PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Aceh merupakan salah satu dari sembilan provinsi di Indonesia yang
masih berstatus kesehatan buruk. Delapan propinsi lainnya masing-masing
Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, Maluku, Gorontalo, Papua, Papua Barat,
Nusa Tenggara Barat, dan Nusa Tenggara Timur adalah provinsi berstatus
kesehatan buruk disebutkan Menteri Kesehatan Endang Rahayu Sedyaningsih
dalam temu media, Jumat (1/10/2010). Kesembilan provinsi tersebut akan
menjadi sasaran guna memperkuat komitmen pencapaian Tujuan Pembangunan
Milenium serta mensinergikan kebijakan kesehatan pemerintah pusat dan
daerah (Tribunnews.com).
Data tersebut yang dikeluarkan Menteri Kesehatan berasal dari Riset
Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2010 yang khusus menggunakan indikator MDGs
kesehatan, seperti status gizi balita (memberantas kelaparan), status kesehatan
ibu dan anak (menurunkan kematian anak dan meningkatkan kesehatan Ibu),
prevalensi malaria, tuberculosis dan HIV/AIDS (menurunkan angka kesakitan
penyakit menular) serta akses sumber air minum yang aman dan fasilitas
sanitasi dasar. Secara umum Riskesdas bertujuan untuk memperoleh gambaran
pencapaian target MDGs kesehatan Indonesia pada tahun 2010 di tingkat
nasional dan provinsi, serta secara khusus bertujuan untuk : (a) Menilai status
pencapaian target MDGs kesehatan Indonesia pada tahun 2010 di tingkat
nasional dan provinsi, (b) Memperoleh gambaran faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi status pencapaian target MDGs kesehatan Indonesia di tingkat
nasional dan provinsi.
Menurut data daripada World Hunger Organization, terdapat empat jenis
masalah kekurangan gizi utama dan berpengaruh pada golongan berpendapatan
rendah di negara berkembang. Masalah gizi utama tersebut adalah Kurang
Energi Protein (KEP), Anemia Gizi Besi (AGB), Kurang Vitamin A (KVA) dan
Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY) (World Hunger Organization,
1
2009). Masalah malnutrisi pada anak usia bawah lima tahun dapat mengganggu
proses tumbuh kembang secara fisikal maupun mental dan ini dapat
memberikan dampak yang negatif pada sumber daya manusia pada masa
mendatang. Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (riskesdas) Nasional,
Departemen Kesehatan Republik Indonesia tahun 2007 menunjukkan bahwa
prevalensi gizi buruk nasional berdasarkan presentase berat badan per umur
(BB/U) pada anak balita mencapai 5,4% dan gizi kurang sebesar 13% (Laporan
Riset Kesehatan Dasar Nasional, 2007).
Daerah-daerah berstatus kesehatan buruk nampaknya terkait dengan
komitmen pemerintah daerah yang dinilai masih rendah mewujudkan target
Millenium Development Goals (MDGs) di dalam sektor kesehatan.
Sebagaimana diketahui, lima dari delapan tujuan MDGs berada dalam bidang
kesehatan, sehingga bidang ini dapat disebut esensi dari pencapaian MDGs.
Ketiadaaan komitmen dari pemerintah daerah bisa diukur dari alokasi anggaran
daerah (APBD) untuk pembangunan kesehatan yang masih rendah. Anggaran
justru lebih banyak tersedot ke birokrasi dan sebagian pada pembangunan
infrastruktur.
Secara nasional, 10 kabupaten/kota dengan prevalensi Gizi Buruk dan
Gizi Kurang pada Balita tertinggi berturut-turut adalah Aceh Tenggara (48,7%),
Rote Ndao (40,8%), Kepulauan Aru (40,2%), Timor Tengah Selatan (40,2%),
Simeulue (39,7%), Aceh Barat Daya (39,1%), Mamuju Utara (39,1%), Tapanuli
Utara
(38,3%),
Kupang (38,0%),
dan
Buru
(37,6%).
Sedangkan
10
kabupaten/kota dengan prevalensi Gizi Buruk dan Gizi Kurang pada Balita
terendah adalah Kota Tomohon (4,8%), Minahasa (6,0%), Kota Madiun (6,8%),
Gianyar (6,8%), Tabanan (7,1%), Bantul(7,4%), Badung (7,5%), Kota
Magelang (8,2%), Kota Jakarta Selatan (8,3%), dan Bondowoso (8,7%).
Prevalensi nasional Gizi Lebih Pada Balita adalah 4,3%. Sebanyak 15
provinsi mempunyai prevalensi Gizi Lebih Pada Balita diatas prevalensi
nasional, yaitu Sumatera Utara, Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Bengkulu,
Bangka Belitung, Kepulauan Riau, DKI Jakarta, Jawa Timur, Bali, Kalimantan
Barat, Kalimantan Timur, Sulawesi Selatan, Maluku dan Papua.
Riskesdas menghasilkan berbagai peta masalah kesehatan dan
kecenderungannya, dari bayi lahir sampai dewasa. Misalnya, prevalensi gizi
kurang pada balita (BB/U<-2SD) memberikan gambaran yang fluktuatif dari
18,4 persen (2007) menurun menjadi 17,9 persen (2010) kemudian meningkat
lagi menjadi 19,6 persen (tahun 2013). Jika diamati dari bayi lahir, prevalensi
bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR) berkurang dari 11,1 persen tahun
2010 menjadi 10,2 persen tahun 2013. Untuk cakupan imunisasi lengkap yang
angkanya meningkat dari 41,6 persen (2007) menjadi 59,2 persen (2013), akan
tetapi masih dijumpai 32,1 persen yang diimunisasi tapi tidak lengkap, serta 8,7
persen yang tidak pernah diimunisasi, dengan alasan takut panas, sering sakit,
keluarga tidak mengizinkan, tempat imunisasi jauh, tidak tahu tempat
imunisasi, serta sibuk/repot. Program pelayanan kesehatan anak yang juga
membaik adalah kunjungan neonatus (KN) lengkap meningkat dari 31,8 persen
(2007) menjadi 39,3 persen (2013), cakupan pemberian kapsul vitamin A (dari
71,5% tahun 2007 menjadi 75,5% tahun 2013). Menyusui hanya ASI saja
dalam 24 jam terakhir pada bayi umur 6 bulan meningkat dari 15,3 persen
(2010) menjadi 30,2 persen (2013), demikian juga inisiasi menyusu dini <1 jam
meningkat dari 29,3 persen (2010) menjadi 34,5 persen (2013).
Berdasarkan masalah dan data tersebut diatas, maka perlu dilakukan
pengkajian terhadap aspek gizi dan faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya
status gizi baik pada balita, WUS, BUMIL, dan hal-hal lain yang berkaitan
dengan gizi dan kesehatan dalam suatu kegiatan pelaksanaan yang disebut
sebagai Praktek Belajar Lapangan (PBL).
Jurusan Gizi Politeknik Kesehatan Kementrian Kesehatan RI Aceh
sebagai salah satu institusi penyelenggaraan pendidikan nasional dengan
kekhususan ilmu gizi, baik gizi masyarakat, gizi klinik maupun institusi juga
turut bertanggung jawab dalam mempersiapkan tenaga profesi gizi yang handal,
dalam penyelenggaraan proses belajar mengajar dilakukan dikelas dan
3
i. Untuk mengetahui hubungan sikap dengan masalah gizi yang terjadi pada
balita, ibu hamil, ibu menyusui, ibu nifas dan masalah gizi lainnya yang
terjadi di masyarakat Desa Suak Pandan Kecamatan Samatiga Kabupaten
Aceh Barat.
j. Untuk mengetahui hubungan konsumsi MP-ASI dengan masalah gizi yang
terjadi pada balita, ibu hamil, ibu menyusui, ibu nifas dan masalah gizi
lainnya yang kerap terjadi di masyarakat Desa Suak Pandan Kecamatan
Samatiga Kabupaten Aceh Barat.
C.
Manfaat
a. Masyarakat yang berada dalam dalam wilayah kerja Desa Suak Pandan,
Kecamtan Samatiga, Kabupaten Aceh Barat mengenal dan paham tentang
peran institusi pendidikan Jurusan Gizi Politeknik Kesehatan Kemenkes RI
Aceh bagi gizi dan kesehatan masyarakat, serta masyarakat dapat
mengetahui bagaimana status gizi anak balita dilokasi penelitian sehingga
b.
c.
berguna sebagai bahan bacaan dan pendukung untuk penelitian lebih lanjut.
Bagi Pemerintah dan Instansi terkait, sebagai informasi terutama bagi dinas
kesehatan dan Puskesmas, serta dinas pendidikan nasional dalam
merencanakan pembangunan dibidang kesehatan dan pendidikan untuk
meningkatkan status kesehatan balita, ibu hamil, dan ibu menyusui.
D.
Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian yang ada di latar belakang di atas, maka dapat
disusun perumusan masalah sebagai berikut : Permasalahan apa sajakah yang
terjadi serta faktor-faktor apa saja yang berhubungan dengan masalah gizi pada
bayi, balita, ibu hamil, ibu menyusui, ibu nifas serta masalah gizi lainnya di
Desa suak Pandan Kecamatan Samatiga kabupaten Aceh Barat?.
E.
Hipotesa
a. Ada hubungan permasalahan gizi yang terjadi pada balita, ibu hamil, ibu
menyusui, ibu nifas dan masalah gizi lainnya yang terjadi di masyarakat
Desa Suak Pandan Kecamatan Samatiga Kabupaten Aceh Barat.
b. Ada hubungan pola asupan konsumsi dengan masalah gizi yang terjadi
pada balita, ibu hamil, ibu menyusui, ibu nifas dan masalah gizi lainnya
yang terjadi di Desa Suak Pandan Kecamatan Samatiga Kabupaten Aceh
Barat.
c. Ada hubungan pola asuh dengan masalah gizi yang terjadi pada balita, ibu
hamil, ibu menyusui, ibu nifas dan masalah gizi lainnya yang terjadi di
masyarakat Desa Suak Pandan Kecamatan Samatiga Kabupaten Aceh
Barat.
d. Ada hubungan penyakit infeksi dengan masalah gizi yang terjadi pada
balita, ibu hamil, ibu menyusui, ibu nifas dan masalah gizi lainnya yang
terjadi di Desa Suak Pandan Kecamatan Samatiga Kabupaten Aceh Barat.
e. Ada hubungan pendidikan dengan masalah gizi yang terjadi pada balita,
ibu hamil, ibu menyusui, ibu nifas dan masalah gizi lainnya yang terjadi di
masyarakat Desa Suak Pandan Kecamatan Samatiga Kabupaten Aceh
Barat.
f. Ada hubungan tingkat pengetahuan dengan masalah gizi yang terjadi pada
balita, ibu hamil, ibu menyusui, ibu nifas dan masalah gizi lainnya yang
kerap terjadi di masyarakat Desa Suak Pandan Kecamatan Samatiga
Kabupaten Aceh Barat.
g. Ada hubungan ketersediaan pangan dengan masalah gizi yang terjadi pada
balita, ibu hamil, ibu menyusui, ibu nifas dan masalah gizi lainnya yang
terjadi di masyarakat Desa Suak Pandan Kecamatan Samatiga Kabupaten
Aceh Barat.
h. Ada hubungan pendapatan dengan masalah gizi yang terjadi pada balita,
ibu hamil, ibu menyusui, ibu nifas dan masalah gizi lainnya yang terjadi di
masyarakat Desa Suak Pandan Kecamatan Samatiga Kabupaten Aceh
Barat.
i. Ada hubungan sikap dengan masalah gizi yang terjadi pada balita, ibu
hamil, ibu menyusui, ibu nifas dan masalah gizi lainnya yang terjadi di
masyarakat Desa Suak Pandan Kecamatan Samatiga Kabupaten Aceh
Barat.
j. Ada hubungan konsumsi MP-ASI dengan masalah gizi yang terjadi pada
balita, ibu hamil, ibu menyusui, ibu nifas dan masalah gizi lainnya yang
kerap terjadi di masyarakat Desa Suak Pandan Kecamatan Samatiga
Kabupaten Aceh Barat.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. GIZI BURUK
1.1. Pengertian Gizi Buruk
Gizi buruk merupakan status kondisi seseorang yang kekurangan
nutrisi, atau nutrisinya di bawah standar rata-rata. Status gizi buruk dibagi
menjadi tiga bagian, yakni gizi buruk karena kekurangan protein (disebut
kwashiorkor),
karena
kekurangan
karbohidrat
atau
kalori
(disebut
istilah teknis yang umumnya dipakai oleh kalangan gizi, kesehatan dan
kedokteran. Gizi buruk adalah bentuk terparah dari proses terjadinya
kekurangan gizi menahun. (Nency, 2005)
Anak balita (bawah lima tahun) sehat atau kurang gizi dapat diketahui
dari pertambahan berat badannya tiap bulan sampai usia minimal 2 tahun
(baduta). Apabila pertambahan berat badan sesuai dengan pertambahan umur
menurut suatu standar organisasi kesehatan dunia, dia bergizi baik. Kalau
sedikit dibawah standar disebut bergizi kurang yang bersifat kronis. Apabila
jauh dibawah standar dikatakan bergizi buruk. Jadi istilah gizi buruk adalah
salah satu bentuk kekurangan gizi tingkat berat atau akut. (Pardede, J, 2006)
lapar
a. Komplikasi:
1. Defisiensi Vitamin A
2. Dermatosis
3. Kecacingan
4. diare kronis
5. tuberculosis
b. Pencegahan dan pengobatan
Pengobatan rutin yang dilakukan di rumah sakit berupa 10 langkah
penting yaitu:
1. Atasi/cegah hipoglikemia (kadar gula dalam darah rendah)
Hipoglikemia merupakan salah satu penyebab kematian
pada anak dengan KEP berat/Gizi buruk. Pada hipoglikemia, anak
terlihat lemah, suhu tubuh rendah. Jika anak sadar dan dapat
menerima makanan usahakan memberikan makanan saring/cair 23 jam sekali. Jika anak tidak dapat makan (tetapi masih dapat
minum) berikan air gula dengan sendok. Jika anak mengalami
gangguan kesadaran, berikan infus cairan glukosa dan segera rujuk
ke RSU kabupaten.
2. Atasi/cegah hipotermia (suhu tubuh rendah)
Hipotermia ditandai dengan suhu tubuh yang rendah
dibawah 360 C. Pada keadaan ini anak harus dihangatkan. Cara
yang dapat dilakukan adalah ibu atau orang dewasa lain mendekap
anak di dadanya lalu ditutupi selimut (Metode Kanguru). Perlu
dijaga agar anak tetap dapat bernafas.
Cara lain adalah dengan membungkus anak dengan selimut
tebal, dan meletakkan lampu didekatnya. Lampu tersebut tidak
boleh terlalu dekat apalagi sampai menyentuh anak. Selama masa
penghangatan ini dilakukan pengukuran suhu anak pada dubur
(bukan ketiak) setiap setengah jam sekali. Jika suhu anak sudah
normal dan stabil, tetap dibungkus dengan selimut atau pakaian
10
ReSoMal.
2. Jika tidak ada ReSoMal untuk anak dengan KEP berat/Gizi
buruk dapat menggunakan oralit yang diencerkan 2 kali. Jika
anak tidak dapat minum, lakukankan rehidrasi intravena (infus)
cairan Ringer Laktat/Glukosa 5 % dan NaCL dengan
perbandingan 1:1.
4. Koreksi gangguan keseimbangan elektrolit
Pada semua KEP berat/Gizi buruk terjadi gangguan
keseimbangan elektrolit diantaranya :
a. Kelebihan natrium (Na) tubuh, walaupun kadar Na plasma
rendah.
b. Defisiensi kalium (K) dan magnesium (Mg)
11
Sumber Cuprum
Sumber Mangan
Sumber Magnesium
Sumber Kalium
alpukat,
bayam,
daging
tanpa
lemak.
5. Obati/cegah infeksi
Pada KEP berat/Gizi buruk, tanda yang umumnya
menunjukkan adanya infeksi seperti demam seringkali tidak
tampak, oleh karena itu pada semua KEP berat/Gizi buruk secara
rutin diberikan antibiotik spektrum luas dengan dosis yang sesuai.
