surat Teguran atau peringatan atau surat lain yang sejenis,
jumlah pajak yang harus dibayar ditagih dengan surat paksa;
(2) Pejabat menerbitkan Surat Paksa segera setelah lewat 21 (dua puluh satu) hari sejak tanggal
Surat Teguran atau Surat Peringatan atau Surat Lain yang sejenis.
Pasal 21
apabila pajak yang harus dibayar tidak dilunasi dalam jangka waktu 2 x 24 jam sesudah tanggal
pemberian Surat Paksa, Pejabat segera menerbitkan Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan.
Pasal 22
Setelah dilakukan penyitaan dan wajib pajak belum juga melunasi utang pajaknya setelah 10
(sepuluh) hari sejak tanggal pelaksanaan Surat Perintah melaksanakan penyitaan, Pejabat
mengajukan permintaan penetapan tanggal pelelangan kepada Kantor Lelang Negara.
Pasal 23
Setelah Kantor Lelang Negara menetapkan hari, tanggal, jam dan tempat pelaksanaan lelang, juru
sita memberitahukan dengan segera secara tertulis kepada wajib pajak.
Pasal 24
Bentuk, jenis, isi formulir yang dipergunakan untuk pelaksanaan penagihan pajak Daerah
ditetapkan dengan Peraturan Bupati.
BAB X
PENGURANGAN, KERINGANAN DAN
PEMBEBASAN PAJAK
Pasal 25
(1) Bupati berdasarkan permohonan wajib pajak dapat memberikan pengurangan, keringanan dan
pembebasan pajak.
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

477

(2) Tata cara pemberian pengurangan, keringanan dan pembebasan pajak sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) ditetapkan dengan Peraturan Bupati.
BAB XI
TATA CARA PEMBETULAN, PEMBATALAN,
PENGURANGAN KETETAPAN DAN PENGHAPUSAN
ATAU PENGURANGAN SANKSI ADMINISTRASI
Pasal 26
(1) Bupati karena jabatan atau atas permohonan wajib pajak dapat :
a. Membetulkan SKPD dan SKPDKB atau STPD yang dalam penerbitannya terdapat
kesalahan tulis, kesalahan hitung, dan atau kekeliruan dalam penerapan Peraturan
Perundang-undangan perpajakan daerah.
b. Membatalkan atau mengurangkan ketetapan pajak yang benar.
c. Mengurangkan atau menghapus sanksi administrasi berupa bunga, denda dan kenaikan
pajak yang terutang karena kehilafan wajib pajak atau bukan karena kesalahannya.
(2) Permohonan pembetulan, pembatalan pengurangan ketetapan dan penghapusan atau
pengurangan sanksi administrasi atas SKPD dan SKPDKB atau SKPDKBT atau STPD
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus disampaikan secara tertulis oleh wajib pajak
kepada Bupati atau Pejabat selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari sejak tanggal diterima
SKPD dan SKPDKB atau SKPDKBT atau STPD dengan alasan jelas.
(3) Bupati atau Pejabat paling lambat 3 (tiga) bulan sejak surat permohonan sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) diterima, sudah harus memberikan keputusan.
(4) Apabila setelah lewat waktu 3 (tiga) bulan sebagaimana dimaksud ayat (3) Bupati atau Pejabat
tidak memberikan keputusan, permohonan pembetulan, pembatalan, pengurangan sanksi
administrasi dianggap dikabulkan.
BAB XII
KEBERATAN DAN BANDING
Pasal 27
(1) Wajib pajak dapat mengajukan keberatan hanya kepada Bupati atau Pejabat atas suatu :
b. SKPD;
c. SKPDKB;
d. SKPDKBT;
e. SKPDLB;
f. SKPDN;
(2) Permohonan keberatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus disampaikan secara tertulis
dalam Bahasa Indonesia paling lama 3 (tiga) bulan sejak tanggal SKPD, SKPDKB, SKPDKBT
atau STPD diterima oleh wajib pajak, kecuali apabila wajib pajak dapat menunjukan bahwa
jangka waktu itu tidak dapat dipenuhi karena keadaan diluar kekuasaan;
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

478

(3) Bupati atau Pejabat dalam jangka waktu paling lama 12 (dua belas) bulan sejak tanggal surat
permohonan keberatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diterima, sudah memberikan
keputusan;
(4) Apabila setelah lewat waktu 12 (dua belas) bulan sebagaimana dimaksud ayat (3) Bupati atau
Pejabat tidak memberikan keputusan, permohonan keberatan dianggap dikabulkan.
(5) Pengajuan keberatan sebagaimana dimaksud ayat (1) tidak menunda kewajiban membayar
pajak.
Pasal 28
(1) Wajib Pajak dapat mengajukan Banding kepada Badan Penyelesaian Sengketa Pajak dalam
jangka waktu 3 (tiga) bulan setelah diterimanya Surat Keputusan Keberatan.
(2) Pengajuan banding sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak menunda kewajiban membayar
pajak.
Pasal 29
Apabila pengajuan keberatan sebagaimana dimaksud pasal 27 atau banding sebagaimana
dimaksud pasal 28 dikabulkan sebagian atau seluruhnya kelebihan pembayaran pajak
dikembalikan dengan ditambah imbalan bunga sebesar 2 % (dua persen) sebulan untuk paling
lama 24 (dua puluh empat) bulan.
BAB XIII
PENGEMBALIAN KELEBIHAN PEMBAYARAN PAJAK
Pasal 30
(1) Wajib pajak dapat mengajukan permohonan pengembalian kelebihan pembayaran pajak
kepada Bupati atau Pejabat secara tertulis dengan menyebutkan sekurang-kurangnya :
a.
Naman dan Alamat Wajib Pajak;
b.
Masa Pajak;
c.
Besarnya Kelebihan Pajak;
d.
Alasan yang jelas.
(2) Bupati atau Pejabat dalam jangka waktu paling lama 12 (dua belas) bulan sejak diterimanya
permohonan pengembalian kelebihan pembayaran pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
harus memberikan keputusan;
(3) Apabila jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilampaui Bupati atau Pejabat
tidak memberikan keputusan, permohonan pengembalian kelebihan pembayaran pajak
dianggap dikabulkan dan SKRDLB harus diterbitkan dalam jangka waktu paling lama 1 (satu)
bulan;
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

479

(4) Apabila wajib pajak mempunyai utang pajak lainnya, kelebihan pembayaran pajak
sebagaimana dimaksud ayat (2) langsung diperhitungkan akan melunasi terlebih dahulu utang
pajak dimaksud;
(5) Pengembalian kelebihan pembayaran pajak dilakukan dalam waktu paling lama 2 (dua) bulan
sejak diterbitkannya SKPDLB dengan menerbitkan Surat Perintah Membayar Kelebihan Pajak
(SPMKP);
(6) Apabila Pengembalian kelebihan pembayaran pajak dilakukan setelah lewat jangka waktu 2
(dua) bulan, sejak diterbitkannya SKPDLB, Bupati atau Pejabat memberikan imbalan bunga
sebesar 2 % sebulan atas keterlambatan pembayaran kelebihan pajak.
Pasal 31
Apabila kelebihan pembayaran pajak diperhitungkan dengan utang pajak lainnya, sebagaimana
dimaksud dalam pasal 26 ayat (4) pembayaran dilakukan dengan cara pemindahbukuan dan bukti
pemindahbukuan juga berlaku sebagai bukti pembayaran.
BAB XIV
KADALUARSA
Pasal 32
(1) Hak untuk melakukan penagihan pajak, kadaluarsa setelah melampaui jangka waktu 5 (lima)
tahun terhitung sejak saat terutangnya pajak, kecuali apabila wajib pajak melakukan tindak
pidana dibidang perpajakan daerah.
(2) Kadaluarsa penagihan pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tertangguh apabila :
a. Diterbitkan Surat Teguran dan Surat Paksa atau;
b. Ada pengakuan utang pajak dari wajib pajak baik langsung maupun tidak langsung.
BAB XV
BIAYA PEMUNGUTAN
Pasal 33
(1) Biaya pemungutan Pajak Penerangan Jalan sebesar 5 % (lima persen) dari realisasi penerimaan
pajak Penerangan Jalan.
(2) Biaya Pemungutan dan alokasinya akan diatur lebih lanjut dalam Naskah Kerjasama antara
Pemerintah Daerah dan PT. PLN Ranting Nanga Bulik tentang Pemungutan dan Penyetoran
Pajak Penggunaan Tenaga Listrik dan Pembayaran Rekening Listrik oleh Pemerintah Daerah
dengan ketentuan 70 % (tujuh puluh persen) untuk Pemerintah Daerah.
BAB XVI
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

480

KETENTUAN PIDANA
Pasal 34
(1) Penyelenggaraan Penerangan Jalan Umum Swadaya milik masyarakat yang tidak memiliki
izin sebagaimana diatur pada pasal 3 ayat (3), diancam dengan pidana kurungan selamalamanya 6 (enam) bulan dan denda setinggi-tingginya Rp. 5.000.000,- (lima juta rupiah);
(2) Tindak Pidana sebagaimana dimaksud ayat (1) adalah pelanggaran;
(3) Wajib Pajak yang karena kealpaannya tidak menyampaikan SPTPD atau mengisi dengan tidak
benar sehingga merugikan Keuangan Daerah dapat dipidana dengan pidana kurungan paling
lama 1 (satu) tahun dan atau denda paling banyak 2 (dua) kali jumlah pajak yang terutang;
(4) Wajib Pajak yang dengan sengaja tidak menyampaikan SPTPD atau mengisi dengan tidak
benar atau tidak lengkap atau melampirkan keterangan yang tidak benar sehingga merugikan
Keuangan Daerah dapat dipidana dengan pidana penjara paling lama 2 (dua) tahun dan atau
denda paling banyak 4 (empat) kali jumlah yang terutang.
Pasal 35
Tindak Pidana sebagaimana dimaksud dalam pasal 32 tidak dituntut setelah melampaui jangka
waktu 10 (sepuluh) tahun sejak saat terutangnya pajak atau berakhirnya masa pajak atau
berakhirnya bagian tahun pajak.
BAB XVII
PENYIDIKAN
Pasal 36
(1) Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu dilingkungan Pemerintah Daerah diberi wewenang
khusus sebagai penyidik tindak pidana dibidang Pajak Daerah sebagaimana dimaksud dalam
Undang-undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana;
(2) Wewenang Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah :
a. Menerima, mencari, mengumpulkan dan meneliti keterangan atau laporan berkenaan
dengan tindak pidana dibidang pajak Daerah agar keterangan atau laporan tersebut menjadi
lengkap dan jelas.
b. Meneliti, mencari dan mengumpulkan keterangan mengenai orang pribadi atau badan
tentang kebenaran perbuatan yang dilakukan sehubungan dengan tindak pidana Pajak
Daerah;
c. Meminta keterangan dan bahan bukti dari orang pribadi atau badan sehubungan dengan
tindak pidana dibidang Retribusi Daerah;
d. Memeriksa buku-buku, catatan-catatan dan dokumen-dokumen lain berkenaan dengan
tindak pidana dibidang Pajak Daerah;
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

481

e. Melakukan penggeledahan untuk mendapatkan bahan bukti pembukuan, pencatatan dan


dokumen-dokumen lain, serta melakukan penyitaan terhadap bahan bukti tersebut;
f. Meminta bantuan tenaga ahli dalam rangka pelaksanaan tugas penyidikan tindak pidana
dibidang Pajak Daerah;
g. Menyuruh berhenti dan atau melarang seseorang meninggalkan ruangan atau tempat pada
saat pemeriksaan sedang berlangsung dan memeriksa identitas orang atau dokumen yang
dibawa sebagaimana dimaksud pada huruf e;
h. Memotret seseorang yang berkaitan dengan tindak pidana dibidang Retribusi Daerah;
i. Memanggil orang untuk didengar keterangannya dan diperiksa sebagai tersangka atau
saksi;
j. Menghentikan penyidikan;
k. Melakukan tindakan lain yang perlu untuk kelancaran penyidikan tindak pidana dibidang
retribusi daerah menurut hukum yang dapat dipertanggungjawabkan.
(3) Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memberitahukan dimulainya penyidikan dan
menyampaikan hasil penyidikannya kepada penuntut umum, sesuai dengan ketentuan yang
diatur dalam Undang-undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana.
BAB XVIII
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 37
Hal-hal yang belum cukup diatur dalam Peraturan Daerah ini, sepanjang mengenai pelaksanaan
akan diatur lebih lanjut dengan Peraturan Bupati.

BAB XIX
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 38
Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah tentang


Penerangan Jalan Umum dan Pajak Penggunaan Tenaga Listrik ini dengan penempatannya dalam
Lembaran Daerah Kabupaten Lamandau.
Ditetapkan di : Nanga Bulik
Pada Tanggal : 21 Oktober 2006
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

482

WAKIL BUPATI LAMANDAU


ttd
Drs. HGM. AFHANIE
Diundangkan di
Pada tanggal

: Nanga Bulik
: 21 Oktober 2006

SEKRETARIS DAERAH KAB. LAMANDAU


ttd
Ir. MARUKAN
Pembina Utama Muda
NIP. 131 480 087
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LAMANDAU
TAHUN 2006 NOMOR 21 SERI : B

PE N J E LASAN
ATAS
PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMANDAU
NOMOR 12 TAHUN 2006
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

483

TENTANG
PENERANGAN JALAN UMUM
DAN PAJAK PENGGUNAAN TENAGA LISTRIK
I.

PENJELASAN UMUM.
Sebagai wujud pembangunan yang telah dilaksanakan selama kurun waktu kurang lebih 3
Tahun di Kabupaten Lamandau telah mulai memberikan hasil yang cukup baik, mulai dari
pembangunan sarana dan prasarana perkantoran, peningkatan perekonominan yang mencakup
seluruh kegiatan yang ada dalam masyarakat. Maka diperlukannya dukungan dari seluruh
masyarakat untuk dapat menunjang kesuksesan program pemerintah tersebut. Yang salah
satunya adalah taat membayar pajak sebagaimana yang diamanatkan Undang-undang Nomor
18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah salah satunya melalui pajak
penggunaan tenaga listrik.
Untuk maksud diatas Pemerintah mengambil kebijakan untuk membentuk dan menetapkan
Peraturan Daerah Kabupaten Lamandau khusus masalah pajak penggunaan tenaga listrik yang
tujuannya untuk menciptakan keindahan kota serta ,perlu adanya penertiban dan penetapan
penerangan jalan umum yang disesuaikan dengan situasi dan kondisi Kabupaten Lamandau.

II. PASAL DEMI PASAL


Pasal 1
Cukup Jelas
Pasal 2
Ayat (1)
Cukup Jelas
Ayat (2)
Cukup Jelas
Pasal 3
Ayat (1)
Cukup Jelas
Ayat (2)
Cukup Jelas
Ayat (3)
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

484

Ayat
Ayat
Ayat
Ayat

Cukup Jelas
(4)
Cukup Jelas
(5)
Cukup Jelas
(6)
Cukup Jelas
(7)
Cukup Jelas

Pasal 4
Ayat (1)
Cukup Jelas
Ayat (2)
Cukup Jelas
Ayat (3)
Cukup Jelas
Pasal 5
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan PPTL adalah Pajak Penggunaan Tenaga Listrik
Ayat (2)
Setiap benda yang mempergunakan tenaga listrik menjadi objek pajak.
Ayat (3)
Cukup Jelas
Pasal 6
Cukup Jelas
Pasal 7
Ayat (1)
Setiap orang atau badan yang mempergunakan tenaga listrik menjadi subjek
pajak.
Ayat (2)
Cukup Jelas
Pasal 8
Ayat (1)
Cukup Jelas
Ayat (2)
Cukup Jelas
Ayat (3)
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

485

Cukup Jelas
Pasal 9
Ayat (1)
Cukup Jelas
Pasal 10
Ayat (1)
Cukup Jelas
Ayat (2)
Cukup Jelas
Pasal 11
Cukup Jelas
Pasal 12
Cukup Jelas
Pasal 13
Ayat (1)
Cukup Jelas
Ayat (2)
Cukup Jelas
Ayat (3)
Cukup Jelas
Ayat (4)
Cukup Jelas
Ayat (5)
Cukup Jelas
Pasal 14
Ayat (1)
Cukup Jelas
Ayat (2)
Cukup Jelas
Ayat (3)
Cukup Jelas
Pasal 15
Ayat (1)
Cukup Jelas
Ayat (2)
Cukup Jelas
Ayat (3)
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

486

Cukup Jelas
Ayat (4)
Cukup Jelas
Ayat (5)
Cukup Jelas
Ayat (6)
Cukup Jelas
Ayat (7)
Cukup Jelas
Pasal 16
Ayat (1)
Cukup Jelas
Ayat (2)
Cukup Jelas
Ayat (3)
Cukup Jelas
Pasal 17
Ayat (1)
Cukup Jelas
Ayat (2)
Cukup Jelas
Ayat (3)
Cukup Jelas
Ayat (4)
Cukup Jelas
Ayat (5)
Cukup Jelas
Pasal 18
Ayat (1)
Cukup Jelas
Ayat (2)
Cukup Jelas
Pasal 19
Ayat (1)
Cukup Jelas
Ayat (2)
Cukup Jelas
Ayat (3)
Cukup Jelas
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

487

Pasal 20
Ayat (1)
Cukup Jelas
Ayat (2)
Cukup Jelas
Pasal 21
Cukup Jelas
Pasal 22
Cukup Jelas
Pasal 23
Cukup Jelas
Pasal 24
Cukup Jelas
Pasal 25
Ayat (1)
Pengurangan, keringanan dan pembebasan pajak oleh Bupati berdasarkan
keadaan wajib pajak yang disertai bukti bukti pendukung yang kuat.
Ayat (2)
Cukup Jelas
Pasal 26
Ayat (1)
Cukup Jelas
Ayat (2)
Cukup Jelas
Ayat (3)
Keputusan dimaksud adalah keputusan untuk menerima atau menolak
permohonan dari wajib pajak.
Ayat (4)
Cukup Jelas
Pasal 27
Ayat (1)
Cukup Jelas
Ayat (2)
Cukup Jelas
Ayat (3)
Cukup Jelas
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

488

Ayat (4)
Cukup Jelas
Ayat (5)
Selama pengajuan keberatan oleh wajib pajak segala kewajiban wajib pajak
terhadap penggunaan tenaga listrik tetap diperhitungkan.
Pasal 28
Ayat (1)
Cukup Jelas
Ayat (2)
Cukup Jelas
Pasal 29
Cukup Jelas
Pasal 30
Ayat (1)
Cukup Jelas
Ayat (2)
Cukup Jelas
Ayat (3)
Cukup Jelas
Ayat (4)
Cukup Jelas
Ayat (5)
Cukup Jelas
Ayat (6)
Cukup Jelas
Pasal 31
Cukup Jelas
Pasal 32
Ayat (1)
Cukup Jelas
Ayat (2)
Cukup Jelas
Pasal 33
Ayat (1)
Cukup Jelas
Ayat (2)
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

489

Cukup Jelas
Pasal 34
Ayat (1)
Cukup Jelas
Ayat (2)
Cukup Jelas
Ayat (3)
Cukup Jelas
Ayat (4)
Cukup Jelas
Pasal 35
Cukup Jelas
Pasal 36
Ayat (1)
Cukup Jelas
Ayat (2)
Cukup Jelas
Ayat (3)
Cukup Jelas
Pasal 37
Cukup Jelas
Pasal 38
Cukup Jelas

TAMBAHAN LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LAMANDAU


TAHUN 2006 NOMOR 21 SERI : B

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMANDAU


NOMOR 13 TAHUN 2006
TENTANG
RETRIBUSI PEMAKAIAN KEKAYAAN DAERAH
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

490

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA


BUPATI LAMANDAU,
Menimbang

Mengingat

a.

bahwa dengan telah ditetapkannya Keputusan Menteri Dalam Negeri


Nomor 119 Tahun 1998 tentang Ruang Lingkup dan Jenis-jenis Retribusi
Daerah Tingkat I dan Daerah Tingkat II, maka Retribusi Pemakaian
Kekayaan Daerah adalah merupakan jenis Retribusi Pemerintah Daerah
Tingkat II Kabupaten Lamandau;

b.

bahwa untuk memungut Retribusi sebagaimana dimaksud pada huruf a,


perlu diatur dengan Peraturan Daerah Kabupaten Lamandau.

1.

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum


Acara Pidana (Lembaran Negara Tahun 1981, Nomor 76, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 1209);

2.

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak


Daerah dan Retribusi Daerah (Lembaran Negara Tahun 1997 Nomor 41,
Tambahan Lembaran Negara Nomor 3685);

3.

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 05 Tahun 2002 tentang


Pembentukan Kabupaten Katingan, Kabupaten Seruyan, Kabupaten
Sukamara, Kabupaten Lamandau, Kabupaten Gunung Mas, Kabupaten
Pulang Pisau, Kabupaten Murung Raya dan Kabupaten Barito Timur di
Provinsi Kalimantan Tengah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2002 Nomor 18, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4180);

4.

Undang-undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan


Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik IndonesiaTahun 2004
Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4389);

5.

