Anda di halaman 1dari 34

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Hipertensi adalah keadaan peningkat tekanan darah yang memberi gejala, yang akan
berkelanjutan pada organ target, seperti stroke (untuk otak), penyakit jantung koroner (untuk
pembuluh darah), dan hipertrofi ventrikel kanan (untuk otot jantung). ( Bustan. N. M. 2007).
Makin tinggi tekanan darah, maka makin keras jantung harus bekerja untuk tetap memompa
melawan hambatan. Jika dengan berjalannya waktu, otot jantung lelah, bisa terjadi
kelemahan jantung dan akhirnya gagal jantung. Karena beban berlebihan yang di letakkanya
pada arteri, tekanan darah tinggi dapat mempercepat pelapukan dan kerusakannya, terutama
pada organ-organ yang dituju, yakni otak, koroner, dan ginjal. Oleh karena itu, hipertensi
yang tidak di obati sering mengakibatkan stroke dan serangan jantung yang berbahaya.
Stroke dan serangan jantung yang fatal mempunyai peluang lebih besar pada orang yang
hipertensi yang tidak di obati dibendingkan pada mereka yang memiliki tekanan darah
normal di usia yang sama. (WOLFF PETER HANNS. 2006).
Sekitar 20 % dari semua orang dewasa menderita hipertensi, dan menurut statistik, angka
ini terus meningkat. Sekitar 40 % dari semua kematian di bawah 65 tahun adalah akibat
hipertensi.(WOLFF PETER HANNS. 2006).

B. Rumusan Masalah
Apakah ada hubungan pengetahuan lansia dengan tingkat hipertensi pada lansia
di Lingkungan Puskesmas Kedungsolo, Kecamatan Porong, Kabupaten Sidoarjo.

C. Tujuan Penelitian
1.

Tujuan Umum
Tujuan umum dalam penelitian ini adalah menganalisis adakah hubungan
pengetahuan lansia dengan tingkat hipertensi pada lansia di Lingkungan Puskesmas
Kedungsolo, Kecamatan Porong, Kabupaten Sidoarjo.

2.

Tujuan Khusus
a. Mempelajari pengaruh pendidikan terhadap tingkat pengetahuan pada penyakit
Hipertensi.
b. Mempelajari pengaruh pekerjaan

terhadap tingkat pengetahuan pada penyakit

Hipertensi.
c. Mempelajari pengaruh diet terhadap tingkat Hipertensi.
d. Mempelajari pengaruh informasi yang didapat lansia terhadap tingkat Hipertensi.

D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Masyarakat
Memberikan informasi kepada masyarakat mengenai faktor hubungan
pengetahuan lansia tentang hipertensi dengan hipertensi pada lansia di Lingkungan
Puskesmas Kedungsolo, Kecamatan Porong, Kabupaten Sidoarjo.
2. Bagi Puskesmas Kedungsolo
Memberikan informasi kepada Puskesmas Kedungsolo tentang tingkat yang
mempengaruhi tingkat pengetahuan hipertensi sehingga dapat dijadikan dasar dalam
pembuatan program, evaluasi, pengambilan kebijakan dan penanggulangannya.

3. Bagi Peneliti lain


Sebagai panduan dalam melakukan penelitian lain yang sejenis untuk
mendapatkan hasil yang diharapkan lebih akurat. Dan sebagai bahan tambahan referensi
untuk mengetahui hubungan hubungan pengetahuan lansia tentang hipertensi dengan
hipertensi pada lansia.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Hipertensi
1.1 Definisi
The Joint National Community on Preventation, Detection evaluation and treatment of
High Blood Preassure dari Amerika Serikat dan badan dunia WHO dengan International Society
of Hypertension membuat definisi hipertensi yaitu apabila tekanan darah seseorang tekanan
sistoliknya 140 mmHg atau lebih atau tekanan diastoliknya 90 mmHg atau lebih atau sedang
memakai obat anti hipertensi.
Pada orang lansia, definisi hipertensi yaitu apabila tekanan darah lebih dari 95 persentil
dilihat dari umur, jenis kelamin, dan tinggi badan yang diukur sekurang-kurangnya tiga kali pada
pengukuran yang terpisah. The sixth Report of The joint national Committee on Prevention,
detection, Evaluation and Treatment of High Blood Presure (JNC VI) mengklasifikasikan
tekanan darah untuk orang dewasa menjadi enam kelompok yang terlihat seperti pada tabel 1
dibawah.

Tabel I. Klasifikasi tekanan darah untuk orang dewasa yang berusia 18 tahun atau lebih.
Klasifikasi

Tekanan

Darah
Normal
Pre hipertensi
Stage 1 Hipertensi
Stage 2 Hipertensi

TDS (mmHg)

TDD (mmHg)

< 120
120 139
140 159
> 160

< 80
80 89
90 99
> 100

1.2 Epidemiologi
Hipertensi adalah masalah kesehatan masyarakat. Hipertensi yang tidak terkontrol dapat
memicu timbulnya penyakit degeneratif, seperti gagal jantung kongestif, gagal ginjal, dan
penyakit vaskuler. Hipertensi disebut silent killer karena sifatnya asimptomatik dan setelah
beberapa tahun menimbulkan stroke yang fatal atau penyakit jantung. Meskipun tidak dapat
diobati, pencegahan dan penatalaksanaan dapat menurunkan kejadian hipertensi dan penyakit
yang menyertainya. Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007, diketahui hampir
seperempat (24,5%) penduduk Indonesia usia di atas 10 tahun mengkonsumsi makanan asin
setiap hari, satu kali atau lebih. Sementara prevalensi hipertensi di Indonesia mencapai 31,7%
dari populasi pada usia 18 tahun ke atas. Dari jumlah itu, 60% penderita hipertensi berakhir pada
stroke. Sedangkan sisanya pada jantung, gagal ginjal, dan kebutaan. Pada orang dewasa,
peningkatan tekanan darah sistolik sebesar 20 mmHg menyebabkan peningkatan 60% risiko
kematian akibat penyakit kardiovaskuler.
Berdasarkan American Heart Association (AHA, 2001), terjadi peningkatan rata-rata
kematian akibat hipertensi sebesar 21% dari tahun 1989 sampai tahun 1999. Secara keseluruhan
kematian akibat hipertensi mengalami peningkatan sebesar 46%. Data Riskesdas menyebutkan
5