6. Mulai pemberian makanan
Pemberian diet KEP berat/Gizi buruk dibagi dalam 3 fase,
yaitu: Fase Stabilisasi, Fase Transisi, Fase Rehabilitasi
a. Fase Stabilisasi ( 1-2 hari) :
Pada awal fase stabilisasi perlu pendekatan yang sangat
hati-hati, karena keadaan faali anak sangat lemah dan kapasitas
homeostatik berkurang. Pemberian makanan harus dimulai
segera setelah anak dirawat dan dirancang sedemikian rupa
12
sehingga
energi
dan
protein
cukup
seperti
yang
untuk
memenuhi
Formula
dianjurkan
dan
WHO
jadwal
ml/Kg bb/hari)
5. Bila anak mendapat ASI teruskan , dianjurkan memberi
Formula
WHO
75/pengganti/Modisco
dengan
formula
tersebut
melalui
pipa
nasogastrik
13
14
5.
MAKANAN KELUARGA
15
BESI/FOLAT
6 sampai 12 bulan
tablet
(7 - < 10 Kg)
12 bulan sampai 5
tablet
tahun
ml (1 sendok teh)
Bila anak diduga menderita kecacingan berikan Pirantel Pamoat dengan dosis
tunggal sebagai berikut :
PIRANTEL PAMOAT
UMUR ATAU BERAT BADAN
(125mg/tablet)
(DOSIS TUNGGAL)
16
Umur
6 bln sampai 12 bln
12 bln sampai 5 Thn
6.
tablet
tablet
1 tablet
1 tablet
Kapsul Vitamin A
Kapsul Vitamin A
200.000 IU
100.000 IU
1 kapsul
1 kapsul
Lakukan stimulasi sensorik dan dukungan
emosi/mental
Pada KEP berat/gizi buruk terjadi keterlambatan
perkembangan mental dan perilaku, karenanya berikan :
a.
b.
c.
d.
e.
Kasih sayang
Ciptakan lingkungan yang menyenangkan
Lakukan terapi bermain terstruktur selama 15 30 menit/hari
Rencanakan aktifitas fisik segera setelah sembuh
Tingkatkan keterlibatan ibu (memberi makan, memandikan,
bermain dsb)
17
selalu
ditimbang
setiap
bulan
secara
teratur
di
posyandu/puskesmas.
3. pemberian makan yang sering dengan kandungan energi dan
nutrien yang padat
4. penerapan terapi bermain dengan kelompok bermain atau
Posyandu
5. Pemberian suntikan imunisasi sesuai jadwal
6. Anjurkan pemberian kapsul vitamin A dosis tinggi (200.000 SI
atau 100.000 SI ) sesuai umur anak setiap Bulan Februari dan
Agustus.
Dalam proses pelayanan KEP berat/Gizi buruk terdapat 3 fase
yaitu fase stabilisasi, fase transisi, dan fase rehabilitasi. Petugas
kesehatan harus trampil memilih langkah mana yang sesuai untuk
setiap fase. Tata laksana ini digunakan pada pasien Kwashiorkor,
Marasmus maupun Marasmik-Kwashiorkor.
Bagan dan Jadwal Pengobatan :
No FASE
Hipoglikemia
Hipotermia
Dehidrasi
Elektrolit
Infeksi
MulaiPemberian
Makanan
7 Tumbuh kejar
(Meningkatkan
Pemberian Makanan)
8 Mikronutrien
9 Stimulasi
10 Tindak lanjut
STABILISASI
Hari ke 1-2 Hari ke 2-7
TRANSISI
REHABILITASI
Minggu ke-2 Minggu ke 3-7
1
2
3
4
5
6
Tanpa Fe
dengan Fe
18
3.
4.
5.
6.
Dianjurkan
Nasi,
Roti,
Tidak Dianjurkan
mie,
ayam, Dimasak
minyak
atau
Sayuran
dengan
minyak
atau
dan pindakas.
kelapa/santan kental
Semua jenis sayuran, Dimasak
dengan
terutama jenis bayam, banyak
minyak
atau
direbus,
kaleng,
buah
margarin,
dressing.
Soft drink, madu, sirup, Minuman
19
rendah
Bumbu
yang
tajam
putih,
laos,
20
kalori
yang
cukup,
tidak
semua
makanan
dapat
menjadi
hal
yang
menyebabkan
terjadinya
kwashiorkor.
Faktor ekonomi
Kemiskinan keluarga/ penghasilan yang rendah yang tidak dapat
memenuhi kebutuhan berakibat pada keseimbangan nutrisi anak
tidak terpenuhi, saat dimana ibunya pun tidak dapat mencukupi
kebutuhan proteinnya.
4. Faktor infeksi dan penyakit lain
Telah lama diketahui bahwa adanya interaksi sinergis antara MEP
dan infeksi. Infeksi derajat apapun dapat memperburuk keadaan
gizi. Dan sebaliknya MEP, walaupun dalam derajat ringan akan
menurunkan imunitas tubuh terhadap infeksi.
Gejala klinis
a. Gagal untuk menambah berat badan
b. Pertumbuhan linear terhenti.
c. Edema gerenal (muka sembab, punggung kaki, perut yang membuncit)
d. Diare yang tidak membaik
e. Dermatitis, perubahan pigmen kulit (deskuamasi dan vitiligo).
f. Perubahan warna rambut menjadi kemerahan dan mudah dicabut.
g. Penurunan masa otot
h. Perubahan mental seperti lethargia, iritabilitas dan apatis dapat terjadi.
i. Perubahan lain yang dapat terjadi adala perlemakan hati, gangguan
fungsi ginjal, dan anemia.
j. Pada keadaan berat/ akhir (final stages) dapat mengakibatkan shock,
coma dan berakhir dengan kematian
Komplikasi
22
23
secara
klinis
maupun
lingkungan
(masyarakat).
b.
c.
d.
bayi malnutrisi/KEP.
Deteksi dini dan manajemen KEP awal/ringan:
24
1)
2)
25
b. umur 6 12 bulan
: 100.000 SI/kali
c. umur 0 5 bulan
: 50.000 SI/kali
Bila ada ulkus dimata diberikan :
a. Tetes mata khloramfenikol atau salep mata tetrasiklin,
b.
c.
2.
3.
Zn peroral
Parasit/cacing
Beri Mebendasol 100 mg oral, 2 kali sehari
4.
keadaan
umum.
Berikan
formula
Giardiasis
merupakan
penyebab
lain
dari
26
6. Anemia berat
Transfusi darah diperlukan bila :
27
Hb < 4 g/dl
Hb 4-6 g/dl disertai distress pernapasan atau tanda
gagal jantung
Transfusi darah :
Berikan darah segar 10 ml/kgBB dalam 3 jam.
Bila ada tanda gagal jantung, gunakan packed red
cells untuk transfusi dengan jumlah yang sama.
Beri furosemid 1 mg/kgBB secara i.v pada saat
transfusi dimulai.
Perhatikan adanya reaksi transfusi (demam, gatal,
Hb-uria, syok). Bila pada anak dengan distres napas
setelah transfusi Hb tetap < 4 g/dl atau antara 4-6 g/dl,
jangan diulangi pemberian darah.
1.3.
28
sebagai
suatu
keadaan
kadar
Umur
6 bulan s/d 6 tahun
6 tahun s/d 14 tahun
Laki-laki
Wanita
Wanita hamil
Hemoglobin
11
12
13
12
11
Sumber WHO
2.2.
Patofisiologi Anemia
Zat besi diperlukan untuk hemopoesis (pembentukan darah)
29
dan juga diperlukan oleh berbagai enzim sebagai faktor penggiat. Zat
besi yang terdapat dalam enzim juga diperlukan untuk mengangkut
elektro (sitokrom), untuk mengaktifkan oksigen (oksidase dan
oksigenase). Defisiensi zat besi tidak menunjukkan gejala yang khas
(asymptomatik) sehingga anemia pada balita sukar untuk dideteksi.
Tanda-tanda dari anemia gizi dimulai dengan menipisnya
simpanan zat besi (feritin) dan bertambahnya absorbsi zat besi yang
digambarkan dengan meningkatnya kapasitas pengikatan besi. Pada
tahap yang lebih lanjut berupa habisnya simpanan zat besi,
berkurangnya
kejenuhan
transferin,
berkurangnya
jumlah
30
didemonstrasikan
pada
manusia.
Pada
manusi
badan.
Imunitas sel mediated
Invitro responsif dari limfosit dalam darah tepi dari
32
yang
menderita
defisiensi
besi
33
34
terjadi.
Untuk
memastikan,
diagnosa
perlu
dilakukan
37
3.2
No
Jenis makanan
Kandungan
dalam
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
4.
keadaan dalam
segar (/gram)
17-40
163-3180
308-1300
27-97
35-56
93
22-72
0-29
23-36
12-201
STATUS GIZI
4.1 Pengertian Status Gizi
38
Kandungan
keadaan
kering (/gram)
68-194
471-4591
1292-4987
34-92
62-277
223-245
204-1636
gizi.
Status
gizi
kurang
terjadi
karena
defisiensi
atau
Antropometri
Pengukuran
antropometri
adalah
prengukuran
untuk
40
9.
c.
5.
6.
7.
2.
Indeks Antropometri
Menurut Soekirman (2000) untuk mengetahui apakah
berat dan tinggi badan normal, lebih rendah atau lebih tinggi
dari yang seharusnya, maka dilakukan pembandingan dengan
suatu standar internasional yang ditetapkan oleh WHO. Untuk
mengetahui status gizi diperlukan indikator yang merupakan
kombinasi antara BB, TB dan Umur dimana masing-masing
indikator mempinyai makna tersendiri.
Indikator tersebut antara lain adalah sebagai berikut
(Departemen Gizi dan Kesehatan Masyarakat, 2007).
a.
Berat Badan terhadap Umur (BB/U)
Merupakan indikator status gizi kurang saat
sekarang dan sensitif terhadap perubahan kecil. Dapat
digunakan
untuk
memonitor
pertumbuhan
dan
budaya.
Tinggi Badan terhadap Umur (TB/U)
Merupakan indikator status gizi masa lalu dan
kesejahteraan
dan
kemakmuran
suatu
bangsa.
d.
e.
42
2012).
Biokimia
Pemeriksaan biokimia disebut juga pemeriksaan secara
laboratorium. Pemeriksaan biokimia adalah pemeriksaan yang
digunakan untuk mendeteksi adanya defisiensi zat gizi pada
kasus yang lebih parah lagi, dimana dilakukan pemeriksaan
dalam suatu bahan biopsi sehingga dapat diketahui kadar zat
gizi atau adanya simpanan di jaringan yang paling sensitif
terhadap deplesi, uji ini disebut uji biokimia statis. Cara lain
adalah dengan menggunakan uji gangguan fungsional yang
berfungsi untuk mengukur besarnya konsekuensi fungsional
daru suatu zat gizi yang spesifik Untuk pemeriksaan biokimia
sebaiknya digunakan perpaduan antara uji biokimia statis dan
uji gangguan fungsional (Baliwati, 2004).
4.
Klinis
Pemeriksaan klinis merupakan cara penilaian status gizi
berdasarkan perubahan yang terjadi yang berhubungan erat
dengan kekurangan maupun kelebihan asupan zat gizi.
Pemeriksaan klinis dapat dilihat pada jaringan epitel yang
terdapat di mata, kulit, rambut, mukosa mulut, dan organ yang
dekat dengan permukaan tubuh (kelenjar tiroid) (Hartriyanti
5.
Penilaian
Status
Gizi
Secara
Tidak
Langsung
a.
dengan
menggunakan
kuesioner
untuk
makanan
dan
minuman.
Frekuensi
45
a)
b)
frekuensi
penggunaan
terutama
jenis
bahan
makanan
tertentu
Lakukan analisis secara kualitatif
Hasil analisis hanya bersifat kualitatif berupa
frekuensi konsumsi setiap jenis bahan makanan
dan pola kebiasaan tentang jenis bahan makanan
e)
b.
c.
b. Statistik Vital
46
Faktor Ekologi
Penilaian status gizi dengan menggunakan faktor ekologi
karena masalah gizi dapat terjadi karena interaksi beberapa faktor
ekologi, seperti faktor biologis, faktor fisik, dan lingkungan
budaya. Penilaian berdasarkan faktor ekologi digunakan untuk
mengetahui penyebab kejadian gizi salah (malnutrition) di suatu
masyarakat yang nantinya akan sangat berguna untuk melakukan
intervensi gizi (Supariasa, 2001).
Menurut Bengoa (dikutip oleh Jelliffe, 1966), malnutrisi
merupakan
masalah
ekologi
sebagai
hasil
yang
saling
2002).
Klasifikasi Status Gizi
Penentuan klasifikasi status gizi diperlukan ada batasan-batasan
yang disebut dengan ambang batas. Batasan ini di setiap Negara relatife
berbeda, hal ini tergantung dari kesepakatan para ahli gizi di Negara
tersebut, berdasarkan hasil penelitian Empiris dan keadaan klinis.
Dalam menentukan klasifikasi status gizi harus ada ukuran baku
yang di sebut reference. Baku antropometri yang sekarang digunakan di
Indonesia adalah WHO-NCHS.
Klasifikasi status gizi menurut standar WHO-NCHS berdasarkan
Depkes RI, 2002 adalah sebagai berikut :
47
INDEKS
STATUS GIZI
Gizi Lebih
Gizi Baik
Berat badan menurut umur (BB/U)
Gizi Kurang
Gizi Buruk
Tinggi badan menurut umur (TB/U) Normal
Pendek (stunted)
Berat badan menurut tinggi badanGemuk
Normal
(BB/TB)
Kurus (wasted)
Kurus sekali
AMBANG BATAS *)
> + 2 SD
-2 SD sampai +2 SD
< -2 SD sampai -3 SD
< 3 SD
2 SD
< -2 SD
> + 2 SD
-2 SD sampai + 2 SD
< -2 SD sampai -3 SD
< 3 SD
Kategori
Underweight
Normal
Overweight
Preobese
Obesitas tingkat 1
Obesitas tingkat 2
48
Obesitas tingkat 3
40,0
Sumber : WHO (2000) dalam Gibson (2005)
4.4
penggunaan
panca
inderanya
yang
berbeda
sekali
49
Pendidikan
Pendidikan adalah usaha yang dilakaukan secara sadar, sengaja,
sistematis, dan terencana oleh orang dewasa kepada anak yang belum
dewasa yang merupakan bimbingan, pertolongan, dan kepemimpinan
dengan tujuan agar anak dapat mencapai tingkat kedewasaan jasmani
dan rohani (Astuti, 2000). Menurut tingkat atau jenjang pendidikan
terdiri dari :
1)
2)
3)
Pendapatan keluarga
Pendapatan rumah tangga adalah sejumlah penghasilan dan
penerimaan berupa uang atau barang dari semua anggota keluarga,
maupun penerimaan transfer. Tingkat pendapatan juga menentukan
pola makanan apa yang dibeli dengan uang tambahan tersebut (Berg,
1986).
Rendahnya pendapatan merupakan tantangan lain yang
menyebabkan orang orang tak mampu membeli pangan dalam
jumlah yang diperlukan (Sajogyo, 1983). Pada pendapatan terendah,
maka hampir semua pendapatan akan dikeluarkan untuk makan
(Handayatu, 1994).
Orang miskin biasanya akan membelanjakan sebagian besar
pendapatan tambahan itu untuk makan. Sedangkan yang kaya tentu
akan lebih berkurang dari jumlah itu. Bagian untuk makanan padi
-padian akan menurun dan untuk makanan yang dibuat dari susu akan
bertambah jika keluarga-keluarga beranjak ke pendapatan tingkat
menengah. Semakin tinggi pendapatan, semakm bertambah besar pula
persentase
pertambahan
pembelanjaannya.
Dengan
demikian,
Ketersediaan pangan
Bila ketersediaan pangan jauh lebih rendah dari perkiraan
kebutuhan, dapat menyebabkan masalah gizi kurang yang berat.
(Suhardjo, 1989)
Ketersediaan dalam keluarga penting diperhatikan karena
konsumsi makanan sehari-hari harus selalu ada untuk kelangsungan
hidup dan ketahanan tubuh seluruh anggota keluarga terutama balita
dan Anak-anak. (Soekirman, 2000).
e.
Pola asuh
Pola asuh adalah praktek dirumah tangga yang diwujudkan
dengan tersedianya pangan dan perawatan kesehatan serta sumber
lainnya untuk kelangsungan pangan, pertumbuhan dan perkembangan
anak. Pola asuh yang baik akan mempengaruhi keadaan kesehatan dan
keadaan gizi anak. (Soekirman, 2000).
f.
