d. Dewasa 16 20 x/menit.
e.
f.
g.
2; Volume Paru
Pengukuran volume menunjukan jumlah udara. dalam paru-paru selama
beberapa berbagai siklus pernapasan. Tiap volume tidak dapat dibagi kedalam bagian ang
lebih kecil, karena ini menunjukan unit dasar.
a.
Volume tidal (VT) adalah volume udara yang digerakkan masuk dan keluar pada tiap
pernapasan normal. Ini terukur kurang lebih 500 ml pada pria muda normal.
b.
c.
Volume cadangan ekspirasi (VCE) adalah volume udara dimana seseorang dapat
dengan sekuat-kuatnya mengeluarkan udara setelah ekshalasi tidal normal. VCE
biasanya kira-kira 1. 100 MI.
d.
Volume residu (VR) adalah volume udara sisa setelah ekspirasi kuat. Volume ini
dapat diukur hanya dengan spirometer tak langsung, sedangkan yang lain dapat
diukur secara langsung.
3; Kapasitas Paru
Pengukuran kapasitas menghitung sebagian siklus paru-paru. Ini diukur sebagai
kombinasi volume sebelumnya.
a.
Kapasitas inspirasi (KI) adalah jumlah udara yang dapat diinhalasi (dihirup) sengan
kuat bila mulai dari tingkat ekspirasi normal. Ini sama dengan VT ditambah VCI dan
kurang lebih 3.500 ml.
b. Kapasitas residu fungsional (KRF) adalah j umlah sisa udara pada akhir ekspirasi
normal. Ini adalah jumlah dari VCE dan VR dan kurang lebih 2.300 ml.
c.
Kapasitas vital (KV) adalah jumlah maksimal udara yang dapat dengan kuat
diekspirasi setelah inspirasi kuat maksimal. Ini jumiah dari VD VT, dan VCE. Volume
ini kurang lebih 4.600 ml pada pria normal.
d. Kapasitas paru total (KPT) sama dengan volume dimana paru-paru dapat diekspansi
dengan upaya inspirasi paling kuat. Volume kapasitas kurang lebih 5.800 ml.
Desiran otot pektoralis adalah adanya volume keras yang terdengar melalui
stetoskop bila pasien berbisik. Pada pernapasan bronkial dan dua perubahan akan ada,
yang harus ada juga adalah (1) terbukanya jalan napas dan tertekannya alveoli, atau (2)
alveoli dimana udara telah digantikan oleh cairan.
Bunyi lain yang terdengar dengan stetoskop meliputi crackles, mengi, dan
gesekan.
a; Crackles adalah bunyi yang jelas, bunyi terus menerus terbentuk oleh jalan napas
kecil yang terbuka kembali atau tertutup kembali selama akhir inspirasi. Crackles
terjadi padapnernonia, gagal jantung kongestif, dan fibrosis pulmonalis. Baik crackles
inspirasi maupun ekspirasi dapat terauskultasi pada bronkiektaksis. Crackles keras
dapat terdengar pada edema pulmonalis dan pada pasien sekarat. Seringkali crackles
keras dapat terdengar tanpa stetoskop karena ini terjadi padajalan napas besar.
b; Dispnea (kesulitan bernapas atau pernapasan labored, napas pendek) adalah gejala
umum pada banyak kelainan pulmonal dan jantung terutama jika terdapat
peningkatan kekakuan paru dan tahanan jalan napas. Dispnea mendadak pada
individu normal dapat menunjukkan pneumotoraks (udara dalam rongga pleura). Pada
pasien yang sakit atau setelah menjalani pembedahan disonea mendadak
menunjukkan adanya embolisme pulmonal.
c. Orthopnea (tidak dapat bernapas dengan mudah kecuali dalam posisi tegak, mungkin
ditemukan pada orang yang mengidap penyakit jantung dan penyakit obstruktif paru
menahun (PPOM). Pernapasan bising dapat dijumpai akibat penyempitan jalan napas
atau obstruksi setempat bronkus besar oleh tumor atau benda asing.
d. Bunyi ekstra seperti mengi berarti adanya penyempitan jalan napas. Ini dapat
disebabkan oleh asma, benda asing, mukus di jalan napas, stenosis, dan lain-lain. Bila
mengi terdengar hanya pada ekspirasi, disebut mengi; bila bunyi mengi terjadi pada
inspirasi dan ekspirasi, biasanya berhubungan dengan tertahannya sekresi.