hipertensi sebagai penyebab kematian nomor 3 setelah stroke dan tuberkulosis, jumlahnya
mencapai 6,8% dari proporsi penyebab kematian pada semua umur di Indonesia.
Hipertensi perlu diwaspadai karena merupakan bahaya diam-diam. Tidak ada gejala atau
tanda khas untuk peringatan dini bagi penderita hipertensi. Selain itu, banyak orang merasa sehat
dan energik walaupun memiliki hipertensi. Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas)
2007, sebagian besar kasus hipertensi di masyarakat belum terdiagnosis.

1.3 Etiologi
Berdasarkan penyebabnya hipertensi dibagi menjadi 2 golongan, yaitu: hipertensi
esensial atau hipertensi primer dan hipertensi sekunder atau hipertensi renal.
1) Hipertensi esensial
Hipertensi esensial atau hipertensi primer yang tidak diketahui penyebabnya, disebut
juga hipertensi idiopatik. Terdapat sekitar 95% kasus. Banyak faktor yang mempengaruhinya
seperti genetik, lingkungan, hiperaktifitas sistem saraf simpatis, sistem renin angiotensin,
defek dalam ekskresi Na, peningkatan Na dan Ca intraseluler dan faktor-faktor yang
meningkatkan resiko seperti obesitas, alkohol, merokok, serta polisitemia. Hipertensi primer
biasanya timbul pada usia 30 50 tahun.

2) Hipertensi sekunder
Hipertensi sekunder atau hipertensi renal terdapat sekitar 5 % kasus. Penyebab
spesifik diketahui, seperti penggunaan estrogen, penyakit ginjal, hipertensi vaskular renal,

hiperaldosteronisme primer, dan sindrom cushing, feokromositoma, koarktasio aorta,


hipertensi yang berhubungan dengan kehamilan, dan lain lain.

1.4 Faktor Risiko Hipertensi


Sampai saat ini penyebab hipertensi secara pasti belum dapat diketahui dengan jelas.
Secara umum, faktor risiko terjadinya hipertensi yang teridentifikasi antara lain :
a. Keturunan
Dari hasil penelitian diungkapkan bahwa jika seseorang mempunyai orang tua atau
salah satunya menderita hipertensi maka orang tersebut mempunyai risiko lebih besar untuk
terkena hipertensi daripada orang yang kedua orang tuanya normal (tidak menderita
hipertensi). Adanya riwayat keluarga terhadap hipertensi dan penyakit jantung secara
signifikan akan meningkatkan risiko terjadinya hipertensi pada perempuan dibawah 65 tahun
dan laki laki dibawah 55 tahun.
b. Usia
Beberapa penelitian yang dilakukan, ternyata terbukti bahwa semakin tinggi usia
seseorang maka semakin tinggi tekanan darahnya.. Hal ini disebabkan elastisitas dinding
pembuluh darah semakin menurun dengan bertambahnya usia. Sebagian besar hipertensi
terjadi pada usia lebih dari 65 tahun. Sebelum usia 55 tahun tekanan darah pada laki laki
lebih tinggi daripada perempuan. Setelah usia 65 tekanan darah pada perempuan lebih tinggi
daripada laki-laki. Dengan demikian, risiko hipertensi bertambah dengan semakin
bertambahnya usia.
c. Jenis kelamin

Jenis kelamin mempunyai pengaruh penting dalam regulasi tekanan darah. Sejumlah
fakta menyatakan hormon sex mempengaruhi sistem rennin angiotensin. Secara umum
tekanan darah pada laki laki lebih tinggi daripada perempuan. Pada perempuan risiko
hipertensi akan meningkat setelah masa menopause yang mununjukkan adanya pengaruh
hormon.
d. Merokok
Merokok dapat meningkatkan beban kerja jantung dan menaikkan tekanan darah.
Menurut penelitian, diungkapkan bahwa merokok dapat meningkatkan tekanan darah. Nikotin
yang terdapat dalam rokok sangat membahayakan kesehatan, karena nikotin dapat
meningkatkan penggumpalan darah dalam pembuluh darah dan dapat menyebabkan
pengapuran pada dinding pembuluh darah. Nikotin bersifat toksik terhadap jaringan saraf
yang menyebabkan peningkatan tekanan darah baik sistolik maupun diastolik, denyut jantung
bertambah, kontraksi otot jantung seperti dipaksa, pemakaian O2 bertambah, aliran darah
pada koroner meningkat dan vasokontriksi pada pembuluh darah perifer.
e. Obesitas
Kelebihan lemak tubuh, khususnya lemak abdominal erat kaitannya dengan hipertensi.
Tingginya peningkatan tekanan darah tergantung pada besarnya penambahan berat badan.
Peningkatan risiko semakin bertambah parahnya hipertensi terjadi pada penambahan berat
badan tingkat sedang. Tetapi tidak semua obesitas dapat terkena hipertensi. Tergantung pada
masing masing individu. Peningkatan tekanan darah di atas nilai optimal yaitu > 120 / 80
mmHg akan meningkatkan risiko terjadinya penyakit kardiovaskuler. Penurunan berat badan
efektif untuk menurunkan hipertensi, Penurunan berat badan sekitar 5 kg dapat menurunkan
tekanan darah secara signifikan.