Lingkungan
Kebersihan
lingkungan
(sanitasi
lingkungan)
adalah
tersedianya air bersih dan sarana kesehatan yang terjangkau oleh setiap
keluarga yang membutuhkan makin dekat jangkauan keluarga
terhadap
pelayanan
dan
sarana
kesehatan
ditambah
dengan
tentang
pentingnya
52
sanitasi
lingkungan,
akan
membayar.
Kurangnya
pendidikan
dan
pengetahuan
h.
(Soekirman, 2000).
Pola Makan
Upaya mencapai status gizi masyarakat yang baik atau optimal
dimulai dengan penyediaan pangan yang cukup. Penyediaan pangan
yang cukup diperoleh melalui produksi pangan dalam negeri yaitu
pertanian dalam menghasilkan bahan makanan pokok, lauk-pauk,
53
% AKG
>115 % AKG
106 115 % AKG
95 105 % AKG
85% - 94 % AKG
<85 % AKG
Sosial budaya
Banyak sekali penemuan yang menyatakan bahwa factor budaya
sangat berperan dalam proses terjadinya masalah gizi diberbagai
masyarakat dan Negara. Unsur-unsur budaya mampu menciptakan
suatu kebiasaan makan penduduk yang kadang-kadang bertentangan
dengan prinsip-prinsip ilmu gizi. Berbagai budaya memberikan
peranan dan nilai yang berbeda-beda trehadap pangan atau makanan.
Misalnya, bahan-bahan makanan tertentu suatu budaya masyarakat
dapat dianggap tabu untuk dikonsumsi dengan alasan tertentu,
sementara itu ada pangan yang dinilai sangat tinggi dari segi ekonomi
maupun sosial karena mempunyai peranan yang penting dalam
hidangan makanan pada suatu perayaan yang berkaitan dengan agama
atau kepercayaan. (suhardjo, 2005).
j.
Penyakit Infeksi
54
B. KERANGKA TEORI
Pengetahuan Gizi
Pengetahuan Gizi
Pendidikan
Pendidikan
Pelayanan
Pendapatan
Ketersediaan
Sosial
Lingkungan
Pola
PolaMakan
Budaya
Asuh
Kesehatan
Keluarga
Pangan
Pelayanan
Pendapatan
Ketersediaan
Sosial
Lingkungan
Pola
PolaMakan
Budaya
Asuh
Kesehatan
Keluarga
Pangan
55
Penyakit Infeksi
Penyakit Infeksi
Asupan Makan
Asupan Makan
Status Gizi
Status Gizi
C. KERANGKA KONSEP
Faktoryang
yang
Statusgizi
gizianak
anakpada
pada
Faktor
Status
balita
mempengaruhistatus
status
balita
mempengaruhi
gizi
gizi
Gambar Kerangka Konsep Penelitian
56
D. Definisi Operasional
Variabel
Definisi
Cara Ukur
Alat Ukur
Pengetahuan
gizi
Pengetahuan dan
pemahaman mengenai
ilmu gizi dasar yang
meliputi gizi seimbang
Jenjang pendidikan
formal terakhir yang
ditamatkan oleh
responden
Wawancara
Besarnya penghasilan
responden perbulan
Pendidikan
Pendapatan
kleuarga
Hasil ukur
Kuestioner
Skala
Ukur
Ordinal
Wawancara
Kuestioner
Ordinal
1. Tinggi =
Diploma/PT
2. Sedang = SMP
dan SMA
(sederajat)
3. Rendah = SD
dan tidak sekolah
Wawancara
Kuestioner
Ordinal
1. Rendah, jika
1. Baik = >80%
2.Sedang = 40-80%
3. Kurang = <40%
Rp. 2.000.000
2. Tinggi, jika
Ketersediaan
pangan
Pola asuh
Tersedianya pangan
bagi rumah tangga yang
tercermuin dari
tersedianya pangan
yang cukup
Pola prilaku untuk
mereaksi secara baik
atau buruk.
Wawancara
Kuestioner
Ordinal
Wawancara
Kuestioner
Ordinal
57
Rp. 2.000.000
1. Cukup : ratarata.
2. Kurang : < ratarata
1. Baik = ratarata.
2. Kurang = < ratarata
Lingkungan
Pelayanan
kesehatan
Pola makan
Observasi
Chek list
Wawancara
Kuestioner
Ordinal
Ordinal
Wawancara
Ordinal
Wawancara
Kuestioner
Ordinal
Wawancara
Kuestioner
Ordinal
Mengukur berat
badan dan tinggi
atau panjang
badan
1.BB
menggunakan
dacin
2.TB
menggunakan
microtoice
3. PB
menggunakan
BLB (Body
Ratio
58
1. Baik :
rata.
2. Kurang : <
rata
1. Baik :
rata.
2. Kurang : <
rata
ratarataratarata-
1. Sangat Tinggi:
>115 % AKG
2. Tinggi : 106
115 % AKG
3. Sedang : 95
105 % AKG
4. Cukup : 85% 94 % AKG
5. Rendah : <85 %
AKG
1. Baik : ratarata.
2. Kurang : < ratarata
1. Ada
2. Tidak
BB/U :
1. Gizi lebih = > +2
SD
2. Gizi baik = -2
SD s/d +2 SD
3. Gizi kurang = -3
SD s/d <-2 SD
4. Gizi buruk = <
-3 SD
Longht Board)
TB/U
1. Normal = -2
SD
2. Pendek = < -2
SD
BB/TB
1. Gemuk = > + 2
SD
2. Normal = -2 SD
s/d +2 SD
3. Kurus = -3 SD
s/d <-2 SD
4. Sangat kurus = <
-3 SD
BAB III
METODE PENGUMPULAN DATA
A.
B.
C.
59
berikut :
a. Menyusun sampling menurut kecamatan sampel, bayi/balita, Bumil
dan Buteki
b.
Lalu
dirandom,
berikan
teknik
c.
D.
Jenis Data
Jenis data yang dikumpulkan adalah data primer dan data sekunder.
1.
Data Primer
Data primer penelitian ini meliputi data status gizi, asupan
makanan, pengetahuan, sikap, pendidikan, pendapatan, ketersediaan
pangan, penyakit infeksi, kesehatan linkungan, pelayanan kesehatan dan
pola asuh.
2.
Data Sekunder
Data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini meliputi
keadaan umum lokasi penelitian meliputi luas wilayah, batas wilayah,
jumlah penduduk.
E.
60
Pengolahan data
Untuk Pengolahan
data
pengetahuan
pengasuh/ibu,
perilaku
=
Keterangan :
X : Rata-rata pengetahuan tentang gizi/perilaku tentang gizi/sikap
n
N
Hasil yang diperoleh disajikan dalam skala ordinal dengan kategori sesuai
definisi operasional.
Status Gizi
Penilaian Status Gizi Balita
Z-Score
61
Untuk menilai status gizi balita, maka angka berat badan dan tinggi
badan setiap balita dikonversikan kedalam bentuk nilai terstandar (ZScore) dengan menggunakan baku antropometri WHO 2006.
Z-Score =
Selanjutnya berdasarkan nilai Z-score masing-masing indikator tersebut
ditentukan status gizi balita dengan batasan sebagai berikut.
Indeks BB/U
Gizi lebih, bila Z-Score terletak > 2 SD
Gizi normal, bila Z-Score terletak 2 SD s/d > -2 SD
Gizi kurang, bila Z-Score terletak - 2 SD s/d > -3 SD
Gizi buruk, bila Z-Score terletak - 3 SD
Indeks TB/U
Gizi lebih, bila Z-Score terletak > 2 SD
Gizi normal, bila Z-Score terletak 2 SD s/d > -2 SD
Gizi kurang, bila Z-Score terletak - 2 SD s/d > -3 SD
Gizi buruk, bila Z-Score terletak - 3 SD
Indeks BB/TB
Gizi lebih, bila Z-Score terletak > 2 SD
Gizi normal, bila Z-Score terletak 2 SD s/d > -2 SD
Gizi kurang, bila Z-Score terletak - 2 SD s/d > -3 SD
Gizi buruk, bila Z-Score terletak - 3 SD
G. Analisa Data
1. Univariat
Analisa data deskritif masing masing variabel telah di tabulasi untuk
melihat status gizi balita, asupan makanan balita, pengetahuan pengasuh/ibu,
sikap pengasuh/ibu, pendidikam pengasuh/ibu, pendapatan keluaraga,
ketersediaan pangan dalam keluaraga, penyakit infeksi, kesehatan lingkungan,
pelayanan kesehatan dan pola asuh pada balita.
2. Bivariat
62
Tekstular
Tabular
Grafikal
Gambar
narasi
4. Penentuan Masalah
Masalah gizi kurang pada balita
Mengukur status gizi balita
Melihat gejala-gejala klinis
5. Prioritas Masalah
Masalah Gizi Kurang:
Kekurangan Energi Protein (KEP), Marasmus, Kwarsiokor, Marasmuskwarsiokor
Anemia
Gangguan Akibat Kekurangan Iodium (GAKI)
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN
63
A.
Batas Wilayah
Desa Suak Pandan, berbatasan dengan Desa Cot Simeureung dan
Suak Timah
2.
Jumlah Penduduk
Desa Suak Pandan memiliki jumlah penduduk lebih kurang 547
jiwa dengan jumlah penduduk laki-laki 294 jiwa dan jumlah penduduk
perempuan sebanyak 253 jiwa. Jumlah Kepala Keluarga di desa ini adalah
sebanyak 168 jiwa.
64
B. Hasil Survei
1. Hasil Univariat
a. Balita
Table I
Distribusi Karakteristik KK di desa Suak Pandan, Kecamatan Samatiga Kabupaten
Aceh Barat tahun 20142015
No.
1.
Karakteristik KK
Umur KK
1. < 25 tahun
2. 25 34 tahun
3. 35 45 tahun
4. > 45 tahun
Jumlah
N
1
11
14
4
30
65
%
3.3
36.7
46.7
13.3
100
2.
3.
4.
6.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
5
Pendidikan KK
1. Tidak Sekolah
2. SD/MI
3. SLTP
4. SLTA
5. Diploma/PT
Jumlah
Total Pendapatan Keluarga
(bulan)
1. Tinggi
2. Rendah
Jumlah
Pengeluaran Keluarga dari
Pendapatan
1. Tinggi
2. Rendah
Jumlah
Pekerjaan Kepala Keluarga
1. PNS/BUMN/TNI/POLRI
2. Petani/Berkebun
3. Pedagang/Wiraswasta
4. Buruh
5. Nelayan
6. Lain-lain
0
7
8
14
1
30
0
23.3
26.7
46.7
3.3
100
7
23
23.3
76.7
30
100
8
22
30
26.7
73.3
100
0
10
7
4
5
4
0
33.3
23.3
13.3
16.7
13.3
Jumlah
30
100
Dari table diatas, terlihat bahwa umur kepala keluarga yang paling banyak
adalah berkisar antara 35-45 tahun yaitu sebanyak 14 orang KK (46.7%), umur KK
dibawah 25 tahun 1 orang, hal ini dikarenakan kepala keluarganya adalah seorang
ibu, sehingga ada kepala keluarga yang usianya dibawah 25 tahun. Umur 25-34 tahun
ada 11 orang yaitu sekitar 36,7%. Sedangkan umur diatas 45 tahun ada 4 orang
(13,3%). Pada umumnya mayoritas pekerjaan dari penduduk desa Suak Pandan
adalah bertani/berkebun, dalam data ini kami mendapatkan penduduk yang bekerja
sebagai petani 10 orang (33,3%). Untuk pendidikan KK yang tertinggi di tempuh
adalah jenjang pendidikan SLTA yaitu sebanyak 14 orang (46,7%). Pendapatan
dengan kategori tinggi yaitu diatas Rp 1.750.000 sebanyak 7 KK, atau 23,3%,
66
Tabel 2
Distribusi karakteristik Ibu di desa Suak Pandan, Kecamatan Samatiga, Kabupaten
Aceh Barat tahun 2013 2014
No
1.
1.
2.
3.
2.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Karakteristik Responden
Umur Responden
< 25 tahun
25 34 tahun
35 45 tahun
>45 tahun
Jumlah
Pekerjaan Ibu
1. PNS/BUMN/TNI/POLRI
2. Petani/Berkebun
3. Pedagang/Wiraswasta
4. Buruh
5. Nelayan
6. Lain-lain (Ibu Rumah Tangga)
Jumlah
67
Total
N
%
2
20
8
0
30
6.68
66.66
26.66
0
100
0
1
1
0
0
28
0
3.33
3.33
0
0
93.34
30
100
3.
Pendidikan Ibu
1. Tidak Sekolah
2. SD/MI
3. SLTP
4. SLTA
5. Diploma/PT
Jumlah
0
6
8
11
5
30
0
20
26.66
36.66
16.68
100
Dari table diatas, didapatkan bahwa umur ibu yang < 25 tahun ada 2 orang
(6,68%), umur 25-34 tahun 20 orang (66,66%), umur 35-45 tahun 8 orang (26,66%),
sedangkan umur > 45 tahun tidak ada. Mayoritas pekerjaan para ibu di desa Suak
Pandan adalah sebagai ibu rumah tangga yaitu sebanyak 28 orang (93,34%). Tingkat
pendidikan ibu yang paling banyak adalah lulusan SLTA 11 orang (36,66%), dan 5
orang (16.68%) mengenyam pendidikan perguruan tinggi/diploma.
Tabel 3.
Distribusi Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku Responden di desa Suak Pandan,
Kecamatan Samatiga, Kabupaten Aceh Barat Tahun 2014 - 2015
No.
1.
2.
3.
Total
Variabel
Pengetahuan tentang gizi
1. Baik
2. Sedang
3. Kurang
Jumlah
Sikap terhadap Gizi
1. Baik
2. Sedang
3. Kurang
Jumlah
Perilaku Gizi
1. Baik
2. Sedang
3. Kurang
Jumlah
68
1
0
29
30
3.33
0
96.7
100
12
18
0
30
40
60
0
100
14
14
2
30
46.7
46.7
6.7
100
Dari data diatas, dapat dilihat bahwa ibu yang berpengetahuan baik hanya 1
orang (3.33%), 96,7% lainnya berpengetahuan kurang. Untuk sikap, ibu yang
memiliki sikap baik sebanyak 12 orang (40%), dan sedang 18 orang (60%). Perilaku
gizi yang baik dan sedang dimiliki oleh masing-masing 14 orang ibu (46,7%), perlaku
gizi kurang hanya 2 orang (6,7%).
Tabel 4
Persentase Balita menurut Satus Gizi BB/U, TB/U, BB/TB di desa Suak Pandan,
Kecamatan Samatiga, Kabupaten Aceh Barat tahun 2014 - 2015
No.
Status Gizi
1.
BB/U
2.
TB/U
3.
BB/TB
Indikator
Total
1. Lebih
2. Normal
3. Kurang
4. Buruk
Jumlah
1. Normal
2. Stunting
N
6
16
4
4
30
14
16
%
20
53.33
13.34
13.34
100
46.7
53.3
Jumlah
1. Gemuk
2. Normal
3. Kurus
4. Kurus Sekali
Jumlah
30
5
25
0
0
30
100
16.67
83.33
0
0
100
Dari table diatas, dengan jumlah balita sebanyak 30 orang, didapatkan bahwa
status gizi BB/U (4 kategori) dengan indicator gizi lebih sebanyak 20%, normal
53,33%, gizi kurang dan gizi buruk masing-masing 13,34%. Status gizi berdasarkan
TB/U (2 kategori) dengan indicator normal sebanyak 46,7% dan stunting sebanyak
69
53,3%. Sedangkan status gizi berdasarkan BB/TB dengan indicator gemuk sebanyak
16,67%, normal 83,33%, kurus dan kurus sekali 0%.
Tabel 5
Frekuensi Penyakit Infeksi Pada Balita di desa Suak Pandan, Kecamatan Samatiga,
Kabupaten Aceh Barat Tahun 2014 2015
No.
infeksi dalam 3 bulan terakhir adalah 3 orang balita dengan presentase 10%,
sedangkan balita yang tidak pernah mengalami penyakit infeksi dalam tiga bulan
terakhir berjumlah 27 balita dengan presentase 90%.
Tabel 6
Asupan Zat Gizi Makro Balita di desa Suak Pandan, kecamatan Samatiga, Aceh Barat
Tahun 2014 2015
No.
1.
2.
3.
Total
N
4
0
0
0
26
30
13.3
0
0
0
86.67
100
24
1
1
1
3
30
80
3.33
3.33
3.33
10
100
0
0
0
0
4.
