SAGAK, SH
Pembina Tk.I
NIP.
a. bahwa dalam Rangka Pelaksanaan Otonomi Daerah yang luas, utuh, nyata
dan bertanggungjawab pada daerah kabupaten, maka perlu penataan
Perangkat Daerah yang disesuaikan dengan kebutuhan, kemampuan,
karakteristik dan kondisi objektif Daerah Kabupaten Lamandau;
b. bahwa penataan sebagaimana dimaksud huruf a di atas, adalah untuk
mewujudkan suatu formasi perangkat daerah yang efektif, efisien dan
mampu memfasilitasi semaksimal mungkin tugas umum Pemerintahan,
Pembangunan dan Pelayanan Masyarakat;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud huruf a dan b,
perlu ditetapkan Peraturan Daerah tentang Kelembagaan Struktur
Organisasi dan Tata Kerja Peragkat Daerah Kabupaten Lamandau.
Mengingat
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan :
1.
Kabupaten adalah Kabupaten Lamandau;
2.
Pemerintah Kabupaten adalah Pemerintah Kabupaten Lamandau;
3.
Bupati adalah Bupati Lamandau;
4.
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah adalah Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten
Lamandau;
5.
Pemerintahan Daerah adalah Peyelenggaraan Pemerintahan Daerah Otonom oleh
Pemerintah Daerah dan DPRD menurut azas Desentralisasi;
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009
6.
Formasi Kelembagaan Perangkat Daerah adalah komposisi Utuh Perangkat Daerah yang
terdiri dari unit-unit Organisasi Perangkat Daerah;
7.
Struktur Organisasi adalah gambaran komposisi dan hierarki tugas, fungsi, wewenang dan
tanggungjawab suatu unit Perangkat Daerah;
8.
Perangkat Daerah adalah keseluruhan kelembagaan daerah yang terdiri dari Sekretariat
Daerah, Sekretariat DPRD, Dinas-dinas atau Badan-badan Daerah dan Lembaga Teknis
Daerah;
9.
Lembaga Teknis Daerah adalah Lembaga Teknis Daerah Kabupaten Lamandau;
10. Badan adalah Badan Daerah Kabupaten Lamandau;
11. Dinas adalah Dinas Daerah Kabupaten Lamandau;
12. Kecamatan adalah wilayah kerja Camat sebagai Perangkat Daerah Kabupaten Lamandau;
13. Kelurahan adalah wilayah kerja Lurah sebagai Perangkat Daerah Kabupaten Lamandau
dibawah Kecamatan;
14. Cabang Dinas adalah Cabang Dinas Perangkat Daerah Kabupaten Lamandau;
15. Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) adalah Unsur Pelaksana Operasional Dinas di
Lapangan.
Pasal 2
Prinsif dan arah Penataan Kelembagaan:
1.
Hemat struktur kaya fungsi.
2.
Ada kejelasan tujuan Organisasi (Visi dan Misi).
3.
Ada pembagian tugas yang jelas (tidak tumpang tindih).
4.
Mempertegas fungsi Lini Staf.
5.
Menyusun pola organisasi sesuai kebutuhan nyata.
6.
Uraian tugas jelas.
7.
Pengembangan Jabatan Fugsional dan mengurangi Jabatan Struktural.
8.
Ada kejelasan beban tugas dan dapat mewadahi fungsi yang berkembang.
9.
Memperjelas Tata laksana dan Mekanisme Kerja.
10.
Memperpendek jalur birokrasi.
Pasal 3
Langkah Penataan Organisasi Kelembagaan:
1.
Menata kembali Perangkat Daerah yang sudah ada guna meningkatkan
efektivitas, efisiensi dan kinerjanya.
2.
Membentuk perangkat daerah baru, baik karena kewenangan wajib
maupun karena kebutuhan straregis Daerah.
3.
Menggabungkan Peragkat Daerah yang berkesesuaian demi efisiensi dan
menghidari tumpang tindih tugas (unifikasi).
4.
menghapus Perangkat Daerah atau bagiannya yang menurut Undangundang atau pedoman lainnya atau menurut kondisi objektif harus di hapus (Destrukturisasi).
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009
5.
membawahi 3 (tiga) Asisten, 9 (Sembilan) Bagian, 24 (dua puluh empat) Sub Bagian serta
Kelompok Jabatan Fungsional.
(2)
Struktur Organisasi dan Tata Kerja Sekretariat Daerah Kabupaten
Lamandau diatur tersendiri dengan Keputusan Bupati, dapat dilihat dalam nomenklatur
lampiran I.
(3)
Sekretariat DPRD adalah unsur staf yang secara operasional berada
dibawah dan bertanggungjawab kepada Ketua DPRD, secara administratif berada dibawah
Sekretariat Daerah, dipimpin oleh Seorang Sekretaris DPRD yang mempunyai 3 (tiga) Bagian
dan 7 (Tujuh) Sub Bagian, Kelompok Jabatan Fungsional dan Staf Ahli.
(4)
Struktur Organisasi dan Tata Kerja Sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah diatur tersediri dengan Keputusan Bupati, dapat dilihat dalam nomenklatur lampiran II.
(5)
Badan Perecanaan Pembanguna Daerah adalah Lembaga Teknis Daerah
yang dipimpin oleh seorang Kepala Badan yang berada di bawah dan bertanggungjawab
kepada Bupati melalui Sekretaris Daerah, membawahi 1 (satu) Sekretaris, 3 (tiga) Bidang, 3
(tiga) Sub Bagian dan 9 (sembilan) Sub Bidang dan kelompok Jabatan Fungsional yang
nomenklaturnya sebagaimana bagan lampiran III.
Tugas Pokok Badan Perencanaan Pebangunan Daerah adalah membantu Bupati dalam seluruh
tahapan proses perencanaan dan pembangunan guna menghasilkan perencanaan dan
pelaksanaan pembangunan yang efektif, efisien dan terpadu yang meliputi fungsi:
a.
Penyusunan kebujaksanaan teknis dibidang Perencanaan
Pembangunan.
b.
Penyusunan kebijaksanaan teknis tertentu di bidang Penelitian
dan Pengembangan Daerah.
c.
Pelaksanaan dan Pembinaan teknis dibidang Perencanaan
Pembangunan dan Penelitian Daerah.
d.
Pelaksanaan Litbang Pemerintahan, Pembangunan dan
Kemasyarakatan.
e.
Pelaksanaan Urusan Tata Usaha Badan.
(6)
Badan Pengawasan Daerah adalah Lembaga Teknis Daerah yang berada
dibawah dan bertanggungjawab kepada Bupati Melalui Sekretaris Daerah, dipimpin oleh
seorang Kepala Badan yang Membawahi 1 (satu) Sekretaris, 2 (Dua) Sub Bagian, 3 (tiga)
Bidang, 6 (enam) Sub Bidang dan kelompok Jabatan Fungsional yang nomenklaturnya
sebagaimana Bagan Struktur dalam lampiran IV.
Tugas pokok Badan Pengawasan Daerah adalah:
Melaksanakan Pembinaan dan Pengawasan Umum terhadap penyelenggaraan pemerintahan
baik Rutin maupun Pembangunan dalam lingkup Kabupaten Lamandau, sesuai ketentuan yang
berlaku, meliputi fungsi;
a.
Penyusunan
kebijaksanaan
teknis
dibidang
Pengawasan
Penyelenggaraan Pemerintahan.
b.
Pelaksanaan dan Pembinaan teknis dibidang Pengawasan
Penyelenggaraan Pemerintahan.
c.
Pelaksanaan Urusan tata Usaha Badan.
(7)
Badan Kependudukan, Catatan Sipil dan Keluarga Berencana adalah
Unsur Pelaksana kebijakan tenis tertentu Pemerintah Kabupaten Lamandau yang bertanggung
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009
jawab kepada Bupati malalui Sekretaris Daerah, dipimpin oleh seorang Kepala Badan yang
membawahi 1 (satu) orang Sekretaris, 2 (dua) Sub Bagian, 2 (dua) bidang dan 4 (empat) Sub
Bidang dan kelompok Jabatan Fungsional yang nomenklaturnya sebagaimana dalam lampiran
V.
Tugas Pokok Badan Kependudukan, Catatan Sipil dan Keluarga Berencana adalah
melaksanakan kewenangan desentralisasi dibidang Kependudukan, Catatan Sipil dan Keluarga
Berencana yang meliputi fungsi:
a.
Menyusun Kebijakan teknis dibidang Kependudukan, Catatan
Sipil dan Keluarga Berencana.
b.
Pelaksanaan dan bimbingan teknis dibidang Kependudukan,
Catatan Sipil dan Keluarga Berencana.
c.
Pembinaan Unit Pelaksana Teknis Badan.
d.
Pengelolaan Urusan Tata Usaha.
(8)
1.
c.
(15) Dinas Pertanian, Peternakan dan Perikanan yang selanjutnya disebut Distanakan adalah
unsur pelaksana Pemerintah Daerah, dipimpin oleh seorang Kepala Dinas yang berada di
bawah dan bertanggungjawab kepada Bupati melalui Sekretaris Daerah, membawahi 1 (satu)
Bagian Tata Usaha, 3 (Tiga) Sub Dinas, 3 (tiga) Sub Bagian 8 (delapan) Seksi, dan
Kelompok Jabatan Fungsional, yang nomenklaturnya sebagaimana bagan struktur dalam
lampiran XIII.
Tugas Pokok Dinas Pertanian, Peternakan dan Perikanan Daerah adalah menyelenggarakan
urusan pertanian tanaman pangan dan holtikultura, peternakan dan perikanan yang meliputi
fungsi:
a.
Penyusunan kebijaksanaan teknis dibidang Pertanian,
Peternakan dan Perikanan.
b.
Pemberian perijinan dan pelaksanaan pelayanan umum
dibidang Pertanian, Peternakan dan Perikanan.
c.
Pelaksanaan dan pembinaan teknis dibidang Pertanian
Peternakan dan Perikanan.
d.
Pelaksanaan kewenangan yang diserahkan oleh Bupati.
e.
Pelaksanaan urusan Tata Usaha Dinas.
f.
Pembinaan Unit Pelaksana teknis Dinas.
(16)
Dinas Kehutanan dan Perkebunan Daerah adalah
unsur pelaksana Pemerintah Daerah, dipimpin oleh seorang Kepala Dinas yang berada di
bawah dan bertanggungjawab kepada Bupati melalui Sekretaris Daerah, membawahi 1 (satu)
Bagian Tata Usaha, 3 (tiga) Sub Dinas, 3 (tiga) Sub Bagian, 9 (sembilan) Seksi, Cabang
Dinas dan Kelompok Jabatan Fungsional, yang nomenklaturnya sebagaimana bagan struktur
dalam lampiran XIV.
Tugas Pokok Dinas kehutanan dan Perkebunan Daerah adalah:
a.
Menyususn kebijaksanaan teknis dibidang
Kehutanan dan Perkebunan.
b.
Pemberian perijinan dan pelaksanaan
pelayanan umum dibidang Kehutanan dan Perkebunan.
c.
Pelaksanaan dan pembinaan teknis
dibidang Kehutanan dan Perkebunan.
d.
Pelaksanaan wewenang yang dilaksanakan
Pemerintah Daerah.
e.
Pelaksanaan urusan Tata Usaha Dinas.
f.
Pembinaan Unit Pelaksana Teknis Dinas.
(17) Dinas Pemberdayaan Masyarakat Desa adalah unsur pelaksana Pemerintah Daerah dipimpin
oleh Kepala Dinas yang berada di bawah dan bertanggungjawab kepada Bupati melalui
Sekretaris Daerah, membawahi 1 (satu) Bagian Tata Usaha, 3 (tiga) Sub Dinas, 4 (empat)
Sub Bagian, 6 (enam) Seksi, dan Kelompok Jabatan Fungsional, yang nomenklaturnya
sebagaiman bagan struktur lampiran XV.
Tugas Pokok Dinas Pemberdayaan Masyarakat Desa adalah membatu Kepala Daerah
menyelenggarkan kewenangan Pemerintah Daerah di Bidang Pemberdayan Masyarakat
Desa, adalah:
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009
10
a.
b.
11
c.
d.
(20)
Kantor
Kecamatan
adalah
Perangkat Daerah Kabupaten yang berada langsung dan bertangguangjawab kepada Bupati
Melalui Sekretaris Daerah, dipimpin oleh Seorang Camat, dibantu oleh 1 (satu) Orang
sekretaris Camat, 3 (tiga) orang Kepala Urusan, 5 (lima) Orang Kepala seksi serta Keompok
Jabatan Fungsional.
Tugas Pokok Kantor Kecamatan adalah Pelayanan Kepada masyarakat sesuai Pelimpahan
Kewenangan yang diberikan oleh Bupati.
Struktur organisasi dan tata kerja Kantor Kecamatan sesuai nomenklatur lampiran XVIII.
(21)
2.
3.
4.
5.
Pembentukan unit Pelaksana Teknis Dinas/Badan Daerah selanjutnya diatur tersendiri dengan
Keputusan Bupati atas persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah.
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009
12
BAB V
KELOMPOK JABATAN FUNGSIONAL
Pasal 9
Kelompok Jabatan fungsional mempunyai tugas melaksanakan kegiatan Teknis Dinas sesuai
dengan Bidang keahliannya dan kebutuhan organisasi perangkat Daerah yang pengisiannya diatur
lebih lanjut dengan keputusan Bupati.
BAB VI
TATA KERJA
Pasal 10
(1) Dalam melaksanakan tugasnya masing-masing Unit Organisasi Perangkat Daerah wajib
menyelenggarakan koordinasi, integrasi, sinkronisasi dan penyederhanaan baik kedalam
maupun keluar sesuai aturan yang berlaku.
(2) Pimpinan Unit Organisasi Perangkat Daerah wajib memberikan petunjuk, pembinaan dan
bimbingan serta pengawasan kepada unsur unsur pembantu yang ada dibawah
pimpinannya.
BAB VII
PENGANGKATAN DALAM JABATAN
Pasal 11
(1) Dalam hal pengangkatan Sekretaris Daerah, Bupati mengkonsultasikan secara tertulis kepada
Gubernur maksimal 3 (tiga) orang Pegawai Negeri Sipil yang memenuhi syarat untuk
menduduki jabatan Sekretaris Daerah dan mendapat persetujuan Pimpinan DPRD Kabupaten.
(2) Kepala Dinas/Badan dan kepala Lembaga Teknis Daerah lainnya diangkat oleh Bupati dari
pegawai Negeri Sipil yang memenuhi syarat atas usul Sekretaris Daerah.
(3) Jabatanjabatan lain pengangkatanya disesuaikan dengan ketentuan yang berlaku.
BAB VIII
ESELONERING
Pasal 12
(1) Eselonering masingmasing jabatan dalam organisasi perangkat Daerah disesuaikan dengan
ketentuan Pemerintah yang berlaku.
(2) Sebelum ada ketentuan pengaturan Eselonering dari Pemerintah, ditetapkan dengan keputusan
Bupati.
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009
13
BAB IX
KETENTUAN LAIN-LAIN
Pasal 13
(1)
(2)
Kepala Badan/Dinas
dikembangkan sesuai dengan kebutuhan kelembagaan.
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
yang
telah
dibentuk
dapat
BAB X
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 14
(1)
(2)
14
Dengan berlakunya Perturan Daerah ini, maka ketentuan ketentuan yang mengatur tentang
struktur organisasi dan tata kerja perangkat daerah Kabupaten Lamandau dinyatakan tidak berlaku
lagi.
Pasal 15
Ditetapkan di
Pada Tanggal
: Nanga Bulik
: 29 Februari 2004
BUPATI LAMANDAU,
ttd
BUSTANI DJ MAMUD
Diundangkan di : Nanga Bulik
Pada Tanggal
: 15 Maret 2004
Plt. SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN LAMANDAU
ttd
Drs. PIET J. DADIE
NIP. 530 003 050
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LAMANDAU
TAHUN 2004 NOMOR 02 SERI : D
PENJELASAN
ATAS
PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMANDAU
NOMOR 03 TAHUN 2004
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009
15
TENTANG
KELEMBAGAAN STRUKTUR ORGANISASI TUGAS POKOK DAN TATA KERJA
PERANGKAT DAERAH KABUPATEN LAMANDAU
I.
PENJELASAN UMUM
Untuk melaksanakan amanat Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang
Pemerintah Daerah dimana daerah diberi wewenang untuk menyelenggarakan roda
pemerintahan dan mengatur daerahnya disesuaikan dengan kebutuhan, kemampuan,
karakteristik dan kondisi objektif daerah.
Dalam menyelenggarakan pemerintahan diperlukan suatu peraturan untuk
mewujudkan semaksimal mungkin tugas pemerintahan secara luas baik dalam pembangunan
dan pelayanan kepada masyarakat.
Hal ini dapat terwujud apabila perubahan kelembagaan struktur organisasi dan tata
kerja perangkat daerah benar-benar tertuju kepada kepentingan masyarakat dan kepentingan
pembangunan Kabupaten Lamandau.
Oleh sebab itu perlu adanya pengaturan yang dapat mewujudkan hal tersebut dengan
membentuk Peraturan Daerah tentang Kelembagaan Struktur Organisasi dan Tata Kerja
Perangkat Daerah Kabupaten Lamandau
16
Cukup Jelas
Pasal 10
Cukup Jelas
Pasal 11
Cukup Jelas
Pasal 12
Cukup Jelas
Pasal 13
Cukup Jelas
Pasal 14
Cukup Jelas
Pasal 16
Cukup Jelas
TAMBAHAN LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LAMANDAU
TAHUN 2004 NOMOR 03 SERI : D
17
Mengingat
18
19
Dengan persetujuan
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH
KABUPATEN LAMANDAU
MEMUTUSKAN :
Menetapkan
20
13. Masa Retribusi adalah suatu jangka waktu tertentu yang merupakan batas waktu bagi wajib
retribusi untuk memanfaatkan jasa percetakan KTP dan atau akte catatan sipil;
14. Pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan untuk mencari, mengumpulkan dan mengolah data
dan atau keterangan lainnya dalam rangka pengawasan kepatuhan kewajiban retribusi
berdasarkan Peraturan Perundang-undangan Retribusi Daerah;
15. Penyidikan tindak pidana di bidang retribusi adalah serangkaian tindakan yang dilakukan oleh
penyidik untuk mencari serta mengumpulkan bukti yang dengan bukti itu membuat terang
tindak pidana di bidang retribusi yang terjadi serta menemukan tersangkanya;
16. Penyidik adalah pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu yang diberi wewenang khusus untuk
melakukan penyidikan.
BAB II
NAMA, OBJEK DAN SUBJEK RETRIBUSI
Pasal 2
Dengan nama retribusi penggantian biaya cetak kartu tanda penduduk, kartu keluarga dan akte
catatan sipil dipungut retribusi atas penggantian biaya cetak Kartu Tanda Penduduk, kartu
keluarga, dan akte catatan sipil.
Pasal 3
Objek retribusi meliputi pencetakan :
1. Kartu Tanda Penduduk;
2. Akte Kelahiran;
3. Akte Perkawinan;
4. Akte Perceraian;
5. Akte Pengesahan dan Pengakuan Anak;
6. Akte Ganti Nama bagi Warga Negara Asing;
7. Akte Kematian;
8. Kartu Keluarga.
Pasal 4
Subjek retribusi adalah orang pribadi yang memperoleh jasa akibat diterbitkannya Kartu Tanda
Penduduk, Kartu Keluarga dan atau Akte Catatan Sipil.
BAB III
GOLONGAN RETRIBUSI
Pasal 5
Retribusi penggantian biaya cetak kartu tanda penduduk, kartu keluarga dan akte catatan sipil
digolongkan sebagai jasa umum.
21
BAB IV
CARA MENGUKUR TINGKAT PENGGUNAAN JASA
Pasal 6
Tingkat penggunaan jasa diukur berdasarkan jumlah KTP, Kartu Keluarga dan akte catatan sipil
yang diterbitkan.
BAB V
PRINSIP DAN SASARAN DALAM PENETAPAN STRUKTUR DAN BESARNYA TARIF
Pasal 7
1) Prinsip dan sasaran dalam penetapan tarif retribusi adalah untuk mengganti biaya cetak Kartu
Tanda Penduduk, Kartu Keluarga dan atau akte catatan sipil.
2) Biaya cetak sebagaimana dimaksud pada ayat ( 1 ) adalah biaya cetak persatuan Kartu Tanda
Penduduk, Kartu Keluarga dan atau Akte Catatan Sipil yang dibayar oleh Pemerintah Daerah
kepada percetakan.
BAB VI
STRUKTUR DAN BESARNYA TARIF
Pasal 8
1) Struktur tarif digabungkan menurut jenis pelayanan yang diberikan.
2) Struktur dan dasar tarif adalah sebagai berikut :
a. Penggantian biaya cetak Kartu Tanda Penduduk Rp. 15.000,b. Penggantian pengisian biaya Kartu Tanda Penduduk sementara Rp. 5.000,c. Penggantian biaya cetak kartu keluarga Rp. 10.000,3) Struktur tarif digabungkan menurut jenis pelayanan yang diberikan.
4) Struktur dan dasar tarif adalah sebagai berikut :
a. Penggantian biaya cetak Kartu Tanda Penduduk Rp. 15.000,b. Penggantian pengisian biaya Kartu Tanda Penduduk sementara Rp. 5.000,c. Penggantian biaya cetak kartu keluarga Rp. 10.000,d. Penggantian biaya cetak akte catatan sipil :
1. Akte kelahiran
Rp.
25.000,2. Akte perkawinan
Rp.
75.000,3. Akte perceraian
Rp. 200.000,4. Akte pengesahan dan pengakuan anak
Rp.
25.000,5. Akte ganti nama bagi WNA
Rp. 250.000,6. Akte perkawinan bagi WNA
Rp. 500.000,7. Akte Kematian
Rp.
25.000,8. Akte adopsi / pengangkatan anak
Rp.
25.000,e. Semua penerimaan hasil pelayanan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) huruf a sampai
d, disetorkan dengan ketentuan sebagai berikut :
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009
22
BAB VII
MASA RETRIBUSI DAN SAAT RETRIBUSI TERHUTANG
Pasal 9
1) Masa retribusi KTP sementara adalah 3 ( tiga ) bulan.
2) Masa retribusi KTP adalah 5 ( lima ) tahun.
Pasal 10
Saat retribusi terhutang adalah pada saat diterbitkannya SKRD atau dokumen lain yang
dipersamakan.
BAB VIII
WILAYAH PEMUNGUTAN
Pasal 11
Wilayah pemungutan Retribusi Terhutang adalah di daerah tempat pelayanan Kartu Tanda
Penduduk, Kartu Keluarga dan Akte Catatan Sipil diberikan.
BAB IX
SURAT PENDAFTARAN
Pasal 12
1) Wajib retribusi wajib mengisi SPDORD ( Surat Pendaftaran Data Objek Retribusi Daerah );
2) SPDORD sebagaimana dimaksud pada ayat ( 1 ) harus diisi dengan jelas, benar dan lengkap
serta ditanda tangani oleh wajib retribusi atau kuasanya;
3) Bentuk, isi serta tata cara pengisian dan penyampaian SPDORD sebagaimana dimaksud ayat
( 1 ) ditetapkan oleh Kepala Daerah.
23
BAB XI
TATA CARA PEMUNGUTAN
Pasal 13
1) Pemungutan retribusi tidak dapat diborongkan;
2) Retribusi dipungut dengan menggunakan SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan.
BAB XII
TATA CARA PEMBAYARAN
Pasal 14
1) Retribusi yan terutang dilunasi sekaligus di muka;
2) Untuk Kartu Tanda Penduduk, retribusi yang terutang dilunasi sekaligus dimuka untuk
1 ( satu ) kali masa retribusi;
3) Tata cara pembayaran, penyetoran dan tempat pembayaran retribusi diatur dengan keputusan
Bupati.
BAB XIII
PENGURANGAN, KERINGANAN DAN PEMBEBASAN RETRIBUSI
Pasal 15
1) Bupati dapat memberikan keringanan, pengurangan dan pembebasan retribusi.
2) Pemberian pengurangan dan keringanan retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat ( 1 )
dengan memperhatikan kemampuan masyarakat antara lain dapat diberikan kepada orang
cacat, pelajar atau mahasiswa.
3) Pemberian pembebasan retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat ( 1 ) antara lain untuk wajib
retribusi yang berusia lanjut atau yang berusia 60 tahun ke atas.
4) Tata cara penguarangan, keringanan dan pembebasan retribusi ditetapkan dengan Keputusan
Bupati.
BAB XIV
SANKSI ADMINISTRASI
Pasal 16
Bagi penduduk yang terlambat mengurus akte kelahiran dan akte perkawinan dikenakan sanksi
administrasi sebagai berikut :
1) Akte kelahiran sebesar Rp.
2) Akte Perkawinan sebesar Rp. 15.000,Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009
24
BAB XV
KETENTUAN PIDANA
Pasal 17
1) wajib retribusi yang tidak melaksanakan kewajibannya sehingga merugikan Keuangan Daerah
diancam pidana kurungan paling lama 1 (satu ) bulan atau denda paling banyak 4 ( empat ) kali
jumlah retribusi terutang.
2) Tindak pidana yang dimaksud pada ayat ( 1 ) adalah pelanggaran.
BAB XVI
PENYIDIKAN
Pasal 18
1) Pejabat Pegawai Negeri Sipil di Lingkungan pemerintah Daerah diberi wewenang khusus
sebagai penyidik untuk melakukan penyidikan tindak pidana di bidang perpajakan daerah atau
retribusi daerah sebagaimana dimaksud Pasal 1 angka 18.
2) Wewenang penyidikan sebagaimana dimaksud pada ayat ( 1 ) adalah :
a. Menerima, mencari dan mengumpulkan dan meneliti keterangan atau laporanberkenaan
dengan tindak pidana di bidang retribusi Daerah agar keterangan atau laporan tersebut
menjadi lengkap.
b. Meneliti, mencari dan mengumpulkan keterangan mengenai orang pribadi atau badan
tentang kebenaran perbuatan yang dilakukan sehubungan dengan tindak pidana retribusi
daerah tersebut.
c. Meminta keterangan dan bahan bukti dari orang pribadi atau badan sehubungan dengan
tindak pidana di bidang retribusi daerah.
d. Memeriksa buku buku, catatan dan dokumen-dokumen lain berkenaan dengan tindak
pidana di bidang retribusi daerah.
e. Melakukan penggeledahan untuk mendapat bahanbukti pembukuan, pencatatan dan
dokumen-dokumen lain serta melakukan penyitaan terhadap bahan bukti tersebut.
f. Meminta bantuan tenaga ahli dalam ranka pelaksanaan tugas penyidikan tindak pidana di
bidang retribusi daerah.
g. Menyuruh berhenti dan atau melarang seseorang meninggalkan ruangan atau tempat pada
saat pemeriksaan sedang berlangsung memeriksa identitas orang atau dokumen yang
dibawa sebagaimana dimaksud pada huruf e.
h. Menuntut seseorang yang berkaitan dengan tindak pidana retribusi daerah.
i. Menuntut seseorang yang berkaitan dengan tindak pidana retribusi daerah.
j. Menuntut seseorang yang berkaitan dengan tindak pidana retribusi daerah.
k. Memanggil orang untuk didengar keterangannya dan diperiksa sebagai tersangka atau
saksi.
l. Menghentikan penyidikan.
m. Melakukan tindakan lain yang perlu untuk kelancaran penyidikan tindak pidana di bidang
retribusi daerah menurut hukum yang dipertanggung jawabkan.
25
26
PENJELASAN
ATAS
PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMANDAU
NOMOR 04 TAHUN 2004
TENTANG
RETRIBUSI PENGGANTIAN BIAYA CETAK KARTU TANDA PENDUDUK, KARTU
KELUARGA DAN AKTE CATATAN SIPIL
I.
UMUM
Sasaran pembangunan jangka panjang adalah terciptanya kualitas manusia yang
maju dan kualitas masyarakat yang hidup dalam suasana aman dan tentram sejahtera lahir dan
batin dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara serta berkesinambungan
dalam hubungan antara manusia maupun hubungan manusia dengan lingkungannya
Untuk mencapai sasaran tersebut diatas , perlu ditingkatkan pelayanan kepada
masyarakat melalui pendataan, pendaftaran dan pengaturan administrasi kependudukan
kedalam sistem administrasi kependudukan yang baik dan teratur.
Guna pengelolaan administrasi kependudukan yang baik dan teratur tersebut, maka
diperlukan
sumberdana untuk menunjang pelaksanaannyamelalui pungutan retribusi
penggantian biaya cetak kartu tanda penduduk, kartu keluarga dan akte catatan sipil.
Berdasarkan Undang-undang Nomor 5 Tahun 2002 tentang Pembentukan Kabupaten
Katingan, Kabupaten Seruyan, Kabupaten Sukamara, Kabupaten Lamandau, Kabupaten
Gunung Mas, Kabupaten Pulang Pisau, Kabupaten Murung Raya dan Kabupaten Barito Timur
di Propinsi Kalimantan Tengah (Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 18, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4180 ), bahwa Kabupaten Lamandau
merupakan daerah otonom yang dapat mengatur dan mengurus rumah tangga sendiri sesuai
dengan kondisi dan potensi daerah, termasuk bidang kependudukan.
Oleh sebab itu untuk mewujudkan
keteraturan dan tertibnya administrasi
kependudukan guna menunjung proses pembangunan dan pemerintahan maka diperlukan
partisipasi aktif masyarakat untuk bersama-sama dengan pemerintah daerah mewujudkan
masyarakat yang tertib dan teratur kedalam tata administrasi yang baik dan benar.
Untuk mencapai maksud diatas perlu pengaturan dan pengendaliannya melalui
Peraturan Daerah Kabupaten Lamandau.
: Cukup Jelas
: Maksud Penggantian Biaya Cetak adalah Retribusi Pengantian
Biaya Cetak berdasarkan pasal 8 Peraturan Daerah ini.
27
Pasal 3
Pasal 4
Pasal 5
Pasal 6
Pasal 7 ayat 1
ayat 2
Pasal 8 ayat 1 s/d 2
Pasal 9 ayat 1
ayat 2
Pasal 10
Pasal 11
Pasal 12
Pasal 13 ayat 1
ayat 2
Pasal 14 ayat 1
ayat 2 dan 3
Pasal 16
Pasal 17 ayat 1 dan 2
Pasal 18 ayat 1 s/d 2
Pasal 19
Pasal 20
Pasal 21
: Cukup Jelas
: Cukup Jelas
: Cukup Jelas
: Cukup Jelas
: Pungutan Retribusi dipungut atas penggantian biaya cetak,
sedangkan jasa tidak termasuk dalam pungutan retribusi.
: Cukup Jelas
: Cukup Jelas
: Masa Retribusi KTP sementara adalah masa berlakunya pungutan/
retribusi atas biaya cetak KTP sementara.
: Masa retribusi KTP adalah masa berlakunya pungutan/retribusi
atas biaya cetak KTP
: Saat retibusi terutang adalah saat dikeluarkannya surat ketetapan
retribusi daerah (SKRD) atau saat diterbitkannya dokumen lain
yang dipersamakan
: Cukup Jelas
: Cukup Jelas
: Pungutan retribusi tidak dapat diborongkan dilimpahkan kepihak
Lain
: Cukup Jelas
: Retribusi yang terhutang dilunasi dimuka untuk akte, diluar KTP
: Cukup Jelas
: Hanya berlaku untuk akte kelahiran dan akte perkawinan
: Cukup Jelas
: Cukup Jelas
: Cukup Jelas
: Cukup Jelas
: Cukup Jelas
28
Mengingat
29
6. Peraturan Pemerintah Nomor 27 tahun 1983 tentang Pelaksanaan UndangUndang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (Lembaran
Negara Tahun 1981 Nomor 36, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3258 );
7. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan
Pemerintah dan Kewenangan Propinsi sebagai Daerah Otonom
( Lembaran Negara Republik Indonesia 3952 );
8. Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2001 tentang Retribusi Daerah
( Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 119, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4139 );
9. Keputusan Presiden Nomor 44 Tahun 1999 tentang Teknik Penyusunan
Peraturan Perundang-undangan dan Bentuk Undang-Undang, Rancangan
Peraturan Pemerintah dan Rancangan Keputusan Presiden;
10. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 84 Tahun 1997 tentang Penyidik
Pegawai Negeri Sipil di Lingkungan Pemerintah Daerah;
Dengan persetujuan
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH
KABUPATEN LAMANDAU
MEMUTUSKAN :
Menetapkan :
30
6. Jasa Administrasi adalah jasa atas pelayanan oleh Pemerintah Daerah berupa penyediaan
blanko / formulir, surat keterangan, surat ijin dan atau surat-surat lainnya atau legalisir suratsurat yang dikeluarkan oleh Pemerintah Daerah dan unit satuan kerja, dinas/badan, lembaga
teknis daerah di lingkungan Pemerintah Kabupaten Lamandau;
7. Badan adalah suatu bentuk usaha meliputi Perseroan Terbatas ( PT ), Perusahaan Komanditer
( CV ), perseroan lainnya, Badan Usaha Milik Negara atau Daerah dengan nama dan bentuk
apapun, persekutuan, perkumpulan, Firma, Kongsi, Koperasi, Dana Pensiun, Usaha Dagang,
serta badan usaha lainnya;
8. Pejabat adalah Pegawai Negeri Sipil yang diberi tugas tertentu sesuai dengan Peraturan
Perundang-undangan yang beralaku;
9. Kas Daerah adalah Kas Daerah Kabupaten Lamandau;
10. Bendaharawan Khusus Penerima adalah Bendaharawan khusus penerima pada Dinas
Pendapatan Daerah Kabupaten Lamandau;
11. Uang Leges adalah sejumlah uang tertentu sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian ijin
atau pendaftaran ulang atau pengesahan atau perolehan dokumen-dokumen resmi, surat-surat
atau bahan-bahan tertulis sah sejenisnya yang khusus disediakan dan atau diberikan oleh
Pemerintah Daerah untuk kepentingan orang pribadi atau badan hukum;
12. Pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan untuk mencari, mengumpulkan dan mengolah data
dan atau keterangan lainnya dalam rangka pengawasan kepatuhan pemenuhan kewajiban
terhadap Peraturan perundang-undangan yang berlaku;
13. Penyidikan tindak pidana adalah serangkaian tindakan yang dilakukan oleh penyidik Pegawai
Negeri Sipil yang selanjutnya dapat disebut penyidik, untuk mencari dan mengumpulkan bukti
sehingga dengan bukti itu membuat terang tindak pidana yang terjadi serta menemukan
tersangkanya.
BAB II
JENIS DAN BESARNYA JASA ADMINISTRASI DAN
UANG LEGES
Pasal 2
Setiap orang atau badan hukum yang akan memanfaatkan dan atau memperoleh jasa atau
pelayanan administrasi atas pemberian ijin atau pendaftaran ulang, atau pengesahan, legalisir,
peroleh dokumen-dokumen resmi, surat-surat atau bahan-bahan tertulis yang sah atau sejenisnya
yang khusus disediakan dan atau diberikan oleh Pemerintah Daerah harus membayar pelayanan
jasa administrasi dan uang leges.
Pasal 3
Jenis dan besarnya jasa administrasi adalah sebagai berikut :
a. Untuk satu notulen sidang DPRD Kab. Lamandau
b. Untuk satu eceran acara-acara sidang DPRD Kabupaten Lamandau
c. Untuk sebuah Rancangan APBD
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009
31
Rp.
Rp.
Rp.
10.000,2.500,15.000,-
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
k.
l.
m.
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
15.000,2.000,1.000,1.000,-
Rp.
1.000,-
Rp.
1.000,-
Rp.
Rp.
2.000,1.000,-
Rp.
Rp.
1.000,500,-
Rp.
500,-
Rp.
500,-
Rp.
500,-
Rp.
1.000,-
Rp.
1.000,-
Pasal 4
Jenis dan besarnya uang leges adalah sebagai berikut :
a. Untuk legalisasi surat-surat keterangan/ rekomendasi perlembar
b. Untuk legalisasi surat ijin (ijin usaha, trayek, pendaftaran
perusahaan, IMB dan atau sejenisnya perlembar
c. Untuk setiap legalisasi akte-akte kependudukan yang dikeluarkan
oleh Pemerintah Daerah perlembar
d. Untuk setia legalisasi satu buah berita acara/ surat perjanjian dan
atau sejenisnya
e. Untuk setiap legalisasi satu buah akte jual beli tanah / sertifikat
tanah
BAB III
PENGECUALIAN
Pasal 5
Pengecualian dari pemungutan Jasa Administrasi dan uang leges sebagaimana dimaksud pasal 3
dan 4 Peraturan Daerah ini adalah untuk :
a. Kepentingan Badan Sosial dan Keagamaan;
b. Surat atau jasa yang diberikan untuk kepentingan Pemerintah Daerah berdasarkan ketentuan
Peraturan Perundang-undangan yang berlaku;
c. Kepentingan perorangan yang tidak mampu, sepanjang dapat dibuktikan dengan mengajukan
surat keterangan dari Ketua Rukun Tetangga ( RT ) yang diketahui oleh Kepala Desa / Lurah
setempat;
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009
32
BAB IV
TATA CARA PEMBAYARAN
Pasal 6
Tata cara pembayaran jasa administrasi dan uang leges ditetapkan dengan Keputusan Bupati.
Pasal 7
Jasa sebagaimana tersebut pada pasal 3 dan 4 Peraturan Daerah ini, merupakan penerimaan
Daerah yang harus disetor ke Kas Daerah melalui Bendaharawan Khusus Penerima.
BAB V
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 8
Hal-hal lain yang belum diatur dalam Peraturan Daerah ini, sepanjangmengenai pelaksanaannya
akan diatur lebih lanjut dengan Keputusan Bupati.
Pasal 9
Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
33
Agar supaya setiap orang dapat mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah
ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Lamandau.
Ditetapkan di : Nanga Bulik
Pada Tanggal : 29 Februari 2004
BUPATI LAMANDAU,
ttd
BUSTANI DJ. MAMUD
Diundangkan di : Nanga Bulik
Pada Tanggal
: 15 Maret 2004
Plt. SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN LAMANDAU
ttd
(Drs. PIET J. DADIE)
NIP. 530 003 050
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LAMANDAU
TAHUN 2004 NOMOR 02 SERI : C
34
PENJELASAN
ATAS
PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMANDAU
NOMOR 5 TAHUN 2004
TENTANG
JASA ADMINISTRASI DAN UANG LEGES
I.
PENJELASAN UMUM
Dalam meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan peningkatan pelayanan
administrasi yang benar-benar tertuju pada kepentingan masyarakat, maka Pemerintah Daerah
berusaha untuk meningkatkan dan menciptakan pelayanan seobtimal mungkin dalam bentuk
pelayanan administrasi, berupa jasa pelayanan oleh pemerintah daerah berupa penyediaan
blanko/ formulir, surat keterangan, surat izin dan atau surat-surat lainnya atau legalisir
surat-surat yang dikeluarkan oleh Pemerintah Daerah baik Dinas/ Badan dan Unit Satuan
Kerja lainnya.
Meningat dasar pertimbangan tersebut serta mencermati peraturan daerah Kabupaten
Lamandau nomor 5 Tahun 2004 tentang Jasa Adminstrasi dan Uang Leges setelah diadakan
evaluasi dan pengkajian baik ditinjau dari aspek substantsif maupun pertimbangan guna lebih
menjamin kemudahan dalam pelayanan yang akan dilakukan, dipandang perlu untuk mengatur
hal tersebut. Dalam konteks inilah Peraturan Daerah tentang Jasa Administrasi Uang Leges ini
dibentuk.
II.
Yang dimaksud dengan Jasa Administrasi adalah jasa atau pelayanan oleh
Pemerintah Daerah berupa penyediaan Blanko/ Formulir, surat-surat lainnya atau
legalisir surat-surat yang dikeluarkan oleh Pemerintah Daerah dan Unit Satuan
Kerja Dinas/ Badan dilingkungan Pemerintah Daerah Kabupaten Lamandau;
b.
Yang dimaksud Uang Leges adalah sejumlah uang tertentu sebagai
pembayaran atas jasa atau pemberian izin atau pendaftaran ulang atau pengesahan
atau perolehan dokumen-dokumen resmi, surat-surat atau bahan-bahan tertulis sah
sejenis nya yang khsusus disediakan dan atau kepentingan pribadi atau badan
hukum.
c.
Yang dimaksud setiap orang atau badan hukum adalah Orang pribadi atau
bentuk usaha yang berbadan Hukum contoh CV, PT dan lainnya apabila
memperoleh jasa atau pelayanan dari pemerintah maka diharuskan membayar
35
pelayanan jasa administrasi dan uang leges sesuai dengan jenis jasa yang diperlukan
tersebut.
Pasal 3
Cukup Jelas
Pasal 4
Cukup Jelas
Pasal 5
Cukup Jelas
Pasal 6
Cukup Jelas
Pasal 7
Yang dimaksud Bendaharawan khusus penerima adalah bendaharawan khusus
Penerima pada Dinas Pendapatan Kabupaten Lamandau
Pasal 8
Cukup Jelas
Pasal 9
Cukup Jelas
TAMBAHAN LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LAMANDAU
TAHUN 2004 NOMOR 5 SERI : C
36
a. bahwa setiap orang atau badan yang mendirikan atau memperluas tempat
usahanya di Daerah diwajibkan memiliki Ijin Tempat Usaha.
b. bahwa untuk meningkatkan Pendapatan Asli Daerah guna menunjang
pelaksanaan pembangunan dan penyelenggaraan pemerintahan, maka perlu
memungut Retribusi Ijin Tempat Usaha.
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud huruf a dan b
diatas, perlu ditetapkan dengan Peraturan Daerah tentang Retribusi Tempat
Ijin Usaha.
Mengingat
37
10.
11.
Menetapkan
LAMANDAU
TENTANG
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan :
1. Daerah adalah Kabupaten Lamandau;
2. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Kabupaten Lamandau;
3. Bupati adalah Bupati Lamandau;
4. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya disebut DPRD adalah Dewan Perwakilan
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009
38
39
BAB III
PERSYARATAN UNTUK MENDAPATKAN IJIN TEMPAT USAHA
Pasal 5
Untuk mendapatkan Ijin Tempat Usaha sebagaimana dimaksud pasal 4 Peraturan Daerah ini,
pemohon mengajukan permohonan tertulis kepada Bupati dengan mengisi daftar isian yang sudah
disediakan pada Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau serta melampirkan syarat-syarat sebagai
berikut :
1. Fotocopy / salinan denah bangunan kecuali bagi tempat-tempat usaha yang disediakan oleh
Pemerintah Daerah;
2. Fotocopy / salinan ijin mendirikan bangunan ( kecuali bagi tempat-tempt usaha yang
disediakan oleh Pemerintah Daerah );
3. Fotocopy salinan Akte Perseroan ( bagi badan hukum );
4. Fotocopy salinan Kartu Tanda Penduduk ( KTP );
5. Fotocopy salinan Surat Ijin Usaha Perdagangan;
6. Suart pernyataan bersedia mentaati peraturan dan perundang-undangan yang berlaku;
7. Surat keterangan Kepala Desa / Kepala Kelurahan;
8. Surat pernyataan tidak keberatan dari tetangga diketahui oleh ketua RT / Kepala Desa /
Kelurahan setempat ( kecuali bagi tempat-tempat usaha yang disediakan Pemerintah Daerah );
9. Tanda lunas PBB lokasi usaha ( kecuali bagi tempat-tempat usaha yang disediakan oleh
Pemerintah Daerah ).
BAB IV
JANGKA WAKTU BERLAKUNYA IJIN TEMPAT USAHA
Pasal 6
Masa berlakunya ijin tempat usaha selama 5 ( lima ) tahun.
Pasal 7
(1) Perusahaan yang telah mempunyai ijin tetapi masa berlakunya sudah habis, diwajibkan untuk
memperbaharui / memperpanjang perijinannya dengan mengajukan permohonan tertulis
kepada Bupati dengan melampirkan syarat-syarat sebagaimana ketentuan pasal 5 Peraturan
Daerah ini;
(2) Bagi perusahaan yang mendapat ijin dari Pemerintah Daerah Kotawaringin Barat sejak
dikeluarkannya Peraturan Daerah ini maka semua perijinannya tidak berlaku lagi;
(3) Perusahaan yang mengadakan perluasan tempat usahanya, diwajibkan untuk memperbaharui
perijinannya dengan mengajukan permohonan tertulis kepada Bupati dengan melampirkan
syarat-syarat sebagaimana ketentuan pasal 5 Peraturan Daerah ini.
Pasal 8
Ijin tempat usaha dapat dicabut dalam hal :
a. Setiap perusahaan, baik perorangan maupun badan hukum yang telah mendapat ijin tempat
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009
40
41
(4) Semua hasil penerimaan sebagaimana dimaksud ayat (1) ayat (2) pasal ini disetorkan ke Kas
Daerah melalui Bendaharawan Khusus Penerima pada Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten
Lamandau.
Pasal 11
Tata cara pembayaran retribusi ijin tempat usaha akan diatur dengan Keputusan Kepala Daerah.
BAB VI
PENGENDALIAN DAN PENGAWASAN
Pasal 12
Setiap perusahaan baik perorangan maupun badan hukum yang telah memperoleh ijin tempat
usaha diwajibkan :
a. Mengupayakan keseimbangan dan kelestarian sumber daya alam, dan pencegahan timbulnya
kerusakan dan pencemaran terhadap lingkungan hidup sebagai akibat kegiatan usaha yang
dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan perundangan yang berlaku;
b. Mengupayakan Keamanan dan Keselamatan Kerja ( K3 ), alat produksi serta hasil produksi
termasuk pengangkutannya sesuai dengan ketentuan peraturan perundangan yang berlaku.
BAB VII
LARANGAN
Pasal 13
Setiap orang atau badan hukum, dilarang menggunakan tempat/ ruangan tertentu untuk
mengadakan kegiatan usaha atau memperluas tempat usahanya tanpa ijin tertulis dari Kepala
Daerah.
BAB VIII
KETENTUAN PIDANA
Pasal 14
(1) Pelanggaran terhadap ketentuan sebagaimana dimaksud dalam pasal 4, 8 dan 13 Peraturan
Daerah ini, diancam pidana kurungan paling lama 3 (tiga ) bulan dan atau denda setinggitingginya Rp. 5.000.000,- ( lima juta rupiah ).
(2) Tindak pidana sebagaimana dimaksud ayat (1) pasal ini disebut pelanggaran.
BAB IX
KETENTUAN PENYIDIK
Pasal 15
Selain penyidik pejabat polisi negara Republik Indonesia, penyidikan atas tindak pidana
sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Daerah ini, dapat juga dilakukan oleh penyidik Pegawai
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009
42
Negeri Sipil di Lingkungan Pemerintah Daerah yang pengangkatannya ditetapkan sesuai peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
Pasal 16
(1) Penyidik sebagaimana dimaksud dalam pasal 14 Peraturan Daerah ini karena kewajibannya
mempunyai wewenang sebagai berikut :
a.
Menerima laporan dan pengaduan dari seseorang tentang adanya tindak pidana;
b.
Melakukan tindakan pertama pada saat itu di tempat kejadian;
c.
Menyuruh berhenti seorang tersangka dan memeriksa tanda pengenal diri
tersangka;
d.
Melakukan penangkapan, penahanan, penggeledahan dan penyitaaan;
e.
Melakukan pemeriksaan dan penyitaan surat;
f.
Mengambil sidik jari dan memotret seseorang;
g.
Memanggil orang untuk didengar dan diperiksa sebagai tersangka atau saksi;
h.
Mendatangkan saksi ahli yang diperlukan dalam hubungannya dengan pemeriksaan
perkara;
i.
Mengadakan penghentian penyidikan;
j.
Mengadakan tindakan lain menurut hukum yang berlaku.
(2) Dalam melaksanakan tugas penyidikan, pejabat penyidik sebagaimana dimaksud dalam pasal
14 Peraturan Daerah ini membuat berita acara setiap tindakan tentang :
a.
Pemeriksaan tersangka;
b.
Memasuki rumah tersangka;
c.
Penyitaan benda;
d.
Memeriksa surat;
e.
Memeriksa saksi;
f.
Pemeriksaan di tempat kejadian.
Pasal 17
Pejabat penyidik Pegawai Negeri Sipil dalam melaksanakan tugasnya berada dibawah koordinasi
dan pengawasan penyidik Polisi Negara Republik Indonesia.
BAB X
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 18
Hal-hal lain yang belum diatur dalam Peraturan Daerah ini, sepanjang mengenai pelaksanaannya
akan diatur lebih lanjut dengan Keputusan Kepala Daerah.
43
Pasal 19
Paraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar supaya setiap orang dapat mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah
ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Lamandau.
44
PENJELASAN
ATAS
PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMANDAU
NOMOR 06 TAHUN 2004
TENTANG
RETRIBUSI IJIN TEMPAT USAHA
I.
PENJELASAN UMUM
Pembangunan di Kabupaten Lamandau semakin meningkat dengan begitu pelakupelaku ekonomipun semakin bertambah sehingga kebutuhan akan tempat usahapun semakin
bertambah pula. Hal tersebut dapat dilihat dengan berdirinya tempat-tempat usaha baik itu
dalam bentuk perusahaan, unit dagang dan usaha-usaha dibidang jasa lainnya yang tujuannya
mencari untung laba.
Dengan mempertimbangkan dan melihat aspek dari pertumbuhan dan kebutuhan
akan tempat usaha tersebut maka pemerintah daerah berpendapat untuk memberikan suatu
nilai tambah bagi pemerintah daerah dan usaha yang tepat untuk meningkatkan pendapatan asli
daerah (PAD) Kabupaten Lamandau serta tertibnya kawasan usaha maka pemeintah daerah
membentuk peraturan daerah tentang Retribusi ijin tempat usaha.
Berdasarkan maksud dan tujuan diatas maka peraturan daerah ini disusun dengan
mengacu kepada empat aspek, yaitu :
1. Aspek Hukum;
2. Aspek Teknik;
3. Aspek Politik; dan
4. Aspek Sosial Ekonomi.
Serta dilaksanakan dengan tertib, benar dan bermanfaat.
45
Pasal 6
Cukup Jelas
Pasal 7
Ayat 1
Cukup Jelas
Ayat 2
Cukup Jelas
Ayat 3
Cukup Jelas
Pasal 8
a.
Untuk memperluas tempat usaha setiap perusahaan baik perorangan
maupun badan hukum harus terlebih dahulu mendapat ijin dari Bupati
b.
Bagi setiap orang atau Badan Hukum yang telah mendapat ijin dari
Bupati apabila hendak memindah lokasi atau melakukan penundaan tangan/ hak
harus ada pemberitahuan dan persetujuan Bupati.
Pasal 9
Ayat 1
Cukup Jelas
Ayat 2
Cukup Jelas
Ayat 3
Cukup Jelas
Ayat 4
Cukup Jelas
Pasal 11
Cukup Jelas
Pasal 12
Cukup Jelas
Pasal 13
Cukup Jelas
Pasal 14
Cukup Jelas
Pasal 16
Cukup Jelas
Pasal 17
Cukup Jelas
Pasal 18
Cukup Jelas
Pasal 19
Cukup Jelas
TAMBAHAN LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LAMANDAU
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009
46
Mengingat
a.
b.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
47
7.
8.
9.
48
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan ini yang dimaksud dengan :
1. Kabupaten adalah Kabupaten Lamandau;
2. Pemerintah Kabupaten adalah Pemerintah Kabupaten Lamandau;
3. Bupati adalah Bupati Lamandau;
4. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya disebut DPRD adalah Dewan Perwakilan
Rakyat Daerah Kabupaten Lamandau.
5. Dinas Pendapatan Daerah adalah Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Lamandau;
6. Pajak, Pengambilan Bahan Golongan C Yang disebut Pajak adalah Pungutan Daerah atas
pengambilan bahan galian Golongan C;
7. Bahan Galian Golongan C adalah bahan galian Golongan C sebagaimana dimaksud dalam
Peraturan Perundang-Undangan yang berlaku;
8. Ekploitassi bahan galian Golongan C adalah Pengambilan bahan galian Golongan C dari
sumber alam didalam dan ataupun permukaan bumi untuk dimanfaatkan;
9. Surat Pemberitahuan Pajak Daerah yang selanjutnya disingkat SPTPD adalah surat yang
digunakan oleh Wajib Pajak untuk melaporkan perhitungan dan pembayaran Pajak yang
terutang menurut peraturan Perundang-Undangan perpajakan Daerah;
10. Surat Setoran Pajak Daerah yang selanjutnya disingkat SSPD adalah surat yang digunakan
Wajib Pajak untuk melakukan pembayaran atau penyetoran pajak yang terutang ke Kas
Daerah atau ketempat lain yang ditetapkan oleh Bupati;
11. Surat Ketetapan Daerah yang selanjutnya disingkat SKPD adalah surat keputusan yang
menentukan besarnya jumlah pajak yang terutang;
12. Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar yang selanjutnya disingkat SKPDKB adalah
surat keputusan yang menentukan besarnya jumlah pajak yang terutang, jumlah kredit pajak,
jumlah kekurangan pembayaran pokok pajak, besarnya sanksi administrasi dan jumlah yang
masih harus dibayar ;
13. Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar Tambahan yang selanjutnya disingkat
SKPDKBT adalah surat keputusan yang menentukan tambahan atas jumlah pajak yang akan
terutang ;
14. Surat Ketetapan Pajak Daerah Lebih Bayar yan selanjutnya disingkat SKPDLB adalah surat
keputusan yang menentukan jumlah kelebihan pembayaran pajak karena jumlah kredit pajak
lebih besar dari pajak terutang atau tidak seharusnya terutang ;
15. Surat Ketetapan Pajak Daerah Nihil yang selanjutnya disingkat SKPDN adalah surat
keputusan yang menentukan jumlah pajak yang terutang sama besarnya dengan kredit pajak,
atau tidak terutang dan tidak ada kredit pajak
16. Surat Tagihan Pajak Daerah yang selanjutnya disingkat STPD adalah surat yang melakukan
tagihan pajak atau sanksi administrasi berupa bunga dan denda ;
49
BAB II
NAMA OBJEK DAN SUBJEK PAJAK
Pasal 2
1) Dengan nama Pajak Pengambilan Bahan Galian Golongan C dipungut Pajak atas kegiatan
eksploitasi bahan galian golongan C.
2) Objek Pajak adalah kegiatan eksploitasi bahan galian golongan C.
3) Bahan galian golongan C sebagai mana dimaksud ayat (2) meliputi :
a. Batu Berat ( Batu Gunung ) ;
b. Batu Latrit ;
c. Batu Setengah Permata ;
d. Batu Permata ;
e. Pasir dan Kerikil ;
f. Pasir Kuarsa ;
g. Perlit ;
h. Phospat ;
i. Talk ;
j. Tanah Serap ( Fullers Earth ) ;
k. Tanah Diatome ;
l. Tanah Liat ;
m. Tras ;
n. Yarosif ;
o. Zeolit.
Pasal 3
1) Subjek Pajak adalah orang pribadi atau badan yang mengeksploitasi atau mengambil bahan
galian golongan C.
2) Wajib Pajak adalah orang pribadi atau badan yang menyelenggarakan eksploitasi bahan galian
golongan C.
BAB III
DASAR PENGENAAN DAN TARIF PAJAK
Pasal 4
1) Dasar Pengenaan Pajak adalah Nilai jual eksploitasi galian golongan C.
2) Nilai Jual Sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dihitung dengan mengalihkan volume/ tionase
hasil eksploitasi dengan nilai pasar atau harga standar masing-masing jenis bahan galian
golongan C.
3) Nilai sebagai mana dimaksud pada ayat (2) pada masing-masing jenis bahan galian golongan
C ditetapkan secara periodic oleh Bupati sesuai dengan harga rata-rata yang berlaku setempat.
Pasal 5
Besarnya Tarif Pajak ditetapkan sebesar 20 % ( Dua puluh persen ) dari nilai jual.
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009
50
BAB IV
WILAYAH PEMUNGUTAN DAN CARA MENGHITUNG PAJAK
Pasal 6
1) Pajak yang terutang dipungut dalam Wilayah Kabupaten;
2) Besar Pajak yang terutang dihitung dengan cara mengalikan tarif sebagaimana dimaksud
dalam pasal 5 dengan dasar pengenaan pajak sebagaimana dimaksud dalam pasal 4;
BAB V
MASA PAJAK, SAAT PAJAK TERHUTANG DAN SURAT
PEMBERITAHUAN PAJAK DAERAH
Pasal 7
Masa Pajak adalah jangka waktu tertentu yang lamanya ditetapkan oleh Bupati sebagai dasar
untuk menghitung besarnya pajak terutang.
Pasal 8
Tahun Pajak adalah waktu yang lamanya 1 (satu) tahun takwin kecuali bila Wajib Pajak
menggunakan tahun buku yang tidak sama dengan tahun takwin.
Pasal 9
Pajak terutang dalam masa pajak terjadi pada saat kegiatan eksploitasi bahan galian golongan C
dilakukan.
Pasal 10
1) Setiap Wajib Pajak wajib mengisi SPTPD.
2) SPTPD sebagaimana pada ayat (1) harus diisi dengan jelas, benar dan lengkap serta ditanda
tangani oleh Wajib Pajak serta atau kuasanya.
3) Bentuk, isi dan tata cara pengisian SPTPD ditetapkan oleh Bupati.
BAB V
TATA CARA PERHITUNGAN DAN PENETAPAN PAJAK
Pasal 11
1) Berdasarkan SPTPD sebagaimana dimaksud dalam pasal 10 ayat (1) Bupati menetapkan pajak
terutang dengan menerbitkan SKPD.
2) Apabila SKPD dimaksud pada ayat (1) tidak atau kurang dibayar setelah lewat waktu pada
waktu paling lama 15 (lima belas) hari sejak SKPD diterima, dikenakan sanksi administrasi
berupa bunga sebesar 2 % (dua persen) sebulan dan ditagih dengan menerbitkan STPD.
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009
51
Pasal 12
1) Wajib Pajak yang membayar sendiri, STPD sebagaimana dimaksud dalam pasal 10 ayat (1)
digunakan untuk menghitung, memperhitungkan pajak sendiri yang terutang.
2) Dalam Jangka Waktu 5 (lima) tahunsesudah terutangnya pajak,Bupati dapat menerbitkan :
a. SKPDKB;
b. SKPDKBT;
c. SKPDN;
3) SKPDKB sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a diterbitkan :
a. Apabila Berdasarkan hasil pemeriksaan atau keterangan lain pajak yang terutang tidak
atau kurang dibayar, dikenakan sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2 % (dua
persen) sebulan dihitung dari pajak yang kurang atau terlambat dibayar untuk jangka
waktu paling lama 24 (dua puluh empat) bulan dihitung sejak saat terhutangnya pajak;
b. Apabila STPD tidak disampaikan dalam jangka waktu yang ditentukan dan telah ditegur
secara tertulis, dikenakan sanksi administrasi berupa bunga sebesar 25 % (dua puluh lima
persen) dari pajak yang kurang atau terlambat bayar untuk jangka waktu paling lama 24
(dua puluh empat) bulan dihitung sejak saat terhutangnya pajak;
c. Apabila kewajiban mengisi SPTPD tidak dipenuhi, pajak yang terutang dihitung secara
jabatan, dan dikenakan sanksi administrasi berupa bunga sebesar 25 % (dua puluh lima
persen) dari pokok pajak ditambah sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2 % (dua
persen) sebulan dihitung dari pajak yang kurang atau terlambat dibayar untuk jangka
waktu paling lama 24 (dua puluh empat) bulan dan dihitung sejak saat terhutangnya pajak;
4) SKPDKBT sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b diterbitkan apabila ditemukan data
baru atau data semula yang belum terungkap yang menyebabkan penambahan jumlah pajak
yang terutang, akan dikenakan sanksi administrasi berupa kenaikan sebesar 100 % (seratus
persen) dari jumlah kekurangan pajak tersebut.
5) SKPDN sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf c harus diterbitkan apabila jumlah pajak
yang terutang sama besarnya dengan jumlah kredit atau pajak tidak terutang ada kredit pajak .
6) Apabila kewajiban membayar pajak terutang SKPDKB dan SKPDKBT sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) huruf a dan b tidak atau tidak sepenuhnya dibayar dalam jangka
waktu yang telah ditentukan, ditagih dengan menerbitkan STPD ditambah dengan sanksi
administrasi berupa bunga 2 % (dua persen) sebulan.
BAB VII
TATA CARA PEMBAYARAN
Pasal 13
1) Pembayaran Pajak dilakukan di Kas Daerah atau tempat lain yang ditunjuk oleh Bupati sesuai
waktu yang ditentukan SPTPD, SKPD, SKPDKB, STPD.
2) Apabila pembayaran pajak dilakukan ditempat lain yang ditunjuk, hasil penerimaan pajak
harus disetor ke Kas Daerah selambat-lambatnya 1 x 24 jam atau dalam waktu yang
ditentukan oleh Bupati.
3) Pembayaran pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) dilakukan dengan
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009
52
menggunakan SSPD.
Pasal 14
1) Pembayaran pajak harus dilakukan sekaligus atau lunas.
2) Bupati dapat memberikan persetujuan kepada Wajib Pajak untuk menangsur pajak terutang
dalam kurun waktu tertentu setelah memenuhi persyaratan yang ditentukan.
3) Angsuran pembayaran pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (2), harus dilakukan secara
teratur dan berturut-turut dengan dikenakan bunga sebesar 2 % (Dua Persen) sebulan dari
jumlah pajak yang belum atau kurang dibayar.
4) Bupati dapat memberikan persetujuan Kepada Wajib Pajak untuk menunda pembayaran pajak
sampai batas waktu yang ditentukan dengan dikenakan bunga sebesar 2 % (Dua Persen)
sebulan dari jumlah pajak yang belum atau kurang dibayar.
5) Persyaratan untuk mendapatkan pengangsuran dan menunda pembayaran serta tata cara
pembayaran angsuran dan penundaan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (4)
ditetapkan dengan keputusan Bupati.
Pasal 15
1) Setiap pembayaran pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 diberi bukti pembayaran dan
dicatat dalam buku penerimaan.
2) Bentuk, jenis dan isi ukuran tanda bukti pembayaran dan buku penerimaan pajak
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ditetapkan dengan keputusan Bupati.
BAB VIII
TATA CARA PENAGIHAN PAJAK
Pasal 16
1) Surat teguran atau surat peringatan atau surat lain yang sejenis sebagai awal tindakan
pelaksanaan penagihan pajak dikeluarkan 7 (Tujuh) hari sejak jatuh tempo pembayaran.
2) Dalam jangka waktu 7 (Tujuh) hari setelah surat teguran atau surat peringatan atau surat lain
yang sejenis diterima oleh Wajib Pajak maka harus melunasi pajak yang terutang.
3) Surat teguran, surat peringatan atau surat lain yang sejenis sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dikeluarkan oleh Pejabat yang ditunjuk.
Pasal 17
1) Apabila jumlah pajak yang harus dibayar tidak dilunasi dalam jangka waktu sebagaimana
yang ditentukan dalam surat teguran atau surat peringatan atau surat lain yang sejenis jumlah
pajak yang harus dibayar ditagih dengan surat paksa.
2) Pejabat yang ditunjuk menerbitkan surat paksa segera menerbitkan surat paksa setelah lewat
21 (Dua Puluh Satu) hari sejak surat teguran atau surat peringatan atau surat lain yang sejenis
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009
53
54
SANKSI ADMINISTRASI
Pasal 23
(1) Bupati karena jabatan atas permohonan Wajib Pajak dapat :
a.
b.
c.
55
memberikan keputusan;
(4) Apabila sudah lewat waktu 12 ( dua belas ) bulan sebagaimana dimaksut pada ayat (3) Bupati
atau Pejabat yang ditunjuk tidak memberikan keputusan, permohonan keberatan dianggap
dikabulkan;
(5) Pengajuan keberatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak menunda kewajiban
membayar pajak;
Pasal 25
(1) Wajib pajak dapat mengajukan banding Kepada Badan Penyelesaian Sengketa pajak dalam
jangka waktu 3 ( tiga ) bulan setelah diterima keputusan keberatan;
(2) Mengajukan banding sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak menunda kewajiban
membayar pajak;
Pasal 26
Apabila pengajuan keberatan sebagaimana dimaksud pada pasal 24 atau banding sebagaimana
dimaksud dalam pasal 25 dikabulkan sebagian atau seluruhnya, kelebihan pembayaran pajak
dikembalikan dengan imbalan bunga 20 % (dua persen ) sebulan untuk paling lama 24 ( dua
puluh empat ) bulan;
BAB XII
PENGEMBALIAN KELEBIHAN PEMBAYARAN PAJAK
Pasal 27
(1) Wajib Pajak dapat mengajukan permohonan pengembalian kelebihan pembayaran pajak
Kepada Bupati atau Pejabat yang ditunjuk;
(2) Bupati atau pejabat yang ditunjuk dalam jangka waktu paling lama 12 (dua belas ) bulan sejak
diterimanya permohonan pengembalian pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus
memberikan keputusan;
(3) Apabila jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilampaui, Bupati atau Penjabat
yang ditunjuk tidak memberikan keputusan, permohonan pengembalian kelebihan
pembayaran pajak dianggap dikabulkan dan SKPDLB harus diterbitkan dalam waktu paling
lama 1
( satu ) bulan;
(4) Apabila Wajib Pajak mempunyai utang pajak lainnya kelebihan pembayaran pajak sebagai
mana dimaksud pada ayat (2) langsung diperhitungkan untuk melunasi terlebih dahulu utang
pajak dimaksud;
(5) Pengembalian kelebihan pembayaran pajak dilakukan dalam waktu paling lama 2 ( dua )
bulan sejak diterbitkannya SKPDLB dengan menerbitkan Surat Perintah Membayar
Kelebihan Pajak ( SPMKP );
(6) Apabila pengembalian kelebihan pembayaran pajak dilakukan setelah lewat waktu 2 ( dua )
bulan sejak diterbitkannya SKPDLB, Bupati atau Penjabat yang ditunjuk memberikan
imbalan bunga sebesar 2 % ( dua persen ) sebulan atas terlambatnya pembayaran kelebihan
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009
56
pajak;
Pasal 28
Apabila kelebihan pembayaran pajak diperhitungkan dengan uang pajak lainnya, sebagaimana
dimaksud dalam pasal 27 ayat (4), pembayaran dilakukan dengan cara pemindah bukuan dan bukti
pemindah bukuan juga berlaku sebagai bukti pembayaran;
BAB XIII
DALUWARSA
Pasal 29
(1) Hak untuk melakukan penagihan pajak menjadi daluwarsa setelah melampaui jangka waktu
10 ( sepuluh ) tahun terhitung sejak saat terhutangnya pajak, kecuali apabila Wajib Pajak
melakukan tindak pidana dibidang perpajakan daerah;
(2) Daluwarsa penagihan pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tertanggung apabila :
a. Diterbitkan Surat Teguran dan Surat Paksa atau;
b. Ada pengakuan utang dari Wajib Pajak baik langsung maupun tidak langsung;
c. Diterbitkan SKPDKB atau SKPDKBT;
BAB XIV
KETENTUAN PIDANA
Pasal 30
(1) Wajib Pajak yang karena kealpaannya tidak menyampaikan SPTPD atau mengisi tidak benar
atau tidak lengkap atau tidak melampirkan keterangan yang tidak benar sehingga merugikan
keuangan daerah dapat dipidana dengan pidan kurungan paling lama 1 ( satu ) tahun dan atau
denda sebanyak 2 ( dua ) kali pajak yang terhutang.
(2) Wajib Pajak yang dengan sengaja tidak menyampaikan SPTPD atau mengisi dengan tidak
benar atau tidak lengkap atau melampirkan keterangan yang tidak benar sehingga merugikan
keuangan daerah dapat dipidana dengan pidana penjara paling lama 2 (dua ) tahun atau denda
paling banyak 4 ( empat ) kali jumlah pajak terhutang.
Pasal 31
Tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam pasal 30 tidak dituntut setelah melampaui jangka
waktu 10 ( sepuluh ) tahun sejak saat terutangnnya pajak atau berakhirnya masa pajak atau
berakhirnya bagian Tahun Pajak atau berakhirnya Tahun Pajak.
57
BAB XV
PENYIDIK
Pasal 32
(1) Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu dilingkungan Pemerintah Daerah diberi wewenang
khusus sebagai penyidik untuk melakukan penyidikan tindak pidana dibidang perpajakan
daerah sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum
Acara Pidana;
(2) Wewenang penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah :
a. Menerima, mencari dan mengumpulkan, dan meneliti keterangan atau laporan berkenaan
dengan tindak pidana dibidang perpajakan daerah agar keterangan atau laporan tersebut
menjadi lengkap dan jelas.
b. Meneliti, mencari dan mengumpulkan keterangan mengenai orang pribadi atau badan
tentang kebenaran perbuatan yang dilakukan sehubungan dengan tindak pidana
perpajakan daerah tersebut.
c. Meminta keterangan dan barang bukti dan orang pribadi atau Badan sehubungan dengan
tindak pidana dibidang perpajakan daerah;
d. Memeriksa buku, catatan-catatan dan Dokumen-dokumen lain berkenaan dengan tindak
pidana dibidang perpajakan daerah;
e. Melakukan penggeledahan untuk mendapatkan barang bukti pembukaan, catatan dan
dokumen-dokumen lain, serta melakukan penyitan terhadap barang bukti tersebut;
f. Meminta bantuan tenaga ahli dalam rangka pelaksanaan tugas penyidikan tindak pidana
dibidang perpajakan daerah;
g. Menyuruh berhenti, melarang seseorang meninggalkan ruangan atau tempat pada saat
pemeriksaan sedang berlangsung dan memeriksa identitas orang dan atau dokumen yang
dibawa sebagaimana dimaksud huruf e;
h. Memotret seseorang yang berkaitan dengan tindak pidana perpajakan daerah;
i. Memangil orang untuk didengar keterangannya dan diperiksa sebagai tersangka atau
saksi;
j. Menghentikan penyidikan;
k. Melakukan tindakan lain yang perlu untuk kelancaran penyidik tindak pidana dibidang
perpajakan daerah menurut hukum yang dapat dipertanggung jawabkan;
(3) Penyidik sebagaimana dimaksud ayat (1) memberitahukan dimulainya penyidikan dan
menyampaikan hasil penyidikan kepada penuntut umum sesuai dengan Peraturan Perundangundangan yang berlaku;
BAB XVI
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 33
Pelaksanan Peraturan Daerah ini ditetapkan oleh Bupati
58
Pasal 34
Peraturan Daerah ini dimulai pada tanggal diundangkan.
Agar setiap orang dapat mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini
dengan penempatan dan Lembaran Daerah Kabupaten Lamandau.
Ditetapkan di : Nanga Bulik
Pada Tanggal : 29 Februari 2004
BUPATI LAMANDAU,
ttd
BUSTANI DJ. MAMUD
59
PENJELASAN
ATAS
PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMANDAU
NOMOR 07 TAHUN 2004
TENTANG
PAJAK PENGAMBILAN BAHAN GALIAN GOLONGAN C
I.
PENJELASAN UMUM
Berdasarkan Undang-undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan
Retribusi Daerah Juncto Undang-undang 34 Tahun 2000 telah menetapkan perpajakan sebagai
salah satu perwujudan kewajiban warga negara terhadap pemerintah kabupaten, dalam pasal 4
Undang-undang Nomor 18 Tahun 1997 ditegaskan bahwa pajak daerah diatur dengan
peraturan daerah.
Dalam penjelasan umum Undang-undang Nomor 34 Tahun 2000 yang pada
prinsifnya menegaskan bahwa pendapatan asli daerah antara lain pajak daerah diharapkan
menjadi salah satu sumber pembiayaan penyelenggaraan pemerintah dan pembangunan
daerah, untuk meningkatkan dan meratakan kesejahteraan masyarakat dengan demikian.
Daerah mampu otonomi yaitu mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri.
Peraturan daerah ini mengatur tentang tata cara pemungutan pajak pada jenis
tambang yang termasuk galian golongan C, dimana bahan tersebut sangat di butuhkan untuk
berbagai macam pembagunan sesuai keperluan penggunaan masing-masing pengguna bahan
galian tersebut yang pada saat ini diperlukan di Kabupaten Lamandau. Bahan-bahan tersebut
adalah sebagai berikut :
a. Batu Berat (Batu Gunung/Batu belah);
b. Batu Latrit;
c. Batu setengah Permata;
d. Batu Kerikil/ Koral;
e. Pasir Kuarsa;
f. Perlit;
g. Phospat;
h. Talk;
i. Tanah Serap (Fullers Earth);
j. Tanah Diatome;
k. Tanah Liat;
l. Tras;
m. Yarosil;
n. Zeolit;
o. Pasir Pasang (untuk bangunan);
p. Pasir Uruk;
60
q. Tanah Uruk;
r. Batu Bata.
Sejalan dengan semakin pesatnya pembangunan di Kabupaten Lamandau dan
penggunaan bahan semakin meningkat tentu hal tersebut memberikan suatu nilai tambah bahi
pemasukan PAD Kabupaten Lamandau apabila hal tersebut dijadikan salah satu sumber
pemasukan daerah. Oleh sebab itu pemerintah Kabupaten Lamandau membuat suatu kebijakan
dengan membentuk peraturan daerah yang mengatur bagaimana dasar-dasar pengenaan pajak
dan tarif pajak, tata cara perhitungan dan penetapan pajak, tata cara pembayaran, tata cara
penagihan dan lainnya akan diatur dalam peraturan daerah tentang Pajak Galian Golongan C.
Disamping itu sebagai upaya penataan dan pengaturan kembali pajak galian golongan C di
Kabupaten Lamandau yang masih belum baku dan masih menggunakan standar harga
Kabupaten Kotawaringin Barat. Dimana penataan tersebut akan dilakukan sesuai dengan
keadaan dan kondisi Kabupaten Lamandau serta tidak bertentangan dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
Dengan pembentukan peraturan daerah ini menetapkan kebijakan dan arah bagi
pemerintah Kabupaten Lamandau dalam melaksanakan pemungutan pajak galian golongan C,
sekaligus menetapkan peraturan untuk menjamin penerapan prosedur pemungutannya.
Walaupun pada hakekatnya pajak pengambilan Bahan Gailan Golongan C merupakan beban
masyarakat namun tetap dijaga kebijakan tersebut dapat memberikan beban yang adil.
II. PENJELASAN PASAL DEMI PASAL
Pasal 1
Cukup Jelas
Pasal 2
Ayat 1
Eksploitasi bahan galian golongan C adalah pengambilan bahan galian golongan C
dari sumber alam didalam dan atupun permukaan bumi untuk dimanfaatkan.
Ayat 2
Cukup Jelas
Ayat 3
Cukup Jelas
Pasal 3
Ayat 1
Cukup Jelas
Ayat 2
Cukup Jelas
Pasal 4
Ayat 1
Cukup Jelas
Ayat 2
Yang dimaksud dengan nilai pasar adalah harga rata-rata yang berlaku dilokasi
setempat dalam Kabupaten Lamandau yang bersangkutan. Apabila nilai pasar dari
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009
61
hasil pengambilan bahan galian golongan C sulit diperoleh, maka digunakan harga
stndar yang ditetapkan oleh instansi yang berwenang dalam bidang penambangan
galian golongan C
Pasal 5
Cukup Jelas
Pasal 6
Ayat 1
Cukup Jelas
Ayat 2
Cukup Jelas
Pasal 7
Cukup Jelas
Pasal 8
Cukup Jelas
Pasal 9
Yang dimaksud pajak terutang dalam masa pajak terjadi pada saat kegiatan eksploitasi
bahan galian golongan C dilakukan adalah apabila
galian tersebut diambil dan
pembayaran tidak dilakukan pada saat itu juga.
Pasal 10
Ayat 1
SPTPD adalah singkatan dari Surat Pemberitahuan Pajak Daerah yaitu Surat yang
digunakan oleh wajib pajak untuk melaporkan perhitungan dan pembayaran pajak
yang terutang menurut peraturan perundang-undangan perpajakan daerah.
Ayat 2
Cukup Jelas
Pasal 11
Ayat 1
SKPD adalah singkatan Surat Ketetapan Pajak Daerah yaitu Surat keputusan yang
menentukan besarnya jumlah pajak yang terutang.
Ayat 2
STPD adalah singkatan Surat Tagihan Pajak Daerah yaitu surat yang digunakan
untuk melakukan tagihan pajak atau sanksi administrasi berupa bunga dan denda.
Pasal 12
Ayat 1
Cukup Jelas
Ayat 2
a.
SKPDKB adalah singkatan
Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar yaitu surat keputusan yang menentukan
besarnya jumlah pajak yang terutang, jumlah kredit pajak, jumlah kekurangan
pembayaran pokok pajak, besarnya sanksi administrasi dan jumlah yang masih
harus dibayar.
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009
62
b.
63
Pasal 18
Cukup Jelas
Pasal 19
Cukup Jelas
Pasal 20
Cukup Jelas
Pasal 21
Cukup Jelas
Pasal 22
Ayat 1
Permohonan pengurangan keringanan dapat diberikan kepada wajib pajak setelah
diteliti dan diyakini bahwa wajib pajak yang bersangkutan tidak dapat melunasi
seluruhnya atau sebagian kewajibannya disebabkan karena hal-hal yang tidak dapat
dihindarkan.
Ayat 2
Cukup Jelas
Pasal 23
Ayat 1
Cukup Jelas
Ayat 2
Cukup Jelas
Ayat 3
Cukup Jelas
Ayat 4
Cukup Jelas
Pasal 24
Ayat 1
Cukup Jelas
Ayat 2
Cukup Jelas
Ayat 3
Cukup Jelas
Ayat 4
Cukup Jelas
Ayat 5
Cukup Jelas
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009
64
Pasal 25
Ayat 1
Cukup Jelas
Ayat 2
Cukup Jelas
Pasal 26
Cukup Jelas
Pasal 27
Ayat 1
Cukup Jelas
Ayat 2
Cukup Jelas
Ayat 3
Cukup Jelas
Ayat 4
Cukup Jelas
Ayat 5
Cukup Jelas
Ayat 6
Cukup Jelas
Pasal 28
Cukup Jelas
Pasal 29
Ayat 1
Penagihan pajak akan menjadi tidak berlaku lagi apabila telah lewat masa penagihan
10 tahun terutang saat terhitungnya pajak. Kecuali si-wajib pajak melakukan tindak
pidana dibidang perpajakan daerah.
Ayat 2
Cukup Jelas
Pasal 30
Ayat 1
Apabila karena kealpaannya tidak menyampaikan SPTPD atau mengisi tidak benar
dan atau tidak lengkap dan atau tidak melampirkan keterangan yang tidak benar sehingga
merugikan keuangan daerah maka wajib si-wajib pajak dapat dituntut dengan pidana kurungan
paling lama 1 tahun dan atau denda 2 kali pajak terutang sesuai dengan Undang-undang yang
berlaku.
Ayat 2
Cukup Jelas
Pasal 31
Cukup Jelas
Pasal 32
Ayat 1
Cukup Jelas
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009
65
Ayat 2
Cukup Jelas
TAMBAHAN LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LAMANDAU
TAHUN 2004 NOMOR 07 SERI : C
66
Mengingat
67
68
Dengan persetujuan
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH
KABUPATEN LAMANDAU
M E M U T U S K AN :
Menetapkan
TENTANG
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan :
1. Daerah adalah Kabupaten Lamandau;
2. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Kabupaten Lamandau;
3. Bupati adalah Bupati Lamandau;
4. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya disebut DPRD adalah Dewan Perwakilan
Rakyat Daerah Kabupaten Lamandau;
5. Pejabat adalah Pegawai Negeri yang diberi tugas tertentu di bidang retribusi sesuai dengan
Peraturan Perundang-undangan yang berlaku;
6. Badan adalah suatu bentuk Badan Usaha yang meliputi Perseroan Terbatas, Perseroan
Komanditer, Perseroan lainnya, Badan Usaha Milik Negara atau Daerah dengan nama dan
dalam bentuk apapun, Firma, Kongsi, Koperasi, Dana Pensiun, Persekutuan, Perkumpulan,
Yayasan, Lembaga, bentuk usaha tetap dan bentuk badan lainnya;
7. Perusahaan Jasa Konstruksi adalah orang / badan usaha yang bergerak dibidang usaha jasa
konstruksi dan meliputi kegiatan usaha usaha jasa konsultasi konstruksi ( konsultan ) dan
kegiatan usaha jasa pelaksana konstruksi ( kontraktor );
8.
Jasa Konstruksi adalah layanan jasa konsultasi perencanaan pekerjaan konstruksi, layanan
jasa pelaksana pekerjaan konstruksi dan layanan jasa konsultasi pengawasan pekerjaan
konstruksi;
9.
Pekerjaan Konstruksi adalah keseluruhan atau sebagian rangkaian kegiatan perencanaan
dan atau pelaksanaan beserta pengawasan yang mencakup pekerjaan arsitektur, sipil,
mekanikal, elektrikal, dan tata lingkungan masing-masing beserta kelengkapannya untuk
mewujudkan suatu bangunan atau bentuk fisik lain;
10.