f. Stress
Hubungan antara stres dengan hipertensi diduga melalaui saraf simpatis yang dapat
meningkatkan tekanan darah secara intermiten. Apabila stres berlangsung lama dapat
mengakibatkan peninggian tekanan darah yang menetap. Pada binatang percobaan dibuktikan
bahwa pajanan terhadap stress menyebabkan binatang tersebut menjadi hipertensi.
g. Aktifitas Fisik
Orang dengan tekanan darah yang tinggi dan kurang aktifitas, besar kemungkinan
aktifitas fisik efektif menurunkan tekanan darah. Aktifitas fisik membantu dengan mengontrol
berat badan. Aerobik yang cukup seperti 30 45 menit berjalan cepat setiap hari membantu
menurunkan tekanan darah secara langsung. Olahraga secara teratur dapat menurunkan
tekanan darah pada semua kelompok, baik hipertensi maupun normotensi.

h. Asupan
1) Asupan Natrium
Natrium adalah kation utama dalam cairan extraseluler konsentrasi serum normal
adalah 136 sampai 145 mEg / L, Natrium berfungsi menjaga keseimbangan cairan dalam
kompartemen tersebut dan keseimbangan asam basa tubuh serta berperan dalam transfusi
saraf dan kontraksi otot. Perpindahan air diantara cairan ekstraseluler dan intraseluler
ditentukan oleh kekuatan osmotik. Osmosis adalah perpindahan air menembus membran
semipermiabel ke arah yang mempunyai konsentrasi partikel tak berdifusinya lebih tinggi.
Natrium klorida pada cairan ekstraseluler dan kalium dengan zat zat organik pada cairan
intraseluler, adalah zat zat terlarut yang tidak dapat menembus dan sangat berperan

dalam menentukan konsentrasi air pada kedua sisi membran. Hampir seluruh natrium yang
dikonsumsi (3-7 gram sehari) diabsorpsi terutama di usus halus.
Mekanisme pengaturan keseimbangan volume pertama tama tergantung pada
perubahan volume sirkulasi efektif. Volume sirkulasi efektif adalah bagian dari volume
cairan ekstraseluler pada ruang vaskular yang melakukan perfusi aktif pada jaringan. Pada
orang sehat volume cairan ekstraseluler umumnya berubah ubah sesuai dengan sirkulasi
efektifnya dan berbanding secara proporsional dengan natrium tubuh total.
Natrium diabsorpsi secara aktif setelah itu dibawa oleh aliran darah ke ginjal, disini
natrium disaring dan dikembalikan ke aliran darah dalam jumlah yang cukup untuk
mempertahankan taraf natrium dalam darah. Kelebihan Na yang jumlahnya mencapai 9099 % dari yang dikonsumsi, dikeluarkan melalui urin. Pengeluaran urin ini diatur oleh
hormon aldosteron yng dikeluarkan kelenjar adrenal bila kadar Na darah menurun.
Aldosteron merangsang ginjal untuk mengasorpsi Na kembali. Jumlah Na dalam urin
tinggi bila konsumsi tinggi dan rendah bila konsumsi rendah.
Garam dapat memperburuk hipertensi pada orang secara genetik sensitif terhadap
natrium, misalnya seperti: orang Afrika-Amerika, lansia, dan orang hipertensi atau
diabetes. Asosiasi jantung Amerika menganjurkan setiap orang untuk membatasi asupan
garam tidak lebih dari 6 gram per hari.23 Pada populasi dengan asupan natrium lebih dari 6
gram per hari, tekanan darahnya meningkat lebih cepat dengan meningkatnya usia, serta
kejadian hipertensi lebih sering ditemukan.
Hubungan antara retriksi garam dan pencegahan hipertensi masih belum jelas.
Namun berdasarkan studi epidemiologi diketahui terjadi kenaikan tekanan darah ketika
asupan garam ditambah.

10

2) Asupan Kalium
Kalium merupakan ion utama dalam cairan intraseluler, cara kerja kalium adalah
kebalikan dari Na. konsumsi kalium yang banyak akanmeningkatkan konsentrasinya di
dalam cairan intraseluler, sehinggacenderung menarik cairan dari bagian ekstraseluler dan
menurunkan tekanan darah.
Sekresi kalium pada nefron ginjal dikendalikan oleh aldosteron. Peningkatan
sekresi aldosteron menyebabkan reabsorbsi natrium dan air juga ekskresi kalium.
Sebaliknya penurunan sekresi aldosteron menyebabkan ekskresi natrium dan air juga
penyimpanan kalium. Rangsangan utama bagi sekresi aldosteron adalah penurunan volume
sirkulasi efektif atau penurunan kalium serum. Ekskresi kalium juga dipengaruhi oleh
keadaan asam basa dan kecepatan aliran di tubulus distal.
Penelitian epidemiologi menunjukkan bahwa asupan rendah kalium akan
mengakibatkan peningkatan tekanan darah dan renal vascular remodeling yang
mengindikasikan terjadinya resistansi pembuluh darah pada ginjal. Pada populasi dengan
asupan tinggi kalium tekanan darah dan prevalensi hipertensi lebih rendah dibanding
dengan populasi yang mengkonsumsi rendah kalium.

3) Asupan Magnesium
Magnesium merupakan inhibitor yang kuat terhadap kontraksi vaskuler otot halus
dan diduga berperan sebagai vasodilator dalam regulasi tekanan darah. The Joint national

11

Committee on Prevention, detection, Evaluation and Treatment of High Blood Presure


(JNC) melaporkan bahwa terdapat hubungan timbal balik antara magnesium dan tekanan
darah. Sebagian besar penelitian klinis menyebutkan, suplementasi magnesium tidak
efektif untuk mengubah tekanan darah. Hal ini dimungkinkan karena adanya efek
pengganggu dari obat anti hipertensi. Meskipun demikian, suplementasi magnesium
direkomendasikan untuk mencegah kejadian hipertensi.

