Anda di halaman 1dari 29

Makalah Kimia Fisika

Materi Teori Kuantum

Kelompok 2
1. Annisa Larasati

1306405723

2. Aulia Rahmi H.

1306370631

3. Mutiara Primaster

1306405723

4. Putri Rokhmayati

1306370543

5. Raudina

1306370594

Departemen Teknik Kimia


Fakultas Teknik
Universitas Indonesia
2014
1

BAB I
ISI
1. Persamaan Schrdinger
Persamaan Schdinger merupakan suatu bentuk fungsi gelombang yang
digunakan untuk mengetahui perilaku gelombang dari suatu partikel.
Persamaan Schrdinger memiliki dua bentuk yaitu persamaan yang
melibatkan waktu sebagai variabel dan persamaan yang tidak melibatkan
waktu sebagai variabel. Pada subbab ini, akan dibahas mengenai persamaan
Schrdinger yang tidak melibatkan waktu sebagai variabel (keadaan tetap).
Persamaan Schrdinger dikatakan sebagai postulat. Untuk kasus satudimensi, bentuk persamaannya adalah:
( )
Dimana m adalah massa dari suatu partikel, U(x) adalah energi potensial
saat posisi (x) tertentu dan

adalah fungsi gelombang.

Fungsi gelombang dapat digunakan untuk mendapatkan berbagai properti.


Sebagai contoh, densitas probabilitas saat berbagai nilai x. Densitas
probabilitas ini didapatkan melalui nilai kuadrat fungsi solusi,

, saat posisi x.

Untuk menentukan kemungkinan kedua, tidak dapat ditulis

namun

dimana

adalah konjugat dari .

1.1. Contoh Partikel pada Sebuah Garis


Diibaratkan terdapat sebuah partikel dengan massa m bergerak
pada sebuah garis dengan panjang a. Dianggap energi potensial pada titik
tersebut adalah nol, dengan energi potensial diluar titik tersebut sangat
tinggi.
Saat 0 < x < a, dimana U(x) = 0, persamaan Schrdinger menjadi:

Energi potensial pada x < 0 dan x > a sangat tinggi, dan


probabilitas partikel pada wilayah ini adalah 0. Sehingga diluar garis, nilai
, dan juga nilai

adalah nol. Untuk menghindari diskontinuiti pada x =

0 dan x = a, fungsi di sepanjang garis harus bernilai 0 saat x = 0 dan x = a.


2

Dengan kondisi batas yang ada, nilai :

Dimana n = 1, 2, 3, dst dan A adalah konstan. Jika dihubungkan dengan


persamaan Schrdinger, didapatkan persamaan pada sisi kiri dan sisi
kanan berupa:
(

Sisi kiri dan sisi kanan bernilai sama, dan persamaan

merupakan solusi jika

Selanjutnya, dijelaskan bentuk fungsi gelombang ( ) beserta densitas


probabilitas (

) untuk setiap n dan energi ( ) yang bersesuaian pada

gambar

Gambar 1. fungsi gelombang ( ) beserta densitas probabilitas


untuk setiap n dan energi ( ) yang bersesuaian.

1.2. Bentuk Eksponensial


Untuk beberapa fungsi gelombang trigonometri maupun fungsi
gelombang itu sendiri, dapat digunakan persamaan bentuk eksponensial
yang digambarkan berupa:

dan dapat disederhanakan menjadi:

1.3. Normalisasi
Untuk sistem satu-dimensi, didapatkan:

Untuk partikel pada sebuah garis dengan panjang a,

Jika solusi dari persamaan Schrdinger memenuhi persamaan di


atas, fungsi solusi dianggap telah dinormalisasi. Normalisasi menentukan
nilai yang harus dimasukkan ke dalam variabel A pada persamaan:

dan didapatkan:

Dengan menganggap

maka:

Sehingga:
(

Dapat ditulis integral berupa:

Menjadi:

Persamaan di atas membuktikan bahwa nilai A haruslah (

dan fungsi gelombang yang telah dinormalisasi adalah:


( )
Kurva fungsi

yang telah dinormalisasi terhadap fungsi

yang

berkaitan dapat dilihat pada gambar 2.

dibawah kurva

Gambar 2. Ilustrasi saat


)

) dinormalisasi, area

) antara x = 0 dan x = a adalah 1.

1.4. Sifat Tegak Lurus


Fungsi

dikatakan tegak lurus jika

dan

. Diketahui

melalui Gambar 1, nilai intergral saat n = 1 dan n = 2 bernilai nol.


