Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN STROKE NON


HAEMMORHAGE

OLEH :
NI MADE KARISMA WIJAYANTI (1302105032)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN


UNIVERSITAS UDAYANA
2014

A. KONSEP DASAR PENYAKIT


1.

Definisi
Gastroenteritis adalah keracunan makanan disertai inflamasi mukosa lambung dan
usus halus, biasanya disebabkan oleh mikroorganisme, tetepi juga bisa disebabkan
oleh zat kimia, jamur beracun, dan lain-lain (Chris Booker, 2009).
Menurut Leane, 2009 dalam Efi Prasetyaningsih gastroenteritis merupakan radang
pada lambung dan usus yang memberikan gejala diare dengan atau tanpa disertai
muntah, dan sering kali disertai peningkatan suhu tubuh.
Sedangkan diare adalah buang air besar dengan frekuensi yang meningkat dari
biasanya atau lebih dari tiga kali sehari dengan konsistensi tinja yang lebih lembek
atau cair, kandungan air tinja lebih banyak dari biasanya (biasanya lebih dari 200 gram
atau 200 mL/jam). Menurut WHO gastroenteritis adalah buang air besar encer atau
lebih dari tiga kali sehari (Aru W. Sudoyo, 2009).

2.

Klasifikasi (Aru W. Sudoyo, 2009)


a. Berdasarkan waktu diare dibagi menjadi 3 yaitu:
Diare akut adalah diare yang awalnya mendadak dan berlangsung singkat, dalam
beberapa jam atau hari dan berlangsung dalam waktu kurang dari dua minggu.
Diare persisten bila berlangsung selama 2 sampai dengan 4 minggu, merupakan
kelanjutan dari gastroenteritis akut.
Diare kronik bila berlangsung selama lebih dari 4 minggu, dengan penyebab non
infeksi seperti penyakit sensitif terhadap gluten atau gangguan metabolisme
yang menurun.
(Aru W. Sudoyo, 2009)
b. Berdasarkan mekanisme patologik
Diare osmotik
Terjadi bila ada bahan yang tidak dapat diserap sehingga meningkatkan
osmolaritas dalam lumen yang menarik air dari plasma sehingga terjadi diare
Diare sekretorik
Diare sekretorik terjadi karena gangguan pengangkutan elektrolit baik absorpsi
yang berkurang ataupun sekresi yang meningkat. Hal ini dapat terjadi akibat
toksin yang dikeluarkan bakteri misalnya toksik kolera atau pengaruh garam
empedu, asam lemak rantai pendek, atau laksatif non osmotik.
Diare eksudatif

Inflamasi akan mengakibatkan kerusakan mukosa baik usus halus maupun usus
besar. Inflamasi dan eksudasi dapat terjadi akibat infeksi bakteri atau bersifat
non infeksi seperti gluten sensitive enteropathy, inflamatory bowel disease
(IBD) atau akibat radiasi
Gangguan motilitas
Gangguan motilitas mengakibatkan waktu transit makanan atau minuman di
usus menjadi lebih cepat. Terjadi pada kondisi tirotoksikosis atau diabetes
mellitus.
3.

Etiologi
Faktor penyebab gastroenteritis meliputi:
a. Faktor infeksi
i. Infeksi enteral adalah infeksi saluran pencernaan makanan yang merupakan
penyebab utama gastroenteritis.
Infeksi bakteri: Vibrio, E. Coli, Salmonella, Shigella, dan sebagainya.
Infeksi virus: Enterovirus, Adenovirus, Rotavirus, Astovirus,

ii.

dan

sebagainya.
Infeksi parasit: cacing, protozoa, dan jamur
Infeksi parenteral adalah infeksi di luar alat pencernaan makanan, seperti:
OMA, tansilitis, bronkopneumonia, ensefalitis. Keadaan ini terutama terdapat

pada bayi dan anak berumur di bawah 2 tahun.