Klasifikasi penggolongan badan usaha / perusahaan berdasarkan bidang dan sub bidang
keahliannya;
11.
Tenaga Teknik adalah tenaga dengan latar belakang pendidikan serendah-rendahnya
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009
69
Sekolah Teknik Menengah / Sekolah Menengah Kejuruan bidang Teknik dan mempunyai
Nomor Kode Tenaga Teknik ( NKTT ) serta memiliki sertifikat keterampilan kerja dan
sertifikat keahlian kerja;
12.
Tenaga Tugas Penuh adalah tenaga teknik dan non teknik yang bekerja pada perusahaan dan
tidak merangkap pada perusahaan lain;
13.
Penanggung Jawab Perusahaan adalah Direksi / Pimpinan perusahaan untuk kantor pusat
dan kepala cabang untuk kantor cabang;
14.
Surat Ijin Usaha Jasa Konstruksi, yang selanjutnya disebut SIUJK adalah ijin yang
diperlukan bagi perusahaan jasa konstruksi untuk dapat melakukan kegiatan di bidang usaha
jasa konstruksi;
15. Surat Permohonn Ijin yang selanjutnya disebut SPI adalah surat permohonan untuk mendapat
SIUJK;
16. Pemohon SIUJK adalah badan usaha yang telah mendapatkan pengesahan dari Pengadilan
Negeri setempat yang mengajukan permohonan SIUJK;
17. Retribusi Daerah yang selanjutnya disebut Retribusi adalah pungutan daerah sebagai
pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan atau diberikan
oleh Pemerintah Daerah untuk kepentingan orang pribadi atau badan;
18. Retribusi Perijinan Tertentu adalah retribusi atas kegiatan tertentu Pemerintah Daerah dalam
rangka pemberian ijin kepada orang pribadi atau badan hukum yang dimaksudkan untuk
pembinaan, pengaturan, pengendalian dan pengawasan atas sarana atau fasilitas tertentu guna
melindungi kepentingan umum dan menjaga kelestarian lingkungan;
19. Wajib Retribusi adalah orang pribadi atau badan yang menurut Perundangan retribusi
diwajibkan untuk melakukan pembayaran retribusi termasuk pemungutan atau pemotongan
retribusi tertentu;
20. Surat Pemberitahuan Tagihan Retribusi Daerah yang dapat disingkat SPTRD adalah surat yang
digunakan wajib retribusi untuk melaporkan perhitungan dan pembayaran yang terutang
menurut Peraturan Perundangan Retribusi;
21. Perhitungan Retribusi Daerah adalah perincian besarnya retribusi yang harus dibayar oleh
wajib retribusi;
22. Surat Ketetapan Retribusi Daerah yang selanjutnya disingkat SKRD adalah surat keputusan
yang menentukan besarnya jumlah retribusi yang terutang;
23. Surat Ketetapan Retribusi Daerah Kurang Bayar Tambahan yang selanjutnya disingkat
SKRDKBT adalah surat keputusan yang menentukan tambahan atau jumlah Retribusi Daerah
yang telah ditetapkan;
24. Surat Ketetapan Retribusi Daerah Lebih Bayar yang selanjutnya disingkat SKRDLB adalah
surat keputusan yang menentukan jumlah kelebihan pembayaran retribusi karena jumlah kredit
retribusi lebih besar daripada retribusi yang terutama atau tidak seharusnya terutang;
25. Pembayaran Retribusi Daerah adalah besarnya kewajiban yang harus dipenuhi oleh wajib
retribusi sesuai dengan SKRD atau STRD ke Kas Daerah atau tempat lain yang ditunjuk
dengan batas waktu yang telah ditentukan;
26. Surat Setoran Retribusi Daerah yang dapat disingkat SSRD adalah surat yang digunakan oleh
wajib retribusi untuk melakukan pembayaran atau penyetoran retribusi yang terutang ke Kas
Daerah atau tempat pembayaran lain yang ditetapkan oleh Bupati;
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009
70
27. Uang Retribusi Daerah adalah sisa utang retribusi atas nama retribusi yang tercantum pada
STRD, SKRDKB atau SKRDKBT yang belum kadaluwarsa dan retribusi lainnya yang masih
terutang;
28. Surat Tagihan Retribusi Daerah yang dapat disingkat STRD adalah surat untuk melakukan
tagihan retribusi dan atau sanksi administrasi berupa bunga dan atau denda;
29. Masa Retribusi adalah jangka waktu tertentu yang merupakan batas waktu bagi wajib retribusi
untuk memanfaatkan jasa pelayanan dari Pemerintah Daerah yang bersangkutan.
30. Penyidikan adalah serangkaian tindakan yang dilakukan oleh penyidik untuk mencari serta
mengumpulkan bukti yang dengan bukti itu menerangkan tindak pidana di bidang retribusi.
BAB II
NAMA, OBJEK DAN SUBJEK RETRIBUSI
Pasal 2
(1)
Dengan nama Retribusi Ijin Usaha Jasa Konstruksi dipungut retribusi sebagai pembayaran
atas jasa pelayanan pemberian izin di bidang Usaha Jasa Konstruksi.
(2)
Objek Retribusi adalah setiap bentuk usaha yang melaksanakan kegiatan di bidang Usaha
Jasa Konstruksi.
(3)
Subjek Retribusi adalah orang pribadi dan atau badan hukum yang memperoleh Ijin Usaha
Jasa Konstruksi dari Pemerintah Daerah.
BAB III
GOLONGAN RETRIBUSI DAN WILAYAH PEMUNGUTAN
Pasal 3
(1) Retribusi Ijin Usaha Jasa Konstruksi termasuk golongan retribusi perizinan tertentu.
(2) Retribusi dipungut di wilayah Kabupaten Lamandau.
BAB IV
KETENTUAN PERIZINAN
Pasal 4
(1) Setiap orang dan atau badan usaha yang bergerak di bidang Usaha Jasa Konstruksi wajib
memiliki Ijin Usaha Jasa Konstruksi.
(2) Tata cara dan syarat-syarat untuk memperoleh Ijin Usaha Jasa Konstruksi ditetapkan dengan
Keputusan Bupati.
71
BAB V
CARA MENGUKUR TINGKAT PENGGUNAAN JASA
Pasal 5
Tingkat penggunaan Jasa Ijin Usaha Jasa Konstruksi didasarkan atas golongan usaha :
a. Perusahaan Kecil
Perusahaan yang memiliki modal kerja minimum ( modal disetor atau total kekayaan bersih )
perusahaan adalah Rp. 0 ( nol rupiah ) sampai dengan Rp. 1.000.000.000 ( Satu milyar rupiah );
b. Perusahaan Menengah
Perusahaan yang memiliki modal kerja minimum ( modal disetor atau total kekayaan bersih )
perusahaan adalah diatas Rp. 1.000.000.000,- ( satu milyar rupiah ) sampai dengan
Rp. 10.000.000.000; ( Sepuluh Miliard rupiah );
c. Perusahaan Besar
Perusahaan yang memiliki modal kerja minimum ( modal setor atau total kekayaan bersih )
perusahaan adalah diatas Rp. 10.000.000.000,- ( Sepuluh milyar rupiah ).
BAB VI
PRINSIP DAN SASARAN DALAM PENETAPAN
STRUKTUR DAN BESARNYA TARIF RETRIBUSI
Pasal 6
Prinsip dan sasaran dalam penetapan Struktur dan Besarnya Tarif Retribusi Ijin Usaha Jasa
Konstruksi didasarkan pada kebijakan Daerah dengan memperhatikan biaya penyelenggaraan
pelayanan dan mempertimbangkan kemampuan masyarakat serta aspek keadilan.
Pasal 7
(1)
Struktur dan besarnya tarif retribusi IUJK ditetapkan berdasarkan atas golongan usaha
sebagaimana dimaksud Pasal 4 Peraturan Daerah ini.
(2)
Besarnya tarif retribusi sebagaimana dimaksud ayat (1) Pasal ini ditetapkan sebagai
berikut :
No.
JENIS RETRIBUSI
IZIN USAHA
JASA KONSTRUKSI
BARU
TARIF RETRIBUSI
WAJIB DAFTAR ULANG
SETIAP TAHUN
1.
Perusahaan Kecil
Rp.
500.000,-
Rp.
250.000,-
2.
Perusahaan Menengah
Rp. 1.500.000,-
Rp.
500.000,-
3.
Perusahaan Besar
Rp. 2.500.000,-
Rp. 1.000.000,-
72
(3)
Ijin Usaha Jasa Konstruksi yang telah habis masa berlakunya dan atau IUJK yang telah
dicabut atau hilang dapat mengajukan permohonan secara tertulis kepada Bupati melalui Dinas
Pekerjaan Umum Daerah untuk mendapatkan IUJK yang baru dan dikenakan retribusi
sebagaimana dimaksud ayat (2) Pasal ini.
BAB VII
MASA RETRIBUSI DAN SAAT RETRIBUSI TERUTANG
Pasal 8
(1) Masa Retribusi adalah selama IUJK berlaku untuk jangka waktu 5
( lima ) tahun dan wajib
didaftar setiap tahun.
(2) Retribusi terutang adalah pada saat ditetapkannya SKRD atau dokumen lain yang
dipersamakan.
Pasal 9
(1) Setiap wajib retribusi wajib mengisi SPTRD.
(2) SPTRD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Pasal ini harus diisi dengan jelas, benar dan
lengkap serta ditandatangani oleh wajib retribusi atau kuasanya.
(3) Bentuk, isi dan tata cara pengisian serta pengembalian SPTRD ditetapkan oleh Bupati atau
pejabat yang ditunjuk.
Pasal 10
(1) Penetapan Retribusi berdasarkan SPTRD dengan menerbitkan SKRD.
(2) Dalam hal SPTRD tidak dipenuhi oleh wajib retribusi sebagaimana mestinya, maka diterbitkan
SKRD karena jabatan.
(3) Bentuk, isi SKRD sebagaimana dimaksud pada ayat (2) Pasal ini ditetapkan oleh Bupati atau
pejabat yang ditunjuk.
Pasal 11
Apabila berdasarkan hasil pemeriksaan ditemukan data baru dan atau data yamg semula belum
terungkap sehingga menyebabkan penambahan jumlah retribusi yang terutang, maka dikeluarkan
SKRD tambahan.
73
BAB VIII
TATA CARA PEMUNGUTAN
Pasal 12
(1) Pemungutan retribusi tidak dapat diborongkan.
(2) Retribusi dipungut dengan menggunakan SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan.
(3) Bentuk dan isi SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan ditetapkan oleh Bupati atau
pejabat yang ditunjuk.
BAB IX
TATA CARA PEMBAYARAN
Pasal 13
(1) Pembayaran retribusi harus dilakukan secara tunai / lunas.
(2) Tata cara pembayaran, penyetoran, penagihan dan tempat pembayaran retribusi ditetapkan
dengan Keputusan Bupati.
BAB X
SANKSI ADMINISTRASI
Pasal 14
Dalam hal Wajib Retribusi tidak membayar tepat waktunya atau kurang membayar dikenakan
Sanksi Administrasi berupa denda sebesar 5 %
( lima perseratus ) setiap bulannya dari
besarnya Retribusi Terutang yang tidak atau kurang bayar dan tagihan menggunakan SKRD.
BAB XI
KETENTUAN PIDANA
Pasal 15
(1) Pelanggaran terhadap ketentuan dalam pasal 4 ayat (1) dan Pasal 7 ayat (1) Peraturan Daerah
ini diancam pidana kurungan paling lama 6 ( Enam ) bulan dan atau denda paling banyak Rp.
5.000.000,- ( lima juta rupiah ).
(2) Tindak pidana sebagaimana dimaksud ayat (1) pasal ini adalah pelanggaran.
74
BAB XII
PENYIDIKAN
Pasal 16
(1) Selain Pejabat Penyidik Polisi Negara Republik Indonesia, Pejabat Penyidik Pegawai Negeri
Sipil ( PPNS ) tertentu yang lingkup tugas dan tanggung jawabnya meliputi Peraturan Daerah
ini diberi wewenang khusus sebagai penyidik untuk melakukan penyidikan atas pelanggaran
tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Daerah ini.
(2) Penyidik sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) karena kewajibannya mempunyai wewenang :
a.
Menerima laporan dan pengaduan dari seseorang tentang adanya tindak pidana.
b.
Melakukan tindakan pertama pada saat di tempat kejadian.
c.
Menyuruh berhenti seorang tersangka dan memeriksa tanda pengenal diri tersangka.
d.
Melakukan penangkapan, penahanan, penggeledahan dan penyitaan.
e.
Melakukan pemeriksaan dan penyitaan surat atau benda
f.
Mengambil sidik Jari dan memotret seorang tersangka.
g.
Memanggil orang untuk didengar dan diperiksa sebagai tersangka atau saksi.
h.
Mandatangkan saksi ahli yang diperlukan dalam hubungannya dengan pemeriksaan
perkara.
i.
Mengadakan penghentian penyidikan.
j.
Mengadakan tindakan lain menurut hukum yang dapat dipertanggung jawabkan.
(3) Pejabat Penyidik sebagaimana dimaksud ayat (1) membuat dan menanda tangani Berita Acara
setiap tindakan tentang :
a.
Pemeriksaan tersangka;
b.
Pemasukan rumah;
c.
Penggeledahan rumah / tempat-tempat tertutup;
d.
Penyitaan benda / barang bukti;
e.
Pemeriksaan surat;
f.
Pemeriksaan saksi;
g.
Pemeriksaan di tempat kejadian dan mengirimkannya kepada Penuntut Umum dan
khusus bagi Penyidik Pegawai Negeri Sipil melalui Penyidik Polisi Negara Republik
Indonesia.
(4) Penyidik sebagaimana dimaksud ayat (1) Pasal ini memberiahukan dimulainya penyidikan dan
menyampaikan hasil penyidikan kepada Penuntut Umum sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
BAB XIII
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 17
Hal-hal yang belum diatur dalam Peraturan Daerah ini sepanjang mengenai pelaksanaannya akan
diatur lebih lanjut dengan Keputusan Bupati.
Pasal 18
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009
75
: Nanga Bulik
: 29 Pebruari 2004
BUPATI LAMANDAU,
ttd
BUSTANI DJ. MAMUD
Diundangkan di : Nanga Bulik
Pada Tanggal
: 15 Maret 2004
Plt. SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN LAMANDAU
ttd
(Drs. PIET J. DADIE)
NIP. 530 003 050
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LAMANDAU
TAHUN 2004 NOMOR 04 SERI : C
PENJELASAN
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009
76
ATAS
PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMANDAU
NOMOR 08 TAHUN 2004
TENTANG
RETRIBUSI IJIN USAHA JASA KONTRUKSI
II.
PENJELASAN UMUM
Untuk menunjang pelaksanaan pembangunan dan penyelenggaraan pemerintahan
Kabupaten Lamandau sehingga terciptanya kesinambungan pelaksanaan program
pembangunan dapat tercapai sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan, maka diperlukan
suatu usaha yang benar-benar dapat memberikan masukan PAD yang mana nantinya hasil
tersebut digunakan untuk membantu pembangunan di Kabupaten Lamandau. Hal tersebut
dapat mewujudkan dengan suatu usaha Pemerintah Daerah melalui pembentukan Perda
Retribusi Ijin Usaha Jasa Kontruksi.
Jasa kontruksi merupakan jasa yang berhubungan dengan pelaksanaan pembangunan
prasarana dan atau sarana fisik yang dalam pelaksanaan. Penggunaan dan pemanfaatannya
menyangkut kepentingan dan keselamatan masyarakat pemakai prasarana dan sarana tersebut
serta ketertiban pembangunan dan lingkungan yang meliputi :
1.
Perencanaan umum
2.
Stuasi kelayakan
3.
Survei
4.
Perncanaan Teknis
5.
Manajemen Kontruksi
6.
Transper Produk
77
dan tata cara pemungutan, tata cara pembayaran, penentuan perijinan dan segala yang
menyangkut dengan peraturan daerah tentang retribusi ijin usaha kontruksi. Disamping itu
sebagai upaya penataan dan pengaturan kembali peraturan daerah retribusi ijin usaha jasa
kontruksi Kabupaten Lamandau yang masih belum baku dimana penataan tersebut akan
disesuaikan dengan keadaan yang ada di Kabupaten Lamandau serta tidak bertentangan
dengan peraturan yang lebih tinggi.
II. PENJELASAN PASAL DEMI PASAL
Pasal 1
Cukup Jelas
Pasal 2
Ayat 1
Cukup Jelas
Ayat 2
Objek Retribusi adalah setiap bentuk usaha yang melaksanakan kegiatan dibidang
usaha jasa kontruksi
Ayat 3
Subjek retribusi adalah orang pribadi dan atau badan hukum yang memperoleh ijin
usaha jasa kontruksi dari pemerintah daerah
Pasal 3
Ayat 1
Cukup Jelas
Ayat 2
Cukup Jelas
Pasal 4
Ayat 1
Cukup Jelas
Ayat 2
Cukup Jelas
Pasal 5
Tingkat penggunaan jasa ijin usaha jasa kontruksi didasarkan atas golongan usaha :
a. Perusahanan kecil, perusahaan yang memiliki modal kerja minimum (modal disetor atau
total kekayaan bersih) 0 (nol rupiah) sampai dengan Rp. 1.000.000.000 (Satu Milyar
Rupiah).
b. Perusahaan menengah, perusahaan yang memiliki modal kerja minimum 0, modal sitetor
atau kekayaan bersih) diatas Rp. 1.000.000.000 (Satu Milyar Rupiah) sampai dengan Rp.
10.000.000.000 (Sepuluh Milyar Rupiah).
c. Perusahaan Besar, perusahaan yang memiliki modal kerja minimum 0, modal disetor atau
total kekayaan bersih) diatas Rp. 10.000.000.000 (Sepuluh Milyar Rupah).
Pasal 6
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009
78
Cukup Jelas
Pasal 7
Ayat 1
Cukup Jelas
Ayat 2
Cukup Jelas
Ayat 3
Cukup Jelas
Pasal 8
Ayat 1
Massa retribusi adalah selama IUJK berlaku untuk jangka waktu 5 (lima) Tahun
Ayat 2
Cukup Jelas
Pasal 9
Ayat 1
Cukup Jelas
Ayat 2
Cukup Jelas
Ayat 3
Cukup Jelas
Pasal 10
Ayat 1
Cukup Jelas
Ayat 2
Cukup Jelas
Ayat 3
Cukup Jelas
Pasal 11
Cukup Jelas
Pasal 12
Ayat 1
Cukup Jelas
Ayat 2
Cukup Jelas
Ayat 3
Cukup Jelas
Pasal 13
Ayat 1
Cukup Jelas
Ayat 2
Cukup Jelas
Pasal 14
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009
79
Cukup Jelas
Pasal 15
Ayat 1
Cukup Jelas
Ayat 2
Cukup Jelas
Pasal 16
Ayat 1
Cukup Jelas
Ayat 2
Cukup Jelas
Ayat 3
Cukup Jelas
Ayat 4
Cukup Jelas
Pasal 17
1. Tata cara dan syarat untuk memperoleh ijin usaha jasa kontruksi sesuai dengan yang
diatur selanjutnya dengan keputusan Bupati
2. Yang dimaksud dengan hal-hal yang belum diatur sepanjang mengenai pelaksanaannya
adalah menyangkut tata cara pembayaran, pengeluaran, penagihan dan tempat
pembayaran.
Pasal 18
Cukup Jelas
80
b.
c.
d.
e.
: 1.
2.
Mengingat
81
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
82
Menetapkan
Visualisasi Lambang Daerah adalah seperti gambar yang tercantum dalam Lampiran I
Peraturan Daerah ini.
(2)
Arti Lambang Logo dan Motto Daerah adalah sebagaimana tersebut dalam Lampiran II
Peraturan ini.
Pasal 3
Diskripsi Lambang Daerah adalah sebagai berikut :
a. Bentuk dasar Lambang adalah Biru Langit;
b. Paling atas Lambang terdapat kata Lamandau;
c. Dibawah kata Lamandau terdapat bintang persegi lima
d. Dibawah bintang terdapat Gunung;
e. Dibawah Gunung terdapat jurung;
f. Di pintu jurung terdapat mandau, sumpit dan perisai;
g. Di bawah mandau, sumpit da perisai terdapat gerantung dan belanga
h. Rantai Gelang merupakan pengikat antara padi dan kapas;
i. Dibawah kapas dan padi terdapat pita dengan tulisan Motto BAHAUM BAKUBA
83
Bagian Kedua
Unsur-unsur Lambang
Pasal 4
Lambang Daerah terdiri dari unsur-unsur :
a. Biru langit merupakan warna dasar.
b. Tulisan Lamandau.
c. Bintang berwarna kuning.
d. Gunung dan jurung.
e. Sungai.
f. Padi dan kapas
g. Belanga
h. Gerantung ( Gong )
i. Sumpitan, Mandau dan Perisai
j. Ikat Tongang Tangkai Padi dan Tangkai
k. Pita berwarna putih berisi arti Bahaum Bakuba
l. Garis bingkai yang bersudut lima berwarna kuning
Bagian Ketiga
Tata Letak dan Gambar
Pasal 5
Unsur-unsur Lambang Daerah sebagaimana dimaksud pada pasal 4 disusun tata letaknya yang
merupakan satu kesatuan dengan sesama sebagai berikut:
a. Kata Lamandau ditempatkan di paling atas dengan tulisan huruf kapital.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
84
a. Motto Kabupaten Lamandau adalah Bahaum Bakuba dengan artinya selalu bermusyawarah
atau bermufakat tidak membedakan agama, suku warna kulit dan golongan;
b. Pengertian Bahaum Bakuba merupakan Motto Kabupaten Lamandau dalam membangun
ataupun menyelesaikan pesoalan yang ada di Kabupaten Lamandau selalu diselesaikan dengan
bermusywarah atau bermufakat dengan tidak membedakan agama, suku, warna kulit dan
golongan. Adapun pita berwarna putih melambangkan bahwa setiap hasil musyawarah
merupakan tanggung jawab bersama yang dilakukan dengan hati yang tulus suci dan iklas
dalam menjadi kepala Bangsa, Negara dan Daerah
Bangian Kempat
Komposisi warna
Pasal 7
1.
85
c.
d.
e.
Vandel
Plakat
Cap / Kop Naskah Dinas
Pasal 9
Lambang Daerah dalam Naskah Peraturan Daerah ini mempunyai ukuran tinggi dan lebar
berbanding 4 : 3
Pasal 10
(1)
86
Hari Jadi Kabupaten Lamandau ditetapkan tanggal 3 Agustus pada saat penandatanganan Prasasti
pengesahan Kabupaten Lamandau.
BAB VI
LARANGAN DAN ANCAMAN HUKUMAN
Pasal 16
(1)
(2)
(3)
87
BAB VII
KETENTUAN PENYIDIKAN
Pasal 17
(1)
BAB VIII
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 18
Hal-hal yang bukan diatur dalam peraturan Daerah ini ditetapkan lebih lanjut oleh Bupati
sepanjang mengenai pelaksanaannya.
Pasal 19
88
: Nanga Bulik
: 12 Agustus 2004
89
90
91
5.
92
PENJELASAN
ATAS
PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMANDAU
NOMOR 11 TAHUN 2004
TENTANG
LAMBANG, LOGO, MOTTO DAERAH DAN PENETAPAN
HARI JADI KABUPATEN LAMANDAU
I. PENJELASAN UMUM
Sebagai perwujudan dan pelaksanaan Undang-undang Nomor 5 Tahun 2002.
Kabupaten Lamandau telah membentuk Lambang, Logo dan Motto Daerah Kabupaten
Lamandau yang bertujuan untuk mewujudkan ketertiban dan keseragaman administrasi
pelayanan segenap Perangkat Daerah san sebagai identitas dan cirri khas daerah Kabupaten
Lamandau dengan beragam-ragam seni Budaya, Agama, Suku, Bahasa yang berakar pada
nilai-nila luhur social budaya serta makna filosofi dan artistic yang tinggi sebagi pemersatu
segenap masyarakt Kabupaten Lamandau.
Melihat dari pembentukannya Kabupaten Lamandau merupakan salah satu
Kabupaten yang lair dari kehendak masyarakat yang tumbuh berdasarkan hati nurani yang
bersih dan didasarkan atas persamaan visi dan misi untuk bersatu membangun Kabupaten
Lamandau yang maju dengan tingkat kesejahteraan yang mampu memberikan kemakmuran
bagi kehidupan masyarakatnya.
Hal ini dibuktikan dengan motto Kabupaten Lamandau BAHAUM BAKUBA yang
artinya Bermusyawarah dan Bermupakat untuk menyelesaikan persoalan yang ada di
Kabupaten Lamandau, tidak membedakan agama, suku, warna kulit dan golongan.
Dengan terbentuknya lambang daerah dengan motto BAHAUM BAKUBA
Kabupaten Lamandau siap ikut serta bersama-sama membangun bangsa ini melalui seluruh
sektor baik tingkat Nasional, Regional maupun Internasional yang tentunya dilakukan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Selain lambang daerah juga
ditetapkan hari jadi Kabupaten Lamandau yang ditetapkan pada tanggal 3 Agustus dan pada
setiap tanggal tersebut diperingati HUT Kabupaten Lamandau.
II. PENJELASAN PASAL DEMI PASAL
Pasal 1
Cukup Jelas
Pasal 2
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009
93
Ayat 1
Cukup Jelas
Ayat 2
Cukup Jelas
Pasal 3
Cukup Jelas
Pasal 4
a.
Jurung adalah rumah tempat penyimpanan padi
b.
Belanga adalah tempayan besar tempat penyimpanan harta benda yang berharga
c.
Sumpitan, Mandau dan Perisai adalah alat yang digunakan suku dayak untuk
berperang
d.
Ikat Tongang adalah tali yang terbuat dari kulit kayu tongang
e.
Hari jadi Kabupaten Lamandau adalah hari jadi Kabupaten Lamandau yang
ditetapkan dalam Peraturan Daerah Kabupaten Lamandau Nomor 11 Tahun 2004
Pasal 15
Pasal 5
Cukup Jelas
Pasal 6
Cukup Jelas
Pasal 7
Cukup Jelas
Pasal 8
Cukup Jelas
Pasal 9
Cukup Jelas
Pasal 10
Ayat 1
Cukup Jelas
Ayat 2
Cukup Jelas
Pasal 11
Cukup Jelas
Pasal 12
Cukup Jelas
Pasal 13
Cukup Jelas
Pasal 14
Cukup Jelas
Pasal 15
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009
94
Cukup Jelas
Pasal 16
Ayat 1
Cukup Jelas
Ayat 2
Cukup Jelas
Ayat 3
Cukup Jelas
Pasal 17
Ayat 1
Cukup Jelas
Ayat 2
Cukup Jelas
Ayat 3
Cukup Jelas
Pasal 18
Cukup Jelas
Pasal 19
Cukup Jelas
TAMBAHAN LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LAMANDAU
TAHUN 2004 NOMOR 11 SERI : D
95
Mengingat
96
97
Pasal 9 angka 7 dan 8 digabung menjadi "Bagian Umum dan Kepegawaian" membawahi "Sub
Bagian Arsip, Sub Bagian Perlengkapan, Sub Bagian Pemeliharaan, Sub Bagian Administrasi
Pegawai, Sub Bagian Mutasi, Sub Bagian Diklat" diubah dan dibaca "Sub Bagian Umum/
Arsip, Sub Bagian Kepegawaian, Sub Bagian Protokoler".
Pasal 9 angka 7 "Bagian Umum dan Perlengkapan" dihapus diubah dan dibaca "Bagian
Perlengkapan membawahi "Sub Bagian Umum/ Arsip, Sub Bagian Perlengkapan, Sub Bagian
Pemeliharaan dan Perawatan" diubah dan dibaca "Sub Bagian Pengadaan Barang, Sub Bagian
Pemeliharaan dan Perawatan Barang, Sub Bagian Gudang".
C. Bagian ke-12 dan paragraf ke-5 pasal 26,27,28, paragraf ke-6 pasal 29 kalimat ke-2 baris ke-1
perkataan "Badan" di hapus, diubah dan dibaca "Dinas".
Pasal 29 huruf "a Kepala Badan, Sekretaris Badan" di hapus, diubah dan dibaca "a Kepala
Dinas, b Bagian Tata Usaha dan Perlengkapan".
Pasal 29 huruf d ditambah huruf e yang berbunyi : c. "UPTD" dan "Kelompok Jabatan
Fungsional" diubah ke huruf f
Pasal 30 angka 1 perkataan "Sekretaris Badan" diubah "Bagian Tata Usaha" membawahi "a.
Sub Bagian Umum Kepegawaian, Keuangan, b. Sub Bagian Perencanaan dan Pelaporan"
diubah dan dibaca "Subbag Umum dan Perlengkapan, b. Subbag Kepegawaian dan di tambah
satu c. Sub Bag Keuangan"
Pasal 30 angka 2 perkataan "Bidang Pelayanan Pendaftaran dan Pencatatan" ditambah
perkataan "Sipil" membawahi "a. Subbid Pendaftaran Penduduk, b. Subbid Mutasi, Data dan
Pelaporan" diubah dan dibaca "a. Subbid Pendaftaran Penduduk/ Mutasi, b. Subbid Pencatatan
Penduduk dan Catatan Sipil".
Pada pasal 30 setelah angka 3 ditambah angka 4 berbunyi :
4. "Bidang Perencanaan dan Evaluasi" membawahi "a. Subbid Perencanaan, b. Subbid
Evaluasi, Pendataan dan Pelaporan".
D.
98
Mengingat :
a.
b.
1.
Undang undang Nomor 12 Tahun 1985 tentang Pajak Bumi dan Bangunan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1985 Nomor 68, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 3312) Sebagaimana telah diubah dengan Undang
undang Nomor 12 Tahun 1994 (Lembaran Negara Tahun 1994 Nomor 62,
Tambahan Lembaran Negara Nomor 3569 );
2.
3.
Undang undang Nomor 21 Tahun 1997 tentang Bea Perolehan Hak Atas
Tanah Dan Bangunan ( Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997
Nomor 44, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3688);
4.
99
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
100
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
101
Menetapkan
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun Anggaran 2004 semula berjumlah
Rp.117.496.861.000,-bertambah/ (berkurang) sejumlah Rp. 18.119.472.069,- sehingga menjadi
Rp. 135.616.333.069,- dengan rincian sebagai berikut:
1. Pendapatan
a. Semula
Rp. 117.496.861.000,b. Bertambah/ (berkurang)
Rp. 11.958.497.136,Jumlah Pendapatan setelah Perubahan
2. Belanja
a. Semula
b. Bertambah/ (berkurang)
Rp. 129.455.358.136,Rp.
Rp. 117.496.861.000,Rp.
Rp. 11.958.497.136,-
Rp. 129.455.358.136,-
Rp. 129.455.358.136,Pasal 2
Uraian lebih lanjut Perubahan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah sebagaimanadimaksud
dalam pasal 1, tercantum dalam Lampiran Peraturan Daerah ini yang terdiri dari :
1. Lampiran I
Rincian Perubahan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
2. Lampiran II
Rincian Perubahan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009
102
3. Lampran III
4.
5.
6.
7.
8.
Lampiran IV
Lampiran V
Lampiran VI
Lampiran VII
Lampiran VIII
Pasal 3
Lampiran lampiran sebagaimana tercantum dalam pasal 2 merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.
Pasal 4
Sebagai landasan Operasional pelaksanaan, Bupati Lamandau menetapkan Keputusan tentang
Penjabaran Perubahan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah.
Pasal 5
Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan Pengundangan Peraturan Daerah ini dengan
penempatannya dalam Lembaran Daerah.
Ditetapkan di
Pada Tanggal
: Nanga Bulik
: 9 Desember 2004
BUPATI LAMANDAU,
ttd
BUSTANI DJ. MAMUD
Diundangkan di
Pada Tanggal
: Nanga Bulik
: 9 Desember 2004
103
LAMPIRAN I
NOMOR
TANGGAL
A.
Rp. 54.143.787.488,-
Rp.
2.174.497.136,-
Rp.
259.073.925,-
Rp. 50.121.606.792,Rp.
1.588.609.735,-
Rp. 34.426.806.941,-
Belanja Rutin
Rp. 26.315.370.641,-
1. Belanja Pegawai
Rp. 11.293.775.964,-
2. Belanja Barang
Rp.
3.865.044.063,-
3. Belanja Pemeliharaan
Rp.
555.673.050,-
Rp.
2.705.181.000,-
Rp.
2.373.922.300,-
Rp.
Rp.
Rp.
967.199.000,-
Rp. 3.406.747.000,-
Rp. 1.147.828.264,-
104
Belanja pembangunan
Rp. 8.111.436.300,-
1. Sektor Industri
Rp.
Rp. 2.957.492.000,-
Rp.
Rp.
Rp.
20.750.000,-
6. Sektor Transportasi
Rp. 2.630.000.000,-
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
130.000.000,-
7.500.000,-
Rp. 1.327.176.500,Rp.
Rp.
106.740.000,-
Rp.
Rp.
130.180.000,-
Rp.
165.500.000,-
Rp.
Rp.
422.176.800,-
Rp.
Rp.
213.921.000,-
Rp.
105
Rp. 19.716.980.647,-
Rp.
894.807.832,-
- Belanja
Rp.
894.807.832,-
Perbedaan
Rp.
NIHIL
106
Realisasi Pendapatan sampai dengan akhir bulan triwulan III 2004, tergambar dalam
tabel 1 berikut :
TARGET DAN REALISASI PENDAPATAN DAERAH KABUPATEN LAMANDAU
SAMPAI DENGAN AKHIR SEPTEMBERTAHUN ANGGARAN 2004
No
1.
2.
3.
4.
Jenis Pendapatan
Realisasi
( Rp )
( Rp )
Prosentase
3.791.500.000,77.500.000,-
1735.319.426,96.020.341,-
45,77
123,90
b.
Retribusi Daerah
3.609000.000,-
1.483.386.519,-
41,10
c.
d.
68.998.364,-
65,71
101.300.000.000,-
5.280.967.023,-
51,27
7.000.000.000,-
2.891.075.328,-
41,30
c.
78.120.000.000,- 65.000.000.000,-
83,33
d.
10.789.648.000,-
4.950.000.000,-
45,87
2.000.000.000,2.105.713.000,250.000.000,-
e. Dana Darurat
Lain lain penerimaan yang syah
a. Bantuan dari Propinsi
b.
c.
25,00
355.713.000,-
d.
62.000.000,-
5.
Anggaran
Tunggakan pajak
1.500.000.000,-
1.240.000.000,-
346.609.000,-
23,10
1.323.894.400,-
106,77
Pusat
b.
J u m l a h
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009
107
LAMPIRAN II
108
URAIAN
2
DPRD dan Setwan
Kepala Daerah dan Wakil
Kepala Daerah
Sekretariat Daerah
Dinas Pendapatan Daerah
Dinas Pengawasan Daerah
BAPPEDA
Kesbanglinmas
Kecamatan dan Kelurahan
JUMLAH
ANGGARAN
SEBELUM
PERUBAHAN
3
3.612.906.960,-
JUMLAH
ANGGARAN
SETELAH
PERUBAHAN
4
3.700.106.960,-
2.380.500.000,37.872.717.424,1.411.000.000,-
3.335.500.000,33.473.917.424,1.583.331.000,440.500.000,541.500.000,298.900.000,458.200.000,-
40,12
(11,61)
12,21
12,80
23,77
29,11
24,95
46.703.324.384,-
47.259.521.520,-
1,19
485.000.000,814.500.000,796.000.000,-
705.000.000,977.500.000,3.435.509.680,-
45,36
20,01
331,60
522.000.000,-
585.400.000,-
12,15
667.000.000,-
667.000.000,-
3.284.500.000,-
5.420.500.000,-
390.500.000,437.500.000,231.500.000,-
BERTAMBAH /
(BERKURANG)
PROSENTASE
6
2,41
KET
7
366.700.000,-
JUMLAH
2.3.0
2.51
2.6.1
2.8.1
2.8.2
KODE
ANGG
ARAN
URAIAN
JUMLAH
ANGGARAN
SEBELUM
PERUBAHAN
3
JUMLAH
ANGGARAN
SETELAH
PERUBAHAN
4
65,03
BERTAMBAH /
(BERKURANG)
KET
PROSENTASE
6
109
115.000.000,340.000.000,135.000.000,120.000.000,166.200.000,-
47,81
0
0
0
43,03
789.000.000,-
876.200.000,-
11,05
150.000.000,420.000.000,110.500.000,600.000.000,1.100.000.000,-
150.000.000,605.000.000,110.500.000,770.000.000,1.700.000.000,-
0
44,05
0
28,33
54,55
2.380.500.000,-
3.580.500.000,-
50,41
32.847717.424,2.500.000.000,440.000.000,1.060.000.000,1.025.000.000,37.872.717.424,-
26.332.717.424,3.151.200.000,530.000.000,1.960.000.000,1.500.000.000,33.427.917.424,-
(19,83)
26,05
20,45
84,91
46,34
(11,71)
121.000.000,390.000.000,44.000.000,205.000.000,651.000.000,-
141.000.000,412.600.000,44.000.000,245.000.000,740.731.000,-
16,53
5,79
0
19,51
13,78
1.411.000.000,-
1.583.331.000,-
12,21
45.000.000,167.000.000,28.500.000,125.000.000,25.000.000,390.500.000,-
48.000.000,127.000.000,42.500.000,143.000.000,35.000.000,440.500.000,-
77.800.000,340.000.000,135.000.000,120.000.000,116.200.000,-
JUMLAH
2.2.2
Pos
Kepala
Daerah /Wakil Kepala
Daerah
1.
2.
3.
4.
5.
Belanja Pegawai
Belamja Barang
Belanja Pemeliharaan
Belanja Perjalanan Dinas
Belanja Lain-lain
JUMLAH
JUMLAH
2.2.5 Pos BAWASDA
1. Belanja Pegawai
2. Belanja Barang
3. Belanja Pemeliharaan
4. Belanja Perjalanan Dinas
5. Belanja Lain-lain
JUMLAH
110
6,67
(23,95)
49,12
14,40
40,00
12,80
60.000.000,155.000.000,32.000.000,165.000.000,25.000.000,-
57.000.000,160.000.000,52.500.000,257.000.000,25.000.000,-
(5,00)
3,23
30,77
55,76
23,77
437.500.000,-
541.500.000,-
23,77
12.500.000,90.000.000,19.000.000,70.000.000,30.000.000,-
35.900.000,114.000.000,39.000.000,70.000.000,40.000.000,-
187,20
26,67
34,48
0
33,33
231.500.000,-
298.900.000,-
29,11
44.200.000,109.000.000,69.000.000,60.000.000,84.500.000,366.700.000,-
94.200.000,121.000.000,78.000.000,60.000.000,105.000.000,458.200.000,-
113,12
11,01
13,04
0
24,26
24,95
55.000.000,175.000.000,120.000.000,105.000.000,30.000.000,-
160.000.000,190.000.000,70.000.000,235.000.0000,50.000.0000,-
190,91
8,57
(41,67)
123,81
66,67
485.000.000,-
705.000.000,-
45,36
37.000.000,135.000.000,68.000.000,115.000.000,459.500.000.-
59.050.000,215.000.000,83.000.000,125.000.000,459.450.000,-
59,59
59,26
22,06
8,70
(1,01)
814.500.000,-
977.500.000,-
20,01
60.000.000,441.000.000,35.000.000,225.000.000,35.000.000,-
120.000.000,2.928.009.680,50.000.000,270.000.000,67.500.000,-
100
563,95
42,86
20,00
92,86
796.000.000,-
3.435.509.680
331,60
111
51.000.000,275.000.000,56.000.000,115.000.000,25.000.000,-
91.310.000,264.958.000,43.250.000,152.500.000,33.382.000,-
79,04
(3,65)
(22,27)
32,61
33,53
522.000.000,-
585.400.000,-
12,15
140.000.000,305.000.000,37.000.000,125.000.000,60.000.000,-
130.700.000,305.500.000,20.000.000,125.000.000,83.800.000,-
(6,64)
0,16
(45,95)
0
39,67
667.000.000,-
667.000.000,-
112
Mengingat
a.
b.
c.
d.
1.
2.
3.
113
4.
5.
6.
7.
8.
Dengan persetujuan
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH
KABUPATEN LAMANDAU
M E M U T U S K AN :
Menetapkan :
114
Pendahuluan
BAB II
BAB III
BAB IV
BAB V
BAB VI
BAB VII
Penutup
Pasal 3
Rencana Stratejik Kabupaten Lamandau Tahun 2004 2008 merupakan dasar perumusan
Kebijakan Stratejik Kabupaten Lamandau.
BAB III
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 4
Uraian terperinci pasal 2 Keputusan ini sebagaimana terdapat didalam Lampiran Naskah Rencana
Stratejik Kabupaten Lamandau 2004 2008 dan menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari
Keputusan ini.
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009
115
BAB IV
PENUTUP
Pasal 5
Dengan berlakunya Peraturan Daerah ini maka Peraturan Kabupaten Lamandau yang setingkat
atau lebih rendah yang bertentangan dengan Peraturan Daerah ini dinyatakan tidak berlaku lagi.
Pasal 6
Hal hal yang belum diatur dalam Peraturan Daerah ini, sepanjang mengenai pelaksanaannya
akan diatur lebih lanjut dengan Keputusan Bupati.
Ditetapkan di : Nanga Bulik
Pada Tanggal : 9 Desember 2004
BUPATI LAMANDAU,
ttd
BUSTANI DJ. MAMUD
Diundangkan di : Nanga Bulik
Pada Tanggal
: 9 Desember 2004
Plt. SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN LAMANDAU
ttd
( Ir. MARUKAN )
NIP. 131 480 087
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LAMANDAU
TAHUN 2004 NOMOR 5 SERI : D
116
Mengingat
a.
b.
c.
1.
2.
3.
117
4.
5.
6.
7.
Menetapkan
118
4. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah adalah Lembaga Perwakilan Rakyat Daerah sebagai unsur
penyelenggara Pemerintahan Daerah Kabupaten Lamandau;
5. POLDAS adalah Pola Dasar Kabupaten Lamandau dalam jangka waktu 5 (lima) tahun
kedepan;
BAB II
POLA DASAR PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN LAMANDAU
Pasal 2
Pola Dasar Pembangunan Daerah Kabupaten Lamandau disusun dalam (5) lima bab
Bab I
: Pendahuluan
Bab II
: Kondisi Umum Pembangunan Daerah
Bab III
: Visi, Misi dan Strategi Pembangunan Daerah
Bab IV
: Arah Kebijakan Daerah dan Kaidiah Pelakasanaan
Bab V
: Penutup
Pasal 3
Isi beserta uraian terperinci dalam Pola Dasar Pembangunan Daerah sebagaimana dimaksud dalam
ayat (1) pasal ini tentang atau masalah Poldas yang menjadi tujuan yang tidak terpisahkan dari
Peraturan Daerah ini.
Pasal 4
Pola Dasar Pembangunan Daerah Kabupaten Lamandau ditetapkan untuk memberi arah bagi
Penyelanggaraan Pembangunan di Kabupaten Lamandau.
Pasal 5
Pola Dasar Pembangunan Daerah Kabupaten Lamandau bertujuan untuk mewujudkan kehidupan
yang Demokratis, Brkeadilan Sosial, Maju, Mandiri, Menghargai Supermasi Hukum dan Hak
Asasi Manusia dalam tatanan masyarakat dan lingkungan yang beradab, berkualitas dan sejahtera.
BAB III
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 6
Dengan diberlakukannya Peraturan Daerah ini, maka Peraturan yang berhubungan dengan
Peraturan Daerah ini setingkat atau lebih rendah yang bertentangan dengan Peraturan Daerah ini
dinyatakan tidak berlaku lagi.
Hal hal yang belum diatur dalam Peraturan Daerah ini, sepanjang mengenai pelaksanaan akan
diatur lebih lanjut dengan Keputusan Bupati.
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009
119
Pasal 7
Peraturan Daerah ini berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan
penempatan dalam lembaran Daerah Kabupaten Lamandau.
Ditetapkan di : Nanga Bulik
Pada Tanggal : 9 Desember 2004
BUPATI LAMANDAU,
ttd
BUSTANI DJ. MAMUD
Diundangkan di : Nanga Bulik
Pada Tanggal
: 9 Desember 2004
Plt. SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN LAMANDAU
ttd
( Ir. MARUKAN )
NIP. 131 480 087
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LAMANDAU
TAHUN 2004 NOMOR 6 SERI : D
120
b.
c.
d.
: 1.
2.
Mengingat
121
3.
4.
5.
6.
7.
Menetapkan
122
f.
BAB II
PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH
Pasal 2
(1) BAB I
: Umum
BAB II
: Pemberdayaan Masyarakat dan Pembangunan Daerah
BAB III
: Peningkatan Otonomi Daerah
BAB IV
: Pengembangan Ekonomi Daerah dan Wilayah
BAB V
: Pembangunan Pemukiman dan Perkotaan
BAB VI
: Pengelolaan Pertanahan
BAB VII
: Penataan Ruang
BAB VIII
: Program-program pembangunan bidang pemerintahan daerah
(2) Isi beserta uraian terpernci dari Program Pemabangunan Daerah sebagaimana dimaksud
dalam ayat (1) pasal ini, tertuang dalam Naskah Pola Dasar Pembangunan Daerah yang
menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.
Pasal 3
Program Pembangunan Daerah merupakan Dokumen Induk Program Pembangunan Daerah, memuat
Visi dan Misi, Strategi, Kebijakan Pembangunan Daerah dan Program Program Pembangunan
Sektoral Daerah.
Pasal 4
(1)
(2)
Hal-hal yang diatur dalam Peraturan Daerah ini, sepanjang mengenai pelaksanaannya, diatur lebih
lanjut oleh Keputusan Bupati
123
Pasal 6
Program Pembangunan Daerah ini dapat ditinjau kembali sekali dalam Lima Tahun, dengan
berpedoman kepada Garis-garis Besar Haluan Negara (GBHN) dan Program Pembangunan
Kabupaten Lamandau guna memberikan acuan dan masukan dalam penyusunan Program
Pembangunan Daerah kedepan dan seterusnya.
Pasal 7
Peraturan Daerah ini mulai berlaku sejak tanggal diundangkan.
Agar setiap orang dapat mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan
penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Lamandau.
Ditetapkan di : Nanga Bulik
Pada Tanggal : 9 Desember 2004
BUPATI LAMANDAU,
ttd
BUSTANI DJ. MAMUD
Diundangkan di : Nanga Bulik
Pada Tanggal
: 9 Desember 2004
Plt. SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN LAMANDAU
ttd
( Ir. MARUKAN )
NIP. 131 480 087
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LAMANDAU
TAHUN 2004 NOMOR 07 SERI : D
124
Mengingat
: a.
b.
: 1.
2.
3.
4.
125
6.
7.
8.
9.
10. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 173 Tahun 1997 tentang Tata
Cara Pemeriksaan di Bidang Pajak Daerah;
11. Keputusan Menteri Dalam Negeri nomor 21 Tahun 2001 tentang Teknik
Penyusunan dan Materi Muatan Produk produk Hukum Daerah;
12. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 22 Tahun 2001 tentang Bentuk
Produk produk Hukum Daerah;
13. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 23 Tahun 2001 tentang Prosedur
Penyusunan Produk Hukum Daerah;
14. Keputusan Dalam Negeri Nomor 24 Tahun 2001 tentang Lembaran Daerah
dan Berita Daerah;
15. Peraturan Daerah Kabupaten Lamandau Nomor 2 Tahun 2004 tentang
Rincian Kewenangan Pelaksanaan Otonomi Daerah di Kabupaten
Lamandau (Lembaran Daerah Kabupaten Lamandau Tahun 2004 Nomor
01 Seri D );
126
9.
127
10. Penyelenggaraan reklame adalah perorangan atau badan hukum yang menyelenggarakan
reklame baik untuk dan atas namanya sendiri atau untuk dan atas nama pihak lain yang
menjadi tanggungannya;
11. Kawasan / zone adalah batasan batasan wilayah tertentu sesuai dengan pemanfaatan
wilayah tersebut yang dapat digunakan untuk pemasangan Reklame;
12. Nilai Jual Obyek Pajak adalah keseluruhan pembayaran/ pengeluaran biaya yang dikeluarkan
oleh pemilik dan atau penyelenggara reklame termasuk dalam hal ini adalah biaya / harga beli
bahan reklame, konstruksi, instalasi listrik, pembayaran / ongkos perakitan, pemancaran,
peragaan, penayangan, pengecatan, pemasangan dan transportasi pengangkutan dan lain
sebagainya sampai dengan bangunan reklame rampung, dipancarkan, diperagakan,
ditayangkan, dan atau terpasang ditempat yang telah diijinkan;
13. Nilai Strategis Lokasi Reklame adalah ukuran nilai yang ditetapkan pada titik lokasi
pemasangan reklame tersebut berdasarkan kriteria kedapatan pemanfaatan tata ruang kota
untuk berbagai aspek kegiatan dibidang usaha;
14. Surat Pemberitahuan Pajak Daerah yang selanjutnya disingkat SPTPD adalah Surat yang
digunakan oleh Wajib Pajak untuk melaporkan perhitungan dan pembeyaran pajak yang
terhutang menurut peraturan perundang undangan perpajakan daerah;
15. Surat Setoran Pajak Daerah yang selanjunya disingkat SSPD adalah surat yang digunakan
oleh wajib pajak untuk melaksankan pembayaran atau penyetoran pajak yang terutang ke Kas
Daerah atau ketempat lain yang ditetapkan oleh Bupati;
16. Surat Ketetapan Pajak Daerah yang selanjutnya disingkat SKPD adalah surat keputusan yang
menentukan besarnya jumlah pajak yang terhutang;
17. Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar yang selanjutnya disingkat SKPDKB adalah
surat keputusan yang menentukan besarnya jumlah pajak yang terutang jumlah kredit pajak,
jumlah kekurangan pembayaran pokok pajak, besarnya sangsi adminitrasi dan jumlah pajak
yang masih harus dibayar;
18. Surat
Ketetapan
Pajak Daerah Kurang Bayar Tambahan yang selanjutnya disingkat
SKPDKBT adalah surat keputusan yang menentukan tambahan atas jumlah pajak yang telah
ditetapkan;
19. Surat Ketetapan Pajak Daerah Lebih Bayar selanjutnya disingkat SKPDLB adalah surat
keputusan yang menentukan jumlah kelebihan pembayaran pajak karena jumlah kredit pajak
lebih besar dari pajak yang terutang atau tidak seharusnya terutang;
20. Surat Ketetapan Pajak Nihil, yang selanjutnya disingkat SKPDN adalah surat keputusan yang
menentukan jumlah pajak yang terutang sama besarnya dengan jumlah kredit pajak, atau
pajak tidak terutang dan tidak ada kredit pajak;
21. Surat Tagiham Pajak Daerah yang selanjutnya disingkat STPD adalah surat untuk melakukan
tagihan pajak atau sangsi adminitrasi berupa bunga dan atau denda.
BAB II
NAMA, OBJEK DAN SUMBER PAJAK
Pasal 2
(1) Dengan nama Pajak Reklame dipungut Pajak atas setiap penyelenggaraan Reklame.
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009
128
129
BAB IV
WILAYAH PEMUNGUTAN DAN CARA
PERHITUNGAN PAJAK
Pasal 7
(1). Pajak yang terutang dipungut di Wilayah Daerah.
(2). Besarnya Pajak yang terutang dihitung dengan cara mengalihkan tarif pajak sebagaimana
dimaksud dalam pasal 6 dengan dasar pengenaan pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5.
BAB V
MASA PAJAK, SAAT PAJAK TERUTANG DAN SURAT
PEMBERITAHUAN PAJAK DAERAH
Pasal 8
Masa Pajak adalah jangka waktu yang lamanya sama dengan penyelenggaraan reklame.
Pasal 9
Pajak terutang dalam masa pajak terjadi pada saat penyelenggaraan reklame.
Pasal 10
(1) Setiap Wajib Pajak wajib mengisi SPTPD.
(2) SPTPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus diisi dengan jelas, benar dan lengkap serta
ditanda tangani oleh Wajib Pajak atau Kuasanya.
(3). SPTPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus disampaikan kepada Bupati selambat
lambatnya 15 ( lima belas ) hari setelah berakhirnya masa pajak.
(4). Untuk pelanggan listrik PLN, Daftar rekening listrik yang diterbitkan oleh PLN merupakan
STPD.
(5). Bentuk, isi dan tata cara pengisian SPTPD ditetapkan oleh Bupati.
BAB VI
TATA CARA PERHITUNGAN DAN PENETAPAN PAJAK
Pasal 11
(1). Berdasarkan SPTPD sebagaimana dimaksud dalam pasal 10 ayat (1), Bupati menetapkan
pajak terutang dengan menerbitkan SKPD.
(2). Apabila pemungutan pajak berkerja sama dengan PLN, rekening listrik dipersamakan dengan
SKPD.
(3). Apabila SKPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak atau kurang dibayar setelah lewat
waktu paling lama 30 ( tiga puluh ) hari sejak SKPD diterima, dikenakan sangsi adminitrasi
berupa bunga sebesar 2% (dua Persen) sebulan dan ditagih dengan menerbitkan STPD.
Pasal 12
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009
130
(1) Wajib Pajak yang membayar sendiri, SPTPD sebagaimana dimaksud dalam pasal 10 ayat (1)
digunakan untuk menghitung, memperhitungkan dan menetapkan pajak sendiri yang terutang.
(2) Dalam jangka waktu 5 (lima) tahun sesudah saat terutangnya pajak, Kepala Daerah dapat
menerbitkan :
a. SSKPDKB;
b. SKPDKBT;
c. SKPDN.
(3) SKPDKB sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a duterbitkan :
a.
Apabila berdasarkan hasil pemeriksaan atau keterangan lain pajak
yang terutang tidak atau kurang dibayar, dikenakan sangsi adminitrasi berupa bunga
sebesar 2% ( dua persen) sebulan dihitung dari pajak yang kurang atau terlambat dibayar
untuk jangka waktu paling lama 24 (dua puluh empat) bulan dihitung sejak terutangnya
pajak.
b.
Apabila SPTPD tidak disampaikan dalam jangka waktu yang
ditentukan dan telah ditegur secara tertulis, dikenakan sangsi adminitrasi berupa bunga
sebesar 2 % ( dua pesen) sebulan dihitung dari pajak yang kurang atau terlambat dibayar
untuk jangka waktu paling lama 24 (dua puluh empat) bulan dihitung sejak saat
terutangnya pajak.
c.
Apabila kewajiban mengisi SPTPD tidak dipenuhi, pajak yang
terutang dihitung secara jabatan, dan dikenakan sangsi anminitrasi berupa kenaikan
sebesar 25% ( dua puluh lima persen) dari pokok pajak ditambah sangsi adminitrasi
sebesar 2 % ( dua persen ) sebulan dihitung dari pajak yang kurang atau terlambat dibayar
untuk jangka waktu paling lama 24 ( dua puluh empat ) bulan dihitung sejak saat
terutangnya pajak.
(4)
SKPDKBT sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b
diterbitkan apabila ditemukan data baru atau data yang semula belum terungkap yang
menyebabkan penambahan jumlah pajak yang terutang, akan dikenakan sanksi adminitrasi
berupa kenaikan sebesar 100 % ( seratus persen) dari jumlah kekurangan pajak tersebut.
(5)
SKPDN sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf c
diterbitkan apabila jumlah pajak yang terutang sama besarnya dengan jumlah kredit pajak
atau pajak tidak terutang dan tidak ada kredit pajak.
(6)
Apabila kewajiban membayar pajak terutang dalam SKPDKB
dan SKPDKBT sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a dan b tidak mau atau tidak
sepenuhnya dibayar dalam jangka waktu yang telah ditentukan, ditagih dengan menerbitkan
STPD ditambah dengan sanksi adminitrasi berupa bunga 2% ( dua persen) sebulan.
(7)
Penambahan jumlah pajak yang terhutang sebagaimana
dimaksud pada ayat (4) tidak dikenakan apabila wajib pajak melaporkan sendiri sebelum
dilakukan tindakan pemeriksaan.
BAB VII
TATA CARA PEMBAYARAN
Pasal 13
131
(1) Pembayaran pajak dilakukan di Kas Daerah atau tempat lain yang ditunjuk oleh Bupati sesuai
waktu yang ditentukan dalam SPTPD, SKPD, SKPDKBT dan STPD.
(2) Apabila pembayaran pajak dilakukan ditempat lain yang ditunjuk, hasil penerimaan pajak
harus disetor ke Kas Daerah selambat lambatnya 1 x 24 jam atau dalam waktu yang
ditentukan oleh Bupati.
(3) Pembayaran Pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) dilakukan dengan
menggunakan SSPD.
Pasal 14
(1) Pembayaran pajak harus dilakukan sekaligus atau lunas.
(2) Bupati dapat memberikan persetujuan kepada wajib pajak untuk mengangsur pajak terutang
dalam kurun waktu tertentu, setelah memenuhi persyaratan yang ditentukan.
(3) Anggasuran pembayaran pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (2), harus dilakukan secara
teratur dan berturut turut dengan dikenakan bunga sebesar 2% ( dua persen ) sebulan dari
jumlah pajak yang belum atau kurang bayar.
(4) Bupati dapat memberikan persetujuan kepada wajib pajak untuk menunda pembayaran pajak
sampai batas waktu yang ditentukan setelah memenuhi persyaratan yang ditentukan dengan
dikenakan bunga 2 % (dua persen ) sebulan dari jumlah pajak yang belum atau kurang bayar.
(5) Persyaratan untuk dapat mengangsur dan menunda pembayaran serta tata cara pembayaran
angsuran dan penundaan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (4), ditetapkan oleh
Bupati.
Pasal 15
(1) Setiap pembayaran pajak sebagaimana dimaksud dalam pasal 14 diberikan tanda bukti
pembayaran dan dicatat dalam buku penerimaan.
(2) Bentuk, jenis, isi, ukuran tanda bukti pembayaran dan buku penerimaan pajak sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), ditetapkan oleh Bupati.
BAB VIII
TATA CARA PENAGIHAN PAJAK
Pasal 16
(1) Surat Teguran atau Surat Peringatan atau surat lain yang sejenis sebagai awal tindakan
pelaksanaan penagihan pajak dikeluarkan 7 ( tujuh) hari sejak saat jatuh tempo pembayaran.
(2) Dalam jangka waktu 7 (tujuh) hari setelah tanggal Surat Teguran atau Surat Peringatan atau
surat lain yang sejenis, wajib pajak harus melunasi pajak yang terutang.
(3) Surat Teguran, Surat Peringatan atau surat lain yang sejenis sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dikeluarkan oleh Pejabat.
Pasal 17
132
(1) Apabila jumlah pajak yang masih harus dibayar tidak dilunasi dalam jangka waktu
sebagaimana ditentukan dalam surat Teguran atau Surat Peringatan atau surat lain yang
sejenis, jumlah pajak yang harus dibayar ditaging dengan Surat Paksa.
(2) Pejabat menerbitkan Surat Paksa segera setelah lewat 21 (dua puluh satu ) hari sejak Tanggal
Surat Teguran atau Surat Peringatan atau surat lain yang sejenis.
Pasal 18
Apabila pajak yang harus dibayar tidak dilunasi dalam jangka waktu 2 x 24 jam sesudah tanggal
pemberitahuan Surat Paksa, pejabat segera menerbitkan Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan.
Pasal 19
Setelah dilakukan penyitaan dan Wajib Pajak belum juga melunasi utang pajaknya, setelah lewat
10 (sepuluh) hari sejak tanggal pelaksanaan Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan, Pejabat
mengajukan permintaan penetapan tanggal pelelangan kepada Kantor Lelang Negara.
Pasal 20
Setelah Kantor Lelang Negara menetapkan hari, tanggal, jam dan tempat pelaksanaan lelang, Juru
Sita memberitahukan dengan segera secara tertulis kepada Wajib Pajak.
Pasal 21
Bentuk, jenis dan isi formulir yang dipergunakan untuk pelaksanaan penagihan pajak daerah
ditetapkan oleh Bupati.
BAB IX
PENGURANGAN, KERINGANAN DAN PEMBEBASAN PAJAK
Pasal 22
(1) Bupati berdasarkan permohonan Wajib Pajak dapat memberikan pengurangan, keringanan dan
pembebasan pajak.
(2) Tata cara pemberian pengurangan, keringanan dan pembebasan pajak sebagaimana dimaksud
pada ayat (1). ditetapkan Bupati.
BAB X
PEMBETULAN, PEMBATALAN, PENGURANGAN KETETAPAN DAN
PENGHAPUSAN ATAU PENGURANGAN SANGSI ADMINITRASI
Pasal 23
(1) Bupati karena jabatan atau atas permohonan Wajib Pajak dapat :
133
a. Membetulkan SKPD atau SKPDKB atau SKPDKBT atau STPD yang dalam
penerbitannya terdapat kesalahan tulis, kesalahan hitung dan atau kekeliruan dalam
penerapan peraturan perundang undangan perpajakan daerah.
b. Membatalkan atau mengurangkan ketetapan pajak yang tidak benar.
c. Mengurangkan atau menghapuskan sanksi adminitrasi berupa bunga, denda dan kenaikan
pajak yang terutang dalam hal sanksi tersebut dikenakan karena kekhilafan Wajib Pajak
atau bukan karena kesalahannya.
(2) Permohonan pembetulan, pembatalan, pengurangan ketetapan dan penghapusan atau
pengurangan sanksi adminitrasi atas SKPD, SKPDKB, SKPDKBT dan STPD sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) harus disampaikan secara tertulis oleh Wajib Pajak kepada Bupati
atau Pejabat selambat lambatnya 30 ( tiga puluh ) hari sejak tanggal diterima SKPD,
SKPDKB, SKPDKBT atau STPD dengan memberikan alasan yang jelas.
(3) Bupati atau Pejabat paling lama 3 (tiga ) bulan sejak surat permohonan sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) diterima, sudah harus memberikan keputusan.
(4) Apabila setelah lewat waktu 3 (tiga) bulan sebagaimana dimaksud pada ayat 3 (tiga) Bupati
atau Pejabat tidak memberikan keputusan, permohonan pembetulan, pembatalan,
pengurangan ketetapan dan penghapusan atau pengurangan sanksi adminitrasi dianggap
dikabulkan.
BAB XI
KEBERATAN DAN BANDING
Pasal 24
(1) Wajib Pajak dapat mengajukan keberatan hanya kepada Bupati atau Pejabat atas suatu :
a. SKPD;
b. SKPDKB;
c. SKPDKBT;
d. SKPDLB;
e. SKPDN.
(2) Permohonan keberatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus disampaikan secara tertulis
dalam bahasa Indonesia paling lama 3 ( tiga) bulan sejak tanggal, SKPD, SKPDKB,
SKPDKBT dan SKPDN diterima oleh Wajib Pajak, kecuali apabila Wajib Pajak dapat
menunjukan bahwa jangka waktu itu tidak dapat dipenuhi karena keadaan diluar kekuasanya.
(3) Bupati atau Pejabat dalam jangka waktu paling lama 12 ( dua belas) bulan sejak tanggal surat
permohonan keberatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diterima, sudah memberikan
keputusan.
(4) Apabila setelah lewat waktu 12 (dua belas ) bulan sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
Bupati atau Pejabat tidak memberikan keputusan, permohonan keberatan dianggap
dikabulkan.
(5) Pengajuan keberatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak menunda kewajiban
membayar pajak.
Pasal 25
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009
134
(1) Wajib Pajak dapat mengajukan banding kepada Badan Penyelesaian Sengketa Pajak dalam
jangka waktu 3 (tiga) bulan setelah diterimanya keputusan keberatan.
(2) Pengajuan banding sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak menunda kewajiban membayar
pajak.
Pasal 26
Apabila pengajuan keberatan sebagaiman dimaksud pada pasal 24 atau banding sebagaimana
dimaksud pada pasal 25 dikabulkan sebagian atau seluruhnya kelebihan pembayaran pajak
dikembalikan dengan ditambahkan imbalan bunga sebesar 2% (dua persen) sebulan untuk paling
lama 24 (dua puluh empat) bulan.
BAB XII
PENGEMBALIAN KELEBIHAN PEMBAYARAN PAJAK
Pasal 27
(1) Wajib Pajak dapat mengajukan permohonan pengembalian kelebihan pembayaran pajak
kepada Bupati Daerah atau Pejabat secara tertulis dengan menyebutkan
sekurang kurangnya :
a.
Nama dan alamat Wajib Pajak;
b.
Masa Pajak;
c.
Besarnya kelebihan pembayran pajak;
d.
Alasan yang jelas.
(2) Bupati atau Pejabat dalam jangka waktu paling lama 12 ( dua belas ) bulan sejak diterimanya
permohonan pengembalian kelebihan pembayaran pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
harus memberikan keputusan.
(3) Apabila jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilampaui Bupati atau Pejabat
tidak memberikan keputusan, permohonan pengembalian kelebihan pembayaran pajak
dianggap dikabulkan dan SKPDLB harus diterbitkan dalam waktu paling lama 1 ( satu)
bulan.
(4) Apabila Wajib Pajak mempunyai utang pajak lainnya, kelebihan pembayaran pajak
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) langsung diperhitungkan untuk melunasi terlebih dahulu
utang pajak dimaksud.
(5) Pengembalian kelebihan pembayaran pajak dilakukan dalam waktu paling lama 2 (dua) bulan
sejak diterbitkan SKPDLB dengan menerbitkan Surat Perintah Membayar Kelebihan Pajak
(SPMKP).
(6) Apabila pengembalian kelebihan pembayaran pajak dilakukan setelah lewat waktu 2 ( dua )
bulan sejak diterbitkan SKPDLB, Bupati atau Pejabat memberikan imbalan bunga sebesar 2
% ( dua persen ) sebulan atas keterlambatan pembayaran kelebihan pajak.
BAB XIII
K E DALU WAR S A
Pasal 29
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009
135
(1). Hak untuk melakukan penagihan pajak, kedaluwarsa setelah melampaui jangka waktu 5
( lima ) tahun terhitung sejak saat terutangnya pajak, kecuali apabila wajib pajak melakukan
tindak pidana dibidang perpajakan daerah.
(2). Kedaluwarsa penagihan pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tertangguh apabila :
a. Diterbitkan Surat Teguran dan Surat Paksa atau;
b. Ada pengakuan utang pajak dari Wajib Pajak baik langsung maupun tidak langsung.
BAB XIV
KETENTUAN PIDANA
Pasal 30
(1) Wajib Pajak karena kealpaanya tidak menyampaikan SPTPD atau mengisi dengan tidak benar
atau tidak lengkap atau melampirkan keterangan yang tidak benar sehingga merugikan
keuangan daerah dapat dipidanakan dengan pidana penjara paling lama 1 (satu ) tahun dan
atau denda paling banyak 2 ( dua ) kali jumlah pajak yang terutang.
(2) Wajip Pajak yang dengan sengaja tidak menyampaikan SPTPD atau mengisi dengan benar
atau tidak lengkap atau melampirkan keterangan yang tidak benar sehingga merugikan
keuangan daerah dapat dipidana dengan pidana kurungan paling lama 2 (dua ) tahun atau
denda paling banyak 4 ( empat) kali Jumlah pajak terutang.
Pasal 31
Tindak pidana yang dimaksud dalam pasal 30 tidak dituntut setelah melampaui jangka waktu 10
(sepuluh) tahun sejak saat terutangnya pajak atau berakhirnya masa pajak.
BAB XV
PE N YI D I K AN
Pasal 32
(1) Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu dilingkungan Pemerintah Daerah diberi wewenang
khusus sebagai Penyidik untuk melakukan penyidikan tindak pidana dibidang perpajakan
daerah.
(2) Wewenang penyidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah :
a. Menerima, mencari, mengumpulkan, dan meneliti keterangan atau laporan berkenaan
dengan tindak pidana dibidang perpajakan daerah agar keterangan atau laporan tersebut
menjadi lengkap dan jelas;
b. Meneliti, mencari dan mengumpulkan keterangan mengenai orang pribadi atau badan
tentang kebenaran perbuatan yang dilakukan sehubungan dengan tindak pidana
perpajakan daerah tersebut;
c. Meminta keterangan dan bahan bukti dari orang pribadi atau badan sehubungan dengan
tindak pidana dibidang perpajakan daerah;
d. Memeriksa buku-buku, catatan catatan dan dekumen dekumen lain berkenaan dengan
tindak pidana dibidang perpajakan daerah;
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009
136
137
ttd
(Ir. MARUKAN)
NIP. 131 480 087
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LAMANDAU
TAHUN 2004 NOMOR 8 SERI : B
PENJELASAN
ATAS
PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMANDAU
NOMOR 20 TAHUN 2004
TENTANG
P A JA K R E K L A M E
PENJELASAN UMUM
Sebagai penunjang pembangunan pendapatan asli daerah haruslahditingkatkan baik
melalui pajak-pajak daerah maupun retribusi-retribusi daerah.
Begitu pula halnya Kabupaten Lamandau memerlukan dana yang besar sebagai
pembiayaan pembangunan baik yang bersifat fisik maupun non fisik, hal ini dapat kita lihat
dalam Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah yang termuat
dalam Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 125 dan Tambahan Lembaran Negara
Nomor 4437, menyebutkan bahwa setiap daerah berhak menyelenggarakan Otonomi Daerah
yang artinya kewenangan penyelenggaraan pemerintahan ada pada daerah itu sendiri oleh
sebab itu sebagai kebijakan pemerintah daerah sebagai sarana peningkatan PAD maka
dibentuklah peraturan daerah tentang Pajak Reklame.
Yang salah satunya mengatur tentang penyelenggaraan reklame yang ada di
Kabupaten Lamandau dimana reklame itu sendiri adalah benda, alat, perbuatan atau media
yang menurut bentuk sasaran dan corak ragamnya untuk tujuan komersial yang dipergunakan
untuk memperkenalkan, menganjurkan atau menjukkan suatu barang, jasa atau orang, ataupun
untuk menarik perhatian umum kepada suatu barang, jasa atau orang yang ditempatkan atau
yang dapat dilihat, dibaca dan/atau didengar dari satu tempat oleh umum kecuali dilakukan
oleh pemerintah.
Pajak reklame dapat digolongkan menjadi :
Reklame Papan/ Blecbort/Megatron
Reklame Kain
Reklame melekat (stiker)
Reklame sebaran
Reklame berjalan termasuk kendaraan
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009
138
Reklame Udara
Reklame Suara
Reklame filin/ seide
Reklame peragaan
Peraturan daerah tentang Pajak Reklame mengatur tentang objek dan subjek pajak,
sumber pajak, dasar pengenaan pajak dan tariff pajak, wilayah pemungutan dan tata cara
perhitungan pajak, masa pajak, saat pajak terutang dan surat pemberitahuan pajak daerah, tata
cara perhitungan dan penetapan pajak, tata cara pembayaran, tata cara penagihan,
pengurangan, keringanan dan pembebasan pajak, pembentulan, pembatalan, pengurangan
ketetapan dan penghapusan, pengurangan sanksi administrasi dan hal-hal lain yang berkenaan
dengan peraturan daerah ini.
Selain itu penggunaan peraturan daerah ini dilakukan berdasarkan 4 azas
yaitu :
1.
azas yuridis, bahwa pearturan daerah yang dibentuk harus dapat
memberikan jaminan hokum, bagi daerah maupun masyarakat daerah tersebut yang artinya
bahwa pengenaan pajak harus berdasarkan undang-undang
2.
azas keadilan, bahwa peraturan daerah yang dibentuk harus seadiladil mungkin dalam penentuan pajak yang akan dipungut artinya bahwa kepentingan
masyarakat merupakan dasar keadilan dalam pemungutan pajak.
3.
azas ekonomis, bahwa peraturan daerah yang dibentuk jangan
menghambat lancarnya produksi dan perdagangan dan menghalangi rakyat dalam
usahanya mencari kebahagian maupun merugikan kepentingan umum
4.
azas financial, bahwa pajak yang diatur dalam peraturan daerah
haruslah sekecil mungkin. Disamping itu untuk menghindarkan tertimbunnya tunggakan
pajak, maka haruslah selalu diteliti apakah syarat-syarat penting telah dipenuhi untuk
memungut pajak dengan efektif.
Dengan berpedoman kepada 4 azas tersebut peraturan daerah tentang pajak reklame
dapat diselenggarakan dengan baik dan memberikan nilai tambah bagi pendapatan asli daerah.
II. PENJELASAN PASAL DEMI PASAL
Pasal 1
Cukup Jelas
Pasal 2
Ayat 1
Cukup Jelas
Ayat 2
Cukup Jelas
Ayat 3
Reklame papan/ billbord/ megatron
Reklame Kain : Reklame yang terbuat dari kain dengan ukuran tertentu (spanduk)
Reklame melekat (stiker)
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009
139
Reklame sebaran
Reklame berjalan termasuk kendaraan
Reklame Udara
Reklame Suara
Reklame filin/ seide
Reklame peragaan
Pasal 3
Cukup Jelas
Pasal 4
Ayat 1 dan 2
Cukup Jelas
Pasal 5
Ayat 1,2,3,4 dan 5
Cukup Jelas
Pasal 6
Cukup Jelas
Pasal 7
Ayat 1
Pajak yang terutang dipungut diwilayah daerah yaitu daerah dimana pajak reklame
itu dipungut
Ayat 2
Besarnya pajak yang terutang dapat dihitung dengan cara tarif pajak 15 % x nilai
sewa reklame
Pasal 8
Cukup Jelas
Pasal 9
Cukup Jelas
Pasal 10
Ayat 1
SPTPD singkatan Surat Pemberitahuan
Pajak Daerah adalah surat yang
dipergunakan oleh wajib pajak untuk melaporkan perhitungan dan pembayaran
pajak yang terutang menurut peraturan perundang-undangan perpajakan daerah
Ayat 2
Cukup Jelas
Ayat 3
Cukup Jelas
Ayat 4
Cukup Jelas
Ayat 5
Cukup Jelas
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009
140
Pasal 11
Ayat 1
Cukup Jelas
Ayat 2
Pajak yang dipungut melalui rekening listrik hanya
dapat dilakukan apabila
pemungutan pajak melakukan kerjasama dengan PLN yang sama penggunaannya
dengan SKPD (Surat Ketetapan Pajak Daerah).
Ayat 3
Setiap pajak terutang tidak atau kurang dibayar setelah lewat waktu yang
telah
ditentukan yaitu 30 hari sejak SKPD diterima maka dikenakan sanksi berupa bunga
2 % dari besarnya pajak.
Pasal 12
Ayat 1,2 dan 3
Cukup Jelas
Ayat 4,5,6 dan 7
Cukup Jelas
Pasal 13
Ayat 1,2 dan 3
Cukup Jelas
Pasal 14
Ayat 1,2,3 dan 4
Cukup Jelas
Ayat 5
Ditetapkan dengan Keputusan Bupati, sebagai pelaksanaan peraturan daerah ini.
Pasal 15
Ayat 1 dan 2
Cukup Jelas
Pasal 16
Ayat 1,2 dan 3
Cukup Jelas
Pasal 17
Ayat 1 dan 2
Cukup Jelas
Pasal 18
Cukup Jelas
Pasal 19
Cukup Jelas
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009
141
Pasal 20
Cukup Jelas
Pasal 21
Cukup Jelas
Pasal 22
Ayat 1 dan 2
Cukup Jelas
Pasal 23
Ayat 1
Cukup Jelas
Ayat 2
Cukup Jelas
Ayat 3 dan 4
Cukup Jelas
Pasal 24
Ayat 1,2,3, 4 dan 5
Cukup Jelas
Pasal 25
Ayat 1 dan 2
Cukup Jelas
Pasal 26
Cukup Jelas
Pasal 27
Ayat 1,2 dan 3
Cukup Jelas
Ayat 4,5 dan 6
Cukup Jelas
Pasal 28
Ayat 1 dan 2
Cukup Jelas
Pasal 29
Cukup Jelas
Pasal 30
Cukup Jelas
Pasal 31
Cukup Jelas
Pasal 32
Cukup Jelas
Pasal 33
Cukup Jelas
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009
142
Mengingat
a.
b.
1.
2.
3.
143
4.
5.
6.
7.
8.
9.
11. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 170 Tahun 1993 Tentang
Pedoman Tata Cara Pemungutan Pajak Daerah;
12. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 173 Tahun 1997 tentang Tata
Cara Pemeriksaan di Bidang Pajak Daerah;
13. Keputusan Menteri Dalam Negeri nomor 21 Tahun 2001 tentang Teknik
Penyusunan dan Materi Muatan Produk Produk Hukum Daerah;
14. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 22 Tahun 2001 tentang Bentuk
Bentuk Produk Produk Hukum Daerah;
15. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 23 Tahun 2001 tentang
Prosedur Penyusunan Produk Hukum Daerah;
16. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 24 Tahun 2001 tentang
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009
144
PERATURAN DAERAH
PAJAK HOTEL.
KABUPATEN
LAMANDAU
145
TENTANG
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan :
1.
Daerah adalah Kabupaten Lamandau;
2.
Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Daerah Kabupaten Lamandau;
3.
Bupati adalah Bupati Lamandau;
4.
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Lamandau yang
selanjutnya disebut DPRD adalah Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Lamandau;
5.
Dinas Pendapatan Daerah adalah Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten
Lamandau;
6.
Pajak Hotel yang selanjutnya disebut Pajak adalah pungutan daerah
atas pelayanan hotel;
7.
Hotel adalah bangunan khusus disediakan bagi orang untuk
menginap / istirahat, memperoleh pelayanan dan atau fasilitas lainnya dengan dipungut
bayaran termasuk bangunan yang menyatu, dikelola dan dimiliki oleh pihak yang sama kecuali
pertokoan dan perkantoran;
8.
Pengusaha Hotel adalah perorangan atau badan yang
menyelenggarakan usaha hotel untuk dan atas nama sendiri atau untuk dan atas nama pihak
lain yang menjadi tanggungannya;
9.
Tempat usaha adalah lokasi untuk melakukan usaha yang
dilaksanakan secara teratur dalam bidang usaha tertentu dengan maksud mencari keuntungan
dan atau laba;
10.
Wajib Pajak adalah orang pribadi atau badan yang menurut ketentuan
Peraturan Perundang-undangan Perpajakan Daerah diwajibkan untuk melakukan pembayaran
pajak terutang termasuk pemungut atau pemotongan pajak tertentu;
11.
Penginap adalah orang pribadi yang menginap atau istirahat yang
memperoleh pelayanan dan atau fasilitas lainnya dihotel dengan dipungut bayaran;
146
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
Surat Pemberitahuan Pajak Daerah yang selanjutnya disingkat SPTPD adalah Surat yang
digunakan oleh wajib pajak untuk melaporkan penghitungan dan/ atau pembayaran pajak,
objek pajak dan/ atau bukan objek pajak dan/ atau harta dan kewajiban menurut Peraturan
perundang-undangan Perpajakan Daerah;
Surat Setoran Pajak Daerah yang selanjutnya disingkat SSPD adalah Surat yang digunakan
oleh wajib pajak untuk melakukan pembayaran atau penyetoran pajak yang terutang beserta
kewajiban perpajakan lainnya ke Kas Daerah atau ketempat lain yang ditetapkan oleh
Bupati;
Surat Ketetapan Pajak Daerah yang selanjutnya disingkat SKPD adalah Surat Ketetapan
Pajak yang menentukan besarnya jumlah pokok pajak yang terutang;
Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar yang selanjutnya disingkat SKPDKB adalah
Surat Ketetapan Pajak yang menentukan besarnya jumlah pokok pajak, jumlah kredit pajak,
jumlah kekurangan pambayaran pokok pajak, besarnya sanksi administrasi dan jumlah yang
harus dibayar;
Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar Tambahan yang selanjutnya disingkat
SKPDKBT adalah Surat Ketetapan Pajak yang menentukan tambahan atas jumlah pajak
yang telah ditetapkan;
Surat Ketetapan Pajak Daerah Lebih Bayar yang selanjutnya disingkat SKPDLB adalah
Surat Ketetapan Pajak yang menentukan jumlah kelebihan pembayaran pajak, karena
jumlah kredit pajak lebih besar dari pada pajak yang terutang atau tidak seharusnya
terutang;
Surat Ketetapan Pajak Nihil yang selanjutnya disingkat SKPDN adalah Surat Ketetapan
Pajak yang menetukan jumlah pokok pajak sama besarnya dengan jumlah kredit pajak atau
pajak tidak terutang dan tidak ada kredit pajak;
Surat Tagihan Pajak Daerah yang selanjutnya disingkat STPD adalah Surat untuk
melakukan tagihan pajak dan/ atau sanksi administrasi berupa bunga dan/ atau denda;
Pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan untuk mencari, mengumpulkan dan mengelola
data atau keterangan lainnya dalam rangka mengawasi kepatuhan pemenuhan kewajiban
Pajak Daerah berdasarkan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku;
Penyidik adalah Pejabat Polisi Negara Republik Indonesia atau Pejabat Pegawai Negeri
Sipil tertentu yang diberi wewenang khusus oleh Undang-Undang untuk melakukan
Penyidikan;
Penyidikan adalah serangkaian tindakan penyidik dalam hal dan menurut cara yang diatur
dalam Undang-Undang untuk mencari serta mengumpulkan bukti yang dengan bukti itu
membuat terang tindak pidana yang terjadi dan guna menemukan tersangkanya;
BAB II
NAMA OBJEK, SUBJEK DAN WAJIB PAJAK
Pasal 2
Dengan nama Pajak Hotel dipungut pajak atas setiap pelayanan hotel.