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah


(Lembaran Negara RI Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran
Negara RI Nomor 4437);

6.

Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan


antara Pemerintah Pusat dan Daerah (Lembaran Negara RI Tahun 2004
Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 4438);

7.

Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan

Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

491

Pemerintah dan Kewenangan Propinsi sebagai Daerah Otonom (Lembaran


Negara RI Tahun 2000 Nomor 3952);
8.

Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2003 tentang Pedoman Organisasi


Perangkat Daerah (Lembaran Negara RI Tahun 2003 Nomor 4262);

9.

Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 2003 tentang Wewenang


Pengangkatan atau Pemindahan dan Pemberhentian Pegawai Negeri Sipil
(Lembaran Negara RI Tahun 2003 Nomor 4263);

10. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 174 Tahun 1997 tentang Pedoman
Tata Cara Pemungutan Retribusi Daerah;
11. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 175 Tahun 1997 tentang Tata
Cara Pemeriksaan dibidang Retribusi Daerah.
12. Perda Nomor 12 Tahun 2004 tentang Perubahan Pertama atas Peraturan
Daerah Kabupaten Lamandau Nomor 03 Tahun 2004 tentang Kelembagaan
Struktur Organisasi, Tugas Pokok dan Tata Kerja Perangkat Daerah
Kabupaten Lamandau (Lembaran Daerah Kabupaten Lamandau Tahun 2004
Nomor 4 Seri C).
Dengan Persetujuan Bersama
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH
KABUPATEN LAMANDAU
dan
BUPATI LAMANDAU
MEMUTUSKAN :
Menetapkan

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMANDAU TENTANG


RETRIBUSI PEMAKAIAN KEKAYAAN DAERAH.
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1

Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan :


1. Bupati adalah Bupati Lamandau;
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

492

2. Pemerintah Daerah adalah Bupati dan Perangkat Daerah sebagai unsur penyelenggaraan
Pemerintah Daerah Kabupaten Lamandau;
3. Pemerintahan Daerah adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh Pemerintah Daerah
dan DPRD menurut asas otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsif otonomi seluasluasnya dalam sistem dan prinsif Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud
dalam Undang-undang Dasar Negara RI Tahun 1945;
4. Daerah adalah Kabupaten Lamandau;
5. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya disebut DPRD adalah Lembaga
Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Lamandau sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan
Daerah;
6. Peraturan Bupati adalah Peraturan Bupati Lamandau;
7. Retribusi Jasa Usaha adalah Retribusi atas jasa yang disediakan oleh Pemerintah Daerah
dengan menganut prinsip komersial karena pada dasarnya dapat pula disediakan oleh sektor
swasta;
8. Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah yang selanjutnya disebut Retribusi adalah Pembayaran
atas Pelayanan Pemakaian Kekayaan Daerah antara lain pemakaian tanah dan bangunan,
pemakaian ruang pesta, pemakaian kendaraan-kendaraan, alat-alat berat milik Pemerintah;
9. Wajib Retribusi adalah orang pribadi atau badan yang menurut Peraturan Perundang-undangan
Retribusi diwajibkan untuk melakukan pembayaran retribusi;
10. Masa retribusi adalah suatu jangka waktu tertentu yang merupakan batas waktu bagi wajib
retribusi untuk memanfaatkan kekayaan daerah;
11. Surat ketetapan retribusi daerah yang selanjutnya disingkat SKRD adalah surat keputusan yang
menentukan besarnya jumlah retribusi yang terutang;
12. Surat tagihan retribusi daerah yang selanjutnya disingkat STRD adalah surat untuk melakukan
tagihan retribusi dan atau sanksi administrasi berupa bunga lain dan atau denda;
13. Badan adalah suatu bentuk badan usaha yang meliputi Perseroan Terbatas (PT) persekutuan
komenditer (CV), Firma (PD) perseroan lainnya, Badan Usaha Milik Negara atau Daerah
dengan nama dan bentuk apapun, persekutuan, perkumpulan, kongsi, koperasi atau organisasi
yang sejenis serta badan usaha lainnya.
14. Pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan untuk mencari, mengumpulkan, mengolah data dan
atau keterangan lainnya dalam rangka pengawasan kepatuhan pemenuhan kewajiban retribusi
daerah berdasarkan peraturan perundang-undangan retribusi daerah;
15. Penyidikan tindak pidana dibidang retribusi daerah adalah serangkaian tindakan yang
dilakukan oleh penyidik Pegawai Negeri Sipil yang selanjutnya disebut penyidik, untuk
mencari serta mengumpulkan bukti yang dengan bukti itu membuat terang tindak pidana
dibidang retribusi daerah yang terjadi serta menemukan tersangkanya.
BAB II
NAMA OBJEK DAN SUBJEK RETRIBUSI
Pasal 2

Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

493

Dengan nama Retribusi pemakaian Kekayaan Daerah dipungut Retribusi sebagai pembayaran atas
pemakaian kekayaan daerah.
Pasal 3
(1) Objek Retribusi adalah pelayanan pemberian hak Pemakaian Kekayaan Daerah untuk jangka
waktu tertentu meliputi :
a. Pemakaian tanah;
b. Pemakaian bangunan;
c. Pemakaian ruangan;
d. Pemakaian kendaraan/alat-alat berat;
e. Mobil ambulance;
f. Pemakaian kekayaaan daerah lainnya selain tersebut huruf a s/d e ayat ini.
(2) Tidak termasuk objek retribusi adalah pemakaian kekayaan daerah yang dimiliki dan atau
dikelola oleh Pemerintah Kecamatan, pemakaian kekayaan daerah untuk pelayanan umum,
antara lain untuk pemeriksaan daging inport dan pengujian hasil mutu.
Pasal 4
Subjek retribusi pemakaian kekayaan daerah adalah orang pribadi atau Badan yang memperoleh
hak untuk penggunaan kekayaan daerah.
BAB III
GOLONGAN RETRIBUSI
Pasal 5
Retribusi pemakaian kekayaan daerah digolongkan sebagai retribusi Jasa Usaha.
BAB IV
CARA MENGUKUR TINGKAT PENGGUNAAN USAHA
Pasal 6
Tingkat penggunaan jasa diukur berdasarkan jangka waktu pemakaian kekayaan daerah.
BAB V
PRINSIP DAN SASARAN DALAM PENETAPAN STRUKTUR
DAN BESARNYA TARIF
Pasal 7
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

494

Prinsip dan sasaran dalam struktur dan besarnya tarif retribusi adalah didasarkan pada tujuan
memperoleh keuntungan yang layak sebagaimana keuntungan yang pantas diterima oleh
pengusaha sejenis yang beroperasi secara efisien dan berorientasi pada harga pasar.
BAB VI
STRUKTUR DAN BESARNYA TARIF RETRIBUSI
Pasal 8
(1) Tarif retribusi digolongkan berdasarkan jenis kekayaan yang digunakan dan jangka waktu
pemakaian;
(2) Besarnya tarif ditetapkan berdasarkan tarif pasar yang berlaku diwilayah daerah atau
sekitarnya;
(3) Dalam hal tarif pasar yang berlaku sulit ditemukan diperoleh, maka tarif ditetapkan sebagai
jumlah pembayaran persatuan unit pelayanan/jasa yang melupakan jumlah unsur-unsur tarif
yang meliputi :
a. Unsur biaya persatuan penyediaan jasa;
b. Unsur keuntungan yang dikehendaki persatuan jasa
(4) Biaya sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf a pasal ini meliputi :
a. Biaya operasional langsung yang meliputi biaya Pegawai termasuk pegawai tidak tetap,
belanja barang, belanja pemeliharaan, sewa tanah dan bangunan, biaya listrik dan semua
biaya rutin/periodik lainnya yang berkaitan langsung dengan penyediaan jasa;
b. Biaya tidak langsung yang meliputi biaya administrasi umum, dan biaya lainnya yang
mendukung penyediaan jasa;
c. Biaya modal yang berkaitan dengan tersedianya aktiva tetap dan aktiva lainnya yang
berjangka menengah dan panjang yang meliputi angsuran bunga pinjaman nilai sewa tanah
dan bangunan, serta penyusutan;
d. Biaya-biaya lainnya yang berhubungan dengan penyediaan jasa seperti bunga atas
pinjaman jangka pendek.
(5) Keuntungan sebagaimana dimaksud ayat (3) huruf b pasal ini ditetapkan dalam prosentase
tertentu dari total biaya sebagaimana dimaksud pada ayat (4) pasal ini dan dari modal;
(6) Struktur dan besarnya tarif sebagaimana dimaksud pada ayat (1), (2) dan (3) pasal ini
ditetapkan sebagai berikut :
- Bangunan Tanah :
2) Retribusi tanah untuk pemasangan sarana/media luar ruang sebesar Rp. 600.000,-/tahun
3) Retribusi tanah yang digunakan untuk berjualan tanaman hias, ukiran dan patungpatung kesenian sebesar Rp. 25.000,-/M2/tahun
4) Retribusi tanah yang dipergunakan untuk berjualan usaha dan tempat tinggal sebesar
Rp. 0,5 % x harga tanah/tahun :
- Penggunaan gedung/bangunan
1) Gedung stadion olah raga sebesar Rp. 50.000/bulan
2) Gedung balai kecamatan sebesar Rp. 20.000/bulan
3) Gedung balai Kelurahan sebesar: Rp. 10.000/bulan
4) Gedung sekolah
a. Untuk sekolah sebesar/bulan : Rp. 25.000
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

495

b. Untuk kursus sebesar/bulan : Rp. 25.000


- Retribusi pemakaian kendaraan/alat-alat berat
1) Dumptruck
2) Truck Bak Kayu
3) Bulldozer
4) Mesin Gilas 8/10 ton
5) Mesin gilas 6/10 ton
6) Tandem roller 8/10 ton
7) Aspal mixing plan
8) Hand Stemper
9) Stonecruser
10) Gensen 30 KVA
11) Aspal Rinisher
12) Compresor
13) Aspal sprayer
14) Cutting Dradger
15) Chain saw
16) Mobil tinja
17) Amrol truck
18) Mobil tengki air
19) Lavatory Truck
20) Loader on truck
21) Loader on whell
22) Ambulance
Besarnya retribusi ditetapkan sebesar Rp. 2,5 % dari harga sewa.
Pemakaian lapangan bola kaki untuk kegiatan pertunjukan dan pameran sebesar Rp. 50.000/hari.
Sarana/penunjang media luar ruang sebesar Rp. 10.000,-/hari.
BAB VII
WILAYAH PEMUNGUTAN
Pasal 9
Retribusi yang terutang dipungut diwilayah daerah tempat pelayanan pemakaian kekayaan daerah
diberikan.
BAB VIII
SAAT RETRIBUSI TERUTANG
Pasal 10
1. Masa Retribusi adalah jangka waktu yang lamanya 1 (satu) bulan atau ditetapkan lainnya
dengan Peraturan Bupati;
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

496

2. Retribusi terutang terjadi pada saat diterbitkannya SKRD atau dokumen lain yang
dipersamakan.
BAB IX
TATA CARA PEMUNGUTAN
Pasal 11
(1) Pemungutan retribusi tidak dapat diborongkan;
(2) Retribusi dipungut dengan menggunakan SKRD atau dokumen lainnya yang dipersamakan.
BAB X
SANKSI ADMINISTRASI
Pasal 12
Dalam hal wajib retribusi, tidak membayar tepat pada waktunya atau kurang membayar,
dikenakan sanksi administrasi bunga sebesar 2 % (dua persen) setiap bulan dari retribusi yang
terutang atau kurang dibayar dan ditagih dengan menggunakan STRD.
BAB XI
TATA CARA PEMBAYARAN
Pasal 13
(1) Pembayaran retribusi yang terutang harus dilunasi sekaligus.
(2) Retribusi yang terutang dilunasi selambat-lambatnya 15 (lima belas) hari sejak diterbitkannya
SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan, SKRDKBT dan STRD.
(3) Tata cara pembayaran, penyetoran dan tempat pembayaran retribusi diatur dengan Peraturan
Bupati
BAB XII
TATA CARA PENAGIHAN
Pasal 14
(1) Pelaksanaan penagihan retribusi dikeluarkan setelah 7 (tujuh) hari sejak jatuh tempo
pembayaran dengan mengeluarkan surat bayar/penyetoran atau surat lainnya yang sejenis
sebagai awal tindakan pelaksanaan.
(2) Dalam jangka waktu 7 (tujuh) hari setelah tanggal surat teguran/peringatan/surat lain yang
sejenis, wajib retribusi harus melunasi retribusi yang terutang.
(3) Surat teguran/penyetoran atau surat lainnya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pasal ini
dilakukan oleh Pejabat yang ditunjuk.
BAB XIII
PENGURANGAN, KERINGANAN DAN PEMBEBASAN RETRIBUSI
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

497

Pasal 15
(1) Bupati/Kepala Daerah dapat memberikan pengurangan, keringanan dan pembebasan retribusi;
(2) Pengurangan, keringanan dan pembebasan retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pasal
ini dapat diberikan pada wajib retribusi antara lain lembaga sosial untuk mengangsur kegiatan
sosial bencana alam
(3) Tata cara pengurangan, keringanan dan pembebasan retribusi ditetapkan dengan Peraturan
Bupati.
BAB XIV
KADALUARSA PENAGIHAN
Pasal 16
(1) Hal untuk melakukan penagihan retribusi kadaluarsa setelah melampaui jangka waktu 3 (tiga)
tahun terhitung sejak saat terutangnya retribusi, kecuali apabila wajib retribusi melakukan
tindak pidana dibidang retribusi.
(2) Kadaluarsa penagihan retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pasal ini ditangguhkan
apabila :
a. Diterbitkan surat teguran, atau
b. Ada pengakuan utang retribusi dari wajib retribusi baik langsung maupun tidak langsung

BAB VX
KETENTUAN PIDANA
Pasal 17
(1) Wajib retribusi yang tidak melakukan kewajibannya sehingga merugikan keuangan daerah
diancam pidana kurungan paling lama 6 (enam) bulan atau denda paling banyak 4 (empat) kali
jumlah retribusi yang terutang.
(2) Tindak pidana yang dimaksud pada ayat (1) pasal ini adalah pelanggaran.
BAB XVI
PENYIDIKAN
Pasal 18
(1) Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu dilingkungan Pemerintah Daerah diberi wewenang
khusus sebagai penyidik untuk melakukan penyidikan tindak pidana dibidang retribusi daerah.
(2) Wewenang penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pasal ini adalah :
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

498

a. Menerima, mencari, mengumpulkan dan meneliti kecurangan atau laporan berkenaan


dengan tindak pidana dibidang retribusi daerah agar keterangan atau laporan tersebut
menjadi jelas dan lengkap.
b. Meneliti, mencari dan mengumpulkan keterangan mengenai orang pribadi atau badan
tentang kebenaran perbuatan yang dilakukan sehubungan dengan tindak pidana retribusi
daerah.
c. Meminta keterangan dan bahan bukti dari orang pribadi atau badan sehubungan dengan
tindak pidana dibidang retribusi daerah.
d. Memeriksa buku-buku, catatan-catatan dan dokumen-dokumen lain berkenaan dengan
tindak pidana dibidang retribusi daerah.
e. Melakukan penggeledahan untuk mendapatkan bahan bukti pembukuan, pencatatan, dan
dokumen-dokumenserta melakukan penyitaan terhadap bahan bukti tersebut.
f. Meminta bantuan tenaga ahli dalam rangka pelaksanaan tugas penyidikan tindak pidana
dibidang retribusi daerah.
g. Menyuruh berhenti dan atau melarang seseorang meninggalkan ruangan atau tempat pada
saat pemeriksaan sedang berlangsung dan memeriksa identitas seseorang dan atau
dokumen yang dibawa sebagaimana dimaksud pada huruf c pasal ini.
h. Memotret seseorang yang berkaitan dengan tindak pidana retribusi daerah.
i. Memanggil orang untuk didengar keterangannya dan diperiksa sebagai tersangka atau
saksi.
j. Menghentikan penyidikan.
k. Melakukan tindakan lain yang perlu untuk kelancaran penyidikan tindak pidana dibidang
retribusi daerah menurut hukum yang dapat dipertanggungjawabkan.
(3) Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pasal ini memberitahukan dimulainya
penyidikan dan menyampaikan hasil penyidikan kepada penuntut umum, sesuai dengan
ketentuan yang diatur dalam Undang-undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara
Pidana.
BAB
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 19
Dengan berlakunya Peraturan Daerah ini, maka semua ketentuan yang telah ada sebelumnya, yang
bertentangan dengan Peraturan Daerah ini dinyatakan dicabut dan tidak berlaku lagi.
Pasal 20
Hal-hal yang belum cukup diatur dalam Peraturan Daerah ini, sepanjang mengenai
pelaksanaannya akan diatur lebih lanjut dengan Peraturan Bupati.

Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

499

Pasal 21
Peraturan Daerah ini berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar setiap orang dapat mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini
dengan menempatkannya dalam Lembaran Daerah Pemerintah Kabupaten Lamandau.

Ditetapkan di
Pada Tanggal

: Nanga Bulik
: 21 Oktober 2006

WAKIL BUPATI LAMANDAU,


ttd
Drs. HGM. AFHANIE

Diundangkan di : Nanga Bulik


Pada tanggal
: 21 Oktober 2006
SEKRETARIS DAERAH KAB. LAMANDAU
ttd
Ir. MARUKAN
Pembina Utama Muda
NIP. 131 480 087
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LAMANDAU
TAHUN 2006 NOMOR 22 SERI : C

PE N J E LASAN
ATAS
PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMANDAU
NOMOR 13 TAHUN 2006
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

500

TENTANG
RETRIBUSI PEMAKAIAN KEKAYAAN DAERAH
I.

PENJELASAN UMUM
Bahwa sesuai dengan azas otonomi daerah yang luas nyata dan bertanggung jawab,
maka daerah diharapkan dapat dan mampu untuk membiayai kepentingan daerah. Untuk
maksud tersebut diatas maka daerah berusaha untuk menggali Pendapatan Asli Daerah dari
berbagai bidang sesuai dengan kewenangan yang ada pada daerah dengan tetap
memperhatikan azas kepatutan, kewajaran serta beban yang adil bagi masyarakat
khususnya yang menjadi obyek dan subyek dari pajak/ retribusi itu sendiri.
Sesuai dengan penjelasan umum Undang undang nomor 34 Tahun 2000 bahwa
pada prinsipnya pendapatan asli daerah antara lain dari pajak dan retribusi daerah
diharapkan dapat menjadi salah satu sumber pembiayaan penyelenggaraan Pemerintah dan
Pembangunan sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan rakyat, dengan demikian daerah
mampu melaksanakan otonomi daerah seluas-luasnya.

Salah satu kebijakan Pemerintah Daerah Kabupaten Lamandau adalah membentuk


Peraturan Daerah tentang Retribusi

Pemakaian Kekayaan Daerah yang mana objek

retribusi ditekankan pada Pemakaian Tanah, Pemakaian Bangunan, Pemakaian Ruangan,


Pemakaian Kendaraan/ alat-alat berat dsan Mobil Ambulance. Yang mana tingkat
penggunaan jasa diukur berdasarkan jangka waktu pemakaian kekayaan Daerah tersebut.
Jenis Retribusi pemakaian kendaraan/ alat-alat berat adalah, Dumptruck, Truck
Bak Kayu, Bulldozer, Mesin Gilas 8/10 ton, Mesin Gilas 6/10 ton, Tander Roller 8/10 ton,
Aspal mixing plan, Hand Stempel, Stonecruser, Gensen 30 KVA, Aspal Rinisher,
Compresor, Aspal sprayer, Cutting Dradger, Chain saw, Mobil Tinja, Amrol Truck, Mobil
Tengki Air, Lavatory Truck, Loader on Truck,, Loader on whell dan Ambulance.
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

501

Disamping itu Peraturan Daerah ini mengatur besarnya tarif retribusi, Wilayah
pemungutan, saat retribusi terutang, tata cara pemungutan, sanksi, tata cara pembayaran
dan penagihan dan pengurangan, keringanan dan pembesan retribusi.
Dalam hal ini diharapkan dari Peraturan Daerah tentang retribusi Pemakaian
Kekayaan Daerah dapat memberikan masukan yang besar bagi pendapatan asli daerah
sehingga dari hasil tersebut dapat memberikan kesejahteraan bagi kehidupan masyarakat.
II.