b. Faktor malabsorbsi
i. Malabsorbsi karbohidrat: disakarida (intoleransi laktosa, maltosa, dan sukrosa);
monoskarida (intoleransi glukosa, fruktosa, dan galaktosa). Pada bayi dan anak
yang terpenting dan tersering adalah intoleransi laktosa.
ii. Malabsorbsi lemak
iii. Malabsorbsi protein
c. Faktor makanan
Makanan yang dapat menyebabkan gastroenteritis adalah makanan yang basi,
beracun, terlalu banyak lemak, sayuran mentah dan kurang matang.
d. Alergi
Alergi meliputi berbagai keadaan yang heterogen, akibat reaksi yang berubah atau
hipersensitivitas terhadap protein asing yang disebut antigen. Antigen ini disebut
sebagai alergen bila menimbulkan gejala-gejala pada orang yang alergik. Misalnya
alergi susu, makanan atau protein susu sapi.
e. Imunodefisiensi
Kurangnya kekebalan tubuh pada seseorang dapat menyebabkan berbagai macam
penyakit, termasuk gastroenteritis. Karena pada kondisi tubuh yang lemah, bakteri
dapat dengan mudah menyerang seseorang.

f. Faktor psikologis
Rasa takut, cemas, dan tegang (stress) dapat menyebabkan gastroenteritis baik pada
anak-anak maupun dewasa.
g. Faktor lingkungan masyarakat
Meliputi kepadatan penduduk, keadaan gizi, keadaan lingkungan yang tidak sehat
atau kotor, sosial ekonomi, serta sosial budaya masyrakat.
h. Terapi obat
Penggunaan antibiotik, kemoterapi, antasid, dan radiasi dapat menyebabkan
gastroenteritis.
i. Tindakan tertentu seperti gastrektomi, gastroenterostomi, dosis tinggi terapi radiasi.
(Aru W. Sudoyo, 2009)
4.

Epidemiologi
Gastroenteritis akut karena infeksi sebagai penyebab kematian lebih dari 3 juta
penduduk dunia. Kematian karena gastroenteritis akut di negara berkembang terjadi
terutama pada anak-anak berusia kurang dari 5 tahun, dimana dua pertiga diantaranya
tinggal di daerah atau lingkungan yang buruk, kumuh, dan padat dengan sistem
pembuangan sampah yang tidak memenuhi syarat, keterbatasan air bersih dalam
jumlah maupun distribusinya, kurangnya sumber bahan makanan yang disertai cara
penyimpanan yang tidak memenuhi syarat, tingkat pendidikan yang rendah, serta
kurangnya fasilitas pelayanan kesehatan.
Di Amerika Serikat dengan perbaikan sanitasi dan tingkat pendidikan, prevalensi
gastroenteritis karena infeksi berkurang. Data dari Centers of Disease Control and
Prevention (CDC) menunjukkan bahwa infeksi karena Salmonella, Shigella, Listeria,
Escherichia coli, dan Yersinia berkurang sekitar 20-30% berkat perhatiuan atas
kebersihan dan keamanan makanan. Sementara di beberapa rumah sakit di indonesia
data menunjukkan gastroenteritis akut karena infeksi masih menduduki peringkat
pertama sampai dengan keempat pasien dewasa yang datang berobat ke rumah sakit
(Aru W. Sudoyo, 2009).

5.

Patofisiologi (pathway terlampir)

6.

Gejala Klinis
Secara umum, pasien yang menderita diare akan mengalami:
a. Mual dan muntah
b. Nyeri abdomen
c. Peningkatan suhu tubuh
d. Peningkatan frekuensi defekasi
e. Konsistensi feses cair, kadang disertai dengan darah

f. Merasa haus
g. Berat badan berkurang
h. Mata menjadi cekung
i. Lidah kering
j. Tulang pipi menonjol
k. Turgor kulit menurun serta
l. Suara menjadi serak
m. Denyut nadi yang cepat
n. Tekanan darah menurun sampai tidak terukur
o. Gelisah
p. Muka pucat
q. Ujung-ujung ekstremitas dingin dan kadang sianosis
r. Aritmia jantung
s. Anuria
Menurut Potter & Perry (2005)
No.
Pengkajian
1.
Perubahan berat badan

2.

Fontanel (bayi)

3.

Mata

Hasil pemeriksaan
Turun 2% - 5%
Turun 5% - 10%
Turun 10% - 15%
Turun 15% - 20%
Cekung
Menonjol
Cekung, konjungtiva kering, air mata

Tenggorokan dan mulut

berkurang atau tidak ada


Membrane mukosa kering, lengket, bibir

4.

5.