3. Baik
0
0
4. Cukup
0
0
5. Kurang
30
100
Jumlah
30
100
Asupan Protein
1. Sangat tinggi
9
30
2. Tinggi
1
3.33
3. Baik
4
13.3
4. Cukup
1
3.33
5. Rendah
15
50
Jumlah
30
100
Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa, asupan energy rata-rata rendah
yaitu terdapat pada 26 balita (86,67%) sedangkan asupan yang sangat tinggi terdapat
pada 4 balita (13.3%). Asupan KH dengan kategori sangat tinggi terdapat pada 24
balita (80%), sedangkan asupan lemak semua balita tergolong kategori kurang.
Asupan protein juga lebih banyak tergolong kedalam kategori rendah yaitu sebanyak
15 balita (50%), setengah dari jumlah balita yang kami wawancarai.
71
Tabel 7
Asupan Zat Gizi Mikro Balita di desa Suak Pandan, kecamatan Samatiga, Aceh Barat
Tahun 2013 2014
No
Asupan Ca
1. Sangat tinggi
2. Tinggi
3. Baik
4. Cukup
5. Rendah
Jumlah
Asupan Fe
1.
Sangat tinggi
2.
Tinggi
3.
Baik
4.
Cukup
5.
Rendah
Jumlah
asupan vitamin C
1.
Sangat tinggi
2.
Tinggi
3.
Baik
4.
Cukup
5.
Rendah
Jumlah
Asupan vitamin A
1. Sangat tinggi
2. Tinggi
3. Baik
4. Cukup
5. Rendah
Jumlah
2.
3.
4.
Total
N
5
4
3
3
15
30
16.67
13.33
10
10
50
100
6
2
1
0
21
30
20
6.67
3.33
0
70
100
3
0
0
0
27
30
10
0
0
0
90
100
0
0
2
3
25
30
0
0
6.66
10
83.34
100
Untuk distribusi zat gizi mikro, berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa
asupan kalsium (Ca) kebanyakan tergolong rendah, yaitu setengah dari jumlah balita
yang diwawancarai. Asupan Fe juga tergolong rendah yaitu sebanyak 21 balita (70%)
asupan Fe nya masih rendah. Untuk vitamin C juga kebanyakan tergolong rendah
72
yaitu terdapat pada 27 balita (90%). Vitamin A untuk kategori cukup ada 3 balita
(10%), baik 2 balita (6.66), rendah pada 25 balita (83,34).
b.
Ibu Hamil
1) Karakteristik KK
Tabel 8
Distribusi Karakteristik KK di desa Suak Pandan, Kecamatan Samatiga Kabupaten
Aceh Barat 2014 2015
No.
1.
2.
3.
4.
Karakteristik KK
Jumlah
0
3
1
0
4
0
75
25
0
100
Jumlah
0
0
3
0
1
0
4
0
0
75
0
25
0
100
Jumlah
0
0
0
4
0
4
0
0
0
100
0
100
Jumlah
2
2
4
Umur KK
5. < 25 tahun
6. 25 34 tahun
7. 35 45 tahun
8. > 45 tahun
Pekerjaan KK
1. PNS/BUMN/TNI/POLRI
2. Petani/Berkebun
3. Pedagang/Wiraswasta
4. Buruh
5. Nelayan
6. Lain-lain
Pendidikan KK
1. Tidak Sekolah
2. SD/MI
3. SLTP
4. SLTA
5. Diploma/PT
Total Pendapatan Kepala keluarga
1. Tinggi
2. Rendah
50
50
100
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa yang berumur 25-34 tahun berjumlah 3
orang dengan presentase 75%, yang berumur 35-45 tahun berjumlah 1 orang dengan
presentase 25%. Pekerjaan kepala keluar\ga yang bekerja sebagai pedagang
73
berjumlah 3 orang dengan presentase 75%, dan yang bekerja sebagai nelayan
berjumlah 1 orang dengan presentase 25%. Pendidikan terakhir kepala keluarga SLTA
berjumlah 4 dengan presentase 100%. Pendapatan keluarga yang tinggi berjumlah 2
orang dengan presentase 50% dan yang berpendapatan rendah berjumlah 2 orang
dengan presentase 50%.
2)
Karakteristik Ibu
Umur ibu
6.
7.
8.
9.
< 25 tahun
25 34 tahun
35 45 tahun
> 45 tahun
Jumlah
2.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
PNS/BUMN/TNI/POLRI
Petani/Berkebun
Pedagang/Wiraswasta
Buruh
Nelayan
Lain-lain
Jumlah
3.
Pendidikan Ibu
1. Tidak Sekolah
2. SD/MI
3. SLTP
4. SLTA
5. Diploma/PT
1
3
0
0
4
0
0
0
0
0
4
4
25
75
0
0
100
0
0
0
0
0
100
100
0
0
1
2
1
0
0
25
50
25
Jumlah
4
100
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa yang berumur 25-34 tahun berjumlah 3
orang dengan presentase 75%, yang berumur >25 tahun berjumlah 1 orang dengan
presentase 25%. Pekerjaan ibu hamil yang bekerja sebagai
berjumlah 4 orang dengan presentase 100%, Pendidikan terakhir ibu hamil SLTA
berjumlah 2 dengan presentase 50%, yang berpendidikan SLTP 1 orang dengan
74
Status Gizi
LILA
Total
Indikator
N
4
0
4
1. Normal
2. KEK
Jumlah
%
100
0
100
Dari hasil data diatas, dapat kita lihat bahwa tidak ada ibu hamil di Desa suak
pandan yang mengalami KEK, semua ukuran LLA nya normal.
c. Ibu Menyusui
1) Karakteristik Kepala Keluarga
Tabel 11
Distribusi Karaktristik Kepala Keluarga di desa Suak Pandan, Kecamatan Samatiga,
Kabupaten Aceh Barat Tahun 2014 2015
No.
1.
Total
75
0
3
1
0
0
75
25
0
2.
3.
4.
Jumlah
Pekerjaan Kepala Keluarga
1. PNS/BUMN/TNI/POLRI
2. Petani/Berkebun
3. Pedagang/Wiraswasta
4. Buruh
5. Nelayan
6. Lain-lain
100
0
2
1
1
0
0
50
25
25
0
Jumlah
Pendidikan Kepala Keluarga
1. Tidak Sekolah
2. SD/MI
3. SLTP
4. SLTA
5. Diploma/PT
Jumlah
Total
Pendapatan
Kepala
Keluarga
1. Tinggi
2. Rendah
100
0
1
1
2
0
4
0
25
25
50
0
100
0
4
0
100
100
Jumlah
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa yang berumur 25-34 tahun berjumlah 3
orang dengan presentase 75%, yang berumur 35-45 tahun berjumlah 1 orang dengan
presentase 25%. Pekerjaan kepala keluarga yang bekerja sebagai pedagang berjumlah
2 orang dengan presentase 50%, yang bekerja sebagai nelayan 1 orang dengan
presentase 25%,dan yang bekerja sebagai buruh berjumlah 1 orang dengan presentase
25%. Pendidikan terakhir kepala keluarga SLTA berjumlah 2 dengan presentase 50%
yang berpendidikan SLTP 1 orang dengan presentase 23% dan yang berpendidikan
SD/MI berjumlah 1 orang dengan presentase 25%. Pendapatan rendah berjumlah 4
orang dengan presentase 100%.
76
2)
No.
1.
2.
3.
Total
77
1
2
1
0
4
25
50
25
0
100
0
0
0
0
0
4
0
0
0
0
0
100
100
0
1
0
25
3. SLTP
4. SLTA
5. Diploma/PT
1
2
0
25
50
0
Jumlah
100
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa yang berumur >25 tahun berjumlah 1
orang dengan presentase 25%, yang berumur 25-34 tahun berjumlah 2 orang dengan
presentase 50%, yang berumur 35-45 tahun berjumlah 1 orang dengan presentase
25%. Pendidikan terakhir ibu menyusui SLTA berjumlah 2 dengan presentase 50%,
yang berpendidikan SLTP 1 orang dengan presentase 25%, yang berpendidikan
SD/MI 1 orang dengan presentase 25%.
Tabel 13
Status Gizi Ibu Menyusui di desa Suak Pandan, kecamatan Samatiga, Kabupaten
Aceh Barat Tahun 2014 2015
No.
Status Gizi
1.
LILA
2.
IMT
Indikator
Total
N
0
4
4
0
3
1
4
1. KEK
2. Normal
Jumlah
1. Kurus
2. Normal
3. Lebih
Jumlah
%
0
100
100
0
75
25
100
Dari paparan table diatas dapat dilihat bahwa, 4 orang ibu menyusui yang ada
di Desa Suak Pandan sama sekali tidak ada yang mengalami KEK. Sedangkan untuk
IMT Ibu menyusui, 75% normal, dan 25% gizi lebih.
d. Kebiasaan Sarapan Anak Sekolah
Tabel 14.
Kebiasaan sarapan anak sekolah
Kebiasaan Makan Anak Sekolah
78
Baik
27
75
Kurang
25
Jumlah
36
100
Jadi, sebanyak 27 Anak sekolah memiliki kebiasaan makan yang baik dengan
persentase 75%.
e. Makanan Pantangan
Tabel 15.
Makanan Pantangan
Ada
Tidak
Total
Kelompok
N
Balita
30
100
30
100%
Bumil
75%
25%
100%
Busui
100%
100%
79
Frekuensi Konsumsi
Pangan
Sering
Menurut
Jenis
Jarang
Tidak Pernah
%
Total
Karbohidrat
60
100
60
100
protein
60
100
60
100
hewani
protein
20
33
10
17
15
25
45
75
nabati
sayuran A
10
23
38.3
31
51.7
60
100
sayuran B
33
55
17
28.3
10
16.7
60
100
Buah-
13.3
15
25
37
61.7
60
100
buahan
Lemak
12
20
45
75
60
100
Imunisasi Balita
Status
Imunisasi
Lengkap
20
66,67
Tidak lengkap
23,33
Tidak pernah
10
Jumlah
30
100
n
6
5
8
0
19
Total
n
7
8
14
1
30
%
100
100
100
100
100
Dapat dilihat dari table diatas, bahwa dari variable pendidikan KK, terdapat 7
KK berpendidikan SD/MI, 6 balita yang berstatus gizi stunting, dan 1 balita yang
normal. Untuk 8 KK yang berpendidikan tingkat SLTP, ada 5 balita yang stunting dan
3 balita normal. 14 KK dengan pendidikan hingga SLTA, terdapat 8 balita yang
stunting dan 6 balita berstatus gizi normal. 1 KK yang berpendidikan tingkat
diploma/perguruan tinggi balita berstatus gizi normal.
81
n
1
2
2
0
5
Total
n
7
8
14
1
30
%
100
100
100
100
100
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa dari 7 KK yang mengenyam pendidikan
akhir SD/MI 1 balita berstatus gizi gemuk, 6 balita bersatatus gizi normal. 8 KK yang
berpendidikan SLTP, 2 balitanya gemuk dan 6 balita lainnya normal. Untuk 14 KK
yang mengenyam pendidikan hingga tingkat SLTA, 12 balitanya normal, dan 2 balita
gemuk. 1 orang KK yang berpendidikan akhir hingga tingkat perguruan tinggi
memiliki 1 balita normal.
Hasil analisa statistik menggunakan chi-square test pada derajat kepercayaan
95% menunjukkan tidak ada hubungan yang signifikan antara pendidikan kepala
keluarga dengan status gizi balita berdasarkan BB/TB dimana nilai P > 0,05 (0,877).
Pendidikan
KK
SD/MIN
SLTP
Lebih
n
%
0
0
0
0
82
Gizi buruk
n
%
1
14.3
0
0
Total
N
7
8
%
100
100
3.
4.
SLTA
Diploma/PT
Total
1
0
1
7.1
0
3.3
10
1
21
71.4
100
70.0
3
0
7
21.4
0
23.3
0
0
1
0
0
3.3
14
1
30
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa pendidikan SD/MI yang menjadi
pendidikan terakhir dari 7 KK 4 balitanya bersatatus gizi normal, 2 balita kurang, dan
1 yang berstatus gizi buruk. Untuk 8 KK yang berpendidikan akhir SLTP tidak ada
balitanya yang berstatus gizi buruk dan gizi lebih, 6 balita normal, 2 balita kurang.
Dari 14 KK yang berpendidikan SLTA 1 balita bergizi lebih, tidak ada balita yang
berstatus gizi buruk, 3 balita lainnya bergizi kurang. 1 KK yang menempuh
pendidikan akhir di perguruan tinggi, balitanya berstatus gizi normal.
Hasil analisa statistik menggunakan chi-square test pada derajat kepercayaan
95% menunjukkan tidak ada hubungan yang signifikan antara pendidikan kepala
keluarga dengan status gizi balita berdasarkan BB/U dimana nilai P > 0,05 (0,825).
d) Hubungan Pendidikan Ibu dengan Status Gizi TB/U
Tabel 21.
No Pendidikan ibu
1. SD/MI
2. SLTP
3. SLTA
4. Diploma/PT
Total
n
4
5
8
2
19
Total
n
6
8
11
5
30
%
100
100
100
100
100
Dari data diatas dapat dilihat bahwa, ibu yang berpendidikan SD/MI ad 6 ibu,
4 balita berstatus gizi stunting, daan 2 balita normal. Untuk 8 ibu yang berpendidikan
akhir SLTP 5 balita stunting dan 3 balita lainnya normal. 11 ibu yang berpendidikan
akhir SLTA 8 balitanya stunting, 3 balita lainnya normal. Ibu yang mengenyam
pendidikan hingga perguruan tinggi ada 5 ibu,2 balitanya stunting, dan 3 lainnya
normal.
83
100
100
100
Pendidikan ibu
1.
2.
3.
4.
SD/MIN
SLTP
SLTA
Diploma/PT
Total
Total
n
6
8
11
5
30
%
100
100
100
100
100
Dari data diatas dapat dilihat bahwa pendidikan akhir SD/MI dari 6 ibu ada 1
balitanya yang berstatus gizi gemuk, 5 normal. 8 ibu yang berpendidikan akhir SLTP,
1 balitanya gemuk, 7 balita normal. Untuk 11 orang ibu yang berpendidikan akhir
SLTA balitanya yang gemuk ada 2 balita, sedangkan yang normal 9 balita. Ibu yang
mengenyam pendidikan perguruan tinggi ada 5 orang, dengan 1 balitanya berstatus
gizi gemuk, dan 4 orang balita normal.
Hasil analisa statistik menggunakan chi-square test pada derajat kepercayaan
95% menunjukkan tidak ada hubungan yang signifikan antara pendidikan ibu
dengan status gizi balita berdasarkan BB/TB dimana nilai P > 0,05 (0,984).
f) Hubungan Pendidikan Ibu dengan Status Gizi BB/U
Tabel 23.
No.
1.
2.
3.
4.
Pendidikan
KK
SD/MIN
SLTP
SLTA
Diploma/PT
Total
Lebih
n
%
0
0
0
0
1
9.1
0
0
1
3.3
Gizi buruk
n
%
0
0
1
12.5
0
0
0
0
1
3.3
Total
N
6
5
11
5
30
%
100
100
100
100
100
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa, dari 30 Ibu yang diwawancarai, 6 ibu
berpendidikan akhir SD/MI, 3 balita berstatus gizi normal, dan 3 balita lainnya
berstatus gizi kurang. Untuk ibu yang berpendidikan akhir SLTP terdapat 8 ibu,
No
mengenyam pendidikan akhir hingga SLTA, 1 gizi lebih, 8 normal, 2 kurang. Untuk
pendidikan akhir diploma/PT ditempuh oleh 5 ibu, dank e 5 balitanya berstatus gizi
normal.
Hasil analisa statistik menggunakan chi-square test pada derajat kepercayaan
95% menunjukkan tidak ada hubungan yang signifikan antara pendidikan ibu
dengan status gizi balita berdasarkan BB/U dimana nilai P > 0,05 (0,468).
85
Tinggi
Rendah
Total
Total
N
7
23
30
%
100
100
100
Pendapatan Kk
Lebih
86
Total
Gizi Buruk
1.
2.
N
0
1
1
Tinggi
Rendah
total
%
0
4.3
3.3
N
6
15
21
%
85.7
65.2
70.0
N
1
6
7
%
14.3
26.1
23.3
N
0
1
1
%
0
4.3
3.3
N
7
23
30
Berdasarkan tabel diatas, dapat kita lihat bahwa dari 7 pendapatan KK yang
tergolong kedalam kategori tinggi 6 status gizi balita normal, dan 1 balita kurang.
Sedangkan untuk 23 KK yang memiliki pendapatan rendah, ada 1 balita yang
memiliki status gizi lebih, 15 balita normal, 6 kurang, dan 1 orang gizi buruk.