Sehingga nilai dikatakan valid jika

[(

*
Selain

, integral bernilai 0.

)]

2. Partikel Di Dalam Kotak


Dalam sistem tiga-dimensi, terdapat tiga koordinat

yang harus

diperhatikan yaitu x, y, dan z. Energi potensial di dalam kotak uniform


sehingga dapat dianggap 0, namun energi potensial di luar kotak bernilai
tinggi. Dimana:
(

( )

( )

( )

Persamaan Schrdinger untuk partikel di dalam kotak:


(

[ ( )

( )

( )]

Dalam sistem dengan banyak variabel, dapat digunakan prosedur pemisahan


variabel.
(

( ) ( ) ( )

Sehingga:
( )

* ( ) ( )
[ ( )

( )

( ) ( )
( )

( )

( ) ( )

( )] ( ) ( ) ( )

[ ( ) ( ) ( )]
Dengan membagi ( ) ( ) ( ) didapatkan:
*

( )

( )

( )

( )
[ ( )

( )

( )
( )

( )]

Selain bentuk di atas, terdapat dua jenis lain persamaan Schrdinger yaitu:
( )
( )

( )

atau
( )

( ) ( )

( )

Jika dihubungkan dengan bentuk persamaan sistem satu-dimensi, solusi sistem


persamaan tiga-dimensi dapat berupa:
( )

( )
( )
2.1. Fungsi Probabilitas
Densitas probabilitas,

adalah fungsi tiga-dimensi yang sulit

dinyatakan. Salah satu prosedurnya adalah dengan mengulang kurva satu


dimensional gambar 1 untuk melihat faktor terpisah antara arah x, y, dan
z. Dapat digambarkan nilai

melalui gambar 3.

Gambar 3. Densitas probabilitas

saat energi terendah

, untuk partikel dalam kotak. Densitas dari titik proporsional


terhadap nilai fungsi

2.2. Energi
Energi yang diperbolehkan bagi partikel dalam sistem tiga-dimensi
adalah:
(

3. Quantum Mechanical Operators


3.1. Persamaan Schroedinger Bebas Waktu (PSBW)
Persamaan Schroedinger untuk partikel bermassa m dalam daerah
tiga dimensi dan energi potensial U(x,y,z) adalah :
*

( )

Nilai yang memenuhi persamaan ini pada umumnya hanya ada


untuk nilai-nilai tertentu, dan nilai-nilai ini adalah energi dari keadaan
sistem. Persamaan (1) dapat ditulis menjadi
*

)+

( )

Nilai pada kurung siku dinamakan sebagai operator persamaan


yaitu hamiltonian operator tiga dimensi. Operator tersebut dilambangkan
dengan , sehingga persamaan (2) menjadi
( )
Fungsi yang memenuhi persamaan (3) dinamakan persamaan harga
eigen, dan harga tetap E yang merupakan solusi yang dikenal sebagai
nama persamaan karakteristik, suatu topik penting dalam pembelajaran
tentang persamaan diferensial.
3.2. Operator dan Postulat dari Mekanika Kuantum
Tiga postulat dasar dalam menyelesaikan mekanika kuantum adalah
sebagai berikut :
a.

Nilai setiap sifat fisika dari mekanika kuantum dapat dideduksi


dengan mengoperasikan fungsi eigen dengan operator yang sesuai.
Pada umumnya, operasi tersebut antara fungsi eigen dengan
Hamiltonian operator. Contohnya adalah persamaan Schroedinger.

b. Dua operator dasar untuk sifat fisika yaitu operator untuk posisi dan
operator untuk momentum.

Operator posisi dalam sistem berdimensi satu adalah

( )

Dimana adalah simbol dari operator dan x adalah operatornya.


8

Operator momentum pada arah x adalah

( )

c. Dua situasi berbeda ketika nilai semua properti dari sistem mekanika
kuantum terdiri dari fungsi eigen dengan operator yang sesuai
dengan properti fisiknya tersebut.

Kuantisasi, nilai-nilai yang diperoleh. Jika untuk properti fisik


tertentu, operator A adalah sedemikian rupa sehingga

( )

Ketika a adalah sebuah angka atau kumpulan angka, maka nilai


dari properti fisik adalah nilai dari a.

