Anda di halaman 1dari 33

BAB I

ISI
1. Persamaan Schrdinger
Persamaan Schdinger merupakan suatu bentuk fungsi
gelombang

yang

gelombang

dari

digunakan
suatu

untuk

partikel.

mengetahui

Persamaan

perilaku

Schrdinger

memiliki dua bentuk yaitu persamaan yang melibatkan waktu


sebagai variabel dan persamaan yang tidak melibatkan waktu
sebagai variabel. Pada subbab ini, akan dibahas mengenai
persamaan Schrdinger yang tidak melibatkan waktu sebagai
variabel (keadaan tetap).
Persamaan Schrdinger dikatakan sebagai postulat. Untuk
kasus satu-dimensi, bentuk persamaannya adalah:
h2 d 2
+U ( x ) =
2
2
8 m d x
Dimana m adalah massa dari suatu partikel, U(x) adalah
energi potensial saat posisi (x) tertentu dan

adalah fungsi

gelombang.
Fungsi gelombang dapat digunakan untuk mendapatkan
berbagai properti. Sebagai contoh, densitas probabilitas saat
berbagai nilai x. Densitas probabilitas ini didapatkan melalui
nilai

kuadrat

fungsi

solusi,

saat

posisi

x.

Untuk

menentukan kemungkinan kedua, tidak dapat ditulis


namun

dimana

adalah konjugat dari

1.1. Contoh Partikel pada Sebuah Garis


Diibaratkan terdapat sebuah partikel dengan massa
m bergerak pada

sebuah garis dengan panjang

a.

Dianggap energi potensial pada titik tersebut adalah nol,


dengan energi potensial diluar titik tersebut sangat tinggi.

Saat 0 < x < a, dimana U(x) = 0, persamaan Schrdinger


menjadi:
h2 d 2
= 0< x < a
2
2
8 m d x
Energi potensial pada x < 0 dan x > a sangat tinggi,
dan probabilitas partikel pada wilayah ini adalah 0.
Sehingga diluar garis, nilai

2 , dan juga nilai

adalah nol. Untuk menghindari diskontinuiti pada x = 0


dan x = a, fungsi di sepanjang garis harus bernilai 0 saat x
= 0 dan x = a.
Dengan kondisi batas yang ada, nilai
nx
= A sin
dimana n=1, 2, 3,
a

Dimana n = 1, 2, 3, dst dan A adalah konstan. Jika


dihubungkan dengan persamaan Schrdinger, didapatkan
persamaan pada sisi kiri dan sisi kanan berupa:
2
2 2
2 2
h n
nx n h
nx
sisi kiri= 2
Asin
=
Asin
2
2
a
a
8 m a
8ma

( )

sisi kanan=Asin

nx
a

Sisi kiri dan sisi kanan bernilai sama, dan persamaan


nx
= Asin
a
merupakan solusi jika
2 2
n h
=
n=1, 2,3,
8 ma2
Selanjutnya, dijelaskan bentuk fungsi gelombang
beserta densitas probabilitas
energi

( )

2
(

untuk setiap n dan

yang bersesuaian pada gambar

()

Gambar 1. fungsi gelombang


2
probabilitas (

()

beserta densitas

untuk setiap n dan energi

( )

yang

bersesuaian.
1.2.
Bentuk Eksponensial
Untuk beberapa fungsi gelombang trigonometri maupun
fungsi gelombang itu sendiri, dapat digunakan persamaan
bentuk eksponensial yang digambarkan berupa:
e =cos +i sin dan ei=cos i sin
i

dan dapat disederhanakan menjadi:


i
i
e +e
=
2
e iei
sin =
dan cos
2i
1.3.

Normalisasi
Untuk sistem satu-dimensi, didapatkan:

2 dx=1
0

Untuk partikel pada sebuah garis dengan panjang a,


a

2 dx=1
0

Jika solusi dari persamaan Schrdinger memenuhi


persamaan

di

atas,

fungsi

solusi

dianggap

telah

dinormalisasi. Normalisasi menentukan nilai yang harus


dimasukkan ke dalam variabel A pada persamaan:
nx
= Asin
a
dan didapatkan:
a
nx
A 2 sin 2
dx=1
a
0
Dengan menganggap

y=nx /a

maka:

sin2

nx
a 2
dx=
A sin2 y dy
a
n
0
a

Sehingga:
iy
iy 2
2 iy
2iy
e e
1 ( 2 iy
1 e e
2
sin y=
=
e 2+ e2 iy )=
2i
4
2
2

1 1
cos 2 y
2 2
Dapat ditulis integral berupa:
n
n
2
sin y dy= 12 12 cos 2 y dy= 2y sin42 y
0
0

) (

) = n2
0

Menjadi:
nx
a 2 n
a
sin 2
dx=
A
= A 2 =1
a
n
2
2
a

Persamaan di atas membuktikan bahwa nilai A


haruslah

(2/a)1/ 2

dan fungsi gelombang yang telah

dinormalisasi adalah:
2 1 /2
nx
=
sin
a
a

()

Kurva fungsi
fungsi

yang telah dinormalisasi terhadap

yang berkaitan dapat dilihat pada gambar 2.