4) Kalsium
Sejumlah penelitian menyebutkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan
antara diet kalsium dengan prevalensi hipertensi. Hubungan diet kalsiun dengan hipertensi
tampak pada perempuan ras Afrika Amerika. Peningkatan konsumsi per hari (untuk total
asupan kalsium 1500 mg per hari) tidak memberikan pengaruh terhadap tekanan darah
pada laki-laki. Dengan demikian, peran suplementasi kalsium untuk mencegah hipertensi
tidak terbukti. Namun, JNC VI merekomendasikan peningkatan asupan kalium,
magnesium dan kalsium untuk pencegahan dan pengelolaan hipertensi. Asupan kalsium
yang direkomendasikan sebesar 1000 sampai 2000 mg per hari.

1.5 Patogenesis
Tekanan darah terutama dikontrol oleh sistem saraf simpatik (control jangka pendek) dan
ginjal (kontrol jangka panjang). Mekanisme yang berhubungan dengan penyebab hipertensi

12

melibatkan perubahan perubahan pada curah jantung dan resistensi vaskular perifer. Pada tahap
awal hipertensi primer curah jantung meninggi sedangkan tahanan perifer normal. Keadaan ini
disebabkan peningkatan aktivitas simpatik. Saraf simpatik mengeluarkan norepinefrin, sebuah
vasokonstriktor yang mempengaruhi pembuluh arteri dan arteriol sehingga resistensi perifer
meningkat.
Pada tahap selanjutnya curah jantung kembali ke normal sedangkan tahanan perifer
meningkat yang disebabkan oleh refleks autoregulasi. Yang dimaksud dengan reflex autoregulasi
adalah mekanisme tubuh untuk mempertahankan keadaan hemodinamik yang normal. Oleh
karena curah jantung yang meningkat terjadi konstriksi sfingter pre-kapiler yang mengakibatkan
penurunan curah jantung dan peninggian tahanan perifer. Pada stadium awal sebagian besar
pasien hipertensi menunjukkan curah jantung yang meningkat dan kemudian diikuti dengan
kenaikan tahanan perifer yang mengakibatkan kenaikan tekanan darah yang menetap.

1.6 Gejala Klinis


Peninggian tekanan darah kadang-kadang merupakan satu-satunya gejala pada hipertensi
esensial dan tergantung dari tinggi rendahnya tekanan darah, gejala yang timbul dapat berbedabeda. Kadang-kadang hipertensi esensial berjalan tanpa gejala, dan baru timbul gejala setelah
terjadi komplikasi pada organ target seperti pada ginjal, mata, otak dan jantung. Perjalanan
penyakit hipertensi sangat berlahan. Penderita hipertensi mungkin tidak menunjukkan gejala
selama bertahun tahun. Masa laten ini menyelubungi perkembangan penyakit sampai terjadi
kerusakan organ yang bermakna. Terdapat gejala biasanya hanya bersifat spesifik, misalnya sakit
kepala atau pusing. Gejala lain yang sering ditemukan adalah epistaksis, mudah marah, telinga
berdengung, rasa berat di tungkuk, sukar tidur, dan mata berkunang-kunang. Apabila hipertensi

13

tidak diketahui dan dirawat dapat mengakibatkan kematian karena payah jantung, infark
miokardium, stroke atau gagal ginjal. Namun deteksi dini dan parawatan hipertensi dapat
menurunkan jumlah morbiditas dan mortalitas.

1.7 Penatalaksanaan hipertensi


a. Penatalaksanaan farmakologis
1) Diuretic. Obat golongan ini bekerja dengan mengeluarkan cairan tubuh melalui urin.
Dengan begitu kerja jantung menjadi lebih ringan. Contoh diuretic adalah hidroklortiazid
(HCT) dan furosemide.
2) Penghambat enzim pengubah angiotensin (ACE). Obat golongan ini akan melebarkan
pembuluh darah sehingga kerja jantung lebih mudah dan effisien. Contohnya adalah
captopril, dan lisinopril.
3) Antagonis reseptor angiotensin II. Bekerja dengan cara yang sama dengan penghambat
ACE. Contohnya, losartan dan irbesartan.
4) Beta bloker. Bekerja dengan cara mengurangi detak jantung sehingga tekanan darah
menjadi turun. Contohnya propanolol.
5) Antagonis kalsium. Bekerja dengan cara mengurangi daya pompa jantung dengan
menghambat kontraksi jantung. Contohnya nifedipin.

14

b. Penatalaksanaan non farmakologis


Penatalaksanaan non farmakologis (diet) sering sebagai pelengkap penatalaksanaan
farmakologis, selain pemberian obat-obatan antihipertensi perlu terapi dietetik dan merubah
gaya hidup. Tujuan dari penatalaksanaan diet:
Membantu menurunkan tekanan darah secara bertahap dan mempertahankan tekanan
darah menuju normal.
Mampu menurunkan tekanan darah secara multifaktoral
Menurunkan faktor resiko lain seperti BB berlebih, tingginya kadar asam lemak,
kolesterol dalam darah.
Mendukung pengobatan penyakit penyerta seperti penyakit ginjal, dan DM.

Prinsip diet penatalaksanaan hipertensi :


Makanan beraneka ragam dan gizi seimbang
Jenis dan komposisi makanan disesuaikan dengan kondisi penderita
Jumlah garam dibatasi sesuai dengan kesehatan penderita dan jenis makanan dalam daftar
diet
Konsumsi garam dapur tidak lebih dari - sendok teh/hari atau dapat menggunakan
garam lain diluar natrium.

