Anda di halaman 1dari 20

Kuliah 3

Metalurgi Serbuk
Fabrikasi Serbuk

Kerangka kuliah
Pengantar
 Teknik fabrikasi mekanik
 Teknik fabrikasi elektrolitik
 Teknik fabrikasi kimia
 Teknik fabrikasi atomisasi
 Kontrol struktur mikro pada serbuk
 Pendekatan lain pembentukan serbuk


1. Pengantar


Pemahaman atas karakteristik serbuk


sangat ditentukan oleh proses
fabrikasinya.

Pemilihan metode fabrikasi ditentukan


oleh sifat khusus dari logamnya.
Sifat logam
Metode Fabrikasi
Karakteristik Serbuk

1. Pengantar
ENERGY PROSES


Hal penting dalam proses pembentukan serbuk meliputi


energi yang diberikan untuk menghasilkan permukaan
baru. Beberapa karakteristik yang penting dalam
mempertimbangkan fabrikasi serbuk:





Efisiensi proses
Muatan energi
Jenis pengumpanan
Sumber kontaminasi

Sebagai contoh: jika 1 m3 logam akan dibuat serbuk


dengan dia. 1 m, maka akan dihasilkan 2x1018 partikel
dengan luas permukaan bersih 6x106 m2. Bayangkan energi
yang diperlukan.?!

1. Pengantar (2)
Contoh proses dan jenis serbuk
(a) Chemical; Sponge Iron-Reduced
Ore;
(b) Electolytic: Copper;
(c) Mechanical: Milled Aluminum
Powder Containing Disperoids
(17);
(d) Water Atomization : Iron;
(e) Gas Atomization: Nickel-Base
Hardfacing Alloy.: Source
"Atomization - The Production Of
Metal Powders" A. Lawley, MPIF.

2. Fabrikasi mekanik (1)




Terdapat 4 mekanisme pengurangan ukuran partikel secara


mekanik:








Impak  dorongan cepat pada suatu material hingga terjadi


retakan dan reduksi ukuran.
Gerus (attrition)  reduksi ukuran partikel melalui gerusan.
Geser/iris (shear)  reduksi ukuran dengan cara gempuran
(crushing). Umumnya kasar.
Tekan (compression)  penghancuran melalui beban tekan.

Pembentukan serbuk logam dengan teknik mekanik


umumnya didasarkan pada kombinasi 4 mekanisme di atas.
Umumnya diperoleh bentuk serbuk yang tidak beraturan.

2.1 Pemesinan





Serbuk hasil pemesinan umumnya kasar dengan bentuk tidak


beraturan. Namun demikian, skrap sisa pemesinan merupakan
sumber yang besar untuk metalurgi serbuk.
Reduksi ukuran bisa dilakukan dengan grinding.
Kelemahan fabrikasi serbuk dengan teknik ini adalah:





Sulitnya kontrol ukuran


Kontaminasi terhadap serbuk logam dalam bentuk oksidasi, pelumas
dan skrap logam lainnya.
Bentuk partikel masih terlalu tidak beraturan dan kasar untuk
penggunaan langsung proses kompaksi
Pemesinan masih dinilai kurang efisien dan lambat.

Proses fabrikasi ini digunakan untuk logam baja karbon tinggi dan
serbuk amalgam gigi.

2.2 Milling (1)




Milling: tumbukan mekanik menggunakan bola keras


(logam atau keramik) pada material yang rapuh. Kurang
efektif untul logam karena sifat uletnya, perekatan dengan
logam lain dan efisiensi proses yang rendah.

2.2 Milling (2)




Permasalahan lain:








Bising (noise)
Kontaminasi dari wadah dan bola penumbuk
Rugi energi terjadi dalam bentuk suara dan panas

Kecepatan putaran wadah disesuaikan untuk menghasilkan


energi impak maks. Harus cukup untuk membawa bola di
ujung atas wadah. Terlalu lambat  bola menggelinding di
bagian bawah wadah. Terlalu cepat  bola bergerak
sentrifugal di dinding wadah.
Kecepatan optimum bervariasi terhadap se per akar
diameter mill.
Makin kecil ukurang yang diinginkan, makin besar waktu
dan energi yang diperlukan.
Karakteristik serbuk: mengalami pengerasan kerja, tidak
beraturan, karakteristik aliran dan tumpukan rendah.

2.2 Milling (3)




Aplikasi teknik ball milling untuk teknologi nano

2.3 Pemaduan mekanik (1)




Teknik milling umumnya diaplikasikan untuk menghasilkan


oksida sub-mikron dengan sebaran halus. Teknik ini
berguna dalam proses pemaduan mekanik (Mechanical
Alloying).

Salah satu kesulitan menhasilkan paduan berpenguat yang


tersebar adalah distribusi seragam penguat di seluruh
material.