= 2/a sin(nx /a)

Gambar 2. Ilustrasi saat

2=( 2/a)sin2 (nx /a)

area dibawah kurva

x = a adalah 1.
1.4.
Sifat Tegak Lurus
l
m
Fungsi
dan

l m d=0

dikatakan

dinormalisasi,

antara x = 0 dan

tegak

lurus

jika

. Diketahui melalui Gambar 1, nilai intergral

saat n = 1 dan n = 2 bernilai nol. Sehingga nilai dikatakan


l m .

valid jika
a

mx 2 eil eil e im eim


sin
dx
dx
l m dx= 2a sin lx
a
a
a0
2i
2i
0
0
a

[(

1
e
2a 0

i ( l+m ) x
a

i ( l +m) x
a

+e

) ( e

i ( lm) x
a

+e

i ( lm) x
a

) ] dx

1
x
x
2cos (l+ m) 2 cos ( lm )
dx
2a 0
a
a
Selain

l=m , integral bernilai 0.

2. Partikel Di Dalam Kotak


Dalam sistem tiga-dimensi, terdapat tiga koordinat yang
harus diperhatikan yaitu x, y, dan z. Energi potensial di dalam
kotak uniform sehingga dapat dianggap 0, namun energi
potensial di luar kotak bernilai tinggi. Dimana:
U ( x , y , z )=U ( x ) +U ( y )+ U ( z)

Persamaan Schrdinger untuk partikel di dalam kotak:


2

h d d d
+ 2 + 2 + [ U ( x )+U ( y ) +U ( z) ] =
2
2
8 m d x d y d z
Dalam sistem dengan banyak variabel, dapat digunakan
prosedur pemisahan variabel.
( x , y , z )=(x ) ( y) (z )

Sehingga:
d2 ( x )
d2 ( y )
d2 ( z )
h2

(
y
)

(
z
)
+

(
x
)

(
z
)
+

(
x
)

(
y
)
+ [ U ( x )+ U ( y ) +U (z)] ( x) ( y )(
8 2 m
d x2
d y2
d z2

Dengan membagi

(x) ( y ) (z)

didapatkan:

2
h2
1 d ( x)
1 d ( y ) 1 d ( z)
+
+
+ [ U ( x )+ U ( y ) +U (z) ]=
8 2 m ( x ) d x2 ( y ) d y2 ( z ) d z2

Selain bentuk di atas, terdapat dua jenis lain persamaan


Schrdinger yaitu:
2
h2 1 d ( x )
+U ( x )= x
8 2 m ( x ) d x2
atau
2
h2 d ( x )
+U ( x ) ( x )= x ( x )
8 2 m d x2
Jika dihubungkan dengan bentuk persamaan sistem satudimensi, solusi sistem persamaan tiga-dimensi dapat berupa:
2 2
n x x
nx h
( x ) =Asin
=
n =1,2, 3,
a x 8 ma 2 x
2

( y )= Asin

n y x
n h
y = y 2 n y =1, 2,3,
a
8 ma

( z ) =Asin

n z x
nz h
z =
n =1, 2,3,
2 z
a
8 ma

2 2

2.1.

Fungsi Probabilitas

Densitas probabilitas,

adalah fungsi tiga-dimensi

yang sulit dinyatakan. Salah satu prosedurnya adalah


dengan mengulang kurva satu dimensional gambar 1

untuk melihat faktor terpisah antara arah x, y, dan z.


2

Dapat digambarkan nilai

melalui gambar 3.

Gambar 3. Densitas probabilitas

saat energi terendah

n x =n y =n z=1 , untuk partikel dalam kotak. Densitas dari


titik proporsional terhadap nilai fungsi

2.2.
Energi
Energi yang diperbolehkan bagi partikel dalam sistem tigadimensi adalah:
2

= x + y + z =(n x + n y +n z )

h2
8 ma2

n x =1,2, 3,
n y =1,2, 3,
n z=1, 2,3,

3. Quantum Mechanical Operators


3.1.
Persamaan Schroedinger Bebas Waktu (PSBW)
Persamaan Schroedinger untuk partikel bermassa m
dalam daerah tiga dimensi dan energi potensial U(x,y,z)
adalah :

h
+ 2 + 2 +U ( x , y , z ) = (1)
2
2
8 m x y z

Nilai

yang

memenuhi

persamaan

ini

pada

umumnya hanya ada untuk nilai-nilai tertentu, dan nilainilai ini adalah energi dari keadaan sistem. Persamaan (1)
dapat ditulis menjadi

[ (

h2 2
2
2
+
+
+U ( x , y , z ) = (2)
8 2 m x2 y2 z2

Nilai pada kurung siku dinamakan sebagai operator


persamaan

yaitu

hamiltonian

operator

tiga

dimensi.