1.8 Preventif
Resiko seseorang untuk mendapatkan hipertensi dapat dikurangi dengan cara :
o Memeriksa tekanan darah secara teratur
o Menjaga berat badan dalam rentang normal
15

o Mengatur pola makan, antara lain dengan mengkonsumsi makanan berserat,rendah lemak
dan mengurangi garam.
o Hentikan kebiasaan merokok dan minuman beralkohol
o Berolahraga secara teratur
o Mengurangi stress dan emosi
o Mengurangi makanan berlemak

BAB III
16

KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN

III.1. KERANGKA KONSEP


Faktor Interinsik
1. Usia
2. Keturunan
3. Pendidikan
4. Pekerjaan
5. Jenis kelamin
Faktor Eksterinsik
1. Informasi
a. Lingkungan
b. Petugas
c. Radio/tv
d. Koran
Olahraga
3.2. Diet
rendah garam

Melakukan
HIPERTENSI
Tidak Melakukan

4. Gaya hidup
6. Stresor / pikiran
Gambar III.1 Kerangka Konsep Penelitian
: Yang tidak diteliti

: Yang diteliti

III.2. HIPOTESA PENELITIAN

17

Hubungan antara melakukan diet dengan pengetahuan lansia terhadap Hipertensi


H0

: Tidak ada hubungan antara upaya melakukan diet rendah garam terhadap tingkat

Hipertensi di Desa Kedungboto, Kecamatan Porong, Kabupaten Sidoarjo.


H1

: Ada hubungan antara upaya melakukan diet rendah garam terhadap tingkat

Hipertensi di Desa Kedungboto, Kecamatan Porong, Kabupaten Sidoarjo.

Faktor yang mempengaruhi terbagi atas faktor ekstrinsik dan faktor intrinsik.
Faktor ekstrinsik terbagi menjadi lima poin yaitu informasi, diet, olahraga, gaya hidup,
stresor / pikiran . Sedangkan faktor interinsik terbagi menjadi lima poin yaitu keturunan,
pendidikan, pekerjaan, usia, jenis kelamin. Kurangnya pengetahuan lansia tentang
Hipertensi akan menyebabkan lansia tidak melakukan diet rendah garam sehingga tingkat
Hipertensi masih tinggi.

BAB IV
18

METODE PENELITIAN

IV.1. Jenis Penelitian


Penelitian deskriptif analitik karena bertujuan memberikan gambaran keadaan daerah
penelitian yang disertai dengan analisis X2. Pengukuran hanya dilakukan sesaat, sehingga
penelitian ini juga dilakukan dengan cross sectional study.

IV.2. Lokasi dan waktu penelitian


Penelitian dilakukan di Desa Kedungboto Kecamatan Porong Kabupaten Sidoarjo.
Dengan rentan waktu minggu pertama sampai minggu kedua bulan April tahun 2015.

IV.3. Populasi dan Sampel


IV.3.1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan kelompok orang, kejadian atau hal yang menjadi objek
penelitian (Sekaran dan Bougie,2011). Populasi dalam penelitian ini adalah Lansia Aktif di Desa
Kedungboto Kecamatan Porong Kabupaten Sidoarjo. Sampel adalah sebagian dari populasi atau
gambaran yang mewakili populasi (Sekaran dan Bougie, 2011). Penelitian ini akan mengambil
sampel Lansia Aktif di Desa Kedungboto, Kecamatan Porong, Kabupaten Sidoarjo.
Pembagian kuesioner akan dilakukan dengan mengunakan metode systematic random
sampling. Metode systematic random sampling adalah teknik pengambilan sampel dari populasi
yang sangat besar dimana setiap unit populasi mempunyai kesempatan yang sama untuk diambil
sebagai sampel. Kuesioner dibagikan kepada Lansia Aktif Desa Kedungboto, Kecamatan
Porong, Kabupaten Sidoarjo.
19

IV.3.2. Sampel
Sampel ditentukan dengan menggunakan rumus:
n =

Z 2 P Q
d2

Keterangan:
n =

Besar sampel.

P=

Proporsi Lansia Aktif di Desa Kedungboto Kecamatan Porong


Karena proporsi sebelumnya tidak diketahui, maka pada subyek yang dipilih secara
Systematic random sampling dipergunakan P = 0,5

Q=

(1-P), P = 0,5 maka Q = 1-0,5 = 0,5

d=

Tingkat ketepatan absolute yang dikehendaki (ditetapkan)


d = 0,10

Z =

Tingkat kemaknaan (ditetapkan)


Z = 1,96

Maka Besar sampel adalah


n =

Z 2 P Q
d2
1,962 x 0,5 x 0,5

= 96,04 97 (Besar Sampel)

0,102

IV.4. Variabel

20

Variabel yang digunakan dalam penelitian adalah:


1. Variabel terikat : Paparan Hipertensi pada Lansia
2. Variabel bebas :

Faktor instrinsik :
o Usia
o keturunan
o Pekerjaan
o pendidikan

IV.5. Definisi Operasional


IV.5.1. Diet
Tujuan dari penatalaksanaan diet adalah untuk membantu menurunkan tekanan darah
secara bertahap dan mempertahankan tekanan darah menuju normal, Mampu menurunkan
tekanan darah secara multifaktoral, Menurunkan faktor resiko lain seperti BB berlebih,
tingginya kadar asam lemak, kolesterol dalam darah, Mendukung pengobatan penyakit
penyerta seperti penyakit ginjal, dan DM.
IV.5.2 Hipertensi
The Joint National Community on Preventation, Detection evaluation and
treatment of High Blood Preassure dari Amerika Serikat dan badan dunia WHO dengan
International Society of Hypertension membuat definisi hipertensi yaitu apabila tekanan
darah seseorang tekanan sistoliknya 140 mmHg atau lebih atau tekanan diastoliknya 90
mmHg atau lebih atau sedang memakai obat anti hipertensi.