Friction rub terdengar bila ada penyakit pleural seperti emboli pulmonal, pnemonia
perifer, atau pleurisi, dan ini sering sulit untuk membedakannya dari ronki. Bila bunyi
abnormal makin jelas setelah batuk, biasanya berarti bunyi tersebut lebih sebagai
ronki daripada friction rub.
c; Lakukan universal precaution karena mungkin klien batuk dan bersin selama
pemeriksaan
3; Langkah Langkah Pemeriksaan
a; Pengkajian Awal
1; Lakukan pengkajian cepat tentang klien untuk menentukan kemampuan klien
berpartisipasi dalam pemeriksaan
2; Inspeksi penampilan umum secara keseluruhan dan posisi klien. Beri perhatian
khusus terhadap usaha bernapas, warna kulit wajah dan ekspresinya, bibir, otototot yang digunakan, serta gerakan dadadalam tiga bagian torak( anterior,
posterior dan lateral)
b; Inspeksi Torak
1; Atur posisi klien
Mulai pemeriksaan dengan klien pada posisi duduk serta semua pakaian
dibuka sampai pinggang
2; Hitung pernapasan selama satu menit penuh
Saat menghitung pernapasan, observasi juga laju pernapasan, ritme dan
Harus diingat untuk mengkaji juga daerah superior scapula, sampai dengan
tulang iga (kosta) ke-12, dan dilanjutkan sejauh mungkin pada garis midaksila pada kedua sisi
2; Palpasi dan hitung jumlah tulang kosta dan sela interkosta (intercostals spaceICS)
;
Minta klien untuk fleksi leher, maka prosesus spinal servikal ke-7 akan
terlihat
Bila pemeriksa memindahkan tangan sedikit kekiri dan kekanan dari
garis vertebra.
3; Palpasi tiap-tiap prosesus spinalis dengan gerakan kea rah bawah
; Observasi bahwa jari tangan pemeriksa akan turun membentuk garis lurus.
Bila tidak lurus dapat menunjukkan adanya skoliosis
4; Palpasi torak posterior untuk mengukur ekspansi paru
; Letakkan tangan setingkat dengan kosta ke-8 sampai ke-10 . letakkan
kedua ibu jari dekat dengan vertebra dan tekan kulit secara lembut di
antara kedua ibu jari. Pastikan telapak tangan bersentuhan dengan
;
punggung klien
Minta lah klien untuk menarik napas dalam. Pemeriksa seharusnya
merasakan tekanan yang sama di kedua tangan dan tangan pemeriksa
lobus paru
2; Atus posisi klien
; Bantu klien membungkuk sedikit ke depan dan melebrakan bahu
3; Perkusi daerah paru
; Mulailah perkusi pada daerah apeks paru kiri dan bergerak ke apeks paru
;
kanan
Gerakan kedalam setiap ICS dengan cara sistematik. Perkusi sampai ke
tulang kosta yang paling bawah dan pastikan untuk melakukannya sampai
ke garis mid-aksila kiri dan kanan.
;
;
;
terbuka
Mulailah pada garis vertebra servikalis dan turun ke dawah sampai
totakalis. Di sini pemeriksa akan melakukan auskultasi trakea dan suara
yang terdengar adalah bronchial.
3; Auskultasi bronkus
; Pindahlah stetoskop ke kiri dan kanan garis vertebra setinggi T-3 sampai
T-5. Bronkus kiri dan kanan tepat berada pada posisi ini, dan suara yang
terdengar adalah bronkovesikuler
4; Auskultasi paru-paru
; Auskultasi dilakukan dengan pola yang sama seperti yang digunakan pada
;
perkusi paru-paru
Mulai auskultasi pada bagian apeks paru kiri dan lanjutkan seperti pola
Tekan kulit diantara ibu jari seperti saat melakukan palpasi dinding
posterior
Mintalah klien untuk menarik napas dalam. Observasi pergerakan ibu jari
dan tekanan yang dikeluarkan terhadap tangan pemeriksa. Jarak antara ibu
jantung
Pastikan jari-jari tangan yang tidak dominan berada pada ICS sejajar
Dull
h; Auskultasi Torak Anterior
1; Visualisasikan petunjuk torak anterior
2; Auskultasi diatas trakea
; Suara akan terdengar dibagian atas dari jugularis (suprasternal) notch
; Suara yang terdengar adalah bronchial
3; Auskultasi diatas bronkus kiri dan kanan. Daerah ini terdapat pada batas sternum
sebelah kiri dan kanan ICS ke-2 dan ke-3. Suara yang terdengar adalah
bronkovesikuler
4; Auskultasi paru-paru
; Dengarkan suara vesikuler , biasanya pada daerah parenkim paru paru
; Sekarang dengarkan bunyi napas tambahan. Suara ini mendahului
;
Apabila jumlah set darah merah meningkat, misalnya polisitemia pada kondisi
paru kronis dan kondisi jantung sianosis, kapasitas darah yang mengangkut oksigen
meningkat. Namun, peningkatan jumlah set darah merah akan meningkatkan kekentalan
(viskositas) darah dan risiko klien terbentuknya trombus.