System kardiovaskular

pecah-pecah dan kering, salvias menurun


Lidah di bagian longitudinal mengerut
Vena leher datar
Bagian tubuh yang tertekan saat berbaring
seperti: tungkai, punggung, sacrum.
Pengisian vena lambat
Denyut nadi lemah
Pengisian kapiler menurun
Tekanan darah rendah atau tanpa
perubahan tekanan darah pada posisi

7.

System gastrointestinal

8.

System ekskresi (Ginjal)

9.

Kulit

ortostatik
Abdomen cekung
Muntah
Hiperperistaltik disertai diare
Anuria
Berat jenis urine meningkat
Suhu tubuh meningkat atau menurun
Kering, kemerahan
Turgor kulit tidak elastik, kulit dingin, dan
lembab

7.

Pemeriksaan Fisik
Kelainan-kelainan yang ditemukan pada pemeriksaan fisik sangat berguna dalam
menentukan beratnya diare daripada menentukan penyebab diare. Status volume
dinilai dengan memperhatikan perubahan ortostatik pada tekanan darah dan nadi,
temperature tubuh, dan tanda toksisitas. Pemeriksaan abdomen merupakan hal yang
penting. Adnya kualitas bunyi usus dan adanya atau tidak adanya distensi abdomen
dan nyeri tekan.
a. Pemeriksaan derajat dehidrasi
Pasien yang menderita gastroenteritis biasanya akan mengalami dehidrasi akibat
banyaknya cairan dan elektrolit yang keluar dari tubuh. Penentuan derajat dehidrasi
menurut WHO yaitu:
Penilaian
Keadaan

Mata

Normal

Cekung

Air mata
Mulut dan

Ada

Tidak ada

kering
Kering

Basah

Kering

Sangat kering

Minum biasa

Haus, ingin banyak

Malas minum atau

(tidak haus)

minum

Kembali cepat

Kembali lambat

tidak bias minum


Kembali sangat

Rasa haus
Turgor kulit

Hasil pemeriksaan
8.

C
Lesu, lunglai atau

Gelisah, rewel

lidah

Periksa

Baik, sadar

umum

Lihat

Tanpa dehidrasi

Dehidrasi ringansedang

tidak sadar
Sangat cekung dan

lambat
Dehidrasi berat

Pemeriksaan Penunjang (Aru W. Sudoyo, 2009)


a. Pemeriksaan laboratorium
Darah
- Darah perifer lengkap
- Ureum, kreatinin
- Serum elektrolit: Na+, K+, Cl- Analisa gas darah apabila didapatkan tanda-tanda gangguan keseimbangan
asam basa (pernafasan kusmaull)
- Immunoassay: toksik bakteri, antigen, virus, antigen protozoa
Feses
- Feses lengkap (mikroskopis: peningkatan jumlah leukosit di feses pada
inflamatory diarrhea, parasit: amoeba bentuk tropozoit, hypha pada jamur).
Pemeriksaan feses dilakukan untuk melihat adanya leukosit dalam feses
yang menunjukkan adanya infeksi bakteri, telur cacing, dan parasit dewasa.

9.

Theraphy/Tindakan Penanganan
Penatalaksanaan diare terdiri dari:
a) Rehidrasi sebagai prioritas utama pengobatan
Bila pasien dalam keadaan umum yang baik dan tidak dehidrasi, asupan cairan
yang adekuat dapat dicapai dengan minuman ringan, sari buah, sup dan keripik
asin. Bila pasien kehilangan cairan yang banyak dan dehidrasi, penatalaksanaan
yang agresif seperti cairan intravena atau rehidrasi oral dengan cairan isotonic
mengandung elektrolit dan air gula harus diberikan. Terapi rehidrasi oral dapat
diberikan dengan menggunakan cairan pedialit, atau oralit yang hipotonik (oralit
generic, renalyte, pharolit) sedangkan cairan IV yang dapat diberikan adalah ringer
laktat. Cairan diberikan 50-200 mL/kg BB/24 jam tergantung kebutuhan dan status
dehidrasi.
Untuk memberikan rehidrasi pada pasien perlu dinilai derajat dehidrasi. Dehidrasi
terdiri dari dehidrasi ringan, sedang, dan berat. Ringan bila pasien mengalami
kekurangan cairan 2-5% dari berat badan. Sedang bila pasien mengalami
kekurangan cairan 5-8% dari berat badan. Berat bila pasien mengalami kekurangan
cairan 8-10% dari berat badan. Bila dehidrasi sedang atau berat sebaiknya pasien
diberikan cairan melalui intravena. Sedangkan dehidrasi ringan atau sedang masih
dapat diberikan caiaran per oral atau selang nasogastrik kecuali ada kontraindikasi
atau saluran cerna atas tidak dapat dipakai.
Pemberian cairan dehidrasi terbagi atas:
Dua jam pertama (tahap rehidrasi inisial): jumlah total kebutuhan cairan

diberikan langsung dalam 2 jam agar tercapai rehidrasi secepat mungkin.