IV.5.3 Usia

21

Usia biologis adalah perhitungan usia berdasarkan kematangan biologis yang dimiliki
oleh seseorang. Kategori Umur Menurut Depkes RI (2009):
1.

Masa balita

= 0 - 5 tahun,

2.

Masa kanak-kanak

= 5 - 11 tahun.

3.

Masa remaja Awal

= 12 - 1 6 tahun.

4.

Masa remaja Akhir

= 17 - 25 tahun.

5.

Masa dewasa Awal

= 26- 35 tahun.

6.

Masa dewasa Akhir

= 36- 45 tahun.

7.

Masa Lansia Awal

= 46- 55 tahun.

8.

Masa Lansia Akhir

= 56 - 65 tahun.

9.

Masa Manula

= 65 - sampai atas

IV.5.4 Keturunan
Dari hasil penelitian diungkapkan bahwa jika seseorang mempunyai orang tua
atau salah satunya menderita hipertensi maka orang tersebut mempunyai risiko lebih besar
untuk terkena hipertensi dari pada orang yang kedua orang tuanya normal (tidak menderita
hipertensi). Adanya riwayat keluarga terhadap hipertensi dan penyakit jantung secara
signifikan akan meningkatkan risiko terjadinya hipertensi pada perempuan dibawah 65 tahun
dan laki laki dibawah 55 tahun.
IV.5.5 Pekerjaan
Pekerjaan ialah sekumpulan kedudukan (posisi) yang memiliki persamaan kewajiban atau
tugas-tugas pokoknya. Dalam kegiatan analisis jabatan, satu pekerjaan dapat diduduki oleh satu
orang, atau beberapa orang yang tersebar di berbagai tempat.

22

IV.5.6 Pendidikan
Proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha
mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan (Kamus Bahasa Indonesia,
2008).

IV.6. Teknik Pengumpulan Data


IV.6.1. Pengumpulan data
a. Data Primer
Dikumpulkan melalui teknik wawancara mengunakan acuan kuesioner dan pengamatan
langsung terhadap orang dewasa dalam sebuah keluarga di Desa Kedungboto Kecamatan
Porong Kabupaten Sidoarjo.
b. Data Sekunder
Meliputi data umum dan data lain yang menunjang penelitian dari daerah penelitian, data
ini didapat dari Puskesmas Kedeungsolo.

IV.7. Pengolahan dan Analisis data


IV.7.1. Editing Data
Meneliti lengkap tidaknya kuesioner yang sudah diisi. Kejelasan jawabannya, kesesuaian
antara jawaban yang satu dengan yang lainnya, serta relevansi jawaban dan keseragaman satuan
data.
IV.7.2. Coding

23

Mengklasifikasikan jawaban responden menurut macamnya.

IV.7.3. Tabulasi Data


Memasukkan data-data yang terkumpul ke dalam tabel sehingga menghasilkan tabeltabel distribusi frekuensi dan tabel silang manual.

IV.7.4. Analisis data


Analisis data dengan menggunakan analisi X2test (Chi-Square) dengan langkah-langkah
sebagai berikut:
1 .Perumusan hipotesis
2. Penentuan df
Df = (c-1)(r-1), dengan c adalah jumlah kolom dan r adalah jumlah baris.
3. Penentuan
Dengan batas kemaknaan
4.Penentuan batas penolakan H0 (X2-Tabel)
5. Perhitungan X2
Rumusan X2
X2 = (o e) 2

O = Observe frequency
E = Expected frequency
E = total baris x total kolom
n

24

Tabel IV.1 Kategori data nominal untuk lansia penderita Hipertensi


N
o
1.

Variabel
Olahraga

Responden
Lansia pria atau

Keadaan yang didapat


a. Melakukan olahraga

wanita berusia
46 tahun ke atas
Lansia pria atau

b. Tidak Melakukan
olahraga

46 tahun ke atas
Diet

Memenuhi
syarat

wanita berusia

2.

Kategori

Tidak
memenuhi
syarat

Lansia pria atau

a. Terdapat Lansia pria

wanita berusia

atau wanita yang

syarat

melakukan diet
b. Tidak terdapat Lansia

Tidak

46 tahun ke atas
Lansia pria atau

Memenuhi

wanita berusia

pria atau wanita yang

memenuhi

46 tahun ke atas

melakukan diet

syarat

25

3.

Usia

Lansia pria atau

wanita berusia

Masa balita 0 - 5 tahun,


Masa kanak-kanak 5 -

46 tahun ke atas

11 tahun.
Masa remaja Awal 12 -

16 tahun.
Masa remaja Akhir 17 -

25 tahun.
Masa dewasa Awal 26-

35 tahun.
Masa dewasa Akhir 36-

45 tahun.
Masa Lansia Awal 46-

55 tahun.
Masa Lansia Akhir 56 -

65 tahun.
Masa Manula 65 sampai atas

4.

Keturunan

wanita
5.

Pekerjaan

Lansia pria atau


berusia

laki-laki
perempuan

46 tahun ke atas
Lansia pria atau Petani
Belum bekerja
wanita berusia Ibu rumah tangga
Lain-lain
46 tahun ke atas

26

6.

Pendidikan

Lansia pria atau


wanita berusia

7.

Gaya hidup

46 tahun ke atas
Lansia pria atau

SD/sederajat
SMP/sederajat
SMA/sederajat
Perguruan Tinggi

wanita berusia
46 tahun ke atas
8.

Stresor

Merokok
Alkohol
Makanan
berlemak

Lansia pria atau


wanita berusia

9.