Operator tersebut dilambangkan dengan , sehingga


persamaan (2) menjadi
= ( 3 )
Fungsi yang memenuhi persamaan (3) dinamakan
persamaan

harga

eigen,

dan

harga

tetap

yang

merupakan solusi yang dikenal sebagai nama persamaan


karakteristik, suatu topik penting dalam pembelajaran
tentang persamaan diferensial.
3.2.
Operator dan Postulat dari Mekanika Kuantum
Tiga postulat dasar dalam menyelesaikan mekanika
kuantum adalah sebagai berikut :
a. Nilai setiap sifat fisika dari mekanika kuantum dapat
dideduksi

dengan

mengoperasikan

fungsi

eigen

dengan operator yang sesuai. Pada umumnya, operasi


tersebut antara fungsi eigen dengan Hamiltonian
operator. Contohnya adalah persamaan Schroedinger.
b. Dua operator dasar untuk sifat fisika yaitu operator
untuk posisi dan operator untuk momentum.
Operator posisi dalam sistem berdimensi satu
adalah
^x =x (4 )
Dimana

^x adalah simbol dari operator dan x

adalah operatornya.
Operator momentum pada arah x adalah

^p=

h d
(5)
2 i dx

c. Dua situasi berbeda ketika nilai semua properti dari


sistem mekanika kuantum terdiri dari fungsi eigen
dengan operator yang sesuai dengan properti fisiknya
tersebut.
Kuantisasi, nilai-nilai yang diperoleh. Jika untuk
properti

fisik

tertentu,

operator

adalah

sedemikian rupa sehingga


^
A =a (6)
Ketika a adalah sebuah angka atau kumpulan
angka, maka nilai dari properti fisik adalah nilai
dari a.
Rata-rata, nilai-nilai yang dihitung. Jika untuk fisik
properti

yang

lainnya,

operator

sedemikian

hingga menjadi
^
B b (7)
Nilai rata-rata ditentukan dengan cara :
B^ d (8)
b>
2 d
3.3.

Turunan Operator untuk Energi Kinetik


Operator untuk properti fisi dapat ditentukan dari

operator posisi dan operator momentum. Salah satunya


adalah operator energi kinetik. Energi kinetik adalah
mv2 atau dapat ditulis juga dengan (mv)2/2m. Dimana (mv)
merupakan

momentum

mensubstitusikan

nilai

dari

operator,
operator

dengan

momentum

ke

persamaan energi kinetik, maka operator energi kinetik


adalah :
1
h d
T^ =
2 m 2 i dx

)( 2hi dxd )(9)

h d
T^ = 2
(10)
8 m d x2
h 2 2
2
2
^
untuk dimensi tiga , persamaan menjadi T = 2
+
+
(11)
8 m x2 y2 z2

3.4.

Partikel Bebas dalam Satu Dimensi


Sebelumnya, telah dijelaskan siftdari partikel dalam

satu garis, sekarang akan dibahas mengenai partikel yang


bergerak bebas dalam arah tertentu. Pertama, kembali ke
persamaan Schroedinger pada satu dimensi dan energi
potensial = 0, yaitu persamaan
2

[ ]
2

h
= (12)
2
2
8 m x
Dengan melakukan diferensiasi sebanyak dua kali
kemudian mensubstitusikannye kembali ke persamaan
awal, didapatkan persamaan umum berupa persamaan
sinus dan cosinus yaitu :
= A sin kx + B cos kx (13)

Dimana k adalah bilangan positif maupun negatif.


Energi dari partikel ini dapat ditentukan dengan
mensubstitusikan
Schroedinger

persamaan

menggunakan

Hasilnya adalah :
h2 k 2
= 2 (14)
8 m

10

13

kedalam

operator

persamaan

energi

kinetik.

Energi bergantung pada nilaik k, sehingga k harus


dirumuskan dalam fungsi gelombang sehingga
k=

2
2 m(15)
h
Hasil

yang

sama

akan

didapatkan

dengan

menuliskan fungsi gelombang sebagai fungsi eksponensial

=C eikx + D eikx (16)


Energi pada partikel yang bergerak bebas ini adalah
energi kinetik, sehingga KE = mv2 = (mv)2/2m atau
(mv)2 = 2mKE. Dengan mensubstitusikan persamaan
energi kinetik (14), didapatkan
2

p =2 m

p=

h2 k 2 h2 k 2
=
2
2
8 m 4

h
k (17)
2
Dengan
Broglie yaitu

k=

membandingkan
=

h
mv

dengan

persamaan

nilai k dapat dirumuskan menjadi

. kembali ke persamaan gelombang (13) dan

(16), dengan memasukkan nilai k didapat :


= A sin

2 x
2 x
+ B cos
(18)

Dan

de

=C ei 2 x/ + D ei 2 x/ (19)

11

4. Metode Variasi
Metode ini digunakan ketika persamaan Shroedinger tidak
dapat menentukan hasil dari persamaannya.
4.1.
Penyusunan Persamaan Schroedinger
Energi dari sebuah sistem mekanika
diperoleh

jika

fungsi

solusi

dapat

kuantum

ditemukan

untuk

operator Hamiltonian.
= ( 3 )
Dengan

mengalikan

kedua

sisi

dengan

didapatkan =
dimana adalah angka bukan operator persamaan menjadi =
persamaan integralnya menjadi
^H d (20)
=
d
4.2.

Aproksimasi untuk Solusi Persamaan


Jika dengan persamaan (20) tidak ditemukan juga

solusinya, maka gunakanlah fungsi yang merupakan


aproksimasi terhadap solusi dari persamaan (20) tersebut.
Untuk menentukan aproksimasi suatu fungsi, dilakukan
dengan prinsip-prinsip dasar. Prinsip dasar tersebut ialah
prinsip variasi.
Prinsip variasi
Sebuah nilai ekspektasi percobaan dengan sebuah fungsi
sembarang diperkenalkan oleh

^H d (20)
d

Nilai yang bergantung pada pilihan dari tidak lah lebih


kecil dari nilai eingen terendah E0 untuk persamaan eigen
= E .