Rata-rata, nilai-nilai yang dihitung. Jika untuk fisik properti yang


lainnya, operator B sedemikian hingga menjadi

( )

Nilai rata-rata ditentukan dengan cara :

( )

3.3. Turunan Operator untuk Energi Kinetik


Operator untuk properti fisi dapat ditentukan dari operator posisi
dan operator momentum. Salah satunya adalah operator energi kinetik.
Energi kinetik adalah mv2 atau dapat ditulis juga dengan (mv)2/2m.
Dimana (mv) merupakan momentum operator, dengan mensubstitusikan
nilai dari operator momentum ke persamaan energi kinetik, maka operator
energi kinetik adalah :

)(

( )

3.4. Partikel Bebas dalam Satu Dimensi


Sebelumnya, telah dijelaskan siftdari partikel dalam satu garis,
sekarang akan dibahas mengenai partikel yang bergerak bebas dalam arah
tertentu. Pertama, kembali ke persamaan Schroedinger pada satu dimensi
dan energi potensial = 0, yaitu persamaan
*

Dengan melakukan diferensiasi sebanyak dua kali kemudian


mensubstitusikannye kembali ke persamaan awal, didapatkan persamaan
umum berupa persamaan sinus dan cosinus yaitu :
(

Dimana k adalah bilangan positif maupun negatif.


Energi dari partikel ini dapat ditentukan dengan mensubstitusikan
persamaan 13 kedalam persamaan Schroedinger menggunakan operator
energi kinetik. Hasilnya adalah :
(

Energi bergantung pada nilaik k, sehingga k harus dirumuskan


dalam fungsi gelombang sehingga

Hasil yang sama akan didapatkan dengan menuliskan fungsi


gelombang sebagai fungsi eksponensial
(

10

Energi pada partikel yang bergerak bebas ini adalah energi kinetik,
sehingga KE = mv2 = (mv)2/2m atau (mv)2 = 2mKE. Dengan
mensubstitusikan persamaan energi kinetik (14), didapatkan

Dengan membandingkan dengan persamaan de Broglie yaitu


nilai k dapat dirumuskan menjadi

. kembali ke persamaan

gelombang (13) dan (16), dengan memasukkan nilai k didapat :


(

)
(

Dan

4. Metode Variasi
Metode ini digunakan ketika persamaan Shroedinger tidak dapat
menentukan hasil dari persamaannya.
4.1. Penyusunan Persamaan Schroedinger
Energi dari sebuah sistem mekanika kuantum diperoleh jika fungsi
solusi dapat ditemukan untuk operator Hamiltonian.
( )
Dengan mengalikan kedua sisi dengan

didapatkan

persamaan integralnya menjadi

4.2. Aproksimasi untuk Solusi Persamaan

11

Jika dengan persamaan (20) tidak ditemukan juga solusinya, maka


gunakanlah fungsi yang merupakan aproksimasi terhadap solusi dari
persamaan (20) tersebut. Untuk menentukan aproksimasi suatu fungsi,
dilakukan dengan prinsip-prinsip dasar. Prinsip dasar tersebut ialah
prinsip variasi.
Prinsip variasi
Sebuah nilai ekspektasi percobaan dengan sebuah fungsi sembarang
diperkenalkan oleh

Nilai yang bergantung pada pilihan dari tidak lah lebih kecil dari
nilai eingen terendah E0 untuk persamaan eigen = E .
(

Kesamaan dari rumus ini hanya berlaku untuk sebuah kasus khusus di
mana adalah sebuah fungsi eigen yang berkaitan dengan E0. Rumus ini
yaitu persamaan (21) disebut sebagai prinsip variasi.
5. Rotation In A Plane
Momentum sudut merupakan suatu komponen fisika yang penting dari
atom dan molekul. Nilai momentum sudut digunakan untuk mengelompokkan
tingal elektronik dari atom dan beberapa molekul, serta untuk molekul gas
pada posisi rotasional.
5.1. Operator Momentum Sudut
Arah dan magnitude dari momentum sudut dapat dijabarkan
dengan menggunakan vector yang tegak lurus terhadap bidang yang
memiliki vector radius dan vector momentum linear. Jika kita magnitude
ini ditulis dengan x dan y pada koordinat Cartesian, dan nilai momentum
sudut sebagai px dan py, maka :

12

Persamaan di atas dapat digunakan untuk membuat operator mekanika


quantum. Untuk mendapatkan operator ini, maka kita menggunakan
posisi operator x dan ya sebagai

dan

momentum linear

)( ) dan

dan operator

)( ). Maka,

Untuk partikel pada cincin dan beberapa jenis masalah lain dimana
kita harus menghitung momentum sudut, koordinat polar lebih mudah
digunakan dibandingkan dengan koordinat Cartesian. Persamaan yang
menghubungkan titik-titik koordinat Cartesian dan koordinat polar adalah
dan
dan,
dan
Dengan menggunakan aturan rantai untuk menghidung

pada x dan y,

maka didapatkan persamaan :