Hasil analisa statistik menggunakan chi-square test pada derajat kepercayaan
95% menunjukkan tidak ada hubungan yang signifikan antara pendapatan kepala
keluarga dengan status gizi balita berdasarkan BB/U dimana nilai P > 0,05 (0,741).
3)
Hubungan Penyakit Infeksi dengan status Gizi
a) Hubungan penyakit infeksi dengan status gizi BB/U
Tabel 27.
NO
1
2
PENYAKIT
INFEKSI
Pernah
Tidak pernah
total
lebih
n
1
6
7
%
12,5
27,3
23,3
STATUS GIZI
Normal
kurang
n
5
12
17
%
62,5
54,5
56,7
n
2
3
5
%
25
13,6
16,7
Gizi
buruk
n %
0
0
1 4,5
1 3,3
total
n
8
22
30
%
100
100
100
Dapat dilihat untuk variable penyakit infeksi, dari 22 balita yang tidak pernah
mengalami penyakit infeksi terdapat 12 balita yang berstatus gizi normal, 6 balita
gizi lebih, 3 balita gizi kurang dan 1 balita gizi buruk. Sedangkan pada 8 balita yang
pernah mengalami penyakit infeksi terdapat 5 balita berstatus gizi normal, 1 balita
gizi lebih, dann 2 balita gizi kurang.
Hasil analisa statistik menggunakan Fishers Exact test pada derajat
kepercayaan 95% menunjukkan tidak ada hubungan yang signifikan antara penyakit
infeksi dengan status gizi balita berdasarkan TB/U dimana nilai P >0,05 yaitu
(0,698).
b)
87
F
100
100
100.
No
1
2
Penyakit
infeksi
Pernah
Tidak
pernah
total
Status gizi
total
Stunting
n
F
6
75
13
59,1
2
9
25
40,9
8
22
f
100
100
19
11
36,7
30
100
63,3
Normal
n
Dapat dilihat untuk variable penyakit infeksi, dari 22 balita yang tidak pernah
mengalami penyakit infeksi terdapat 13 balita stunting dan 9 balita normal.
Sedangkan 8 balita yang pernah mengalami penyakit infeksi terdapat 6 balita
stunting dan 2 balita normal.
Hasil analisa statistik menggunakan Fishers Exact test pada derajat
kepercayaan 95% menunjukkan tidak ada hubungan yang signifikan antara penyakit
infeksi dengan status gizi balita berdasarkan TB/U dimana nilai P >0,05 yaitu
(0,672).
c)
No
1
2
Penyakit
infeksi
Pernah
Tidak
pernah
total
gemuk
N
1
4
F
12,5
18,2
12,5
total
Normal
n
7
18
F
87,5
81,8
n
8
22
f
100
100
25
87,5
30
100
Dapat dilihat untuk variable penyakit infeksi, dari 22 balita yang tidak pernah
mengalami penyakit infeksi terdapat 18 balita berstatus gizi normal dan 4 balita
gemuk. Sedangkan 8 balita yang pernah mengalami penyakit infeksi terdapat 7 balita
berstatus gizi normal dan 1 balita gemuk.
Hasil analisa statistik menggunakan Fishers Exact test pada derajat
kepercayaan 95% menunjukkan tidak ada hubungan yang signifikan antara penyakit
infeksi dengan status gizi balita berdasarkan BB/TB dimana nilai P >0,05 yaitu
(1,000).
88
4)
No
1
2
Total
N
29
1
30
%
100
100
100
Dari data diatas, diketahui bahwa dari 29 ibu yang berpengetahuan kurang, 18
balitanya berstatus gizi stunting, dan 11 normal. Sedangkan pada seorang ibu dengan
pengetahuan baik, balitanya berstatus gizi stunting.
Hasil analisa statistik menggunakan chi-square test pada derajat kepercayaan
95% menunjukkan tidak ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan ibu
dengan status gizi balita berdasarkan TB/U dimana nilai P > 0,05 (1,000).
b) Hubungan Pengetahuaan ibu dengan status Gizi BB/TB
Tabel 31.
No
1
2
Pengetahuan
Ibu
Kurang
Baik
Total
N
5
0
5
Total
N
29
1
30
%
100
100
100
Dari data diatas, dapat lihat bahwa, dari 29 ibu yang berpengetahuan kurang,
24 baliata bersatatus gizi normal, dana 6 balita stunting. Sedangkan pada 1 ibu yang
berpengetahuan baik, 1 balitanya normal.
Hasil analisa statistik menggunakan chi-square test pada derajat kepercayaan
95% menunjukkan tidak ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan ibu
dengan status gizi balita berdasarkan BB/TB dimana nilai P > 0,05 (1,000).
c) Hubungan Pengetahuan Ibu dengan Status Gizi BB/U
Tabel 32.
89
No
1
2
Pengetahuan
Ibu
Kurang
Baik
Total
Lebih
N
1
0
1
F
3,4
0
3,3
N
21
0
21
F
72,4
0
70
F
6
1
7
N
20,7
100
23,3
Gizi
Buruk
N
F
1
3,4
0
0
1
3,3
Total
N
29
1
30
F
100
100
100
Dari hasil tabel diatas, dapat diketahui bahwa, dari 29 ibu yang
berpengetahuan kurang, 21 balita normal, 1 balita bergizi lebih, 6 kurang, dan 1 balita
bergizi buruk. Sedangkan pada ibu yang berpengetaahuan baik, status gizi balitanya
kurang.
Hasil analisa statistik menggunakan chi-square test pada derajat kepercayaan
95% menunjukkan tidak ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan ibu
dengan status gizi balita berdasarkan BB/U dimana nilai P > 0,05 (0,334).
5)
No Sikap ibu
1. sedang
2. baik
Total
n
11
8
19
Total
n
18
12
30
%
100
100
100
Berdasarkan data diatas, bisa dilihat bahwa tidak ada ibu yang bernilai sikap
kurang. Sikap ibu dengan kategori sedang ada 18 ibu dengan 11 balita stunting, dan 7
normal. Sikap ibu yang berkategori baik 12 ibu memiliki 8 balita dengan status gizi
stunting, dan 4 balita lainnya bestatus gizi normal.
Hasil analisa statistik menggunakan chi-square test pada derajat kepercayaan
95% menunjukkan tidak ada hubungan yang signifikan antara sikap ibu dengan status
gizi balita berdasarkan TB/U dimana nilai P > 0,05 (1,000)
b)
90
No Sikap ibu
1. sedang
2. baik
Total
n
11
8
19
Total
n
18
12
30
%
100
100
100
Dari data diatas dapat dilihat, bahwa 18 ibu dengan kategori sikap sedang,
status gizi balita yang gemuk ada 3 balita dan 15 balita lainnya normal. Untuk ibu
yang kategori sikapnya baik berjumlah 12 orang, dengan 5 balita gemuk, dan 25
balita normal.
Hasil analisa statistik menggunakan chi-square test pada derajat kepercayaan
95% menunjukkan tidak ada hubungan yang signifikan antara sikap ibu dengan status
gizi balita berdasarkan BB/TB dimana nilai P > 0,05 (1,000).
c)
No.
1.
2.
Lebih
n
%
0
0
1
8.3
1
3.3
Gizi buruk
n
%
1
5.6
0
0
1
3.3
Total
N
18
12
30
Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa dari 18 ibu yang berkategori
sikap sedang memiliki 11 balita berstatus gizi normal, 6 kurang, dan 1 orang berstatus
gizi buruk. Untuk 12 ibu yang berkategori sikap baik 1 balitanya bergizi lebih, 10
normal, 1 bergizi kurang, dan tidak ada yang bergizi buruk.
Hasil analisa statistik menggunakan chi-square test pada derajat kepercayaan
95% menunjukkan tidak ada hubungan yang signifikan antara sikap ibu dengan status
gizi balita berdasarkan BB/U dimana nilai P > 0,05 (0,203).
6)
No Perilaku ibu
Total
%
100
100
100
1. Kurang
2. sedang
3. baik
Total
n
2
9
8
19
Stunting
%
100
64.3
57.1
63.3
n
0
5
6
11
Normal
%
0
35.7
42.9
36.7
N
2
14
14
30
%
100
100
100
100
Dari hasil tabel diatas, dapat dilihat bahwa 2 ibu memiliki skor perilaku
kategori kurang, terlihat 2 balita memiliki status gizi gemuk, dan tidak ada yang
berstatus gizi normal. Ibu yang memiliki skor perilaku sedang ada 14 ibu , 9 balita
berstatus gizi gemuk, dan 5 lainnya sedang. Untuk 14 ibu yang memiliki skor
kategori baik, ada 8 balita yang berstatus gizi gemuk, dan 6 lainnya berstatus gizi
normal.
Hasil analisa statistik menggunakan chi-square test pada derajat kepercayaan
95% menunjukkan tidak ada hubungan yang signifikan antara perilaku ibu dengan
status gizi balita berdasarkan TB/U dimana nilai P > 0,05 (0,498).
b)
No Perilaku ibu
1. Kurang
2. sedang
3. baik
Total
n
0
4
1
5
Total
N
2
14
14
30
%
100
100
100
100
Dari tabel diatas, dapat dilihat bahwa terdapat 30 ibu, untuk variable kategori
perilaku kurang ada 2 ibu, dengan status gizi balita stunting 0, dan 2 orang yang
status gizi normal. Variable kategori baik balita yang memiliki status gizi stunting 1
orang, dan status gizi normal 13 balita, dari 14 ibu.
92
No.
1.
2.
3.
Sikap
kurang
Sedang
Baik
Total
Lebih
n
%
1
50
0
0
0
8.3
1
3.3
Gizi buruk
N
%
0
0
1
7.1
0
0
1
3.3
Total
N
2
14
14
30
No Asupan Energi
1
2
Rendah
Sangat tinggi
Total
Total
N
26
4
30
F
100
100
100
Dari data diatas, dapat dilihat bahwa asupan energy rendah terdapat pada 26
balita, balita yang berstatus gizi normal ada 8 balita, dan balita yang berstatus gizi
93
%
100
100
100
stunting sebanyak 18 balita. Untuk kategori asupan energy sangat tinggi, terdapat 1
balita yang berstatus gizi stunting, dan 3 balita lainnya berstatus gizi normal.
Hasil analisa statistik menggunakan chi-square test pada derajat kepercayaan
95% menunjukkan tidak ada hubungan yang signifikan antara asupan energy dengan
status gizi balita berdasarkan TB/U dimana nilai P < 0,05 (0,249).
b) Hubungan Asupan energy dengan status gizi BB/TB
Tabel 40.
Status Gizi BB/TB
No Asupan Energi
Gemuk
Normal
N
F
N
F
1
Rendah
5
19,2
21
80,8
2
Sangat tinggi
0
0
4
100
Total
5
16,7
25
83,3
Dari data diatas dapat dilihat bahwa, dari 26 balita yang
Total
N
26
4
30
memiliki
F
100
100
100
asupan
energy rendah, 5 balita berstatus gizi gemuk, dan 21 balita lainnya normal. Untuk
asupan energy sangat tinggi, tidak ada balita yang berstatus gizi gemuk, dan 4 balita
berstatus gizi normal.
Hasil analisa statistik menggunakan chi-square test pada derajat kepercayaan
95% menunjukkan tidak ada hubungan yang signifikan antara asupan energy dengan
status gizi balita berdasarkan BB/TB dimana nilai P < 0,05 (0,810).
c) Hubungan asupan energy dengan status gizi BB/U
Tabel 41.
No
1
2
Asupan
Energi
Rendah
Sangat
tinggi
Total
Lebih
N
1
F
3,8
N
20
F
76,9
25
3,3
21
70
F
4
3
N
15,4
75
Gizi
Buruk
N
F
1
3,8
0
0
23,3
3,3
Total
N
26
F
100
100
30
100
Dari data diatas dapat dilihat bahwa, dari 26 balita yang memiliki asupan
energy rendah 1 balita berstatus gizi lebih, 20 balita normal, 4 balita kurang, dan 1
94
balita gizi buruk. Dari 4 balita yang memiliki asupan energy sangat tinggi terdapat 1
balita gizi normal dan 3 kurang status gizinya.
Hasil analisa statistik menggunakan chi-square test pada derajat kepercayaan
95% menunjukkan tidak ada hubungan yang signifikan antara asupan energy dengan
status gizi balita berdasarkan BB/U dimana nilai P < 0,05 (0,074).
Asupan
Protein
Rendah
Cukup
Baik
Tinggi
Sangat tinggi
Total
Total
N
13
1
4
1
11
30
F
100
100
100
100
100
100
Dari data diatas, dapat dilihat bahwa asupan protein rendah terdapat pada 13
balita, 5 balita yang berstatus gizi normal, dan 8 balita yang berstatus gizi stunting.
Dari 1 balita yang asupan proteinnya cukup termasuk dalam stunting. Dari 4 balita
yang asupan proteinnya baik terdapat 2 balita stunting dan 2 balita normal. Dari 1
balita yang asupan proteinnya tinggi termasuk dalam stunting. Dan untuk kategori
asupan protein sangat tinggi, terdapat 7 balita yang berstatus gizi stunting, dan 4
balita lainnya berstatus gizi normal.
Hasil analisa statistik menggunakan chi-square test pada derajat kepercayaan
95% menunjukkan tidak ada hubungan yang signifikan antara asupan protein dengan
status gizi balita berdasarkan TB/U dimana nilai P < 0,05 (0,830).
b) Hubungan asupan protein dengan status gizi BB/TB
Tabel 43.
No
Asupan
Total
Gemuk
Normal
N
F
N
F
Rendah
3
23,1
10
76,9
Cukup
0
0
1
100
Baik
1
25
3
75
Tinggi
0
0
1
100
Sangat tinggi
1
9,1
10
90,9
Total
5
16,7
25
83,3
Dari data diatas, dapat dilihat bahwa asupan protein rendah
Protein
1
2
3
4
5
N
F
13
100
1
100
4
100
1
100
11
100
30
100
terdapat pada 13
balita, 3 balita gemuk, dan 10 balita normal. Dari 1 balita yang asupan proteinnya
cukup termasuk dalam gizi normal. Dari 4 balita yang asupan proteinnya baik
terdapat 1 balita gemuk dan 3 balita normal. Dari 1 balita yang asupan proteinnya
tinggi termasuk dalam normal. Dan untuk kategori asupan protein sangat tinggi,
terdapat 1 balita gemuk, dan 10 balita lainnya berstatus gizi normal.
Hasil analisa statistik menggunakan chi-square test pada derajat kepercayaan
95% menunjukkan tidak ada hubungan yang signifikan antara asupan protein dengan
status gizi balita berdasarkan BB/TB dimana nilai P < 0,05 (0,837).
c) Hubungan asupan protein dengan status gizi BB/U
Tabel 44.
No
1
2
3
4
5
Asupan
Protein
Rendah
Sangat
tinggi
Baik
Tinggi
Sangat
tinggi
Total
Lebih
N
1
F
7,7
N
9
F
69,2
100
0
0
0
0
2
1
50
100
72,7
3,3
21
70
F
2
0
N
15,4
0
Gizi
Buruk
N
F
1
7,7
0
0
2
0
3
50
0
27,3
0
0
0
0
0
0
23,3
3,3
Total
N
13
F
100
100
4
1
100
100
11
100
30
100
Dari tabel diatas, dapat dilihat bahwa 13 dari 30 balita asupan proteinnya
rendah, 1 balita normal, 9 balita normal, 2 kurang, dan 1 balita gizi buruk. Dari 30
balita hanya 1 balita yang asupan proteinnya cukup dan berstatus gizi normal. Untuk
96
asupan energy dengan kategori baik terdapat pada 4 balita, 2 balita normal, dan 2
balita lainnya berstatus gizi kurang. Untuk asupan protein tinggi terdapat pada 1
balita dan berstatus gizi normal. Asupan protein dengan kategori sangat tinggi
terdapat pada 11 balita, dengan 8 balita berstatus gizi normal, dan 3 lainnya berstatus
gizi kurang.
Hasil analisa statistik menggunakan chi-square test pada derajat kepercayaan
95% menunjukkan tidak ada hubungan yang signifikan antara asupan protein dengan
status gizi balita berdasarkan BB/U dimana nilai P < 0,05 (0,950).
a) Hubungan asupan lemak dengan status gizi BB/U
Tabel 45.