Pada skala mikroskopik, penggilingan berulang, pengelasan


dingin dan pecahan campuran serbuk logam dgn partikel
oksida menghasilkan serbuk komposit.

Kelemahan proses dalam bentuk kontaminasi bisa diatasi


dengan menggunakan material yang sama dengan serbuk.

2.3 Pemaduan mekanik (2)


Karakteristik serbuk:
mengalami pengerasan kerja,
bentuk angular. Konsolidasi
panas dapat mengurangi efek
tersebut.
Penggunaan fluida organik
spt. Alkohol selama
penggilingan sangat penting
untuk keseimbangan
penggilingan, pengelasan yg
diperlukan selama pemaduan
mekanik.

3. Fabrikasi elektrolitik (1)




Serbuk logam dapat diendapkan pada sel elektrolit katoda


pada operasi tertentu.

Karakteristik serbuk:



Serbuk berpori, bisa diperoleh dengan kondisi berikut:







memiliki kemurnian tinggi spt: Ti, Pd, Cu, Fe, dan Be.
Berbentuk dendritik atau sponge

Rapat arus tinggi


Konsentrasi ion rendah
Larutan elektrolit asam
Penambahan koloid

Temperatur kerja  sekitar 60oC.

3. Fabrikasi elektrolitik (2)




Beberapa
kelemahan pada
teknik ini:





Kondisi kimia dalam


wadah sangat
sensitif
Serbuk elemen saja
Perlu pembersihan
dan penanganan
lanjut dari serbuk
setelah fabrikasi.

3. Fabrikasi elektrolitik (3)




Contoh serbuk elektrolitik

4. Fabrikasi kimia


Terdapat beberapa cara sintesa kimiawi logam serbuk:







Dekomposisi padatan oleh gas


Dekomposisi termal
Presipitasi dari cairan
Presipitasi dari gas

4.1 Dekomposisi padatan oleh gas (1)




Contoh klasik adalah reduksi


oksida, spt reaksi berikut:
FeO(s) + H2(g)  Fe(s) +
H2O(g), atau

Reduksi oksida bisa dilakukan


dengan gas CO atau H2.
KOntrol temp penting dalam
rangka kontrol ukuran partikel.

Perubahan volume yg besar


biasa menyertai proses reduksi,
krnnya bentuk tipikal serbuk
yang dihasilkan  sponge.

Contoh gambar serbuk Rhenium


dengan luas perm. 1.78 m2/g

4.1 Dekomposisi padatan oleh gas (2)




Skematik reaksi reduksi


pada sebuah partikel
logam. Ketika gas
bereaksi membentuk
logam murni, maka
antar muka oksida
bergerak ke dalam.
O.k.i, laju reduksi
ditentukan oleh:




Laju difusi reaktan ke


arah dalam partikel
Laju produk difusi ke
arah luar
Laju reaksi kimia pada
antar-muka oksida
logam.

4.2 Dekomposisi termal




Contoh: Nikel karbonil

Nikel karbonil direaksikan dengan


CO  NiC4O4. Pembentukan
molekul gas ini perlu tekanan
dan pemanasan yg simultan.
Karbonil mencair (gas -> cair)
pada 43oC.
Distilasi fraksi diterapkan untuk
memurnikan liquid.
Pemanasan kembali  vapor
decomposiition  serbuk logam.
Hasil: serbuk logam berukuran
kecil dg kemurnian 99.5%.






4.2 Presipitasi dari cairan




Diperoleh dari larutan garam nitrat, klorida maupun sulfat.

Garam2 dilarutkan dengan air dan dipresipitasi dengan


senyawa kedua.

Sangat sesuai untuk serbuk komposit. Satu fasa digunakan


sebagai inti bagi reaksi presipitasi, spt: titania, thoria dan
tungsten carbide.

Karakteristik:




Ukuran kristalnya kecil dan biasa terjadi aglomerasi


Kemurnian tinggi > 99.5%
Bentuk: tidak beraturan, atau kubus atau sponge-like.

10

4.3 Presipitasi dari gas




Serbuk terbentuk tanpa bersentuhan dengan krusibel.


Proses ini biasa dilakukan untuk fabrikasi serbuk reaktif.

Untuk menghasilkan serbuk dengan kemurnian tinggi


prosesnya didasari dari distilasi uap dan pre-purifikasi
material baku.

Contoh: NbCl5(S) + 2 1/2H2(g)  5Nb(s) + 5HCl (g)

Karakteristik:




Proses mahal
Ukuran partikel, kemurnian, bentuk dan aglomerasi bervariasi
dengan kondisi reaksi uap
Umumnya partikel berpori, atau aglomerat polikristal bundar.

