PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hipertensi adalah keadaan peningkat tekanan darah yang memberi gejala, yang akan
berkelanjutan pada organ target, seperti stroke (untuk otak), penyakit jantung koroner (untuk
pembuluh darah), dan hipertrofi ventrikel kanan (untuk otot jantung). ( Bustan. N. M. 2007).
Makin tinggi tekanan darah, maka makin keras jantung harus bekerja untuk tetap memompa
melawan hambatan. Jika dengan berjalannya waktu, otot jantung lelah, bisa terjadi
kelemahan jantung dan akhirnya gagal jantung. Karena beban berlebihan yang di letakkanya
pada arteri, tekanan darah tinggi dapat mempercepat pelapukan dan kerusakannya, terutama
pada organ-organ yang dituju, yakni otak, koroner, dan ginjal. Oleh karena itu, hipertensi
yang tidak di obati sering mengakibatkan stroke dan serangan jantung yang berbahaya.
Stroke dan serangan jantung yang fatal mempunyai peluang lebih besar pada orang yang
hipertensi yang tidak di obati dibendingkan pada mereka yang memiliki tekanan darah
normal di usia yang sama. (WOLFF PETER HANNS. 2006).
Sekitar 20 % dari semua orang dewasa menderita hipertensi, dan menurut statistik, angka
ini terus meningkat. Sekitar 40 % dari semua kematian di bawah 65 tahun adalah akibat
hipertensi.(WOLFF PETER HANNS. 2006).
B. Rumusan Masalah
Apakah ada hubungan pengetahuan lansia dengan tingkat hipertensi pada lansia
di Lingkungan Puskesmas Kedungsolo, Kecamatan Porong, Kabupaten Sidoarjo.
C. Tujuan Penelitian
1.
Tujuan Umum
Tujuan umum dalam penelitian ini adalah menganalisis adakah hubungan
pengetahuan lansia dengan tingkat hipertensi pada lansia di Lingkungan Puskesmas
Kedungsolo, Kecamatan Porong, Kabupaten Sidoarjo.
2.
Tujuan Khusus
a. Mempelajari pengaruh pendidikan terhadap tingkat pengetahuan pada penyakit
Hipertensi.
b. Mempelajari pengaruh pekerjaan
Hipertensi.
c. Mempelajari pengaruh diet terhadap tingkat Hipertensi.
d. Mempelajari pengaruh informasi yang didapat lansia terhadap tingkat Hipertensi.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Masyarakat
Memberikan informasi kepada masyarakat mengenai faktor hubungan
pengetahuan lansia tentang hipertensi dengan hipertensi pada lansia di Lingkungan
Puskesmas Kedungsolo, Kecamatan Porong, Kabupaten Sidoarjo.
2. Bagi Puskesmas Kedungsolo
Memberikan informasi kepada Puskesmas Kedungsolo tentang tingkat yang
mempengaruhi tingkat pengetahuan hipertensi sehingga dapat dijadikan dasar dalam
pembuatan program, evaluasi, pengambilan kebijakan dan penanggulangannya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Hipertensi
1.1 Definisi
The Joint National Community on Preventation, Detection evaluation and treatment of
High Blood Preassure dari Amerika Serikat dan badan dunia WHO dengan International Society
of Hypertension membuat definisi hipertensi yaitu apabila tekanan darah seseorang tekanan
sistoliknya 140 mmHg atau lebih atau tekanan diastoliknya 90 mmHg atau lebih atau sedang
memakai obat anti hipertensi.
Pada orang lansia, definisi hipertensi yaitu apabila tekanan darah lebih dari 95 persentil
dilihat dari umur, jenis kelamin, dan tinggi badan yang diukur sekurang-kurangnya tiga kali pada
pengukuran yang terpisah. The sixth Report of The joint national Committee on Prevention,
detection, Evaluation and Treatment of High Blood Presure (JNC VI) mengklasifikasikan
tekanan darah untuk orang dewasa menjadi enam kelompok yang terlihat seperti pada tabel 1
dibawah.
