Anda di halaman 1dari 17

PEMERIKSAAN FISIK PADA SISTEM RESPIRASI

A; Pengkajian Kemampuan Bernafas


1; Frekuensi Pernafasan
Orang dewasa normal yang cukup istirahat bernapas 12 s.d 18 kali permenit
(Brunner, 2000). Bradipnea, atau pernapasan lambat berkaitan dengan penurunan tekanan
intra kranial, cedera otak, dan takar lajak obat, sedangakan takipnea adalah pernapasan
cepat, umumnya tanpak pada pasien pneumonia, edema pulmonal, asidosis metabolik,
septikemia, nyeri hebat, dan fraktur iga.
Frekuensi napas normal tergantung umur :
a.

Usia baru lahir sekitar 35 50 x/menit

b. Usia < 2 tahun 25 35 x/menit


c.

Usia 2-12 tahun 18 26 x/menit

d. Dewasa 16 20 x/menit.
e.

Takhipnea :Bila pada dewasa pernapasan lebih dari 24 x/menit

f.

Bradipnea : Bila kurang dari 10 x/menit

g.

Apnea : Bila tidak bernapas .

2; Volume Paru
Pengukuran volume menunjukan jumlah udara. dalam paru-paru selama
beberapa berbagai siklus pernapasan. Tiap volume tidak dapat dibagi kedalam bagian ang
lebih kecil, karena ini menunjukan unit dasar.
a.

Volume tidal (VT) adalah volume udara yang digerakkan masuk dan keluar pada tiap
pernapasan normal. Ini terukur kurang lebih 500 ml pada pria muda normal.

b.

Volume cadangan inspirasi (VCI) menunjukkan jumlah udara dimana seseorang


dapat dengan sekuat-kuatnya menghirup udara setelah inspirasi tidal normal. VC1
biasanya kira-kira 3.000 MI.

c.

Volume cadangan ekspirasi (VCE) adalah volume udara dimana seseorang dapat
dengan sekuat-kuatnya mengeluarkan udara setelah ekshalasi tidal normal. VCE
biasanya kira-kira 1. 100 MI.

d.

Volume residu (VR) adalah volume udara sisa setelah ekspirasi kuat. Volume ini
dapat diukur hanya dengan spirometer tak langsung, sedangkan yang lain dapat
diukur secara langsung.

3; Kapasitas Paru
Pengukuran kapasitas menghitung sebagian siklus paru-paru. Ini diukur sebagai
kombinasi volume sebelumnya.
a.

Kapasitas inspirasi (KI) adalah jumlah udara yang dapat diinhalasi (dihirup) sengan
kuat bila mulai dari tingkat ekspirasi normal. Ini sama dengan VT ditambah VCI dan
kurang lebih 3.500 ml.

b. Kapasitas residu fungsional (KRF) adalah j umlah sisa udara pada akhir ekspirasi
normal. Ini adalah jumlah dari VCE dan VR dan kurang lebih 2.300 ml.
c.

Kapasitas vital (KV) adalah jumlah maksimal udara yang dapat dengan kuat
diekspirasi setelah inspirasi kuat maksimal. Ini jumiah dari VD VT, dan VCE. Volume
ini kurang lebih 4.600 ml pada pria normal.

d. Kapasitas paru total (KPT) sama dengan volume dimana paru-paru dapat diekspansi
dengan upaya inspirasi paling kuat. Volume kapasitas kurang lebih 5.800 ml.
Desiran otot pektoralis adalah adanya volume keras yang terdengar melalui
stetoskop bila pasien berbisik. Pada pernapasan bronkial dan dua perubahan akan ada,
yang harus ada juga adalah (1) terbukanya jalan napas dan tertekannya alveoli, atau (2)
alveoli dimana udara telah digantikan oleh cairan.
Bunyi lain yang terdengar dengan stetoskop meliputi crackles, mengi, dan
gesekan.
a; Crackles adalah bunyi yang jelas, bunyi terus menerus terbentuk oleh jalan napas
kecil yang terbuka kembali atau tertutup kembali selama akhir inspirasi. Crackles
terjadi padapnernonia, gagal jantung kongestif, dan fibrosis pulmonalis. Baik crackles
inspirasi maupun ekspirasi dapat terauskultasi pada bronkiektaksis. Crackles keras
dapat terdengar pada edema pulmonalis dan pada pasien sekarat. Seringkali crackles
keras dapat terdengar tanpa stetoskop karena ini terjadi padajalan napas besar.
b; Dispnea (kesulitan bernapas atau pernapasan labored, napas pendek) adalah gejala
umum pada banyak kelainan pulmonal dan jantung terutama jika terdapat

