Oleh
karena
itu,
dapat
dikatakan
Ikterus
Obstruktif
merupakan suatu keadaan dimana keadaan kuning yang terlihat pada kulit
dan mata dikarenakan suatu penyumbatan yang menyebkan peningkatan
kadar bilirubin
Berbicara tentang kadar bilirubin yang meningkat, kita harus mengetahui
tentang fisiologi dari bilirubin. Berbicara tentang fisiologi, kita harus
mengerti mengenai anatomi dari sistme Hepatobilier.
Secara garis besar, sirkulasi darah yang melalui hepar (bisa dilihat pada
bagan di atas)
metabolism
pencernaan
Persarafan pada hepar terdiri dari sistem saraf simpatis dan parasimpatis
yang membentuk plexus coeliacus.
Kandung Empedu
Kita akan lebih focus pada anatomi dari gall bladder, karena memang kasus
scenario B memiliki focus utama pada daerah ini. Kandung empedu
berbentuk pir dan terletak tepat di bawah lobus kanan hepar. Kandung
empedu dibagi menjadi tiga bagian, yaitu Fundus, Corpus dan Collum.
Peritoneum mengelilingi Fundus kandung empedu dengan sempurna,
menghubungkan corpus dan collum dengan permukaan visceral hepar.
Seperti yang dilihat pada dua gamber di atas, tampak ada dua saluran
empedu yang keluar dari hepar, yaiu Ductus Hepaticus Dextra dan Ductus
Hepaticus Sinistra yang nantinya akan bersatu menjadi ductus hepaticus
communis. Ductus Hepaticus Communis akan bergabung dengan Ductua
Cysticus yang akan membenuk CBD (common bile duct)/ Choledochus. Di
CBD inilah biasanya terjadi sumbatan.
difusi pasif)
Bilirubin (dari
degradasi
komponen
heme
yang
berasal
dari
toksik/beracun)
Dari Kanalikuli biliaris (di dalam hepar) cairan empedu memasuki ductus
unterlobularis ductus hepaticus 50% empedu yang disekresikan saat
puasa akan disimpad dalam kandung empedu kandung empedu akan
mengabsorpsi hingga 90% air konsentrasi cairan empedu meningkat (jadi
pekat, karena air telah diserap oleh kandng empedu) disimpan dan akan
dikeluarkan saat makan makanan berlemak.
Cairan empedu dengan konsentrasi yang meningkat /pekat akan melarutkan
lemak intestinal dan vitamin larut lemak.
Koledokol Pankrea
Klinik
itiasis,
itiasis
titis
Kolangitis Akut
,
Kolesistiti
Sklera
s
(+)
Ikterik
Nyeri perut
Demam
(+)
(-)
(+)
(+)
(+)
biasa di
epigastri
um
(+)
Nyeri Alih
(+) di
(+) di
bawah
punggun
scapula
g kanan
Kulit kuning
Murphys
kanan
(+)
(+)
Sign
BAK teh tua
BAB dempul
Leukositosis
LED
Bilirubin
SGOT/SGPT
Amilase &
(+)
(-)
(-)
(+)
(+)
(+)
(-)
(+)
(+)
(+)
Total dan
(-)
(-)
(+)
(-)
(-)
Sedikit
(+)
(+)
(-)
(-)
Total dan
direk
meningk
direk
Normal
at
(-)
Normal
Normal
Lipase
Nyeri kolik
(+)
(-)
(+)
(-)
Gatal-Gatal
(+)
(-)
(+)
Pada scenario B yang kita bahas ini, diagnose kerja kasus ini adalah Ikterus
Obstruktif et causa Choledocholithiasis disertai dengan cholangitis dan
cholecystitis. Untuk melihat differential diagnosis pada kasus ini, dapat
dilihat pada tabel di atas.
Etiologi Choledocholithiasis
Seperti yang sudah kita bahas di atas, Choledochololithiasis merupakan
kasus penyumbatan saluran empedu yang cukup sering dijumpai. Batu
Empedu yang menyumbat ductus koledokus berasal dari kandung
empedu yang berarti batu ini keluar dari kandung empedu saat kandung
empedu berkontraksi, lalu ,menyumbat duktus koledokus. Karena jarang
sekali pembentukan batu di luar kandung empedu.