PENJELASAN PASAL DEMI PASAL


Pasal 1
Cukup Jelas
Pasal 2
Retribusi Pemakaian Daerah sebagaimana dimaksud dalam pasal 1, angka 8, adalah
Pembayaran atas Pelayanan Pemakaian Kekayaan Daerah antara lain, Pemakaian
atas tanah dan bangunan, pemakaian ruang pesta, pemakaian kendaraan-kendaraan,
alat-alat berat milik Pemerintah.
Pasal 3
Ayat (1)
Cukup Jelas
Ayat (2)
Cukup Jelas
Pasal 4
Hak sebagaimana dimaksud pada ayat ini adalah kewenangan yang dijamin dan
didapat melalui prosedur hukum yang berlaku.
Pasal 5
Cukup Jelas
Pasal 6
Cukup Jelas
Pasal 7
Cukup Jelas
Pasal 8
Ayat (1)

Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

502

Ayat
Ayat
Ayat
Ayat
Ayat

Cukup Jelas
(2)
Cukup Jelas
(3)
Cukup Jelas
(4)
Cukup Jelas
(5)
Cukup Jelas
(6)
Cukup Jelas

Pasal 9
Cukup Jelas
Pasal 10
Ayat (1)
Cukup Jelas
Ayat (2)
Cukup Jelas
Pasal 11
Ayat (1)
Cukup Jelas
Ayat (2)
Cukup Jelas
Pasal 12
Cukup Jelas
Pasal 13
Ayat (1)
Cukup Jelas
Ayat (2)
Cukup Jelas
Ayat (3)
Cukup Jelas
Pasal 14
Ayat (1)
Cukup Jelas
Ayat (2)
Cukup Jelas
Ayat (3)
Cukup Jelas
Pasal 15
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

503

Ayat (1)
Cukup Jelas
Ayat (2)
Cukup Jelas
Ayat (3)
Cukup Jelas
Pasal 16
Ayat (1)
Cukup Jelas
Ayat (2)
Cukup Jelas
Pasal 17
Ayat (1)
Cukup Jelas
Ayat (2)
Cukup Jelas
Pasal 18
Ayat (1)
Cukup Jelas
Ayat (2)
Cukup Jelas
Ayat (3)
Cukup Jelas
Pasal 19
Cukup Jelas
Pasal 20
Cukup Jelas

Pasal 21
Cukup Jelas

TAMBAHAN LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LAMANDAU


TAHUN 2006 NOMOR 22 SERI : C
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

504

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMANDAU


NOMOR 14 TAHUN 2006
T E N TAN G
IZIN USAHA PERTAMBANGAN UMUM
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

505

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA


BUPATI LAMANDAU,
Menimbang

Mengingat

a.

bahwa dengan dikeluarkannya Undang-undang Nomor 32 Tahun


2004 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-undang Nomor 33
Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat
dan Daerah maka Izin Usaha Pertambangan merupakan salah satu
Kewenangan Daerah;

b.

bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf


a perlu membentuk Peraturan Daerah Kabupaten Lamandau tentang
Izin Usaha Pertambangan Umum.

1.

Undang-undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok


Agraria (Lembaran Negara RI Tahun 1960 Nomor 104, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 2043);

2.

Undang-undang Nomor 1 Tahun 1967 tentang Penanaman Modal


Asing sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 11
Tahun 1970 tentang Perubahan dan Tambahan Undang-undang
Nomor 1 Tahun 1967 tentang Penanaman Modal Asing (Lembaran
Negara RI Tahun 1970 Nomor 46, Tambahan Lembaran Negara
Nomor 2943);

3.

Undang-undang Nomor 11 Tahun 1967 tentang Ketentuan-ketentuan


Pokok Pertambangan (Lembaran Negara RI Tahun 1967 Nomor 22,
Tambahan Lembaran Negara Nomor 2043);

4.

Undang-undang Nomor 6 Tahun 1968 tentang Penanaman Modal


Dalam Negeri sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang
Nomor 12 Tahun 1970 tentang Perubahan dan Tambahan Undangundang Nomor 6 Tahun 1968 tentang Penanaman Modal Dalam
Negeri (Lembaran Negara RI Tahun 1970 Nomor 47, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 2944);
Undang-undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja
(Lembaran Negara RI Tahun 1970 Nomor 1, Tambahan Lembaran
Negara Nomor 1918);

5.

6.

Undang-undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana


(Lembaran Negara RI Tahun 1981 Nomor 761, Tambahan Lembaran
Negara Nomor 3209);

Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

506

7.

Undang-undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan


Retribusi Daerah sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang
Nomor 34 Tahun 2000 tentang Perubahan Atas Undang-undang
Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah
(Lembaran Negara RI Tahun 2000 Nomor 246);

8.

Undang-undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan


Lingkungan Hidup (Lembaran Negara RI Tahun 1997 Nomor 3699);

9.

Undang-undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan


(Lembaran Negara RI Tahun 1999 Nomor 167, Tambahan Lembaran
Negara Nomor 3888);

10.

Undang-undang Nomor 5 Tahun 2002 tentang Pembentukan


Kabupaten Katingan, Kabupaten Seruyan, Kabupaten Sukamara,
Kabupaten Lamandau, Kabupaten Gunung Mas, Kabupaten Pulang
Pisau, Kabupaten Murung Raya, Kabupaten Barito Timur di Propinsi
Kalimantan Tengah (Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
18, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4180);

11.

Undang-undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan


Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara RI Nomor 53,
Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 4389);

12.

Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah


(Lembaran Negara RI Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia
Nomor 4437);

13.

Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan


Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah (Lembaran Negara RI
Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4438);

14.

Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 1973 tentang Pengaturan dan


Pengawasan Keselamatan Kerja dibidang Pertambangan (Lembaran
Negara RI Tahun 1973 Nomor 25);
Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1980 tentang Penggolongan
Bahan Galian (Lembaran Negara RI Tahun 1986 Nomor 47,
Tambahan Lembaran Negara Nomor 3174);

15.

16.

Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 1994 tentang Pemilikan


Saham dalam Perusahaan yang diberikan dalam Rangka Penanaman
Modal Asing (Lembaran Negara RI Tahun 1994 Nomor 28,
Tambahan Lembaran Negara Nomor 3552);

Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

507

17.

Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 1998 tentang Tarif atas Jenis


Penerimaan Negara Bukan Pajak yang Berlaku pada Departemen
Pertambangan dan Energi dibidang Pertambangan Umum
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 13
Tahun 2000 (Lembaran Negara RI Tahun 2000 Nomor 26, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 3939);

18.

Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1999 tentang Analisis


Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) (Lembaran Negara RI
Tahun 1999 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3838);

19.

Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan


Pemerintah dan Kewenangan Propinsi sebagai Daerah Otonom
(Lembaran Negara RI Tahun 2000 Nomor 54, Tambahan Lembaran
Negara Nomor 3952);

20.

Peraturan Pemerintah Nomor 75 Tahun 2001 tentang Perubahan


Kedua atas PP Nomor 32 Tahun 1969 tentang Pelaksanaan UU
Nomor 11 Tahun 1967 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok
Pertambangan (Lembaran Negara RI Tahun 2001 Nomor 141);

21.

Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 2003 tentang Tarif atas Jenis


Penerimaan Negara Bukan Pajak yang berlaku pada Departemen
Energi dan Sumber Daya Mineral (Lembaran Negara RI Tahun 2003
Nomor 96, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 4314);

22.

Keputusan Presiden Nomor 75 Tahun 1996 tanggal 25 September


1996 tentang Ketentuan Pokok Perjanjian Karya Pengusahaan
Pertambangan Batubara;

23.

Keputusan Presiden Nomor 115 Tahun 1998 tentang Perubahan Atas


Keppres Nomor 97 Tahun 1993 tentang Tata Cara Penanaman Modal;

24.

Peraturan Daerah Kabupaten Lamandau Nomor 12 Tahun 2005


tentang Pembentukan, Susunan Organisasi Perangkat Daerah
Kabupaten Lamandau
Dengan Persetujuan Bersama

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH


Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

508

KABUPATEN LAMANDAU
dan
BUPATI LAMANDAU
MEMUTUSKAN :
Menetapkan

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMANDAU TENTANG IZIN


USAHA PERTAMBANGAN UMUM.
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1

Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan :


1. Bupati adalah Bupati Lamandau;
2. Peraturan Bupati adalah Peraturan Bupati Kabupaten Lamandau;
3. Daerah adalah Kabupaten Lamandau;
4. Pemerintah Daerah adalah Bupati beserta Perangkat Daerah Otonom sebagai Badan Eksekutif
Daerah;
5. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah adalah Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten
Lamandau;
6. Dinas Pertambangan adalah Dinas Pertambangan dan Energi Kabupaten Lamandau;
7. Usaha Pertambangan Umum adalah segala kegiatan usaha pertambangan baik Bahan Galian
Golongan A, B dan C yang meliputi eksplorasi, eksploitasi, pengolahan/pemurnian,
pengangkutan dan penjualan;
8. Penyelidikan Umum adalah Penyelidikan secara Geologi Umum atau Geofisika, didaratan,
perairan dan dari udara, segala sesuatu dengan maksud untuk membuat peta Geologi Umum
atau untuk menetapkan tanda-tanda adanya bahan galian pada umumnya;
9. Eksplorasi adalah segala penyelidikan geologi pertambangan untuk menetapkan lebih
teliti/seksama adanya dan sifat letakan bahan galian;
10. Eksploitasi adalah usaha pertambangan dengan maksud untuk menghasilkan bahan galian dan
memanfaatkannya;
11. Pengolahan/Pemurnian adalah pekerjaan untuk mempertinggi mutu bahan galian serta untuk
memanfaatkan dan memperoleh unsur-unsur yang terdapat dalam bahan galian itu;
12. Penjualan adalah segala usaha penjualan bahan galian dan hasil pengolahan/pemurnian bahan
galian;
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

509

13. Reklamasi adalah setiap pekerjaan yang bertujuan untuk memperbaiki, mengembalikan
pemanfaatan atau meningkatkan daya guna lahan yang diakibatkan oleh usaha pertambangan
umum;
14. Konservasi sumberdaya alam adalah pengolahan sumberdaya alam yang menjamin
pemanfaatannya secara bijak dan menjamin kesinambungan persediaannya dengan tetap
memelihara dan meningkatkan kualitas nilai dan keanekaragamannya;
15. Izin usaha pertambangan adalah Izin usaha yang berisikan kewenangan, kewajiban dan hak
untuk melakukan semua atau sebagian tahap kegiatan Pertambangan Umum yang terdiri dari :
- Kuasa Pertambangan (KP)
- Kontrak Karya (KK)
- Perjanjian Karya Pengusahaan Pertambangan Batubara (PKP2B)
16. Kuasa Pertambangan (KP) adalah kewenangan yang diberikan kepada badan hukum atau
perseorangan untuk melaksanakan usaha pertambangan.
17. Kontrak Karya (KK) adalah suatu perjanjian antara Pemerintah Republik Indonesia dengan
perusahaan hukum Indonesia yang didirikan dalam rangka PMA atau PMDN untuk
melaksanakan usaha Pertambangan bahan galian, tidak termasuk minyak bumi, gas alam,
panas bumi, radioaktif dan batubara.
18. Perjanjian Karya Pengusahaan Pertambangan Batubara (PKP2B) adalah suatu perjanjian
antara Pemerintah RI dengan perusahaan kontraktor swasta yang didirikan dalam rangka PMA
atau PMDN untuk melaksanakan pengusahaan bahan galian batubara.
19. Pungutan Daerah adalah pungutan yang wajib dibayar kepada Daerah sebagai pembayaran
atau hak usaha pertambangan yang diberikan, terdiri dari :
- Pajak Daerah;
- Pencadangan Areal;
- Pungutan lainnya.
20. Pungutan Negara adalah pungutan yang wajib dibayar kepada Negara melalui Kas Negara
sebagai pembayaran atas hak usaha pertambangan yang diberikan.
21. Pajak Daerah selanjutnya disebut Pajak iuran wajib yang dilakukan oleh orang pribadi atau
badan kepada daerah tanpa imbalan langsung yang seimbang, yang dapat dipaksakan
berdasarkan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku, yang digunakan untuk membiayai
penyelenggaraan Pemerintahan Daerah dan pembangunan daerah.
22. Retribusi Daerah, yang selanjutnya disebut Retribusi, adalah Pungutan Daerah sebagai
pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan/atau diberikan
oleh Pemerintah Daerah untuk kepentingan orang pribadi atau badan.
23. Pungutan lainnya adalah pungutan yang wajib dibayar kepada Pemerintah Daerah atas
pemanfaatan fasilitas-fasilitas umu dan penggunaan peralatan untuk menunjang kegiatan
pertambangan.
24. Badan Usaha adalah suatu bentuk badan yang meliputi perseroan terbatas, perseroan
komanditer, bentuk usaha tetap serta bentuk usaha lainnya.
25. Hak Tanah adalah hak atas sebidang tanah pada permukaan bumi menurut hukum Indonesia.
26. Bahan galian adalah unsur-unsur kimia, mineral-mineral, bijih-bijih dan segala macam batuan
27. termasuk batu-batu mulia yang termasuk endapan-endapan alam.
28. Pengangkutan adalah segala kegiatan memindahkan bahan galian dari tempat eksploitasi atau
pengolahan/pemurnian.
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

510

29. Wilayah pertambangan adalah seluruh lokasi kegiatan penambangan dan lokasi fasilitas
penunjang kegiatan penambangan.
30. Pertambangan Rakyat adalah semua atau sebagian kegiatan pertambangan yang dilakukan oleh
rakyat setempat secara kecil-kecilan atau secara gotong royong dalam lokasi yang sama.
31. Pencadangan Wilayah adalah pengecekan ketersediaan dan penetapan suatu wilayah yang akan
dimohon sebagai wilayah izin usaha pertambangan umum.
32. Iuran Tetap ialah iuran yang dibayarkan kepada Negara/Daerah sebagai imbalan atas
kesempatan Penyelidikan Umum, Eksplorasi atau Eksploitasi pada suatu wilayah Kuasa
Pertambangan.
33. Iuran Eksplorasi ialah iuran produksi yang dibayarkan kepada Negara/Daerah dalam hal
pemegang Kuasa Pertambangan Eksplorasi mendapat hasil berupa bahan galian yang tergali
atas kesempatan eksplorasi yang diberikan kepadanya.
34. Iuran Eksploitasi ialah Iuran Produksi yang dibayarkan kepada Negara/Daerah atas hasil yang
diperoleh dari usaha pertambangan eksploitasi sesuatu atau lebih bahan galian.
BAB II
WEWENANG DAN TANGGUNG JAWAB URUSAN
DIBIDANG USAHA PERTAMBANGAN UMUM
Pasal 2
Kewenangan dan tanggung jawab penyelenggaraan urusan dibidang usaha pertambangan umum
dilakukan oleh Bupati.
Pasal 3
(1) Penyelenggaraan urusan pemerintah dibidang pertambangan umum sebagaimana dimaksud
dalam pasal 2 Peraturan Daerah ini meliputi :
a. Pengaturan.
b. Perizinan.
c. Pembinaan dan Pengawasan.
d. Evaluasi dan pelaporan.
(2) Kewenangan dan tanggung jawab Pemerintah Daerah dalam penyelenggaraan tugas
Pemerintah dibidang usaha pertambangan umum meliputi :
a. Mengatur, mengurus, membina dan mengembangkan kegiatan usaha pertambangan umum.
b. Melakukan kegiatan survey, inventarisasi dan pemetaan terhadap bahan galian golongan A,
B dan C.
c. Pengembangan dan penetapan prosedur persyaratan pemberian izin.
d. Pengembangan dan penetapan prosedur pelaksanaan pembinaan, pengawasan dan
pemeriksaan;
e. Mengatur dan menetapkan tata cara penyusunan organisasi kantor pertambangan.
f. Mengatur dan menetapkan kompetensi jabatan pada organisasi kantor pertambangan.
g. Mengatur dan menetapkan tata cara pengelolaan informasi energi dan sumberdaya mineral
didaerah.
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

511

h. Mengatur dan menetapkan tata cara evaluasi dan pelaporan.


i. Penyelesaian masalah tumpang tindih wilayah antara usaha pertambangan umum dengan
usaha atau peruntukan lain.
j. Perencanaan dan pengembangan wilayah dan kawasan pertambangan.
k. Pencegahan dan penanggulangan pertambangan tanpa izin.
l. Penetapan dan pengawasan pengelolaan lingkungan dan K3 dalam rangka usaha
pertambangan umum.
m. Penetapan dan pengawasan serta pembinaan dan pelaksanaan program pengembangan
masyarakat sekitar wilayah usaha pertambangan umum.
n. Pemberian Izin Usaha Pertambangan.
o. Melakukan Pungutan Daerah dan atau Pungutan Negara.
p. Penetapan Wilayah Pertambangan Rakyat (WPR).
(3) Bupati menugaskan Dinas Pertambangan untuk merencanakan dan melaksanakan kegiatan
tersebut ayat (2) pasal ini.
(4) Dalam melaksanakan kegiatan tersebut ayat (2) pasal ini, Kantor Pertambangan dapat
bekerjasama dengan Instansi lainnya.
(5) Kewenangan dan tanggung jawab pelaksanaan sesuai ayat (3) diatas yang dilimpahkan dari
Bupati kepada Kantor Pertambangan akan ditetapkan dengan Keputusan Bupati.
BAB III
JENIS BAHAN GALIAN
Pasal 4
(1) Jenis bahan galian yang masih menjadi kewenangan Pemerintah Pusat adalah sebagai berikut :
a. Minyak bumi, bitumen cair, lilin bumi, gas alam.
b. Uranium, radium, thorium dan bahan-bahan galian radioaktif.
(2) Jenis bahan galian yang masih menjadi kewenangan Pemerintah Daerah adalah sebagai
berikut :
- Golongan Bahan Galian Strategis (Gol.A)
itumen padat, aspal
Antrasit, batubara, batubara muda, nikel, kobalt, timah.
- Golongan Bahan Galian Vital (Gol. B)
Besi, mangaan, molibden, khrom, wolfram, vanadium, titan.
Bauksit, tembaga, timbale, seng, emas, platina, perak, air raksa, intan.
Arsen, antimony,bismuth, krlolit, fluorspar, barit

Yttrium, rhutenium, cerium, dan logam-logam langka lainnya.


Berillium, korundum, zirkom, kristal kuarsa.
Yodium, brom, khlor, belerang
- Golongan Bahan Galian yang tidak termasuk gol. A dan B adalah Golongan C.
Nitrat-nitrat, pospat- pospat, batu garam (halite)
Asbes, talk, mika, grafit, magnesit, yerosit, leusit, tawas (alum), oker.
Batu permata, batu setengah permata.
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

512

Pasir kuarsa, kaolin, feldspar, gips, bentonit.