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009
147
Pasal 3
(1) Objek Pajak adalah setiap pelayanan yang disediakan hotel dengan pembayaran di hotel.
(2) Pelayanan yang disediakan di hotel sebagaiman dimaksud ayat (1) meliputi :
a.
Fasilitas Penginapan atau fasilitas tinggal jangka pendek antara lain, gubuk
pariwisata/ pondok wisata ( cottage ), motel, wisma pariwisata, pesenggerahan ( hotel),
losmen dan rumah penginapan, termasuk rumah kos dengan jumlah kamar 10 (sepuluh)
atau lebih yang menyediakan fasilitas seperti rumah penginapan.
b.
Pelayanan penunjang antara lain telepon, faxsimile, telex, fotocopy, pelayanan,
cuci, setrika, taksi dan pengangkutan lainnya yang disediakan atau dikelola hotel.
c.
Fasilitas olah raga dan hiburan antara lain : Pusat kebugaran ( fietness center)
kolam renang, tenis, golp, karoke, pub, diskotik yang disediakan dan dikelola hotel yang
dipergunakan oleh tamu hotel.
d.
Jasa persewaan ruangan untuk kegiatan acara atau pertemuan di hotel.
(3) Dikecualikan dari objek pajak adalah :
a. Penyewaan rumah atau kamar, apartemen dan atau fasilitas tempat tinggallainnya tidak
menyatu dengan hotel.
b. Asrama dan pasantren.
c. Fasilitas oalah raga dan hiburan yang disediakan di hotel yang digunakan oleh bukan
tamu hotel dengan pembayarannya.
d. Pertokoan, perkantoran, perbankan, salon yang dipakai oleh umum di hotel.
e. Pelayanan perjalanan wisata yang diselenggarakan oleh hotel dan dapat dimanfaatkan
oleh umum.
Pasal 4
(1) Subjek Pajak adalah Orang Pribadi atau Badan yang melakukan pembayaran kepada Restoran
Rumah Makan/ Warung Makan, Caf, Bar, dan sejenisnya.
(2) Wajib Pajak Restoran atau Rumah Makan adalah Pengusaha Restoran Rumah Makan/ Warung
Makan, Caf, Bar dan sejenisnya.
BAB III
DASAR PENGENAAN DAN TARIF PAJAK
Pasal 5
Dasar Pengenaan Pajak adalah jumlah pembayaran yang dikenakan kepada hotel.
Pasal 6
Besarnya tarif Pajak hotel ditetapkan sebesar 10 % (sepuluh perseratus) dari dasar pengenaan Pajak
yang dilakukan kepada hotel.
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009
148
BAB IV
WILAYAH PEMUNGUTAN DAN CARA PENGHITUNGAN PAJAK
Pasal 7
(1) Pajak yang terutang dipungut di wilayah Kabupaten Lamandau.
(2) Besarnya Pajak yang terutang dihitung dengan cara mengalikan Tarif Pajak sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 6 dengan Dasar Pengenaan Pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5
Peraturan Daerah ini.
BAB V
MASA PAJAK, SAAT PAJAK TERUTANG DAN
SURAT PEMBERITAHUAN PAJAK DAERAH
Pasal 8
Masa Pajak adalah jangka waktu yang lamanya 1 (satu) Bulan Takwin
Pasal 9
Pajak Terutang dihitung dalam masa pajak pada saat kegiatan pelayanan di Restoran, Rumah
Makan/ Warung Makan, caf, Bar dan sejenisnya.
Pasal 10
(1) Setiap pengusaha hotel sebagaimana wajib pajak, mengisi SPTPD.
(2) SPTPD sebagaimana dimaksud ayat (1) harus diisi dengan jelas, benar dn lengkap serta
ditanda tangani oleh Wajib Pajak atau Kuasanya.
(3) SPTPD sebagaimana dimaksud ayat (1) harus disampaikan kepada Bupati atau Pejabat yang
ditunjuk selambat-lambatnya 15 (lim belas) hari setelah berakhirnya masa Pajak.
(4) Bentuk, isi dan tata cara pengisian SPTPD ditetapkan oleh Bupati atau Pejabat yang ditunjuk.
BAB VI
TATA CARA PERHITUNGAN DAN PENETAPAN PAJAK
Pasal 11
(1) Berdasrkan SPTPD sebagaimana dimaksud Pasal 10 ayat (2), Bupati atau Pejabat yang
ditunjuk menetapkan Pajak Terutang dengan menerbitkan Surat Ketetapan Pajak Daerah
(SKPD).
149
(2) Apabila SKPD sebagaimana dimaksud ayat (1) tidak atau kurang bayar setelah lewat waktu
paling lama 30 (tiga puluh) hari sejak SKPD diterima dikenakan Sanksi administrasi berupa
bunga sebesar 2 % (dua perseratus) sebulan dan ditagih dengan menerbitkan Surat Tagihan
Pajak Daerah (STPD).
Pasal 12
(1) Wajib Pajak yang membayar sendiri SPTPD sebagaimana dimaksud Pasal 10 ayat (1)
digunakan untuk menghitung, memperhitungkan dan menetapkan sendiri Pajak yang terutang.
(2) Dalam jangka waktu 5 (lima) tahun sesudah terutangnya Pajak, Bupati atau Pejabat yang
ditunjuk dapat menerbitkan :
a.
b.
KPDKB;
SKPDKBT;
c.
SKPDN.
(3)
Apabila berdasarkan hasil pemeriksaan atau keterangan lain pajak yang terutang tidak
atau kurang dibayar, dikenakan sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2 % (dua
perseratus) sebulan dihitung dari Pajak yang kurang atau terlambat dibayar untuk jangka
waktu paling lama 24 (dua puluh empat) bulan dihitung sejak terutangnya pajak;
b.
Apabila SPTPD tidak disampaikan dalam jangka waktu yang ditentukan dan telah
ditegur secara tertulis, dikenakan sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2 % (dua
perseratus) sebulan dihitung dari pajak yang kurang atau terlambat di bayar untuk jangka
waktu paling lama 24 (dua puluh empat) bulanterhitung sejak saat terutangnya pajak;
c. Apabila kewajiban mengisi SPTPD tidak dipenuhi, pajak yang terutang dihitung secara
jabatan dan dikenakan sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2 % (dua perseratus)
sebulan dihitung dari pajak yang kurang atau terlambat dibayar untuk jangka waktu paling
lama 24 (dua puluh empat) bulan terhitung sejak saat terutangnya pajak.
(1)
SKPDKBT sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf c diterbitkan apabila
ditemukan data baru atau data yang semula belum terungkap yang menyebabkan penambahan
jumlah pajak yang terutang, akan dikenakan sanksi adminstrasi berupa kenaikan 100 %
(seratus perseratus) dari jumlah kekurangan pajak tersebut.
(2)
SKPDN sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf c diterbitkan apabila jumlah
pajak yang terutang sama besarnya dengan jumlah kredit pajak atau pajak tidak terutang dan
tidak ada kredit pajak.
(3)
(4)
Penambahan jumlah pajak yang terutang sebagaimana dimaksud ayat (4) tidak
dikenakan apabila wajib pajak melaporkan sendiri sebelum dilakukan tindakan pemeriksaan.
150
BAB VII
TATA CARA PEMBAYARAN
Pasal 13
(1) Pembayaran Pajak dilakukan di Kas Daerah atau tempat lain yang ditunjuk oleh Bupati sesuai
waktu yang ditentukan dalam SPTPD, SKPD, SKPDKB, SKPDKBT dan SKPDN
(2) Apabila pembayaran pajak dilakukan ditempat lain yang ditunjuk, hasil penerimaan pajak
harus disetor ke Kas Daerah selambat-lambatnya 1 x 24 jam atau waktu yang ditentukan oleh
BupatiPembayaran Pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) dilakukan dengan
menggunakan SSPD
Pasal 14
Pembayaran pajak harus dilakukan sekaligus atau lunas.
Pasal 15
(1) Setiap pembayaran pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 diberikan tanda bukti
pembayaran dan dicatat dalam Buku Penerima Pajak.
(2) Bentuk, jenis, isi, ukuran tanda bukti pembayaran dan buku penerimaan pajak sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1) ditetapkan oleh Bupati atau Pejabat yang ditunjuk.
BAB VIII
TATA CARA PENAGIHAN PAJAK
Pasal 16
(1)
Surat Teguran atau Surat Peringatan atau Surat lain yang sejenis sebagai
awal tindak pelaksanaan penagihan pajak dikeluarkan 7 (tujuh) hari sejak saat jatuh tempo
pembayaran.
(2)
Dalam jangka 7 (tujuh) hari setelah tanggal Surat Teguran atas Surat
Peringatan atau Surat lain yang sejenis, Wajib Pajak harus melunasi Pajak yang terutang.
(3)
Surat Teguran atau Surat Peringatan atau Surat lain yang sejenis
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikeluarkan oleh Pejabat yang ditunjuk.
Pasal 17
151
(1) Apabila jumlah pajak yang masih harus dibayar tidak dilunasi dalam jangka waktu
sebagaimana ditentukan dalam Surat Teguran atau Surat Peringatan atau Surat lain yang
sejenis, jumlah pajak yang harus dibayar ditagih dengan Surat Paksa.
(2) Pejabat menerbitkan Surat Paksa segera setelah lewat 21 (dua puluh satu) hari sejak tanggal
Surat Teguran atau Surat Peringatan atau Surat lain yang sejenis.
Pasal 18
Apabila Pajak yang harus dibayar tidak dilunasi dalam jangka waktu 2 x 24 jam setelah tanggal
pemberitahuan Surat Paksa, Pejabat segera menerbitkan Surat Perintah Melakukan Penyitaan.
Pasal 19
Setelah dilakukan penyitaan dan Wajib Pajak belum juga melunasi utang pajaknya, setelah 10
(sepuluh) hari sejak tanggal pelaksanaan Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan, Pejabat
mengajukan permintaan penetapan tanggal Pelelangan kepada Kantor Lelang Negara.
Pasal 20
Setelah Kantor Lelang Negara menetapkan hari, tanggal jam dan tempat pelaksanaan lelang, Juru
Sita memberitahukan dengan segera secara tertulis kepada Wajib Pajak.
152
Pasal 21
Bentuk, Jenis dan Isi Formulir yang digunakan untuk pelaksanaan penagihan Pajak Daerah
ditetapkan oleh Bupati atau pejabat yang ditunjuk.
BAB IX
PENGURANGAN, KERINGANAN DAN PEMBEBASAN PAJAK
Pasal 22
(1)
153
Bupati atau pejabat yang ditunjuk paling lama 3 (tiga) bulan sejak surat permohonan
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diterima, sudah harus memberikan Keputusan.
(4)
Apabila setelah lewat waktu 3 (tiga) bulan sebagaimana dimaksud pada ayat (30)
Bupati atau Pejabat yang ditunjuk tidak memberikan keputusan, permohonan, pembetulan,
pembatalan, pengurangan ketetapan dan penghapusan atau pengurangan sanksi adminstrasi
dianggap dikabulkan.
BAB XI
KEBERATAN DAN BANDING
Pasal 24
(1) Wajib Pajak dapat mengajukan keberatan hanya kepada Bupati atau Pejabat yang ditunjuk
atas suatu :
a.
b.
c.
d.
e.
SKPD;
SKPDKB;
SKPDKBT;
SKPDLB;
SKPDN.
(2)
Permohonan keberatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus disampaikan
secara tertulis dalam Bahasa Indonesia paling lama 3 (tiga) bulan sejak tanggal SKPD,
SKPDKB, SKPDKBT, SKPDLB dan SKPDN diterima oleh Wajib Pajak, kecuali apabila
Wajib Pajak dapat menunjukan bahwa jangka waktu itu tidak dapat dipenuhi karena keadaan
diluar kekuasaannya.
(3) Bupati atau Pejabat yang ditunjuk dalam jangka waktu paling lama 12 (dua belas) bulan sejak
tanggal Surat Permohonan Keberatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) sudah
memberikan keputusan.
154
Pasal 25
(1) Wajib Pajak dapat mengajukan banding kepada Badan Penyelesaian Sengketa Pajak dalam
jangka waktu 3 (tiga) bulan setelah diterimanya keputusan keberatan.
(2) Pengajuan Banding sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak menunda kewajiban
membayar Pajak.
(3) Apabila jangka waktu 3 (tiga) bulan sebagaimana dimaksud ayat (1) dilampaui, pengajuan
keberatan dianggap gugur atau tidak diterima.
Pasal 26
Apabila pengajuan keberatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 atau banding sebagaiman
dimaksud Pasal 25 dikabulkan sebagian atau seluruhnya kelebihan pembayaran Pajak
dikembalikan dengan ditambah imbalan bunga sebesar 2 % (dua perseratus) sebulan untuk paling
lama 24 (dua puluh empat) bulan.
BAB XII
PENGEMBALIAN KELEBIHAN PEMBAYARAN PAJAK
Pasal 27
(1) Wajib Pajak dapat mengajukan permohonan pengembalian kelebihan pembayaran Pajak
kepada Bupati atau Pejabat yang ditunjuk secara tertulis dengan menyebutkan sekurangkurangnya :
a.
b.
c.
d.
Apabila jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilampaui, Bupati atau
Pejabat yang ditunjuk tidak memberikan keputusan, permohonan pengembalian kelebihan
pembayaran pajak dianggap dikabulkan dan SKPDLB harus diterbitkan dalam waktu paling
lama 1 (satu) bulan.
(4)
Apabila Wajib Pajak mempunyai utang pajak lainnya, kelebihan pembayaran pajak
sebagaimana dimaksud ayat (2) langsung diperhitungkan untuk melunasi terlebih dahulu
utang pajak dimaksud.
155
(5)
(6)
Apabila kelebihan pembayaran pajak diperhitungkan dengan utang pajak lainnya, sebagaiman
dimaksud Pasal 27 ayat (4), pembayaran dilakukan dengan cara pemindah bukuan dan bukti
pemindah bukuan juga berlaku sebagai bukti pembayaran.
BAB XIII
K E DALU WAR S A
Pasal 29
(1) Hak untuk melakukan penagihan pajak, kedaluwarsa selama melampaui jangka waktu 5
(lima) tahun terhitung sejak terutangnya pajak, kecuali apabila Wajib Pajak melakukan
tindakan Pidana di bidang Perpajakn Daerah.
(2) Kadaluwarsa penagihan pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tertangguh apabila
a. Telah diterbitkan surat teguran dan Surat Paksa atau;
b. Ada pengakuan utang pajak dari Wajib Pajak baik langsung maupun tidak langsung
BAB XIV
PELAKSANAAN DAN PENGAWASAN
Pasal 30
(1) Pelaksana Peraturan daerah ini adalah Dinas Pendapatan Daerah.
(2) Pengawasan atas pelaksanaan Peraturan daerah ini dilaksanakan oleh Tim yang dibentuk
dengan Keputusan Bupati
156
BAB XV
KETENTUAN PIDANA
Pasal 31
(1) Wajib Pajak yang karena kealpaannya tidak menyampaikan SPTPD atau mengisi dengan tidak
benar atau tidak lengkap atau melampirkan keterangan yang tidak benar sehingga merugikan
Keuangan Daerah dapat dipidana dengan Pidana Kurungan paling lama 3 (tiga) bulan dan
atau denda paling banyak Rp. 2.500.000,- (dua juta lima ratus ribu rupiah).
(2) Wajib Pajak yang dengan sengaja tidak menyampaikan SPTPD atau mengisi dengan tidak
benar atau tidak lengkap atau melampirkan keterangan yang tidak benar sehingga merugikan
Keuangan Daerah dapat dipidana dengan Pidana Kurungan paling lama 6 (enam) bulan dan
atau denda paling banyak Rp. 5.000.000,- (lima juta rupiah).
(3) Tindak Pidana sebagaimana dimaksud ayat (1) dan ayat (2) adalah pelanggaran
157
BAB XVI
PE N YI D I K AN
Pasal 32
(1) Selain Pejabat Penyidik Polisi Negara Republik Indonesia, Pejabat Penyidik Pegawai Negeri
Sipil (PPNS) tertentu yang lingkup tugas dan tanggung jawabnya meliputi Peraturan Daerah
ini diberi wewenang khusus sebagai penyidik untuk melakukan penyidikan atas pelanggaran
tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Daerah ini.
(2) Dalam melaksanakan Tugas Penyelidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berwenang :
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
k.
l.
158
(3) Pejabat Penyidik sebagaimana dimaksud ayat (1) Pasal ini membuat Berita Acara setiap
tindakan tentang :
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
Pemeriksaan Tersangka;
Pemasukan Rumah;
Penggeledahan rumah / tempat tempat tertutup;
Penyitaan benda / barang bukti;
Pemeriksaan surat;
Pemeriksaan saksi;
Pemeriksaan ditempat kejadian dimaksud ayat (1) pasal ini memberitahukan dimulainya
penyidikan dan menyampaikan hasil penyidikan kepada Penuntut Umum / Pengadilan
Negeri dan khusus bagi Penyidik Pegawai Negeri Sipil melalui Penyidik Polisi Negara
Republik Indonesia sesuai ketentuan perundang undangan yang berlaku.
(4)
Penyidik sebagaimana dimaksud ayat (1) pasal ini memberitahukan dimulainya
penyidikan dan menyampaikan kepada penuntut umum / pengadilan negeri dan khusus bagi
penyidik Pegawai Negeri Sipil melalui Penyidik Polisi Negara Republik Indonesia sesuai
dengan ketentuan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku.
BAB XVII
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 33
Hal hal yang belum diatur dalam Peraturan Daerah ini, sepanjang mengenai pelaksanaanya akan
diatur lebih lanjut dengan keputusan Bupati
Pasal 34
Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan
159
Agar supaya setiap orang dapat mengetahui, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini
dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Lamandau
Ditetapkan di Nanga Bulik
Pada tanggal 9 Desember 2004
BUPATI LAMANDAU,
ttd
BUSTANI DJ. MAMUD
Diundangkan di
: Nanga Bulik
Pada tanggal
: 9 Desember 2004
160
PENJELASAN
ATAS
PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMANDAU
NOMOR 21 TAHUN 2004
TENTANG
P A JA K H O T E L
PENJELASAN UMUM
Sebagaimana upaya untuk meningkatkan Pendapatan Asli Daerah dan pembiayaan
pembangunan Pemerintah membuat suatu pengaturan dengan Peraturan Daerah tentang Pajak
Hotel dimana diharapkan dari penerimaan pajak hotel tersebut dapat menambah PAD. Hal ini
sesuai dengan Undang-undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak dan Retribusi dan dalam
pasal 4 Undang-undang tersebut menyebutkan bahwa setiap pajak dan retribusi harus diatur
dengan Peraturan Daerah.
Peraturan Daerah ini mengatur tentang objek, subjek dan wajib pajak dasar
pengenaan pajak dan tarif pajak, wilayah pemungutan dan tatacara perhitungan pajak, masa
pajak dan bentuk-bentuk surat yang berkenaan dengan pajak hotel, tatacara perhitungan,
pengurangan, keringanan dan pembebasan pajak, pembetulan, pengurangan ketetapan dan
penghapusan atau pengurangan sanksi administrasi.
Dalam pembentukan Peraturan Daerah Pajak Hotel dibuat berdasarkan ketentuan
Peraturan Perundang-undangan yang berlaku dengan mengacu pada tatacara penyusunan yang
benar berdasarkan keadilan, yuridis, ekonomis dan finansial.
161
Pasal 4
Ayat 1
Cukup Jelas
Ayat 2
Cukup Jelas
Pasal 5
Cukup Jelas
Pasal 6
Cukup Jelas
Pasal 7
Ayat 1
Tidak berlaku diwilayah bukan wilayah Kabupaten Lamandau
Ayat 2
Pajak yang terutang dihitung dengan tarif pajak X dasar pengeluaran pajak
Pasal 8
Cukup Jelas
Pasal 9
Cukup Jelas
Pasal 10
Ayat 1
SPTPD ( Surat Pemberitahuan Pajak Daerah)
Ayat 2
Cukup Jelas
Ayat 3
Cukup Jelas
Ayat 4
Cukup Jelas
Pasal 11
Ayat 1
Cukup Jelas
Ayat 2
Cukup Jelas
Pasal 12
Ayat 1
Cukup Jelas
Ayat 2
a. KPDKB singakatan Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar
b. SKPDKBT singkatan Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar Tambahan
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009
162
163
Pasal 18
Cukup Jelas
Pasal 19
Cukup Jelas
Pasal 20
Cukup Jelas
Pasal 21
Dibuat dalam Surat Keputusan Bupati Lamandau sebagai pelaksana peraturan daerah ini.
Pasal 22
Ayat 1
Dibuat dalam surat Keputusan Bupati sebagai pelaksana peraturan daerah ini
Ayat 2
Cukup Jelas
Pasal 23
Ayat 1
Cukup Jelas
Ayat 2
Cukup Jelas
Ayat 3 dan 4
Cukup Jelas
Pasal 24
Ayat 1
Setiap keberatan yang diajukan oleh wajib pajak hanya dapat diajukan kepada Bupati
atau Pejabat yang ditentukan oleh Bupati sebagai pelaksana (Dispenda)
Ayat 2
Cukup Jelas
Pasal 25
Ayat 1
Cukup Jelas
Ayat 2
Cukup Jelas
Pasal 26
Cukup Jelas
Pasal 27
Ayat 1,2,3,4 dan 5
Cukup Jelas
164
Pasal 28
Ayat 1
Cukup Jelas
Pasal 29
Ayat 1
Cukup Jelas
Ayat 2
Cukup Jelas
Pasal 30
Ayat 1
Cukup Jelas
Ayat 2
Tim sebagaimana maksud pasal ini dikoordinir oleh kepala Dinas Pendapatan
Daerah sebagai pelaksana dari peraturan daerah ini
Pasal 31
Ayat 1
Cukup Jelas
Ayat 2
Cukup Jelas
Ayat 3
Cukup Jelas
Pasal 32
Ayat 1,2,3 dan 4
Cukup Jelas
Pasal 33
Cukup Jelas
Pasal 34
Cukup Jelas
165
Mengingat
a.
b.
1.
2.
3.
4.
166
5.
6.
7.
8.
9.
10. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 170 Tahun 1993 Tentang
Pedoman Tata Cara Pemungutan Pajak Daerah;
11. Keputusan menteri Dalam Negeri Nomor 173 Tahun 1997 tentang Tata
Cara Pemeriksaan di Bidang Pajak Daerah;
12. Keputusan Menteri Dalam Negeri nomor 21 Tahun 2001 tentang Teknik
Penyusunan dan Materi Muatan Produk Produk Hukum Daerah;
13. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 22 Tahun 2001 tentang Bentuk
Bentuk Produk Produk Hukum Daerah;
14. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 23 Tahun 2001 tentang
Prosedur Penyusunan Produk Hukum Daerah;
15.
167
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan :
1. Daerah adalah Kabupaten Lamandau;
2. Pemerintah Daerah adalah Bupati beserta Perangkat Daerah Otonom yang lain sebagai Badan
Eksekutif Daerah;
3.
4.
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Lamandau yang selanjutnya disebut DPRD
adalah Badan Legislatif Daerah;
5.
6.
Pajak Restoran adalah Pajak yang dipungut atas pelayanan Restoran kepada Pembeli
termasuk Rumah Makan/Warung Makan, Caf, Bar dan sejenisnya;
7.
Restoran adalah tempat menyantap makanan dan atau minuman yang disediakan dengan
dipungut bayaran tidak termasuk Usaha Jasa Boga atau Katering;
8.
Pengusaha Restoran adalah orang pribadi atau Badan dengan nama dan bentuk apapun yang
mengusahakan Restoran;
168
9.
Wajib Pajak adalah Orang Pribadi atau Badan yang menurut ketentuan Peraturan perundangundangan Perpajakan Daerah diwajibkan untuk melakukan pembayaran Pajak terutang
termasuk pemungut atau pemotong pajak tertentu;
10. Pembeli adalah orang pribadi atau Badan yang membeli dan atau memesan makanan dan/
atau minuman pada Restoran, Rumah Makan/ Watung Makan, Caf, Bar dan sejenisnya;
11. Surat Pemberitahuan Pajak Daerah yang selanjutnya disingkat SPTPD adalah Surat yang
digunakan oleh wajib pajak untuk melaporkan penghitungan dan/ atau pembayaran pajak,
objek pajak dan/ atau bukan objek pajak dan/ atau harta dan kewajiban menurut Peraturan
perundang-undangan Perpajakan Daerah;
12. Surat Setoran Pajak Daerah yang selanjutnya disingkat SSPD adalah Surat yang digunakan
oleh wajib pajak untuk melakukan pembayaran atau penyetoran pajak yang terutang beserta
kewajiban perpajakan lainnya ke Kas Daerah atau ketempat lain yang ditetapkan oleh Bupati;
13. Surat Ketetapan Pajak Daerah yang selanjutnya disingkat SKPD adalah Surat Ketetapan
Pajak yang menentukan besarnya jumlah pokok pajak yang terutang;
14. Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar yang selanjutnya disingkat SKPDKB adalah
Surat Ketetapan Pajak yang menentukan besarnya jumlah pokok pajak, jumlah kredit pajak,
jumlah kekurangan pambayaran pokok pajak, besarnya sanksi administrasi dan jumlah yang
harus dibayar;
15. Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar Tambahan yang selanjutnya disingkat
SKPDKBT adalah Surat Ketetapan Pajak yang menentukan tambahan atas jumlah pajak yang
telah ditetapkan;
16. Surat Ketetapan Pajak Daerah Lebih Bayar yang selanjutnya disingkat SKPDLB adalah Surat
Ketetapan Pajak yang menentukan jumlah kelebihan pembayaran pajak, karena jumlah kredit
pajak lebih besar dari pada pajak yang terutang atau tidak seharusnya terutang;
17. Surat Ketetapan Pajak Nihil yang selanjutnya disingkat SKPDN adalah Surat Ketetapan Pajak
yang menetukan jumlah pokok pajak sama besarnya dengan jumlah kredit pajak atau pajak
tidak terutang dan tidak ada kredit pajak;
18. Surat Tagihan Pajak Daerah yang selanjutnya disingkat STPD adalah Surat untuk melakukan
tagihan pajak dan/ atau sanksi administrasi berupa bunga dan/ atau denda;
19. Pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan untuk mencari, mengumpulkan dan mengelola data
atau keterangan lainnya dalam rangka mengawasi kepatuhan pemenuhan kewajiban pajak
daerah berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku;
20. Penyidik adalah Pejabat Polisi Negara Republik Indonesia atau Pejabat Pegawai Negeri Sipil
tertentu yang diberi wewenang khusus oleh Undang-Undang untuk melakukan Penyidikan;
21. Penyidikan adalah serangkaian tindakan penyidik dalam hal dan menurut cara yang diatur
dalam Undang-Undang untuk mencari serta mengumpulkan bukti yang dengan bukti itu
membuat terang tindak pidana yang terjadi dan guna menemukan tersangkanya;
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009
169
BAB II
NAMA OBJEK, SUBJEK DAN WAJIB PAJAK
Pasal 2
Dengan nama Pajak Restoran dipungut Pajak atas setiap pembayaran di Restoran, Rumah Makan/
Warung Makan, Caf, Bar dan sejenisnya.
Pasal 3
(1) Objek Pajak adalah setiap pelayanan yang disediakan Restoran dengan pembayaran;
(2) Termasuk dalam Objek Pajak Restoran sebagaimana dimaksud ayat (1) adalah Rumah
Makan/ Warung Makan, Caf, Bar dan sejenisnya;
(3) Pelayanan yang disediakan di restoran meliputi penjualan makanan dan/ atau minuman,
termasuk penyediaan penjualan makanan dan/ atau minuman yang diantar/ dibawa pulang
atau yang menggunakan tenda, Caf, Bar dan sejenisnya;
(4) Tidak termasuk Objek Pajak sebagaimana dimaksud ayat (1) adalah pelayanan Usaha Jasa
Boga atau Katering;
Pasal 4
(1) Subjek Pajak adalah Orang Pribadi atau Badan yang melakukan pembayaran kepada Restoran
Rumah Makan/ Warung Makan, Caf, Bar, dan sejenisnya.
(2) Wajib Pajak Restoran atau Rumah Makan adalah Pengusaha Restoran Rumah Makan/ Warung
Makan, Caf, Bar dan sejenisnya.
BAB III
DASAR PENGENAAN DAN TARIF PAJAK
Pasal 5
Dasar Pengenaan Pajak adalah jumlah pembayaran yang dibayar oleh Pembeli kepada Pengusaha
Restoran Rumah Makan/ Warung Makan, Caf, Bar dan sejenisnya.
Pasal 6
Besarnya tarif Pajak Restoran atau Rumah Makan ditetapkan sebesar 10 % (sepuluh perseratus)
dari Dasar pengenaan Pajak yang dibayar oleh Pembeli kepada Pengusaha Restoran, Rumah
Makan/ Warung Makan, Caf, Bar dan sejenisnya.
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009
170
BAB IV
WILAYAH PEMUNGUTAN DAN
CARA PENGHITUNGAN PAJAK
Pasal 7
(1) Pajak yang terutang dipungut di wilayah Kabupaten Lamandau.
(2) Besarnya Pajak yang terutang dihitung dengan cara mengalikan Tarif Pajak sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 6 dengan Dasar Pengenaan Pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal
5 Peraturan Daerah ini.
BAB V
MASA PAJAK, SAAT PAJAK TERUTANG DAN
SURAT PEMBERITAHUAN PAJAK DAERAH
Pasal 8
Masa Pajak adalah jangka waktu yang lamanya 1 (satu) Bulan Takwin.
Pasal 9
Pajak Terutang dihitung dalam masa pajak pada saat kegiatan pelayanan di Restoran, Rumah
Makan/ Warung Makan, caf, Bar dan sejenisnya.
Pasal 10
(1) Setiap Pengusaha Restoran, Rumah makan/ Warung Makan, Caf, Bar dan sejenisnya di
daerah wajib mendaftarkan diri sebagai Wajib Pajak dan wajib mengisi SPTPD.
(2) SPTPD sebagaimana dimaksud ayat (1) harus diisi dengan jelas, benar dn lengkap serta
ditanda tangani oleh Wajib Pajak atau Kuasanya.
(3) SPTPD sebagaimana dimaksud ayat (1) harus disampaikan kepada Bupati atau Pejabat yang
ditunjuk selambat-lambatnya 15 (lim belas) hari setelah berakhirnya masa Pajak.
(4) Bentuk, isi dan tata cara pengisian SPTPD ditetapkan oleh Bupati atau Pejabat yang ditunjuk.
171
BAB VI
TATA CARA PERHITUNGAN DAN PENETAPAN PAJAK
Pasal 11
(1) Berdasrkan SPTPD sebagaimana dimaksud Pasal 10 ayat (2), Bupati atau Pejabat yang
ditunjuk menetapkan Pajak Terutang dengan menerbitkan Surat Ketetapan Pajak Daerah
(SKPD).
(2) Apabila SKPD sebagaimana dimaksud ayat (1) tidak atau kurang bayar setelah lewat waktu
paling lama 30 (tiga puluh) hari sejak SKPD diterima dikenakan Sanksi administrasi berupa
bunga sebesar 2 % (dua perseratus) sebulan dan ditagih dengan menerbitkan Surat Tagihan
Pajak Daerah (STPD).
Pasal 12
(1) Jangka Wajib Pajak yang membayar sendiri SPTPD sebagaimana dimaksud Pasal 10 ayat (1)
digunakan untuk menghitung, memperhitungkan dan menetapkan sendiri Pajak yang terutang.
(2) Dalam waktu 5 (lima) tahun sesudah terutangnya Pajak, Bupati atau Pejabat yang ditunjuk
dapat menerbitkan :
a. SKPDKB;
b. SKPDKBT;
c. SKPDN.
(3) SKPDKB sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a diterbitkan :
a. Apabila berdasarkan hasil pemeriksaan atau keterangan lain pajak yang terutang tidak
atau kurang dibayar, dikenakan sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2 % (dua
perseratus) sebulan dihitung dari Pajak yang kurang atau terlambat dibayar untuk jangka
waktu paling lama 24 (dua puluh empat) bulan dihitung sejak terutangnya pajak;
b. Apabila SPTPD tidak disampaikan dalam jangka waktu yang ditentukan dan telah ditegur
secara tertulis, dikenakan sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2 % (dua perseratus)
sebulan dihitung dari pajak yang kurang atau terlambat di bayar untuk jangka waktu
paling lama 24 (dua puluh empat) bulanterhitung sejak saat terutangnya pajak;
c. Apabila kewajiban mengisi SPTPD tidak dipenuhi, pajak yang terutang dihitung secara
jabatan dan dikenakan sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2 % (dua perseratus)
sebulan dihitung dari pajak yang kurang atau terlambat dibayar untuk jangka waktu
paling lama 24 (dua puluh empat) bulan terhitung sejak saat terutangnya pajak.
(4) SKPDKBT sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf c diterbitkan apabila ditemukan data
baru atau data yang semula belum terungkap yang menyebabkan penambahan jumlah pajak
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009
172
yang terutang, akan dikenakan sanksi adminstrasi berupa kenaikan 100 % (seratus perseratus)
dari jumlah kekurangan pajak tersebut.
(5) SKPDN sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf c diterbitkan apabila jumlah pajak yang
terutang sama besarnya dengan jumlah kredit pajak atau pajak tidak terutang dan tidak ada
kredit pajak.
(6) Apabila kewajiban membayar pajak terutang dalam SKPDKB dan SKPDKBT sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) huruf a dan b tidak dipenuhi atau tidak sepenuhnya dibayar dalam
jangka waktu yang telah ditentukan, ditagih dengan menerbitkan STPD ditambah dengan
sanksi administrasi berupa bunga 2 % (dua perseratus) sebulan.
(7) Penambahan jumlah pajak yang terutang sebagaimana dimaksud ayat (4) tidak dikenakan
apabila wajib pajak melaporkan sendiri sebelum dilakukan tindakan pemeriksaan.
BAB VII
TATA CARA PEMBAYAN
Pasal 13
(1) Pembayaran Pajak dilakukan di Kas Daerah atau tempat lain yang ditunjuk oleh Bupati sesuai
waktu yang ditentukan dalam SPTPD, SKPD, SKPDKB, SKPDKBT dan SKPDN.
(2) Apabila pembayaran pajak dilakukan ditempat lain yang ditunjuk, hasil penerimaan pajak
harus disetor ke Kas Daerah selambat-lambatnya 1 x 24 jam atau waktu yang ditentukan oleh
Bupati.
(3) Pembayaran Pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) dilakukan dengan
menggunakan SSPD.
Pasal 14
(1) Pembayaran pajak harus dilakukan sekaligus atau lunas.
(2) Bupati dapat memberikan persetujuan kepada wajib pajak untuk mengangsur pajak terutang
dalam kurun waktu tertentu, setelah memenuhi persyaratan yang telah ditentukan.
(3) Angsuran pembayaran pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (2) pasal ini, harus dilakukan
secara teratur dan berturt-turut dengan dikenakan bunga sebesar 2 % (dua perseratus) sebulan
dari jumlah pajak yang belum atau kurang dibayar.
(4) Bupati dapat memberikan persetujuan kepada wajib pajak untuk menunda pembayaran pajak
sampai batas waktu yang ditentukan setelah memenuhi persyaratan yang telah ditentukan
dengan dikenakan bunga 2 % (dua perseratus) sebulan dari jumlah pajak yang belum atau
kurang dibayar.
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009
173
(5) Persyaratan untuk dapat mengangsur dan menunda pembayaran serta tata cara pembayaran
angsuran dan penundaan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (4) Pasal ini
ditetapkan oleh Bupati.
Pasal 15
(1) Setiap pembayaran pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 diberikan tanda bukti
pembayaran dan dicatat dalam Buku Penerima Pajak.
(2) Bentuk, jenis, isi, ukuran tanda bukti pembayaran dan buku penerimaan pajak sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1) ditetapkan oleh Bupati atau Pejabat yang ditunjuk.
BAB VIII
TATA CARA PENAGIHAN PAJAK
Pasal 16
(1) Surat Teguran atau Surat Peringatan atau Surat lain yang sejenis sebagai awal tindak
pelaksanaan penagihan pajak dikeluarkan 7 (tujuh) hari sejak saat jatuh tempo pembayaran.
(2) Dalam jangka 7 (tujuh) hari setelah tanggal Surat Teguran atas Surat Peringatan atau Surat
lain yang sejenis, Wajib Pajak harus melunasi Pajak yang terutang.
(3) Surat Teguran atau Surat Peringatan atau Surat lain yang sejenis sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dikeluarkan oleh Pejabat yang ditunjuk.
Pasal 17
(1) Apabila jumlah pajak yang masih harus dibayar tidak dilunasi dalam jangka waktu
sebagaimana ditentukan dalam Surat Teguran atau Surat Peringatan atau Surat lain yang
sejenis, jumlah pajak yang harus dibayar ditagih dengan Surat Paksa.
(2) Pejabat menerbitkan Surat Paksa segera setelah lewat 21 (dua puluh satu) hari sejak tanggal
Surat Teguran atau Surat Peringatan atau Surat lain yang sejenis.
Pasal 18
Apabila Pajak yang harus dibayar tidak dilunasi dalam jangka waktu 2 x 24 jam setelah tanggal
pemberitahuan Surat Paksa, Pejabat segera menerbitkan Surat Perintah Melakukan Penyitaan.
174
Pasal 19
Setelah dilakukan penyitaan dan Wajib Pajak belum juga melunasi utang pajaknya, setelah 10
(sepuluh) hari sejak tanggal pelaksanaan Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan, Pejabat
mengajukan permintaan penetapan tanggal Pelelangan kepada Kantor Lelang Negara.
Pasal 20
Setelah Kantor Lelang Negara menetapkan hari, tanggal jam dan tempat pelaksanaan lelang, Juru
Sita memberitahukan dengan segera secara tertulis kepada Wajib Pajak.
Pasal 21
Bentuk, Jenis dan Isi Formulir yang digunakan untuk pelaksanaan penagihan Pajak Daerah
ditetapkan oleh Bupati atau pejabat yang ditunjuk.
BAB IX
PENGURANGAN, KERINGANAN DAN
PEMBEBASAN PAJAK
Pasal 22
(1) Bupati berdasarkan permohonan Wajib Pajak dapat memberikan pengurangan, keringanan
dan pembebasan Pajak.
(2) Tata cara pemberian pengurangan, keringanan dan pembebasan pajak sebagaimana dimaksud
pada ayat (1), ditetapkan oleh Bupati.
BAB X
PEMBETULAN, PEMBATALAN, PENGURANGAN
KETETAPAN DAN PENGHAPUSAN ATAU
PENGURANGAN SANKSI ADMINSTRASI
Pasal 23
(1) Bupati atau Pejabat yang ditunjuk atas permohonan Wajib Pajak dapat:
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009
175
a. Membetulkan SKPD atau SKPDKB atau SKPDKBT atau STPD yang dalam
penerbitannya terdapat kesalahan tulis, kesalahan hitung dan atau kekeliruan dalam
penerapan Peraturan Perundang-undangan Perpajakan Daerah.
b. Membatalkan atau mengurangkan ketetapan pajak yang tidak benar.
c. Mengurangkan atau menghapus sanksi administrasi berupa bunga, denda dan kenaikan
pajak yang terutang dalam hal sanksi tersebut dikenakan karena kekhilafan Wajib Pajak
atau bukan karena kesalahannya.
(2) Permohonan pembetulan, pembatalan, pengurangan ketetapan dan penghapusan atau
pengurangan sanksi adminstrasi atas SKPD, SKPDKB, SKPDKBT dan STPD sebagaimana
dimaksud ayat (1) harus disampaiakn secara tertulis oleh Wajib Pajak kepada Bupati atau
Pejabat yang ditunjuk selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari sejak tanggal diterima SKPD,
SKPDKB, SKPDKBT dan STPD dengan memberikan alasan yang jelas.
(3) Bupati atau pejabat yang ditunjuk paling lama 3 (tiga) bulan sejak surat permohonan
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diterima, sudah harus memberikan Keputusan.
(4) Apabila setelah lewat waktu 3 (tiga) bulan sebagaimana dimaksud pada ayat (30) Bupati atau
Pejabat yang ditunjuk tidak memberikan keputusan, permohonan, pembetulan, pembatalan,
pengurangan ketetapan dan penghapusan atau pengurangan sanksi adminstrasi dianggap
dikabulkan.
BAB XI
KEBERATAN DAN BANDING
Pasl 24
(1) Wajib Pajak dapat mengajukan keberatan hanya kepada Bupati atau Pejabat yang ditunjuk
atas suatu :
a. SKPD;
b. SKPDKB;
c. SKPDKBT;
d. SKPDLB;
e. SKPDN.
(2) Permohonan keberatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus disampaikan secara tertulis
dalam Bahasa Indonesia paling lama 3 (tiga) bulan sejak tanggal SKPD, SKPDKB,
SKPDKBT, SKPDLB dan SKPDN diterima oleh Wajib Pajak, kecuali apabila Wajib Pajak
dapat menunjukan bahwa jangka waktu itu tidak dapat dipenuhi karena keadaan diluar
kekuasaannya.
176
(3) Bupati atau Pejabat yang ditunjuk dalam jangka waktu paling lama 12 (dua belas) bulan sejak
tanggal Surat Permohonan Keberatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) sudah
memberikan keputusan.
(4) apabila setelah lewat waktu 12 (dua belas) bulan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) Bupati
atau Pejabat yang ditunjuk tidak memberikan keputusan, permohonan keberatan dianggap
dikabulkan.
(5) Pengajuan keberatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak menunda kewajiban
membayar Pajak.
Pasal 25
(1) Wajib Pajak dapat mengajukan banding kepada Badan Penyelesaian Sengketa Pajak dalam
jangka waktu 3 (tiga) bulan setelah diterimanya keputusan keberatan.
(2) Pengajuan Banding sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak menunda kewajiban
membayar Pajak.
(3) Apabila jangka waktu 3 (tiga) bulan sebagaimana dimaksud ayat (1) dilampaui, pengajuan
keberatan dianggap gugur atau tidak diterima.
Pasal 26
Apabila pengajuan keberatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 atau banding sebagaiman
dimaksud Pasal 25 dikabulkan sebagian atau seluruhnya kelebihan pembayaran Pajak
dikembalikan dengan ditambah imbalan bunga sebesar 2 % (dua perseratus) sebulan untuk paling
lama 24 (dua puluh empat) bulan.
BAB XII
PENGEMBALIAN KELEBIHAN PEMBAYARAN PAJAK
Pasal 27
(1) Wajib Pajak dapat mengajukan permohonan pengembalian kelebihan pembayaran Pajak
kepada Bupati atau Pejabat yang ditunjuk secara tertulis dengan menyebutkan sekurangkurangnya :
a.
b.
c.
d.
177
(2) Bupati atau Pejabat yang ditunjuk dalam jangka waktu paling lama 12 (dua belas) bulan
sejak diterimanya permohonan pengembalian kelebihan pajak sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) harus memberikan keputusan.
(3) Apabila jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilampaui, Bupati atau Pejabat
yang ditunjuk tidak memberikan keputusan, permohonan pengembalian kelebihan
pembayaran pajak dianggap dikabulkan dan SKPDLB harus diterbitkan dalam waktu paling
lama 1 (satu) bulan.
(4) Apabila Wajib Pajak mempunyai utang pajak lainnya, kelebihan pembayaran pajak
sebagaimana dimaksud ayat (2) langsung diperhitungkan untuk melunasi terlebih dahulu
utang pajak dimaksud.
(5) Pengembalian kelebihan pembayaran pajak dilakukan dalam waktu paling lama 2 (dua)
bulan sejak diterbitkan SKPDLB, Kepala Daerah atau Pejabat memberikan imbalan bunga
sebesar 2 % (dua perseratus) sebulan atas keterlambatan pembayaran kelebihan Pajak.
(6) Apabila pengembalian kelebihan pembayaran pajak dilakukan setelah lewat waktu 2 (dua)
bulan sejak diterbitkan SKPDLB, Kepala Daerah atau Pejabat memberikan imbalan bunga
sebesar 2 % (dua perseratus) sebulan atas keterlambatan pembayaran kelebihan Pajak.
Pasal 28
Apabila kelebihan pembayaran pajak diperhitungkan dengan utang pajak lainnya, sebagaiman
dimaksud Pasal 27 ayat (4), pembayaran dilakukan dengan cara pemindah bukuan dan bukti
pemindah bukuan juga berlaku sebagai bukti pembayaran.
BAB XIII
K ADALU WAR S A
Pasal 29
(1) Hak untuk melakukan penagihan pajak, kadaluwarsa selama melampaui jangka waktu 5
(lima) tahun terhitung sejak terutangnya pajak, kecuali apabila Wajib Pajak melakukan
tindakan Pidana di bidang Perpajakn Daerah.
(2) Kadaluwarsa penagihan pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tertangguh apabila :
a. Telah diterbitkan surat teguran dan Surat Paksa atau;
b. Ada pengakuan utang pajak dari Wajib Pajak baik langsung maupun tidak langsung.
178
BAB XIV
PELAKSANAAN DAN PENGAWASAN
Pasal 30
(1) Pelaksana Peraturan daerah ini adalah Dinas Pendapatan Daerah.
(2) Pengawasan atas pelaksanaan Peraturan daerah ini dilaksanakan oleh Tim yang dibentuk
dengan Keputusan Bupati.
BAB XV
KETENTUAN PIDANA
Pasal 31
(1) Wajib Pajak yang karena kealpaannya tidak menyampaikan SPTPD atau mengisi dengan tidak
benar atau tidak lengkap atau melampirkan keterangan yang tidak benar sehingga merugikan
Keuangan Daerah dapat dipidana dengan Pidana Kurungan paling lama 3 (tiga) bulan dan atau
denda paling banyak Rp. 2.500.000,- (dua juta lima ratus ribu rupiah).
(2) Wajib Pajak yang dengan sengaja tidak menyampaikan SPTPD atau mengisi dengan tidak
benar atau tidak lengkap atau melampirkan keterangan yang tidak benar sehingga merugikan
Keuangan Daerah dapat dipidana dengan Pidana Kurungan paling lama 6 (enam) bulan dan
atau denda paling banyak Rp. 5.000.000,- (lima juta rupiah).
(3) Tindak Pidana sebagaimana dimaksud ayat (1) dan ayat (2) adalah pelanggaran.
BAB XVI
PENYIDIKAN
Pasal 32
Selain Pejabat Penyidik Polisi Negara Republik Indonesia, Pejabat Penyidik Pegawai Negeri Sipil
(PPNS) tertentu yang lingkup tugas dan tanggung jawabnya meliputi Peraturan Daerah ini
diberi wewenang khusus sebagai penyidik untuk melakukan penyidikan atas pelanggaran
tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Daerah ini.
Dalam melaksanakan Tugas Penyelidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berwenang.
Memperhatikan Surat Tugas setiap melakukan kegiatan Penyidikan
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009
179
Menerima laporan dan pengaduan dari seseorang tentang adanya tindak pidana.
Mempelajari Laporan dan pengaduan dari seseorang tentang adanya tindak pidana.
Melakukan tindakan pertama pada saat itu ditempat kejadian.
Menyuruh berhenti seseorang tersangka dari perbuatanya dan memeriksa tanda pengenal diri
tersangka.
Melakukan Penangkapan, penahanan, penggeledahan dan penyitaan.
Melakukan Pemeriksaan dan Penyitaan surat atau benda.
Mengambil sidik jari dan memotret tersangka.
Memanggil orang untuk didengar dan diperiksa sebagai tersangka atau saksi.
Mendatangkan orang ahli yang diperlukan dalam hubunganya dengan pemeriksaan perkara.
Mengadakan penghentian penyelidikan.
Mengadakan tindakan lain menurut hukum yang dapat dipertanggung jawabkan.
(3) Pejabat Penyidik sebagaimana dimaksud ayat (1) Pasal ini membuat Berita Acara setiap
tindakan tentang.
a. Pemeriksaan Tersangka;
b. Pemasukan Rumah;
c. Penggeledahan rumah / tempat tempat tertutup;
d. Penyitaan benda / barang bukti;
e. Pemeriksaan surat;
f. Pemeriksaan saksi;
g. Pemeriksaan ditempat kejadian dimaksud ayat (1) pasal ini memberitahukan dimulainya
penyidikan dan menyampaikan hasil penyidikan kepada Penuntut Umum / Pengadilan
Negeri dan khusus bagi Penyidik Pegawai Negeri Sipil melalui Penyidik Polisi Negara
Republik Indonesia sesuai ketentuan perundang undangan yang berlaku.
BAB XVII
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 33
Hal hal yang belum diatur dalam Peraturan Daerah ini, sepanjang mengenai pelaksanaanya akan
diatur lebih lanjut dengan keputusan Bupati.
Pasal 34
Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
180
Agar supaya setiap orang dapat mengetahui, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini
dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Lamandau.
Ditetapkan di Nanga Bulik
Pada tanggal 9 Desember 2004
BUPATI LAMANDAU,
ttd
BUSTANI DJ. MAMUD
Diundangkan di Nanga Bulik
Pada tanggal 9 Desember 2004
Plt. SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN LAMANDAU
ttd
( Ir. MARUKAN )
NIP. 131 480 087
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LAMANDAU
TAHUN 2004 NOMOR 9 SERI : B
PENJELASAN
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009
181
ATAS
PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMANDAU
NOMOR 22 TAHUN 2004
TENTANG
P A JA K RESTORAN
I. PENJELASAN UMUM
Pajak daerah adalah pajak yang dipungut oleh daerah yang tujuannya untuk
membiayai rumah tangga daerah dan salah satu sumber utama pendapatan asli daerah
disamping dana-dana lain sebagai penunjang.
Dalam Undang-undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi
Daerah telah menetapkan perpajakan sebagai salah satu wujud kewajiban warga negara
terhadap pemerintah. Hal ini seseuai dengan kewenangan yang diberikan kepada daerah untuk
menyelenggarakan otonomi daerah secara nyata dengan penuhtanggungjawab termasuk
membentukkebijakan-kebijakan menyangkut pendapatan daerah
terutama peningkatan
pendapatan asli daerah.dalam pasal 4 Undang-undang Nomor 18 Tahun 1997 menyatakan
bahwa pajak daerah harus diatur dengan peraturan daerah.
II. PENJELASAN PASAL DEMI PASAL
Pasal 1
Cukup Jelas
Pasal 2
Cukup Jelas
Pasal 3
Ayat 1
Cukup Jelas
Ayat 2
Cukup Jelas
Ayat 3
Cukup Jelas
Pasal 4
Ayat 1
Cukup Jelas
Ayat 2
Cukup Jelas
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009
182
Pasal 5
Cukup Jelas
Pasal 6
Cukup Jelas
Pasal 7
Ayat 1
Tidak berlaku diwilayah bukan wilayah Kabupaten Lamandau
Ayat 2
Pajak yang terutang dihitung dengan tarif pajak X dasar pengeluaran pajak
Pasal 8
Cukup Jelas
Pasal 9
Cukup Jelas
Pasal 10
Ayat 1
SPTPD ( Surat Pemberitahuan Pajak Daerah)
Ayat 2
Cukup Jelas
Ayat 3
Cukup Jelas
Ayat 4
Cukup Jelas
Pasal 11
Ayat 1
Cukup Jelas
Ayat 2
Cukup Jelas
Pasal 12
Ayat 1
Cukup Jelas
Ayat 2
d. KPDKB singakatan Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar
e. SKPDKBT singkatan Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar Tambahan
f. SKPDN singkatan Surat Ketetapan Pajak Daerah Nihil.
Ayat 3
Cukup Jelas
Ayat 4
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009
183
Cukup Jelas
Ayat 5
Cukup Jelas
Ayat 6
Cukup Jelas
Ayat 7
Cukup Jelas
Pasal 13
Ayat 1
Cukup Jelas
Ayat 2
Cukup Jelas
Ayat 3
SSPD singakatan Surat Setoran Pajak Daerah
Pasal 14
Cukup Jelas
Pasal 15
Ayat 1
Cukup Jelas
Ayat 2
Cukup Jelas
Pasal 16
Ayat 1
Cukup Jelas
Ayat 2
Cukup Jelas
Ayat 3
Cukup Jelas
Pasal 17
Ayat 1
Cukup Jelas
Ayat 2
Cukup Jelas
Pasal 18
Cukup Jelas
Pasal 19
Cukup Jelas
Pasal 20
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009
184
Cukup Jelas
Pasal 21
Dibuat dalam Surat Keputusan Bupati Lamandau sebagai pelaksana peraturan daerah ini.
Pasal 22
Ayat 1
Dibuat dalam surat Keputusan Bupati sebagai pelaksana peraturan daerah ini
Ayat 2
Cukup Jelas
Pasal 23
Ayat 1
Cukup Jelas
Ayat 2
Cukup Jelas
Ayat 3 dan 4
Cukup Jelas
Pasal 24
Ayat 1
Setiap keberatan yang diajukan oleh wajib pajak hanya dapat diajukan kepada Bupati
atau Pejabat yang ditentukan oleh Bupati sebagai pelaksana (Dispenda)
Ayat 2
Cukup Jelas
Pasal 25
Ayat 1
Cukup Jelas
Ayat 2
Cukup Jelas
Pasal 26
Cukup Jelas
Pasal 27
Ayat 1,2,3,4 dan 5
Cukup Jelas
Pasal 28
Ayat 1
Cukup Jelas
Pasal 29
Ayat 1
Cukup Jelas
Ayat 2
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009
185
Cukup Jelas
Pasal 30
Ayat 1
Cukup Jelas
Ayat 2
Tim sebagaimana maksud pasal ini dikoordinir oleh kepala Dinas Pendapatan
Daerah sebagai pelaksana dari peraturan daerah ini
Pasal 31
Ayat 1
Cukup Jelas
Ayat 2
Cukup Jelas
Ayat 3
Cukup Jelas
Pasal 32
Ayat 1,2,3 dan 4
Cukup Jelas
Pasal 33
Cukup Jelas
Pasal 34
Cukup Jelas
186
187
a. bahwa Perusahan Daerah sebagai unit Ekonomi yang tidak dapat dipisahkan
dari sistim perekonomian Nasional Indonesia merupakan sarana dalam
menunjang kehidupan perkembangan Daerah serta pelayanan dan
kemanfaatan Umum;
b. bahwa untuk mewujudkan maksud tersebut diatas perlu didirikan perusahaan
Daerah di Kabupaten Lamandau;
c. bahwa dengan maksud huruf a dan b diatas, perlu ditetapkan dengan Peraturan
Daerah kabupaten Lamandau.
Mengingat :
188
Mengingat :
5.
6.
7.
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 1984 tentang Tata Cara
Pembinaan dan Pengawasan
Perusahaan Daerah di Lingkungan
Pemerintah);
8.
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 3 Tahun 1990 tentang
Pengelolaan Barang Milik Perusahaan Daerah;
9.
Pertaturan Menteri Dalam Negeri Nomor 4 tahun 1990 tentang Tata Cara
Kerja Sama antara Perusahaan Daerah dengan pihak Ketiga;
10.
Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 53686 Tahun 1981 tentang
Petunjuk Pelaksanaan Pengangkatan Pemberhentian Anggota Direksi dan
badan Pengawasan Daerah;
11.
Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 903-603 Tahun 1984 tentang
Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Jo. Keputusan
Menteri Dalam Negeri Nomor 903-1319 Tahun 1985 tentang
Penyempurnaan Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 993-603 Tahun
1984;
12.
Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 903-603 Tahun 1984 tentang
Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Jo. Keputusan
Menteri Dalam Negeri Nomor 903-1319 Tahun 1985 tentang
Penyempurnaan Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 993-603 Tahun
1984;
13.
Peraturan Daerah Kabupaten Lamandau Nomor 2 Tahun 2004 tentang
Rincian Kewenangan Kabupaten Lamandau sebagai daerah Otonom;
14.
Peraturan Daerah Kabupaten Lamandau Nomor 03 Tahun 2004 tentang
Kelembagaan Struktur Organisasi Tugas Pokok dan Tata Kerja Perangkat
Daerah Kabupaten Lamandau ( Lembaran Daerah Nomor 03 Tahun 2004 )
Sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Daerah Nomor 12 Tahun
2004 tentang Perubahan Pertama Kelembagaan struktur Organisasi Tugas
Pokok dan Tata Kerja Perangkat Daerah Kabupaten Lamandau (Lembaran
Daerah Tahun 2004 Nomor 12);
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009
189
15.
Menetapkan
190
BAB II
PENDIRIAN, NAMA DAN TEMPAT KEDUDUKAN
Pasal 2
Perusahan Daerah didirikan dengan Peraturan Daerah ini, dengan berdasarkan dan berpedoman
pada ketentuan Peraturan Perundang-Undangan yang mengatur tentang Perusahaan Daerah.
Perusahan Daerah yang dimaksud pada ayat (1) pasal ini adalah Badan Usaha yang memperoleh
kedudukan sebagai Badan Hukum dengan berlakunya Peraturan Daerah ini.
Pasal 3
Dengan tidak mengurangi ketentuan dalam Peraturan Daerah ini, maka terhadap Perusahaan
Daerah yang dimaksud pada pasal 2 berlaku pula segala ketentuan Hukum yang berlaku di
Indonesia.
Pasal 4
Perusahaan Daerah didirikan dengan nama
PERUSAHAAN DAERAH KABUPATEN
LAMANDAU disingkat dengan PERUSDA LAMANDAU.
Pasal 5
Perusahaan Daerah berkedudukan dan berkantor Pusat di Ibu Kota Kabupaten dan medirikan
perwakilannya diseluruh wilayah Republik Indonesia sesuai dengan kebutuhan organisasi.
BAB III
SIFAT, TUJUAN SERTA LAPANGAN USAHA
Pasal 6
Sifat usaha dari Perusahaan Daerah ialah mengutamakan penyelenggaraan usaha dibidang
Penyediaan Pelayanan bagi kemanfaatan umum disamping untuk mendapatkan keuntungan, serta
berusaha dibidang-bidang lain yang mendorong perkembangan sector swasta dan atau Koperasi.
Pasal 7
Tujuan Dari Perusahan Daerah adalah sebagai suatu sarana yang diarahkan untuk meningkatkan
sumber pendapatan asli Daerah dan sebagai sarana Pembangunan Perekonomian dalam rangka
Pembangunan Daerah.
Pasal 8
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009
191
(1)
Perusahaan Daerah bergerak dalam lapangan usaha sesuai rumah tangga Daerah menurut
Peraturan Perundang-undangan yang mengatur pokok-pokok Pemerintah Daerah.
(2)
Bidang-bidang usaha yang penting dan mengenai hajat hidup orang banyak di Daerah
diutamakan Perusahaan Daerah.
(3)
Bentuk dan jenis usaha antara lain :
a. Pertanian, Kehutanan/ Perkebunan
b. Pertambangan, Energi dan Kelistrikkan.
c. Pariwisata, transportasi, Telekomunikasi.
d. Industri
e. Jasa, Perdagangan
f. Ekspor dan Inpor
g. Bergerak dibidang Perumahan (Properti)
BAB IV
MODAL DAN STRUKTUR ORGANISASI
Pasal 9
Modal pangkal Perusahan Daerah seluruhnya berasal dari Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah (APBD) sebagai kekayaan yang dipisahklan dan tidak terdiri dari saham-saham.
Pasal 10
()1
(2)
Modal Dasar Perusahaan daerah yang seluruhnya berasal dari penyisihan kekayaan daerah
Peraturan Daerah sebagaimana simaksud pada pasal 9
Pasal 11
Selain Modal sebagaimanadimaksud pada pasal 9 dan pasal 10 dalam Peraturan Daerah ini,
Perusahaan daerah dapat memperoleh Dana dari kredit-kredit dalam negeri dan luar negeri atau
dari obligasi, hipotik dan sumber-sumber dana lain yang syah.
Pasal 12
Struktur Organisasi Perusahaan Daerah sebagaimana terlampir merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.
BAB V
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009
192
193
Pasal 17
Antara sesama Anggota Direksi, sesama anggota Badan Pengawas tidak diperkenankan ada
hubungan keluarga samapai derajat ketiga, baik menurut garis lurus maupun kesamping
termasuk menantu dan ipar.
Jika setelah pengangkatan, mereka masuk kedalam hubungan keluarga sebagaiman dimaksud
pada ayat (1) pasal ini, maka untuk melnjutkan Jabatan/ Tugas diperlukan izin tertulis dari
Bupati.
Anggota Direksi/ Badan Pengawas tidak diperkenankan memiliki kepentingan pribadi secara
langsung atau tidak langsung dengan Organisasi Perusahaan lain yang bertujuan mencari
keuntungan laba.
Pasal 18
Kecuali Jabatan-jabtan Direktur Utama dan Direktur serta Ketua dan Anggota Badan Pengawas,
tidak dibenarkan adanya Jabatan lain seperti Direktur muda, Deputi Direktur, Asisten Direktur,
Penesehat Direktur Utama, Penesehat Badan Pengawas, Staf Ahli atau Asisten dan sejenisnya.
Pasal 19
Bupati mengadakan Pelantikan dan Pengambilan Sumpah Jabatan dan Direksi / Badan Pengawas
sebelum menjalankan tugasnya sesuai dengan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku.
Pasal 20
(1) Anggota Direksi/ Badan Pengawas diberhentikan atau dapat diberhentikan oleh Bupati,
meskipun masa Jabatan/ Tugas belum berakhir karena :
a.
Meninggal dunia;
b.
Permintaan sendiri;
c.
Melakukan suatu tindakan/ bersikap merugikan Perusahaan Daerah atau
bertentangan dengan kepentingan Daerah dan Negara;
d.
Sesuatu hal yang mengakibatkan yang bersangkutan tidak mampu
melaksanakan Jabatan tugasnya secara wajar.
(2) Pemberhentian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pasal ini ditetapkan dengan Keputusan
Bupati atas Persetujuan DPRD.
(3) Dalam hal ini juga terdapat tuduhan sebagaimana pada ayat (1) huruf c pasal ini disampaikan
secara tertulis oleh Bupati kepada :
a. Anggota Direksi yang bersangkutan, Anggota Badan pengawas lainnya.
b. Anggota Badan Pengawas yang bersangkutan, Anggota Badan Pengawas lainya dan
Direksi.
c. DPRD.
Pasal 21
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009
194
Dalam hal terjadi pemberhentian untuk sementara sebagaiman dimaksud pasal 20 ayat (3)
Peraturan Daerah ini, maka hal-hal yang berhubungan dengan pembelaan diri, pelaksanaan Sidang
Badan Pengawas, mengambil keputusan, permohonan banding kepada Pejabat yang berwenang
dan sebagainya dilaksanakan sesuai ketentuan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku.
Pasal 22
Setiap pengangkatan dan pemberhentian Anggota Direksi/ Badan Pengawas mendapat persetujuan
DPRD.
Pasal 23
Bupati Rehabilitir Anggota Direksi/ Badan Pengawas dan Pemberhentian sementara dibatalkan,
atau menjadi batal, baik karena Bupati tidak memberitahukan Keputusannya terhadap usulan
Sidang Badan Pengawas maupun karena Badan Pengawas tidak mengadakan Sidang.
Pasal 24
Hal-hal yang menyangkut kepegawaian Perusahaan Daerah diatur oelh Badan Pengawas Direksi
dengan diperhatikan aturan Perundang-undangan yang berlaku.
Pasal 25
(1) Untuk para Pelaksana Tugas pengelola/ pengurus dan pengawas Perusahaan Daerah Bupati
menetapkan.
a. Honorarium Badan Pengawas;
b. Gaji, pengahasilan-penghasilan dan meyediakan fasilitas bagi Direksi;
c. Pokok-pokok peggajihan dan penghasilan bagi pegawai perusahaan;
(2) Penetapan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pasal ini dilakukan oleh Bupati sesuai dengan
ketentuan-ketentuan pokok direksi, badan pengawas dan kepegawaian perusahaan daerah.
Pasal 26
Segala yang berhubungan dengan tuntutan ganti rugi terhadap Direksi/ Pegawai Perusahaan
Daerah, dilaksanakan sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku.
BAB VI
PENGGUNAAN DAN PENGELOLAAN PERUSAHAAN DAERAH
Pasal 27
Bupati melakukan Pengawasan terhadap Perusahaan Daerah yang berlaku sesuai dengan hak,
wewenang dan Kekuasaan Pemerintah Daerah sebagai pemilik.
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009
195
Pasal 28
(1) Pengelola terhadap Perusahaan Daerah sebagai satuan usaha dilakukan oleh Direksi sesuai
dengan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku.
(2) Pertanggung jawaban administrasi fungsional perusahaan daerah kepada Bupati, dilakukan
oleh direktur utama.
BAB VII
TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB DIREKSI / BADAN PENGAWAS
Pasal 29
Direksi mewakili Perusahaan Daerah didalam dan diluar Pengadilan dan dapat menyerahkan
kekuasaan mewakili tersebut kepada seorang Anggota Direksi, kepada seorang / beberapa orang
Pegawai Perusahaan Daerah atau kepada orang/ badan Hukum lain diluar Perusahaan Daerah.
Pasal 30
(1) Direksi Mewakili Perusahaan Daerah selaku Pimpinan Perusahaan Daerah sehari-hari
berdasarkan kebijaksanaan umum yang ditetapkan oleh Badan Pengawas dengan mengikuti
Peraturan Tata Tertib/ Tata Kerja yang telah ditetapkan serta dengan memperhatikan
ketentuan- ketentuan Perundang-undangan yang berlaku.
(2) Direksi mengurus, menguasai dan bertanggung jawab atas penggunaan kekayaan perusahaan
Daerah.
Pasal 31
(1) Direksi memerlukan persetujuan atau pemberian surat kuasa dari Bupati dan DPRD di dalam
menjalankan tugas-tugas yang berhubungan dengan :
a.
Pengandaan perjanjian-perjanjian yang berlaku untuk jangka waktu
lebih dari 1 (satu) tahun;
b.
Pengandaan pinjaman dan pembelian obligasi;
c.
Perolehan, penanda tanganan atau pembenahan atas barang yang tidak bergerak;
d.
Pengandaan ivestasi baru;
e.
Pengambilan tindak-tindakan lain yang memerlukan persertujuan/ pengesahan dari
Bupati;
f.
Persetujuan atau pemberian kuasa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pasal ini
diberikan setelah oleh Bupati setelah mendengar pertimbangan Badan Pengawas.
(2) Persetujuan atau pemberian kuasa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pasal ini diberikan
oleh Bupati setelah mendengar Pertimbangan Badan Pengawas.
(3) Dalam hal Direksi tidak melaksanakan ketentuan-ketentuan pada ayat (1) pasal ini, maka
tindakan Direksi tersebut dianggap tidak mewakili Perusahaan Daerah dan oleh karena itu
menjadi tanggung jawab pribadi anggota-anggota Direksi yang bersangkutan.
196
Pasal 32
Direksi dalam menjalankan tugas-tugasnya bertanggung jawab kepada Bupati melalui Badan
Pengawas.
Pasak 33
(1) Badan Pengawas bertugas melaksanakan pengawas terhadap pengelolaan Perusahan Daerah,
termasuk terhadap pelaksanaan rencana kerja dan anggaran Perusahaan Daerah.
(2) Badan Pengawas melaksanakan tugas, wewenang dan tanggung jawab nya sesuai dengan
ketentuan-ketentuan yang berlaku bagi Perusahaan Daerah serta menjalankan keputusankeputusan atau petunjuk-petunjuk pedoman yang diberikan oleh Bupati.
Pasal 34
Tugas dan kewajiban Badan Pengawas untuk memberikan pendapat/ saran serta laporan kepada
Bupati atau lain-lain tugas pengawas, dilaksanakan sesuai prosedur yang berlaku dalam hal
Pengawasan Perusahaan Daerah.
Pasal 35
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada pasal 34 Peraturan Daerah ini, Badan
Pengawas wajib memperhatikan efesiensi Perusahaan, serta pemisahan tugas pengawas dan tugas
pengurus Perusahaan Daerah yang merupakan tugas dan tanggung jawab Direksi.
Pasal 36
Dalam menjalankan tugas-tugasnya, penggunaan wewenang Badan Pengawas untuk memeriksa
keadaan keuangan/ kekayaan Perusahan Daerah, meminta penjelasan atau meminta penjelasan
atau meminta Direksi/ Pejabat lain untuk menghadiri rapat, penyelenggraan dan penentuan materi
yang akan dibicarakan dalam rapat serta hal-hal lain yang dianggab perlu dilaksanakan sesuai
dengan ketentuan prosedur yang berlaku.
Pasal 37
Badan Pengawas dalam melaksanakan tugas dan wewenang sebagaimana dimaksud pada pasal 36
Peraturan Daerah ini bertanggung jawab kepada Bupati
BAB VIII
KERJASAMA PERUSAHAAN DAERAH DENGAN PIHAK KETIGA
Pasal 38
Maksud kerjasama dengan pihak ketiga adalah sebagai upaya untuk meningkatkan efisiensi
Perusahaan Daerah di dalam menjalankan serta mengembangkan kelangsungan hidup perusahaan
dan mempercepat mobilisasi usaha dengan cara :
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009
197
198
c.
Nilai Investasi melebihi Rp. 500.000.000,- dengan jangka waktu kerja sama melebihi 5
(lima) tahun, memerlukan persetujuan dari DPRD;
d.
Untuk nilai Investasi atau jangka waktu kerja sama diluar ketentuan-ketentuan tersebut
diatas, diperlukan persetujuan DPRD, dengan memperhatikan batas maksimal investasi.
(2) Perjanjian kerjasama sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ini dibuat dengan akta notaries.
(3)
Bila mana dipandang perlu sebelum ditanda tangani perjanjian
kerja sama antara kedua belah pihak, dapat dikonsultasikan terlebih dahulu dengan yang
berwenang.
Pasal 44
Kerja sama pembiayaan, dimana perusahaan Daerah melakukan kerja sama dengan lembaga
keuangan Non Bank yang akan mengadakan perluasan, Rehabilitasi, Moderenisasi dan
sebagainya, harus didahului dengan suatu penelitian kelayakan.
BAB IX
ANGGARAN PERUSAHAAN DAERAH
DAN LAPORAN KEUANGAN TAHUNAN
Pasal 45
(1) Bupati mengesahkan Rencana Anggaran Perusahaan (RAP) yang diajukan Direksi, selambatlambatnya sebelum Tahun Buku Baru berjalan, dan mengesahkan Laporan Keuangan Tahunan
(Neraca dan Perhitungan Laba/Rugi) setelah tahun buku berakhir.
(2) Tahun Anggaran Perusahan Daerah adalah Tahun Takwin .
Pasal 46
(1) Selambat-lambatnya 3 (tiga) bulan sebelum Tahun Buku mulai berlaku, rencana anggaran
perusahaan (RAP) sudah harus disampaikan oleh direksi kepada Bupati untuk dapat
pengesahan.
(2) Perubahan/tambahan anggaran perusahan yang terjadi dalam tahun anggaran yang sedang
berjalan, harus disampaikan oleh direksi kepada Bupati untuk mendapatkan pengesahan.
(3) Selamnat-lambatnya 3 (tiga) bulan setekah tahun buku berakhir, laporan keuangan tahunan
(neraca dan perhitungan laba/rugi) disampaikan oleh direksi kepada Bupati untuk
mendapatkan pengesahan.
(4) Pengesahan rencana anggaran perusahaan (RAP), perubahan tambahan anggaran perusahaan
dan laporan keuangan tahunan (neraca dan perhitungan laba/rugi) diberikan oleh Buapti
setelah mendengar pendapat/pertimbangan badan pengawas.
Pasal 47
(1) Laporan keuangan Tahunan (neraca dan perhitungan Laba/Rugi) perusahaan daerah,dilakukan
berdasarkan hasil pemeriksaan Akuntan Negara atau Akuntan Publik.
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009
199
(2) Seluruh pengelolaan Perusahaan Daerah dilakukan oleh Direksi dengan sistem Akuntan.
Pasal 48
Bupati menyampaikan Anggaran Perusahaan Daerah dan laporan Keuangan Tahunan(Neraca dan
perhitungan Laba/Rugi) yang telah disahkan sebagaimana dimaksud pada pasal 46 dan pasal 47
Peraturan Daerah ini,kepada DPRD selambat lambatnya 3 (tiga) bulan setelah pengesahan.
BAB X
HASIL USAHA BERKALA
DAN KEGIATAN PERUSAHAAN DAERAH
Pasal 49
(1) Direksi berkewajiban menyampaikan Laporan Hasil Usaha Berkala dan Kegiatan Usaha
kepada Kepala Daerah dengan tembusan kepada Badan Pengawas,sekali dalam 3(tiga) bulan
atau sewaktu-waktu bila dipandang perlu.
(2) Laporan-laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Pasal ini,disampaikan tepat
waktunya,dengan bentuk laporan akan ditetapkan lebih lanjut oleh Bupati.
Pasal 50
(1) Bagian dari laba bersih dari Perusahaan Daerah yang menjadi hak Pemerintah Kabupaten
yang diperoleh semasa Tahun Anggaran Perusahaan,setelah dusahkan oleh Bupati dimaksud
dalam Anggaran Pendapatan Daerah dan Belanja Daerah(APBD) dan disetorkan ke Kas
Daerah selambat-lambatnya pada bulan terakhir Tahun Anggaran yang berjalan.
(2) Bagian dari Laba hasil Usaha yang menjadi hak Perusahaan Daerah yang diperoleh selama
tahun Anggaran Perusahaan,dibukukan sesuai prinsip akuntasi yang berlaku dan selanjutnya
dilokasikan sesuai dengan Anggaran Pendapatan dan Belanja Perusahaan yang telah disahkan
oleh Bupati.
BAB XI
PENETAPAN DAN PENGGUNAAN LABA
SERTA PEMBERIAN JASA PRODUKSI
Pasal 51
Laba dari hasil Perusahaan Daerah ditetapkan untuk keperluan rutin dan/ atau keperluan
Pembangunan Daerah.
Pasal 52
(1) Cadangan diam dan/ atau cadangan rahasia dalam Perusahaan Daerah tidak boleh diadakan.
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009
200
201
202
Pasal 62
Barang milik Perusahaan Daerah yang dapat dipergunakan/ dimanfaatkan termasuk tanah dan
bangunan,sebelum ditetapkan penghapusannya/ penjualan,supaya terlebih dahulu diupayakan
pendayagunaan dan penghasilgunaannya melalui kerja sama dengan pihak ketiga.
BAB XIII
PEMBINAAN DAN PENGAWASAN PERUSAHAAN DAERAH
Pasal 63
(1) Pembinaan Umum dan Pengawasan dilakukan oleh Bupati dan DPRD.
(2) Pengawasan Khusus terhadap Perusahaan Daerah dilakukan oleh Badan Pengawas.
Pasal 64
(1) Selain aparat Pengawas sebagaimana maksud Pasal 63 peraturan Daerah ini,di dalam
Perusahaan Daerah ini dibentuk satuan tugas pengawas Interen,yang dipimpin oleh seorang
Kepala yang bertanggung jawab langsung kepada Direktur Utama.
(2) Kepala Satuan Interen diangkat dan diberhentukan oleh Direktur Utama setelah mendapat
persetujuan dari Bupati.
(3) Kepala Satuan Pengawas Interen bertugas membantu Direktur Utama dalam mengadakan
penelitian terhadap system Pengendalian Pengolalaan Perusahaan Daerah serta kewajiban
memberikan saran dan pendapat.
BAB XIV
PEMBUBARAN PERUSAHAAN DAERAH
Pasal 65
(1) Bupati dengan melalui peraturan Daerah menetapkan pembubaran perusahaan Daerah,serta
menunjukan Likuidaturnya dengan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah.
(2) Bupati memberikan pembebasan tanggung jawab tentang pekerjaan yang telah diselesaikan
oleh likuidatur.
(3) Dalam hal likuidasi,Pemerintah Daerah bertanggung jawab atas kerugian yang diderita oleh
pihak ketiga.
Pasal 66
203
(1) Likuidatur sebagaimana dimaksud pada pasal 65 Peraturan Daerah ini ditetapkan dalam bentuk
panitia Likuidasi yang akan bertugas sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
yang berlaku dan bertanggung jawab kepada Pemerintah Daerah.
(2) Semua kekayaan Perusahaan Daerah setelah diadakan likuidasi disetor ke Kas Daerah sebagai
milik Pemerintah Daerah dan selanjutnya dianggarkan dalam Anggaran Pendapatan dan
Belanja Daerah (APBD).
BAB XV
KETENTUAN LAIN-LAIN
Pasal 67
Dalam rangka menetapkan pembinaan dan pengawasan perusahaan Daerah , Bupati secara berkala
mengadakan pertemuan, guna membahas perkembangan dan kelangsungan jalannya Perusahaan
Daerah.
Pasal 68
Bupati memerlukan persetujuan DPRD terhadap kegiatan-kegiatan :
(1) Penyerahan dan/ atau pemindahtanganan, pembebanan dan/ atau penghapusan Aktiva Tetap
Perusahaan;
(2) Pelaksanaan usaha kerja sama patungan berdasarkan Penanaman Modal Asing (PMA);
(3) Pengadaan pinjaman/ kredit luar negeri.
BAB XVI
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 69
Hal-hal yang belum di atur dalam peraturan Daerah ini, sepanjang mengenai pelaksanaannya akan
di atur lebih lanjut oleh Bupati.
Pasal 70
Peraturan Daerah ini dapat juga disebut PERATURAN DAERAH TENTANG PERUSDA
LAMANDAU
Pasal 71
204
205
Mengingat
: a.
b.
c.
d.
: 1.
206
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
207
208
MEMUTUSKAN :
Menetapkan :
PERATURAN
DAERAH
KABUPATEN
LAMANDAU
TENTANG
PENGENDALIAN
PENCEMARAN
DAN
PENGRUSAKAN LINGKUNGAN HIDUP.
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
209
Dampak lingkungan adalah pengaruh perubahan pada lingkungan hidup yang diakibatkan oleh
suatu usaha dan atau kegiatan;
Baku mutu lingkungan hidup adalah ukuran batas atau kadar mahluk hidup, zat, energi atau
komponen yang ada atas harus ada dan atau unsur pencemaran yang ditengang ditenggang
keberadaannya dalam suatu sumberdaya tertentu sebagai unsur lingkungan hidup;
Daya dukung lingkungan hidup adalah kemampuan lingkungan hidup untuk mendukung peri
kehidupan manusia dan mahluk hidup lainnya;
daya tampung lingkungan hidup adalah kemampuan lingkungan hidup untuk menyerap zat, energi
dan atau komponen lainnya yang masuk atau dimasukan kedalamnya;
Limbah adalah sisa suatu usaha atau kegiatan;
Dampak penting adalah Perubahan lingkungan hidup yang sangat mendasar yang diakibatkan oleh
sauatu usaha dan atau kegiatan;
Orang adalah orang perseorangan dan atau kelompok orang, dan atau badan hukum;
Penanggung jawab usaha dan atau kegiatan adalah orang atau kelompok orang, badan hukum dan
badan usaha yang bertanggungjawab atas suatu usaha dan atau kegiatan, untuk selanjutnya
disebut penanggungjawab;
Pemangku kepentingan adalah setiap orang atau badan atau lembaga yang terkena langsung atau
tidak langsung dalam pengendalian pencemaran dan perusakan Lingkungan Hidup.
Pasal 2
Pengendalian pencemaran dan perusakan lingkungan hidup bertujuan untuk melaksanakan
prinsif-prinsif pembangunan berkelanjutan yang dilakukan dengan :
a. Memelihara lingkungan hidup yang sehat, bersih, hijau, aman dan nyaman;
b. Melestarikan fungsi lingkungan hidup untuk memelihara kemampuan daya dukung dan daya
tampung lingkungan hidup;
c. Mencegah terjadinya pencemaran terhadap tanah, air sungai dan udara;
d. Mencegah terjadinya perusakan lingkungan hidup, sehingga tetap dapat dipertahankan daya
dukung lingkungan hidup;
e. Menanggulangi dampak akibat terjadinya pencemaran dan atau perusakan lingkungan hidup;
f. Memulihkan keadaan lingkungan hidup pada suatu kondisi yang tetap mampu mendukung prikehidupan manusia dan mahluk lain.