Tabel I. Klasifikasi tekanan darah untuk orang dewasa yang berusia 18 tahun atau lebih.
Klasifikasi
Tekanan
Darah
Normal
Pre hipertensi
Stage 1 Hipertensi
Stage 2 Hipertensi
TDS (mmHg)
TDD (mmHg)
< 120
120 139
140 159
> 160
< 80
80 89
90 99
> 100
1.2 Epidemiologi
Hipertensi adalah masalah kesehatan masyarakat. Hipertensi yang tidak terkontrol dapat
memicu timbulnya penyakit degeneratif, seperti gagal jantung kongestif, gagal ginjal, dan
penyakit vaskuler. Hipertensi disebut silent killer karena sifatnya asimptomatik dan setelah
beberapa tahun menimbulkan stroke yang fatal atau penyakit jantung. Meskipun tidak dapat
diobati, pencegahan dan penatalaksanaan dapat menurunkan kejadian hipertensi dan penyakit
yang menyertainya. Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007, diketahui hampir
seperempat (24,5%) penduduk Indonesia usia di atas 10 tahun mengkonsumsi makanan asin
setiap hari, satu kali atau lebih. Sementara prevalensi hipertensi di Indonesia mencapai 31,7%
dari populasi pada usia 18 tahun ke atas. Dari jumlah itu, 60% penderita hipertensi berakhir pada
stroke. Sedangkan sisanya pada jantung, gagal ginjal, dan kebutaan. Pada orang dewasa,
peningkatan tekanan darah sistolik sebesar 20 mmHg menyebabkan peningkatan 60% risiko
kematian akibat penyakit kardiovaskuler.
Berdasarkan American Heart Association (AHA, 2001), terjadi peningkatan rata-rata
kematian akibat hipertensi sebesar 21% dari tahun 1989 sampai tahun 1999. Secara keseluruhan
kematian akibat hipertensi mengalami peningkatan sebesar 46%. Data Riskesdas menyebutkan
5
hipertensi sebagai penyebab kematian nomor 3 setelah stroke dan tuberkulosis, jumlahnya
mencapai 6,8% dari proporsi penyebab kematian pada semua umur di Indonesia.
Hipertensi perlu diwaspadai karena merupakan bahaya diam-diam. Tidak ada gejala atau
tanda khas untuk peringatan dini bagi penderita hipertensi. Selain itu, banyak orang merasa sehat
dan energik walaupun memiliki hipertensi. Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas)
2007, sebagian besar kasus hipertensi di masyarakat belum terdiagnosis.
1.3 Etiologi
Berdasarkan penyebabnya hipertensi dibagi menjadi 2 golongan, yaitu: hipertensi
esensial atau hipertensi primer dan hipertensi sekunder atau hipertensi renal.
1) Hipertensi esensial
Hipertensi esensial atau hipertensi primer yang tidak diketahui penyebabnya, disebut
juga hipertensi idiopatik. Terdapat sekitar 95% kasus. Banyak faktor yang mempengaruhinya
seperti genetik, lingkungan, hiperaktifitas sistem saraf simpatis, sistem renin angiotensin,
defek dalam ekskresi Na, peningkatan Na dan Ca intraseluler dan faktor-faktor yang
meningkatkan resiko seperti obesitas, alkohol, merokok, serta polisitemia. Hipertensi primer
biasanya timbul pada usia 30 50 tahun.
2) Hipertensi sekunder
Hipertensi sekunder atau hipertensi renal terdapat sekitar 5 % kasus. Penyebab
spesifik diketahui, seperti penggunaan estrogen, penyakit ginjal, hipertensi vaskular renal,
Jenis kelamin mempunyai pengaruh penting dalam regulasi tekanan darah. Sejumlah
fakta menyatakan hormon sex mempengaruhi sistem rennin angiotensin. Secara umum
tekanan darah pada laki laki lebih tinggi daripada perempuan. Pada perempuan risiko
hipertensi akan meningkat setelah masa menopause yang mununjukkan adanya pengaruh
hormon.
d. Merokok
Merokok dapat meningkatkan beban kerja jantung dan menaikkan tekanan darah.