Batuapung, tras, obsidian, perlit tanah diatomae, tanah serap (fullers earth)
Marmer, batutulis, batukapur, dolomite, kalsit
Granit, andesit, basalt, trakhit, tanah liat dan pasir sepanjang tidak mengandung unsurunsur mineral Golongan A maupun B dalam jumlah yang berarti ditinjau dari segi
ekonomi pertambangan.
BAB IV
USAHA PERTAMBANGAN
Pasal 5
(1) Setiap usaha pertambangan umum baru dapat dilakukan setelah memiliki izin.
(2) Pemegang izin mempunyai wewenang untuk melakukan satu atau beberapa tahap usaha
pertambangan umum yang ditentukan dalam izin.
(3) Izin sebagaimana dimaksud ayat (1) pasal ini terdiri dari :
a. Kuasa Pertambangan (KP)
b. Kontrak Karya (KK)
c. Perjanjian Karya Pengusaha Pertambangan Batubara (PKP2B)
(4) Usaha Pertambangan dapat berupa izin untuk melaksanakan kegiatan :
a. Penyelidikan umum
b. Eksplorasi
c. Eksploitasi
d. Pengolahan dan pemurnian
e. Pengangkutan dan penjualan.
(5) Usaha Pertambangan dalam bentuk KP seperti dimaksud ayat (3) huruf a pasal ini dapat
diberikan dalam bentuk.
a. Keputusan Penugasan Pertambangan Umum
b. Keputusan pemberian Kuasa Pertambangan Umum
c. Keputusan Izin Pertambangan Rakyat
d. Keputusan Izin Pertambangan Bahan Galian Golongan C.
Pasal 6
(1) Usaha Pertambangan Umum dapat diberikan kepada :
a. Instansi Pemerintah.
b. Badan Usaha Milik Negara (BUMN)
c. Badan Usaha Milik Daerah (BUMD)
d. Koperasi/koperasi Unit Desa
e. Badan Hukum Swasta yang didirikan sesuai dengan Peraturan Perundang-undangan dan
berkedudukan di Indonesia, mempunyai pengurus yang berkewarganegaraan Indonesia
serta bertempat tinggal di Indonesia dan mempunyai usaha dibidang pertambangan yang
berlokasi didaerah.
f. Perorangan yang berkewarganegaraan Indonesia dan bertempat tinggal di Lamandau.
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

513

(2)
(3)
(4)
(5)

(6)
(7)

(8)
(9)

g. Badan Hukum Swasta yang modalnya berasal dari kerjasama antara Badan Usaha dan
Perorangan sebagaimana tercantum dalam huruf a,b, c, d dan e.
Bagi Badan Usaha atau Koperasi yang melaksanakan usaha pertambangan wajib mempunyai
kantor didaerah.
Persyaratan, prosedur dan format permohonan perizinan sebagaimana dimaksud ayat (1) pasal
5 Peraturan Daerah ini diatur dengan Peraturan Bupati Bupati.
Kegiatan pertambangan tidak memerlukan izin dari Bupati sebagaimana pasal 5 ayat (1) yaitu
untuk keperluan penelitian dan penyelidikan.
Kegiatan pertambangan untuk keperluan penelitian dan penyelidikan dalam ayat (4) pasal ini
dapat dilakukan setelah mendapat persetujuan dari Bupati dan dapat dilakukan oleh
Instansi/Lembaga Pemerintah dan Swasta yang telah mendapat penugasan Pemerintah untuk
melakukan penelitian dan penyelidikan.
Permohonan untuk memperoleh persetujuan tersebut ayat (5) pasal ini diajukan secara tertulis
kepada Bupati melalui Kantor Pertambangan.
Permohonan sebagaimana dimaksud ayat (6) pasal ini harus dilampirkan data-data mengenai :
a. Maksud dan tujuan kegiatan.
b. Lokasi, jenis bahan galian dan rencana kerja.
c. Pelaksana yang melakukan pekerjaan penelitian dan penyelidikan.
Setiap permohonan persetujuan sebagaimana dimaksud ayat (6) pasal ini hanya dapat diajukan
untuk sekali kegiatan dan jenis bahan galian dalam suatu wilayah dan persetujuan diberikan
untuk selama lamanya 6 (enam) bulan.
Hasil kegiatan sebagaimana dimaksud dalam ayat (5) pasal ini wajib dilaporkan secara tertulis
kepada Bupati melalui Dinas Pertambangan dengan tembusan disampaikan kepada Gubernur
Kalimantan Tengah melalui Dinas Pertambangan dan Energi Propinsi Kalimantan Tengah.
Pasal 7

(1) Kegiatan usaha pertambangan umum tidak boleh dilakukan pada :


a. Wlayah suaka alam, hutan wisata dan hutan lindung.
b. Tempat ibadah, tempat- tempat kuburan, tempat yang dianggap suci, tempat pekerjaan
umum, misalnya jembatan, jalan umum, saluran air, listrik dan sebagainya.
c. Wilayah yang tertutup untuk kepentingan umum dan pada tempat-tempat sekitar lapangan
dan bangunan untuk kepentingan pertahanan dan keamanan.
d. Tempat-tempat pekerjaan dari usaha pertambangan lainnya.
e. Bangunan-bangunan tempat tinggal, sekolah-sekolah, pabrik-pabrik dan tanah disekitarnya
kecuali dengan izin yang bersangkutan.
(2) Dalam hal pemegang izin menganggap perlu untuk kepentingan kegiatan usaha pertambangan
berdasarkan izin, maka pemindahan bangunan fasilitas umum dapat dilakukan atas izin Bupati,
dengan biaya sepenuhnya ditanggung oleh pemegang izin.
Pasal 8
Izin dinyatakan tidak berlaku apabila :
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

514

a. Masa berlakunya sudah berakhir dan tidak diperpanjang lagi.


b. Pemegang izin mengembalikan kepada Bupati sebelum berakhirnya jangka waktu yang telah
ditetapkan dalam izin yang bersangkutan.
c. Melanggar ketentuan yang berlaku sebagaimana dimuat dalam Peraturan Daerah dan tidak
memenuhi kewajiban yang tercantum dalam izin.
d. Kondisi penambangannya membahayakan bagi lingkungan hidup dan keselamatan rakyat
setempat.
e. Terjadi persengketaan hak milik tanah yang tidak dapat diselesaikan.
f. Pemegang izin tidak melaksanakan izin kegiatan usaha pertambangan dalam jangka waktu 6
(enam) bulan setelah diterbitkan izin atau selama 2 (dua) tahun menghentikan kegiatan usaha
pertambangan umum tanpa memberikan alasan-alasan yang dapat dipertanggungjawabkan.
g. Endapan bahan galian sudah habis atau sudah sulit didapat.
h. Izin dibatalkan dengan Keputusan Bupati untuk kepentingan Negara
Pasal 9
(1) Pada suatu wilayah usaha pertambangan umum dapat diberikan izin untuk jenis bahan galian
lain yang keterdapatannya berbeda setelah mendapatkan persetujuan dari pemegang izin
terdahulu.
(2) Pemegang izin mempunyai hak prioritas apabila berkeinginan untuk mengusahakan bahan
galian lain dalam wilayah kerjanya.
Pasal 10
(1) Bentuk dan isi kontrak untuk Kontak Karya (KK) dan Perjanjian Karya Pengusahaan
Pertambangan Batu Bara PKP2B mengacu kepada standar kontrak yang dibuat oleh
Pemerintah.
(2) Kontrak sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) pasal ini dikonsultasikan dengan Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah.
(3) Dalam hal pemberian KK dan PKP2B dalam rangka Penanaman Modal Asing, Pemerintah
Daerah berkonsultasi dengan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD), Pemerintah dengan
Dewan Perwakilan Rakyat (DPR).
BAB V
LUAS WILAYAH IZIN
Pasal 11
(1) Luas wilayah dalam bentuk KP, kecuali IPR :
a. Tahap penyelidikan umum
1) Untuk Badan Usaha tidak boleh melebihi 25.000 Ha
2) Untuk Koperasi tidak boleh melebihi 1.000 Ha
3) Untuk Perorangan tidak boleh melebihi 50 Ha
b. Tahap Eksplorasi
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

515

1) Untuk Badan Usaha tidak boleh melebihi 10.000 Ha


2) Untuk Koperasi tidak boleh melebihi 500 Ha
3) Untuk Perorangan tidak boleh melebihi 25 Ha
c. Tahap Eksploitasi
1) Untuk Badan Usaha tidak boleh melebihi 5.000 Ha
2) Untuk Koperasi tidak boleh melebihi 250 Ha
3) Untuk Perorangan tidak boleh melebihi 5 Ha
(2) Luas wilayah izin dalam bentuk KK dan PKP2B
a. Pada tahap penyelidikan umum atau eksplorasi tidak boleh melebihi 100.000 Ha dan
secara bertahap akan dikurangi besarnya sesuai ketentuan dalam kontrak/perjanjian.
b. Pada tahap Eksploitasi tidak boleh melebihi 25 % dari luasan pada tahap Penyelidikan
Umum (PU) +eksploritas.
(3) Luas wilayah KP dan IPR untuk perorangan tidak bukan boleh tapi melebihi 5 Ha dan koperasi
tidak boleh melebihi 25 Ha.
BAB VI
JANGKA WAKTU PEMBERIAN IZIN
Pasal 12
(1) Izin yang berisikan kewenangan untuk melakukan penyelidikan umum diberikan oleh Bupati
untuk jangka waktu selama-lamanya 1 (satu) tahun atas permintaan yang bersangkutan.
(2) Bupati dapat memperpanjang jangka waktu sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) pasal ini
untuk jangka waktu 1 (satu) tahun lagi, atas permintaan yang bersangkutan yang harus
diajukan paling lambat 3 (tiga) bulan sebelum berakhirnya jangka waktu yang telah ditetapkan.
Pasal 13
(1) Izin yang berisikan kewenangan untuk melakukan Usaha Pertambangan Eksplorasi diberikan
oleh Bupati untuk jangka waktu selama-lamanya 3 (tiga) tahun atas permintaan yang
bersangkutan.
(2) Bupati dapat memperpanjang jangka waktu termasuk dalam ayat (1) pasal ini sebanyak 2 (dua)
kali, setiap kalinya untuk jangka waktu 1 (satu) tahun, atas permintaan yang bersangkutan
yang harus diajukan paling lambat 3 (tiga) bulan sebelum berakhirnya jangka waktu yang telah
ditetapkan.
(3) Dalam pemegang izin untuk kegiatan Ekplorasi telah menyatakan bahwa usahanya akan
dilanjutkan dengan Usaha Pertambangan Eksploitasi, maka Bupati dapat memberikan
perpanjangan untuk jangka waktu selama-lamanya 3 (tiga) tahun lagi untuk pembangunan
fasilitas-fasilitas Eksploitasi penambangan, atas permintaan yang bersangkutan.
Pasal 14

Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

516

(1) Izin yang berisikan kewenangan untuk melakukan Usaha Pertambangan Ekploitasi diberikan
oleh Bupati untuk jangka waktu selama-lamanya 30 (tiga puluh) tahun.
(2) Bupati dapat memperpanjang jangka waktu termasuk dalam ayat (1) pasal ini sebanyak 2 (dua)
kali, setiap kalinya untuk jangka waktu paling lama 10 (sepuluh) tahun.
(3) Permintaan perpanjangan harus diajukan paling lambat 3 (tiga) bulan sebelum berakhirnya
jangka waktu yang telah ditetapkan.
Pasal 15
(1) Izin yang berisikan kewenangan untuk melakukan Usaha Pertambangan Rakyat diberikan oleh
Bupati untuk jangka waktu selama-lamanya 5 (lima) tahun.
(2) Bupati dapat memperpanjang jangka waktu termasuk dalam ayat (1) pasal ini sebanyak 2 (dua)
kali, setiap kalinya untuk jangka waktu 3 (tiga) tahun.
(3) Permintaan perpanjangan harus diajukan paling lambat 3 (tiga) bulan sebelum berakhirnya
jangka waktu yang telah ditetapkan.
BAB VII
PENUGASAN PERTAMBANGAN
Pasal 16
(1) Keputusan Penugasan Pertambangan Umum yang merupakan penugasan kepada suatu instansi
Pemerintah untuk melaksanakan usaha pertambangan dalam rangka penelitian/penyelidikan
memuat ketentuan-ketentuan pelaksanaan dari penugasan tersebut;
(2) Apabila dianggap perlu dalam penugasan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) pasal ini
dapat diberikan keringanan- keringanan terhadap kewajiban-kewajiban yang ditentukan dalam
Peraturan Daerah ini;
(3) Apabila dalam penugasan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) pasal ini tidak dicantumkan
ketentuan- ketentuan mengenai keringanan tersebut, maka ketentuan- ketentuan mengenai
kuasa pertambangan dalam Peraturan Daerah ini berlaku sepenuhnya.
BAB VIII
PERTAMBANGAN RAKYAT
Pasal 17
(1) Permohonan Izin Pertambangan Rakyat seperti termaksud dalam pasal 6 (enam) Peraturan
Daerah kepada Bupati;
(2) Bupati dapat memberikan izin usaha pertambangan rakyat pada wilayah yang telah ditetapkan
sebagai wilayah pertambangan rakyat (WPR) selama-lamanya 5 (lima) tahun;
(3) Penetapan WPR sebagaimana dimaksud dalam dalam ayat (2) pasal ini ditetapkan dengan
Keputusan;
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

517

(4) Bupati dapat membatalkan suatu penetapan WPR untuk kepentingan Negara;
(5) Perizinan pertambangan rakyat hanya diberikan kepada penduduk setempat dan pengaturan
lebih lanjut tentang perijinan pertambangan rakyat akan ditetapkan dengan Keputusan Bupati.
BAB IX
KEWAJIBAN DAN HAK PEMEGANG IZIN
Pasal 18
(1)
(2)
(3)
(4)

(5)

(6)

(7)
(8)
(9)

Pemerintah Daerah mewajibkan bagi pemohon izin untuk memenuhi kewajiban


keuangan sesuai ketentuan yang berlaku pada saat izin diterbitkan atau ketentuan lain yang
berlaku dari waktu kewaktu;
Pemerintah Daerah tidak mewajibkan pemegang izin untuk membayar pungutan daerah
atas Waste/material buangan dan lapisan tanah penutup dalam kegiatan operasional
penambangan selama tidak dimanfaatkan secara komersial.
Pemegang izin wajib membayar pungutan daerah atas kegiatan usahanya sesuai
ketentuan yang berlaku pada saat izin diterbitkan atau ketentuan lain yang berlaku dari waktu
kewaktu.
Pemegang izin wajib melaksanakan kegiatan penambangan dengan memperhatikan
keselamatan kerja, teknis penambangan yang baik dan benar pengelola lingkungan hidup
sesuai dengan ketentuan yang berlaku dan petunjuk-petunjuk pejabat pelaksanaan inspeksi
tambang (PIT).
Pemegang izin wajib memberikan laporkan secara tertulis atas pelaksanaan kegiatan
setiap 3 (tiga) bulan kepada Bupati melalui Kantor Pertambangan, Camat yang bersangkutan
dan tembusan kepada Gubernur melalui Dinas Pertambangan dan Energi Propinsi, Direktur
Jenderal OTDA dan Direktur Jenderal Geologi dan Sumberdaya Mineral.
Pemegang izin wajib membuat laporan hasil pelaksanaan upaya pengelolaan lingkungan
(UKL) dan upaya pemantauan lingkungan (UPL), analisa mengenai dampak lingkungan
(AMDAL) setiap 3 (tiga) bulan kepada Bupati melalui Kantor Pertambangan dengan tembusan
BAPEDALDA yang bertanggung jawab atas pengendalian dampak lingkungan didaerah;
Guna kepentingan pengendalian dampak lingkungan pada bekas penambangan kepada
pemegang izin diwajibkan membayar/menitipkan uang jaminan reklamasi;
Uang jaminan sebagaimana dimaksud dalam ayat (7) pasal ini menjadi hak Pemerintah
Daerah bila tidak dilakukan reklamasi;
Pengaturan sebagaimana dimaksud dalam ayat (7) diatur dengan Peraturan Bupati.
Pasal 19

(1) Pemegang izin diwajibkan membayar ganti rugi kepada orang pribadi/badan yang memiliki
tanah pada lokasi kegiatan tambang yang nyata-nyata menderita kerugian akibat kegiatan
usaha tambang yang bersangkutan.
(2) Kerugian yang disebabkan oleh usaha-usaha pertambangan oleh 2 (dua) pemegang izin atau
lebih dibebankan kepada mereka bersama-sama
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

518

Pasal 20
(1) Untuk pemegang izin KP (kecuali IPR), KK, dan PKP2B diwajibkan memberikan pembuktian
kesungguhan kepada Pemerintah Daerah dalam bentuk jaminan kesungguhan;
(2) Besarnya jumlah jaminan kesungguhan sesuai dengan ketentuan yang berlaku perhektar
(3) Tata cara penyetoran dan pencairan jaminan kesungguhan ditetapkan dengan keputusan
Bupati;
(4) Pemegang izin KP, KK dan PKP2B diwajibkan membuat/menyampaikan peta pencadangan
wilayah beserta penjelasannya;
Pasal 21
(1) Pemegang izin berhak :
a. Melaksanakan kegiatan pertambangan sesuai ketentuan dalam izin;
b. Menerima pembinaan dari Pemerintah;
c. Mengajukan keberatan atau keringanan atas penetapan pungutan atau kewajiban lain
disertai alasan-alasan pada keadaan memaksa (force majeure) dan benar-benar telah
melakukan langkah -langkah pengamanan dan mengambil langkah alternatif yang wajar.
d. Menerima penghargaan atas ketaatan kepada Pemerintah.
(2) Pemegang izin mempunyai hak melakukan salah satu atau seluruh kegiatan :
a. Penyelidikan Umum
b. Eksplorasi
c. Study Kelayakan
d. AMDAL, UKL/UPL
e. Konstruksi
f. Izin pengiriman contoh buah batubara, biji besi
g. Eksploitasi/produksi
h. Pengolahan/pemurnian
i. Pengangkutan
j. Penjualan.
BAB X
OBJEK, SUBYEK, DAN BESARNYA PUNGUTAN
Pasal 22
Pendataan, Pencatatan, Penetapan dan Pemungutan pungutan dari kegiatan usaha pertambangan
dilakukan oleh Dinas Pertambangan.
Pasal 23
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

519

(1) Objek pungutan daerah adalah :


a. Pinjam pakai kawasan com dev (camunidity Development) per blok untuk luas 50 (lima
puluh) Hektar atau lebih dikenakan pungutan Rp. 10.000.000,- (sepuluh juta rupiah).
b. Beban lingkungan (reklamasi) untuk luasan kurang 1 Hektar dikenakan pungutan Rp.
1.000.000,- (satu juta rupiah) per hektar.
c. Pajak dan Retribusi Daerah sesuai dengan ketentuan dan peraturan Perundang-undangan
yang berlaku.
d. Hasil produksi yang diperoleh dari kegiatan pertambangan bahan galian golongan C dan
dari wilayah pertambangan rakyat.
e. Pungutan lainnya.
(2) Objek pungutan Negara adalah :
a. Iuran tetap
b. Iuran Eksplorasi
c. Iuran Eksploitasi
Pasal 24
Subjek pungutan adalah setiap BUMN dan BUMD, Koperasi/KUD Badan Hukum, Perorangan
atau Perusahaan Kerjasama yang melaksanakan kegiatan usaha dibidang pertambangan umum
sebagaimana dimaksud pasal 6 Peraturan Daerah ini.
Pasal 25
(1) Besarnya tarif pungutan daerah sebagaimana ayat (1) pasal 23, ditetapkan dengan Peraturan
Daerah.
(2) Besarnya tarif pungutan Negara sebagaimana ayat (2) pasal 23 Peraturan Daerah ini, sesuai
dengan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku.
BAB XI
PERHITUNGAN DAN PEMBAYARAN PUNGUTAN
Pasal 26
(1) Pemungutan pungutan dari kegiatan usaha pertambangan umum dengan system/cara sebagai
berikut :
a. System laporan dari pemegang izin dengan pengawasan dinas pertambangan.
b. Melalui kontraktor atau pemakai lainnya selaku wajib pungut (wapu).
c. Sistem tol/pos dengan surat berharga.
d. Unit pelayanan teknis kantor (UPTK)
e. Melalui pelayanan langsung kepada pemegang izin atau pelaku produksi
(2) Semua hasil penerimaan pungutan daerah disetor ke Kas Daerah Kabupaten Lamandau.
(3) Semua Hasil Penerimaan Pemungutan Negara disetor ke Kas Negara
Pasal 27
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

520

(1) Untuk kegiatan usaha pertambangan umum yang dilakukan oleh KK dan PKP2B perhitungan
pungutannya berdasarkan ketentuan dalam kontrak dan atau izin
(2) Kecuali untuk menghitung besarnya pungutan bagi usaha pertambangan diwilayah
pertambangan rakyat (WPR).
(3) Bahan galian emas ditetapkan 5 % dari harga jual dan/atau menurut jumlah mesin untuk
menebang dan kapasitasnya.
Pasal 28
(1) Pungutan atas pertambangan umum harus dilunasi sekaligus setelah subjek pungutan yang
bersangkutan menerima surat ketetapan pungutan (SKP);
(2) Pembayaran pungutan atas produksi yang terlambat dibayar 1 (satu) bulan setelah ditetapkan
SKP dikenakan denda sebesar 5 % (lima perseratus) dari pokok pungutan setiap bulan dan
selama-lamanya 6 (enam) bulan.
(3) Apabila sampai batas waktu sebagaimana dimaksud ayat (2) pasal ini tidak dipenuhi maka
subjek pungutan diberikan peringatan sebanyak 3 (tiga) kali berturut-turut dan apabila tidak
juga dipenuhi maka izin dicabut.
Pasal 29
Bupati dapat memberikan keringanan terhadap subjek pungutan atas permohonan yang
bersangkutan disertai bukti dan alasan-alasan yang dapat dipertanggungjawabkan.

BAB XII
TUMPANG TINDIH WILAYAH
Pasal 30
Dalam hal terjadi tumpang tindih antara kegiatan usaha pertambangan dengan kegiatan selain
usaha pertambangan, maka prioritas peruntukan lahan ditentukan oleh Bupati sesuai dengan
wewenangnya.
BAB XIII
PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP
Pasal 31
(1) Pemerintah Daerah mengupayakan berhasilnya penerapan dan penegakan peraturan
perundang-undangan dibidang lingkungan yang berlaku.
(2) Pemerintah Daerah membina dan mengawasi dalam melaksanakan pengelolaan dan
pemantauan lingkungan yang dilaksanakan oleh pemegang izin sesuai dengan Peraturan
Perundang-undangan yang berlaku.
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

521

(3) Tugas Pemerintah Daerah sebagaimana maksud ayat (2) pasal ini meliputi pemberian
persetujuan AMDAL (kerangka acuan/KA, AMDAL, RKL dan RPL) UKL-UPL yang disusun
oleh masing-masing Pemegang izin selaku pemeriksa.
Pasal 32
(1) Pemerintah Daerah mewajibkan pemegang izin pada operasi/produksi untuk menyampaikan
laporan rencana tahunan pengelolaan dan pemantauan lingkungan (RTKL) kepada Pemerintah
Daerah;
(2) Pemerintah Daerah mewajibkan pemegang izin sebelum memulai tahap operasi/produksi
untuk menyampaikan laporan rencana tahunan pengelolaan lingkungan (RTKL) kepada
Pemerintah Daerah dan menempatkan Dana Jaminan Reklamasi pada Bank Pemerintah dan
Bank Devisa sebagaimana diatur dalam Peraturan Perundang-undangan yang berlaku.