Pasal 3
Ruang lingkup pengaturan pengendalian pencemaran dan perusakan lingkungan hidup meliputi :
Upaya terpadu dalam mencegah terjadinya pencemaran dan perusakan lingkungan hidup yang
dilakukan melalui pendekatan hukum, ekonomi dan perilaku;
Upaya terpadu dalam menanggulangi akibat pencemaran dan perusakan lingkungan hidup melalui
penegak hukum dan penggunaan teknologi yang ramah lingkungan;
Upaya terpadu dalam memulihkan kondisi lingkungan hidup melalui optimalisasi pendayagunaan
sumberdaya dan teknologi;
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009
210
Penataan kelembagaan pengelolaan lingkungan hidup yang lebih responsif dan proaktif sehingga
dapat secara nyata berdaya guna dan berhasil guna dalam melakukan pengendalian
pencemaran dan perusakan lingkungan hidup;
Penguatan peran serta masyarakat dalam pengendalian pencemaran dan perusakan lingkungan
hidup.
BAB II
PENCEMARAN, PENANGGULANGAN DAN PEMULIHAN
Bagian Pertama
Pencegahan
Pasal 4
(1)
(2)
Pencegahan pencemaran dan perusakan lingkungan hidup dilakukan melalui penyusunan dan
penetapan kebijakan pengelolaan lingkungan hidup Kabupaten Lamandau yang sekurangkurangnya memuat :
Inventarisasi dan Valuasi ekonomi terhadap rona awal lingkungan hidup;
Penetapan mobilitas tanah, air dan udara;
Rencana pengelolaan lingkungan hidup.
Proses penyusunan kebijakan pengelolaan lingkungan hidup sebagaimana dimaksud ayat (1)
dilakukan secara transparan, partisipatif dan akuntabel dengan melibatkan semua pemangku
kepentingan.
Kebijakan pengelolaan lingkungan hidup sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) ditetapkan
dengan Keputusan Bupati.
Pasal 6
Pencegahan sebagaimana dimaksud dalam pasal 4 dilakukan melalui :
a. Penerapan prinsif kehati-hatian;
b. Penerapan sistim peringatan dan pencegahan dini;
c. Penerapan dan pengembangan teknologi ramah lingkungan;
d. Sosioalisasi peraturan Perundang-undangan dibidang lingkungan hidup;
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009
211
212
(3) Proses pembuktian sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2) dilakukan secara
terbuka dan memenuhi standart teknis pembuktian sesuai dengan peraturan Perundangundangan yang berlaku;
(4) Ketentuan lebih lanjut tentang tatalaksana pembuktian sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
ditetapkan dengan Keputusan Bupati.
Bagian Ketiga
Pemulihan
Pasal 10
(1) Upaya pemulihan lingkungan hidup sebagai akibat terjadinya pencemaran dan perusakan
lingkungan hidup dilakukan secara sistimatis terpadu dan menyeluruh, tuntas dan konsisten
dengan melibatkan semua pemangku kepentingan.
(2) Bupati memerintahkan kepada penanggungjawab untuk melakukan pemulihan sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1).
Pasal 11
(1) Pemulihan lingkungan hidup sebagaimana dimaksud dalam pasal (10) dilakukan melalui :
a. Pembersihan terhadap media air dan tanah yang tercemar;
b. Penanaman kembali terhadap hutan dan mengalami kerusakan;
c. Melakukan reklamasi terhadap bekas galian tambang dan melakukan upaya-upaya lain
yang bertujuan untuk memulihkan daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup.
(2) Tata cara pemulihan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakkukan berdasarkan pada
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
BAB III
PERLINDUNGAN LINGKUNGAN HIDUP
Pasal 12
Setiap orang wajib melakukan upaya perlindungan lingkungan hidup.
Pasal 13
(1) Dalam upaya perlindungan lingkungan hidup, Pemerintah wajib melakukan perlindungan
terhadap kualitas tanah, air, udara, pantai, danau, perbukitan situs dan hutan lindung;
(2) Upaya perlindungan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan melalui :
a. Evaluasi dan revisi terhadap Peraturan Daerah beserta peraturan pelaksananya yang
tidak sesuai dengan Peraturan Daerah ini;
b. Pengkajian dan evaluasi terhadap perizinan yang telah diterbitkan oleh instansi pemberi
izin;
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009
213
c.
Kordinasi dan kerja sama antara Pemerintah dengan Pemerintah Propinsi dalam upaya
perlindungan lingkungan hidup;
d. Pengembangan kemitraan dan kerjasama dengan berbagai pihak untuk melakukan
perlindungan lingkungan hidup;
e. Menetapkan kebijakan dan strategi perlindungan lingkungan hidup.
Pasal 14
Pelaksanaan perlindungan lingkungan hidup sebagaimana dimaksud dalam pasal 13 wajib
didukung dengan dana, sumber daya manusia serta sarana dan prasarana yang memadai.
BAB IV
WEWENANG DAN KEWAJIBAN PEMERINTAH
Bagian Pertama
Wewenang
Pasal 15
(1) Dalam rangka pengendalian pencemaran dan perusakan lingkungan hidup pemerintah
berwenang :
a. Menetapkan kebijakan pengendalian pencemaran dan perusakan lingkungan hidup;
b. Menerbitkan perizinan lingkungan dan atau yang terkait dengan lingkungan hidup;
c. Membentuk Komisi Penilai analis mengenai dampak lingkungan hidup (AMDAL);
d. Menerbitkan rekomendasi AMDAL sesuai dengan Perundang-undangan yang berlaku;
e. Menerbitkan rekomendasi upaya pengelolaan lingkungan hidup (UKL) dan upaya
pemantauan lingkungan hidup (UPL);
f. Membentuk tim penanganan kasus lingkungan hidup;
g. Melakukan pengawasan penataan kembali lingkungan;
h. Memerintahkan penaggungjawab untuk melakukan pencegahan, penaggulangan dan
pemulihan lingkungan hidup;
i. Melakukan upaya-upaya pengendalian pencemaran dan atau perusakan lingkungan hidup
berdasarkan arahan, pedoman, supervisi dan pengawasan dari Pemerintah dan atau
Pemerintah Propinsi;
j. Melakukan penegakkan hukum sesuai dengan perundang-undangan yang berlaku;
k. Pengembangan kerja sama dan kemitraan dalam penyelenggaraan pengendalian dan
pencemaran dengan pihak ketiga dan atau pihak luar negeri sesuai dengan perundangundamgam yang berlaku.
(2) Kewenangan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), diatur lebih lanjut dengan Keputusan
Bupati.
Pasal 16
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009
214
(1) Pemerintah dapat memberikan penghargaan kepada orang dan atau Lembaga/ Badan yang
dianggap berjasa dibidang pengelolaan lingkungan hidup.
(2) Tata cara dan kriteria penghargaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diatur lebih lanjut
dengan Keputusan Bupati.
Bagian Kedua
K e w a j i b a n
Pasal 17
Dalam rangka pengelolaan lingkungan hidup, pemerintah berkewajiban :
a. Melakukan Inventarisasi dan valuasi ekonomi sumber daya alam dan lingkungan hidup;
b. Menyusun neraca sumber daya alam dan lingkungan hidup dan melakukan evaluasi sekurangkurangnya 3 ( tiga ) tahun sekali;
c. Melakukan penilaian dokumen analisis mengenai dampak lingkungan hidup (AMDAL) sesuai
dengan kewenangan;
d. Melakukan Penelitian Dukumen uapaya pengelolaan lingkungan hidup (UKL) dan upaya
pemantauan lingkungan hidup (UPL);
e. Menyusun strategi pengendalian pencemaran dan kerusakan lingkungan hidup;
f. Melakukan sosialisasi kepada masyarakat tentang kebijakan pengendalian pencemaran dan
kerusakan lingkungan hidup;
g. Melakukan pembinaan terhadap usaha dan atau kegiatan dalam pengendalian pencemaran dan
perusakan lingkungan hidup;
h. Mengembangkan terminal data tentang lingkungan hidup;
i. Menyediakan informasi tentang lingkungan hidup dan menyebarluaskannya kepada
masyarakat;
j. Memberikan informasi kepada masyarakat yang berkaitan dengan pengelolaan lingkungan
hidup;
k. Memfasilitasi penyelesaian sengketa mengenai lingkungan hidup;
l. Kewajiban lain yang ditentukan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
BAB V
HAK DAN KEWAJIBAN MASYARAKAT
Bagian pertama
Hak masyarakat
Pasal 18
(1) Setiap orang berhak atas lingkungan hidup yang sehat, bersih, hijau, aman dan nyaman.
(2) Setiap orang berhak untuk berperan serta dalam pengendalian pencemaran dan kerusakan
linghkungan hidup sesuai peraturan Perundang-undangan yang berlaku.
(3) Peran serta sebagaimana tertera dimaksud dalam ayat (2) dilakukan berdasarkan :
a.
Hak untuk mengetahui setiap informasi;
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009
215
b.
c.
d.
e.
216
Pasal 22
(1) Tugas dan fungsi sebagaiman dimaksud dalam ayat (2), berwenang :
a.
Merumuskan kebijakan pengelolaan pencemaran dan perusakan lingkungan hidup,
b.
Melakukan koordinasi dengan instansi terkait;
c.
Menerbitkan izin pembuangan limbah dan atau air limbah;
d.
Menerbirkan rekomendasi pengelolaan limbah bahan berbahaya dan beracun;
e.
Melakukan pengewasan terhadap pelaksanaan semua peraturan perundang-undangan
yang berlaku, yang berkaitan dengan kelestarian lingkungan hidup;
f.
Melakukan penegakan hukum sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
(2) Uraian tugas dan fungsi sebagaimana yang dimaksud dalam ayat (1) diatur lebih lanjut
dengan Keputusan Bupati sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
BAB VII
P E R I Z I N A N
Bagian Pertama
Jenis Izin Lingkungan
Pasal 23
(1) Setiap usaha dan atau kegiatan yang berdampak besar dan penting pada lingkungan hidup
wajib memiliki izin.
(2) Pemberian izin sebagaiman dimaksud pada ayat (1) wajib memperhatikan :
a. Rencana tata ruang wilayah Kabupaten Lamandau;
b. Nilai-nilai yang hidup dan berkembang dalam masyarakat;
c. Ketentuan-ketentuan Hukum Internasional, Regional dan Nasional serta Perjanjianperjanjian kerjasama Internasional.
(3) Jenis Usaha dan atau kegiatan yang wajib memperoleh izin sebagaimana yang dimaksud
pada ayat (1) meliputi :
a.Pendirian usaha dan atau kegiatan;
b. Perluasan usaha dan atau kegiatan;
c.Perubahan bentuk atau jenis usaha dan atau kegiatan;
d. Pembuangan air limbah/limbah dan atau limbah padat;
e.Usaha dan atau kegiatan yang dapat menimbulkan kerugian, bahaya dan gangguan;
f. Usaha dan atau kegiatan yang dapat menimbulkan kerugian dan gangguan pada kualitas
udara;
g. Pemotongan bukit, penggalian atau penimbunan lembah;
h. Pengambilan air permukaan;
i. Pengambilan air bawah tanah.
(4) Jenis-jenis usaha dan atau kegiatan lainnya yang memerlukan izin ditentukan berdasarkan
peraturan perundang-undangan.
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009
217
(5) Setiap permohonan izin sebagaimana dimaksudkan dalam ayat (1) dikenakan biaya
pengurusan izin sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
(6) Dalam hal pengaturan tarif perizinan belum ditentukan, Bupati berwenang menetapkan tarif
biaya perizinan secara wajar dan proposional.
(7) Penetapan tarif sebagaimana dimaksud dalam ayat (6) ditetapkan setelah terlebih dahulu
mendapat persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah.
Bagian Kedua
Persyaratan dan prosedur izin
Pasal 24
Setiap pemberian izin melakukan usaha dan atau kegiatan wajib mendasarkan pada ketentuan
tentang baku mutu lingkungan hidup dan atau kriteria baku kerusakan lingkungan hidup sesuai
dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Pasal 25
(1) Prosedur untuk memperoleh izin sebagaiman dimaksud dalam pasal 24 diatur sebagai
berikut :
a. Pengajuan permohonan secara tertulis dengan dilengkapi data dan informasi,
sebagaimana dipersyaratkan dalam ketentuan perizinan;
b. Data, dokumen dan informasi sebagai kelengkapan persyaratan izin sebagai dimaksud
hurup a, harus jelas, lengkap, akurat dan benar;
c. Seluruh data dokumen dan informasi harus dibuat salinannya kemudian disampaikan
kepada pejabat yang berwenang.
(2) Proses perizinan sebagaimana dimaksudkan dalam ayat (1) wajib didasarkan pada :
a. Batas waktu sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku;
b. Penghitungan batas waktu sebagaimana dimaksud hurup a, dilakukan setelah semua
persyaratan dinyatakan lengkap.
(3) Penerimaan permohonan izin tidak dapat dikabulkan apabila permohonan tidak dapat
memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1).
(4) Izin sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) harus sudah diputuskan dalam jangka waktu
tertentu sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
(5) Apabila peraturan perundang-undangan tidak menentukan jangka waktu penyelesaian izin
sebagaimana dimaksudkan dalam ayat (4), maka ditentukan selambat-lambatnya 90
(sembilan puluh) hari keputusan terhadap izin harus sudah diterbitkan.
(6) Dalam rangka penerapan prinsif kehati-hatian pejabat pemberi izin wajib meminta
pertimbangan dari asosiasi profesi, pakar dan masyarakat yang terkena dampak.
(7) Keputusan sebagaimana dimaksud dalam ayat (4) dapat berupa persetujuan atau penolakkan
izin melakukan usaha dan atau kegiatan.
(8) Penolakan penerbitan izin sebagaimana dimaksudkan dalam ayat (7) harus disertai dengan
alasan dan penjelasan secara tertulis.
(9) Permohanan izin bersifat terbuka untuk umum.
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009
218
Pasal 26
(1) Dalam proses perizinan masyarakat yang diperkirakan akan terkena dampak berhak
mengajukan keberatan dengan ketentuan sebagai berikut :
a. Pengajuan keberatan dilakukan dalam jangka waktu 30 (tiga puluh) hari dan dapat
diperpanjang hingga sampai 60 (Enam puluh) hari;
b. Pengajuan keberatan dituangkan dalam bentuk tertulis yang dapat disampaikan dalam
forum dengar pendapat.
(2) Pemberi izin wajib mempertimbangkan keberatan yang diajukan oleh masyarakat
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1).
(3) Pertimbangan dan jawaban terhadap keberatan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2)
disampaikan secara tertulis dalam jangka waktu selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari
sejak diterimanya pengajuan keberatan.
(4) Ketentuan lebih lanjut tentang Tata Cara persyaratan dan prosedur ijin diatur dengan
Keputusan Bupati.
BAB VIII
BIAYA PEMBUANGAN LIMBAH
Pasal 27
(1)
(2)
Setiap usaha dan atau kegiatan yang membuang limbah kemedia lingkungan dikenakan
biaya berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Ketentuan lebih lanjut mengenai Tata Cara pengenaan biaya dan besarnya biaya untuk
masing-masing jenis limbah ditetapkan dengan Keputusan Bupati, setelah mendapatkan
pertimbangan dari Dewan Perwakilan Rakyat Daerah.
BAB IX
PEMANTAUAN
Pasal 28
(1)
(2)
Pemerintah wajib melakukan pemantauan terhadap setiap usaha dan atau kegiatan
sekurang-kurangnya 3 (tiga) bulan sekali secara periodik dan sewaktu waktu sesuai dengan
kebutuhan.
Pemantauan sebagaimana dimaksud dalam dalam ayat (1) meliputi :
a. Pemantauan persyaratan yang tercantum dalam izin melakukan usaha dan atau kegiatan.
b. Proses produksi yang diperkirakan dapat menjadi sumber pencemaran dan atau
perusakan lingkungan hidup.
c. Penggunaan instalasi pengelolaan limbah;
d. Pengunaan sistem pencegah dini, dan
e. Hal-hal lain yang diperkirakan mempunyai keterkaitan terhadap kemungkinan
pencemaran dan perusakan lingkungan hidup.
219
Pasal 29
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
Penanggung jawab wajib melakukan pemantauan secara periodik sesuai dengan yang
dipersyaratkan dalam izin, dalam melakukan usaha dan atau kegiatan.
Apabila kewajiban melakukan pemantauan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) tidak
dicantumkan dalam izin, maka penanggung jawab wajib melakukan pemantauan secara
periodik sekurang-kurangnya 3 (tiga) bukan sekali.
Hasil pemantauan sebagaimana maksud dalam ayat (1) wajib disampaikan kepada Badan
Pengendali Dampak Lingkungan Daerah Kabupaten Lamandau.
Setiap kelalaian atas kewajiban sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (3)
dikenakan denda.
Ketentuan mengenai besarnya denda sebagaimana dimaksud dalam ayat (4) ditetapkan
dengan Keputusan Bupati seperti diatur dalam Surat Keputusan Petunjuk Pelaksanaan
Teknis.
BAB X
PENGAWASAN
Pasal 30
(1)
(2)
(3)
(4)
220
(5)
(6)
h. Meminta keterangan dari pihak yang bertanggung jawab atas usaha dan atau kegiatan.
i. Wewenang lain sesuai dengan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku.
Pengawasan dalam melaksanakan tugasnya dilengkapi dengan tanda pengenal dan surat
tugas yang diterbitkan oleh Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Daerah Kabupaten
Lamandau.
Penanggungjawab mambantu kelancaran pelaksanaan tugas pejabat pengawas dalam
melakukan tugasnya, sebagaimana yang dimaksud dalam ayat (4).
(7)
BAB XI
PENETAPAN SUKARELA
Pasal 31
(1)
(2)
(3)
(4)
221
(1) Pemerintah Kabupaten dapat memberikan disinsentif terhadap penanggung jawab yang tidak
sejalan dengan upaya pengendalian pencemaran dan perusakan lengkungan hidup.
(2) Pengenaan disintensif sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dapat diberikan dalam bentuk
pembebanan secara ekonomis terhadap penanggung jawab.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai Tata Cara pengenaan disinsentif diatur dalam Keputusan
Bupati.
BAB XII
PEMBIAYAAN
Bagian Pertama
Pembiayaan Pemerintah
Pasal 33
(1) Biaya pengendalian pencemaran dan perusakan lingkungan dibebankan pada :
a. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD).
b. Subsidi dan atau sumbangan dari Pemerintah; dan atau
c. Sumber dana lain yang sah sesuai Peraturan Perundang-undangan yang berlaku.
(2) Pembiayaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dialokasikan sekurang-kurangnya bagi
kegiatan :
a. Pengembangan kapasitas sumber daya manusia.
b. Pengadaan sarana dan prasarana.
c. Pengawasan dan pemantauan.
d. Penegakan Hukum.
e. Peningkatan kesadaran hukum masyarakat.
f.Mengembangkan sistem informasi lingkungan.
g. Pengembangan dan penelitian di bidang lingkungan hidup.
h. Pengembangan jaringan kerja sama dan kemitraan dengan pihak ketiga.
i. Koordinasi pengendalian pencemaran dan perusakan lingkungan hidup.
Bagian kedua
Pembiayaan masyarakat
Pasal 34
(1)
(2)
(3)
Pembiayaan pengendalian pencemaran dan perusakan lingkungan hidup dapat diperoleh dari
dana masyarakat sebagai perwujudan kepedulian masyarakat terhadap pengelolaan
lingkungan hidup.
Pembayaran sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan secara sukarela berdasarkan
kesepakatan.
Pengumpulan, penggunaan, pengelolaan biaya masyarakat sebagaimana dimaksud dalam
ayat (1) dan ayat (2), dilakukan oleh masyarakat secara swadaya berdasarkan prinsip
keterbukaan dan akuntabilitas publik.
222
BAB XIII
SANKSI ADMINISTRASI
Bagian Pertama
Jenis Sanksi Administrasi
Pasal 35
(1) Penanggungjawab yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Peraturan
Daerah ini dapat dikenakan sanksi berupa pencabutan izin.
(2) Pengenaan sanksi pencabutan izin sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan terhadap
pelanggaran :
a. Persyaratan pokok yang diajukan ternyata mengandung cacat, masih dalam sengketa,
kekeliruan, penyalahgunaan, ketidakakuratan, ketidakakuran, kebohongan dan atau tidak
sesuai dengan peraturan Perundang-undangan yang berlaku;
b. Pelaksanaan izin telah menyimpang dari ketentuan dan persyaratan yang tercantum
dalam izin;
c. Dalam waktu selama-lamanya 6 (enam) bulan ternyata tidak terpenuhinya suatu
keharusan yang berdasarkan peraturan Perundang-undangan;
d. Usaha dan atau kegiatan telah dihentikan selama-lamanya 12 (dua belas) bulan
berturut-turut dan tidak dilanjutkan lagi.
(3) Tata cara pengenaan sanksi pencabutan izin sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan
dengan tahapan sebagai berikut :
a. Kepada penanggungjawab diberikan teguran pertama secara tertulis dalam jangka waktu
selama-lamanya 30 (tiga puluh) hari untuk segera menghentikan pelanggaran;
b. Apabila teguran pertama sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) huruf a, belum
diindahkan oleh penanggungjawab, dikenakan teguran kedua secara tertulis dalam
jangka waktu selama-lamanya 30 (tiga puluh) hari untuk menghentikan pelanggaran;
c. Apabila teguran kedua sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) huruf b, belum
diindahkan oleh penaggung jawab, dikenakan teguran ketiga secara tertulis dalam jangka
waktu selama-lamanya 30 (tiga puluh) hari untuk menghentikan pelanggaran.
d. Apabila teguran kedua sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) huruf d, belum diindahkan
oleh penaggung jawab, dikenakan pencabutan izin sesuai dengan peraturan perundangundangan yang berlaku.
(4) Pada setiap tahapan sebagaimana dimaksud dalam ayat (3), pemberi izin wajib memberikan
kesempatan seluas mungkin kepada pemegang izin untuk untuk memberikan penjelasan;
(5) Pejabat yang berwenang dapat mengajukan surat rekomendasi pencabutan izin kepada
pejabat pemberi izin usaha atau kegiatan;
(6) Pengenaan sanksi pencabutan izin sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan oleh
pejabat yang berwenang mengeluarkan izin usaha dan atau kegiatan
Pasal 36
(1) Penanggungjawab dapat dikenakan sanksi berupa penghentian atau penutupan sementara
usaha dan atau kegiatan
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009
223
(2) Pengenaan sanksi penghentian atau penutupan sementara sebagaimana dimaksud dalam ayat
(1) dilakukan apabila :
a.
Sifat dan bobot pelanggaran pencemaran dan atau kerusakan lingkungan hidup
belum menimbulkan dampak yang besar;
b. Belum terpenuhi persyaratan pokok perizinan yang telah ditentukan ;
c. Terdapat keberatan atau pengaduan dari pihak ketiga;
d. Pelanggaran atau kesalahan yang bersifat teknis.
(3) Tata cara pengenaan sanksi penghentian atau penutupan sementara sebagaimana dimaksud
dalam ayat (2) dilakukan melalui tahapan sebagai berikut :
a. pemberitahuan secara tertulis kepada pemegang izin dengan disertai alasan yang jelas
dan wajar;
b. pemegang izin wajib diberi kesempatan secukupnya untuk memberikan penjelasan;
c. pemberi izin setelah mempertimbangkan berbagai aspek dapat dilakukan pengenaan
sanksi berupa penghentian atau penutupan sementara upaya dan atau kegiatan.
(4) Penghentian atau penutupan sementara sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), (2), (3)
dilakukan oleh pejabat pemberi izin bagi usaha dan atau kegiatan yang bersangkutan;
(5) Pejabat yang berwenang dapat mengajukan surat rekomendasi penghentian atau penutupan
sementara usaha dan atau kegiatan kepada pejabat pemberi izin usaha atau kegiatan.
Pasal 37
(1) Bupati berwenang mengenakan sanksi paksaan terhadap pelanggaran pencemaran dan atau
kerusakan lingkungan hidup;
(2) Pengenaan sanksi paksaan pemerintah sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) ditujukan untuk
menghentikan pelanggaran dan atau memulihkan pada keadaan semula;
(3) Tindakan pemulihan lingkungan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) dilakukan oleh
penanggungjawab;
(4) Bentuk sanksi paksaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) dapat dilakukan berupa :
a. Penghentian mesin;
b. Pemindahan sarana produksi;
c. Penutupan saluran pembuangan air;
d. Melakukan pembongkaran;
e. Melakukan penyitaan terhadap barang atau alat yang berpotensi menimbulkan
pelanggaran;
f. Tndakan-tindakan lain yang bertujuan untuk menghentikan pelanggaran serta tindakan
memulihkan lingkungan hidup pada keadaan semula.
(5) Segala biaya yang dikeluarkan untuk penanggulangan dan pemulihan lingkungan hidup yang
diakibatkan oleh pencemaran dan atau perusakan lingkungan hidup sebagaimana dimaksud
dalam ayat (3) dan (4) dibebankan kepada penanggung jawab yang bersangkutan.
Pasal 38
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009
224
(1) Pengenaan sanksi paksaan sebagaimana dimaksud dalam pasal 37 dapat digantikan dengan
uang paksa yang dibayarkan oleh penanggungjawab berdasarkan pertimbanganpertimbangan objektif, adil dan wajar untuk kepentingan lingkungan hidup;
(2) Uang paksa yang dibayarkan oleh penaggungjawab sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
seluruhnya ditujukan untuk biaya pemulihan lingkungan hidup pada lokasi pelanggaran
terjadi;
(3) Jumlah uang paksa sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) ditentukan berdasarkan
pertimbangan riil biaya penanggulanagan dan atau pemulihan lingkungan hidup.
Pasal 39
(1) Penanggung jawab yang akan mengakhiri usaha dan atau kegiatan wajib terlebih dahulu
melakukan pemulihan lingkungan hidup;
(2) Kewajiban sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan dalam hal :
a. Masa berlaku izinnya akan berakhir;
b. Akan pindah lokasi usaha dan atau kegiatannya;
(3) Kewajiban sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diselesaikan secara tuntas selambatlambatnya dalam tempo 3 (tga) tahun dan hasilnya disetujui oleh Bupati;
(4) Persetujuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) diberikan berdasarkan hasil pengkajian
oleh Badan Pengendali Dampak Lingkungan Daerah Kabupaten Lamandau dengan
melibatkan para ahli dan pihak lain yang dianggap perlu.
Pasal 40
(1)
(2)
(3)
Penanggung jawab yang akan memindahtangankan dan atau mengubah sifat dan bentuk
usaha dan atau kegiatan wajib terlebih dahulu melakukan penelitian lingkungan hidup.
Kewajiban sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diselesaikan secara tuntas selambatlambatnya dalam tempo 3 (tiga) tahun dan telah disetujui oleh Bupati.
Persetujuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) diberikan berdasarkanhasil pengkajian
oleh Badan Pengendali Dampak Lingkungan Daerah Kabupaten Lamandau dengan
melibatkan para ahli dan pihak lain yang dianggap perlu.
BAB XIV
PENYELESAIAN SENGKETA
Pasal 41
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009
225
(1)
(2)
(3)
Setiap sengketa keperdataan yang terjadi akibat pencemaran dan perusakan lingkungan
hidup dapat diselesaikan melalui pengadilan atau luar pengadilan.
Penyelesaian sengketa keperdataan di luar pengadilan dilakukan sesuai dengan Peraturan
Perundang-undangan yang berlaku.
Dalam hal penyelesaian sengketa sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) yang bersifat
keperdataan melalui penyelesaian di luar pengadilan, Pemerintah Kabupaten dapat
memfasilitasi para pihak yang bersengketa.
BAB XV
SANKSI PIDANA
Pasal 42
Tindak pidana pencemaran dan atau perusakan lingkungan hidup diancam dengan sanksi pidana
berdasarkan ketentuan yang terdapat dalam Undang-undang Nomor 23 Tahun 1999 tentang
Pengelolaan Lingkungan Hidup.
BAB XVI
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 43
Dengan berlakunya Peraturan Daerah ini, maka setiap usaha dan atau kegiatan wajib
menyesuaikan persyaratan berdasarkan Peraturan Daerah ini.
Pasal 44
(1)
(2)
Keputusan Bupati sebagaimana dimaksud dalam pasal 9 ayat (4), pasal 27 ayat (2), dan pasal
29 ayat (5), selambat-lambatnya wajib diterbitkan dalam tempo 3 (tiga) tahun sejak
Peraturan Daerah ini diundangkan.
Pelaksanaan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam pasal 39 dan pasal 40 berlaku efektif
selambat-lambatnya 3 (tiga) tahun setelah diundangkan Peraturan Daerah ini.
BAB XVII
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 45
Hal-hal yang belum diatur dalam Peraturan Daerah ini sepanjang mengenai pelaksanaannya akan
diatur lebih lanjut oleh Bupati.
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009
226
Pasal 46
Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan
penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Lamandau.
SERI : E
227
KUMPULAN
PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMANDAU
TAHUN 2005
228
SAGAK, SH
Pembina
NIP.
Mengingat
: a.
bahwa sesuai dengan arah dan kebijakan umum APBD serta strategi
dan Prioritas APBD, yang telah disepakati bersama antara
Pemerintah Daerah dengan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
Kabupaten Lamandau pada tanggal 15 bulan Pebruari Tahun 2005
perlu menyusun Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun
Anggaran 2005;
b.
: 1.
2.
229
4.
5.
6.
7.
8.
9.
230
231
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun Anggaran 2005 sebagai berikut :
1.
Pendapatan
Rp.
159.595.664.377,2.
Belanja
Rp. 147.491.553.900,Surplus
3. Pembiayaan
a. Penerimaan
b. Pengeluaran
Defisit
:
:
Rp.
12.104.110.477
:
:
:
Rp.
Rp
2.643.241.844,14.747.352.321,-
Rp. (12.104.110.477,-)
Pasal 2
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009
232
Uraian lebih lanjut Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah sebagaimana dimaksud dalam pasal
1, tercantum dalam lampiran Peraturan Daerah ini yang terdiri dari :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Pasal 4
Sebagai landasan Operasional pelaksanaan, Bupati menetapkan Keputusan tentang Penjabaran
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah.
Pasal 5
Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal di undangkan. dan mempunyai daya laku surut
sejak tanggal 1 Januari 2005.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan
Penetapannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Lamandau.
Ditetapkan di Nanga Bulik
Pada tanggal 5 April 2005
BUPATI LAMANDAU,
ttd
BUSTANI DJ. MAMUD
233
Mengingat
a.
b.
1.
2.
234
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
235
11.
12.
13.
14.
15.
16.
Dengan Persetujuan
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN LAMANDAU
MEMUTUSKAN :
Menetapkan
PERATURAN
DAERAH
TENTANG
POKOK
PENGELOLAAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN
DAERAH.
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
236
POKOK
KEUANGAN
237
t. Desentralisasi adalah penyerahan wewenang pemerintah oleh Pemerintah Pusat kepada Daerah
Otonom dalam Kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia;
u. Pembiayaan adalah semua transaksi Keuangan Daerah yang merupakan hak dan kewajiban
Daerah yang belum terpenuhi pada tahun sebelumnya, serta transaksi untuk menutupi atau
memanfaatkan selisih antara Pendapatan Daerah dan Belanja Daerah pada tahun berjalan;
v. Sisa Lebih Perhitungan APBD Tahun lalu adalah selisih lebih realisasi pendapatan Daerah
terhadap realisasi belanja Daerah dan merupakan komponen pembiayaan.
w. Barang Daerah adalah semua barang milik Daerah yang berasal dari pembelian dengan dana
yang bersumber seluruhnya atau sebagian dari APBD dan atau berasal dari perolehan lainnya
yang sah;
x. Utang Daerah adalah jumlah uang yang wajib dibayar Daerah sebagai akibat penyerahan uang,
barang dan atau jasa kepada daerah atau akibat lainnya berdasarkan Perundang-undangan yang
berlaku;
y. Piutang Daerah adalah jumlah uang yang menjadi hak atau kewajiban pihak lain kepada
Daerah sebagai akibat penyerahan uang, barang dan atau jasa kepada daerah atau akibat
lainnya berdasarkan Perundang-undangan yang berlaku;
z. Pinjaman Daerah adalah semua transaksi yang mengakibatkan Daerah menerima dari pihak
lain sejumlah uang atau manfaat bernilai uang sehingga daerah tersebut dibebani kewajiban
untuk membayar kembali, tidak termasuk kredit jangka pendek yang lazim terjadi dalam
perdagangan.
BAB II
ASAS PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH
Pasal 2
Pengelolaan Keuangan Daerah dilakukan secara tertib, taat kepada peraturan perundang-undangan
yang berlaku, efisien, efektif, transparan dan bertanggungjawab dengan memperhatikan asas
keadilan dan kepatutan.
Pasal 3
APBD merupakan dasar pengelolaan Keuangan Daerah dalam tahun anggaran tertentu.
Pasal 4
Tahun fiskal APBD sama dengan tahun fiskal Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara.
Pasal 5
(1)
(2)
Semua penerimaan dan pengeluaran Daerah dalam rangka Desentralisasi dicatat dan
dikelola dalam APBD;
APBD, perubahan APBD, dan perhitungan APBD ditetapkan dengan Peraturan Daerah dan
merupakan dokumen Daerah.
238
Pasal 6
APBD disusun sesuai dengan kebutuhan penyelenggaraan Pemerintah Daerah dengan pendekatan
berdasarkan prestasi kerja yang akan dicapai.
Pasal 7
Dalam menyusun APBD, penganggaran pengeluaran harus didukung dengan adanya kepastian
tersedianya peneriamaan Daerah dalam jumlah yang cukup.
Pasal 8
(1)
(2)
(3)
(4)
Jumlah pendapatan yang dianggarkan dalam APBD merupakan perkiraan yang terukur
secara rasional yang dapat dicapai untuk setiap sumber pendapatan;
Jumlah belanja yang dianggarkan dalam APBD merupakan batas tertinggi untuk setiap
jenis belanja;
Setiap pejabat Daerah dilarang melakukan tindakan yang berakibat pengeluaran atas beban
APBD apabila tidak tersedia atau tidak cukup tersedia anggaran untuk membiayai
pengeluaran tersebut;
Perkiraan Sisa Lebih Perhitungan APBD Tahun Lalu dicatat sebagai saldo awal pada
APBD tahun berikutnya, sedangkan realisasi Sisa Lebih Perhitungan APBD Tahun Lalu
dicatat sebagai saldo awal pada perubahan APBD.
Pasal 9
Semua transaksi keuangan Daerah baik penerimaan Daerah maupun pengeluaran Daerah
dilaksanakan melalui Kas Daerah.
Pasal 10
(1)
(2)
(3)
Anggaran untuk membiayai pengeluaran yang sifatnya tidak tersangka disediakan dalam
bagian anggaran tersendiri;
Pengeluaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah untuk penanganan bencana alam,
bencana sosial dan pengeluaran tidak tersangka lainnya yang sangat diperlukan dalam
penyelenggaraan kewenangan pemerintah Daerah, dan dapat dikeluarkan dengan persetujuan
Bupati atau pejabat yang ditunjuk;
Anggaran sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dapat dikeluarkan dengan persetujuan
Bupati atau pejabat yang ditunjuk.
Pasal 11
239
(1)
(2)
(3)
(4)
Daerah dapat membentuk Dana cadangan guna membiayai kebutuhan yang tidak dapat
dibebankan dalam satu tahun anggaran yang ditetapkan dengan Peraturan Daerah;
Dana Cadangan dibentuk dengan kontribusi tahunan dari penerimaan APBD, kecuali dari
Dana Alokasi Khusus, Utang Daerah dan Dana Darurat;
Dana cadangan ditetapkan dalam rekening tersendiri pada Kas Umum Daerah;
Dana cadangan senagaimana dimaksud pada ayat (3) belum digunakan sesuai dengan
peruntukannya, dana tersebut dapat ditempatkan dalam fortofolio yang memberikan hasil
tetap dengan resiko rendah.
BAB III
PEJABAT PENGELOLA KEUANGAN DAERAH
Bagian Pertama
Pemegang Kekuasaan Umum Pengelola Keuangan Daerah
Pasal 12
(1)
(2)
(3)
240
Bagian Kedua
Bendahara Umum Daerah
Pasal 13
Bendahara Umum Daerah menatausahakan kas dan kekayaan Daerah lainnya.
Pasal 14
(1)
(2)
(3)
Bendahara Umum Daerah menyimpan uang milik Daerah pada Bank yang sehat dan
ditunjuk oleh Bupati dengan cara membuka Rekening Kas Daerah;
Penunjukan bank sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat lebih dari 1 (satu) Bank;
Pembukaan rekening di Bank sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberitahukan kepada
DPRD;
Pasal 15
(1) Uang Milik Daerah yang sementara belum digunakan, dapat diinvestasikan dalam bentuk
penyertaan modal, deposito atau investasi lainnya dalam jangka pendek pada badan usaha
yang sehat, sepanjang hal tersebut bermanfaat bagi peningkatan pelayanan masyarakat dan
tidak mengganggu likuiditas Keuangan Daerah;
(2) Bunga Deposito dan penerimaan dari investasi jangka pendek merupakan pendapatan daerah;
(3) Pendepositoan dan investasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan
keputusan Bupati setelah mendapat persetujuan DPRD.
Pasal 16
(1)
(2)
Bendahara Umum Daerah setiap bulan menyusun rekonsiliasi bank untuk mencocokan
saldo kas menurut pembukuan Bendahara Umum Daerah dengan Laporan Bank;
Ketentauan mengenai format rekonsiliasi bank sebagaiman dimaksud pada ayat (1) diatur
dengan Keputusan Bupati.
Pasal 17
Bendahara Umum Daerah menyerahkan bukti transaksi yang asli atas penerimaan dan pengeluaran
uang secara harian kepada bagian yang melaksanakan akuntansi keuangan Pemerintah Daerah
sebagai dasar pencatatan transaksi penerimaan dan pengeluaran kas.
Pasal 18
Dalam melaksanakan tugasnya, Bendahara Umum Daerah bertanggung jawab kepada Bupati.
Bagian Ketiga
Pengguna Anggaran
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009
241
Pasal 19
(1)
(2)
(3)
(1)
(2)
Di setiap Unit Kerja Perangkat Daerah ditunjuk 1 (satu) Pemegang Kas untuk
melaksanakan tata usaha keuangan Daerah dan 1 (satu) Pemegang Barang untuk
melaksanakan tata usaha Barang Daerah;
Pemegang Kas dan Pemegang Barang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah
jabatan non struktural/fungsional yang tidak boleh merangkap sebagai pejabat pengelola
keuangan daerah lainnya.
Pasal 21
(1)
(2)
(3)
(4)
(1)
(2)
(3)
Dalam fungsinya sebagai penerima pendapatan Daerah, Satuan Pemegang Kas dilarang
menggunakan uang yang diterimanya secara langsung untuk membiayai pengeluaran Unit
Kerja Perangkat Daerah;
Satuan Pemegang Kas sebagaimana dimaksud pada Pasal 21 ayat (4) wajib menyetor
seluruh uang yang diterimanya ke Bank atas nama Rekening Kas Daerah paling lambat satu
hari kerja sejak saat uang kas tersebut diterima;
Pengecualian batas waktu penyetoran sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditetapakan
dengan Keputusan Bupati.
242
BAB IV
ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (APBD)
Bagian Pertama
Struktur APBD
Pasal 23
(1)
(2)
(3)
(4)
Struktur APBD merupakan saru kesatuan yang terdiri dari Pendapatan Daerah, Belanja
Daerah dan Pembiayaan;
Pendapatan Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi semua penerimaan yang
merupakan hak Daerah dalam satu tahun anggaran yang akan menjadi penerimaan Kas
Daerah;
Belanja Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi semua pengeluaran yang
merupakan kewajiban Daerah dalam satu tahun anggaran yang akan menjadi penerimaan
Kas Daerah;
Pembiayaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi transaksi keuangan untuk
menutup defisit atau untuk memanfaatkan surplus anggaran pendapatan dan belanja daerah.
Pasal 24
(1)
(2)
(3)
(4)
Pendapatan Daerah, Belanja Daerah dan Pembiayaan sebagaimana dimaksud pada Pasal 23
diklasifikasikan sesuai dengan bidang Pemerintahan Daerah berdasarkan Peraturan
Perundang-undangan;
Dalam rangka standarisasi kode rekening yang sesuai dengan klasifikasi untuk penyusunan
statistik keuangan pemerintahan, bidang Pemerintahan Daerah sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) disesuaikan dengan jenis kewenangan Daerah;
Setiap bidang pemerintahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan oleh Unit
Kerja Perangkat Daerah yang bertindak sebagai pusat-pusat pertanggungjawaban sesuai
dengan tugas pokok dan fungsi masing-masing;
Susunan Bidang Pemerintahan dan Unit Kerja Perangkat Daerah dalam APBD ditetapkan
dengan Keputusan Bupati sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Pasal 25
Semua Pendapatan Daerah, Belanja Daerah dan Pembiayaan dianggarkan secara bruto dalam
APBD.
Bagian Kedua
Pendapatan Daerah
Pasal 26
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009
243
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
Belanja Daerah terdiri atas belanja Aparatur Daerah dan belanja Pelayanan Publik;
Masing-masing belanja sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dirinci menurut kelompok
belanja yang meliputi Belanja Administrasi Umum, Belanja Operasioanal dan Pemeliharaan,
serta Belanja Modal;
Setiap kelompok belanja sebagaimana dimaksud pada ayat (2) kecuali Belanja Modal,
dirinci menurut jenis belanja yang meliputi Belanja Pegawai/Personalia, Belanja Barang dan
Jasa, Belanja Pemeliharaan dan Belanja Perjalanan Dinas;
Setiap jenis belanja sebagaimana dimaksud pada ayat (3), dirinci menurut objek Belanja;
Setiap obyek belanja dirinci menurut rincian obyek belanja;
Susunan Belanja Daerah ditetapkan dengan Keputusan Bupati.
Bagian Keempat
Belanja Bagi Hasil dan Bantuan Keuangan
Pasal 28
Belanja Bagi Hasil dan Bantuan Keuangan dianggarkan untuk pengeluaran dengan kriteria sebagai
berikut :
a.
Tidak menerima secara langsung imbal barang dan jasa seperti lazimnya yang terjadi
dalam transaksi pembelian dan penjualan;
b.
Tidak mengharapkan diterima kembali di masa yang akan datang seperti lazimnya suatu
piutang;
c.
Tidak mengharapkan adanya hasil seperti lazimnya suatu penyertaan modal atau investasi.
Bagian Kelima
Pembiayaan
Pasal 29
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009
244
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
Pembiayaan terdiri dari dua jenis, yaitu Penerimaan Daerah dan Pengeluaran Daerah;
Penerimaan Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dipergunakan untuk menutup
defisit anggaran;
Penerimaan Daerah sebagai sumber pembiayaan terdiri dari Sisa Anggaran Tahun Yang
Lalu, Pinjaman Daerah, Hasil Penjualan Barang Milik Daerah yang dipisahkan dan Transfer
dari Dana Cadangan;
Pengeluaran Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) digunakan untuk memanfaatkan
surplus anggaran;
Pengeluaran Daerah terdiri dari Transfer ke Dana Cadangan, Pembayaran Pokok Utang,
Penyertaan Modal (Investasi Jangka Panjang), dan atau Sisa Perhitungan Anggaran Tahun
Berkenan;
Sisa Perhitungan Anggaran Tahun Berkenan sebagaimana dimaksud pada ayat (5)
merupakan selisih lebih dari Surplus/Defisit ditambah dengan sumber-sumber pembiayaan
berupa Penerimaan Daerah dan dikurangi sumber-sumber pembiayaan yang merupakan
Pengeluaran Daerah;
Susunan Pembiayaan ditetapkan dengan Keputusan Bupati.
Pasal 30
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(1)
(2)
Jumlah Pinjaman daerah yang jatuh tempo dianggarkan pada kelompok Pembiayaan jenis
pengeluaran Daerah, dan obyek Pembayaran Pokok Pinjaman;
Jumlah bunga, denda dan biaya administrasi Pijaman Daerah yang akan dibayar
dianggarkan pada bagian, kelompok, jenis, obyek dan rincian obyek Belanja Administrasi
Umum.
245
Pasal 32
(1)
(2)
Pembentukan Dana Cadangan sebagaimana dimaksud pada pasal 11 ayat (1) ditetapkan
dengan Peraturan Daerah;
Peraturan Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menetapkan tujuan, besaran dan
sumber Dana Cadangan serta jenis program /kegiatan yang dibiayai dari Dana Cadangan
tersebut.
Pasal 33
(1)
(2)
Pengisian Dana Cadangan setiap tahun dianggarkan dalam kelompok Pembiayaan, jenis
Pengeluaran Daerah dengan obyek Transfer ke Dana Cadangan;
Penggunaan Dana Cadangan dianggarkan pada :
a.Kelompok Pembiayaan, jenis Pembiayaan Daerah, obyek Transfer dari Dana Cadangan;
b. Bagian, kelompok dan jenis Belanja Modal.
Pasal 34
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
Aset Daerah berupa Aktiva Tetap selain tanah yang digunakan untuk operasional secara
langsung oleh Pemerintah Daerah didepresiasikan berdasarkan umur ekonomisnya;
Pemerintah Daerah dapat membentuk Dana Depresiasi dari depresiasi Aset Daerah
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) untuk penggantian asset pada akhir masa umur
ekonomis;
Pembentukan Dana Depresiasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disesuaikan dengan
kemampuan keuangan Daerah dan ditetapkan dengan Keputusan Bupati;
Keputusan Bupati sebagaimana dimaksud pada ayat (3) menetapkan tujuan, besaran dan
sumber Dana Depresiasi serta jenis penggantian Aktiva Tetap yang dibiayai dari Dana
Depresiasi tersebut;
Dana Depresiasi yang dibentuk sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bersumber dari
Kontribusi tahunan Penerimaan APBD, kecuali dari Dana Alokasi Khusus, Pinjaman Daerah
dan Dana Darurat.
Pasal 35
(1)
(2)
Pengisian Dana Depresiasi sebagaimana dimaksud pada pasal 32 ayat (1) setiap tahun
dianggarkan dalam kelompok pembiayaan, jenis Pengeluaran Daerah, dan Obyek Transfer ke
Dana Depresiasi;
Penggunaan Dana Depresiasi dianggarkan pada :
a. Kelompok Pembiayaan, jenis Penerimaan Daerah, obyek Transfer dari Dana Depresiasi;
b. Bagian, kelompok dan jenis Belanja Modal.
246
Bagian Keenam
Proses Penyusunan APBD
Pasal 36
(1)
(2)
(3)
(1)
(2)
(3)
Berdasarkan Arah dan Kebijakan Umum APBD.sebagaimana dimaksud pada Pasal 36 ayat
(1), Bupati menyusun Strategi dan Prioritas APBD;
Untuk menyusun Strategi dan Prioritas APBD, Bupati membentuk Tim Anggaran
Eksekutif yang diketahui oleh Sekretaris Daerah yang anggotanya terdiri atas unsur pejabat
perangkat Daerah yang terkait;
Mekanisme penyusunan Strategi dan Prioritas APBD sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
ditetapkan dengan Keputusan Bupati.
Pasal 38
(1)
Berdasarkan Arah dan Kebijakan Umum APBD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36 ayat
(1) serta Strategi dan Prioritas APBD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 37 ayat (1), Bupati
menetapkan kebijakan penganggaran Unit Kerja sebagai pedoman Perangkat Daerah untuk
menyusun Usulan Program, Kegiatan dan Anggaran;
(2)
(1)
(2)
(3)
(4)
Usulan Program, Kegiatan dan Anggaran Unit Kerja sebagaimana dimaksud pada Pasal 38
ayat (1) disusun berdasarkan pendekatan kinerja;
Usulan Program, Kegiatan dan Anggaran Unit Kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dituangkan dalam Rencana Anggaran Satuan Kerja;
Penyusunan Usulan Program, Kegiatan dan Anggaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
ditetapkan dengan Keputusan Bupati;
Bentuk dan cara pengisian Rencana Anggaran Satuan Kerja sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) ditetapkan dengan Keputusan Bupati.
247
Pasal 40
(1)
(2)
Rencana Anggaran Satuan Kerja sebagaimana dimaksud pada Pasal 39 ayat (2) disampaikan
kepada Tim Anggaran Eksekutif dan Panitia Anggaran Legislatif untuk dibahas dalam rangka
penyusunan Rancangan APBD;
Hasil pembahasan terhadap Rencana Anggaran Satuan Kerja sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) digunakan sebagai dasar penyusunan Rancangan APBD.
Pasal 41
(1) Rancangan Peraturan Daerah tentang APBD terdiri dari Rancangan Peraturan Daerah tentang
APBD beserta dokumen pendukungnya;
(2) Dokumen pendukung sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat terdiri atas :
a.Ringkasan APBD
b. Rincian APBD
c.Daftar Rekapitulasi APBD berdasarkan Bidang Pemerintahan dan Perangkat Daerah;
d. Daftar Jumlah Pegawai per Golongan dan per Jabatan ;
e.Daftar Piutang Daerah ;
f. Daftar Pinjaman Daerah ;
g. Daftar Investasi (Penyertaan Modal ) Daerah ;
h. Daftar Ringkasan Nilai Aktiva Tetap Daerah ;
i. Daftar Dana Cadangan ;
(3) Rincian APBD sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b memuat uraian kelompok, jenis,
dan obyek pendapatan, belanja serta pembiayaan per Unit Kerja;
(4) Susunan Aktiva Daerah dan Utang Daerah ditetapkan dengan Keputusan Bupati;
(5) Format Rancangan Peraturan Daerah tentang APBD beserta dokumen pendukung
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tercantum dalam Lampiran Peraturan Daerah ini dan
merupakan bagian yang tidak terpisahkan.
Bagian Ketujuh
Penetapan APBD
Pasal 42
(1)
(2)
(3)
(4)
Rancangan Peraturan Daerah tentang APBD beserta penjelasan dan dokumen pendukungnya
disampaikan oleh Bupati kepada DPRD pada minggu pertama bulan Oktober tahun
sebelumnya;
Penyampaian Rancangan Peraturan Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disertai
dengan Nota Keuangan;
DPRD menetapkan agenda pembahasan Rancangan Peraturan Daerah sebagaimana
dimaksud pada ayat (1);
Rancangan Peraturan Daerah tentang APBD disetujui oleh DPRD paling lambat 3 (tiga)
bulan setelah disampaikan oleh Bupati;
248
(5)
Format Nota Keuangan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditetapkan dengan Keputusan
Bupati.
Pasal 43
(1)
(2)
(3)
(1)
(2)
(3)
(4)
Berdasarkan Peraturan Daerah tentang APBD, Bupati menetapkan Rencana Anggaran Satuan
Kerja sebagaimana dimaksud pada Pasal 40 ayat (2) menjadi Dokumen Anggaran Satuan
Kerja;
Dokumen Anggaran Satuan Kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memuat Anggaran
Pendapatan dan Belanja setiap Perangkat Daerah yang digunakan sebagai dasar pelaksanaan
oleh Pengguna Anggaran;
Dokumen Anggaran Satuan Kerja ditetapkan paling lambat 1 (satu) bulan setelah Peraturan
Daerah tentang APBD ditetapkan;
Bentuk Dokumen Anggaran Satuan Kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan
dengan Keputusan Bupati.
BAB V
PERUBAHAN APBD
Bagian Pertama
Proses Penyusunan Perubahan APBD
Pasal 45
(1)
(2)
(3)
249
(4)
(5)
(6)
Bupati sebagai pedoman Perangkat Daerah dalam menyusun usulan perubahan program,
kegiatan dan anggaran;
Usulan perubahan program, kegiatan dan anggaran sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
dituangkan dalam Perubahan Rencana Anggaran Satuan Kerja dan disampaikan oleh setiap
Perangkat daerah kepada Tim Anggaran Eksekutif untuk dibahas;
Hasil pembahasan Perubahan Rencana Anggaran Satuan Kerja sebagaimana dimaksud
pada ayat (4) dituangkan ke dalam Rancangan Perubahan APBD;
Rancangan Perubahan APBD memuat anggaran daerah yang tidak mengalami perubahan
dan yang mengalami perubahan.
Pasal 46
(1)
(2)
(3)
Rancangan Peraturan Daerah tentang Perubahan APBD terdiri dari Rancangan Peraturan
Daerah tentang Perubahan APBD beserta dokumen pendukungnya.
Dokumen pendukung sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas :
a.Ringkasan Perubahan APBD;
b. Rincian Perubahan APBD;
c.Daftar Rekapitulasi Perubahan APBD berdasarkan Bidang Pemerintahan dan Organisasi;
d. Neraca Pemerintah Daerah Tahun Anggaran Yang Lalu.
Format Rancangan Peraturan Daerah tentang Perubahan APBD beserta dokumen
pendukungnya sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dicantumkan dalam Lampiran Peraturan
Daerah ini dan merupakan bagian yang tidak terpisahkan.
Bagian Kedua
Penetapan Perubahan APBD
Pasal 47
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
250
Pasal 48
(1)
(2)
(3)
(1)
(2)
(3)
(1)
(2)
(3)
(1) Bupati dan Wakil Bupati diberikan gaji yang terdiri dari gaji pokok, tunjangan jabatan dan
tunjangan lainnya;
(2) Besarnya gaji pokok Bupati dan Wakil Bupati ditetapkan sesuai dengan peraturan perundangundangan yang berlaku;
251
(3) Tunjangan jabatan dan tunjangan lainnya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan atau kemampuan
keuangan daerah.
Bagian Kedua
Sarana dan Prasarana
Pasal 52
(1)
(2)
(3)
Bupati dan Wakil Bupati disediakan masing-masing 1 (satu) rumah jabatan beserta
perlengkapannya dan 1 (satu) unit kendaraan dinas;
Biaya pemeliharaan rumah jabatan beserta perlengkapan, dan kendaraan dinas sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dibebankan pada APBD;
Apabila Bupati dan Wakil Bupati berhenti dari jabatannya, rumah jabatan beserta
perlengkapannya dan kendaraan dinas diserahkan kembali dalam keadaan lengkap dan baik
kepada Pemerintah Daerah paling lambat satu bulan setelah masa jabatan berakhir.
Bagian Ketiga
Biaya Operasional
Pasal 53
(1)
(2)
252
3.
Penghasilan Tetap Pimpinan dan Anggota DPRD sebagaimana dimaksud pada Pasal 55
terdiri dari :
a.
Uang Representasi;
b.
Uang Paket ;
c.
Tunjangan Jabatan;
d.
Tunjangan Komisi;
e.
Tunjangan Kesejahteraan
f.
Tunjangan Khusus
Pasal 57
(1)
(2)
(1)
(2)
(1)
(2)
(1)
(2)
253
(3)
Besarnya tunjangan alat kelengkapan DPRD sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
disesuaikan dengan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku.
Pasal 61
(1)
(2)
(3)
(2)
Pasal 64
(1)
(2)
254
Pasal 65
(1) Panitia DPRD diberikan Tunjangan Panitia.
(2) Tunjangan Panitia terdiri dari :
a. Tunjangan Panitia Musyawarah;
b. Tunjangan Panitia anggaran;
c. Tunjangan Panitia Panitia;
d. Tunjangan Badan Kehormatan.
(3) Besarnya Tunjangan Panitia sebagaimana dimaksud dengan ayat (2) disesuaikan dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku dan atau kemampuan keuangan daerah.
Pasal 66
(1) Pimpinan dan Anggota DPRD diberikan Biaya Penunjang Kegiatan;
(2) Biaya Penunjang Kegiatan terdiri dari :
a. Biaya Penunjang Kegiatan Ketua, Wakil Ketua, dan Anggota DPRD;
b. Biaya Penunjang Kegiatan Fraksi;
c. Biaya Penunjang Kegiatan Komisi;
d. Biaya Penunjang Kegiatan Masa Reses;
e. Biaya Tunjangan Hari Raya.
(3) Besarnya biaya penunjang kegiatan sebagaimana dimaksud dengan ayat (2) disesuaikan
dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan atau kemampuan Keuangan Daerah.
Bagian Keempat
Sarana dan Prasarana Penunjang Kegiatan DPRD
Pasal 67
(1)
(2)
(3)
Untuk menunjang kelancaran pelaksanaan tugas pokok dan fungsinya, Pimpinan dan
Anggota DPRD diberikan sarana dan prasarana penunjang kegiatan;
Sarana dan Prasarana penunjang kegiatan sebagaimana dimaksud ayat (1) terdiri dari :
a. Belanja Pakaian Dinas;
b. Belanja Perjalanan Dinas.
Besarnya belanja sarana dan prasarana penunjang kegiatan sebagaimana dimaksud dengan
ayat (2) disesuaikan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan atau
kemampuan keuangan daerah.
Pasal 68
255
(1)
(2)
(3)
(4)
Ketua DPRD dan Wakil Keta disediakan rumah jabatan beserta perlengkapannya dan
masing-masing 1 (satu) unit kendaraan Dinas;
Angota DPRD disediakan masing-masing Rumah Dinas beserta perlengkapannya sesuai
dengan kemampuan keuangan Daerah;
Biaya pemeliharaan rumah jabatan beserta perlengkapan, dan kendaraan dinas sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), ayat (2) dibebankan pada APBD;
Apabila Pimpinan dan Anggota DPRD berhenti atau berakhir masa baktinya, rumah jabatan
beserta perlengkapannya dan kendaraan dinas diserahkan kembali dalam keadaan baik
kepada Pemerintah Daerah.
Bagian Kelima
Biaya Sekretariat DPRD
Pasal 69
(1)
(2)
(3)
(1)
(2)
(3)
Pimpinan DPRD dan Sekretaris DPRD menyusun rencana Anggaran Belanja DPRD dengan
pertimbangan Panitia Anggaran DPRD;
Anggaran Belanja DPRD dan Sekretariat DPRD merupakan bagian yang tidak terpisahkan
dari APBD;
Pengelolaan Keuangan DPRD dilaksanakan oleh Sekretaris DPRD berpedoman pada
ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
BAB VIII
PELAKSANAAN APBD
Bagian Pertama
Penerimaan Kas
Pasal 71
(1)
256
(2)
(3)
(4)
Penyetoran ke Rekening Kas Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menggunakan
Surat Tanda Setoran (STS) atau Bukti Penerimaan Kas lainnya yang sah;
STS atau bukti Penerimaan Kas lainnya yang sah sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
merupakan dokumen atau bukti transaksi yang menjadi dasar pencatatan akuntansi;
Format STS dan cara pengisiannya ditetapkan dengan Keputusan Bupati.
Pasal 72
(1)
(2)
Khusus untuk Perangkat Daerah yang bertanggungjawab atas Pendapatan Asli Daerah,
Satuan Pemegang Kas menunjuk Petugas Pemungut Uang yang bertugas mengumpulkan
uang hasil Pajak Daerah dan Retribusi Daerah;
Petugas Pemunggut Uang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib menyetor seluruh uang
yang diterimanya ke Bank atas nama Rekening Kas Daerah paling lambat satu hari kerja
sejak saat uang kas tersebut diterima.
Pasal 73
Satuan Pemegang Kas dilarang menyimpan Kas yang diterimanya atas nama pribadi atau
instansinya pada suatu bank atau lembaga keuangan lainnya.
Pasal 74
(1)
(2)
(3)
(4)
Untuk kelancaran penyetoran kas, Pemerintah Daerah dapat menunjuk Badan, Lembaga
Keuangan atau Kantor Pos yang bertugas melaksanakan sebagian fungsi Satuan Pemegang
kas;
Badan, Lembaga Keuangan atau Kantor Pos sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menyetor
seluruh uang kas yang diterimanya ke Rekening Kas Daerah di Bank secara periodik;
Badan, Lembaga Keuangan atau Kantor Pos sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
mempertanggungjawabkan seluruh uang kas yang diterimanya kepada Bupati melalui
Bendahara Umum daerah;
Mekanisme pertanggungjawaban sebagaimana dimaksud pada ayat (3) ditetapkan dengan
Keputusan Bupati.
Pasal 75
(1)
(2)
Semua Kas yang diterima kembali dari pengeluaran yang telah diselesaikan dengan SPM
dibukukan sebagai pengurangan atas Pos Belanja daerah tersebut;
Penerimaan-penerimaan seperti dimaksud pada ayat (1) yang terjadi setelah Tahun Anggaran
ditutup, dibukukan pada Kelompok Pendapatan Asli Daerah, Jenis lain-lain Pendapatan Asli
Daerah yang sah.
Pasal 76
257
(1)
Penerimaan kas yang berasal dari hasil penjualan dan atau ganti rugi pelepasan hak asset
Daerah dibukukan pada Kelompok Pendapatan Asli Daerah, Jenis lain-lain Pendapatan Asli
Daerah yang sah;
(2)
Penerimaan kas yang berasal dari hasil penjualan dan atau ganti rugi pelepasan hak asset
Daerah yang dipisahkan dibukukan pada Kelompok Pembiayaan, Jenis Penerimaan Daerah,
Obyek Hasil Penjualan Aset Daerah yang dipisahkan.
Pasal 77
Penerimaan kas yang berasal dari pungutan atau potongan yang akan disetor kepada pihak ketiga
dibukukan pada Pos Hutang Perhitungan Pihak Ketiga.
Pasal 78
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
Pengeluaran kas yang mengakibatkan beban APBD, tidak dapat dilakukan sebelum
Rancangan Peraturan Daerah tentang APBD disahkan dan ditempatkan dalam Lembaran
Daerah;
Pengecualian dari ayat (1) diatur dengan Keputusan Bupati;
Untuk pengeluaran kas atas beban APBD, terlebih dahulu diterbitkan Surat Keputusan
Otorisasi (SKO) atau keputusan lainnya yang disamakan dengan itu, yang ditetapkan dengan
Keputusan Bupati;
Penerbitan SKO sebagaimana dimaksud pada ayat (3) didasarkan atas Anggaran Kas yang
ditetapkan dengan Keputusan Bupati;
Setiap pengeluaran kas harus didukung oleh bukti yang lengkap dan sah;
Bentuk SKO dan cara pengisiannya sebagaimana dimaksud pada ayat (3) ditetapkan dengan
Keputusan Bupati.
Pasal 79
Setiap orang yang diberi kewenangan menandatangani dan atau mengesahkan surat bukti yang
menjadi dasar pengeluaran kas bertanggung jawab atas kebenaran dan akibat dari penggunaan
bukti tersebut.
Pasal 80
(1)
(2)
(3)
(4)
258
(5)
Bentuk SPP-BT, SPP-PK, dan cara pengisiannya sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dan
ayat (4) ditetapkan dengan Keputusan Bupati.
Pasal 81
(1) Pembayaran Beban Tetap dapat dilakukan antara lain untuk keperluan :
a. Belanja Pegawai;
b. Belanja Perjalanan Dinas sepanjang mengenai uang pesangon;
c. Belanja Bagi Hasil dan Bantuan Keuangan;
d. Pembayaran pokok pinjaman yang jatuh tempo, biaya bunga dan biaya administrasi
pinjaman;
e. Pelaksanaan pekerjaan oleh pihak ketiga;
f. Pembelian Barang dan Jasa ; dan
g. Pembelian barang dan bahan untuk pekerjaan yang dilaksanakan sendiri yang jenis dan
nilainya ditetapkan oleh Bupati.
(2) Pembayaran atas SPP-BT dapat dilakukan setelah Pejabat sebagaimana dimaksud pada Pasal
80 ayat (1) menyatakan lengkap dan sah terhadap dokumen yang dilampirkan, antara lain :
a. SPP-BT;
b. Nomor Pokok Wajib Pajak;
c. SKO;
d. Daftar rincian penggunaan anggaran belanja;
e. Penunjukan rekanan, disertai risalah pelelangan;
f. SPK bagi penunjukan rekanan yang tidak melalui pelelangan;
g. Kontrak pelaksanaan pengadaan barang/jasa;
h. Tanda terima pembayaran, kwitansi, nota dan atau faktur yang disetujui Kepala Unit Kerja
Pengguna Anggaran;
i. Berita acara tingkat penyelesaian pekerjaan;
j. Berita acara penerimaan barang/pekerjaan;
k. Faktur pajak;
l. Berita acara pembebasan tanah yang dibuat oleh panitia pembebasan tanah;
m. Akte notaris untuk pembelian barang tidak bergerak lainnya;
n. Foto dokumentasi;
o. Surat angkutan;
p. Konosemen;
q. Surat jaminan uang muka;
r. Berita acara pembayaran ; dan
s. Surat bukti pendukung lainnya.
Pasal 82
Pembayaran untuk Pengisian Kas dapat dilakukan apabila SPP-PK, SKO, Daftar Rincian
Penggunaan Anggaran Belanja dan SPJ berikut pendukung lainnya atas realisasi pencairan SPP
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009
259
bulan sebelumnya dinyatakan lengkap dan sah oleh Pejabat sebagaimana dimaksud pada Pasal 80
ayat (1).
Pasal 83
(1)
Setiap SPP yang telah memenuhi persyaratan dan disetujui oleh Pejabat sebagaimana
dimaksud pada Pasal 80 ayat (1) dapat diterbitkan Surat Perintah Membayar (SPM);
(2)
(3)
Pasal 84
(1)
(2)
(3)
(1)
(2)
(3)
(4)
Penatausahaan pelaksanaan program atau kegaiatan yang dibiayai dari Dana Cadangan
diperlakukan sama dengan Penatausaan pelaksanaan program atau kegiatan lainnya.
Pasal 87
(1)
Pinjamanan Daerah baik jangka pendek, jangka dan jangka panjang sebagaimana dimaksud
pada pasal 30 ayat (1) disalurkan melalui Rekening Kas Daerah;
260
(2)
(3)
Penatausahaan pelaksanaan program atau kegiatan yang dibiayai dari Pinjaman Daerah
diperlakukan sama dengan penatausahaan pelaksanaan program atau kegiatan lainnya;
Semua penerimaan dan kewajiban dalam rangka Pinjaman Daerah dicantumkan dalam
Daftar Pinjaman Daerah;
Bagian Keempat
Barang dan Jasa
Pasal 88
(1) Prinsip-prinsip pengadaan barang dan jasa dalam rangka pelaksanaan APBD dilakukan sebagai
berikut :
a. Hemat, tidak mewah, efisien dan sesuai dengan kebutuhan teknis yang disyaratkan /
ditetapkan;
b. Terarah dan terkendali sesuai dengan kebutuhan dalam melaksanakan tugas pokok dan
fungsi perangkat daerah;
c. Memberikan kesempatan berusaha bagi pengusaha kecil, menengah dan koperasi;
(2) Prosedur dan mekanisme pengadaan barang dan jasa diatur lebih lanjut dengan Keputusan
Bupati sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku;
(3) Harga satuan barang dan jasa ditetapkan dengan Keputusan Bupati.
Pasal 89
(1) Seluruh barang yang pengadaannya atas beban APBD, wajib dibukukan kedalam Rekening
Aset Daerah yang berkenan, dan dicatat dalam Daftar Aset Daerah sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku;
(2) Pembukuan Aset Daerah, termasuk perhitungan nilai buku depresiasi dan kapitalisasi,
dilakukan oleh Unit Kerja yang melaksanakan fungsi akuntasi Pemerintah Daerah.
Pasal 90
Dalam hal pengelolaan Aset Daerah menghasilkan penerimaan maka penerimaan tersebut menjadi
Penerimaan Daerah dan disetor seluruhnya ke Rekening Kas Daerah.
Pasal 91
(1) Aset Daerah yang dicuri atau hilang, rusak atau musnah dapat dihapuskan dari pembukuan
Aset dan Daftar Inventaris Aset Daerah;
(2) Setiap penghapusan aset daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pasal ini, diatur sebagai
berikut :
a. Barang bergerak seperti kendaraan Perorangan Dinas dan Kendaraan Operasional Dinas
ditetapkan oleh Bupati setelah memperoleh persetujuan DPRD sedangkan untuk barang
inventaris lainnya cukup ditetapkan dengan Keputusan Bupati dan diberitahukan kepada
DPRD;
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009
261
262
(4) Penyesuaian Kebijakan Akuntansi sebagaimana dimaksud pada ayat (3) berpedoman pada
standar akuntansi keuangan Pemerintah Daerah yang berlaku.
Pasal 96
(1) Untuk mengatur pengorganisasian dokumen, uang, barang, catatan akuntansi dan laporan
keuangan ditetapkan sistem dan prosedur akuntansi;
(2) Sistem dan prosedur akuntansi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri dari :
a. Sistem dan prosedur akuntansi penerimaan kas;
b. Sistem dan prosedur akuntansi pengeluaran kas;
c. Sistem dan prosedur akuntansi selain kas.
(3) Sistem dan prosedur akuntansi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan
Keputusan Bupati tentang Sistem Akuntansi Keuangan Daerah.
BAB IX
LAPORAN PERTANGGUNGJAWABAN KEUANGAN DAERAH
Bagian Pertama
Prinsip-prinsip Pelaporan Keuangan
Pasal 97
Pelaporan Keuangan Daerah harus mengungkapkan :
a. Secara wajar dan menyeluruh kegiatan Pemerintah Daerah, pencapaian kinerja keuangan
daerah dan pemanfaatan sumber daya ekonomis serta ketaatan terhadap peraturan perundangundangan;
b. Perbandingan antara realisasi dan anggaran serta penyebab terjadinya selisih antara realisasi
dengan anggarannya;
c. Konsistensi penyusunan laporan keuangan antara satu periode akuntasi dengan periode
akuntasi sebelumnya;
d. Perubahan kebijakan akuntasi yang diterapkan;
e. Transaksi atau kejadian penting yang terjadi setalah tanggal tutup buku yang mempengaruhi
kondisi keuangan; dan
f. Catatan-catatan terhadap isi laporan keuangan dan informasi tambahan lainnya yang
diperlukan yang merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan dari pelaporan keuangan;
Bagian Kedua
Laporan Keuangan Penggunaan Anggaran
Pasal 98
(1) Setiap akhir bulan Kepala Unit Kerja Pengguna Anggaran wajib menyampaikan Laporan
Keuangan Penggunaan Anggaran kepada Bupati;
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009
263
(2) Laporan Keuangan Penggunaan Anggaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
menggambarkan tentang pencapaian kinerja program dan kegiatan, kemajuan realisasi
pencapaian target pendapatan, realisasi penyerapan belanja, serta realisasi pembiayaan;
(3) Mekanisme pelaporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan Keputusan
Bupati.
Bagian Ketiga
Laporan Triwulanan
Pasal 99
(1) Pemerintah Daerah menyampaikan Laporan Triwulan sebagai pemberitahuan pelaksanaan
APBD kepada DPRD;
(2) Laporan Triwulan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan paling lambat 1 (satu)
bulan setelah berakhirnya Triwulan yang bersangkutan;
(3) Bentuk Laporan Triwulan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditetapkan dengan Keputusan
Bupati
Bagian Keempat
Laporan Akhir Tahun Anggaran
Pasal 100
(1) Setelah Tahun Anggaran terlewati, Bupati menyampaikan Laporan Perhitungan jawaban
pelaksanaan APBD kepada DPRD berupa laporan Keuangan yang telah diperiksa oleh Badan
Pemeriksa keuangan selambat-lambatnya 6 (enam) bulan setelah Tahun Anggaran berakhir;
(2) Laporan Pertanggungjawaban dimaksud setidak-tidaknya meliputi realisasi APBD, Neraca,
Laporan, Aliran Kas dan catatan atas Laporan Keuangan yang dilampiri Laporan Keuangan
Perusahaan Daerah.
(3) Laporan Pertanggungjawaban Keuangan Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilengkapi dengan pencapian kinerja berdasarkan tolok ukur Rencana Strategis, dan
disampaikan paling lambat 3 (tiga) bulan setelah berakhirnya tahun anggaran yang
bersangkutan.
Pasal 101
Laporan Perhitungan APBD sebagaimana dimaksud pada Pasal 101 ayat (1) huruf a berupa rincian
anggaran setalah perubahan, rincian realisasi, dan perhitungan selisih antara anggaran dengan
realisasi pendapatan dan belanja Daerah, disertai dengan kejelasan tentang penyebab terjadinya
selisih antara anggaran dengan realisasi, baik karena faktor terkendali maupun yang tidak
terkendali dari penanggung jawab program atau kegiatan.
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009
264
Pasal 102
(1) Nota Perhitungan APBD sebagaimana dimaksud pada Pasal 101 ayat (1) huruf b disusun
berdasarkan Laporan Perhitungan APBD;
(2) Nota Perhitungan APBD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memuat ringkasan realisasi
pendapatan, belanja dan pembiayaan serta laporan kinerja keuangan daerah yang mencakup
antara lain :
a. Pencapaian Kinerja Daerah dalam melaksanakan program yang direncanakan;
b. Bagian belanja APBD yang digunakan untuk membiayai untuk Administrasi Umum,
kegiatan Operasi dan Pemeliharaan serta Belanja Modal untuk aparatur daerah dan
pelayanan publik;
c. Bagian Belanja APBD yang digunakan untuk anggaran DPRD dan Sekretariat DPRD;
dan
d. Posisi Rekening Dana Cadangan.
(3) Bentuk Nota Perhitungan APBD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan
Keputusan Bupati.
Pasal 103
(1) Laporan Aliran Kas sebagaimana dimaksud pada Pasal 101 ayat (1) huruf c menyajikan
informasi mengenai sumber dan penggunaan kas dalam aktivitas operasi, aktivitas investasi
dan aktivitas pembiayaan;
(2) Laporan Aliran Kas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat disusun dengan metode
langsung atau metode tidak langsung;
(3) Format Aliran Kas sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditetapkan dengan Keputusan
Bupati.
Pasal 104
(1)
(2)
(3)
Neraca Pemerintah Daerah sebagaimana dimaksud pada Pasal 101 ayat (1) huruf d
menyajikan informasi mengenai posisi aktiva, utang dan ekuitas dana pada tanggal tertentu;
Posisi aktiva sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak termasuk dalam pengertian aktiva
sumber daya alam seperti hutan, sungai, dan kandungan pertambangan, serta harta
peninggalan sejarah yang menjadi aset nasional;
Bentuk Neraca Pemerintah Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan
Keputusan Bupati.
Bagian Kelima
Dokumen Rancangan Peraturan Daerah
tentang Perhitungan APBD
Pasal 105
265
(1) Dokumen Rancangan Peraturan Daerah tentang Perhitungan APBD terdiri atas Rancangan
Peraturan Daerah tentang Perhitungan APBD beserta dokumen pendukung;
(2) Dokumen pendukung Rancangan Peraturan Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
terdiri atas :
a. Ringkasan Perhitungan APBD;
b. Laporan Sisa Perhitungan Anggaran Tahun Berkenaan;
c. Rincian Perhitungan APBD;
d. Daftar Rekapitulasi Perhitungan APBD berdasarkan Bidang Pemerintahan dan
Perangkat Daerah;
e. Daftar Piutang Daerah;
f. Daftar Pinjaman Daerah;
g. Daftar Investasi (Penyertaan Modal) Daerah;
h. Daftar Ringkasan Nilai Aktiva Tetap Daerah;
i. Daftar Dana Cadangan;
j. Daftar SPM yang masih belum Dicairkan;
k. Daftar Aset yang diperoleh pada Tahun Berkenaan;
l. Daftar Belanja Modal selama Tahun Berkenaan;
m. Laporan Keuangan Badan Usaha Milik Daerah.
(3) Rincian Perhitungan APBD sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf c memuat uraian
kelompok, jenis, obyek dan rincian obyek pendapatan, belanja dan pembiayaan;
(4) Bentuk APBD beserta dokumen pendukung sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tercantum
dalam Lampiran Peraturan Daerah ini dan merupakan bagian yang tidak terpisahkan.
Bagian Keenam
Penetapan Perhitungan APBD
Pasal 106
(1) Rancangan Peraturan Daerah tentang Perhitungan APBD beserta dokumen pendukungnya
disampaikan oleh Bupati kepada DPRD untuk diminta persetujuan;
(2) Penyampaian Rancangan Peraturan Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disertai
dengan Nota Perhitungan APBD, Laporan Aliran Kas dan Neraca Pemerintah Daerah.
Pasal 107
(1) Agenda pembahasan Rancangan Peraturan Daerah tentang Perhitungan APBD beserta
dokumen pendukungnya ditentukan oleh DPRD;
(2) Rancangan Peraturan Daerah tentang Perhitungan APBD disetujui oleh DPRD paling lambat
1 (satu) bulan setelah DPRD menerima Rancangan Peraturan Daerah tersebut;
(3) Berdasarkan persetujuan DPRD sebagaimana dimaksud pada ayat (2) Bupati menetapkan
Peraturan Daerah tentang Perhitungan APBD.
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009
266
BAB X
PENGAWASAN DAN PEMERIKSAAN KEUANGAN DAERAH
Bagian Pertama
Pengawasan
Pasal 108
(1) Pengawasan atas kebijakan pelaksanaan APBD dilakukan oleh DPRD.
(2) Pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan memperhatikan aspirasi
masyarakat.
Bagian Kedua
Pemeriksaan
Pasal 109
(1) Pemeriksaan atas pelaksanaan, pengelolaan, dan pertanggungjawaban Keuangan Daerah
dilakukan sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku;
(2) Hasil pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaporkan kepada Bupati.
BAB XI
KERUGIAN KEUANGAN DAERAH
Pasal 110
(1) Setiap kerugian Daerah baik sebagai akibat perbuatan melanggar hukum atau kelalaian harus
diganti oleh yang bersangkutan;
(2) Setiap pimpinan Perangkat Daerah wajib melakukan tuntutan ganti kerugian segera setelah
diketahui bahwa dalam Perangkat Daerah yang bersangkutan terjadi kerugian akibat
perbuatan dari pihak manapun.
Pasal 111
(1) Bupati wajib melakukan tuntutan perbendaharaan dan tuntutan ganti rugi atas setiap kerugian
yang diakibatkan oleh kelalaian atau kesengajaan Pejabat Pengelola Keuangan Daerah dan
pegawai lainnya;
(2) Penyelesaian kerugian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
267
BAB XII
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 112
Hal-hal yang belum diatur dalam Peraturan Daerah ini, sepanjang mengenai teknis pelaksanaannya
diatur lebih lanjut dengan Keputusan Bupati.
Pasal 113
Peraturan ini berlaku mulai sejak tanggal diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan
penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Lamandau.
Ditetapkan di : Nanga Bulik
Pada tanggal : 05 April 2005
BUPATI LAMANDAU,
ttd
BUSTANI DJ. MAMUD
Diundangkan di
: Nanga Bulik
Pada Tanggal
: 5 April 2005
268
a.
b.
bahwa dengan perkembangan dan kemajuan Wilayah KecamatanKecamatan di Kabupaten Lamandau baik dibidang Ekonomi,
Sosial Politik, Sosial Budaya, Jumlah Penduduk, Jumlah
Desa/Kelurahan Luas Wilayah serta adanya aspirasi yang
berkembang dalam masyarakat, dipandang perlu meningkatkan,
efisiensi dan efektifitas Penyelenggaraan Pemerintahan,
pelaksanaan Pembangunan dan pelayanan kepada masyarakat;
c.
269
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
270
9.
10.
11.
12.
13.
271
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan :
1. Daerah adalah Kabupaten Lamandau;
2. Pemerintah Daerah adalah Bupati dan Perangkat Daerah sebagai unsur penyelenggaraan
Pemerintah Daerah Kabupaten Lamandau;
3. Pemerintahan Daerah adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh Pemerintah Daerah
dan DPRD menurut asas otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsif otonomi seluasluasnya dalam sistem dan prinsif Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud
dalam Undang-undang Dasar Negara RI Tahun 1945;
4. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya disebut DPRD adalah Lembaga
Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Lamandau sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan
Daerah;
5. Kecamatan adalah sebagai Perangkat Daerah Kabupaten Lamandau yang dipimpin oleh
Camat;
6. Camat adalah Kepala Kecamatan;
7. Desa atau yang disebut dengan nama lain, selanjutnya disebut Desa adalah kesatuan
masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan
mengurus kepentingan masyarakat setempat, berdasarkan asal usul dan adat istiadat setempat
yang diakui dan dihormati dalam sistem Pemerintahan Negara Kesatuan RI.
BAB II
PEMBENTUKAN, BATAS WILAYAH DAN
IBU KOTA KECAMATAN
Pasal 2
Dengan Peraturan Daerah ini dibentuk Kecamatan Bulik Timur, Kecamatan Menthobi Raya,
Kecamatan Sematu Jaya, Kecamatan Belantikan Raya Dan Kecamatan
Batangkawa di wilayah
Kabupaten Lamandau.