peningkatan kekakuan paru dan tahanan jalan napas. Dispnea mendadak pada
individu normal dapat menunjukkan pneumotoraks (udara dalam rongga pleura). Pada
pasien yang sakit atau setelah menjalani pembedahan disonea mendadak
menunjukkan adanya embolisme pulmonal.
c. Orthopnea (tidak dapat bernapas dengan mudah kecuali dalam posisi tegak, mungkin
ditemukan pada orang yang mengidap penyakit jantung dan penyakit obstruktif paru
menahun (PPOM). Pernapasan bising dapat dijumpai akibat penyempitan jalan napas
atau obstruksi setempat bronkus besar oleh tumor atau benda asing.
d. Bunyi ekstra seperti mengi berarti adanya penyempitan jalan napas. Ini dapat
disebabkan oleh asma, benda asing, mukus di jalan napas, stenosis, dan lain-lain. Bila
mengi terdengar hanya pada ekspirasi, disebut mengi; bila bunyi mengi terjadi pada
inspirasi dan ekspirasi, biasanya berhubungan dengan tertahannya sekresi.
Friction rub terdengar bila ada penyakit pleural seperti emboli pulmonal, pnemonia
perifer, atau pleurisi, dan ini sering sulit untuk membedakannya dari ronki. Bila bunyi
abnormal makin jelas setelah batuk, biasanya berarti bunyi tersebut lebih sebagai
ronki daripada friction rub.

B; Pemeriksaan Fisik Pada Sistem Respirasi


1; Persiapan
Persiapan yang perlu dilakukan sebelum melakukan pemeriksaan fisik system pernapasan
adalah sebagai berikut:
a; Siapkan peralatan, seperti baju periksa, selimut, stetoskop, senter, pena, penggaris,
sarung tangan (tambahan), masker (tambahan).
b; Cuci tangan
c; Jelaskan prosedur kepada pasien
d; Anjurkan klien menanggalkan baju sanpai pinggang dan menggantinya dengan baju
periksa
e; Pastikan ruang pemeriksa memiliki cukup penerangan dan hangat, serta bebas dari
gangguan lingkungan.
2; Hal-hal yang perlu diperhatikan
Hal-hal yang perlu diperhatikan selama melakukan prosedur pemeriksaan adalah:
a; Jaga privasi pasien
b; Pemeriksaan harus terorganisasi dengan baek untuk menghemat tenaga klien.

c; Lakukan universal precaution karena mungkin klien batuk dan bersin selama
pemeriksaan
3; Langkah Langkah Pemeriksaan
a; Pengkajian Awal
1; Lakukan pengkajian cepat tentang klien untuk menentukan kemampuan klien
berpartisipasi dalam pemeriksaan
2; Inspeksi penampilan umum secara keseluruhan dan posisi klien. Beri perhatian
khusus terhadap usaha bernapas, warna kulit wajah dan ekspresinya, bibir, otototot yang digunakan, serta gerakan dadadalam tiga bagian torak( anterior,
posterior dan lateral)
b; Inspeksi Torak
1; Atur posisi klien
Mulai pemeriksaan dengan klien pada posisi duduk serta semua pakaian
dibuka sampai pinggang
2; Hitung pernapasan selama satu menit penuh
Saat menghitung pernapasan, observasi juga laju pernapasan, ritme dan

kedalaman siklus pernapasan


Observasi pergerakan dada pada tiga bagian torak
Laporkan bahwa pernapasan tenang, simetris dan tanpa usaha
Sebelum dilanjutkan pada langkah berikutnya, minta klien untuk menarik

napas dalam dan observasi keterlibatan otot


3; Inspeksi warna kulit
Laporkan apakah warna kulit dada ( anterior, posterior dan lateral)
konsisten dengan warna tubuh bagian tubuh lainnya
4; Inspeksi konfigurasi dada
Lakukan pengukuran diameter anteriorposterior dan transversal dada. Pada
orang dewasa normal akan didapatkan hasil 1 : 2 bagian
5; Tentukan kesemitrisan dada dan inspeksi struktur skeletal
Pemeriksa berdiri dibelakang klien dan gambarkan garis imajiner
sepanjang batas superior scapula dari akromion kanan sampai akromion
kiri. Garis ini harus tegak lurus dengan garis vertebra.
c; Palpasi Torak Posterior
1; Palpasi secara dangkal bagian posterior torak
; Kaji besar otot pada daerah tepat dibawah kulit
; Palpasi dada dengan cara teratur menggunakan telapak tangan