No
1
2
3
4
5
Asupan
Lemak
Rendah
Sangat
tinggi
Baik
Tinggi
Sangat
tinggi
Total
Lebih
N
1
F
4,2
N
17
F
70,8
50
0
0
0
0
1
1
100
50
100
3,3
21
70
Gizi
Buruk
N
F
1
4,2
0
0
F
5
1
N
20,8
50
0
1
0
0
50
0
0
0
0
23,3
Total
N
24
F
100
100
0
0
0
1
2
100
100
100
3,3
30
100
Dari data diatas, dapat dilihat bahwa asupan lemak rendah terdapat pada 24
balita dan salah satunya mengalami gizi buruk. Dari 2 balita yang asupan lemaknya
cukup terdapat 1 balita gizi normal dan 1 balita kurang. Satu balita yang asupan
lemaknya baik termasuk gizi normal. Dari 2 balita yang asupan lemaknya tinggi
terdapat 1 balita gizi normal dan 1 balita kurang. Satu balita yang asupan lemakya
sangat tinggi termasuk gizi normal.
Hasil analisa statistik menggunakan chi-square test pada derajat kepercayaan
95% menunjukkan tidak ada hubungan yang signifikan antara asupan lemak dengan
status gizi balita berdasarkan BB/U dimana nilai P < 0,05 (0,997).
97
Asupan
Lemak
Rendah
Cukup
Baik
Tinggi
Sangat tinggi
Total
N
4
0
0
1
0
5
Total
N
24
2
1
2
1
30
F
100
100
100
100
100
100
Asupan
Lemak
Rendah
98
Total
N
24
F
100
2
3
4
5
Cukup
Baik
Tinggi
Sangat tinggi
Total
1
1
1
0
19
50
100
50
0
63,3
1
0
1
1
11
50
0
50
100
36,7
2
1
2
1
30
100
100
100
100
100
Dari data diatas, dapat dilihat bahwa asupan lemak rendah terdapat pada 24
balita terdapat 16 balita stunting dan 8 balita normal. Dari 2 balita yang asupan
lemaknya cukup terdapat 1 balita gizi normal dan 1 balita stunting. Satu balita yang
asupan lemaknya baik termasuk balita stunting. Dari 2 balita yang asupan lemaknya
tinggi terdapat 1 balita gizi normal dan 1 balita stunting. Satu balita yang asupan
lemakya sangat tinggi termasuk gizi normal.
Hasil analisa statistik menggunakan chi-square test pada derajat kepercayaan
95% menunjukkan tidak ada hubungan yang signifikan antara asupan lemak dengan
status gizi balita berdasarkan TB/U dimana nilai P < 0,05 (0,640).
a) Hubungan asupan KH dengan status gizi TB/U
Tabel 48.
Asupan
Karbohidrat
No
1
2
3
4
5
Rendah
Cukup
Baik
Tinggi
Sangat tinggi
Total
Total
N
3
1
1
1
24
30
F
100
100
100
100
100
100
Dari data diatas, dapat dilihat bahwa asupan karbohidrat rendah terdapat pada
3 balita terdapat 2 balita stunting dan 1 balita normal. Dari balita yang asupan
karbohidratnya cukup termasuk gizi normal. Satu balita yang asupan karbohidratnya
baik termasuk balita normal. Balita yang asupan karbohidratnya tinggi termasuk
stunting. Balita yang asupan karbohidratnya sangat tinggi termasuk gizi normal ada 8
balita.
99
Asupan
Karbohidrat
N
1
0
0
0
4
5
Rendah
Cukup
Baik
Tinggi
Sangat tinggi
Total
Total
N
3
1
1
1
24
30
F
100
100
100
100
100
100
Dari data diatas, dapat dilihat bahwa asupan karbohidrat rendah terdapat pada
3 balita terdapat 1 balita gemuk dan 2 balita normal. Balita yang asupan
karbohidratnya cukup, baik dan tinggi termasuk gizi normal. 24 balita yang asupan
karbohidratnya sangat tinggi 20 balita termasuk gizi normal dan 4 balita termasuk
gemuk.
Hasil analisa statistik menggunakan chi-square test pada derajat kepercayaan
95% menunjukkan tidak ada hubungan yang signifikan antara asupan karbohidrat
dengan status gizi balita berdasarkan BB/TB dimana nilai P < 0,05 (0,878).
c) Hubungan asupan KH dengan status gizi BB/U
Tabel 50.
No
1
2
3
4
5
Asupan
Karbohidrat
Rendah
Sangat tinggi
Baik
Tinggi
Sangat tinggi
Total
Lebih
N
1
0
0
0
0
1
F
33,3
0
0
0
0
3,3
F
33,3
100
100
100
70,8
70
100
F
1
0
0
0
6
7
N
33,3
0
0
0
25
23,3
Gizi
Buruk
N
F
0
0
0
0
0
0
0
0
1
4,2
1
3,3
Total
N
3
1
1
1
24
30
F
100
100
100
100
100
100
Dari data diatas, dapat dilihat bahwa asupan karbohidrat rendah terdapat pada
3 balita, masing-masing 1 balita termasuk dalam kategori lebih, normal, dan kurang.
Balita yang asupan karbohidratnya cukup, baik dan tinggi termasuk gizi normal.
Balita yang asupan karbohidratnya sangat tinggi terdapat 17 balita termasuk gizi
normal.
Hasil analisa statistik menggunakan chi-square test pada derajat kepercayaan
95% menunjukkan tidak ada hubungan yang signifikan antara asupan karbohidrat
dengan status gizi balita berdasarkan BB/U dimana nilai P < 0,05 (0,523).
\
Rendah
Cukup
Sedang
Tinggi
Sangat
tinggi
Total
%
61.1
0
66.7
100
40
53.3 4
20
16
Total
kurang
n
4
0
0
0
0
%
22.2
0
0
0
0
Gizi buruk
N
%
2
11.1
1
33.3
0
0
0
0
1
20
13.3 4
n
18
3
3
1
5
%
100
100
100
100
100
13.3 30
100
Dapat dilihat untuk variable asupan calsium, dari 18 balita yang kategori
asupan calsiumnya rendah terdapat 4 balita berstatus gizi kurang, dan 2 balita
berstatus gizi buruk. Dari 3 balita yang kategori asupan calsiumnya cukup terdapat 2
101
balita yang berstatus gizi lebih dan 1 balita yang berstatus gizi buruk. Dan dari 3
balita yang kategori asupan calsiumnya sedang terdapat 2 balita yang berstatus
normal dan 1 balita yang berstatus gizi lebih. Balita yang asupan calsiumnya tinggi
termasuk dalam status gizi normal. Dan dari 5 balita yang asupan calsium sangat
tingggi tedapat 2 balita yang berstatus gizi normal dan 2 balita yang berstatus gizi
lebih.
Hasil analisa statistik menggunakan chi - square test pada derajat
kepercayaan 95% menunjukkan tidak ada hubungan yang signifikan antara kategori
asupan calsium dengan status gizi balita berdasarkan BB/U dimana nilai P > 0,05
yaitu (0,339).
b)
No Asupan Ca
1.
2.
3.
4.
5.
total
rendah
cukup
sedang
tinggi
Sangat tinggi
n
3
0
1
0
1
5
Total
N
18
3
3
1
5
30
%
100
100
100
100
100
100
Dapat dilihat untuk variable asupan calsium, dari 18 balita yang kategori
asupan calsiumnya rendah terdapat 3 balita gemuk, dan 15 balita berstatus gizi
normal. Dari 3 balita yang kategori asupan calsiumnya cukup berstatus gizi normal.
Dan dari 3 balita yang kategori asupan calsiumnya sedang terdapat 2 balita yang
berstatus normal dan 1 balita gemuk. Balita yang asupan calsiumnya tinggi termasuk
dalam status gizi normal. Dan dari 5 balita yang asupan calsium sangat tingggi
tedapat 4 balita yang berstatus gizi normal dan 1 balita gemuk.
102
c)
No Asupan Ca
1.
2.
3.
4.
5.
total
Rendah
Cukup
Sedang
Tinggi
Sangat tinggi
n
12
2
2
0
3
19
Total
N
18
3
3
1
5
30
%
100
100
100
100
100
100
Dapat dilihat untuk variable asupan calsium, dari 18 balita yang kategori
asupan calsiumnya rendah terdapat 12 balita berstatus stunting, dan 6 balita
berstatus gizi normal. Dari 3 balita yang kategori asupan calsiumnya cukup dan
sedang terdapat 2 balita stunting dan 1 balita yang berstatus gizi normal. Balita yang
asupan calsiumnya tinggi termasuk dalam status gizi normal. Dan dari 5 balita yang
asupan calsium sangat tingggi tedapat 2 balita yang berstatus gizi normal dan 3
balita yang stunting.
Hasil analisa statistik menggunakan chi - square test pada derajat
kepercayaan 95% menunjukkan tidak ada hubungan yang signifikan antara kategori
asupan kalsium dengan status gizi balita berdasarkan TB/U dimana nilai P > 0,05
yaitu (0,760).
103
a)
no Asupan
Fe
1.
2.
3.
4..
Rendah
Sedang
Tinggi
Sangat
tinggi
Total
kurang
%
n
52.9 2
50
0
33.3 0
62.5 2
Gizi buruk
%
N
%
11.8 2
11.8
0
0
0
0
1
33.3
25
1
12.5
53.3 4
13.3 4
20
16
Total
n
17
2
3
8
%
100
100
100
100
13.3 30
100
Dapat dilihat untuk variable asupan Fe, dari 17 balita yang kategori asupan
Fe rendah terdapat 2 balita berstatus gizi kurang, dan 2 balita berstatus gizi buruk.
Dan dari 2 balita yang kategori asupan Fe sedang terdapat 1 balita yang berstatus
normal dan 1 balita yang berstatus gizi lebih. 3 balita yang asupan Fe tinggi 1 balita
termasuk dalam status gizi normal dan 1 balita termasuk dalam status gizi lebih. Dan
dari 8 balita yang asupan Fe sangat tingggi tedapat 5 balita yang berstatus gizi
normal.
Hasil analisa statistik menggunakan chi - square test pada derajat
kepercayaan 95% menunjukkan tidak ada hubungan yang signifikan antara kategori
asupan Fe dengan status gizi balita berdasarkan BB/U dimana nilai P > 0,05 yaitu
(0,745).
104
Asupan Fe
Total
Normal
rendah
17.6
14
82.4
17
100
sedang
100
100
tinggi
100
100
Sangat tinggi
100
100
total
16.7
83.3
100
30
100
Dapat dilihat untuk variable asupan Fe, dari 17 balita yang kategori asupan
Fe rendah terdapat 3 balita gemuk, dan 14 balita berstatus gizi normal. Dan dari 2
balita yang kategori asupan Fe sedang berstatus gemuk. 3 balita yang asupan Fe
tinggi termasuk dalam status gizi normal. Dan dari 8 balita yang asupan Fe sangat
tinggi berstatus gizi normal.
Hasil analisa statistik menggunakan chi - square test pada derajat
kepercayaan 95% menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara kategori
asupan Fe dengan status gizi balita berdasarkan BB/TB dimana nilai P > 0,05 yaitu
(0,007).
c)
No Asupan Fe
1.
2.
3.
4.
total
Rendah
Sedang
Tinggi
Sangat tinggi
n
13
2
1
3
19
105
Total
N
17
2
3
8
30
%
100
100
100
100
100
Dapat dilihat untuk variable asupan Fe, dari 17 balita yang kategori asupan
Fe rendah terdapat 13 balita berstatus stunting, dan 4 balita berstatus gizi normal.
Dari 2 balita yang kategori asupan Fe sedang terdapat 2 balita stunting. Dari 3 balita
yang kategori asupan Fe tinggi terdapat 1 balita stunting dan 2 balita berstatus gizi
normal. Dan dari 8 balita yang asupan Fe sangat tingggi tedapat 5 balita yang
berstatus gizi normal.
Hasil analisa statistik menggunakan chi - square test pada derajat
kepercayaan 95% menunjukkan tidak ada hubungan yang signifikan antara kategori
asupan Fe dengan status gizi balita berdasarkan TB/U dimana nilai P > 0,05 yaitu
(0,117).
a)
no Asupan
C
1.
2.
Rendah
Sangat
tinggi
Total
20
16
Total
kurang
n
%
4
14.8
4
13.3
53.3 4
Gizi buruk
N
%
n
4
14.8 27
4
13.3 30
13.3 4
13.3 30
%
100
100
100
Dapat dilihat untuk variable asupan vitamin C, dari 27 balita yang kategori
asupan vitamin C rendah terdapat 4 balita berstatus gizi kurang, dan 4 balita
berstatus gizi buruk. Dan dari 3 balita yang asupan vitamin C sangat tingggi tedapat
1 balita yang berstatus gizi normal dan 2 balita yang berstatus gizi lebih.
Hasil analisa statistik menggunakan chi - square test pada derajat
kepercayaan 95% menunjukkan tidak ada hubungan yang signifikan antara kategori
asupan vitamin C dengan status gizi balita berdasarkan BB/U dimana nilai P > 0,05
yaitu (0,190).
b) Hubungan asupan Vitamin C dengan status gizi BB/TB
Tabel 58.
No Asupan Ca
106
Total
1. rendah
2. Sangat tinggi
total
n
4
1
5
gemuk
%
14.8
33.3
16.7
n
23
2
25
Normal
%
85.2
66.7
83.3
N
27
3
30
%
100
100
100
Dapat dilihat untuk variable asupan vitamin C, dari 27 balita yang kategori
asupan vitamin C rendah terdapat 4 balita gemuk, dan 23 balita berstatus gizi
normal. Dan dari 3 balita yang asupan vitamin C sangat tingggi 1 balita gemuk dan
2 balita berstatus gizi normal.
Hasil analisa statistik menggunakan chi - square test pada derajat
kepercayaan 95% menunjukkan tidak ada hubungan yang signifikan antara kategori
asupan vitamin C dengan status gizi balita berdasarkan BB/TB dimana nilai P > 0,05
yaitu (0,433).
c) Hubungan asupan vitamin C dengan status gizi TB/U
Tabel 59.
No Asupan Vitamin
C
1. Rendah
2. Sangat tinggi
total
n
17
2
19
Total
N
27
3
30
%
100
100
100
Dapat dilihat untuk variable asupan Fe, dari 27 balita yang kategori asupan
vitamin C rendah terdapat 17 balita berstatus stunting, dan 10 balita berstatus gizi
normal. Dan dari 3 balita yang asupan vitamin C sangat tingggi tedapat 2 balita
stunting dan 1 balita yang berstatus gizi normal.
Hasil analisa statistik menggunakan chi - square test pada derajat
kepercayaan 95% menunjukkan tidak ada hubungan yang signifikan antara kategori
asupan vitamin C dengan status gizi balita berdasarkan TB/U dimana nilai P > 0,05
yaitu (1.000).
a) Hubungan Vitamin A dengan status gizi BB/U
Tabel 60.
107
no Asupan
Vitamin
A
1. Sedang
2. Tinggi
3. Sangat
tinggi
Total
lebih
n
1
1
5
%
0
0
20
23.3 17
16.7 1
56.7 5
Total
Gizi buruk
N
%
0
0
0
0
1
4
3.3
N
2
3
25
%
100
100
100
30
100
Dapat dilihat untuk variable asupan vitamin A, dari 2 balita yang kategori
asupan vitamin A sedang terdapat 1 balita berstatus normal. Dari 3 balita yang
kategori asupan vitamin A tinggi terdapat 2 balita yang berstatus gizi normal. Dari
25 balita yang kategori asupan vitamin A sangat tinggi terdapat 14 balita yang
berstatus gizi normal.
Hasil analisa statistik menggunakan chi - square test pada derajat
kepercayaan 95% menunjukkan tidak ada hubungan yang signifikan antara kategori
asupan vitamin A dengan status gizi balita berdasarkan BB/U dimana nilai P > 0,05
yaitu (0,908).
n
1
3
15
19
Total
N
2
3
25
30
%
100
100
100
100
Dapat dilihat untuk variable asupan vitamin A, dari 2 balita yang kategori
asupan vitamin A sedang terdapat masing-masing 1 balita yang stunting dan normal.
Dari 3 balita yang kategori asupan vitamin A tinggi terdapat 3 balita yang stunting.
108
Dari 25 balita yang kategori asupan vitamin A sangat tinggi terdapat 15 balita
stunting dan 10 balita normal.
Hasil analisa statistik menggunakan chi - square test pada derajat
kepercayaan 95% menunjukkan tidak ada hubungan yang signifikan antara kategori
asupan vitamin A dengan status gizi balita berdasarkan TB/U dimana nilai P > 0,05
yaitu (0,366).
c) Hubungan vitamin A dengan status gizi BB/TB
Tabel 62.