Pasal 3
Kecamatan Bulik Timur berasal dari sebagian Wilayah Kecamatan Bulik yang terdiri dari :
1. Desa Merambang;
2. Desa Batu Tunggal;
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009
272
Pasal 4
Kecamatan Menthobi Raya berasal dari sebagian wilayah Kecamatan Bulik yang terdiri dari :
1 Desa Melata;
2 Desa Nanuah;
3 Desa Topalan;
4. Desa Batu Ampar;
5. Desa Lubuk Hiju;
6. Desa Bukit Makmur;
7. Desa Bukit Raya;
8. Desa Modang Mas;
9. Desa Mukti Manunggal;
10. Desa Sumber Jaya;
11. Desa Bukit Harum;
Pasal 5
(1)
273
(2)
Kecamatan Belantikan Raya berasal dari sebagian wilayah Kecamatan Lamandau dan Kecamatan
Bulik yang terdiri dari :
1. Desa Bayat;
2. Desa Nanga Belantikan;
3. Desa Sungai Buluh;
4. Desa Belibi;
5. Desa Karang Besi;
6. Desa Benuatan;
7. Desa Kahingai;
8. Desa Nanga Matu;
9. Desa Petarikan;
10. Desa Sumber Cahaya;
11. Desa Bintang Mangalih;
12. Desa Tangga Batu.
Pasal 7
Kecamatan Batangkawa berasal dari sebagian wilayah Kecamatan Delang yang terdiri dari :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Desa Kinipan;
Desa Ginih;
Desa Batu Tambun;
Desa Benakitan;
Desa Liku;
Desa Mangkalang;
Desa Karang Mas;
Desa Kina;
Desa Jemuat;
Pasal 8
Dengan terbentuknya Kecamatan Bulik Timur, Kecamatan Menthobi Raya, Kecamatan Sematu
Jaya, Kecamatan Belantikan Raya sebagaimana dimaksud dalam pasal 3, 4, 5, dan 6 maka luas
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009
274
wilayah Kecamatan Bulik berkurang oleh wilayah Kecamatan Bulik Timur, Kecamatan Menthobi
Raya dan Kecamatan Sematu Jaya.
Pasal 9
Dengan terbentuknya Kecamatan Belantikan Jaya sebagaimana dimaksud dalam pasal 6 maka luas
wilayah Kecamatan Lamandau berkurang oleh wilayah Kecamatan Belantikan Raya.
Pasal 10
Dengan terbentuknya Kecamatan Batang Kawa sebagaimana dimaksud dalam pasal 7 maka luas
wilayah Kecamatan Delang berkurang oleh wilayah Kecamatan Batang Kawa.
Pasal 11
Wilayah Kecamatan Sematu Jaya, Kecamatan Menthobi Raya, Kecamatan Bulik Timur,
Kecamatan Belantikan Raya Dan Kecamatan Batangkawa merupakan bagian dan satu kesatuan
dari wilayah Kabupaten Lamandau Provinsi Kalimantan Tengah .
Pasal 12
(1) Kecamatan Bulik Timur mempunyai batas-batas wilayah :
Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Seruyan;
Sebelan Timur berbatasan dengan Kecamatan Menthobi Raya;
Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Bulik;
Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Belantikan Jaya.
(2 ) Kecamatan Menthobi Raya mempunyai batas-batas wilayah :
Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Seruyan;
Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Kotawaringin Barat;
Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Bulik;
Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Bulik Timur.
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009
275
276
Kecamatan Menthobi Raya, Kecamatan Sematu Jaya, Kecamatan Belantikan Raya Dan
Kecamatan Batangkawa sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku;
( 2 ) Penetapan Rencana Tata Ruang Wilayah sebagaimana dimaksud ayat (1), Kecamatan Bulik
Timur, Kecamatan Menthobi Raya, Kecamatan Sematu Jaya, Kecamatan Belantikan Raya
Dan Kecamatan Batangkawa dilaksanakan dengan memperhatikan Rencana Tata Ruang
Wilayah Kabupaten Lamandau;
( 3 ) Rencana Tata Ruang Wilayah Kecamatan Bulik Timur, Kecamatan Menthobi Raya,
Kecamatan Sematu Jaya, Kecamatan Belantikan Raya Dan Kecamatan
Batangkawa
ditetapkan dengan Peraturan Daerah tersendiri.
BAB III
LUAS WILAYAH DAN JUMLAH PENDUDUK
Pasal 15
Luas Wilayah dan Jumlah Penduduk :
Kecamatan Bulik Timur Luas Wilayah 1.074,27 Km2, dengan jumlah Penduduk 6.056 jiwa;
Kecamatan Menthobi Raya Luas Wilayah 620,88 Km2, dengan jumlah Penduduk 9.631 jiwa;
Kecamatan Sematu Jaya Luas Wilayah 113,85 Km2, dengan Jumlah Penduduk 8.351 jwa
Kecamatan Belantikan Raya Luas Wilayah 1.785,00 Km2, dengan Jumlah Penduduk 5.100 jiwa;
Kecamatan Batangkawa Luas Wilayah 685,00 Km2, dengan Jumlah Penduduk 3.130 jiwa.
BAB IV
KEWENANGAN KECAMATAN
Pasal 16
Kewenangan Kecamatan Bulik Timur, Kecamatan Menthobi Raya, Kecamatan Sematu Jaya,
Kecamatan Belantikan Raya Dan Kecamatan Batangkawa mencakup seluruh kewenangan bidang
pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan yang dilimpahkan oleh Pemerintah Daerah
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
BAB V
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009
277
PEMERINTAH KECAMATAN
Pasal 17
Untuk menyelenggarakan pemerintahan di Kecamatan Bulik Timur, Kecamatan Menthobi Raya,
Kecamatan Sematu Jaya, Kecamatan Belantikan Raya Dan Kecamatan Batangkawa dipimpin oleh
seorang Camat yang diangkat oleh Bupati dari Pegawai Negeri Sipil yang memenuhi syarat sesuai
dengan ketentuan Peraturan
Perundang-undangan yang berlaku.
Pasal 18
Untuk kelengkapan penyelenggaraan pemerintahan Kecamatan Bulik Timur, Kecamatan Menthobi
Raya, Kecamatan Sematu Jaya, Kecamatan Belantikan Jaya dan Kecamatan Batang Kawa,
dibentuk Perangkat Kecamatan Bulik Timur, Kecamatan Menthobi Raya, Kecamatan Sematu Jaya,
Kecamatan Belantikan Raya Dan perangkat Kecamatan Batangkawa sesuai dengan ketentuan
peraturan Perundang-undangan yang berlaku.
Pasal 19
Peresmian Kecamatan Bulik Timur, Kecamatan Menthobi Raya, Kecamatan
Sematu Jaya,
Kecamatan Belantikan Raya Dan Kecamatan Batangkawa serta Pelantikan Camat Bulik Timur,
Camat Menthobi Raya, Camat Sematu Jaya, Camat Belantikan Raya Dan Camat Batangkawa
dilakukan oleh Bupati Lamandau paling lambat 3 (tiga) bulan setelah Peraturan Daerah ini
diundangkan.
BAB VI
P E M B I AYAAN
Pasal 20
Biaya penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan pembangunan dan pembinaan kemasyarakatan
di Kecamatan Bulik Timur, Kecamatan Menthobi Raya, Kecamatan Sematu Jaya, Kecamatan
Belantikan Raya dan Kecamatan Batangkawa dibebankan kepada Anggaran Pendapatan dan
Belanja Daerah Kabupaten Lamandau terhitung sejak peresmian Kecamatan Bulik Timur,
Kecamatan Menthobi Raya, Kecamatan Sematu Jaya, Kecamatan Belantikan Jaya dan Kecamatan
Batangkawa.
BAB VII
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009
278
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 21
Untuk kelancaran penyelenggaraan Pemerintahan Kecamatan Bulik Timur, Kecamatan Menthobi
Raya, Kecamatan Sematu Jaya,Kecamatan Batangkawa, Camat Bulik,Camat Lamandau dan
Camat Delang sesuai Kode menginvetarisasi dan mengatur penyerahan kepada Kecamatan Bulik
Timur, Kecamatan Menthobi Raya dengan Kecamatan Sematu Jaya yang meliputi :
a. Barang milik/ Kekayaan Negara/ Daerah berupa tanah, bangunan, barang bergerak, dan barang
tidak bergerak yang dimiliki, dikuasai dan atau dimanfaatkan oleh Pemerintah Kecamatan
Bulik.Kecamatan Lamandau dan Kecamatan Delang yang berada dalam wilayah Kecamatan
Bulik Timur, Kecamatan Menthobi Raya, Kecamatan Sematu Jaya;
b. Dokumen dan arsip yang karena sifatnya diperlukan oleh Kecamatan Bulik Timur, Kecamatan
Menthobi Raya, Kecamatan Sematu Jaya.
Pasal 22
Untuk kelancaran penyelenggraan Pemerintah Kecamatan Belantikan Jaya Camat Lamandau
menginvetarisasikan dan mengatur penyerahan kepada Kecamatan Belantikan Raya hal-hal
sebagai berikut :
a. Barang milik/ Kekayaan Negara/ Daerah berupa tanah, bangunan, barang bergerak, dan barang
tidak bergerak yang dimiliki, dikuasai dan atau dimanfaatkan oleh Pemerintah Kecamatan
Lamandau yang berada dalam wilayah Kecamatan Belantikan Jaya;
b. Dokumen dan arsip yang karena sifatnya diperlukan oleh Kecamatan Belantikan Raya.
Pasal 23
Untuk kelancaran penyelenggraan Pemerintah Kecamatan Batang Kawa Camat Delang
menginvetarisasikan dan mengatur penyerahan kepada Kecamatan Batangkawa hal-hal sebagai
berikut :
a. Barang milik/ Kekayaan Negara/ Daerah berupa tanah, bangunan, barang bergerak, dan barang
tidak bergerak yang dimiliki, dikuasai dan atau dimanfaatkan oleh Pemerintah Kecamatan
Delang yang berada dalam wilayah Kecamatan Batangkawa;
b. Dokumen dan arsip yang karena sifatnya diperlukan oleh Kecamatan Batang Kawa.
BAB VIII
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009
279
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 24
Hal-hal yang belum diatur dalam Peraturan Daerah ini sepanjang mengenai pelaksanaannya akan
diatur lebih lanjut dengan Keputusan/Peraturan Bupati Lamandau.
Pasal 25
Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan
penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Lamandau.
Ditetapkan di
: Nanga Bulik
Pada Tanggal
: 1 Agustus 2005
BUPATI LAMANDAU,
ttd
BUSTANI DJ. MAMUD
280
PENJELASAN ATAS
PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMANDAU
NOMOR 05 TAHUN 2005
TENTANG
PEMBENTUKAN KECAMATAN BULIK TIMUR,
KECAMATAN MENTHOBI RAYA, KECAMATAN SEMATU JAYA,
KECAMATAN BELANTIKAN RAYA DAN KECAMATAN BATANGKAWA
I. UMUM
Kabupaten Lamandau merupakan salah satu Kabupaten pemekaran diwilayah Provinsi
Kalimantan Tengah berdasarkan Undang-undang Nomor 5 Tahun 2002 tentang Pembentukan
Kabupaten Katingan, Kabupaten Seruyan, Kabupaten Sukamara, Kabupaten Lamandau,
Kabupaten Gunung Mas, Kabupaten Pulang Pisau, Kabupaten Murung Raya, Kabupaten Barito
Timur di Provinsi kalimantan Tengah dalam Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002
Nomor 18, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4180.
Kabupaten Lamandau yang mempunyai luas wilayah 6.414 Km2. Pada umumnya Kabupaten
Lamandau terdiri dari tiga Kecamatan yaitu Kecamatan Bulik, Kecamatan Lamandau dan
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009
281
282
yang pada saat pemekaran Kabupaten terdiri dari tiga Kecamatan, dimekarkan menjadi 8
Kecamatan yang artinya bertambah 5 (lima) Kecamatan seperti yang telah diuraikan diatas,
sebagaimana disyaratkan Undang-undang Nomor 32 Tahun 2005 tentang Pemerintahan Daerah
pasal 5, ayat 1,3,4 dan ayat 5.
II. PASAL DEMI PASAL
Pasal 1
Cukup jelas
Pasal 2
Cukup jelas
Pasal 3
Cukup jelas
Pasal 4
Cukup jelas
Pasal 5
a. Kecamatan Sematu Jaya merupakan pemekaran dari wilayah Kecamatan Bulik yang
terdiri 6 (Enam) Desa dan 1 (satu) Dusun yaitu :
1. Desa Purwareja;
2. Desa Bina Bhakti;
3. Desa Tritunggal;
4. Desa Jangkar Prima;
5. Desa Mekar Mulya;
6. Desa Wonorejo
7. Dusun Batu Hambawang
b. Dusun Batu Hambawang adalah bagian dari wilayah Administrasi desa Kujan Kecamatan
Bulik dan termasuk salah satu wilayah pemekaran dari Kecamatan Sematu Jaya,
mengingat letak maupun posisi georafis dan jarak tempuh apabila dibandingkan dengan
Desa Kujan lebih dekat dengan Kecamatan Sematu Jaya.
c. Mengingat batu Hambawang statusnya masih Dusun maka akan ditingkatkan statusnya
menjadi Desa dan sakan diatur kembali dalam Peraturan Daerah Perangkat Desa
tersendiri.
Pasal 6
Cukup jelas
Pasal 7
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009
283
Cukup jelas
Pasal 8
Cukup jelas
Pasal 9
Cukup jelas
Pasal 10
Cukup jelas
Pasal 11
Cukup jelas
Pasal 12
Cukup jelas
Pasal 13
Kesepakatan semua desa se-Menthobi Raya tentang pembangunan semua pasilitas umum
dan pemerintah terletak di simpang 3 (tiga) jalan ke Indo Kayu, jalan ke Trisetia dan
jalan ke base Camp Perigi mengingat letak lokasi tersebut sangat strategis dilihat dari
posisi, maupun letak georafisnya.
Pasal 14
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Rencana Tata Ruang Kabupaten Lamandau dibentuk berdasarkan Undang-undang
Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 1992 tentang Tata Ruang (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 11, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 3051.
Ayat (3)
Tata Ruang wilayah Kecamatan baru pemekaran akan diatur tersendiri dengan
Peraturan Daerah Kabupaten Lamandau.
Pasal 15
Cukup jelas
Pasal 16
Kewenangan Kecamatan sebagaimana dimaksud dalam pasal 16 Peraturan Daerah ini
adalah Kewenangan Pemerintah Daerah dan dalam pelaksanaannya harus berdasarkan
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009
284
dan sesuai apa yang diamanatkan dalam Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia 4437), BAB II tentang Pembentukan
Daerah dan Kawasan Khusus, bagian Kesatu tentang Pembentukan Daerah, Pasal 5 ayat
1, 3, 4 dan ayat 5
Pasal 17
Dalam penyelenggaraan Pemerintahan di Kecamatan dipimpin oleh seorang Camat yang
diangkat oleh Bupati dengan status Pegawai Negeri sipil yang memenuhi persyaratan
serta memiliki kreditasi yang baik dan pemenuhan jabatan sesuai dengan Peraturan
Perundang-undangan yang berlaku khususnya Undang-undang Nomor 43 Tahun 1999
tentang Perubahan atas Undang-undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang pokok-pokok
Kepegawaian.
Pasal 18
Cukup jelas
Pasal 19
Cukup jelas
Pasal 20
Cukup jelas
Pasal 21, 22 dan Pasal 23
Setiap Barang milik/ Kekayaan Negara/ Daerah berupa Tanah, bangunan, barang
bergerak dan barang tidak bergerak dan dokumen/ arsip yang berkaitan dengan
Kecamatan yang baru dimekarkan diserahkan sesuai dengan keperluan dan wewenang,
atas wilayah yang diberikan pada masing-masing Kecamatan.
Pasal 24
Sebagai pelaksanaan Peraturan Daerah ini akan diterbitkan Keputusan Bupati Lamandau
sebagai Pelaksanaannya.
Pasal 25
Cukup jelas
TAMBAHAN LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LAMANDAU
TAHUN 2005 NOMOR 05 SERI : D
285
Mengingat
: a.
b.
: 1.
286
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
287
288
BAB IV
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 5
Hal-hal yang belum diatur dalam Peraturan Daerah ini, sepanjang mengenai Pelaksanaannya akan
diatur lebih lanjut dengan Keputusan Bupati Lamandau.
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009
289
BAB V
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 6
Dengan berlakunya Peraturan Daerah ini, maka Peraturan yang setingkat yang mengatur hal yang
sama dicabut dan dinyatakan tidak berlaku lagi.
Pasal 7
Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan
penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Lamandau.
Ditetapkan di
: Nanga Bulik
Pada tanggal
: 1 Agustus 2005
BUPATI LAMANDAU
ttd
BUSTANI DJ. MAMUD
Diundangkan di
: Nanga Bulik
Pada tanggal
: 1 Agustus 2005
290
ttd
( Ir. MARUKAN )
NIP. 131 480 087
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LAMANDAU
TAHUN 2005 NOMOR 06 SERI : E
PENJELASAN ATAS
PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMANDAU
NOMOR 06 TAHUN 2005
TENTANG
PEMBERIAN UPAH PUNGUT KEPADA DINAS PENDAPATAN DAERAH KABUPATEN
LAMANDAU
I. PENJELASAN UMUM
Ungang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah yang tertuang dalam
Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara
Nomor 4437 memberikan peluang nyata kepada Daerah untuk meningkatkan Pendapatan Asli
Daerah melalui Pajak dan Retribusi Daerah dan pendapatan lainnya yang berhubungan dengan
penerimaan Daerah. Hal tersebut dapat kita lihat dalam pasal 21, bagian ketiga tentang Hak dan
Kewajiban Daerah Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 huruf e,g dan h dan Bab VI tentang
Peraturan Daerah dan Peraturan Kepala Daerah dengan dasar tersebut maka Pemerintah
Kabupaten Lamandau berhak untuk memungut Pajak maupun Retribusi dan Pendapatan
lainnya, maka untuk lancarnya dan terpenuhiinya terget PAD tersebut diperlukan usaha
pemerintah dengan memberikan upah pungut kepada Dinas/ Instansi yang memberikan
kontribusi PAD khususnya Dinas Pendapatan Daerah dan Dinas terkait langsung membenatu
dalam peningkatan PAD Kabupaten Lamandau dengan dasar tersebut Pemerintah Kabupaten
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009
291
Lamandau membentuk Peraturan Daerah tentang Pemberian Upah Pungut kepada Dinas
Pendapatan Daerah Kabupaten Lamandau.
II. PASAL DEMI PASAL
Pasal 1
Cukup jelas
Pasal 2
Cukup jelas
Pasal 3
Ayat 1
Cukup jelas
Ayat 2
Segala sesuatu yang berhubungan dengan pajak/ retribusi khususnya pemberian
upah pungut hanya dapat dilakukan oleh Kepala Dinas Pendapatan Daerah
Kabupaten Lamandau.
Ayat 3
Selain Aparatur Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Lamandau yang berhak
mendapatkan pembagian upah pungut akan diatur lebih lanjut dalam Keputusan
Bupati Lamandau
Pasal 4
Cukup jelas
Pasal 5
Cukup Jelas
Pasal 6
Cukup jelas
Pasal 7
Cukup jelas
Cukup jelas
TAMBAHAN LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LAMANDAU
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009
292
a.
b.
c.
d.
293
pemungutan retribusi;
Mengingat
e.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
294
7.
8.
9.
295
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya disingkat DPRD adalah Lembaga Perwakilan
Rakyat Daerah Kabupaten Lamandau sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Daerah;
Kepala Dinas Pekerjaan Umum adalah Kepala Dinas Pekerjaan Umum
Kabupaten
Lamandau;
Dinas Pendapatan Daerah adalah Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Lamandau;
Pengelolaan Kebersihan adalah suatu rangkaian yang bersifat sistematis tentang Tata Cara
Pengelolaan Sampah mulai dari sumber sampah sampai tempat pembuangan akhir yang
meliputi kegiatan perwadahan, pengumpulan, pengangkutan, pengelolaan pemanfaatan oleh
objek kelembagaan hukum teknis operasional, pembiayaan dan peran serta masyarakat;
Kebersihan adalah suatu keadaan fisik kota yang bebas dari sampah;
Sampah adalah benda atau sisa produksi dalam bentuk benda setengah padat yang terdiri dari
bahan organik dan non organik, baik logam maupun non logam yang dapat terbakar atau tidak
sebagai akibat aktivitas manusia yang tidak bermanfaat lagi dan tidak dikehendaki oleh
pemiliknya dan dibuang sebagai barang yang tidak berguna didalamnya tidak termasuk
sampah dalam kategori bahan berbahaya beracun (B3);
Lingkungan adalah suatu benda, daya kehidupan termasuk didalamnya manusia dengan segala
tingkah lakunya yang terdapat dalam suatu ruangan dan mempengaruhi kelangsungan dan
kesejahteraan manusia itu sendiri;
Persil adalah kapling (rumah); petak. (berdasarkan kamus hukum Belanda-Indonesia;
Perpustakaan Nasional; katalok dalam terbitan (KDT);
Pemakai persil adalah penghuni atau pemakai tempat dalam Kota Nanga Bulik dan sekitarnya
untuk tempat tinggal atau tempat usaha;
Bak sampah adalah tempat untuk menampung sampah yang disediakan oleh masing-masing
pemakai persil;
Tempat penampungan sementara (TPS) adalah tempat yang disediakan oleh Pemerintah Daerah
Kabupaten Lamandau pada tiap-tiap kawasan untuk menampung sampah;
Tempat sampah bagi kendaraan umum adalah tempat untuk menampung sampah yang disediakan
oleh pemilik kendaraan;
Pengumpulan sampah adalah kegiatan membawa dan memindahkan sampah dari sumber sampah
ketempat pembuangan sampah sementara;
Tempat pembuangan akhir (TPA) adalah tempat untuk menampung dan memusnahkan serta
pemanfaatan sampah;
Tempat umum adalah tempat-tempat yang meliputi taman-taman, halaman umum, lapanganlapangan yang disediakan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Lamandau sebagai fasilitas
umum;
Jalan umum adalah setiap jalan dalam wilayah Kabupaten Lamandau dalam bentuk apapun yang
terbuka untuk lalulintas umum;
Mitra kerja adalah orang yang ditunjuk dan telah diseleksi sebagai mitra Pemerintah Daerah dalam
melaksanakan kegiatan penanganan kebersihan dan pengangkutan sampah sesuai lokasi yang
ditentukan;
Retribusi Angkutan sampah adalah pungutan yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten
Lamandau kepada seluruh pemilik atau pemakai persil atas penyelenggaraan pengangkutan
sampah dikota Nanga Bulik dan sekitarnya;
SOP adalah standar operasi prosedur sebagai petunjuk teknis pelaksanaan dilapangan;
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009
296
BAB IV
TEKNIS PENGELOLAAN
Pasal 5
Kegiatan pengelolaan kebersihan dimulai dari :
1. Pengumpulan sampah
a. Pengumpulan sampah dari sumber atau tempat asal sampah oleh petugas menggunakan
gerobak dan dikumpulkan pada Tempat Penampungan Sementara (TPS).
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009
297
298
BAB VI
TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR
Pasal 8
(1) Tempat pembuangan akhir ditentukan jauh dari pusat kota, pemukiman penduduk,
perkantoran, Tempat Pendidikan, Rumah Sakit, Tempat Ibadah dan Fasilitas umum lainnya;
(2) Tempat Pembuangan Akhir sebagaimana dimaksud ayat (1) pasal ini sejauh lebih kurang 15
Km.
(3) Tempat pembuangan akhir sebagaimana maksud ayat (1) dan (2) pasal ini lokasinya
ditetapkan dengan Surat Keputusan Bupati;
BAB VII
PENYULUHAN KEBERSIHAN
Pasal 9
Dalam rangka meningkatkan kesadaran dan peran aktif masyarakat dalam memelihara dan
menjaga kebersihan secara terus menerus diadakan pembinaan, dan secara berkala dilakukan
kegiatan penyuluhan tentang pentingnya kebersihan.
BAB VIII
NAMA, OBJEK DAN SUBJEK RETRIBUSI
Pasal 10
Atas nama retribusi kebersihan dan angkutan sampah dipungut retribusi sebagai pembayaran atas
pengelolaan kebersihan dan angkutan sampah.
Pasal 11
(1) Objek retribusi adalah pelayanan pengelolaan dan pengangkutan sampah meliputi :
a. Pengambilan dan pengangkutan sampah dari sumber ke TPA atau,
b. Pengambilan dan pengangkutan sampah dari TPS ke TPA;
c. Penyediaan TPA;
d. Pengolahan dan atau pemusnahan sampah di TPA.
(2) Pengecualian dari objek retribusi adalah :
a. Pelayanan kebersihan jalan umum;
b. Pelayanan kebersihan taman kota.
Pasal 12
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009
299
Subjek retribusi adalah orang pribadi atau badan yang mendapat pelayanan pengangkutan sampah.
BAB IX
GOLONGAN RETRIBUSI
Pasal 13
Retribusi kebersihan dan Angkutan Sampah termasuk golongan retribusi jasa umum.
BAB X
RETRIBUSI KEBERSIHAN DAN ANGKUTAN SAMPAH
Pasal 14
Atas penyelenggaraan kegiatan pengelolaan kebersihan, Pemerintah Daerah Kabupaten Lamandau
mengenakan Retribusi Kebersihan dan Angkutan sampah kepada seluruh pemilik/pemakai persil.
BAB XI
PRINSIP DASAR DAN SASARAN DALAM
PENETAPAN STRUKTUR BESARNYA TARIF
Pasal 15
(1) Prinsip dasar dalam penetapan struktur besarnya tarif retribusi bertujuan untuk menutup biaya
penyelenggaraan pengelolaan kebersihan dengan mempertimbangkan kemampuan masyarakat
dan aspek keadilan.
(2) Biaya sebagaimana maksud ayat (10) pasal ini termasuk biaya investasi prasarana, biaya
operasional dan pemeliharaan.
(3) Prinsip dan sasaran dalam penetapan struktur dan besarnya tarif retribusi sebagaimana
dimaksud ayat (1) pasal ini adalah sebagai berikut :
a. Pasar;
b. Supermarket/pasar swalayan;
c. Restoran/rumah makan/catering;
d. Losmen/penginapan;
e. Perbengkelan;
f. Industri;
g. Pergudangan;
h. Perumahan;
i. Fasilitas Umum;
j. Asrama/dormitory/barak;
k.
Sampah khusus;
BAB XII
STRUKTUR BESARNYA TARIF
Pasal 16
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009
300
(1) Strutur besarnya tarif digolongkan berdasarkan atas produksi sampah dalam setiap persil;
(2) Besarnya tarif Retribusi dimaksud pasal 10 Peraturan Daerah ini adalah sebagai berikut :
a. Pasar :
1. Toko dipasar Lt I
Rp. 15.000,-/bulan
2. Toko dipasar Lt II
Rp. 10.000,-/bulan
3. Toko dipasar Lt III
Rp. 7.500,-/bulan
4. Kios/Los/warung
Rp.
250,-/hari
5. Meja sayur/ikan/buah-buahan
Rp.
250,-/hari
6. Gerobak dorong/kaki lima
Rp.
250,-/hari
b. Minimarket/pasar swalayan :
1. Minimarket
Rp. 20.000,-/bulan
2. Supermarket
Rp. 35.000,-/bulan
c. Restoran/rumah makan/catering/warung makan :
1. Restoran
a. warung Kecil
Rp. 10.000,-/bulan
b. Rumah makan sedang
Rp. 15.000,-/bulan
c. Restoran
Rp. 30.000,-/bulan
d. Catering
Rp. 10.000,-/bulan
d. Hotel :
a. Hotel bintang
Rp. 45.000,-/bulan
b. Hotel Melati
Rp. 20.000,-/bulan
c. Losmen
Rp. 20.000,-/bulan
Penginapan
Rp. 20.000,-/bulan
e. Perbengkelan :
1. Bengkel kecil
Rp. 10.000,-/bulan
2. Bengkel sedang
Rp. 15.000,-/bulan
3. Bengkel besar
Rp. 20.000,-/bulan
4. Pencucian mobil
a. Kecil
Rp. 5.000,-/bulan
b. sedang
Rp. 10.000,-/bulan
c. Besar
Rp. 15.000,-/bulan
f. Industri pengadaan barang/jasa :
a. Kecil
Rp. 50.000,-/tahun
b. sedang
Rp. 75.000,-/tahun
c. Besar
Rp. 100.000,-/tahun
g. Pergudangan :
a. Kecil
Rp. 25.000,-/bulan
b. sedang
Rp. 50.000,-/bulan
c. Besar
Rp. 75.000,-/bulan
h. Perumahan :
1. Rumah mewah
Rp.
5.000,-/bulan
2. Rumah menengah
Rp.
2.000,-/bulan
i. Fasilitas umum :
1. Rumah sakit dan sarana kesehatan
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009
301
302
Pasal 18
Pemungutan retribusi dilakukan diwilayah Kabupaten Lamandau.
BAB XIV
SAAT RETRIBUSI TERUTANG
Pasal 19
Retribusi terutang pada saat surat ketetapan retribusi daerah (SKRD) diterbitkan atau Dokumen
lain yang dipesamakan.
BAB XV
TATA CARA PEMBAYARAN
Pasal 20
(1) Pemungutan retribusi kebersihan dan angkutan sampah dilakukan pada tiap-tiap hari, bulan
dan tahun;
(2) Pemungutan retribusi sebagaimana pasal 16 ayat (2) huruf a angka 4, 5 dan 6 dan huruf k
angka 1 dilakukan tiap hari;
(3) Pungutan retribusi sebagaimana pasal ayat (2) huruf k angka 2 dilakukan perkegiatan;
(4) Pungutan Retribusi sebagaimana pasal 16 ayat (2) huruf a angka 1, 2 dan 3 serta huruf b, c, d,
e, g, h, I dan j dilakukan tiap-tiap bulan;
(5) Pungutan retribusi sebagaimana pasal 16 ayat (2) huruf f dilakukan tiap tahun sekali;
(6) Pungutan retribusi sebagaimana ayat (1) pasal ini bagi pedagang kaki lima dipungut setiap hari
oleh petugas yang ditunjuk;
(7) Hasil pemungutan retribusi kebersihan dan angkutan sampah disetorkan kepada bendaharawan
khusus penerima pada Dinas Pendapatan Daerah yang selanjutnya akan disetorkan ke rekening
Kas Daerah;
(8) Petugas pemungutan retribusi kebersihan dan angkutan sampah, dalam melaksanakan tugasnya
diberi tanda pengenal yang dikeluarkan oleh Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Lamandau.
BAB XVI
K E B E R ATAN
Pasal 21
(1) Wajib retribusi dapat mengajukan keberatan kepada Bupati atau kepada Pejabat yang ditunjuk
atas SKRD atau Dokumen yang dipersamakan;
(2) Keberatan diajukan secara tertulis disertai alasan yang tepat dan jelas;
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009
303
(3) Dalam hal mengajukan keberatan atas ketetapan retribusi, wajib retribusi harus membuktikan
ketidakbenaran retribusi tersebut;
(4) Keberatan diajukan dalam jangka waktu paling lama 2 (dua) bulan sejak tanggal SKRD atau
Dokumen lainnya yang dipersamakan diterbitkan;
(5) Pengajuan keberatan tidak menunda kewajiban membayar retribusi dan pelaksanaan penagihan
retribusi;
Pasal 22
(1) Dalam jangka waktu 6 (enam) bulan sejak tanggal surat keberatan diterima, Bupati harus
memberi Keputusan atas keberatan tersebut;
(2) Keputusan Bupati atas keberatan dapat berupa menerima seluruhnya atau sebagian dan atau
menolak, atau menambah besarnya retribusi yang terutang;
(3) Apabila dalam jangka yang telah ditentukan telah lewat dan Bupati tidak memberikan
Keputusan, maka keberatan yang diajukan oleh wajib retribusi tersebut dianggap dikabulkan.
BAB XVII
LAR AN G AN
Pasal 23
Bagi setiap orang dan atau badan dilarang untuk :
a. Membuang sampah diluar tempat penampungan sampah;
b. Membuang sampah dijalan, jalur-jalur hijau, tempat fasilitas umum, taman, parit, selokan, dan
sungai;
c. Mengotori dan membuang kotoran ditempat-tempat sebagaimana dimaksud pada ayat ini huruf
a dan b;
d. Membakar sampah dan kotoran dijalan-jalan, jalur hijau, taman dan tempat umum;
e. Menumpuk atau menempatkan barang-barang bekas yang masih mempunyai nilai ekonomis
maupun yang tidak, pada kiri kanan bahu jalan, taman, jalur hijau dengan depan bangunan dan
tempat-tempat umum;
f. Menumpuk dan menempatkan sampah bongkar bangunan dijalur hijau dan bahu jalan umum
tidak lebih dari satu hari;
g. Menempatkan keranjang atau box plastik pada media jalan maupun kiri kanan jalan;
h. Menempatkan kendaraan yang tidak berfungsi (rongsokan) pada kiri kanan jalan;
i. Menempatkan penampungan oli bekas diluar persil;
j. Menempatkan barang-barang pada trotoar atau kaki lima (emperan-emperan bangunan);
k. Mengotori jalan dalam proses pengangkutan jalan.
BAB XVIII
PE N G AWAS AN
Pasal 24
304
Pengawasan terhadap ketentuan-ketentuan dalam Peraturan Daerah selain dilakukan oleh Pegawai
Pemerintah Daerah Kabupaten Lamandau yang ditunjuk sesuai dengan ketentuan yang berlaku,
juga oleh satuan Polisi Pamong Praja.
BAB XIX
K ADALUAR SA
Pasal 25
(1) Hal untuk melakukan penagihan retribusi dinyatakan kadaluarsa apabila melampaui 3 (tiga)
tahun terhitung sejak saat retribusi terhutang, kecuali wajib retribusi melakukan tindak pidana
dibidang retribusi.
(2) Penagihan retribusi dinyatakan kadaluarsa sebagaimana maksud ayat (1) pasal ini, tertanggung
apabila :
a. Diterbitkan surat teguran;
b. Ada pengakuan hutang retribusi dari wajib retribusi baik langsung maupun tidak
langsung;
BAB XX
KETENTUAN PIDANA
Pasal 26
(1) Pelanggaran terhadap ketentuan pasal 14 diancam dengan pidana kurungan selama-lamanya 6
(enam) bulan atau denda setinggi-tingginya Rp. 5.000.000,(2) Pelanggaran terhadap ketentuan pasal 12 Peraturan Daerah ini berturut-turut selama 3 (tiga)
bulan diancam dengan pidana kurungan selama-lamanya 6 (enam) bulan atau denda setinggitingginya Rp. 5.000.000,(3) Tindak pidana dimaksud ayat (1) dan (2) pasal ini adalah pelanggaran.
BAB XXI
PE N YI D I K AN
Pasal 27
Pelaksanaan pasal 16 dilakukan Pejabat Penyidik Umum dan Penyidik Pegawai Negeri Sipil
(PPNS).
BAB XXII
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 28
Dengan berlakunya Peraturan Daerah tentang Retribusi Kebersihan dan Angkutan Sampah maka
Peraturan yang setingkat dan mengatur hal yang sama dinyatakan tidak berlaku lagi.
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009
305
BAB XXIII
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 29
Hal-hal yang belum diatur dalam Peraturan Daerah ini akan diatur lebih lanjut dalam Keputusan
Bupati.
Pasal 30
Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan pada Lembaran Daerah Kabupaten
Lamandau.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan
menempatkannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Lamandau.
Ditetapkan di
: Nanga Bulik
Pada tanggal
: 1 Agustus 2005
BUPATI LAMANDAU,
ttd
BUSTANI DJ. MAMUD
: 1 Agustus 2005
306
PENJELASAN ATAS
PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMANDAU
NOMOR
07 TAHUN 2005
TENTANG
307
Nomor 5 Tahun 2002, berkewajiban untuk mengelola apa yang menjadi keuntungan daerah
seperti yang tersirat dalam Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah, dimana dalam pasal 14 ayat (1), (2) dan (3) bagian ketiga tentang Hak dan Kewajiban
Daerah pasal 21 huruf e.
sebagaimana maksud uraian diatas Pemerintah Daerah berpendapat bahwa pengelolaan
lingkungan tidak hanya melalui pelestarian lingkungan hidup, akan tetapi dengan menjaga
kebersihan lingkungan berari pemerintah juga telah menjaga kelangsungan dan menjalankan
fungsinya sebagai pengayom masyarakat dan merupakan pelayanan masyarakat dilain pihak.
Dengan adanya kegiatan tersebut dengan sendirinya memberikan masukan bagi Pendapatan Asli
Daerah yaitu melalui Retribusi Kebersihan dan Angkutan Sampah.
Pembentukan Peraturan Daerah ini dilakukan sebagai salah satu upaya Pemerintah
Daerah dalam penanganan masalah sampah sehingga tidak adanya penumpukan/ penimbunan
sampah yang berlebihan sehingga mengganggu ketertiban umum. Dalam hal pemungutan
retribusi kebersihan dan angkutan sampah dilakukan terhadap :
2. Pasar
3. Supermarket/pasar swalayan
4. Restoran/ Rumah Makan/ Catering
5. Hotel/ Losmen/ Penginapan
6. Perbengkelan
7. Tempat Industri
8. Pergudangan Pemerintah maupun Swasta
9. Perumahan
10. Fasilitas Umum
11. Asrama/ Dometeri
12. Golongan Industri
Dimana pemungutan retribusi berdasarkan kualifikasi objek yang akan dipungut
II. PASAL DEMI PASAL
Pasal 1
Cukup jelas
Pasal 2
Ayat 1,2 dan 3
Cukup jelas
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009
308
Pasal 3
-
Pasal 4
Ayat 1
Mitra kerja adalah setiap orang atau bandan yang bekerjasama dengan pemerintah
untuk melakukan kegiatan kebersihan dan pengangkutan sampah ke tempat
pembungan akhir dengan diberikan insentif sesuai dengan pasal 13 ayat (1),(2),(3)
dan (4) Peraturan Daerah ini.
Ayat 2
Cukup Jelas
Pasal 5
Angka 1
Huruf a
Cukup Jelas
Huruf b
- TPA adalah tempat pembuangan akhir
Huruf c dan d
Cukup Jelas
Angka 2
Cukup Jelas
Angka 3
Huruf a,b,c,d,e dan f
Cukup Jelas
Angka 4
Cukup Jelas
309
Pasal 6
Cukup jelas
Pasal 7
Cukup jelas
Pasal 8
Ayat 1
Cukup jelas
Ayat 2
Cukup jelas
Ayat 3
Cukup jelas
Pasal 9
Cukup jelas
Pasal 10
Cukup jelas
Pasal 11
Cukup jelas
Pasal 12
Cukup jelas
Pasal 13
Cukup Jelas
Pasal 14
Cukup jelas
Pasal 15
Cukup jelas
Pasal 16
Ayat 1,2 dan 3
Cukup Jelas
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009
310
Pasal 17
Cukup Jelas
Pasal 18
Cukup jelas
Pasal 19
Cukup jelas
Pasal 20
Cukup jelas
Pasal 21
Cukup Jelas
TAMBAHAN LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LAMANDAU
TAHUN 2005 NOMOR 07 SERI : D
311
a.
b.
c.
d.
312
Mengingat
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
313
12.
13.
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan :
a. Daerah adalah Daerah Kabupaten Lamandau;
b. Pemerintah Daerah adalah Bupati dan Perangkat Daerah sebagai unsur penyelenggara
Pemerintahan Daerah;
c. Pemerintahan Daerah adalah penyelenggaraan urusan Pemerintahan oleh Pemerintah Daerah
dan DPRD menurut asas otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluasDokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009
314
luasnya dalam sistem adan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana
dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
d. Dinas Kesehatan adalah Dinas Kesehatan Kabupaten Lamandau;
e. Kepala Dinas Kesehatan adalah Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Lamandau;
f. Rumah Sakit Umum Daerah adalah Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Lamandau;
g. Bendaharawan Khusus Penerima adalah Bendaharawan Khusus Penerima di RSUD
Kabupaten Lamandau;
h. Pelayanan Kesehatan adalah segala kegiatan pelayanan kesehatan yang diberikan kepada
seseorang dalam rangka observasi, diagnosis, pengobatan, rehabilitasi medik dan pelayanan
kesehatan yang lainnya;
i. Pelayanan Rawat Inap adalah Pelayanan kepada pasien untuk observasi, diagnosis,
pengobatan, rehabilitasi medik dan pelayanan kesehatan yang lainnya;
j. Pelayanan kesehatan tingkat lanjutan/ rujukan adalah pelayanan kesehatan perorangan yang
bersifat spesialistik atau sub spesialistik yang meliputi rawat jalan tingkat lanjutan, rawat inap
tingkat lanjutan dan rawat inap diruang khusus, yang dalam ketentuan ini ditetapkan dirumah
sakit pemerintah;
k. Retribusi Daerah adalah Pungutan Daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian ijin
tertentu yang khusus disediakan atau diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk kepentingan
pembeli atau Daerah;
l. Retribusi pelayanan kesehatan yang selanjutnya dapat disebut Retribusi adalah pembayaran
atas pelayanan kesehatan di RSUD Kabupaten Lamandau;
m. Wajib Retribusi adalah orang pribadi atau badan yang menurut Peraturan Perundangundangan Retribusi diwajibkan untuk melakukan pembayaran;
n. Surat pendaftaran objek Retribusi Daerah yang selanjutnya disingkat SPORD adalah Surat
yang dipergunakan oleh wajib retribusi untuk melaporkan data objek retribusi dan wajib
retribusi sebagai dasar perhitungan dan pembayaran retribusi yang terhutang menurut
Peraturan Perundang-undangan Retribusi Daerah;
o. Surat Ketetapan Retribusi Daerah yang selanjutnya disingkat SKRD adalah Surat Keputusan
yang menentukan besarnya jumlah retribusi yang terhutang;
p. Surat Ketetapan Retribusi Daerah Lebih Bayar yang selanjutnya disingkat SKRDLB adalah
Surat Keputusan yang menentukan jumlah kelebihan pembayaran retribusi karena jumlah
kredit lebih besar daripada retribusi yang terhutang atau seharusnya terhutang;
q. Surat Ketetapan Retribusi Daerah Kurang Bayar Tambahan yang selanjutnya dapat disingkat
SKRDKBT adalah Surat Keputusan yang menentukan tambahan atas jumlah retribusi yang
ditetapkan;
r. Surat Tagihan Retribusi Daerah yang selanjutnya disingkat STRD adalah surat untuk
melakukan tagihan retribusi dan atau sanksi administrasi berupa bunga dan atau denda;
s. Surat keputusan keberatan adalah surat keputusan atas keberatan terhadap SKRD atau
dokumen lainnya yang dipersamakan SKRDKBT dan SKRDLB yang diajukan oleh wajib
retribusi;
t. Pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan untuk mencari, mengumpulkan dan mengolah data
dan atau keterangan lain dalam rangka pengawasan kepatuhan pemenuhan kewajiban
retribusi berdasarkan Peraturan Perundang-undangan Retribusi Daerah;
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009
315
u.
Penyidikan tindak pidana dibidang retribusi daerah adalah serangkaian tindakan yang
dilakukan oleh penyidik pegawai negeri sipil yang selanjutnya disebut Penyidikan, untuk
mencari serta mengumpulkan bukti yang dengan bukti itu membuat terang tindak pidana
dibidang retribusi daerah yang terjadi serta menemukan tersangkanya.
BAB II
TANGGUNG JAWAB
Pasal 2
Pemerintah Daerah dan masyarakat berkewajiban dalam memelihara dan mempertinggi derajat
kesehatan di Kabupaten Lamandau.
BAB III
NAMA, OBJEK DAN SUBJEK RETRIBUSI
Pasal 3
Dengan nama Retribusi Pelayanan Kesehatan RSUD dipungut retribusi sebagai pembayaran atas
pelayanan kesehatan di RSUD Kabupaten Lamandau.
Pasal 4
Objek Retribusi adalah pelayanan kesehatan di RSUD Kabupaten Lamandau.
Pasal 5
Subjek Retribusi adalah orang pribadi atau badan yang mendapat pelayanan kesehatan dari RSUD
Kabupaten Lamandau.
BAB IV
GOLONGAN RETRIBUSI
Pasal 6
Retribusi pelayanan kesehatan RSUD Kabupaten Lamandau termasuk golongan retribusi jasa
umum.
BAB V
PELAYANAN KESEHATAN YANG DIKENAKAN TARIF
Pasal 7
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009
316
(1)
(2)
(3)
Pasal 8
(1) Pelayanan Kesehatan bagi peserta askes Indonesia, dikenakan tarif menurut Surat Keputusan
bersama antara Menteri Kesehatan dan Menteri Dalam Negeri;
(2) Pelayanan Kesehatan sebagaimana maksud pasal 5 Peraturan Daerah ini bagi pasien yang
saat itu dijamin oleh Badan Hukum berlaku tarif, berdasarkan suatu perjanjian yang
besarnya ditetapkan oleh Bupati atau Kepala Dinas;
BAB VI
CARA MENGUKUR TINGKAT PENGGUNAAN JASA SERTA PRINSIF DAN
SASARAN DALAM PENETAPAN STRUKTUR BESARNYA TARIF
Pasal 9
Tingkat penggunaan jasa dihitung berdasarkan Frekuensi pelayanan kesehatan.
Pasal 10
(2)
(3)
Prinsif dasar dalam penetapan struktur besarnya tarif rertribusi bertujuan untuk menutup
biaya penyelenggaraan pelayanan kesehatan dengan mempertimbangkan kemampuan
masyarakat dan aspek keadilan;
Biaya sebagaimana maksud ayat (1) pasal ini termasuk biaya investasi prasarana, biaya
operasional dan pemeliharaan;
Prinsif dan sasaran dalam penetapan struktur dan besarnya tarif retribusi sebagaimana
dimaksud ayat (1) pasal ini adalah sebagai berikut :
(4)
317
a. Pelayanan rawat inap dan pelayanan pasien berobat jalan RSUD adalah untuk
membiayai sebagian biaya penyelenggaraan pelayanan sesuai dengan kemampuan
masyarakat.
b. Bagi RSUD yang memungkinkan ruang rawat inap (RRI) kelas perawatan
diperhitungkan atas dasar.
1. Visite pasien per hari yaitu sebesar
- VIP Rp. 10.000,- Zaal Rp. Rp. 5.000,2. Pemeriksaan dan konsultasi medik sebesar :
- VIP Rp. 5.000,- Zaal Rp. Rp. 2.500,3. Administrasi catatan medik Rp. 2.500,c. Bagi RSUD yang memungkinkan untuk meningkatkan kelas perawatan dikenakan tarif
yang diatur lebih lanjut oleh Bupati atau Pejabat yang ditunjuk;
BAB VII
STRUKTUR BESARNYA TARIF
Pasal 11
(1)
(2)
Struktur besarnya tarif digolongkan berdasarkan atas jenis pelayanan kesehatan yang
diberikan;
Struktur dan besarnya tarif retribusi pelayanan kesehatan di RSUD Kabupaten Lamandau
ditetapkan adalah sebagai berikut :
No.
1.
2.
3.
Jenis pertolongan
PELAYANAN RAWAT JALAN
a. Kartu rawat jalan
b. Pasien berobat jalan
c. Kir Kesehatan untuk 1 kali
- Pelajar
- Umum/PNS
KESEHATAN IBU DAN ANAK
a. Pemeriksaan ibu
b. Pemeriksaan anak
c
Pemeriksaan bayi
POLIKLINIK GIGI
318
Tarif
Rp. 1.000,Rp. 5.000,Rp. 5.000,Rp. 7.500,Rp.
Rp.
Rp.
5.000,5.000,5.000,-
a.
b.
c.
d.
e.
f.
4.
5.
6.
7.
319
Rp.
Rp.
5.000,5.000,-
5.000,2.500,2.500,10,-
30.000,30.000,30.000,40.000,40.000,30.000,-
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
10.000,10.000,50.000,10.000,25.000,50.000,15.000,-
a.
b.
c.
d.
8.
9.
10.
PEMERIKSAAN LABORATORIUM
a. Pemeriksaan daerah
- Haemoglobin
- Leukosit
- Eritrosit
- Rhrombosit
- Golongan darah
- Laju Endap darah
- Daerah malaria
b. Pemeriksaan Urine
- Albumin
- Reduksi
- Urubilin
- Bilirubin
- Sedimen
c. Pemeriksaan sputum BTA
d. Pemeriksaan tinja lengkap
e. Pemeriksaan darah lengkap
f. Pemeriksaan urine lengkap
g. Pemeriksaan urin rutin
h. Pemeriksaan Tes Narkoba
75.000,50.000,10.000,10.000,-
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
5.000,5.000,5.000,5.000,5.000,5.000,5.000,-
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
5.000,5.000,5.000,5.000,5.000,5.000,5.000,20.000,10.000,10.000,10.000,-
VISUM ET REPERETUM
a. Visum Luar
- Visum luka
- Visum mayat
b. Visum dalam
320
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
BAB VIII
PELAYANAN AMBULANCE DAN MOBIL JENAZAH
Pasal 12
(1) Bagi pasien yang menggunakan jasa ambulance dan Mobil Jenazah di kenakan retribusi
(2) Bagi Pasien yang menggunakan jasa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pasal ini adalah
sebagai berikut :
a. Ambulance
Rp. 10.000,b. Mobil Jenazah
Rp. 25.000,(3) Penggunaan mobil ambulance dan mobil jenasah keluar kota Nanga Bulik dikenakan biaya
Operasional.
BAB IX
PENGATURAN DAN CARA PEMBAYARAN
Pasal 13
(1) Pasien Umum yang membutuhkan pertolongan baik rawat jalan, rawat inap maupun memakai
fasilitas RSUD sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Daerah ini, wajib membayar retribusi
dan sebagai bukti pembayaran diberikan karcis retribusi;
(2) Pasien Umum yang tidak dikenakan retribusi adalah :
a. Pasien yang nyata tidak mampu;
b. Pasien yang tidak ada penanggungjawabnya;
c. Pasien dari panti asuhan atau panti jompo.
(3) Bagi penderita yang tidak dikenakan retribusi sebagaimana dimaksud ayat (2) pasal ini
diberikan pelayanan secara cuma-cuma dengan menyerahkan Surat Keterangan Miskin yang
dikeluarkan oleh Camat/Lurah/ Kepala Desa dimana yang bersangkutan berdomisili;
(4) Surat Keterangan Miskin yang dikeluarkan oleh Camat/Lurah/Kepala Desa hanya dapat
diberikan kepada pasien yang benar-benar kurang mampu sebagaimana dimaksud ayat (2)
point a, b dan c huruf a, pasal ini;
BAB X
TUGAS DAN TANGGUNGJAWAB PEMUNGUTAN RETRIBUSI
Pasal 14
(1) Pemungutan Retribusi ditunjuk langsung oleh Bupati atau Pejabat yang ditunjuk untuk itu
dengan mengeluarkan Surat Keputusan Bupati sebagai Surat Tugas;
(2) Pemungut Retribusi bertanggungjawab langsung kepada Bupati atau Pejabat yang ditunjuk;
(3) Pemungut Retribusi berkewajiban untuk melaporkan hasil pemungutan secara teratur kepada
Bupati atau Pejabat yang ditunjuk .
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009
321
BAB XI
KEWAJIBAN DAN TANGGUNG JAWAB BENDAHARAWAN
KHUSUS PENERIMA
Pasal 15
(1) Bupati secara teknis menunjuk dan mengangkat seorang bendaharawan khusus penerima
sesuai dengan prosedur dan ketentuan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku;
(2) Bendaharawan khusus penerima berkewajiban menyelenggarakan pembukuan dengan
administrasi yang teratur dan benar sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan;
(3) Semua hasil penerimaan sudah disetor oleh bendaharawan khusus penerima selambatlambatnya dalam jangka waktu 1 (satu) hari kerja ke kas Daerah pada Dinas Pendapatan
Daerah Kabupaten Lamandau;
(4) Bendaharawan khusus penerima dilarang menyimpan uang hasil pemungutan retribusi diluar
batas waktu yang ditentukan dan atas nama pribadi / instansinya pada suatu bank;
(5) Bendaharawan khusus penerima dengan persetujuan atasan langsung selambat-lambatnya
tanggal 15 setiap bulan sudah menyampaikan Laporan Pertanggungjawaban kepada Bupati
melalui Kepala Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Lamandau.
BAB XII
WILAYAH PEMUNGUTAN
Pasal 16
Pemungutan Retribusi dilakukan diwilayah Kabupaten Lamandau.
BAB XIII
SAAT RETRIBUSI TERHUTANG
Pasal 17
Retribusi terhutang pada saat Surat Ketetapan Retribusi Daerah (SKRD) diterbitkan atau dokumen
lainnya yang dipersamakan.
BAB XIV
SURAT PENDAFTARAN
Pasal 18
(1) Wajib Retribusi diwajibkan mendaftarkan diri dan mengisi Surat Pendaftaran Objek Retribusi
Daerah (SPORD);
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009
322
(2) Surat Pendaftaran Objek Retribusi Daerah (SPORD) sebagaimana dimaksud ayat (1) pasal ini
harus diisi dengan jelas dan benar serta ditanda tangani oleh Wajib Retribusi atau kuasanya;
(3) Bentuk, isi serta tata cara pengisian dan penyampaian Surat Pendaftaran Objek Retribusi
Daerah (SPORD) sebagaimana maksud pada ayat (1) dan (2) pasal ini ditetapkan dengan
Keputusan Bupati.
BAB XV
PENETAPAN RETRIBUSI
Pasal 19
(1) Berdasarkan SPORD sebagaimana maksud pasal 18 ayat (1) pasal ini ditetapkan retribusi
terhutang dengan menerbitkan Surat Ketetapan Retribusi Daerah (SKRD) atau dokumen lain
yang dipersamakan;
(2) Apabila berdasarkan hasil pemeriksaan dan ditemukan data baru dan data yang sebelumnya
belum diketahui yang menyebabkan penambahan jumlah retribusi yang terutang, maka
dikeluarkan Surat Ketetapan Retribusi Daerah Kurang Bayar Tambahan (SKRDKBT);
(3) Bentuk, isi dan tata cara penerbitan Surat Ketetapan Retribusi Daerah (SKRD) dan dokumen
lainnya yang dipersamakan sebagaimana maksud pada ayat (2) pasal ini ditetapkan dengan
Keputusan Bupati.
BAB XVI
TATA CARA PEMUNGUTAN DAN SANKSI
Pasal 20
(1) Pemungutan Retribusi tidak dapat diborongkan;
(2) Retribusi dipungut dengan menggunakan SKRD atau dokumen lainnya yang dipersamakan.
BAB XVII
TATA CARA PEMBAYARAN
Pasal 21
(1) Pembayaran retribusi yang terhutang harus dilunasi sekaligus;
(2) Retribusi yang terhutang dilunasi selambat-lambatnya 15 hari sejak diterbitkannya SKRD
atau dokumen lain yang dipersamakan, SKRDKBT dan STRD;
(3) Tata cara pembayaran, penyetoran dan tempat pembayaran retribusi diatur dan ditetapkan
dengan Keputusan Bupati.
BAB XVIII
TATA CARA PENAGIHAN
Pasal 22
(1)
Pengeluaran Surat Tagihan atau teguran atau surat lain yang sejenis sebagai tindakan
pelaksanaan penagihan retribusi setelah 7 hari sejak jatuh tempo Pembayaran;
323
(2)
(3)
Dalam jangka waktu 7 hari setelah tanggal surat teguran atau peringatan atau surat lain yang
sejenis, wajib retribusi harus melunasi retribusi yang terutang;
Surat teguran sebagaimana maksud ayat (1) pasal ini dikeluarkan oleh Pejabat yang
ditunjuk.
BAB XIX
K E B E R ATAN
Pasal 23
(1) Wajib retribusi dapat mengajukan keberatan kepada Bupati atau kepada Pejabat yang ditunjuk
atas SKRD, dokumen yang dipersamakan, SKRDKBT dan SKRDLB (Surat Ketetapan
Retribusi Daerah Lebih Bayar);
(2) Keberatan diajukan secara tertulis disertai alasan yang tepat dan jelas;
(3)
Dalam hal mengajukan keberatan atas ketetapan retribusi wajib retribusi harus
membuktikan ketidak benaran retribusi tersebut;
(4)
Keberatan diajukan dalam jangka waktu paling lama 2 (dua) bulan sejak tanggal SKRD
atau dokumen lain yang dipersamakan, SKRDKBT dan SKRDLB diterbitkan;
(5)
Pengajuan Keberatan tidak menunda kewajiban membayar retribusi dan pelaksanaan
penagihan retribusi.
Pasal 24
(1)
(2)
Dalam jangka waktu paling lama 6 (enam) bulan sejak tanggal surat keberatan diterima,
Bupati harus memberi Keputusan atas keberatan tersebut;
Keputusan Bupati atas keberatan dapat berupa menerima seluruhnya atau sebagian, dan atau
menolak, atau menambah besarnya retribusi yang terutang;
Apabila dalam jangka waktu yang telah ditentukan telah lewat dan Bupati tidak memberi
suatu keputusan, maka keberatan yang diajukan oleh wajib retribusi tersebut dianggap
dikabulkan.
(3)
BAB XX
PENGEMBALIAN KELEBIHAN PEMBAYARAN
Pasal 25
(1) Wajib retribusi dapat mengajukan permohonan pengembalian kepada Bupati, atas kelebihan
pembayaran retribusi;
(2) Dalam jangka waktu paling lama 6 (enam) bulan sejak diterimanya permohonan kelebihan
pembayaran retribusi sebagaimana maksud ayat (1) pasal ini, Bupati harus memberikan
Keputusan;
(3) Permohonan pengembalian retribusi dianggab dikabulkan, apabila jangka waktu sebagaimana
maksud ayat (2) pasal ini, Bupati tidak memberi Keputusan atas pengembalian retribusi dan
atau jangka waktu 1 (satu) bulan SKRDLB harus diterbitkan;
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009
324
(4) Apabila wajib retribusi mempunyai hutang retribusi lainnya kelebihan pembayaran retribusi
sebagaimana maksud ayat (1) pasal ini langsung diperhitungkan untuk melunasi terlebih
dahulu hutang retribusi tersebut;
(5) Pengembalian kelebihan pembayaran retribusi dilakukan dalam jangka waktu paling lama 2
(dua) bulan sejak diterbitkan SKRDLB;
(6) Bupati memberikan imbalan bunga sebesar 2 % sebulan atas keterlambatan pembayaran
kelebihan retribusi apabila pengembalian kelebihan pembayaran retribusi dilakukan setelah
lewat jangka waktu 2 bulan.
Pasal 26
(1)
(2)
(3)
(1)
(2)
(3)
(1)
(2)
325
KETENTUAN PIDANA
Pasal 29
(1)
Wajib Retribusi yang tidak melakukan kewajibannya sehingga merugikan keuangan daerah
diancam pidana kurungan paling lama 6 (enam) bulan dan atau denda sebanyak-banyaknya
Rp. 5.000.000,- (Lima Juta Rupiah), kecuali jika ditentukan lain dalam Peraturan
Perundang-undangan;
Tindak Pidana sebagaimana maksud ayat (1) pasal ini adalah pelanggaran.
(2)
BAB XXIII
PE N YI D I K AN
Pasal 30
(1) Penyidikan tindak pidana di bidang pajak daerah dan retribusi daerah, secara khusus
dilakukan oleh Pejabat Pegawai Negeri Sipil;
(2) Pejabat sebagaimana maksud ayat (1) pasal ini adalah penyidik Pegawai Negeri Sipil
tertentu dilingkungan Pemerintah Daerah;
(3) Wewenang penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pasal ini adalah :
a.
Menerima, mencatat, mengumpulkan dan meneliti keterangan atau laporan
berkenaan dengan tindak pidana dibidang retribusi daerah agar keterangan laporan
tersebut lengkap dan jelas;
b.
Meneliti, mencari dan mengumpulkan keterangan mengenai orang pribadi atau
badan tentang kebenaran perbuatan yang berhubungan dengan tindak pidana retribusi
daerah;
c. Meminta keterangan dan bukti dari orang pribadi atau badan berkenaan dengan tindak
pidana di bidang retribusi daerah;
d.
Memeriksa buku-buku, catatan- catatan dan dokumen-dokumen lainnya
berkenaan dengan tindak pidana di bidang retribusi daerah;
e.
Melakukan penggeledahan untuk mendapatkan bukti pembukuan, pencatatan dan
dokumen-dokumen lain, serta melakukan penyitaan terhadap bukti tersebut;
f.
Meminta berhenti oleh dan atau melarang seseorang meninggalkan ruangan atau
tempat pada saat pemeriksaan sedang berlangsung dan memeriksa identitas orang dan
atau dokumen yang dianggap berkaitan dengan tindak pidana di bidang retribusi
daerah;
g.
Memotret seseorang yang berkaitan dengan tindak pidana di bidang retribusi
daerah;
h.
Memanggil orang untuk didengar keterangannya dan diperiksa sebagai tersangka
atau saksi;
i.
Menghentikan penyelidikan;
j.
Melakukan tindakan lain yang perlu untuk kelancaran penyelidikan tindak pidana
di bidang retribusi daerah menurut ketentuan Perundang-undangan yang berlaku.
326
(4)
Penyelidikan sebagaimana maksud pada ayat (1) pasal ini pemberitahuan dimulainya dan
penyampaian hasil penyelidikan kepada penuntut umum, sesuai dengan ketentuan yang
diatur dalam Undang-undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana.
BAB XXIV
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 31
Dengan berlakunya Peraturan Daerah ini, maka Peraturan Daerah yang mengatur hal yang
sama dinyatakan dicabut dan tidak berlaku lagi.
BAB XXV
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 32
Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar supaya setiap orang dapat mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan
Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Lamandau.
: 1 Agustus 2005
327
ttd
( Ir. MARUKAN )
NIP. 131 480 087
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LAMANDAU
TAHUN 2005 NOMOR 08 SERI : C
PENJELASAN ATAS
PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMANDAU
NOMOR 08 TAHUN 2005
TENTANG
RETRIBUSI PELAYANAN KESEHATAN
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN LAMANDAU
I. PENJELASAN UMUM
Dengan ditetapkannya Kabupaten Lamandau sebagai salah satu Kabupaten Pemekaran
diwilayah Provinsi Kalimantan Tengah berdasarkan Undang-undang Nomor 5 Tahun 2002
tentang Pembentukan Kabupaten Katingan, Kabupaten Seruyan, Kabupaten Sukamara,
Kabupaten Lamandau, Kabupaten Gunung Mas, Kabupaten Pulang Pisau, Kabupaten Murung
Raya, Kabupaten Barito Timur (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 18,
Tanbahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4180 serta sebagai pelaksanaan amanat
Undang-undang Nomlor 32 Tahun 2004 merupakan semangat Otonomi Daerah yang
mengharuskan setiap daerah lebih mandiri dan kreatif dalam menjalankan seluruh program
pembangunan dengan tidak melupakan peraturan-peraturan yang berlaku
Dalam hal ini Pemerintah Kabupaten Lamandau selaku pelaksana pembagunan
berusaha menjadi pengayom seluruh masyarakatnya diantaranya
melalui Program
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009
328
Untuk menjamin agar Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Lamandau dapat
berfungsi seobtimal mungkin sebagai pelayan kesehatan pada seluruh lapisan masyarakat
Kabupaten Lamandau maka diperlukan suatu usaha yang benar-benar memberikan suatu fungsi
yang nyata khususnya dalam memberikan pelayanan dibidang kesehatan kepada masyarakat.
Mengingat pelayanan kesehatan RSUD Kabupaten Lamandau semakin meningkat dan
untuk membantu biaya inventarisasi prasarana, biaya operasional dan pemeliharaan seluruh
peralatan dan perlengkapan RSUD Kabupaten Lamandau, maka perlu adanya pengaturan yang
jelas dan tepat yaitu dengan melalui pembentukan Peraturan Daerah Kabupaten Lamandau
tentang Retribusi Pelayanan Kesehatan di RSUD Kabupaten Lamandau dan sekaligus pula
sebagai upaya pengaturan tarif pelayanan, mengingat saat ini masih belum ada pengaturan yang
lebih jelas.
Pengaturan
retribusi
yang
diatur
dalam
Peraturan
Daerah
ini
antaranya
tentang :
1. Pelayanan Rawat Jalan
2. Pelayanan terhadap Kesehatan Ibu dan Anak
3. Pelayanan Poliklinik Gigi
4. Pelayanan Rawat Inap
5. Pelayanan Pertolongan pada Kecelakaan
6. Pelayanan tindakan operasi ringan/ operasi kecil
7. Pelayanan Persalinan
8. Pelayanan pemeriksaan laboratarium
9. Pelayanan Visum Et Repertum
10. Pelayanan Jasa Ambulans dan Mobil Jenazah
Tarif retribusi ditetapkan atas masing-masing pelayanan disesuaikan dengan tingkat
besarnya penggunaan jasa dan pelayanan kesehatan ini termasuk golongan retribusi jasa umum.
II. PASAL DEMI PASAL
Pasal 1
Cukup jelas
Pasal 2
Ayat 1,2 dan 3
Cukup jelas
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009
329
330
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
a. KIA Kesehatan adalah Kesehatan Ibu dan Anak
b. Insisi Abses gigi adalah membuka bisul pada gigi
c. Debridement adalah pembersihan luka
d. Minor Surgery adalah alat operasi kecil
e. Spalk/ Pembedahan adalah alat penyangga
f. Reposisi fraktur adalah mengembalikan keposisi dan bagian yang patah
g. Hemoglobin adalah kadar darah merah dalam darah
h. Leukosit adalah sel darah putih
i. Eritrosit adalah sel daerah merah
j. Trombosit adalah zat pembeku
k. Golongan Daerah adalah A,B,AB,O
l. Darah malaria adalah pemeriksaan malaria
m. Albumin adalah protein darah
n. Reduksi adalah teknik pemeriksaan gula dalam air seni
o. Bilirubin adalah zat warna kuning dalam darah
p. Sedimen adalah zat kristal/ batu pada ginjal
q. Pemeriksaan Spektrum adalah pemeriksaan dahak untuk TBC/ Paru-paru
r. Visum Et Repertum adalah pemeriksaan mayat atau kasus lain yang berhubungan
dengan hukum.
Pasal 12
Cukup jelas
Pasal 13
Ayat (1)
Setiap jasa pelayanan kesehatan yang dilakukan pada RSUD Kabupaten Lamandau
yang dikenakan tarif retribusi akan mendapat bukti pembayaran berupa karcis
retribusi.
Ayat (2),(3) dan (4)
331
332
Pasal 22
Ayat (1),(2),(3)
Cukup Jelas
Pasal 23
Ayat (1), s/d (5)
Cukup Jelas
Pasal 24
Ayat (1),(2) dan (3)
Cukup Jelas
Pasal 25
Ayat (1) s/d (6)
Cukup Jelas
Pasal 26
Ayat (1),(2) dan (3)
Cukup Jelas
Pasal 27
Ayat (1),(2) dan (3)
Cukup Jelas
Pasal 28
Ayat (1) dan (2)
Cukup Jelas
Pasal 29
Ayat (1) dan (2)
Cukup Jelas
Pasal 30
Ayat (1) dan (2)
Cukup Jelas
Ayat (3) huruf a s/d j
Cukup Jelas
Ayat (4)
Cukup Jelas
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009
333
Pasal 31
Cukup Jelas
Pasal 32
Cukup Jelas
a.
b.
c.
334
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
335
Nomor 4437);
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
336
20.
21.
TENTANG
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan :
a. Daerah adalah Daerah Kabupaten Lamandau;
b. Pemerintah Daerah adalah Bupati dan Perangkat Daerah sebagai unsur penyelenggara
Pemerintahan Daerah;
c. Pemerintahan Daerah adalah penyelenggaraan urusan Pemerintahan oleh Pemerintah Daerah
dan DPRD menurut asas otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluasluasnya dalam sistem dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud
dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009
337
c. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya disingkat DPRD adalah Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Lamandau;
d. Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi dan UKM adalah Dinas Perindustrian,
Perdagangan, Koperasi dan UKM Kabupaten Lamandau;
e. Dinas Pendapatan Daerah adalah Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Lamandau;
f. Pejabat adalah Pegawai yang diberikan tugas tertentu dibidang Retribusi Tanda Daftar
Perusahaan sesuai dengan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku;
g. Tanda Daftar Perusahaan adalah Tanda Catatan Resmi yang diadakan menurut atau
berdasarkan ketentuan Peraturan Daerah ini atau peraturan-peraturan pelaksanaan dan memuat
hal-hal yang wajib didaftarkan oleh setiap perusahaan serta disahkan oleh Kepala Dinas
Perindustrian, Perdagangan, Koperasi dan UKM Kabupaten Lamandau;
h. Perusahaan adalah setiap bentuk usaha yang menjalankan setiap jenis usaha yang bersifat tetap
dan terus-menerus dan bekerja, didirikan serta berkedudukan dalam wilayah Negara Republik
Indonesia yang bertujuan untuk memperoleh keuntungan atau laba;
i. Pengusaha adalah setiap perorangan atau persekutuan, ataupun badan hukum yang
menjalankan suatu jenis perusahaan;
j. Badan adalah suatu Bentuk Badan Usaha yang meliputi Perseroan Terbatas (PT), persekutuan
Komendeter (CV), Firma (Pa), Perseroan lainnya, Badan Usaha Milik Negara atau Daerah
dengan nama dan bentuk apapun, persekutuan, perkumpulan, kongsi, koperasi atau organisasi
yang sejenis serta Badan Usaha lainnya;
k. Usaha adalah setiap tindakan perbuatan atau kegiatan apapun dalam bidang perekonomian
yang dilakukan setiap pengusaha untuk tujuan mencari keuntungan atau laba;
l. Retribusi Daerah adalah Pungutan Daerah berupa pembayaran atas jasa atau pemberian izin
tertentu yang khusus disediakan atau diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk Kepentingan
orang Pribadi atau Badan Hukum;
m. Wajib Retribusi adalah orang pribadi atau Badan Hukum yang menurut Peraturan Perundangundangan yang berlaku diwajibkan untuk melakukan pembayaran retribusi;
n. Masa retribusi adalah jangka waktu tertentu yang merupakan batas waktu wajib retribusi untuk
memanfaatkan Tanda Daftar Perusahaan;
o. Surat Ketetapan Retribusi Daerah selanjutnya disingkat SKRD adalah Surat Keputusan yang
menentukan besarnya jumlah retribusi yang terutang;
p. Surat Tagihan Retribusi Daerah yang selanjutnya disingkat STRD adalah surat untuk
melakukan tagihan retribusi;
q. Pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan untuk mencari, mengumpulkan dan mengelola data
atau keterangan lainnya dalam rangka mengawasi kepatuhan pemenuhan kewajiban retribusi
daerah berdasarkan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku;
r. Penyidik adalah Pejabat Polisi Negara RI atau Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu yang
diberi wewenang khusus oleh Undang-undang untuk melakukan penyidikan;
s. Penyidikan adalah serangkaian tindakan penyidik dalam hal dan menurut cara yang diatur
dalam Undang-undang untuk mencari serta mengumpulkan bukti yang dengan bukti itu
membuat terang tindak pidana yang terjadi dan guna menemukan tersangka;
t. Kas Daerah adalah Kas Daerah Kabupaten Lamandau.
338
BAB II
NAMA, OBJEK DAN SUBJEK RETRIBUSI
Pasal 2
(1) Atas nama Retribusi Tanda Daftar Perusahaan dipungut retribusi sebagai pembayaran atas
jasa atau pemberian tanda daftar tertentu yang disediakan atau diberikan oleh Pemerintah
Daerah;
(2) Objek Retribusi adalah setiap jenis bentuk usaha yang menjalankan setiap usaha yang bersifat
tetap dan terus-menerus yang didirikan, bekerja dan berkedudukan untuk tujuan memperoleh
keuntungan atau laba;
(3) Subjek Retribusi adalah orang pribadi dan/atau badan hukum yang melaksanakan kegiatan
usaha.
BAB III
GOLONGAN RETRIBUSI
Pasal 3
Retribusi Tanda Daftar Perusahaan digolongkan sebagai retribusi jasa umum.
BAB IV
PENDAFTARAN PERUSAHAAN
Pasal 4
(1) Perusahaan yang wajib didaftar dalam daftar Perusahaan adalah setiap perusahaan yang
berkedudukan dan menjalankan usahanya didaerah menurut ketentuan perundang-undangan
yang berlaku termasuk didalamnya Kantor Cabang, Kantor Pembantu, anak perusahaan serta
agen dan perwakilan dari perusahaan itu yang mempunyai wewenang untuk mengadakan
perjanjian;
(2) Tata Cara dan syarat-syarat pengajuan pendaftaran perusahaan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) pasal ini ditetapkan dengan Keputusan Bupati;
Pasal 5
(1) Jangka waktu berlakunya Tanda Daftar Perusahaan ditetapkan selama 5 tahun sekali dengan
ketentuan wajib melakukan pendaftaran ulang apabila masa berlakunya telah habis;
(2) Pendaftaran ulang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pasal ini diajukan selambatlambatnya 3 bulan sebelum masa berlakunya habis.
BAB V
KLASIFIKASI DAN BENTUK PERUSAHAAN YANG WAJIB
MENDAFTAR TANDA DAFTAR PERUSAHAAN
Pasal 6
Klasifikasi dan bentuk perusahaan yang diwajibkan mendaftarkan tanda daftar perusahaan adalah
sebagai berikut :
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009
339
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
340
341
500.000,100.000,250.000,250.000,100.000,-
Rp.1.000.000,Rp.
50.000,-
Rp.
25.000,-
Rp. 100.000,-
BAB IX
WILAYAH PEMUNGUTAN RETRIBUSI
Pasal 12
Retribusi dipungut diwilayah Kabupaten Lamandau.
BAB X
MASA RETRIBUSI DAN SAAT RETRIBUSI TERUTANG
Pasal 13
(1) Masa Retribusi adalah 5 (lima) tahun;
(2) Retribusi terutang pada saat diterbitkannya Surat Ketetapan Retribusi Daerah (SKRD) atau
Dokumen lain yang di persamakan.
BAB XI
TATA CARA PEMUNGUTAN
Pasal 14
(1) Pemungutan retribusi tanda daftar perusahaan tidak dapat diborongkan;
(2) Pemungutan retribusi sebagaimana maksud ayat (1) pasal ini, dengan menggunakan SKRD
atau Dokumen lain yang dipersamakan;
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009
342
(3) Bentuk dan isi SKRD dan Dokumen lain sebagaimana dimaksud ayat (2) pasal ini ditetapkan
dengan Peraturan Bupati.
Pasal 15
Hasil pemungutan retribusi disetor ke Kas Daerah, selambat-lambatnya dalam jangka waktu 24
jam atau waktu yang ditetapkan dengan Keputusan Bupati
BAB XII
TATA CARA PEMBAYARAN RETRIBUSI TERUTANG
Pasal 16
(1) Pembayaran retribusi yang terutang harus dibayar sekaligus untuk 1 kali masa retribusi
selama berlakunya tanda daftar perusahaan, ditambah sanksi berupa denda sesuai yang telah
diatur dalam Peraturan Daerah ini;
(2) Tata cara pembayaran, pemungutan, penagihan dan tempat pembayaran retribusi ditetapkan
dengan Keputusan Bupati.
BAB XIII
KADALUARSA PENAGIHAN
Pasal 17
(1) Hak untuk melakukan penagihan retribusi, kadaluarsa setelah melampaui jangka waktu 3
(tiga) Tahun terhitung sejak saat terutangnya retribusi kecuali apabila wajib retribusi
melakukan tindak pidana dibidang retribusi;
(2) Kadaluarsa penagihan retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tertangguh apabila :
a. Diterbitkan Surat Teguran, atau
b. Adanya pengakuan utang retribusi dari wajib retribusi baik langsung maupun tidak
langsung.
BAB XIV
PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN
Pasal 18
Pengawasan dan pengendalian dilaksanakan oleh Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi dan
UKM Kabupaten Lamandau.
BAB XV
SANKSI ADMINISTRASI
Pasal 19
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009
343
Dalam hal wajib retribusi tidak membayar tepat waktunya atau kurang membayar, dikenakan
sanksi administrasi berupa biaya sebesar 5 % setiap bulannya dari besarnya retribusi yang terutang
yang tidak atau kurang bayar dan ditagih dengan menggunakan Surat Tagihan Retribusi Daerah.
BAB XVI
KETENTUAN PIDANA
Pasal 20
(1) Setiap orang yang dengan sengaja melanggar ketentuan dalam pasal 4, 5, 6, 7 dan pasal 9
Pertaturan Daerah ini dipidana kurungan selama-lamanya 6 bulan atau denda sebanyakbanyaknya Rp. 5.000.000,(2) Tindak Pidana sebagaimana dimaksud ayat (1) pasal ini adalah Pelanggaran.
BAB XVII
PE N YI D I K AN
Pasal 21
(1) Penyidikan tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Daerah ini dilakukan oleh
PPNS dilingkungan Pemerintah Daerah Kabupaten Lamandau;
(2) Penyidikan tindak pidana sebagaimana dimaksud ayat (1) pasal ini selain dilakukan oleh PPNS
juga dapat dilakukan oleh Pejabat Penyidik Polisi Negara RI.
(3) Dalam melaksanakan tugasnya Penyidik sebagaimana dimakud ayat (1) berwenang :
a. Menerima Laporan atau pengaduan dari seseorang tentang adanya tindak pidana;
b. Melakukan tindakan pertama pada saat itu ditempat kejadian;
c. Memerintah berhenti seorang tersangka dari perbuatannya dan memeriksa tanda pengenal
dari tersangka;
d. Pemeriksaan, penyitaan surat dan benda;
e. Mengambil sidik jari dan memotret seorang tersangka;
f. Memanggil seseorang untuk didengar dan diperiksa sebagai tersangka atau saksi;
g. Mendatangkan seseorang ahli yang diperlukan dalam hubungannya dengan pemeriksaan
perkara;
h. Mengadakan penghentian penyidikan setelah mendapat petunjuk dari penyidik bahwa
tidak terdapat cukup bukti atau peristiwa tersebut bukan merupakan tindak pidana dan
selanjutnya melalui penyidik memberitahukan hal tersebut kepada penuntut umum,
tersangka atau keluarganya;
i. Mengadakan tindakan lain menurut hukum yang dapat dipertanggungjawabkan.
(4) Dalam melaksanakan tugas, penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) pasal
ini tidak berwenang melakukan penangkapan dan atau penahanan.
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009
344
BAB XVIII
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 22
Bagi perusahaan yang memiliki tanda daftar perusahaan sebelum berlakunya Peraturan Daerah ini
dinyatakan tetap berlaku, dan apabila masa berlakunya berakhir, di daftar ulang kembali sesuai
dengan ketentuan yang berlaku pada Peraturan Daerah ini.
BAB XIX
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 23
Hal-hal yang belum diatur dalam Peraturan Daerah ini sepanjang mengenai pelaksanaannya, akan
diatur lebih lanjut dengan Keputusan Bupati.
Pasal 24
Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar supaya setiap orang dapat mengetahuinya memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah
ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Lamandau.
Ditetapkan di : Nanga Bulik
Pada Tanggal : 1 Agustus 2005
BUPATI LAMANDAU,
: Nanga Bulik
Pada Tanggal
: 1 Agustus 2005
345
ttd
( Ir. MARUKAN )
NIP. 131 480 087
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LAMANDAU
TAHUN 2005 NOMOR 09 SERI : C
PENJELASAN ATAS
PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMANDAU
NOMOR 09 TAHUN 2005
TENTANG
RETRIBUSI TANDA DAFTAR PERUSAHAAN
I. PENJELASAN UMUM
Sebagaimana yang telah diamanatkan Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004, BAB IV
tentang Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah, Bagian Ketiga tentang Hak dan Kewajiban
Daerah, pasal 21 huruf e,f,g dan h yang menyatakan bahwa hak dan kewajiban Pemeintah
Daerah :
1.
2.
3.
4.
346
potensi pendapatan asli daerah. Untuk itu sebagai konsekuensi dan sebagai pelaksa isi pasal
Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 dan Undang-undang Nomor 34 Tahun 2000 tersebut,
maka Pemerintah membentuk suatu Peraturan Daerah tentang Retribusi Tanda daftar Perusahan.
Peraturan Daerah Kabupaten Lamandau tentang Retribusi Tanda Daftar Perusahaan
mengatur :
a. Nama, Objek dan Subjek Retribusi;
b. Golongan Retribusi;
c. Pendaftaran Perusahaan;
d. Klasifikasi dan bentuk perusahaan yang wajib mendaftar tanda daftar perusahaan;
e. Pengecualian dalam kewajiban pendaftaran perusahaan;
f. Tata cara penghitungan tingkat penggunaan jasa;
g. Struktur dan besar tarif retribusi;
h. Wilayah pemungutan;
i. Masa retribusi dan saat retribusi terutang;
j. Tata cara pemungutan;
k. Tata cara pembayaran;
l. Pengawasan dan pengendalian;
m. Sanksi adminstrasi;
n. Ketentuan pidana; dan
o. Penyidikan.
Dan dalam penyusunan Perda Kabupaten Lamandau tentang Retribusi Tanda Daftar
Perusahaan ini tidak terlepas dari prinsip-prinsip yang diatur dalam Peraturan Pemerintah RI
Nomor 66 Tahun 2001, Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 1999 dan
Peraturan Perundang-undangan lainnya.