5. Fabrikasi atomisasi


Merupakan proses yang sangat umum untuk


fabrikasi logam serbuk.

Beberapa jenis:





Atomisasi
Atomisasi
Atomisasi
Atomisasi

gas
air
sentrifugal
lainnya

11

5. Fabrikasi atomisasi (2)




Penampakan luar mesin atomisasi

5.1 Atomisasi gas (1)




Gas  udara, Nitrogen,


helium dan argon sbg fluida
yang memecah aliran logam
cair menjadi serbuk. Energi
dipindahkan dari fluida
kepada logam cair untuk
membentuk partikel2.
Disain proses ada berbagai
jenis, spt: horizontal dan
vertikal.
Atomisasi gas horisontal 
untuk logam bertitik lebur
relatif rendah.

12

5.1 Atomisasi gas (2)




Pada gas atomisasi vertikal, ruang


tertutup dan inert digunakan untuk
mencegah oksidasi.
Logam cair disiapkan dengan induksi
dan dialirkan ke nozle. Logam cair
dipanaskan jauh di atas titik lebur
Parameter tipikal:








Gas = argon
Tekanan = 2 MPa 5 MPa
Kec. Keluar gas = 100 m/s
Temp superheat = Tm + 150oC
Sudut gas log cair = 40 o
Laju logam = 20 kg/min
Ukuran rata2 = 120 mikron

5.1 Atomisasi gas (3)






Fisika atomisasi.
Bentuk kerucut terbentuk krn
tekanan gas pada logam cair.
Ekspansi menyebabkan aliran
logam membtk lembaran
tipis.
Lembaran tsb tidak stabil krn
rasio luas permukaan dengan
volumenya tinggi.
Logam cair merespon lebih
jauh thd geseran dan gaya
akselerasi krn superheat 
ligamen dan selanjutnya
partikel yang halus.

13

5.1 Atomisasi gas (4)


Levitation melting and gas atomization

5.2 Atomisasi air (1)




Biasa digunakan untuk logam


elemen atau paduan yg
melebur di bawah 1600 oC.
Nozle bisa single atau
multiple.

Prosesnya mirip dengan


atomisasi gas

14

5.2 Atomisasi air (2)




Perbadingan karakter
partikel hasil atomisasi air
terhadap gas:







Lebih tidak beraturan


Lebih kasar permukaannya
dan dilapisi oksida]
Aglomerasi lebih sedikit
Densiti lebih rendah
Ukuran relatif lebih besar
Efisiensi proses lebih tinggi

5.3 Atomisasi sentrifugal (1)




Fabrikasi ini dilakukan sebagai


jawaban atas upaya kontrol
ukuran dan fabrikasi logam
rekatif, spt W.
Terdapat elektrode yang habis
pakai.

15

5.3 Atomisasi sentrifugal (2)




Fisika pembentukan partikel


melalui atomisasi sentrifugal
diperlihatkan gbr disamping.

Cairan terbentuk diatas bibir


anoda (elektroda berputar)
Ligamen terbentuk krn
geseran dan teg permukaan
Partikel bulat terbentuk saat
jatuh bebas stlh terlepas
dari substrat.




5.3 Atomisasi sentrifugal (3)




Beberapa jenis atomisasi sentrifugal

16

5.4 Atomisasi lain (1)




Energi untuk men-disintegrasi


logam cair dapat dilakukan
dengan berbagai cara selain
disebut di atas, a.l.:









Vibrating wire
Roller
Spinning crucible
Melt explosion
plasma

Contoh melt explosion digbrkan di


samping pada logam cair
mengandung gas hidrogen jenuh.
Biasa diaplikasikan untuk fabrikasi
serbuk superalloy
Kelemahan: laju pendinginan
lambat

5.4 Atomisasi lain (2)




Hybrid atomization NIMS Japan

Prosedur proses

Proses produksi

17

5.4 Atomisasi lain (3)




Karakteristik partikel hasil atomisasi hibrida

Distribusi ukuran

Mekanisme pembentukan

6. Perbandingan proses

18

7. Kontrol struktur mikro (1)




[1] kontrol struktur


mikro dalam atomisasi
Berlaku rumus:
Y = CDn
dimana: Y= secondary
dendrite arm spacing, C=
konstanta matl dan
proses, D=diameter dan
n= exponen 0.5-1

7. Kontrol struktur mikro (2)




[2] Nukleasi

KOntrol struktur mikro serbuk


paduan yg didinginkan cepat
bergantung pada nukleasi dan
pertumbuhan.
Serbuk amorf terbentuk pada
gradien temp tinggi selama
solidifikasi, ekstraksi panas
cepat dan laju difusi.

19

7. Kontrol struktur mikro (3)




[3] Keterbatasan atomisasi

8. Perbandingan proses

20

Anda mungkin juga menyukai