Satu jam berikut atau jam ke-3 (tahap kedua) pemberian diberikan berdasarkan
kehilangan cairan selama 2 jam pemberian cairan rehidrasi inisial sebelumnya,

dan dapat diganti cairan per oral.


Jam berikutnya pemberian cairan diberikan berdasarkan kehilangan cairan
melalui feses dan Insensible Water Loss (IWL).

b) Diet
Pasien diare tidak dianjurkan untuk puasa, kecuali bila muntah-muntah hebat.
Pasien dianjurka untuk minum minuman sari buah, the, minuman tidak bergas,
makanan yang mudah dicerna seperti: pisang, nasi, keripik, dan sup. Susu sapi
harus dihindarkan karena adanya defisiensi lactase transien yang disebabkan oleh
infeksi virus dan bakteri. Minuman beralkohol dan kafein harus dihindari karena
dapat meningkatkan motilitas dan sekresi usus.
c) Obat anti-diare

Obat-obat ini dapat mengurangi gejala-gejala, yang paling efektif yaitu derivate
opioid misalnya loperamide, difenoksilat-atropin dan tinktur opium
10. Komplikasi
Kebanyakan penderita diare sembuh tanpa mengalami komplikasi sebagian kecil
mengalami komplikasi dari dehidrasi, kelainan elektrolit atau pengobatan yang
diberikan. Akibat diare dan kehilangan cairan serta elektrolit secara mendadak dapat
terjadi berbagai komplikasi sebagai berikut dehidrasi (ringan, sedang, berat, hipotonik,
isotonik, hipertonik), hipokalemia, hipokalsemia, cardiac dysrhythmias akibat
hipokalemi dan hipokalsemi, hiponatremia, syok hipovolemik, dan asidosis.
11. Prognosi
Prognosis diare kronik maupun diare akut ini sangat tergantung pada penyebabnya.
Dengan penggantian Cairan yang adekuat, perawatan yang mendukung, dan terapi
antimikrobial jika diindikasikan, prognosis diare infeksius hasilnya sangat baik
dengan morbiditas dan mortalitas yang minimal. Seperti kebanyakan penyakit,
morbiditas dan mortalitas ditujukan pada anak-anak dan pada lanjut usia. Di Amerika
Serikat, mortalits berhubungan dengan diare infeksius < 1,0 %. Pengecualiannya pada
infeksi EHEC dengan mortalitas 1,2 % yang berhubungan dengan sindrom uremik
hemolitik.

B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN


1. Pengkajian
Pengkajian meliputi identitas dari pasien dan identitas penanggung jawab atas
pasien. Riwayat kesehatan yang perlu dikaji meliputi asupan makanan dan cairan,
tanda-tanda kehilangan cairan, tanda-tanda gangguan keseimbangan elektrolit,
penyakit yang diderita, obat atau tindakan yang dapat menyebabkan diare. Keluhan
utama, riwayat penyakit sekarang, riwayat pembedahan, riwayat kesehatan
keluarga. Pengkajian terhadap 11 pola gordon juga termasuk didalam pegkajian.
Pengkajian fisik meliputi :
Keadaan umum pasien :
Kesadaran :
Pemeriksaan TTV :
Pemeriksaan per sistem :
- Kulit, rambut dan kuku :
- Kepala leher
- Mata dan telinga
- Sistem pernafasan
- Sistem kardiovaskular
- Payudara wanita dan pria
- Sistem gastrointestinal
- Sistem urinarius
- Sistem reproduksi wanita/pria
- Sistem saraf
- Sistem muskuloskeletal
- Sistem imun
- Sistem endokrin
Pemeriksaan penunjang
a.
Pemeriksaan laboratorium darah lengkap
b.
Pemeriksaan feses
Data Objektif :
Pemeriksaan fisik:
a. Inspeksi
Fontanel (bayi), mata, tenggorokan dan mulut, vena leher, peningkatan
frekuensi napas, dispnea, abdomen, adanya muntah, diare, oliguria atau
anuria, dieresis, peningkatan berat jenis urine, kulit kering atau kemerahan.
b. Palpasi
Bagian tubuh dependen, seperti: denyut nadi; peningkatan suhu tubuh,
turgor kulit tidak elastik.
c. Auskultasi
Tekanan darah rendah atau tanpa perubahan tekanan darah pada posisi