Harus diingat untuk mengkaji juga daerah superior scapula, sampai dengan
tulang iga (kosta) ke-12, dan dilanjutkan sejauh mungkin pada garis midaksila pada kedua sisi
2; Palpasi dan hitung jumlah tulang kosta dan sela interkosta (intercostals spaceICS)
;

Minta klien untuk fleksi leher, maka prosesus spinal servikal ke-7 akan

terlihat
Bila pemeriksa memindahkan tangan sedikit kekiri dan kekanan dari

prosesus, pemeriksa akan akna merasakan tulang kosta pertama


Hitung tulang kosta serta ICS tetapi tangan pemeriksa tetap dekat pada

garis vertebra.
3; Palpasi tiap-tiap prosesus spinalis dengan gerakan kea rah bawah
; Observasi bahwa jari tangan pemeriksa akan turun membentuk garis lurus.
Bila tidak lurus dapat menunjukkan adanya skoliosis
4; Palpasi torak posterior untuk mengukur ekspansi paru
; Letakkan tangan setingkat dengan kosta ke-8 sampai ke-10 . letakkan
kedua ibu jari dekat dengan vertebra dan tekan kulit secara lembut di
antara kedua ibu jari. Pastikan telapak tangan bersentuhan dengan
;

punggung klien
Minta lah klien untuk menarik napas dalam. Pemeriksa seharusnya
merasakan tekanan yang sama di kedua tangan dan tangan pemeriksa

bergerak menjauhi garis vertebra.


5; Palpasi untuk menilai Tactile Fremitus
Fremitus adalah fibrasi yang dirasakan diluar dinding dada saat klien bicara.
Vibrasi paling besar dirasakan pada daerah saluran napas yang berdiameter besar
(trakea) dan hamper tidak ada pada daerah alveoli paru-paru.
; Gunakan daerah sendi metakarpofalangeal atau permukaan luar dari
;

tangan pada saat memeriksa


Mintalah klien utuk mengulangi kata ninety-nine atau tujuh piluh
tujuh

d; Perkusi Torak Posterior


1; Visualisasikan penunjuk daerah torak

Sebelum melakukan perkusi, visualisasikan garis horizontal , garis


vertical, tingkat diafragma dan fisura paru-paru untuk mengidentifikasi

lobus paru
2; Atus posisi klien
; Bantu klien membungkuk sedikit ke depan dan melebrakan bahu
3; Perkusi daerah paru
; Mulailah perkusi pada daerah apeks paru kiri dan bergerak ke apeks paru
;

kanan
Gerakan kedalam setiap ICS dengan cara sistematik. Perkusi sampai ke
tulang kosta yang paling bawah dan pastikan untuk melakukannya sampai
ke garis mid-aksila kiri dan kanan.

Perhatian: jangan melakukan perkusi di atas vertebra , scapula atau tulang


kosta, karena perkusi di atas tulang akan terdengar suara datar. Pada orang
yang sehat, perkusi pada daerah paru akan menghasilkan suara resonan.

4; Perkusi untuk mementukan pergerakan atau ekskursi diafragma


; Mulai dengan melakukan perkusi pada ICS ke-7 ke arah bawah sepanjang
garis scapula sampai batas diafragma. Terdengar suara resonan yang akan
;
;
;

berubah menjadi dullness


Beri tanda pada kulit
Mintalah klien untuk menarik napas dalam dan menahannya
Perkusi kembali kearah bawah dari kulit yang bertanda sampai terdengar