(

( )

Maka, menurut persamaan maka

5.2. Operator Energi Kinetik Operator


Untuk gerak linear, kita dapat mengatur operator untuk energi
kinetic rotasional dengan menggunakan persamaan energi kinetic biasa.
Dengan menghitung mv2 dalam bentuk kecepatan sudut

13

dan momen inersia

, maka didapatkan

persamaan energi kinetic :


(

)( )

Dengan menggunakan persamaan (yg Lz Lz terakhir), maka didapatkan

5.3. Persamaan Schrdinger untuk Partikel pada Cincin


Pada partikel pada cincin, energi potensial adalah 0 dan partikel
pada jarak r dari pusar adalah tak terhingga pada posisi lain. Fungsi eigen
akan menjadi fungsi variable sudut .

Kita menginginkan

untuk menjadi sebuah fungsi yang ketika

didiferensialkan dua kali akan menghasilkan konstanta dikali dengan


fungsi awal. Contoh lain :

Eksponen ditulis sebagai bilangan imajiner sehingga kita dapat


menentukan kondisi batas. Kita menginginkan fungsi
nilai yang sama dengan sudut

untuk memiliki

dengan berapapun perubahan total yang

terjadi.
(

Pada kondisi batas,


, maka bentuk

harus sama dengan i. Karena


(

sama dengan 1 jika kita membatasi m dengan nilai

14

dapat dibuat menjadi

Dengan batasan pada nilai m, kita dapat menggunakan fungsi eigen


untuk mendapatkan niai eigen yang merupakan energi dari posisi
rotasional yang ada. Sehingga bentuk yang dita dapatkan adalah,
menjadi

menjadi

Persamaan ini berlaku jika


(

atau

Kita dapat menyelesaikan persamaan fungsi eigen dengan mengevaluasi


A. Pertama, kita melakukan perhitungan integrasi

)(

Sehingga, dengan menjadikan

5.4. Nilai Momentum Sudut

Sehingga,

Fungsi

eigen

yang

berkorensponden dengan level

energi

menghasilkan nilai momentum sudut sepanjang arah z yang juga dihitung.


Komponen momentum sudut dihitung pada unit

15

). Momentum

sudut sepanjang suatu arah harus memiliki satu dari beberapa nilai yang
diberikan oleh

) dengan

Dua posisi pada tiap energi memiliki momentum sudut yang


berkorespon dengan partikel yang bergerak searah jarum jam atau
berlawanan arah dengan jarum jam, tergantung dengan tanda m.

5.5. Prinsip Keraguan Heisenberg dan Partikel pada Cincin


Bentuk simple dari prinsip ini dapat dituliskan dengan persamaan
(

)(

Ketidakpastian pada momentum dikali dengan ketidakpastian pada


suatu posisi sama dengan atau lebih besar dari h. Ketidakpastian yang
berhubungan dengan persamaan ini dapat didapatkan dari perhitungan
mekanika quantum atau studi percobaan.
Pada materi ini,

merupakan momentum sudur dan

sudut. Pada keadaan energi paling rendah,

merupakan

dan momentum sudut

. Karena kita mengetahui secara pasti nilai dari momentum


sudut, maka keraguan pada momentum sudut sama dengan nol. Jika
prinsip keraguan dilakukan, maka keraguan pada posisi ini harus tidak
terhingga, dimana kita tidak memiliki informasi apapun mengani posisi
sudut.
5.6. Fungsi Eigen Lokalisasi
Pemecahan terhadap contoh partikel pada cincin dihitung secara
berpasangan, kecuali keadaan energi paling rendah. Untuk menghitung
dua keadaan pada tiap energi maka | | merupakan nilai pasti dari nomor
quantum m. Kemudian fungsi eigen selain m=0, dapat ditulis sebagai
| |

dan

| |

16

Kita dapat juga menghitung persamaan Schrodinger dengan


fungsi yang merupakan suatu kombinasi linear dari fungsi eigen dengan
nilai | |. Maka,
(

)(

| |

| |

)(

| |

| |

Persamaan ini dapat dikonversi ke fungsi baru


(| | ) dan

dan

(| | )