Menurut penelitian, diungkapkan bahwa merokok dapat meningkatkan tekanan darah. Nikotin
yang terdapat dalam rokok sangat membahayakan kesehatan, karena nikotin dapat
meningkatkan penggumpalan darah dalam pembuluh darah dan dapat menyebabkan
pengapuran pada dinding pembuluh darah. Nikotin bersifat toksik terhadap jaringan saraf
yang menyebabkan peningkatan tekanan darah baik sistolik maupun diastolik, denyut jantung
bertambah, kontraksi otot jantung seperti dipaksa, pemakaian O2 bertambah, aliran darah
pada koroner meningkat dan vasokontriksi pada pembuluh darah perifer.
e. Obesitas
Kelebihan lemak tubuh, khususnya lemak abdominal erat kaitannya dengan hipertensi.
Tingginya peningkatan tekanan darah tergantung pada besarnya penambahan berat badan.
Peningkatan risiko semakin bertambah parahnya hipertensi terjadi pada penambahan berat
badan tingkat sedang. Tetapi tidak semua obesitas dapat terkena hipertensi. Tergantung pada
masing masing individu. Peningkatan tekanan darah di atas nilai optimal yaitu > 120 / 80
mmHg akan meningkatkan risiko terjadinya penyakit kardiovaskuler. Penurunan berat badan
efektif untuk menurunkan hipertensi, Penurunan berat badan sekitar 5 kg dapat menurunkan
tekanan darah secara signifikan.
f. Stress
Hubungan antara stres dengan hipertensi diduga melalaui saraf simpatis yang dapat
meningkatkan tekanan darah secara intermiten. Apabila stres berlangsung lama dapat
mengakibatkan peninggian tekanan darah yang menetap. Pada binatang percobaan dibuktikan
bahwa pajanan terhadap stress menyebabkan binatang tersebut menjadi hipertensi.
g. Aktifitas Fisik
Orang dengan tekanan darah yang tinggi dan kurang aktifitas, besar kemungkinan
aktifitas fisik efektif menurunkan tekanan darah. Aktifitas fisik membantu dengan mengontrol
berat badan. Aerobik yang cukup seperti 30 45 menit berjalan cepat setiap hari membantu
menurunkan tekanan darah secara langsung. Olahraga secara teratur dapat menurunkan
tekanan darah pada semua kelompok, baik hipertensi maupun normotensi.
h. Asupan
1) Asupan Natrium
Natrium adalah kation utama dalam cairan extraseluler konsentrasi serum normal
adalah 136 sampai 145 mEg / L, Natrium berfungsi menjaga keseimbangan cairan dalam
kompartemen tersebut dan keseimbangan asam basa tubuh serta berperan dalam transfusi
saraf dan kontraksi otot. Perpindahan air diantara cairan ekstraseluler dan intraseluler
ditentukan oleh kekuatan osmotik. Osmosis adalah perpindahan air menembus membran
semipermiabel ke arah yang mempunyai konsentrasi partikel tak berdifusinya lebih tinggi.
Natrium klorida pada cairan ekstraseluler dan kalium dengan zat zat organik pada cairan
intraseluler, adalah zat zat terlarut yang tidak dapat menembus dan sangat berperan
dalam menentukan konsentrasi air pada kedua sisi membran. Hampir seluruh natrium yang
dikonsumsi (3-7 gram sehari) diabsorpsi terutama di usus halus.