;
;
;

lagi suara dullness


Beri tanda lagi pada kulit yang kedua kalinya
Anjurkan klien untuk menarik napas secara normal beberapa kali
Sekarang minta lah klien untuk bernapas normal dan keluarkan napas

sebayak-banyaknya kemudian minta klien untuk menahan napas


Perkusi kearah atas sampai pemeriksa mendengar suara resonan, beri
tanda dan ajnurkan klien bernapas secara normal . pemeriksa akan

mendapatkan tiga tanda pada kulit sepanjang garis scapula


Ulangi prosedur pada sisi lain
Jarak antara tanda ke-2 dan ke-3 dapat berkisar antara 3-6 cm pada orang
dewasa sehat.
Kembalikan klien pada posisi duduk yang nyaman

e; Auskultasi torak Posterior


1; Visualisasi landmark daerah torak
; Sebelum auskultasi torak posterior dilakukan, visualisasikan landmark
daerah tersebut seperti sebelum perkusi
2; Auskultasi trakea
; Dengan menggunakan tekanan yang tegas, letakkan diafragma stetoskop
sejalan dengan bernapasnya klien secara berlahan-lahan dengan mulut
;

terbuka
Mulailah pada garis vertebra servikalis dan turun ke dawah sampai
totakalis. Di sini pemeriksa akan melakukan auskultasi trakea dan suara
yang terdengar adalah bronchial.

3; Auskultasi bronkus
; Pindahlah stetoskop ke kiri dan kanan garis vertebra setinggi T-3 sampai
T-5. Bronkus kiri dan kanan tepat berada pada posisi ini, dan suara yang
terdengar adalah bronkovesikuler
4; Auskultasi paru-paru
; Auskultasi dilakukan dengan pola yang sama seperti yang digunakan pada
;

perkusi paru-paru
Mulai auskultasi pada bagian apeks paru kiri dan lanjutkan seperti pola

perkusi. Pemeriksa akan mendengar suara vesikuler.


Dengarkan pula suara-suara tambahan yang mendahului pada siklus
inspirasi dan ekspirasi. Bila terdengar adanya suara napas tambahan, maka
catat lokasi, kualitas, lama dan waktu terjadinya selama siklus pernapasan.

f; Palpasi Torak Anterior


1; Atur posisi klien, biasanya pada posisi supine untuk palpasi torak anterior. Akan
tetapi beberapa ahli menyukai posisi duduk
2; Tentukan lokasi landmark daerah torak anterior
; Tentukan lokasi suprasternal notch dengan jari tangan. Palpasi turun ke
bawah dan identifikasi batas-batas bawah manubrium pada angle of Louis
Palpasi secara lateral dan temukan tulang kosta ke-2 pada ICS ke-2
Hitung tulang kosta yang terdekat dengan batas sternum
; Palpasi jaringan otot dan jaringan tepat didawah kulit
3; Palpasi torak anterior untuk mengukur ekspansi pernapasan
; Letakkan tangan pada dinding anterior dada tepat dibawah batas kosta
;

dengan ibu jari sedikit terpisah pada garis midsternum

Tekan kulit diantara ibu jari seperti saat melakukan palpasi dinding

posterior
Mintalah klien untuk menarik napas dalam. Observasi pergerakan ibu jari
dan tekanan yang dikeluarkan terhadap tangan pemeriksa. Jarak antara ibu

jari seharusnya melebar secara merata dan tekananya juga sama.


4; Palpasi untuk mengetahui tactile fremitus pada dinding anterior dada
g; Perkusi Torak Anterior
1; Visualisasikan landmark daerah torak anterior
; Sebelum melakukan perkusi dinding dada anterior, visualisasikan garis
vertical dan horizontal. Identifikasi lokasi diafragma dan lobus paru
2; Perkusi daerah paru dengan pola yang teratur
; Mulailah perkusi pada daerah apeks dan dilanjutkan sampai setinggi
diafragma, kemudian perkusi sampa ke garis mid-aksila pada masingmasing sisi. Hindari perkusi pada atas sternum, klavikula, tulang kosta dan
;

jantung
Pastikan jari-jari tangan yang tidak dominan berada pada ICS sejajar

dengan tulang kosta


Jika pada klien wanita memiliki payudara yang besar, mintalah klien untuk
memindahkan payudaranya kesamping (mengatur posisi) selama prosedur
ini. Perkusi diatas jaringan payudara pada wanita akan menghasilkan suara

Dull
h; Auskultasi Torak Anterior
1; Visualisasikan petunjuk torak anterior
2; Auskultasi diatas trakea
; Suara akan terdengar dibagian atas dari jugularis (suprasternal) notch
; Suara yang terdengar adalah bronchial
3; Auskultasi diatas bronkus kiri dan kanan. Daerah ini terdapat pada batas sternum
sebelah kiri dan kanan ICS ke-2 dan ke-3. Suara yang terdengar adalah
bronkovesikuler
4; Auskultasi paru-paru
; Dengarkan suara vesikuler , biasanya pada daerah parenkim paru paru
; Sekarang dengarkan bunyi napas tambahan. Suara ini mendahului
;

inspirasi dan ekspirasi dari siklus pernapasan


Bila pemeriksa mendengar suara napas tambahan, maka catat lokasi,
kualitas dan waktu terjadinya selama siklus pernapasan