Yang kita ingat berdasarkan dari uraian di atas, banyak sekali bahan
bahan penyusun cairan empedu. Seperti air, elektrolit, kolesterol,
bilirubin. Saat salah satu dari komponen ini mendominasi, maka akan
terbentuk batu!
empedu
Stasis empedu
Stasis kandung empedu akan mengakibatkan supersaturasi
progresif (gangguan kontraksi, factor hormonal terutama saat
kehamilan yang menyebabkan perlambatan pengosongan kanung
empedu)
Infeksi kandung empedu
infeksi bakteri akan meningkatkan pembentukan mucus dan
deskuamasi seluler meningkatkan kemungkinan terjadinya batu
empedu.
Epidemiologi Choledocholithiasis
Ingat 4F (Forty, Female, Fatty and Fertile)
Alasan:
Pengaruh esterogen (kontrasepsi dan kehamilan ) meningkatkan
penyerapan
dan
sintesis
kolesterol
dalam
empedu
sehingga
Pada kasus ini kemungkinan terjadi pembentukkan batu empedu pada kandung empedu terlebih dahulu
(batu sekunder) atau terjadi pembentukkan batu pada ductus intrahepatik (batu primer). Kemudian dua
bulan yang lalu, batu empedu tersebut ikut mengalir bersama cairan empedu menyumbat di ductus
cysticus yang akan menyebabkan cholesistitis dan kemudian berakhir dengan menyumbat saluran
empedu (duktus choleodocus), disebut juga choledocolithiasis.
Keadaan di atas menyebabkan munculnya rasa nyeri pada abdomen kuadran kanan atas dan semakin
parah ketika memakan makanan berlemak (karena adanya sumbatan pada saluran empedu sehingga saat
ada makanan berlemak dan terjadi kontraksi kantung empedu untuk mengeluarkan cairan empedu
terjadilah peningkatan peristaltik saluran sebagai usaha untuk mengeluarkan sumbatan yang
mengakibatkan rasa nyeri hilang timbul). Pada saat itu, kemungkinan sumbatannya masih parsial dan
belum terjadi infeksi, sehingga pada saat itu belum terjadi demam, menggigil, mata dan badan kuning,
perubahan pada feses dan urin.
Pada saat tersebut, kemungkinan rasa sakit hanya ditimbulkan dari perangsangan peritoneum visceralis
dan belum mencapai peritoneum parietalis (nyeri yang dan disertai nyeri alih).
Kemudian tanpa adanya terapi, pada 1 minggu yang lalu terjadi obstruksi total (kuning pada mata dan
kulit, BAB seperti dempul, gatal-gatal) dan mulai terjadi infeksi sekunder dari organisme pencernaan
dan muncul reaksi peradangan, akan tetapi belum menjadi berat (demam datang hilang timbul).
Selanjutnya, karena tetap tidak ada terapi, infeksi dan reaksi peradangannya menjadi lebih parah dan
telah terjadi perangsangan saraf pada peritoneum parietal (nyeri perut yang hebat).
disebabkan
karena
obstruksi
dari
duktus
sistikus.
Terjadi
akibat
obstruksi.
Keluhan
kolangitis
digambarkan
Tatalaksana
Non Farmakologi
1. Bed rest Istirahat total
2. Pemberian nutrisi parenteral (bukan melalui oral), agar tidak
terjadi gerakakan peristaltik dari kandung empedu
3. Nutrisi rendah lemak, cukupi kebutuhan vitamin yang larut lemak,
perbanyak cairan untuk menghindari dehidrasi
4. Kolesistektomi laparoskopi merupan teknik pembedahan invansif
menimal didalam rongga abdomen jika tidak memadai atau
tidak bisa dilakukan, lakukan kolesistektomi terbuka
5. ERCP (endoscopic retrogard cholangio-pancreatography)
Farmakologi
1. Antibiotik sistemik (ampisilin, sefalosporin, dan metramidazol
karena biasanya kuman-kuman penyebab adalah E. coli, s.