Distribusi partikel sekitar cincin didapatkan dari nilai

dan

, dan didapatkan fungsi :


(| | ) dan

(| | )

Ketika ada dua atau lebih kondisi pada energi berapapun, kita dapat
selalu menuliskan kombinasi linear dari fungsi-fungsi eigen yang
menjabarkan kondisi-kondisi degenerasi. Dengan menggunakan prinsip
ini, kita dapat mencari fungsi eigen yang sesuai dengan momentum sudut
yang dicari.
6. Rotasi Dalam Tiga Dimensi
Misalkan sebuah titik bermassa yang bebas bergerak pada permukaan bola
yang jari-jarinya r (seperti Gbr 1). Syarat yang mengharuskan kecocokan
fungsi gelombang mengantarkan pada syarat batas lingkar kedua dan bilangan
kuantum kedua. Selanjutnya, kita akan membahas keadaan electron didalam
atom dan molekul yang berotasi. Penerapan ini berasal dari kenyataan bahwa
rotasi benda padat dengan massa m dapat digambarkan dengan titik tunggal
bermassa m yang berotasi dengan jari-jari Rg (radius putaran benda) yang
terdefinisi sedemikian sehingga I = m Rg2

17

Gbr 1
Persamaan Schrodinger:

dengan

dan

Ketiganya dapat disederhanakan karena partikel bergerak pada permukaan


bola, jari-jari

r bukanlah variable, sehingga turunan terhadap r dapat

diabaikan, dan V merupakan konstanta dan dapat dibuat sama dengan nol.
Sehingga ke 3 persamaan tersebut menjadi

Yang dapat dirangkum menjadi

Namun diakhir bahasan, persamaan ini terpisah menjadi dua persamaan


yaitu, satu untuk dan satu lagi untuk . Setelah kedua persamaan
diselesaikan secara terpisah, maka fungsi gelombang dapat dituliskan

18

Dengan merupakan fungsi dan merupakan fungsi

6.1. Sifat Penyelesaian


Seperti yang dibahas sebelumnya bahwa fungsi gelombang dapat
ditentukan oleh dua bilangan kuantum l dan m1 (terdapat dua syarat
lingkar yang harus dipenuhi yaitu dari sudut dan dari sudut
= 0, 1, 2 . ..
m1 = 0, 1, 2, ,
Setara dengan itu,
m1 = , ( -1), ( -2), , (- )
bernilai positif, selanjutnyaa, untuk nilai tertentu, terdapat 2 +1
nilai m yang diperbolehkan. Fungsi gelombang yang dinormalisasikan
biasanya dinyatakan dengan Y , m1 dan disebut harmonis bola. Beberapa
harmonis bola dimuat pada Gbr 1.2

Gbr 1.2
Energi partikel E terbatas pada nilai-nilai
19

Kita lihat bahwa energi itu terkuantitasi dan tidak bergantung pada
m . Karena terdapat

2 +1 fungsi gelombang yang berbeda yang

bersesuaian dengang energy yang sama (satu untuk setiap nilai m ) maka
tingkat dengan bilangan kuantum l merupakan degenerasi dengan lipatan
(2 +1)

6.2. Momentum Sudut


Energi partikel yang berotasi terhubungkan dengan momentum
sudutnya secara klasik dengan

. Jadi, dengan membandingkan

persamaan ini dengan persamaan diatas, dapat disimpulkan bahwa


besaran momentum sudut itu terkuantitasi, dan terbatas pada nilai-nilai:

Momentum sudut disekitar sumbu-z terkuantitasi nilainya:

Maka tinggi nilai , makin besar jumlah garis simpul (posisi dengan
=0) pada fungsi gelombang. Ini menunjukkan kenyataan bahywa
semakin tinggi momentum sudut, makin tinggi energy kinetiknya,
sehingga fungsi gelombangnya makin melengkung tajam. Dan dalam
keadaan yang sesuai dengan momentum sudut yang tinggi disekitar
sumbu z merupakan keadaan dengan kebanyakan simpul memotong
ekuator. Ini menunjukkan energy kinetic yang tinggi adalah yang berasal
dari gerakan sejajar dengan ekuator, karena pada arah itu, lengkungannya
terbesar.
Penulisan persamaan dalam , sehingga persamaan differensial yang
dipenuhi oleh harmonis bola:

20

6.3. Kuantitasi Ruang


Hasil mekanika kuantum yang menyatakan benda yang berotasi
tidak dapat memiliki sembarang orientasi terhadap beberapa sumbu
tertentu (misalnya sumbu yang ditentukan oleh arah medan listrik atau
medan magnet dari luar) disebut kuantitasi ruang. Hal ini dibuktikan
dengan eksperimen yang mula-mula dilakukan oleh Otto Sterm dan
Walter Gerlach pada tahun 1921. Mereka menembakkan seberkas atom
perak melalui medan magnet yang tidak homogeny. Gagasannya, benda
bermuatan yang berotasi berperilaku seperti magnet dan berinteraksi
dengan medan yang ada.
Menurut mekanika klasik, orientasi momentum sudut dapat
mempunyai nilai berapapun, sehingga magnet yang berhubungan dapat
mempunyai orientasi apapun. Arah magnet yang ditimbulkan oleh medan
tak homogen bergantung pada orientasi. Dengan demikian, diharapkan
timbulnya pita atom yang lebar dari daerah tempat ,medan magnet itu
berperan. Sedangkan menurut mekanika kuantum, karena momentum
sudut tersebut terkuantitasi, magnet yang bersangkutan terletak pada
sejumlah orientasi diskret, dan kemudian diharapkan ada beberapa pita
atom yang tajam
Dalam eksperimen pertama, tampaknya Stern dan Gerlach
membuktikan kebenaran ramalan klasik. Eksperimen ini sukar karena
atom-atom didalam berkas itu saling bertubrukan sehingga mengaburkan
pitanya. Ketika eksperimen diulang dengan berkasi yang intensitasnya
rendah (sehingga frekuensi bertubrukan berkurang), mereka mengamati
pita-pita yang diskret. Jadi ramalan kuantum terbukti.

6.4. Model vector


Pada seluruh pembahasan, momentum sudut hanya pada
komponen-z, tidak pada komponen-x, dan y. Sebab asas ketidakpastian
tidak memungkinkan adanya kesimultanan penentuan lebih dari satu

21

komponen. Oleh karena itu, jika

diketahui, tidak mungkin ada nilai

pada dua komponen lainnya.


Model vector dari momentum sudut adalah seperti Gbr 1.3.
Kerucut digambar dengan sisi { ( +1)}1/2 satuan, dan menunjukkan besar
momentum sudut. Setiap kerucut mempunyai proyeksi tertentu (m
satuan) pada sumbu-z menunjukkan nilai

Walaupun demikian, proyeksi

tidak terbatas. Vektor yang

dan

yang tepat dari sistem itu.

menggambarkan keadaan momentum sudut dapat dianggap ujungnya


terletak pada sembarang titik pada mulut kerucut.

Gbr 1.3
Model vector momentum sudut walaupun hanya merupakan
gambaran aspek mekanika kuantum, ternyata sangat berguna untuk
membahas struktur dan spectra atom.

Gbr 1.4

22

7. Elektron Spin dan Fungsi Elektron Spin


System yang mengandung beberapa electron dibedakan oleh fungsi
gelombang dan fungsi spin. Menurut hukum kuantum hanya ada dua elektron
yang dapat menempati orbital yang sama. Aturan ini berkaitan dengan
momentum sudut khusus yang disebut sebagai spin elektron.
7.1. Electron yang Tidak Dapat Dibedakan
adalah yang menyatakan fungsi gelombang untuk suatu atom atau
molekul yang mengandung dua electron atau lebih. Dari fungsi
gelombang ini kita dapat menghitung beberapa kuantitas fisika, dengan
membentuk integral . Pertukaran peran electron dalam fungsi
gelombang tidak menyebabkan fungsinya berubah, atau hanya tandanya
yang berubah.
Setiap electron akan dideskripsikan oleh fungsi gelombang yang
disebut juga orbital. Berdasarkan larangan Pauli, orbital dapat ditempati
oleh dua electron dengan spin yang berbeda. Deskripsi orbital untuk
system yang terdiri dari dua electron
( )

( )

Kedua electron tersebut dapat diidentifikasi, tetapi karena


keduanya mempunyai peran yang sama kita tidak menganggap bahwa
kedua electron tersebut dapat dibedakan. Untuk menyimpulkan bahwa
beberapa electron tidak dapat dibedakan dan tidak harus mempunyai
peran yang berbeda, kita dapat menulis fungsi orbital
( )

( )

( )

( )

( )

( )

Dan
( )

( )