C; Pengkajian Diagnostik Fungsi Pernafasan


1; Uji Fungsi Pulmonal
Pemeriksaan fungsi paru menentukan kemampuan paru-paru untuk melakukan
pertukaran oksigen dan karbon dioksida secara efisien. Pemeriksaan ventilasi dasar
dilakukan dengan menggunakan spirometer dan alat pencatat sementara khen bernapas
melalui masker mulut (mouthpiece) yang dihubungkan dengan selang penghubung.
Pengukuran yanc, dilakukan mencakup volume tidal (Vt), volume reserve inspirasi (IRV),
volume residual (VR), dan volume ekspirasi yang dipaksa selama 1 detik (FEV1).
Pemeriksaan fungsi paru biasanya dilakukan di laboratorium fungsi pulmonar.
Perawat mempersiapkan klien dengan menjelaskan prosedur. Sebuah klip hidung
mencegah klien menghirup udara atau mengeluarkan udara melalui hidung. Klien
bernapas melalui sebuah masker mulut yang dihubungkan ke spirometer, yang berfungsi
untuk mengukur volume paru. Klien diminta pada waktu-waktu tertentu untuk menghirup
udara atau mengeluarkan sebanyak mungkin udara. Kerja sama klien sangat penting untuk
memastikan hasil yang akurat.
Kecepatan aliran ekspirasi puncak (peak expiratory flow rate [PEFR]) adalah titik
aliran tertinggi yang dicapai selama ekspirasi maksimal dan titik ini mencerminkan
terjaclinya perubahan ukuran jalan napas menjadi besar. Pengukuran ini sangat berkorelasi
dan sama dengan FEV, (Walsh, 1992). Meter aliran ekspirasi puncak merupakan alat yang
dipegang tangan sehingga memungkinkan klien asma mengikuti sejauh mina jalan napas
terbuka. Informasi tentang kecepatan aliran ekspirasi puncak merupakan data pengkajian
esensial untuk klien asma.
2; Analisa Gas Darah (Arteri, Vena, PCO2, Po2, PH)
Pengukuran gas darah arteri dilakukan bersamaan dengan pemeriksaan fungsi paru
untuk menentukan konsentrasi ion hidrogen, tekanan parsial oksigen dan karbon dioksida,
dan saturasi oksihemoglobin. Pemeriksaan gas darah arteri memberikan informasi tentang
difusi gas melalui membran kapileralveolar dan keadekuatan oksigenasi jaringan

Oksintetri. Pengukuran saturasi oksigen kapiler yang kontinu dapat dilakukan


dengan menggunakan oksimetri kutaneus (Prosedur 44-1). Saturasi oksigen (0, sat) adalah
persentase hemoglobin yang disaturasi oksigen. Keun- tungan pengukuran oksimetri
transkutaneus meliputi pengukura dilakukan, tidak invasif, dan dengan mudah diperoleh
(Whitney, 1990). Oksimetri tidak menimbulkan nyeri, jika dibandingkan dengan pungsi
arteri. Klien yang mencyalami kelainan perfusi/ventilasi, seperti pneumonia, emfisema,
bronkitis kronik, asma, embolisms pulmonar, gagal jantung kongestif merupakan kandidat
ideal untukmenggunakan oksmetri nadi (Ahrens dan Rutherford, 1993).
Oksimetri yang paling umum digunakan adalah oksimeter nadi. Tips oksimeter ini
melaporkan amplitude nadi dengan data saturasi oksigen. Perawat biasanya mengikatkan
sensor noninvasif ke jari tangan, jari ari kaki, atauhidung klien yang inemantau saturasi
oksigen darah. Nasal probe (alas untuk menyelidiki kedalaman) direkomendasi untuk
kondisi perfusi darah yang sangat rendah. Aliran darah di dalam arteri ethmoid anterior
septum nasal tetap lebih besar daripada aliran darah ke jari-jari dalam kondisi aliran
terganuou (Ahrens dan Rutherford, 1993). Pemantauan saturasi oksigen yang kontinu
bermanfaat dalam pengkajian gangguan tidur, toleransi terhadap latihan fisik, penyapihan
dari ventilasi mekanis, dan penurunan sementara saturasi oksigen. Keakuratan nilai
oksimetri nadi secara langsung berhubungan dengan perfusi di daerah probe. Pengukuran
oksimetri pada klien yang memiliki perfusi jaringan yang disebabkan syok, hipotermia,
atau penyakit vaskular perifer mungkin tidak dapat dipercaya. Keakuratan oksi-metri nadi
kurang dari 90 mm Hg. Data hasil pengukuran oksimetri memiliki sedikit nilai klinis. Tren
saat ini memberikan informasi terbaik tentang status oksigenasi klien.
Hitung darah lengkap menentukan jumlah dan tipe sel darah merah dan set darah
putih per mm3 darah. Perawat memperoleh contoh darah vena dengan menggunakan
pungsi vena. Nilai normal untuk hitung darah lengkap bervariasi menurut usia dan jenis
kelamin.
Hitung darah lengkap mengukur kadar hemoglobin dalam set darah merah
(eritrosit). Defisiensi set darah merah akan menurunkan kapasitas darah yang membawa
oksigen karena molekul hemoglobin yang tersedia untuk mengangkut oksigen ke jaringan
lebih sedikit.

