Masalah keperawatan yang sering muncul pada anak dengan diare yang ketiga
adalah diare, dimana definisi diagnosa keperawatan diare disini adalah pasase feses yang
lunak dan tidak berbentuk dan terjadi selama 3 kali atau lebih dalam 24 jam. Frekuensi dan
keparahan dari diare pada anak diperburuk oleh sanitasi yang jelek, tidak tersedianya air
bersih yang cukup, ketidakadekuatan pemberian makanan bersih sehat oleh orang tua
anak, kurangnya praktek cuci tangan yang benar, dan kurangnya akses ke pelayanan
kesehatan.
Intervensi keperawatan dari diagnosa keperawatan ketiga ini bisa dilakukan dengan
beberapa hal, diantaranya dengan menginstruksikan keluarga atau pasien dalam mengatur
diet yang dimakan selama diare. Pasien sebaiknya menghindari makan makanan yang
pedas dan menyebabkan banyak pembentukan gas. Susu boleh diberikan dengan syarat
pasien dalam klasifikasi diare sedang. Diare dedang sendiri dapat dijabarkan dengan gejala
sebagai berikut. Terdapat dua atau lebih tanda-tanda berikut:
1.
2.
3.
4.
membantu nutrisi pasien saat terjadi diare. Probiotik dalam yogurt merupakan bakteri hidup
yang mempunyai efek yang menguntungkan pada host dengan cara meningkatkan
kolonisasi bakteri probiotik di dalam lumen saluran cerna sehingga seluruh epitel mukosa
usus telah diduduki oleh bakteri probiotik melalui reseptor dalam sel epitel usus. Dengan
mencermati fenomena tersebut bakteri probiotik dapat dipakai degan cara untuk
pencegahan dan pengobatan diare baik yang disebabkan oleh Rotavirus maupun
mikroorganisme lain, speudomembran colitis maupun diare yang disebabkan oleh karena
pemakaian antibiotika yang tidak rasional. Penggunaan probiotik lactobacillus aman dan
efektif dalam pengobatan diare akut infeksi pada anak, menurunkan lamanya diare kira-kira
2/3 lamanya diare, dan menurunkan frekuensi diare pada hari kedua pemberian sebanyak
1-2 kali. Mekanisme probiotik dalam pengobatan diare adalah: perubahan lingkungan mikro
lumen usu, produksi bahan anti mikroba terhadap beberapa patogen, kompetisi nutrien,
mencegah adhesi patogen pada anterosit, modifikasi toksin atau reseptor toksin, efektrofik
pada mukosa usus dan imunno modulasi.
Pada anak lebih besar makanan yang direkomendasikan meliputi tajin (beras,
kentang, mi, dan psang) dan gandum (beras, gandum, dan cereal). Makanan yang harus
dihindarkan adalah makanan dengan kandungan tinggi gula sederhana yang dapat
memperburuk diare. Makanan yang disarankan adalah makanan rendah serat, tinggi
protein, dan tinggi kalori. Intervensi pada tahapan diet sendiri pada intinya membutuhkan
perubahan kebiasaan dari ibu untuk merawat anaknya dan memberikan cairan yang lebih
banyak dari biasanya.
Intervensi yang kedua adalah instruksikan pasien dan keluarga untuk memonitor
konsistensi, frekuensi, warna, dan bau feses. Frekuensi normal buang air besar bayi atau
anak:
1. Bayi usia 0-6 bulan (ASI): sehari 1-7 kalu atau bahkan hanya 1-2 hari sekali
2. Bayi usia 0-6 bulan (non ASI): sehari 3-4 kali atau sampai hanya 1-2 hari sekali
3. Usia di atas 6 bulan: biasanya 3-4 kali sehari atau 2 hari sekali. Jika sudah
menginjak usia 4 tahun sama seperti dewasa
Jika frekuensinya diatas normal (lebih banyak), dapat diartikan sebagai diare.
Konsistensi tinja normal mempunyai konsistensi agak lunak dan berbentuk. Pada diare
konsistensi menjadi sangat lunak dan cair, terkadang tidak berbentuk.