Informasi

46 tahun ke atas
Lansia pria atau
wanita berusia
46 tahun ke atas

Lingkungan
Petugas kesehatan
Radio/TV
Koran

BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN

V.1 Deskripsi Penelitian


Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara tingkat pengetahuan lansia
tentang hipertensi dengan upaya mengendalikan hipertensi di Desa Kedungboto Kecamtan
Porong Kabupaten Sidoarjo. Data penelitian ini berupa data primer yang diperoleh melalui
teknik wawancara mengunakan acuan 30 kuesioner dan pengamatan langsung terhadap Kepala
Keluarga desa Kedungboto Kecamatan Porong Kabupaten Sidoarjo.
27

Metode yang digunakan adalah systematic random sampling yaitu teknik pengambilan
sampel dari populasi yang sangat besar dimana setiap unit populasi mempunyai kesempatan yang
sama untuk diambil sebagai sampel. Hasil dari pembagian kuesioner didapatkan bahwa 30
eksemplar kuesioner kembali dengan lengkap. Dan Berdasarkan kuesioner yang kembali dan
dapat diolah maka diketahui tanggapan responden

V.2 Profil Responden


Pembahasan tentang karakteristik responden ditujukan untuk mengetahui profil dari
responden yang adalah orang lansia ( pria atau wanita berusia lebih dari 45 tahun). Dari hasil
analisis responden adalah sebagai berikut :

V.2.1. Profil Berdasarkan Jenis Kelamin

Berdasarkan olah data SPSS 20 didapatkan hasil sebagi berikut :


Tabel 5.2 Profil Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Jenis Kelamin
Laki-laki
Perempuan
Total

Jumlah
2
28
30

Presentase
6,7%
93,3%
100%

Sumber : Hasil Olahan Data Primer

Dari hasil survey didapatkan 6,7 % responden berjenis kelamin laki-laki dan 93,3%
responden berjenis kelamin perempuan.

V.2.2. Profil berdasarkan Tingkat Pendidikan


28

Berdasarkan olah data SPSS 20 didapatkan hasil sebagi berikut :


Tabel 5.3 Profil Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Tingkat Pendidikan
SD/Sederajat
SMP/sederajat
SMA/sederajat
Perguruan Tinggi
Total

Jumlah
16
10
4
0
30

Presentase
53,4%
33,3%
13,3%
0
100%

Sumber : Hasil Olahan Data Primer

Dari hasil survey didapatkan 53,4% responden berpendidikan SD/sederajat, 33,3%


responden berpendidikan SMP/sederajat, 13,3% responden berpendidikan SMA/sederajat, dan
0% responden lulusan perguruan tinggi.

V.2.3. Profil berdasarkan Pekerjaan


Berdasarkan olah data SPSS 20 didapatkan hasil sebagi berikut :
Tabel 5.4 Profil Responden Berdasarkan Pekerjaan
Tingkat Pendidikan
Karyawan Swasta
Pensiun Karyawan Negeri
Petani
Tidak Bekerja
Total

Jumlah
4
4
7
15
30

Presentase
13,3%
13,3%
23,3%
50%
100%

Sumber : Hasil Olahan Data Primer


Dari hasil survey didapatkan 13,3 % responden bekerja sebagai karyawan swasta, 13,3
% responden bekerja sebagai pensiun pegawai negeri, 23,3 % responden bekerja sebagai petani,
50 % responden tidak bekerja

V.2.4. Profil berdasarkan diet rendah garam

29

Berdasarkan olah data SPSS 20 didapatkan hasil sebagi berikut :


Tabel 5.5 Profil Responden Berdasarkan diet rendah garam

Jumlah
13
17
30

Melakukan diet
Tidak diet
Total

Presentase
43,3%
56,7%
100%

Sumber : Hasil Olahan Data Primer


Dari hasil survey didapatkan 43,3% responden melakukan diet 56,7 % responden tidak
melakukan diet.

V.2.5. Profil berdasarkan jumlah penderita hipertensi


Berdasarkan olah data SPSS 20 didapatkan hasil sebagi berikut :
Tabel 5.6 Profil Responden Berdasarkan hipertensi
Hipetensi
Non hipertensi
Total
Sumber : Hasil Olahan Data Primer

Jumlah
17
13
30

Presentase
56,6%
43,3%
100%

Dari hasil survey di dapatkan 56,6% responden menderita hipertensi dan 43,3% responden tidak
menderita hipertensi

V.3. Analisis Data


1. Hubungan melakukan diet rendah garam dengan hipertensi
Tabel 5.5 hubungan melakukan diet rendah garam dengan hipertensi

hiperten

diet garam

tekanan darah
tidak
normal
normal
10
2
30

Total
Normal
12

si
non diet

3
13

Total

15
17

18
30

Tabel 5.6 Chi-Square test untuk hubungan diet rendah garam


Chi-Square Tests

Value
13,032(b
)

Df

Asymp.
Sig. (2sided)

Exact
Sig. (2sided)

Exact
Sig. (1sided)

Pearson Chi1
,000
x
Square
Continuity
10,458
1
,001
Correction(a)
Likelihood Ratio
14,020
1
,000
Fisher's Exact Test
,001
,000
Linear-by-Linear
12,597
1
,000
Association
N of Valid Cases
30
a Computed only for a 2x2 table
b 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 5,20.
Berdasarkan nilai uji Chi-Square di dapatkan nilai P= 0,000 dengan =0,05 jadi P >0,05 yang
artinya Ho ditolak atau ada hubungan melakukan diet rendah garam terhadap hipertensi.

V.4. Pembahasan
Berdasarkan hasil pengolahan data variabel Hipertensi, didapatkan hasil bahwa responden yang
melakukan diet rendah garam berjumlah 13 responden 43,3% dan yang tidak melakukan diet
berjumlah 17 responden 56,7%.