faecalis, dan klebsiella)
2. Analgesik untuk mengurangi nyeri : Meperidine, Hydrocodone,
Oxycodone
3. Terapi cairan dengan cairan kristaloid
Komplikasi
Ganggren
Perforasi
Empiema kandung empedu
Peritonitis
Hepatorenal syndrome
Pankreatitis
Severe sepsis sampai septic shock
Kolangitis
Kegagalan hati
Prognosis
Quo ad vitam bonam (mengenai hidup matinya penderita, baik)
Quo ad fungsionam bonam (ditinjau dari segi aktivitas
fungsional, baik)
SKDI
3A
MEKANISME GEJALA
Nyeri Perut kanan atas
Batu empedu dan kolesistitis usaha dari otot polos dinding vesica biliaris
untuk mengeluarkan batu mensensitasi serabut saraf yang mempersarafi
otot polos dinding vesica biliaris yaitu plexus coeliacus dan nervus
splanchnicus major nyeri alih di kuadran kanan atau atau daerah
epigastrium
Demam dan menggigil
Adanya choledokolitiasis stasis cairan empedu iritasi dan distensi
saluran dan kandung empedu perkembangan bakteri terjadi pelepasan
IL-1 dan TNF alfa mempengaruhi pusat pengaturan suhu dihipotalamus
kompensasi tubuh untuk meningkatkan suhu tubuh sesuai dengan yang
di set oleh hipotalus menggigil. demam
Penjalaran nyeri dari perut kanan atas sampai bahu kanan
Pada kolesistitis/ kolik empedu
Nyeri diterima oleh saraf aferen
mengikuti saraf simpatis
Berjalan melalui plexus coeliacus dan nervus splanchnicus major
menuju kemedulla spinalis (segmen T5-9)
Nyeri alih dirasakan samar-samar pada dermatom (T5-9) dinding thorax
bagian bawah dan dinding abdomen bagian atas
Jika peradangan menyebar dan mengenai peritoneum parietal dinding
anterior abdomen / diafragma bagian perifer
Nyeri somatik diarasakan di kuadran
kanan atas dan berjalan ke
punggung di bawah angulus inferior
scapula
empedu
oleh
hormone
kolesitokinin
proses
eksresi
Kontraksi bertambah
Spasme otot polos
Kolik empedu
Mual
Choledocholithiasis Bilirubin tidak disekresikan ke duodenum masuk
ke
Jaundice
pada
Ny.
kemungkinan
disebabkan
oleh
Jaundice
pada
Ny.
kemungkinan
disebabkan
oleh
Diawali dari terbentuk batu empedu. Berbagai faktor risiko seperti usia,
jenis kelamin, faktor hereditas, obesitas, dan lainnya menjadi predisposisi
pembentukan batu empedu. Kemudian, batu dapat bergerak keluar dari
gallblader, misalnya saat mengkonsumsi lemak yang mengeluarkan hormon
CCK agar gallbladder berkontraksi. Jika batu besar, ia dapat menyumbat
saluran empedu obstruksi.
Hal ini terlihat pada 2 bulan yang lalu Ny.W menderita nyeri perut kanan
atas yang hilang timbul dan bertambah jika makan makanan yang berlemak.
Jika batu empedu terus didorong disertai nyeri, dapat terjadi pergerakan
batu ke arah distal, dan menyebabkan obstruksi pada common bile duct
koledokolitiasis. Obstruksi total pada common bile duct menyebabkan mata
& badan kuning, BAK seperti teh, BAB seperti dempul, dan gatal-gatal.
Kemudian, batu yang mengobstruksi tersebut mencetuskan terjadinya
peradangan/inflamasi, yang terbukti dengan adanya demam ringan yang
hilang timbul kolangitis dan kolisistitis.
Selanjutnya terjadi nyeri perut kanan yang hebat, demam, menggigil bisa
jadi menandakan adanya kontaminasi/ infeksi bakteri, karena peningkatan
suhu yang sangat tinggi, dan nyeri semakin hebat.
PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan
Keadaan
Hasil
Sakit sedang
Normal
Interpretasi
Tidak tampak Abnormal
Kompos
sakit
Kompos
Normal
TD
mentis
110/70
mentis
110-120/70-
Normal
Nadi
mmHg
106x/menit
80
60-
Takikardi
RR
24x/menit
100x/menit
16-24x/menit
Normal
umum
Suhu
BB dan
39oC
TB 32
36.5oC-37.5oC
18.5-22.9
(IMT)
Demam febris
Obesitas
tingkat II
BB: 80 kg
TB: 158 cm
Mekanisme Abnormalitas:
Keadaan umum tampak sakit sedang
Penilaian keadaan umum merupakan penilaian subjektif dokter yang bisa
dilihat dari sikap pasien yang mungkin menutup-nutupi rasa sakit
Nadi Takikardi
Kompensasi terhadap demam yaitu dengan meningkatkan denyut nadi
untuk mensuplai kebutuhan metabolisme
Demam Febris
Adanya peradangan yang merangsang pengeluaran pirogen Perubahan
set poin hipotalamus
Obese tingkat II
Kemungkinan besar kebiasaan pasien yang kurang menjaga makanan dan
kurang teratus berolahraga
Kepala
Sklera ikterik (Abnormal)
Mekanisme abnormal : Karena adanya akumulasi abnormal pigmen bilirubin
dalam darah, ikterus paling mudah dilihat pada sklera mata karena elastin
pada sklera mengikat bilirubin. Ikterus dapat terlihat bila kadar bilirubin
plasma mencapai 2,5mg% atau lebih.
Abdomen
Pasien
Palpasi: Lemas
Nyeri tekan
Normal
Lemas
Tidak ada rasa nyeri
Interpretasi dan
Mekanisme
Normal, tidak terjadi
pemadatan
Abnormal
(-)
Tidak teraba
empedu sulit
dinilai
Shifting Dullnes
(-)
Abnormal
Normal, tidak terjadi
pembesaran
abnormal
(-)
Mekanisme Abnormalitas:
Nyeri tekan kanan atas
Tekanan pada dinding abdomen menekan saluran empedu terjadi
pergesekan yang kuat antara batu empedu dengan dinding saluran empedu
nyeri
Murphys Sign
Pasien Inspirasi diafragma turun ke bawah menekan empedu yang
terkena peradangan nyeri reflex pasien menghentikan nafas (Murphys
Sign positif)
Kandung empedu sulit dinilai bisa dikarenakan ketika pemeriksaan
tersebut pasien merasa nyeri sehingga pemeriksaan tidak dilanjutkan.
Pemeriksaan murphys sign dapat jadi alternative apabila pemeriksaan
empedu sulit dinilai
PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Hasil Pemeriksaan Nilai Normal
Interpreta
Lab
si
Hb 12,4 g/dl
Ht 36 vol%,
Leukosit
12-16 g/dl
38-48 vol%
4.500-11.000
15.400/mm3
Trombosit
: 150.000-350.000
329.000/mm3
LED 77 mm/jam
Normal
Normal
Leukosito
Wintrobe:
sis
Normal
0-15 Meningka
mm/jam
Westergen:
0-20
mm/jam
LFT:
Bil
total:
mg/Dl
Bil
direk:
mg/dL
Bil indirek:
20,49 Bil.
Total:
0,2-1,2 Meningka
mg/dL
19,94 Bil. Direk: 0-0,4 mg/dL
0,55 Bil.
mg/dL
SGOT: 29 /L
SGPT: 37 /L
Fosfatase
alkali:
864 /L
Amylase: 40 unit/L
Lipase: 50 unit/L
Mekanisme Abnormal:
Indirek:
t
Meningka
t
0,2-0,8 Normal
mg/dL
SGOT: 5-40 IU/L
SGPT: 0-40 IU/L
Fosfatase alkali:
Normal
Normal
30- Meningka
130 IU/L
Amilase: <120 unit/L
Lipase: < 190 unit/L
t
Normal
Normal
Leukosit meningkat:
Disebabkan karena peradangan pada duktus koledokus peningkatan
leukosit
LED meningkat:
LED
merupakan
indikator
penyakit
infeksi
dan
tingkat
inflamasi