Mekanisme pengaturan keseimbangan volume pertama tama tergantung pada
perubahan volume sirkulasi efektif. Volume sirkulasi efektif adalah bagian dari volume
cairan ekstraseluler pada ruang vaskular yang melakukan perfusi aktif pada jaringan. Pada
orang sehat volume cairan ekstraseluler umumnya berubah ubah sesuai dengan sirkulasi
efektifnya dan berbanding secara proporsional dengan natrium tubuh total.
Natrium diabsorpsi secara aktif setelah itu dibawa oleh aliran darah ke ginjal, disini
natrium disaring dan dikembalikan ke aliran darah dalam jumlah yang cukup untuk
mempertahankan taraf natrium dalam darah. Kelebihan Na yang jumlahnya mencapai 9099 % dari yang dikonsumsi, dikeluarkan melalui urin. Pengeluaran urin ini diatur oleh
hormon aldosteron yng dikeluarkan kelenjar adrenal bila kadar Na darah menurun.
Aldosteron merangsang ginjal untuk mengasorpsi Na kembali. Jumlah Na dalam urin
tinggi bila konsumsi tinggi dan rendah bila konsumsi rendah.
Garam dapat memperburuk hipertensi pada orang secara genetik sensitif terhadap
natrium, misalnya seperti: orang Afrika-Amerika, lansia, dan orang hipertensi atau
diabetes. Asosiasi jantung Amerika menganjurkan setiap orang untuk membatasi asupan
garam tidak lebih dari 6 gram per hari.23 Pada populasi dengan asupan natrium lebih dari 6
gram per hari, tekanan darahnya meningkat lebih cepat dengan meningkatnya usia, serta
kejadian hipertensi lebih sering ditemukan.
Hubungan antara retriksi garam dan pencegahan hipertensi masih belum jelas.
Namun berdasarkan studi epidemiologi diketahui terjadi kenaikan tekanan darah ketika
asupan garam ditambah.
10
2) Asupan Kalium
Kalium merupakan ion utama dalam cairan intraseluler, cara kerja kalium adalah
kebalikan dari Na. konsumsi kalium yang banyak akanmeningkatkan konsentrasinya di
dalam cairan intraseluler, sehinggacenderung menarik cairan dari bagian ekstraseluler dan
menurunkan tekanan darah.
Sekresi kalium pada nefron ginjal dikendalikan oleh aldosteron. Peningkatan
sekresi aldosteron menyebabkan reabsorbsi natrium dan air juga ekskresi kalium.
Sebaliknya penurunan sekresi aldosteron menyebabkan ekskresi natrium dan air juga
penyimpanan kalium. Rangsangan utama bagi sekresi aldosteron adalah penurunan volume
sirkulasi efektif atau penurunan kalium serum. Ekskresi kalium juga dipengaruhi oleh
keadaan asam basa dan kecepatan aliran di tubulus distal.
Penelitian epidemiologi menunjukkan bahwa asupan rendah kalium akan
mengakibatkan peningkatan tekanan darah dan renal vascular remodeling yang
mengindikasikan terjadinya resistansi pembuluh darah pada ginjal. Pada populasi dengan
asupan tinggi kalium tekanan darah dan prevalensi hipertensi lebih rendah dibanding
dengan populasi yang mengkonsumsi rendah kalium.
3) Asupan Magnesium
Magnesium merupakan inhibitor yang kuat terhadap kontraksi vaskuler otot halus
dan diduga berperan sebagai vasodilator dalam regulasi tekanan darah. The Joint national
11
4) Kalsium
Sejumlah penelitian menyebutkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan
antara diet kalsium dengan prevalensi hipertensi. Hubungan diet kalsiun dengan hipertensi
tampak pada perempuan ras Afrika Amerika. Peningkatan konsumsi per hari (untuk total
asupan kalsium 1500 mg per hari) tidak memberikan pengaruh terhadap tekanan darah
pada laki-laki. Dengan demikian, peran suplementasi kalsium untuk mencegah hipertensi
tidak terbukti. Namun, JNC VI merekomendasikan peningkatan asupan kalium,
magnesium dan kalsium untuk pencegahan dan pengelolaan hipertensi. Asupan kalsium
yang direkomendasikan sebesar 1000 sampai 2000 mg per hari.