12

E0 (21)
Kesamaan dari rumus ini hanya berlaku untuk sebuah
kasus khusus di mana adalah sebuah fungsi eigen yang
berkaitan dengan E0. Rumus ini yaitu persamaan (21)
disebut sebagai prinsip variasi.
5. Rotation In A Plane
Momentum sudut merupakan suatu komponen fisika yang penting dari
atom dan molekul. Nilai momentum sudut digunakan untuk mengelompokkan
tingal elektronik dari atom dan beberapa molekul, serta untuk molekul gas
pada posisi rotasional.
5.1.
Operator Momentum Sudut
Arah dan magnitude dari momentum sudut dapat
dijabarkan dengan menggunakan vector yang tegak lurus
terhadap bidang yang memiliki vector radius dan vector
momentum linear. Jika kita magnitude ini ditulis dengan x
dan y pada koordinat Cartesian, dan nilai momentum
sudut sebagai px dan py, maka :
Lz =x p y = y p x
Persamaan di atas dapat digunakan untuk membuat
operator

mekanika

quantum.

Untuk

mendapatkan

operator ini, maka kita menggunakan posisi operator x


sebagai

x=^x

momentum linear

^px =(

dan

ya

dan
h

)( )
2 i x

Maka,
^Lz = h x y
2 i y
x

)
13

y= ^y

dan

operator

dan

^p y =(

)( ) .
2 i y

Untuk partikel pada cincin dan beberapa jenis


masalah lain dimana kita harus menghitung momentum
sudut,

koordinat

polar

lebih

mudah

digunakan

dibandingkan dengan koordinat Cartesian. Persamaan


yang menghubungkan titik-titik koordinat Cartesian dan
koordinat polar adalah
x=r cos

dan

x
=r sin =y

y=r sin

dan

y
=r cos = y

dan,

Dengan menggunakan aturan rantai untuk menghidung


f

pada x dan y, maka didapatkan persamaan :

f f x f y f
f
f
f
=
+
=
( y ) +
( x )=x
=y
x y x
y
y
x
Maka, menurut persamaan maka
^Lz = h
2 i
5.2.

Operator Energi Kinetik Operator


Untuk gerak linear, kita dapat mengatur operator

untuk energi kinetic rotasional dengan menggunakan


persamaan energi kinetic biasa. Dengan menghitung
mv2

dalam

bentuk

=2 v=2 v /(2 r )=v / r

kecepatan

dan momen inersia

maka didapatkan persamaan energi kinetic :

14

sudut
I =mr 2 ,

( I )
1
1
v 2 1
Ek= m v 2= ( m r 2 )
= I 2=
2
2
r
2
2I

()

Dengan menggunakan persamaan (yg Lz Lz terakhir),


maka didapatkan
2

h 1 h
h
T^ z=
= 2
2 i 2 I 2 i 8 I 2

5.3.

Persamaan Schrdinger untuk Partikel pada Cincin


Pada partikel pada cincin, energi potensial adalah 0

dan partikel pada jarak r dari pusar adalah tak terhingga


pada posisi lain. Fungsi eigen akan menjadi fungsi variable
sudut

h2 2
=
8 2 I

Kita menginginkan

untuk menjadi sebuah fungsi

yang ketika didiferensialkan dua kali akan menghasilkan


konstanta dikali dengan fungsi awal. Contoh lain :
=A eim
Eksponen ditulis sebagai bilangan imajiner sehingga
kita dapat menentukan kondisi batas. Kita menginginkan
fungsi

untuk memiliki nilai yang sama dengan sudut

dengan berapapun perubahan total yang terjadi.


im

=A e =A e

( + 2 )

=Ae

im 2 m ( i )

15

Pada kondisi batas,

2 m ( i )

e =1 , maka bentuk

Karena

harus sama dengan i.


2m

e 2 m (i )=( e i ) =(1 )2 m

dapat

dibuat menjadi sama dengan 1 jika kita membatasi m


dengan nilai
m=0, 1, 2, 3,

Dengan

batasan

pada

nilai

m,

kita

dapat

menggunakan fungsi eigen untuk mendapatkan niai eigen


yang merupakan energi dari posisi rotasional yang ada.
Sehingga bentuk yang dita dapatkan adalah,
im

=A e

d
=imA e im
d

menjadi

menjadi

d2
=m2 A e =m2
2
d
Persamaan ini berlaku jika
h2 (
m )=
2
8 I
atau
=

h2
m2
2
8 I

m=0, 1, 2, 3,

Kita dapat menyelesaikan persamaan fungsi eigen dengan


mengevaluasi A. Pertama, kita melakukan perhitungan
integrasi

A eim

d= ( A e
0

im

) d =A

2
2

d=A 2 2
0

16

Sehingga, dengan menjadikan

5.4.

1 im
e
2

A=

1
2 ,

m=0, 1, 2, 3,

Nilai Momentum Sudut


im

^L = h = h ( ) e = h m
z
2 i 2 i
2 2

Sehingga,
Lz =

h
m
2
Fungsi eigen yang berkorensponden dengan level
energi menghasilkan nilai momentum sudut sepanjang
arah z yang juga dihitung. Komponen momentum sudut
dihitung pada unit

h/(2 ) . Momentum sudut sepanjang

suatu arah harus memiliki satu dari beberapa nilai yang


diberikan oleh

mh/(2 )

dengan

m=0, 1, 2, 3,

Dua posisi pada tiap energi memiliki momentum


sudut yang berkorespon dengan partikel yang bergerak
searah jarum jam atau berlawanan arah dengan jarum jam,
tergantung dengan tanda m.
=

5.5.