Tujuan dibentuknya Peraturan Daerah ini sebagaimana maksud konsideran menimbang
pada huruf a, b dan c yaitu :
1. Meningkatkan Pendapatan Asli Daerak Kabupaten Lamandau
2. Sebagai sarana tertibnya administrasi pengurusan dokumen perusahan yang beroperasi
diwilayah Kabupaten Lamandau
3. dan memenuhi ketentuan Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 dan Undang-undang
Nomor 34 tahun 2004
II. PASAL DEMI PASAL
Pasal 1
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009
347
Cukup jelas
Pasal 2
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Cukup jelas
Ayat (3)
Cukup jelas
Pasal 3
Cukup Jelas
Pasal 4
Ayat (1)
Perusahaan yang wajib didaftar dalam daftar Perusahaan sebagaimana dimaksud
dalam BAB V pasal 6 Peraturan Daerah ini yaitu :
a. Perseroan Terbatas (PT);
b. Koperasi (KOP);
c. Perseroan Komendeter (CV);
d. Perusahan Firma (Fa);
e. Perusahaan Perorangan (Po)
f. Bentuk-bentuk usaha dan perusahaan lain (Bul)
g. Badan usaha milik Negara (BUMN); dan
h. Badan usaha milik daerah (BUMD).
Ayat (2)
Cukup jelas
Pasal 5
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Cukup jelas
Pasal 6
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009
348
Cukup jelas
Pasal 7
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Huruf a,b,c dan d
Cukup jelas
Pasal 8
Ayat (1)
Usaha atau kegiatan yang tidak dikenakan wajib daftar perusahaan sebagaimana yang
dimaksud dalam Keputusan Presiden RI Nomor 53 Tahun 1998 tentang usaha atau
kegiatan yang tidak dikenakan wajib daftar perusahaan yaitu :
a. Pendidikan formal jalur sekolah dalam segala jenis;
b. Pendidikan non formal (jalur non sekolah);
c. Jasa pengacara/ advokat dan konsultan hukum;
d. Jasa Notaris;
e. Dokter praktek perorangan atau kelompok;
f. Rumah sakit yang tidak dikelola oleh badan usaha;
g. Klinik pengobatan yang tidak dikelola oleh badan usaha.
Ayat (2)
Cukup Jelas
Pasal 9
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Pasal 10
Cukup jelas
Pasal 11
Ayat (1)
Cukup Jelas
Ayat (2)
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009
349
Cukup Jelas
Pasal 12
Cukup Jelas
Pasal 13
SKRD adalah Surat Ketetapan Retribusi Daerah
Pasal 14
Ayat (1)
Cukup Jelas
Ayat (2)
Cukup Jelas
Ayat (3)
Cukup Jelas
Pasal 15
Cukup Jelas
Pasal 16
Ayat (1)
Cukup Jelas
Ayat (2)
Cukup Jelas
Pasal 17
Cukup Jelas
Pasal 18
Cukup Jelas
Pasal 19
Ayat (1)
Cukup Jelas
Ayat (2)
Cukup Jelas
Pasal 20
Ayat (1)
Cukup Jelas
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009
350
Ayat (2)
Cukup Jelas
Ayat (3)
Cukup Jelas
Ayat (4)
Cukup Jelas
Pasal 21
Cukup Jelas
Pasal 22
Cukup Jelas
Pasal 23
Cukup Jelas
TAMBAHAN LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LAMANDAU
TAHUN 2005 NOMOR 09 SERI : C
351
Mengingat
a.
b.
c.
1.
352
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
353
11.
12.
13.
TENTANG
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan :
a. Daerah adalah Daerah Kabupaten Lamandau;
b. Pemerintah Daerah adalah Bupati dan Perangkat Daerah sebagai unsur penyelenggara
Pemerintahan Daerah;
c. Pemerintahan Daerah adalah penyelenggaraan urusan Pemerintahan oleh Pemerintah Daerah
dan DPRD menurut asas otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluasluasnya dalam sistem dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana
dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009
354
d.
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya disebut DPRD adalah Lembaga
Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Lamandau sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan
Daerah;
e. Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi dan UKM adalah Dinas Perindustrian,
Perdagangan, Koperasi dan UKM Kabupaten Lamandau;
f. Dinas Pendapatan Daerah adalah Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Lamandau;
g. Pejabat adalah Pegawai yang diberikan tugas tertentu dibidang Retribusi Surat Izin Usaha
Perdagangan sesuai dengan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku;
h. Perdagangan adalah kegiatan usaha jual beli barang atau jasa yang dilakukan secara terus
menerus dengan tujuan pengalihan hak atas barang atau jasa dengan disertai imbalan atau
kompensasi;
i. Retribusi Daerah adalah pemungutan daerah berupa pembayaran atas jasa atau pemberian
izin tertentu yang khusus disediakan atau diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk
kepentingan orang pribadi atau badan hukum;
j. Wajib Retribusi adalah orang pribadi atau badan hukum yang menurut peraturan Perundangundangan Retribusi diwajibkan untuk melakukan pembayaran Retribusi;
k. Perusahaan adalah setiap bentuk usaha yang menjalankan setiap jenis usaha yang bersifat
tetap, terus-menerus dan didirikan, bekerja serta berkedudukan dalam wilayah Kabupaten
Lamandau yang bertujuan untuk memperoleh keuntungan atau laba;
l. Surat Izin Usaha Perdagangan yang disingkat SIUP adalah Surat Izin untuk dapat
melaksanakan usaha perdagangan;
m. Surat Permintaan Surat Izin Usaha Perdagangan yang disingkat SP-SIUP adalah formulir ijin
yang diisi oleh perusahaan yang memuat data perusahaan untuk memperoleh SIUP
kecil/menengah/besar;
n. Perubahan Perusahaan adalah meliputi perubahan dalam perusahaan yang meliputi
perubahaan nama perusahaan, bentuk perusahaan, alamat kantor perusahaan, nama
pemilik/penanggungjawab, NPWP, modal dan kekayaan bersih, kelembagaan bidang usaha,
jenis barang/jasa dagang;
o. Cabang Perusahaan adalah Perusahaan yang merupakan unit atau bagian dari perusahaan
induknya yang berkedudukan ditempat yang berlainan dan dapat bersifat berdiri sendiri atau
bertugas untuk melaksanakan sebagian tugas dari perusahaan induknya;
p. Perwakilan Perusahaan adalah perusahaan yang bertindak mewakili kantor pusat perusahaan
untuk melakukan suatu kegiatan dan pengurusan ditentukan sesuai dengan wewenang yang
diberikan;
q. Kas Daerah adalah salah satu Bank yang ditunjuk oleh Bupati Lamandau.
BAB II
NAMA, OBJEK DAN SUBJEK RETRIBUSI
Pasal 2
(1)
Dengan nama Retribusi Surat Ijin Usaha Perdagangan dipungut Retribusi sebagai
pembayaran atas jasa atau pemberian ijin tertentu yang disediakan atau diberikan oleh
Pemerintah Daerah Kab. Lamandau;
355
(2)
Objek Retribusi adalah setiap bentuk usaha yang menjalankan jenis usaha yang
bersifat tetap dan terus-menerus yang didirikan, bekerja untuk tujuan memperoleh
keuntungan atau laba;
(3)
Subjek retribusi adalah perorangan atau badan yang melaksanakan kegiatan usaha.
BAB III
GOLONGAN RETRIBUSI
Pasal 3
Retribusi Surat Ijin Usaha Perdagangan digolongkan sebagai Retribusi Jasa Umum.
BAB IV
SURAT IJIN USAHA PERDAGANGAN
Pasal 4
(1) Setiap kegiatan usaha perdagangan baik perorangan maupun yang berbentuk perusahaan
wajib memiliki SIUP;
(2) SIUP sebagaimana maksud pada ayat (1) pasal ini terdiri dari :
a.
SIUP Kecil
b.
SIUP Menengah
c.
SIUP Besar
Pasal 5
(1) Yang berwenang memberikan SIUP adalah Bupati;
(2) Dalam hal pelaksanaan pemberian Siup dilakukan oleh Dinas Perindustrian, Perdagangan,
Koperasi dan UKM Kabupaten Lamandau atas nama Bupati;
(3) Tata cara dan syarat-syarat untuk memperoleh Surat Ijin Usaha Perdagangan ditetapkan
dengan Keputusan Bupati.
Pasal 6
(1) SIUP diterbitkan berdasarkan tempat kedudukan atau berdomisili perorangan atau
perusahaan;
(2) SIUP sebagaimana maksud ayat (1) pasal ini berlaku selama perorangan atau perusahaan
yang bersangkutan masih menjalankan kegiatan usaha perdagangan.
Pasal 7
(1) Kegiatan Usaha perdagangan yang dilakukan oleh perorangan atau perusahaan dengan
modal disetorkan dan kekayaan bersih seluruhnya dari Rp. 5.000.000,- (lima juta rupiah)
sampai dengan Rp. 200.000.000,- (dua ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan
tempat usaha wajib memperoleh SIUP kecil;
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009
356
(2) Kegiatan usaha perdagangan yang dilakukan oleh perorangan atau perusahaan dengan modal
disetor dan kekayaan bersih seluruhnya diatas Rp. 200.000.000,- (dua ratus juta rupiah)
sampai dengan Rp. 500.000.000,- (lima ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan
tempat usaha wajib memperoleh SIUP menengah;
(3) Kegiatan usaha perdagangan yang dilakukan oleh perorangan atau perusahaan dengan modal
disetor dan kekayaan bersih seluruhnya diatas Rp. 500.000.000,- (lima ratus juta rupiah)
tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha wajib memperoleh SIUP besar;
BAB V
PENGECUALIAN DARI KEWAJIBAN MEMPEROLEH SIUP
Pasal 8
Kegiatan usaha perdagangan baik perorangan atau perusahaan yang telah memperoleh SIUP dalam
jangka waktu 3 (tiga) bulan terhitung tanggal diterbitkannya SIUP wajib mendaftarkan
perusahaannya dalam daftar perusahaan, sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang
berlaku.
Pasal 9
(1) Kegiatan usaha perdagangan yang dilakukan perorangan dibebaskan dari kewajiban
memperoleh SIUP adalah :
a. Perorangan yang dengan memenuhi ketentuan sebagai berikut :
1. Tidak berbentuk badan hukum atau persekutuan.
2. Diurus, dijalankan atau dikelola sendiri oleh pemiliknya atau dengan
mempekerjakan anggota keluarga/kerabat dekat.
3. Modal usaha dibawah Rp. 5.000.000,- (lima juta rupiah).
b. Pedagang keliling, pedagang asongan, pedagang pinggir jalan atau pedagang kaki lima.
(2) Perusahaan perorangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pasal ini dapat diberikan SIUP
apabila dikehendaki oleh yang bersangkutan.
BAB VI
PERUBAHAN ATAS PERUSAHAAN
Pasal 10
(1) Kegiatan usaha perdagangan baik perorangan maupun perusahaan yang melakukan
perubahan modal dan kekayaan bersih baik dikarenakan peningkatan maupun penurunan
yang dibuktikan dengan Akta perubahan dan atau Neraca Perusahaan dagang tersebut wajib
memperoleh SIUP sesuai dengan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam pasal 4 dan 5
Peraturan Daerah ini.
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009
357
(2) Kegiatan usaha perdagangan atau perusahaan yang sudah memperoleh SIUP apabila
melakukan perubahan selambat-lambatnya 3 (tiga) bulan terhitung sejak dilakukannya
perubahan wajib mengajukan permintaan perubahan SIUP baru kepada Kepala Dinas
Perindustrian, Perdagangan, Koperasi dan UKM Kabupaten Lamandau;
(3) Kegiatan usaha perdagangan perorangan atau perusahaan yang telah memperoleh SIUP,
apabila melakukan perubahan sebagaimana dimaksud ayat (1) sepanjang yang menyangkut
modal dan kekayaan bersih ditetapkan sebagai berikut :
a. SIUP kecil yang mengadakan perubahan modal dan kekayaan bersihnya sehingga
menjadi lebih besar dari semula tetapi tidak melebihi Rp. 200.000.000,- tidak
termasuk tanah dan bangunan tempat usaha, tidak wajib mengajukan perubahan SIUP;
b. SIUP kecil yang modal dan kekayaan bersih setelah perubahan menjadi diatas
Rp. 200.000.000,- sampai dengan Rp. 500.000.000,- tidak termasuk tanah dan
bangunan tempat usaha, wajib mengajukan perubahan SIUP kecil manjadi SIUP
menengah;
c. SIUP kecil yang modal dan kekayaan bersih setelah perubahan menjadi diatas
Rp. 500.000.000,- tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha, wajib mengajukan
SIUP besar;
d. SIUP menengah yang mengadakan perubahan modal dan kekayaan bersih sehingga
menjadi lebih besar dari semula tetapi tidak melebihi Rp. 500.000.000,- tidak
termasuk tanah dan bangunan tempat usaha tidak wajib mengajukan perubahan SIUP;
e. SIUP menengah yang modal dan kekayaan bersih turun menjadi dibawah
Rp.
200.000.000,- tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha, wajib menyelesaikan
SIUPnya menjadi SIUP kecil;
f. SIUP menengah yang mengadakan perubahan yang modal dan kekayaan bersih
menjadi diatas Rp. 500.000.000,- tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha
wajib mengajukan penyesuaian menjadi SIUP besar;
g. SIUP besar yang mengadakan perubahan modal dan kekayaan bersih turun menjadi
sampai dengan dibawah Rp. 500.000.000,- tidak termasuk tanah dan bangunan tempat
usaha, dapat menyesuakan SIUPnya menjadi SIUP menengah;
h. SIUP besar yang mengadakan perubahan modal dan kekayaan bersih turun menjadi
sampai dengan dibawah Rp. 200.000.000,- tidak termasuk tanah bangunan tempat
usaha, dapat menyesuaikan SIUPnya menjadi SIUP kecil.
Pasal 11
(1)
(2)
358
(3)
(1) Apabila SIUP yang diperoleh perusahaan hilang atau rusak, perusahaan yang bersangkutan
harus mengajukan permintaan tertulis kepada Kepala Dinas Perindustrian, Perdagangan,
Koperasi dan UKM Kabupaten Lamandau, untuk mendapatkan penggantian SIUP.
(2) Permintaan penggantian SIUP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pasal ini diajukan
dengan melampirkan persyaratan sebagai berikut :
a. Surat keterangan hilang dari kepolisian setempat bagi SIUP yang hilang.
b. SIUP asli bagi yang rusak.
(3) Selambat-lambatnya 15 hari kerja terhitung sejak diterimanya surat permintaan penggantian
SIUP sebagaimana maksud ayat (2) pasal ini Kepala Dinas Perindustrian, Perdagangan,
Koperasi dan UKM Kabupaten Lamandau wajib mengeluarkan SIUP baru.
(4) Biaya penggantian SIUP sama dengan biaya penerbitan Siup baru.
BAB VII
STRUKTUR BIAYA PENGURUSAN SIUP
Pasal 13
(1)
Penerbitan terhadap SIUP kecil, menengah dan besar dikenakan biaya administrasi
perizinan dengan golongan usaha sebagaimana terdapat dalam tabel berikut :
No.
Jenis Penerbitan SIUP
1. a. SIUP Baru
SIUP Kecil
SIUP Menengah
SIUP Besar
Besarnya tarif
Rp. 50.000,Rp. 100.000,Rp. 200.000,-
a.
-
3.
4.
-
Perubahan SIUP
Perubahan SIUP Kecil
Perubahan SIUP Menengah
Perubahan SIUP Besar
Pengesahan pembukuan Cabang/perwakilan
SIUP Kecil
SIUP Menengah
SIUP Mesar
Biaya Register
SIUP Kecil
SIUP Menengah
359
25.000,50.000,-
- SIUP Mesar
(2)
Rp. 100.000,-
Biaya administrasi perijinan sebagaimana maksud ayat (1) pasal ini disetor oleh
Bendaharawan penerima kepada Kas Daerah Kabupaten Lamandau.
BAB VIII
WILAYAH PUNGUT
Pasal 14
360
(1) Kegiatan usaha perdagangan perorangan atau perusahaan diberi peringatan tertulis apabila :
a. Melakukan kegiatan usaha yang tidak sesuai dengan bidang usaha, kegiatan usaha dan
jenis barang/jasa dagangan utama yang tercantum dalam SIUP yang telah diperoleh;
b. Belum mendaftarkan perusahaan dalam daftar perusahaan sebagaimana dimaksud dalam
Peraturan Daerah ini;
c. Adanya laporan/pengaduan dari pejabat yang berwenang ataupun pemilik pemegang
HAKI seperti antara lain hak cipta, paten atau merek;
d. Adanya laporan/pengaduan dari pejabat yang berwenang bahwa perusahaan tersebut tidak
memenuhi kewajiban perpajakan sesuai ketentuan yang berlaku.
(2) Peringatan tertulis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pasal ini diberikan sebanyakbanyaknya 3 kali berturut-turut dengan tenggang waktu 30 (tiga puluh) hari oleh Kepala
Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi dan UKM Kabupaten Lamandau.
Pasal 19
(1) SIUP perusahaan yang bersangkutan dibekukan apabila :
a. Tidak mengindahkan peringatan sebagaimana dimaksud dalam pasal 13 ayat (1) peraturan
daerah ini;
b. Melakukan kegiatan usaha yang memiliki kekhususan seperti perdagangan jasa/penjualan
berjenjang dan tidak sesuai dengan bidang usaha, kegiatan usaha dan jenis barang/jasa
dagangan utama yang tercantum dalam SIUP yang telah diperoleh;
c. Sedang diperiksa di sidang pengadilan karena didakwa melakukan tindak pidana lainnya.
(2) Selama pembekuan SIUP perusahaan yang bersangkutan dilarang untuk melakukan aktivitas
usaha perdagangan;
(3) Pembekuan SIUP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dan b pasal ini berlaku dalam
masa 6 (enam) bulan terhitung sejak dikeluarkan penetapan pembekuan SIUP;
(4) Jangka waktu pembekuan SIUP sebagaimana maksud ayat (1) huruf c berlaku sampai dengan
adanya Keputusan Badan Peradilan yang telah berkekuatan hukum tetap;
(5) Pembekuan SIUP dilakukan oleh Kepala Dinas yang berwenang.
Pasal 20
SIUP yang telah dibekukan dapat diberlakukan kembali apabila perusahaan yang bersangkutan :
a. Telah mengindahkan peringatan melakukan perbaikan dan melaksanakan kewajibannya
sesuai dengan ketentuan dalam peraturan daerah ini;
b. Apabila dinyatakan tidak terbukti melakukan pelanggaran sebagaimana maksud ayat (1)
huruf c pasal 15 peraturan daerah ini.
Pasal 21
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009
361
BAB XIII
KETENTUAN PIDANA
Pasal 23
(1) Setiap orang yang dengan sengaja melanggar ketentuan dalam pasal 2 ayat (1), pasal 5 ayat
(1), (2) dan (3), pasal 6, pasal 8 ayat (1), (2) point a sampai dengan h dan pasal 10 ayat (1),
dipidana dengan kurungan paling lama 6 bulan atau denda paling banyak Rp. 5.000.000,-;
(2) Tindak pidana sebagaimana dimaksud ayat (1) pasal ini adalah pelanggaran.
BAB XIV
PE N YI D I K AN
Pasal 24
362
(1) Penyidikan atas tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam peraturan daerah ini dilakukan
oleh Penyidik PNS dilingkungan Pemerintah Daerah Kabupaten Lamandau dan atau
dilakukan Pembantu Penyidik oleh penyidik umum;
(2) Dalam melaksanakan tugas-tugas, para pejabat penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
pasal ini, berwenang :
a. Menerima Laporan atau pengaduan dari seseorang tentang adanya tindak pidana;
b. Melakukan tindakan pertama pada saat itu ditempat kejadian dan melakukan
pemeriksaan.;
c. Menyuruh berhenti seseorang tersangka dan memeriksa tanda pengenal dari tersangka;
d. Melakukan penyitaan benda atau surat;
e. Mengambil sidik jari dan memotret seseorang;
f. Memanggil seseorang untuk mendengar dan diperiksa sebagai tersangka atau saksi;
g. Mendatangkan ahli yang diperlukan dalam hubungannya dengan pemeriksaan tersangka;
h. Mengadakan penghentian penyidikan setelah mendapat petunjuk dari penyidik bahwa
tidak terdapat cukup bukti atau peristiwa tersebut bukan merupakan tindak pidana dan
selanjutnya melalui penyidik memberitahukan hal tersebut kepada penuntut umum,
tersangka atau keluarganya;
i. Mengadakan tindakan lain menurut hukum yang dapat dipertanggungjawabkan.
(3) Dalam melaksanakan tugasnya, penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pasal ini tidak
berwenang melakukan penangkapan dan atau penahanan.
Pasal 25
PPNS dan atau penyidik umum sebagaimana dimaksud pada pasal 20 ayat (1) peraturan daerah
ini membuat berita acara setiap tindakan tentang :
a. Pemeriksaan tersangka;
b. Pemeriksaan rumah;
c. Penyitaan benda;
d. Pemeriksaan surat;
e. Pemeriksaan saksi;
f. Pemeriksaan ditempat kejadian dan mengirimkannya kepada pengadilan negeri melalui
penyidik umum.
BAB XV
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 26
(1)
Siup yang telah diperoleh perusahaan sebelum ditetapkannya peraturan daerah ini,
dinyatakan tetap berlaku dan wajib daftar ulang dalam jangka waktu 1 tahun sesuai dengan
ketentuan sebagai berikut :
363
a. SIUP yang diperoleh perusahaan sebelum ditetapkan peraturan daerah ini yang modal
dan kekayaan bersih Rp. 5.000.000,- sampai dengan Rp. 200.000.000,- tidak termasuk
tanah dan bangunan tempat usaha dinyatakan berlaku sebagai SIUP Kecil;
b. SIUP yang telah diperoleh perusahaan sebelum ditetapkan peraturan daerah ini yang
modal dan kekayaan bersih diatas Rp. 200.000.000,- sampai dengan Rp. 500.000.000,tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha dinyatakan berlaku sebagai SIUP
Menengah;
c. SIUP yang telah diperoleh perusahaan sebelum ditetapkan peraturan daerah ini yang
modal dan kekayaan bersih diatas Rp. 500.000.000,- tidak termasuk tanah dan bangunan
tempat usaha dinyatakan tetap berlaku sebagai SIUP Besar;
(2)
Terhadap perusahaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pasal ini dapat melakukan
permintaan perubahan apabila dikehendaki oleh perusahaan yang bersangkutan.
Pasal 27
(1) Terhadap perusahaan yang mengajukan permintaan untuk memperoleh SIUP yang sedang
dalam proses penyelesaian sebelum ditetapkan peraturan daerah ini, dapat mengajukan
kembali permintaan baru kepada Kepala Dinas yang berwenang untuk memperoleh SIUP
sesuai ketentuan dalam peraturan daerah ini;
(2) Perusahaan yang melakukan kegiatan usaha perdagangan yang mempunyai kekhususan atau
profesi seperti perdagangan jasa, penjualan berjenjang, penjualan minuman beralkohol dan
pasar modern dan perdagangan berjangka komoditi, perizinannya harus memperhatikan
peraturan perundang-undangan yang berlaku;
Pasal 28
(1) Hal-hal yang belum diatur dalam Peraturan Daerah ini sepanjang menyangkut dengan
pelaksanaannya akan diatur lebih lanjut dengan Keputusan Bupati.
(2) Dengan berlakunya Peraturan Daerah ini, maka Peraturan yang mengatur hal yang sama
dinyatakan tidak berlaku lagi.
BAB XVI
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 29
Peraturan Daerah ini mulai berlaku sejak tanggal diundangkan.
Agar setiap orang dapat mengetahuinya memerintahkan pengundangan peraturan daerah ini
dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Lamandau.
Ditetapkan di : Nanga Bulik
Pada Tanggal : 1 Agustus 2005
364
BUPATI LAMANDAU,
ttd
BUSTANI DJ. MAMUD
Diundangkan di Nanga Bulik
Pada Tanggal 1 Agustus 2005
Plt. SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN LAMANDAU
ttd
( Ir. MARUKAN )
NIP. 131 480 087
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LAMANDAU
TAHUN 2005 NOMOR 10 SERI : C
PENJELASAN ATAS
PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMANDAU
NOMOR 10 TAHUN 2005
TENTANG
RETRIBUSI SURAT IZIN USAHA PERDAGANGAN
I. PENJELASAN UMUM
Pertumbuhan dan perkembangan usaha dibidang perdagangan dan jasa lainnya di
Kabupaten Lamandau semakin meningkat jumlahnya, perkembangan ini dikarenakan banyaknya
peluang uasaha yang dapat digeluti.
Sejak Kabupaten Lamandau dicanangkan sebagai salah satu Kabupaten baru yang
dimekarkan dengan jelas sekali, dimana perkembangan dibidang perdagangan begitu pesat
diantaranya bidang-bidang lain., oleh sebab itu pembinaan dan pengembangan usaha dibidang
perdagangan maupun jasa mutlak untuk tetapdilakukan sebab sektor ini akan memberikan
pengaruh yang sangat besar bagi jalannya perekonomian ditengah-tengah masyarakat juga
berkaitan langsung dengan peyerapan dan penyediaantenaga kerja, pengaturan arus barang
masuk dan keluar bagi kebutuhan masyarakat maupun terhadap peningkatan Pendapatan Asli
Daerah, oleh sebab itu perlu dibina dengan baik.
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009
365
Untuk itu pembinaan serta pengawasan yang harus dilakukan oleh Pemda Kabupaten
Lamandau terhadap usaha-usaha yang ada ditengah-tengah masyarakat melalui aturan-aturan,
ketentuan perijinan usaha perdagangan di Kabupaten Lamandau yaitu dengan Peraturan Daerah
Kabupaten Lamandau tentang Retribusi Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP).
II. PASAL DEMI PASAL
Pasal 1
Cukup jelas
Pasal 2
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan usaha perorangan adalah usaha yang dijalankan tidak
berbadan hukum, sedangkan perusahaan adalah usaha yang dijalankan baik
bidang perdagangan maupun jasa memilik/ berbadan hukum
Ayat (2)
Penggolongan Siup kecil, Siup Besar ditentukan berdasarkan besar modal awal
yang disetor baik perorangan maupun perusahaan
Pasal 3
Ayat (1) dan (2)
Cukup jelas
Pasal 4
Ayat (1)
Ketentuan ini berlaku selagi perusahaan yang bersangkutan tidak mengalami
perubahan terhadap
-
Pemilik/penanggungjawab perusahaan
Ayat (2)
Cukup jelas
Pasal 5
Ayat (1),(2) dan (3)
Cukup jelas
Pasal 6
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009
366
Cukup Jelas
Pasal 7
Ayat (1)
Huruf a dan b
Cukup jelas
Ayat (2)
Cukup Jelas
Pasal 8
Cukup jelas
Pasal 9
Ayat (1)
Perubahan
dimaksud
dapat
berupa
pindah
alamat,
pergantian
pemilik/penanggungjawab perusahaan maupun perubahan terhadap jenis
usaha/jenis mata perdagangan atau jasa yang berjalan
Ayat (2)
Huruf a s/d h
Cukup Jelas
Pasal 10 s/d 25 pasal 25
Cukup Jelas
TAMBAHAN LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LAMANDAU
TAHUN 2005 NOMOR 10 SERI : C
367
a.
b.
368
c.
d.
Mengingat
bahwa pengelolaan sarana air bersih yang ada masih belum dapat
memberikan pelayanan yang optimal sehingga keperluan akan air bersih
tidak dapat seluruhnya dinikmati oleh masyarakat.
bahwa untuk terlaksananya maksud huruf a, b dan c diatas perlu
ditetapkan dengan Peraturan Daerah Kabupaten Lamandau tentang
Pendirian Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Kabupaten
Lamandau.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
1990 tentang
7.
1998 tentang
2 Tahun
369
8.
1998
tentang
9.
10.
11.
12.
13.
2000
M E M U T U S KAN :
MENETAPKAN :
370
BAB III
NAMA DAN TEMPAT, KEDUDUKAN
Pasal 3
Perusahaan Daerah ini bernama Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM)
Lamandau
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009
371
Kabupaten
Pasal 4
Perusahaan Daerah ini berkedudukan dan berkantor Pusat di Nanga Bulik dan dapat mendirikan
Cabang-cabang serta Perwakilan-perwakilan diseluruh wilayah Kabupaten Lamandau yang akan
ditentukan lebih lanjut dengan Keputusan Bupati atas usul dari Direksi dengan Pertimbangan
Badan Pengawas.
BAB IV
SIFAT, MAKSUD DAN TUJUAN LAPANGAN USAHA
Pasal 5
Sifat Perusahaan adalah memberikan jasa jasa dan menyelenggarakan kemanfaatan umum dalam
bidang pelayanan air minum.
Pasal 6
(1) Maksud Perusahaan adalah untuk mewujudkan sistem penyediaan air minum yang memenuhi
Persyaratan tertib administrasi, ketentuan tehnis dan kehandalan pelayanan.
(2) Tujuan perusahaan adalah menghasilkan air minum bagi masyarakat yang memenuhi syarat
kesehatan, merata dan berkesinambungan dengan harga terjangkau.
BAB V
M O DAL
Pasal 7
(1) Neraca Permulaan Perusahaan Daerah terdiri atas Aktiva dan Pasiva pada saat berlakunya
Peraturan Daerah ini.
(2) Modal Perusahaan Daerah sebagaimana ayat (1) pasal ini dapat ditambah dari Penyisihan
sebagian dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD), penyertaan modal, subsidi
dari Pemerintah atasan serta Pinjaman dari Pihak Ketiga dengan persetujuan Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Lamandau.
Pasal 8
Modal Perusahaan Daerah yang bersumber dari Pemerintah Daerah, merupakan kekayaan Daerah
yang dipisahkan.
Pasal 9
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009
372
Semua alat Likuiditas disimpan dalam Bank Pembangunan Kalimantan Tengah Cabang Pembantu
Nanga Bulik.
BAB VI
TIPE DAN STRUKTUR ORGANISASI
Pasal 10
(1) Tipe dan Struktur Organisasi, Tata Kerja dan Uraian Tugas Perusahaan Daerah Air Minum
Kabupaten Lamandau berpedoman pada Keputusan Menteri Negara Otonomi Daerah Nomor 8
Tahun 2000 tentang Pedoman Akuntansi Perusahaan Daerah Air Minum dengan menggunakan
tipe A.
(2) Apabila mengingat keadaan, ternyata diperlukan Struktur Organisasi yang berbeda dengan
Struktur Organisasi tersebut pada ayat (1) maka dapat dibentuk Struktur Organisasi yang
berbeda, yang ditetapkan dengan Keputusan Bupati.
BAB VII
KEPENGURUSAN PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM
Pasal 11
Perusahaan dipimpin oleh 1 (satu) Direktur dan 2 (dua) Kepala Bagian sesuai tipe Perusahaan
Daerah Air Minum tipe A yang terdiri dari :
a. Direktur.
b. Kepala Bagian Administrasi dan Keuangan
c. Kepala Bagian Tehnik.
Pasal 12
(1) Direktur dalam mengelola Perusahaan mempunyai tugas sebagai berikut :
a. Memimpin dan mengendalikan semua kegiatan perusahaan.
b. Merencanakan dan menyusun Program Kerja Perusahaan Lima Tahunan dan Tahunan.
c. Membina Pegawai.
d. Mengurus dan mengelola kekayaan Perusahaan.
e. Menyelenggarakan Administrasi Umum dan Keuangan.
f. Melaksanakan kegiatan tehnik Perusahaan.
g. Mewakili Perusahaan baik didalam maupun diluar Pengadilan.
h. Menyampaikan laporan berkala mengenai keseluruhan kegiatan termasuk Neraca dan
perhitungan Laba/Rugi.
(2) Direktur mempunyai wewenang sebagai berikut :
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009
373
a.
b.
c.
d.
e.
(1) Direktur diangkat dan diberhentikan oleh Bupati untuk masa jabatan selama 4 (empat) Tahun
dan dapat diangkat kembali untuk 1(satu) kali masa jabatan.
(2) Pengecualian terhadap ayat (1) dapat dilakukan apabila seorang Kepala Bagian diangkat
sebagai Direktur.
(3) Pengangkatan kembali sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan apabila Direktur
terbukti mampu meningkatkan kinerja perusahaan dan pelayanan kebutuhan air minum kepada
masyarakat setiap tahun.
Pasal 14
(1) Direktur diangkat oleh Bupati atas usul Badan Pengawas, sedangkan untuk Kepala Bagian
diangkat oleh Direktur.
(2) Untuk diangkat menjadi Direktur harus memenuhi syarat, sebagai berikut :
a. Diutamakan bukan dari Pegawai Negeri Sipil.
b. Mempunyai Pendidikan Sarjana atau Sarjana Muda, atau Diploma III sesuai bidangnya
dengan pangkat dan golongan dalam perusahan minimal (C/1) serta mempunyai
pengalaman kerja minimal 5 (lima) Tahun mengelola perusahaan yang dibuktikan dengan
Surat Keterangan (referensi) Perusahaan dengan penilaian baik, atau Pegawai Negeri Sipil
serendah-rendahnya golongan III.a
c. Membuat dan menyajikan proposal tentang Visi, Misi dan rencana program Pengelolaan
Perusahaan.
d. Pernah mengikuti Diklat manajemen air minum baik didalam negeri maupun diluar negeri.
e. Batas usia saat diangkat pertama kali berumur paling tinggi 52 (lima puluh dua) Tahun.
f. Tidak terkait hubungan keluarga dengan Bupati atau dengan anggota Badan Pengawas atau
dengan Kepala Bagian pada perusahaan tersebut sampai derajat ketiga baik menurut garis
lurus maupun kesamping termasuk menantu dan ipar.
(3) Dapat diangkat menjadi Kepala Bagian harus memenuhi syarat sebagai berikut :
a. Mempunyai Pendidikan Sarjana, atau Sarjana Muda, atau Diploma III sesuai Bidangnya
atau pangkat dan golongan dalam Perusahaan minimal Pelaksanaan (B/4) atau Pegawai
Negeri Sipil golongan II.d.
b. Mempunyai pengalaman kerja minimal 5 (lima) Tahun dalam mengelola Perusahaan yang
dibuktikan dengan Surat Keterangan (refrensi) dari Perusahaan dengan penilaian baik.
c. Pernah mengikuti Diklat manajemen air minum bidang Administrasi dan keuangan atau
Bidang Tehnik baik didalam Negeri maupun diluar Negeri.
d. Batas usia saat diangkat pertama kali berumur paling tinggi 52 (lima puluh dua) Tahun.
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009
374
e. Tidak terkait hubungan keluarga dengan Bupati atau dengan anggota Badan Pengawas atau
dengan Kepala Bagian pada perusahaan tersebut sampai derajat ketiga baik menurut garis
lurus maupun kesamping termasuk menantu dan ipar.
(4) Kepala Bagian yang telah 2 (dua) kali menduduki jabatan pada masa jabatan yang sama dapat
diangkat kembali untuk masa jabatan ketiga, pengangkatan yang ketiga dapat dilaksanakan
apabila jabatan Kepala Bagian menjadi Direktur dan tidak melebihi umur 60 (enam puluh)
Tahun.
Pasal 15
Pemberhentian sebagaimana dimaksud pasal 14 apabila Direktur diberhentikan dengan alasan :
a. Atas permintaan sendiri.
b. Karena alasan kesehatan sehingga tidak dapat melaksanakan tugasnya.
c. Tidak melaksanakan tugasnya sesuai dengan program kerja yang telah disetujui.
d. Terlibat tindakan yang merugikan perusahaan.
e. Terlibat dalam tindak pidana.
f. Merugikan Perusahaan.
g. Meninggal dunia.
Pasal 16
(1) Apabila Direktur diduga melakukan salah satu perbuatan sebagaimana dimaksud pasal 15
huruf c, d, e dan f Badan Pengawas segera melakukan pemeriksaan terhadap yang
bersangkutan.
(2) Apabila dalam hasil pemeriksaan terhadap Direktur sebagaimana dimaksud ayat (1) terbukti,
Badan Pengawas segera melaporkan kepada Bupati.
Pasal 17
Bupati paling lama 7 (tujuh) hari kerja setelah menerima laporan dari Badan Pengawas sudah
harus mengeluarkan keputusan tentang pemberhentian sebagai Direktur.
Pasal 18
Direktur yang telah mencapai batas berakhirnya masa jabatan diberhentikan dengan hormat
sebagai Direktur.
Pasal 19
(1) Direktur yang diberhentikan sebagaimana dimaksud dalam pasal 15 huruf a dan b
diberhentikan dengan hormat.
(2) Direktur yang diberhentikan berdasarkan pasal 15 huruf b diberikan pesangoan sebesar 1 (satu)
kali penghasilan yang diterima pada bulan terakhir.
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009
375
(3) Direktur yang diberhentikan sebagaimana dimaksud dalam pasal 15 huruf c, d, e dan d
diberhentikan tidak dengan hormat;
(4) Direktur dan Kepala Bagian yang meninggal dunia diberhentikan dengan hormat sebagai
Direktur atau Kepala Bagian.
BAB VIII
CUTI DIREKTUR DAN KEPALA BAGIAN
Pasal 20
(1) Direktur dan Kepala Bagian memperoleh hak cuti sebagai berikut :
a. Cuti tahunan, selama 12 (dua belas) hari kerja dalam setahun
b. Cuti besar/cuti panjang, selama 2 (dua) bulan untuk setiap 1 (satu) kali masa jabatan.
c. Cuti menunaikan Ibadah Haji selama 40 (empat puluh) hari.
d. Bagi perempuan diberikan cuti melahirkan selama 3 (tiga) bulan sampai dengan anak
kedua.
(2) Pelaksanaan hak cuti sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan setelah mendapat
persetujuan Bupati atau Pejabat yang ditunjuk.
(3) Direktur dan Kepala Bagian selama melaksanakan cuti mendapat penghasilan penuh dari
Perusahaan Daerah Air Minum.
(4) Apabila karena kesibukan dikantor, Direktur dan Kepala Bagaian tidak mengambil cuti
besar/cuti panjang diberikan ganti uang sebesar 1 (satu) kali gaji yang diterima pada bulan
terakhir.
BAB IX
PENGHASILAN DAN HAK-HAK DIREKTUR
DAN KEPALA BAGIAN
Pasal 21
Penghasilan Direktur dan Kepala Bagian terdiri dari gaji, tunjangan dan jasa produksi.
Pasal 22
(1) Tunjangan sebagaimana dimaksud pasal 21 terdiri dari :
a. Tunjangan kesehatan
b. Tunjangan kemahalan
c. Perumahan Dinas atau uang sewa rumah
(2) Jasa produksi sebagaimana dimaksud pasal 21 diberi setiap Tahun apabila setelah tutup buku
Perusahaan memperoleh keuntungan.
(3) Besarnya tunjangan dan jasa produksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan (2) ditetapkan
oleh Bupati setelah memperhatikan pendapat Badan pengawas dan kemampuan perusahaan.
(4) Dana Refrenstatif setinggitingginya 75 % (tujuh puluh lima persen) dari jumlah penghasilan
Direktur dan Kepala Bagian yang diterima dalam 1 (satu) Tahun.
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009
376
(5) Dana Pensiun Direktur dan Kepala Bagian diatur sesuai dengan Peraturan tentang Dana
Pensiun DAPENMA PAMSI.
BAB X
BADAN PENGAWAS
Pasal 23
(1) Perusahaan diawasi oleh Badan Pengawas.
(2) Jumlah anggota badan pengawas sebanyak 3 (tiga) orang dengan komposisi seorang ketua
merangkap anggota, seorang sekretaris merangkap anggota dan seorang anggota.
(3) Anggota Badan Pengawas diangkat oleh Bupati.
(4) Anggota Badan Pengawas sebagaimana dimaksud pada ayat (2) terdiri dari :
a. Pejabat Daerah yang tugas dan fungsinya membina Perusahaan Daerah.
b. Perorangan adalah tenaga profesional termasuk mantan Direktur Utama atau Direktur
Perusahaan.
c. Masyarakat konsumen adalah tokoh masyarakat yang mengetahui manajemen Perusahaan
dan mampu menjembatani antara perusahaan dengan masyarakat konsumen
(5) Untuk dapat diangkat sebagai Anggota Badan Pengawas harus memenuhi persyaratan sebagai
berikut :
a. Menguasai manajemen Perusahaan Daerah Air Minum.
b. Menyediakan waktu yang cukup.
c. Tidak terkait hubungan keluarga dengan Bupati atau dengan Anggota Badan Pengawas
yang lain atau dengan Direktur dan Kepala Bagian sampai derajat ketiga baik menurut
garis lurus maupun kesamping termasuk menantu dan ipar.
(6) Apabila hubungan keluarga terjadi setelah pengangkatan untuk melanjutkan Jabatannya harus
ada izin tertulis dari Bupati.
(7) Pengangkatan Anggota Badan Pengawas sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditetapkan
dengan Keputusan Bupati.
Pasal 24
(1) Masa jabatan Anggota Badan Pengawas paling lama 3 (tiga) Tahun dan dapat diangkat kembali
untuk 1 (satu) kali masa jabatan.
(2) Pengangkatan kembali dapat dilakukan apabila Anggota Badan Pengawas terbukti mampu
melakukan pengawasan terhadap kegiatan Direktur dan memberikan pendapat dan saran
kepada Bupati sehingga Perusahaan mampu meningkatkan kinerja dan pelayanan kebutuhan
Air Minum kepada masyarakat
BAB XI
TUGAS WEWENANG DAN PENGHASIL BADAN PENGAWAS
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009
377
Pasal 25
(1) Badan Pengawas mempunyai tugas sebagai berikut :
a. Mengawasi kegiatan Direktur.
b. Memberikan pendapat dan saran kepada Bupati terhadap pengangkatan Direktur.
c. Memberikan pendapat dan saran kepada Bupati terhadap Program kerja yang diajukan
oleh Direktur.
d. Memberikan pendapat dan saran kepada Bupati terhadap rencana perubahan status
kekayaan perusahaan.
e. Memberikan pendapat dan saran kepada Bupati terhadap laporan neraca dan perhitungan
laba/rugi.
(2) Badan Pengawas mempunyai wewenang sebagai berikut :
a. Memberikan peringatan kepada Direktur yang tidak melaksanakan tugas sesuai dengan
program kerja yang sudah disetujui.
b. Memeriksa Direktur yang diduga merugikan perusahaan.
(3) Anggota Badan Pengawas dapat diberhentikan dengan alasan :
a. Atas permintaan sendiri
b. Karena kesehatan tidak dapat melaksanakan tugas.
c. Terlibat dalam tindakan yang merugikan Perusahaan.
d. Terlibat dalam tindak pidana.
e. Meninggal dunia.
f. Hal-hal lainnya.
(4) Apabila Anggota Badan Pengawas diduga melakukan salah satu perbuatan sebagaimana
dimaksud pada pasal 25 ayat (3) huruf c dan d serta e Kepala Daerah segera melakukan
pemeriksaan terhadap yang bersangkutan.
(5) Apabila berdasarkan hasil pemeriksaan terhadap Anggota Badan Pengawas sebagaimana
dimaksud pada ayat (4) terbukti, paling lama 7 (tujuh) hari kerja Bupati segera mengeluarkan
Keputusan tentang pemberhentian sebagai Anggota Badan Pengawas.
Pasal 26
(1) Penghasilan Badan Pengawas meliputi :
a. Uang Jasa
b. Jasa Produksi
(2) Ketua Badan Pengawas menerima uang jasa sebesar 40 % (empat puluh) persen dari gaji
Direktur.
(3) Sekretaris Badan Pengawas menerima uang jasa sebesar 35 % (tiga puluh lima) persen gaji
Direktur.
(4) Anggota Badan Pengawas menerima uang jasa sebesar 30 % (tiga puluh) persen dari gaji
Direktur.
(5) Selain uang jasa, setiap tahun diberikan jasa Produksi.
(6) Besarnya jasa produksi sebagaimana dimaksud pada ayat (5) pasal ini ditetapkan oleh Bupati
dengan memperhatikan kemampuan perusahaan memperoleh keuntungan.
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009
378
BAB XII
PE G AWAI
Pasal 27
(1) Pegawai adalah Pegawai Perusahaan Daerah Air Minum yang diangkat oleh Direktur
berdasarkan Pedoman Kepegawaian Perusahaan.
(2) Pegawai yang diperbantukan adalah Pegawai Negeri Sipil yang diperbantukan untuk
menduduki Jabatan pada Perusahaan.
(3) Pegawai Negeri Sipil yang diperbantukan untuk menduduki jabatan pada perusahaan
sebagaimana dimaksud ayat (2) diatur dengan surat Keputusan Bupati.
Pasal 28
(1) Pengangkatan Pegawai oleh Direktur berdasarkan pada beban kerja dan kemampuan
perusahaan.
(2) Pengangkatan Pegawai oleh Direktur sebagaimana dimaksud pada ayat (2) berdasarkan
Pedoman Kepegawaian Perusahaan Daerah Air Minum yang berlaku.
(3) Sebelum ditetapkan sebagai Pegawai, Direktur menetapkan persyaratan dalam masa
percobaan.
(4) Pengaturan pangkat/golongan dan gaji pokok pegawai perusahaan ditentukan dengan
Keputusan Direktur.
(5) Direktur dapat mengangkat tenaga kontrak atau tenaga honorer sesuai kebutuhan.
(6) Pegawai berhenti atau diberhentikan oleh Direktur karena :
a. Meninggal dunia
b. Mengajukan berhenti atas permintaan sendiri
c. Berakhir masa tugasnya setelah mencapai usia maksimal 56 tahun
d. Tidak lagi memenuhi ketentuan pasal 3 huruf c, d, g, h dan i Keputusan Menteri Dalam
Negeri Nomor 34 Tahun 2000 tentang Pedoman Kepegawaian Perusahaan Daerah Air
Minum.
e. Merugikan perusahaan
(7) Pengangkatan dalam jabatan tertentu bagi Pegawai oleh Direktur berdasarkan Tim
Pertimbangan Jabatan yang telah menilai kemampuan dan profesionalisme Pegawai yang
bersangkutan.
Pasal 29
Ketentuan-ketentuan Pokok Kepegawaian Perusahaan berdasarkan Peraturan Bupati dengan
berdasarkan ketentuan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku.
Pasal 30
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009
379
380
(5) Penyesuaian tarif sebagaimana dimaksud ayat (4) disampaikan kepada Bupati untuk ditetapkan
sebagai tarif penyesuaian.
(6) Apabila terjadi perubahan komponen biaya, selambat-lambatnya 4 (empat) Tahun sekali
Direktur melakukan peninjauan terhadap tarif.
(7) Peninjauan tarif sebagaimana dimaksud ayat (6) disampaikan kepada Bupati melalui Badan
Pengawas untuk ditetapkan sebagai tarif baru.
(8) Selambat-lambatnya 3 (tiga) bulan sejak diterimanya usul penyesuaian atas peninjauan tarif,
Bupati sudah menetapkan atau menolak usul tarif dimaksud.
(9) Apabila Bupati menolak, Direktur mengajukan usulan tarif baru berdasarkan petunjuk Bupati
untuk periode tarif selama-lamanya 3 (tiga) Tahun.
(10) Tarif air minum baik penyesuaian tahunan maupun empat tahunan ditetapkan oleh Bupati
tanpa izin prinsif dari pejabat yang berwenang dari tingkat atasnya.
BAB XV
TAHUN BUKU
Pasal 35
(1) Tahun buku perusahaan ditetapkan mulai tanggal 1 Januari dan berakhir pada tanggal 31
Desember.
(2) Untuk pertama kali pembukuan perusahaan dimulai pada tanggal serah terima pengelolaan
perusahaan.
(3) Perusahaan dalam menyelenggarakan administrasi dan keuangan berdasarkan pedoman
Akuntasi Perusahaan Daerah Air Minum yang berlaku bagi Perusahaan Daerah Air Minum di
Indonesia.
BAB XVI
RENCANA DAN ANGGARAN PERUSAHAAN
Pasal 36
(1) Pengelolaan Perusahaan dilakukan berdasarkan rencana kerja dan Anggaran Perusahaan
(RKAP).
(2) Selambat-lambatnya 3 (tiga) bulan sebelum tutup buku Direktur mengajukan RKAP kepada
Badan Pengawas untuk pengesahannya.
(3) RKAP Perusahaan sebagaimana dimaksud ayat (2) harus mencakup proyeksi laba/rugi,
proyeksi arus kas dan proyeksi neraca.
(4) Penyusunan RKAP menggunakan metode accrual, sejalan dengan dasar Akuntansi yang dianut
dalam penyusunan Laporan Keuangan.
(5) Jika RKAP tidak disyahkan oleh Badan Pengawas sampai dengan batas waktu yang telah
ditentukan, maka PDAM menggunakan RKAP tahun yang paling akhir disyahkan.
Pasal 37
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009
381
RKAP harus mendapat pengesahan dari Badan Pengawas terlebih dahulu sebelum dilaksanakan.
Pasal 38
(1) Pengajuan revisi RKAP tahun berjalan paling lambat 3 (tiga) bulan sebelum tutup buku.
(2) Pengajuan revisi RKAP sebagaimana dimaksud ayat (1) sebelum dilaksanakan harus mendapat
pengesahan terlebih dahulu oleh Badan Pengawas.
BAB XVII
LAPORAN PERUSAHAAN
Pasal 39
(1) Laporan manajemen terdiri dari laporan harian, laporan bulanan dan laporan tahunan.
(2) Laporan tahunan disusun oleh manajemen PDAM untuk laporan kepada Badan Pengawas dan
pihak-pihak lain yang berkepentingan termasuk untuk keperluan pemeriksaan tahunan yang
dilaksanakan auditor independen.
(3) Bentuk dan lsi laporan tahunan disesuaikan pada Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan
(PSAK) Ikatan Akuntansi Indonesia yang berlaku dan disesuaikan dengan aktivitas operasional
PDAM.
(4) Laporan tahunan yang harus disiapkan :
a. Laporan Keuangan yaitu neraca, laporan rugi/laba, laporan arus kas, laporan laba ditahan,
catatan atas laporan keuangan.
b. Informasi yang diajukan oleh manajemen yaitu uraian pendapatan, uraian pembelian,
uraian biaya, uraian investasi, personalia dan organisasi, corporate plant, penelitian dan
pengembangan dan lampiran-lampiran.
c. Laporan kinerja berdasarkan pada Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor : 47 Tahun
1999 tentang Penilaian Kinerja Perusahaan Daerah Air Minum terdiri dari aspek
operasional dan aspek administrasi.
d. Laporan disampaikan kepada Badan Pengawas 3 (tiga) bulan setelah tutup buku tahun
yang bersangkutan berakhir.
BAB XVIII
LABA PERUSAHAAN
Pasal 40
382
(1) Laba bersih perusahaan adalah menunjukan akumulasi hasil usaha periode setelah
memperhitungkan koreksi laba/rugi periode.
(2) Laba bersih perusahaan diutamakan untuk meningkatkan produksi peningkatan jaringan
distribusi dan peningkatan pelayanan masyarakat.
(3) Laba bersih sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sudah harus diaudit oleh oleh Akuntan
Publik.
(4) Laba Bersih yang menjadi hak Pemerintah Daerah Kabupaten Lamandau dimasukan kedalam
Anggaran APBD.
BAB XIX
PEMBUBARAN PERUSAHAAN
Pasal 41
(1) Pembubaran perusahaan dan penunjukan panitia likuidasi ditetapkan dengan Peraturan Daerah.
(2) Semua kekayaan perusahaan setelah diadakan likuidasi menjadi milik Pemerintah Daerah.
(3) Dalam hal likuidasi, Pemerintah Daerah langsung bertanggungjawab atas kerugian yang
diderita oleh pihak ketiga apabila kerugian tersebut disebabkan karena neraca dan perhitungan
laba/rugi yang telah disyahkan tidak menggambarkan keadaan perusahaan yang sebenarnya.
(4) Segala perhitungan utang piutang menjadi tanggungjawab Pemerintah Daerah sebagai pihak
pemilik setelah perusahaan dilikuidasi.
BAB XX
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 42
Dengan berlakunya Peraturan Daerah ini, maka Peraturan Daerah Kotawaringin Barat yang
mengatur hal yang sama tidak berlaku lagi diwilayah Kabupaten Lamandau.
BAB XXI
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 43
Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar setiap orang dapat mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini
dalam Lembaran Daerah Kabupaten Lamandau.
Ditetapkan di
Pada Tanggal
: Nanga Bulik
: 1 Agustus 2005
383
BUPATI LAMANDAU
ttd
BUSTANI DJ. MAMUD
Diundangkan di : Nanga Bulik
Pada Tanggal
: 1 Agustus 2005
384
sarana prasarana yang memadai dengan personil yang kurang mengingat Perusahan Daerah Air
Minum yang ada saat ini masih berstatus Unit Ibu Kota Kecamatan (IKK) dibawah Perusahaan
Daerah Air Minum (PDAM) di Pangkalan Bun Kabupaten Kotawaringin Barat.
Oleh sebab itu diperlukan suatu wadah yang tepat untuk mengembangkan kontribusi
bagi Pendapatan Asli Daerah yaitu dengan mendirikan Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM)
yang nantinya berkedudukan di kota Nanga Bulik.
Dengan berdirinya Perusahaan Daerah tersebut diharapkan pelayanan yang akan
diberikan semakin baik dengan didukung modal dan SDM yang memadai.
II. PASAL DEMI PASAL
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Cukup jelas
Pasal 2
Ayat (1)
Cukup Jelas
Ayat (2)
Cukup Jelas
Ayat (3)
Setiap Peraturan yang dalam hal ini berhubungan dengan Peraturan Daerah ini
dengan tidak bertentangan dengan azas hukum yang berlaku khsususnya azas
Demokrasi ekonomi yang merupakan ciri dari sistem ekonomi berdasarkan
Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945 khususnya pasal 33 ayat 1,2 dan 3
Ayat (4)
Cukup Jelas
BAB III
NAMA DAN TEMPAT, KEDUDUKAN
Pasal 3
Cukup jelas
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009
385
Pasal 4
Cukup jelas
BABIV
SIFAT, MAKSUD DAN TUJUAN LAPANGAN USAHA
Pasal 5
Cukup jelas
Pasal 6
Ayat 1 dan 2
Cukup Jelas
BAB V
M O DAL
Pasal 7
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Subsidi dari Pemerintah atasn adalah subsidi dari Pemerintah Provinsi maupun
Pemerintah Pusat
Pasal 8
Bawha modal Pemerintah Daerah yang diikutsertakan dalam perusahaan daerah tersebut
dikelola dan dipertanggungjawabkan tersendiri, terpisah dari kekayaan daerah lainnya.
Pasal 9
Cukup Jelas
BAB VI
TIPE DAN STRUKTUR ORGANISASI
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009
386
Pasal 10
Ayat (1)
Unsur kepemimpinan, struktur organisasi yang akan diberlakukan pada perusahaan
PDAM Kabupaten Lamandau berpedoman pada Keputusan Menteri Neagara
Otonomi Daerah Nomor 8 Tahun 2005 tentangPedoman Akuntansi Perusahaan
Daerah Air Minum.
Ayat (2)
Cukup Jelas
Pasal 11
Cukup Jelas
Pasal 12
Cukup Jelas
Pasal 13
Ayat 1,2 dan 3
Cukup Jelas
Pasal 14
Ayat 1,2 dan 3
Cukup Jelas
Ayat 4
Cukup Jelas
Pasal 15
Cukup Jelas
Pasal 16
Ayat 1 dan 2
Cukup Jelas
Pasal 17
Cukup Jelas
Pasal 18
Cukup Jelas
Pasal 19
Ayat 1,2, 3 dan 4
Cukup Jelas
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009
387
BAB VIII
CUTI DIREKTUR DAN KEPALA BAGIAN
Pasal 20
Ayat 1,2, 3 dan 4
Cukup Jelas
Ayat 1,2, 3 dan 4
Cukup Jelas
Pasal 21
Cukup Jelas
Pasal 22
Ayat (1)
Cukup Jelas
Ayat (2)
Jasa produksi adalah pembagian berapa % dari hasil produksi setiap tahun setelah
tutup buku apabila perusahaan memperoleh keuntungan
Ayat 3,4 dan 5
Cukup Jelas
BAB X
BADAN PENGAWAS
Pasal 23
Ayat 1,2 dan 3
Cukup Jelas
Ayat 4,5,6 dan 7
Cukup Jelas
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009
388
Pasal 24
Ayat 1 dan 2
Cukup Jelas
BAB XI
TUGAS WEWENANG DAN PENGHASILAN BADAN PENGAWAS
Pasal 25
Ayat 1,2, 3, 4 dan 5
Cukup Jelas
Pasal 26
Ayat 1,2, 3, 4, 5 dan 6
Cukup Jelas
BAB XII
P E G AWAI
Pasal 27
Ayat 1,2 dan 3
Cukup Jelas
Pasal 28
Ayat 1,2, 3 dan 4
Cukup Jelas
Ayat 5,6 dan 7
Cukup Jelas
Pasal 29
Cukup Jelas
Pasal 30
Cukup Jelas
389
BAB XIII
KEKAYAAN PERUSAHAAN
Pasal 31
Ayat 1,2 dan 3
Cukup Jelas
Pasal 32
Ayat 1 dan 2
Cukup Jelas
Pasal 33
Cukup Jelas
BAB XIV
KETENTUAN TARIF
Pasal 34
Ayat 1,2, 3, 4 dan 5
Cukup Jelas
Ayat 6,7, 8, 9 dan 10
Cukup Jelas
BAB XV
TAHUN BUKU
Pasal 35
Ayat 1 dan 2
Cukup Jelas
Ayat (3)
390
391
Cukup Jelas
BAB XX
PEMBUBARAN PERUSAHAAN
Pasal 42
Cukup Jelas
BAB XX
PEMBUBARAN PERUSAHAAN
Pasal 43
Cukup Jelas
TAMBAHAN LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LAMANDAU
TAHUN 2005 NOMOR 06 SERI : C
KUMPULAN
PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMANDAU
TAHUN 2006
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009
392
SAGAK, SH
Pembina
NIP.
PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMANDAU
NOMOR 05 TAHUN 2006
TENTANG
PENYERTAAN MODAL PEMERINTAH KABUPATEN LAMANDAU
PADA PERSEROAN TERBATAS (P.T.) BANK PEMBANGUNAN KALIMANTAN TENGAH
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
BUPATI LAMANDAU,
Menimbang
a.
393
Mengingat
b.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
394
11.
12.
13.
395
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Tujuan Penyertaan Modal Pemerintah Kabupaten Lamandau pada PT. Bank Pembangunan Daerah
Kalimantan Tengah adalah :
a. Memenuhi maksud dari visi Arsitektur Perbankan Indonesia (API) agar Bank dapat masuk
pada kelompok Bank Regional dengan jumlah modal sekurang-kurangnya Rp.
100.000.000.000,- (Seratus Milyar Rupiah) sampai dengan Rp. 10.000.000.000.000,- (Sepuluh
Triliun Rupiah).
b. Untuk dapat meningkatkan daya saing Bank untuk mengantisipasi perkembangan ekonomi
nasional maupun global.
c. Untuk mendukung upaya perluasan wilayah usaha dan pengembangan Produk Bank.
d. Untuk meningkatkan kemampuan dan felksibilitas Bank dalam rangka turut membantu dan
mendorong pertumbuhan perekonomian dan pemerataan pembangunan daerah.
BAB III
TATA CARA PENYERTAAN MODAL
Pasal 3
(1) Penyertaan Modal Pemerintah Kabupaten Lamandau pada PT. Bank Pembangunan Daerah
Kalimantan Tengah ditetapkan berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi Kalimantan Tengah
Nomor 02 Tahun 2005 pasal 1 huruf B pasal 7 ayat 3 huruf (b) secara bersama-sama sebesar
57 % atau sebesar Rp. 86.000.000.000,- (Delapan Puluh Enam Milyar Rupiah).
(2) Penyertaan Modal Pemerintah Kabupaten Lamandau sebagaimana ayat (1) pasal ini sampai
dengan tahun 2004 telah disetor sebesar Rp. 1.000.000.000,- ( Satu Milyar Rupiah).
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009
396
(3) Sisa kewajiban Penyertaan Modal Pemerintah Kabupaten Lamandau adalah sebesar Rp.
4.740.000.000,- ( Empat Milyar Tujuh Ratus Empat Puluh Juta Rupiah) harus dipenuhi
selambat-lambatnya tahun 2010.
(4) Dalam upaya memenuhi bagian Penyertaan Modal Pemerintah Kabupaten Lamandau yang
telah ditetapkan sebagaimana maksud ayat (1) dan ayat (3) pasal ini, Pemerintah Kabupaten
Lamandau harus dan wajib menganggarkan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
Kabupaten Lamandau mulai tahun 2005 sampai dengan tahun 2010 minimal sebesar Rp.
750.000.000,- (Tujuh Ratus Lima Puluh Juta Rupiah) setiap Tahun Anggaran.
Pasal 4
Dalam rangka Penyertaan Modal Pemerintah Kabupaten Lamandau pada PT. Bank Pembangunan
Daerah Kalimantan Tengah sebagaimana dimaksud dalam pasal 2 Peraturan Daerah ini, kepada
Bupati Lamandau diberi wewenang untuk memproses Penyertaan Modal sesuai dengan prosedur
dan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku.
BAB IV
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 5
Hal-hal yang belum diatur dalam Peraturan Daerah ini, sepanjang sifatnya teknis pelaksanaan akan
ditetapkan/diputuskan dalam RUPS.
Pasal 6
Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar supaya setiap orang dapat mengetahuinya, memerintahkan pelaksanaan Peraturan Daerah ini
dengan penampatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Lamandau.
397
PE N J E LASAN
ATAS
PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMANDAU
NOMOR 05 TAHUN 2006
TENTANG
PENYERTAAN MODAL PEMERINTAH KABUPATEN LAMANDAU
PADA PERSEROAN TERBATAS (PT) BANK PEMBANGUNAN
KALIMANTAN TENGAH
I. PENJELASAN UMUM.
Dalam rangka memenuhi maksud dari Visi Arsitektur Perbankan Indonesia (API) sampai
tahun 2010, dimana PT Bank Pembangunan Daerah Kalimantan Tengah sebagai salah satu
asset daerah dapat masuk kedalam kelompok Bank Regional, maka perlu diatur penyertaan
modal Pemerintah Provinsi Kalimantan Tengah yang diatur dan dianggarkan setiap tahun
dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Pemerintah Kabupaten Lamandau.
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009
398
Adapun tujuan dari penyertaan modal Pemerintah Kabupaten Lamandau pada PT. Bank
Pembangunan daerah Kalimantan Tengah yaitu meningkatkan kemampuan dan fleksibiltas
Bank dalam rangka turut membantu dan mendorong pertumbuhan perekonomian dan
pemerataan pembangunan di daerah khususnya Kabupaten Lamandau.
II. PASAL DEMI PASAL
Pasal 1
Cukup Jelas
Pasal 2
Huruf a
Cukup Jelas
Huruf b
Cukup Jelas
Huruf c
Cukup Jelas
Huruf d
Cukup Jelas
Pasal 3
Ayat (1)
Cukup Jelas
Ayat (2)
Cukup Jelas
Ayat (3)
Cukup Jelas
Ayat (4)
Cukup Jelas
Pasal 4
Cukup Jelas
Pasal 5
Cukup Jelas
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009
399
Pasal 6
Cukup Jelas
TAMBAHAN LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LAMANDAU
TAHUN 2006 NOMOR 18 SERI : E
a.
b.
400
Mengingat
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
401
402
12.
13.
14.
15.
16.
Dana Alokasi Umum adalah dana yang berasal dari APBN, yang dialokasikan dengan
tujuan pemerataan kemampuan keuangan antar Daerah untuk membiayai kebutuhan
pengeluarannya dalam rangka pelaksanaan Desentralisasi;
Dana Alokasi Khusus adalah dana yang berasal dari APBN yang dialokasikan kepada
Daerah untuk membantu membiayai kebutuhan tertentu;
Dana Darurat adalah dana yang berasal dari APBN, yang diberikan kepada Daerah
untuk membiayai keperluan yang sangat mendesak;
Pinjaman Daerah adalah semua transaksi yang mengakibatkan Daerah menerima dari
pihak lain sejumlah uang atau manfaat bernilai uang sehingga Daerah dibebani kewajiban
untuk membayar kembali, tidak termasuk kredit jangka pendek yang lazim terjadi dalam
perdagangan;
Kas Daerah adalah Kas Daerah Kabupaten Lamandau.
BAB II
PE M B E N T U K AN
Pasal 2
Guna membiayai kebutuhan dana yang tidak dapat dibebankan dalam satu tahun anggaran, Daerah
membentuk dana cadangan.
Pasal 3
(1) Dana Cadangan sebagaimana dimaksud dalam pasal 2 Peraturan Daerah ini dari penerimaan
tahunan APBD;
(2) Dana Cadangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pasal ini dapat digunakan untuk
membiayai kebutuhan seperti rehabilitasi prasarana, keindahan kota, pelestarian lingkungan
hidup dan investasi sepanjang tidak bertentangan dengan Peraturan Peraturan Perundangundangan.
Pasal 4
Dikecualikan dari ketentuan sebagaimana dimaksud dalam pasal 3 Peraturan Daerah ini, adalah
penerimaan APBD yang bersumber dari Dana Alokasi Khusus, Dana Darurat dan Pinjaman
Daerah.
Pasal 5
(1) Pengeluaran yang akan disisihkan untuk pembentukan Dana Cadangan sebagaimana dimaksud
dalam pasal 1 Peraturan Daerah ini, dicantumkan dalam APBD pada sisi Anggaran Belanja
Aparatur;
(2) Dana Cadangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pasal ini dibukukan tersendiri, terpisah
dari rekening Kas Daerah.
BAB III
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009
403
P E N G E L O LAAN
Pasal 6
(1) Jumlah, rencana penggunaan, dan waktu yang diperlukan dalam pembentukan dana cadangan
sebagaimana dimaksud dalam pasal 2 Peraturan Daerah ini, ditetapkan oleh Bupati;
(2) Bupati memberitahukan rencana pembentukan dan penggunaan dana cadangan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) pasal ini kepada DPRD untuk mendapatkan persetujuan.
Pasal 7
Penerimaan jasa giro atas pendayagunaan dana cadangan oleh Bank menambah penerimaan dan
dibukukan pada rekening dana cadangan.
Pasal 8
Pengeluaran untuk menutup kebutuhan sebagaimana yang ditetapkan dalam Peraturan Bupati
tentang pembentukan dana cadangan dibebankan pada rekening dana cadangan.
BAB IV
PERTANGGUNGJAWABAN
Pasal 9
Saldo akhir dana cadangan pada akhir tahun anggaran berjalan dicatat sebagai saldo awal pada
tahun anggaran berikutnya pada rekening dana cadangan.
Pasal 10
Posisi Dana Cadangan sebagai bagian tidak terpisahkan dari laporan pertanggungjawaban APBD.
BAB V
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 11
Peraturan Daerah ini, mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan
menempatkannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Lamandau.
Ditetapkan di : Nanga Bulik
Pada Tanggal : 21 Oktober 2006
WAKIL BUPATI LAMANDAU,
404
ttd
Drs. HGM. AFHANIE
Diundangkan di : Nanga Bulik
Pada Tanggal
: 21 Oktober 2006
PE N J E LASAN
ATAS
PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMANDAU
NOMOR 06 TAHUN 2006
TENTANG
PEMBENTUKAN DANA CADANGAN
I.
PENJELASAN UMUM
Sesuai dengan azas Otonomi Daerah yang luas nyata dan bertanggung jawab, maka
daerah diharapkan dapat dan mampu untuk membiayai kepentingan daerah. Sejalan dengan
pesatnya pembangunan di Kabupaten Lamandau yang tentunya alokasi dana yang cukup
besar maka selain dana yang diperoleh dari sektor pajak dan retribusi serta dana
405
perimbangan dari pusat, maka daerah diharapkan mempunyai dana cadangan yang
disisihkan untuk membiayai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi.
Pembentukan Dana cadangan merupakan anggaran yang disisihkan untuk
membiayai pembangunan yang tentunya kebutuhan tersebut
memerlukan dana
yang
relatif cukup besar dan tidak dapat dibebankan dalam satu tahun anggaran yang mana dana
tersebut dialokasikan untuk membiayai kebutuhan daerah seperti rehabilitasi prasarana,
keindahan kota, pelestarian lingkungan hidup dan sebagai investasi
tidak bertentangan
dengan
perturan
daerah
sepanjang
Untuk itu Pemerintah Kabupaten Lamandau membuat suatu kebijakan dengan membentuk
Peraturan Daerah tentang Pembentukan Dana Cadangan berdasarkan ketentuan dan aturan
hukum yang berlaku.
II.
406
Cukup Jelas
Ayat (2)
Cukup Jelas
Pasal 7
Cukup Jelas
Pasal 8
Cukup Jelas
Pasal 9
Cukup Jelas
Pasal 10
Cukup Jelas
Pasal 11
Cukup Jelas
407
Mengingat
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
408
409
Pasal 2
(1) Untuk membantu kegiatan dan kelancaran administrasi sekretariat partai politik, Pemerintah
Daerah memberikan bantuan keuangan kepada partai politik.
(2) Bantuan Keuangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan kepada partai politik yang
mendapat kursi di DPRD.
(3) Bantuan Keuangan kepada Partai Politik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan setiap
Tahun Anggaran.
BAB III
BANTUAN KEUANGAN
Pasal 3
(1) Bantuan Keuangan kepada partai politik sebagaimana dimaksud dalam pasal 2 diberikan
secara profesional berdasarkan jumlah perolehan kursi di DPRD;
(2) Besarnya bantuan keuangan partai politik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disesuaikan
dengan kemampuan anggaran pendapatan dan belanja daerah;
(3) Untuk Pertama kali bantuan kepada partai politik diberikan secara profesional berdasarkan
jumlah perolehan kursi di DPRD hasil pemilihan umum Tahun 2004.
Pasal 4
(1) Besarnya bantuan keuangan kepada partai politik sebagaimana dimaksud pasal 3 ayat (1)
untuk setiap kursi ditetapkan sebesar Rp. 20.000.000,- (Dua Puluh Juta Rupiah) pertahun;
(2) Besarnya bantuan keuangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat diubah setiap Tahun
Anggaran, dan perubahannya ditetapkan oleh Bupati atas usul Kepala Dinas.
Pasal 5
Anggaran bantuan keuangan kepada partai politik ditetapkan oleh Bupati dan dianggarkan dalam
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah sesuai dengan ketentuan/peraturan yang berlaku.
BAB IV
TATA CARA PENGAJUAN BANTUAN
Pasal 6
410
Pengajuan bantuan keuangan disampaikan secara tertulis oleh Ketua DPD partai politik tingkat
Kabupaten ditandatangani Ketua dan Sekretaris atau sebutan lain kepada Bupati dengan
menggunakan Kop Surat dan cap stempel partai politik dengan melampirkan :
a.
Surat Keputusan DPD partai politik yang susunan kepengurusan DPD partai politik tingkat
Kabupaten yang dilegalisir oleh Ketua Umum dan Sekretaris Umum DPD partai politik atau
sebutan lain.
b.
Foto copy surat keterangan NPWP yang dilegalisir pejabat yang berwenang.
c.
Surat ketetapan autentikasi hasil penetapan perolehan kursi partai politik di DPRD yang
dilegalisir ketua atau sekretaris komisi pemilihan umum kabupaten.
d.
Surat pernyataan partai politik yang menyatakan bersedia dituntut sesuai peraturan
perundang-undangan apabila memberikan keterangan yang tidak benar yang ditandatangani
ketua dan sekretaris DPD atau sebutan lainnya diatas materai cukup dengan menggunakan kop
surat partai politik.
e.
Lampiran tersebut pada huruf a, huruf b, huruf c, dan huruf d dibuat dalam rangkap 3
(tiga).
0
Surat
pengajuan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tembusannya disampaikan kepada kantor wilayah
Departemen Hukum & Ham (Hak Asasi Manusia) Propinsi, Ketua Komisi Pemilihan Umum
Kabupaten dan Kepala Dinas.
BAB V
PENYERAHAN BANTUAN KEUANGAN
Pasal 7
Penyerahan bantuan keuangan kepada partai politik dilaksanakan oleh Kepala Dinas atas nama
Bupati kepada Ketua dan Bendahara DPD partai politik atau sebutan lain.
Pasal 8
Penyerahan bantuan sebagaimana dimaksud dalam pasal 7 dengan persyaratan administrasi :
a. Surat Keterangan Bank yang menyatakan memiliki Nomor Rekening Bank atas nama DPC
partai politik atau sebutan lain.
b. Surat tanda terima uang bantuan yang dibuat dalam bentuk kwitansi, ditandatangani diatas
materai oleh ketua dan bendahara DPC partai politik dan atau sebutan lainnya dengan
menggunakan kop surat dan cap stempel partai politik.
c. Berita Acara Serah Terima dibuat dalam rangkap 4 (empat) yang ditandatangani oleh Kepala
Dinas sebagai pihak pertama dan oleh ketua dan bendahara DPC partai politik atau sebutan
lainnya sebagai pihak kedua.
d. Bentuk Berita Acara Serah Terima Bantuan Keuangan kepada partai politik sebagaimana
dimaksud pada huruf c, akan diatur oleh Kepala Dinas.
411
BAB VI
LAPORAN PENGGUNAAN
BANTUAN KEUANGAN
Pasal 9
(1) Laporan penggunaan bantuan keuangan kepada partai politik disampaikan kepada Bupati
melalui Kepala Dinas setelah diaudit oleh Badan Pengawasan Daerah Kabupaten Lamandauu,
tembusan disampaikan kepada komisi pemilihan umum Kabupaten.
(2) Bentuk Laporan Penggunaan Bantuan Keuangan kepada Partai Politik sebagaimana dimaksud
ayat (1) akan diatur oleh Kepala Dinas.
BAB VII
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 10
Hal-hal yang belum cukup diatur dalam Peraturan Daerah ini, diatur lebih lanjut dengan Peraturan
Bupati.
Pasal 11
Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar setiap orang dapat mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini
dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Lamandau
Ditetapkan di
Pada Tanggal
: Nanga Bulik
: 21 Oktober 2006
412
PE N J E LASAN
ATAS
PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMANDAU
NOMOR 07 TAHUN 2006
TENTANG
BANTUAN KEUANGAN KEPADA PARTAI POLITIK
I.
PENJELASAN UMUM.
Untuk memenuhi ketentuan pasal 5 ayat (3) Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun
2005 tentang Bantuan Keuangan kepada Partai Politik, maka Pemerintah Kabupaten
413
Lamandau merasa perlu memberikan bantuan keuangan kepada Partai Politik di daerah
terutama kepada partai politik yang mendapatkan kursi di Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
Kabupaten Lamandau berdasarkan hasil pemilu.
Bantuan tersebut dialokasikan untuk kelancaran tugas dan administrasi yang dikelola
oleh Sekretariat Partai Politik yang bersangkutan dan bantuan tersebut diberikan setiap tahun
anggaran dengan besarnya bantuan disesuaikan dengan kemampuan APBD.
Untuk maksud diatas Pemerintah Daerah Kabupaten Lamandau membentuk
Peraturan Daerah tentang Bantuan Keuangan Kepada Partai Politik dan sebagai realisasi
pelaksanaannya dan hal-hal yang berkaitan langsung dengan pemberian bantuan tersebut
akan diatur lebih lanjut dengan Peraturan Bupati Lamandau.
II.
414
Pasal 4
Ayat (1)
Cukup Jelas
Ayat (2)
Cukup Jelas
Pasal 5
Cukup Jelas
Pasal 6
Ayat (1)
Cukup Jelas
Ayat (2)
Cukup Jelas
Pasal 7
Cukup Jelas
Pasal 8
Huruf a
Cukup Jelas
Huruf b
Cukup Jelas
Huruf c
Cukup Jelas
Huruf d
Cukup Jelas
Pasal 9
Ayat (1)
Cukup Jelas
Ayat (2)
Cukup Jelas
Pasal 10
Cukup Jelas
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009
415
Pasal 11
Cukup Jelas
TAMBAHAN LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LAMANDAU
TAHUN 2006 NOMOR 20 SERI : E
416
Menimbang
Mengingat
417
418
419
Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah.
8. Sekretaris DPRD adalah Pejabat Perangkat Daerah yang memimpin Sekretariat DPRD
Kabupaten Lamandau.
9. Uang Representase adalah uang yang diberikan setiap bulan kepada Pimpinan dan Anggota
DPRD sehubungan dengan kedudukannya sebagai Pimpinan dan Anggota DPRD Kabupaten
Lamandau.
10. Uang paket adalah uang yang diberikan setiap bulan kepada Pimpinan dan Anggota DPRD
Kabupaten Lamandau dalam menghadiri dan mengikuti rapat-rapat dinas.
11. Tunjangan Jabatan adalah uang yang diberikan setiap bulan kepada Pimpinan dan Anggota
DPRD karena kedudukannya sebagai Ketua, Wakil Ketua dan Anggota DPRD Kabupaten
Lamandau.
12. Tunjangan Alat Kelengkapan DPRD adalah tunjangan yang diberikan setiap bulan kepada
Pimpinan dan Anggota DPRD Kabupaten Lamandau sehubungan dengan kedudukannya
sebagai Ketua, Wakil Ketua atau Sekretaris dan Anggota Panitia Musyawarah atau Komisi,
atau Badan Kehormatan, atau Panitia Anggaran atau alat kelengkapan lainnya.
13. Tunjangan Kesejahteraan adalah tunjangan yang disediakan kepada Pimpinan dan Anggota
DPRD berupa jaminan pemeliharaan kesehatan, penyediaan rumah jabatan Pimpinan DPRD
dan perlengkapannya , rumah dinas dan perlengkapannya, kendaraan Dinas jabatan Pimpinan
DPRD, pemberian Pakaian Dinas, uang duka wafat/tewas dan bantuan biaya pengurusan
jenazah
14. Uang Jasa Pengabdian adalah uang yang diberikab kepada Pimpinan dan Anggota DPRD
Kabupaten Lamandau atas jasa pengabdiannya setelah yang bersangkutan diberhentikan
dengan hormat.
15. Belanja Penunjang Kegiatan DPRD adalah Anggaran Belanja untuk mendukung kelancaran
tugas fungsi dan wewenang DPRD Kabupaten Lamandau.
16. Tunjangan Komunikasi Intensif adalah tunjangan berupa uang yang diberikan kepada
Pimpinan dan Anggota DPRD setiap bulan dalam rangka mendorong peningkatan kinerja
dalam menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat didaerah pemilihannya.
17. Dana Operasional adalah uang yang diberikan kepada Pimpinan DPRD setiap bulan untuk
menunjang kegiatan operasional yang berkaitan dengan representasi, pelayanan, kemudahan
dan kebutuhan lain guna melancarkan pelaksanaan tugas dan fungsi Pimpinan DPRD seharihari.
18. Belanja Sekretariat DPRD adalah belanja untuk menunjang aktifitas DPRD dan Sekretariat
DPRD Kabupaten Lamndau.
420
19. Alat Kelengkapan lainnya yang selanjutnya disebut Panitia Khusus dan Panitia Legislasi,
adalah panitia yang bersifat tidak tetap yang dibentuk untuk membahas hal yang bersifat
tertentu dan khusus.
20. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Lamandau selanjutnya disebut APBD
adalah Rencana Keuangan Tahunan Pemerintah Daerah Kabupaten Lamandau disebut Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah dan ditetapkan dengan Peraturan Daerah.
BAB II
BELANJA PIMPINAN DAN ANGGOTA DPRD
Bagian Pertama
Penghasilan
Pasal 2
Penghasilan Pimpinan dan Anggota DPRD terdiri dari :
a. Uang Representase
b. Uang Paket
c. Tunjangan Jabatan
d. Tunjangan Panitia Musyawarah
e. Tunjangan Komisi
f. Tunjangan Panitia Anggaran
g. Tunjangan Badan Kehormatan
h. Tunjangan Alat Kelengkapan Lainnya
i. Tunjangan Komunikasi Insentif
j. Dana Operasional
Pasal 3
(1). Pimpinan dan anggota DPRD diberikan Uang Representase.
(2). Uang Representase Ketua DPRD setara dengan gaji pokok Bupati yang ditetapkan
Pemerintah.
(3). Uang Representase Wakil Ketua DPRD sebesar 80 % (delapan puluh perseratus) dari Uang
Representase Ketua DPRD.
421
(4)
Uang Representasi anggota DPRD sebesar 75 % (tujuh puluh lima perseratus) dari Uang
Representase Ketua DPRD.
(5)
Uang Representase yang diberikan sebagimana dimaksud dalam ayat (1) juga diberikan
Tunjangan Keluarga dan Tunjangan Beras yang besarnya sama dengan ketentuan yang
berlaku pada Pegawai Negeri Sipil.
Pasal 4
(1)
(2)
(1)
(2)
(1) Pimpinan atau Anggota DPRD yang duduk dalam Panitia Musyawarah atau komisi atau
Panitia Anggaran atau Badan Kehormatan atau Kelengkapan lainnya yang diperlukan,
diberikan tunjangan alat kelengkapan sebagai berikut :
a. Ketua sebesar 7,5 % (tujuh setengah perseratus) dati tunjangan Jabatan Ketua
DPRD;
b. Wakil Ketua sebesar 5 % (lima perseratus) dari Tunjangan Jabatan Ketua DPRD;
c. Sekretaris sebesar 4 % (empat perseratus) dari Tunjangan Jabatan Ketua DPRD;
d. Anggota 3 % (tiga perseratus) dari Tunjangan Jabatan Ketua DPRD;
(1)
Hal-hal lain yang diluar ketentuan ayat (1) diatur dalam Keputusan Pimpinan DPRD
Pasal 7
422
(1)
(2)
Besarnya Tunjangan Komunikasi Intensif sebagaimana dimaksud ayat (1) adalah sebesar 3 x
Uang Representasi Ketua DPRD.