Perhatikan bahwa ketika peran kedua orbital ditukar, maka pada


fungsi pertama tidak terjadi perubahan dan pada fungsi kedua hanya
terjadi perubahan tanda.
7.2. Electron Spin
Momentum angular orbital dapat diperoleh dari aplikasi
persamaan Schrodinger. Momentum angular spin tidak dapat diperoleh
dari persamaan Schrodinger. Keberadaan spin elektron dibuktikan

23

melalui beberapa eksperimen antara lain melalui Eksperimen berkas atom


oleh Stern dan Gerlach. Eksperimen ini memberikan gambaran bahwa
sebuah elektron memiliki sebuah momen magnetik, yang merupakan sifat
magnetik yang berkaitan dengan arus listrik melingkar.
7.3. Fungsi Elektron Spin
Fungsi electron spin dan fungsi orbital secara bersama membentuk
fungsi gelombang.

menyatakan vector spin yang mengarah ke atas dan

menyatakan vector spin yang mengarah ke bawah. Untuk dua spin yang
( ) ( ), sedangkan untuk kedua spin

mengarah ke atas dapat ditulis

mengarah ke bawah dapat ditulis

( ) ( ). Ada juga kombinasi dari

keduanya
( ) ( )

( ) ( )

7.4. Fungsi Gelombang untuk Sistem dengan Dua Elektron


Kombinasi fungsi orbital dan fungsi spin menghasilkan fungsi
gelombang

Misalkan untuk atom helium yang terdiri dari dua electron dan
kedua electron menempati orbital 1s, karena kedua electron mempunyai
spin yang sama maka tidak boleh menempati orbital yang sama dan akan
mempunyai tanda yang berbeda sehingga
( )

( )[ ( ) ( )

( ) ( )]

Dari ilustrasi dapat disimpulkan bahwa ketika peran dari dua


electron berubah maka fungsi gelombang akan mengalami perubahan
tanda. Untuk dua electron yang menempati orbital yang sama, hanya
fungsi gelombang mngalami perubahan tanda ketika terjadi pertukaran
peran.
( )

( )[ ( ) ( )

( ) ( )]

Sedangkan untuk system dengan dua electron yang menempat


orbital yang berbeda, terdapat dua fungsi gelombang
[

( )

( )

( )

8. Nuclear Spin dan Fungsi Nuclear Spin

24

( )[ ( ) ( )

( ) ( )]

Fungsi nuclear spin menetukan bentuk dari fungsi gelombang untuk


suatu system homonuclear diatomic molekul.
8.1. Nuclear Spin
Momentum sudut nuklir dapat dinyatakan sebagai (

dimana I adalah bilangan kuantum spin. Fungsi nuclear spin sama seperti
fungsi electron spin dapat digunakan untuk membentuk fungsi
gelombang.
Berdasarkan bilangan spinnya partikel dibagi menjadi dua bagian
yaitu fermion dan boson, dimana partikel fermion yang memiliki spin
setengah bilangan bulat yang menggunakan statistik Fermi-Dirac, dan
Boson adalah partikel yang memiliki spin bilangan bulat yang mengikuti
statistic Bose-Einstein. Dan jika menggunakan momentum sudut spin
tersebut berarti partikel diklasifikasikan dengan meninjau teorema
statistic spin.
Dari statistik yang digunakan oleh partikel dapat menentukan
kesimetrisan antara dua buah partikel. Suatu partikel dikatakan boson
identitas ialah jika ia memiliki bilangan spin bilangan bulat dan fungsifungsi gelombang dari kedua partikel tidak berubah ketika saling
bertukaran, seperti berikut:

Begitu juga suatu partikel dikatakan sebagai fermion identitas jika


ia memiliki bilangan spin setengah bulat ganjil dan fungsi-fungsi
gelombang dari kedua partikel berubah ketika saling bertukaran, seperti
berikut :

8.2. Fungsi Nuclear Spin
Fungsi spin dapat dibentuk dari sepasang fundamental partikel.
Untuk fungsi yang tidak berubah disebut simetris dan untuk fungsi yang
berubah disebut asimetris.
Secara umum kita harus mengkombinasikan nilai I dari kedua
nucleus molekul untuk mendapatkan nilai spin total T. Karena I adalah
integral atau integral setengah maka T selalu merupakan integral.