1
2
Prinsip Keraguan Heisenberg dan Partikel pada Cincin

Bentuk simple dari prinsip ini dapat dituliskan dengan


persamaan

17

( p)( x )h

Ketidakpastian

pada

momentum

dikali

dengan

ketidakpastian pada suatu posisi sama dengan atau lebih


besar dari h. Ketidakpastian yang berhubungan dengan
persamaan

ini

dapat

didapatkan

dari

perhitungan

mekanika quantum atau studi percobaan.


Pada materi ini,

dan

rendah,

Lz

merupakan momentum sudur

merupakan sudut. Pada keadaan energi paling


m=0

dan momentum sudut

Lz =

mh
=0 . Karena
2

kita mengetahui secara pasti nilai dari momentum sudut,


maka keraguan pada momentum sudut sama dengan nol.
Jika prinsip keraguan dilakukan, maka keraguan pada
posisi ini harus tidak terhingga, dimana kita tidak memiliki
informasi apapun mengani posisi sudut.
5.6.

Fungsi Eigen Lokalisasi


Pemecahan terhadap contoh partikel pada cincin

dihitung secara berpasangan, kecuali keadaan energi


paling rendah. Untuk menghitung dua keadaan pada tiap
energi maka

|m|

merupakan nilai pasti dari nomor

quantum m. Kemudian fungsi eigen selain m=0, dapat


ditulis sebagai
+=

1 i|m|
e
2

dan

1 i|m|
e
2

18

Kita dapat juga menghitung persamaan Schrodinger


dengan fungsi yang merupakan suatu kombinasi linear
dari fungsi eigen dengan nilai

|m| . Maka,

a =(const)(e i|m| +ei|m| )


b =(const)(e

i|m|

i |m|

Persamaan ini dapat dikonversi ke fungsi baru

b ,

dan
a =

1
cos (|m| )

dan

b =

1
i sin (|m| )

Distribusi partikel sekitar cincin didapatkan dari nilai


a a

dan

b b , dan didapatkan fungsi :

1
2
a a= cos (|m| )

dan

1 2
b b= sin (|m| )

Ketika ada dua atau lebih kondisi pada energi


berapapun, kita dapat selalu menuliskan kombinasi linear
dari fungsi-fungsi eigen yang menjabarkan kondisi-kondisi
degenerasi. Dengan menggunakan prinsip ini, kita dapat
mencari fungsi eigen yang sesuai dengan momentum
sudut yang dicari.
6. Rotasi Dalam Tiga Dimensi
Misalkan sebuah titik bermassa yang bebas bergerak pada
permukaan bola yang jari-jarinya r (seperti Gbr 1). Syarat
yang

mengharuskan

kecocokan

fungsi

gelombang

mengantarkan pada syarat batas lingkar kedua dan bilangan

19

kuantum kedua. Selanjutnya, kita akan membahas keadaan


electron didalam atom dan molekul yang berotasi. Penerapan
ini berasal dari kenyataan bahwa rotasi benda padat dengan
massa m dapat digambarkan dengan titik tunggal bermassa
m yang berotasi dengan jari-jari Rg (radius putaran benda)
yang terdefinisi sedemikian sehingga I = m Rg2

Gbr 1
Persamaan Schrodinger:

dengan

dan

Ketiganya dapat disederhanakan karena partikel bergerak


pada permukaan bola, jari-jari r bukanlah variable, sehingga
turunan terhadap r dapat diabaikan, dan V merupakan
konstanta dan dapat dibuat sama dengan nol. Sehingga ke 3
persamaan tersebut menjadi

20

Yang dapat dirangkum menjadi

Namun diakhir bahasan, persamaan ini terpisah menjadi


dua persamaan yaitu, satu untuk dan satu lagi untuk .
Setelah kedua persamaan diselesaikan secara terpisah, maka
fungsi gelombang dapat dituliskan

Dengan merupakan fungsi dan merupakan fungsi

6.1.

Sifat Penyelesaian
Seperti yang dibahas sebelumnya bahwa fungsi

gelombang dapat ditentukan oleh dua bilangan kuantum l


dan m1 (terdapat dua syarat lingkar yang harus dipenuhi
yaitu dari sudut dan dari sudut
= 0, 1, 2 . ..
m1 = 0, 1, 2, ,
Setara dengan itu,
m1 = , (-1), (-2), , (-)
bernilai positif, selanjutnyaa, untuk nilai tertentu,
terdapat

2+1

nilai m yang diperbolehkan. Fungsi

gelombang yang dinormalisasikan biasanya dinyatakan


dengan Y,

m1

dan disebut harmonis bola. Beberapa

harmonis bola dimuat pada Gbr 1.2

21

Gbr 1.2
Energi partikel E terbatas pada nilai-nilai

Kita lihat bahwa energi itu terkuantitasi dan tidak


bergantung pada m. Karena terdapat

2+1 fungsi

gelombang yang berbeda yang bersesuaian dengang


energy yang sama (satu untuk setiap nilai m ) maka
tingkat dengan bilangan kuantum l merupakan degenerasi
dengan lipatan (2+1)

6.2.