1.5 Patogenesis
Tekanan darah terutama dikontrol oleh sistem saraf simpatik (control jangka pendek) dan
ginjal (kontrol jangka panjang). Mekanisme yang berhubungan dengan penyebab hipertensi
12
melibatkan perubahan perubahan pada curah jantung dan resistensi vaskular perifer. Pada tahap
awal hipertensi primer curah jantung meninggi sedangkan tahanan perifer normal. Keadaan ini
disebabkan peningkatan aktivitas simpatik. Saraf simpatik mengeluarkan norepinefrin, sebuah
vasokonstriktor yang mempengaruhi pembuluh arteri dan arteriol sehingga resistensi perifer
meningkat.
Pada tahap selanjutnya curah jantung kembali ke normal sedangkan tahanan perifer
meningkat yang disebabkan oleh refleks autoregulasi. Yang dimaksud dengan reflex autoregulasi
adalah mekanisme tubuh untuk mempertahankan keadaan hemodinamik yang normal. Oleh
karena curah jantung yang meningkat terjadi konstriksi sfingter pre-kapiler yang mengakibatkan
penurunan curah jantung dan peninggian tahanan perifer. Pada stadium awal sebagian besar
pasien hipertensi menunjukkan curah jantung yang meningkat dan kemudian diikuti dengan
kenaikan tahanan perifer yang mengakibatkan kenaikan tekanan darah yang menetap.
13
tidak diketahui dan dirawat dapat mengakibatkan kematian karena payah jantung, infark
miokardium, stroke atau gagal ginjal. Namun deteksi dini dan parawatan hipertensi dapat
menurunkan jumlah morbiditas dan mortalitas.
14
1.8 Preventif
Resiko seseorang untuk mendapatkan hipertensi dapat dikurangi dengan cara :
o Memeriksa tekanan darah secara teratur
o Menjaga berat badan dalam rentang normal
15
o Mengatur pola makan, antara lain dengan mengkonsumsi makanan berserat,rendah lemak
dan mengurangi garam.
o Hentikan kebiasaan merokok dan minuman beralkohol
o Berolahraga secara teratur
o Mengurangi stress dan emosi
o Mengurangi makanan berlemak
BAB III
16
Melakukan
HIPERTENSI
Tidak Melakukan
4. Gaya hidup
6. Stresor / pikiran
Gambar III.1 Kerangka Konsep Penelitian
: Yang tidak diteliti
: Yang diteliti
17
: Tidak ada hubungan antara upaya melakukan diet rendah garam terhadap tingkat
: Ada hubungan antara upaya melakukan diet rendah garam terhadap tingkat
Faktor yang mempengaruhi terbagi atas faktor ekstrinsik dan faktor intrinsik.
Faktor ekstrinsik terbagi menjadi lima poin yaitu informasi, diet, olahraga, gaya hidup,
stresor / pikiran . Sedangkan faktor interinsik terbagi menjadi lima poin yaitu keturunan,
pendidikan, pekerjaan, usia, jenis kelamin. Kurangnya pengetahuan lansia tentang
Hipertensi akan menyebabkan lansia tidak melakukan diet rendah garam sehingga tingkat
Hipertensi masih tinggi.
BAB IV
18
METODE PENELITIAN
IV.3.2. Sampel
Sampel ditentukan dengan menggunakan rumus:
n =
Z 2 P Q
d2
Keterangan:
n =
Besar sampel.
P=
Q=
d=
Z =
Z 2 P Q
d2
1,962 x 0,5 x 0,5
0,102
IV.4. Variabel
20
Faktor instrinsik :
o Usia
o keturunan
o Pekerjaan
o pendidikan
IV.5.3 Usia
21
Usia biologis adalah perhitungan usia berdasarkan kematangan biologis yang dimiliki
oleh seseorang. Kategori Umur Menurut Depkes RI (2009):
1.