25

Sehingga dapat disimpulkan bahwa total spin dinyatakan mengenai


medan magnet. Komponen ini disebut TM.
Untuk partikel dengan

, maka

dan

. Kita dapat

menampilkan nilai dan tipe dari bilangan spin yang dinyatakan dalam
nilai TM yang mungkin
simetris
antisimetris
Untuk menunjukkan bagaimana perubahan fungsi nuclear spin
menjadi fungsi gelombang, kita mempertimbangkan gungsi gelombang
untuk gas diatomic. Fungsi gelombang untuk system ini

System tersebut harus mempunyai fungsi gelombang yang tidak


berubah, ketika terjadi perubahan peran nucleus baik untuk vibrasi,
translasii, dan rotasi dari fungsi gelombang untuk molekul diatomic.
Gerak translasi molekul dapat dinyatakan dalam koordinat dari pusat
massa molekul. Gersk vibrasi molekul diperlakukan sebagai panjang dari
molekul banding panjang setimbang. Gerak translasi dan vibrasi tidek
dipengaruhi oleh perubahan atom, tetapi gerak rotasi dipengaruhi oleh
perubahan atom.
8.3. Fungsi Nuklear Spin dan Fungsi Gelombang untuk molekul
Diatomik Homonuclear
Untuk fungsi gelombang dari gas diatomic, setiap bagian rotasi
harus dideskripsikan sebagai kombinasi dari fungsi gelombang rotasi dan
fungsi nuclear spin. Jika nucleus adalah fermion maka fungsi gelombang
berah dengan adanya pertukaran peran nucleus. Jika nucleus merupakan
bosons, maka fungsi gelombang tidak berubah.
8.4. Ortohidrogen dan Parahidrogen
Semua molekul diatomic dapat tersusun dari campuran molekul dengan
simetris nukleaer spin dan antisimetri nuclear spin. Molekul yang dapat
mempunyai komposi seperti ini adalah hydrogen. Hydrogen dengan
simetris nuclear spin disebut orto sedangakan molekul dengan antisimetri
nuclear spin disebut para.
26

BAB II
PENUTUP
1.

Kesimpulan

Persamaan Schrdinger digunakan untuk mengetahui perilaku


gelombang dari suatu partikel

Persamaan Schrdinger dapat digunakan pada berbagai bentuk


dimensi

Metode variasi digunakan ketika persamaan Shroedinger tidak


dapat menentukan hasil dari persamaannya.

Arah dan magnitude dari momentum sudut dapat dijabarkan


dengan menggunakan vector yang tegak lurus terhadap bidang
yang memiliki vector radius dan vector momentum linear

Untuk partikel pada cincin dan beberapa jenis masalah lain dimana
kita harus menghitung momentum sudut, koordinat polar lebih
mudah digunakan dibandingkan dengan koordinat Cartesian.

Untuk gerak linear, kita dapat mengatur operator untuk energi


kinetic rotasional dengan menggunakan persamaan energi kinetic
biasa.

Fungsi

eigen

yang

berkorensponden dengan level

energi

menghasilkan nilai momentum sudut sepanjang arah z yang juga

27

dihitung. Komponen momentum sudut dihitung pada unit

).

Momentum sudut sepanjang suatu arah harus memiliki satu dari


beberapa nilai yang diberikan oleh

) dengan

Ketidakpastian pada momentum dikali dengan ketidakpastian pada


suatu posisi sama dengan atau lebih besar dari h.

Pemecahan terhadap contoh partikel pada cincin dihitung secara


berpasangan, kecuali keadaan energi paling rendah.

Menurut mekanika klasik, orientasi momentum sudut dapat


mempunyai nilai berapapun, sehingga magnet yang berhubungan
dapat mempunyai orientasi apapun. Arah magnet yang ditimbulkan
oleh medan tak homogen bergantung pada orientasi. Sedangkan
menurut mekanika kuantum, karena momentum sudut tersebut
terkuantitasi, magnet yang bersangkutan terletak pada sejumlah
orientasi diskret, dan kemudian diharapkan ada beberapa pita atom
yang tajam

Hydrogen dengan simetris nuclear spin disebut orto sedangakan


molekul dengan antisimetri nuclear spin disebut para.

Gerak translasi molekul dapat dinyatakan dalam koordinat dari


pusat massa molekul.

Gerak vibrasi molekul diperlakukan sebagai panjang dari molekul


banding panjang setimbang.

Gerak translasi dan vibrasi tidek dipengaruhi oleh perubahan atom,


tetapi gerak rotasi dipengaruhi oleh perubahan atom.

28

DAFTAR PUSTAKA
Atkins, P.W. 1996. Kimia Fisika Jilid 1. Jakarta:Erlangga
Borrow, Gordon M. 1996. Physical Chemistry. USA: McGraw-Hill Companies

29

Anda mungkin juga menyukai