Momentum Sudut
Energi partikel yang berotasi terhubungkan dengan

momentum sudutnya secara klasik dengan


dengan

membandingkan

22

persamaan

E=
ini

J2
2 I . Jadi,
dengan

persamaan diatas, dapat disimpulkan bahwa besaran


momentum sudut itu terkuantitasi, dan terbatas pada
nilai-nilai:

Momentum sudut disekitar sumbu-z terkuantitasi


nilainya:

Maka tinggi nilai , makin besar jumlah garis simpul


(posisi

dengan

menunjukkan
momentum

=0)

pada

kenyataan
sudut,

makin

fungsi

bahywa
tinggi

gelombang.
semakin

energy

Ini

tinggi

kinetiknya,

sehingga fungsi gelombangnya makin melengkung tajam.


Dan dalam keadaan yang sesuai dengan momentum sudut
yang tinggi disekitar sumbu z merupakan keadaan dengan
kebanyakan simpul memotong ekuator. Ini menunjukkan
energy kinetic yang tinggi adalah yang berasal dari
gerakan sejajar dengan ekuator, karena pada arah itu,
lengkungannya terbesar.
Penulisan persamaan dalam , sehingga persamaan
differensial yang dipenuhi oleh harmonis bola:

6.3.

Kuantitasi Ruang
Hasil mekanika kuantum yang menyatakan benda

yang berotasi tidak dapat memiliki sembarang orientasi


terhadap beberapa sumbu tertentu (misalnya sumbu yang
ditentukan oleh arah medan listrik atau medan magnet
dari luar) disebut kuantitasi ruang. Hal ini dibuktikan
dengan eksperimen yang mula-mula dilakukan oleh Otto
Sterm dan Walter Gerlach pada tahun 1921. Mereka
23

menembakkan

seberkas

magnet

tidak

yang

atom

perak

homogeny.

melalui

medan

Gagasannya,

benda

bermuatan yang berotasi berperilaku seperti magnet dan


berinteraksi dengan medan yang ada.
Menurut mekanika klasik, orientasi momentum sudut
dapat mempunyai nilai berapapun, sehingga magnet yang
berhubungan dapat mempunyai orientasi apapun. Arah
magnet yang ditimbulkan oleh medan tak homogen
bergantung pada orientasi. Dengan demikian, diharapkan
timbulnya pita atom yang lebar dari daerah tempat
,medan

magnet

itu

berperan.

Sedangkan

menurut

mekanika kuantum, karena momentum sudut tersebut


terkuantitasi, magnet yang bersangkutan terletak pada
sejumlah orientasi diskret, dan kemudian diharapkan ada
beberapa pita atom yang tajam
Dalam eksperimen pertama, tampaknya Stern dan
Gerlach

membuktikan

kebenaran

ramalan

klasik.

Eksperimen ini sukar karena atom-atom didalam berkas


itu saling bertubrukan sehingga mengaburkan pitanya.
Ketika

eksperimen

diulang

dengan

berkasi

yang

intensitasnya rendah (sehingga frekuensi bertubrukan


berkurang), mereka mengamati pita-pita yang diskret. Jadi
ramalan kuantum terbukti.
6.4.

Model vector
Pada seluruh pembahasan, momentum sudut hanya

pada komponen-z, tidak pada komponen-x, dan y. Sebab


asas

ketidakpastian

tidak

memungkinkan

adanya

kesimultanan penentuan lebih dari satu komponen. Oleh


karena itu, jika z diketahui, tidak mungkin ada nilai pada
dua komponen lainnya.

24

Model vector dari momentum sudut adalah seperti


Gbr 1.3. Kerucut digambar dengan sisi {(+1)}1/2 satuan,
dan menunjukkan besar momentum sudut. Setiap kerucut
mempunyai proyeksi tertentu (m satuan) pada sumbu-z
menunjukkan nilai z yang tepat dari sistem itu. Walaupun
demikian, proyeksi x dan y tidak terbatas. Vektor yang
menggambarkan

keadaan

momentum

sudut

dapat

dianggap ujungnya terletak pada sembarang titik pada


mulut kerucut.

Gbr 1.3
Model vector momentum sudut walaupun hanya
merupakan gambaran aspek mekanika kuantum, ternyata
sangat berguna untuk membahas struktur dan spectra
atom.

25

Gbr 1.4
7. Elektron Spin dan Fungsi Elektron Spin
System yang mengandung beberapa electron dibedakan
oleh fungsi gelombang dan fungsi spin. Menurut hukum
kuantum hanya ada dua elektron yang dapat menempati
orbital yang sama. Aturan ini berkaitan dengan momentum
sudut khusus yang disebut sebagai spin elektron.
7.1.
Electron yang Tidak Dapat Dibedakan
adalah yang menyatakan fungsi gelombang untuk suatu
atom atau molekul yang mengandung dua electron atau
lebih. Dari fungsi gelombang ini kita dapat menghitung
beberapa kuantitas fisika, dengan membentuk integral .
Pertukaran peran electron dalam fungsi gelombang tidak
menyebabkan fungsinya berubah, atau hanya tandanya
yang berubah.
Setiap electron akan dideskripsikan oleh fungsi
gelombang

yang

disebut

juga

orbital.