BAB XIV
PENGEMBANGAN WILAYAH DAN PENGEMBANGAN
MASYARAKAT SERTA KEWIRAUSAHAAN
Pasal 33
(1) Pemerintah Daerah mewajibkan pemegang izin sesuai dengan tahapan dan skala usahanya
untuk membantu program pengembangan masyarakat dan pengembangan wilayah pada
masyarakat setempat yang meliputi pengembangan sumberdaya manusia, kesehatan dan
pertumbuhan ekonomi;
(2) Bupati memerlukan pembinaan dan pengawasan terhadap pelaksanaan program dan
pengembangan masyarakat dan pengembangan wilayah sebagaimana maksud dalam ayat (1)
pasal ini.
Pasal 34
Bupati mengupayakan terciptanya kemintrausahaan antara pemegang izin dengan masyarakat
setempat berdasarkan prinsip saling membutuhkan dan saling menguntungkan.
BAB XV
DATA INFORMASI PERTAMBANGAN NASIONAL
Pasal 35
Dalam rangka penyiapan data informasi pertambangan nasional, Bupati melakukan inventarisasi
potensi cadangan sumberdaya mineral yang berada didalam atau diluar wilayah usaha
pertambangan serta data pengusahaan pertambangan.

Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

522

BAB XVI
PEMBINAAN DAN PENGAWASAN
Pasal 36
Pemerintah Daerah bertanggung jawab atas pembinaan dan pengawasan serta pengendalian usaha
pertambangan umum didaerah.
Pasal 37
(1) Pelaksanaan pembinaan, dan pengawasan pengendalian usaha pertambangan terhadap
pemegang izin dilakukan oleh Bupati sesuai dengan wewenangnya
(2) Bupati dapat melimpahkan kewenangan tersebut ayat (1) pasal ini kepada Dinas Pertambangan
dengan Peraturan Bupati.
(3) Pembinaan, Pengawasan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) meliputi :
a. Eksplorasi;
b. Eksploitasi dan pemasaran;
c. Keselamatan dan Kesejahteraan Kerja (K3);
d. Lingkungan;
e. Konservasi.
f. Tenaga Kerja;
g. Barang Modal;
h. Jasa Pertambangan;
i. Pelaksanaan penggunaan produksi dalam negeri;
j. Investasi, divestasi dan keuangan;
k. Penerapan standar pertambangan;
l. Jamsostek;
m. Kegiatan-kegiatan lain dibidang usaha Pertambangan Umum sepanjang menyangkut
kepentingan umum.
(4) Pelaksanaan pengawasan langsung dilapangan terhadap aspek produksi dan pemasaran,
konservasi, K3 serta lingkungan dilakukan sekurang-kurangnya 3 (tiga) bulan sekali.
Pasal 38
(1) Pembinaan dan pengawasan K3 dan lingkungan dilaksanakan oleh Pelaksanaan Inspeksi
tambang (PIT).
(2) Persyaratan, tugas pokok dan tugas PIT sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berpedoman
ketentuan Pemerintah yang berlaku.
(3) Pelaksanaan pembinaan dan pengawasan K3 berpedoman pada ketentuan Pemerintah yang
berlaku.
(4) Pelaksanaan pembinaan dan pengawasan lingkungan berpedoman pada ketentuan Pemerintah
yang berlaku.
Pasal 39
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

523

Pelaksanaan pengawasan tenaga kerja, barang modal, jasa pertambangan pelaksanaan penggunaan
produksi dalam negeri, penerapan standar pertambangan, investasi divestasi dan keuangan
berdasarkan evaluasi atas laporan tentang rencana dan realisasi yang disampaikan dan uji petik
dilapangan.
BAB XVII
PELAPORAN DAN EVALUASI
Pasal 40
Bupati sesuai dengan kewenangannya mewajibkan masing-masing pemegang izin untuk
menyampaikan laporan kegiatan usahanya secara bulanan, triwulan, tahunan dan laporan akhir
serta laporan khusus lainnya.
Pasal 41
Bupati sesuai kewenangannya mengevaluasi atas kegiatan laporan kegiatan pemegang izin
sebagaimana dimaksud pada pasal 40 Peraturan Daerah ini.
BAB XVIII
PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN
Pasal 42
Pengawasan dan pengendalian dilaksanakan oleh Dinas Pertambangan dan Energi Kabupaten
Lamandau.
BAB XIX
KETENTUAN PIDANA
Pasal 43
(1) Setiap pelanggaran oleh para pengusaha dibidang pertambangan umum sebagaimana dimaksud
dalam Peraturan Daerah ini, akan dikenakan sanksi sesuai Peraturan Perundang-undangan
yang berlaku.
(2) Setiap orang yang dengan sengaja melanggar ketentuan dalam pasal 23 dan pasal 24 Peraturan
Daerah ini dipidana kurungan selama-lamanya 6 (enam) bulan atau denda sebanyaksebanyaknya Rp. 50.000.000,(3) Tindak Pidana sebagaimana dimaksud ayat (1) pasal ini adalah pelanggaran.
(4) Denda sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) pasal 43 dan akibat tindak pidana kejahatan
sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) pasal 43 disetor kekas daerah Kabupaten Lamandau;
(5) Jika pemegang izin usaha pertambangan atau wakilnya adalah suatu perseroan maka hukuman
sebagaimana dalam ayat (1) dan (2) dijatuhkan kepada Anggota Pengurus Perseroan;
(6) Kuasa pertambangan eksplorasi dapat dibatalkan oleh Bupati jika ternyata :
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

524

a. Pekerjaannya belum dimulai dalam jangka 6 (enam) bulan setelah pemberian kuasa
pertambangan tersebut;
b. Atas permintaan pemilik tanah atau pihak ketiga, jika pekerjaan dimulai sebelum dibayar
sejumlah ganti rugi
BAB XX
PENYIDIKAN
Pasal 44
(1) Penyidikan tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam pasal 43 ayat (2) dan (3) Peraturan
Daerah ini dilakukan oleh PPNS dilingkungan Pemerintah Daerah Kabupaten Lamandau.
(2) Penyidikan tindak pidana sebagaimana dimaksud ayat (1) pasal ini, selama dilakukan oleh
PPNS juga dapat dilakukan oleh Pejabat Penyidik Polisi Negara Republik Indonesia.
(3) Dalam melaksanakan tugasnya penyidik sebagaimana dimaksud ayat (1) berwenang :
a. Menerima laporan atau pengaduan dari seseorang tentang adanya tindak pidana;
b. Melakukan tindakan pertama pada saat itu ditempat kejadian;
c. Memerintah berhenti seseorang tersangka dari perbuatannya dan memeriksa tanda
pengenal dari tersangka;
d. Pemeriksaan, penyitaan surat dan benda;
e. Mengambil sidik jari dan memotret seorang tersangka;
f. Mengambil seseorang untuk didengar dan diperiksa sebagai tersangka atau saksi;
g. Mendatangkan seorang ahli yang diperlukan dalam hubungannya dengan pemeriksa
perkara;
h. Mengadakan penghentian penyidikan setelah mendapat petunjuk dari penyidik bahwa tidak
terdapat cukup bukti atau peristiwa tersebut bukan merupakan tindak pidana dan
selanjutnya melalui penyidik memberitahukan hal tersebut kepada Penuntut Umum,
tersangka atau keluarganya;
i. Mengadakan tindakan lain menurut hukum yang dapat dipertanggungjawabkan.
(4) Dalam melaksanakan tugas, PPNS sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pasal ini tidak
berwenang melakukan penangkapan dan penahanan, kecuali dilakukan oleh penyidik polisi
negara RI.
BAB XXI
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 45
(1) KP, KK dan PKP2B yang telah diterbitkan atau disetujui setelah ditetapkan Peraturan Daerah
ini, tetap berlaku dan dihormati kewenangannya, hak serta kewajibannya sesuai dengan
ketentuan yang telah ditetapkan;
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

525

(2) Surat Izin Pertambangan Daerah (SIPD) dan Surat Izin Pertambangan Rakyat (SIPR) yang
telah diterbitkan atau disetujui sebelum disahkannya Peraturan Daerah ini, tetap berlaku dan
dihormati kewenangannya, hak serta kewajibannya sesuai dengan ketentuan yang telah
ditetapkan.
Pasal 46
(1) Permohonan perpanjangan dan atau peningkatan tahapan KP, KK dan PKP2B serta SIPR yang
diterima setelah tangga l1 Januari ........ 200 dan telah memenuhi syarat sesuai ketentuan
yang berlaku akan diproses oleh Dinas Pertambangan.
(2) Khusus pelaksanaan pembinaan dan pengawasan terhadap KK dan PKP2B dalam rangka
Penanaman Modal Asing yang sudah ada sebelum tanggal 1 Januari 200... dilakukan bersama
antara Pemerintah, Pemerintah Propinsi dan Pemerintah Daerah.
Pasal 47
Persyaratan permohonan perizinan usaha pertambangan sebagaimana terdapat pada Lampiran
Peraturan Daerah ini, yang tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.

BAB XXII
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 48
Hal-hal yang belum diatur dalam Peraturan Daerah ini, sepanjang mengenai pelaksanaannya akan
diatur lebih lanjut dengan
Peraturan Bupati
Pasal 49
Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan;

Agar setiap orang dapat mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini
dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah.
Ditetapkan di
Pada Tanggal

: Nanga Bulik
: 21 Oktober 2006

Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

526

WAKIL BUPATI LAMANDAU,


ttd
Drs. HGM. AFHANIE
Diundangkan di Nanga Bulik
pada tanggal 21 oktober 2006
SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN LAMANDAU
ttd
( Ir. MARUKAN )
NIP. 131 480 087
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LAMANDAU
TAHUN 2006 NOMOR 23 SERI : B

LAMPIRAN: PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMANDAU


NOMOR: 14 TAHUN 2006
PERSYARATAN PERMOHONAN PERIZINAN

Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

527

I.

KUASA PERTAMBANGAN (KP)


1. Kuasan Pertambangan Penyelidikan Umum atau Kuasa Pertambangan Eksplorasi
(permohonan baru)
a. Surat permohonan
b. Peta wilayah
c. Akte pendirian perusahaan yang salah satu maksud dan tujuannya meyebutkan
berusaha dibidang pertambangan dan telah disahkan oleh instansi yang berwenang.
d. Tanda Bukti Penyetoran Uang Jaminan Kesungguhan
e. Laporan Keuangan bagi perusahaan baru dan laporan keuangan tahun terakhir yang
telah diaudit oleh Akuntan Publik bagi perusahaan lama.
2. Perpanjangan Kuasa Pertambangan Penyelidikan Umum.
a. Surat permohonan
b. Peta wilayah
c. Laporan kegiatan Penyelidikan Umum
d. Rencana Kerja dan Biaya
e. Tanda Bukti Pelunasan Iuran Tetap.
3. Kuasa Pertambangan Eksplorasi
a. Sebagai peningkatan Kuasa Pertambangan Penyelidikan Umum :
1) Surat permohonan
2) Peta wilayah
3) Laporan Lengkap Penyelidikan Umum
4) Tanda Bukti Pelunasan Iuran Tetap.
5) Rencana Kerja dan Biaya
b. Kuasa Pertambangan Eksplorasi bukan peningkatan Kuasa Pertambangan Penyelidikan
Umum :
1) Surat permohonan
2) Peta wilayah
3) Akte pendirian perusahaan yang salah satu maksud dan tujuannya meyebutkan
berusaha dibidang pertambangan dan telah disahkan oleh instansi yang berwenang.
4) Anggaran Dasar yang salah satu maksud dan tujuannya menyebutkan berusaha
dibidang pertambangan dan telah disahkan oleh instansi yang berwenang khusus
untuk koperasi/KUD.
5) Rekomendasi dari Dinas Koperasi dan Usaha Kecil khusus untuk koperasi/KUD
4. Perpanjangan Kuasa Pertambangan Eksplorasi :
a. Surat permohonan
b. Peta wilayah
c. Laporan Kegiatan Eksplorasi

d. Rencana Kerja dan Biaya


e. Tanda Bukti Pelunasan Iuran Tetap
5. Izin Pengiriman, contoh sample/ruah (diberikan hanya satu kali) :
a. Surat permohonan
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

528

6.

7.

8.

9.

b. Salinan atu copy surat Keputusan Kuasa Pertambangan


c. Bukti Pelunasan Iuran Tetap dan Iuran Eksploitasi
d. Peta Rencana tambang percobaan
e. Rencana tujuan, jumlah dan kualitas pengiriman contoh
f. Dokumen AMDAL/UKL-UPL kegiatan pengambilan contoh ruah yang telah disetujui.
Kuasa Pertambangan Eksploitasi :
a. Peningkatan Kuasa Pertambangan Eksplorasi
1) Surat permohonan
2) Peta wilayah
3) Laporan Lengkap Eksplorasi
4) Laporan Study Kelayakan
5) Dokumen AMDAL atau UKL-UPL
6) Tanda Bukti Pembayaran Iuran Tetap.
7) Akte pendirian perusahaan yang salah satu maksud dan tujuannya meyebutkan
berusaha dibidang pertambangan dan telah disahkan oleh instansi yang berwenang.
b. KP Eksploitasi baru (bukan sebagai peningkatan Kuasa Pertambangan Eksplorasi)
khusus untuk koperasi/KUD
1) Surat permohonan
2) Peta wilayah
3) Laporan Lengkap Eksplorasi
4) Laporan Study Kelayakan
5) Dokumen AMDAL atau UKL dan UPL
6) Akte pendirian perusahaan yang salah satu maksud dan tujuannya meyebutkan
berusaha dibidang pertambangan dan telah disahkan oleh instansi yang berwenang
7) Rekomendasi dari Dinas Koperasi
Perpanjangan Kuasa Pertambangan Eksploitasi :
a. Surat permohonan
b. Peta wilayah
c. Tanda Bukti Pelunasan Iuran Tetap dan Iuran Eksploitasi
d. Laporan Akhir Kegiatan Eksploitasi
e. Laporan Pelaksanaan Pengelolaan Lingkungan
f. Rencana Kerja dan Biaya
Kuasa Pertambangan Pengolahan dan pemurnian serta perpanjangan (mandiri/bagi yang
tidak mempunyai KP Eksploitasi)
a. Surat permohonan
b. Rencana Teknis Pengolahan dan Pemurnian
c. Dokumen AMDAL atau UKL-UPL
d. Perjanjian jual beli dengan pemegang Kuasa Pertambangan Eksploitasi
e. Laporan kegiatan Pengolahan dan Pemurnian yang telah dilakukan (untuk
perpanjangan)
Pengakhiran dan Pengambilan Kuasa Pertambangan
a. Surat permohonan
b. Laporan Akhir Kegiatan
c. Tanda Bukti Pelunasan Iuran Tetap dan/atau Iuran Tetap Eksploitasi.

Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

529

10.

11.

12.

13.

d. Laporan Pelaksanaan Pengelolaan Lingkungan dan Rencana Kegiatan


e. Pasca Tambang (untuk KP Eksploitasi)
Pemindahan Kuasa Pertambangan
a. Surat permohonan
b. Surat Pernyataan Pemegang Kuasa Pertambangan
c. Berita Acara Serah Terima
d. Akte Pendirian Perusahaan Baru yang salah satu dari maksud dan tujuannya
menyebutkan berusaha dibidang pertambangan dan telah disahkan oleh Departemen
Kehakiman dan Hak Azasi Manusia atau Instansi yang berwenang, salah satu
Direktur/pengurusnya adalah Direktur/pengurus perusahaan yang lama.
Ralat Batas dan Luas Wilayah
a. Surat permohonan
b. Peta Wilayah
c. Alasan Perubahan Batas dan Luas Wilayah
Izin Pertambangan Bahan Galian Golongan C
a. Surat permohonan
b. Surat Pernyataan kesanggupan pemohon untuk memenuhi ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berlaku dibidang Pertambangan, yang dibubuhi diatas kertas
bermaterai Rp. 6000,- (enam ribu rupiah)
c. Gambar/peta wilayah permohonan
d. Fotocopy Akte Badan Hukum (perusahaan, koperasi, yayasan, dan lain-lain) untuk
pemohon Izin atas nama Badan Hukum Usaha, yang disahkan oleh Pejabat yang
berwenang
e. Fotocopy Kartu Tanda Penduduk (KTP) untuk pemohon perorangan yang disahkan
oleh Pejabat yang berwenang
f. Fotocopy Izin Domisili Badan Usaha (perusahaan) untuk pemohon atas nama Badan
Hukum Usaha, yang disahkan oleh Pejabat yang berwenang
g. Fotocopy status tanah pada wilayah permohonan (apabila bukan tanah negara bebas)
h. Surat Keterangan/Rekomendasi dari Camat, Kepala Desa/Lurah dan/atau dari
Pimpinan Instansi teknis yang terkait didaerah
Izin Pertambangan Rakyat (IPR)
a. Surat permohonan
b. Gambar/peta wilayah permohonan
c. Surat Rekomendasi- Rekomendasi dari Camat, Kepala Desa/Lurah setempat
d. Salinan sah Kartu Tanda Penduduk bagi perorangan
e. Salinan yang sah dari surat pengesahan tentang Badan Hukum Koperasi yang
dikeluarkan oleh Dinas Koperasi
f. Kesanggupan pemohon memenuhi persyaratan teknis dan administrasi yang telah
ditetapkan sesuai ketentuan- ketentuan yang berlaku

II. KONTRAK KARYA (KK) DAN PERJANJIAN KARYA


PERTAMBANGAN BATUBARA (PKP2B)
1. Izin Pengiriman contoh sample/ruah (diberikan hanya satu kali)
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

530

PENGUSAHAAN

a.
b.
c.
d.
e.
f.
2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

Surat permohonan
Salinan/copy Surat Keputusan Penetapan Tahapan Kegiatan Study Kelayakan
Bukti Pelunasan Iuran Tetap dan royalti Pertambangan
Peta Rencana tambang percobaan
Rencana tujuan, jumlah dan kualitas pengiriman contoh
Dokumen AMDAL/UKL-UPL kegiatan pengambilan contoh sample/ruah yang telah
disetujui
Izin Usaha Jasa Pertambangan
a. Surat Permohonan
b. Akte Pendirian Perusahaan
c. Fotocopy Domisili
d. Daftar pimpinan umum perusahaan dan alamat
e. Daftar tenaga ahli
f. Daftar Peralatan
Persetujuan Rencana Kerja dan Biaya
a. Surat Permohonan
b. Laporan Kegiatan
c. Laporan Rencana Kerja dan Anggaran Pendapatan dan Biaya
Surat Izin Penyelidikan Pendahuluan (SIPP)
a. Peta Wilayah
b. Rencana Kerja dan Biaya
c. Surat Persetujuan Prinsip
Persetujuan Prinsip Aplikasi
a. Surat Permohonan
b. Peta Wilayah
c. Bukti setor jaminan kesungguhan (salinan/fotocopy transfer)
d. Laporan tahunan dan laporan keuangan 3 (tiga) tahun terakhir yang diaudit oleh
akuntan publik kecuali bagi permohonan baru
e. Surat khusus Direksi yang diketahui Komisaris untuk penandatanganan permohonan
f. Kesepakatan bersama dalam hal pemohonnya lebih dari 1 (satu) pihak
Perpanjangan SIPP
a. Peta Wilayah
b. Laporan Hasil Kegiatan SIPP
c. Rencana Kerja dan biaya perpanjangan SIPP
Persetujuan Tahap Kegiatan Penyelidikan Umum
a. Surat Permohonan
b. Peta Wilayah
c. Rencana Kerja dan biaya tahap Penyelidikan Umum
d. Bukti pembayaran kewajiban keuangan
e. Laporan hasil Kegiatan Penyelidikan Umum
Perpanjangan Tahap Kegiatan Penyelidikan Umum
a. Surat Permohonan
b. Peta Wilayah
c. Rencana Kerja dan anggaran biaya tahap Penyelidikan Umum

Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

531

9.

10.

11.

12.

13.

14.

15.

d. Bukti pembayaran kewajiban keuangan


e. Laporan hasil Kegiatan Penyelidikan Umum
Permulaan Tahap Kegiatan Eksplorasi
a. Surat Permohonan
b. Peta Wilayah
c. Rencana Kerja dan anggaran biaya tahap Eksplorasi
d. Bukti pembayaran kewajiban keuangan
e. Laporan akhir Penyelidikan Umum
Perpanjangan tahap Kegiatan Eksplorasi
a. Surat Permohonan
b. Peta Wilayah
c. Rencana Kerja dan anggaran biaya perpanjangan tahap Eksplorasi
d. Bukti pembayaran kewajiban keuangan
e. Laporan kemajuan Eksplorasi
Tahap study kelayakan
a. Surat Permohonan
b. Peta Wilayah
c. Rencana Kerja dan anggaran biaya tahap study kelayakan
d. Bukti pembayaran kewajiban keuangan
e. Laporan akhir Eksplorasi
Perpanjangan tahap kegiatan study kelayakan (bagi KK/PKP2B yang sudah ada)
a. Surat Permohonan
b. Peta Wilayah
c. Rencana Kerja dan anggaran biaya perpanjangan tahap study kelayakan
d. Bukti pembayaran kewajiban keuangan
e. Laporan kemajuan study kelayakan
Tahap Konstruksi
a. Surat Permohonan
b. Peta Wilayah
c. Rencana Kerja dan anggaran biaya tahap Konstruksi
d. Bukti pembayaran kewajiban keuangan
e. Persetujuan Laporan study kelayakan
f. Persetujuan AMDAL (ANDAL, RKL dan RPL)
Tahap Operasi Produksi
a. Surat Permohonan
b. Peta Wilayah
c. Rencana Kerja dan anggaran biaya tahap Operasi Produksi
d. Laporan akhir Konstruksi
e. Bukti pembayaran kewajiban keuangan
f. Persetujuan Laporan tahap Konstruksi
Perpanjangan tahap Operasi Produksi
a. Surat Permohonan
b. Peta Wilayah
c. Rencana Kerja dan anggaran biaya perpanjangan tahap Operasi Produksi

Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

532

16.