Apabila jumlah set darah merah meningkat, misalnya polisitemia pada kondisi
paru kronis dan kondisi jantung sianosis, kapasitas darah yang mengangkut oksigen
meningkat. Namun, peningkatan jumlah set darah merah akan meningkatkan kekentalan
(viskositas) darah dan risiko klien terbentuknya trombus.
3; Pemeriksaan Radiografi Dada
Pemeriksaan sinar-X pada dada, bronkoskopi, dan pemindaian paru digunakan
untuk memvisuali- sasi struktur sistem pernapasan.
Pemeriksaan sinar-X dada. Pemeriksaan sinar-X dada terdiri dari radiografi
thoraks, yang memungkinkan perawat dan dokter mengobservasi lapangan paru untuk
mendeteksi adanya cairan (mis. seperti yang terjadi pada pneumonia), massy (mis. kanker
paru), fraktur (mis. fraktur klavikula dan tulang iga), dan proses-proses abnormal lain
(mis. tuberkulosis). Biasanya suatu film lateral dan PA (posterior-anterior) dilakukan
untuk mem-visualisasi lapangan paru secara adekuat.
4; Prosedur Endosekopi
Bronkoskopi adalah inspeksi dan pemeriksaan langsung terhadap laring, trakea,
dan bronki baik melalui bronkoskop serat optik yang fleksibel atau bronkoskop yang kaku.
a.

Bronkoskopi diagnostik bertujuan :


1. Untuk memeriksa jaringan dan mengumpulksn sekret.
2. Untuk menentukan lokasi dan keluasan proses proses patologi dan untuk
mendapatkan contoh jaringan guna menegakkan diagnosis (dengan forsep biopsi,
kuretase, sikat biopsi).
3.

Menentukan apakah suatu tumor dapat direseksi atau tidak melalui tindakan
bedah.

4. Mendiagnosa tempat perdarahan (sumber hemoptisis)


b. Bronkoskopi terapeutik bertujuan:
1. Mengangkat benda asing dari pohon trakeobronkial.
2.

Mengangkat sekresi yang menyumbat pohon trakeabronkial, ketika pasien tidak


dapat membersihkannya.