Berdasarkan

larangan Pauli, orbital dapat ditempati oleh dua electron


dengan spin yang berbeda. Deskripsi orbital untuk system
yang terdiri dari dua electron
orb=1 s ( 1 ) 1 s(2)
Kedua electron tersebut dapat diidentifikasi, tetapi
karena keduanya mempunyai peran yang sama kita tidak
menganggap

bahwa

kedua

electron

tersebut

dapat

dibedakan. Untuk menyimpulkan bahwa beberapa electron


tidak dapat dibedakan dan tidak harus mempunyai peran
yang berbeda, kita dapat menulis fungsi orbital
orb=1 s ( 1 ) 2 s ( 2 )+ 2 s ( 1 ) 1 s(2)
Dan
orb=1 s ( 1 ) 2 s ( 2 )2 s (1 ) 1 s (2)
Perhatikan bahwa ketika peran kedua orbital ditukar,
maka pada fungsi pertama tidak terjadi perubahan dan
pada fungsi kedua hanya terjadi perubahan tanda.
7.2.
Electron Spin

26

Momentum angular orbital dapat diperoleh dari


aplikasi persamaan Schrodinger. Momentum angular spin
tidak

dapat

diperoleh

dari

persamaan

Schrodinger.

Keberadaan spin elektron dibuktikan melalui beberapa


eksperimen antara lain melalui Eksperimen berkas atom
oleh Stern dan Gerlach. Eksperimen ini memberikan
gambaran

bahwa

sebuah

elektron

memiliki

sebuah

momen magnetik, yang merupakan sifat magnetik yang


berkaitan dengan arus listrik melingkar.
7.3.

Fungsi Elektron Spin


Fungsi electron spin

dan

fungsi

orbital

secara

bersama membentuk fungsi gelombang.

menyatakan

vector spin yang mengarah ke atas dan

menyatakan

vector spin yang mengarah ke bawah. Untuk dua spin


yang

mengarah

ke

atas

dapat

ditulis

(1) (2) ,

sedangkan untuk kedua spin mengarah ke bawah dapat


ditulis

(1) (2) . Ada juga kombinasi dari keduanya


spin= ( 1 ) (2 )+ (1) (2)

7.4.

Fungsi

Gelombang

Elektron
Kombinasi

fungsi

untuk
orbital

Sistem
dan

dengan

Dua

fungsi

spin

menghasilkan fungsi gelombang


= orb spin
Misalkan untuk atom helium yang terdiri dari dua
electron dan kedua electron menempati orbital 1s, karena
kedua electron mempunyai spin yang sama maka tidak
boleh menempati orbital yang sama dan akan mempunyai
tanda yang berbeda sehingga
=1 s (1 ) 1 s ( 2 ) [ ( 1 ) ( 2 ) ( 1 ) ( 2 ) ]
Dari ilustrasi dapat disimpulkan bahwa ketika peran
dari dua electron berubah maka fungsi gelombang akan

27

mengalami perubahan tanda. Untuk dua electron yang


menempati orbital yang sama, hanya fungsi gelombang
mngalami perubahan tanda ketika terjadi pertukaran
peran.
=1 s (1 ) 1 s ( 2 ) [ ( 1 ) ( 2 ) ( 1 ) ( 2 ) ]
Sedangkan untuk system dengan dua electron yang
menempat orbital yang berbeda, terdapat dua fungsi
gelombang
1 s ( 1 ) 2 s ( 2 ) +2 s ( 1 ) 1 s(2)[ ( 1 ) ( 2 ) ( 1 ) ( 2 ) ]
=

8. Nuclear Spin dan Fungsi Nuclear Spin


Fungsi nuclear spin menetukan bentuk dari fungsi
gelombang

untuk

suatu

system

homonuclear

diatomic

molekul.
8.1.
Nuclear Spin
Momentum sudut nuklir dapat dinyatakan sebagai

I ( I +1 ) h/2

, dimana I adalah bilangan kuantum spin.

Fungsi nuclear spin sama seperti fungsi electron spin


dapat digunakan untuk membentuk fungsi gelombang.
Berdasarkan bilangan spinnya partikel dibagi
menjadi dua bagian yaitu fermion dan boson, dimana
partikel fermion yang memiliki spin setengah bilangan
bulat yang menggunakan statistik Fermi-Dirac, dan Boson
adalah partikel yang memiliki spin bilangan bulat yang
mengikuti statistic Bose-Einstein. Dan jika menggunakan
momentum

sudut

spin

tersebut

berarti

partikel

diklasifikasikan dengan meninjau teorema statistic spin.


Dari statistik yang digunakan oleh partikel dapat
menentukan kesimetrisan antara dua buah partikel. Suatu
partikel dikatakan boson identitas ialah jika ia memiliki
bilangan spin bilangan bulat dan fungsi-fungsi gelombang

28

dari kedua partikel tidak berubah ketika saling bertukaran,


seperti berikut:

Begitu juga suatu partikel dikatakan sebagai fermion


identitas jika ia memiliki bilangan spin setengah bulat
ganjil dan fungsi-fungsi gelombang dari kedua partikel
berubah ketika saling bertukaran, seperti berikut :

8.2.
Fungsi Nuclear Spin
Fungsi spin dapat dibentuk dari sepasang
fundamental partikel. Untuk fungsi yang tidak berubah
disebut simetris dan untuk fungsi yang berubah disebut
asimetris.
Secara umum kita harus mengkombinasikan nilai I
dari kedua nucleus molekul untuk mendapatkan nilai spin
total T. Karena I adalah integral atau integral setengah
maka T selalu merupakan integral. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa total spin dinyatakan mengenai medan
magnet. Komponen ini disebut TM.
Untuk partikel dengan