No Asupan Ca
1. sedang
2. tinggi
3. Sangat tinggi
total
n
0
1
4
5
Total
N
2
3
25
30
%
100
100
100
100
Dapat dilihat untuk variable asupan vitamin A, dari 2 balita yang kategori
asupan vitamin A sedang terdapat 2 balita gizi normal. Dari 3 balita yang kategori
asupan vitamin A tinggi terdapat 2 balita gizi normal dan 1 balita gemuk. Dari 25
balita yang kategori asupan vitamin A sangat tinggi terdapat 25 balita gizi normal
dan 5 balita gemuk.
Hasil analisa statistik menggunakan chi - square test pada derajat
kepercayaan 95% menunjukkan tidak ada hubungan yang signifikan antara kategori
asupan vitamin A dengan status gizi balita berdasarkan BB/TB dimana nilai P > 0,05
yaitu (0,604).
B.Ibu Hamil
1. Hubungan Pendidikan KK dengan Status Gizi Ibu hamil
a) Hubungan Pendidikan KK dengan status gizi ibu hamil berdasarkan LILA
Tabel 63.
No.
Pendidikan kk
1.
SLTA
109
Total
N
4
%
100
Total
100
100
Dapat dilihat bahwa, dari 4 ibu hamil yang diwawancarai didaptkan bahwa ke
4 KK memiliki pendidikan terakhir SLTA dan kesemua ibu hamil memiliki status gizi
normal.
b)Hubungan pendidikan ibu dengan status gizi ibu hamil berdasarkan LILA
tabel 64.
No.
1.
Pendapatan kk
SLTA
Total
Total
N
4
4
%
100
100
Dari tabel diatas, dapat dilihat bahwa, semua kategori status gizi ibu hamil
normal, dari berbagai jenjang pendidikan akhir yang ditempuh 4 ibu hamil, 2 orang
lulusan SLTA, 1 orang lulusan SLTP dan 1 orang lainnya lulusan diploma/PT.
2.Hubungan pekerjaan KK dengan status gizi ibu hamil
a) hubungan pekerjaan KK dengan status gizi ibu hamil berdasarkan LILA
Tabel 65.
No.
1.
2.
Pendidikan kk
pedagang
Nelayan
Total
Total
N
3
1
4
%
100
100
100
Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa dari 4 KK yang diwawancarai, ada 3
KK yang bekerja sebagai pedagang/wiraswasta dan 1 KK bekerja sebagai nelayan.
Walaupun bidang pekerjaan yang ditekuni 4 KK ada yang berbeda, tetapi status gizi
ibu hamil semuanya normal.
b)hubungan pekerjaan ibu dengan status gizi ibu hamil berdasarkan LILA
Tabel 66.
No.
Pekerjaan ibu
Total
1.
Lain-lain
Total
N
4
4
%
100
100
N
4
4
%
100
100
Dari data diatas, dapat dilihat bahwa ke 4 ibu bekerja di bidang lain-lain, lainlain disini adalah ibu rumah tangga, dan ke 4 ibu hamil tersebut berstatus gizi normal.
3.Hubungan pendapatan Keluarga terhadap status gizi ibu hamil berdasarkan LILA
Tabel 67.
No.
1.
2.
Pendapatan keluarga
Tinggi
Rendah
Total
Total
N
2
2
4
%
100
100
100
Pendidikan keluarga
SD/MI
SLTP
SLTA
Total
Total
N
1
1
2
4
%
100
100
100
100
Dari data diatas dapat dilihat bahwa dari 4 KK yang diwawancarai ada 1 KK
yang berpendidikan akhir SD/MI, 1 KK berpendidikan akhir SLTP, dan 2 KK
111
berpendidikan akhir SMA. Dari kesemua jenjang pendidikan akhir tersebut semua
status gizi ibu menyusui normal jika dilihat berdasarkan LILA.
b) Hubungan pendidikan KK dengan status gizi ibu menyusui berdasarkan IMT
Tabel 69.
No.
1.
2.
3.
Pendidikan
KK
SD/MIN
SLTP
SLTA
Total
Total
n
1
1
2
4
%
100
100
100
100
No.
1.
2.
3.
Hubungan pendidikan ibu dengan status gizi ibu menyusui berdasarkan LILA
Tabel 70.
Pendidikan keluarga
SD/MI
SLTP
SLTA
Total
Total
N
1
1
2
4
%
100
100
100
100
Berdasarkan data diatas, dapat dilihat bahwa dari 4 ibu menyusui yang
diwawancarai, 1 ibu berpendidikan akhir SD/MI, 1 SLTP,dan 2 SLTA, semua ibu
menyusui berstatus gizi normal.
d)
Hubungan pendidikan ibu dengan status gizi ibu menyusui berdasarkan IMT
112
Tabel 71.
No.
1.
2.
3.
Pendidikan
KK
SD/MIN
SLTP
SLTA
Total
Total
N
1
1
2
4
%
100
100
100
100
Berdasarkan data dari tabel diatas, 4 ibu menyusui yang diwawancarai, 1 ibu
berpendidikan akhir SD/MI adalah ibu berstatus gizi normal , 1 ibu berpendidikan
akhir SLTP juga ibu yang berstatus gizi normal. Dan 2 orang ibu berpendidikan akhir
SLTA 1 ibu berstatus gizi normal dan 1 ibu berstatus gizi lebih.
Hasil analisa statistik menggunakan chi-square test pada derajat kepercayaan
95% menunjukkan tidak ada hubungan yang signifikan antara pendidikan ibu
menyusui dengan status gizi ibu menyusui berdasarkan IMT dimana nilai P < 0,05
(0,513).
2. Hubungan Pekerjaan KK dengan Status gizi ibu menyusui
a. Hubungan pekerjaan KK dengan status gizi ibu menyusui berdasarkan
LILA
Tabel 72.
No.
Pendidikan kk
1.
2.
3.
Petani/berkebun
Perdagang
Buruh
Total
Total
N
2
1
1
4
%
100
100
100
100
113
No.
1.
2.
3.
Pekerjaan kk
Petani/berkebun
Perdagang
Buruh
Total
Total
N
2
1
1
4
%
100
100
100
100
Pekerjaan ibu
Lain-lain
Total
Total
N
4
4
%
100
100
Berdasarkan data dari tabel diatas, 4 ibu menyusui yang diwawancarai terdapat
4 ibu menyusui yang bekerja sebagai ibu rumah tangga yang berstatus gizi normal
berdasarkan LILA.
d)Hubungan Pekerjaan ibu dengan status gizi ibu menyusui berdasarkan IMT
Tabel 75.
No.
1.
Pekerjaan ibu
Lain-lain
Total
Total
N
4
4
%
100
100
114
Pendapatan ibu
1.
Rendah
Total
Total
N
4
4
%
100
100
b) Hubungan pendapatan keluarga dengan status gizi ibu menyusui berdasarkan IMT
Tabel 77.
No.
1.
Pendidikan
KK
Rendah
Total
Total
n
4
4
%
100
100
117
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Balita
a. Tidak ada hubungan antara pendidikan kk/ibu dengan status gizi TB/U,
BB/TB, dan BB/U.
b. Tidak ada hubungan antara pendapatan dengan status gizi TB/U, BB/TB,
dan BB/U.
c. Tidak ada hubungan antara penyakit infeksi dengan status gizi TB/U,
BB/TB, dan BB/U.
d. Tidak ada hubungan antara pengetahuan dengan status gizi TB/U, BB/TB,
dan BB/U.
e. Tidak ada hubungan antara sikap dengan status gizi TB/U, BB/TB, dan
BB/U.
f. Tidak ada hubungan antara prilaku dengan status gizi TB/U dan BB/TB.
Ada hubungan antara prilaku dengan status gizi BB/U.
g. Tidak ada hubungan antara asupan energi, karbohidrat, lemak, dan protein
dengan status gizi TB/U, BB/TB, dan BB/U.
h. Tidak ada hubungan antara asupan calsium, vitamin A, vitamin C dengan
status gizi TB/U, BB/TB, dan BB/U
i. Tidak ada hubungan antara asupan zat besi dengan status gizi TB/U, dan
BB/U. Ada hubungan antara asupan dengan status gizi BB/TB.
2. Ibu Hamil
a. Tidak ada hubungan antara pendidikan kk/ibu dengan status gizi
berdasarkan LLA.
b. Tidak ada hubungan antara pekerjaan kk/ibu dengan status gizi
berdasarkan LLA.
c. Tidak ada hubungan antara pendapatan dengan status gizi berdasarkan
LLA.
3. Ibu Menyusui
a. Tidak ada hubungan antara pendidikan kk/ibu dengan status gizi
berdasarkan IMT atau LLA.
118
DAFTAR PUSTAKA
Almatsier, S. 2001. Prinsip-Prinsip Dasar Ilmu Gizi. PT Gramedia Pustaka Utama.
Jakarta.
Berg, A & Sajogyo. 1986). Pendidikan Untuk Gizi Yang Lebih Baik. Rajawali.
Jakarta.
Depkes. 2001. Gizi Seimbang Menuju Hidup Sehat bagi Ibu Hamil dan Ibu Menyusui
Pedoman Petugas Puskesmas. Jakarta.
Depkes. 1995. Tiga Belas Pesan Dasar Gizi Seimbangrogram Penanggulangan
Anemia Gizi pada Wanita Usia Subur (WUS). Jakarta.
Hartriyanti, Y. & Triyanti. (2007). Peranan Gizi dalam Pembangunan Nasional. Inza.
Bandung.
119
Kemenkes. 1990. Peraturan Menteri Kesehatan No 416 tahun 1990 tentang Syaratsyarat dan Pengawasan Kualitas Air. Jakarta.
______2003. Keputusan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia
Nomor
120
SD/MI
Count
85.7%
14.3%
100.0%
62.5%
37.5%
100.0%
14
57.1%
42.9%
100.0%
% within pendidikan
KK
Count
.0%
100.0%
100.0%
19
11
30
% within pendidikan
KK
63.3%
36.7%
100.0%
Count
% within pendidikan
KK
SLTA
Count
% within pendidikan
KK
diploma/PT Count
Total
Total
% within pendidikan
KK
SLTP
normal
121
SD/MI
Count
14.3%
85.7%
100.0%
25.0%
75.0%
100.0%
12
14
14.3%
85.7%
100.0%
% within pendidikan
KK
Count
.0%
100.0%
100.0%
25
30
% within pendidikan
KK
16.7%
83.3%
100.0%
Count
% within pendidikan
KK
SLTA
Count
% within pendidikan
KK
diploma/PT Count
Total
Total
% within pendidikan
KK
SLTP
normal
Total
.0%
57.1%
28.6%
14.3%
100.0%
.0%
75.0%
25.0%
.0%
100.0%
10
14
% within pendidikan
KK
7.1%
71.4%
21.4%
.0%
100.0%
diploma/ Count
PT
% within pendidikan
KK
Count
.0%
100.0%
.0%
.0%
100.0%
21
30
3.3%
70.0%
23.3%
3.3%
100.0%
% within pendidikan
KK
Count
% within pendidikan
KK
SLTA
Total
SLTP
Count
normal
Count
% within pendidikan
KK
Count
66.7%
33.3%
100.0%
62.5%
37.5%
100.0%
11
72.7%
27.3%
100.0%
% within pendidikan
ibu
Count
40.0%
60.0%
100.0%
19
11
30
% within pendidikan
ibu
63.3%
36.7%
100.0%
Count
% within pendidikan
ibu
SLTA
Count
% within pendidikan
ibu
diploma/PT Count
Total
Total
% within pendidikan
ibu
SLTP
normal
Count
16.7%
83.3%
100.0%
12.5%
87.5%
100.0%
11
18.2%
81.8%
100.0%
% within pendidikan
ibu
Count
20.0%
80.0%
100.0%
25
30
% within pendidikan
ibu
16.7%
83.3%
100.0%
Count
% within pendidikan
ibu
SLTA
Count
% within pendidikan
ibu
diploma/PT Count
Total
Total
% within pendidikan
ibu
SLTP
normal
Count
% within
pendidikan ibu
Count
Count
% within
pendidikan ibu
Total
% within
pendidikan ibu
SLTA
normal kurang
diploma/ Count
PT
% within
pendidikan ibu
Count
.0% 100.0%
.0%
% within
pendidikan ibu
21
gizi
buruk
Total
0
.0% 100.0%
1
12.5% 100.0%
0
11
.0% 100.0%
0
.0% 100.0%
1
30
3.3% 100.0%
Count
Total
42.9%
57.1%
100.0%
16
23
% within pendapatan
KK
Count
69.6%
30.4%
100.0%
19
11
30
% within pendapatan
KK
63.3%
36.7%
100.0%
% within pendapatan
KK
Rendah Count
Total
normal
Count
Total
14.3%
85.7%
100.0%
19
23
% within pendapatan
KK
Count
17.4%
82.6%
100.0%
25
30
% within pendapatan
KK
16.7%
83.3%
100.0%
% within pendapatan
KK
Rendah Count
Total
normal
127
Count
Total
.0%
85.7%
14.3%
.0%
100.0%
15
23
% within
pendapatan KK
Count
4.3%
65.2%
26.1%
4.3%
100.0%
21
30
% within
pendapatan KK
3.3%
70.0%
23.3%
3.3%
100.0%
% within
pendapatan KK
rendah Count
Total
normal
Count
Total
12.5%
62.5%
25.0%
.0%
100.0%
12
22
% within
penykit_infeksi
Count
27.3%
54.5%
13.6%
4.5%
100.0%
17
30
% within
penykit_infeksi
23.3%
56.7%
16.7%
3.3%
100.0%
% within
penykit_infeksi
Total
normal
128
Count
Total
75.0%
25.0%
100.0%
13
22
% within
penykit_infeksi
Count
59.1%
40.9%
100.0%
19
11
30
% within
penykit_infeksi
63.3%
36.7%
100.0%
% within
penykit_infeksi
Total
normal
Count
Total
12.5%
87.5%
100.0%
18
22
% within
penykit_infeksi
Count
18.2%
81.8%
100.0%
25
30
% within
penykit_infeksi
16.7%
83.3%
100.0%
% within
penykit_infeksi
Total
normal
129
Total
Total
18
11
29
62.1%
37.9%
100.0%
% within pengetahuan
ibu
Count
100.0%
.0%
100.0%
19
11
30
% within pengetahuan
ibu
63.3%
36.7%
100.0%
% within pengetahuan
ibu
baik
normal
Count
Total
Total
24
29
17.2%
82.8%
100.0%
% within pengetahuan
ibu
Count
.0%
100.0%
100.0%
25
30
% within pengetahuan
ibu
16.7%
83.3%
100.0%
% within pengetahuan
ibu
baik
normal
Count
130
Total
Gizi
buruk
normal kurang
1
21
3.4%
72.4%
20.7%
Count
% within
pengetahuan ibu
Count
.0%
1
21
% within
pengetahuan ibu
3.3%
70.0%
23.3%
SG_TBU
sedang
kurang
Total
Count
Total
11
18
% within Sikap_ibu
61.1%
38.9%
100.0%
% within SG_TBU
57.9%
63.6%
60.0%
12
% within Sikap_ibu
66.7%
33.3%
100.0%
% within SG_TBU
42.1%
36.4%
40.0%
19
11
30
% within Sikap_ibu
63.3%
36.7%
100.0%
% within SG_TBU
100.0%
100.0%
100.0%
Count
Count
131
30
3.3% 100.0%
Sikap_ibu
.0% 100.0%
normal
29
3.4% 100.0%
.0% 100.0%
stunting
Total
Count
Total
Total
15
18
16.7%
83.3%
100.0%
10
12
% within sikap
ibu
Count
16.7%
83.3%
100.0%
25
30
% within sikap
ibu
16.7%
83.3%
100.0%
% within sikap
ibu
baik
normal
Count
Total
kurang
Total
11
18
.0%
61.1%
33.3%
5.6%
100.0%
10
12
% within sikap
ibu
Count
8.3%
83.3%
8.3%
.0%
100.0%
21
30
% within sikap
ibu
3.3%
70.0%
23.3%
3.3%
100.0%
% within sikap
ibu
baik
normal
gizi