3. Memberikan pengobatan pascaoperatif pada atelektase.

4. Menghancurkan dan mengeksisi lesi


Komplikasi bronkoskop mencakup: reaksi terhadap anestesi lokal, infeksi,
aspirasi, bronkospasme, hipoksemia pneumotoraks, perdarahan dan perfusi.
5; Pemeriksaan Sputum
Spesimen sputum diambil untuk mengidentifikasi tipe organisms yang berkembang
dalam sputum. Suatu sputum kultur dan sensitivitas sputum (C dan S) mengidentifikasi
mikroorganisme tertentu dan resistansi serta sensitivitasnya terhadap obat. Spesimen
sputum juga dapat diambi I untuk mengidentifikasi adanya tuberkel basilus (TB), sputum
untuk basilus cepat-asam (sputum for acid-fast bacillus [AFB]). Spesimen AFB diperoleh
riga hari berturut-turut pada awal pagi hari. Sputum untuk sitologi adalah spesimen
sputum yang diambil untuk mengidentifikasi kanker paru abnormal dengan tipe set.
Pemeriksaan ini dilakukan dengan melakukan serangkaian pengumpulan spesimen riga
hari berturut-turut pada awal pagi hari.
Perawat harus memastikan spesimen sputum yang mengandung lendir dari bagian
dalam bronkus dan bukan saliva. Carat warna, konsistensi, jumlah, dan bau sputum dan
dokumentasi tanggal dan waktu spesimen dikirim ke laboratorium khusus untuk dianalisis.
6; Torasentesis
Torasentesis merupakan perforasi bedah dinding dada dan ruang pleura dengan
jarum untuk mengaspirasi cairan untuk tujuan diagnostik atau tujuan terapeutik atau untuk
mengangkat spesimen untuk biopsi. Prosedur dilakukan dengan teknik aseptik dengan
meng-gunakan anestesi lokal. Klien biasanya ducluk tegak dengan thoraks anterior yang
ditopang bantal atau dengan meja di etas tempat tidur.
Sakit tidaknya prosedur ini tergantung pada toleransi klien terhadap nyeri. Perawat
dapat mengurangi rasa cemas klien dengan menjelaskan prosedur dan mengatakan kepada
klien apa yang akan terjadi seat prosedur dilakukan. Klien harus memahami pentingnya
menahan napas sesuai instruksi dan untuk tidak batuk selama dilakukan prosedur. Gerakan
mendadak dapat menyebabkan pungsi paru jarum torasentesis. Klien diinstruksikan untuk
memberi tabu dokter sebelum batuk atau bersin sehingga jarum dapat ditarik.

Setelah prosedur, perawat memantau klien untuk melihat adanya tanda-tanda


pneumothoraks; sesak napas mendadak, deviasi trakea, desaturasi oksigen, dan an-sietas.
Terjadinya pneumothoraks setelah pelaksanaan torasentesis merupakan suatu situasi
kedaruratan. Tipe pneumotoraks ini dikenal sebagai tension pneumotoraks dan tipe ini
dapat menyebabkan henti kardiopulmonar jika tidak ditangam segera.
7; Biopsi Pleura
Biopsi pleural diselesaikan dengan biopsi jarum pleural atau dengan pleuroskopi,
yang merupakan eksplorasi visual bronkoskopi serat optik yang dimasukka kedalam
spasium pleural. Biopsi pleural dilakukan ketika terdapat kebutuhan untuk kultur atau
pewarnaan
Prosedur

jaringan

untuk

mengidentifikasi

diagnostik

Radioisotop

tuberkulosis
(pemindaian

atau

fungi
paru)

Terdapat 3 pemindaian paru yaitu pemindaian perfusi, pemindaian ventilasi, dan


pemindaianinhalasi. Prosedur ini digunkan untuk mendetekasi fungsi normal paru, suplai
vaskuler pulmonal, dan pertukaran gas.
8; Prosedur Diagnostik Radioisotop (Pemindaian Paru)
Pemindaian paru yang paling umum adalah pemindaian computed tomografi (CT).
Pemindaian CT mengombinasikan sinar-X dan teknologi komputer. Cahaya sinar-X
melalui suatu bagian atau bidang thoraks dari sudut-sudut yang berbeda dan kompu-ter
menghitung absorpsi jaringan dan memperlihatkan hasil cetakan dan gambar pemindaian
jaringan, yang memperhatikan densitas (kepadatan) berbagai struktur intrathorak. Sebuah
pemindaian CT dapat mengidentifikasi massa abnormal melalui ukuran dan lokasi tetapi
tidak dapat mengidentifikasi tipe jaringan. Identifikasi tipe Jaringan harus dilakukan
dengan biopsi.
9; Prosedur Biopsi Paru
Ada 3 biopsi paru non bedah dengan angka kesakitan yang rendah yaitu:
a.