17.

18.

19.

20.

21.

22.

23.

d. Persetujuan study kelayakan baru (revisi)


e. Persetujuan AMDAL, RKL dan RPL (revisi)
f. Bukti pembayaran kewajiban keuangan
Penundaan Kegiatan
a. Surat Permohonan
b. Laporan kegiatan akhir
c. Dasar/alasan Pengajuan Suspensi/penundaan
d. Tanda bukti pembayaran kewajiban
Pembatalan/Terminasi
a. Surat Permohonan
b. Peta Wilayah Pembatalan
c. Laporan lengkap kegiatan akhir
d. Persetujuan hasil Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS)
e. Rencana penjualan aset
f. Evaluasi pelaksanaan K3 dan lingkungan
Perubahan Luas Wilayah KK/PKP2B
a. Surat Permohonan
b. Peta Wilayah
c. Laporan Rencana penciutan/perluasan wilayah
d. Bukti pembayaran kewajiban keuangan
e. Laporan kegiatan akhir
Perubahan Pemegang Saham
a. Surat Permohonan
b. Akte pendirian perusahaan yang telah disahkan oleh Departemen Kehakiman dan Hak
Azasi Manusia
c. Hasil Keputusan RUPS luar biasa
d. Laporan keuangan 2 (dua) tahun terakhir yang telah diaudit akuntan publik
e. Draft akte jual beli saham
Persetujuan Perubahan Mitra Kerja Asing dan Nasional (khusus PKP2B)
a. Surat Permohonan
b. Profil perusahaan
c. Akte perusahaan
Perubahan Rencana Kerja
a. Surat Permohonan
b. Laporan Kegiatan
c. Dasar/alasan perubahan Rencana Kerja dan Biaya
d. Perubahan Rencana Kerja dan Anggaran Pendapatan dan Biaya
Pencairan Security deposit
a. Surat Permohonan
b. Bukti penyampaian laporan kegiatan
c. Bukti telah membayar Iuran tetap/deadrent
Pencairan Uang Jaminan Kesungguhan
a. Surat Permohonan
b. Surat Pernyataan untuk tidak mengalihkan saham sampai KK/PKP2B ditandatangani

Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

533

24. Persetujuan Kontrak Jual Beli hasil tambang bagi perusahaan yang berafiliasi
a. Surat Permohonan
b. Surat keterangan status perusahaan
c. Naskah/Draft Perjanjian Jual Beli
25. Rekomendasi Perubahan Akte Pendirian Perusahaan
a. Surat Permohonan
b. Dasar/alasan Perubahan Akte Pendirian Perusahaan
c. Akte perubahan
26. Rekomendasi Perubahan Investasi
a. Surat Permohonan
b. Dasar/alasan Perubahan Investasi
c. Bukti pembayaran kewajiban keuangan
27. Rekomendasi Konsolidasi Biaya
a. Surat Permohonan
b. Laporan keuangan 2 (dua) tahun terakhir yang telah diaudit oleh akuntan publik
c. Bukti pembayaran kewajiban keuangan
28. Rekomendasi Rencana Penggunaan Tenaga Kerja Asing (RPTKA)
a. Surat Permohonan
b. Dasar/alasan penggunaan Tenaga Kerja Asing
c. Daftar isian RPTKA dari Depnaker
d. Struktur organisasi perusahaan
29. Rekomendasi izin Tenaga Kerja Asing (IKTA)
a. Surat Permohonan
b. Salinan/fotocopy persetujuan RPTKA dari Depnaker
c. Kualifikasi TKA
d. Paspor dan Visa TKA
30. Rekomendasi Barang Modal
a. Surat Permohonan
b. Realisasi barang modal tahun sebelumnya
c. Daftar kebutuhan barang modal
d. Barang modal tahun sebelumnya yang belum direalisasikan masuk dalam daftar
kebutuhan barang modal (b)
31. Rekomendasi Re-ekspor barang/peralatan
a. Surat Permohonan
b. Dasar/alasan permohonan re-ekspor barang/peralatan dengan masa penggunaan yang
wajar
c. Daftar barang-barang/peralatan yang akan di re-ekspor
32. Rekomendasi Penghapusan Barang Modal
a. Surat Permohonan
b. Daftar Barang/Peralatan yang akan dihapuskan
c. Dasar/alasan bahwa barang tidak ekonomis lagi
33. Rekomendasi Impor Barang/Peralatan dengan fasilitas OB 23
a. Surat Permohonan
b. Fotocopy perjanjian pemilik barang diluar negeri dengan pemakai
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

534

34.

35.

36.
37.

c. Daftar Barang/Peralatan pinjam pakai sementara yang akan diimpor


d. Alasan/dasar penggunaan Barang/Peralatan pinjam pakai sementara
Rekomendasi security clearance survey udara
a. Surat Permohonan
b. Daftar nama tenaga ahli Indonesia dan Asing dilengkapi dengan IKTA
c. Daftar peralatan survey udara
d. Keterangan lokasi kegiatan
Rekomendasi Pengembangan Pelabuhan Khusus Kegiatan Tambang
a. Surat Permohonan
b. Desain pelabuhan
c. ANDAL/RKL-RPL wilayah pelabuhan
Rekomendasi Pengoperasian Pelabuhan Khusus Kegiatan Tambang
a. Surat Permohonan
b. Rencana pengoperasian pelabuhan
Persetujuan Harga Jual Batubara bagian Pemerintah (khusus PKP2B)
a. Surat Permohonan
b. Spesifikasi kualitas batubara

WAKIL BUPATI LAMANDAU,


ttd
Drs. HGM. AFHANIE

PE N J E LASAN
ATAS
PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMANDAU
NOMOR 14 TAHUN 2006
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

535

TENTANG
IJIN USAHA PERTAMBANGAN UMUM
I.

PENJELASAN UMUM.
Dengan berlakunya Undang Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah dan Undang Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan
Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah maka ada beberapa sektor yang diberikan
pusat kepada daerah sesuai dengan azas otonomi dan tugas pembantuan kecuali masalah
Pertahanan dan keamanan, Piskal dan moneter.
Pemberian kewenangan tersebut bertujuan agar daerah dapat dan mampu untuk
mencari terobosan terobosan terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakatnya dengan
tetap berpedoman dan tidak bertentangan dengan peraturan yang lebih tinggi.
Salah satu kewenangan sebagaimana maksud diatas adalah memalui sektor pajak
dan retribusi, oleh sebab itu Pemerintah mengambil kebijakan dengan membentuk Peraturan
Daerah yang mengatur masalah pemberian izin Usaha Pertambangan Umum khususnya
diwilayah daerah Kabupaten Lamandau.
Diharapkan dengan adanya Izin Usaha Pertambangan Umum ini,

kegiatan

kegiatan yang menyangkut eksploitasi sumber daya alam terutama bahan tambang galian
dapat terdata dan berdayaguna serta berhasilguna bagi kepentingan masyarakat.
II.

PASAL DEMI PASAL


Pasal 1
Cukup Jelas
Pasal 2
Cukup Jelas
Pasal 3

Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

536

Ayat (1)
Cukup Jelas
Ayat (2)
Cukup Jelas
Ayat (3)
Cukup Jelas
Ayat (4)
Cukup Jelas
Ayat (5)
Cukup Jelas
Pasal 4
Ayat (1)
Cukup Jelas
Ayat (2)
Cukup Jelas
Pasal 5
Ayat (1)
Cukup Jelas
Ayat (2)
Cukup Jelas
Ayat (3)
Cukup Jelas
Ayat (4)
Cukup Jelas
Ayat (5)
Cukup Jelas
Pasal 6
Ayat (1)
Cukup Jelas
Ayat (2)
Yang dimaksud dengan Kantor di daerah adalah Badan Usaha atau Koperasi yang
beroperasi diwilayah Kabupaten Lamandau minimal membuka kantor perwakilan /
cabang.
Ayat (3)
Cukup Jelas
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

537

Ayat (4)
Cukup Jelas
Ayat (5)
Cukup Jelas
Ayat (6)
Cukup Jelas
Ayat (7)
Cukup Jelas
Ayat (8)
Cukup Jelas
Ayat (9)
Cukup Jelas
Pasal 7
Ayat (1)
Cukup Jelas
Ayat (2)
Cukup Jelas
Pasal 8
Cukup Jelas
Pasal 9
Ayat (1)
Dalam satu wilayah usaha pertambangan umum apabila terdapat lebih dari satu
bahan galian yang dapat dikategorikan sebagai bahan tambang bernilai ekonomis
maka dapat diberikan ijin kepada Badan Usaha dan atau yang memiliki badan
hukum dalam bidang pertambangan umum untuk dapat melakukan kegiatan pada
tempat yang sama dengan ijin yang berbeda setelah mendapatkan persetujuan dari
pemegang ijin terdahulu.
Ayat (2)
Cukup Jelas
Pasal 10
Ayat (1)
Cukup Jelas
Ayat (2)
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

538

Cukup Jelas
Ayat (3)
Cukup Jelas
Pasal 11
Ayat (1)
Cukup Jelas
Ayat (2)
Cukup Jelas
Ayat (3)
Cukup Jelas
Pasal 12
Ayat (1)
Cukup Jelas
Ayat (1)
Cukup Jelas
Pasal 13
Ayat (1)
Cukup Jelas
Ayat (2)
Cukup Jelas
Ayat (3)
Cukup Jelas
Pasal 14
Ayat (1)
Cukup Jelas
Ayat (2)
Cukup Jelas
Ayat (3)
Cukup Jelas
Pasal 15
Ayat (1)
Cukup Jelas
Ayat (2)
Cukup Jelas
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

539

Ayat (3)
Cukup Jelas
Pasal 16
Ayat (1)
Cukup Jelas
Ayat (2)
Cukup Jelas
Ayat (3)
Cukup Jelas
Pasal 17
Ayat (1)
Cukup Jelas
Ayat (2)
Cukup Jelas
Ayat (3)
Cukup Jelas
Ayat (4)
Cukup Jelas
Ayat (5)
Cukup Jelas
Pasal 18
Ayat (1)
Cukup Jelas
Ayat (2)
Cukup Jelas
Ayat (3)
Cukup Jelas
Ayat (4)
Cukup Jelas
Ayat (5)
Cukup Jelas
Ayat (6)
Cukup Jelas
Ayat (7)
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

540

Cukup Jelas
Ayat (8)
Yang dimaksud dengan reklamasi adalah suatu kegiatan yang brtujuan untuk
mengembalikan, memperbaki pemanfaatan lahan yang diakibatkan oleh usaha
penambangan umum.
Ayat (9)
Cukup Jelas
Pasal 19
Ayat (1)
Cukup Jelas
Ayat (2)
Cukup Jelas
Pasal 20
Ayat (1)
Cukup Jelas
Ayat (2)
Cukup Jelas
Ayat (3)
Cukup Jelas
Ayat (4)
Cukup Jelas
Pasal 21
Ayat (1)
Cukup Jelas
Ayat (2)
Cukup Jelas
Pasal 22
Cukup Jelas
Pasal 23
Ayat (1)
Cukup Jelas
Ayat (2)
Cukup Jelas
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

541

Pasal 24
Cukup Jelas
Pasal 25
Ayat (1)
Cukup Jelas
Ayat (2)
Cukup Jelas
Pasal 26
Ayat (1)
Cukup Jelas
Ayat (2)
Cukup Jelas
Ayat (3)
Cukup Jelas
Pasal 27
Ayat (1)
Cukup Jelas
Ayat (2)
Cukup Jelas
Ayat (3)
Cukup Jelas
Pasal 28
Ayat (1)
Cukup Jelas
Ayat (2)
Cukup Jelas
Ayat (3)
Cukup Jelas
Pasal 29
Cukup Jelas
Pasal 30
Cukup Jelas
Pasal 31
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

542

Ayat (1)
Cukup Jelas
Ayat (2)
Cukup Jelas
Ayat (3)
Cukup Jelas
Pasal 32
Ayat (1)
Cukup Jelas
Ayat (2)
Cukup Jelas
Pasal 33
Ayat (1)
Cukup Jelas
Ayat (2)
Cukup Jelas
Pasal 34
Cukup Jelas
Pasal 35
Cukup Jelas
Pasal 36
Cukup Jelas
Pasal 37
Ayat (1)
Cukup Jelas
Ayat (2)
Cukup Jelas
Ayat (3)
Cukup Jelas
Ayat (4)
Cukup Jelas
Pasal 38
Ayat (1)
Cukup Jelas
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

543

Ayat (2)
Cukup Jelas
Ayat (3)
Cukup Jelas
Ayat (4)
Cukup Jelas
Pasal 39
Cukup Jelas
Pasal 40
Cukup Jelas
Pasal 41
Cukup Jelas
Pasal 42
Cukup Jelas
Pasal 43
Ayat (1)
Sanksi Pelanggaran sebagaimana dimaksud pada ayat ini sampai dengan
pencabutan ijin usaha dan atau sanksi pidana menurut ketentuan yang berlaku.
Ayat (2)
Cukup Jelas
Ayat (3)
Cukup Jelas
Ayat (4)
Cukup Jelas
Ayat (5)
Cukup Jelas
Ayat (6)
Huruf a
Cukup Jelas
Huruf b
Apabila terjadi sengketa tanpa ada penyelesaian dari pemegang ijin dan
pemilik lahan dan apabila ada keputusan hukum yang tetap yang
dimenangkan oleh pemilik lahan terhadap pemegang ijin maka kuasa
pertambangan eksplorasi dapat dibatalkan oleh Bupati.
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

544

Pasal 44
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan PPNS adalah Pegawai Negeri Sipil dalam Lingkup
Pemerintah Daerah Kabupaten Lamandau yang dipercayakan serta telah dilantik
oleh Bupati untuk menindaklanjuti temuan dan atau pelanggaran terhadap
ketentuan yang berlaku.
Ayat (2)
Cukup Jelas
Ayat (3)
Cukup Jelas
Ayat (4)
Cukup Jelas
Pasal 45
Ayat (1)
Cukup Jelas
Ayat (2)
Cukup Jelas
Pasal 46
Ayat (1)
Cukup Jelas
Ayat (2)
Cukup Jelas
Pasal 47
Cukup Jelas
Pasal 48
Cukup Jelas
Pasal 49
Cukup Jelas
TAMBAHAN LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LAMANDAU
TAHUN 2006 NOMOR 27 SERI : B
PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMANDAU
NOMOR 15 TAHUN 2006
TENTANG
SUMBANGAN PIHAK KETIGA KEPADA DAERAH
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

545

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA


BUPATI LAMANDAU,
Menimbang

Mengingat

a.

bahwa dalam usaha meningkatkan pelaksanaan pembangunan dan


kesejahteraan masyarakat di Daerah, bukan semata-mata menjadi tugas
dan tanggungjawab Pemerintah Daerah, tetapi juga menjadi bentuk dan
tanggungjawab masyarakat;

b.

bahwa untuk maksud tersebut huruf a diatas perlu ditetapkan dengan


Peraturan Daerah Kabupaten Lamandau.

1.

Undang-undang Nomor 5 Tahun 2002 tentang Pembentukan Kabupaten


Katingan, Kabupaten Seruyan, Kabupaten Sukamara, Kabupaten
Lamandau, Kabupaten Gunung Mas, Kabupaten Pulang Pisau,
Kabupaten Murung Raya, Kabupaten Barito Timur di Propinsi
Kalimantan Tengah (Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 18,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4180);

2.

Undang-undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan


Perundang-undangan (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 53,
Tambahan Lembaran Negara Nomor 4389);

3.

Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah


(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor
4437);

4.

Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan


Antara Pemerintah Pusat dan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4438);

5.

Peraturan Pemerintah Nomor 105 Tahun 2000 tentang Pengelolaan dan


Pertanggungjawaban Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2000 Nomor 202, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4022);

6.

Peraturan Daerah Kabupaten Lamandau Nomor 03 Tahun 2004 tentang


Kelembagaan Struktur Organisasi, Tugas Pokok dan Tata Kerja
Perangkat Daerah Kabupaten Lamandau (Lembaran Daerah Tahun 2004
Nomor 02 Seri D). Juncto Peraturan Daerah Kabupaten Lamandau

Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

546

Nomor 12 Tahun 2004 tentang Perubahan Pertama atas Peraturan


Daerah Kabupaten Lamandau Nomor 03 Tahun 2004 tentang
Kelembagaan, Struktur Organisasi, Tugas Pokok dan Tata Kerja
Perangkat Daerah Kabupaten Lamandau (Lembaran Daerah Tahun 2004
Nomor 02 Seri D);
7.

Peraturan Daerah Kabupaten Lamandau Nomor 02 Tahun 2005 tentang


Pokok-Pokok Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Keuangan Daerah
(Lembaran Daerah Kabupaten Lamandau Nomor 02 Seri A);
Dengan Persetujuan Bersama

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN LAMANDAU


dan
BUPATI LAMANDAU
MEMUTUSKAN :
Menetapkan

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMANDAU TENTANG


SUMBANGAN PIHAK KETIGA KEPADA DAERAH
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1

Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan :


1.
Daerah adalah Kabupaten Lamandau;
2.
Pemerintah Daerah adalah Bupati dan Perangkat Daerah sebagai unsur
Penyelenggara Pemerintahan Daerah;
3.
Pemerintahan Daerah adalah Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan oleh
Pemerintah Daerah dan DPRD menurut asas otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsif
otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan prinsif Negara Kesatuan RI sebagaimana dimaksud
dalam Undang-undang Dasar Negara RI Tahun 1945;
4.
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya disingkat DPRD adalah
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Lamandau;
5.
Dinas Pendapatan Daerah adalah Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten
Lamandau;
6.
Pihak Ketiga adalah setiap orang atau Badan Hukum dimanapun
domisilinya tanpa membedakan kewarganegaraan atau asal usul yang memberikan
sumbangan;
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

547

7.

Sumbangan Pihak Ketiga adalah pemberian pihak ketiga kepada Daerah


secara sukarela, ikhlas dan tidak mengikat, yang perolehannya oleh pihak ketiga tidak
bertentangan dengan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku baik yang berupa uang atau
yang disamakan dengan uang maupun barang-barang, baik yang bergerak maupun yang tidak
bergerak;
8.
Kas Daerah adalah Kas Daerah Kabupaten Lamandau.
BAB II
PRINSIP UMUM
Pasal 2
Sumbangan pihak ketiga kepada Daerah menganut prinsip sebagai berikut :
a. Sukarela, ikhlas dan tidak mengikat;
b. Sederhana dan transparan;
c. Tidak ada kontra prestasi;
d. Hasil sumbangan pihak ketiga dimanfaatkan atau digunakan untuk pembangunan Daerah dan
untuk kepentingan masyarakat;
e. Tidak bertentangan dengan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku;
f. Tidak mengurangi kewajiban kepada Negara, Daerah dan kewajiban lainnya.
BAB III
KETENTUAN PENERIMAAN
Pasal 3
(1) Daerah dapat menerima sumbangan dari pihak ketiga;
(2) Sumbangan sebagaimana dimaksud ayat (1) dapat berupa pemberian hadiah, wakaf, hibah dan
atau lain-lain sumbangan yang serupa dengan itu;
(3) Pemberian sumbangan pihak ketiga sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) tidak mengurangi
kewajiban pihak ketiga yang bersangkutan kepada Negara maupun Daerah seperti pembayaran
pajak, retribusi dan kewajiban-kewajiban lainnya sesuai dengan ketentuan Peraturan
Perundang-undangan yang berlaku;
(4) Pemberian sumbangan yang dimaksud ayat (1) dapat diterima oleh Daerah dan hasilnya
dilaporkan kepada Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD).
Pasal 4
Tata cara dan pemberian sumbangan pihak ketiga sebagaimana dimaksud pasal 3, diatur lebih
lanjut dengan Peraturan Bupati.
BAB IV
KETENTUAN PENGELOLAAN
Pasal 5
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

548

(1) Semua hasil Sumbangan Pihak Ketiga yang berbentuk uang atau disamakan dengan uang
adalah Pendapatan Daerah dan disetorkan sepenuhnya ke Kas Daerah;
(2) Semua hasil Sumbangan Pihak Ketiga yang berbentuk barang-barang bergerak maupun
barang-barang tidak bergerak menjadi Kekayaan Daerah dan oleh karena itu pengelolaannya
dilakukan sebagai milik Daerah sesuai dengan ketentuan Perundang-undangan yang berlaku;
(3) Sumbangan Pihak Ketiga sebagaimana dimaksud ayat (1) harus dicantumkan dalam Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD).
Pasal 6
Sumbangan Pihak Ketiga sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Daerah ini harus dipergunakan
untuk kepentingan Daerah khususnya untuk Pembangunan Daerah.