31

Nilai P yang dihasilkan dari uji statistik Chi Square untuk uji hubungan antara diet rendah
garam dengan hipertensi adalah 0,000. Oleh karena nilai P (0,0000) lebih kecil daripada 0,05
maka dapat disimpulkan bahwa diet rendah garam memiliki hubungan yang bermakna dengan
penyakit hipertensi.
Kejadian uji statistic Chi Square di atas sesuai dengan teori yang diutarakan oleh Green,
dimana Green menyatakan bahwa perilaku manusia terbentuk dari faktor predisposisi
(predisposing factor), faktor pemungkin (enabling factor), dan faktor penguat (reinforcing
factor). Di dalam teori yang diutarakan Green sendiri, pengetahuan merupakan salah satu faktor
predisposisi (predisposing factor),

sehingga pengetahuan akan ikut berperan dalam

pembentukan perilaku manusia. Selain itu, hasil uji statistic Chi Square di atas juga sesuai
dengan teori yang diutarakan oleh Benjamin Blum (1908), dimana Benjamin Blum menyatakan
bahwa pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya
tindakan seseorang, sehingga dalam konteks melakukan diet rendah garam merupakan domain
yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang dalam melakukan diet rendah garam
yang pada akhirnya akan mengurangi terjadinya penyakit hipertensi.
Tekanan darah adalah tekanan yang digunakan untuk mengedarkan darah dalam
pembuluh darah dalam tubuh. Jantung yang berperan sebagai pompa otot mensuplai tekanan
tersebut untuk menggerakan darah dan juga mengedarkan darah diseluruh tubuh. Pembuluh
darah (dalam hal ini arteri) memiliki dinding-dinding yang elastis dan menyediakan resistensi
yang sama terhadap aliran darah. Oleh karena itu, ada tekanan dalam sistem peredaran darah,
bahkan detak jantung (Gardner, 2007).
Menurut Shankie (2001) tekanan darah (blood presure, TD) adalah tekanan yang
dilakukan darah atas dinding pembuluh darah. Besaran yang dipakai dalam pengukuran dengan
mercury sphygnomanometer yaitu tekanan darah sistolik (SBP) dan diastolik (DBP).
Etiologi hipertensi tergantung pada kecepatan denyut jantung, volume sekuncup dan
Total Peripheral Resistance (TPR). Maka peningkatan salah satu dari ketiga variabel yang tidak
dikompensasi dapat menyebabkan hipertensi. Peningkatan kecepatan denyut jantung dapat
terjadi akibat rangsangan abnormal saraf atau hormon pada nodus SA. Peningkatan kecepatan
denyut jantung yang berlangsung kronik sering menyertai keadaan hipertiroidisme. Namun,
peningkatan kecepatan denyut jantung biasanya dikompensasi oleh penurunan volume sekuncup
atau TPR, sehingga tidak meninbulkan hipertensi (Corwin,2002).
32

Peningkatan volume sekuncup yang berlangsung lama dapat terjadi apabila terdapat
peningkatan volume plasma yang berkepanjangan, akibat gangguan penanganan garam dan air
oleh ginjal atau konsumsi garam yang berlebihan. Peningkatan pelepasan renin atau aldosteron
maupun penurunan aliran darah ke ginjal dapat mengubah penanganan air dan garam oleh ginjal.
Peningkatan volume plasma akan menyebabkan peningkatan volume diastolik akhir sehingga
terjadi peningkatan volume sekuncup dan tekanan darah. Peningkata preload biasanya berkaitan
dengan peningkatan tekanan sistolik ( Amir,2002)

BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan di Desa Kedungboto Kecamatan Porong
Kabupaten Sidoarjo dapat ditarik beberapa kesimpulan dari hasil olah SPSS dengan chi square
test yaitu:
Hasil dari penelitian ini menunjukkan nilai uji Chi-Square didapatkan nilai P= 0,000 dengan =0,05
jadi P >0,05 yang artinya Ho diterima atau tidak ada hubungan melakukan PSN terhadap usia.
B. Saran
1. Bagi puskesmas
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan untuk program yang
telah ada supaya lebih digalakkan dan melengkapi program yang belum
terlaksana sehingga dapat terealisasi dengan tepat manfaat.
2. Bagi peneliti lain
Peneliti lain diharapkan melakukan penelitian lanjutan dengan variabel
yang

lebih

berkembang

sehingga

hasil

yang

didapatkan

dapat

memberikan analisis yang lebih lengkap.


3. Bagi pemerintah
Diharapkan pemerintah dapat menciptakan metode baru dalam upaya
pemutusan mata rantai penyakit demam berdarah.

33

DAFTAR PUSTAKA

Mukhtar, D. September Desember 2007. Faktor Risiko Penyakit Degeneratif Pada Usia Lanjut
Sedenter : Studi Kasus Pada Perempuan Usia Lanjut di Panti
Wreda Khusnul Khotimah, Tangerang.jurnal kedokteran YARSI. 15 (3): 161 170.
Yogiantoro M. Hipertensi Esensial dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I Edisi IV.
Jakarta: FK UI. 2006.
Asep Pajario, 2002. Penatalaksanaan Hipertensi pada Lansia. Jakarta : EGC
Bustan, 2000 Diet Pencegah Hipertensi
Martono, 2004. Penuntun Diet edisi baru. Jakarta Gramedia
Notoatmodjo, Metedologi Penelitian. Jakarta, PT Rineka Cipta
Nugroho, 2008. Panduan Kesehatan untuk Lansia. Jakarta Gramedia
Susanto, 2010. Hindari Hipertensi, Konsumsi Garam 1 Sendok per Hari. Jakarta Gramedia
Sustrani, 2004. Tekanan Darah Tinggi (Hipertensi). Jakarta. Raja Grasindo Pers
Tambayong, 2002. Penyakit di Usia Lanjut. Renata. Jakarta: EGC
Waluyo, 2004. Antisipasi Hipertensi pada Lansia. Balai Penerbit Fakultas Kedokteran
Universitas
Wardoyo, 2006. Kesehatan Lans

34

Anda mungkin juga menyukai