Masa balita
= 0 - 5 tahun,
2.
Masa kanak-kanak
= 5 - 11 tahun.
3.
= 12 - 1 6 tahun.
4.
= 17 - 25 tahun.
5.
= 26- 35 tahun.
6.
= 36- 45 tahun.
7.
= 46- 55 tahun.
8.
= 56 - 65 tahun.
9.
Masa Manula
= 65 - sampai atas
IV.5.4 Keturunan
Dari hasil penelitian diungkapkan bahwa jika seseorang mempunyai orang tua
atau salah satunya menderita hipertensi maka orang tersebut mempunyai risiko lebih besar
untuk terkena hipertensi dari pada orang yang kedua orang tuanya normal (tidak menderita
hipertensi). Adanya riwayat keluarga terhadap hipertensi dan penyakit jantung secara
signifikan akan meningkatkan risiko terjadinya hipertensi pada perempuan dibawah 65 tahun
dan laki laki dibawah 55 tahun.
IV.5.5 Pekerjaan
Pekerjaan ialah sekumpulan kedudukan (posisi) yang memiliki persamaan kewajiban atau
tugas-tugas pokoknya. Dalam kegiatan analisis jabatan, satu pekerjaan dapat diduduki oleh satu
orang, atau beberapa orang yang tersebar di berbagai tempat.
22
IV.5.6 Pendidikan
Proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha
mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan (Kamus Bahasa Indonesia,
2008).
23
O = Observe frequency
E = Expected frequency
E = total baris x total kolom
n
24
Variabel
Olahraga
Responden
Lansia pria atau
wanita berusia
46 tahun ke atas
Lansia pria atau
b. Tidak Melakukan
olahraga
46 tahun ke atas
Diet
Memenuhi
syarat
wanita berusia
2.
Kategori
Tidak
memenuhi
syarat
wanita berusia
syarat
melakukan diet
b. Tidak terdapat Lansia
Tidak
46 tahun ke atas
Lansia pria atau
Memenuhi
wanita berusia
memenuhi
46 tahun ke atas
melakukan diet
syarat
25
3.
Usia
wanita berusia
46 tahun ke atas
11 tahun.
Masa remaja Awal 12 -
16 tahun.
Masa remaja Akhir 17 -
25 tahun.
Masa dewasa Awal 26-
35 tahun.
Masa dewasa Akhir 36-
45 tahun.
Masa Lansia Awal 46-
55 tahun.
Masa Lansia Akhir 56 -
65 tahun.
Masa Manula 65 sampai atas
4.
Keturunan
wanita
5.
Pekerjaan
laki-laki
perempuan
46 tahun ke atas
Lansia pria atau Petani
Belum bekerja
wanita berusia Ibu rumah tangga
Lain-lain
46 tahun ke atas
26
6.
Pendidikan
7.
Gaya hidup
46 tahun ke atas
Lansia pria atau
SD/sederajat
SMP/sederajat
SMA/sederajat
Perguruan Tinggi
wanita berusia
46 tahun ke atas
8.
Stresor
Merokok
Alkohol
Makanan
berlemak
9.
Informasi
46 tahun ke atas
Lansia pria atau
wanita berusia
46 tahun ke atas
Lingkungan
Petugas kesehatan
Radio/TV
Koran
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
Metode yang digunakan adalah systematic random sampling yaitu teknik pengambilan
sampel dari populasi yang sangat besar dimana setiap unit populasi mempunyai kesempatan yang
sama untuk diambil sebagai sampel. Hasil dari pembagian kuesioner didapatkan bahwa 30
eksemplar kuesioner kembali dengan lengkap. Dan Berdasarkan kuesioner yang kembali dan
dapat diolah maka diketahui tanggapan responden
Jumlah
2
28
30
Presentase
6,7%
93,3%
100%
Dari hasil survey didapatkan 6,7 % responden berjenis kelamin laki-laki dan 93,3%
responden berjenis kelamin perempuan.