Pasal 8
(1)
(2)
Pembayaran Tunjangan Komunikasi Intensif bagi Pimpinan dan Anggota DPRD sebagaimana
dimaksud pasal 7 dan Dana Operasional bagi Pimpinan DPRD sebagaimana dimaksud pasal 8,
dibayarkan terhitung sejak tanggal 1 Januari 2006.
Pasal 10
(1)
Pajak Penghasilan Pimpinan dan Anggota DPRD dikenakan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
(2) Penghasilan Pimpinan dan anggota DPRD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2, Pajak
Penghasilannya (PPh) dibebankan pada APBD dengan ketentuan peraturan perundangundangan yang berlaku.
(3)
Pajak Penghasilan (PPh 21) atas penerimaan sebagaimana dimaksud pada pasal 7 dan pasal 8
serta penerimaan lainnya, dibebankan kepada yang bersangkutan sesuai dengan ketentuan
Peraturan Perundang-undangan yang berlaku.
Bagian Kedua
Tunjangan Kesejahteraan
Pasal 11
423
(1)
(2)
Keluarga Pimpinan dan Anggota DPRD yang mendapat jaminan pemeliharaan kesehatan
yaitu suami atau istri dan 2 ( dua ) orang anak;
(3)
Besarnya premi asuransi sebagaimana dimaksud pada ayat ( 1 ) termasuk biaya general
chek-up 1 ( satu ) kali dalam setahun bagi Pimpinan dan anggota DPRD;
(4)
(1) Pimpinan DPRD disediakan masing-masing 1 (satu) rumah jabatan beserta perlenghkapannya
dan 1 (satu) unit kendaraan dinas jabatan, yang penyerahan pemakaiannya dituangkan dalam
ikatan antara Pemerintah Daerah dan Pimpinan DPRD.
(2) Penyediaan rumah jabatan, perlengkapan dan kendaraan dinas jabatan sebagomana dimaksud
dalam ayat (1) berpedoman pada standar yang ditetapkan dengan Peraturan Kepala Daerah,
dengan memperhatikan prinsip penghematan, kepatutan dan kewajaran.
(3) Belanja pemeliharaan rumah jabatan beserta perlengkapannya dan kendaraan dinas jabatan
dibebankan pada APBD.
(4) Dalam hal Pimpinan DPRD berhenti atau berakhir masa bhaktinya, wajib mengembalikan
rumah jabatan beserta perlengkapannya dan kendaraan dinas dalam keadaan baik kepada
Pemerintah Daerah paling lambat 1 (satu) bulan sejak tanggal pemberhentiannya.
Pasal 13
(1) Untuk Mendukung Kelancaran Tugas dan Fungsi anggota DPRD, Pemerintah Daerah dapat
menyediakan masing-masing 1( satu ) buah rumah Dinas.
(2) Penyediaan Rumah Dinas dimaksud pada ayat ( 1 ) berpedoman pada standar yang ditetapkan
dengan Peraturan Kepala Daerah dengan memperhatikan prinsip penghematan kepatutan dan
kewajaran.
(3) Belanja Pemeliharaan rumah Dinas dibebankan dalam APBD.
(4) Dalam hal Anggota DPRD diberhentikan atau berakhir masa bhaktinya, wajib mengembalikan
rumah dinas dalam keadaan baik kepada Pemerintah Daerah paling lambat 1(satu) bulan
sejak tanggal pemberhentiannya.
Pasal 14
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009
424
Rumah Jabatan Pimpinan DPRD, Rumah Dinas Anggota beserta perlengkapannya dan kendaraan
dinas jabatan Pimpinan DPRD serta kendaraan dinas Anggota DPRD tidak dapat disewa belikan
atau diguna usahakan atau dipindah tangankan atau diubah struktur bangunan dan status
hukumnya.
Pasal 15
(1) Dalam hal Pemerintah Daerah belum dapat menyediakan rumah jabatan Pimpinan atau rumah
dinas anggota DPRD, kepada yang bersangkutan diberikan tunjangan perumahan.
(2) Tunjangan perumahan sebagimana disebut pada ayat (1) diberikan dalam bentuk aung dan
dibayarkan setiap bulan terhitung mulai tanggal pengucan pan sumpah/janji.
(3) Pemberian tunjangan perumahan sebagaimana dimaksud ayat ( 2 ) harus memperhatikan asas
kepatutan, kewajaran dan rasionalitas serta standar harga setempat yang berlaku.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai besarnya tunjangan perumahan sebagaimana dimaksud pada
ayat ( 2 ) ditetapkan dengan Peraturan Kepala Daerah.
Pasal 16
Pimpinan dan Anggota DPRD disediakan pakaian dinas beserta atributnya terdiri dari :
a. Pakaian Sipil Harian disediakan 2 (dua) pasang dalam 1 (satu) tahun.;
b. Pakaian Sipil Resmi disediakan 1 (satu) pasang dalam 1 (satu) tahun.;
c. Pakaian Sipil Lengkap disediakan 1 (satu) pasang dalam 5 (lima) tahun.;
d. Pakaian Dinas Harian Lengan Panjang disediakan 1 (satu) pasang dalam 1 (satu) tahun.;
(1) Untuk mendukung kelancaran tugas, fungsi dan wewenang DPRD, maka kepada Pimpinan
dan Anggota DPRD dapat diberikan pakaian lain diluar pakaian dinas sebagimana dimaksud
dalam ayat (1), yang ditetapkan dengan Peraturan Kepala Daerah.
(2) Standar satuan harga dan kualitas pakaian dinas sebagimana dimaksud dalam ayat (1) dan
ayat (2) ditetapkan dengan Peraturan Kepala Daerah dengan memperhatikan prinsip
penghematan, kepatutan dan kewajaran.
Pasal 17
Dalam hal Pimpinan atau Anggota DPRD meninggal dunia, kepada ahli waris diberikan :
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009
425
a.
Uang duka wafat sebesar 2 (dua) kali uang Representase atau apabila meninggal dunia
dalam menjalankan tugas diberikan uang duka tewas sebesar 6 (enam) kali uang representasi.
b.
Bantuan biaya pengurusan jenazah sejak daru rumah duka atau tempat tugas sampai ke
tempat pemakaman.
Bagian Ketiga
Uang Jasa Pengabdian
Pasal 18
(1) Pimpinan dan Anggota DPRD yang meninggal dunia atau mengakhiri
diberikan uang jasa pengabdian.
masa bhaktinya
(2) Besarnya uang jasa pengabdian sebagimana dimaksud dalam ayat (1) disesuaikan dengan
masa bhakti Pimpinan dan anggota DPRD dengan ketentuan :
a
Masa bhakti kurang dari 1 (satu) tahun, dihitung 1(satu) tahun penuh dan diberikan uang
jasa pengabdian 1 (satu) bulan uang representasi;
Masa bhakti sampai dengan 1 (satu) tahun, diberikan uang jasa pengabdian 1 (satu)
bulan uang representasi;
c. Masa bhakti sampai dengan 2(dua) tahun, diberikan uang jasa pengabdian 2 (dua) bulan
uang representasi;
d. Masa bhakti sampai 3 (tiga) tahu, diberikan uang jasa pengabdian 3 (tiga) bulan uang
representasi.
e. Masa bahkti sampai 4 (empat) tahun diberikan uang jasa pengabdian 4 (empat) bulan
uang representasi.
f.
Masa bhakti sampai dengan 5 (lima) tahun, diberikan uang jasa pengabdian 6 enam)
bulan uang representasi;
BAB III
BELANJA PENUNJANG KEGIATAN
Pasal 19
(1) Belanja Penunjang Kegiatan disediakan untuk mendukung kelancaran tugas, fungsi dan
wewenang DPRD
(2) Belanja Penunjang Kegiatan sebagimana dimaksud dalam ayat (1) disusun berdasarkan
rencana kerja yang ditetapkan Pimpinan DPRD.
(3) Rencana kerja DPRD dapat berupa kegiatan :
a. rapat rapat;
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009
426
b. kunjunagn kerja;
c. penyiapan rancangan peraturan daerah, pengkajian dan penelaahan peraturan daerah;
d. peningkatan sumber daya manuasia dan profesionalisme;
e. koordinasi dan konsultasi kegiatan pemerintahan dan kemasyarakatan.
Pasal 20
(1) Untuk meningkatkan kinerja DPRD dan membantu pelaksanaan tugas, fungsi dan wewenang
DPRD, Pimpinan DPRD dapat mengangkat Tenaga Ahli DPRD secara selektif sesuai dengan
kebutuhan Komisi-komisi dan Pimpinan DPRD.
(2) Tenaga Ahli sebagimana dimaksud dalam ayat (1) merupakan kelompok pakar di bawah
koordinasi Sekretaris DPRD.
(3) Kuantitas, kualitas, kualifikasi dan tugas pokok dan tunjangan Tenaga Ahli sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1) ditetapkan dengan Peraturan Kepala Daerah dengan memperhatikan
pertimbangan Pimpinan DPRD.
BAB IV
PENGELOLAAN KEUANGAN
Pasal 21
(1) Sekretaris DPRD menyusun belanja DPRD yang terdiri dari belanja penghasilan Pimpinan
dan Anggota DPRD, tunjangan kesejahteraan Pimpinan dan Anggota DPRD dan belanja
penunjang kegiatan DPRD yang diformulasikan ke dalam Rencana Kerja dan Anggaran
Satuan Kerja Perangkat Daerah Sekretariat DPRD.
(2) Belanja penghasilan Pimpinan dan Anggota DPRD sebagimana dimaksud dalam ayat ( 1 )
tersebut dalam ketentuan pasal 2, dianggarkan dan Pos DPRD.
(3) Tunjangan perumahan sebagaimana dimaksud pada ayat ( 2 ) pasal 13 dianggarkan dalam
Pos Sekretariat DPRD.
(4) Tunjangan kesejahteraan Pimpinan dan Anggota DPRD sebagimana dimaksud dalam Pasal 9,
Pasal 10, Pasal 11, PAsal 13, PAsal 14, Pasal 15 dan Pasal 16 serta Belanja Penunjang
Kegiatan DPRD sebagimana dimaksud dalam Pasal 16 dan Pasal 17 dianggarkan dalam Pos
Sekretariat DPRD yang diuraikan kedalam jenis belanja sebagi berikut :
a. Belanja Pegawai.
b. Belanja Barang dan Jasa.
c. Belanja Perjalanan Dinas.
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009
427
d. Belanja Pemeliharaan.
e. Belanja Modal.
(1) Pengelolaan belanja DPRD dilaksanakan oleh Sekretaris DPRD dengan berpedoman pada
ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pasal 22
(1) Anggaran belanja DPRD merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari APBD.
(2) Penyusunan, pelaksanaan tata usaha dan pertanggungjawaban belanja DPRD sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1) disamakan dengan belanja satuan kerja perangkat daerah lanilla
BAB V
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 23
Apabila penetapan Kedudukan Keuangan Pimpinan dan Anggota DPRD belum termuat dalam
Peraturan Daerah ini, maka akan ditetapkan dalam Peraturan Kepala Daerah.
BAB VI
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 24
Peraturan Daerag ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan dengan penempatannya dalam
Lembaran Daerah Kabupaten Lamandau.
Ditetapkah di
: Nanga Bulik
Pada tanggal
: 21 Oktober 2006
428
: Nanga Bulik
Pada tanggal
: 21 Oktober 2006
PE N J E LASAN
ATAS
PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMANDAU
NOMOR 08 TAHUN 2006
TENTANG
KEDUDUKAN KEUANGAN PIMPINAN DAN ANGGOTA
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN LAMANDAU
I.
PENJELASAN UMUM.
429
Peraturan Pemerintah Nomor 37 Tahun 2005 tentang Kedudukan Protokoler dan Keuangan
Pimpinan dan Anggota DPRD.
Untuk itu sebagai konsekwensi dari pelaksanaan peraturan Pemerintah tersebut.
Pemerintah Kabupaten Lamandau bersama-sama dengan DPRD Kabupaten Lamandau
membuat dan membentuk peraturan Daerah Nomor 08 Tahun 2006 tentang
Kedudukan
Keuangan Pimpinan dan Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Lamandau
yang tujuannya untuk memberikan kepastian hukum didaerah sebagai impelentasi dari
Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2004 sebagaimana telah diubah dengan Peraturan
Pemerintah Nomor 37 Tahun 2005.
Pasal 2
Cukup Jelas
Pasal 3
Ayat (1)
Uang Representase adalah uang yang diberikan karena kedudukannya sebagai
unsur pimpinan dan anggota DPRD
Ayat (2)
Cukup Jelas
Ayat (3)
Cukup Jelas
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009
430
Ayat (4)
Cukup Jelas
Ayat (5)
Cukup Jelas
Pasal 4
Ayat (1)
Cukup Jelas
Ayat (2)
Cukup Jelas
Pasal 5
Ayat (1)
Tunjangan Jabatan adalah uang yang diberikan karena jabatannya.
Ayat (2)
Cukup Jelas
Pasal 6
Ayat (1)
Panitia Musyawarah atau Panitia Anggaran atau Komisi atau Badan
Kehormatan atau kelengkapan lainnya merupakan alat kelengkapan DPRD
yang dibentuk sesuai dengan ketentuan yang berlaku dan membantu DPRD
dalam melaksanakan tugas dan fungsinya.
Ayat (2)
Cukup Jelas
Pasal 7
Ayat (1)
Cukup Jelas
Ayat (2)
Cukup Jelas
Ayat (3)
Cukup Jelas
Pasal 8
Ayat (1)
Sebagai pejabat Negara setiap anggota DPRD Kabupaten Lamandau berhak
untuk mendapatkan jaminan kesehatan dalam bentuk pembayaran premi
asuransi kesehatan kepada lembaga asuransi.
Ayat (2)
Cukup Jelas
Ayat (3)
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009
431
Cukup Jelas
Ayat (4)
Cukup Jelas
Pasal 9
Ayat (1)
Cukup Jelas
Ayat (2)
Cukup Jelas
Ayat (3)
Cukup Jelas
Ayat (4)
Cukup Jelas
Pasal 10
Ayat (1)
Cukup Jelas
Ayat (2)
Cukup Jelas
Ayat (3)
Cukup Jelas
Ayat (4)
Cukup Jelas
Pasal 11
Cukup Jelas
Pasal 12
Ayat (1)
Cukup Jelas
Ayat (2)
Cukup Jelas
Ayat (3)
Cukup Jelas
Ayat (4)
Cukup Jelas
Pasal 13
Ayat (1)
Cukup Jelas
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009
432
Ayat (2)
Cukup Jelas
Ayat (3)
Cukup Jelas
Pasal 14
Huruf a
Cukup Jelas
Huruf b
Cukup Jelas
Pasal 15
Ayat (1)
Cukup Jelas
Ayat (2)
Cukup Jelas
Pasal 16
Ayat (1)
Cukup Jelas
Ayat (2)
Cukup Jelas
Ayat (3)
Cukup Jelas
Pasal 17
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan tenaga ahli adalah orang yang diangkat dengan Surat
Keputusan Pimpinan DPRD untuk menunjang kegiatan DPRD terutama dalam
kegiatan yang bersifat tekhnis dan khusus.
Ayat (2)
Cukup Jelas
Ayat (3)
Cukup Jelas
Pasal 18
Ayat (1)
Cukup Jelas
Ayat (2)
Cukup Jelas
Ayat (3)
Cukup Jelas
Ayat (4)
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009
433
Cukup Jelas
Pasal 19
Ayat (1)
Cukup Jelas
Ayat (2)
Cukup Jelas
Pasal 20
Cukup Jelas
Pasal 21
Cukup Jelas
TAMBAHAN LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LAMANDAU
TAHUN 2006 NOMOR 21 SERI : E
434
Manimbang
Mengingat
435
436
4.
Pemerintah Daerah adalah Bupati Lamandau dan perangkat daerah sebagai unsur
penyelenggara pemerintahan daerah Kabupaten Lamandau;
5.
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah selanjutnya disebut DPRD adalah Lembaga Perwakilan
Rakyat Daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah Kabupaten Lamandau;
6.
Peraturan Daerah selanjutnya disebut Perda adalah Peraturan Daerah Kabupaten
Lamandau;
7.
Peraturan Kepala Daerah adalah Peraturan Bupati Lamandau;
8.
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah selanjutnya disebut BAPPEDA adalah Badan
Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Lamandau;
9.
Tata Cara adalah pedoman yang memuat proses, mekanisme dan prosedur dalam
perencanaan pembangunan daerah;
10.
Perencanaan adalah suatu proses untuk melakukan tindak masa depan yang tepat melalui
urutan pilihan, dengan memperhitungkan sumber daya yang tersedia, yang dilaksanakan oleh
semua komponen dalam rangka mencapai visi, misi dan tujuan yang meliputi rencana
Pembangunan Jangka Panjang Daerah, Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah,
Rencana Strategis Satuan Kerja Perangkat Daerah, Rencana Pemerintah Daerah, Rencana
Kerja Tahunan Satuan Kerja Perangkat Daerah;
11.
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah, yang selanjutnya disebut RPJP-D adalah
dokumen perencanaan untuk periode 20 (dua puluh) tahun ;
12.
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah, yang selanjutnya disebut RPJM-D,
adalah dokumen perencanaan untuk periode 5 (lima) tahun;
13.
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Satuan Kerja Perangkat Daerah, yang
selanjutnya disebut Rencana Strategis Satuan Kerja Perangkat Daerah (Renstra SKPD), adalah
dokumen perencanaan Satuan Kerja Perangkat Daerah untuk periode 5 (lima) tahun;
14.
Rencana Pembangun Tahunan Daerah, yang selanjutnya disebut Rencana Kerja Pemerintah
Daerah (RKP-D), adalah dokumen perencanaan untuk periode 1 (satu) tahun;
15.
Rencana Pembangun Tahunan Satuan Kerja Perangkat Daerah, yang selanjutnya disebut
Rencana Kerja Satuan Kerja Perangkat Daerah (Renja SKPD) adalah dokumen perencanaan
Satuan Kerja Perangkat Daerah untuk periode 1 (satu) tahun;
16.
Musyawarah Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten yang selanjutnya disingkat
Musrenbangkab adalah forum antar pelaku dan pemangku kepentingan pembangunan dalam
rangka menyusun rencana pembangunan ditingkat Kabupaten;
17.
Kecamatan adalah Kecamatan yang ada di Wilayah Kabupaten Lamandau;
18.
Program adalah instrumen kebijakan yang berisi satu atau lebih kegiatan yang
dilaksanakan oleh perangkat daerah untuk mencapai sasaran dan tujuan serta memperoleh
alokasi anggaran, atau kegiatan masyarakat yang dikoordinasikan oleh Perangkat Daerah;
19.
Satuan Kerja Perangkat Daerah yang selanjutnya disebut dengan SKPD adalah unsur
Penyelenggara Pemerintah Daerah atau instansi lain Pengguna Anggaran yang dibentuk untuk
melaksanakan tugas tertentu berdasarkan Peraturan Daerah tentang Struktur Organisasi dan
Tata Kerja Perangkat Daerah;
20.
Visi adalah rumusan umum mengenai keadaan yang diinginkan pada akhir periode
perencanaan;
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009
437
21.
Misi adalah rumusan umum mengenai upayaupaya yang akan dilaksanakan untuk
mewujudkan Visi;
22.
Pemangku kepentingan adalah unsur eksekutif, legislatif dan Masyarakat yang di
representasikan oleh asosiasi profesi dan dunia usaha, perguruan tinggi dan Lembaga
Swadaya Masyarakat;
23.
Forum SKPD Kabupaten adalah wadah bersama antar pelaku pembangunan tingkat
Kabupaten untuk menentukan prioritas kegiatan pembangunan hasil Musrenbang Kecamatan
dengan SKPD Kabupaten atau Gabungan SKPD Kabupaten;
24.
Pelaku Pembangunan adalah pemerintah (Pusat, Propinsi dan Kabupaten/Kota), dunia
usaha dan masyarakat;
25.
Rencana Kerja dan Anggaran Satuan Kerja Perangkat Daerah adalah RKA-SKPD yang
diusulkan dibiayai dari dana APBD;
26.
Masyarakat terdiri dari asosiasi profesi, perguruan tinggi, lembaga swadaya masyarakat,
tokoh adat dan tokoh agama serta kalangan dunia usaha dan atau unsur masyarakat lainnya
yang mendaftar.
BAB II
ASAS DAN TUJUAN
Pasal 2
(1) Tata cara penyusunan perencanaan pembangunan daerah dan pelaksanaan Musrenbangkab
disusun berdasarkan atas kepastian hukum, tertib administrasi penyelenggaraan pemerintah
dan pembangunan.
(2) Tata cara penyusunan perencanaan pembangunan daerah bertujuan untuk :
a. Terciptanya sistem perencanaan pembangunan daerah;
b. Terciptanya konsistensi antar penyusunan perencanaan, pengangaran, pelaksanaan dan
pengawasan;
c. Terciptanya keterpaduan perencanaan pembangunan daerah;
(3) Tata cara pelaksanaan Musrenbangkab bertujuan untuk :
a. Terciptanya kordinasi antara pelaku pembangunan di daerah;
b. Terciptanya keterpaduan perencanaan pembangunan daerah;
c. Terciptanya rencana pembanguan daerah yang berdaya guna dan berhasil guna.
BAB III
RUANG LINGKUP
PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH
Pasal 3
(1) Perencanaan Pembangunan Daerah mencakup fungsi pemerintah daerah yang meliputi semua
bidang pembangunan diwilayah Kabupaten ;
438
(2) Perencanaan Pembanguan Daerah terdiri atas perencanaan pembangunan yang disusun oleh
Satuan Kerja Perangkat Daerah Kabupaten dan berkoordinasi dengan Instansi vertikal yang
berada di daerah, dan berkoordinasi dengan Kecamatan sesuai dengan kewenangannya.
Pasal 4
Perencanaan Pembangunan Daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 Ayat 2 menghasilkan :
a.
RPJP-D;
b.
RPJM-D;
c.
Renstra SKPD;
d.
RKP-D; dan
e.
Renja SKPD.
BAB IV
TAHAP PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH
Pasal 5
Tahap Perencanaan Pembangunan Daerah Meliputi :
a.
Penyusunan rencana ;
b.
Penetapan rencana ;
c.
Pengendalian pelaksanaan rencana ; dan
d.
Evaluasi pelaksana rencana.
Pasal 6
(1)
439
Bagian Pertama
Tanggung Jawab Terhadap Tugas dan
Fungsi Perencanaan Pembangunan.
Pasal 7
Kepala Bappeda bertanggungjawab terhadap pelaksanaan tugas dan fungsi perencanaan
pembangunan di daerah.
Bagian Kedua
Tata Cara Penyusunan dan Penetapan RPJPD.
Pasal 8
(1) Kepala Bappeda menyiapkan rancangan RPJP-D dengan mengacu pada RPJP Nasional
dengan memperhatikan kondisi daerah.
(2) Rancangan RPJP-D sebagai mana dimaksud pada Ayat (1) menjadi bahan utama bagi
Musrenbang Jangka Panjang Daerah.
Pasal 9
(1) Kepala Bappeda menyelenggarakan Musrenbang Jangka Panjang Daerah.
(2) Musrenbang Jangka Panjang Daerah diikuti oleh unsur-unsur penyelengggara pemerintahan
dengan mengikut sertakan Masyarakat.
(3) Musrenbang Jangka Panjang Daerah diselenggarakan dalam rangka penyusunan RPJP-D.
(4) Musrenbang Jangka Panjang Daerah sebagai mana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan
paling lambat 1 (Satu) tahun sebelum berakhirnya periode RPJP-D yang sedang berjalan.
Pasal 10
Kepala Bappeda menyusun rancangan akhir RPJP-D Berdasarkan hasil Musrenbang Jangka
Panjang daerah sebagaimana dimaksud dalam pasal 9 Ayat (3).
Pasal 11
(1) RPJP-D ditetapkan dengan Perda.
(2) Bappeda melakukan evaluasi pelaksanaan RPJP-D Kabupaten setiap 5 (lima) tahun.
(3) Apabila berdasarkan hasil evaluasi, sebagai mana yang dimaksud pada ayat (2) diperlukan
perubahan atas RPJP-D, maka Kepala Daerah mengajukan usulan perubahan kepada DPRD
guna dilakukan pembahasan rancangan perubahan RPJP-D bersama DPRD sesuai ketentuan
yang berlaku.
Pasal 12
Penyusunan RPJP-D Kabupaten harus memperhatikan RPJP-D Propinsi.
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009
440
Pasal 13
(1) Rancangan awal RPJP-D Kabupaten disusun oleh Bappeda paling lambat satu tahun berakhir
RPJP-D yang sedang berjalan.
(2) Rancangan awal RPJP-D Kabupaten dibahas dalam Musrenbang Jangka Panjang kabupaten.
(3) Hasil pembahasan rancangan awal RPJP-D Kabupaten sebagai mana dimaksud pada ayat (2)
disampaikan kepada Kepala Daerah melalui Bappeda Kabupaten guna dilakukan evaluasi.
(4) Bappeda Kabupaten mengevaluasi konsistensi materi rancangan awal RPJP-D Kabupaten
dengan RPJPD-D Propinsi.
(5) Hasil evaluasi sebagai mana dimaksud pada ayat (4) menjadi bahan penyempurnaan rancangan
RPJP-D Kabupaten.
(6) Rancangan akhir RPJP-D Kabupaten disusun oleh Bappeda Kabupaten berdasarkan hasil
evaluasi sebagai mana dimaksud pada ayat (5).
(7) Rancang akhir RPJP-D Kabupaten ditetapkan sebagai RPJP-D dengan Perda Kabupaten.
Bagian Ketiga
Tata Cara Penyusunan dan Penetapan RPJM-D dan Renstra SKPD.
Pasal 14
Kepala Bappeda menyiapkan rancangan awal RPJM-D sebagai penjabaran dari Visi, Misi dan
Program Kepala Daerah kedalam strategi pembangunan daerah, kebijakan umum, program
prioritas Kepala Daerah serta arah dan kebijakan keuangan daerah.
Pasal 15
(1) Kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah menyiapkan rancangan Renstra-SKPD sesuai dengan
tugas Pokok dan fungsinya dengan berpedoman pada rancangan awal RPJM-D sebagai mana
dimaksud pada pasal 14.
(2) Kepala Bappeda menyusun rancangan RPJM-D dengan menggunakan rancangan RenstraSKPD sebagai mana dimaksud pada ayat (1) dan berpedoman pada RPJP-D.
(3) Rancangan RPJM-D sebagaimana dimaksud pada ayat (2) menjadi bahan utama bagi
Musrenbang Jangka Menengah Daerah.
Pasal 16
(1) Kepala Bappeda menyelenggarakan Musrenbang Jangka Menengah Daerah.
(2) Musrenbang Jangka Menengah Daerah diikuti oleh unsur-unsur penyelenggara pemerintahan
dengan mengikutsertakan masyarakat .
(3) Musrenbang Jangka Menengah Daerah diselenggarakan dalam rangka menyusun RPJM-D.
(4) Musrenbang Jangka Menengah Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dilaksanakan
pada 2 (dua) bulan setelah Kepala Daerah dilantik.
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009
441
Pasal 17
(1) Kepala Bappeda menyusun rancangan akhir RPJM-D berdasarkan hasilkan Musrenbang
Jangka Menengah Daerah sebagaimana dimaksud dalam pasal 15 Ayat (3).
(2) Pimpinan Satuan Kerja Perangkat Daerah menyusun rancangan akhir Renstra-SKPD setelah
disesuaikan dengan RPJM-D.
Pasal 18
(1) RPJM-D ditetapkan dengan Perda paling lambat 3 (tiga) bulan setelah Kepala Daerah dilantik.
(2) Renstra-SKPD disusun dengan mengacu pada RPJM-D sebagaimana dimaksud pada ayat (1).
(3) Renstra-SKPD ditetapkan dengan Peraturan Kepala daerah paling lambat 4 (empat) bulan
setelah Kepala Daerah dilantik.
(4) Renstra-SKPD sebelum ditetapkan dengan Peraturan Kepala Daerah terlebih dahulu dilakukan
evaluasi oleh Bappeda Kabupaten dalam rangka konsistensi materi Renstra-SKPD dengan
RPJM-D.
(5) Bappeda Kabupaten melakukan evaluasi pelaksanaan RPJM-D Kabupaten setiap paruh waktu
5 (lima) tahun.
(6) Apabila berdasarkan hasil evaluasi, sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diperlukan
perubahan atas RPJM-D, maka Bappeda Kabupaten mengusulkan perubahan sesuai peraturan
perundang-undangan.
Pasal 19
Kepala Daerah menugaskan Kepala Bappeda untuk :
a.
Memfasilitasi Desa dalam proses penyusunan RPJP-D, dan RPJM-D.
b.
Memfasilitasi pemerintah Desa dalam penyusunan perda Desa tentang RPJP-D, dan
RPJM-D.
Bagian Keempat
Tata Cara Penyusunan dan Penetapan RKPD dan Renja-SKPD
Pasal 20
Kepala Bappeda menyiapkan rancangan awal RKPD sebagai penjabaran dari RPJM-D
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14.
Pasal 21
442
(1)
Kepala satuan Kerja Perangkat Daerah menyiapkan Renja-SKPD sesuai dengan tugas pokok
dan fungsinya dengan mengacu kepada rancangan awal RKPD sebagaimana dimaksud dalam
pasal 18 dan berpedoman pada Renstra-SKPD sebagaimana dimaksud dalam pasal 20.
(2) Kapala Bappeda mengkordinasikan penyusunan rencana SKPD dengan mengunakan RenjaSKPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
(3) Rancangan RKPD sebagai mana dimaksud pada ayat (2) Menjadi bahan utama bagi
Musrenbang Tahunan Daerah.
Pasal 22
(1)
(2)
Kepala Bappeda Menyusun Rancangan akhir RKPD berdasarkan hasil Musrenbang Tahunan
Daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 ayat (3)
(2) Pimpinan Satuan Kerja Perangkat Daerah menyusun rancangan akhir Renja-SKPD setelah
disesuaikan dengan RKPD.
Pasal 24
RKPD menjadi pedoman penyusunan RAPBD dan pedoman penyusunan Rencana Kerja dan
Anggaran-Kementerian/Lembaga Non Depertemen (RKA-K/L) SKPD dan instansi vertikal di
daerah.
Pasal 25
(1)
(2)
443
Kepala Bappeda bertanggung jawab dan bertugas menyelenggarakan Musrenbang Jangka Panjang
Daerah, Musrenbang Jangka Menengah Daerah dan Musrenbang Tahunan Daerah sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1), Pasal 16 ayat (1) dan Pasal 22 ayat (1) sebagai proses kordinasi
antar instansi pemerintah dan partisipasi seluruh pelaku pembangunan.
Bagian Kedua
Tata Cara Pelaksanaan Musrenbang Jangka Panjang Daerah,
Musrenbang Jangka Menengah Daerah dan Musrenbang Tahunan Daerah.
Pasal 27
(1) Tata Cara Pelaksanaan Musrenbang Jangka Panjang Daerah, Musrenbang Jangka Menengah
Daerah, dan Musrenbang Tahunan Daerah dilakukan melalui 2 ( dua ) tahap yaitu persiapan
dan pelaksanaan
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pelaksanaan Musrenbang Jangka Panjang Daerah,
Musrenbang Jangka Menengah Daerah dan Musrenbang Tahunan Daerah di atur dengan
Peraturan Kepala Daerah.
BAB VII
PENGENDALIAN DAN EVALUASI PELAKSANAAN RENCANA
PEMBANGUNAN.
Pasal 28
(1) Pengendalian pelaksanaan rencana pembangunan dilakukan oleh masing-masing Kepala
SKPD.
(2) Kepala Bappeda menghimpun dan menganalisis hasil pengendalian sebagaimana dimaksud
pada ayat (1).
(3) Untuk keperluan analisis sebagaimana dimaksud pada ayat (2), Kepala Bappeda Kabupaten
dapat melakukan verifikasi berupa pemantauan pelaksanaan rencana pembangunan.
Pasal 29
(1) Kepala SKPD melakukan evaluasi kinerja pelaksanaan rencana pembangunan SKPD periode
sebelumnya.
(2) Kepala Bappeda menyusun evaluasi tahunan dan 5 (lima) tahun rencana pembangunan
berdasarkan hasil evaluasi Kepala SKPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1).
(3) Hasil evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) menjadi bahan bagi penyusunan rencana
pembangunan daerah untuk periode berikutnya.
Pasal 30
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009
444
Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pengendalian dan evaluasi pelaksanaan rencana
pembangunan diatur dengan Peraturan Kepala Daerah.
BAB VIII
DATA DAN INFORMASI
Pasal 31
(1) Perencanaan pembangunan didasarkan pada data dan informasi yang akurat dan dapat
dipertanggungjawabkan.
(2) Kepala Bappeda bertanggungjawab menyusun, mengorganisir data dan informasi kebutuhan
perencanaan pembangunan daerah.
BAB IX
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 32
Perda ini selanjutnya disebut Perda tentang Tata Cara Penyusunan Perencanaan Pembangunan
Daerah dan Pelaksanaan Musyawarah Perencanaan Pembanguan Daerah Kabupaten Lamandau.
Pasal 33
Hal-hal yang belum diatur dalam Perda ini sepanjang mengenai teknis pelaksanaannya diatur
dengan Peraturan Kepala Daerah.
Pasal 34
Perda ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan Pengundang Perda ini dengan penempatannya
dalam Lembaran Daerah.
Ditetapkan di : Nanga Bulik
Pada Tanggal : 21 Oktober 2006
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009
445
PENJELASAN
ATAS
PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMANDAU
NOMOR 09 TAHUN 2006
TENTANG
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009
446
447
448
449
450
451
BUPATI LAMANDAU,
Menimbang :
Mengingat
a.
b.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
452
9.
453
Perubahan dalam pasal 5 Peraturan Daerah Kabupaten Lamandau Nomor 07 Tahun 2004 tentang
Pajak Galian C diubah sebagai berikut :
Pasal 5
(1) Besarnya tarif pajak ditetapkan sebesar 10 % (sepuluh persen) dari nilai jual.
(2) Besarnya tarif pajak sebagaimana dimaksud ayat (1) pasal ini diatur dan dievaluasi setiap
tahun dengan Peraturan Bupati Lamandau.
Pasal II
Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan
penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Lamandau.
Ditetapkan di
Pada Tanggal
: Nanga Bulik
: 21 Oktober 2006
454
PE N J E LASAN
PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMANDAU
NOMOR 10 TAHUN 2006
TENTANG
PERUBAHAN PERTAMA ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMANDAU
NOMOR 07 TAHUN 2004 TENTANG PAJAK PENGAMBILAN
BAHAN GALIAN GOLONGAN C
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009
455
I.
PENJELASAN UMUM
Sesuai dengan penjelasan umum Undang undang nomor 34 Tahun 2000 bahwa
pada prinsipnya pendapatan asli daerah antara lain berasal dari pajak daerah yang
diharapkan dapat menjadi salah satu sumber pembiayaan atas peneyelenggaraan
pemerintahan dan pembangunan dalam rangka
sehingga dengan demikian daerah mampu melaksanakan otonomi daerah sesuai dengan
ketentuan yang ada dalam Undang undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah.
Sejalan dengan semakin pesatnya pembangunan di Kabupaten Lamandau maka
penggunaan bahan material semakin meningkat sehingga hal tersebut dapat memberikan
nilai tambah bagi pemasukan pendapatan asli daerah Kabupaten Lamandau.
Sebagaimana maksud penjelasan diatas
kebijakan dengan membentuk peraturan daerah tentang Pajak Bahan Galian Golongan C
yaitu, Peraturan Daerah Kabupaten Lamandau Nomor 07 Tahun 2004, namun dalam
pelaksanaannya mengalami kendala mengingat terbentur masalah besarnya tarif pajak
yang dipungut yaitu sebesar 20 %.
Sebagai jalan keluar yang dianggap tepat Pemerintah Kabupaten Lamandau telah
membuat suatu kebijakan dengan melakukan perubahan terhadap Peraturan Daerah
Kabupaten Lamandau Nomor 07 Tahun 2004 tentang Pajak Pengambilan Bahan Galian
Golongan C terutama Bab III, Pasal 5 tentang besarnya tarif pajak hal ini dilakukan
dengan memperhitungkan dan mempertimbangkan keadaan daerah Kabupaten Lamandau
pada saat sekarang serta berdasarkan ketentuan yang berlaku.
Dengan diberlakukannya Peraturan Daerah Kabupaten Lamandau Nomor 10 Tahun
2006, maka tarif pajak berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 07 Tahun 2004 pasal 5
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009
456
tentang besarnya tarif pajak sebesar 20 % dinyatakan tidak berlaku diganti dengan tarif
baru
sebesar 10 %.
Untuk ketentuan lain selain pasal 5, dalam Peraturan Daerah Kabupaten Lamandau
Nomor 07 Tahun 2004 tetap dinyatakan berlaku sepanjang tidak ada perubahan
selanjutnya.
II.
457
Mengingat
a.
b.
1.
2.
3.
4.
5.
458
6.
7.
8.
9.
459
Beberapa ketentuan dalam Peraturan Daerah Kabupaten Lamandau Nomor 08 Tahun 2005 tentang
Retribusi Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Lamandau (Lembaran
Daerah Tahun 2005 Nomor 08 seri C, Tambahan Lembaran Daerah Nomor 08) diubah dan
penambahan pasal sebagai berikut :
1. Peraturan Daerah tentang Retribusi Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit Umum Daerah
Kabupaten Lamandau diubah dan dibaca Retribusi Pelayanan Kesehatan RSUD, Puskesmas,
Pustu, Polindes Kabupaten Lamandau.
2. Dalam huruf F pasal 1 Rumah Sakit Umum Daerah adalah Rumah Sakit Umum Daerah
Kabupaten Lamandau diubah dan dibaca RSUD, Puskesmas, Pustu, Polindes adalah Unit
Pelayanan Kesehatan yang langsung kepada masyarakat yang ada di Kabupaten Lamandau.
3. Pasal 3 dengan nama Retribusi Pelayanan Kesehatan RSUD dipungut retribusi sebagai
pembayaran atas pelayanan kesehatan di RSUD Kabupaten Lamandau kalimat dibelakang
RSUD ditambah dengan kata Puskesmas, Pustu, Polindes sehingga dibaca dengan nama
Retribusi Pelayanan Kesehatan RSUD, Puskesmas, Pustu, Polindes dipungut Retribusi sebagai
pembayaran atas Pelayanan Kesehatan di RSUD, Puskesmas, Pustu, Polindes Kabupaten
Lamandau.
460
5. Pasal 5 Subjek Retribusi adalah orang pribadi atau badan yang mendapat Pelayanan
Kesehatan dari RSUD Kabupaten Lamandau dibelakang kalimat RSUD ditambah kalimat
Puskesmas, Pustu, Polindessehingga dibaca subjek Retribusi adalah orang pribadi atau
badan yang mendapat Pelayanan Kesehatan dari RSUD, Puskesmas, Pustu, Polindes
Kabupaten Lamandau.
6. Pasal 6 pada kalimat RSUD ditambah kalimat Puskesmas, Pustu, Polindes sehingga dibaca
retribusi Pelayanan Kesehatan RSUD, Puskesmas, Pustu, Polindes Kabupaten Lamandau
termasuk golongan retribusi jasa umum.
7. Pasal 10 ayat (3) huruf a setelah kalimat RSUD ditambah Puskesmas, Pustu, Polindes
sehingga dibaca pelayanan rawat inap dan pelayanan pasien berobat jalan RSUD, Puskesmas,
Pustu, Polindes adalah untuk membiayai sebagian biaya penyelenggaraan pelayanan sesuai
dengan kemampuan masyarakat.
Pasal 10 ayat (3) huruf b, pada baris pertama setelah kalimat RSUD ditambah kalimat
Puskesmas, Pustu, Polindes sehingga dibaca Bagi RSUD, Puskesmas, Pustu, Polindes yang
memungkinkan ruang rawat inap (RRI) kelas perawatan diperhitungkan atas dasar Visite
pasien perhari, pemeriksaan dan konsultasi medik, administrasi catatan medik sebagaimana
maksud pasal 10 ayat (3) huruf b, angka 1, 2 dan 3 Peraturan Daerah Kabupaten Lamandau
Nomor 08 Tahun 2005 tentang Retribusi Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit Umum Daerah
Kabupaten Lamandau.
Pasal 10 ayat (3) huruf c, pada baris pertama setelah kalimat RSUD ditambah kalimat
Puskesmas, Pustu, Polindes sehingga dibaca Bagi RSUD, Puskesmas, Pustu, Polindes yang
memungkinkan untuk meningkatkan kelas perawatan dikenakan tarif yang diatur lebih lanjut
dengan Peraturan Bupati.
8. Pasal 11 ayat (2) baris pertama setelah kalimat RSUD ditambah kalimat Puskesmas, Pustu,
Polindes sehingga dibaca menjadi Struktur dan besarnya tarif retribusi pelayanan kesehatan
di RSUD, Puskesmas, Pustu, Polindes Kabupaten Lamandau ditetapkan adalah sebagai
berikut.
Pasal 11 ayat (2) angka 1 pada tabel pelayanan rawat jalan huruf c Kir kesehatan 1 kali garis
mendatar satu Pelajar Rp. 5.000,- diubah menjadi gratis
Pasal 11 ayat (2) angka 8 setelah huruf g ditambah kalimat huruf h Pemeriksaan Test
Narkoba dengan tarif pelayanan Puskesmas, Pustu, Polindes sebesar Rp. 5.000,- tarif
RSUD sebesar Rp.10.000,-
Pasal 11 ayat (2) angka 8 setelah angka 10 ditambah angka 11 dengan kalimat Penggunaan
obat-obatan huruf a obat antibiotik dengan tarif Rp. 5.000,- huruf b obat injeksi dengan
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009
461
tarif Rp. 5.000,- huruf c syrup/salf dengan tarif Rp. 5.000,- huruf d obat-obatan umum
dengan tarif Rp. 2.500,- huruf e infus dengan tarif Rp. 7.500,-
BAB VII struktur besarnya tarif pada pasal 11 ditambah pasal 11a dan 11b dengan kalimat
pasal 11a
Penggunaan obat-obatan sebagaimana dimaksud pasal 11 ayat (2) angka 11 khusus tarif
RSUD disesuaikan dengan harga yang berlaku.
Pasal 11b
Harga obat yang berlaku sebagaimana maksud pasal 11a dapat dinaikan maxsimum
20 %
yang peruntukannya untuk biaya operasional instalasi formasi 10 % dan untuk subsidi pasien
tidak mampu 10 %
N
o.
1.
2.
4.
Jenis Pelayanan
PELAYANAN RAWAT JALAN
a. Kartu rawat jalan
b. Pasien berobat jalan
c. Kir Kesehatan untuk 1 kali
- Pelajar
- Umum/PNS
KESEHATAN IBU DAN ANAK
a. Pemeriksaan ibu
b. Pemeriksaan anak
c. Pemeriksaan bayi
POLIKLINIK GIGI
a. Pemeriksaan dan pengobatan gigi
1 kali
b. Perawatan karang gigi 1 kali
c. Pencabutan gigi 1 kali kunjungan
- Anak
- Dewasa
d. Penambalan gigi 1 kali
e. Penambahan gigi lebih dari 1 kali
pemeriksaan
f. Instansi Abses gigi
PELAYANAN RAWAT INAP
a. Perawatan pasien perharian
- VIP
- Zaal
b. Pemeriksaan dan konsultasi
- VIP
1.000
5.000
Gratis
5.000
2.500
2.500
2.500
5.000
5.000
5.000
2.500
5.000
2.500
5.000
2.500
5.000
500
5.000
5.000
7.500
5.000
10.000
5.000
10.000
10.000
5.000
5.000
462
Tarif RSUD
(Rp)
- Zaal
6.
7.
8.
2.500
2.500
10
5.000
15.000
5.000
15.000
10.000
25.000
10.000
30.000
30.000
30.000
40.000
40.000
30.000
5.000
5.000
25.000
5.000
10.000
10.000
50.000
10.000
15.000
25.000
25.000
5.000
50.000
15.000
5.000
5.000
10.000
5.000
50.000
25.000
5.000
5.000
75.000
50.000
10.000
10.000
2.500
2.500
2.500
5.000
5.000
5.000
463
Rhrombosit
Golongan darah
Laju Endap darah
Daerah malaria
b. Pemeriksaan Urine
- Albumin
- Reduksi
- Urubilin
- Bilirubin
- Sedimen
c. Pemeriksaan sputum BTA
d. Pemeriksaan tinja lengkap
e. Pemeriksaan darah lengkap
f. Pemeriksaan urine lengkap
g. Pemeriksaan urin rutin
h. Pemeriksaan Tes Narkoba
9. VISUM ET REPERETUM
a. Visum Luar
- Visum luka
- Visum mayat
b. Visum dalam
10 PEMERIKSAAN
PENUNJANG
. DIAGNOSTIK
a. Foto Rontgent
b. EKG
c. USG
11 PENGGUNAAN OBAT-OBATAN
. a. Obat antibiotik
b. Obat Injeksi
c. Syrup/salf
d. Obat-obatan umum
e. Infus
2.500
2.500
2.500
2.500
5.000
5.000
5.000
5.000
2.500
2.500
2.500
2.500
2.500
2.500
2.500
10.000
5.000
5.000
5.000
5.000
5.000
5.000
5.000
5.000
5.000
5.000
20.000
10.000
10.000
10.000
5.000
15.000
25.000
10.000
25.000
50.000
25.000
25.000
25.000
5.000
5.000
5.000
2.500
7.500
9. Pasal 13 ayat (1) baris kedua dibelakang kalimat RSUD ditambah kalimat Puskesmas,
Pustu, Polindes sehinga dibaca pasien umum yang membutuhkan pertolongan baik rawat
jalan, rawat inap maupun memakai fasilitas RSUD, Puskesmas, Pustu, Polindes sebagaimana
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009
464
dimaksud dalam Peraturan Daerah ini, wajib membayar retribusi dan sebagai bukti
pembayaran diberikan karcis retribusi.
Pasal II
Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan
penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Lamandau.
Ditetapkan di
Pada Tanggal
: Nanga Bulik
: 21 Oktober 2006
Diundangkan di
Pada tanggal
: Nanga Bulik
: 21 Oktober 2006
PENJELASAN
ATAS
PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMANDAU
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009
465
PENJELASAN UMUM.
Kabupaten Lamandau merupakan salah satu dari 8 (delapa Kabupaten pemekaran di
Provinsi Kalimantan Tengah berdasarkan Undang undang Nomor 5 Tahun 2002, tentunya
akan memberikan peluang sebesar-besarnya bagi tiap Kabupaten/ Kota khususnya Kabupaten
Lamandau untuk melaksanakan otonomi seluas-luasnya khususnya meningkatkan hajat hidup
orang banyak melalui berbagai program yang mana program tersebut salah satunya melalui
pelayanan kesehatan di RSUD, Puskesmas dan Pustu, maupun Polindes di seluruh Kabupaten
Lamandau.
Sebagai hal tersebut diatas Pemerintah Daerah telah menetapkan kebijakan dengan
diberlakukannya Peraturan Daerah Kabupaten Lamandau Nomor 08 Tahun 2005 tentang
Retribusi Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Lamandau. Namun
dalam pelaksanaannya mengalami hambatan yang mana dalam Peraturan Daerah tersebut
belum seluruhnya dapat dilaksanakan dengan baik karena tarif dan pengaturan hanya dalam
lingkup RSUD tidak mencakup pelayanan yang dilakukan di Puskesmas, Pustu dan Polindes
yang tersebar di seluruh daerah Kabupaten Lamandau. Maka untuk memberikan kepastian
hukum
yang lebih baik Pemerintah Daerah mengusulkan Perubahan atas Peraturan Daerah Kabupaten
Lamandau Nomor 08 Tahun 2005 dengan Peraturan Daerah Kabupaten Lamandau Nomor 11
Tahun 2006 yang isinya mengatur tarif Puskesmas, Pustu dan Polindes serta RSUD.
466
Cukup Jelas
Angka 4
Cukup Jelas
Angka 5
Cukup Jelas
Angka 6
Cukup Jelas
Angka 7
Yang dimaksud dengan sesuai kemampuan masyarakat adalah keadaan orang
dan atau individu yang dianggap mampu atau tidak mampu berdasarkan
keterangan dan bukti bukti pendukung dari Perangkat Pemerintahan dimana
orang dan atau individu tersebut berdomisili.
Angka 8
Cukup Jelas
Angka 9
Cukup Jelas
Pasal II
Cukup Jelas
TAMBAHAN LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LAMANDAU
TAHUN 2006 NOMOR 24 SERI : C
467
Mengingat
a.
b.
c.
d.
1.
2.
3.
468
pembangunan
4.
5.
6.
7.
8.
9.
469
470
12. Penerangan Jalan Umum Swadaya Masyarakat selanjutnya disingkat PJU-Swadaya adalah
Penerangan Jalan Umum yang pemasangan dan pengaliran listriknya dilakukan secara
swadaya oleh masyarakat;
13. Pajak Penggunaan Tenaga Listrik selanjutnya disingkat PPTL adalah Pajak yang dikenakan
oleh Pemerintah Daerah terhadap semua penggunaan Tenaga Listrik;
14. Pelanggan PLN adalah Pelanggan PLN diwilayah Kota Nanga Bulik Kabupaten Lamandau;
15. Bukan pelanggan PLN adalah semua pengguna Tenaga Listrik diwilayah Kota Nanga Bulik
yang tidak bersumber dari PLN;
16. Rekening Listrik Pemerintah Daerah adalah tagihan listrik PLN kepada Pemerintah Daerah
yang harus dilunasi oleh Pemerintah Daerah kepada PLN;
17. Rekapitulasi Rekening Listrik adalah rekapitulasi rekening listrik yang dicetak, rekapitulasi
rekening listrik yang lunas dan rekapitulasi rekening listrik yang belum lunas;
18. Instalasi PJU adalah Instalasi listrik khusus dipergunakan untuk PJU;
19. Surat Pemberitahuan Pajak Daerah yang selanjutnya disingkat SPPD adalah surat yang
dipergunakan oleh wajib pajak untuk melaporkan perhitungan dan pembayaran pajak yang
tertuang menurut Peraturan Perundang-undangan Perpajakan Daerah;
20. Pemungutan Pajak Penggunaan Tenaga Listrik yang dilaksanakan oleh PLN adalah dalam
bentuk Pajak Penerangan Jalan (PPJ);
21. Surat Setoran Pajak Daerah, yang selanjutnya disingkat SSPD, adalah surat yang digunakan
oleh Wajib Pajak untuk melakukan pembayaran atau penyetoran pajak yang terutang ke Kas
Daerah atau ketempat lain yang ditetapkan oleh Bupati;
22. Surat Ketetapan Pajak Daerah, yang selanjutnya disingkat dengan SKPD adalah Surat
Keputusan yang menentukan besarnya jumlah pajak yang terutang;
23. Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar, yang selanjutnya disingkat SKPDKB adalah
Surat Keputusan yang menentukan besarnya jumlah pajak yang terutang, jumlah kredit pajak,
jumlah kekurangan pembayaran pokok pajak, besarnya sanksi administrasi, dan jumlah yang
masih harus dibayar;
24. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan, yang selanjutnya disingkat SKPKBT, adalah
Surat Keputusan yang menentukan Tambahan atas jumlah Pajak yang akan ditetapkan;
25. Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar, yang selanjutnya disingkat dengan SKPLB, adalah Surat
Keputusan yang menunjukan jumlah kelebihan pembayaran pajak karena jumlah kredit pajak
lebih besar dari pajak yang terutang atau tidak seharusnya terutang;
26. Surat Ketetapan Pajak Daerah Nihil, yang selanjutnya disingkat dengan SKPDN adalah Surat
Keputusan yang menunjukan jumlah pajak yang terutang sama besarnya dengan jumlah kredit
pajak, atau pajak tidak terutang dan tidak ada kredit pajak;
27. Surat Tagihan Pajak Daerah, yang selanjutnya disingkat dengan STPD adalah Surat untuk
melakukan tagihan pajak dan atau sanksi administrasi berupa bunga dan atau denda.
BAB II
PENERANGAN JALAN UMUM
Pasal 2
(1) Penerangan Jalan Umum merupakan utilitas kota yang bertujuan memberikan pelayanan
kepada masyarakat dalam rangka menciptakan kota yang aman, nyaman dan indah.
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009
471
(2) Jaringan penerangan jalan umum melayani penerangan sepanjang jalan anteri primer dan
sekunder, kolektor primer dan sekunder, jalan lingkungan serta pusat-pusat keramaian dan
taman kota sesuai skala prioritas yang ditetapkan oleh Bupati.
Bagian Kedua
Penyelenggaraan
Pasal 3
(1) Penyelenggaraan penerangan Jalan Umum dilakukan oleh Pemerintah Daerah sebagai PJU
Resmi dan oleh kelompok masyarakat sebagai PJU Swadaya;
(2) Didalam penyelenggaraan Penerangan Jalan Umum, Pemerintah Daerah atau Masyarakat
bekerjasama dengan PT. PLN Ranting Nanga Bulik;
(3) Penyelenggaraan Penerangan Jalan Umum Swadaya milik masyarakat harus memperoleh ijin
dari Pemerintah Daerah Kabupaten Lamandau melalui Bagian Ekonomi Setda Kabupaten
Lamandau;
(4) Kewenangan Pembinaan Administrasi, teknis dan perijinan Penerangan Jalan Umum berada
pada Pemerintah Daerah melalui Bagian Ekonomi Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau;
(5) Pengelolaan Pajak Penggunaan Tenaga Listrik berada pada Pemerintah Daerah melalui Dinas
Pendapatan Daerah;
(6) Pelaksanaan Pembinaan Administrasi Teknis dan Kewenangan terhadap penyelenggaraan
jaringan penerangan jalan oleh Pemerintah Daerah berdasarkan hemat, efisien dan pelayanan
yang seluas-luasnya;
(7) Dalam rangka meningkatkan pembangunan dan kinerja PJU, Pemerintah Daerah membentuk
Tim Pembina PJU yang beranggotakan tokoh-tokoh masyarakat, Perguruan Tinggi, Asosiasi
Kelistrikan dan lain-lain yang terkait dengan tugasnya memberikan saran dan masukan kepada
Bupati.
Bagian Ketiga
Pembiayaan
Pasal 4
(1) Pembangunan, Pemeliharaan dan biaya langganan Penerangan Jalan Umum Resmi dibiayai
oleh Pemerintah Daerah;
(2) Pembangunan, Pemeliharaan dan biaya Penerangan Jalan Umum Swadaya dibiayai oleh
masyarakat ataupun sumbangan pihak ketiga yang tidak mengikat dilingkungannya;
(3) Pemerintah Daerah dapat dan atau tidak dapat membantu pemeliharaan dan langganan
Penerangan Jalan Umum Swadaya milik masyarakat dengan mempertimbangkan kemampuan
keuangan Daerah setiap Tahun Anggaran, dimana persyaratan akan ditetapkan oleh Bupati.
BAB III
PAJAK PENERANGAN JALAN NAMA,
OBJEK DAN SUBJEK PAJAK
Pasal 5
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009
472
(1) Dengan nama PPTL dipungut pajak atas setiap penggunaan tenaga listrik;
(2) Objek Pajak adalah setiap penggunaan tenaga listrik;
(3) Tenaga Listrik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah tenaga listrik yang berasal dari
PLN atau bukan PLN.
Pasal 6
Dikecualikan dari objek Pajak adalah :
a. Penggunaan listrik oleh Instansi Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah;
b. Penggunaan tenaga listrik pada tempat-tempat yang digunakan oleh Kedutaan, Konsuler,
Perwakilan Asing dan Lembaga-lembaga Internasional dengan asas timbal balik sebagaimana
berlaku untuk pajak negara.
c. Penggunaan Tenaga Listrik yang berasal dari bukan PLN dengan kapasitas tertentu yang tidak
memerlukan ijin dari Instansi terkait;
d. Penggunaan Tenaga Listrik yang khusus digunakan untuk tempat Ibadah.
Pasal 7
(1) Subjek Pajak adalah orang pribadi atau Badan yang menggunakan Tenaga Listrik;
(2) Wajib Pajak adalah orang pribadi atau badan yang menjadi pelanggan listrik dan atau
pengguna tenaga.
BAB IV
DASAR PENGENAAN TARIF PAJAK
Pasal 8
(1) Dasar Pajak adalah Nilai Jual Tenaga Listrik;
(2) Nilai Jual Tenaga Listrik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan :
a. Dalam hal tenaga listrik berasal dari PLN dan bukan PLN dengan pembayaran Nilai Jual
Listrik adalah besarnya tagihan penggunaan listrik/rekening listrik;
b. Dalam hal ini tenaga listrik berasal dari bukan PLN dengan tidak dipungut bayaran, nilai
jual tenaga listrik dihitung berdasarkan kapasitas tersedia dan penggunaan atau taksiran
penggunaan listrik serta harga satuan listrik yang berlaku diwilayah Daerah.
(3) Harga satuan listrik sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b pasal ini ditetapkan oleh
Bupati dengan berpedoman harga satuan listrik yang berlaku untuk PLN.
Pasal 9
(1) Tarif Pajak ditetapkan sebagai berikut :
a. Penggunaan Tenaga Listrik yang berasal dari PLN, bukan untuk industri sebesar 9 %
(sembilan persen);
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009
473
b. Penggunaan Tenaga Listrik yang berasal dari PLN untuk industri sebesar 9 % (sembilan
persen);
c. Penggunaan Tenaga Listrik yang bukan dari PLN, bukan untuk industri sebesar 9 %
(sembilan persen);
d. Penggunaan Tenaga Listrik yang bukan dari PLN, untuk industri sebesar 9 % (sembilan
persen)
BAB V
WILAYAH PEMUNGUTAN DAN CARA
PERHITUNGAN PAJAK
Pasal 10
(1) Pajak terutang dipungut diwilayah Daerah Penggunaan Listrik;
(2) Besarnya pajak yang terutang dihitung dengan cara mengalikan tarif Pajak sebagaimana
dimaksud pasal 9 dengan dasar pengenaan Pajak sebagaimana dimaksud dalam pasal 8.
BAB VI
MASA PAJAK, SAAT PAJAK TERUTANG DAN SURAT
PEMBERITAHUAN PAJAK DAERAH
Pasal 11
Masa Pajak adalah jangka waktu tertentu yang lamanya 1 (satu) bulan takwin.
Pasal 12
Pajak terhutang dalam masa pajak terjadi sejak diterbitkannya SKPD atau Dokumen lain yang
dipersamakan.
Pasal 13
(1) Setiap Wajib Pajak yang menggunakan tenaga listrik bukan PLN wajib mengisi SPTPD;
(2) SPTPD sebagaimana dimaksud ayat (1) harus diisi dengan jelas, benar dan lengkap;
(3) Untuk pelanggan listrik PLN daftar rekening listrik yang diterbitkan oleh PLN merupakan
SPTPD;
(4) SPTPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus disampaikan kepada Bupati selambatlambatnya 15 (lima belas) hari setelah berakhirnya masa pajak;
(5) Bentuk, isi dan tata cara pengisian SPTPD ditetapkan dengan Peraturan Bupati.
BAB VII
TATA CARA PERHITUNGAN DAN KETETAPAN PAJAK
Pasal 14
474
(1) Berdasarkan SPTPD sebagaimana dimaksud dalam pasal 10 ayat (1) Bupati menetapkan pajak
terutang dengan menerbitkan SKPD;
(2) Apabila pemungutan pajak bekerja sama dengan PLN, rekening listrik disamakan dengan
SPTPD;
(3) Apabila SKPD sebagaimana dimaksud ayat (1) tidak atau kurang dibayar setelah lewat paling
lama 30 (tiga puluh) hari sejak SKPD diterima, dikenakan sanksi administrasi berupa bunga
sebesar 2 % (dua persen) sebulan dan ditagih dengan menerbitkan STPD.
Pasal 15
(1) Wajib Pajak membayar sendiri SPTPD sebagaimana dimaksud dalam pasal 10 ayat (1)
digunakan untuk menghitung dan menetapkan pajak sendiri yang terutang;
(2) Dalam jangka waktu 5 (lima) tahun sesudah pajak, Bupati dapat menerbitkan :
a. SKPDKB;
b. SKPDKBP;
c. SKPDN;
(3) SKPDKB sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a diterbitkan :
a. Apabila berdasarkan hasil pemeriksaan atau keterangan lain pajak yang terutang tidak atau
kurang dibayar, dikenakan sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2 % (dua persen)
sebulan terhitung dari pajak yang kurang atau terlambat dibayar untuk jangka waktu paling
lama 24 (dua puluh empat) bulan dihitung sejak saat terutang pajak;
b. Apabila SPTPD tidak disampaikan dalam jangka waktu yang ditentukan dan telah ditegur
secara tertulis dikenakan sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2 % (dua persen)
sebulan terhitung dari pajak yang kurang atau terlambat dibayar untuk jangka waktu paling
lama 24 (dua puluh empat) bulan terhitung sejak saat terutang pajak;
c. Apabila kewajiban mengisi SPTPD tidak dipenuhi, pajak yang terutang dihitung secara
jabatan, dan dikenakan sanksi admnistrasi berupa kenaikan sebesar 25 % (dua puluh lima
persen) dari pokok pajak ditambah sanksi-sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2 %
(dua persen) sebulan terhitung dari pajak yang kurang atau terlambat dibayar untuk jangka
waktu paling lama 24 (dua puluh empat) bulan terhitung sejak saat terutang pajak;
(4) SKPDKBT sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b diterbitkan apabila ditemukan data
baru atau data yang semula belum terungkap yang menyebabkan penambahan jumlah pajak
terutang akan dikenakan sanksi administrasi berupa kenaikan sebesar 100 % (seratus persen)
dari jumlah kekurangan pajak tersebut;
(5) SKPDN sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf c diterbitkan apabila jumlah pajak yang
terutang sama besarnya dengan jumlah kredit pajak atau pajak tidak terutang dan tidak ada
kredit pajak;
(6) Apabila kewajiban membayar pajak terutang dalam SKPDKB dan SKPSKBT sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) huruf a dan b tidak atau tidak sepenuhnya dibayar dalam jangka waktu
yang telah ditentukan, ditagih dengan menerbitkan STPD ditambah dengan sanksi administrasi
berupa bunga sebesar 2 % (dua persen) sebulan;
(7) Penambahan jumlah pajak yang terutang sebagaimana dimaksud pada ayat (4) tidak dikenakan
apabila wajib pajak melaporkan sendiri sebelum dilakukan tindakan pemeriksaan.
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009
475
BAB VIII
TATA CARA PEMBAYARAN
Pasal 16
(1) Pembayaran Pajak dilakukan di Kas Daerah sesuai waktu yang ditentukan dalam SPTPD,
SKPD, SKPDKB, SKPDKBT dan STPD;
(2) Apabila pembayaran pajak dilakukan ditempat lain yang ditunjuk, hasil penerimaan pajak
harus disetor seluruhnya ke Kas Daerah dalam waktu 1 x 24 jam;
(3) Pembayaran pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) dilakukan dengan
menggunakan SSPD.
Pasal 17
(1) Pembayaran Pajak harus disediakan sekaligus atau lunas;
(2) Bupati dapat memberikan persetujuan kepada wajib pajak untuk mengangsur pajak terutang
dalam kurun waktu tertentu, setelah memenuhi persyaratan yang ditentukan;
(3) Angsuran pembayaran pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (2) harus dilakukan secara
teratur dan berturut-turut dengan dikenakan bunga sebesar 2 % (dua persen) sebulan dari
jumlah pajak yang belum atau kurang dibayar;
(4) Bupati dapat memberikan persetujuan kepada wajib pajak untuk menunda pembayaran pajak
sampai batas waktu yang ditentukan setelah memenuhi persyaratan yang ditentukan dengan
dikenakan bunga sebesar 2 % (dua persen) sebulan dari jumlah pajak yang belum atau kurang
dibayar;
(5) Persyaratan untuk dapat mengangsur dan menunda pembayaran pembayaran serta tata cara
pembayaran angsuran dan penundaan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (4)
ditetapkan oleh Bupati.
Pasal 18
(1) Setiap pembayaran pajak sebagaimana dimaksud dalam pasal 14 diberikan tanda bukti
pembayaran dan dicatat dalam buku penerimaan;
(2) Bentuk, jenis, isi, ukuran tanda bukti pembayaran dan buku penerimaan pajak sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), ditetapkan dengan Peraturan Bupati.
BAB IX
TATA CARA PENAGIHAN PAJAK
Pasal 19
(1) Surat Teguran atau Surat Penagihan atau Surat Lain yang sejenisnya sesuai awal tindakan
pelaksanaan penagihan pajak dikeluarkan 7 (tujuh) hari sejak saat jatuh tempo pembayaran;
(2) Dalam jangka waktu 7 (tujuh) hari setelah tanggal surat teguran atau peringatan atau surat lain
sejenis, wajib pajak harus melunasi pajak yang terutang;
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009
476
(3) Surat Teguran, Surat Peringatan atau surat lain yang sejenis sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dikeluarkan pejabat.
Pasal 20
(1) Apabila jumlah pajak yang masih harus dibayar tidak dilunasi dalam jangka waktu
sebagaimana ditentukan dalam Surat Teguran atau peringatan atau surat lain yang sejenis,
jumlah pajak yang harus dibayar ditagih dengan surat paksa;
(2) Pejabat menerbitkan Surat Paksa segera setelah lewat 21 (dua puluh satu) hari sejak tanggal
Surat Teguran atau Surat Peringatan atau Surat Lain yang sejenis.
Pasal 21
apabila pajak yang harus dibayar tidak dilunasi dalam jangka waktu 2 x 24 jam sesudah tanggal
pemberian Surat Paksa, Pejabat segera menerbitkan Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan.
Pasal 22
Setelah dilakukan penyitaan dan wajib pajak belum juga melunasi utang pajaknya setelah 10
(sepuluh) hari sejak tanggal pelaksanaan Surat Perintah melaksanakan penyitaan, Pejabat
mengajukan permintaan penetapan tanggal pelelangan kepada Kantor Lelang Negara.
Pasal 23
Setelah Kantor Lelang Negara menetapkan hari, tanggal, jam dan tempat pelaksanaan lelang, juru
sita memberitahukan dengan segera secara tertulis kepada wajib pajak.
Pasal 24
Bentuk, jenis, isi formulir yang dipergunakan untuk pelaksanaan penagihan pajak Daerah
ditetapkan dengan Peraturan Bupati.
BAB X
PENGURANGAN, KERINGANAN DAN
PEMBEBASAN PAJAK
Pasal 25
(1) Bupati berdasarkan permohonan wajib pajak dapat memberikan pengurangan, keringanan dan
pembebasan pajak.
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009
477
(2) Tata cara pemberian pengurangan, keringanan dan pembebasan pajak sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) ditetapkan dengan Peraturan Bupati.
BAB XI
TATA CARA PEMBETULAN, PEMBATALAN,
PENGURANGAN KETETAPAN DAN PENGHAPUSAN
ATAU PENGURANGAN SANKSI ADMINISTRASI
Pasal 26
(1) Bupati karena jabatan atau atas permohonan wajib pajak dapat :
a. Membetulkan SKPD dan SKPDKB atau STPD yang dalam penerbitannya terdapat
kesalahan tulis, kesalahan hitung, dan atau kekeliruan dalam penerapan Peraturan
Perundang-undangan perpajakan daerah.
b. Membatalkan atau mengurangkan ketetapan pajak yang benar.
c. Mengurangkan atau menghapus sanksi administrasi berupa bunga, denda dan kenaikan
pajak yang terutang karena kehilafan wajib pajak atau bukan karena kesalahannya.
(2) Permohonan pembetulan, pembatalan pengurangan ketetapan dan penghapusan atau
pengurangan sanksi administrasi atas SKPD dan SKPDKB atau SKPDKBT atau STPD
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus disampaikan secara tertulis oleh wajib pajak
kepada Bupati atau Pejabat selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari sejak tanggal diterima
SKPD dan SKPDKB atau SKPDKBT atau STPD dengan alasan jelas.
(3) Bupati atau Pejabat paling lambat 3 (tiga) bulan sejak surat permohonan sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) diterima, sudah harus memberikan keputusan.
(4) Apabila setelah lewat waktu 3 (tiga) bulan sebagaimana dimaksud ayat (3) Bupati atau Pejabat
tidak memberikan keputusan, permohonan pembetulan, pembatalan, pengurangan sanksi
administrasi dianggap dikabulkan.
BAB XII
KEBERATAN DAN BANDING
Pasal 27
(1) Wajib pajak dapat mengajukan keberatan hanya kepada Bupati atau Pejabat atas suatu :
b. SKPD;
c. SKPDKB;
d. SKPDKBT;
e. SKPDLB;
f. SKPDN;
(2) Permohonan keberatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus disampaikan secara tertulis
dalam Bahasa Indonesia paling lama 3 (tiga) bulan sejak tanggal SKPD, SKPDKB, SKPDKBT
atau STPD diterima oleh wajib pajak, kecuali apabila wajib pajak dapat menunjukan bahwa
jangka waktu itu tidak dapat dipenuhi karena keadaan diluar kekuasaan;
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009
478
(3) Bupati atau Pejabat dalam jangka waktu paling lama 12 (dua belas) bulan sejak tanggal surat
permohonan keberatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diterima, sudah memberikan
keputusan;
(4) Apabila setelah lewat waktu 12 (dua belas) bulan sebagaimana dimaksud ayat (3) Bupati atau
Pejabat tidak memberikan keputusan, permohonan keberatan dianggap dikabulkan.
(5) Pengajuan keberatan sebagaimana dimaksud ayat (1) tidak menunda kewajiban membayar
pajak.
Pasal 28
(1) Wajib Pajak dapat mengajukan Banding kepada Badan Penyelesaian Sengketa Pajak dalam
jangka waktu 3 (tiga) bulan setelah diterimanya Surat Keputusan Keberatan.
(2) Pengajuan banding sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak menunda kewajiban membayar
pajak.
Pasal 29
Apabila pengajuan keberatan sebagaimana dimaksud pasal 27 atau banding sebagaimana
dimaksud pasal 28 dikabulkan sebagian atau seluruhnya kelebihan pembayaran pajak
dikembalikan dengan ditambah imbalan bunga sebesar 2 % (dua persen) sebulan untuk paling
lama 24 (dua puluh empat) bulan.
BAB XIII
PENGEMBALIAN KELEBIHAN PEMBAYARAN PAJAK
Pasal 30
(1) Wajib pajak dapat mengajukan permohonan pengembalian kelebihan pembayaran pajak
kepada Bupati atau Pejabat secara tertulis dengan menyebutkan sekurang-kurangnya :
a.
Naman dan Alamat Wajib Pajak;
b.
Masa Pajak;
c.
Besarnya Kelebihan Pajak;
d.
Alasan yang jelas.
(2) Bupati atau Pejabat dalam jangka waktu paling lama 12 (dua belas) bulan sejak diterimanya
permohonan pengembalian kelebihan pembayaran pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
harus memberikan keputusan;
(3) Apabila jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilampaui Bupati atau Pejabat
tidak memberikan keputusan, permohonan pengembalian kelebihan pembayaran pajak
dianggap dikabulkan dan SKRDLB harus diterbitkan dalam jangka waktu paling lama 1 (satu)
bulan;
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009
479
(4) Apabila wajib pajak mempunyai utang pajak lainnya, kelebihan pembayaran pajak
sebagaimana dimaksud ayat (2) langsung diperhitungkan akan melunasi terlebih dahulu utang
pajak dimaksud;
(5) Pengembalian kelebihan pembayaran pajak dilakukan dalam waktu paling lama 2 (dua) bulan
sejak diterbitkannya SKPDLB dengan menerbitkan Surat Perintah Membayar Kelebihan Pajak
(SPMKP);
(6) Apabila Pengembalian kelebihan pembayaran pajak dilakukan setelah lewat jangka waktu 2
(dua) bulan, sejak diterbitkannya SKPDLB, Bupati atau Pejabat memberikan imbalan bunga
sebesar 2 % sebulan atas keterlambatan pembayaran kelebihan pajak.
Pasal 31
Apabila kelebihan pembayaran pajak diperhitungkan dengan utang pajak lainnya, sebagaimana
dimaksud dalam pasal 26 ayat (4) pembayaran dilakukan dengan cara pemindahbukuan dan bukti
pemindahbukuan juga berlaku sebagai bukti pembayaran.
BAB XIV
KADALUARSA
Pasal 32
(1) Hak untuk melakukan penagihan pajak, kadaluarsa setelah melampaui jangka waktu 5 (lima)
tahun terhitung sejak saat terutangnya pajak, kecuali apabila wajib pajak melakukan tindak
pidana dibidang perpajakan daerah.
(2) Kadaluarsa penagihan pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tertangguh apabila :
a. Diterbitkan Surat Teguran dan Surat Paksa atau;
b. Ada pengakuan utang pajak dari wajib pajak baik langsung maupun tidak langsung.
BAB XV
BIAYA PEMUNGUTAN
Pasal 33
(1) Biaya pemungutan Pajak Penerangan Jalan sebesar 5 % (lima persen) dari realisasi penerimaan
pajak Penerangan Jalan.
(2) Biaya Pemungutan dan alokasinya akan diatur lebih lanjut dalam Naskah Kerjasama antara
Pemerintah Daerah dan PT. PLN Ranting Nanga Bulik tentang Pemungutan dan Penyetoran
Pajak Penggunaan Tenaga Listrik dan Pembayaran Rekening Listrik oleh Pemerintah Daerah
dengan ketentuan 70 % (tujuh puluh persen) untuk Pemerintah Daerah.
BAB XVI
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009
480
KETENTUAN PIDANA
Pasal 34
(1) Penyelenggaraan Penerangan Jalan Umum Swadaya milik masyarakat yang tidak memiliki
izin sebagaimana diatur pada pasal 3 ayat (3), diancam dengan pidana kurungan selamalamanya 6 (enam) bulan dan denda setinggi-tingginya Rp. 5.000.000,- (lima juta rupiah);
(2) Tindak Pidana sebagaimana dimaksud ayat (1) adalah pelanggaran;
(3) Wajib Pajak yang karena kealpaannya tidak menyampaikan SPTPD atau mengisi dengan tidak
benar sehingga merugikan Keuangan Daerah dapat dipidana dengan pidana kurungan paling
lama 1 (satu) tahun dan atau denda paling banyak 2 (dua) kali jumlah pajak yang terutang;
(4) Wajib Pajak yang dengan sengaja tidak menyampaikan SPTPD atau mengisi dengan tidak
benar atau tidak lengkap atau melampirkan keterangan yang tidak benar sehingga merugikan
Keuangan Daerah dapat dipidana dengan pidana penjara paling lama 2 (dua) tahun dan atau
denda paling banyak 4 (empat) kali jumlah yang terutang.
Pasal 35
Tindak Pidana sebagaimana dimaksud dalam pasal 32 tidak dituntut setelah melampaui jangka
waktu 10 (sepuluh) tahun sejak saat terutangnya pajak atau berakhirnya masa pajak atau
berakhirnya bagian tahun pajak.
BAB XVII
PENYIDIKAN
Pasal 36
(1) Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu dilingkungan Pemerintah Daerah diberi wewenang
khusus sebagai penyidik tindak pidana dibidang Pajak Daerah sebagaimana dimaksud dalam
Undang-undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana;
(2) Wewenang Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah :
a. Menerima, mencari, mengumpulkan dan meneliti keterangan atau laporan berkenaan
dengan tindak pidana dibidang pajak Daerah agar keterangan atau laporan tersebut menjadi
lengkap dan jelas.
b. Meneliti, mencari dan mengumpulkan keterangan mengenai orang pribadi atau badan
tentang kebenaran perbuatan yang dilakukan sehubungan dengan tindak pidana Pajak
Daerah;
c. Meminta keterangan dan bahan bukti dari orang pribadi atau badan sehubungan dengan
tindak pidana dibidang Retribusi Daerah;
d. Memeriksa buku-buku, catatan-catatan dan dokumen-dokumen lain berkenaan dengan
tindak pidana dibidang Pajak Daerah;
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009
481
BAB XIX
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 38
Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
482
: Nanga Bulik
: 21 Oktober 2006
PE N J E LASAN
ATAS
PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMANDAU
NOMOR 12 TAHUN 2006
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009
483
TENTANG
PENERANGAN JALAN UMUM
DAN PAJAK PENGGUNAAN TENAGA LISTRIK
I.
PENJELASAN UMUM.
Sebagai wujud pembangunan yang telah dilaksanakan selama kurun waktu kurang lebih 3
Tahun di Kabupaten Lamandau telah mulai memberikan hasil yang cukup baik, mulai dari
pembangunan sarana dan prasarana perkantoran, peningkatan perekonominan yang mencakup
seluruh kegiatan yang ada dalam masyarakat. Maka diperlukannya dukungan dari seluruh
masyarakat untuk dapat menunjang kesuksesan program pemerintah tersebut. Yang salah
satunya adalah taat membayar pajak sebagaimana yang diamanatkan Undang-undang Nomor
18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah salah satunya melalui pajak
penggunaan tenaga listrik.
Untuk maksud diatas Pemerintah mengambil kebijakan untuk membentuk dan menetapkan
Peraturan Daerah Kabupaten Lamandau khusus masalah pajak penggunaan tenaga listrik yang
tujuannya untuk menciptakan keindahan kota serta ,perlu adanya penertiban dan penetapan
penerangan jalan umum yang disesuaikan dengan situasi dan kondisi Kabupaten Lamandau.
484
Ayat
Ayat
Ayat
Ayat
Cukup Jelas
(4)
Cukup Jelas
(5)
Cukup Jelas
(6)
Cukup Jelas
(7)
Cukup Jelas
Pasal 4
Ayat (1)
Cukup Jelas
Ayat (2)
Cukup Jelas
Ayat (3)
Cukup Jelas
Pasal 5
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan PPTL adalah Pajak Penggunaan Tenaga Listrik
Ayat (2)
Setiap benda yang mempergunakan tenaga listrik menjadi objek pajak.
Ayat (3)
Cukup Jelas
Pasal 6
Cukup Jelas
Pasal 7
Ayat (1)
Setiap orang atau badan yang mempergunakan tenaga listrik menjadi subjek
pajak.
Ayat (2)
Cukup Jelas
Pasal 8
Ayat (1)
Cukup Jelas
Ayat (2)
Cukup Jelas
Ayat (3)
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009
485
Cukup Jelas
Pasal 9
Ayat (1)
Cukup Jelas
Pasal 10
Ayat (1)
Cukup Jelas
Ayat (2)
Cukup Jelas
Pasal 11
Cukup Jelas
Pasal 12
Cukup Jelas
Pasal 13
Ayat (1)
Cukup Jelas
Ayat (2)
Cukup Jelas
Ayat (3)
Cukup Jelas
Ayat (4)
Cukup Jelas
Ayat (5)
Cukup Jelas
Pasal 14
Ayat (1)
Cukup Jelas
Ayat (2)
Cukup Jelas
Ayat (3)
Cukup Jelas
Pasal 15
Ayat (1)
Cukup Jelas
Ayat (2)
Cukup Jelas
Ayat (3)
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009
486
Cukup Jelas
Ayat (4)
Cukup Jelas
Ayat (5)
Cukup Jelas
Ayat (6)
Cukup Jelas
Ayat (7)
Cukup Jelas
Pasal 16
Ayat (1)
Cukup Jelas
Ayat (2)
Cukup Jelas
Ayat (3)
Cukup Jelas
Pasal 17
Ayat (1)
Cukup Jelas
Ayat (2)
Cukup Jelas
Ayat (3)
Cukup Jelas
Ayat (4)
Cukup Jelas
Ayat (5)
Cukup Jelas
Pasal 18
Ayat (1)
Cukup Jelas
Ayat (2)
Cukup Jelas
Pasal 19
Ayat (1)
Cukup Jelas
Ayat (2)
Cukup Jelas
Ayat (3)
Cukup Jelas
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009
487
Pasal 20
Ayat (1)
Cukup Jelas
Ayat (2)
Cukup Jelas
Pasal 21
Cukup Jelas
Pasal 22
Cukup Jelas
Pasal 23
Cukup Jelas
Pasal 24
Cukup Jelas
Pasal 25
Ayat (1)
Pengurangan, keringanan dan pembebasan pajak oleh Bupati berdasarkan
keadaan wajib pajak yang disertai bukti bukti pendukung yang kuat.