BAB V
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 7
(1) Dengan ditetapkannya Peraturan Daerah ini, maka segala ketentuan yang telah ditetapkan
sebelumnya sepanjang tidak bertentangan dengan Peraturan Daerah ini dinyatakan tetap
berlaku;
(2) Sumbangan Pihak Ketiga yang diperoleh Daerah berdasarkan Peraturan Perundang-undangan
yang berlaku sebelum diundangkannya Peraturan Daerah ini, diterima menjadi milik Daerah.
BAB VI
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 8
Hal-hal yang belum diatur dalam Peraturan Daerah ini sepanjang mengenai pelaksanaannya, akan
diatur lebih lanjut dengan Peraturan Bupati.
Pasal 9
Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar setiap orang dapat mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini
dengan Penempatannya dalam Lembaran Daerah.
Ditetapkan di : Nanga Bulik
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

549

Pada Tanggal : 21 Oktober 2006


WAKIL BUPATI LAMANDAU
ttd
Drs. HGM. AFHANIE

Diundangkan di : Nanga Bulik


Pada tanggal
: 21 Oktober 2006
SEKRETARIS DAERAH KAB. LAMANDAU
ttd
Ir. MARUKAN
Pembina Utama Muda
NIP. 131 480 087
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LAMANDAU TAHUN 2006
NOMOR 24 SERI : E

PE N J E LASAN
ATAS
PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMANDAU
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

550

NOMOR 15 TAHUN 2006


TENTANG
SUMBANGAN PIHAK KETIGA KEPADA DAERAH
I.

PENJELASAN UMUM.
Salah satu tanggungjawab Pemerintah Daerah adalam meningkatkan kesejahteraan
masyarakat yang adil dan merata sebagaimana amat Undang-undang Dasar Negara Republik
Indonesia 1945 yang diimpelentasikan pelaksanaannya dalam Undang-undang Nomor 32
Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah yang salah satunya adalah peningkatan
kesejahteraan masyarakat sesuai dengan kewenangan yang diberikan, dimana kewenangan
tersebut adalah memalui pemungutan pajak dan retribusi daerah. Untuk itu Pemerintah Daerah
membentuk peraturan daerah yang mengatur tentang sumbangan pihak ketiga kepada daerah.
Hal ini dilakukan mengingat banyaknya badan usaha yang bergerak dalam bidang
Pertambangan, Perkebunan dan lainnya pemerintah daerah mengharapkan peran sertanya
untuk memberikan sumbangsihnya dalam rangka percepatan pembangunan di Kabupaten
Lamandau

II. PASAL DEMI PASAL


Pasal 1
Cukup Jelas
Pasal 2
Huruf a
Yang dimaksud dengan tidak mengikat adalah sumbangan yang diberikan
secara sukarela untuk dikelola oleh daerah tanpa ada indikasi untuk
mencampuri terutama didalam urusan pemerintahan di daerah.
Huruf b
Cukup Jelas
Huruf c
Cukup Jelas
Huruf d
Cukup Jelas
Huruf e
Sumbangan yang diberikan kepada daerah didapat dari hasil yang sah menurut
hukum yang berlaku di Indinesia.
Huruf f
Cukup Jelas
Pasal 3
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

551

Pasal

Pasal
Pasal

Pasal

Ayat (1)
Cukup Jelas
Ayat (2)
Cukup Jelas
Ayat (3)
Cukup Jelas
Ayat (4)
Cukup Jelas
Ayat (5)
Cukup Jelas
4
Ayat (1)
Cukup Jelas
Ayat (2)
Cukup Jelas
Ayat (3)
Cukup Jelas
5
Cukup Jelas
6
Ayat (1)
Cukup Jelas
Ayat (2)
Cukup Jelas
7
Cukup Jelas

Pasal 8
Cukup Jelas
TAMBAHAN LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LAMANDAU
TAHUN 2006 NOMOR

28 SERI : E

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMANDAU


NOMOR 16 TAHUN 2006
TENTANG
RETRIBUSI IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

552

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA


BUPATI LAMANDAU,
Menimbang

Mengingat

a.

bahwa berdasarkan pasal 4 dalam ayat (2) huruf a Peraturan Pemerintah


Nomor 66 Tahun 2001 tentang Retribusi Daerah maka Retribusi Izin
Mendirikan
Bangunan
merupakan
jenis
Retribusi
Daerah
Kabupaten/Kota;

b.

bahwa untuk memungut Retribusi sebagaimana dimaksud huruf a, perlu


diatur dan ditetapkan dengan Peraturan Daerah;

1.

Undang Undang Nomor 34 Tahun 2000 tentang Perubahan atas


Undang-undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan
Retribusi Daerah (Lembaran Negara Tahun 2000 Nomor 246, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 4048);

2.

Undang Undang Nomor. 5


Tahun
2002
tentang
Pembentukan Kabupaten Katingan, Kabupaten Seruyan, Kabupaten
Sukamara, Kabupaten Lamandau, Kabupaten Gunung Mas, Kabupaten
Pulang Pisau, Kabupaten Murung Raya, Kabupaten Barito Timur di
Propinsi Kalimantan Tengah (Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 18, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4180);

3.

Undang-undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan


Perundang-undangan (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 53,
Tambahan Lembaran Negara Nomor 4389);

4.

Undang Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah


(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor
4437);

5.

Undang Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan


Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4438);

Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

553

6.

Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan


Pemerintah dan Kewenangan Provinsi sebagai Daerah Otonom
(Lembaran Negara Tahun 2000 Nomor 54, Tambahan Lembaran Negara
Nomor 3484);

7.

Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 1997 tentang Retribusi Daerah


(Lembaran Negara Tahun 1997 Nomor 55, Tambahan Lembaran Negara
Nomor 3892);

8.

Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 01 Tahun 2003 tentang


Penyidikan Pegawai Negeri Sipil dalam penegakan Peraturan Daerah;

9.

Peraturan Daerah Kabupaten Lamandau Nomor 02 Tahun 2004 tentang


Rincian Kewenangan Pelaksanaan Otonomi Daerah di Kabupaten
Lamandau (Lembaran Daerah Kabupaten Lamandau Tahun 2004 Nomor
01 Seri D);

10.

Peraturan Daerah Kabupaten Lamandau Nomor 03 Tahun 2004 tentang


Kelembagaan Struktur Organisasi Tugas Pokok dan Tata Kerja
Perangkat Daerah Kabupaten Lamandau (Lembaran Daerah Tahun 2004
Nomor 03 Seri D); sebagaimana telah diubah pertama kali dengan
Peraturan Daerah Kabupaten Lamandau Nomor 12 Tahun 2004
(Lembaran Daerah Kabupaten Lamandau Tahun 2004 Nomor 4 Seri D).
Dengan Persetujuan Bersama
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH
KABUPATEN LAMANDAU
dan
BUPATI LAMANDAU
MEMUTUSKAN :

Menetapkan

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMANDAU TENTANG


RETRIBUSI IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN.
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1

Dalam Peraturan daerah ini yang dimaksud dengan :


1. Bupati adalah Bupati Lamandau;
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

554

2. Pemerintah Daerah adalah Bupati dan perangkat Daerah sebagai unsur penyelenggara
Pemerintah Daerah;
3. Daerah adalah Kabupaten Lamandau;
4. Pemerintahan Daerah adalah penyelenggaraan unsur Pemerintahan oleh Pemerintah Daerah
dan DPRD menurut asas otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluasluasnya dalam sistem dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana
dimaksud dalam Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
5. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya disingkat DPRD adalah Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Lamandau;
6. Peraturan Bupati adalah Peraturan Bupati Lamandau;
7. Pejabat yang Pegawai yang diberikan Tugas tertentu dibidang Retribusi izin mendirikan
bangunan (IMB) sesuai dengan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku;
8. Badan adalah sekumpulan orang dan/atau modal yang merupakan kesatuan baik yang
melakukan usaha maupun yang tidak melakukan usaha yang meliputi Perseroan Terbatas,
Perseroan Komanditer, Perseroan lainnya, Badan Usaha Milik Negara atau Daerah dengan
nama dan dalam bentuk apapun, firma, kongsi, koperasi, dana pensiun, persekutuan,
perkumpulan, yayasan, organisasi sosial politik, atau organisasi yang sejenisnya, lembaga,
bentuk usaha tetap dan bentuk badan usaha lainnya;
9. Retribusi Perizinan tertentu adalah retribusi atas kegiatan tertentu Pemerintah Daerah dalam
rangka pemberian izin kepada orang pribadi atau badan yang dimaksudkan untuk pembinaan,
pengaturan pengendalian dan pengawasan atas kegiatan pemanfaatan ruang, penggunaan
sumber daya alam, barang, prasarana, sarana atau fasilitas tertentu guna melindungi
kepentingan umum dan menjaga kelestarian lingkungan;
10. Izin Mendirikan Bangunan adalah izin yang diberikan oleh Pemerintah Daerah kepada orang
pribadi atau badan untuk mendirikan suatu bangunan yang dimaksud agar desain, pelaksanaan
bangunan, dan bangunan sesuai dengan rencana tata ruang yang berlaku, sesuai dengan
Koefisien Dasar Bangunan (KDB), Koefesien Luas Bangunan (KLB), Koefesien Ketinggian
Bangunan (KKB) yang ditetapkan dan sesuai dengan syarat- syarat keselamatan bagi yang
menempati bangunan tersebut;
11. Retribusi Izin Mendirikan Bangunan yang selanjutnya disebut retribusi adalah pembayaran
atas pemberian Izin Mendirikan Bangunan oleh Pemerintah Daerah kepada orang pribadi atau
badan, termasuk merubah bangunan;
12. Wajib Retribusi adalah orang pribadi atau badan yang menurut Peraturan Perundang-undangan
retribusi diwajibkan untuk melakukan pembayaran retribusi;
13. Masa Retribusi adalah suatu jangka waktu tertentu yang merupakan batas bagi wajib retribusi
untuk memanfaatkan Izin Mendirikan Bangunan;
14. Bangunan adalah bangunan gedung beserta bangun-bangunan yang secara langsung
merupakan kelengkapan dari bangunan gedung tersebut dalam batas satu pemilikan;
15. Mendirikan Bangunan adalah pekerjaan mengadakan bangunan seluruhnya atau sebagian
termasuk pekerjaan menggali, menimbun atau meratakan tanah yang berhubungan dengan
pekerjaan mengadakan bangunan;
16. Merubah Bangunan adalah pekerjaan mengganti dan atau menambah bangunan yang ada
termasuk pekerjaan, membongkar yang berhubungan dengan mengganti bagian bangunan
tersebut;
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

555

17. Garis sepadan adalah garis khayal yang ditarik pada jarak tertentu sejajar dengan as jalan, as
sungai atau as pagar yang merupakan batas antara bagian kapling atau pekarangan yang boleh
yang tidak boleh dibangun bangunan;
18. Koefisien Dasar Bangunan adalah bilangan pokok atas perbandingan antara luas lantai
bangunan dengan luas kavling/perkarangan;
19. Koefisien Lantai Bangunan adalah bilangan pokok atas perbandingan antara jumlah luas lantai
bangunan dengan kavling/perkarangan;
20. Koefisien Bangunan adalah tinggi bangunan diukur dari permukaan tanah sampai dengan titik
teratas dari bangunan tersebut;
21. Surat Ketetapan Retribusi Daerah, yang selanjutnya dapat disingkat SKRD, adalah Surat
Keputusan yang menentukan besarnya jumlah Retribusi yang terutang;
22. Surat Tagihan Retribusi Daerah, yang selanjutnya dapat disingkat STRD, adalah surat untuk
melakukan tagihan Retribusi dan atau sanksi administrasi berupa bunga dan atau denda;
23. Pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan untuk mencari, mengumpulkan dan mengelola data
atau keterangan lainnya dalam rangka pengawasan kepatuhan pemenuhan kewajiban Retribusi
Daerah berdasarkan Peraturan Perundang-undangan Retribusi Daerah.
BAB II
NAMA, OBJEK DAN SUBJEK RETRIBUSI
Pasal 2
Dengan nama Retribusi Izin Mendirikan Bangunan dipungut retribusi sebagai pembayaran atas
Izin Mendirikan Bangunan.
Pasal 3
(1) Objek Retribusi Izin Mendirikan Bangunan dipungut retribusi sebagai pembayaran atas Izin
Mendirikan Bangunan.
(2) Termasuk Objek Retribusi adalah pemberian Izin Mendirikan Bangunan kepada Pemerintah
Daerah dan Pemerintah Pusat.
Pasal 4
Subjek Retribusi adalah orang pribadi atau badan yang memperoleh Izin Mendirikan Bangunan.
BAB III
GOLONGAN RETRIBUSI
Pasal 5
Retribusi Izin Mendirikan Bangunan digolongkan sebagai Retribusi Perizinan tertentu.
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

556

BAB IV
CARA MENGUKUR TINGKAT BANGUNAN JASA
Pasal 6
(5)

Tingkat Pembangunan jasa Izin Mendirikan Bangunan diukur dengan rumus yang
didasarkan atas faktor luas lantai bangunan, jumlah tingkat bangunan dan rencana
penggunaan bangunan;

(6)
(7)

Faktor-faktor sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diberikan bobot (koefisien);


Besarnya koefisien sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) ditetapkan sebagai
berikut :
a. Koefisien luas bangunan
No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Luas Bangunan
Bangunan dengan luas s/d 100 M2
Bangunan dengan luas s/d 250 M2
Bangunan dengan luas s/d 500 M2
Bangunan dengan luas s/d 1.000 M2
Bangunan dengan luas s/d 2.000 M2
Bangunan dengan luas s/d 3.000 M2
Bangunan dengan luas s/d 4.000 M2

Koefisien
1,00
1,50
2,50
3,50
4,00
4,50
5,00

b. Koefisien tingkat bangunan


No.
1.
2.
3.
4.
5.

Tingkat Bangunan
Bangunan 1 lantai
Bangunan 2 lantai
Bangunan 3 lantai
Bangunan 4 lantai
Bangunan 5 lantai

Koefisien
1,00
1,50
2,50
3,50
4,00

c. Koefisien guna bangunan


No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.

Guna Bangunan
Bangunan Sosial
Bangunan Perumahan
Bangunan Pasilitas Umum
Bangunan Pendidikan
Bangunan Kelembagaan/Kantor
Bangunan Perdagangan dan Jasa
Bangunan Industri
Bangunan Khusus
Bangunan Campuran

Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

557

Koefisien
0,50
1,00
1,00
1,00
1,50
2,00
2,00
2,50
2,75

10.

Bangunan Lain-lain

3,00

d. Koefisien ketahanan konstruksi bangunan


No.
Guna Bangunan
1. Bangunan Permanen
2. Bangunan Semi Permanen
3. Bangunan non permanen/darurat

Koefisien
1,00
0,75
0,25

e. Koefisien letak bangunan


No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
(8)

Kelas Jalan
Arteri Primer
Arteri Sekunder
Kolektor Primer
Kolektor Sekunder
Lokal Primer
Lokal Sekunder

Koefisien
7
5
4
3
2
1

Tingkat Penggunaan jasa dihitung sebagai perkalian koefisien-koefisien sebagaimana


dimaksud dalam ayat (3) huruf a sampai dengan huruf c.

BAB V
PRINSIP DAN SASARAN DALAM PENETAPAN
STRUKTUR DAN BESARNYA TARIF
Pasal 7
(7)
(8)

Prinsip dan sasaran dalam penetapan tarif dalam retribusi didasarkan pada tujuan untuk
menutup sebagian atau sama dengan biaya penyelenggaraan pemberian izin;
Biaya sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) meliputi biaya pengecekan dan pengukuran
lokasi, biaya pemetaan dan transportasi. Dalam rangka pengawasan dan pengendalian.

BAB VI
STRUKTUR DAN BESARNYA TARIF
Pasal 8
(4) Tarif ditetapkan seragam untuk masing-masing jenis bangunan;
(5) Besarnya tarif retribusi ditetapkan sebesar :
a. Bangunan permanen
Rp. 300.000,Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

558

b. Bangunan Semi Permanen


c. Bangunan non permanen/darurat

Rp. 200.000,Rp. 150.000,BAB VII


CARA PENGHITUNGAN RETRIBUSI
Pasal 9

Besarnya retribusi yang dihitung dengan cara mengalikan tarif retribusi sebagaimana dimaksud
dalam pasal 8 ayat (2) dengan tingkat penggunaan jasa sebagaimana dimaksud dalam pasal
6 ayat (4).

BAB VIII
WILAYAH PEMUNGUTAN
Pasal 10
Retribusi yang terutang dipungut di Wilayah Kabupaten Lamandau Daerah tempat Izin
Mendirikan Bangunan diberikan.
BAB IX
MASA RETRIBUSI DAN SAAT RETRIBUSI TERUTANG
Pasal 11
Masa retribusi adalah jangka waktu jangka waktu pada saat mengajukan ijin mendirikan banguna,
kecuali apabila ada pemanbahan dan pengurangan bangunan yang nantinya ditetapkan dengan
Peraturan Bupati.
Pasal 12
Saat terutangnya Retribusi adalah pada saat diterbitkan SKRD atau dokumen lain yang
dipersamakan.
BAB X
TATA CARA PEMUNGUTAN
Pasal 13
(1) Pemungutan Retribusi tidak dapat diborongkan;
(2) Retribusi dipungut dengan menggunakan SKRD atau dokumen lain dipersamakan, dalam
SKRDKBT.
BAB XI
SANKSI ADMINISTRASI
Pasal 14
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

559

Dalam hal wajib Retribusi tidak membayar tepat pada waktunya atau kurang membayar,
dikenakan sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2 % (dua persen) setiap bulan dari retribusi
yang terutang atau kurang dibayar dan ditagih dengan menggunakan STRD.
BAB XII
TATA CARA PEMBAYARAN
Pasal 15
(1) Pembayaran Retribusi yang terutang harus dilunasi sekaligus;
(2) Retribusi yang terutang dilunasi selambat-lambatnya 15 (lima belas) hari sejak diterbitkannya
SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan;
(3) Tata cara pembayaran, penyetoran, tempat pembayaran Retribusi diatur dengan Keputusan
Bupati.
Pasal 16
(1) Pengeluaran surat teguran/peringatan/surat lainnya yang sejenis sebagai awal tindakan
pelaksanaan penagihan Retribusi dikeluarkan setelah 7 (tujuh) hari sejak jatuh tempo;
(2) Dalam jangka waktu 7 (tujuh) hari setelah tanggal surat teguran/peringatan/surat lainnya yang
sejenis wajib Retribusi harus melunasi Retribusi yang terutang;
(3) Surat teguran/peringatan atau surat lainnya sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) pasal ini
dilakukan oleh Pejabat yang ditunjuk.
BAB XIII
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 18
Dengan berlakunya Peraturan ini maka Peraturan yang setingkat yang mengatur hal yang sama
dinyatakan tidak berlaku lagi.
Pasal 18
Hal-hal yang belum diatur dalam Peraturan Daerah ini, sepanjang mengenai pelaksanaannya akan
diatur lebih lanjut oleh Bupati.
Pasal 19
Peraturan ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan
penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Lamandau.
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

560

Ditetapkan di

: Nanga Bulik

Pada Tanggal

: 21 Oktober 2006

WAKIL BUPATI LAMANDAU


ttd
Drs. HGM. AFHANIE
Diundangkan di

: Nanga Bulik

Pada Tanggal

: 21 oktober 2006

SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN LAMANDAU


ttd
( Ir. MARUKAN )
NIP. 131 480 087
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LAMANDAU
TAHUN 2005 NOMOR 25 SERI : C

PE N J E LASAN
ATAS
PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMANDAU
NOMOR 16 TAHUN 2006
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

561

TENTANG
RETRIBUSI IJIN MENDIRIKAN BANGUNAN
I.