Jumlah
16
10
4
0
30
Presentase
53,4%
33,3%
13,3%
0
100%
Jumlah
4
4
7
15
30
Presentase
13,3%
13,3%
23,3%
50%
100%
29
Jumlah
13
17
30
Melakukan diet
Tidak diet
Total
Presentase
43,3%
56,7%
100%
Jumlah
17
13
30
Presentase
56,6%
43,3%
100%
Dari hasil survey di dapatkan 56,6% responden menderita hipertensi dan 43,3% responden tidak
menderita hipertensi
hiperten
diet garam
tekanan darah
tidak
normal
normal
10
2
30
Total
Normal
12
si
non diet
3
13
Total
15
17
18
30
Value
13,032(b
)
Df
Asymp.
Sig. (2sided)
Exact
Sig. (2sided)
Exact
Sig. (1sided)
Pearson Chi1
,000
x
Square
Continuity
10,458
1
,001
Correction(a)
Likelihood Ratio
14,020
1
,000
Fisher's Exact Test
,001
,000
Linear-by-Linear
12,597
1
,000
Association
N of Valid Cases
30
a Computed only for a 2x2 table
b 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 5,20.
Berdasarkan nilai uji Chi-Square di dapatkan nilai P= 0,000 dengan =0,05 jadi P >0,05 yang
artinya Ho ditolak atau ada hubungan melakukan diet rendah garam terhadap hipertensi.
V.4. Pembahasan
Berdasarkan hasil pengolahan data variabel Hipertensi, didapatkan hasil bahwa responden yang
melakukan diet rendah garam berjumlah 13 responden 43,3% dan yang tidak melakukan diet
berjumlah 17 responden 56,7%.
31
Nilai P yang dihasilkan dari uji statistik Chi Square untuk uji hubungan antara diet rendah
garam dengan hipertensi adalah 0,000. Oleh karena nilai P (0,0000) lebih kecil daripada 0,05
maka dapat disimpulkan bahwa diet rendah garam memiliki hubungan yang bermakna dengan
penyakit hipertensi.
Kejadian uji statistic Chi Square di atas sesuai dengan teori yang diutarakan oleh Green,
dimana Green menyatakan bahwa perilaku manusia terbentuk dari faktor predisposisi
(predisposing factor), faktor pemungkin (enabling factor), dan faktor penguat (reinforcing
factor). Di dalam teori yang diutarakan Green sendiri, pengetahuan merupakan salah satu faktor
predisposisi (predisposing factor),
pembentukan perilaku manusia. Selain itu, hasil uji statistic Chi Square di atas juga sesuai
dengan teori yang diutarakan oleh Benjamin Blum (1908), dimana Benjamin Blum menyatakan
bahwa pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya
tindakan seseorang, sehingga dalam konteks melakukan diet rendah garam merupakan domain
yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang dalam melakukan diet rendah garam
yang pada akhirnya akan mengurangi terjadinya penyakit hipertensi.
Tekanan darah adalah tekanan yang digunakan untuk mengedarkan darah dalam
pembuluh darah dalam tubuh. Jantung yang berperan sebagai pompa otot mensuplai tekanan
tersebut untuk menggerakan darah dan juga mengedarkan darah diseluruh tubuh. Pembuluh
darah (dalam hal ini arteri) memiliki dinding-dinding yang elastis dan menyediakan resistensi
yang sama terhadap aliran darah. Oleh karena itu, ada tekanan dalam sistem peredaran darah,
bahkan detak jantung (Gardner, 2007).