Ayat (2)
Cukup Jelas
Pasal 26
Ayat (1)
Cukup Jelas
Ayat (2)
Cukup Jelas
Ayat (3)
Keputusan dimaksud adalah keputusan untuk menerima atau menolak
permohonan dari wajib pajak.
Ayat (4)
Cukup Jelas
Pasal 27
Ayat (1)
Cukup Jelas
Ayat (2)
Cukup Jelas
Ayat (3)
Cukup Jelas
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009
488
Ayat (4)
Cukup Jelas
Ayat (5)
Selama pengajuan keberatan oleh wajib pajak segala kewajiban wajib pajak
terhadap penggunaan tenaga listrik tetap diperhitungkan.
Pasal 28
Ayat (1)
Cukup Jelas
Ayat (2)
Cukup Jelas
Pasal 29
Cukup Jelas
Pasal 30
Ayat (1)
Cukup Jelas
Ayat (2)
Cukup Jelas
Ayat (3)
Cukup Jelas
Ayat (4)
Cukup Jelas
Ayat (5)
Cukup Jelas
Ayat (6)
Cukup Jelas
Pasal 31
Cukup Jelas
Pasal 32
Ayat (1)
Cukup Jelas
Ayat (2)
Cukup Jelas
Pasal 33
Ayat (1)
Cukup Jelas
Ayat (2)
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009
489
Cukup Jelas
Pasal 34
Ayat (1)
Cukup Jelas
Ayat (2)
Cukup Jelas
Ayat (3)
Cukup Jelas
Ayat (4)
Cukup Jelas
Pasal 35
Cukup Jelas
Pasal 36
Ayat (1)
Cukup Jelas
Ayat (2)
Cukup Jelas
Ayat (3)
Cukup Jelas
Pasal 37
Cukup Jelas
Pasal 38
Cukup Jelas
490
Mengingat
a.
b.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
491
9.
10. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 174 Tahun 1997 tentang Pedoman
Tata Cara Pemungutan Retribusi Daerah;
11. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 175 Tahun 1997 tentang Tata
Cara Pemeriksaan dibidang Retribusi Daerah.
12. Perda Nomor 12 Tahun 2004 tentang Perubahan Pertama atas Peraturan
Daerah Kabupaten Lamandau Nomor 03 Tahun 2004 tentang Kelembagaan
Struktur Organisasi, Tugas Pokok dan Tata Kerja Perangkat Daerah
Kabupaten Lamandau (Lembaran Daerah Kabupaten Lamandau Tahun 2004
Nomor 4 Seri C).
Dengan Persetujuan Bersama
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH
KABUPATEN LAMANDAU
dan
BUPATI LAMANDAU
MEMUTUSKAN :
Menetapkan
492
2. Pemerintah Daerah adalah Bupati dan Perangkat Daerah sebagai unsur penyelenggaraan
Pemerintah Daerah Kabupaten Lamandau;
3. Pemerintahan Daerah adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh Pemerintah Daerah
dan DPRD menurut asas otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsif otonomi seluasluasnya dalam sistem dan prinsif Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud
dalam Undang-undang Dasar Negara RI Tahun 1945;
4. Daerah adalah Kabupaten Lamandau;
5. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya disebut DPRD adalah Lembaga
Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Lamandau sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan
Daerah;
6. Peraturan Bupati adalah Peraturan Bupati Lamandau;
7. Retribusi Jasa Usaha adalah Retribusi atas jasa yang disediakan oleh Pemerintah Daerah
dengan menganut prinsip komersial karena pada dasarnya dapat pula disediakan oleh sektor
swasta;
8. Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah yang selanjutnya disebut Retribusi adalah Pembayaran
atas Pelayanan Pemakaian Kekayaan Daerah antara lain pemakaian tanah dan bangunan,
pemakaian ruang pesta, pemakaian kendaraan-kendaraan, alat-alat berat milik Pemerintah;
9. Wajib Retribusi adalah orang pribadi atau badan yang menurut Peraturan Perundang-undangan
Retribusi diwajibkan untuk melakukan pembayaran retribusi;
10. Masa retribusi adalah suatu jangka waktu tertentu yang merupakan batas waktu bagi wajib
retribusi untuk memanfaatkan kekayaan daerah;
11. Surat ketetapan retribusi daerah yang selanjutnya disingkat SKRD adalah surat keputusan yang
menentukan besarnya jumlah retribusi yang terutang;
12. Surat tagihan retribusi daerah yang selanjutnya disingkat STRD adalah surat untuk melakukan
tagihan retribusi dan atau sanksi administrasi berupa bunga lain dan atau denda;
13. Badan adalah suatu bentuk badan usaha yang meliputi Perseroan Terbatas (PT) persekutuan
komenditer (CV), Firma (PD) perseroan lainnya, Badan Usaha Milik Negara atau Daerah
dengan nama dan bentuk apapun, persekutuan, perkumpulan, kongsi, koperasi atau organisasi
yang sejenis serta badan usaha lainnya.
14. Pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan untuk mencari, mengumpulkan, mengolah data dan
atau keterangan lainnya dalam rangka pengawasan kepatuhan pemenuhan kewajiban retribusi
daerah berdasarkan peraturan perundang-undangan retribusi daerah;
15. Penyidikan tindak pidana dibidang retribusi daerah adalah serangkaian tindakan yang
dilakukan oleh penyidik Pegawai Negeri Sipil yang selanjutnya disebut penyidik, untuk
mencari serta mengumpulkan bukti yang dengan bukti itu membuat terang tindak pidana
dibidang retribusi daerah yang terjadi serta menemukan tersangkanya.
BAB II
NAMA OBJEK DAN SUBJEK RETRIBUSI
Pasal 2
493
Dengan nama Retribusi pemakaian Kekayaan Daerah dipungut Retribusi sebagai pembayaran atas
pemakaian kekayaan daerah.
Pasal 3
(1) Objek Retribusi adalah pelayanan pemberian hak Pemakaian Kekayaan Daerah untuk jangka
waktu tertentu meliputi :
a. Pemakaian tanah;
b. Pemakaian bangunan;
c. Pemakaian ruangan;
d. Pemakaian kendaraan/alat-alat berat;
e. Mobil ambulance;
f. Pemakaian kekayaaan daerah lainnya selain tersebut huruf a s/d e ayat ini.
(2) Tidak termasuk objek retribusi adalah pemakaian kekayaan daerah yang dimiliki dan atau
dikelola oleh Pemerintah Kecamatan, pemakaian kekayaan daerah untuk pelayanan umum,
antara lain untuk pemeriksaan daging inport dan pengujian hasil mutu.
Pasal 4
Subjek retribusi pemakaian kekayaan daerah adalah orang pribadi atau Badan yang memperoleh
hak untuk penggunaan kekayaan daerah.
BAB III
GOLONGAN RETRIBUSI
Pasal 5
Retribusi pemakaian kekayaan daerah digolongkan sebagai retribusi Jasa Usaha.
BAB IV
CARA MENGUKUR TINGKAT PENGGUNAAN USAHA
Pasal 6
Tingkat penggunaan jasa diukur berdasarkan jangka waktu pemakaian kekayaan daerah.
BAB V
PRINSIP DAN SASARAN DALAM PENETAPAN STRUKTUR
DAN BESARNYA TARIF
Pasal 7
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009
494
Prinsip dan sasaran dalam struktur dan besarnya tarif retribusi adalah didasarkan pada tujuan
memperoleh keuntungan yang layak sebagaimana keuntungan yang pantas diterima oleh
pengusaha sejenis yang beroperasi secara efisien dan berorientasi pada harga pasar.
BAB VI
STRUKTUR DAN BESARNYA TARIF RETRIBUSI
Pasal 8
(1) Tarif retribusi digolongkan berdasarkan jenis kekayaan yang digunakan dan jangka waktu
pemakaian;
(2) Besarnya tarif ditetapkan berdasarkan tarif pasar yang berlaku diwilayah daerah atau
sekitarnya;
(3) Dalam hal tarif pasar yang berlaku sulit ditemukan diperoleh, maka tarif ditetapkan sebagai
jumlah pembayaran persatuan unit pelayanan/jasa yang melupakan jumlah unsur-unsur tarif
yang meliputi :
a. Unsur biaya persatuan penyediaan jasa;
b. Unsur keuntungan yang dikehendaki persatuan jasa
(4) Biaya sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf a pasal ini meliputi :
a. Biaya operasional langsung yang meliputi biaya Pegawai termasuk pegawai tidak tetap,
belanja barang, belanja pemeliharaan, sewa tanah dan bangunan, biaya listrik dan semua
biaya rutin/periodik lainnya yang berkaitan langsung dengan penyediaan jasa;
b. Biaya tidak langsung yang meliputi biaya administrasi umum, dan biaya lainnya yang
mendukung penyediaan jasa;
c. Biaya modal yang berkaitan dengan tersedianya aktiva tetap dan aktiva lainnya yang
berjangka menengah dan panjang yang meliputi angsuran bunga pinjaman nilai sewa tanah
dan bangunan, serta penyusutan;
d. Biaya-biaya lainnya yang berhubungan dengan penyediaan jasa seperti bunga atas
pinjaman jangka pendek.
(5) Keuntungan sebagaimana dimaksud ayat (3) huruf b pasal ini ditetapkan dalam prosentase
tertentu dari total biaya sebagaimana dimaksud pada ayat (4) pasal ini dan dari modal;
(6) Struktur dan besarnya tarif sebagaimana dimaksud pada ayat (1), (2) dan (3) pasal ini
ditetapkan sebagai berikut :
- Bangunan Tanah :
2) Retribusi tanah untuk pemasangan sarana/media luar ruang sebesar Rp. 600.000,-/tahun
3) Retribusi tanah yang digunakan untuk berjualan tanaman hias, ukiran dan patungpatung kesenian sebesar Rp. 25.000,-/M2/tahun
4) Retribusi tanah yang dipergunakan untuk berjualan usaha dan tempat tinggal sebesar
Rp. 0,5 % x harga tanah/tahun :
- Penggunaan gedung/bangunan
1) Gedung stadion olah raga sebesar Rp. 50.000/bulan
2) Gedung balai kecamatan sebesar Rp. 20.000/bulan
3) Gedung balai Kelurahan sebesar: Rp. 10.000/bulan
4) Gedung sekolah
a. Untuk sekolah sebesar/bulan : Rp. 25.000
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009
495
496
2. Retribusi terutang terjadi pada saat diterbitkannya SKRD atau dokumen lain yang
dipersamakan.
BAB IX
TATA CARA PEMUNGUTAN
Pasal 11
(1) Pemungutan retribusi tidak dapat diborongkan;
(2) Retribusi dipungut dengan menggunakan SKRD atau dokumen lainnya yang dipersamakan.
BAB X
SANKSI ADMINISTRASI
Pasal 12
Dalam hal wajib retribusi, tidak membayar tepat pada waktunya atau kurang membayar,
dikenakan sanksi administrasi bunga sebesar 2 % (dua persen) setiap bulan dari retribusi yang
terutang atau kurang dibayar dan ditagih dengan menggunakan STRD.
BAB XI
TATA CARA PEMBAYARAN
Pasal 13
(1) Pembayaran retribusi yang terutang harus dilunasi sekaligus.
(2) Retribusi yang terutang dilunasi selambat-lambatnya 15 (lima belas) hari sejak diterbitkannya
SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan, SKRDKBT dan STRD.
(3) Tata cara pembayaran, penyetoran dan tempat pembayaran retribusi diatur dengan Peraturan
Bupati
BAB XII
TATA CARA PENAGIHAN
Pasal 14
(1) Pelaksanaan penagihan retribusi dikeluarkan setelah 7 (tujuh) hari sejak jatuh tempo
pembayaran dengan mengeluarkan surat bayar/penyetoran atau surat lainnya yang sejenis
sebagai awal tindakan pelaksanaan.
(2) Dalam jangka waktu 7 (tujuh) hari setelah tanggal surat teguran/peringatan/surat lain yang
sejenis, wajib retribusi harus melunasi retribusi yang terutang.
(3) Surat teguran/penyetoran atau surat lainnya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pasal ini
dilakukan oleh Pejabat yang ditunjuk.
BAB XIII
PENGURANGAN, KERINGANAN DAN PEMBEBASAN RETRIBUSI
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009
497
Pasal 15
(1) Bupati/Kepala Daerah dapat memberikan pengurangan, keringanan dan pembebasan retribusi;
(2) Pengurangan, keringanan dan pembebasan retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pasal
ini dapat diberikan pada wajib retribusi antara lain lembaga sosial untuk mengangsur kegiatan
sosial bencana alam
(3) Tata cara pengurangan, keringanan dan pembebasan retribusi ditetapkan dengan Peraturan
Bupati.
BAB XIV
KADALUARSA PENAGIHAN
Pasal 16
(1) Hal untuk melakukan penagihan retribusi kadaluarsa setelah melampaui jangka waktu 3 (tiga)
tahun terhitung sejak saat terutangnya retribusi, kecuali apabila wajib retribusi melakukan
tindak pidana dibidang retribusi.
(2) Kadaluarsa penagihan retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pasal ini ditangguhkan
apabila :
a. Diterbitkan surat teguran, atau
b. Ada pengakuan utang retribusi dari wajib retribusi baik langsung maupun tidak langsung
BAB VX
KETENTUAN PIDANA
Pasal 17
(1) Wajib retribusi yang tidak melakukan kewajibannya sehingga merugikan keuangan daerah
diancam pidana kurungan paling lama 6 (enam) bulan atau denda paling banyak 4 (empat) kali
jumlah retribusi yang terutang.
(2) Tindak pidana yang dimaksud pada ayat (1) pasal ini adalah pelanggaran.
BAB XVI
PENYIDIKAN
Pasal 18
(1) Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu dilingkungan Pemerintah Daerah diberi wewenang
khusus sebagai penyidik untuk melakukan penyidikan tindak pidana dibidang retribusi daerah.
(2) Wewenang penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pasal ini adalah :
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009
498
499
Pasal 21
Peraturan Daerah ini berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar setiap orang dapat mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini
dengan menempatkannya dalam Lembaran Daerah Pemerintah Kabupaten Lamandau.
Ditetapkan di
Pada Tanggal
: Nanga Bulik
: 21 Oktober 2006
PE N J E LASAN
ATAS
PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMANDAU
NOMOR 13 TAHUN 2006
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009
500
TENTANG
RETRIBUSI PEMAKAIAN KEKAYAAN DAERAH
I.
PENJELASAN UMUM
Bahwa sesuai dengan azas otonomi daerah yang luas nyata dan bertanggung jawab,
maka daerah diharapkan dapat dan mampu untuk membiayai kepentingan daerah. Untuk
maksud tersebut diatas maka daerah berusaha untuk menggali Pendapatan Asli Daerah dari
berbagai bidang sesuai dengan kewenangan yang ada pada daerah dengan tetap
memperhatikan azas kepatutan, kewajaran serta beban yang adil bagi masyarakat
khususnya yang menjadi obyek dan subyek dari pajak/ retribusi itu sendiri.
Sesuai dengan penjelasan umum Undang undang nomor 34 Tahun 2000 bahwa
pada prinsipnya pendapatan asli daerah antara lain dari pajak dan retribusi daerah
diharapkan dapat menjadi salah satu sumber pembiayaan penyelenggaraan Pemerintah dan
Pembangunan sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan rakyat, dengan demikian daerah
mampu melaksanakan otonomi daerah seluas-luasnya.
501
Disamping itu Peraturan Daerah ini mengatur besarnya tarif retribusi, Wilayah
pemungutan, saat retribusi terutang, tata cara pemungutan, sanksi, tata cara pembayaran
dan penagihan dan pengurangan, keringanan dan pembesan retribusi.
Dalam hal ini diharapkan dari Peraturan Daerah tentang retribusi Pemakaian
Kekayaan Daerah dapat memberikan masukan yang besar bagi pendapatan asli daerah
sehingga dari hasil tersebut dapat memberikan kesejahteraan bagi kehidupan masyarakat.
II.
502
Ayat
Ayat
Ayat
Ayat
Ayat
Cukup Jelas
(2)
Cukup Jelas
(3)
Cukup Jelas
(4)
Cukup Jelas
(5)
Cukup Jelas
(6)
Cukup Jelas
Pasal 9
Cukup Jelas
Pasal 10
Ayat (1)
Cukup Jelas
Ayat (2)
Cukup Jelas
Pasal 11
Ayat (1)
Cukup Jelas
Ayat (2)
Cukup Jelas
Pasal 12
Cukup Jelas
Pasal 13
Ayat (1)
Cukup Jelas
Ayat (2)
Cukup Jelas
Ayat (3)
Cukup Jelas
Pasal 14
Ayat (1)
Cukup Jelas
Ayat (2)
Cukup Jelas
Ayat (3)
Cukup Jelas
Pasal 15
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009
503
Ayat (1)
Cukup Jelas
Ayat (2)
Cukup Jelas
Ayat (3)
Cukup Jelas
Pasal 16
Ayat (1)
Cukup Jelas
Ayat (2)
Cukup Jelas
Pasal 17
Ayat (1)
Cukup Jelas
Ayat (2)
Cukup Jelas
Pasal 18
Ayat (1)
Cukup Jelas
Ayat (2)
Cukup Jelas
Ayat (3)
Cukup Jelas
Pasal 19
Cukup Jelas
Pasal 20
Cukup Jelas
Pasal 21
Cukup Jelas
504
505
Mengingat
a.
b.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
506
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
507
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.
508
KABUPATEN LAMANDAU
dan
BUPATI LAMANDAU
MEMUTUSKAN :
Menetapkan
509
13. Reklamasi adalah setiap pekerjaan yang bertujuan untuk memperbaiki, mengembalikan
pemanfaatan atau meningkatkan daya guna lahan yang diakibatkan oleh usaha pertambangan
umum;
14. Konservasi sumberdaya alam adalah pengolahan sumberdaya alam yang menjamin
pemanfaatannya secara bijak dan menjamin kesinambungan persediaannya dengan tetap
memelihara dan meningkatkan kualitas nilai dan keanekaragamannya;
15. Izin usaha pertambangan adalah Izin usaha yang berisikan kewenangan, kewajiban dan hak
untuk melakukan semua atau sebagian tahap kegiatan Pertambangan Umum yang terdiri dari :
- Kuasa Pertambangan (KP)
- Kontrak Karya (KK)
- Perjanjian Karya Pengusahaan Pertambangan Batubara (PKP2B)
16. Kuasa Pertambangan (KP) adalah kewenangan yang diberikan kepada badan hukum atau
perseorangan untuk melaksanakan usaha pertambangan.
17. Kontrak Karya (KK) adalah suatu perjanjian antara Pemerintah Republik Indonesia dengan
perusahaan hukum Indonesia yang didirikan dalam rangka PMA atau PMDN untuk
melaksanakan usaha Pertambangan bahan galian, tidak termasuk minyak bumi, gas alam,
panas bumi, radioaktif dan batubara.
18. Perjanjian Karya Pengusahaan Pertambangan Batubara (PKP2B) adalah suatu perjanjian
antara Pemerintah RI dengan perusahaan kontraktor swasta yang didirikan dalam rangka PMA
atau PMDN untuk melaksanakan pengusahaan bahan galian batubara.
19. Pungutan Daerah adalah pungutan yang wajib dibayar kepada Daerah sebagai pembayaran
atau hak usaha pertambangan yang diberikan, terdiri dari :
- Pajak Daerah;
- Pencadangan Areal;
- Pungutan lainnya.
20. Pungutan Negara adalah pungutan yang wajib dibayar kepada Negara melalui Kas Negara
sebagai pembayaran atas hak usaha pertambangan yang diberikan.
21. Pajak Daerah selanjutnya disebut Pajak iuran wajib yang dilakukan oleh orang pribadi atau
badan kepada daerah tanpa imbalan langsung yang seimbang, yang dapat dipaksakan
berdasarkan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku, yang digunakan untuk membiayai
penyelenggaraan Pemerintahan Daerah dan pembangunan daerah.
22. Retribusi Daerah, yang selanjutnya disebut Retribusi, adalah Pungutan Daerah sebagai
pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan/atau diberikan
oleh Pemerintah Daerah untuk kepentingan orang pribadi atau badan.
23. Pungutan lainnya adalah pungutan yang wajib dibayar kepada Pemerintah Daerah atas
pemanfaatan fasilitas-fasilitas umu dan penggunaan peralatan untuk menunjang kegiatan
pertambangan.
24. Badan Usaha adalah suatu bentuk badan yang meliputi perseroan terbatas, perseroan
komanditer, bentuk usaha tetap serta bentuk usaha lainnya.
25. Hak Tanah adalah hak atas sebidang tanah pada permukaan bumi menurut hukum Indonesia.
26. Bahan galian adalah unsur-unsur kimia, mineral-mineral, bijih-bijih dan segala macam batuan
27. termasuk batu-batu mulia yang termasuk endapan-endapan alam.
28. Pengangkutan adalah segala kegiatan memindahkan bahan galian dari tempat eksploitasi atau
pengolahan/pemurnian.
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009
510
29. Wilayah pertambangan adalah seluruh lokasi kegiatan penambangan dan lokasi fasilitas
penunjang kegiatan penambangan.
30. Pertambangan Rakyat adalah semua atau sebagian kegiatan pertambangan yang dilakukan oleh
rakyat setempat secara kecil-kecilan atau secara gotong royong dalam lokasi yang sama.
31. Pencadangan Wilayah adalah pengecekan ketersediaan dan penetapan suatu wilayah yang akan
dimohon sebagai wilayah izin usaha pertambangan umum.
32. Iuran Tetap ialah iuran yang dibayarkan kepada Negara/Daerah sebagai imbalan atas
kesempatan Penyelidikan Umum, Eksplorasi atau Eksploitasi pada suatu wilayah Kuasa
Pertambangan.
33. Iuran Eksplorasi ialah iuran produksi yang dibayarkan kepada Negara/Daerah dalam hal
pemegang Kuasa Pertambangan Eksplorasi mendapat hasil berupa bahan galian yang tergali
atas kesempatan eksplorasi yang diberikan kepadanya.
34. Iuran Eksploitasi ialah Iuran Produksi yang dibayarkan kepada Negara/Daerah atas hasil yang
diperoleh dari usaha pertambangan eksploitasi sesuatu atau lebih bahan galian.
BAB II
WEWENANG DAN TANGGUNG JAWAB URUSAN
DIBIDANG USAHA PERTAMBANGAN UMUM
Pasal 2
Kewenangan dan tanggung jawab penyelenggaraan urusan dibidang usaha pertambangan umum
dilakukan oleh Bupati.
Pasal 3
(1) Penyelenggaraan urusan pemerintah dibidang pertambangan umum sebagaimana dimaksud
dalam pasal 2 Peraturan Daerah ini meliputi :
a. Pengaturan.
b. Perizinan.
c. Pembinaan dan Pengawasan.
d. Evaluasi dan pelaporan.
(2) Kewenangan dan tanggung jawab Pemerintah Daerah dalam penyelenggaraan tugas
Pemerintah dibidang usaha pertambangan umum meliputi :
a. Mengatur, mengurus, membina dan mengembangkan kegiatan usaha pertambangan umum.
b. Melakukan kegiatan survey, inventarisasi dan pemetaan terhadap bahan galian golongan A,
B dan C.
c. Pengembangan dan penetapan prosedur persyaratan pemberian izin.
d. Pengembangan dan penetapan prosedur pelaksanaan pembinaan, pengawasan dan
pemeriksaan;
e. Mengatur dan menetapkan tata cara penyusunan organisasi kantor pertambangan.
f. Mengatur dan menetapkan kompetensi jabatan pada organisasi kantor pertambangan.
g. Mengatur dan menetapkan tata cara pengelolaan informasi energi dan sumberdaya mineral
didaerah.
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009
511
512
513
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
g. Badan Hukum Swasta yang modalnya berasal dari kerjasama antara Badan Usaha dan
Perorangan sebagaimana tercantum dalam huruf a,b, c, d dan e.
Bagi Badan Usaha atau Koperasi yang melaksanakan usaha pertambangan wajib mempunyai
kantor didaerah.
Persyaratan, prosedur dan format permohonan perizinan sebagaimana dimaksud ayat (1) pasal
5 Peraturan Daerah ini diatur dengan Peraturan Bupati Bupati.
Kegiatan pertambangan tidak memerlukan izin dari Bupati sebagaimana pasal 5 ayat (1) yaitu
untuk keperluan penelitian dan penyelidikan.
Kegiatan pertambangan untuk keperluan penelitian dan penyelidikan dalam ayat (4) pasal ini
dapat dilakukan setelah mendapat persetujuan dari Bupati dan dapat dilakukan oleh
Instansi/Lembaga Pemerintah dan Swasta yang telah mendapat penugasan Pemerintah untuk
melakukan penelitian dan penyelidikan.
Permohonan untuk memperoleh persetujuan tersebut ayat (5) pasal ini diajukan secara tertulis
kepada Bupati melalui Kantor Pertambangan.
Permohonan sebagaimana dimaksud ayat (6) pasal ini harus dilampirkan data-data mengenai :
a. Maksud dan tujuan kegiatan.
b. Lokasi, jenis bahan galian dan rencana kerja.
c. Pelaksana yang melakukan pekerjaan penelitian dan penyelidikan.
Setiap permohonan persetujuan sebagaimana dimaksud ayat (6) pasal ini hanya dapat diajukan
untuk sekali kegiatan dan jenis bahan galian dalam suatu wilayah dan persetujuan diberikan
untuk selama lamanya 6 (enam) bulan.
Hasil kegiatan sebagaimana dimaksud dalam ayat (5) pasal ini wajib dilaporkan secara tertulis
kepada Bupati melalui Dinas Pertambangan dengan tembusan disampaikan kepada Gubernur
Kalimantan Tengah melalui Dinas Pertambangan dan Energi Propinsi Kalimantan Tengah.
Pasal 7
514
515
516
(1) Izin yang berisikan kewenangan untuk melakukan Usaha Pertambangan Ekploitasi diberikan
oleh Bupati untuk jangka waktu selama-lamanya 30 (tiga puluh) tahun.
(2) Bupati dapat memperpanjang jangka waktu termasuk dalam ayat (1) pasal ini sebanyak 2 (dua)
kali, setiap kalinya untuk jangka waktu paling lama 10 (sepuluh) tahun.
(3) Permintaan perpanjangan harus diajukan paling lambat 3 (tiga) bulan sebelum berakhirnya
jangka waktu yang telah ditetapkan.
Pasal 15
(1) Izin yang berisikan kewenangan untuk melakukan Usaha Pertambangan Rakyat diberikan oleh
Bupati untuk jangka waktu selama-lamanya 5 (lima) tahun.
(2) Bupati dapat memperpanjang jangka waktu termasuk dalam ayat (1) pasal ini sebanyak 2 (dua)
kali, setiap kalinya untuk jangka waktu 3 (tiga) tahun.
(3) Permintaan perpanjangan harus diajukan paling lambat 3 (tiga) bulan sebelum berakhirnya
jangka waktu yang telah ditetapkan.
BAB VII
PENUGASAN PERTAMBANGAN
Pasal 16
(1) Keputusan Penugasan Pertambangan Umum yang merupakan penugasan kepada suatu instansi
Pemerintah untuk melaksanakan usaha pertambangan dalam rangka penelitian/penyelidikan
memuat ketentuan-ketentuan pelaksanaan dari penugasan tersebut;
(2) Apabila dianggap perlu dalam penugasan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) pasal ini
dapat diberikan keringanan- keringanan terhadap kewajiban-kewajiban yang ditentukan dalam
Peraturan Daerah ini;
(3) Apabila dalam penugasan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) pasal ini tidak dicantumkan
ketentuan- ketentuan mengenai keringanan tersebut, maka ketentuan- ketentuan mengenai
kuasa pertambangan dalam Peraturan Daerah ini berlaku sepenuhnya.
BAB VIII
PERTAMBANGAN RAKYAT
Pasal 17
(1) Permohonan Izin Pertambangan Rakyat seperti termaksud dalam pasal 6 (enam) Peraturan
Daerah kepada Bupati;
(2) Bupati dapat memberikan izin usaha pertambangan rakyat pada wilayah yang telah ditetapkan
sebagai wilayah pertambangan rakyat (WPR) selama-lamanya 5 (lima) tahun;
(3) Penetapan WPR sebagaimana dimaksud dalam dalam ayat (2) pasal ini ditetapkan dengan
Keputusan;
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009
517
(4) Bupati dapat membatalkan suatu penetapan WPR untuk kepentingan Negara;
(5) Perizinan pertambangan rakyat hanya diberikan kepada penduduk setempat dan pengaturan
lebih lanjut tentang perijinan pertambangan rakyat akan ditetapkan dengan Keputusan Bupati.
BAB IX
KEWAJIBAN DAN HAK PEMEGANG IZIN
Pasal 18
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(1) Pemegang izin diwajibkan membayar ganti rugi kepada orang pribadi/badan yang memiliki
tanah pada lokasi kegiatan tambang yang nyata-nyata menderita kerugian akibat kegiatan
usaha tambang yang bersangkutan.
(2) Kerugian yang disebabkan oleh usaha-usaha pertambangan oleh 2 (dua) pemegang izin atau
lebih dibebankan kepada mereka bersama-sama
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009
518
Pasal 20
(1) Untuk pemegang izin KP (kecuali IPR), KK, dan PKP2B diwajibkan memberikan pembuktian
kesungguhan kepada Pemerintah Daerah dalam bentuk jaminan kesungguhan;
(2) Besarnya jumlah jaminan kesungguhan sesuai dengan ketentuan yang berlaku perhektar
(3) Tata cara penyetoran dan pencairan jaminan kesungguhan ditetapkan dengan keputusan
Bupati;
(4) Pemegang izin KP, KK dan PKP2B diwajibkan membuat/menyampaikan peta pencadangan
wilayah beserta penjelasannya;
Pasal 21
(1) Pemegang izin berhak :
a. Melaksanakan kegiatan pertambangan sesuai ketentuan dalam izin;
b. Menerima pembinaan dari Pemerintah;
c. Mengajukan keberatan atau keringanan atas penetapan pungutan atau kewajiban lain
disertai alasan-alasan pada keadaan memaksa (force majeure) dan benar-benar telah
melakukan langkah -langkah pengamanan dan mengambil langkah alternatif yang wajar.
d. Menerima penghargaan atas ketaatan kepada Pemerintah.
(2) Pemegang izin mempunyai hak melakukan salah satu atau seluruh kegiatan :
a. Penyelidikan Umum
b. Eksplorasi
c. Study Kelayakan
d. AMDAL, UKL/UPL
e. Konstruksi
f. Izin pengiriman contoh buah batubara, biji besi
g. Eksploitasi/produksi
h. Pengolahan/pemurnian
i. Pengangkutan
j. Penjualan.
BAB X
OBJEK, SUBYEK, DAN BESARNYA PUNGUTAN
Pasal 22
Pendataan, Pencatatan, Penetapan dan Pemungutan pungutan dari kegiatan usaha pertambangan
dilakukan oleh Dinas Pertambangan.
Pasal 23
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009
519
520
(1) Untuk kegiatan usaha pertambangan umum yang dilakukan oleh KK dan PKP2B perhitungan
pungutannya berdasarkan ketentuan dalam kontrak dan atau izin
(2) Kecuali untuk menghitung besarnya pungutan bagi usaha pertambangan diwilayah
pertambangan rakyat (WPR).
(3) Bahan galian emas ditetapkan 5 % dari harga jual dan/atau menurut jumlah mesin untuk
menebang dan kapasitasnya.
Pasal 28
(1) Pungutan atas pertambangan umum harus dilunasi sekaligus setelah subjek pungutan yang
bersangkutan menerima surat ketetapan pungutan (SKP);
(2) Pembayaran pungutan atas produksi yang terlambat dibayar 1 (satu) bulan setelah ditetapkan
SKP dikenakan denda sebesar 5 % (lima perseratus) dari pokok pungutan setiap bulan dan
selama-lamanya 6 (enam) bulan.
(3) Apabila sampai batas waktu sebagaimana dimaksud ayat (2) pasal ini tidak dipenuhi maka
subjek pungutan diberikan peringatan sebanyak 3 (tiga) kali berturut-turut dan apabila tidak
juga dipenuhi maka izin dicabut.
Pasal 29
Bupati dapat memberikan keringanan terhadap subjek pungutan atas permohonan yang
bersangkutan disertai bukti dan alasan-alasan yang dapat dipertanggungjawabkan.
BAB XII
TUMPANG TINDIH WILAYAH
Pasal 30
Dalam hal terjadi tumpang tindih antara kegiatan usaha pertambangan dengan kegiatan selain
usaha pertambangan, maka prioritas peruntukan lahan ditentukan oleh Bupati sesuai dengan
wewenangnya.
BAB XIII
PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP
Pasal 31
(1) Pemerintah Daerah mengupayakan berhasilnya penerapan dan penegakan peraturan
perundang-undangan dibidang lingkungan yang berlaku.
(2) Pemerintah Daerah membina dan mengawasi dalam melaksanakan pengelolaan dan
pemantauan lingkungan yang dilaksanakan oleh pemegang izin sesuai dengan Peraturan
Perundang-undangan yang berlaku.
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009
521
(3) Tugas Pemerintah Daerah sebagaimana maksud ayat (2) pasal ini meliputi pemberian
persetujuan AMDAL (kerangka acuan/KA, AMDAL, RKL dan RPL) UKL-UPL yang disusun
oleh masing-masing Pemegang izin selaku pemeriksa.
Pasal 32
(1) Pemerintah Daerah mewajibkan pemegang izin pada operasi/produksi untuk menyampaikan
laporan rencana tahunan pengelolaan dan pemantauan lingkungan (RTKL) kepada Pemerintah
Daerah;
(2) Pemerintah Daerah mewajibkan pemegang izin sebelum memulai tahap operasi/produksi
untuk menyampaikan laporan rencana tahunan pengelolaan lingkungan (RTKL) kepada
Pemerintah Daerah dan menempatkan Dana Jaminan Reklamasi pada Bank Pemerintah dan
Bank Devisa sebagaimana diatur dalam Peraturan Perundang-undangan yang berlaku.
BAB XIV
PENGEMBANGAN WILAYAH DAN PENGEMBANGAN
MASYARAKAT SERTA KEWIRAUSAHAAN
Pasal 33
(1) Pemerintah Daerah mewajibkan pemegang izin sesuai dengan tahapan dan skala usahanya
untuk membantu program pengembangan masyarakat dan pengembangan wilayah pada
masyarakat setempat yang meliputi pengembangan sumberdaya manusia, kesehatan dan
pertumbuhan ekonomi;
(2) Bupati memerlukan pembinaan dan pengawasan terhadap pelaksanaan program dan
pengembangan masyarakat dan pengembangan wilayah sebagaimana maksud dalam ayat (1)
pasal ini.
Pasal 34
Bupati mengupayakan terciptanya kemintrausahaan antara pemegang izin dengan masyarakat
setempat berdasarkan prinsip saling membutuhkan dan saling menguntungkan.
BAB XV
DATA INFORMASI PERTAMBANGAN NASIONAL
Pasal 35
Dalam rangka penyiapan data informasi pertambangan nasional, Bupati melakukan inventarisasi
potensi cadangan sumberdaya mineral yang berada didalam atau diluar wilayah usaha
pertambangan serta data pengusahaan pertambangan.
522
BAB XVI
PEMBINAAN DAN PENGAWASAN
Pasal 36
Pemerintah Daerah bertanggung jawab atas pembinaan dan pengawasan serta pengendalian usaha
pertambangan umum didaerah.
Pasal 37
(1) Pelaksanaan pembinaan, dan pengawasan pengendalian usaha pertambangan terhadap
pemegang izin dilakukan oleh Bupati sesuai dengan wewenangnya
(2) Bupati dapat melimpahkan kewenangan tersebut ayat (1) pasal ini kepada Dinas Pertambangan
dengan Peraturan Bupati.
(3) Pembinaan, Pengawasan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) meliputi :
a. Eksplorasi;
b. Eksploitasi dan pemasaran;
c. Keselamatan dan Kesejahteraan Kerja (K3);
d. Lingkungan;
e. Konservasi.
f. Tenaga Kerja;
g. Barang Modal;
h. Jasa Pertambangan;
i. Pelaksanaan penggunaan produksi dalam negeri;
j. Investasi, divestasi dan keuangan;
k. Penerapan standar pertambangan;
l. Jamsostek;
m. Kegiatan-kegiatan lain dibidang usaha Pertambangan Umum sepanjang menyangkut
kepentingan umum.
(4) Pelaksanaan pengawasan langsung dilapangan terhadap aspek produksi dan pemasaran,
konservasi, K3 serta lingkungan dilakukan sekurang-kurangnya 3 (tiga) bulan sekali.
Pasal 38
(1) Pembinaan dan pengawasan K3 dan lingkungan dilaksanakan oleh Pelaksanaan Inspeksi
tambang (PIT).
(2) Persyaratan, tugas pokok dan tugas PIT sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berpedoman
ketentuan Pemerintah yang berlaku.
(3) Pelaksanaan pembinaan dan pengawasan K3 berpedoman pada ketentuan Pemerintah yang
berlaku.
(4) Pelaksanaan pembinaan dan pengawasan lingkungan berpedoman pada ketentuan Pemerintah
yang berlaku.
Pasal 39
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009
523
Pelaksanaan pengawasan tenaga kerja, barang modal, jasa pertambangan pelaksanaan penggunaan
produksi dalam negeri, penerapan standar pertambangan, investasi divestasi dan keuangan
berdasarkan evaluasi atas laporan tentang rencana dan realisasi yang disampaikan dan uji petik
dilapangan.
BAB XVII
PELAPORAN DAN EVALUASI
Pasal 40
Bupati sesuai dengan kewenangannya mewajibkan masing-masing pemegang izin untuk
menyampaikan laporan kegiatan usahanya secara bulanan, triwulan, tahunan dan laporan akhir
serta laporan khusus lainnya.
Pasal 41
Bupati sesuai kewenangannya mengevaluasi atas kegiatan laporan kegiatan pemegang izin
sebagaimana dimaksud pada pasal 40 Peraturan Daerah ini.
BAB XVIII
PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN
Pasal 42
Pengawasan dan pengendalian dilaksanakan oleh Dinas Pertambangan dan Energi Kabupaten
Lamandau.
BAB XIX
KETENTUAN PIDANA
Pasal 43
(1) Setiap pelanggaran oleh para pengusaha dibidang pertambangan umum sebagaimana dimaksud
dalam Peraturan Daerah ini, akan dikenakan sanksi sesuai Peraturan Perundang-undangan
yang berlaku.
(2) Setiap orang yang dengan sengaja melanggar ketentuan dalam pasal 23 dan pasal 24 Peraturan
Daerah ini dipidana kurungan selama-lamanya 6 (enam) bulan atau denda sebanyaksebanyaknya Rp. 50.000.000,(3) Tindak Pidana sebagaimana dimaksud ayat (1) pasal ini adalah pelanggaran.
(4) Denda sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) pasal 43 dan akibat tindak pidana kejahatan
sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) pasal 43 disetor kekas daerah Kabupaten Lamandau;
(5) Jika pemegang izin usaha pertambangan atau wakilnya adalah suatu perseroan maka hukuman
sebagaimana dalam ayat (1) dan (2) dijatuhkan kepada Anggota Pengurus Perseroan;
(6) Kuasa pertambangan eksplorasi dapat dibatalkan oleh Bupati jika ternyata :
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009
524
a. Pekerjaannya belum dimulai dalam jangka 6 (enam) bulan setelah pemberian kuasa
pertambangan tersebut;
b. Atas permintaan pemilik tanah atau pihak ketiga, jika pekerjaan dimulai sebelum dibayar
sejumlah ganti rugi
BAB XX
PENYIDIKAN
Pasal 44
(1) Penyidikan tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam pasal 43 ayat (2) dan (3) Peraturan
Daerah ini dilakukan oleh PPNS dilingkungan Pemerintah Daerah Kabupaten Lamandau.
(2) Penyidikan tindak pidana sebagaimana dimaksud ayat (1) pasal ini, selama dilakukan oleh
PPNS juga dapat dilakukan oleh Pejabat Penyidik Polisi Negara Republik Indonesia.
(3) Dalam melaksanakan tugasnya penyidik sebagaimana dimaksud ayat (1) berwenang :
a. Menerima laporan atau pengaduan dari seseorang tentang adanya tindak pidana;
b. Melakukan tindakan pertama pada saat itu ditempat kejadian;
c. Memerintah berhenti seseorang tersangka dari perbuatannya dan memeriksa tanda
pengenal dari tersangka;
d. Pemeriksaan, penyitaan surat dan benda;
e. Mengambil sidik jari dan memotret seorang tersangka;
f. Mengambil seseorang untuk didengar dan diperiksa sebagai tersangka atau saksi;
g. Mendatangkan seorang ahli yang diperlukan dalam hubungannya dengan pemeriksa
perkara;
h. Mengadakan penghentian penyidikan setelah mendapat petunjuk dari penyidik bahwa tidak
terdapat cukup bukti atau peristiwa tersebut bukan merupakan tindak pidana dan
selanjutnya melalui penyidik memberitahukan hal tersebut kepada Penuntut Umum,
tersangka atau keluarganya;
i. Mengadakan tindakan lain menurut hukum yang dapat dipertanggungjawabkan.
(4) Dalam melaksanakan tugas, PPNS sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pasal ini tidak
berwenang melakukan penangkapan dan penahanan, kecuali dilakukan oleh penyidik polisi
negara RI.
BAB XXI
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 45
(1) KP, KK dan PKP2B yang telah diterbitkan atau disetujui setelah ditetapkan Peraturan Daerah
ini, tetap berlaku dan dihormati kewenangannya, hak serta kewajibannya sesuai dengan
ketentuan yang telah ditetapkan;
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009
525
(2) Surat Izin Pertambangan Daerah (SIPD) dan Surat Izin Pertambangan Rakyat (SIPR) yang
telah diterbitkan atau disetujui sebelum disahkannya Peraturan Daerah ini, tetap berlaku dan
dihormati kewenangannya, hak serta kewajibannya sesuai dengan ketentuan yang telah
ditetapkan.
Pasal 46
(1) Permohonan perpanjangan dan atau peningkatan tahapan KP, KK dan PKP2B serta SIPR yang
diterima setelah tangga l1 Januari ........ 200 dan telah memenuhi syarat sesuai ketentuan
yang berlaku akan diproses oleh Dinas Pertambangan.
(2) Khusus pelaksanaan pembinaan dan pengawasan terhadap KK dan PKP2B dalam rangka
Penanaman Modal Asing yang sudah ada sebelum tanggal 1 Januari 200... dilakukan bersama
antara Pemerintah, Pemerintah Propinsi dan Pemerintah Daerah.
Pasal 47
Persyaratan permohonan perizinan usaha pertambangan sebagaimana terdapat pada Lampiran
Peraturan Daerah ini, yang tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.
BAB XXII
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 48
Hal-hal yang belum diatur dalam Peraturan Daerah ini, sepanjang mengenai pelaksanaannya akan
diatur lebih lanjut dengan
Peraturan Bupati
Pasal 49
Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan;
Agar setiap orang dapat mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini
dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah.
Ditetapkan di
Pada Tanggal
: Nanga Bulik
: 21 Oktober 2006
526
527
I.
528
6.
7.
8.
9.
529
10.
11.
12.
13.
530
PENGUSAHAAN
a.
b.
c.
d.
e.
f.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Surat permohonan
Salinan/copy Surat Keputusan Penetapan Tahapan Kegiatan Study Kelayakan
Bukti Pelunasan Iuran Tetap dan royalti Pertambangan
Peta Rencana tambang percobaan
Rencana tujuan, jumlah dan kualitas pengiriman contoh
Dokumen AMDAL/UKL-UPL kegiatan pengambilan contoh sample/ruah yang telah
disetujui
Izin Usaha Jasa Pertambangan
a. Surat Permohonan
b. Akte Pendirian Perusahaan
c. Fotocopy Domisili
d. Daftar pimpinan umum perusahaan dan alamat
e. Daftar tenaga ahli
f. Daftar Peralatan
Persetujuan Rencana Kerja dan Biaya
a. Surat Permohonan
b. Laporan Kegiatan
c. Laporan Rencana Kerja dan Anggaran Pendapatan dan Biaya
Surat Izin Penyelidikan Pendahuluan (SIPP)
a. Peta Wilayah
b. Rencana Kerja dan Biaya
c. Surat Persetujuan Prinsip
Persetujuan Prinsip Aplikasi
a. Surat Permohonan
b. Peta Wilayah
c. Bukti setor jaminan kesungguhan (salinan/fotocopy transfer)
d. Laporan tahunan dan laporan keuangan 3 (tiga) tahun terakhir yang diaudit oleh
akuntan publik kecuali bagi permohonan baru
e. Surat khusus Direksi yang diketahui Komisaris untuk penandatanganan permohonan
f. Kesepakatan bersama dalam hal pemohonnya lebih dari 1 (satu) pihak
Perpanjangan SIPP
a. Peta Wilayah
b. Laporan Hasil Kegiatan SIPP
c. Rencana Kerja dan biaya perpanjangan SIPP
Persetujuan Tahap Kegiatan Penyelidikan Umum
a. Surat Permohonan
b. Peta Wilayah
c. Rencana Kerja dan biaya tahap Penyelidikan Umum
d. Bukti pembayaran kewajiban keuangan
e. Laporan hasil Kegiatan Penyelidikan Umum
Perpanjangan Tahap Kegiatan Penyelidikan Umum
a. Surat Permohonan
b. Peta Wilayah
c. Rencana Kerja dan anggaran biaya tahap Penyelidikan Umum
531
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
532
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
533
24. Persetujuan Kontrak Jual Beli hasil tambang bagi perusahaan yang berafiliasi
a. Surat Permohonan
b. Surat keterangan status perusahaan
c. Naskah/Draft Perjanjian Jual Beli
25. Rekomendasi Perubahan Akte Pendirian Perusahaan
a. Surat Permohonan
b. Dasar/alasan Perubahan Akte Pendirian Perusahaan
c. Akte perubahan
26. Rekomendasi Perubahan Investasi
a. Surat Permohonan
b. Dasar/alasan Perubahan Investasi
c. Bukti pembayaran kewajiban keuangan
27. Rekomendasi Konsolidasi Biaya
a. Surat Permohonan
b. Laporan keuangan 2 (dua) tahun terakhir yang telah diaudit oleh akuntan publik
c. Bukti pembayaran kewajiban keuangan
28. Rekomendasi Rencana Penggunaan Tenaga Kerja Asing (RPTKA)
a. Surat Permohonan
b. Dasar/alasan penggunaan Tenaga Kerja Asing
c. Daftar isian RPTKA dari Depnaker
d. Struktur organisasi perusahaan
29. Rekomendasi izin Tenaga Kerja Asing (IKTA)
a. Surat Permohonan
b. Salinan/fotocopy persetujuan RPTKA dari Depnaker
c. Kualifikasi TKA
d. Paspor dan Visa TKA
30. Rekomendasi Barang Modal
a. Surat Permohonan
b. Realisasi barang modal tahun sebelumnya
c. Daftar kebutuhan barang modal
d. Barang modal tahun sebelumnya yang belum direalisasikan masuk dalam daftar
kebutuhan barang modal (b)
31. Rekomendasi Re-ekspor barang/peralatan
a. Surat Permohonan
b. Dasar/alasan permohonan re-ekspor barang/peralatan dengan masa penggunaan yang
wajar
c. Daftar barang-barang/peralatan yang akan di re-ekspor
32. Rekomendasi Penghapusan Barang Modal
a. Surat Permohonan
b. Daftar Barang/Peralatan yang akan dihapuskan
c. Dasar/alasan bahwa barang tidak ekonomis lagi
33. Rekomendasi Impor Barang/Peralatan dengan fasilitas OB 23
a. Surat Permohonan
b. Fotocopy perjanjian pemilik barang diluar negeri dengan pemakai
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009
534
34.
35.
36.
37.
PE N J E LASAN
ATAS
PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMANDAU
NOMOR 14 TAHUN 2006
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009
535
TENTANG
IJIN USAHA PERTAMBANGAN UMUM
I.
PENJELASAN UMUM.
Dengan berlakunya Undang Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah dan Undang Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan
Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah maka ada beberapa sektor yang diberikan
pusat kepada daerah sesuai dengan azas otonomi dan tugas pembantuan kecuali masalah
Pertahanan dan keamanan, Piskal dan moneter.
Pemberian kewenangan tersebut bertujuan agar daerah dapat dan mampu untuk
mencari terobosan terobosan terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakatnya dengan
tetap berpedoman dan tidak bertentangan dengan peraturan yang lebih tinggi.
Salah satu kewenangan sebagaimana maksud diatas adalah memalui sektor pajak
dan retribusi, oleh sebab itu Pemerintah mengambil kebijakan dengan membentuk Peraturan
Daerah yang mengatur masalah pemberian izin Usaha Pertambangan Umum khususnya
diwilayah daerah Kabupaten Lamandau.
Diharapkan dengan adanya Izin Usaha Pertambangan Umum ini,
kegiatan
kegiatan yang menyangkut eksploitasi sumber daya alam terutama bahan tambang galian
dapat terdata dan berdayaguna serta berhasilguna bagi kepentingan masyarakat.
II.
536
Ayat (1)
Cukup Jelas
Ayat (2)
Cukup Jelas
Ayat (3)
Cukup Jelas
Ayat (4)
Cukup Jelas
Ayat (5)
Cukup Jelas
Pasal 4
Ayat (1)
Cukup Jelas
Ayat (2)
Cukup Jelas
Pasal 5
Ayat (1)
Cukup Jelas
Ayat (2)
Cukup Jelas
Ayat (3)
Cukup Jelas
Ayat (4)
Cukup Jelas
Ayat (5)
Cukup Jelas
Pasal 6
Ayat (1)
Cukup Jelas
Ayat (2)
Yang dimaksud dengan Kantor di daerah adalah Badan Usaha atau Koperasi yang
beroperasi diwilayah Kabupaten Lamandau minimal membuka kantor perwakilan /
cabang.
Ayat (3)
Cukup Jelas
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009
537
Ayat (4)
Cukup Jelas
Ayat (5)
Cukup Jelas
Ayat (6)
Cukup Jelas
Ayat (7)
Cukup Jelas
Ayat (8)
Cukup Jelas
Ayat (9)
Cukup Jelas
Pasal 7
Ayat (1)
Cukup Jelas
Ayat (2)
Cukup Jelas
Pasal 8
Cukup Jelas
Pasal 9
Ayat (1)
Dalam satu wilayah usaha pertambangan umum apabila terdapat lebih dari satu
bahan galian yang dapat dikategorikan sebagai bahan tambang bernilai ekonomis
maka dapat diberikan ijin kepada Badan Usaha dan atau yang memiliki badan
hukum dalam bidang pertambangan umum untuk dapat melakukan kegiatan pada
tempat yang sama dengan ijin yang berbeda setelah mendapatkan persetujuan dari
pemegang ijin terdahulu.
Ayat (2)
Cukup Jelas
Pasal 10
Ayat (1)
Cukup Jelas
Ayat (2)
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009
538
Cukup Jelas
Ayat (3)
Cukup Jelas
Pasal 11
Ayat (1)
Cukup Jelas
Ayat (2)
Cukup Jelas
Ayat (3)
Cukup Jelas
Pasal 12
Ayat (1)
Cukup Jelas
Ayat (1)
Cukup Jelas
Pasal 13
Ayat (1)
Cukup Jelas
Ayat (2)
Cukup Jelas
Ayat (3)
Cukup Jelas
Pasal 14
Ayat (1)
Cukup Jelas
Ayat (2)
Cukup Jelas
Ayat (3)
Cukup Jelas
Pasal 15
Ayat (1)
Cukup Jelas
Ayat (2)
Cukup Jelas
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009
539
Ayat (3)
Cukup Jelas
Pasal 16
Ayat (1)
Cukup Jelas
Ayat (2)
Cukup Jelas
Ayat (3)
Cukup Jelas
Pasal 17
Ayat (1)
Cukup Jelas
Ayat (2)
Cukup Jelas
Ayat (3)
Cukup Jelas
Ayat (4)
Cukup Jelas
Ayat (5)
Cukup Jelas
Pasal 18
Ayat (1)
Cukup Jelas
Ayat (2)
Cukup Jelas
Ayat (3)
Cukup Jelas
Ayat (4)
Cukup Jelas
Ayat (5)
Cukup Jelas
Ayat (6)
Cukup Jelas
Ayat (7)
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009
540
Cukup Jelas
Ayat (8)
Yang dimaksud dengan reklamasi adalah suatu kegiatan yang brtujuan untuk
mengembalikan, memperbaki pemanfaatan lahan yang diakibatkan oleh usaha
penambangan umum.
Ayat (9)
Cukup Jelas
Pasal 19
Ayat (1)
Cukup Jelas
Ayat (2)
Cukup Jelas
Pasal 20
Ayat (1)
Cukup Jelas
Ayat (2)
Cukup Jelas
Ayat (3)
Cukup Jelas
Ayat (4)
Cukup Jelas
Pasal 21
Ayat (1)
Cukup Jelas
Ayat (2)
Cukup Jelas
Pasal 22
Cukup Jelas
Pasal 23
Ayat (1)
Cukup Jelas
Ayat (2)
Cukup Jelas
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009
541
Pasal 24
Cukup Jelas
Pasal 25
Ayat (1)
Cukup Jelas
Ayat (2)
Cukup Jelas
Pasal 26
Ayat (1)
Cukup Jelas
Ayat (2)
Cukup Jelas
Ayat (3)
Cukup Jelas
Pasal 27
Ayat (1)
Cukup Jelas
Ayat (2)
Cukup Jelas
Ayat (3)
Cukup Jelas
Pasal 28
Ayat (1)
Cukup Jelas
Ayat (2)
Cukup Jelas
Ayat (3)
Cukup Jelas
Pasal 29
Cukup Jelas
Pasal 30
Cukup Jelas
Pasal 31
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009
542
Ayat (1)
Cukup Jelas
Ayat (2)
Cukup Jelas
Ayat (3)
Cukup Jelas
Pasal 32
Ayat (1)
Cukup Jelas
Ayat (2)
Cukup Jelas
Pasal 33
Ayat (1)
Cukup Jelas
Ayat (2)
Cukup Jelas
Pasal 34
Cukup Jelas
Pasal 35
Cukup Jelas
Pasal 36
Cukup Jelas
Pasal 37
Ayat (1)
Cukup Jelas
Ayat (2)
Cukup Jelas
Ayat (3)
Cukup Jelas
Ayat (4)
Cukup Jelas
Pasal 38
Ayat (1)
Cukup Jelas
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009
543
Ayat (2)
Cukup Jelas
Ayat (3)
Cukup Jelas
Ayat (4)
Cukup Jelas
Pasal 39
Cukup Jelas
Pasal 40
Cukup Jelas
Pasal 41
Cukup Jelas
Pasal 42
Cukup Jelas
Pasal 43
Ayat (1)
Sanksi Pelanggaran sebagaimana dimaksud pada ayat ini sampai dengan
pencabutan ijin usaha dan atau sanksi pidana menurut ketentuan yang berlaku.
Ayat (2)
Cukup Jelas
Ayat (3)
Cukup Jelas
Ayat (4)
Cukup Jelas
Ayat (5)
Cukup Jelas
Ayat (6)
Huruf a
Cukup Jelas
Huruf b
Apabila terjadi sengketa tanpa ada penyelesaian dari pemegang ijin dan
pemilik lahan dan apabila ada keputusan hukum yang tetap yang
dimenangkan oleh pemilik lahan terhadap pemegang ijin maka kuasa
pertambangan eksplorasi dapat dibatalkan oleh Bupati.
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009
544
Pasal 44
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan PPNS adalah Pegawai Negeri Sipil dalam Lingkup
Pemerintah Daerah Kabupaten Lamandau yang dipercayakan serta telah dilantik
oleh Bupati untuk menindaklanjuti temuan dan atau pelanggaran terhadap
ketentuan yang berlaku.
Ayat (2)
Cukup Jelas
Ayat (3)
Cukup Jelas
Ayat (4)
Cukup Jelas
Pasal 45
Ayat (1)
Cukup Jelas
Ayat (2)
Cukup Jelas
Pasal 46
Ayat (1)
Cukup Jelas
Ayat (2)
Cukup Jelas
Pasal 47
Cukup Jelas
Pasal 48
Cukup Jelas
Pasal 49
Cukup Jelas
TAMBAHAN LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LAMANDAU
TAHUN 2006 NOMOR 27 SERI : B
PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMANDAU
NOMOR 15 TAHUN 2006
TENTANG
SUMBANGAN PIHAK KETIGA KEPADA DAERAH
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009
545
Mengingat
a.
b.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
546
547
7.
548
(1) Semua hasil Sumbangan Pihak Ketiga yang berbentuk uang atau disamakan dengan uang
adalah Pendapatan Daerah dan disetorkan sepenuhnya ke Kas Daerah;
(2) Semua hasil Sumbangan Pihak Ketiga yang berbentuk barang-barang bergerak maupun
barang-barang tidak bergerak menjadi Kekayaan Daerah dan oleh karena itu pengelolaannya
dilakukan sebagai milik Daerah sesuai dengan ketentuan Perundang-undangan yang berlaku;
(3) Sumbangan Pihak Ketiga sebagaimana dimaksud ayat (1) harus dicantumkan dalam Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD).
Pasal 6
Sumbangan Pihak Ketiga sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Daerah ini harus dipergunakan
untuk kepentingan Daerah khususnya untuk Pembangunan Daerah.
BAB V
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 7
(1) Dengan ditetapkannya Peraturan Daerah ini, maka segala ketentuan yang telah ditetapkan
sebelumnya sepanjang tidak bertentangan dengan Peraturan Daerah ini dinyatakan tetap
berlaku;
(2) Sumbangan Pihak Ketiga yang diperoleh Daerah berdasarkan Peraturan Perundang-undangan
yang berlaku sebelum diundangkannya Peraturan Daerah ini, diterima menjadi milik Daerah.
BAB VI
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 8
Hal-hal yang belum diatur dalam Peraturan Daerah ini sepanjang mengenai pelaksanaannya, akan
diatur lebih lanjut dengan Peraturan Bupati.
Pasal 9
Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar setiap orang dapat mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini
dengan Penempatannya dalam Lembaran Daerah.
Ditetapkan di : Nanga Bulik
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009
549
PE N J E LASAN
ATAS
PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMANDAU
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009
550
PENJELASAN UMUM.
Salah satu tanggungjawab Pemerintah Daerah adalam meningkatkan kesejahteraan
masyarakat yang adil dan merata sebagaimana amat Undang-undang Dasar Negara Republik
Indonesia 1945 yang diimpelentasikan pelaksanaannya dalam Undang-undang Nomor 32
Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah yang salah satunya adalah peningkatan
kesejahteraan masyarakat sesuai dengan kewenangan yang diberikan, dimana kewenangan
tersebut adalah memalui pemungutan pajak dan retribusi daerah. Untuk itu Pemerintah Daerah
membentuk peraturan daerah yang mengatur tentang sumbangan pihak ketiga kepada daerah.
Hal ini dilakukan mengingat banyaknya badan usaha yang bergerak dalam bidang
Pertambangan, Perkebunan dan lainnya pemerintah daerah mengharapkan peran sertanya
untuk memberikan sumbangsihnya dalam rangka percepatan pembangunan di Kabupaten
Lamandau
551
Pasal
Pasal
Pasal
Pasal
Ayat (1)
Cukup Jelas
Ayat (2)
Cukup Jelas
Ayat (3)
Cukup Jelas
Ayat (4)
Cukup Jelas
Ayat (5)
Cukup Jelas
4
Ayat (1)
Cukup Jelas
Ayat (2)
Cukup Jelas
Ayat (3)
Cukup Jelas
5
Cukup Jelas
6
Ayat (1)
Cukup Jelas
Ayat (2)
Cukup Jelas
7
Cukup Jelas
Pasal 8
Cukup Jelas
TAMBAHAN LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LAMANDAU
TAHUN 2006 NOMOR
28 SERI : E
552
Mengingat
a.
b.
1.
2.
3.
4.
5.
553
6.
7.
8.
9.
10.
Menetapkan
554
2. Pemerintah Daerah adalah Bupati dan perangkat Daerah sebagai unsur penyelenggara
Pemerintah Daerah;
3. Daerah adalah Kabupaten Lamandau;
4. Pemerintahan Daerah adalah penyelenggaraan unsur Pemerintahan oleh Pemerintah Daerah
dan DPRD menurut asas otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluasluasnya dalam sistem dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana
dimaksud dalam Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
5. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya disingkat DPRD adalah Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Lamandau;
6. Peraturan Bupati adalah Peraturan Bupati Lamandau;
7. Pejabat yang Pegawai yang diberikan Tugas tertentu dibidang Retribusi izin mendirikan
bangunan (IMB) sesuai dengan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku;
8. Badan adalah sekumpulan orang dan/atau modal yang merupakan kesatuan baik yang
melakukan usaha maupun yang tidak melakukan usaha yang meliputi Perseroan Terbatas,
Perseroan Komanditer, Perseroan lainnya, Badan Usaha Milik Negara atau Daerah dengan
nama dan dalam bentuk apapun, firma, kongsi, koperasi, dana pensiun, persekutuan,
perkumpulan, yayasan, organisasi sosial politik, atau organisasi yang sejenisnya, lembaga,
bentuk usaha tetap dan bentuk badan usaha lainnya;
9. Retribusi Perizinan tertentu adalah retribusi atas kegiatan tertentu Pemerintah Daerah dalam
rangka pemberian izin kepada orang pribadi atau badan yang dimaksudkan untuk pembinaan,
pengaturan pengendalian dan pengawasan atas kegiatan pemanfaatan ruang, penggunaan
sumber daya alam, barang, prasarana, sarana atau fasilitas tertentu guna melindungi
kepentingan umum dan menjaga kelestarian lingkungan;
10. Izin Mendirikan Bangunan adalah izin yang diberikan oleh Pemerintah Daerah kepada orang
pribadi atau badan untuk mendirikan suatu bangunan yang dimaksud agar desain, pelaksanaan
bangunan, dan bangunan sesuai dengan rencana tata ruang yang berlaku, sesuai dengan
Koefisien Dasar Bangunan (KDB), Koefesien Luas Bangunan (KLB), Koefesien Ketinggian
Bangunan (KKB) yang ditetapkan dan sesuai dengan syarat- syarat keselamatan bagi yang
menempati bangunan tersebut;
11. Retribusi Izin Mendirikan Bangunan yang selanjutnya disebut retribusi adalah pembayaran
atas pemberian Izin Mendirikan Bangunan oleh Pemerintah Daerah kepada orang pribadi atau
badan, termasuk merubah bangunan;
12. Wajib Retribusi adalah orang pribadi atau badan yang menurut Peraturan Perundang-undangan
retribusi diwajibkan untuk melakukan pembayaran retribusi;
13. Masa Retribusi adalah suatu jangka waktu tertentu yang merupakan batas bagi wajib retribusi
untuk memanfaatkan Izin Mendirikan Bangunan;
14. Bangunan adalah bangunan gedung beserta bangun-bangunan yang secara langsung
merupakan kelengkapan dari bangunan gedung tersebut dalam batas satu pemilikan;
15. Mendirikan Bangunan adalah pekerjaan mengadakan bangunan seluruhnya atau sebagian
termasuk pekerjaan menggali, menimbun atau meratakan tanah yang berhubungan dengan
pekerjaan mengadakan bangunan;
16. Merubah Bangunan adalah pekerjaan mengganti dan atau menambah bangunan yang ada
termasuk pekerjaan, membongkar yang berhubungan dengan mengganti bagian bangunan
tersebut;
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009
555
17. Garis sepadan adalah garis khayal yang ditarik pada jarak tertentu sejajar dengan as jalan, as
sungai atau as pagar yang merupakan batas antara bagian kapling atau pekarangan yang boleh
yang tidak boleh dibangun bangunan;
18. Koefisien Dasar Bangunan adalah bilangan pokok atas perbandingan antara luas lantai
bangunan dengan luas kavling/perkarangan;
19. Koefisien Lantai Bangunan adalah bilangan pokok atas perbandingan antara jumlah luas lantai
bangunan dengan kavling/perkarangan;
20. Koefisien Bangunan adalah tinggi bangunan diukur dari permukaan tanah sampai dengan titik
teratas dari bangunan tersebut;
21. Surat Ketetapan Retribusi Daerah, yang selanjutnya dapat disingkat SKRD, adalah Surat
Keputusan yang menentukan besarnya jumlah Retribusi yang terutang;
22. Surat Tagihan Retribusi Daerah, yang selanjutnya dapat disingkat STRD, adalah surat untuk
melakukan tagihan Retribusi dan atau sanksi administrasi berupa bunga dan atau denda;
23. Pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan untuk mencari, mengumpulkan dan mengelola data
atau keterangan lainnya dalam rangka pengawasan kepatuhan pemenuhan kewajiban Retribusi
Daerah berdasarkan Peraturan Perundang-undangan Retribusi Daerah.
BAB II
NAMA, OBJEK DAN SUBJEK RETRIBUSI
Pasal 2
Dengan nama Retribusi Izin Mendirikan Bangunan dipungut retribusi sebagai pembayaran atas
Izin Mendirikan Bangunan.
Pasal 3
(1) Objek Retribusi Izin Mendirikan Bangunan dipungut retribusi sebagai pembayaran atas Izin
Mendirikan Bangunan.
(2) Termasuk Objek Retribusi adalah pemberian Izin Mendirikan Bangunan kepada Pemerintah
Daerah dan Pemerintah Pusat.
Pasal 4
Subjek Retribusi adalah orang pribadi atau badan yang memperoleh Izin Mendirikan Bangunan.
BAB III
GOLONGAN RETRIBUSI
Pasal 5
Retribusi Izin Mendirikan Bangunan digolongkan sebagai Retribusi Perizinan tertentu.
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009
556
BAB IV
CARA MENGUKUR TINGKAT BANGUNAN JASA
Pasal 6
(5)
Tingkat Pembangunan jasa Izin Mendirikan Bangunan diukur dengan rumus yang
didasarkan atas faktor luas lantai bangunan, jumlah tingkat bangunan dan rencana
penggunaan bangunan;
(6)
(7)
Luas Bangunan
Bangunan dengan luas s/d 100 M2
Bangunan dengan luas s/d 250 M2
Bangunan dengan luas s/d 500 M2
Bangunan dengan luas s/d 1.000 M2
Bangunan dengan luas s/d 2.000 M2
Bangunan dengan luas s/d 3.000 M2
Bangunan dengan luas s/d 4.000 M2
Koefisien
1,00
1,50
2,50
3,50
4,00
4,50
5,00
Tingkat Bangunan
Bangunan 1 lantai
Bangunan 2 lantai
Bangunan 3 lantai
Bangunan 4 lantai
Bangunan 5 lantai
Koefisien
1,00
1,50
2,50
3,50
4,00
Guna Bangunan
Bangunan Sosial
Bangunan Perumahan
Bangunan Pasilitas Umum
Bangunan Pendidikan
Bangunan Kelembagaan/Kantor
Bangunan Perdagangan dan Jasa
Bangunan Industri
Bangunan Khusus
Bangunan Campuran
557
Koefisien
0,50
1,00
1,00
1,00
1,50
2,00
2,00
2,50
2,75
10.
Bangunan Lain-lain
3,00
Koefisien
1,00
0,75
0,25
Kelas Jalan
Arteri Primer
Arteri Sekunder
Kolektor Primer
Kolektor Sekunder
Lokal Primer
Lokal Sekunder
Koefisien
7
5
4
3
2
1
BAB V
PRINSIP DAN SASARAN DALAM PENETAPAN
STRUKTUR DAN BESARNYA TARIF
Pasal 7
(7)
(8)
Prinsip dan sasaran dalam penetapan tarif dalam retribusi didasarkan pada tujuan untuk
menutup sebagian atau sama dengan biaya penyelenggaraan pemberian izin;
Biaya sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) meliputi biaya pengecekan dan pengukuran
lokasi, biaya pemetaan dan transportasi. Dalam rangka pengawasan dan pengendalian.
BAB VI
STRUKTUR DAN BESARNYA TARIF
Pasal 8
(4) Tarif ditetapkan seragam untuk masing-masing jenis bangunan;
(5) Besarnya tarif retribusi ditetapkan sebesar :
a. Bangunan permanen
Rp. 300.000,Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009
558
Besarnya retribusi yang dihitung dengan cara mengalikan tarif retribusi sebagaimana dimaksud
dalam pasal 8 ayat (2) dengan tingkat penggunaan jasa sebagaimana dimaksud dalam pasal
6 ayat (4).
BAB VIII
WILAYAH PEMUNGUTAN
Pasal 10
Retribusi yang terutang dipungut di Wilayah Kabupaten Lamandau Daerah tempat Izin
Mendirikan Bangunan diberikan.
BAB IX
MASA RETRIBUSI DAN SAAT RETRIBUSI TERUTANG
Pasal 11
Masa retribusi adalah jangka waktu jangka waktu pada saat mengajukan ijin mendirikan banguna,
kecuali apabila ada pemanbahan dan pengurangan bangunan yang nantinya ditetapkan dengan
Peraturan Bupati.
Pasal 12
Saat terutangnya Retribusi adalah pada saat diterbitkan SKRD atau dokumen lain yang
dipersamakan.
BAB X
TATA CARA PEMUNGUTAN
Pasal 13
(1) Pemungutan Retribusi tidak dapat diborongkan;
(2) Retribusi dipungut dengan menggunakan SKRD atau dokumen lain dipersamakan, dalam
SKRDKBT.
BAB XI
SANKSI ADMINISTRASI
Pasal 14
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009
559
Dalam hal wajib Retribusi tidak membayar tepat pada waktunya atau kurang membayar,
dikenakan sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2 % (dua persen) setiap bulan dari retribusi
yang terutang atau kurang dibayar dan ditagih dengan menggunakan STRD.
BAB XII
TATA CARA PEMBAYARAN
Pasal 15
(1) Pembayaran Retribusi yang terutang harus dilunasi sekaligus;
(2) Retribusi yang terutang dilunasi selambat-lambatnya 15 (lima belas) hari sejak diterbitkannya
SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan;
(3) Tata cara pembayaran, penyetoran, tempat pembayaran Retribusi diatur dengan Keputusan
Bupati.
Pasal 16
(1) Pengeluaran surat teguran/peringatan/surat lainnya yang sejenis sebagai awal tindakan
pelaksanaan penagihan Retribusi dikeluarkan setelah 7 (tujuh) hari sejak jatuh tempo;
(2) Dalam jangka waktu 7 (tujuh) hari setelah tanggal surat teguran/peringatan/surat lainnya yang
sejenis wajib Retribusi harus melunasi Retribusi yang terutang;
(3) Surat teguran/peringatan atau surat lainnya sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) pasal ini
dilakukan oleh Pejabat yang ditunjuk.
BAB XIII
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 18
Dengan berlakunya Peraturan ini maka Peraturan yang setingkat yang mengatur hal yang sama
dinyatakan tidak berlaku lagi.
Pasal 18
Hal-hal yang belum diatur dalam Peraturan Daerah ini, sepanjang mengenai pelaksanaannya akan
diatur lebih lanjut oleh Bupati.
Pasal 19
Peraturan ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan
penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Lamandau.
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009
560
Ditetapkan di
: Nanga Bulik
Pada Tanggal
: 21 Oktober 2006
: Nanga Bulik
Pada Tanggal
: 21 oktober 2006
PE N J E LASAN
ATAS
PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMANDAU
NOMOR 16 TAHUN 2006
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009
561
TENTANG
RETRIBUSI IJIN MENDIRIKAN BANGUNAN
I.
PENJELASAN UMUM.
Kabupaten Lamandau merupakan salah satu Kabupaten pemekaran yang dibentuk berdasarkan
Undang undang Nomor 5 Tahun 2002 dan merupakan bagian dari Provinsi Kalimantan
Tengah.
Sebagai konsekwensi dari pemekaran tersebut maka Kabupaten Lamandau berusaha untuk
menggali Pendapatan Asli Daerah dengan tetap mengacu kepada aturan aturan yang berlaku.
Berdasarkan pasal 4 ayat (2) huruf a Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2001 tentang
Retribusi Daerah, maka Retribusi Ijin Mendirikan Bangunan merupakan jenis retribusi yang
menjadi kewenangan Kabupaten / kota yang digolongkan sebagai Retribusi perizinan tertentu.
Oleh sebab itu Pemerintah Kabupaten Lamandau membuat suatu kebijakan dengan
membentuk Peraturan Daerah tentang Retribusi Ijin Mendirikan Bangunan yang mengatur
bagaimana dasar dasar pengenaan retribusi dan tarif retribusi, tata cara perhitungan dan
penetapan retribusi, tata cara pembayaran, tata cara penagihan dan lainnya.
Dalam pemberian Ijin Mendirikan Bangunan yang diberikan oleh Pemerintah Daerah
kepada orang pribadi atau badan selain untuk meningkatkan pendapatan asli daerah dari sektor
retribusi, dimaksudkan agar desain, pelaksanaan bangunan sesuai dengan rencana tata ruang
yang berlaku, sesuai dengan koofisien dasar bangunan (KDB), koofisien luas bangunan (KLB)
dan koofisien ketinggian bangunan (KKB) yang ditetapkan dan sesuai dengan syarat syarat
keselamatan bagi yang menempati bangunan tersebut
562
Pasal 3
Ayat (1)
Cukup Jelas
Ayat (2)
Cukup Jelas
Pasal 4
Cukup Jelas
Pasal 5
Cukup Jelas
Pasal 6
Ayat (1)
Cukup Jelas
Ayat (2)
Cukup Jelas
Ayat (3)
Cukup Jelas
Ayat (4)
Cukup Jelas
Pasal 7
Ayat (1)
Cukup Jelas
Ayat (2)
Cukup Jelas
Pasal 8
Ayat (1)
Cukup Jelas
Ayat (2)
Cukup Jelas
Pasal 9
Cara perhitungan Retribusi apabila dikaitkan dengan ketentuan pasal 6 ayat (4) dalam
hubungannya dengan pasal 8 adalah sebagai berikut :
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009
563
Bangunan sosial
564
Yang dimaksud tidak dapat diborongkan adalah suatu kegiatan pemungutan retribusi
yang tidak melalui pihak ketiga.
Ayat (2)
Cukup Jelas
Pasal 14
Cukup Jelas
Pasal 15
Ayat (1)
Cukup Jelas
Ayat (2)
Cukup Jelas
Ayat (3)
Cukup Jelas
Pasal 16
Ayat (1)
Cukup Jelas
Ayat (2)
Cukup Jelas
Ayat (3)
Cukup Jelas
Pasal 17
Cukup Jelas
Pasal 18
Cukup Jelas
Pasal 19
Cukup Jelas
TAMBAHAN LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LAMANDAU
TAHUN 2006 NOMOR 29 SERI : C
565
a.
1.
2.
3.
Undang - undang Nomor 34 Tahun 2000 Tentang Perubahan Undangundang Nomor 18 Tahun 1977, tentang Pajak dan Restribusi Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 246,
Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 4048;
4.
566
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
567
KABUPATEN LAMANDAU
dan
BUPATI LAMANDAU
MEMUTUSKAN :
Menetapkan
568
11.
569
Pasal 6
Prinsip dalam Penetapan Struktur dan Besarnya Tarif Retribusi adalah untuk mengganti biaya
Administrasi Pengesahan atas :
a.
Akta Pendirian Koperasi
b.
Akta Perubahan Anggaran Dasar Koperasi
c.
Pembukaan Kantor Cabang Koperasi
d.
Akta Penggabungan/Amalgamasi Koperasi
e.
Pendaftaran Akta Pendirian dan Perubahan Anggaran Dasar Koperasi
BAB V
STRUKTUR DAN BESARNYA TARIF RETRIBUSI
Pasal 7
(1)
(2)
Struktur dan Besarnya Tarif Retribusi sebagaimana dimaksud ayat (1) pasal ini adalah
sebagai berikut :
Jenis Retribusi
Ketentuan Retribusi dan Registrasi
a. Akta Pendirian Koperasi
b. Akta Perubahan Anggaran Dasar Koperasi
c. Pembukaan Kantor Cabang Koperasi
d. Akta Penggabungan/Amalgamasi
e. Pendaftaran Akta Pendirian dan Perubahan Anggaran Dasar
Koperasi
Rp. 100.000,-
Tariif
Rp. 500.000,Rp. 200.000,Rp. 200.000,Rp. 250.000,Rp. 100.000,-
BAB VI
DAERAH PEMUNGUTAN
Pasal 8
Retribusi yang terutang dipungut di wilayah Kabupaten Lamandau sebagai daerah tempat
pelayanan pengesahan Akta Pendirian Koperasi, Akta Perubahan Anggaran Dasar Koperasi dan
Pendaftaran Akta Pendirian Koperasi.
BAB VII
TATA CARA PEMUNGUTAN
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009
570
Pasal 9
(1)
(2)
(3)
(1)
(2)
Pejabat Pegawai Negeri Sipil (PPNS) yang telah memiliki sertifikasi penyidik Pegawai
negeri dilingkungan Pemerintah Daerah diberikan wewenang khusus untuk melakukan
Penyidik, Tindak Pidana di Bidang Retribusi Daerah sebagaimana dimaksud dalam Undang
undang Nomor 8 Tahun 1981 Tentang Hukum Acara Pidana.
571
(2)
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
k.
l.
BAB XII
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 14
Hal-hal yang belum diatur dalam peraturan daerah ini yang menyangkut pelaksanaannya diatur
lebih lanjut dalam Peraturan Bupati Lamandau
Pasal 15
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009
572
Dengan berlakunya Peraturan Daerah tentang Retribusi dan Pendaftaran pengesahan Akta
Pendirian, Perubahan Anggaran Dasar Koperasi (Badan Hukum), maka Peraturan yang
mengatur hal yang sama dinyatakan tidak berlaku lagi
BAB XIII
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 16
Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar setiap orang dapat mengetahuinya memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini
dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Lamandau.
Ditetapkan di : Nanga Bulik
Pada Tanggal : 21 Oktober 2006
WAKIL BUPATI LAMANDAU
ttd
Drs. HGM. AFHANIE
Diundangkan di
: Nanga Bulik
Pada Tanggal
: 21 oktober 2006
PE N J E LASAN
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009
573
ATAS
PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMANDAU
NOMOR 17 TAHUN 2006
TENTANG
RETRIBUSI DAN PENDAFTARAN PENGESAHAN AKTA PENDIRIAN
DAN PERUBAHAN ANGGARAN DASAR KOPERASI
(BADAN HUKUM)
I.
PENJELASAN UMUM.
Sesuai dengan program pemerintah bahwa kegiatan usaha yang berbasis
kemasyarakatan perlu mendapatkan skala prioritas untuk meningkatkan kesejahteraan
masyarakat khususnya masyarakat yang menjadi anggota kegiatan usaha tersebut.
Terbukti kegiatan usaha yang berbasis kemasyarakatan dapat dan mampu serta tetap
eksis sewaktu Indonesia mengahadapi inflasi ekonomi beberapa waktu yang lalu. Untuk
melegalkan kegiatan usaha kemasyarakatan tersebut Pemerintah Republik Indonesia telah
mengeluarkan
2004 tentang Pemerintahan Daerah, maka sebagai upaya pendataan dan pembinaan terhadap
Koperasi serta sebagai upaya memberikan kemudahan perubahan Akta Pendirian dan
Perubahan Anggaran Dasar Koperasi dipandang perlu aturan yang menetapkan Retribusi
Pengesahan Akta Pendirian Koperasi dan Perubahan Anggaran Dasar Koperasi untuk
wilayah Kabupaten Lamandau.
Oleh sebab itu Pemerintah Kabupaten Lamandau membuat suatu kebijakan dengan
membuat suatu kebijakan dengan membentuk Peraturan Daerah tentang Retribusi dan
Pendaftaran Pengesahan Akta Pendirian dan Perubahan Anggaran Dasar Koperasi (Badan
Hukum) mengatur bagaimana dasar dasar pengenaan retribusi dan tarif retribusi, tata cara
perhitungan dan penetapan retribusi, tata cara pembayaran, tata cara pebagihan dan lainnya.
Dokumen Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Lamandau 2009
574
Dalam pembentukan Peraturan Daerah Nomor 17 Tahun 2006 tentang Retribusi dan
Pendaftaran Pengesahan Akta Pendirian dan Perubahan Anggaran Dasar Koperasi (Badan
Hukum) ini dibuat berdasarkan ketentuan yang berlaku.
II.
575
Cukup Jelas
Ayat (2)
Cukup Jelas
Ayat (3)
Cukup Jelas
Pasal 11
Cukup Jelas
Pasal 12
Ayat (1)
Cukup Jelas
Ayat (2)
Cukup Jelas
Pasal 13
Ayat (1)
Pegawai Penyidik harus memiliki sertifikasi penyidik dan telah dilantik oleh
Bupati sebagai Pegawai Penyidik.
Ayat (2)
Cukup Jelas
Pasal 14
Cukup Jelas
Pasal 15
Cukup Jelas
Pasal 16
Cukup Jelas
TAMBAHAN LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LAMANDAU
TAHUN 2006 NOMOR 30 SERI : C
576
577