PENJELASAN UMUM.
Kabupaten Lamandau merupakan salah satu Kabupaten pemekaran yang dibentuk berdasarkan
Undang undang Nomor 5 Tahun 2002 dan merupakan bagian dari Provinsi Kalimantan
Tengah.
Sebagai konsekwensi dari pemekaran tersebut maka Kabupaten Lamandau berusaha untuk
menggali Pendapatan Asli Daerah dengan tetap mengacu kepada aturan aturan yang berlaku.
Berdasarkan pasal 4 ayat (2) huruf a Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2001 tentang
Retribusi Daerah, maka Retribusi Ijin Mendirikan Bangunan merupakan jenis retribusi yang
menjadi kewenangan Kabupaten / kota yang digolongkan sebagai Retribusi perizinan tertentu.
Oleh sebab itu Pemerintah Kabupaten Lamandau membuat suatu kebijakan dengan
membentuk Peraturan Daerah tentang Retribusi Ijin Mendirikan Bangunan yang mengatur
bagaimana dasar dasar pengenaan retribusi dan tarif retribusi, tata cara perhitungan dan
penetapan retribusi, tata cara pembayaran, tata cara penagihan dan lainnya.
Dalam pemberian Ijin Mendirikan Bangunan yang diberikan oleh Pemerintah Daerah
kepada orang pribadi atau badan selain untuk meningkatkan pendapatan asli daerah dari sektor
retribusi, dimaksudkan agar desain, pelaksanaan bangunan sesuai dengan rencana tata ruang
yang berlaku, sesuai dengan koofisien dasar bangunan (KDB), koofisien luas bangunan (KLB)
dan koofisien ketinggian bangunan (KKB) yang ditetapkan dan sesuai dengan syarat syarat
keselamatan bagi yang menempati bangunan tersebut

II. PASAL DEMI PASAL


Pasal 1
Cukup Jelas
Pasal 2
Cukup Jelas
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

562

Pasal 3
Ayat (1)
Cukup Jelas
Ayat (2)
Cukup Jelas
Pasal 4
Cukup Jelas
Pasal 5
Cukup Jelas
Pasal 6
Ayat (1)
Cukup Jelas
Ayat (2)
Cukup Jelas
Ayat (3)
Cukup Jelas
Ayat (4)
Cukup Jelas
Pasal 7
Ayat (1)
Cukup Jelas
Ayat (2)
Cukup Jelas
Pasal 8
Ayat (1)
Cukup Jelas
Ayat (2)
Cukup Jelas

Pasal 9
Cara perhitungan Retribusi apabila dikaitkan dengan ketentuan pasal 6 ayat (4) dalam
hubungannya dengan pasal 8 adalah sebagai berikut :
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

563

KLB = 3,5 (Koefisien luas bangunan)


KTB = 1,5 (Koefisien tingkat bangunan)
KGB = 1,5 (Koefisien guna bangunan)
Konstruksi = 1 (Koefisien ketahanan kontruksi bangunan)
Letak = 7 (Koefisien letak bangunan)
IMB :
3,5 x 1,5 x 1,5 x 1 x 7 x Rp. 300.000,- = Rp. 16.537.500,Contoh :
o

Luas lantai bangunan = 100 m2

Bangunan sosial

Bangunan semi permanen (bangunan kayu)

Letak bangunan lokal sekunder (gang)

Retribusi/ tarif bangunan semi permanen = Rp. 200.000,-

Cara mencari perhitungan :


KLB = 1
KTB = 1
KGB = 0,5
Kontruksi = 0,75
Letak = 1
Retribusi = Rp. 200.000,Jadi 1 x 1 x 0,5 x 0,75 x Rp. 200.000,- = Rp. 75. 000
Pasal 10
Cukup Jelas
Pasal 11
Cukup Jelas
Pasal 12
Cukup Jelas
Pasal 13
Ayat (1)
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

564

Yang dimaksud tidak dapat diborongkan adalah suatu kegiatan pemungutan retribusi
yang tidak melalui pihak ketiga.
Ayat (2)
Cukup Jelas
Pasal 14
Cukup Jelas
Pasal 15
Ayat (1)
Cukup Jelas
Ayat (2)
Cukup Jelas
Ayat (3)
Cukup Jelas
Pasal 16
Ayat (1)
Cukup Jelas
Ayat (2)
Cukup Jelas
Ayat (3)
Cukup Jelas
Pasal 17
Cukup Jelas
Pasal 18
Cukup Jelas
Pasal 19
Cukup Jelas
TAMBAHAN LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LAMANDAU
TAHUN 2006 NOMOR 29 SERI : C

Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

565

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMANDAU


NOMOR 17 TAHUN 2006
TENTANG
RETRIBUSI DAN PENDAFTARAN PENGESAHAN AKTA PENDIRIAN
DAN PERUBAHAN ANGGARAN DASAR KOPERASI
( BADAN HUKUM )
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
BUPATI LAMANDAU,
Menimbang

a.

bahwa dalam rangka pelaksanaan Undang - undang Nomor 32 Tahun


2004 tentang Pemerintahan Daerah dan sebagai upaya memberikan
kemudahan perubahan Akta Pendirian dan Perubahan Anggaran Dasar
Koperasi dipandang perlu menetapkan Retribusi Pengesahan Akta
Pendirian Koperasi dan Perubahan Anggaran Dasar Koperasi;

b. bahwa untuk Retribusi Pengesahan Akta Pendirian dan Perubahan Akta


Koperasi serta perubahan Anggaran Dasar Koperasi sebagaimana di
maksud pada huruf a, perlu ditetapkan dengan Peraturan Daerah
Kabupaten Lamandau;
Mengingat

1.

Undang - undang Nomor 25 Tahun 1992 Tentang Perkoperasian


(Lembaran Negara RI Tahun 1992 Nomor 116 ; Tambahan Lembaran
Negara Nomor 3502);

2.

Undang - undang Nomor 9 Tahun 1995 Tentang Usaha Kecil


(Lembaran Negara Nomor 74 Tambahan Lembaran Negara Nomor 3611);

3.

Undang - undang Nomor 34 Tahun 2000 Tentang Perubahan Undangundang Nomor 18 Tahun 1977, tentang Pajak dan Restribusi Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 246,
Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 4048;

4.

Undang - undang Nomor 5 Tahun 2002 Tentang Pembentukan


Kabupaten Katingan, Kabupaten Seruyan, Kabupaten Sukamara,
Kabupaten Lamandau, Kabupaten Gunung Mas, Kabupaten Pulang Pisau,
Kabupaten Murung Raya, dan Kabupaten Barito Timur di Propinsi
Kalimantan Tengah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002

Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

566

Nomor 18, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor


4180);
5.

Undang-undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan


Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004
Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nmor
4389);

6.

Undang - undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah


(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437);

7.

Undang - undang Nomor 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan


Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah (Lembaran Negara Tahun
2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Nagara Republik Indonesia
Nomor 4438);

8.

Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2000 Tentang Retribusi Daerah;


(Lembaran Negara RI Tahun 2001 Nomor 119, Tambahan Lembaran
Negara RI Nomor 4139);

9.

Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 Tentang Kewenangan


Pemerintah dan Kewenangan Propinsi sebagai Daerah Otonom (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 54, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia
Nomor 3952 );

10.

Peraturan Pemerintah Nomor 105 Tahun 2000 Tentang Pengelolaan dan


Pertanggungjawaban Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2000 Nomor 202 , Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia
Nomor 4022 );

11.

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 4 Tahun 1997 Tentang


Penyidikan Pegawai Negeri Sipil di Lingkungan Pemerintah Daerah;

12.

Keputusan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Lamandau


Nomor 17 Tahun 2006 Tentang Persetujuan Penetapan Rancangan
Peraturan Daerah Kabupaten Lamandau tentang Retribusi dan Pendaftaran
Pendirian dan Perubahan Anggaran Dasar Koperasi (Badan Hukum)
menjadi Peraturan Daerah.
Dengan Persetujuan Bersama
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH

Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

567

KABUPATEN LAMANDAU
dan
BUPATI LAMANDAU
MEMUTUSKAN :
Menetapkan

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMANDAU TENTANG


RETRIBUSI DAN PENDAFTARAN PENDIRIAN DAN PERUBAHAN
ANGGARAN DASAR KOPERASI ( BADAN HUKUM )
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1

Dalam Peraturan Daerah ini di maksud dengan :


1.
Daerah adalah Daerah Kabupaten Lamandau;
2.
Pemerintah Daerah adalah Bupati dan Perangkat Daerah sebagai Unsur
Penyelenggaraan Pemerintah Daerah;
3.
Pemerintah Daerah dan DPRD menurut Azas Otonomi dan Tugas Pembantuan
dengan Prinsip Otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan Prinsip Negara Kesatuan Republik
Indonesia sebagaimana dimaksud dalam dalam Undang Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1995;
4.
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya disebut DPRD adalah
Lembaga Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Lamandau sebagai unsur Penyelenggara
Pemerintah Daerah;
5.
Pejabat adalah Pegawai yang diberi tugas tertentu dibidang Retribusi sesuai
dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku;
6.
Koperasi adalah Badan Usaha yang beranggotakan orang seorang atau Badan
Hukum Koperasi dengan melandaskan Kegiatannya berdasarkan prinsip Koperasi sekaligus
sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasarkan pada azas kekeluargaan;
7.
Badan Hukum adalah Surat Keputusan Pengesahan Akta Pendirian Koperasi yang
disyahkan oleh Pejabat yang berwenang;
8.
Pungutan Daerah adalah Pungutan yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah. Kas
Daerah adalah Kas Daerah Kabupaten Lamandau;
9.
Pengesahan Akta Perubahan Anggaran Dasar Koperasi adalah Perubahan yang
diberikan kepada Koperasi;
10.
Kas Daerah adalah Kas daerah kabupaten Lamandau;

Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

568

11.

Pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan untuk mencari dan mengumpulkan


keterangan lainnya dalam rangka Pengawasan keputusan Pemenuhan Kewajiban Retribusi
berdasarkan Peraturan Perundang undangan Retribusi Daerah;
12.
Penyidikan tindakan Pidana dibidang Retribusi Daerah adalah serangkaian tindakan
yang dilakukan oleh penyidik Pegawai Negeri Sipil yang selanjutnya dapat disebut Penyidik,
untuk mencari serta mengumpulkan bukti yang dengan Bukti itu membuat jelas tindak
Pidana dibidang Retribusi Daerah yang terjadi serta menemukan tersangka;
BAB II
NAMA, OBJEK DAN SUBJEK
Pasal 2
Retribusi dan Pendaftaran Pengesahan Akta Pendirian Koperasi dan Perubahan Anggaran Dasar
Koperasi;
Pasal 3
Objek Retribusi meliputi :
a.
Akta Pendirian Koperasi
b.
Akta Perubahan Anggaran Dasar Koperasi
c.
Pembukaan Kantor Cabang Koperasi
d.
Akta Penggabungan/Amalgamasi Koperasi
e.
Pendaftaran Akta Pendirian dan Perubahan Anggaran Dasar Koperasi
Pasal 4
Subjek Retribusi adalah Koperasi yang memperoleh Pengesahan :
a.
Akta Pendirian Koperasi
b.
Akta Perubahan Anggaran Dasar Koperasi
c.
Pembukaan Kantor Cabang Koperasi
d.
Akta Penggabungan/Amalgamasi Koperasi
e.
Pendaftaran Akta Pendirian dan Perubahan Anggaran Dasar Koperasi
BAB III
GOLONGAN RETRIBUSI
Pasal 5
Retribusi Pengesahan Akta Pendirian Koperasi dan Perubahan Anggaran Dasar Koperasi
termasuk golongan Retribusi Jasa Umum.
BAB IV
PRINSIP DAN DASAR DALAM PENETAPAN, STRUKTUR BESARNYA TARIF
RETRIBUSI
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

569

Pasal 6
Prinsip dalam Penetapan Struktur dan Besarnya Tarif Retribusi adalah untuk mengganti biaya
Administrasi Pengesahan atas :
a.
Akta Pendirian Koperasi
b.
Akta Perubahan Anggaran Dasar Koperasi
c.
Pembukaan Kantor Cabang Koperasi
d.
Akta Penggabungan/Amalgamasi Koperasi
e.
Pendaftaran Akta Pendirian dan Perubahan Anggaran Dasar Koperasi
BAB V
STRUKTUR DAN BESARNYA TARIF RETRIBUSI
Pasal 7
(1)

Struktur Tarif Retribusi digolongkan berdasarkan Keputusan Pengesahan Akta Pendirian


dan Perubahan Anggaran Dasar Koperasi.

(2)

Struktur dan Besarnya Tarif Retribusi sebagaimana dimaksud ayat (1) pasal ini adalah
sebagai berikut :
Jenis Retribusi
Ketentuan Retribusi dan Registrasi
a. Akta Pendirian Koperasi
b. Akta Perubahan Anggaran Dasar Koperasi
c. Pembukaan Kantor Cabang Koperasi
d. Akta Penggabungan/Amalgamasi
e. Pendaftaran Akta Pendirian dan Perubahan Anggaran Dasar
Koperasi
Rp. 100.000,-

Tariif
Rp. 500.000,Rp. 200.000,Rp. 200.000,Rp. 250.000,Rp. 100.000,-

BAB VI
DAERAH PEMUNGUTAN
Pasal 8
Retribusi yang terutang dipungut di wilayah Kabupaten Lamandau sebagai daerah tempat
pelayanan pengesahan Akta Pendirian Koperasi, Akta Perubahan Anggaran Dasar Koperasi dan
Pendaftaran Akta Pendirian Koperasi.
BAB VII
TATA CARA PEMUNGUTAN
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

570

Pasal 9
(1)
(2)
(3)

Pemungutan Retribusi tidak dapat diborongkan


Retribusi dipungut dengan Surat Keterangan Retribusi Daerah (SKRD)
Bentuk dan isi Surat Keterangan Retribusi Daerah (SKRD) sebagaimana maksud ayat
(2) pasal ini ditetapkan dengan Peraturan Bupati
BAB VIII
TATA CARA PEMBAYARAN RETRIBUSI TERUTANG
Pasal 10

(1)
(2)

Pembayaran Retribusi yang terutang harus dibayar sekaligus.


Retribusi yang terutang dilunasi selambat lambatnya sejak Surat Keputusan Akta
Pendirian dan Perubahan Anggaran Dasar Koperasi diterbitkan.
(3)
Tata Cara Pembayaran, Pemungutan, Penagihan dan Tempat pembayaran Retribusi
ditetapkan dengan Peraturan Bupati.
BAB IX
SANKSI ADMINISTRASI
Pasal 11
Apabila Retribusi tidak dibayar setelah permohonan pengesahan lengkap diterima maka Surat
Keputusan Akta Pendirian dan Perubahan Anggaran Dasar Koperasi, Pembukaan Kantor Cabang
Koperasi dan Penggabungan Koperasi tidak dapat diterbitkan.
BAB X
KETENTUAN PIDANA
Pasal 12
(1)

Wajib Retribusi yang tidak melaksanakan kewajiban sehingga merugikan Keuangan


Daerah diancam Pidana Kurungan paling lama 6 ( enam ) Bulan dan atau Denda setinggi
tingginya Rp. 5.000.000,( Lima Juta Rupiah ).
(2) Tindak Pidana yang dimaksud pada ayat (1) adalah pelanggaran.
BAB XI
P E N YI D I K A N
Pasal 13
(1)

Pejabat Pegawai Negeri Sipil (PPNS) yang telah memiliki sertifikasi penyidik Pegawai
negeri dilingkungan Pemerintah Daerah diberikan wewenang khusus untuk melakukan
Penyidik, Tindak Pidana di Bidang Retribusi Daerah sebagaimana dimaksud dalam Undang
undang Nomor 8 Tahun 1981 Tentang Hukum Acara Pidana.

Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

571

(2)
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
k.
l.

Wewenang Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah :


Menerima mencari, mengumpulkan keterangan atau laporan berkenaan dengan tindak
Pidana di bidang Retribusi Daerah agar keterangan atau laporan tersebut menjadi
lengkap dan jelas.
Meneliti, mencari dan memngumpulkan keterangan mengenai orang pribadi atau
Badan tentang kebenaran perbuatan yang dilakukan sehubungan dengan Tindak Pidana
Retribusi Daerah.
Meminta Keterangan dan Bahan Bukti dari orang pribadi/Pengawas atau sehubungan
dengan
Tindak Pidana di bidang Retribusi Daerah.
Memeriksa buku buku, catatan dan dokumen dokumen lainnnya yang berhubungan
dengan tindak Pidana dibidang Retribusi Daerah.
Melakukan Penggeledahan untuk mendapatkan Bahan Bukti Pembukuan, Pencatatan
dan Dokumen Dokumen lain, serta melakukan Penyitaan terhadap Bahan Bukti
tersebut.
Meminta bantuan tenaga ahli dalam rangka pelaksanaan tugas Penyidikan Tindak
Pidana di Bidang Retribusi Daerah.
Menyuruh berhenti atau melarang seseorang meninggalkan ruangan atau tempat pada
saat pemeriksaan sedang berlangsung dan memeriksa identitas orang atau dokumen
yang dibawa sebagaimana dimaksud pada huruf e;
Memotret seseorang yang berkaitan dengan Tindak Pidana di bidang Perpajakan
Daerah.
Memanggil orang untuk didengar keterangannya dan diperiksa sebagai tersangka atau
saksi.
Menghentikan Penyidikan.
Melakukan tindakan lain yang perlu untuk kelancaran Penyidikan Tindak Pidana di
Bidang Retribusi Daerah menurut hukum yang dapat dipertanggungjawabkan.
Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memberitahukan dimulainya Penyidikan
dan penyampain hasil Penyidikannya kepada Penuntut Umum, sesuai dengan ketentuan
yang diatur dalam Undang undang Nomor 8 Tahun 1981 Tentang Hukum Acara
Pidana.

BAB XII
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 14
Hal-hal yang belum diatur dalam peraturan daerah ini yang menyangkut pelaksanaannya diatur
lebih lanjut dalam Peraturan Bupati Lamandau

Pasal 15
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

572

Dengan berlakunya Peraturan Daerah tentang Retribusi dan Pendaftaran pengesahan Akta
Pendirian, Perubahan Anggaran Dasar Koperasi (Badan Hukum), maka Peraturan yang
mengatur hal yang sama dinyatakan tidak berlaku lagi
BAB XIII
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 16
Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar setiap orang dapat mengetahuinya memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini
dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Lamandau.
Ditetapkan di : Nanga Bulik
Pada Tanggal : 21 Oktober 2006
WAKIL BUPATI LAMANDAU
ttd
Drs. HGM. AFHANIE
Diundangkan di

: Nanga Bulik

Pada Tanggal

: 21 oktober 2006

SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN LAMANDAU


ttd
Ir. MARUKAN
NIP. 131 480 087
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LAMANDAU
TAHUN 2006 NOMOR 26 SERI : C

PE N J E LASAN
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

573

ATAS
PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMANDAU
NOMOR 17 TAHUN 2006
TENTANG
RETRIBUSI DAN PENDAFTARAN PENGESAHAN AKTA PENDIRIAN
DAN PERUBAHAN ANGGARAN DASAR KOPERASI
(BADAN HUKUM)
I.

PENJELASAN UMUM.
Sesuai dengan program pemerintah bahwa kegiatan usaha yang berbasis
kemasyarakatan perlu mendapatkan skala prioritas untuk meningkatkan kesejahteraan
masyarakat khususnya masyarakat yang menjadi anggota kegiatan usaha tersebut.
Terbukti kegiatan usaha yang berbasis kemasyarakatan dapat dan mampu serta tetap
eksis sewaktu Indonesia mengahadapi inflasi ekonomi beberapa waktu yang lalu. Untuk
melegalkan kegiatan usaha kemasyarakatan tersebut Pemerintah Republik Indonesia telah
mengeluarkan

Undang undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian.

Dalam pelaksanaannya sesuai dengan

Undang undang Nomor 32 Tahun

2004 tentang Pemerintahan Daerah, maka sebagai upaya pendataan dan pembinaan terhadap
Koperasi serta sebagai upaya memberikan kemudahan perubahan Akta Pendirian dan
Perubahan Anggaran Dasar Koperasi dipandang perlu aturan yang menetapkan Retribusi
Pengesahan Akta Pendirian Koperasi dan Perubahan Anggaran Dasar Koperasi untuk
wilayah Kabupaten Lamandau.
Oleh sebab itu Pemerintah Kabupaten Lamandau membuat suatu kebijakan dengan
membuat suatu kebijakan dengan membentuk Peraturan Daerah tentang Retribusi dan
Pendaftaran Pengesahan Akta Pendirian dan Perubahan Anggaran Dasar Koperasi (Badan
Hukum) mengatur bagaimana dasar dasar pengenaan retribusi dan tarif retribusi, tata cara
perhitungan dan penetapan retribusi, tata cara pembayaran, tata cara pebagihan dan lainnya.
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

574

Dalam pembentukan Peraturan Daerah Nomor 17 Tahun 2006 tentang Retribusi dan
Pendaftaran Pengesahan Akta Pendirian dan Perubahan Anggaran Dasar Koperasi (Badan
Hukum) ini dibuat berdasarkan ketentuan yang berlaku.
II.

PASAL DEMI PASAL


Pasal 1
Cukup Jelas
Pasal 2
Cukup Jelas
Pasal 3
Cukup Jelas
Pasal 4
Cukup Jelas
Pasal 5
Cukup Jelas
Pasal 6
Cukup Jelas
Pasal 7
Ayat (1)
Cukup Jelas
Ayat (2)
Cukup Jelas
Pasal 8
Cukup Jelas
Pasal 9
Ayat (1)
Maksud tidak dapat diborongkan pada ayat ini adalah pekerjaan tersebut
tidak dapat diserahkan kepada Pihak Ketiga untuk melaksanakannya.
Ayat (2)
Cukup Jelas
Ayat (3)
Cukup Jelas
Pasal 10
Ayat (1)

Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

575

Cukup Jelas
Ayat (2)
Cukup Jelas
Ayat (3)
Cukup Jelas
Pasal 11
Cukup Jelas
Pasal 12
Ayat (1)
Cukup Jelas
Ayat (2)
Cukup Jelas
Pasal 13
Ayat (1)
Pegawai Penyidik harus memiliki sertifikasi penyidik dan telah dilantik oleh
Bupati sebagai Pegawai Penyidik.
Ayat (2)
Cukup Jelas
Pasal 14
Cukup Jelas
Pasal 15
Cukup Jelas
Pasal 16
Cukup Jelas
TAMBAHAN LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LAMANDAU
TAHUN 2006 NOMOR 30 SERI : C

Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

576

Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009

577

Anda mungkin juga menyukai