ortostatik, hiperperistaltik
Penentuan derajat dehidrasi untuk menentukan kebutuhan cairan yang
diperlukan sehingga rehidrasi cairan dapat dilakukan sesuai dengan kebutuhan
pasien.

Data Subjektif :
a. Kebiasaan defeksi
b. Asupan makanan dan cairan sebelum diare
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa yang mungkin muncul pada gangguan nutrisi. Menurut Diagnosis
Keperawatan : Definisi dan Klasifikasi 2012-2014 oleh NANDA International.
a. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif yang
ditandai dengan :
Perubahan status mental
Penurunan tekanan darah
Penurunan tekanan nadi
Penurunan turgor kulit
Penurunan turgor lidah
Penurunan haluara urine
Penurunan pengisian vena
Membran mukosa kering
Peningkatan hematokrit
Peningkatan suhu tubuh
Peningkatan frekuensi nadi
Peningkatan konsentrasi urine
Penurunan berat badan
Haus
Kelemahan
b. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan

d.

faktor iologis ditandai dengan :

Nyeri abdomen

Diare

Bising usus hiperaktif

Berat badan 20% atau lebih dibawah berat badan ideal


Hipertermia berhubugan dengan dehidrasi, penyakit yang ditandai dengan :

Peningkatan suhu tubuh diatas kisaran normal 36,5-37,5

Kulit terasa hangat


Diare yang berhubungan dengan proses infeksi, parasit, malabsorpsi, yang

e.
f.

ditandai dengan :

Nyeri abdomen

Sedikitnya tiga kali defekasi per hari

Bising usus hiperaktif

Kram

Ada dorongan
Resiko kerusakan integritas kulit
Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan gejala terkait penyakit ditandai

c.

dengan merintih, melaporkan perasaan tidak nyaman.

3. Rencana Asuhan Keperawatan (Terlampir)

4. Evaluasi
No.
1.

Diagnosa
Kekurangan
cairan

volume S : Kaji respon pasien terhadap intervensi yang

berhubungan

dengan

Evaluasi

kehilangan

cairan aktif

diberikan, asupan cairan oral pasien, rasa haus


yang dirasakan
O : Observasi TTV, turgor kulit, mukosa membran,
intake dan outpun cairan klien.
A : Kaji masalah yang masih muncul dan masalah
baru yang muncul.
P : Lanjutkan intervensi pemberian cairan dan asupan
makan peroral sampai masalah klien teratasi.

2.

Diare

berhubunga S : Kaji respon pasien terhadap intervensi yang

dengan kontaminan

diberikan, keadaan feses, asupan makanan yang


dikonsumsi, serta tanda-tanda kerusakan
integritas kulit yang dirasakan pasien
O : Observasi pola defekasi, intake dan output nutrisi,
serta keadaan kulit pasien
A : Kaji masalah yang masih muncul dan masalah
baru yang muncul.
P : Lanjutkan intervensi dan observasi sampai resiko
kerusakan integritas kulit dapat teratasi

DAFTAR PUSTAKA

Hidayat, A Aziz Alimul. 2005. Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta : Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
T. Heather Herdman. Diagnosis Keperawatan: Definisi dan Klasifikasi 2009-2011. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Potter and Perry. 2005. Fundamental Keperawatan Volume 1 Edisi 4. Jakarta: EGC.
Dochterman, Joanne McCloskey and Bulechek, Gloria M. 2004.Nursing Intervention
Classification (NIC).Fourth Edition.St. Louis Missouri : Mosby Elsevier.
Moorhead, Sue, et.al. Nursing Outcomes Classification (NOC).Fourth Edition. St. Louis
Missouri : Mosby Elsevier

Anda mungkin juga menyukai