I=

1
2 , maka

T =1 dan

T =0 . Kita dapat menampilkan nilai dan tipe dari

bilangan spin yang dinyatakan dalam nilai TM

yang

mungkin

1 1
I = , T =1
2 2

T M =1,0,1

simetris
T M =0

T =0

antisimetris

Untuk menunjukkan bagaimana perubahan fungsi


nuclear

spin

menjadi

mempertimbangkan

fungsi

gungsi

gelombang,

gelombang

untuk

kita
gas

diatomic. Fungsi gelombang untuk system ini


= trans rot vib nuclear spin
System

tersebut

harus

mempunyai

fungsi

gelombang yang tidak berubah, ketika terjadi perubahan

29

peran nucleus baik untuk vibrasi, translasii, dan rotasi dari


fungsi gelombang untuk molekul diatomic. Gerak translasi
molekul dapat dinyatakan dalam koordinat dari pusat
massa

molekul.

Gersk

vibrasi

molekul

diperlakukan

sebagai panjang dari molekul banding panjang setimbang.


Gerak

translasi

dan

vibrasi

tidek

dipengaruhi

oleh

perubahan atom, tetapi gerak rotasi dipengaruhi oleh


perubahan atom.
8.3.
Fungsi Nuklear Spin dan Fungsi Gelombang untuk
molekul
Diatomik Homonuclear
Untuk fungsi gelombang dari gas diatomic, setiap
bagian rotasi harus dideskripsikan sebagai kombinasi dari
fungsi gelombang rotasi dan fungsi nuclear spin. Jika
nucleus adalah fermion maka fungsi gelombang berah
dengan adanya pertukaran peran nucleus. Jika nucleus
merupakan

bosons,

maka

fungsi

gelombang

tidak

berubah.
8.4. Ortohidrogen dan Parahidrogen
Semua molekul diatomic dapat tersusun dari campuran
molekul dengan simetris nukleaer spin dan antisimetri
nuclear spin. Molekul yang dapat mempunyai komposi
seperti ini adalah hydrogen. Hydrogen dengan simetris
nuclear spin disebut orto sedangakan molekul dengan
antisimetri nuclear spin disebut para.

30

BAB II
PENUTUP
1 Kesimpulan
Persamaan Schrdinger digunakan untuk mengetahui perilaku

gelombang dari suatu partikel


Persamaan Schrdinger dapat digunakan pada berbagai bentuk

dimensi
Metode

variasi

Shroedinger

digunakan

tidak

ketika

persamaan

dapat menentukan

hasil

dari

persamaannya.
Arah dan magnitude dari momentum sudut dapat
dijabarkan dengan menggunakan vector yang tegak
lurus terhadap bidang yang memiliki vector radius

dan vector momentum linear


Untuk partikel pada cincin dan beberapa jenis
masalah

lain

dimana

kita

harus

menghitung

momentum sudut, koordinat polar lebih mudah

digunakan dibandingkan dengan koordinat Cartesian.


Untuk gerak linear, kita dapat mengatur operator
untuk energi kinetic rotasional dengan menggunakan

persamaan energi kinetic biasa.


Fungsi eigen yang berkorensponden dengan level
energi

menghasilkan

nilai

momentum

sudut

sepanjang arah z yang juga dihitung. Komponen


momentum

sudut

dihitung

Momentum

sudut

sepanjang

pada

unit

suatu

arah

h/(2 ) .

harus

memiliki satu dari beberapa nilai yang diberikan oleh


mh/(2 )

dengan

Ketidakpastian

m=0, 1, 2, 3,

pada

momentum

dikali

dengan

ketidakpastian pada suatu posisi sama dengan atau

lebih besar dari h.


Pemecahan terhadap contoh partikel pada cincin
dihitung secara berpasangan, kecuali keadaan energi
paling rendah.
31

Menurut mekanika klasik, orientasi momentum sudut dapat


mempunyai nilai berapapun, sehingga magnet yang berhubungan
dapat mempunyai orientasi apapun. Arah magnet yang ditimbulkan
oleh medan tak homogen bergantung pada orientasi. Sedangkan
menurut mekanika kuantum, karena momentum sudut tersebut
terkuantitasi, magnet yang bersangkutan terletak pada sejumlah
orientasi diskret, dan kemudian diharapkan ada beberapa pita atom

yang tajam
Hydrogen dengan simetris nuclear spin disebut orto
sedangakan molekul dengan antisimetri nuclear spin

disebut para.
Gerak translasi molekul dapat dinyatakan dalam

koordinat dari pusat massa molekul.


Gerak vibrasi molekul diperlakukan sebagai panjang

dari molekul banding panjang setimbang.


Gerak translasi dan vibrasi tidek dipengaruhi oleh
perubahan atom, tetapi gerak rotasi dipengaruhi oleh
perubahan atom.

32

DAFTAR PUSTAKA
Atkins, P.W. 1996. Kimia Fisika Jilid 1. Jakarta:Erlangga
Borrow, Gordon M. 1996. Physical Chemistry. USA: McGraw-Hill Companies

33

Anda mungkin juga menyukai