buruk
Count
132
Count
100.0%
.0%
100.0%
14
64.3%
35.7%
100.0%
14
% within perilaku
ibu
Count
57.1%
42.9%
100.0%
19
11
30
% within perilaku
ibu
63.3%
36.7%
100.0%
Count
% within perilaku
ibu
baik
Total
Total
% within perilaku
ibu
sedang
normal
Count
Count
.0%
100.0%
100.0%
10
14
28.6%
71.4%
100.0%
13
14
% within perilaku
ibu
Count
7.1%
92.9%
100.0%
25
30
% within perilaku
ibu
16.7%
83.3%
100.0%
Count
% within perilaku
ibu
baik
Total
Total
% within perilaku
ibu
sedang
normal
Count
133
Count
Total
50.0%
50.0%
.0%
.0%
100.0%
14
.0%
64.3%
28.6%
7.1%
100.0%
11
14
% within perilaku
ibu
Count
.0%
78.6%
21.4%
.0%
100.0%
21
30
% within perilaku
ibu
3.3%
70.0%
23.3%
3.3%
100.0%
Count
Count
Count
normal
Total
18
26
69.2%
30.8%
100.0%
% within asupan
energi
Count
25.0%
75.0%
100.0%
19
11
30
% within asupan
energi
63.3%
36.7%
100.0%
% within asupan
energi
sangat tinggi Count
Total
Total
% within perilaku
ibu
baik
% within perilaku
ibu
sedang
normal
134
Count
Total
21
26
19.2%
80.8%
100.0%
% within asupan
energi
Count
.0%
100.0%
100.0%
25
30
% within asupan
energi
16.7%
83.3%
100.0%
% within asupan
energi
sangat tinggi Count
Total
normal
Count
Normal kurang
1
20
3.8%
76.9%
15.4%
% within asupan
energy
Count
.0%
25.0%
75.0%
21
% within asupan
energy
3.3%
70.0%
23.3%
% within asupan
energy
Count
135
gizi
buruk
Total
1
26
3.8% 100.0%
0
.0% 100.0%
1
30
3.3% 100.0%
Count
13
61.5%
38.5%
100.0%
100.0%
.0%
100.0%
50.0%
50.0%
100.0%
100.0%
.0%
100.0%
11
% within asupan
protein
Count
63.6%
36.4%
100.0%
19
11
30
% within asupan
protein
63.3%
36.7%
100.0%
Count
% within asupan
protein
baik
Count
% within asupan
protein
tinggi
Count
% within asupan
protein
Total
Total
% within asupan
protein
cukup
normal
136
Count
10
13
23.1%
76.9%
100.0%
.0%
100.0%
100.0%
25.0%
75.0%
100.0%
.0%
100.0%
100.0%
10
11
% within asupan
protein
Count
9.1%
90.9%
100.0%
25
30
% within asupan
protein
16.7%
83.3%
100.0%
Count
% within asupan
protein
Baik
Count
% within asupan
protein
Tinggi
Count
% within asupan
protein
Total
Total
% within asupan
protein
Cukup
normal
137
Count
% within asupan
protein
7.7%
69.2%
15.4%
.0% 100.0%
.0%
Count
% within asupan
protein
Baik
Count
% within asupan
protein
Tinggi
Count
% within asupan
protein
sangat
tinggi
Total
Count
.0%
50.0%
50.0%
.0% 100.0%
.0%
% within asupan
protein
Count
.0%
72.7%
27.3%
21
% within asupan
protein
3.3%
70.0%
23.3%
138
gizi
buruk
Total
1
13
7.7% 100.0%
0
.0% 100.0%
0
.0% 100.0%
0
.0% 100.0%
0
11
.0% 100.0%
1
30
3.3% 100.0%
Rendah
Count
% within asupan
lemak
Cukup
Count
Baik
Count
Tinggi
Count
sangat
tinggi
Total
Count
.0% 100.0%
.0%
% within asupan
lemak
.0% 100.0%
.0%
21
139
% within asupan
lemak
Count
% within asupan
lemak
% within asupan
lemak
% within asupan
lemak
17
Total
1
24
4.2% 100.0%
0
.0% 100.0%
0
.0% 100.0%
0
.0% 100.0%
0
.0% 100.0%
1
30
3.3% 100.0%
Count
20
24
16.7%
83.3%
100.0%
.0%
100.0%
100.0%
.0%
100.0%
100.0%
50.0%
50.0%
100.0%
% within asupan
lemak
Count
.0%
100.0%
100.0%
25
30
% within asupan
lemak
16.7%
83.3%
100.0%
Count
% within asupan
lemak
Baik
Count
% within asupan
lemak
Tinggi
Count
% within asupan
lemak
Total
Total
% within asupan
lemak
Cukup
normal
140
Count
24
66.7%
33.3%
100.0%
50.0%
50.0%
100.0%
100.0%
.0%
100.0%
50.0%
50.0%
100.0%
% within asupan
lemak
Count
.0%
100.0%
100.0%
19
11
30
% within asupan
lemak
63.3%
36.7%
100.0%
Count
% within asupan
lemak
Baik
Count
% within asupan
lemak
Tinggi
Count
% within asupan
lemak
Total
Total
16
% within asupan
lemak
Cukup
normal
141
Count
66.7%
33.3%
100.0%
.0%
100.0%
100.0%
.0%
100.0%
100.0%
100.0%
.0%
100.0%
16
24
% within asupan
KH
Count
66.7%
33.3%
100.0%
19
11
30
% within asupan
KH
63.3%
36.7%
100.0%
Count
% within asupan
KH
Baik
Count
% within asupan
KH
Tinggi
Count
% within asupan
KH
Total
Total
% within asupan
KH
Cukup
normal
142
Count
33.3%
66.7%
100.0%
.0%
100.0%
100.0%
.0%
100.0%
100.0%
.0%
100.0%
100.0%
20
24
% within asupan
KH
Count
16.7%
83.3%
100.0%
25
30
% within asupan
KH
16.7%
83.3%
100.0%
Count
% within asupan
KH
Baik
Count
% within asupan
KH
Tinggi
Count
% within asupan
KH
Total
Total
% within asupan
KH
Cukup
normal
143
Rendah
Count
% within asupan
KH
Cukup
33.3%
33.3%
33.3%
.0% 100.0%
.0%
Count
% within asupan
KH
Baik
Count
% within asupan
KH
Tinggi
Count
Total
.0% 100.0%
.0%
% within asupan
KH
sangat
tinggi
normal kurang
Count
.0% 100.0%
.0%
17
% within asupan
KH
Count
.0%
70.8%
25.0%
21
% within asupan
KH
3.3%
70.0%
23.3%
144
gizi
buruk
Total
0
.0% 100.0%
0
.0% 100.0%
0
.0% 100.0%
0
.0% 100.0%
1
24
4.2% 100.0%
1
30
3.3% 100.0%
Count
% within
asupan_ca
Sedang
11
5.6%
61.1%
22.2%
66.7%
.0%
.0%
33.3%
66.7%
.0%
.0% 100.0%
.0%
Count
% within
asupan_ca
Tinggi
Count
% within
asupan_ca
Count
% within
asupan_ca
sangat
tinggi
Total
normal kurang
Count
% within
asupan_ca
Count
40.0%
40.0%
.0%
16
% within
asupan_ca
20.0%
53.3%
13.3%
145
gizi
buruk
Total
2
18
11.1% 100.0%
1
33.3% 100.0%
0
.0% 100.0%
0
.0% 100.0%
1
20.0% 100.0%
4
30
13.3% 100.0%
Count
15
18
16.7%
83.3%
100.0%
.0%
100.0%
100.0%
33.3%
66.7%
100.0%
.0%
100.0%
100.0%
% within
asupan_ca
Count
20.0%
80.0%
100.0%
25
30
% within
asupan_ca
16.7%
83.3%
100.0%
Count
% within
asupan_ca
Sedang
Count
% within
asupan_ca
Tinggi
Count
% within
asupan_ca
Total
Total
% within
asupan_ca
Cukup
normal
146
Count
18
66.7%
33.3%
100.0%
66.7%
33.3%
100.0%
66.7%
33.3%
100.0%
.0%
100.0%
100.0%
% within
asupan_ca
Count
60.0%
40.0%
100.0%
19
11
30
% within
asupan_ca
63.3%
36.7%
100.0%
Count
% within
asupan_ca
sedang
Count
% within
asupan_ca
tinggi
Count
% within
asupan_ca
Total
Total
12
% within
asupan_ca
cukup
normal
147
Count
23.5%
52.9%
11.8%
Sedang
Count
50.0%
50.0%
.0%
33.3%
33.3%
.0%
% within
asupan_FE
Count
.0%
62.5%
25.0%
16
% within
asupan_FE
20.0%
53.3%
13.3%
% within
asupan_FE
% within
asupan_FE
Tinggi
Count
% within
asupan_FE
sangat
tinggi
Total
Count
Total
17
11.8% 100.0%
0
.0% 100.0%
1
33.3% 100.0%
1
12.5% 100.0%
4
30
13.3% 100.0%
Count
14
17
17.6%
82.4%
100.0%
100.0%
.0%
100.0%
.0%
100.0%
100.0%
% within
asupan_FE
Count
.0%
100.0%
100.0%
25
30
% within
asupan_FE
16.7%
83.3%
100.0%
% within
asupan_FE
Sedang
Count
% within
asupan_FE
Tinggi
Count
% within
asupan_FE
Total
Total
Count
13
17
76.5%
23.5%
100.0%
100.0%
.0%
100.0%
33.3%
66.7%
100.0%
% within
asupan_FE
Count
37.5%
62.5%
100.0%
19
11
30
% within
asupan_FE
63.3%
36.7%
100.0%
% within
asupan_FE
Sedang
Count
% within
asupan_FE
Tinggi
Count
% within
asupan_FE
Total
Total
Count
% within
asupan_vitC
15
Count
% within
asupan_vitC
Count
normal kurang
66.7% 33.3%
.0%
16
% within
20.0% 53.3% 13.3%
asupan_vitC
h. Hubungan asupan Vitamin C dengan status gizi BB/TB
150
gizi
buruk
Total
4
27
14.8% 100.0%
0
.0% 100.0%
4
30
13.3% 100.0%
Count
Total
23
27
14.8%
85.2%
100.0%
% within
asupan_vitC
Count
33.3%
66.7%
100.0%
25
30
% within
asupan_vitC
16.7%
83.3%
100.0%
% within
asupan_vitC
sangat tinggi Count
Total
normal
Count
Total
17
10
27
63.0%
37.0%
100.0%
% within
asupan_vitC
Count
66.7%
33.3%
100.0%
19
11
30
% within
asupan_vitC
63.3%
36.7%
100.0%
% within
asupan_vitC
sangat tinggi Count
Total
Normal
151
sedang
Count
50.0%
50.0%
.0%
33.3%
66.7%
.0%
14
% within asupan
vitA
Count
20.0%
56.0%
20.0%
17
% within asupan
vitA
23.3%
56.7%
16.7%
% within asupan
vitA
tinggi
Count
% within asupan
vitA
sangat
tinggi
Total
normal kurang
Count
152
gizi
buruk
Total
0
.0% 100.0%
0
.0% 100.0%
1
25
4.0% 100.0%
1
30
3.3% 100.0%
Tinggi
Count
Total
% within asupan
vitA
50.0%
50.0%
100.0%
% within sg tb/u
5.3%
9.1%
6.7%
% within asupan
vitA
100.0%
.0%
100.0%
% within sg tb/u
15.8%
.0%
10.0%
15
10
25
% within asupan
vitA
60.0%
40.0%
100.0%
% within sg tb/u
Count
78.9%
19
90.9%
11
83.3%
30
% within asupan
vitA
63.3%
36.7%
100.0%
% within sg tb/u
100.0%
100.0%
100.0%
Count
Total
normal
153
Tinggi
Count
Total
% within asupan
vitA
.0%
100.0%
100.0%
% within sg bb/tb
.0%
8.0%
6.7%
% within asupan
vitA
33.3%
66.7%
100.0%
% within sg bb/tb
20.0%
8.0%
10.0%
21
25
% within asupan
vitA
16.0%
84.0%
100.0%
% within sg bb/tb
Count
80.0%
5
84.0%
25
83.3%
30
% within asupan
vitA
16.7%
83.3%
100.0%
% within sg bb/tb
100.0%
100.0%
100.0%
Count
Total
normal
B. Ibu Hamil
154
SLTA Count
Total
4
% within Pendidikan
KK
Count
100.0%
100.0%
% within Pendidikan
KK
100.0%
100.0%
b. Hubungan pendidikan ibu dengan status gizi ibu hamil berdasarkan LILA
Pendidikan KK * status gizi LILA Crosstabulation
status gizi
LILA
Normal
Pendidikan
KK
Total
SLTA Count
Total
4
% within Pendidikan
KK
Count
100.0%
100.0%
% within Pendidikan
KK
100.0%
100.0%
100.0%
100.0%
% within Pekerjaan
KK
Count
100.0%
100.0%
% within Pekerjaan
KK
100.0%
100.0%
% within Pekerjaan
KK
nelayan
Count
Total
Total
b. hubungan pekerjaan ibu dengan status gizi ibu hamil berdasarkan LILA
Pekerjaan Ibu * status gizi LILA Crosstabulation
status gizi
LILA
Normal
Pekerjaan Ibu lain-lain Count
Total
Total
4
% within Pekerjaan
Ibu
Count
100.0%
100.0%
% within Pekerjaan
Ibu
100.0%
100.0%
156
Count
100.0%
100.0%
% within pendapatan
keluarga
Count
100.0%
100.0%
% within pendapatan
keluarga
100.0%
100.0%
% within pendapatan
keluarga
rendah Count
Total
Total
C. Ibu Menyusui
1. Hubungan pendidikan KK dengan status gizi ibu menyusui
a. Hubungan pendidikan KK dengan status gizi ibu menyusui berdasarkan
LILA
157
SD/MI Count
% within pendidikan
KK
SLTP
100.0%
100.0%
100.0%
100.0%
100.0%
100.0%
Count
% within pendidikan
KK
SLTA Count
% within pendidikan
KK
Count
Total
Total
% within pendidikan
100.0% 100.0%
KK
b. Hubungan pendidikan KK dengan status gizi ibu menyusui berdasarkan
IMT
pendidikan KK * status gizi IMT Crosstabulation
status gizi IMT
normal
pendidikan
KK
SD/MI Count
% within pendidikan
KK
SLTP
Count
% within pendidikan
KK
SLTA Count
Total
% within pendidikan
KK
Count
Lebih
Total
100.0%
.0%
100.0%
100.0%
.0%
100.0%
50.0%
50.0%
100.0%
% within pendidikan
75.0%
25.0% 100.0%
KK
c. Hubungan pendidikan ibu dengan status gizi ibu menyusui berdasarkan
LILA
158
100.0%
100.0%
100.0%
100.0%
100.0%
100.0%
Count
% within pendidikan
ibu
SLTA Count
% within pendidikan
ibu
Count
Total
Total
% within pendidikan
100.0% 100.0%
ibu
d. Hubungan pendidikan ibu dengan status gizi ibu menyusui berdasarkan
IMT
pendidikan ibu * status gizi IMT Crosstabulation
status gizi IMT
normal
pendidikan ibu SD/MI Count
100.0%
.0%
100.0%
100.0%
.0%
100.0%
% within pendidikan
ibu
Count
50.0%
50.0%
100.0%
% within pendidikan
ibu
75.0%
25.0%
100.0%
Count
% within pendidikan
ibu
SLTA Count
Total
Total
% within pendidikan
ibu
SLTP
lebih
159
Count
100.0%
100.0%
100.0%
100.0%
% within pekerjaan
KK
Count
100.0%
100.0%
% within pekerjaan
KK
100.0%
100.0%
% within pekerjaan
KK
pedagang/wiraswasta Count
% within pekerjaan
KK
Buruh
Total
Total
Count
160
Count
100.0%
100.0%
100.0%
100.0%
% within pekerjaan
KK
Count
100.0%
100.0%
% within pekerjaan
KK
100.0%
100.0%
% within pekerjaan
KK
pedagang/wiraswasta Count
% within pekerjaan
KK
Buruh
Total
Total
Count
161
Total
Total
4
% within pekerjaan
ibu
Count
100.0%
100.0%
% within pekerjaan
ibu
100.0%
100.0%
Total
Total
4
% within pekerjaan
ibu
Count
100.0%
100.0%
% within pekerjaan
ibu
100.0%
100.0%
162
Total
Total
4
% within pendapatan
keluarga
Count
100.0%
100.0%
% within pendapatan
keluarga
100.0%
100.0%
Total
lebih
Total
% within pendapatan
keluarga
Count
75.0%
25.0%
100.0%
% within pendapatan
keluarga
75.0%
25.0%
100.0%
163