3; Pemeriksaan Radiografi Dada
Pemeriksaan sinar-X pada dada, bronkoskopi, dan pemindaian paru digunakan
untuk memvisuali- sasi struktur sistem pernapasan.
Pemeriksaan sinar-X dada. Pemeriksaan sinar-X dada terdiri dari radiografi
thoraks, yang memungkinkan perawat dan dokter mengobservasi lapangan paru untuk
mendeteksi adanya cairan (mis. seperti yang terjadi pada pneumonia), massy (mis. kanker
paru), fraktur (mis. fraktur klavikula dan tulang iga), dan proses-proses abnormal lain
(mis. tuberkulosis). Biasanya suatu film lateral dan PA (posterior-anterior) dilakukan
untuk mem-visualisasi lapangan paru secara adekuat.
4; Prosedur Endosekopi
Bronkoskopi adalah inspeksi dan pemeriksaan langsung terhadap laring, trakea,
dan bronki baik melalui bronkoskop serat optik yang fleksibel atau bronkoskop yang kaku.
a.
Menentukan apakah suatu tumor dapat direseksi atau tidak melalui tindakan
bedah.
jaringan
untuk
mengidentifikasi
diagnostik
Radioisotop
tuberkulosis
(pemindaian
atau
fungi
paru)
Penyikatan bronkial trankateter prosedur ini berguna untuk evaluasi sitologi lesi
paru dan untuk identifikasi organisme patogenik, metode ini hanya menyagkut
pemasukan kateter melalui membrane transkrikotiroid dengan pungsi jarum, setelah
prosedur ini pasien diinstruksikan untuk menekankan jari atau ibu jari diatas tempat
pungsi ketika batuk untuk menghambat kebocoran udara kedalam jaringan sekitarnya.
b. Biopsi jarum perkutan aspirasi menggunakan jarum jenis spinal yang memberikan
spesimen jaringan untuk pemeriksaan histologi.
c. Biopsi paru tranbronkial menggunakan forsep pemotong yang dimasukkan dengan
bronkoskop serat optik. Biopsi diindikasikan ketika diduga lesi paru dan pemeriksaan
sputum rutin, serta pencucian bronkoskop menunjukkan hasil negatif. Anestesi
diberikan sebelum prosedur. Kulit tempat biopsi dibersihkan dan dianestesi dan
dibuat insisi kecil. Jarum biopsi dimasukkan melalui insisi kedalam pleura dengan
pasien menahan napas saat midekspirasi.
10; Biopsi Nodus Limfe
Biopsi ini dilakukan untuk mendeteksi penyebaran penyakit pulmonal melalui
nodus limpe dan untuk menegakkan diagnosa atau prognosis pada penyakit seperti
penyakit
hodgkin,
sarkoidosis,
penyakit
jamur,
tuberkulosis
dan
karsinoma.
:
:
:
Langkah Pemeriksaan
Dilakukan
Tidak
Dilakukan
1. Inspeksi Torak
a; Observasi pernafasan meliputi laju pernafasan (respiratory
rate-RR), irama dan kedalaman
b; Inspeksi warna kulit
c; Inspeksi konfigurasi dada, ratio AP:T
d; Inspeksi struktur skeletal
2. Palpasi Torak Posterior
a; Palpasi dangkal torak posterior
b; Palpasi dan hitung tulang kosta dan ICS
c; Palpasi prosesus spinosus
d; Palpasi ekspansi pernapasan
e; Palpasi tractile fremitus
3. Perkusi Torak Posterior
a; Visualisasikan penunjuk daerah torak (landmark)
b; Perkusi dearah paru-paru
c; Perkusi ekskursi diafragma
4. Auskultasi Torak Posterior
a; Auskultasi Trakea
b; Auskultasi Bronkus
c; Auskultasi Paru ( bunyi napas)
5. Palpasi Torak Anterior
a; Visualisasikan Landmark Torak anterior
b; Palpasi ekspansi pernapasan
c; Palpasi tractil fremitus
6. Perkusi Torak Anterior
a; Perkusi daerah paru-paru
7. Auskultasi Torak Anterior
a; Auskultasi Trakea
b; Auskultasi Bronkus
c; Auskultasi paru ( bunyi napas)
Sumber : Kozier, B., G., dan Oliveri, R., 1996
DAFTAR PUSTAKA
Ardyan
Pradana
(2011).
Pengkajian
Sistem
Pernafasan.
TUGAS KELOMPOK
PEMERIKSAAN FISIK PADA SISTEM RESPIRASI