Menurut Shankie (2001) tekanan darah (blood presure, TD) adalah tekanan yang
dilakukan darah atas dinding pembuluh darah. Besaran yang dipakai dalam pengukuran dengan
mercury sphygnomanometer yaitu tekanan darah sistolik (SBP) dan diastolik (DBP).
Etiologi hipertensi tergantung pada kecepatan denyut jantung, volume sekuncup dan
Total Peripheral Resistance (TPR). Maka peningkatan salah satu dari ketiga variabel yang tidak
dikompensasi dapat menyebabkan hipertensi. Peningkatan kecepatan denyut jantung dapat
terjadi akibat rangsangan abnormal saraf atau hormon pada nodus SA. Peningkatan kecepatan
denyut jantung yang berlangsung kronik sering menyertai keadaan hipertiroidisme. Namun,
peningkatan kecepatan denyut jantung biasanya dikompensasi oleh penurunan volume sekuncup
atau TPR, sehingga tidak meninbulkan hipertensi (Corwin,2002).
32
Peningkatan volume sekuncup yang berlangsung lama dapat terjadi apabila terdapat
peningkatan volume plasma yang berkepanjangan, akibat gangguan penanganan garam dan air
oleh ginjal atau konsumsi garam yang berlebihan. Peningkatan pelepasan renin atau aldosteron
maupun penurunan aliran darah ke ginjal dapat mengubah penanganan air dan garam oleh ginjal.
Peningkatan volume plasma akan menyebabkan peningkatan volume diastolik akhir sehingga
terjadi peningkatan volume sekuncup dan tekanan darah. Peningkata preload biasanya berkaitan
dengan peningkatan tekanan sistolik ( Amir,2002)
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan di Desa Kedungboto Kecamatan Porong
Kabupaten Sidoarjo dapat ditarik beberapa kesimpulan dari hasil olah SPSS dengan chi square
test yaitu:
Hasil dari penelitian ini menunjukkan nilai uji Chi-Square didapatkan nilai P= 0,000 dengan =0,05
jadi P >0,05 yang artinya Ho diterima atau tidak ada hubungan melakukan PSN terhadap usia.
B. Saran
1. Bagi puskesmas
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan untuk program yang
telah ada supaya lebih digalakkan dan melengkapi program yang belum
terlaksana sehingga dapat terealisasi dengan tepat manfaat.
2. Bagi peneliti lain
Peneliti lain diharapkan melakukan penelitian lanjutan dengan variabel
yang
lebih
berkembang
sehingga
hasil
yang
didapatkan
dapat
33
DAFTAR PUSTAKA
Mukhtar, D. September Desember 2007. Faktor Risiko Penyakit Degeneratif Pada Usia Lanjut
Sedenter : Studi Kasus Pada Perempuan Usia Lanjut di Panti
Wreda Khusnul Khotimah, Tangerang.jurnal kedokteran YARSI. 15 (3): 161 170.
Yogiantoro M. Hipertensi Esensial dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I Edisi IV.
Jakarta: FK UI. 2006.
Asep Pajario, 2002. Penatalaksanaan Hipertensi pada Lansia. Jakarta : EGC
Bustan, 2000 Diet Pencegah Hipertensi
Martono, 2004. Penuntun Diet edisi baru. Jakarta Gramedia
Notoatmodjo, Metedologi Penelitian. Jakarta, PT Rineka Cipta
Nugroho, 2008. Panduan Kesehatan untuk Lansia. Jakarta Gramedia
Susanto, 2010. Hindari Hipertensi, Konsumsi Garam 1 Sendok per Hari. Jakarta Gramedia
Sustrani, 2004. Tekanan Darah Tinggi (Hipertensi). Jakarta. Raja Grasindo Pers
Tambayong, 2002. Penyakit di Usia Lanjut. Renata. Jakarta: EGC
Waluyo, 2004. Antisipasi Hipertensi pada Lansia. Balai Penerbit Fakultas Kedokteran
Universitas
Wardoyo, 2006. Kesehatan Lans
34