Penyikatan bronkial trankateter prosedur ini berguna untuk evaluasi sitologi lesi
paru dan untuk identifikasi organisme patogenik, metode ini hanya menyagkut
pemasukan kateter melalui membrane transkrikotiroid dengan pungsi jarum, setelah

prosedur ini pasien diinstruksikan untuk menekankan jari atau ibu jari diatas tempat
pungsi ketika batuk untuk menghambat kebocoran udara kedalam jaringan sekitarnya.
b. Biopsi jarum perkutan aspirasi menggunakan jarum jenis spinal yang memberikan
spesimen jaringan untuk pemeriksaan histologi.
c. Biopsi paru tranbronkial menggunakan forsep pemotong yang dimasukkan dengan
bronkoskop serat optik. Biopsi diindikasikan ketika diduga lesi paru dan pemeriksaan
sputum rutin, serta pencucian bronkoskop menunjukkan hasil negatif. Anestesi
diberikan sebelum prosedur. Kulit tempat biopsi dibersihkan dan dianestesi dan
dibuat insisi kecil. Jarum biopsi dimasukkan melalui insisi kedalam pleura dengan
pasien menahan napas saat midekspirasi.
10; Biopsi Nodus Limfe
Biopsi ini dilakukan untuk mendeteksi penyebaran penyakit pulmonal melalui
nodus limpe dan untuk menegakkan diagnosa atau prognosis pada penyakit seperti
penyakit

hodgkin,

sarkoidosis,

penyakit

jamur,

tuberkulosis

dan

karsinoma.

Mediastinoskopi pemeriksaan endoskopi mediastinum untuk mengeksplorasi dan biopsi


nodus limpe mediastinum yang mengaliri paru-paru. Biopsi dilakukan melalui insisi
suprasternal.Mediastinotomi anterior insisi dibuat pada kartilago kosta kedua atau ketiga.
Mediastinum dieksplorasi, dan biopsi dilakukan pada nodus limpe yang ditemukan.
Drainase selang dada akan dibutuhkan setelah prosedur. Diagnmosis ini sangat
bermanfaat untuk menentukan apakah Lesi pulmonal dapat direseksi.

FORMAT PEMERIKSAAN FISIK SISTEM PERNAPASAN


Nama
Nim
Nama OP
NO

:
:
:
Langkah Pemeriksaan

Dilakukan

Tidak
Dilakukan

1. Inspeksi Torak
a; Observasi pernafasan meliputi laju pernafasan (respiratory
rate-RR), irama dan kedalaman
b; Inspeksi warna kulit
c; Inspeksi konfigurasi dada, ratio AP:T
d; Inspeksi struktur skeletal
2. Palpasi Torak Posterior
a; Palpasi dangkal torak posterior
b; Palpasi dan hitung tulang kosta dan ICS
c; Palpasi prosesus spinosus
d; Palpasi ekspansi pernapasan
e; Palpasi tractile fremitus
3. Perkusi Torak Posterior
a; Visualisasikan penunjuk daerah torak (landmark)
b; Perkusi dearah paru-paru
c; Perkusi ekskursi diafragma
4. Auskultasi Torak Posterior
a; Auskultasi Trakea
b; Auskultasi Bronkus
c; Auskultasi Paru ( bunyi napas)
5. Palpasi Torak Anterior
a; Visualisasikan Landmark Torak anterior
b; Palpasi ekspansi pernapasan
c; Palpasi tractil fremitus
6. Perkusi Torak Anterior
a; Perkusi daerah paru-paru
7. Auskultasi Torak Anterior
a; Auskultasi Trakea
b; Auskultasi Bronkus
c; Auskultasi paru ( bunyi napas)
Sumber : Kozier, B., G., dan Oliveri, R., 1996
DAFTAR PUSTAKA

Anam (2009). Pemeriksaan Frekwensi Pernafasan http://anam56.blogspot.com/2009/01/d.html.


diakses tanggal 27 September 2011 pukul 11 : 22 am
Potter and Perry (2006). Fundamental Keperawatan Vol.1. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran
EGC.
Priharjo, Robert (1996). Pengkajian Fisik Keperawatan. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran
EGC
Putra,

Ardyan

Pradana

(2011).

Pengkajian

Sistem

Pernafasan.

http://ardyanpradanaoo7.blogspot.com/2011/04/pengkajian-sistempernafasan.html diakses tanggal 27 September 2011 pukul 11 : 19 am)


Setiawati, Santun. 2007. Panduan Praktis Pengkajian Fisik Keperawatan. Jakarta : Trans Info
Medika
Somantri Irman (2002). Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gnagguan Sistem
Pernapasan, Edisi 2. Jakarta, Salemba Medika

TUGAS KELOMPOK
PEMERIKSAAN FISIK PADA SISTEM RESPIRASI

Di Susun Oleh : KLPK


ABDUL KARIM
ARI SUSIANI
DASUKI
SUPRIYADI

PROGRAM MAGISTER KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
TAHUN 2012

Anda mungkin juga menyukai